2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/702
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TESIS
OLEH:
NINA IRMAYANTI HARAHAP
NIM 147014038
TESIS
OLEH:
NINA IRMAYANTI HARAHAP
NIM 147014038
OLEH:
NINA IRMAYANTI HARAHAP
NIM 147014038
Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt.
NIP195709091985112001 NIDK 8869040017
Prof. Dr. Urip Harahap, Apt Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc.
NIP 195301011983031004 NIP 196404091994031003
Prof. Dr. Urip Harahap, Apt Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.
NIP 195301011983031004 NIP 195707231986012001
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan TIM Penguji pada hari senin tanggal
tiga puluh satu bulan Juli tahun dua ribu tujuh belas.
Mengesahkan
Dengan ini menyatakanbahwa tesis yang saya buatadalah aslikarya saya sendiri,
bukan plagiat danapabila dikemudian hari diketahui tesis saya tersebut plagiat
karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh pihak
Utara.Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam
keadaan sehat.
Matrai 6000
Segala puji kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhingga
sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul
“Uji Aktivitas Antibakteri Gel Ekstrak Etanol Daun Sambung Rambat (Mikania
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Farmasi pada Fakultas
M.S., Apt. dan Bapak Prof. Dr. Urip Harahap.,Apt. yang telah membimbing
mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
2. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Bapak Prof.
Dr. Urip Harahap, Apt. dan Ibu Prof. Dra. Rosidah, M.Si., Ph.D., Apt. selaku
ketua dan sekretaris Program Studi Magister dan Doktor Ilmu Farmasi yang
3. Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt. selaku Komisi Penguji I dan
Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc., selaku Komisi Penguji II, yang telah
memberi arahan dan masukkan kepada penulis untuk kesempurnaan tesis ini.
kepada Ayahanda AKBP. H. A. Harahap dan Ibunda Hj. N. Siregar, S.Pd., yang
tulus yang tidak pernah berhenti dan kepada ananda M. Anas Khalid atas
pengertian, kesabaran dan doa yang tak henti-hentinya agar penulis bisa
menyelesaikan penelitian dan tulisan ini,serta semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam penelitian tesis
ini, kiranya Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan
dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Tesis ini masih jauh dari
membangun. Akhir kata semoga tulisan ini dapat menjadi sumbangan yang berarti
ABSTRAK
ABSTRACT
Sambung rambat (Mikania micrantha Kunth.) is a common plant in
South Tapanuli ofNorth Sumatera province known asSiropaspara. The wild plant
of the family Compositae leaves are used by native as a cure for wounds. Previous
study showed this plant contains alkaloid, flavonoid, tanin, and steroid.The
purpose of this research was to determine the antibacterial activity ethanol extract
gel of sambung rambat (GEEDSR) and its effectiveness to heal infected wound.
The powdered dried leaves of sambung rambat were macerated with
80% ethanol. The resulting extract was tested for antibacterial activity of against
Staphylococcus aureus (Sa), Staphylococcus epidermidis (Se) and Pseudomonas
aeruginosa(Pa) by agar diffusion method, HPMC based gels were prepared with
varied concentration of plant extract, i.e12.50%; 15.00% and 17.50%. The
effectiveness of the extract gel in healing guinea pig back excised wound was
assessed. Bioplacenton was used as positive control, gel base as negative control.
The healing percentage of the wound and the histopathology of angiogenesis
process were measured from day 8th through day 15th.
The result of antibacterial activity testing for EEDSR at concentration of
100 mg/ml gave the inhibition zone diameter for Se (15.25 mm); Pa is (14.32 mm)
and Sa (13.95) mm. At concentration 25 mg/ml Se given inhibition (9.65) mm.
The inhibition zone diameter for GEEDSR for concentration of 12.50% was
(14.10 mm); 15% was(15,83 mm); and 17,50% was(16,69 mm). The effectiveness
of healing infected wound percentation for GEEDSR concentration 12,50% gave
(79.18%); 15.00% (82,39%) and 17.50% (87.15%). The statistical results byTukey
showed no significant difference between 15% GEEDSR and Bioplacenton.The
histopatological result of angiogenesis at day 15th for GEEDSR at concentration
15.00% and 17.50%showed nodifferences.
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
LEMBAR .................................................................................................... ii
ABSTRACT ............................................................................................... ix
2.5.3 Subkutis................................................................................ 21
3.1.1 Alat-alat................................................................................ 30
4.3 Hasil Uji Kadar Air Simplisia Daun Sambung Rambat ................ 41
5.2 Saran.............................................................................................. 58
LAMPIRAN ................................................................................................ 66
Gambar Halaman
1.1 Diagram kerangka pikir penelitian ................................................. 6
Tabel Halaman
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
dari jaringan tubuh. Keadaan tersebut disebabkan oleh multifaktor, seperti trauma
benda tajam, benda tumpul, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, gangguan hewan,
koloni mikroba, yang mengenai jaringan. Luka yang biasa terjadi pada mukosa
yaitu abrasi (lecet), kontusio (memar), luka tembus. Luka juga dapat dibuat
sengaja untuk tujuan tertentu, seperti luka pada operasi. Beberapa dampak luka
menurut yaitu hilangnya sebagian atau bahkan seluruh fungsi organ yang terkena
Berdasarkan klasifikasinya luka terbagi atas luka terbuka (eksisi) dan luka
tertutup (insisi) (Arun,et al., 2013). Penyembuhan luka merupakan salah satu hal
jaringan yang rusak atau mati oleh jaringan yang baru melalui proses degenerasi.
peningkatan jumlah pembuluh darah (angiogenesis) dan jumlah sel fibroblas. Fase
kolagen yang akan menautkan tepi luka, juga mempengaruhi proses reepitelisasi
yang akan membuat luka menutup dan mempercepat proses penyembuhan luka.
baru yang terjadi secara alami di dalam tubuh, baik dalam kondisi sehat maupun
kerusakan. Terjadinya hal ini melalui terbentuknya pembuluh darah baru yang
proses penyembuhan luka karena luka yang tidak mendapat perawatan yang layak,
Salah satu cara penanganan luka yaitu dengan mengobati luka tersebut
menggunakan sediaan topikal. Pemberian sediaan topikal yang tepat dan efektif
diharapkan dapat mengurangi dan mencegah infeksi pada luka. Bentuk sediaan
topikal yang disukai salah satunya adalah gel karena mudah merata jika dioleskan
pada kulit tanpa penekanan, memberi sensasi dingin, tidak menimbulkan bekas
dikulit, mudah digunakan selain itu, gel juga mudah mengering dan membentuk
lapisan film yang tipis sehingga mudah dicuci (Voigt, 1995; Panjaitan etal., 2012;
(Thomas, 1995). Salah satu jenis tumbuhan yang berpotensi dan digunakan
sebagai obat tradisional dan telah terbukti secara empirisadalah daun sambung
gigitan serangga dan kalajengking juga untuk mengobati sakit perut,di Malaysia
membuat sop.
Nasution, (2015), sediaan gel ekstrak etanol daun sambung rambat memberikan
melakukan pengujian ekstrak etanol daun sambung rambat (EEDSR) dan sediaan
gel ekstrak etanol daun sambung rambat (GEEDSR) (Mikania micrantha Kunth.)
selanjutnya dilakukan uji penyembuhan luka sayat eksisi pada kulit marmut jantan
yang diinfeksikan dengan salah satu bakteri yang terbukti paling peka dihambat
pembuluh darah baru (angiogenesis) pada kulit marmut jantan yang terinfeksi.
penyembuhan paling efektif pada luka sayat eksisi yang terinfeksi bakteri.
1.3 Hipotesis
positif (+) dan gram negatif (-) penyebab infeksi pada luka sayat eksisi
fisik luka.
penyembuhan paling cepat pada luka sayat eksisi yang terinfeksi bakteri.
EEDSR mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram positif (+) dan
gram negatif (-) penyebab infeksi pada luka dan sediaan GEEDSR dapat
Penelitian dilakukan terhadap marmut jantan yang dibuat luka sayat eksisi
pada bagian punggungnya. Kerangka penelitian ini dibagi menjadi variabel bebas
Simplisia daun
sambung rambat
1.Stabilitas fisik
Sediaan gel Sediaan gel ekstrak 2. pH
ekstrak etanol etanol daun sambung 3. Homogenitas
daun sambung rambat
rambat, dengan 3
konsentrasi : Penyembuhan hewan Diameter luka
12,50%, 15,00%, luka (cm) dan keadaan
17,50% 1. Kelompok kontrol fisik luka.
(Basis gel)
2.Kelompok 1. Histopatologi
pembanding angiogenesis.
(Bioplacenton) 2.Jumlah
3.Kelompok uji sedian pembuluh
Gel EEDSR dengan darah baru (5
konsentrasi 12,50%, lapang
15,00% dan 17,50% pandang)
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Asterales
Genus : Mikania
sambung rambat, nama daerah di Tapanuli Selatan Sumatera Utara dikenal dengan
2.1.3 Habitat
dapat terjadi melalui hembusan angin, hewan dan air, tumbuh subur dipadang
pasir yang memiliki sedikit zat hara dan dapat tumbuh dalam jumlah yang besar,
sawit, karet, ubi kayu, kelapa, pisang (APFISN, 2012; CABI, 2016).
2.1.4 Morfologi
bercabang banyak yang kuat, tumbuh dan menyebar dengan cepat. Berbunga pada
bulan Agustus hingga Januari (APFISN, 2012). Batang sambung rambat berwarna
hijau muda dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Tiap ruas batang terdapat dua
helai daun yang saling berhadapan. Daun sambung rambat berbentuk segitiga
yang menyerupai bentuk hati dengan panjang 4-13 cm dan lebar 2-9 cm.
tumbuhan sambung rambat berwarna putih, berukuran kecil, serta tumbuh dari
steroid (Haisya, et. al., 2013) Kandungan terpenoid dari daun sambung rambat
2.2 Ekstraksi
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair.
menggunakan pelarut yang sesuai (Mukhriani, 2014). Senyawa aktif yang terdapat
alkaloida, flavonoida, dan metabolit sekunder lainnya. Jenis ekstraksi bahan alam
dan sokletasi dan ekstraksi panasdengan cara refluks dan penyulingan uap air.
Maserasi
Perkolasi
Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap
temperatur titik didihnya dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi
umumnya dilakukan dengan alat soklet dimana pelarut akan terkondensasi dari
Digesti
temperatur tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50°C.
Infundasi
Dekoktasi
2.3 Bakteri
Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa yunani) yang berarti
tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok
membelah diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya dapat dilihat dengan
sekitar 1-6 µm. Tubuh bakteri yang terdiri dari satu sel mempunyai bentuk yang
dibagi atas dua golongan yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Bakteri Gram positif menyerap zat warna pertama yaitu kristal violet yang
pada bakteri Gram negatif sebaliknya kandungan lipid dinding sel bakteri Gram
positif lebih rendah dari bakteri Gram negatif yaitu berkisar 11-22% (Lay, 1994).
Divisio : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococcaceae
Marga : Staphylococcus
aerob atau anaerob dan tahan hidup dalam lingkungan yang mengandung garam
dengan konsentrasi tinggi, misalnya NaCl 10%. Hasil pewarnaan yang berasal
seperti buah anggur. Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka.
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Famili : Micrococaceae
Genus : Staphylococcus
aerob atau anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak
teratur, diameter 0,8 - 1,0 μm tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni
berwarna putih bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37oC. Koloni pada
Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka, dapat
Divisio : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Pseudomonadales
Suku : Pseudomonadaceae
berbentuk batang, bergerak, berukuran sekitar 0,6 x 2 µm, terlihat sebagai bakteri
lingkungan yang lembab. Bakteri dalam jumlah kecil sering terdapat dalam flora
usus normal dan pada kulit manusia serta merupakan patogen utama dari
infeksi saluran kemih, dan infeksi mata (Jawetz, et. al., 2001).
mikroorganisme meliputi :
a. Suhu
dihasilkan jumlah sel yang maksimal (Pratiwi, 2008), oleh karena itu spesies
pertumbuhannya. Bentuk psikrofil tumbuh paling baik pada suhu rendah (15-
200C), bentuk mesofil tumbuh terbaik pada suhu 30-370C dan bentuk termofil
≥ 10
mikroorganisme alkalofil ekstrem tumbuh pada kisaran pH optimal
(Pratiwi, 2008).
c. Tekanan osmosis
Tekanan osmosis adalah laju air dari larutan dengan konsentrasi rendah ke
larutan dengan konsentrasi tinggi (Volk dan Wheeler, 1989) misalnya peristiwa
sel, maka akan terjadi keluarnya cairan dari dalam sel melalui membran
d. Oksigen
pertumbuhannya.
ii. bakteri anaerob mutlak: bakteri yang tidak membutuhkan oksigen didalam
pertumbuhannya.
iii. bakteri anaerob fakultatif: bakteri yang dapat tumbuh, baik ada oksigen
e. Nutrisi
f. Media kultur
pertumbuhan lambat (lag), fase eksponensial (log), fase konstan (stasioner) dan
Fase ini merupakan fase penyesuaian bakteri terhadap suatu lingkungan baru
dimana jumlah bakteri mulai bertambah sedikit demi sedikit, akan tetapi
menyusut jumlah sel-sel yang segar. Lama fase lag tergantung pada kondisi
Fase ini terjadi setelah sel bakteri menyesuaikan diri terhadap lingkungan
baru, dimana pembiakan bakteri berlangsung paling cepat, jumlah sel bakteri
baru meningkat secara eksponensial. Bakteri dalam fase ini baik sekali untuk
dijadikan inokulum.
Dalam fase ini kecepatan tumbuh bakteri yang berkembang biak sama dengan
Pada fase ini bakteri mengalami penurunan, dimana jumlah bakteri yang mati
bertambah. Hal ini tergantung kepada spesies dan keadaan medium serta
2.4 Gel
Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
al., 2009), memiliki ciri-ciri serbuk atau granul putih, tidak berbau dan tidak
berasa, larut dalam air dingin, membentuk larutan koloid kental, larut dalam air
panas, kloroform, etanol (96%) dan eter, tetapi larut dalam campuran etanol dan
Gambar 2.2 Rumus bangun HPMC (dikutip dari : Rowe, et al., 2009)
PenggunaanHPMCdalamformulasifarmasi adalahsebagaizat
penyalut,zatpendispersi,zatpengemulsi,penstabilemulsi,zatpembentukfilm,memba
ntuprosesgranulasi,pengikattablet,
penyimpanan jangka panjang dan memiliki pH 5,5-8,0 (Rowe, et. al., 2009).
2.4.2Propilen glikol
Propilenglikolmerupakancairanbening,tidak
berberwarna,kental,praktistidakberbau,manisdanmemilikirasa yangsedikit
tajammenyerupaigliserin.Propilenglikollarutdalam aseton,kloroform,etanol
Gambar 2.3Rumus bangun propilen glikol (dikutip dari : Rowe, et al., 2009)
Propilenglikoltelahbanyakdigunakansebagaipelarutdanpengawetdalamberba
gaiformulasifarmasi parenteraldannonparenteral,
pada sediaan topikal dengan konsentrasi 15% (Rowe, et. al., 2009).
dikombinasikan dengan propil paraben (Rowe, et. al., 2009). Rumus bangun metil
Propil parabenberbentukbubukputih,kristal,
tidakberbau,dantidakberasa.Propil parabenbanyakdigunakan
sebagaipengawetantimikrobadalamkosmetik,produkmakanan,
topikal adalah 0,01-0,6% dan 0,02% jika dikombinasikan dengan metil paraben
(Rowe, et. al., 2009). Gambar rumus bangun propil paraben dapat dilihat pada
Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Rumus bangun propil paraben (dikutip dari : Rowe, et al., 2009)
2.5 Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar dan
15% dari berat tubuh (Djuanda, 2007). Fungsi utama kulit adalah sebagai
pelindung. Kulit terdiri atas 650 kelenjar kelenjar keringat, 20 pembuluh darah,
60.000 melanosit, dan ribuan ujung saraf tepi. Kulit memiliki bagian pelengkap
seperti rambut, kuku dan kelenjar keringat/sebasea. Pembagian kulit secara garis
besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan
dermis, dan lapisan subkutis. Lapisan dermis dan subkutan tidak mempunyai
garis tegas yang memisahkan, subkutan ditandai dengan adanya jaringan ikat
longgar, sel dan jaringan lemak (Arisanty, 2014). Gambar Struktur bagian kulit
2.5.1 Epidermis
Epidermis adalah lapisan paling luar dan paling tipis dari kulit, tidak
memiliki pembuluh darah dan sistem persarafan. Fungsi epidermis adalah sebagai
sistem imun yang pertama dari tubuh manusia atau dikenal dengan istilah First
Skin Immune System. Epidermis memiliki variasi ketebalan antara 0,4-0,6mm dan
atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
a. stratum korneum adalah lapisan paling atas dari epidermis, terdiri dari sel
b. stratum lusidum: hanya terdapat pada telapak kaki dan telapak tangan. Tidak
tampak pada kulit tipis, terdapat sel mati yang tidak memiliki inti.
Lapisan ini, sel berinti mulai mati dan terus terdorong ke atas.
d. stratum spinosum: memiliki inti sel keratinosit besar. Lapisan ini merupakan
e. hasil pembelahan sel yang berikatan dan melakukan migrasi sel ke arah atas.
epidermis yang berlokasi dekat dermis. Sel ini merupakan sel hidup berinti
karena mendapatkan difusi oksigen dan nutrisi dari dermis,dan sel yang
epidermis.
2.5.2 Dermis
Dermis adalah lapisan kedua dari kulit yang merupakan jaringan ikat,
atasjaringan ikat, protein kolagen dan elastin, fibroblas, sistem imun dan sistem
saraf.Dermis juga memiliki dua lapisan utama, yaitu papilare berfungsi sebagai
penguat dari epidermis dalam satu ikatan membran dan lapisan retikuler yang
memiliki pembuluhdarah perifer yang berikatan serta terdiri dari jaringan ikat
2.5.3 Subkutan
(paling besar), jaringan ikat dan pembuluh darah. Hipodermis memiliki fungsi
(Arisanty, 2014).
2.6 Luka
Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit atau membran mukosa yang dapat
a. luka akut : merupakan luka yang proses perbaikan jaringan normal, tepat
karena faktor endogen dan eksogen. Luka kronik gagal sembuh pada waktu yang
tedensi untuk kembali lagi. Luka kronis merupakan sebab utama ketidak
mampuan secara fisik, contoh : Infeksi lokal, hipoksia, gangguan sistemik seperti
b. stadium II, luka partial thickness: yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah
lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul
secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.
d. stadium IV, luka full thickness: yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
a. luka insisi (Incised wouds) terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam.
misalnya pembedahan.
b. luka memar (contusion wound), terjadi akibat benturan sesuatu tekanan dan
c. luka lecet (abraded wound) terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain
d. luka tusuk (punctured wound) terjadi akibat adanya benda seperti peluru atau
e. luka gores (lacerated wound) terjadi akibat benda yang tajam seperti terkena
f. luka tembus (penetrating wound) adalah luka yang menembus organ tubuh,
biasanya pada bagian awal luka masuk dengan diameter kecil tetapi pada
h. luka gigitan hewan, disebabkan akibat dari gigitan hewan liar atau hewan
peliharaan
jaringan yang rusak (Boyle, 2009). Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan
daerah yang rusak, membersihkan sel dari benda-benda asing serta perkembangan
terinfeksi. Proses penyembuhan luka menurut Arisanti (2014), dibagi menjadi tiga
fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasidan fase remodeling (Gambar 2.7).
FASE INFLAMASI FASE PROLIFERASI FASE MATURASI
Luka melakukan Akumulasi
Kontraksi Luka Kolagen
%
RE
SP
ON
S
M
AXI
M
U
M
WAKTU (HARI)
Fase ini terjadi pada saat awal terjadinya luka hingga hari ke-3 atau ke-5,
pada fase ini terjadi dua respons yaitu respons vaskular dan respons inflamasi.
Respons vaskular diawali dengan respons hemostatik tubuh selama 5 detik pasca
pembentukan lapisan fibrin. Lapisan fibrin ini membentuk scab (keropeng) di atas
jaringan yang mati, benda-benda asing dan bakteri, yang tidak dapat
disebut dengan proses debris (cleaning) (Boyle, 2009; Febram, et. al., 2010;
Arisanty, 2014).
Fase ini umumnya berlangsung pada hari ke-2 sampai ke-24. Pada fase ini
kolagen dan elastin. AGF akan merangsang pembentukan pembuluh darah yang
yang tadinya memiliki kedalaman, permukaannya menjadi rata dengan tepi luka.
Terjadinya proses epitelisasi sdimulai dari tepi luka yang mengalami proses
migrasi membentuk lapisan tipis (warna merah muda) menutupi luka. Sel pada
lapisan ini sangat rentan dan mudah rusak. Sel mengalami kontraksi (pergeseran),
tepi luka menyatu hingga ukuran luka mengecil (Febram, et al., 2010; Arisanty,
2014).
Fase ini mulai terjadi hari ke-21 sampai lebih dari 2 bulan bahkan beberapa
tahun setelah luka. Aktivitas utama yang terjadi adalah penguatan jaringan bekas
luka dengan aktivitas remodeling kolagen dan elastin pada kulit. Kontraksi sel
kulit. Kolagen akan menguatkan ikatan sel kulit baru karena kulit masih rentan
jaringan.
2.8 Angiogenesis
pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara alami di dalam tubuh, baik
hal ini melalui terbentuknya pembuluh darah baru yang menggantikan pembuluh
darah yang rusak yang berasal dari kapiler-kapiler yang muncul dari pembuluh
darah kecil di sekitarnya. Angiogenesis terjadi segera setelah terjadi luka yang
dasar luka.
granulasi dan menunda proses penyembuhan, sehingga akan menjadi luka kronis
(Kalangi, 2011).
2.9.1 Flavonoid
antimikroba dan astringen, yang memiliki peran dalam penyusutan luka dan
2.9.2 Tanin
2013). Tanin juga berkhasiat sebagai astringen yang mampu menciutkan luka,
sebagai transportasi pasokan makanan dan oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel
(Choudhary, 2011)
2.9.3 Saponin
mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami
infeksi yang berat. Saponin juga dapat meningkatkan laju epitelisasi sehingga
2.9.4 Terpenoid
karena memiliki aktivitas antimikroba dan astringen, yang memiliki peran dalam
penyusutan luka dan peningkatan laju epitelisasi (Barku, et al., 2013). Menurut
Aguinaldo (1995) Terpenoid yang terdapat pada daun sambung rambat adalah
aktivitas antibakteri (Bakir, et al., 2004; Facey, et al., 2010). Menurut Ahmed,
antiinflamasi.
kelarutanmudah larut dalam air, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
untuk penggunaan topikal dan berbagai infeksi kulit yang disebabkan oleh
organisme gram negatif. Neomisin juga aktif terhadap gram positif yaitu
METODE PENELITIAN
pembuatan sediaan gel ekstrak etanol,evaluasi sediaan gel, pengujiaan sediaan gel
terhadap luka sayat terinfeksi, pengamatan efek penyembuhan luka sayat secara
3.1.1 Alat
(Memert), jarum ose, jangka sorong, kaca objek, kaca arloji, kertas saring,
kandang marmut, labu alas bulat, lemari pengering, mortir, mikrotom, mikroskop
(Olympus), neraca analitik (Vibra AJ), oven listrik (Memert), pH meter, pencukur
termometer.
3.1.2 Bahan
sambung rambat (Mikania micrantha Kunth.), akuades, bakteri Sa, Sedan Pa,
etanol pro analitik, etanol 70% dan 80%, formalin, hidroksi propilmetilselulosa
nutrient agar, neomisin, propilen glikol, propil paraben, dan parafin block.
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah marmut jantan dengan
bobot ± 350 g yang di peroleh dari Jalan Bintang Kota Medan.Hewan uji
membandingkan tumbuhan yang sama dengan daerah lain, bagian yang diambil
Daun sambung rambat yang masih segar dicuci hingga bersih kemudian
400C. Simplisia yang telah kering diserbuk dengan blender, disimpan dalam
ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk,
tempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari, enap tuangkan. Pemekatan
ekstrak dilakukan dengan alat rotary evaporator pada suhu ±50oC sampai
dengan cara 200 mL toluendan 2 mL air suling dimasukkan kedalam labu alas
bulat, lalu didestilasi selama 2 jam setelah itu toluen dibiarkan mendingin selama
30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 mL,
setelah toluen mendidih, lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air
setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen.
mendingin pada suhu kamar hingga terlihat air dan toluen terpisah secara
sempurna, lalu volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih kedua
volume air yang dibaca menunjukkan kandungan air yang terdapat dalam bahan
Pembuatan media nutrien agar dengan cara serbuk nutrient agar (Merck)
ditambahkan akuades sedikit demi sedikit dengan akuades 1000 mL, dipanaskan
hingga mendidih sambil diaduk sampai bahan larut sempurna dan jernih,
selama 15 menit pada suhu 1210C. Tabung yang telah berisi agar diletakkan pada
kemiringan 30-450C dan diamati kemiringan media agar tidak menyentuh tutup
tabung. Media agar dibiarkan menjadi dingin dan keras (Lay, 1994).
sedikit hingga 1000 mL, dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk sampai
bahan larut sempurna dan jernih. Selanjutnya erlenmeyer ditutup dengan kapas
yang dilapisi dengan aluminium foil dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu
Cara pembuatan:
Kedua larutan dicampurkan dalam tabung reaksi steril, dikocok sampai homogen
dan ditutup. Apabila kekeruhan hasil suspensi bakteri sama dengan kekeruhan
Masing- masing sebanyak satu ose stok kultur dari biakan murni bakteri
miring, ditutup mulut tabung reaksi dengan kapas kemudian diinkubasi selama
steril lalu di suspensikan ke dalam tabung yang berisi 10 mL larutan NaCl 0,9%.
kekeruhan yang sama dengan kekeruhan standar Mc.Farland, hal ini berarti
dimasukkan ke dalam tabung steril yang berisi larutan NaCl 0,9% sebanyak 9,9
tanda sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak 50% (500 mg/mL). Larutan tersebut
konsentrasi.
dengan cara 0,1 mL suspensi bakteri yang telah disamakan kekeruhannya dengan
standar Mc. Farland konsentrasi 106 CFU/mL dimasukkan ke dalam cawan petri,
hingga media memadat. Tiap cawan dibuat sumuran, kemudian 0,1 mL larutan
diteteskan pada lubang sumuran. Cawan petri kemudian ditutup dan dibungkus,
didiamkan selama 10-15 menit lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
terdiri dari :
Cara pembuatan :
paraben dan propil paraben dilarutkan dalam propilen glikol (campuran II).
II yang telah terdispersi dengan baik sambil digerus, kemudian ditambahkan sisa
Sediaan gel dibuat dalam 4 formula terdiri dari 1 fomula sebagai basis gel
dan 3 formula dengan berbagai variasi konsentrasi sediaan GEEDSR dan masing-
tertentu
3.12.3 Pemeriksaan pH
(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01). pH meter kemudian dicuci
dengan akuades dan dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi
1% dengan cara 1 g sediaan ditimbang, dilarutkan dalam 100 mL air suling, lalu
(Rawlins, 2003).
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah marmut jantan
dengan 0,5 mL lidokain HCl (2%) (Jamila, et al., 2015). Luka dibuat sesuai
bedah dengan cara mengangkat kulit hewan uji dengan pinset. Suspensi bakteri
yang diperoleh dari pembuatan suspensi inokulum bakteri dengan konsentrasi 106
(Jeanly, et al., 2014). Pemberian suspensi bakteri dilakukan sampai kondisi luka
sayat terinfeksi dengan kondisi luka merah, bengkak, dan bernanah (Fatimah,
2004).
terdiri atas 6 hewan uji dan diberi tanda menurut perlakuannya masing-masing.
b. luka dibersihkan lebih dahulu dengan NaCl 0,9% steril, kemudian gel
dioleskan secara merata pada luka yang terinfeksi 2 kali sehari, pagi dan sore
d. kulit yang telah terinfeksi dan telah diberi masing-masing perlakuan, dianastesi
kembali dan diambil sampel kulitnya pada hari ke-8 dan hari ke-15, diamati
2015).
Keterangan :d: diameter rata-rata; d1: diameter pertama; d2: diameter kedua
d3: diameter ketiga; d4: diameter keempat
d1
d2
d3
d4
Gambar 3.1. Perhitungan diameter luka
Spesimen diambil pada waktu bersamaan dengan cara eksisi kembali pada
punggung marmut. Spesimen diambil pada hari ke-8 dan hari ke-15. Kemudian
I dan paraffin II. Sediaan dimasukkan ke dalam alat pencetak yang berisi paraffin
setengah volume dan sediaan diletakkan ke arah vertical dan horizontal sehingga
potongan melintang melekat pada dasar paraffin, setelah mulai membeku paraffin
ditambahkan kembali hingga alat pencetak penuh dan dibiarkan sampai paraffin
dibentangkan diatas air hangat bersuhu 46oC dan langsung diangkat yang
bertujuan untuk merenggangkan potongan agar tidak berlipat atau terlipat akibat
Data yang diperoleh dari efek penyembuhan luka dapat dianalisis dengan
uji ANOVA (Analysis Of Variant) menggunakan program piranti lunak SPSS dan
perlakuan.
adalah etanol yang merupakan cairan bersifat universal, yang mampu menarik
semua jenis zat aktif, baik bersifat polar, semi polar dan non polar juga kadar
untuk uji aktivitas antibakteri. Bagan pembuatan EEDSR dapat dilihat pada
dari 10% (WHO, 1998; Depkes RI, 1995) untuk ekstrak tidak lebih dari 30%
(Voigt, 1995). Hasil uji kadar air simplisia dan ekstrak daun sambung rambat
dan 13,68% (<30%). Semakin tinggi kadar air akan semakin mudah ditumbuhi
jamur karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur.
Tabel 4.1 Data hasil pengamatan organoleptis stabilitas fisik sediaan GEEDSR
Waktu penyimpanan
Pengamatan Formula (minggu ke-)
0 4 8 12
Bening Basis gel - - - -
GEEDSR12,50% - - - -
Warna Coklat
GEEDSR 15,00% - - - -
kehitaman
GEEDSR 17,50% - - - -
Tidak berbau Basis gel - - - -
GEEDSR12,50% - - - -
Bau
Beraroma GEEDSR 15,00% - - - -
GEEDSR 17,50% - - - -
Basis gel - - - -
Homogen GEEDSR12,50% - - - -
Homogen
GEEDSR 15,00% - - - -
Tidak homogen GEEDSR 17,50% - + + +
Keterangan:(−)= stabil, (+) = tidak stabil
Pengamatan pada sediaan basis gel (tanpa penambahan ekstrak),
menghasilkan warna yang bening dan tidak memberikan aroma.Dasar gel dengan
menghasilkan sediaan gel berwarna coklat sampai coklat kehitaman. Hal ini
gel terdistribusisecara merata. Sediaan basis gel, GEEDSR 12,50% dan 15,00%
fase gel. Hal ini terjadi karena gel merupakan sistem dispersi yang tersusun dari
Sinersis dapat terjadi karena faktor perubahan suhu pada penyimpanan, serta
konsentrasi gelling agent yang rendah (Gad, 2008; Kaur dan Guleri, 2013;
Wijoyo, 2016).
yang dibuat. Hasil pengukuran pH sediaan GEEDSR dapat dilihat pada Tabel 4.2.
sekitar 4,5-6,5 karena semakin alkalis atau asam pH bahan yang mengenai kulit,
maka kulit akan semakin sulit untuk menetralisirnya sehingga kulit menjadi
dan basis gel memiliki nilai pH rata-rata 6,2 dan tidak mengalami perubahan
nilai pH rata-rata yaitu 5,9. Hal ini menurut Septiani (2012) disebabkan karena
adanya pengaruh CO2 dari udara yang bereaksi dengan fase air pada gel sehingga
membentuk asam, namun perubahan pH ini tidak terjadi secara signifikan, karena
Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter hambat aktivitas bakteri Sa, Se, dan Pa
sediaan EEDSR
Konsentrasi Diameter Daerah Hambat Pertumbuhan Bakteri (mm)*
NO Ekstrak
Sa Se Pa
(mg/mL)
1 500 19,31 20,82 20,11
2 400 17,38 19,82 18,65
3 300 15,03 18,49 17,71
4 200 14,33 16,42 15,20
5 100 13,95 15,25 14,32
6 75 9,75 11,12 10,74
7 50 8,20 10,73 9,25
8 25 - 9,65 -
9 20 - - -
10 Neomycin 25,60 27,14 26,11
11 DMSO - - -
Keterangan: Rata-rata pengukuran dilakukan 3 kali; DMSO = kontrol negatif,
Neomycin = kontrol positif
memberikan nilai hambatan sebesar 13,90 mm dan 14,32 mm, sementara bakteri
Se memberi nilai hambatan sebesar 15,12 mm. Hal ini menunjukkan bahwa
bakteri Se merupakan bakteri uji yang peka dengan konsentrasi 100 mg/mL dan
25,00 mg/mL bakteri uji Se memberikan nilai hambatan sebesar 9,65 sementara
Sa dan Pa tidak memberikan nilai hambat, dan pada pengujian konsentrasi 20,00
pertumbuhan bakteri Se. Hal ini disebabkan struktur dinding sel bakteri Se(gram
masuk ke dalam sel bakteri gram positif dibandingkan bakteri gram negatif.
pada bakteri gram positif yang juga bersifat polar, selain itu, dinding sel bakteri
yang larut dalam air. Sifat larut ini juga yang menunjukkan bahwa dinding sel
keutuhan dinding sel bakteri terganggu dan menurunkan permeabilitas dinding sel
bakteri, dan menyebabkan kematian bakteri (Wijaya dan Hendra, 2016). Alkaloid
peptidoglikan sehingga lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk secara utuh dan
aktif bersifat seperti sabun dengan cara menurunkan tegangan permukaan sel
(Komala, et al., 2012), sehingga zat antibakteri mudah masuk ke dalam sel,
Tanin bersifat sebagai antibakteri dimana dinding sel bakteri yang telah lisis
dalam sel bakteri mengkoagulasi protoplasma sel bakteri (Karlina, et al., 2013).
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Secara Invitro Pada Sediaan GEEDSR.
metode sumuran, karena pada metode ini memungkinkan bahan uji sediaan gel
zona hambat akan lebih mudah dan dapat dilihat secara visual (Jawetz, et
al.,2005).
diperoleh, bakteri Se paling efektif terhadap formula uji dengan nilai hambatan
(Kalbe Farma) yang berada dipasaran digunakan sebagai kontrolpositif dan basis
propilen glikol, metil paraben, propil paraben, dan akuades. EEDSR berfungsi
sebagai zat aktif yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Se.HPMC
berfungsi sebagai gelling agent yang merupakan bahan pembentuk gel. Propilen
glikol berfungsi sebagai humektan yang akan menjaga kestabilan sediaan dengan
cara mengurangi penguapan air dari sediaan dan dapat menjaga kelembaban kulit
sehingga kulit tidak kering (Martin, et al., 1993; Barel, et al., 2009; Arikumalasari
pengawet, mengingat akuades berfungsi sebagai pelarut dalam formulasi gel yang
viskositas sediaan menjadi lebih besar, daya sebar semakin kecilsehingga semakin
sulit zat aktif untuk berdifusi atau melepaskan zat aktifnya, menyebabkan daya
daya hambat lebih besar dibanding formula uji, hal ini disebabkan karena
luas sedangkan basis gel tidak mempunyai aktivitas antibakteri dan tidak
eksisi stadium III atau full thickness adalah marmut jantan yang kemudian
diinfeksikan dengan bakteri Se. Menurut Kozier (1995) dan Taylor (1997), gejala
hewan uji mengalami infeksi setelah 3 hari, ditandai dengan kondisi luka melebar,
karena terjadi ketidak utuhan jaringan yang mudah diinfiltrasi oleh bakteri sehinga
(Cuazitl, et al., (2014); Jamila, et al., (2015 ) dan diberikan perlakuan sesuai
penyembuhan luka yang terinfeksi dihitung pada hari ke-3 setelah terjadinya
infeksi (hari ke-3 dinyatakan sebagai hari ke-0), karena pada hari tersebut terjadi
penambahan pelebaran diameter pada luka, namun pada luka normal (tanpa
Tanpa
Ha Infeksi Luka terinfeksi bakteri Se dengan perlakuan
ri Luka Tanpa BASIS GEEDSR GEEDSR GEEDSR BIOPLA
Normal perlakuan GEL 12,50% 15,00% 17,50% CENTON
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1 0.33 -2.67 -2.25 -1.75 -2.33 -2.58 -2.42
2 2.00 -2.83 -2.58 -1.92 -2.50 -2.67 -2.75
3 11.83 -3.83 -3.75 -3.25 -3.67 -3.75 -4.17
4 12.17 -4.75 2.65 3.07 4.02 7.87 4.64
5 13.33 -5.75 5.79 12.99 14.23 19.60 15.84
6 17.75 -6.50 6.59 14.20 16.96 23.78 18.08
7 18.75 -7.33 8.41 18.97 25.16 36.07 25.92
8 22.08 -8.25 9.90 21.63 30.87 41.53 29.77
9 29.25 -8.92 14.58 30.59 33.68 47.63 32.28
10 32.50 -9.75 19.54 39.96 43.49 50.76 39.92
11 34.17 -9.17 22.69 43.42 50.35 54.86 48.33
12 37.15 -8.33 25.90 50.17 59.00 65.22 54.64
13 42.59 -7.25 30.22 60.37 62.22 67.15 63.36
14 47.42 -6.50 40.89 63.92 66.40 69.72 65.44
15 53.42 -1.17 49.65 66.75 68.25 72.54 68.30
16 58.42 5.42 55.58 69.33 72.43 75.27 73.92
17 68.17 15.67 60.24 71.83 77.33 81.69 76.96
18 76.92 20.00 65.06 79.18 82.39 87.15 80.56
terjadinya perluasan pada diameter luka, akan tetapi pada luka normal terlihat
persen kesembuhan semakin meningkat, hal ini disebabkan karena pada luka
penyembuhan berjalan normal. Kondisi ini sesuai menurut Gurtner, et al., (2008)
dan kedalaman luka, serta ada tidaknya komplikasi yang mengganggu proses
danmenyebabkan infeksi menjadi lebih besar, dan menurut Kozier (1995) dan
menyebabkan fase penyembuhan luka berjalan lambat, bahkan luka gagal untuk
Hasil pengamatan pada hari ke-11 (hari ke-8 infeksi) persen kesembuhan
(34,17%); dan luka infeksi tanpa perlakuan masih belum memberikan nilai
kesembuhan (-9,17%).
kesembuhan yang lebih tinggi (87,15%), basis gel dan luka normal kesembuhan
meningkat akan tetapi lebih lambat dengan nilai berturut-turut (65,06%) dan
(76.92%), dan pada luka infeksi tanpa perlakuan mulai menunjukkan nilai
kesembuhan (20,00%). Hal ini menurut Wijaya, et al., (2014) dan Taylor, (1997)
60,00
40,00
20,00
0,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
-20,00
Hari Pengamatan
pada luka seperti radang dan nyeri. Antimikroba untuk menghambat pertumbuhan
untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh luka. Astringen untuk
menciutkan pori-pori kulit sehingga pendarahan pada luka dapat berhenti dengan
dalam proses penyembuhan luka (Arun, et al., 2013; Mappa, et al., 2013).
yang berperan dalam penyusutan luka dan peningkatan laju epitelisasi (Arun, et
memiliki aktivitas analgetik dan antibakteri yang sangat kuat (Ahmed, et al.,
2001; Facey, et al., 2010) dan scandenolide sebagai antiinflamasi (Ahmed, et al.,
yang bertindak sebagai antivirus (Rufatto, et al., 2012) serta nepetin sebagai
(%)penyembuhan luka (α < 0,05).Hasil analisis dimulai dari hari ke-0 sampai hari
diambil pada hari ke-8 dan hari ke-15 dengan melihat jumlah pertumbuhan
CX31) pada 5 lapang pandang (LP) pembesaran 400 kali (Lab Histologi FKUSU,
20
15
10
5
0
Perlakuan
hari ke-15 lebih banyak dibandingkan dengan hari ke-8, maka dapat dikatakan
waktu. Pengamatan hasil mikroskopik keadaan kulit normal dari hewan uji dapat
dilihat pada Gambar 4.3 dan pengamatan setelah pemberian sediaan GEEDSR
pada hari ke 8 dan hari ke-15 pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.
bahwa pada hari ke-8 sampai hari ke-15 pada masing-masing kelompok
12,50% (11 menjadi 14); konsentrasi 15,00% (15 menjadi 17); konsentrasi
17,50% (16 menjadi 17); Bioplacenton (12 menjadi 15); basis gel (4 menjadi 6);
pada kulit hewan yang diberi perlakuan, didugakarena adanya zat aktif yang
Kulit hewan yang terinfeksi tanpa diberi perlakuan (diobati) pada akhir
pengamatan, terlihat sedikit penambahan pembuluh darah yang baru, hal ini
karena luka yang terinfeksi mengalami proses penyembuhan yang lebih lama
Jumlah pembentukan pembuluh darah baru pada kulit hewan yang telah
15,00% tidak jauh berbeda dengan konsentrasi 17,50% dan Bioplacenton, maka
penyembuhan luka memberikan hasil yang sama dan lebih baik dari Bioplacenton
sebagai kontrol positif, selain itu konsistensi sediaan selama penyimpanan dan
5.1 Kesimpulan
adalah:
sediaan gel.
c. sediaan gel ekstrak etanol daun sambung rambat dapat memberikan efek
kesembuhan luka.
5.2 Saran
bentuk formulasi yang berbeda seperti salep atau krem dan dapat dilakukan uji
Ahmed, M., Rahman, M.T., Alimuzzaman, M., dan Shilpi, J.A. (2001).
Analgesic sesquiterpene dilactone from Mikania cordata. Fitoterapia.
72(8): 919-921.
Anggraini, R.H. (2015). Uji Aktivi tas Antibakteri Ekstrak n-Heksana, Etilasetat
dan Etanol Daun Sambug Rambat (Mikania micrantha Kunth) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Skripsi Fakultas
Farmasi USU: 32,42
Arun, M., Satish, S., dan Anima, P. (2013). Herbal Boon for Wounds.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 5(2):1-12.
Bakir, M., Facey, P.C., Hassan, I., Mulder, W.H., Porter, R.B. (2004). Mikanolide
from Jamaican Mikania micrantha. Acta Crystallographica Section C.
C(60): 798-800.
Barku, Y.A., Boye, A., dan Ayaba, S. (2013). Phytochemical Screening and
Assessment of Wound Healing Activity of The Leaves of Anogeissus
leiocarpus. European Journal of Experimental Biology. 3(4): 25.
Baroroh, D.B. (2011). Konsep Luka. Malang: Basic Nursing Department PSIK
FIKES UMM. Halaman. 2.
Barel, A. O., M. Paye, dan H.I. Maibacah. (2009). Handbook of Cosmetic Science
and Technology. 3rdEdition. New York: Informa Healthcare USA, Inc. Pp.
233, 261-262
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Halaman.7,33.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Depkes RI.
Halaman. 299-306, 321-322, 325, 333-337.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Depkes RI. Halaman 14, 17.
Dewi, S.P. (2010). Perbedaan Efek Pemberian Lendir Bekicot (Achatina fulica)
dan Gel Bioplacenton Terhadap Penyembuhan Luka Bersih Pada Tikus
Putih. Surakarta: FK UNS. Halaman. 40-43
Djuanda Adhi., 2007., Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima.Balai
Penerbit FKUI.Jakarta.
Facey, P.C., Peart, P.C., dan Porter, R.B.R. (2010). The Antibacterial Activities of
Mikanolide and its Derivatives.West Inndian Med J. 59(3): 249-252.
Febram, B., Wientarsih, dan L., Pontjo, B. (2010). Aktivitas Sediaan Salep
Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon (Musa paradisiaca var sapientum)
Graham, R.B., Burns T., (2005). Lecture Notes Dermatology. 8th ed. Jakarta:
Erlangga, 8-9
Gurtner, Geoffrey, C. (2008). Wound Repair and Regeneration. Nature. 453, 314-
321
Hamzah, H., Fatimawali, dan Mongi, J. (2013). Formulasi Salep Ekstrak Etanol
Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) dan Uji Efektivitas
Terhadap Penyembuhan Luka Terbuka pada Kelinci. 2(3): 62-66.
Haisya NBS, Latifah AR, Suratno RP, Sa’diah S, Afiff U. (2013). Sambung
Rambat (Mikania micrantha H.B.K) as Natural Alternative Antibacterial
and Its Study Against Bacterial commonAs Causative AgentIn Cattle
MastitisIn Indonesia. (Seminar).6th Conf. Indonesia Student at Korea.
Daejon, South Korea.
http://www.clinimed.co.uk/Wound-Care/Education/Wound-Essentials/Phases-of-
Wound-Healing.aspx
Jawetz E, Melnick GE, dan Adelberg CA. (2001). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
I. Penerjemah: Bagian Mikrobiologi Kedokteran Universitas Airlangga.
Surabaya: Penerbit Salemba Medika. Halaman. 211-249.
Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A. (1996). Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Halaman 63, 291, 612,
627.
Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A. (2005). Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Halaman 31-326, 352-360.
Karlina, C.Y., Ibrahim, M., dan Guntur, T. (2013). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Herba Krokot (Portulaca oleracea L.) Terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. Lentera Bio. 1(1): 87-93.
Kaur, L.P., Guleri, T.K., (2013). Topical Gels: A Recent Approach for Novel
Drug Delivery. Asian Journal of Biomedical and Pharmaceutical Scienses.
3(17), 1-5
Komala, O., Ike, Y., dan Rita, P. (2012). Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun
Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain) terhadap Khamir Candida
albicans. Jurnal Ilmiah Farmasi Fitofarmaka. 2(2) : 146-145.
Magdalena, N. V., dan Kusnadi. J., (2015). Antibakteri dari Ekstrak Daun Gambir
(Uncaria gambir var Cubadak) Metode Microwave-Assisted Extraction
terhadap Bakteri Patogen) Jurnal Pangan Industri Vol.3 No 1p. Halaman
131-134.
Mappa, T., Edy, H.J., dan Kojong, N. (2013). Formulasi Gel Ekstrak Daun
Sasaladahan (Peperomia Pellucida (L.) H.B.K) Dan Uji Efektivitasnya
Terhadap Luka Bakar Pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus). Jurnal
Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 02. Halaman. 50-53.
Nasution L.P.S (2015). Uji Efektifitas Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Sambung
Rambat (Micania cordata (Burn.f B.L.Rob.) Terhadap Penyembuhan Luka
Sayat). Skripsi Fakultas Farmasi USU. 43
Panjaitan, E.N., Saragih, A., dan Purba, D. (2012). Formulasi Gel dari Ekstrak
Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe). Journal of
Pharmaceutics and Pharmacology. 1(1): 9-20.
Parekh, J., dan Chanda . S., (2007). In vitro Antimicrobial Activity of Trapa
Natans L. fruit Rind Extracted in Different Solvent. Halaman. 767
Pratogi, Donna. (2008). Teknik Eksisi. Departemen Kesehtan Kulit dan Kelamin
Fk. Universitas Sumatera Utara/ RSUP. H. Adam Malik/RS. Dr. Pirngadi
Medan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3404/1/08E00850.
pdf.
Rahmatullah M, Mollik AH, Ali M, Abbas FB, Jahan R, Khatun A, et al.,. (2011).
An Ethnomedicinal survey of Vitbilia village in Sujanagar sub-district of
Pabna district, Bangladesh. AmericanEurasian Journal of Agricultural
and EnvironmentalSciences. 10, 106-111.
Rufatto, L.C., Gower, A., Schwambach, J., Moura, S. (2012). Genus Mikania:
chemicak composition and phytotherapeutical activity. Brazilian Journal
of Pharmacognosy. 22(6): 1384-1403.
Shelke, S.J., Shinkar, D.M., dan Saudagar, R.B. (2013). Topical Gel: A Novel
Approach for Development of Topical Drug Delivery System. International
Journal Of Pharmacy&Technology. 5(3): 2739-2763.
Sudarno, Fabi, A.S., dan Hari, S. (2011). Efektifitas Ekstrak Tanaman Meniran
(Phyllanthus niruri) Sebagai Antibakteri Edwardsiella tarda Secara In-
Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(1) : 103-108.
Soni, H. dan Singhai, A.K. (2012). A Recent Update of Botanicals for Wound
Healing Activity.International Research Journal of Pharmacy, 3.Halaman.
1-6.
Taylor, C., Lils C., LeMono, P. (1997). Fundamental of Nursing The Art and
Science of Nursing Care. 4th edition. Philadelpia : JB Lippincoff. 699-705.
Tripathi RS, Khan ML, Yadaf AS. (2012). Biology of Mikania micrantha H.B.K.:
A Review. CAB International.
Widiastuti I. G.A.A. (2015). Ekstrak Pasta Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas L)
mempercepat Angiogenesis dan Meningkatkan Jumlah Fibroblas Soket
Mandibula Pada Penyembuhan Luka Pasca Pencabutan Gigi Marmut
Jantan (Cavia Cobaya). Univ. Udayana. Halaman. 9-40
Wattimena, 1991, Farmakodinamik dan Terapi antibiotik, Gajah Mada
UniversityPress, Yogyakarta. (1-7).
Wijaya, S., dan Hendra, N. (2016). Uji Invitro Efek Antibakteri Ekstrak Daging
Muda Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Klebsiella
Pneumoniae. Penelitian Asli. Halaman 10.
Yuhernita, Juniarti, dan Aryenti. (2014). Pengaruh Pemberian Gel dari Ekstrak
Metanol Daun Jarak Tintir (Jatropha Multifida L) terhadap Kepadatan
Serabut Kolagen dan Jumlah Angiogenesis dalam Proses Penyembuhan
Luka. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini
Sains Farmasi dan Klinik IV”. 47-55.
Yulianti, D., Susilo, B., Yulianingsih, R., (2014). Pengaruh Lama Ekstraksi Dan
Konsentrasi PelarutEtanol Terhadap Sifat Fisika-Kimia Ekstrak Daun
Stevia (Stevia Rebaudiana Bertoni M.) Dengan Metode Microwave
Assisted Extraction (Mae). Jurnal Bioproses Komoditas TropisVol. 2 No.
1. Halaman: 36, 37 dan 41.
Zederfeldt, B., Jacobsson, dan S., Ahonen, J. (1986). Wounds and Wound
Healing. London: Wolfe Medical Publications Ltd. 1.
Maserasi
Pemeriksaan kadar air
Maserat
Ekstrak Kental
HPMC, nipagin,
Aktivitas Formulasi Sediaan Gel
Antibakteri nipasol, parafin
% KBM/KHM
Simplisia
Dihaluskan
Serbuk simplisia
Maserat I Ampas
Maserat II
Diambil 1 ose
Disuspensikan kedalam 10 mL larutan NaCl 0,9%
Dihomogenkan dengan vorteks
Diukur kekeruhan sesuai standart Mc. Farland 108CFU
Biakan bakteri
Inokulum bakteri
Media padat
Hasil inkubasi
Hasil(Diameter Zona
Hambat Minimum)
Massa I Massa II
500 75
400 100 50 KN 20
200 KP
300 25
A B
500 75
400 100 50 KN 20
200 KP
300 25
C D
500 75
400 100 50 20
KN
200 KP
300 25
E F
Keterangan :
Gambar A. Staphylococcus epidermidis(Se); EEDSR 100;200;300;400;500 mg/ml
Gambar B.Staphylococcus epidermidis(Se); Kontrol Negatif (KN); kontrol positif (KP); EEDSR
20;25;50;75 mg/ml
Gambar C. Staphylococcus aureus(Sa),EEDSR 100;200;300;400;500 mg/ml
Gambar D. Staphylococcus aureus(Sa), Kontrol Negatif (KN); kontrol positif (KP); EEDSR
20;25;50;75 mg/ml
Gambar E. Psedomonas aeroginosa(Pa) EEDSR 100;200;300;400;500 mg/ml
Gambar F. Psedomonas aeroginosa(Pa) Kontrol Negatif (KN); kontrol positif (KP); EEDSR
20;25;50;75 mg/ml
12,5%
17,5% 20% KP
B
A
KN
10%
22,5%
Keterangan:
Lampiran
1. Perlakuan I
Berat sampel = 5,010 g
Volume awal air = 2,00 ml
Volume akhir air = 2,40 ml
(2,40−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 7,9840%
5,010 𝑔𝑔
2. Perlakuan II
Berat sampel = 5,013 g
Volume awal air = 2,00 ml
Volume akhir air = 2,40 ml
(2,40−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 7,9792%
5,013 𝑔𝑔
3. Perlakuan III
Berat sampel = 5,011 g
Volume awal air = 2,00 ml
Volume akhir air = 2,35 ml
(2,35−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 6,9860%
5,011 𝑔𝑔
1. Perlakuan I
Berat sampel = 5,024 g
Volume awal air = 2,00 ml
Volume akhir air = 2,67 ml
(2,67−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 13,336%
5,024 𝑔𝑔
2. Perlakuan II
Berat sampel = 5,012 g
Volumeawal air = 2,00 ml
Volumeakhir air = 2,70 ml
(2,70−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 13,966%
5,012 𝑔𝑔
3. Perlakuan III
Berat sampel = 5,018 g
Volume awal air = 2,00 ml
Volumeakhir air = 2,69 ml
(2,69−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 13,75%
5,018 𝑔𝑔
Lampiran19(Lanjutan)
Between-Subjects Factors
Value Label N
1,00 Hari 1 42
2,00 Hari 2 42
3,00 Hari 3 42
4,00 Hari 4 42
5,00 Hari 5 42
6,00 Hari 6 42
7,00 Hari 7 42
8,00 Hari 8 42
9,00 Hari 9 42
10,00 Hari 10 42
11,00 Hari 11 42
12,00 Hari 12 42
13,00 Hari 13 42
14,00 Hari 14 42
15,00 Hari 15 42
16,00 Hari 16 42
17,00 Hari 17 42
18,00 Hari 18 42
Perlakuan
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Persen_Kesembuhan
Tukey HSD
Homogeneous Subsets
Persen_Kesembuhan
a,b
Tukey HSD
Subset
Perlakuan N 1 2 3 4 5 6