Disusun Oleh :
Nada Cahya Wulandari
NIM. 18110054
1
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
Nada Cahya Wulandari
NIM. 18110054
2
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nada Cahya Wulandari
NIM : 18110054
Program/Fakultas : Farmasi
Program Studi : S1 Farmasi
Konsentrasi : Farmasi Klinis
Dengan ini menyatakan dengan benar bahwa Proposal ini saya buat sendiri dengan
tidak melakukan tindakan plagiatisme, dan saya bertanggung jawab sepenuhnya
atas isi proposal ini. Apabila ternyata saya mengingkari pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi apapun dari pendidikan.
Yang menyatakan
HALAMAN PENETAPAN
3
SK.Rektor UKB No. 272 /B-SK.Skripsi /UKB/III/2021, tanggal 2 Maret 2021
(sesuai SK Rektor tentang Pembimbing Skripsi)
HALAMAN PENETAPAN
4
SK.Rektor UKB No. 274/B.SK-Prop./UKB/IV/2021, tanggal 1 April 2021
(sesuai SK rektor tentang penguji proposal penelitian)
HALAMAN PERSETUJUAN
5
Nama : Nada Cahya Wulandari
NIM : 18110054
Program/Fakultas : Farmasi
Program Studi : Strata – 1 Farmasi
Judul : Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Islam
At-Taqwa Gumawang Kabupaten OKU Timur.
Pembimbing I Pembimbing II
Menyetujui,
a.n. Rektor Universitas Kader Bangsa
Direktur Program/Dekan Fakultas Farmasi
................................................................................
DAFTAR ISI
6
halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.......................................... ii
HALAMAN PENETAPAN JUDUL DAN PEMBIMBING ..........................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL UNTUK DISEMINARKAN...iv
HALAMAN PENETAPAN JUDUL DAN PENGUJI PROPOSAL.............v
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL TELAH DISEMINARKAN... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum....................................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus...................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
2.1.1 Definisi ISPA ....................................................................................... 5
2.1.2 Jenis Penyakit ISPA .............................................................................5
2.1.3 Etiologi ISPA........................................................................................ 8
2.1.4 Patofisiologi ISPA................................................................................ 8
2.1.5 Faktor Resiko ISPA.............................................................................. 9
2.1.6 Manifestasi Klinis ISPA....................................................................... 9
2.1.7 Management Terapi ISPA.....................................................................10
2.2 Antibiotik
2.2.1 Definisi Antibiotik................................................................................ 11
2.2.2 Penggolongan Antibiotik...................................................................... 12
7
2.3.1 Pengertian Resistensi............................................................................ 16
2.3.2 Mekanisme Resistensi...........................................................................16
2.3.3 Penyebab Resistensi..............................................................................17
2.4 Evalusi Penggunaan Antibiotik Secara Kuatitatif
2.4.1 Evaluasi Penggunaan Antibiotik..........................................................19
2.4.2 Sistem Klasifikasi................................................................................. 20
2.4.3 DDD (Defined Daily Dose).................................................................. 20
2.4.4 Drug Utilization 90%............................................................................21
2.5 Rumah Sakit
2.5.1 Pengertian Rumah Sakit........................................................................22
2.5.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit............................................................ 22
2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
2.6.1 Definisi Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit....................23
2.6.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi .............................................................. 23
2.6.3 Pelayanann Farmasi Klinis................................................................... 24
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep..........................................................................................26
3.2. Hipotesis (untuk penelitian kuantitatif)........................................................ 28
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian...............................................................................................29
4.2 Waktu & Tempat Penelitian...........................................................................29
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................... 29
4.4 Pengumpulan Data......................................................................................... 31
4.5 Pengolahan Data............................................................................................ 31
4.6 Analisis Data..................................................................................................31
4.7 Definisi Operasional...................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................37
LAMPIRAN
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dapat menyerang semua
umur, baik orang dewasa, remaja atau balita. ISPA pun tidak mengenal tempat, baik
di negara maju maupun negara berkembang. Oleh karena itu, penderita ISPA
didunia sangat tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian ISPA
yakni faktor intrinsik seperti perumahan, sosial ekonomi dan pendidik. Ditinjau dari
prevalensinya, prevalensi ISPA menurut diagnosis tenaga kesehatan (NAKES) dan
gejala menurut provinsi pada tahun 2013 sebanyak 25,0% dan menurun pada tahun
2018 sebanyak 9,3%. Di Nusa Tenggara Barat (NTB) prevalensi ISPA pada tahun
2013 sebanyak 15,0% dan menurun pada tahun 2018 sebanyak 2,5% (Riskesdas,
2018).
Pengobatan ISPA menggunakan antibiotik sering diberikan tanpa adanya
pemerikasaan mikroorganisme penginfeksi terlebih dahulu. Pada dasarnya
penggunaan antibiotik secara rasional adalah pemilihan antibiotik yang selektif
terhadap mikroorganisme penginfeksi serta efektif memusnahkan mikroorganisme
penginfeksi. Pemberian antibiotik yang tidak tepat, dapat menimbulkan bakteri
yang resistensi terhadap antibiotik, karena bakteri dapat beradaptasi dengan
lingkungannya dengan 3 cara mengubah sistem enzim atau dinding selnya menjadi
resistensi terhadap antibiotik (Karch dkk, 2015).
Pada saat ini antibiotik merupakan obat yang paling sering diresepkan, dijual,
dan digunakan di seluruh dunia. Di negara-negara berkembang, antibiotik banyak
dijual tanpa resep yang menyebabkan seseorang menggunakan antibiotik secara
tidak bijak atau sewenang-wenang. Antibiotik yang digunakan dengan dosis yang
salah, indikasi penyakit yang salah, interval pemberian dosis yang salah serta waktu
pemberian yang terlalu lama atau terlalu singkat dapat menyebabkan resistensi
antibiotik.(Abimbola, 2013). Laporan terakhir dari Badan Kesehatan Dunia (World
Health Organization) dalam Antimicrobial Resistance Global Report on
Surveillance juga menunjukkan bahwa Asia Tenggara memiliki angka tertinggi
dalam kasus resistensi antibotik di dunia (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
menimbulkan bermacam macam tanda dan gejala. Tanda dan gejala ISPA
seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan
demam (Rosana, 2016).
Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai berikut
(Rosana, 2016):
a. Gejala dari ISPA ringan, Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan gejala-gejala sebagai berikut : 1) Batuk. 2) Serak, yaitu anak
bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu berbicara atau
menangis). 3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung. 4) Panas
atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.
b. Gejala dari ISPA sedang, Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika
dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai gejala-gejala sebagai berikut : 1)
Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu :untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2 -
< 5 tahun. 2) Suhu tubuh lebih dari 39°C. 3) Tenggorokan berwarna merah. 4)
Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak. 5) Telinga
sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga. 6) Pernapasan berbunyi
seperti mengorok (mendengkur).
c. Gejala dari ISPA berat, Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika
dijumpai gejala – gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut : 1) Bibir atau kulit membiru. 2) Anak tidak sadar
atau kesadaran menurun. 3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak
tampak gelisah. 4) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas. 5) Nadi cepat
lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba. 6) Tenggorokan berwarna
merah.
2.1.7 Management Terapi ISPA
Penemuan dini penderita ISPA dengan management terapi kasus yang benar
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena ISPA dan turunnya penggunaan antibiotic dan obat batuk yang
kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA. Pedoman penatalaksan kasus
ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan
11
dan pendengaran, khususnya pada pasien anak dan usia lanjut. Efek
samping: Toksisitas ginjal, ototoksisitas (auditorik maupun vestibular),
blockade neuro muscular (lebih jarang).
b) Tetrasiklin
Antibiotik yang termasuk ke dalam golongan ini adalah Tetrasiklin,
Doksisiklin, Oksitetrasiklin, Minosiklin, dan Klortetrasiklin. Antibiotik
golongan ini mempunyai spektrum luas dan dapat menghambat berbagai
bakteri Gram-positif, Gram-negatif, baik yang bersifat aerob maupun
anaerob, serta mikroorganisme lain seperti Ricketsia, Mikoplasma,
Klamidia, dan beberapa spesies mikobakteria.
c) Kloramfenikol
Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas, menghambat
bakteri Gram-positif dan negatif aerob dan anaerob, Klamidia,
Ricketsia, dan Mikoplasma. Kloramfenikol mencegah sintesis protein
dengan berikatan pada subu nitribosom 50S. Efek samping: supresi
sumsum tulang, grey baby syndrome, neuritisoptik pada anak,
pertumbuhan kandida di saluran cerna, dan timbulnya ruam.
d) Makrolida (Eritromisin, Azitromisin, Klaritromisin, Roksitromisin)
Makrolida aktif terhadap bakteri Gram-positif, tetapi juga dapat
menghambat beberapa Enterococcus dan basil Gram-positif. Sebagian
besar Gram-negatif aerob resisten terhadap makrolida, namun
azitromisin dapat menghambat Salmonela. Azitromisin dan
klaritromisin dapat menghambat H.influenzae, tapi azitromisin
mempunyai aktivitas terbesar. Keduanya juga aktif terhadap H.pylori.
Makrolida mempengaruhi sintesis protein bakteri dengan cara berikatan
dengan subunit 50s ribosom bakteri, sehingga menghambat translokasi
peptida. Eritromisin dalam bentuk basa bebas dapat diinaktivasi oleh
asam, sehingga pada pemberian oral, obat ini dibuat dalam sediaan salut
enterik. Eritromisin dalam bentuk estolat tidak boleh diberikan pada
dewasa karena akan menimbulkan liver injury. Azitromosin lebih stabil
terhadap asam jika di banding eritromisin. Sekitar 37% dosis diabsorpsi,
15
2011).
2.4 Evaluasi Penggunaan Antibiotik Secara Kuantitatif
2.4.1 Evaluasi Penggunaan Antibiotik
Evaluasi Penggunaan Antibiotik yaitu:
1. Tepat Indikasi Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik.
Antibiotik, misalnya diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian
pemberian obat ini hanya untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi
bakteri.
2. Tepat Pasien Mencakup pertimbangan apakah ada kontraindikasi atau
kondisi – kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian dosis secara
individual. Apakah ada faktor yang dapat menyebabkan terjadinya efek
samping obat terhadap penderita. Pemilihan obat disesuaikan dengan
kondisi patologis dan fisiologis pasien.
3. Tepat Obat Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah
diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih
haruslah yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
4. Tepat Dosis Dosis, cara, dan lama pemberian obat sangat berpengaruh
terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya
untuk obat yang dengan rentang terapi sempit misalnya teofilin, digitalis dan
aminoglikosida akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya
dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang
diharapkan. (Nurjanah, 2022)
5. Besar dosis dan frekuensi pemberian untuk masing-masing obat dan untuk
pemakaian indikasi-indikasi tertentu sudah banyak dicantumkan dalam
berbagai referensi utama. Namun demikian, dalam menghadapi pasien
secara individual yang perlu dipertimbangkan adalah adakah kondisi pasien
yang mengharuskan untuk melakukan individualisasi atau penyesuaian
dosis. Yang perlu diperhatikan pada frekuensi pemberian, selain faktor
farmakokinetik obat untuk mencapai kadar yang optimal dalam darah,
frekuensi pemberian harus dipilih yang paling mudah diikuti oleh pasien.
Semakin sederhana frekuensi pemberian, semakin taat pasien mengikuti
20
dinamakan sebagai dosis harian. Untuk memperoleh data baku dan supaya dapat
dibandingkan data di tempat lain maka WHO merekomendasikan klasifikasi
penggunaan antibiotik secara Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)
Classification . Unit ini memiliki keunggulan yaitu dapat merefleksikan dosis
obat secara global tanpa dipengaruhi oleh variasi genetik dari setiap etnik.
Keuntungan metode ATC/DDD yaitu mudah diperbandingkan dengan institusi,
nasional, maupun internasional. (WHO, 2015).
Perhitungan Defined Daily Doses (DDD) untuk setiap antibiotik memiliki
nilai DDD yang ditentukan oleh WHO berdasarkan rata-rata dan indikasi
utama pada orang dewasa dengan perhitungan sebagai berikut: Kuantitas
penggunaan antibiotik dinyatakan dalam DDD per 100 hari rawat. Cara
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
26
Evaluasi Penggunaan
antibiotik
Kuantitatif Kualitatif
DU 90 %
Segmen Segmen
90 % 10 %
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
…………. : Variabel yang tidak di teliti
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep
3.2 Hipotesis
Penggunaan antibotik pada pasien ISPA di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Islam At-Taqwa Gumawang Kabupaten Oku Timur tidak rasional.
Penggunaan antibotik pada pasien ISPA di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Islam At-Taqwa Gumawang Kabupaten Oku Timur sudah rasional.
BAB IV
METODE PENELITIAN
29
sehingga didapatkan jumlah sampel minimal dalam penelitian ini yaitu 38 sampel.
Untuk mengantisipasi kejadian drop out dan ketidak lengkapan data, maka
perhitungan sampel penelitian ditambah 10%, sehingga jumlah sampel minimal
dalam penelitian ini menjadi 42 sampel.
4.4 Pengumpulan Data
a. Penelusuran Data
31
1. Penelusuran data pasien ISPA di instalasi rawat inap di Rumah Sakit Islam At-
Taqwa Gumawang Kabupaten Oku Timur periode Juli-Desember 2021.
2. Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi
3. Pengambilan data dan pencatatan data hasil rekam medis dan resep pasien
ISPA, berupa :
- Nomor rekam medis
- Identitas pasien (nama, jenis kelamin dan umur)
- Tanggal berobat
- Diagnosis
- Data penggunaan obat/terapi (jenis obat, dosis, aturan pakai, lama penggunaan)
b. Manajemen Data
Pelaksanaan verifikasi data rekam medis dan pola terapi pengobatan ISPA rawat
inap yang dilanjutkan dengan transkrip data yang dikumpulkan ke dalam logbook
dan komputer.
4.5 Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan pengolahan data secara deskriptif untuk
memberikan gambaran data penelitian. Data yang di hasilkan akan diolah
menggunakan SPSS (Statistical Package For the Social Sciences) 20 for windows
dan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dengan menggunakan metode uji
statistic Chi Square. Uji Chi Square adalah uji non parametik dengan cara
membandingkan dua variabel yang skala datanya adalah nominal.
4.6 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data menggunakn metode ATC (Anatomical
Therapeutic Chemical ) dan DDD (Defined Daily Dose), metode ini digunakan
untuk mengetahui kuantitas penggunaan antibiotik untuk mengetahui kerasionalan
penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap. DDD didefinisikan sebagai dosis
pemeliharaan rata-rata per hari pada orang dewasa untuk indikasi utama. DDD
hanya digunakan untuk obat yang sudah memiliki kode ATC (Anatomical
Therapeutic Chemical). Perhitungan Defined Daily Doses (DDD) untuk setiap
antibiotik memiliki nilai DDD yang ditentukan oleh WHO berdasarkan rata-rata
dan indikasi utama pada orang dewasa dengan perhitungan sebagai berikut:
32
Kuantitas penggunaan antibiotik dinyatakan dalam DDD per 100 hari rawat. Cara
perhitungannya sebagai berikut:
e. Kumpulkan data semua pasien yang menerima terapi antibiotik
f. Kumpulkan lamanya waktu perawatan pasien rawat inap (total Length of
Stay, LOS semua pasien).
g. Hitung jumlah antibiotik (gram) selama dirawat.
h. Hitung DDD/100 hari rawat inap.
Berikut rumus yang digunakan dalam perhitungan DDD/100 hari rawat inap:
Setelah didapatkan hasil nilai DDD/100 hari rawat inap, kemudian dilakukan
perhitungan menggunakan metode DU 90% sehingga dapat mengetahui antibiotik
yang masuk dalam segmen 90% dan segmen 10%. Antibiotik yang masuk dalam
segmen 90% menunjukkan bahwa antibiotik tersebut tergolong dalam antibiotik
yang paling banyak digunakan dan antibiotik yang masuk dalam segmen 10%
menunjukkan bahwa antibiotik tersebut paling sedikit digunakan dalam peresepan
antibiotik.
4.7 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.7.1 Variabel Penelitian
Variabel bebas penelitian ini adalah evaluasi penggunaan antibiotik dan
variabel terikat dari penelitian ini adalah Pasien ISPA di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Islam At-Taqwa Gumawang Kabupaten Oku Timur.
rumah sakit..
dimulai dari
yang terbesar
menuju yang
terkecil dan
dihitung
persentase
kumulatifnya
kemudian
diambil jenis
obat yang
masuk segmen
90% kumulatif
antibiotik yang
digunakan.
Perhitungan
dengan rumus
persentase
yaitu:
a/b x 100%
a = jumlah
nilai DDD
suatu
antibiotik
b = jumlah
semua nilai
DDD
4.8 Alat dan Bahan Penelitian
4.8.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam pengambilan data yaitu alat tulis dan laptop.
4.8.2 Bahan Penelitian
36
Bahan penelitian yang digunakan adalah data rekam medis pasien ISPA yang
di rawat inap di Rumah Sakit Islam At-Taqwa Gumawang Kabupaten Oku
Timur periode Juli- Desember 2021,
4.9 Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam At-Taqwa Gumawang Kabupaten
Oku Timur periode Juli- Desember 2021, dengan prosedur penelitian sebagai
berikut :