PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
AFRIDA YANTI
1908109010018
Oleh:
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Ketua Program Studi Farmasi FMIPA
Universitas Syiah Kuala
ii
KATA PENGANTAR
iii
Farah Nabilah dan Rosma Farawinda selaku sahabat penulis yang selalu
menyemangati membantu dalam penulisan proposal ini.
9. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 2019 yang telah menyemangati
dalam penulisan proposal penelitian Tugas Akhir ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini.
Akhir kata penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu serta mendukung saya dalam mengerjakan
proposal penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal masih jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Penulis berharap semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Afrida Yanti
NPM. 1908109010018
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul...............................................................................................................i
Halaman Pengesahan....................................................................................................ii
Kata Pengantar.............................................................................................................iii
Daftar Isi.......................................................................................................................v
Daftar Tabel................................................................................................................vii
Daftar Gambar...........................................................................................................viii
Daftar Lampiran...........................................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................................................5
v
3.7 Langkah-Langkah Penelitian.....................................................................................26
3.7.1 Sumber Data...............................................................................................26
3.7.2 Tahap Pengumpulan Data..........................................................................26
3.7.3 Tahap Pengelolaan Data.............................................................................27
3.7.4 Uji Validitas dan Reabilitas Instrument Penelitian....................................28
3.8 Analisis Data.................................................................................................................28
3.8.1 Analisis Univariat.......................................................................................28
3.8.2 Analisis Bivariat.........................................................................................28
Lampiran Lembar Kuesioner Data Demografi dan Karakteristik.....................30
DAFTAR TABEL
vi
Halaman
Tabel 2.1 Pengolongan obat-obat LASA berdasarkan kategori ucapan mirip............17
Tabel 2.2 Pengolongan obat-obat LASA berdasarkan kategori kemasan mirip.........19
Tabel 2.3 Pengolongan obat LASA berdasarkan kategori kekuatan sediaan
berbeda.......................................................................................................19
Tabel 2.4 Contoh penulisan obat LASA dengan Tall Man lettering..........................27
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian....................................................................37
Tabel 3.2 Rincian data populasi dan sampel berdasarkan perhitungan
Proportional Random Sampling.................................................................41
Tabel 3.3 Definisi operasional penelitian...................................................................41
DAFTAR GAMBAR
vii
Halaman
Gambar 2.1 Obat kategori LASA berdasarkan ucapan mirip.....................................18
Gambar 2.2 Obat kategori LASA berdasarkan kemasan mirip..................................19
Gambar 2.3 Obat kategori LASA berdasarkan nama sama kekuatan sediaan
berbeda....................................................................................................22
Gambar 2.4 Box atau tempat penyimpanan LASA....................................................25
Gambar 2.5 Stiker LASA sebagai penanda obat dengan kewaspadaan tinggi...........26
DAFTAR LAMPIRAN
viii
Halaman
Lampiran 1. Alur Penelitian........................................................................................56
Lampiran 2. Data Populasi Apotek Kota Banda Aceh Tahun 2022...........................57
Lampiran 3. Pemilihan Apotek Sampel Berdasarkan Arah Mata Angin....................68
Lampiran 4. Lembar Informed Consent .....................................................................75
Lampiran 5. Lembar Pedoman Wawancara ...............................................................76
Lampiran 6. Lembar checklist ....................................................................................77
Lampiran 7. Matriks Pengembangan Lembar Pedoman Wawancara...........................7
ix
BAB I
PENDAHULUAN
10
Banjarmasin menunjukkan bahwa sebanyak (66,7%) sudah menggunakan insulin pen
secara tepat dan benar dan sebanyak (33,3%) masih belum tepat dan benar
Penelitian lain yang dilakukan oleh Azizah (2020) tentang Evaluasi Pengetahuan dan
Keterampilan Pasien DM tipe 2 dalam Penggunaan Insulin Pen di RSUD dr. Zainoel
Abidin menunjukkan bahwa sebanyak 97,7 % responden masih salah dalam
menginjeksikan insulin. Kesalahan- kesalahan ini dapat terjadi karena kurangnya
pengetahuan pasien penderita DM terhadap pengelolaan obat terutama insulin pen.
Kesalahan pengelolaan insulin pen akan berbahaya bagi pasien bahkan dapat
berakibat fatal. Salah satunya contohnya ialah dapat menyebabkan keadaan
hipoglikemik atau bahkan hiperglikemik dan dampak lain yang ditimbulkan akan
terlihat pada lingkungan yaitu sebagai pencemaran lingkungan.
DAGUSIBU merupakan suatu bentuk Gerakan Keluarga Sadar Obat berupa
edukasi tentang cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat
dengan baik dan benar yang disampaikan oleh apoteker atau tenaga kesehatan
lainnya (PP IAI,2014). Penyampaian informasi DAGUSIBU bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan obat. Edukasi
DAGUSIBU insulin pen dapat menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
tenaga kefarmasian untuk peningkatan kesehatan bagi pasien diabetes mellitus
sehingga kesalahan terapi insulin pen dapat dihindari (Assalwa et al., 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yati, Hariyanti, & Lestari, (2018)
tentang Pelatihan Pengelolaan Obat yang Tepat dan Benar di UKS Sekolah
menyatakan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman para guru
penanggung jawab UKS terhadap DAGUSIBU setelah adanya edukasi tentang
pengelolaan obat.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa masih kurangnya
pengetahuan pasien tentang pengelolaan insulin pen sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan memberikan edukasi DAGUSIBU kepada pasien
diabetes mellitus yang menggunakan insulin pen dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang DAGUSIBU insulin pen. Penelitian dengan judul
Pengaruh Edukasi DAGUSIBU Insulin Pen Terhadap Pengetahuan Pasien Diabetes
Mellitus Di Poli Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
diharapkan dapat mengukur seberapa besar pengaruh edukasi DAGUSIBU insulin
11
pen terhadap pengetahuan pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Zainoel Abidin.
12
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.2 Klasifikasi DM
Menurut American Diabetes Association (ADA,2013), diabetes melitus
diklasifikasikan menjadi empat, yaitu :
1. Diabetes Melitus tipe 1
Diabetes Melitus yang disebabkan karena gangguan pada sel β pankreas
sehingga terjadi defisiensi insulin yang absolut.
2. Diabetes Melitus tipe 2
Diabetes Melitus yang disebabkan karena adanya gangguan sekresi insulin.
sehingga terjadi resistensi insulin.
3. Diabetes tipe spesifik lain
Diabetes Melitus tipe ini dapat disebabkan karena beberapa hal misalnya
kelainan genetik pada sel pankreas, adanya proses transplantasi organ atau
adanya pengobatan HIV/AIDS.
4. Diabetes Melitus gestasional (DMG)
Diabetes Melitus gestasional (DMG) merupakan gangguan toleransi glukosa
pada saat kehamilan. DMG terjadi pada wanita hamil yang awalnya sama
13
sekali tidak pernah terdiagnosis diabetes dan biasanya terjadi pada trimester
kedua dan ketiga walaupun dapat terjadi kapan saja selama kehamilan.
2.1.4 Diagnosis DM
Diagnosis diabetes mellitus dapat dketahui dari beberapa pemeriksaan
diantaranya pemeriksaan kadar HbA1c, kadar glukosa darah puasa, dan kadar
glukosa darah 2 jam setelah makan. Menurut PERKENI ( 2015) kriteria diagnosis
diabetes mellitus diantaranya yaitu kadar HbA1c yang ≥ 6,5 %, kadar glukosa darah
puasa ≥ 126 mg/dL dan kadar glukosa darah setelah 2 jam makan ≥ 200 mg/dL.
Tabel 2.1. Kadar tes darah untuk diagnosis diabetes dan prediabetes
HbA1c (%) glukosa darah glukosa darah 2
puasa (mg/dL) jam setelah makan
(mg/dL)
Diabetes > 6,5 > 126 > 200 mg/dL
Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199
Normal <5,7 < 100 < 140
PERKENI ( 2015)
Seseorang yang memiliki gejala dan tanda DM harus dilakukan uji diagnostik
sedangkan untuk mengidentifikasi resiko DM pada seseorang dapat dilakukan
pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan penyaring biasanya dilakukan dengan
memeriksa kadar glukosa darah puasa, kadar glukosa darah sewaktu dan tes toleransi
glukosa oral ( TTGO). Uji diagnostic akan juga dilakukan apabila hasil pemeriksaan
penyarinya positif untuk memastikan diagnosis definitif (PERKENI,2015).
Tabel 2.2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis DM
Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa Plasma vena <110 110-199 >200
darah sewaktu Darah kapiler <90 90-199 >200
(mg/dl)
Kadar glukosa Plasma vena <110 110-125 >126
darah puasa Darah kapiler <90 90-109 >110
(mg/dl)
PERKENI ( 2015)
14
2.1.5 Patofisiologi DM
Menurut Safitri (2013), patofisiologi diabetes mellitus dibedakan berdasarkan
tipenya yaitu :
a. Diabetes tipe I
Diabetes tipe I dapat terjadi karena sel sel beta pankreas telah hancur karena
proses autoimun sehingga tidak mampu lagi untuk menghasilkan insulin.
Hiperglikemia puasa disebabkan oleh produksi glukosa yang tidak dapat diukur oleh
hati. Selain itu, glukosa dari makanan tidak dapat disimpan di hati, tetapi tetap
berada di dalam darah sehingga menyebabkan hiperglikemia postprandial
(postprandial), dan glukosa muncul dalam urin (glukosa). Glukosa yang berlebih
akan disekresikan melalui urin yang disertai dengan pengeluaran cairan elektolit
yang berlebihan. Keadaan ini disebut diuresis osmotik yang mengakibatkan pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus ( polydipsia).
Defisiensi insulin juga akan menganggu metabolisme protein dan lemak sehingga
dapat mengakibatkan penurunan berat badan. Menurunnya simpanan kalori membuat
pasien mengalami peningkatan selera makan (polifagia). Disamping itu, juga akan
terjadi proses peningkatan pemecahan lemak sehingga produk samping pemecahan
lemak yaitu produksi badan keton juga meningkat. Keadaan ini mengakibatkan
terjadinya tanda- tanda dan gejala seperti mual, muntah, nyeri abdominal yang
apabila tidak ditangani dapat menimbulkan kematian.
b. Diabetes tipe II
Diabetes tipe II dapat ditandai oleh 2 hal diantaranya yaitu retensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin merupakan keadaan dimana tubuh tidak
dapat menanggapi dengan baik jumlah insulin yang memadai sehingga terjadi
penumpukan kadar glukosa di dalam darah. Keadaan seperti ini akan terjadi secara
terus menerus dan berkembang menjadi keadaan hiperglikemia dan DM tipe 2.
dikarenakan sel beta tidak mampu untuk mengkompensasi kerja insulin (Poretsky,
2010). Menurut International Diabetes Federation (2013) terdapat beberapa faktor
resiko terjadinya DM tipe 2, yaitu obesitas, diet yang buruk, usia,genetic etnis,
aktivitas fisik dan kadar glukosa darah yang tinggi pada saat hamil yang dapat
berdampak untuk janin.
15
2.1.6 Komplikasi DM
Gangguan metabolisme pada penyakit DM yang disebabkan oleh keadaan
hiperglikemia membuat penyakit ini sangat mudah untuk komplikasi. DM dapat
menyerang seluruh bagian tubuh manusia.
16
(Rubenstein et al., 2007). Keadaan retinopati diabetikum di tandai oleh adanya
mikroaneurisma, adanya pendarahan intraretinal, adanya eksudat lunak yang
berbentuk seperti kapas akibat adanya mikroinfark pada serabut saraf superfisial,
adanya eksudat keras yang disebabkan karena kebocoran plasma ke retina, dan
edema retina yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler yang
berlebihan. Keadaan seperti ini dapat menyebabkan gangguang penglihatan bahkan
tiak jarang sampai terjadi kebutaan (Rubenstein et al., 2007). Nefrofapati diabetikum
merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan beberapa kelainan seperti lesi pada
glomelurus, lesi pada pembuluh darah dan pielonefritis termasuk papilitis
nekrotikans ( nekrosis akut yang terjadi pada papilla ginjal). Neuropati diabetikum
ialah Dm yang biasa menyerang system saraf sentral dan perifer. Keadaan ini terjadi
karena terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang memberi suplai darah ke saraf
dan adanya kerusakan akson yang diakibatkan oleh perubahan metabolism sorbitol
yang terganggu. Sorbitol dan fruktosa pada jaringan saraf yang tertimbun dan kadar
mioinositol yang menurun men=gakibatkan neuropati (Robbins,2007).
2.1.6.2. Komplikasi Mikrovaskular (Mikroangiopati)
Komplikasi Mikrovaskular merupakan komplikasi yang menyebabkan 75%
resiko kematikan. Komplikasi yang paling sering terjadi ialah penyakit
kardiovaskuler seperti angina, infark miokard, stroke, penyakit arteri perifer, dan
gagal jantung kongestif. Keadaan ini memiliki resiko penyakit jantung koroner dan
infark miokard yang lebih besar yaitu sebesar 2-3 kali lipat untuk pasien penderita
DM (Rubenstein et al., 2007).
2.1.7 Penatalaksanaan DM
Menurut Kemenkes RI Tahun 2019 tujuan penatalaksanaan secara umum
ialah untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan
penatalaksanaan meliputi:
1. Tujuan jangka pendek ialah untuk menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup pasien, serta mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang ialah untuk mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati serta makroangiopati.
17
3. Tujuan akhir pengelolaan ialah untuk menurunkan turunnya morbiditas dan
mortalitas DM.
Terdapat dua upaya yang dapat dilakukan sebagai tatalaksana yaitu terapi
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan terapi
insulin yang mutlak untuk pasien DM tipe I, sedangkan untuk pasien DM tipe II dan
tipe lainnya dapat menggunakan terapi antidiabetik oral, insulin atau dengan
kombinasi antar keduanya. Upaya terakhir yang dapat dilakukan yaitu dengan
mencangkok pangkreas. Sedangkan terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan
cara mengedukasi pasien penderita DM, mengatur pola makan, olahraga rutin dan
memodifikasi gaya hidup. Tatalaksana penyakit DM dimulai dengan terapi non
farmakologi terlebih dahulu akan tetapi bila terapi ini tidak berhasil maka terapi
dilanjutkan dengan terapi farmakologi ( Bustan, 2007).
Beberapa manajemen tatalaksana penyakit dm sesuai dengan status
diabetesnya ialah sebagai berikut.
Tabel 2.3. Manajemen tatalaksana penyakit DM
No Status Diabetes Tindakan Manajemen
1. Publik sehat Edukasi dan informasi
2. Kelompok resiko Penyaringam
Perbaikan gaya hidup
3. Prediabetik/ Sindrom metabolim Diagnose dini
Pemeriksaan laboratorium
4. Penderita diabetes Intervensi diet dan olahraga
Pengobatan
Pencegahan kemungkinan komplikasi
5. DM di rumah sakit Pengobatan intensif
Perawatan khusus
Pencegahan komplikasi
6. DM kronik Rehabitasi komplikasi
Pemeriksaan secara periodik
18
2.3 INSULIN
2.3.1 Definisi Insulin
Insulin adalah hormon yang terdiri dari serangkaian asam amino dan
diproduksi oleh sel beta pankreas. Dalam kondisi normal, sel beta dirangsang untuk
mensintesis insulin dan melepaskannya ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh
untuk mengatur gula darah. Insulin adalah terapi obat pilihan untuk pasien DM tipe I.
Sebaliknya, penderita diabetes tipe II tanpa defisiensi insulin endogen absolut
biasanya juga memerlukan terapi insulin untuk mengontrol glukosa darah (Sudoyo et
al., 2009).
19
Reseptor dapat ditemukan pada permukaan (membran plasma) ataupun intraseluler.
Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan sinyal
pembentukan senyawa. Reseptor insulin merupakan 22 reseptor tirosin kinase.
Reseptor insulin memediasi aktivitasnya dengan memfosforilasi tirosin pada protein
di dalam sel. Protein substrat yang difosforilasi oleh reseptor insulin termasuk
protein yang disebut IRS-1 atau Insulin Receptor Substrate 1. Terfosforilasinya
ikatan IRS-1 akan meningkatkan afinitas molekul transporter glukosa di membran
luar jaringan yang responsif terhadap insulin seperti sel otot dan jaringan lemak,
sehingga meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel.
Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang
berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa didalam sel otot dan lemak,
meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya belum begitu jelas. Setelah
berikatan, transduksi sinyal berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4
(glucose transporter-4) dan selanjutnya mendorong penempatannya pada membran
sel. Proses sintesis dan translokasi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan glukosa
dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya mengalami metabolisme . Untuk
mendapatkan proses metabolisme glukosa normal, selain diperlukan mekanisme serta
dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi insulin yang berlangsung
normal. Rendahnya sensitivitas atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap
insulin merupakan salah satu faktor etiologi terjadinya diabetes, khususnya diabetes
tipe 2 (Granner,2003)
20
oral dapat ditambahkan dan penggunaan insulin dapat dihentikan. Idealnya sesuai
dengan kedaan fisiologis, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan
tiga kali untuk mengontrol kadar glukosa darah setelah makan ( PERKENI,2008).
21
3. Karakteristik Insulin berdasarkan Lama Kerja
a. Insulin kerja pendek atau cepat ialah insulin yang memiliki lama kerja
berkisar selama 4 sampai dengan 8 jam yang biasanya digunakan untuk
mengendalikan glukosa darah sesudah makan (post-prandial) dan diberikan
sesaat sebelum makan.
b. Insulin kerja menengah ialah insulin yang memiliki lama kerja 8 sampai
dengan 12 jam, diabsorpsi lebih lambat, dan menirukan pola sekresi insulin
endogen (insulin basal). Insulin ini biasanya digunakan untuk mengendalikan
glukosa darah puasa.
c. Insulin kerja panjang ialah insulin yang memiliki lama kerja 12 sampai
dengan 24 jam, diabsorpsi lebih lambat, untuk mengendalikan glukosa darah
puasa. Insulin ini biasanya digunakan 1 kali (malam hari sebelum tidur) atau
2 kali (pagi dan malam hari).
d. Insulin campuran (premixed) merupakan insulin campuran antara insulin
kerja pendek dan kerja menengah (Human Insulin) atau insulin kerja cepat
dan kerja menengah (insulin analog) yang biasa digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pasien tertentu. Insulin campuran tersedia dalam perbandingan
tetap (fixed-dose ratio) antara insulin kerja pendek atau cepat dan menengah.
22
puncak
Glargine U300 1 3 Tanpa > 24 Pen 300
(Lantus ® XR) jam Puncak
jam U/mL
Biosimile Kerja Panjang
r
Analog
Biosimile Glargline 1 2 Tanpa 24 jam Vial
( Basaglar ®) jam
r Puncak catridge
Analog disposible
Human Penfill
insulin catridge
(Reguler ) 100 U/mL
Glargline 1 2 Tanpa 24 jam Pen/flexpen
(Ezelin ®) Puncak
jam 100 U/mL
Kerja pendek
Human Humulin ® 30 2 4 6
Actrapid ® 45 Vial
insulin jam 8 jam Penfill
Insuman ® menit
(Reguler ) Sansulin ®
Analog Kerja cepat
Human
insulin
Analog Lispro 5 1 2 4 Vial/pen
(Humalog ®) 15 jam 6 jam Flexpen
Aspart Menit Vial/pen
( Novorapid ®)
Glulisin
(Apidra ®)
Humulin® 3 12 4 Vial 30/70
30/70 ( 30 % 30
Human regular, 70 % jam 6 jam Penfill
60
23
insulin NPH*) menit
24
2.3.7 Insulin Pen
25
6. Pastikan insulin pen siap digunakan
Pastikan tidak ada udara di dalam insulin pen dan jarum berfungsi dengan baik
Dengan cara :
Putar tombol pemilih dosis pada ujung pen untuk 1 atau 2 unit
Tahan insulin pen dengan jarum mengarah keatas
Tekan tombol dosis dengan benar sambil mengamati keluarnya sedikit insulin
Ulangi jika perlu sampai insulin terlihat di ujung jarum
Tombol pemutar harus kembali ke nol setelah insulin terlihat didalam pen
26
Pastikan posisi nyaman saat menyuntikan insulin pen
Penyuntikan dapat dilakukan pada bagian perut, lengan, paha atas atau pantat
Tidak dianjurkan untuk menyuntik di lokasi yang sama terus menerus,
rotasikan posisi (konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu)
9. Suntikan insulin
Usapkan kapas alkohol pada bagian yang akan disuntik
Genggam pen dengan 4 jari, letakkan ibu jari pada tombol dosis.
Mencubit kulit (bagian lemak) yang akan disuntik menggunakan 2 jari
Segera suntikkan jarum dengan cara tegak lurus (sudut 900 ) dengan bagian
tubuh yang akan di suntik
Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai
berhenti (klep dosis akan kembali pada nol).
Biarkan jarum di tempat suntikan selama 5-10 detik untuk memastikan
insulin benar-benar masuk dan mencegah insulin keluar dari tempat suntikan,
Melepaskan kulit yang dicubit
Tarik jarum dari tempat penyuntikan dan usap dengan kapas alkohol, jangan
di gosok atau dipijat
27
Tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen. Tempatkan
jarum yang telah digunakan pada wadah yang aman (kaleng kosong) dan
buang ke tempat sampah
2.2 DAGUSIBU
2.2.1 Definisi DAGUSIBU
Dagusibu merupakan singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang obat
(PP IAI, 2014). Dagusibu merupakan suatu program edukasi kesehatan yang dibuat
oleh IAI dalam upaya mewujudkan Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) sebagai
langkah konkrit untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebgai komitmen dalam melaksanakan
amanat Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009. Perlu adanya pengawasan dan
penyampaian informasi tentang obat untuk pasien atau masyarakat dalam
28
mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan baik. Jika
penggunaannya salah, tidak tepat, tidak sesuai dengan takaran dan indikasinya maka
obat dapat membahayakan kesehatan (Depkes RI, 2008).
29
(cara penggunaan obat), peringatan perhatian (berisi peringatan obat dalam bentuk
persegi panjang hitam), tanggal kedaluarsa, nama produsen, nomor batch, harga dan
nomor registrasi.
c. Tanggal kadaluarsa (Expired date)
Masyarakat harus teliti dalam melihat tanggal kadaluarsa yang tertera pada
kemasan obat serta dapat membedakan expired date dengan manufacturing date
(MFD). MFD merupakan tanggal diproduksi obat sedangkan expired date ialah
tanggal kedaluarsa atau batas akhir obat tersebut dapat dikonsumsi (Janatun, 2020).
30
4) Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai habis, biasanya
obat antibiotika.
5) Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tidak dimaksudkan untuk
penggunaan secara terus – menerus.
6) Hentikan penggunaan obat apabila tidak memberikan manfaat atau
menimbulkan hal–hal yang tidak diinginkan, segera hubungi tenaga kesehatan
terdekat.
7) Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah.
8) Sebaiknya tidak melepas etiket dari wadah obat karena pada etiket tersebut
tercantum cara penggunaan obat dan informasi lain yang penting.
9) Bacalah cara penggunaan obat sebelum minum obat, demikian juga
periksalah tanggal kadaluarsa.
10) Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.
11) Tanyakan kepada Apoteker di Apotek atau petugas kesehatan di Poskesdes
untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap. b. Informasi
khusus cara penggunaan obat.
31
Tablet dan kapsul disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk,
terlindung dari cahaya. Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat panas dan
atau lembab.
b. Sediaan obat cair
Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin (freezer)
agar tidak beku kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat.
c. Sediaan obat krim
Disimpan dalam wadah tertutup baik atau tube, di tempat sejuk.
d. Sediaan obat vagina dan ovula.
Sediaan obat untuk vagina dan anus disimpan di lemari es karena dalam suhu
kamar akan mencair.
e. Sediaan Aerosol atau Spray
Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena
dapat menyebabkan ledakan.
Klasifikasi suhu penyimpanan obat berdasarkan ruangan penyimpanan obat :
a. Dingin Suhu dingin adalah suhu tidak lebih dari 8°C. Disimpan dalam lemari
pendingin.
b. Sejuk Suhu sejuk adalah suhu antara 8°C sampai 15°C didalam lemari
pendingin
c. Suhu kamar Suhu kamar dalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali
adalah suhu yang diatur antara 15°C sampai 30°C.
d. Hangat Disimpan pada suhu 30°C sampai 40°C.
e. Panas Disimpan pada suhu lebih dari 40⁰C.
Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya.
Penyimpanan dimaksudkan agar tercegah dari cemaran, peruraian, terhindar dari
pengaruh udara, kelembaban, panas, dan cahaya. Ketentuan mengenai cara
penyimpanan umumnya tertera pada kemasan obat atau leaflet. Obat yang
mengndung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh
baik di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata, tetes kuping, tetes
hidung, larutan, sirup dan salep yang mengandung air atau krim sangat terbatas
jangka waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obatan biasaya ada kandungan zat
pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila
32
wadah sudah dibuka, maka zat pengawet pun tidak dapat menghindarkan rusaknya
obat secara keseluruhan. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-
hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga
membersihkan pipet atau sendok ukur dengan mengeringkannya (Ika
Purwidyaningrum, 2019).
2.4 EDUKASI
2.4.1. Definisi Edukasi
Edukasi merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk memberikan informasi
untuk individu, kelompok maupun masyarakat. Kegiatan ini bertujuan agar individu,
33
kelompok dan masyarakat dapat memperoleh informasi terutama di bidang kesehatan
(Notoadmodjo, 2012). Media edukasi dapat terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Media Cetak merupakan alat yang digunakan untuk memberi informasi
berupa pesan-pesan kesehatan. Contoh dari media ini antara lain booklet,
leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik, serta poster.
2. Media Elektronik merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan
informasi melewati terlevisi, radio, video, dan slide.
3. Media Papan merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi
kesehatan dan biasanya diletakkan ditempat-tempat (Notoadmodjo, 2012).
34
6. Evaluasi (evaluation) merupakan kemampuan untuk menilai suatu materi
(Notoatmodjo, 2010).
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
36
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Bulan ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1. Persiapan proposal penelitian
2. Studi pendahuluan
3. Seminar proposal
4. Persetujuan etik
5. Pengambilan data penelitian
6. Analisis data
7. Penyusunan laporan
8. Seminar hasil dan sidang akhir
9. Perbaikan tugas akhir
3.4.2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini ialah pasien diabetes mellitus yang
menjalani rawat jalan dan menggunakan insulin pen. Pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan Teknik Purposive Sampling yaitu sesuai kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi selama periode Januari- Februari 2023.
2.3.1.1.1.1.1.1 Kriteria inklusi
Pasien berobat di Poli Endokrin dan mengambil insulin pen di Apotek
Terpadu RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Pasien terdiagnosa diabetes mellitus dan menggunakan insulin pen
Pasien bersedia menjadi responden penelitian
2.3.1.1.1.1.1.2 Kriteria ekslusi
Pasien yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik
37
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan menggunakan
rumus Lemeshow (1997), berlaku untuk jumlah populasi yang tidak diketahui,
dengan rumus sebagai berikut:
2
z p (1− p)
n= 2
d
Keterangan:
n = Jumlah sampel
z = Nilai standart = 1.96
p = Maksimal estimasi = 50% = 0,5
d = alpha (0,1) atau sampling error = 10%
38
menggunaka 2. Kuesioner Baik jika
n, membuang pengetahua bernilai 76-
dan n pasien 100%
menyimpan. diabetes b. Tingkat
mellitus pengetahua
mengenai n kategori
DAGUSIB Cukup jika
U insulin bernilai 56-
pen (Post 75%
test) c. Tingkat
pengetahua
n kategori
Kurang jika
bernilai ≤
56%
39
jawaban salah dan memperoleh nilai 0. Pernyataan untuk menentukan tingkat
pengetahuan pasien diabetes mellitus terhadap DAGUSIBU insulin pen diguanakan
perhitungan data persentase jawaban yang benar dari rumus oleh Arikunto (2013),
yaitu :
jumalh nilai yang benar
Persentase= x 100 %
jumlah soal
40
6. Pengisian Kuesioner pengetahuan pasien diabetes mellitus mengenai
DAGUSIBU insulin pen melalui wawancara terpimpin setelah dilakukannnya
edukasi DAGUSIBU ( Postestt).
7. Melakukan pengecekan data kembali untuk menjamin data terisi sepenuhnya
dan dapat dibaca dengan jelas
8. Data pengetahuan pasien diabetes mellitus mengenai DAGUSIBU insulin pen
didapatkan melalui skoring kuesioner Pengetahuan yang telah diisi oleh
pasien.
9. Menganalisis dan menginterpretasi data yang telah diperoleh
10. Menarik kesimpulan terhadap pengaruh edukasi DAGUSIBU insulin pen
terhadap pengetahuan pasien diabetes mellitus di poli endokrin Rumah Sakit
Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
41
Correlation dari tiap pertanyaan dan nilai Pearson Correlation dari skor total setelah
diujivaliditasnya. Kemudian nilai Pearson Correlation dari skor total atau r hitung
dibadingkan dengan r tabel. Pertanyaan dianggap valid jika r hitung lebih besar dari
r tabel. Uji reabilitas dilakukan dengan pengujian reabilitas Cronbach’s alpha
dengan cara membandingkan nilai Cronbach’s alpha dengan r tabel. Pertanyaan
dianggap reliable jika nilai Cronbach’s alpha lebih besar dari nilai r tabel.
2 [ ]
n3−n
12
− ∑ t 1− ∑ t 2 − ∑ d i
2
√ [√
r2 =
2
n3−n
12
−∑ t 1 ][ √ n3−n
12
−∑ t 2 ]
42
Keterangan:
rs : koefisien korelasi Rank Spearman
di : menunjukkan perbedaan setiap pasang
n : menunjukkan jumlah pasangan rank
t : banyaknya observasi yang berangka sama pada ranking tertentu
Hipotesis dalam suatu penelitian terbagai menjadi dua yaitu, hipotesis nol
(H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Apabila p>0,05 maka H0 diterima sehingga tidak
terdapat hubungan antara kedua variabel. Hipotesis yang diharapkan pada penelitian
ini yaitu ditolak H0 sehingga Ha diterima. Ha dapat diterima apabila p<0,05 yang
berarti terdapat pengaruh edukasi DAGUSIBU insulin pen terhadap pengetahuan
pasien DM di poli endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin.
43
Lampiran Lembar Kuesioner Data Demografi dan Karakteristik
44
Lampiran Lembar Evaluasi Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Terhadap
Dagusibu Insulin Pen
45
disimpan di lemari es (2-8 ° C))
12. Insulin yang belum digunakan dapat -
di simpan di lemari beku (freezer)
13. Setelah dibuka, Vial insulin dapat -
digunakan sampai tanggal kadaluarsa
nya
14. Pen yang sudah digunakan harus di -
simpan di dalam lemari es
15. Jarum insulin pen dapat digunakan -
kembali asalkan di simpan di tempat
yang terhindar dari cahaya matahari
16. Bu Insulin pen yang sudah habis dapat -
( Buang) langsung dibuang ke tempat sampah
17. Jarum suntik pada insulin pen harus -
dibengkokkan terlebih dahulu
sebelum dibuang ke tempat sampah
18. Sebelum dibuang, semua informasi
termasuk etiket yang menempel pada
kemasan insulin pen harus
dihilangkan
46
Lampiran Lembar Permohonan Kesediaan Menjadi Responden
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Calon Responden
DiTempat
Dengan Hormat,
Saya sebagai mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Afrida Yanti
NIM : 1908109010018
Alamat : Lampeuneurut ujong blang, kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar
Institusi : Universitas Syiah Kuala
Saya berencana melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Edukasi
DAGUSIBU Insulin Pen Terhadap Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Di Poli
Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin”. Bersama ini saya mohon
kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dan berpartisipasi sebagai subjek
dalam penelitian yang saya kerjakan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Farmasi. Mungkin kalimat tersebut sulit dipahami namun saya akan menjelaskan
secara ringkas maksud dan tujuan penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengetahuan pasien
diabetes mellitus terhadap dagusibu insulin ppen serta mengetahui pengaruh edukasi
DAGUSIBU insulin pen terhadap pengetahuan pasien diabetes mellitus di poli
endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin.
Ada beberapa prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu
pertama Bapak/Ibu akan diberikan penjelasan mengenai penelitian meliputi identitas
peneliti, judul penelitian, tujuan serta manfaat penelitian dan peneliti menjamin
kerahasiaan data responden. Apabila Bapak/Ibu setuju menjadi responden maka
peneliti akan mempersilahkan menandatangani surat persetujuan (informed consent)
yang telah disediakan. Namun apabila Bapak/Ibu tidak setuju, maka Bapak/Ibu
47
berhak 70 menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data. Setelah
itu peneliti akan mengisi lembar biodata responden berdasarkan informasi dari
Bapak/Ibu. Kemudian peneliti akan meminta kesediaan responden untuk menjawab
dengan metode wawancara terpimpin.
Dalam penelitian ini tidak terdapat bahaya potensial yang akan dirasakan
sebagai akibat pengumpulan data. Identitas responden dan data terkait tersimpan
secara rahasia sehingga hanya diketahui oleh peneliti, responden dan Bapak/Ibu/Sdra
(i).
Peneliti akan bertanggung jawab atas segala risiko yang ditimbulkan oleh
penelitian ini, dan Bapak/Ibu sewaktu–waktu dapat mengundurkan diri dari
penelitian ini apabila dianggap merugikan.
Contact Person : Auzan Al-Kautsar
HP : 082370947097
Demikian penjelasan ini kami sampaikan dan harus dipahami sebelum bersedia
menjadi responden penelitian. Atas perhatian Bapak/Ibu/Sdra (i) saya ucapkan terima
kasih. Banda Aceh, ……………….…… Peneliti (Auzan Al-Kautsar)
48
Lampiran Lembar Informed Consent Responden
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Dengan ini saya menyatakan bahwa, saya secara sukarela dan tanpa paksaan bersedia
menjadi responden untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul
“Pengaruh Edukasi DAGUSIBU Insulin Pen Terhadap Pengetahuan Pasien Diabetes
Mellitus Di Poli Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin”. Saya
mengetahui bahwa penelitian ini menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden
penelitian dan keikutsertaan saya menjadi subjek pada penelitian ini sangat besar
manfaatnya kepada masyarakat dan tenaga kesehatan. Saya percaya bahwa informasi
yang saya berikan akan dirahasiakan oleh peneliti dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
untuk dapat digunakan sebagaimana perlu.
Banda Aceh, …………………….
Responden
(……………………….)
49
Tina L, Lestika M, Yusran S. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe
2 di Wilayah Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Umum 2018.
2019;4(2):25–9
DAFTAR PUSTAKA
50
Vonna, A., Marlinda, M., & Suryawati, S. (2021). Evaluasi Pengetahuan Dan
Keterampilan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dalam Penggunaan Insulin Pen.
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan, 8(2), 106–116.
https://doi.org/10.22435/sel.v8i2.5496
PP IAI. (2014). Pedoman Pelaksanaan Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO). Pengurus Pusat
Ikatan Apoteker Indonesia
PERKENI. 2008. Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Mellitus.Penerbit
PERKENI, Jakarta.
51