SKRIPSI
OLEH:
AIDA FITRI HASIBUAN
NIM 141501069
SKRIPSI
OLEH:
AIDA FITRI HASIBUAN
NIM 141501069
OLEH:
AIDA FITRI HASIBUAN
NIM 141501069
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.
NIP 195807101986012001 NIP 196005111989022001
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Formulasi dan Uji Efektivitas Krim Anti-Aging Ekstrak Etanol
Buah Salak (Salacca zalacca (Gaertner) Voss)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi
sebagai antioksidan yang dapat mengatasi penuaan pada kulit dengan cara
mencegah kerusakan sel kulit dari serangan radikal bebas. Tujuan penelitian ini
salak dengan beberapa konsentrasi yang berbeda dan menguji efektivitas anti-
aging terhadap kulit. Hasil yang diperoleh yaitu sediaan krim anti-aging ekstrak
etanol buah salak dapat mengurangi tanda-tanda penuaan pada kulit, dimana
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat sebagai sumber informasi,
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,
skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra.
Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., selaku dosen
iv
Universitas Sumatera Utara
penguji yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran dalam penyusunan
skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.,
kepada Ibu Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., selaku dosen penasihat
akademik yang telah banyak memberikan nasihat dan bimbingan selama masa
pendidikan, kepada Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang tulus
dan tak terhingga kepada orangtua tercinta Ayahanda Khairuddin Hasibuan, dan
Ibunda Maria Ulfah serta kepada kakak Siti Aisyah Hasibuan dan Adik Riki
Wahyudi Hasibuan tercinta atas doa dan dukungan baik moril maupun materil
kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam skripsi ini
ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara, dan bukan menjadi tanggungjawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS
KRIM ANTI-AGING EKSTRAK ETANOL BUAH SALAK
(Salacca zalacca (Gaertner) Voss)
ABSTRAK
Latar belakang: Paparan sinar UV, polusi, dan pola hidup tidak sehat dapat
memicu terbentuknya radikal bebas yang dapat mempercepat proses penuaan pada
kulit. Senyawa flavonoid dalam buah salak berkhasiat sebagai antioksidan yang
mampu menetralisir radikal bebas sehingga dapat memperbaiki tanda-tanda
penuaan pada kulit seperti kulit kering, kasar, berkeriput, bintik hitam, dan
pembesaran pori-pori.
Tujuan penelitian: Memformulasikan sediaan krim anti-aging ekstrak etanol
buah salak serta menguji efektivitasnya terhadap kulit sukarelawan.
Metode: Ekstrak etanol buah salak diperoleh dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 80%. Simplisia dilakukan uji karakteristik dan pada ekstrak
dilakukan skrining fitokimia. Sediaan krim dibuat dalam 4 formula yaitu masing-
masing dengan konsentrasi ekstrak buah salak 1% (F1), 3% (F2), 5% (F3) dan
tanpa ekstrak buah salak (F0/blanko). Pengujian terhadap sediaan krim meliputi
uji homogenitas, tipe emulsi, stabilitas termasuk diantaranya uji pH dan
pemeriksaan bentuk, warna, dan bau selama penyimpanan pada suhu ruang (20 -
25oC) selama 12 minggu, uji iritasi, dan efektivitas anti-aging terhadap wajah
sukarelawan menggunakan alat skin analyzer dengan parameter yang diukur
meliputi kadar air, kehalusan, besar pori, banyak noda, dan keriput. Pemakaian
krim dilakukan dua kali sehari selama 4 minggu dan pengujian dilakukan setiap
minggu. Data statistik dianalisis menggunakan metode Kruskal Wallis dan Mann-
Whitney.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa simplisia memenuhi syarat uji
karakteristik. Ekstrak buah salak mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,
glikosida, tanin, dan saponin. Semua sediaan krim bersifat homogen, dengan tipe
emulsi minyak dalam air (m/a), pH 6,1-6,6, bentuk, warna, dan baunya stabil
selama penyimpanan dan tidak mengiritasi kulit. Hasil pengukuran efektivitas
anti-aging menunjukkan bahwa krim ekstrak etanol buah salak 5% efektif
meningkatkan kadar air sebesar 10,33% dan kehalusan sebesar 27,8%,
mengecilkan ukuran pori sebesar 45,6%, mengurangi noda sebesar 29,6% dan
keriput sebesar 26,12%. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan
yang signifikan (p ≤ 0,05) antar formula krim.
Kesimpulan: Ekstrak etanol buah salak (Salacca zalacca (Gaertner) Voss) 5%
dalam sediaan krim anti-aging lebih baik dalam meningkatkan kadar air dan
kehalusan, mengecilkan ukuran pori, mengurangi noda dan keriput dibandingkan
dengan formula krim lainnya.
vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION AND EFFECTIVENESS TEST OF ANTI-AGING
CREAM ETHANOLIC EXTRACT OF SALAK FRUIT
(Salacca zalacca (Gaertner) Voss)
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..................................................................................................... i
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Khasiat dan manfaat.................................................... 8
x
Universitas Sumatera Utara
3.4.6 Penetapan kadar abu total ......................................... 26
xi
Universitas Sumatera Utara
4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia .......................... 35
LAMPIRAN ............................................................................................. 60
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.7 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah
sukarelawan setelah pemakaian krim anti-aging selama 4
minggu .......................................................................................... 43
4.9 Data hasil pengukuran pori (pore) pada kulit wajah sukarelawan
setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu .................. 48
4.10 Data hasil pengukuran noda (spot) pada kulit wajah sukarelawan
setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu .................. 51
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah
sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak buah salak 1%,
3%, dan 5% selama 4 minggu ..................................................... 44
4.5 Grafik hasil pengukuran besar pori (pore) pada kulit wajah
sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak buah salak 1%,
3%, dan 5% selama 4 minggu ..................................................... 49
xiv
Universitas Sumatera Utara
4.10 Grafik persentase pengurangan keriput (wrinkle) pada kulit
wajah sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak buah salak
1%, 3%, dan 5% selama 4 minggu ............................................. 55
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
12 Gambar hasil uji homogenitas dan tipe emulsi sediaan krim ..... 73
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Penuaan merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap orang.
Proses penuaan dini ditandai biasanya pada wajah terlihat wrinkle atau
struktural dan fisiologis dalam lapisan kulit serta perubahan dalam penampilan
kulit, terutama pada daerah kulit yang terkena sinar matahari (Surjanto, et al.,
2016).
klinis memberikan gambaran struktur kulit yang kasar, serta diskromia. Sinar UV
bukan merupakan penyebab dasar penuaan kulit, namun sekitar 80% penuaan
kulit wajah disebabkan oleh sinar UV, yang dikenal sebagai photoaging. Selain
itu, penuaan juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan lainnya seperti
merokok, polusi, bahan-bahan kimia, dan pola hidup tidak sehat (Murlistyarini,
2015).
Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya tidak stabil.
Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Sehingga
1
Universitas Sumatera Utara
elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri. Serangan ini
berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh. Radikal bebas juga
disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit karena serangan radikal bebas
pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga
penuaan. Oleh karena itu, tubuh memerlukan suatu substansi penting yang dapat
atau molekul radikal bebas. Sel-sel pada jaringan kulit pun terhindar dari serangan
radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan
degradasi dan inhibisi penuaan juga dapat dilakukan sehingga kulit dapat terlihat
lebih muda (Fauzi dan Nurmalina, 2012). Penuaan dapat dihambat dengan
Ekstrak etanol daging buah salak Sidempuan memiliki konsentrasi inhibisi (IC50)
2
Universitas Sumatera Utara
flavonoid, tanin, kuinon, monoterpen, dan sesquiterpen (Sulaksono, et al., 2015).
Sedangkan menurut hasil penelitan lainnya, salak memiliki senyawa kimia antara
lain polifenol, flavanol, flavonoid, asam askorbat, dan tanin (Puryono, et al.,
2015).
Dikatakan oleh dr. Astrid Tilaar, M.Si, dokter sekaligus herbalis, buah
salak dapat diberdayakan sebagai bahan alternatif lain untuk mengatasi masalah
dan yang paling banyak adalah inhibitor tirosinase. Buah salak yang memiliki
inhibitor tirosinase sehingga buah salak dapat dijadikan skin brightening atau
sel atau jaringan pembuluh darah. Flavonoid juga dapat meningkatkan kadar
sediaan krim yang mengandung ekstrak buah salak serta menguji efektivitasnya
a. Apakah ekstrak etanol buah salak dapat diformulasikan dalam sediaan krim
3
Universitas Sumatera Utara
b. Apakah krim yang mengandung ekstrak etanol buah salak mampu memberikan
1.3 Hipotesis
a. Ekstrak etanol buah salak dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan
b. Krim yang mengandung ekstrak etanol buah salak mampu memberikan efek
dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air.
b. Untuk mengetahui apakah krim yang mengandung ekstrak etanol buah salak
mengandung ekstrak etanol buah salak terhadap efek anti-agingnya pada kulit.
4
Universitas Sumatera Utara
b. Menambah pengetahuan dan informasi kepada masyarakat tentang
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tropis asli Indonesia yang banyak tersebar di seluruh kepulauan Nusantara. Selain
(Nuryati, 2007). Buah ini memiliki berbagai nama lain, yaitu salak (Indonesia);
salak palm, snake fruit, (Inggris); sala, rakam, rakum (Thailand); she pi guo
2007). Ciri khas dari tanaman ini adalah berukuran rendah, hampir tidak
berbatang, tegak, berduri-duri, tingginya 1,5 – 5 m. Tanaman ini tumbuh baik jika
ada pohon penaungnya, cocok dengan iklim yang basah, tidak tahan genangan air,
(Tjahjadi, 1989).
tempat 700 m di atas permukaan laut (dpl). Keadaan lingkungan tumbuh yang
menengah (medium) dengan ketinggian tempat 50 m – 300 m dpl, dan tipe iklim
C (daerah yang mempunyai 3 – 4,5 bulan basah), bersuhu antara 20o – 30o C,
curah hujannya antara 200 mm – 400 mm per bulan, kelembapan udara 40% -
70%, tempatnya terbuka sampai ternaungi dengan intensitas matahari 40% - 50%,
dan dengan tipe tanah yang gembur, subur, banyak mengandung humus, aerasi
6
Universitas Sumatera Utara
dan drainasenya baik, air tanahnya dangkal, serta ber-pH 6,0 – 7,0 (Rukmana,
2007).
Tanaman salak berakar serabut. Daerah penyebaran akar tidak luas, dangkal,
dan mudah rusak jika kekurangan air. Batangnya tertutup oleh pelepah daun yang
tersusun rapat. Helaian daunnya panjang, pelepah dan tangkainya berduri. Bentuk
daun seperti pedang, pangkal daun menyempit, cembung, bersegmen banyak dan
Buah umumnya berbentuk segitiga, bulat telur terbalik, bulat atau lonjong
dengan ujung runcing, terangkai rapat dalam tandan buah di ketiak pelepah daun.
sampai kehitaman. Daging buah tidak berserat, warna dan rasa tergantung
varietasnya. Dalam satu buah terdapat 1-3 biji. Biji keras, berbentuk dua sisi, sisi
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Salacca
7
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Kandungan Kimia
Menurut Widuri (2013), buah salak merupakan sumber mineral yaitu terdiri
dari kalsium 28 mg, fosfor 18 mg dan zat besi 4,2 mg dari 100 g bagian yang
dapat dimakan. Komposisi kimia yang terkandung pada buah salak dapat dilihat
Kalori (Kal) 77
Protein (g) 0,4
Lemak (g) -
Karbohidrat (g) 20,9
Kalsium (mg) 28
Fosfor (mg) 18
Besi (mg) 4,2
Vitamin A (SI) 0
Vitamin B1 (mg) 0,04
Vitamin C (mg) 2
Air (g) 78,0
makanan dan minuman olahan seperti manisan, keripik, dodol, sirup, kurma salak,
dan minuman serbuk biji salak. Minuman serbuk biji salak berkhasiat sebagai obat
8
Universitas Sumatera Utara
2.2 Uraian Bahan
a. Asam Stearat
Asam stearat digunakan dalam krim yang basisnya dapat dicuci dengan
serta untuk memperoleh efek yang tidak menyilaukan pada kulit. Jika
konsistensi krim. Krim ini bersifat lunak dan menjadi mengkilap saat
b. Setil Alkohol
Gliserin, propilen glikol, sorbitol 70%, dan polietilen glikol dengan berat
mencegah pembentukan kerak bila krim dikemas di dalam botol, dan juga
9
Universitas Sumatera Utara
d. Trietanolamin (TEA)
TEA dan 5-15% asam stearat tergantung dengan jumlah minyak yang akan
e. Metil Paraben
Berupa serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai
rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa gatal. Larut dalam 500 bagian
air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan
dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P dan dalam larutan
bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larut dan tetap jernih.
f. Pewangi
konsistensi dan stabilitas emulsi dengan emulgator anionik atau non ionik
(Lachman, 1994).
10
Universitas Sumatera Utara
Bahan – bahan pewangi dapat dibagi 3 golongan :
lavender.
2.3 Ekstraksi
simplisia nabati atau hewani dengan pelarut yang sesuai sehingga terpisah dari
bahan yang tidak dapat larut. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-bahan
(Harbone, 1987).
tanaman atau hewan dari bagian lainnya yang tidak aktif/inert menggunakan
pelarut yang sesuai menurut standard yang berlaku. Produk yang dihasilkan dari
proses ekstraksi dari jaringan tanaman dapat berupa cairan yang tidak murni,
semisolid atau serbuk yang diperuntukkan bagi pemakaian luar ataupun oral
(Kumoro, 2015).
A. Cara dingin
1. Maserasi
11
Universitas Sumatera Utara
ruangan (kamar). Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus menerus
2. Perkolasi
bahan.
B. Cara panas
1. Refluks
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
2. Digesti
3. Sokletasi
selalu baru, umumnya dilakukan dengan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
12
Universitas Sumatera Utara
4. Infundasi
5. Dekoktasi
2.4 Kulit
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis seperti
pembentukan lapisan tanduk yang terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-
sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap datangnya tekanan
dan infeksi dari luar. Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 m2, dengan berat 10 kg
Lapisan paling dalam dari epidermis dinamakan lapisan basal atau stratum
germinativum. Disini ditemukan sel-sel yang membelah diri dan membentuk sel
kulit baru yang selanjutnya bergeser ke lapisan lebih atas sehingga suatu saat
menjadi lapisan cornium. Pigmen melanin yang memberi warna pada kulit
13
Universitas Sumatera Utara
terdapat di lapisan ini. Untuk mencapai lapisan paling atas, sel-sel ini
membutuhkan waktu sekitar 5-6 minggu. Dengan demikian, setiap 4-5 minggu
Oleh para ahli histologi, epidermis mulai dari bagian terluar hingga ke
5. Lapisan basal (Stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu lapis
sel-sel basal.
Lapisan dermis kulit utamanya terdiri dari bahan dasar serabut kolagen
dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat
keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak. Di dalam dermis, terdapat adneksa-
adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran
keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung
14
Universitas Sumatera Utara
syaraf. Juga sebagian dari serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah
kerut dan keriput, hiperpigmentasi dan tumor kulit terutama pada usia 40 tahun ke
atas akibat terlalu lama terpapar sinar matahari, terjadinya penebalan kulit,
epidermis kering dan pecah-pecah, perubahan pada bentuk kuku dan rambut, dan
Banyak faktor dari luar yang mempengaruhi penuaan kulit, tetapi yang
terkuat adalah sinar matahari, khususnya sinar UV yang terdapat di dalam sinar
1. Sinar UV-A. Panjang gelombang 320 – 400 nm. 95% radiasi sinar UV-A
hari dan tidak tergantung musim. Sinar UV-A ini mampu menembus kulit
kulit.
2. Sinar UV-B. Panjang gelombang 290 – 320 nm. Intensitas sinar UV-B
dipengaruhi musim, dan akan meningkat saat musim panas tiba. Sinar UV-
15
Universitas Sumatera Utara
3. Sinar UV-C. Panjang gelombang 290 nm tidak membahayakan kulit,
karena Sinar UV-C sudah habis terserap di lapisan ozon sehingga tidak
Secara histologis dan fisiologis, pada kulit yang sudah menua ditemukan
- Kulit menjadi kering karena menurunnya fungsi kelenjar minyak kulit (kelenjar
sebasea)
- Berkurangnya kadar air kulit dan mengeringnya serabut kolagen dan elastin
disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam tubuh sendiri, misalnya umur, genetik,
rasial, dan hormonal. Sebaliknya, bila penuaan kulit disebabkan oleh faktor luar,
misalnya lingkungan hidup, penyakit sistemik, stres, rokok, alkohol, bahan kimia,
dan lainnya yang sebenarnya dapat dihindari, disebut sebagai penuaan ekstrinsik.
Penuaan ekstrinsik akan menghasilkan kulit menua dini, yaitu lebih cepat dari
elektronnya. Sebagai contoh, atom oksigen (O2) yang normal mempunyai empat
pasang elektron. Proses metabolisme sehari- hari yang merupakan proses biokimia
dengan cepat diubah menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi tubuh. Tetapi,
16
Universitas Sumatera Utara
bila terjadi reaksi dalam tubuh yang berlebihan maka akan terjadi perampasan
elektron oksigen tersebut sehingga menjadi tidak berpasangan dan atom oksigen
menjadi radikal bebas yang berusaha mengambil elektron dari senyawa lain
Oksidasi lemak oleh spesies oksigen reaktif melibatkan tiga langkah, yaitu
inisiasi, propagasi, dan terminasi. Tahap inisiasi adalah tahap awal terbentuknya
dimana terjadi reaksi antara suatu radikal dengan senyawa lain dan menghasilkan
radikal baru. Tahap terminasi adalah tahap akhir, terjadinya pengikatan suatu
radikal bebas dengan radikal bebas yang lain sehingga menjadi tidak reaktif lagi.
Ketika proses tersebut terjadi maka siklus reaksi radikal telah berakhir
(Kumalaningsih, 2006).
Sejumlah radikal bebas reaktif yang terbentuk dari oksigen dalam kehidupan
sebagai konsekwensi yang tidak dapat dihindari dari respirasi aerob adalah
(Kosasih, 2004) :
- O2 : Superoksid
- HO : Hidroksi radikal
2.6 Antioksidan
menstabilkan atom atau molekul radikal bebas (Muliyawan dan Suriana, 2013).
17
Universitas Sumatera Utara
Peran positif dari antioksidan adalah membantu sistem pertahanan tubuh bila ada
intraseluler (di dalam sel/endogen) dan ekstraseluler (di luar sel/eksogen) atau pun
dari makanan. Antioksidan yang terdapat dalam vitamin ataupun zat-zat bioaktif
alpha liopic acid (ALA), alga hijau dan biru, ubiquinone (Q10), karotenoid,
A. Vitamin C
antioksidan lain datang. Di samping itu, efeknya yang menarik perhatian para ahli
B. Flavonoid
dan komponen yang lebih besar yaitu polyphenols memberi warna pigmen pada
buah dan sayur. Kini diketahui hampir 80% dari total antioksidan dalam buah dan
sayuran berasal dari flavonoid, yang dapat berfungsi sebagai penangkap anion
(Kosasih, 2004).
18
Universitas Sumatera Utara
2.7 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI,
1995).
Emulsi terdiri dari dua cairan yang tidak dapat bercampur, salah satu
bagian tersebar di bagian lain. Ini dikenal sebagai fase internal dan eksternal. Jenis
emulsi yang diperoleh tergantung pada proporsi minyak dan air yang digunakan
(Young, 1972).
Krim ada dua tipe, yaitu krim tipe minyak dalam air (m/a) dan tipe air
dalam minyak (a/m). Krim yang dapat dicuci dengan air (m/a) ditujukan untuk
penggunaan kosmetik dan estetika (Syamsuni, 2006). Ketika fase minyak atau
lemak terdispersi dalam fase air, dikenal sebagai sistem emulsi minyak dalam air
(m/a). Emulsi minyak dalam air kurang berminyak dibandingkan emulsi air dalam
minyak karena air adalah fase eksternal. Emulsi minyak dalam air dapat terdipersi
dalam air. Juga lebih mudah dicuci daripada emulsi air dalam minyak (Young,
1972).
perubahan suhu dan komposisi, misalnya adanya penambahan salah satu fase
secara berlebihan. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika sesuai dengan
pengenceran yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang
sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan (Syamsuni, 2006).
2.8 Anti-Aging
penuaan dini adalah produk anti-aging. Anti-aging atau anti penuaan adalah
19
Universitas Sumatera Utara
sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif),
Radikal bebas disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena
serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan
berperan aktif menetralkan radikal bebas, sehingga sel-sel pada jaringan kulit pun
terhindar dari kerusakan. Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu
kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab
mendiagnosa keadaan kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter yang
tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih
dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan
menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo,
2012).
skin analyzer yaitu moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot
(noda), wrinkle (keriput), kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini.
20
Universitas Sumatera Utara
Parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer dapat dilihat
21
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
ekstrak, pembuatan sediaan krim ekstrak etanol buah salak dengan konsentrasi
1%, 3%, dan 5%, pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, uji pH,
penentuan tipe emulsi, uji stabilitas sediaan), uji iritasi terhadap sukarelawan dan
blender, cawan porselin, kaca objek, kertas saring, kurs porselin, lemari
salak, etanol 80%,etanol 96%, toluen, kloroform, HCl pekat, HCl 2 N, H2SO4
pekat, n-heksana, metanol, isopropanol, amil alkohol, FeCl3 1%, timbal (II) asetat
Burchard, serbuk Mg, aquadest, asam stearat, setil alkohol, sorbitol, propilen
22
Universitas Sumatera Utara
glikol, trietanolamin, metil paraben, parfum, metil biru, larutan dapar pH asam
3.2 Sukarelawan
membandingkan tanaman yang sama dengan daerah lain. Bahan tanaman yang
digunakan adalah daging buah Salak Sidempuan yang diperoleh dari Brastagi
Buah salak segar dipisahkan dagingnya dari biji dan kulit kemudian
ditimbang, dicuci bersih dari pengotor dan ditiriskan, kemudian diris tipis-tipis,
lalu dikeringkan di lemari pengering dengan suhu ±40oC hingga kering dan
23
Universitas Sumatera Utara
diperoleh simplisia, simplisia buah salak yang telah kering selanjutnya diserbuk
mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan
kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu
salak. Serbuk simplisia diletakkan di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan
bawah mikroskop.
Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung
Cara kerja:
Dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat,
lalu destilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30
menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml.
24
Universitas Sumatera Utara
Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 gram serbuk simplisia yang telah
mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian
besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap
detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan
dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah
sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air
yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang
diperiksa.
selama 24 jam dalam 100 ml campuran air dan kloroform (2,5 kloroform dalam
air sampai 1000 ml) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam
diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata dan telah ditara,
sisanya dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam
air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995).
selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok
disaring, 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan berdasar rata yang
telah ditara dan sisanya dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar
25
Universitas Sumatera Utara
sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Ditjen
POM, 1995).
dimasukkan dalam kurs porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
hingga 600oC sampai arang habis, jika arang masih tidak dapat dihilangkan,
ditambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan
kertas saring dalam kurs yang sama. Masukkan filtrat ke dalam kurs, uapkan,
pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25
ml asam klorida 2N selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu dan dicuci dengan air
panas, dipijarkan kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar
abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
bagian pelarut etanol 80%, (4,2 L) dimasukkan ke dalam bejana bertutup dan
dibiarkan pada suhu kamar selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering
26
Universitas Sumatera Utara
diaduk, kemudian setelah 5 hari hasil maserasi disaring dan diperas. Ampas
ditambah dengan cairan penyari etanol 80% hingga diperoleh 100 bagian maserat
(5,7 L) kemudian dibiarkan di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya selama 2
hari dan dienaptuangkan atau saring (Ditjen POM, 1979). Seluruh maserat
digabungkan lalu diuapkan dengan alat rotary evaporator pada temperatur kurang
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanasakan di atas penangas air selama 2 menit.
27
Universitas Sumatera Utara
Ekstrak mengandung alkaloida jika sekurang-kurangnya terbentuk
berikut:
diuapkan filtrat di dalam gelas arloji di atas penangas air, dilarutkan residunya
dengan sedikit HCl 2N. Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan
paling banyak dua dari tiga percobaan di atas (Ditjen POM, 1979).
menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g
serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok
dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning,
busa setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak
28
Universitas Sumatera Utara
3.6.4 Pemeriksaan tanin
filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak
2 ml dan ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1 %. Jika terjadi
warna hijau, biru, atau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).
air suling (7:3), ditambahkan asam sulfat pekat hingga diperoleh pH 2, kemudian
dan kloroform (2:3), dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Kumpulan sari air
diuapkan dengan temperatur tidak lebih dari 50oC. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml
metanol.
penangas air, pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish.
cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan adanya ikatan gula.
asam asetat anhidrat. Tambahkan 10 tetes asam sulfat pekat, akan terjadi
warna biru atau hijau, menunjukkan adanya glikosida (Ditjen POM, 1995).
disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2 tetes
29
Universitas Sumatera Utara
asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna biru atau hijau
menunjukkan adanya steroid dan timbul warna merah, pink atau ungu
R/ Asam stearat 12
Setil alkohol 0,5
Sorbitol 5
Propilen glikol 3
Trietanolamin 1
Gliserin 1-5 tetes
Metil paraben q.s
Parfum q.s
Akuades ad 100
sama dengan propilen glikol dan sorbitol sebagai humektan. Formula dasar krim
sebagai berikut :
R/ Asam stearat 12
Setil alkohol 0,5
Sorbitol 5
Propilen Glikol 3
Trietanolamin 1
Metil Paraben 0,1
Parfum Green Tea 3 tetes
Aquadest ad 100
krim anti-aging masing-masing adalah 1%, 3%, dan 5%. Formulasi dasar krim
30
Universitas Sumatera Utara
tanpa ekstrak buah salak dibuat sebagai blanko. Rancangan formulasi dijelaskan
kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari asam stearat
dan setil alkohol, dilebur di atas penangas air dengan suhu 70ºC. Fase air yang
terdiri dari sorbitol, propilen glikol, trietanolamin dan metil paraben dilarutkan di
dalam air panas dengan suhu 70°C (massa II). Masukkan massa I ke dalam
lumpang panas, lalu masukkan massa II digerus konstan sampai terbentuk massa
krim. Setelah terbentuk massa krim, dicampurkan dengan ekstrak buah salak
sesuai konsentrasi sedikit demi sedikit, digerus sampai terbentuk krim yang
krim. Pembuatan dilakukan dengan cara yang sama untuk semua formula dengan
31
Universitas Sumatera Utara
3.8 Evaluasi terhadap Sediaan Krim
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang sesuai, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
biru ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah tipe
emulsi mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a, tetapi
jika terdispersi dalam fase kontinyu, maka emulsi tersebut tipe a/m (Ditjen POM,
1985).
7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH
tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan
tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
32
Universitas Sumatera Utara
3.8.4 Pengamatan stabilitas sediaan
pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna,
dan perubahan bentuk sediaan yaitu pemisahan fase yang dievaluasi selama
pengkasaran pada kulit. Krim yang dipakai untuk uji iritasi adalah krim dengan
dengan diameter ± 3 cm, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan dilihat perubahan
yang terjadi berupa kemerahan, gatal, dan pengkasaran pada kulit (Wasitaatmadja,
1997).
33
Universitas Sumatera Utara
(evennes), besar pori (pore), banyaknya noda (spot), dan keriput (wrinkle) dengan
krim sebanyak 30 mg, hingga merata pada kulit wajah, krim dioleskan
sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap
Product and Service Solution) 17. Langkah pertama data dianalis dengan
diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc
Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Sedangkan jika data
34
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
digunakan adalah Buah Salak (Salacca zalacca (Gaertner) Voss.) dari famili
Arecaceae.
berwarna putih dengan sedikit bercak merah, sedangkan warna dari simplisianya
yaitu coklat kehitaman. Bentuk buah salak meruncing di salah satu ujungnya, dan
tumpul atau membulat diujung yang lain. Simplisia memiliki rasa yang manis dan
sedikit asam dengan bau khas salak. Gambar buah, simplisia, serbuk simplisia dan
serbuk simplisia buah salak menunjukkan adanya fragmen berupa sel parenkim,
sel serabut dan kristal kalsium oksalat. Hasil pengamatan berupa gambar
35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Hasil perhitungan parameter spesifik dan nonspesifik simplisia buah
salak
No. Parameter pengujian Hasil diperoleh Syarat secara
umum (MMI)
1. Penetapan Kadar air 9,33% <10%
2. Penetapan Kadar sari larut etanol 36,3% -
3. Penetapan Kadar sari larut air 67% -
4. PenetapanKadar abu total 2,61% -
5. Penetapan Kadar abu tidak larut asam 0,33% <2%
daging buah salak tidak tertera pada Materia Medika Indonesia, namun secara
simplisia buah yang tertera pada Materia Medika Indonesia Jilid IV.
dalam zat atau banyaknya air yang diserap. Penetapan kadar air bertujuan untuk
memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air dalam bahan
(WHO, 1998). Kadar air simplisia ditetapkan untuk menjaga stabilitas kualitas
jamur/kapang. Hasil pengujian kadar air yang diperoleh tidak lebih dari 10% yaitu
9,33%, yang artinya telah memenuhi persyaratan simplisia secara umum dalam
MMI (Depkes RI, 1980). Kadar air lebih dari 10% dapat menjadi media yang baik
untuk pertumbuhan mikroba, jamur dan serangga, serta merusak mutu simplisia
(WHO, 1998).
Penetapan kadar sari dilakukan dengan menggunakan dua pelarut, yaitu air
dan etanol. Penetapan kadar sari larut air bertujuan untuk mengetahui kadar
penetapan kadar sari larut etanol dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa larut
36
Universitas Sumatera Utara
dalam etanol baik senyawa polar dan non polar. Hasil pengujian kadar sari yang
larut air didapatkan nilai sebesar 67% dan pada pengujian kadar sari yang larut
etanol didapatkan nilai sebesar 36,3%. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa polar
yang terkandung dalam buah salak lebih banyak daripada senyawa nonpolar.
bila simplisia dipijar hingga seluruh unsur organik hilang. Penetapan kadar abu
meliputi abu fisiologis yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri yang
terdapat di dalam sampel maupun non fisiologi yang merupakan residu dari proses
pengekstraksian. Kadar abu tidak larut asam menunjukkan jumlah silikat seperti
pasir dan tanah yang terdapat pada simplisia dengan cara melarutkan abu total
dalam asam klorida (WHO, 1998). Hasil pengujian kadar abu total simplisia
daging buah salak diperoleh kadar abu total sebesar 2,61% dan kadar abu tidak
larut asam sebesar 0,33% yang memenuhi persyaratan simplisia secara umum
dalam MMI.
kimia yang terkandung di dalam simplisia daging buah salak. Hasil skrining
37
Universitas Sumatera Utara
Hasil di atas menunjukkan bahwa daging buah salak (Salacca zalacca
Ekstrak kental buah salak yang diperoleh dari jumlah total simplisia kering
570 g yaitu sebanyak 315 g, sehingga rendemen hasil yang diperoleh sebesar
315g
Rendemen = x 100% = 55,26 %
570g
ekstrak buah salak diperoleh bahwa semua sediaan krim yang dibuat homogen
dan tidak terdapat butiran kasar, seperti terlihat pada Lampiran 12 halaman 73.
Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan
38
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji tipe emulsi sediaan krim pada tabel di atas, untuk semua sediaan
krim menunjukkan warna biru metil dapat homogen atau tersebar merata di dalam
krim sehingga dapat dibuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe
emulsi minyak dalam air (m/a). Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh pengujian
dengan cara pengenceran, dimana krim dapat diencerkan dengan air. Sehingga
menggunakan pH meter.
krim masih mendekati pH fisiologis kulit, yaitu antara 4,5 – 6,5 (Tranggono,
2014). Adapun pH dari ekstrak buah salak yang digunakan yaitu 5,6. Perubahan
nilai pH akan terpengaruh oleh media yang terdekomposisi oleh suhu tinggi saat
pembuatan atau penyimpanan, dan juga oleh pengaruh wadah yang menghasilkan
asam atau basa yang dapat mempengaruhi pH. Selain itu perubahan pH juga dapat
39
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu, penyimpanan yang kurang baik,
suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa dan tekstur dari
formulasi tersebut. Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika
semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk
suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi. Berikut data hasil
pengamatan stabilitas selama 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat
sediaan selesai dibuat, 1, 2, 3, 4, dan 12 minggu.
Pengamatan
Selesai 1 2 3 4
No Formula 12 minggu
dibuat minggu minggu minggu minggu
x y z x y z x y z x y z x y z x y z
1 F0 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 F1 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3 F2 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4 F3 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
formula yang telah diamati selama 12 minggu memberikan hasil yang baik yaitu
tidak mengalami perubahan warna dan pemisahan fase, bau krim tidak berubah
40
Universitas Sumatera Utara
yaitu aroma salak. Gambar sediaan krim setelah dibuat dan setelah disimpan
selama 12 minggu dalam suhu kamar dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 72.
Stabilitas dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada tidaknya
dapat terjadi jika bahan-bahan yang terdapat dalam sediaan tersebut teroksidasi.
Sediaan emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami creaming dan inversi.
penggumpalan pada globul-globul dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu
sediaan emulsi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.
Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan
penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau
pengawet. Pengawet yang digunakan dalam formulasi krim ekstrak buah salak
adalah nipagin.
Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan krim pada kulit di
2 Gatal - - - - - - - - - - - -
3 Pengkasaran kulit - - - - - - - - - - - -
Keterangan: + : kemerahan
++ : gatal
+++ : pengkasaran kulit
- : tidak terjadi
41
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa uji iritasi yang
dilakukan terhadap kulit sukarelawan diperoleh hasil yaitu tidak ada terlihat efek
samping berupa kemerahan, gatal, dan pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan
oleh sediaan krim ekstrak buah salak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sediaan krim ekstrak buah salak yang dibuat aman untuk digunakan.
besar pori (pore), banyaknya noda (spot) dan keriput (wrinkle). Pengukuran
efektivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit di area wajah
yaitu disekitar pipi dan didekat mata. Kemudian dioleskan krim ektrak buah salak
setiap pagi dan malam hari. Seminggu sekali diukur perubahannya, sampai 4
minggu pemakaian. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging diuji
disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji non
Whitney untuk mengetahui pada formula mana yang terdapat perbedaan secara
signifikan. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 85-104.
yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran dapat
dilihat pada Tabel 4.7, yang menunjukkan bahwa kadar air pada wajah semua
42
Universitas Sumatera Utara
29). Setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu, semua kelompok
Tabel 4.7 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada wajah sukarelawan
setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu
Kadar air (%) Peningkat
Suka- Pemakaian (minggu)
Formula -an kadar
relawan Sebelum
I II III IV air (%)
1 21 21 21 21 22 1
2 29 29 30 30 30 1
F0
3 32 32 32 33 33 1
Rata-rata 27,33 27,33 27,67 28 28,33 1
1 30 31 32 32 33 3
2 29 30 31 31 32 3
F1
3 29 32 32 33 33 4
Rata-rata 29,33 31 31,67 32 32,67 3,33
1 31 33 33 34 35 4
2 28 30 32 33 34 6
F2
3 28 29 31 32 33 5
Rata-rata 29 30,67 32 33 34 5
1 24 26 29 32 34 10
2 24 25 38 33 35 11
F3
3 25 28 31 33 35 10
Rata-rata 24,33 26,33 32,67 32,67 34,67 10,33
Keterangan :
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012)
F0 : Blanko (dasar krim)
F1 : Krim ekstrak buah salak 1%
F2 : Krim ekstrak buah salak 3%
F3 : Krim ekstrak buah salak 5%
buah salak 5%) memiliki persentase peningkatan kadar air yang lebih tinggi dari
formula F0, F1, dan F2. Grafik pengaruh pemakaian krim anti-aging terhadap
kadar air kulit dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2.
Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran kadar air menunjukkan
43
Universitas Sumatera Utara
adanya perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian
25
blanko
20
15 1%
10 3%
5
5%
0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
Waktu
Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah
sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak buah salak1%, 3%,
dan 5% selama 4 minggu
12
10
kadar air (%)
8
6
4 persentase
2 peningkatan kadar air
0
blanko 1% 3% 5%
formula
Gambar 4.2 Grafik persentase peningkatan kadar air (moisture) pada kulit
wajah sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak buah salak 1%,
3%, dan 5% selama 4 minggu
≤ 0,05) antara blanko dengan F3, tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan
44
Universitas Sumatera Utara
terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) sedangkan dengan F2 tidak terdapat
dengan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru.
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada wajah sukarelawan
setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu
Kehalusan Peningkat
Suka- Pemakaian (minggu) an
Formula
relawan Sebelum kehalusan
I II III IV
(%)
1 31 31 30 30 30 3,23
2 34 34 34 34 33 2,94
F0
3 33 33 33 32 32 3,03
Rata-rata 32,67 32,67 32,33 32 31,67 3,07
1 39 39 38 36 36 7,7
2 39 38 38 36 36 7,7
F1
3 38 38 37 36 36 5,26
Rata-rata 38,67 38,33 37,67 36 36 6,88
1 40 38 37 35 34 15
2 39 37 36 35 34 12,8
F2
3 39 38 37 34 33 15,38
Rata-rata 39,33 37,67 36,67 34,67 33,67 14,4
1 45 44 41 38 34 24,4
2 40 37 33 31 28 30
F3
3 41 38 34 31 29 29,27
Rata-rata 42 39,67 36 33,33 30,33 27,8
Keterangan :
Halus 0-31; Normal 32-51; kasar 52-100 (Aramo, 2012).
F0 : Blanko (dasar krim)
F1 : Krim ekstrak buah salak 1%
F2 : Krim ekstrak buah salak 3%
F3 : Krim ekstrak buah salak 5%
Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.8, yang menunjukkan bahwa
45
Universitas Sumatera Utara
adalah normal (32-51), dan setelah pemakaian selama 4 minggu, formula F3 yang
30 1%
25
20 3%
15
10 5%
5
0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
waktu
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evennes) pada kulit wajah
sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak buah salak 1%, 3%,
dan 5% selama 4 minggu
20
15 persentase tingkat
kehalusan
10
5
0
blanko 1% 3% 5%
46
Universitas Sumatera Utara
Pada sukarelawan yang memakai krim dengan formula F3 (krim ekstrak
buah salak 5%) memiliki persentase peningkatan kehalusan yang lebih tinggi dari
kehalusan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara blanko dengan formula F1, F2 dan F3.
lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru, pada saat
ikut terbaca. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.9, yang menunjukkan
Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran pori menunjukkan adanya
47
Universitas Sumatera Utara
perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian krim anti-
aging pada minggu kedua hingga keempat. Hasil analisis statistik setelah 4
signifikan (p ≤ 0,05) antara blanko dengan semua konsentrasi krim ekstrak buah
signifikan (p ≤ 0,05), akan tetapi, antara F1 dan F2 tidak terdapat perbedaan yang
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran pori (pore) pada wajah sukarelawan setelah
pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu
Pori Pengecil
Suka-
Formula Pemakaian (minggu) an pori
relawan Sebelum
I II III IV (%)
1 26 26 26 26 26 0
2 28 28 28 27 27 3,57
F0
3 30 30 30 29 29 3,33
Rata-rata 28 28 28 27,33 27,33 2,3
1 35 34 34 33 32 8,57
2 39 38 38 37 35 10,25
F1
3 38 37 37 36 33 13,16
Rata-rata 37,33 36,33 36,33 35,33 33,33 10,66
1 39 38 37 35 33 15,38
2 39 38 37 35 31 20,5
F2
3 35 34 32 28 26 25,7
Rata-rata 37,67 36,67 35,33 32,67 30 20,52
1 37 32 28 22 20 45,9
2 38 36 34 23 20 47,36
F3
3 39 36 32 26 22 43,58
Rata-rata 38 34,67 31,33 23,67 20,67 45,6
Keterangan :
Kecil 0-19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 (Aramo, 2012).
F0 : Blanko (dasar krim)
F1 : Krim ekstrak buah salak 1%
F2 : Krim ekstrak buah salak 3%
F3 : Krim ekstrak buah salak 5%
48
Universitas Sumatera Utara
Ukuran pori-pori berhubungan erat dengan kehalusan pada kulit. Semakin
kecil ukuran pori-pori pada kulit menunjukkan semakin halus kulit tersebut,
tersebut.
buah salak 5%) memiliki persentase pengecilan pori yang lebih tinggi daripada
formula F0, F1, dan F2. Grafik persentase pengecilan pori yang berpengaruh pada
efektivitas krim anti-aging terhadap kulit dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Pori (Pore)
40 blanko
35
30 1%
25
Pori
20 3%
15
10 5%
5
0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
waktu
Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran pori (pore) pada wajah sukarelawan
kelompok blanko, krim ekstrak buah salak 1%, 3%, dan 5% selama
4 minggu
49
Universitas Sumatera Utara
persentase pengecilan pori (pore)
50
40
pengecilan pori
pori (%)
30
20
10
0
blanko 1% 3% 5%
formula
Gambar 4.6 Grafik persentase pengecilan pori (pore) pada kulit wajah
sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak buah salak 1%, 3%,
dan 5% setelah 4 minggu
Besarnya pori dapat disebabkan oleh sinar matahari dan sel kulit mati. Pori-
pori dapat membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu terik.
Suriana, 2013).
analyzer dengan lensa perbesaran 60 kali dengan lampu sensor warna jingga.
Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.10, yang menunjukkan bahwa kulit
noda, yaitu dari banyak noda menjadi beberapa noda. Sedangkan formula F0, F1
50
Universitas Sumatera Utara
dan F2 hanya mampu mengurangi noda sedikit saja, masih dalam kategori
beberapa noda.
Tabel 4.10 Data hasil pengukuran noda (spot) pada wajah sukarelawan setelah
pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu
Noda Pengura
Suka-
Formula Pemakaian (minggu) ngan
relawan Sebelum
I II III IV noda (%)
1 26 26 26 25 25 3,85
2 25 25 25 24 24 4
F0
3 28 28 28 28 28 0
Rata-rata 26,33 26,33 26,33 25,67 25,67 2,62
1 31 30 30 29 29 6,45
2 32 31 30 30 29 9,38
F1 3 36 35 35 30 30 16,67
Rata-rata 33 32 31,67 29,67 29,33 10,83
1 32 30 27 25 23 28,13
2 31 30 27 25 23 25,81
F2
3 38 36 35 33 29 23,68
Rata-rata 33,67 32 29,67 27,67 25 25,87
1 46 43 40 35 31 32,61
2 43 40 38 35 31 27,9
F3
3 42 36 32 30 29 30,95
Rata-rata 43,67 39,67 36,67 33,33 30,33 29,6
Keterangan :
Sedikit 0-19; Beberapa noda 20-39; Banyak noda 40-100 (Aramo, 2012)
F0 : Blanko (dasar krim)
F1 : Krim ekstrak buah salak 1%
F2 : Krim ekstrak buah salak 3%
F3 : Krim ekstrak buah salak 5%
Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan ekstrak buah
salak yang ada di dalam sediaan krim maka semakin besar peranannya dalam
mengurangi jumlah noda pada kulit yang diakibatkan oleh sinar matahari.
Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran noda menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian krim anti-
51
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis statistik setelah 4 minggu pemakaian krim anti-aging
(F0) dengan semua konsentrasi krim ekstrak buah salak. Akan tetapi, antara F1
pada kulit wajah sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan
4.8
Noda (Spot)
50
blanko
40
30 1%
Noda
20
3%
10
5%
0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
Waktu
Gambar 4.7 Grafik hasil pengukuran noda (spot) pada kulit wajah sukarelawan
kelompok blanko, krim ekstrak buah salak 1%, 3%, dan 5% selama
4 minggu
20
15
pengurangan
10 noda
5
0
blanko 1% 3% 5%
Formula
Gambar 4.8 Grafik persentase pengurangan noda (spot) pada kulit wajah
sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak buah salak 1%; 3%;
dan 5% setelah 4 minggu
52
Universitas Sumatera Utara
4.7.5 Keriput (wrinkle)
menggunakan lensa perbesaran 10 kali dengan lampu sensor berwarna biru. Hasil
pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.11, yang menunjukkan bahwa kulit wajah
perubahan yang signifikan. Artinya, kulit wajah masih dalam kategori berkeriput.
Tabel 4.11 Data hasil pengukuran keriput (wrinkle) kulit wajah sukarelawan
setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu
Keriput Penguran
Suka- Pemakaian (minggu) gan
Formula
relawan Sebelum keriput
I II III IV
(%)
1 22 22 22 22 22 0
2 23 23 23 23 23 0
F0
3 24 23 23 23 23 4,17
Rata-rata 23 22,67 22,67 22,67 22,67 1,39
1 26 26 25 25 24 7,69
2 25 25 24 24 23 8
F1
3 27 27 25 25 24 11,1
Rata-rata 26 26 24,67 24,67 23,67 8,93
1 28 27 25 24 21 25
2 28 25 24 23 22 21,43
F2
3 30 29 27 26 24 20
Rata-rata 28,67 27 25,33 24,33 22,33 22,14
1 41 39 38 35 32 21,95
2 39 38 34 32 29 25,64
F3
3 39 38 35 28 27 30,77
Rata-rata 39,67 38,33 35,67 31,67 29,33 26,12
Keterangan :
Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012)
F0 : Blanko (dasar krim)
F1 : Krim ekstrak buah salak 1%
F2 : Krim ekstrak buah salak 3%
F3 : Krim ekstrak buah salak 5%
53
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis statistik dari pengukuran keriput menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian krim anti-
aging selama 4 minggu. Hasil analisis statistik setelah 4 minggu pemakaian krim
antara F0 (blanko) dengan semua konsentrasi krim ekstrak buah salak. Dan
F3.
sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.9, dan Grafik
Keriput (Wrinkle)
45
40
35
30
blanko
25
Keriput
20 1%
15 2%
10
3%
5
0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
Waktu
Gambar 4.9 Grafik hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada wajah sukarelawan
kelompok blanko, krim ekstrak buah salak 1%, 3%, dan 5% selama
4 minggu
54
Universitas Sumatera Utara
persentase pengurangan keriput (wrinkle)
30
25
keriput (%)
20
15 pengurangan
keriput
10
5
0
blanko 1% 3% 5%
Formula
Gambar 4.10 Grafik persentase pengurangan keriput (wrinkle) pada wajah
sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak buah salak 1%, 3%,
dan 5% setelah 4 minggu
Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpapar sinar UV dari
elastis kulit. Kolagen merupakan komponen utama lapisan kulit dermis (lapisan
bawah epidermis). Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang berperan untuk
kolagen menurun pada lapisan dermis kulit (dan pasti menurun seiring
pertambahan usia dan faktor lingkungan), maka kulit akan terlihat kering dan
tidak elastis lagi. Akibatnya, kulit tampak berkerut dan mengendur (Muliyawan
radikal, oksigen singlet dan pengkelat logam (Kosasih, 2004). Sehingga kulit
dapat terlindungi dari serangan berbahaya dari radikal bebas dan dapat
55
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Ekstrak etanol buah salak dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim
yang homogen dengan tipe emulsi minyak dalam air, pH 6,1 - 6,6, tidak
5.2 Saran
antibakteri dari sediaan krim ekstrak etanol buah salak sebagai anti
jerawat.
ekstrak etanol buah salak dalam bentuk sediaan lain misalnya sediaan
masker wajah.
56
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit UI-Press. Halaman 491.
Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea
Ltd. Halaman 1 - 10.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. New York:
John Willy and Son Inc. Halaman 179.
Depkes RI. (2000). Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Depkes
RI. Halaman 10-11.
Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 649, 659.
Draelos, Z.D dan Thaman, L.A. (2006). Cosmetic Formulation of Skin Care
Product. New York: Taylor and Francis Group. Halaman 167, 174.
Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo. Halaman 60.
Jenkins, G.L., Francke, D.E., Brecht, E.A., dan Sperandio, G.J. (1957). Ointments
and Ointment-type Preparation, The Art of Compounding. USA: McGraw-
Hill Book Company. Inc. Hal 338.
57
Universitas Sumatera Utara
Kosasih, E.N., Setiabudhi, T., dan Heryanto, H. (2004). Peranan Antioksidan
pada Lanjut Usia. Jakarta: Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia.
Halaman 42-70.
Kumoro, A.C. (2015). Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman
Obat. Yogyakarta: Plantaxia. Halaman 9.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. (1994). Teori dan Praktek Farmasi
Indrustri. Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta:
UI Press; halaman 18, 1104-1129.
Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo. Halaman 138-289.
Puryono, R.I., Puspitasari, E., dan Ningsih, I.Y. (2015). Uji Aktivitas Antioksidan
dari Berbagai Varietas Ekstrak Buah Salak (Salacca zalacca (Gaertn.)
Voss) dengan metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil). Artikel Ilmiah.
Fakultas Farmasi Universitas Jember. Halaman 5.
58
Universitas Sumatera Utara
Ritonga, A.P.D. (2017). Kandungan Nutrisi dan Daya Inhibisi Αglukosidase
Ekstrak Daging Buah Salak Sidempuan. Bogor: FMIPA IPB. Halaman 4.
Rukmana. 2007. Prospek Agribisnis dan Teknik Usaha Tani Salak. Yogyakarta:
Kanisius. Halaman 47-48.
Surjanto, Reveny, J., Tanuwijaya, J., Tias, A., and Calson. (2016). Comparison of
Anti-Aging Effect Between Vitamin B3 and Provitamin B5 Using Skin
Analyzer. International Journal of PharmTech Research. Vol.9(7): 99-
104.
Tilaar, A. Ranti, A. dan Mun’im, A. (2017). The Efficacy Study of Snake Fruit
(Salacca edulis Reinw Var. Bongkok) Extract as Skin Lightening Agent.
Pharmacognosy Journal. Vol 9(2): 235-238.
Widuri, Hesti., Mawardi, Dedi. (2013). Komponen Gizi dan Bahan Makanan
untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Halaman 54.
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills & Boon Limited.
Halaman 51, 53.
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan salak
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar buah, irisan buah, simplisia, serbuk simplisia, dan ekstrak
buah salak
A B
C D
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar mikroskopik serbuk simplisia buah salak
Gambar 3. Kristal
Kalsium Oksalat bentuk
jarum
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan penyiapan sampel
Simplisia
Pembuatan ekstrak
Skrinning fitokimia
Senyawa golongan :
• Alkaloid
• Glikosida
• Flavonoid
• Steroid/Triterpenoid
• Saponin
• Tanin
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan pembuatan ekstrak etanol buah salak
Ampas Maserat I
Disaring
Ampas Maserat II
Disaring dan
digabungkan
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Perhitungan rendemen ekstrak buah salak
315
% Rendemen = x 100% = 55,26 %
570
0,04𝑔𝑟𝑎𝑚
Kadar abu III = x 100%= 1,98%
2,02 𝑔𝑟𝑎𝑚
3% +2,86%+1,98%
Rata-rata kadar abu total = = 2,61%
3
0,01
Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 0,5 %
2
65
Universitas Sumatera Utara
0,00
Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 0 %
2,10
0,01
Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 0,49 %
2,02
0,5% +0%+0,49%
Rata-rata kadar abu total = = 0,33%
3
1 5 0,5 10%
2 5 0,4 8%
3 5,01 0,5 9,98%
0,4 𝑚𝑙
Kadar air 1 = x 100 % = 10%
5𝑔
0,5 𝑚𝑙
Kadar air 2 = x 100% = 8%
5𝑔
0,5 𝑚𝑙
Kadar air 3 = x 100% = 9,98%
5,01 𝑔
10%+8%+9,98%
Kadar air rata-rata = = 9,33%
3
1 5 0,664 66,5%
2 5 0,696 69,5%
3 5 0,65 65%
0,664 𝑔 100
Kadar sari larut dalam air 1 = x x 100 % = 66,5%
5𝑔 20
0,696 𝑔 100
Kadar sari larut dalam air 2 = x x 100 % = 69,5%
5𝑔 20
0,65 𝑔 100
Kadar sari larut dalam air 3 = x x 100 % = 65%
5𝑔 20
(66,5+69,5+65)%
Kadar sari larut dalam air rata-rata = = 67%
3
66
Universitas Sumatera Utara
5. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
0,30 𝑔 100
Kadar sari larut dalam etanol 1 = x x 100 % = 30%
5𝑔 20
0,39 𝑔 100
Kadar sari larut dalam etanol 2 = x x 100 % = 39%
5𝑔 20
0,40 𝑔 100
Kadar sari larut dalam etanol 3 = x x 100 % = 40%
5𝑔 20
(30+39+40)%
Kadar sari larut dalam etanol rata-rata = = 36,3%
3
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Bagan pembuatan krim ekstrak etanol buah salak
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Contoh surat pernyataan sukarelawan
Nama lengkap
NIM
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Gambar alat-alat penelitian
A B
C D
70
Universitas Sumatera Utara
E F
Keterangan: A: Timbangan
B: Rotary evaporator
C: pH Meter
D: Neraca analitik
E: Moisture checker
F: Skin Analyzer
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Gambar sediaan krim setelah dibuat dan setelah disimpan selama
12 minggu pada suhu kamar
F0 F1 F2 F3
F0 F1 F2 F3
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Gambar hasil uji homogenitas dan tipe emulsi sediaan krim
F0 F1 F2 F3
B
Keterangan: A: Hasil uji homogenitas
B: Hasil penentuan tipe emulsi (Metil biru dan pengenceran)
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Gambar pemakaian krim pada wajah sukarelawan
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Gambar pengujian iritasi pada sukarelawan
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Contoh hasil pengukuran menggunakan alat skin analyzer pada
wajah sukarelawan
Pemakaian minggu 1
Pemakaian minggu 2
Pemakaian minggu 3
Pemakaian minggu 4
76
Universitas Sumatera Utara
• Hasil pengukuran kehalusan (evenness)
Pemakaian minggu 4
77
Universitas Sumatera Utara
• Hasil pengukuran pori (pore)
Kondisi awal
Pemakaian minggu 1
78
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian minggu 2
Pemakaian minggu 3
Pemakaian minggu 4
79
Universitas Sumatera Utara
• Hasil pengukuran noda (spot)
Kondisi awal
Pemakaian minggu 1
Pemakaian minggu 2
80
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian minggu 3
Pemakaian minggu 4
81
Universitas Sumatera Utara
• Hasil pengukuran keriput (wrinkle)
Kondisi awal
Pemakaian minggu 1
82
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian minggu 2
Pemakaian minggu 3
83
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian minggu 4
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Data hasil uji statistik
• Kadar air (moisture)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
jenis
formula Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. (Lanjutan)
Kruskal wallis Test
Test Statisticsa,b
df 3 3 3 3 3
Mann-Whitney
Blanko – Krim 1%
Test Statisticsb
Blanko – Krim 3%
Test Statisticsb
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. (Lanjutan)
Blanko – Krim 5%
Test Statisticsb
Krim 1% - Krim 3%
Test Statisticsb
Krim 1% - Krim 5%
Test Statisticsb
87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. (Lanjutan)
Krim 3% - Krim 5%
Test Statisticsb
88
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. (Lanjutan)
• Kehalusan (evenness)
Tests of Normalityb,c
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
jenis
formula Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
89
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. (Lanjutan)
Kruskal Wallis Test
Test Statisticsa,b
df 3 3 3 3 3
Mann-Whitney
Blanko – Krim 1%
Test Statisticsb
Blanko –Krim 3%
Test Statisticsb
90
Universitas Sumatera Utara
Blanko – Krim 5%
Test Statisticsb
Krim 1% - Krim 3%
Test Statisticsb
Krim 1% – Krim 5%
Test Statisticsb
91
Universitas Sumatera Utara
Krim 3% - Krim 5%
Test Statisticsb
92
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Lanjutan
• Pori (pore)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
jenis
formula Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
93
Universitas Sumatera Utara
Kruskal Wallis Test
Test Statisticsa,b
df 3 3 3 3 3
Mann-Whitney
Blanko – Krim 1%
Test Statisticsb
Blanko – Krim 3%
Test Statisticsb
94
Universitas Sumatera Utara
Blanko – krim 5%
Test Statisticsb
Krim 1% - Krim 3%
Test Statisticsb
Krim 1% - Krim 5%
Test Statisticsb
95
Universitas Sumatera Utara
Krim 3% - Krim 5%
Test Statisticsb
96
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Lanjutan
• Noda (spot)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
jenis
formula Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
97
Universitas Sumatera Utara
Kruskal Wallis Test
Test Statisticsa,b
df 3 3 3 3 3
Mann-Whitney
Blanko – Krim 1%
Test Statisticsb
Blanko – Krim 3%
Test Statisticsb
98
Universitas Sumatera Utara
Blanko – Krim 5%
Test Statisticsb
Krim 1% - Krim 3%
Test Statisticsb
Krim 1% - Krim 5%
Test Statisticsb
99
Universitas Sumatera Utara
Krim 3% - Krim 5%
Test Statisticsb
100
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Lanjutan
• Keriput (wrinkle)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
jenis
formula Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
101
Universitas Sumatera Utara
Kruskal Wallis Test
Test Statisticsa,b
df 3 3 3 3 3
Mann-Whitney
Blanko – Krim 1%
Test Statisticsb
Blanko – Krim 3%
Test Statisticsb
102
Universitas Sumatera Utara
Blanko – Krim 5%
Test Statisticsb
Krim 1% - Krim 3%
Test Statisticsb
Krim 1% - Krim 5%
Test Statisticsb
103
Universitas Sumatera Utara
Krim 3% - Krim 5%
Test Statisticsb
104
Universitas Sumatera Utara