Anda di halaman 1dari 120

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Tesis Magister

2017

Uji Aktivitas Antibakteri Gel Ekstrak


Etanol Daun Sambung Rambat (Mikania
micrantha Kunth.) Terhadap
Angiogenesis Luka Eksisi Terinfeksi
Pada Marmut

Harahap, Nina Irmayanti

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/702
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TESIS

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI GEL EKSTRAK ETANOL


DAUN SAMBUNG RAMBAT (Mikania micrantha Kunth)
TERHADAP ANGIOGENESIS LUKA EKSISI
TERINFEKSI PADA MARMUT

OLEH:
NINA IRMAYANTI HARAHAP
NIM 147014038

PROGRAM STUDI MAGISTER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI GEL EKSTRAK ETANOL
DAUN SAMBUNG RAMBAT (Mikania micrantha Kunth)
TERHADAP ANGIOGENESIS LUKA EKSISI
TERINFEKSI PADA MARMUT

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Magister dalam Ilmu Farmasi Pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
NINA IRMAYANTI HARAHAP
NIM 147014038

PROGRAM STUDI MAGISTER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PESETUJUAN TESIS

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI GEL EKSTRAK ETANOL


DAUN SAMBUNG RAMBAT (Mikania micrantha Kunth)
TERHADAP ANGIOGENESIS LUKA EKSISI
TERINFEKSI PADA MARMUT

OLEH:
NINA IRMAYANTI HARAHAP
NIM 147014038

Medan, Desember 2017


Menyetujui:
Komisi Pembimbing, Komisi Penguji,

Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt.
NIP195709091985112001 NIDK 8869040017

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc.
NIP 195301011983031004 NIP 196404091994031003

Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt


NIP195709091985112001

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt


NIP 195301011983031004

Mengetahui : Disahkan Oleh:


Ketua Program Studi Dekan,

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.
NIP 195301011983031004 NIP 195707231986012001

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Nama Mahasiswa : Nina Irmayanti Harahap

Nomor Induk Mahasiswa : 147014038

Program Studi : Magister Farmasi

Judul Tesis : Uji Aktivitas Antibakteri Gel Ekstrak Etanol

Daun Sambung Rambat (Mikania Micrantha

Kunth) Terhadap Angiogenesis Luka Eksisi

Terinfeksi Pada Marmut

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan TIM Penguji pada hari senin tanggal

tiga puluh satu bulan Juli tahun dua ribu tujuh belas.

Mengesahkan

Tim Penguji Tesis

Ketua Tim Penguji Tesis : Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt

Anggota Tim Penguji Tesis : Prof. Dr. Urip Harahap, Apt

Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt.

Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc.

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama Mahasiswa : Nina Irmayanti Harahap

Nomor Induk Mahasiswa : 147014038

Program Studi : Magister Farmasi

Judul Tesis : Uji Aktivitas Antibakteri Gel Ekstrak Etanol

Daun Sambung Rambat (Mikania Micrantha

Kunth) Terhadap Angiogenesis Luka Eksisi

Terinfeksi Pada Marmut

Dengan ini menyatakanbahwa tesis yang saya buatadalah aslikarya saya sendiri,

bukan plagiat danapabila dikemudian hari diketahui tesis saya tersebut plagiat

karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh pihak

Program Studi Magister Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam

keadaan sehat.

Medan, Desember 2017


Yang membuat pernyataan

Matrai 6000

Nina Irmayanti Harahap


NIM 147014038

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhingga

sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul

“Uji Aktivitas Antibakteri Gel Ekstrak Etanol Daun Sambung Rambat (Mikania

micrantha Kunth.) Terhadap Angiogenesis Luka Eksisi Terinfeksi Pada Marmut”

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Farmasi pada Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepadaIbu Dr. Marline Nainggolan,

M.S., Apt. dan Bapak Prof. Dr. Urip Harahap.,Apt. yang telah membimbing

penulis, mengarahkan, memberikan dorongan dan semangat sehingga penulis

terpacu untuk menyelesaikan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

Selama menyelesaikan penelitian dan tesis ini penulis telah banyak

mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin

menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang tiada terhingga kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.Dr.Runtung,S.H.,M.Hum.

2. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Bapak Prof.

Dr. Urip Harahap, Apt. dan Ibu Prof. Dra. Rosidah, M.Si., Ph.D., Apt. selaku

ketua dan sekretaris Program Studi Magister dan Doktor Ilmu Farmasi yang

telah memberikan dukungan, fasilitas dan sarana kepada penulis.

3. Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt. selaku Komisi Penguji I dan

Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc., selaku Komisi Penguji II, yang telah

memberi arahan dan masukkan kepada penulis untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarnya

kepada Ayahanda AKBP. H. A. Harahap dan Ibunda Hj. N. Siregar, S.Pd., yang

Universitas Sumatera Utara


telah memberikan cinta dan kasih sayang, pengorbanan materi, motivasi serta doa

tulus yang tidak pernah berhenti dan kepada ananda M. Anas Khalid atas

pengertian, kesabaran dan doa yang tak henti-hentinya agar penulis bisa

menyelesaikan penelitian dan tulisan ini,serta semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam penelitian tesis

ini, kiranya Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan

dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Akhir kata semoga tulisan ini dapat menjadi sumbangan yang berarti

bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.

Medan, Desember 2017


Penulis,

Nina Irmayanti Harahap


NIM. 147014038

Universitas Sumatera Utara


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI GEL EKSTRAK ETANOL
DAUN SAMBUNG RAMBAT (Mikania micrantha Kunth)
TERHADAP ANGIOGENESIS LUKA EKSISI
TERINFEKSI PADA MARMUT

ABSTRAK

Sambung rambat (Mikania micrantha Kunth.) termasuk suku Compositae,


di daerah Tapanuli Selatan provinsi Sumatera Utara dikenal dengan nama
Siropaspara.Daun tumbuhan ini digunakan oleh masyarakat sebagai obat luka.
Tumbuhan ini diketahui mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, dan
steroid/terpenoid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari
gel ekstrak etanol daun sambung rambat (GEEDSR) dan efektifitas penyembuhan
luka sayat yang terinfeksi bakteri.
Serbuk simplisia daun sambung rambat dimaserasidengan etanol 80%,
ekstrak yang diperoleh diuji aktifitas antibakterinya terhadap bakteri
Staphylococcus aureus (Sa), Staphylococcus epidermidis(Se) dan Pseudomonas
aeruginosa (Pa) menggunakan metode difusi agar. Ekstrak gel berbasis HPMC
dibuat variasi konsentrasi 12,50%, 15,00% dan 17,50%. Selanjutnya efektifitas
penyembuhan luka sayat ekstrak gel diuji pada punggung marmut yang
diinfeksikan dengan bakteri yang paling peka. Bioplacenton digunakan sebagai
(kontrol positif), basis gel (kontrol negatif).Pengamatan dilakukan dengan
parameter persen kesembuhan luka dan perbedaan jumlah angiogenesis secara
histopatologi pada hari ke-8 dan ke-15.
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun sambung rambat
(EEDSR) konsentrasi 100 mg/ml memberi zona hambat terhadap bakteri Se(15,25
mm); Pa(14,32 mm); dan Sa(13,90 mm). Konsentrasi 25 mg/ml memberikan nilai
zona hambat terhadap bakteri Se (9,65 mm), sedangkan bakteri Sa dan Pa tidak
memberikan nilai hambat. Aktivitas antibakteri GEEDSR diuji terhadap bakteri
Se pada konsentrasi 12,50% memberi nilai hambatan(14,10 mm); 15,00%
(15,83mm); dan 17,50% (16,69 mm). Hasil uji efektivitas persen kesembuhan
luka GEEDSR konsentrasi 12,50% (79,18%); 15,00% (82,39%);17,50%
(87,15%); Bioplacenton (82,39%) basis gel (65,06%), tanpa perlakukan (20,00%)
dan luka normal (76,92). Hasil uji statistikTukey menunjukkan persen
kesembuhan luka GEEDSR 15,00% dan Bioplacenton tidak berbeda signifikan
(p>0,05), GEEDSR 12,50%; 17,5%; tanpa perlakuan; basis gel; dan luka
normalmemberikan hasil yang berbeda signifikan. Hasil pemeriksaan
histopatologijumlah angiogenesis dariGEEDSR 17,50 % dan 15,00% pada hari
ke-15 tidak terdapat perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan GEEDSR 15,00%
memberikan konsentrasi optimal sebagai sediaan gel luka terinfeksi.

Kata kunci: GEEDSR, uji aktivitas antibakteri,efektifitas penyembuhan luka


sayat terinfeksi,angiogenesis.

Universitas Sumatera Utara


ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF ETHANOL EXTRACT GEL OF
SAMBUNG RAMBAT LEAF ( Mikania micrantha Kunth)
AND ANGIOGENESIS OF INFECTEDEXCISED
WOUND HEALING IN GUINEA PIG

ABSTRACT
Sambung rambat (Mikania micrantha Kunth.) is a common plant in
South Tapanuli ofNorth Sumatera province known asSiropaspara. The wild plant
of the family Compositae leaves are used by native as a cure for wounds. Previous
study showed this plant contains alkaloid, flavonoid, tanin, and steroid.The
purpose of this research was to determine the antibacterial activity ethanol extract
gel of sambung rambat (GEEDSR) and its effectiveness to heal infected wound.
The powdered dried leaves of sambung rambat were macerated with
80% ethanol. The resulting extract was tested for antibacterial activity of against
Staphylococcus aureus (Sa), Staphylococcus epidermidis (Se) and Pseudomonas
aeruginosa(Pa) by agar diffusion method, HPMC based gels were prepared with
varied concentration of plant extract, i.e12.50%; 15.00% and 17.50%. The
effectiveness of the extract gel in healing guinea pig back excised wound was
assessed. Bioplacenton was used as positive control, gel base as negative control.
The healing percentage of the wound and the histopathology of angiogenesis
process were measured from day 8th through day 15th.
The result of antibacterial activity testing for EEDSR at concentration of
100 mg/ml gave the inhibition zone diameter for Se (15.25 mm); Pa is (14.32 mm)
and Sa (13.95) mm. At concentration 25 mg/ml Se given inhibition (9.65) mm.
The inhibition zone diameter for GEEDSR for concentration of 12.50% was
(14.10 mm); 15% was(15,83 mm); and 17,50% was(16,69 mm). The effectiveness
of healing infected wound percentation for GEEDSR concentration 12,50% gave
(79.18%); 15.00% (82,39%) and 17.50% (87.15%). The statistical results byTukey
showed no significant difference between 15% GEEDSR and Bioplacenton.The
histopatological result of angiogenesis at day 15th for GEEDSR at concentration
15.00% and 17.50%showed nodifferences.

Keywords:GEEDSR, Antibacterial activity, effectiveness heal infected


wound,angiogenesis.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ........................................................................................................ i

LEMBAR .................................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS ............................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ........................................ v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................................. viii

ABSTRACT ............................................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN. ............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 4

1.3 Hipotesis ....................................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 7

2.1 Uraian Tumbuhan .......................................................................... 7

2.1.1 Sistematika tumbuhan .......................................................... 7

2.1.2 Nama asing .......................................................................... 7

2.1.3 Habitat .................................................................................. 7

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Morfologi ............................................................................. 8

2.1.5 Kandungan kimia ................................................................. 8

2.2 Ekstraksi ......................................................................................... 8

2.2.1 Metode-metode ekstraksi ..................................................... 9

2.3 Bakteri ........................................................................................... 10

2.3.1 Bakteri Staphylococcus aureus ............................................ 11

2.3.2 Bakteri Staphylococcus epidermidis .................................... 12

2.3.3 Bakteri Pseudomonas aeroginosa........................................ 12

2.3.4 Pertembuhan dan perkembangan mikroorganisme .............. 13

2.3.5 Fase pertumbuhan bakteri ..................................................... 15

2.4 Gel ................................................................................................ 16

2.4.1 Hidroksi propil metil selulosa (HPMC) ............................... 17

2.4.2 Propilen glikol ...................................................................... 18

2.4.3 Metil paraben ....................................................................... 18

2.4.4 Propil paraben ..................................................................... 19

2.5 Kulit ............................................................................................... 20

2.5.1 Epidermis ............................................................................. 21

2.5.2 Dermis .................................................................................. 21

2.5.3 Subkutis................................................................................ 21

2.6 Luka ............................................................................................... 22

2.7 Penyembuhan Luka ........................................................................ 24

2.8 Angiogenesis ................................................................................. 26

2.9 Pengaruh Senyawa Kimia Tumbuhan terhadap Penyembuhan Luka 27

2.9.1 Flavonoid ............................................................................. 27

2.9.2 Tanin .................................................................................... 27

2.9.3 Saponin ................................................................................ 28

Universitas Sumatera Utara


2.9.4 Steroid/terpenoid .................................................................. 28

2.10 Neomisin Sulfat............................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 30

3.1 Alat dan Bahan .............................................................................. 30

3.1.1 Alat-alat................................................................................ 30

3.1.2 Bahan-bahan ........................................................................ 30

3.2 Hewan Percobaan.......................................................................... 31

3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel ......................................... 31

3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan............................................ 31

3.3.2 Pengolahan bahan tumbuhan .............................................. 31

3.4 Pembuatan Ekstrak....................................................................... 31

3.5 Penetapan Kadar Air .................................................................... 32

3.6 Pembuatan Media.......................................................................... 32

3.6.1 Nutrient agar ........................................................................ 32

3.6.2 Media agar miring ................................................................ 33

3.6.3 Muller Hinton Agar (MHA)................................................. 33

3.6.4 Pembuatan standar Mc. Farland .......................................... 33

3.7. Peremajaan Stok Kultur Bakteri Uji ............................................ 34

3.8. Pembuatan Inokulum Bakteri ....................................................... 34

3.9. Persiapan Pengujian Antibakteri ................................................. 34

3.10 Uji Aktivitas Antibakteri EEDSR................................................ 35

3.11Pembuatan Formula Sediaan ........................................................ 35

3.11.1 Pembuatan basis gel ........................................................... 35

3.11.2 Komposisi formula ............................................................ 36

3.12 Evaluasi Formula ......................................................................... 36

3.12.1 Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan ................................... 36

Universitas Sumatera Utara


3.12.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan ..................................... 36

3.12.3 Pemeriksaan pH ................................................................. 37

3.13 Uji Aktivitas GEEDSR ................................................................ 37

3.14 Penyiapan Hewan Uji dan Pembuatan Luka ............................... 37

3.15 Pengujian Sediaan Gel Terhadap Penyembuhan Luka Sayat ...... 38

3.16 Pembuatan Sediaan Histologi ...................................................... 39

3.17 Analisis Data ............................................................................. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 41

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ......................................................... 41

4.2 Hasil Ekstraksi Simplisia Daun Sambung Rambat ....................... 41

4.3 Hasil Uji Kadar Air Simplisia Daun Sambung Rambat ................ 41

4.4 Hasil Evaluasi Sediaan GEEDSR .................................................. 42

4.4.1 Hasil pemeriksaan organoleptis ........................................... 42

4.4.2 Hasil penentuan pH sediaan ................................................. 43

4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri secara invitro EEDSR .................. 43

4.6 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri secara invitro sediaan GEEDSR .. 45

4.7 Hasil Uji Efektivitas Penyembuhan Luka Sayat ............................ 47

4.8 Hasil Uji Analisa Variansi (ANAVA) ........................................... 53

4.9 Hasil Uji Pengamatan Histopatologi (HP) Sediaan GEEDSR ....... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 58

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 58

5.2 Saran.............................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 59

LAMPIRAN ................................................................................................ 66

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Diagram kerangka pikir penelitian ................................................. 6

2.1 Grafik pertumbuhan bakteri............................................................. 15

2.2 Rumus bangun HPMC ..................................................................... 17

2.3 Rumus bangun propilen glikol ........................................................ 18

2.4 Rumus bangun metil paraben ........................................................ 19

2.5Rumus bangun propil paraben ......................................................... 19

2.6 Struktur kulit .................................................................................... 20

2.7 Grafik penyembuhan luka ............................................................... 24

3.1 Perhitungan diameter luka ............................................................... 38

4.1 Grafik persentase penutupan luka menggunakan GEEDSR............ 51

4.2 Grafik rata-rata jumlah kepadatan pertumbuhan pembuluh darah


Pada hari ke-8 dan ke-15 perbesaran 400x, 5LP ............................. 54

4.3 Gambar mikroskopik kulit normal ................................................. 55

4.4Gambar hasil mikroskopik kepadatan angiogenesis hari ke-8 ......... 55

4.5Gambar hasil mikroskopik kepadatan angiogenesis hari ke-15 ....... 56

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Komposisi formula gel EEDSR .................................................... 36

4.1 Hasil organoleptis sediaan GEEDSR ............................................ 42

4.2 Hasil penetuan pH ......................................................................... 43

4.3 Hasil pengukuran diameter hambat pertumbuhan bakteri Se


Se,Pa, dari sediaan GEEDSR ....................................................... 44

4.4 Hasil pengukuran diameter hambat bakteri Se sediaan GEEDSR 47

4.5 Nilai persentase peningkatan kesembuhan luka terinfeksi


bakteri Se ...................................................................................... 49

4.6 Data hasil analisis persentase kesembuhan ANAVA ................... 53

4.7 Jumlah pertumbuhan pembuluh darah perbesaran 400x 5LP ........ 54

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil identifikasi tumbuhan sambung rambat ............................... 66

2 Gambar tumbuhan sambung rambat ............................................. 67

3 Gambar simplisia dan serbuk daun sambung rambat ................... 68

4 Bagan alur penelitian..................................................................... 69

5 Bagan pembuatan ekstrak ............................................................ 70

6 Bagan uji aktivitas antibakteri EEDSR ........................................ 71

7 Bagan pembuatan sediaan GEEDSR ........................................... 72

8 Gambar hasil pengujian hambatan pertumbuhan bakteri EEDSR 73

9Gambar hasil pengujian hambatan pertumbuhan bakteri SE dari ...


sediaan GEEDSR ........................................................................ 74

10 Gambar sediaan GEEDSR dengan variasi dosis ......................... 75

11 Gambar hasil uji homogenitas sediaan GEEDSR ........................ 76

12 Surat izin penelitian dari komite etik penelitian (AREC) ........... 77

13 Sertifikat animal handling ........................................................... 78

14 Sertifikat anlisis Hydroxypropyl metal cellulose (HPMC) ......... 79

15 Data dan hasil perhitungan persentase kesembuhan luka pada


kulit marmut dengan berbagai prlakuan ..................................... 80

16 Perhitungan kadar air simplisia .................................................... 87

17 Perhitungan kadar air ekstrak ....................................................... 88

18 Gambar hewan uji ........................................................................ 89

19 Gambar pengamatan diameter luka sayat .................................... 90

20 Hasil uji beda nyata antar kelompok perlakuan hari ke 1


sampai hari ke 18 ......................................................................... 94

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka didefinisikan sebagai suatu keadaan hilang atau rusaknya sebagian

dari jaringan tubuh. Keadaan tersebut disebabkan oleh multifaktor, seperti trauma

benda tajam, benda tumpul, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, gangguan hewan,

koloni mikroba, yang mengenai jaringan. Luka yang biasa terjadi pada mukosa

yaitu abrasi (lecet), kontusio (memar), luka tembus. Luka juga dapat dibuat

sengaja untuk tujuan tertentu, seperti luka pada operasi. Beberapa dampak luka

menurut yaitu hilangnya sebagian atau bahkan seluruh fungsi organ yang terkena

luka, perdarahan, pembekuan darah, kemungkinan terjadinya kontaminasi bakteri,

dan kematian sel (Widiastuti, 2015; Yuhernita, et al., 2014).

Berdasarkan klasifikasinya luka terbagi atas luka terbuka (eksisi) dan luka

tertutup (insisi) (Arun,et al., 2013). Penyembuhan luka merupakan salah satu hal

penting dan merupakan proses yang kompleks dimana terjadinya pergantian

jaringan yang rusak atau mati oleh jaringan yang baru melalui proses degenerasi.

Proses penyembuhan luka dibagi ke dalam fase inflamasi, proliferasi, dan

remodelling jaringan. Proses penyembuhan luka juga dipengaruhi oleh faktor

umur, nutrisi, obat-obatan dan lain lain.

Penyembuhan luka secara histologis memperlihatkan gambaran terjadinya

peningkatan jumlah pembuluh darah (angiogenesis) dan jumlah sel fibroblas. Fase

proliferasi, fibroblas memegang peranan penting. Proliferasi dari fibroblas akan

menentukan hasil akhir dari penyembuhan luka. Fibroblas akan menghasilkan

kolagen yang akan menautkan tepi luka, juga mempengaruhi proses reepitelisasi

yang akan membuat luka menutup dan mempercepat proses penyembuhan luka.

Universitas Sumatera Utara


Angiogenesis merupakan pertumbuhan atau pembentukan pembuluh darah

baru yang terjadi secara alami di dalam tubuh, baik dalam kondisi sehat maupun

patologi (sakit). Proses angiogenesis berperan dalam mempertahankan

kelangsungan fungsi berbagai jaringan dan organ yang yang mengalami

kerusakan. Terjadinya hal ini melalui terbentuknya pembuluh darah baru yang

menggantikan pembuluh darah yang rusak (Widiastuti, 2015).

Pembentukan pembuluh darah baru merupakan hal yang penting dalam

proses penyembuhan luka karena luka yang tidak mendapat perawatan yang layak,

akan sangat mudah untuk diinfiltrasi oleh berbagai mikroorganisme sehingga

menyebabkan terjadinya infeksi bakteri patogen antara lain Staphylococcus

(Boyd, 1971; Pradipta, 2010).

Salah satu cara penanganan luka yaitu dengan mengobati luka tersebut

menggunakan sediaan topikal. Pemberian sediaan topikal yang tepat dan efektif

diharapkan dapat mengurangi dan mencegah infeksi pada luka. Bentuk sediaan

topikal yang disukai salah satunya adalah gel karena mudah merata jika dioleskan

pada kulit tanpa penekanan, memberi sensasi dingin, tidak menimbulkan bekas

dikulit, mudah digunakan selain itu, gel juga mudah mengering dan membentuk

lapisan film yang tipis sehingga mudah dicuci (Voigt, 1995; Panjaitan etal., 2012;

Shelke,et al., 2013).

Masyarakat saat ini masih menggunakan obat alternatif atau obat

tradisional sebagai pengobatan penyakit khususnya di negara-negara berkembang

(Thomas, 1995). Salah satu jenis tumbuhan yang berpotensi dan digunakan

sebagai obat tradisional dan telah terbukti secara empirisadalah daun sambung

rambat (Mikania micrantha Kunth.). Nama tradisional tanaman ini di daerah

Tapanuli Selatan provinsi Sumatera Utaraadalah Siropsaspara, pada

Universitas Sumatera Utara


umumnyamasyarakatnya menggunakan daun sambung rambat sebagai obat luka

dengan carameremas-remas daunnya atau ditumbuk kasar kemudian ditempel

pada kulit yang luka.

Berdasarkan hasil survey seorang etnobotani Rahmatullah,etal.,

(2011)pada suatu desa di Bangladesh menyatakan bahwa bagian daun tanaman

ini secara tradisional digunakan untuk menghentikan perdarahan secara eksternal.

Suku Kabi di Indiamenggunakan jus daun sambung rambat sebagai penangkal

gigitan serangga dan kalajengking juga untuk mengobati sakit perut,di Malaysia

digunakan sebagai obat gatal-gatal,di Africa digunakan sebagai sayuran untuk

membuat sop.

Daun sambung rambat (Mikania micrantaKunth.) adalah salah satu

tanaman dari keluarga Compositae, dikenal sebagai heartleaf hempvine, tumbuh

merambat di permukaan tanah atau pohon. Hasil skrining menunjukkan daun

sambung rambat mengandung senyawa flavonoid, glikosida, terpenoid/steroid,

saponin, tanin (Chowdry, 2011).

Ekstrak etanol daun sambung rambat (Mikania micrantha Kunth.) menurut

hasil penelitian Anggraini, (2015) memiliki kemampuan menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.Menurut

Nasution, (2015), sediaan gel ekstrak etanol daun sambung rambat memberikan

efek penyembuhan luka sayat eksisi pada kelinci.

Berdasarkanuraian tersebut peneliti tertarik meneruskan penelitian dengan

melakukan pengujian ekstrak etanol daun sambung rambat (EEDSR) dan sediaan

gel ekstrak etanol daun sambung rambat (GEEDSR) (Mikania micrantha Kunth.)

terhadap beberapa bakteri yang dapat menginfeksi pada luka menggunakan

bakteri gram positif Staphylococcus aureus(Sa), Staphylococcus

Universitas Sumatera Utara


epidermidis(Se)dan bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Pa)

selanjutnya dilakukan uji penyembuhan luka sayat eksisi pada kulit marmut jantan

yang diinfeksikan dengan salah satu bakteri yang terbukti paling peka dihambat

pertumbuhannyaoleh sediaan GEEDSR. Efektivitas penyembuhan luka diamati

dengan pengukuran diameter luka, persentase kesembuhan dan pembentukan

pembuluh darah baru (angiogenesis) pada kulit marmut jantan yang terinfeksi.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. apakah EEDSR mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab

infeksi pada luka sayat eksisi bakteri Sa, Se dan Pa.

b. apakah EEDSR dapat di formulasikan dalam bentuk sediaan gel.

c. apakah sediaan GEEDSR mempunyai efek penyembuhan luka sayat eksisi

yangterinfeksi bakteri, dengan indikator angiogenesis, diameter luka dan

persentase penyembuhan luka.

d. pada konsentrasi berapakah EEDSR dalam sediaan gel memberikan efek

penyembuhan paling efektif pada luka sayat eksisi yang terinfeksi bakteri.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah:

a. EEDSR mempunyai aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri gram

positif (+) dan gram negatif (-) penyebab infeksi pada luka sayat eksisi

(bakteri Sa, Se dan Pa).

b. EEDSR dapat di formulasikan dalam bentuk sediaan gel.

Universitas Sumatera Utara


c. sediaan GEEDSR mempunyai efek penyembuhan luka sayat eksisi yang

terinfeksi bakteri, dengan indikator angiogenesis, diameter luka, dan keadaan

fisik luka.

d. sediaan GEEDSR pada konsentrasi tertentu memberikan efek penyembuhan

paling cepat pada luka sayat eksisi yang terinfeksi bakteri.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. mengetahui aktivitas antibakteri EEDSR terhadap bakteri penyebab infeksi

pada luka sayat eksisi (bakteri Sa, Se dan Pa).

b. mengetahui EEDSR dapat di formulasikan dalam bentuk sediaan gel.

c. mengetahui sediaan GEEDSR mempunyai efek penyembuhan luka sayat eksisi

yang terinfeksi bakteri, dengan indikator angiogenesis, diameter luka dan

persentase penyembuhan luka.

d. mengetahui konsentrasi EEDSR di dalam sediaan gel yang memberikan efek

penyembuhan paling cepat pada luka sayat eksisi yang terinfeksi bakteri.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, diharapkan penelitian ini

memberikan informasi ilmiah khususnya di bidang ilmu kefarmasian bahwa

EEDSR mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram positif (+) dan

gram negatif (-) penyebab infeksi pada luka dan sediaan GEEDSR dapat

digunakan sebagai obat penyembuhan luka yang terinfeksi.

Universitas Sumatera Utara


1.6 Kerangka Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap marmut jantan yang dibuat luka sayat eksisi

pada bagian punggungnya. Kerangka penelitian ini dibagi menjadi variabel bebas

dan variabel terikat (Gambar 1.1).

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Simplisia daun
sambung rambat

Aktivitas anti Diameter (mm)


Ekstrak etanol bakteriStaphylococcus daya hambat
daun sambung aureus(Sa); Staphylococcus masing-masing
rambat (EEDSR) epidermidis(Se),Pseudomo
bakteri
nas aeruginosa (Pa)

1.Stabilitas fisik
Sediaan gel Sediaan gel ekstrak 2. pH
ekstrak etanol etanol daun sambung 3. Homogenitas
daun sambung rambat
rambat, dengan 3
konsentrasi : Penyembuhan hewan Diameter luka
12,50%, 15,00%, luka (cm) dan keadaan
17,50% 1. Kelompok kontrol fisik luka.
(Basis gel)
2.Kelompok 1. Histopatologi
pembanding angiogenesis.
(Bioplacenton) 2.Jumlah
3.Kelompok uji sedian pembuluh
Gel EEDSR dengan darah baru (5
konsentrasi 12,50%, lapang
15,00% dan 17,50% pandang)

Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Sistematika dari tumbuhan Sambung Rambat (Mikania micrantha Kunth.)

dalam klasifikasi sebagai berikut (APFISN, 2012):

Kingdom : Plantae

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Asterales

Familia : Compositae (Asteraceae)

Genus : Mikania

Spesies : Mikania micranthaKunth.

2.1.2 Nama asing

Tumbuhan Mikania micrnthaKunth. di Indonesia memiliki nama

sambung rambat, nama daerah di Tapanuli Selatan Sumatera Utara dikenal dengan

nama Siropaspara. Nama asing menurut CABI (2016) adalahAmerican rope

(America),mile a minute weed,Chinese creeper (Cina), Dhritharashta pacha

(India), dan Ulam tikus (Malaysia).

2.1.3 Habitat

Universitas Sumatera Utara


Sambung rambat biasanya tumbuh di tempat yang lembab, ditepi sungai,

dihutan,area perkebunan, tanah tandus bahkan ditepi jalan raya. Penyebarannya

dapat terjadi melalui hembusan angin, hewan dan air, tumbuh subur dipadang

pasir yang memiliki sedikit zat hara dan dapat tumbuh dalam jumlah yang besar,

pertumbuhannya sangat mudah dan cepat, umumnya menggunakan pohon sebagai

dukungan tempat tumbuhnya, banyak tumbuh melilit pada tumbuhan kelapa

sawit, karet, ubi kayu, kelapa, pisang (APFISN, 2012; CABI, 2016).

2.1.4 Morfologi

Tumbuhan sambung rambat merupakan tumbuhan membelit/menjalar,

bercabang banyak yang kuat, tumbuh dan menyebar dengan cepat. Berbunga pada

bulan Agustus hingga Januari (APFISN, 2012). Batang sambung rambat berwarna

hijau muda dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Tiap ruas batang terdapat dua

helai daun yang saling berhadapan. Daun sambung rambat berbentuk segitiga

yang menyerupai bentuk hati dengan panjang 4-13 cm dan lebar 2-9 cm.

Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi. Bunga

tumbuhan sambung rambat berwarna putih, berukuran kecil, serta tumbuh dari

ketiak daun atau pada ujung tunas (DEEDI, 2011).

2.1.5 Kandungan kimia

Daun sambung rambat memiliki kandungan flavonoid, alkaloid, tanin dan

steroid (Haisya, et. al., 2013) Kandungan terpenoid dari daun sambung rambat

adalah golongan seskuiterpene yang terdiri dari mikanolid, dihidromikanolid

(Tripathi, et. al., 2012).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga

terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair.

Universitas Sumatera Utara


Senyawa aktif dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid,

flavonoid dan lain-lain. Senyawa aktif simplisia akan mempermudah pemilihan

pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI., 2000).

2.2.1 Metode-metode ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai (Mukhriani, 2014). Senyawa aktif yang terdapat

dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri,

alkaloida, flavonoida, dan metabolit sekunder lainnya. Jenis ekstraksi bahan alam

yang sering dilakukan adalah ekstraksi dingin,melalui cara maserasi, perkolasi

dan sokletasi dan ekstraksi panasdengan cara refluks dan penyulingan uap air.

(Depkes RI, 2000).

Maserasi

Maserasi adalah proses pengektraksian simplisia menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan,

sedangkan remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah

dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

Perkolasi

Perkolasiadalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap

perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai

diperoleh ekstrak (perkolat).

Refluksadalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada

temperatur titik didihnya dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi

menuju pendingin dan kembali ke labu.

Universitas Sumatera Utara


Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat soklet dimana pelarut akan terkondensasi dari

labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel.

Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada lebih

temperatur tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada

temperatur 40-50°C.

Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 900C selama 15 menit.

Dekoktasi

Dekoktasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 900C selama 30 menit.

2.3 Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa yunani) yang berarti

tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, berkembang dengan

membelah diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya dapat dilihat dengan

menggunakan mikroskop (Dwijoseputro, 1994).

Ukuran bakteri bervariasi baik penampang maupun panjangnya, tetapi

pada umumnya penampang bakteri adalah sekitar 0,7-1,5 µm dan panjangnya

sekitar 1-6 µm. Tubuh bakteri yang terdiri dari satu sel mempunyai bentuk yang

Universitas Sumatera Utara


beraneka ragam. Ada yang berbentuk peluru atau bola (kokus), berbentuk batang

(basil), berbentuk koma dan spiral (Tjitrosoepomo, 2005).

Berdasarkan perbedaannya di dalam menyerap zat warna gram, bakteri

dibagi atas dua golongan yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.

Bakteri Gram positif menyerap zat warna pertama yaitu kristal violet yang

menyebabkan berwarna ungu, sedangkan bakteri Gram negatif menyerap zat

warna kedua yaitu safranin dan menyebabkan berwarna merah (Dwijoseputro,

1994).Bakteri Gram positif memiliki kandungan peptidoglikan lebih tinggi dari

pada bakteri Gram negatif sebaliknya kandungan lipid dinding sel bakteri Gram

positif lebih rendah dari bakteri Gram negatif yaitu berkisar 11-22% (Lay, 1994).

2.3.1 Bakteri Staphylococcus aureus

Sistematika bakteriStaphylococcus aureusmenurut Dwidjoseputro (1994)

adalah sebagai berikut :

Divisio : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Micrococcaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

aerob atau anaerob dan tahan hidup dalam lingkungan yang mengandung garam

dengan konsentrasi tinggi, misalnya NaCl 10%. Hasil pewarnaan yang berasal

dari pembenihan padat akan memperlihatkan susunan bakteri yang bergerombol

seperti buah anggur. Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka.

(Jawetz, et al., 2001).

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Bakteri Staphylococcus epidermidis

Sistematika bakteri Staphylococcus epidermidis menurut Irianto (2006)

adalah sebagai berikut:

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Famili : Micrococaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus epidermidis

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram positif,

aerob atau anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak

teratur, diameter 0,8 - 1,0 μm tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni

berwarna putih bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37oC. Koloni pada

pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan

pigmen, berwarna putih porselen(Jawetz, et al., 2001).

Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka, dapat

menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar

luas dalam jaringan (Jawetz, et al., 2001).

2.3.3 Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Sistematika bakteriPseudomonas aeruginosamenurut Dwidjoseputro,

(1994) adalah sebagai berikut:

Divisio : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Pseudomonadales

Suku : Pseudomonadaceae

Universitas Sumatera Utara


Marga : Pseudomonas

Jenis : Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif aerob obligat,

berbentuk batang, bergerak, berukuran sekitar 0,6 x 2 µm, terlihat sebagai bakteri

tunggal, berpasangan dan kadang-kadang membentuk rantai yang pendek.

Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan warna floresensi

kehijauan. Bakteri ini menghasilkan piosianin, suatu pigmen kebiru-biruan yang

tak berfloresensi, yang berdifusi ke dalam agar.

Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di

lingkungan yang lembab. Bakteri dalam jumlah kecil sering terdapat dalam flora

usus normal dan pada kulit manusia serta merupakan patogen utama dari

kelompok Pseudomonas. Bakteri ini menimbulkan infeksi pada luka, meningitis,

infeksi saluran kemih, dan infeksi mata (Jawetz, et. al., 2001).

2.3.4 Pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

mikroorganisme meliputi :

a. Suhu

Suhu adalah suatu faktor terpenting mempengaruhi pertumbuhan dan

kelangsungan hidup dari semua organisme hidup (Irianto, 2006).Suhu pada

pertumbuhan optimal akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan optimal dan

dihasilkan jumlah sel yang maksimal (Pratiwi, 2008), oleh karena itu spesies

mikroba yang berbeda membutuhkan suhu optimal yang beragam untuk

pertumbuhannya. Bentuk psikrofil tumbuh paling baik pada suhu rendah (15-

200C), bentuk mesofil tumbuh terbaik pada suhu 30-370C dan bentuk termofil

tumbuh terbaik pada suhu 50-600C (Jawetz, et. al., 1996).

Universitas Sumatera Utara


b. pH

pH merupakan indikasi konsentrasi ion hidrogen. Peningkatan dan

penurunan konsentrasi ion hidrogen dapat menyebabkan ionisasi gugus-gugus

dalam protein, amino dan karboksilat, sehingga menyebabkan denturasi protein

yang mengganggu pertumbuhan sel (Pratiwi, 2008), oleh karena itu

pertumbuhan sel memerlukan pH tertentu dimana sebagian besar organisme

memiliki kisaran pH optimal yang sempit, secara empirik pH optimal harus

ditentukan untuk masing-masing spesies (Jawetz, et al., 1996).

Mikroorganisme asidofil tumbuh pada kisaran pH optimal 1,0-5,5,

mikroorganisme neutrofil tumbuh pada kisaran pH optimal 5,5-8,0,

mikroorgansime alkalofil tumbuh pada pH optimal 8,5-11,5, sedangkan

≥ 10
mikroorganisme alkalofil ekstrem tumbuh pada kisaran pH optimal

(Pratiwi, 2008).

c. Tekanan osmosis

Tekanan osmosis adalah laju air dari larutan dengan konsentrasi rendah ke

larutan dengan konsentrasi tinggi (Volk dan Wheeler, 1989) misalnya peristiwa

terjadinya plasmolisis yang disebabkan karena sel mikroorganisme berada

dalam larutan dengan konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi di dalam

sel, maka akan terjadi keluarnya cairan dari dalam sel melalui membran

sitoplasma (Tim Mikrobiologi FK Brawijaya, 2003), oleh karena itu untuk

mempertahankan kehidupan sel agar tetap hidup harus diciptakan tekanan

osmosis (Irianto, 2006).

d. Oksigen

Berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri digolongkan menjadi:

Universitas Sumatera Utara


i. bakteriaerob mutlak: bakteri yang memerlukan oksigen untuk

pertumbuhannya.

ii. bakteri anaerob mutlak: bakteri yang tidak membutuhkan oksigen didalam

pertumbuhannya.

iii. bakteri anaerob fakultatif: bakteri yang dapat tumbuh, baik ada oksigen

maupun tanpa adanya oksigen.

iv. bakteri mikroaerofilik : bakteri yang kebutuhan oksigennya rendah (Tim

Mikrobiologi FK Brawijaya, 2003).

e. Nutrisi

Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan

pembentuk energi. (Pratiwi, 2008).

f. Media kultur

Media kultur merupakan bahan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan

mikroorganisme. Berdasarkan konsistensinya, media dikelompokkan menjadi dua

macam yaitu media cair dan media padat (Pratiwi, 2008).

2.3.5Fase pertumbuhan bakteri

Fase pertumbuhan bakteri menurut Irianto (2006) meliputi: fase

pertumbuhan lambat (lag), fase eksponensial (log), fase konstan (stasioner) dan

fase kematian atau penurunan (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Grafik pertumbuhan bakteri (dikutip dari : Irianto, 20

Universitas Sumatera Utara


a. Fase pertumbuhan lambat (slow grouth) atau fase lag.

Fase ini merupakan fase penyesuaian bakteri terhadap suatu lingkungan baru

dimana jumlah bakteri mulai bertambah sedikit demi sedikit, akan tetapi

kecepatan berkembang biak menjadi berkurang. Ini bukan karena keadaan

medium memburuk, tapi terjadi peningkatan ukuran sel sehingga tampak

menyusut jumlah sel-sel yang segar. Lama fase lag tergantung pada kondisi

dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan.

b. Fase eksponensial (log)

Fase ini terjadi setelah sel bakteri menyesuaikan diri terhadap lingkungan

baru, dimana pembiakan bakteri berlangsung paling cepat, jumlah sel bakteri

baru meningkat secara eksponensial. Bakteri dalam fase ini baik sekali untuk

dijadikan inokulum.

c. Fase konstan (stationary)

Dalam fase ini kecepatan tumbuh bakteri yang berkembang biak sama dengan

kecepatan bakteri yang mati. Kurva menunjukkan garis yang hampir

horizontal, sehingga jumlah sel yang hidup menjadi tetap.

d. Fase Penurunan (period of decline) atau fase kematian

Pada fase ini bakteri mengalami penurunan, dimana jumlah bakteri yang mati

bertambah. Hal ini tergantung kepada spesies dan keadaan medium serta

faktor-faktor lingkungan, maka besar kemungkinan bakteri tidak dapat

dihidupkan kembali dalam medium baru.

2.4 Gel

Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari

partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh

Universitas Sumatera Utara


suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau

dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Depkes RI., 1995).

Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt, 1995) adalah sebagai berikut:

a. kemampuan penyebarannya baik pada kulit

b. efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit

c. tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis

d. kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

Tingginya kandungan air dalam sediaan gel dapat menyebabkan terjadinya

kontaminasi mikroba, yang secara efektif dapat dihindari dengan penambahan

bahan pengawet seperti metil dan propil paraben (Voigt, 1995).

2.4.1 Hidroksi propil metil selulosa (HPMC)

Hidroksi propil metil selulosa dengan nama lain hypromellosum (Rowe, et

al., 2009), memiliki ciri-ciri serbuk atau granul putih, tidak berbau dan tidak

berasa, larut dalam air dingin, membentuk larutan koloid kental, larut dalam air

panas, kloroform, etanol (96%) dan eter, tetapi larut dalam campuran etanol dan

diklorometana, campuran metanol dan diklorometana, serta campuran air dan

alkohol. Rumus bangun HPMC dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Rumus bangun HPMC (dikutip dari : Rowe, et al., 2009)

PenggunaanHPMCdalamformulasifarmasi adalahsebagaizat

penyalut,zatpendispersi,zatpengemulsi,penstabilemulsi,zatpembentukfilm,memba

ntuprosesgranulasi,pengikattablet,

Universitas Sumatera Utara


peningkatviskositasdandigunakanuntukmengaturkecepatanpelepasanobat juga

digunakansecaraluasdalamkosmetikdanproduk makanan.HPMC bersifat

nontoksikdantidak menyebabkaniritasi serta memiliki viskositas yang stabil pada

penyimpanan jangka panjang dan memiliki pH 5,5-8,0 (Rowe, et. al., 2009).

2.4.2Propilen glikol

Propilenglikolmerupakancairanbening,tidak

berberwarna,kental,praktistidakberbau,manisdanmemilikirasa yangsedikit

tajammenyerupaigliserin.Propilenglikollarutdalam aseton,kloroform,etanol

(95%),gliserindanair; mudah larut dalam eter,tidaklarutdenganminyak. Rumus

bangun propilen glikol dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3Rumus bangun propilen glikol (dikutip dari : Rowe, et al., 2009)

Propilenglikoltelahbanyakdigunakansebagaipelarutdanpengawetdalamberba

gaiformulasifarmasi parenteraldannonparenteral,

melarutkanberbagaimacambahan,seperti kortikosteroid,vitamin (A dan D),

alkaloiddanbanyakanestesilokal.Propilenglikol juga digunakan sebagaihumektan

pada sediaan topikal dengan konsentrasi 15% (Rowe, et. al., 2009).

2.4.3 Metil paraben

Metilparabenbanyakdigunakansebagai pengawet antimikrobadalam

kosmetik, produk makanandanformulasisediaanfarmasi. Konsentrasi metil

paraben untuk penggunaan topikal adalah 0,02-0,3% dan 0,18% jika

dikombinasikan dengan propil paraben (Rowe, et. al., 2009). Rumus bangun metil

paraben dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.4Rumus bangun metil paraben (dikutip dari : Rowe, et al., 2009)

Metilparabenberbentukkristaltakberwarnaatau bubukkristalputih dan

tidakberbau. Metilparaben lebih efektif terhadap jamur dari pada bakteri.

Aktivitas antimikrobameningkat jika dikombinasi dengan parabenyang memiliki

efeksinergis jugadengan penambahaneksipienlainseperti:propilenglikol. Aktivitas

pH 4-8 dan efeknya berkurang dengan kenaikan pH (Rowe, et al.,2009).

2.4.4 Propil paraben

Propil parabenberbentukbubukputih,kristal,

tidakberbau,dantidakberasa.Propil parabenbanyakdigunakan

sebagaipengawetantimikrobadalamkosmetik,produkmakanan,

danformulasisediaanfarmasi. Konsentrasi propil paraben untuk penggunaan

topikal adalah 0,01-0,6% dan 0,02% jika dikombinasikan dengan metil paraben

(Rowe, et. al., 2009). Gambar rumus bangun propil paraben dapat dilihat pada

Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Rumus bangun propil paraben (dikutip dari : Rowe, et al., 2009)

Propil parabenmenunjukkan aktivitasantimikroba pada pH4-

8.Parabenaktifterhadapjamur dan lebihaktifterhadapgram positif

Universitas Sumatera Utara


dibandingkanbakterigram negatif. Aktivitas antimikrobanya meningkat jika

dikombinasikan dengan paraben lainnya (Rowe, et. al., 2009).

2.5 Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar dan

berfungsi melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup, ukurannya kira-kira

15% dari berat tubuh (Djuanda, 2007). Fungsi utama kulit adalah sebagai

pelindung. Kulit terdiri atas 650 kelenjar kelenjar keringat, 20 pembuluh darah,

60.000 melanosit, dan ribuan ujung saraf tepi. Kulit memiliki bagian pelengkap

seperti rambut, kuku dan kelenjar keringat/sebasea. Pembagian kulit secara garis

besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan

dermis, dan lapisan subkutis. Lapisan dermis dan subkutan tidak mempunyai

garis tegas yang memisahkan, subkutan ditandai dengan adanya jaringan ikat

longgar, sel dan jaringan lemak (Arisanty, 2014). Gambar Struktur bagian kulit

dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6Struktur bagian kulit (dikutip dari : Graham,2002)

2.5.1 Epidermis
Epidermis adalah lapisan paling luar dan paling tipis dari kulit, tidak

memiliki pembuluh darah dan sistem persarafan. Fungsi epidermis adalah sebagai

sistem imun yang pertama dari tubuh manusia atau dikenal dengan istilah First

Skin Immune System. Epidermis memiliki variasi ketebalan antara 0,4-0,6mm dan

Universitas Sumatera Utara


epidermis terbagi atas 5 stratum dan menurut Arisanty (2014), epidermisterdiri

atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :

a. stratum korneum adalah lapisan paling atas dari epidermis, terdiri dari sel

keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.

b. stratum lusidum: hanya terdapat pada telapak kaki dan telapak tangan. Tidak

tampak pada kulit tipis, terdapat sel mati yang tidak memiliki inti.

c. stratum granulosum: mengandung sel granular (granula lamelar) dan keratin.

Lapisan ini, sel berinti mulai mati dan terus terdorong ke atas.

d. stratum spinosum: memiliki inti sel keratinosit besar. Lapisan ini merupakan

e. hasil pembelahan sel yang berikatan dan melakukan migrasi sel ke arah atas.

f. stratum basale (stratum germinativum) adalah lapisan paling dalam dari

epidermis yang berlokasi dekat dermis. Sel ini merupakan sel hidup berinti

karena mendapatkan difusi oksigen dan nutrisi dari dermis,dan sel yang

melakukan pembelahan sel (mitosis) pada proses regenerasi sel keratinosit

epidermis.

2.5.2 Dermis

Dermis adalah lapisan kedua dari kulit yang merupakan jaringan ikat,

memiliki banyak pembuluh darah dan sistem persarafan.Dermis terdiri

atasjaringan ikat, protein kolagen dan elastin, fibroblas, sistem imun dan sistem

saraf.Dermis juga memiliki dua lapisan utama, yaitu papilare berfungsi sebagai

penguat dari epidermis dalam satu ikatan membran dan lapisan retikuler yang

memiliki pembuluhdarah perifer yang berikatan serta terdiri dari jaringan ikat

padat.Bagian pelengkap kulit terdapat di dermis seperti akar rambut, kelenjar

ekrin, apokrin dan sebasea (Arisanty,2014).

2.5.3 Subkutan

Universitas Sumatera Utara


Merupakan lapisan paling tebal dari kulit, terdiri atas jaringan lemak

(paling besar), jaringan ikat dan pembuluh darah. Hipodermis memiliki fungsi

sebagai penyimpan lemak, kontrol temperatur dan penyangga organ di sekitarnya

(Arisanty, 2014).

2.6 Luka

Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit atau membran mukosa yang dapat

menyebabkan terganggunya fungsi tubuh (Zederfeldt, et. al., 1986). Klasifikasi

luka berdasarkan waktu penyembuhannya menurut Nagori dan Solanki (2011);

Prabakti (2005) yaitu :

a. luka akut : merupakan luka yang proses perbaikan jaringan normal, tepat

waktu, pemulihan integritas jaringan secara anatomi dan fungsi dapat

dipertahankan. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak, dan

penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan., contoh : luka

sayat, luka bakar dan luka tusuk.

b. luka kronis : luka mengalami kegagalan dalam penyembuhan, dapat terjadi

karena faktor endogen dan eksogen. Luka kronik gagal sembuh pada waktu yang

diperkirakan, membutuhkan periode waktu penyembuhan yang lama dan punya

tedensi untuk kembali lagi. Luka kronis merupakan sebab utama ketidak

mampuan secara fisik, contoh : Infeksi lokal, hipoksia, gangguan sistemik seperti

diabetes mellitus, malnutrisi dan defisiensi fungsi imun.

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka dapat dibagi menjadi 4 jenis:

a. stadium I, luka superfisial (Non-Blanching Erithema): yaitu luka yang terjadi

pada lapisan epidermis kulit.

b. stadium II, luka partial thickness: yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan

epidermis dan bagian atas dari dermis.

Universitas Sumatera Utara


c. stadium III, luka full thickness: yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi

kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah

tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada

lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul

secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak

jaringan sekitarnya.

d. stadium IV, luka full thickness: yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan

tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas (Baroroh, 2011).

Berdasarkan mekanisme terjadinya, menurut (Prabakti, 2005) luka dibagi atas:

a. luka insisi (Incised wouds) terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam.

misalnya pembedahan.

b. luka memar (contusion wound), terjadi akibat benturan sesuatu tekanan dan

cedera pada jaringan lunak, pendarahan dan bengkak.

c. luka lecet (abraded wound) terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain

yang biasanya benda tidak tajam.

d. luka tusuk (punctured wound) terjadi akibat adanya benda seperti peluru atau

pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

e. luka gores (lacerated wound) terjadi akibat benda yang tajam seperti terkena

kaca atau kawat.

f. luka tembus (penetrating wound) adalah luka yang menembus organ tubuh,

biasanya pada bagian awal luka masuk dengan diameter kecil tetapi pada

bagian ujungnya luka akan melebar.

g. luka bakar (combustio)

h. luka gigitan hewan, disebabkan akibat dari gigitan hewan liar atau hewan

peliharaan

Universitas Sumatera Utara


i. luka eksisi (exicised wound) luka akibat terpotongnya jaringan oleh benda

tajam (Partogi, 2008)

2.7 Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi

jaringan yang rusak (Boyle, 2009). Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan

alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya, peningkatan aliran darah ke

daerah yang rusak, membersihkan sel dari benda-benda asing serta perkembangan

awal selular merupakan bagian dari proses penyembuhan luka. Proses

penyembuhan dapat terjadi secara normal tanpa bantuan.

Pemberian bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses

penyembuhan (Taylor, 1997), menurut Soni danSinghai (2012), proses

penyembuhan lukamerupakan proses biologik dimulai dari adanya trauma dan

berakhir dengan terbentuknya luka parut.

Tujuan pengobatan luka adalah mengurangi faktor-faktor risiko yang

menghambat penyembuhan luka, mempercepat proses penyembuhan luka yang

terinfeksi. Proses penyembuhan luka menurut Arisanti (2014), dibagi menjadi tiga

fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasidan fase remodeling (Gambar 2.7).
FASE INFLAMASI FASE PROLIFERASI FASE MATURASI
Luka melakukan Akumulasi
Kontraksi Luka Kolagen
%
RE
SP
ON
S
M
AXI
M
U
M

WAKTU (HARI)

Gambar 2.7 Fase Inflamasi,fase proliferasi, fase maturasi


(dikutip dari : Arisanty, 2014)

Universitas Sumatera Utara


a. Fase inflamasi

Fase ini terjadi pada saat awal terjadinya luka hingga hari ke-3 atau ke-5,

pada fase ini terjadi dua respons yaitu respons vaskular dan respons inflamasi.

Respons vaskular diawali dengan respons hemostatik tubuh selama 5 detik pasca

luka yaitu pembuluh darah akan berkonstriksi di sekitar luka sehingga

vasokonstriksi akan mengurangi pendarahan, kemudian pengaktifan trombosit dan

pembentukan lapisan fibrin. Lapisan fibrin ini membentuk scab (keropeng) di atas

permukaan luka. Respon inflamasi ditandai dengan pelepasan substansi vasoaktif

seperti prostaglandin dan histamin yang mengakibatkan peningkatan vasodilatasi

dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

Vasodilatasi menyebabkan semakin banyaknya aliran darah ke sekitar luka

yang menyebabkan bengkak, kemerahan, hangat/demam,nyeri. Sel darah putih

(neutrofil) sebagai pertahanan seluler pertama kemudian melakukan fagositosis

jaringan yang mati, benda-benda asing dan bakteri, yang tidak dapat

terfagositosis neutrofil akan diteruskan oleh makrofag sebagai sel pertahanan

seluler kedua. Makrofag selanjutnya akan memfagositosis neutrofil. Proses ini

disebut dengan proses debris (cleaning) (Boyle, 2009; Febram, et. al., 2010;

Arisanty, 2014).

b. Fase proliferasi atau granulasi (pelepasan sel-sel baru).

Fase ini umumnya berlangsung pada hari ke-2 sampai ke-24. Pada fase ini

makrofag akan mengeluarkan fibroblast growth factor (FGF) dan faktor

angiogenesis (AGF). FGF akan menstimulasi fibroblas untuk menghasilkan

kolagen dan elastin. AGF akan merangsang pembentukan pembuluh darah yang

Universitas Sumatera Utara


baru. Kolagen dan elastin yang dihasilkan menutupi luka dengan membentuk

matriks/ikatan jaringan baru yang dikenal dengan proses granulasi yang

menghasilkan jaringan granulasi. Jaringan granulasi berproliferasi sehingga luka

yang tadinya memiliki kedalaman, permukaannya menjadi rata dengan tepi luka.

Terjadinya proses epitelisasi sdimulai dari tepi luka yang mengalami proses

migrasi membentuk lapisan tipis (warna merah muda) menutupi luka. Sel pada

lapisan ini sangat rentan dan mudah rusak. Sel mengalami kontraksi (pergeseran),

tepi luka menyatu hingga ukuran luka mengecil (Febram, et al., 2010; Arisanty,

2014).

c. Fase remodeling atau maturasi.

Fase ini mulai terjadi hari ke-21 sampai lebih dari 2 bulan bahkan beberapa

tahun setelah luka. Aktivitas utama yang terjadi adalah penguatan jaringan bekas

luka dengan aktivitas remodeling kolagen dan elastin pada kulit. Kontraksi sel

kolagen dan elastin terjadi sehingga menyebabkan penekanan ke atas permukaan

kulit. Kolagen akan menguatkan ikatan sel kulit baru karena kulit masih rentan

terhadap gesekan dan tekanan. Serabut-serabut kolagen akan menyebar dengan

saling terikat dan menyatu sehingga berangsur-angsur menyokong pemulihan

jaringan.

Kondisi lembab akan menyebabkan luka lebih cepat sembuh karena

meningkatkan produksi faktor pertumbuhan seperti Fibroblas Growth Factor

yang akan merangsang pembentukan fibroblas. Selain itu proses angiogenesis

juga lebih terangsang pada kondisi lembab (Arisanty, 2014).

2.8 Angiogenesis

Angiogenesisatau neovaskularisasi merupakan pertumbuhan atau

pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara alami di dalam tubuh, baik

Universitas Sumatera Utara


dalam kondisi sehat maupun patologi (sakit). Proses angiogenesis berperan dalam

mempertahankan kelangsungan fungsi jaringan dan organ yang rusak, terjadinya

hal ini melalui terbentuknya pembuluh darah baru yang menggantikan pembuluh

darah yang rusak yang berasal dari kapiler-kapiler yang muncul dari pembuluh

darah kecil di sekitarnya. Angiogenesis terjadi segera setelah terjadi luka yang

diinisiasi oleh multiple molecular signals yangmeliputi faktor hemostasis,

inflamasi, cytokine growth factors, cell matrix interactions.Proliferasi kapiler baru

ini melalui peristiwa biologi yang berurutan membentuk jaringangranulasi pada

dasar luka.

Proses ini terjadi hingga tahap akhir pada prosespenyembuhan,

angiogenesis akan dihentikan oleh levelgrowth factorsberkurangnya inflamasi,

stabilisasi matriks jaringan. Kerusakan pada jalur angiogenesis akan merusak

granulasi dan menunda proses penyembuhan, sehingga akan menjadi luka kronis

(Kalangi, 2011).

2.9 Pengaruh Senyawa Kimia Tumbuhan Terhadap Penyembuhan Luka

2.9.1 Flavonoid

Flavonoid bertindak sebagai penampung radikal hidroksi dan

superhidroksi atau memperlambat timbulnya sel nekrosis sehingga melindungi

lipid membran terhadap reaksi yang merusak (Robinson,1995). Flavonoid dapat

juga untuk mempercepat proses penyembuhan luka karena memiliki aktivitas

antimikroba dan astringen, yang memiliki peran dalam penyusutan luka dan

peningkatan laju epitelisasi (Barku, et al., 2013).

2.9.2 Tanin

Universitas Sumatera Utara


Tanin merupakan komponen yang banyak terdapat dalam ekstrak tanaman,

bersifat antioksidan. Antioksidan berperanmencegah dan memperbaiki

kerusakanjaringan dengan merangsang proses penyembuhan luka (Barku, et al.,

2013). Tanin juga berkhasiat sebagai astringen yang mampu menciutkan luka,

menghentikan pendarahan dan mengurangi peradangan (Wijaya, et al., 2014),

meningkatkan pembentukan fibroblas dan pembuluh darah baru yang berfungsi

sebagai transportasi pasokan makanan dan oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel

yang sedang dalam perbaikan sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka

(Choudhary, 2011)

2.9.3 Saponin

Saponin dapat memacu pembentukan kolagen yang berperan dalam proses

penyembuhan luka (Mappa, etal., 2013), saponin juga memiliki kemampuan

sebagai antimikroba yang berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan

mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami

infeksi yang berat. Saponin juga dapat meningkatkan laju epitelisasi sehingga

dapat mempercepat penutupan luka (Arun, etal., 2013).

2.9.4 Terpenoid

Terpenoid dikenal untuk mempercepat proses penyembuhan luka terutama

karena memiliki aktivitas antimikroba dan astringen, yang memiliki peran dalam

penyusutan luka dan peningkatan laju epitelisasi (Barku, et al., 2013). Menurut

Aguinaldo (1995) Terpenoid yang terdapat pada daun sambung rambat adalah

seskuiterpen lakton seperti mikanolide, dihydromikanolide, deoxymikanolide dan

scandenolide. Mikanolide, dihydromikanolide dan deoxymikanolide memiliki

aktivitas antibakteri (Bakir, et al., 2004; Facey, et al., 2010). Menurut Ahmed,

etal., (2001) bahwa deoxymikanolide memiliki aktivitas analgetik terhadap mencit

Universitas Sumatera Utara


yang diinduksi oleh asam asetat sedangkan scandenolide memiliki aktivitas

antiinflamasi.

2.10 Neomisin Sulfat

Neomisin Sulfat adalah garam sulfat dari neomisin merupakan zat

antibakteri yang dihasilkan oleh pertumbuhan Streptomyces fradiae Waksman

(Familia Streptomycetaceae). Pemeriannya adalah serbuk putih sampai agak

kuning, tidak berbau atau praktis tidak berbau, higroskopik dengan

kelarutanmudah larut dalam air, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam

aseton, kloroform dan eter. pH antara 5,0 dan 7,5.

Neomisin merupakan antibiotik berspektrum luas digunakan secara luas

untuk penggunaan topikal dan berbagai infeksi kulit yang disebabkan oleh

mikroorganisme. Antibiotik ini bersifat bakterisidal dengan mekanisme

penghambatan pada sintesis protein. Secara invitro neomisin aktif terhadap

organisme gram negatif. Neomisin juga aktif terhadap gram positif yaitu

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis (Wattimena, 1991).

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tahapan

penelitian, pengumpulan dan pengolahan sampel, pembuatan simplisia,

pembuatan ekstrak, pengujian antibakteri gram positif dan gram negatif,

pembuatan sediaan gel ekstrak etanol,evaluasi sediaan gel, pengujiaan sediaan gel

terhadap luka sayat terinfeksi, pengamatan efek penyembuhan luka sayat secara

visual terhadap diameter luka, pembuatan preparat sediaan histopatologidan

perhitungan jumlah pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis).

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas

laboratorium,autoclaf, blender (Philips), cawan petri, gunting bedah, inkubator

(Memert), jarum ose, jangka sorong, kaca objek, kaca arloji, kertas saring,

kandang marmut, labu alas bulat, lemari pengering, mortir, mikrotom, mikroskop

(Olympus), neraca analitik (Vibra AJ), oven listrik (Memert), pH meter, pencukur

bulu, pinset bedah, rotary evaporator(Stuart), stamfer, spatula, sarung tangan,

termometer.

3.1.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

sambung rambat (Mikania micrantha Kunth.), akuades, bakteri Sa, Sedan Pa,

etanol pro analitik, etanol 70% dan 80%, formalin, hidroksi propilmetilselulosa

Universitas Sumatera Utara


(HPMC), hematoksiklin-eosin (HE), metil paraben, Muller Hinton Agar (MHA),

nutrient agar, neomisin, propilen glikol, propil paraben, dan parafin block.

3.2 Hewan Percobaan

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah marmut jantan dengan

bobot ± 350 g yang di peroleh dari Jalan Bintang Kota Medan.Hewan uji

diaklimatisasi selama7 hari sebelum dibuat perlakuan di Laboratorium

Farmakologi Farmasi USU.

3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel

3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan

Pengambilan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif, yaitu tanpa

membandingkan tumbuhan yang sama dengan daerah lain, bagian yang diambil

adalah daun segar yang diperolehdariDesa Sigama Dalan, Kecamatan Padang

Bolak,Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara.

3.3.2 Pengolahan bahan tumbuhan

Daun sambung rambat yang masih segar dicuci hingga bersih kemudian

ditirisdan ditimbang,selanjutnya dikeringkan dalam lemari pengering temperatur ±

400C. Simplisia yang telah kering diserbuk dengan blender, disimpan dalam

wadah tertutup rapat pada suhu kamar.

3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sambung Rambat (EEDSR)

Pembuatan ekstrak menggunakan pelarut etanol 80%, (Yuliati., 2014)

dengan metode maserasi menurut (Depkes RI., 1979) dimana sebanyak 1 kg

Universitas Sumatera Utara


serbuk simplisia dimasukkan dalam bejana, dituangi dengan 75 bagian etanol,

ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk,

diserkai, diperas, kemudian melalui ampas dicukupkan hingga diperoleh 100

bagian dengan etanol. Pindahkan maserat ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di

tempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari, enap tuangkan. Pemekatan

ekstrak dilakukan dengan alat rotary evaporator pada suhu ±50oC sampai

diperoleh ekstrak kental, selanjutnya dilakukan pengeringan beku dengan freeze

dryersehingga diperoleh ekstrak kental.

3.5 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan menurut metode azeotropi (destilasi toluen)

dengan cara 200 mL toluendan 2 mL air suling dimasukkan kedalam labu alas

bulat, lalu didestilasi selama 2 jam setelah itu toluen dibiarkan mendingin selama

30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 mL,

padalabu tersebut kemudian dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah

ditimbang seksama,labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Kecepatan diatur

setelah toluen mendidih, lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air

terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik,

setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen.

Destilasi dilanjutkan kembali selama 5 menit dantabung penerima dibiarkan

mendingin pada suhu kamar hingga terlihat air dan toluen terpisah secara

sempurna, lalu volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih kedua

volume air yang dibaca menunjukkan kandungan air yang terdapat dalam bahan

yang diperiksa (WHO, 1992).

Universitas Sumatera Utara


3.6 Pembuatan Media

3.6.1 Nutrient Agar

Pembuatan media nutrien agar dengan cara serbuk nutrient agar (Merck)

ditimbang sebanyak 23 g dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian

ditambahkan akuades sedikit demi sedikit dengan akuades 1000 mL, dipanaskan

hingga mendidih sambil diaduk sampai bahan larut sempurna dan jernih,

selanjutnya ditutup dengan kapas yang dilapisi dengan aluminiumfoil dan

disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

3.6.2 Media agar miring

Media agar yang telah dimasak diambil 10 mL kemudian dimasukkan ke

dalam tabung reaksi, ditutup, dibungkus selanjutnya disterilkan di dalam autoklaf

selama 15 menit pada suhu 1210C. Tabung yang telah berisi agar diletakkan pada

kemiringan 30-450C dan diamati kemiringan media agar tidak menyentuh tutup

tabung. Media agar dibiarkan menjadi dingin dan keras (Lay, 1994).

3.6.3Muller Hinton Agar (MHA)

Serbuk Muller Hinton Agar (MHA) ditimbang sebanyak 38 g dimasukkan

ke dalam erlenmeyer kemudian disuspensikan dengan akuades sedikit demi

sedikit hingga 1000 mL, dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk sampai

bahan larut sempurna dan jernih. Selanjutnya erlenmeyer ditutup dengan kapas

yang dilapisi dengan aluminium foil dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu

121oC selama 15 menit (Lay, 1994)

Universitas Sumatera Utara


3.6.4 Suspensi standar Mc.Farland

Suspensi standar yang menunjukkan konsentrasi kekeruhan suspensi

bakteri sama dengan 108 colony forming unit (CFU/mL).

Komposisi: Larutan asam sulfat 1% 9,5 mL


Larutan barium klorida 1,175% b/v 0,5 mL

Cara pembuatan:

Kedua larutan dicampurkan dalam tabung reaksi steril, dikocok sampai homogen

dan ditutup. Apabila kekeruhan hasil suspensi bakteri sama dengan kekeruhan

suspensi standar berarti konsentrasi bakteri 108 CFU/mL.

3.7 Peremajaan Stok Kultur Bakteri Uji

Masing- masing sebanyak satu ose stok kultur dari biakan murni bakteri

digoreskan dengan metode goresan sinambung pada permukaan nutrient agar

miring, ditutup mulut tabung reaksi dengan kapas kemudian diinkubasi selama

18-24 jam pada suhu 37oC.

3.8 Pembuatan Inokulum Bakteri

Bakteri hasil inkubasi peremajaan diambil dengan menggunakan jarum ose

steril lalu di suspensikan ke dalam tabung yang berisi 10 mL larutan NaCl 0,9%.

Suspensi bakteri tersebut dihomogenkan dengan vortex hingga diperoleh

kekeruhan yang sama dengan kekeruhan standar Mc.Farland, hal ini berarti

konsentrasi suspensi bakteri adalah 108 CFU/mL. Selanjutnya dilakukan

pengenceran suspensi dengan memipet 0,1 mL biakan bakteri (108 CFU/mL),

dimasukkan ke dalam tabung steril yang berisi larutan NaCl 0,9% sebanyak 9,9

mL dan dikocok hingga homogen, maka diperoleh suspensi bakteri dengan

Universitas Sumatera Utara


konsentrasi 106 CFU/mL.

3.9 Persiapan Pengujian Anti Bakteri

Sebanyak 5 g ekstrak ditimbang seksama dan dilarutkan dalam 5 mL dimetil

sulfoksida (DMSO) lalu dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL hingga garis

tanda sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak 50% (500 mg/mL). Larutan tersebut

kemudian diencerkan kembali hingga diperoleh ekstrak dengan berbagai

konsentrasi.

3.10 Uji Aktivitas Antibakteri EEDSR

Metode pengujian antibakteri menggunakan metode difusi sumuran

dengan cara 0,1 mL suspensi bakteri yang telah disamakan kekeruhannya dengan

standar Mc. Farland konsentrasi 106 CFU/mL dimasukkan ke dalam cawan petri,

kemudian ditambahkan 10 mL media MHA cair, dihomogenkan dan didiamkan

hingga media memadat. Tiap cawan dibuat sumuran, kemudian 0,1 mL larutan

pembanding DMSO dan larutan ekstrak dari masing-masing konsentrasi

diteteskan pada lubang sumuran. Cawan petri kemudian ditutup dan dibungkus,

didiamkan selama 10-15 menit lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam.

Diameter hambatan pertumbuhan bakteri diamati dengan cara mengukur daerah

bening di sekitar lubang sumuran dengan menggunakan jangka sorong.

3.11 Pembuatan Formula Sediaan

3.11.1 Pembuatan basis gel

Formulasi gel yang dipakai adalah menurut Kusumawati, (2012), yang

terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara


R/ Hidroksi propil metil selulosa (HPMC) 3,5%
Propilen glikol 15%
Metil paraben 0,2%
Propil paraben 0,05%
Akuades ad 100

Cara pembuatan :

Lumpang yang telah dipanaskan dimasukkan akuades sebanyak 20 kali

beratHPMC, kemudian dikembangkan HPMC di dalamnya (campuran I).Metil

paraben dan propil paraben dilarutkan dalam propilen glikol (campuran II).

campuran I yang diperoleh ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran

II yang telah terdispersi dengan baik sambil digerus, kemudian ditambahkan sisa

akuades dan digerus homogen.

3.11.2 Komposisi formula EEDSR dengan basis gel HPMC

Sediaan gel dibuat dalam 4 formula terdiri dari 1 fomula sebagai basis gel

dan 3 formula dengan berbagai variasi konsentrasi sediaan GEEDSR dan masing-

masing darisediaan tersebut dibuat sebanyak 100g. Komposisi formula dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Komposisi formula gel


Komposisi
NO Formula
EEDSR (g) Basis gel (g)
1 Basis gel - 100
2 GEEDSR 12,50% 12,5 87,5
3 GEEDSR 15,00% 15 85
4 GEEDSR17,50% 17,5 82,5

3.12 Evaluasi Formula Sediaan GEEDSR


Evaluasi formula sediaan meliputi homogenitas, pemeriksaan pH dan

uji stabilitas sediaan.

3.12.1 Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan

Universitas Sumatera Utara


Evaluasi stabilitas fisik sediaan meliputi pengujian organoleptik seperti

bau, warna dan bentuk sediaan.Sediaan dinyatakan stabil apabila pengujian

organoleptik tidak berubah secara visual selama penyimpanan dan pengamatan

dilakukan selama 12 minggu.

3.12.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Pemeriksaan homogenitas sediaan dilakukan dengan cara sejumlah

tertentu

sediaan dioleskan pada sekeping kaca,sediaan harus menunjukkan susunan yang

homogen dan tidak adanya butiran kasar (Depkes RI., 1979).

3.12.3 Pemeriksaan pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter,

sebelumnya alat terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH netral

(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01). pH meter kemudian dicuci

dengan akuades dan dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi

1% dengan cara 1 g sediaan ditimbang, dilarutkan dalam 100 mL air suling, lalu

pH meter dicelupkan dalam larutan tersebut. Alat dibiarkan hingga menunjukkan

nilai pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan

(Rawlins, 2003).

3.13. Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan GEEDSR

Uji antibakteri dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri sediaan

GEEDSR menggunakan metode difusi sumuran dengan mengukur diameter

hambatan pertumbuhan bakteri terhadap bakteri yang paling aktif dalam

pengujian anti bakteri pada ekstrak.

Universitas Sumatera Utara


3.14. Penyiapan Hewan Uji dan Pembuatan Luka

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah marmut jantan

sebanyak 42 ekor dengan berat 300-350g (Ibad, 2013). Pengujian dilakukan

terlebih dahulu dengan mencukur bulu pada bagian punggung marmut,

selanjutnya kulitnya didesinfeksikan dengan alkohol 70% dan dianestesi lokal

dengan 0,5 mL lidokain HCl (2%) (Jamila, et al., 2015). Luka dibuat sesuai

ukuran pola berbentuk lingkaran pada bagian punggungnyamenggunakanpisau

bedah dengan cara mengangkat kulit hewan uji dengan pinset. Suspensi bakteri

yang diperoleh dari pembuatan suspensi inokulum bakteri dengan konsentrasi 106

CFU/ml diberikan sebanyak 0,2mLpada masing-masing hewan yang telah dilukai

(Jeanly, et al., 2014). Pemberian suspensi bakteri dilakukan sampai kondisi luka

sayat terinfeksi dengan kondisi luka merah, bengkak, dan bernanah (Fatimah,

2004).

3.15. Pengujian Sediaan GEEDSR Terhadap Penyembuhan Luka Sayat

Perlakuan dan pengamatan pada penelitian ini adalah :

a. hewan-hewan yang terinfeksi dibagi 7 kelompok secara acak. Tiap kelompok

terdiri atas 6 hewan uji dan diberi tanda menurut perlakuannya masing-masing.

perlakuan I : luka infeksi diberi GEEDSR12,50%

perlakuan II : luka infeksi diberi GEEDSR 15,00%

perlakuan III : luka infeksi diberi GEEDSR 17,50%

perlakuan IV : luka infeksi diberi gel Bioplacenton (kontrol positif)

Perlakuan V : luka infeksi diberi basis gel (kontrol negatif)

Perlakuan VI : luka infeksitanpa perlakuan

Universitas Sumatera Utara


perlakuan VII : luka normal (tanpa infeksi dan tanpa diobati)

b. luka dibersihkan lebih dahulu dengan NaCl 0,9% steril, kemudian gel

dioleskan secara merata pada luka yang terinfeksi 2 kali sehari, pagi dan sore

hari sesuai dengan kelompok perlakuannya (Yuhernita, etal., 2014).

c. pengamatan dilakukan setiap hari, diukur diameter penutupan luka dan

pengamatan fisik luka secara visual.

d. kulit yang telah terinfeksi dan telah diberi masing-masing perlakuan, dianastesi

kembali dan diambil sampel kulitnya pada hari ke-8 dan hari ke-15, diamati

perubahan histopatologinyauntuk melihat angiogenesis dengan cara foto

mikroskopis menggunakan pewarnaan Hematosiklin-eosin (HE) (Jamila, et al.,

2015).

e. pengamatan pada proses penyembuhan luka menurut Hamzah, s(2013)

dilakukan dengan cara mengukur diameter penutupan luka yang dihitung

dengan rumus: 𝑑𝑑1 + 𝑑𝑑2 + 𝑑𝑑3 + 𝑑𝑑4


𝑑𝑑 =
4

Keterangan :d: diameter rata-rata; d1: diameter pertama; d2: diameter kedua
d3: diameter ketiga; d4: diameter keempat

Perhitungan persentase penyusutan diameter luka dilakukan dengan rumus:


d0−dx
Persentase penyusutan diameter luka (%)= 𝑥𝑥 100%
𝑑𝑑0

Keterangan: d0 : diameter pada hari 0


dx : diameter pada hari pengamatan.

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan diameter luka sayat pada punggung marmut pada Gambar 3.1.

d1
d2
d3
d4
Gambar 3.1. Perhitungan diameter luka

3.16Pembuatan Sediaan Histologi

Spesimen diambil pada waktu bersamaan dengan cara eksisi kembali pada

punggung marmut. Spesimen diambil pada hari ke-8 dan hari ke-15. Kemudian

preparat kulit dimasukkan kedalam larutan buffer formalin 10 % untuk fiksasi

jaringan.Jaringan kulit yang telah di fiksasi selanjutnya dilakukan proses dehidrasi

alkohol mengunakan konsentrasi alkohol bertingkat 70%, 80%, 90%, alkohol

absolut I dan alkohol absolut II, selanjutnya dilakukan penjernihan (clearing)

menggunakan xylol I dan xylol II.

Proses pencetakan (parafinisasi) dilakukan dengan menggunakan paraffin

I dan paraffin II. Sediaan dimasukkan ke dalam alat pencetak yang berisi paraffin

setengah volume dan sediaan diletakkan ke arah vertical dan horizontal sehingga

potongan melintang melekat pada dasar paraffin, setelah mulai membeku paraffin

ditambahkan kembali hingga alat pencetak penuh dan dibiarkan sampai paraffin

mengeras. Blok-blok paraffin kemudian dipotong tipis setebal 5 mikrometer

menggunakan mikrotom. Hasil potongan yang berbentuk pita (ribbon)

dibentangkan diatas air hangat bersuhu 46oC dan langsung diangkat yang

bertujuan untuk merenggangkan potongan agar tidak berlipat atau terlipat akibat

dari pemotongan. Sediaaan tersebut kemudian diangat dan dikeringkan

Universitas Sumatera Utara


semalaman dalam inkubator bersuhu 60oC. Kemudian diwarnai dengan

Hematoxyllin-Eosin (HE) untuk pemeriksaan mikroskopik.

3.17 Analisis Data

Data yang diperoleh dari efek penyembuhan luka dapat dianalisis dengan

uji ANOVA (Analysis Of Variant) menggunakan program piranti lunak SPSS dan

dilanjutknan dengan analisi Tukeyuntuk melihat efek berbeda dari masing-masing

perlakuan.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi-

LIPI Bogor No.1964/IPH.1.01/If.07/IX/2016 tanggal 09 September 2016 adalah

daun sambung rambat (Mikania micrantha

Kunth.)FamiliCompositae(Asteraceae), dapat dilihat pada Lampiran1 dan Gambar

tumbuhan pada Lampiran 2 halaman 66 dan 67.

4.2 Hasil Ekstraksi Simplisia Daun Sambung Rambat

Hasil maserasi serbuk simplisia daun sambung rambat sebanyak 2 kg

diperoleh EEDSR sebesar 256,3g (12,82%). Cairan penyari yang digunakan

adalah etanol yang merupakan cairan bersifat universal, yang mampu menarik

semua jenis zat aktif, baik bersifat polar, semi polar dan non polar juga kadar

toksisitasnya rendah (Ulviani, 2016). EEDSR yang diperoleh kemudian digunakan

untuk uji aktivitas antibakteri. Bagan pembuatan EEDSR dapat dilihat pada

Lampiran 6 halaman 71.

4.3 Hasil Uji Kadar Air Simplisia dan EEDSR

Berdasarkan monografi persyaratan untuk kadar air simplisia tidak lebih

dari 10% (WHO, 1998; Depkes RI, 1995) untuk ekstrak tidak lebih dari 30%

(Voigt, 1995). Hasil uji kadar air simplisia dan ekstrak daun sambung rambat

(Mikania micrantha Kunth.) memenuhi persyaratan yaitu sebesar 7,65% (<10%)

dan 13,68% (<30%). Semakin tinggi kadar air akan semakin mudah ditumbuhi

jamur karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur.

Universitas Sumatera Utara


4.4 Hasil Evaluasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Sambung Rambat
(GEEDSR)
4.4.1 Hasil pemeriksaan organoleptis

Hasil pemeriksaan organoleptis stabilitas fisik pada sediaan GEEDSR

selama penyimpanan 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data hasil pengamatan organoleptis stabilitas fisik sediaan GEEDSR

Waktu penyimpanan
Pengamatan Formula (minggu ke-)
0 4 8 12
Bening Basis gel - - - -
GEEDSR12,50% - - - -
Warna Coklat
GEEDSR 15,00% - - - -
kehitaman
GEEDSR 17,50% - - - -
Tidak berbau Basis gel - - - -
GEEDSR12,50% - - - -
Bau
Beraroma GEEDSR 15,00% - - - -
GEEDSR 17,50% - - - -
Basis gel - - - -
Homogen GEEDSR12,50% - - - -
Homogen
GEEDSR 15,00% - - - -
Tidak homogen GEEDSR 17,50% - + + +
Keterangan:(−)= stabil, (+) = tidak stabil
Pengamatan pada sediaan basis gel (tanpa penambahan ekstrak),

menghasilkan warna yang bening dan tidak memberikan aroma.Dasar gel dengan

penambahan ekstrak (GEEDSR) konsentrasi 12,50%, 15,00%, dan 17,50%

menghasilkan sediaan gel berwarna coklat sampai coklat kehitaman. Hal ini

disebabkan intensitas warna yang dihasilkansemakin meningkat seiring dengan

meningkatnya konsentrasi ekstrak.

Uji homogenitas pada sediaan bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan

gel terdistribusisecara merata. Sediaan basis gel, GEEDSR 12,50% dan 15,00%

memenuhi persyaratan homogenitas selama penyimpanan12 minggu. Sediaan

GEEDSR 17,50%pada hari ke-23 minggu ke-4 pengamatan terjadi pemisahan

fase gel. Hal ini terjadi karena gel merupakan sistem dispersi yang tersusun dari

Universitas Sumatera Utara


air sehingga sangat rentan dengan terjadinya instabilitas bentuk sediaan (sinersis).

Sinersis dapat terjadi karena faktor perubahan suhu pada penyimpanan, serta

konsentrasi gelling agent yang rendah (Gad, 2008; Kaur dan Guleri, 2013;

Wijoyo, 2016).

4.4.2 Hasil pengukuran pH sediaan GEEDSR

Penentuan pH sediaan bertujuan untuk mengetahui pH formula sediaan

yang dibuat. Hasil pengukuran pH sediaan GEEDSR dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan GEEDSR


Nilai pH Pada minggu Ke- pH rata-
Sediaan
0 4 8 12 rata
Basis gel 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2
GEEDSR 12,50% 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2
GEEDSR 15,00% 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2
GEEDSR 17,50% 6,2 5,9 5,8 5,6 5,9

Sediaan topikal yang baik adalah memiliki pH sesuai dengan pH kulit

sekitar 4,5-6,5 karena semakin alkalis atau asam pH bahan yang mengenai kulit,

maka kulit akan semakin sulit untuk menetralisirnya sehingga kulit menjadi

kering dan pecah-pecah(Tranggono dan Latifah, 2007; Yoghestinaga, 2016).

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil pengukuran pH sediaan GEEDSR12,50%; 15,00%

dan basis gel memiliki nilai pH rata-rata 6,2 dan tidak mengalami perubahan

selama penyimpanan namun pada sediaan GEEDSR 17,50% terjadi penurunan

nilai pH rata-rata yaitu 5,9. Hal ini menurut Septiani (2012) disebabkan karena

adanya pengaruh CO2 dari udara yang bereaksi dengan fase air pada gel sehingga

membentuk asam, namun perubahan pH ini tidak terjadi secara signifikan, karena

pH sediaaan masih berada dalam range pH normal kulit yaitu 4,5-6,5.

4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Secara Invitro dari EEDSR

Pengukuran diameter hambatan bakteri ujiStaphylococus aureus(Sa),

Universitas Sumatera Utara


Staphylococus epidermidis (Se) dan Psedomonas aeroginos (Pa) dapat dilihat

pada Tabel 4.3 dan Gambar pada lampiran 8 halaman 73.

Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter hambat aktivitas bakteri Sa, Se, dan Pa
sediaan EEDSR
Konsentrasi Diameter Daerah Hambat Pertumbuhan Bakteri (mm)*
NO Ekstrak
Sa Se Pa
(mg/mL)
1 500 19,31 20,82 20,11
2 400 17,38 19,82 18,65
3 300 15,03 18,49 17,71
4 200 14,33 16,42 15,20
5 100 13,95 15,25 14,32
6 75 9,75 11,12 10,74
7 50 8,20 10,73 9,25
8 25 - 9,65 -
9 20 - - -
10 Neomycin 25,60 27,14 26,11
11 DMSO - - -
Keterangan: Rata-rata pengukuran dilakukan 3 kali; DMSO = kontrol negatif,
Neomycin = kontrol positif

Menurut Parekh (2007)zona hambat antibakteri adalah zona yang memiliki

diameter daerah hambat14 mmatau lebih besar.Hasil pengukuran diameter hambat

Dimetil sulfoksida (DMSO) tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri.

EEDSR konsentrasi 100 mg/ml dengan bakteri Sa dan Pa secara berurutan

memberikan nilai hambatan sebesar 13,90 mm dan 14,32 mm, sementara bakteri

Se memberi nilai hambatan sebesar 15,12 mm. Hal ini menunjukkan bahwa

bakteri Se merupakan bakteri uji yang peka dengan konsentrasi 100 mg/mL dan

merupakan konsentrasi hambat minimal (KHM). Pengamatan pada konsentrasi

25,00 mg/mL bakteri uji Se memberikan nilai hambatan sebesar 9,65 sementara

Sa dan Pa tidak memberikan nilai hambat, dan pada pengujian konsentrasi 20,00

mg/mL bakteri Se tidak lagi memberikan nilai hambatan.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh EEDSR lebih efektif menghambat

pertumbuhan bakteri Se. Hal ini disebabkan struktur dinding sel bakteri Se(gram

Universitas Sumatera Utara


positif) lebih sederhana dibandingkan gram negatifsehingga senyawa aktif yang

diduga terdapat di dalam EEDSR yang berperan sebagai antibakterilebih mudah

masuk ke dalam sel bakteri gram positif dibandingkan bakteri gram negatif.

Berdasarkan penelitian Anggraini (2015), EEDSR mengandung senyawa

golongam flavonoid, terpenoid, alkaloid, saponin dan tannin. Flavonoid adalah

senyawa bersifat polar sehingga lebih mudah menembus lapisan peptidoglikan

pada bakteri gram positif yang juga bersifat polar, selain itu, dinding sel bakteri

gram positif juga mengandung polisakarida (asam teikoat) merupakan polimer

yang larut dalam air. Sifat larut ini juga yang menunjukkan bahwa dinding sel

gram positif bersifat lebih polar (Magdalena, 2015). Terpenoid mampu

melarutkan lipid dan menggumpalkan protein dinding sel bakteri sehingga

keutuhan dinding sel bakteri terganggu dan menurunkan permeabilitas dinding sel

bakteri, dan menyebabkan kematian bakteri (Wijaya dan Hendra, 2016). Alkaloid

bekerja sebagai antibakteri dengan cara merusak komponen penyusun

peptidoglikan sehingga lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel (Sudarno, et al., 2011).Saponin merupakan senyawa

aktif bersifat seperti sabun dengan cara menurunkan tegangan permukaan sel

(Komala, et al., 2012), sehingga zat antibakteri mudah masuk ke dalam sel,

mengganggu metabolisme hingga terjadilah bakteri mati (Karlina, et al., 2013).

Tanin bersifat sebagai antibakteri dimana dinding sel bakteri yang telah lisis

akibat senyawasaponin dan flavonoid mempermudah senyawa tanin masuk ke

dalam sel bakteri mengkoagulasi protoplasma sel bakteri (Karlina, et al., 2013).

4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Secara Invitro Pada Sediaan GEEDSR.

Universitas Sumatera Utara


Pengujian aktivitas antibakteri pada penelitian ini menggunakan

metode sumuran, karena pada metode ini memungkinkan bahan uji sediaan gel

langsung bersentuhan dengan dinding media agar, sehingga pengukuran diameter

zona hambat akan lebih mudah dan dapat dilihat secara visual (Jawetz, et

al.,2005).

Berdasarkan hasil uji diameter hambatan antibakteri EEDSR yang

diperoleh, bakteri Se paling efektif terhadap formula uji dengan nilai hambatan

15,12 mm pada konsentrasi 100 mg/mL. Tahap penelitian selanjutnya dilakukan

dengan menguji sediaan GEEDSR menggunakan bakteri uji Se. Bioplacenton

(Kalbe Farma) yang berada dipasaran digunakan sebagai kontrolpositif dan basis

gel sebagai kontrol negatif.

Formula sediaan GEEDSR terdiri dari ekstrak kental EEDSR, HPMC,

propilen glikol, metil paraben, propil paraben, dan akuades. EEDSR berfungsi

sebagai zat aktif yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Se.HPMC

berfungsi sebagai gelling agent yang merupakan bahan pembentuk gel. Propilen

glikol berfungsi sebagai humektan yang akan menjaga kestabilan sediaan dengan

cara mengurangi penguapan air dari sediaan dan dapat menjaga kelembaban kulit

sehingga kulit tidak kering (Martin, et al., 1993; Barel, et al., 2009; Arikumalasari

et al.,2015).Penambahan Metil paraben dan Propil paraben berfungsi sebagai

pengawet, mengingat akuades berfungsi sebagai pelarut dalam formulasi gel yang

kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya kontaminasi (Depkes RI, 1979).

Hasil pengukuran diameter hambatan pertumbuhan bakteri Se dengan sediaan

GEEDSR dapat dilihat Tabel 4.4 Lampiran 9 halaman 74.

Universitas Sumatera Utara


Tabel4.4 Hasil pengukuran diameter hambat pertumbuhan bakteri Se dengan
sediaan GEEDSR
Konsentrasi Gel Diameter Daerah Hambat
NO Ekstrak Pertumbuhan Bakteri Se
(% b/b) (mm)*
1 30,0 21,20
2 27,5 20,45
3 25,0 19,39
4 22,5 18,53
4 20,0 17,83
5 17,5 16,69
6 15,0 15,83
7 12,5 14,10
8 10 13,07
9 Bioplacenton 26,99
10 Basis gel -
Keterangan: Rata-rata pengukuran dilakukan 3 kali; Basis gel = kontrol negatif,
Bioplacenton = kontrol positif

Berdasarkan data hasil uji aktivitas antibakteri pada EEDSR mengalami

penurunan setelah dibuat dalam bentuk sediaan GEEDSR.Menurut Sinko, (2011)

penurunan nilai diameter hambat ini disebabkan karena semakin besarnya

konsentrasi HPMC, maka semakin kecil daya hambat yang dihasilkan,tingkat

viskositas sediaan menjadi lebih besar, daya sebar semakin kecilsehingga semakin

sulit zat aktif untuk berdifusi atau melepaskan zat aktifnya, menyebabkan daya

hambat yang dihasilkanpun semakin kecil sementara Bioplacenton mempunyai

daya hambat lebih besar dibanding formula uji, hal ini disebabkan karena

Bioplacenton mengandung neomycin yang merupakan antibakteri berspektrum

luas sedangkan basis gel tidak mempunyai aktivitas antibakteri dan tidak

mengandung zat aktif EEDSR.

4.7 Hasil Uji Efektivitas Penyembuhan Luka Sayat

Hewan uji yang digunakan terhadap pengamatan penyembuhan luka sayat

eksisi stadium III atau full thickness adalah marmut jantan yang kemudian

diinfeksikan dengan bakteri Se. Menurut Kozier (1995) dan Taylor (1997), gejala

Universitas Sumatera Utara


infeksi sering muncul setelah 2 sampai 7 hari perlukaan. Selama pengamatan

hewan uji mengalami infeksi setelah 3 hari, ditandai dengan kondisi luka melebar,

dasar luka menjadi kuning dan hitam(Aristanti, 2014).Kondisi ini disebabkan

karena terjadi ketidak utuhan jaringan yang mudah diinfiltrasi oleh bakteri sehinga

terjadi infeksi yang menyebabkan bertambahnya diameter atau pelebaran pada

luka (Boyd,1971; Pradipta, 2010; Arisanty, 2014).

Pengamatan selanjutnyadilakukan selama 15 hari setelah hewan terinfeksi

(Cuazitl, et al., (2014); Jamila, et al., (2015 ) dan diberikan perlakuan sesuai

dengan kelompoknya masing-masing.Perhitungan persentase terjadinya

penyembuhan luka yang terinfeksi dihitung pada hari ke-3 setelah terjadinya

infeksi (hari ke-3 dinyatakan sebagai hari ke-0), karena pada hari tersebut terjadi

penambahan pelebaran diameter pada luka, namun pada luka normal (tanpa

infeksi dan perlakuan) persentase penyembuhan luka dihitung berdasarkan pola

diameter awal (2 cm) pada saat terjadinya luka.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperolehnilai persentase

peningkatan kesembuhan luka terinfeksi bakteri Se yang ditunjukkan pada Tabel

4.5 dan Gambar 4.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel4.5Nilaipersentase peningkatan kesembuhan luka terinfeksi bakteri Se

Tanpa
Ha Infeksi Luka terinfeksi bakteri Se dengan perlakuan
ri Luka Tanpa BASIS GEEDSR GEEDSR GEEDSR BIOPLA
Normal perlakuan GEL 12,50% 15,00% 17,50% CENTON
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1 0.33 -2.67 -2.25 -1.75 -2.33 -2.58 -2.42
2 2.00 -2.83 -2.58 -1.92 -2.50 -2.67 -2.75
3 11.83 -3.83 -3.75 -3.25 -3.67 -3.75 -4.17
4 12.17 -4.75 2.65 3.07 4.02 7.87 4.64
5 13.33 -5.75 5.79 12.99 14.23 19.60 15.84
6 17.75 -6.50 6.59 14.20 16.96 23.78 18.08
7 18.75 -7.33 8.41 18.97 25.16 36.07 25.92
8 22.08 -8.25 9.90 21.63 30.87 41.53 29.77
9 29.25 -8.92 14.58 30.59 33.68 47.63 32.28
10 32.50 -9.75 19.54 39.96 43.49 50.76 39.92
11 34.17 -9.17 22.69 43.42 50.35 54.86 48.33
12 37.15 -8.33 25.90 50.17 59.00 65.22 54.64
13 42.59 -7.25 30.22 60.37 62.22 67.15 63.36
14 47.42 -6.50 40.89 63.92 66.40 69.72 65.44
15 53.42 -1.17 49.65 66.75 68.25 72.54 68.30
16 58.42 5.42 55.58 69.33 72.43 75.27 73.92
17 68.17 15.67 60.24 71.83 77.33 81.69 76.96
18 76.92 20.00 65.06 79.18 82.39 87.15 80.56

Berdasarkan Tabel hasil pengamatan pada awal terjadinya luka yang

terinfeksi mengalami penurunan nilai persentase kesembuhan, hal ini disebabkan

terjadinya perluasan pada diameter luka, akan tetapi pada luka normal terlihat

persen kesembuhan semakin meningkat, hal ini disebabkan karena pada luka

normal tidak diganggu bakteri penyebab terjadinnya infeksi sehingga proses

penyembuhan berjalan normal. Kondisi ini sesuai menurut Gurtner, et al., (2008)

yang menyatakan bahwa mekanisme penyembuhan lukatergantung dari perluasan

dan kedalaman luka, serta ada tidaknya komplikasi yang mengganggu proses

penyembuhan luka yang menyebabkan penyembuhan luka menjadi lama

danmenyebabkan infeksi menjadi lebih besar, dan menurut Kozier (1995) dan

Universitas Sumatera Utara


Taylor (1997), sumber utama infeksi adalah bakteri. Keadaaan infeksi pada luka

menyebabkan fase penyembuhan luka berjalan lambat, bahkan luka gagal untuk

menyatu dengan cepat karena ketika luka terinfeksi, respon inflamatori

berlangsung lama dan penyembuhan luka menjadi lambat.

Hasil pengamatan pada hari ke-11 (hari ke-8 infeksi) persen kesembuhan

GEEDSR konsentrasi 12,50% (43,42%); kosentrasi 15,00% (50,35%); konsentrasi

17,50% (54,86%); Bioplacenton (48,33%); basis gel (22,69%); luka normal

(34,17%); dan luka infeksi tanpa perlakuan masih belum memberikan nilai

kesembuhan (-9,17%).

Hari ke-18 pengamatan (hari ke-15 infeksi), nilai persentase kesembuhan

luka pada masing-masing perlakuan semakin meningkat. Sediaan GEEDSR

konsentrasi 12,50 % (79,18); konsentrasi 15,00% (82,39%) mendekati

pembanding Bioplacenton (80,56%), konsentrasi 17,50% memberikan persen

kesembuhan yang lebih tinggi (87,15%), basis gel dan luka normal kesembuhan

meningkat akan tetapi lebih lambat dengan nilai berturut-turut (65,06%) dan

(76.92%), dan pada luka infeksi tanpa perlakuan mulai menunjukkan nilai

kesembuhan (20,00%). Hal ini menurut Wijaya, et al., (2014) dan Taylor, (1997)

disebabkan karena tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk

melindungi dan memulihkan dirinya sendiri sehingga proses penyembuhan dapat

terjadi secara normal. Grafik peningkatan persentase penutupan luka terinfeksi

dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Universitas Sumatera Utara


100,00

Persen Kesembuhan Luka


80,00

60,00

40,00

20,00

0,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
-20,00
Hari Pengamatan

Gambar 4.1 Grafik persentase penutupan luka terinfeksi bakteri Se

Meningkatnya persentase kesembuhan luka seiring dengan terjadinya

penutupan luka, Peningkatan persentase kesembuhan luka ini diduga berdasarakan

senyawa zat aktif yang terkandung pada sediaan GEEDSR.

Aktivitas farmakologi yang dibutuhkan dalam penyembuhan luka adalah

antiinflamasi, antimikroba, antioksidan, analgetik dan astrigen. Antiinflamasi

diperlukan untuk mencegah terjadinya respon inflamasi yang berkepanjangan

pada luka seperti radang dan nyeri. Antimikroba untuk menghambat pertumbuhan

mikroba yang dapat menyebabkan infeksi sehingga memperlambat proses

penyembuhan luka. Antioksidan untuk menangkap radikal bebas yang dapat

merusak protein, kolagen yang dibutuhkan dalam penyembuhan luka. Analgetik

untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh luka. Astringen untuk

menciutkan pori-pori kulit sehingga pendarahan pada luka dapat berhenti dengan

cepat dan luka cepat mengering (Arun, et al., 2013).

Efektivitas sediaan GEEDSR dalam mempercepat penyembuhan luka

sayat diduga karenakan adanya kandungan terpenoid/steroid yang bertindak

sebagai astringen, antimikroba serta meningkatkan laju epitelisasi. Tanin sebagai

Universitas Sumatera Utara


astringen yang mampu menciutkan pori-pori kulit, antimikroba, antioksidan

(Arun, et al., 2013), meningkatkan pembentukan pembuluh kapiler dan fibroblas

(Choudhary, 2011). Saponin bertindak sebagai antioksidan, antimikroba,

meningkatkan laju epitelisasi dan memacu pembentukan kolagen yang berperan

dalam proses penyembuhan luka (Arun, et al., 2013; Mappa, et al., 2013).

Flavonoid memiliki aktivitas antimikroba, antioksidan, antiinflamasi, astrigen

yang berperan dalam penyusutan luka dan peningkatan laju epitelisasi (Arun, et

al., 2013; Barku, et al., 2013).

Kandungan terpenoid/steroid dari daun sambung rambat adalah golongan

sesquiterpen lakton yang terdiri dari mikanolide dan dihydromikanolide memiliki

aktivitas antibakteri (Bakir, et al., 2004; Facey, et al., 2010), deoxymikanolide

memiliki aktivitas analgetik dan antibakteri yang sangat kuat (Ahmed, et al.,

2001; Facey, et al., 2010) dan scandenolide sebagai antiinflamasi (Ahmed, et al.,

2001), sedangkan flavonoid dari daun sambung rambat adalah mikanin-3-O-sulfat

yang bertindak sebagai antivirus (Rufatto, et al., 2012) serta nepetin sebagai

antioksidan (Nixon, 1995).Alkaloid berfungsi sebagai antiinflamasi dan dapat

melawan infeksi microbial (Nafsiah, 2015).

Gel Bioplacenton diketahui mengandung ekstrak plasenta yang berperan

menstimulasi proses regenerasi sel dan neomisin sulfat berperan sebagai

bakterisidal dalam hal ini aktivitas Bioplacenton dapat berperan menstimulasi

proses regenerasi sel seperti merangsang epitelisasi, pembentukan jaringan ikat

fibrokolagen serta mencegah timbulnya infeksi yang dapat menghambat proses

penyembuhan luka (Dewi, 2010).

Universitas Sumatera Utara


4.8. Hasil uji analisis variansi (ANAVA)

Pengukuran diameter luka kelompok hewan uji dilakukan setiap hari

selama 18 hari pengamatan dan penutupan luka dihitung sebagai persentase

kesembuhan luka. Perbedaan signifikankansi dari persentase penutupan luka

menggunakan Anova dengan metode Tukey terhadap nilai persentase

(%)penyembuhan luka (α < 0,05).Hasil analisis dimulai dari hari ke-0 sampai hari

ke- 18. (Tabel 4.5)

Tabel 4.6 Data hasil analisis persentase kesembuhan ANNAVA

Tukey HSD Persen Kesembuhan


Subset
Perlakuan N 1 2 3 4 5 6
Tanpa Perlakuan 114 -2,7325
BASIS GEL 114 21,5305
Luka Normal 114 30,4338
GEEDSR 12,50% 114 33,6561
BIOPLACENTON 114 36,2436
GEEDSR 15,00% 114 36,7518
GEEDSR 17.50% 114 41,6758
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 ,295 1,000

Berdasarkan Tabel hasil SPSS Anova dapat diketahui bahwa secara

keseluruhan hasil persen kesembuhan tiap perlakuan mempunyai perbedaan yang

signifikan kecuali pada GEEDSR konsentrasi 15,00% dan Bioplacenton, data

tersebut sesuai dengan pengamatan hasil penelitian dimana konsentrasi 15,00%

memberikan daya penyembuhan yang hampir sama dengan Bioplacenton.

Kesimpulanini diperoleh dari databerada pada kolom yang sama, sedangkan

konsentrasi 17,50% memberikan hasil penyembuhan yang lebih baik

dibandingkan Bioplacenton dan konsentrasi 15,00%.

Universitas Sumatera Utara


4.9 Hasil Pengamatan Histopatologi (HP) sediaan GEEDSR

Pengamatan HP dilakukan pada preparat kulitkelompok perlakuan yang

diambil pada hari ke-8 dan hari ke-15 dengan melihat jumlah pertumbuhan

pembuluh darah baru dandibandingkan dengan kondisi kulit yang normal.

Pengukuran jumlah pembuluh darah ini menggunakan pewarnaan

Hematoxylin-Eosin dan dilihat menggunakan mikroskop cahaya (Olympus Type

CX31) pada 5 lapang pandang (LP) pembesaran 400 kali (Lab Histologi FKUSU,

2017). Jumlah pertumbuhan pembuluh darah(angiogenesis) diurai pada Tabel 4.6.

Tabel 4.7Jumlah pertumbuhan pembuluh darah dengan 5 LP

Jumlah pembuluh darah pada hari ke-


Perlakuan
8 15
Kulit normal 4 4
GEEDSR 12,50% 11 14
GEEDSR 15,00% 15 17
GEEDSR 17,50% 16 17
Bioplacenton 12 15
Basis gel 4 6
Tanpa perlakuan 0 2
Luka normal 3 5

Pembentukan pembuluh darah baru dengan 5 LP pada masing-masing

kelompok perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Hari ke-8 Hari ke-15


Persen Kesembuhan

20
15
10
5
0

Perlakuan

Gambar 4.2 Grafik rata-rata jumlah kepadatan pertumbuhan pembuluh darah


pada hari ke-8 dan 15 perbesaran 400x dengan5 LP.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pertumbuhan pembuluh darah baru pada

hari ke-15 lebih banyak dibandingkan dengan hari ke-8, maka dapat dikatakan

jumlah pembuluh darah mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya

waktu. Pengamatan hasil mikroskopik keadaan kulit normal dari hewan uji dapat

dilihat pada Gambar 4.3 dan pengamatan setelah pemberian sediaan GEEDSR

pada hari ke 8 dan hari ke-15 pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.

Gambar 4.3. Gambar mikroskopik yang menunjukkan keadaan kulit normal


Keterangan : A. epitel squamous berlapis keratin; B. Folikel rambut

Gambar pengamatan hasil mikroskopik kepadatan jumlah angiogenesis


pada hari ke-8 berbagai kelompok perlakuan (Gambar 4.4)

Gambar 4.4. Gambar hasil mikroskopik kepadatan angiogenesis hari ke-8


Keterangan : a. GEEDSR 12,50%; b. GEEDSR 15,00%; c. GEEDSR 17,50 %; d.
basis gel; e. gel Bioplacenton; f. tanpa perlakuan; g. luka normal.
: pembuluh darah baru (angiogenesis)

Universitas Sumatera Utara


Pengamatan histopatologi selanjutnya dilakukan pada hari ke-18. Hasil

mikroskopik kepadatan jumlah angiogenesis dapat dilihat pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 Gambar hasil mikroskopik kepadatan angiogenesis hari ke-15


Keterangan : A. GEEDSR 12,50%;B. GEEDSR 15,00%;C. GEEDSR 17,50%;D;
Bioplacenton;E; Dasar gel; F; tanpa perlakuan G; luka normal
: pembuluh darah baru (angiogenesis)

Berdasarakan pengamatan mikroskopik preparat histopatologi

pembentukan pembuluh darah (angiogenesis) pada Tabel 4.12memperlihatkan

bahwa pada hari ke-8 sampai hari ke-15 pada masing-masing kelompok

perlakuanterjadi pertumbuhan pembuluh darah baru. GEEDSR konsentrasi

12,50% (11 menjadi 14); konsentrasi 15,00% (15 menjadi 17); konsentrasi

17,50% (16 menjadi 17); Bioplacenton (12 menjadi 15); basis gel (4 menjadi 6);

luka normal (3 menjadi 5); luka infeksi tanpa perlakuan 0 menjadi 2.

Menurut Yuhernita (2014) jumlah angiogenesis dapat meningkat dengan

meningkatnya konsentrasi ekstrak. Terjadinya pertumbuhan pembuluh darah baru

pada kulit hewan yang diberi perlakuan, didugakarena adanya zat aktif yang

terkandung dalam GEEDSR yang dapat mempercepat proses

Universitas Sumatera Utara


angiogenesisterhadap jaringan luka, begitu juga pada luka tanpa diberi perlakuan

dan luka normal terlihatadanya pertumbuhan pembuluh darah baru karena

kemamampuan alami tubuh untuk melindungi dan memulihkan dirinya sendiri

Kulit hewan yang terinfeksi tanpa diberi perlakuan (diobati) pada akhir

pengamatan, terlihat sedikit penambahan pembuluh darah yang baru, hal ini

karena luka yang terinfeksi mengalami proses penyembuhan yang lebih lama

disebabkan adanya bakteri yang merupakan sumber infeksi (Taylor, 1997).

Jumlah pembentukan pembuluh darah baru pada kulit hewan yang telah

diberi bahan uji sampai hari ke-15menunjukkan bahwa GEEDSR konsentrasi

15,00% tidak jauh berbeda dengan konsentrasi 17,50% dan Bioplacenton, maka

dapat disimpulkan bahwa konsentrasi 15,00% lebih baik dibandingkan

17,50%yang memiliki efektivitas penyembuhan luka lebih tinggi namun selama

penyimpanan 12 minggu memiliki tekstur yang kurang stabil karena terjadi

pemisahan fase sediaan.

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa GEEDSR

konsentrasi 15,00% merupakan konsentrasi yang baik dikarenakan efektivitas

penyembuhan luka memberikan hasil yang sama dan lebih baik dari Bioplacenton

sebagai kontrol positif, selain itu konsistensi sediaan selama penyimpanan dan

pengukuran pH memenuhi persyarat.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dari penelitian ini

adalah:

a. ekstrak etanol daun sambung rambat mempunyai aktifitas terhadap bakteri

gram positif dan gram negatif.

b. ekstrak etanol daun sambung rambat dapat di formulasikan dalam bentuk

sediaan gel.

c. sediaan gel ekstrak etanol daun sambung rambat dapat memberikan efek

penyembuhan luka sayat eksisi yang terinfeksi bakteri Staphylococcus

epidermis(Se) dengan indikator angiogenesis, diameter luka dan persentase

kesembuhan luka.

d. konsentrasi GEEDSR yang paling efektif adalah 15,00% dimana pada

konsentrasi tersebut tidak memberikan efek yang berbeda signifikan dengan

gel Bioplacenton yang di pasaran dan stabil selama penyimpanan 12 minggu.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada peneliti selanjutnya agar

sediaanGEEDSR dapat dikembangkan lagi menjadi sediaan antibakteri dengan

bentuk formulasi yang berbeda seperti salep atau krem dan dapat dilakukan uji

lebih lanjut efektifitasnya terhadap manusia (uji klinis).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aguinaldo, A.M., Padolina, W.G., Abe, F., dan Yamauchi, T. (1995).


Germacranolides of Mikania cordata. Phytochemistry. 38(6): 1441-1443.

Ahmed, M., Rahman, M.T., Alimuzzaman, M., dan Shilpi, J.A. (2001).
Analgesic sesquiterpene dilactone from Mikania cordata. Fitoterapia.
72(8): 919-921.

Anggraini, R.H. (2015). Uji Aktivi tas Antibakteri Ekstrak n-Heksana, Etilasetat
dan Etanol Daun Sambug Rambat (Mikania micrantha Kunth) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Skripsi Fakultas
Farmasi USU: 32,42

Arisanty, I.P. (2014). Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 29-33

Arikumalasari, J., Dewantara, I.G.N.A., Wijayanti, N.P.A.D. (2015). Optimasi


HPMC sebagai Gelling Agent Dalam Formulasi Gel Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.) FMIPA. Farmasi.Unud, Jimbaran-
Bali. Halaman: 146-148

Arun, M., Satish, S., dan Anima, P. (2013). Herbal Boon for Wounds.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 5(2):1-12.

[APFISN] Asia-Pasific Forest Invasive Species Network. (2012). Mikania


micrantha, Mile-a-minute weed [Internet]. Kerala (IN): Kerala Forest
Research Institute.

Bakir, M., Facey, P.C., Hassan, I., Mulder, W.H., Porter, R.B. (2004). Mikanolide
from Jamaican Mikania micrantha. Acta Crystallographica Section C.
C(60): 798-800.

Barku, Y.A., Boye, A., dan Ayaba, S. (2013). Phytochemical Screening and
Assessment of Wound Healing Activity of The Leaves of Anogeissus
leiocarpus. European Journal of Experimental Biology. 3(4): 25.

Baroroh, D.B. (2011). Konsep Luka. Malang: Basic Nursing Department PSIK
FIKES UMM. Halaman. 2.

Barel, A. O., M. Paye, dan H.I. Maibacah. (2009). Handbook of Cosmetic Science
and Technology. 3rdEdition. New York: Informa Healthcare USA, Inc. Pp.
233, 261-262

Boyle, M. (2009). Wound Healing in Midwifery. United Kingdom: Radcliffe


Publishing Ltd. Halaman. 14.

Universitas Sumatera Utara


Boyd, W. (1971). An Introduction to the study of Disease. Ed 6. Philadelphia :
Lea and Febiger. Halaman 96-101

CABI (Centre for Agriculture and Biosciences International), (2016).


Mikania micrantha (bitter vine). WallingfordOxonUK, diunduh
dari http://www.cabi.org/isc/datasheet/34095 pada tanggal 12
Juli 2017
Choudhary, G.P. (2011). Wound Healing activity of The Ethanolic Extract of
Terminalia chebula Retz.Int. J. of Pharma and Bio Sciences. 2(1): 48-52.

Cuazitl, A. M. (2014). Effect of Metatera Extract on Wound Closure. Int. J. of


Chemical, Biological and Physical Sciences. Halaman. 19-20

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Halaman.7,33.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Depkes RI.
Halaman. 299-306, 321-322, 325, 333-337.

Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Depkes RI. Halaman 14, 17.

Dewi, S.P. (2010). Perbedaan Efek Pemberian Lendir Bekicot (Achatina fulica)
dan Gel Bioplacenton Terhadap Penyembuhan Luka Bersih Pada Tikus
Putih. Surakarta: FK UNS. Halaman. 40-43

Djuanda Adhi., 2007., Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima.Balai
Penerbit FKUI.Jakarta.

Dwidjoseputro. (1994). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit D.


Jambatan. Halaman. 118-134.

[DEEDI] Department of Employment, Economic Development and


Innovation,Queensland Government. (2011). Mikania Vine, Mikania
micrantha [Internet].Queensland (AU): The State of Queensland,
DepartmentofAgricultureandFisheries,
(2016).[diakses2017Jan10].Availableat:https://www.daf.qld.gov.au/__data
/assets/pdf_file/0011/75539/IPAMikania-Vine-PP143.pdf

Facey, P.C., Peart, P.C., dan Porter, R.B.R. (2010). The Antibacterial Activities of
Mikanolide and its Derivatives.West Inndian Med J. 59(3): 249-252.

Fatimah Cut. (2004).Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Angsana (Pterocarpus


Indicus Willd.) Secara In Vitro dan Efek Penyembuhan Sediaan Salap
Terhadap Luka Buatan Kulit Marmut Yang Diinfeksi. Tesis Program Pasca
Sarjana Program Magister Ilmu Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Febram, B., Wientarsih, dan L., Pontjo, B. (2010). Aktivitas Sediaan Salep
Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon (Musa paradisiaca var sapientum)

Universitas Sumatera Utara


dalam Proses Penyembuhan Luka pada Mencit (Mus musculus albinus).
Majalah Obat Tradisional. 15(3): 121-137.

Graham, R.B., Burns T., (2005). Lecture Notes Dermatology. 8th ed. Jakarta:
Erlangga, 8-9

Gurtner, Geoffrey, C. (2008). Wound Repair and Regeneration. Nature. 453, 314-
321

Hamzah, H., Fatimawali, dan Mongi, J. (2013). Formulasi Salep Ekstrak Etanol
Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) dan Uji Efektivitas
Terhadap Penyembuhan Luka Terbuka pada Kelinci. 2(3): 62-66.

Haisya NBS, Latifah AR, Suratno RP, Sa’diah S, Afiff U. (2013). Sambung
Rambat (Mikania micrantha H.B.K) as Natural Alternative Antibacterial
and Its Study Against Bacterial commonAs Causative AgentIn Cattle
MastitisIn Indonesia. (Seminar).6th Conf. Indonesia Student at Korea.
Daejon, South Korea.

http://www.clinimed.co.uk/Wound-Care/Education/Wound-Essentials/Phases-of-
Wound-Healing.aspx

Ibad, M.R, Nasution, T.H, Andarini, S., (2013). Pengaruh


Ekstrak Daun Kersen (Muntingia Calabura) Terhadap
Derajat Eritema Pada Proses Inflamasi Marmut (Cavia
Porcellus) Dengan Luka Bakar Derajat II Dangkal.
Halaman : 159
Irianto, K. (2006). Mikrobiologi Menguak DuniaMikroorganisme. Jilid I.
Bandung: CV. Yrama Widya. Halaman. 56-58, 147-148.

Jamila, A., (2015). Topical Application of Acheflan On Rat Skin Injury


Accelerates Wound Healing: A Histopatological, Immunohistochemical
and Biochemical Study. BMC Research Article 2-3

Jawetz E, Melnick GE, dan Adelberg CA. (2001). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
I. Penerjemah: Bagian Mikrobiologi Kedokteran Universitas Airlangga.
Surabaya: Penerbit Salemba Medika. Halaman. 211-249.

Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A. (1996). Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Halaman 63, 291, 612,
627.

Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A. (2005). Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Halaman 31-326, 352-360.

Universitas Sumatera Utara


Jeanly V. Apono, Paulina V.Y.Yamlean, dan Hamidah S. Supriati (2014). Uji
Efektivitas Sediaan Gel Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn)
Terhadap penyembuhan Luka Yang Terinfeksi Staphylococcus Aureus
Pada Kelinci (Orytolagus cuniculus). Pharmacon jurnal ilmiah Farmasi-
UNSRAT Vol.3 No.3. 281-282.

Kalangi, Sonny John Ruddy. (2011). Peran Integrin pada


AngiogenesisPenyembuhan Luka.Bagian Anatomi-Histologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Cermin Dunia
Kedokteran (CDK), Vol.38 (3). Halaman 178

Karlina, C.Y., Ibrahim, M., dan Guntur, T. (2013). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Herba Krokot (Portulaca oleracea L.) Terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. Lentera Bio. 1(1): 87-93.

Kaur, L.P., Guleri, T.K., (2013). Topical Gels: A Recent Approach for Novel
Drug Delivery. Asian Journal of Biomedical and Pharmaceutical Scienses.
3(17), 1-5

Komala, O., Ike, Y., dan Rita, P. (2012). Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun
Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain) terhadap Khamir Candida
albicans. Jurnal Ilmiah Farmasi Fitofarmaka. 2(2) : 146-145.

Kozier, B. gtal. (1995). Fundamental of Nursing, Concepts, Process and


Practice. 4th edition. Addition Wesle. Publishing company Inc. Hal.
1359-1367.
Lay, BW. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Halaman. 67-71.

Magdalena, N. V., dan Kusnadi. J., (2015). Antibakteri dari Ekstrak Daun Gambir
(Uncaria gambir var Cubadak) Metode Microwave-Assisted Extraction
terhadap Bakteri Patogen) Jurnal Pangan Industri Vol.3 No 1p. Halaman
131-134.

Mappa, T., Edy, H.J., dan Kojong, N. (2013). Formulasi Gel Ekstrak Daun
Sasaladahan (Peperomia Pellucida (L.) H.B.K) Dan Uji Efektivitasnya
Terhadap Luka Bakar Pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus). Jurnal
Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 02. Halaman. 50-53.

Martin, A., J.Swarbrick, dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik: Dasar-Dasar


Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Edisi ketiga. Penerjemah: Yosita.
Jakarta: UI-Press. Halaman. 1176-1182

Mukhriani, (2014), Ekstraksi Pemisahan SenyawaDan Identifikasi Senyawa Aktif.


Jurnal Kesehatan,Vol. VII No. 2.

Universitas Sumatera Utara


Nagori, B.D. and Solanki, R.( 2011). Role of Medicinal Plants in Wound
Healing.Research Journal of Medicinal Plant 5 (4). Halaman. 392-405.

Nasution L.P.S (2015). Uji Efektifitas Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Sambung
Rambat (Micania cordata (Burn.f B.L.Rob.) Terhadap Penyembuhan Luka
Sayat). Skripsi Fakultas Farmasi USU. 43

Nafsiah. L., Sudrajat, Sudiastuti (2015) Pengaruh Ekstrak Batang Karamunting


(Melastoma Malabathricum Linn.) Terhadap Proses Penyembuhan Luka
Pada Kulit Mencit (Mus musculusL). Program Studi Biologi, FMIPA,
Universitas Mulawarman.Halaman 2-8
Nixon, D.W. (1995). Chemoprevention of Cancer. Charleston: CRC Press.
Halaman 38.

Panjaitan, E.N., Saragih, A., dan Purba, D. (2012). Formulasi Gel dari Ekstrak
Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe). Journal of
Pharmaceutics and Pharmacology. 1(1): 9-20.

Parekh, J., dan Chanda . S., (2007). In vitro Antimicrobial Activity of Trapa
Natans L. fruit Rind Extracted in Different Solvent. Halaman. 767

Pradipta, Oka, I.G.N.D. (2010). Pengaruh Pemberian Propolis Secara Topikal


Terhadap Migrasi Sel Poliformonuklear Pada Luka Sayat Tikus. Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Halaman: 2

Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jogjakarta: Erlangga. Halaman 2, 38,


174-176, 190.

Pratogi, Donna. (2008). Teknik Eksisi. Departemen Kesehtan Kulit dan Kelamin
Fk. Universitas Sumatera Utara/ RSUP. H. Adam Malik/RS. Dr. Pirngadi
Medan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3404/1/08E00850.
pdf.

Prabakti, Y. (2005). Perbedaan Jumlah Fibroblast Disekitar Luka Insisi pada


Tikus yang Diberi Infiltrasi Nyeri Levobupivakain dan Tidak Diberi
Levobupivakain. Semarang. UNDIP, Halaman. 25.

Rahmatullah M, Mollik AH, Ali M, Abbas FB, Jahan R, Khatun A, et al.,. (2011).
An Ethnomedicinal survey of Vitbilia village in Sujanagar sub-district of
Pabna district, Bangladesh. AmericanEurasian Journal of Agricultural
and EnvironmentalSciences. 10, 106-111.

Rawlins, E.A. (2003). Bentleys of Pharmaceutics, Edition 18. London: Baillierre


Tindall. Halaman. 22, 35.

Rufatto, L.C., Gower, A., Schwambach, J., Moura, S. (2012). Genus Mikania:
chemicak composition and phytotherapeutical activity. Brazilian Journal
of Pharmacognosy. 22(6): 1384-1403.

Universitas Sumatera Utara


Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Weller, P.J. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Sixth edition. London: Pharmaceutical Press. Halaman 326,
441, 517, 596.

Robinson, T. 1995. Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi.


Bandung: Penerbit ITB.
Septiani, S., N. Wathoni, dan S.R.Mita.(2011). Formulasi Sediaan Gel
Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon Linn.)
Jurnal Unpad. 1(1): 4-24.

Shelke, S.J., Shinkar, D.M., dan Saudagar, R.B. (2013). Topical Gel: A Novel
Approach for Development of Topical Drug Delivery System. International
Journal Of Pharmacy&Technology. 5(3): 2739-2763.

Sinko, P. J (2011). Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetik edisi 5,


diterjemahkan oleh Tim Ahli Bahasa Farmasi ITB, 706, Penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta.

Sudarno, Fabi, A.S., dan Hari, S. (2011). Efektifitas Ekstrak Tanaman Meniran
(Phyllanthus niruri) Sebagai Antibakteri Edwardsiella tarda Secara In-
Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(1) : 103-108.

Soni, H. dan Singhai, A.K. (2012). A Recent Update of Botanicals for Wound
Healing Activity.International Research Journal of Pharmacy, 3.Halaman.
1-6.

Taylor, C., Lils C., LeMono, P. (1997). Fundamental of Nursing The Art and
Science of Nursing Care. 4th edition. Philadelpia : JB Lippincoff. 699-705.

Tim Mikrobiologi FK Brawijaya. (2003). Bakteriologi Medik. Cetakan Pertama.


Malang: Bayu Media Publishing. Hal. 29,32,33,132,133.

Thomas SC. (1995). Medicinal plants culture, utilization and phytopharmacology,


United States: CRC Press, 119-154 P.

Tjitrosoepomo, G. (2005). Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta,


bryophyte, Pteridophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Halaman. 4-20.

Tranggono, R.I., F. Latifah (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.


Jakarta. Gramedia.

Tripathi RS, Khan ML, Yadaf AS. (2012). Biology of Mikania micrantha H.B.K.:
A Review. CAB International.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Cetakan Kedua


Penerjemah: Soendani Noerono S. Yogyakarta: UGM Press. 580.

Universitas Sumatera Utara


Volk, W.A., dan Wheeler, M.F. (1984). Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jilid
Dua. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 94.

Widiastuti I. G.A.A. (2015). Ekstrak Pasta Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas L)
mempercepat Angiogenesis dan Meningkatkan Jumlah Fibroblas Soket
Mandibula Pada Penyembuhan Luka Pasca Pencabutan Gigi Marmut
Jantan (Cavia Cobaya). Univ. Udayana. Halaman. 9-40
Wattimena, 1991, Farmakodinamik dan Terapi antibiotik, Gajah Mada
UniversityPress, Yogyakarta. (1-7).

Wijaya, B.A., Citraningtyas, G., dan Wehantouw, F. (2014). Potensi


Ekstrak Etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta [L])
sebagai Alternatif Obat Luka pada Kulit Kelinci (Oryctolagus
cuniculus). Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. 3(3): 211-219

Wijoyo, V. (2016). Optimasi Formula Sediaan Gel Hand Sanitizer Minyak


Atsiri jeruk Bergamot Dengan Gelling Agent Carbopol dan
Humektan Propilen Glikol. Univ. Sanata Darma. Jogjakarta

Wijaya, S., dan Hendra, N. (2016). Uji Invitro Efek Antibakteri Ekstrak Daging
Muda Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Klebsiella
Pneumoniae. Penelitian Asli. Halaman 10.

World Health Organization. (1992). Quality Control Methods For Medicinal


Plant Material. Switherland: WHO. Halaman 19-25.

Yuhernita, Juniarti, dan Aryenti. (2014). Pengaruh Pemberian Gel dari Ekstrak
Metanol Daun Jarak Tintir (Jatropha Multifida L) terhadap Kepadatan
Serabut Kolagen dan Jumlah Angiogenesis dalam Proses Penyembuhan
Luka. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini
Sains Farmasi dan Klinik IV”. 47-55.

Yulianti, D., Susilo, B., Yulianingsih, R., (2014). Pengaruh Lama Ekstraksi Dan
Konsentrasi PelarutEtanol Terhadap Sifat Fisika-Kimia Ekstrak Daun
Stevia (Stevia Rebaudiana Bertoni M.) Dengan Metode Microwave
Assisted Extraction (Mae). Jurnal Bioproses Komoditas TropisVol. 2 No.
1. Halaman: 36, 37 dan 41.

Yogestinaga, Y.W. (2016). Optimasi Gelling Agent Carbopol dan Humektan


Propilen Glikol Dalam Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun
Binahong (Andredera Cardifolia (Ten) Steenis). Skripsi. Halaman : 40

Zederfeldt, B., Jacobsson, dan S., Ahonen, J. (1986). Wounds and Wound
Healing. London: Wolfe Medical Publications Ltd. 1.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1.Hasil identifikasi tumbuhan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2.Gambartumbuhan dan daun segar sambung rambat

A. Tumbuhan sambung rambat

B. Daun segar sambung rambat

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Gambarsimplisia dan serbuk simplisia daun sambung rambat

Simplisia daun sambung rambat

Serbuk simplisia daun sambung rambat

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Bagan alur penelitian

Serbuk simplisia Etanol 80%

Maserasi
Pemeriksaan kadar air
Maserat

Hasil Diupakan dengan rotary


Difreeze dryer

Ekstrak Kental

HPMC, nipagin,
Aktivitas Formulasi Sediaan Gel
Antibakteri nipasol, parafin
% KBM/KHM

Evaluasi sediaan aktivitas antibakteri Penyembuhan Luka

Stabilitas Fisik Luka sayat punggung marmut


sediaan Infeksi/tanpa infeksi
pH
Homogenitas Infeksi (GEEDSR;KN:KP) Tanpa Infeksi/Luka Normal
Diukur diameter Diukur diameter
Hasil Diambil kulit pada hari Diambil kulit pada hari
ke-8 dan 15 ke-8 dan 15
Dihistopatologi Dihistopatologi
Diukur angiogenesis Diukur angiogenesis
Analisis Analisis
Hasil Hasil

Universitas Sumatera Utara


Lampiran5.Bagan pembuatan ekstrak

Daun segar sambung rambat


(Micania micrantha Kunth)

Dicuci sampai bersih


Ditiriskan
Ditimbang
Dikeringkan dalam lemari pengering

Simplisia

Dihaluskan

Serbuk simplisia

Diekstraksi secara maserasi


menggunakan etanol 80%

Maserat I Ampas

Dimaserasi kembali menggunakan


pelarut etanol 80%

Maserat II

Maserat I dan maserat II di kumpulkan


Dipekatkan dengan rotary evaporator
Difreeze dryer

Ekstrak kental etanol

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Bagan uji aktivitas antibakteri dari EEDSR

Biakan murni bakteri

Diambil dengan jarum ose steril


Ditanamkan pada media nutrient agar miring dengan cara menggores
Diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 24 jam

Stok kultur bakteri

Diambil 1 ose
Disuspensikan kedalam 10 mL larutan NaCl 0,9%
Dihomogenkan dengan vorteks
Diukur kekeruhan sesuai standart Mc. Farland 108CFU

Biakan bakteri

Diencerkan dengan memipet 0,1 mL


Dimasukkan dalam tabung steril berisi larutan NaCl 0,9% 9,9 mL (106 CFU)
Diaduk homogen

Inokulum bakteri

Dimasukkan 0,1mL inokulum kedalam cawan petri


Ditambahkan 15 mL media MHAcairkedalam cawan petri
Dihomogenkan dan dibiarkan memadat

Media padat

Dibuat lubang sumuran


Di teteskan larutan ekstrak dengan berbagai konsentrasi, sebagai kontrol
digunakan etanol 96%,
Diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 18-24 jam

Hasil inkubasi

Diukur diameter zona hambat disekitar lubang sumuran

Hasil(Diameter Zona
Hambat Minimum)

Keterangan : EEDSR : Ekstrak etanol daun sambung rambat.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Bagan pembuatan sediaan GEEDSR

HPMC Nipagin dan nipasol dilarutkan

Ditaburkan dalam air panas Dicampurkan dengan


di dalam lumpang, dan propilen glikol
digerus sampai tranparan

Massa I Massa II

Dicampurkan, digerus homogen


Dasar gel

Ditambahkan ekstrak daun sambung rambat di dalam


lumpang yang telah digerus dengan sedikit etanol

Sediaan gel ekstrak Dilakukan berbagai uji fisik, uji aktivitas


daun sambung rambat antibakteri dan uji penyembuhan luka
terinfeksi pada hewan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8.Gambar hasil pengujian hambatan pertumbuhan bakteri dari ekstrak
daun sambung rambat (mm) dengan bakteri Se, Sa dan Pa.

500 75

400 100 50 KN 20

200 KP
300 25

A B

500 75

400 100 50 KN 20

200 KP
300 25

C D
500 75

400 100 50 20
KN

200 KP
300 25

E F

Keterangan :
Gambar A. Staphylococcus epidermidis(Se); EEDSR 100;200;300;400;500 mg/ml
Gambar B.Staphylococcus epidermidis(Se); Kontrol Negatif (KN); kontrol positif (KP); EEDSR
20;25;50;75 mg/ml
Gambar C. Staphylococcus aureus(Sa),EEDSR 100;200;300;400;500 mg/ml
Gambar D. Staphylococcus aureus(Sa), Kontrol Negatif (KN); kontrol positif (KP); EEDSR
20;25;50;75 mg/ml
Gambar E. Psedomonas aeroginosa(Pa) EEDSR 100;200;300;400;500 mg/ml
Gambar F. Psedomonas aeroginosa(Pa) Kontrol Negatif (KN); kontrol positif (KP); EEDSR
20;25;50;75 mg/ml

Universitas Sumatera Utara


Lampiran9.Gambar hasil pengujian hambatan pertumbuhan
bakteriStaphylococcus epidermis (Se)darisediaan GEEDSR

25% 15% 27,5%


30%

12,5%
17,5% 20% KP

B
A
KN

10%
22,5%

Keterangan:

A. GEEDSR25%; 15%; 17,5% dan 20%


B. GEEDSR 27,5%; 15%; 30%;12,5% dan KP: Kontrol Positif (Bioplacenton)
C. GEEDSR 10%; 22,5% dan KN: kontrol negatif (dasar gel)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10.Gambar sediaan GEEDSR dengan variasi dosis

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. Gambar hasil uji homogenitas sediaan GEEDSR

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 12.Surat izin penelitian dari komite etik penelitian (AREC)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 13.Sertifikat animal handling

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 14.Sertifikat analisis hydroxypropyl methyl cellulose (HPMC)

Lampiran

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15.Data dan hasil perhitungan persenkesembuhan luka pada kulit marmut dengan berbagai perlakuan

DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE


PENUTUPAN LUKA (%) DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE PENUTUPAN LUKA (%)
Hari Infeksi Tanpa Infeksi BASIS GEL GEEDSR 12,5% GEEDSR 15% GEEDSR 17,5% BIOPLACENTON
Ulangan
-ke
% % % % % %
Ø luka % penutu Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka
penutupa penutupan penutupan penutupa penutupa penutupa
(cm) pan luka (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
n luka luka luka n luka n luka n luka
Marmut I 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00
Marmut 2 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00
Marmut 3 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00
Marmut 4 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00
0
Marmut 5 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00
Marmut 6 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00
2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,00 0,00
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Marmut I 2,00 0,00 1,98 1,00 2,05 -2,50 2,04 -2,00 2,06 -3,00 2,05 -2,50 2,05 -2,50
Marmut 2 2,00 0,00 2,00 0,00 2,04 -2,00 2,03 -1,50 2,05 -2,50 2,06 -3,00 2,04 -2,00
Marmut 3 2,08 -4,00 1,99 0,50 2,06 -3,00 2,04 -2,00 2,03 -1,50 2,06 -3,00 2,05 -2,50
Marmut 4 2,05 -2,50 1,99 0,50 2,03 -1,50 2,02 -1,00 2,05 -2,50 2,06 -3,00 2,04 -2,00
1
Marmut 5 2,10 -5,00 2,00 0,00 2,03 -1,50 2,04 -2,00 2,04 -2,00 2,04 -2,00 2,05 -2,50
Marmut 6 2,09 -4,50 2,00 0,00 2,06 -3,00 2,04 -2,00 2,05 -2,50 2,04 -2,00 2,06 -3,00
2,05 -2,67 1,99 0,33 2,05 -2,25 2,04 -1,75 2,05 -2,33 2,05 -2,58 2,05 -2,42
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,04 2,23 0,01 0,41 0,01 0,69 0,01 0,42 0,01 0,52 0,01 0,49 0,01 0,38
Marmut I 2,07 -3,50 1,95 2,50 2,05 -2,50 2,04 -2,00 2,06 -3,00 2,06 -3,00 2,05 -2,50
Marmut 2 2,07 -3,50 1,96 2,00 2,05 -2,50 2,03 -1,50 2,05 -2,50 2,06 -3,00 2,06 -3,00
2
Marmut 3 2,05 -2,50 1,96 2,00 2,04 -2,00 2,04 -2,00 2,05 -2,50 2,06 -3,00 2,05 -2,50
Marmut 4 2,04 -2,00 1,96 2,00 2,05 -2,50 -2,00 2,05 -2,50 2,06 -3,00 2,05 -2,50

Universitas Sumatera Utara


DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE
PENUTUPAN LUKA (%) DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE PENUTUPAN LUKA (%)
Hari Infeksi Tanpa Infeksi BASIS GEL GEEDSR 12,5% GEEDSR 15% GEEDSR 17,5% BIOPLACENTON
Ulangan
-ke
% % % % % %
Ø luka % penutu Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka
penutupa penutupan penutupan penutupa penutupa penutupa
(cm) pan luka (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
n luka luka luka n luka n luka n luka
Marmut 5 2,08 -4,00 1,97 1,50 2,04 -2,00 2,04 -2,00 2,04 -2,00 2,04 -2,00 2,06 -3,00
Marmut 6 2,03 -1,50 1,96 2,00 2,08 -4,00 2,04 -2,00 2,05 -2,50 2,04 -2,00 2,06 -3,00
2,06 -2,83 1,96 2,00 2,05 -2,58 2,04 -1,92 2,05 -2,50 2,05 -2,67 2,06 -2,75
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,02 0,98 0,01 0,32 0,01 0,74 0,00 0,20 0,01 0,32 0,01 0,52 0,01 0,27
Marmut I 2,08 -4,00 1,77 11,50 2,07 -3,50 2,06 -3,00 2,08 -4,00 2,08 -4,00 2,10 -5,00
Marmut 2 2,09 -4,50 1,76 12,00 2,08 -4,00 2,06 -3,00 2,08 -4,00 2,07 -3,50 2,08 -4,00
Marmut 3 2,08 -4,00 1,76 12,00 2,06 -3,00 2,07 -3,50 2,07 -3,50 2,08 -4,00 2,07 -3,50
Marmut 4 2,06 -3,00 1,78 11,00 2,07 -3,50 2,07 -3,50 2,06 -3,00 2,08 -4,00 2,08 -4,00
3
Marmut 5 2,08 -4,00 1,75 12,50 2,07 -3,50 2,06 -3,00 2,07 -3,50 2,06 -3,00 2,07 -3,50
Marmut 6 2,07 -3,50 1,76 12,00 2,10 -5,00 2,07 -3,50 2,08 -4,00 2,08 -4,00 2,10 -5,00
2,08 -3,83 1,76 11,83 2,08 -3,75 2,07 -3,25 2,07 -3,67 2,08 -3,75 2,08 -4,17
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,01 0,52 0,01 0,52 0,01 0,69 0,01 0,27 0,01 0,41 0,01 0,42 0,01 0,68
Marmut I 2,09 -4,50 1,76 12,00 2,00 3,38 2,00 2,91 2,00 3,85 1,91 8,17 2,02 3,81
Marmut 2 2,10 -5,00 1,75 12,50 2,03 2,40 1,99 3,40 2,00 3,85 1,89 8,70 1,98 4,81
Marmut 3 2,11 -5,50 1,75 12,50 2,02 1,94 2,01 2,90 1,98 4,35 1,90 8,65 1,96 5,31
Marmut 4 2,10 -5,00 1,77 11,50 2,02 2,42 2,00 3,38 2,00 2,91 1,92 7,69 2,00 3,85
4
Marmut 5 2,08 -4,00 1,75 12,50 2,03 1,93 1,99 3,40 1,98 4,35 1,93 6,31 1,96 5,31
Marmut 6 2,09 -4,50 1,76 12,00 2,02 3,81 2,02 2,42 1,98 4,81 1,92 7,69 2,00 4,76
2,10 -4,75 1,76 12,17 2,02 2,65 2,00 3,07 1,99 4,02 1,91 7,87 1,99 4,64
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,01 0,52 0,01 0,41 0,01 0,78 0,01 0,40 0,01 0,65 0,01 0,88 0,02 0,67
Marmut I 2,13 -6,50 1,72 14,00 1,98 4,35 1,82 11,65 1,80 13,46 1,67 19,71 1,78 15,24
5
Marmut 2 2,11 -5,50 1,73 13,50 1,92 7,69 1,80 12,62 1,79 13,94 1,68 18,84 1,74 16,35

Universitas Sumatera Utara


DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE
PENUTUPAN LUKA (%) DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE PENUTUPAN LUKA (%)
Hari Infeksi Tanpa Infeksi BASIS GEL GEEDSR 12,5% GEEDSR 15% GEEDSR 17,5% BIOPLACENTON
Ulangan
-ke
% % % % % %
Ø luka % penutu Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka
penutupa penutupan penutupan penutupa penutupa penutupa
(cm) pan luka (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
n luka luka luka n luka n luka n luka
Marmut 3 2,11 -5,50 1,73 13,50 1,90 7,77 1,80 13,04 1,78 14,01 1,68 19,23 1,74 15,94
Marmut 4 2,15 -7,50 1,75 12,50 1,96 5,31 1,78 14,01 1,78 13,59 1,66 20,19 1,76 15,38
Marmut 5 2,09 -4,50 1,73 13,50 1,96 5,31 1,78 13,59 1,76 14,98 1,64 20,39 1,74 15,94
Marmut 6 2,10 -5,00 1,74 13,00 2,01 4,29 1,80 13,04 1,76 15,38 1,68 19,23 1,76 16,19
2,12 -5,75 1,73 13,33 1,96 5,79 1,80 12,99 1,78 14,23 1,67 19,60 1,75 15,84
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,02 1,08 0,01 0,52 0,04 1,57 0,02 0,82 0,02 0,78 0,02 0,61 0,02 0,44
Marmut I 2,15 -7,50 1,65 17,50 1,97 4,83 1,78 13,59 1,74 16,35 1,59 23,56 1,72 18,10
Marmut 2 2,12 -6,00 1,64 18,00 1,90 8,65 1,77 14,08 1,74 16,35 1,60 22,71 1,70 18,27
Marmut 3 2,13 -6,50 1,64 18,00 1,87 9,22 1,78 14,01 1,73 16,43 1,60 23,08 1,68 18,84
Marmut 4 2,15 -7,50 1,65 17,50 1,94 6,28 1,76 14,98 1,74 15,53 1,57 24,52 1,72 17,31
6
Marmut 5 2,11 -5,50 1,65 17,50 1,97 4,83 1,76 14,56 1,68 18,84 1,56 24,27 1,70 17,87
Marmut 6 2,12 -6,00 1,64 18,00 1,98 5,71 1,78 14,01 1,70 18,27 1,57 24,52 1,72 18,10
2,13 -6,50 1,65 17,75 1,94 6,59 1,77 14,20 1,72 16,96 1,58 23,78 1,71 18,08
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,02 0,84 0,01 0,27 0,04 1,91 0,01 0,49 0,03 1,29 0,02 0,78 0,02 0,50
Marmut I 2,16 -8,00 1,63 18,50 1,93 6,91 1,68 18,45 1,59 23,56 1,36 34,62 1,58 24,76
Marmut 2 2,15 -7,50 1,62 19,00 1,85 11,06 1,66 19,42 1,52 26,92 1,22 41,06 1,52 26,92
Marmut 3 2,15 -7,50 1,62 19,00 1,87 9,22 1,70 17,87 1,48 28,50 1,38 33,65 1,56 24,64
Marmut 4 2,16 -8,00 1,63 18,50 1,89 8,89 1,66 19,81 1,52 26,21 1,32 36,54 1,50 27,88
7
Marmut 5 2,13 -6,50 1,64 18,00 1,91 7,63 1,66 19,42 1,60 22,71 1,30 36,89 1,54 25,60
Marmut 6 2,13 -6,50 1,61 19,50 1,96 6,76 1,68 18,84 1,60 23,08 1,38 33,65 1,56 25,71
2,15 -7,33 1,63 18,75 1,90 8,41 1,67 18,97 1,55 25,16 1,33 36,07 1,54 25,92
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,01 0,68 0,01 0,52 0,04 1,64 0,02 0,72 0,05 2,38 0,06 2,81 0,03 1,26
8 Marmut I 2,16 -8,00 1,56 22,00 1,89 8,60 1,62 21,36 1,45 30,29 1,29 37,98 1,50 28,57

Universitas Sumatera Utara


DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE
PENUTUPAN LUKA (%) DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE PENUTUPAN LUKA (%)
Hari Infeksi Tanpa Infeksi BASIS GEL GEEDSR 12,5% GEEDSR 15% GEEDSR 17,5% BIOPLACENTON
Ulangan
-ke
% % % % % %
Ø luka % penutu Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka
penutupa penutupan penutupan penutupa penutupa penutupa
(cm) pan luka (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
n luka luka luka n luka n luka n luka
Marmut 2 2,18 -9,00 1,54 23,00 1,86 10,38 1,60 22,33 1,42 31,73 1,06 48,79 1,45 30,29
Marmut 3 2,16 -8,00 1,57 21,50 1,87 9,03 1,65 20,29 1,45 29,95 1,17 43,75 1,45 29,95
Marmut 4 2,18 -9,00 1,56 22,00 1,85 10,53 1,60 22,71 1,40 32,04 1,25 39,90 1,46 29,81
Marmut 5 2,16 -8,00 1,56 22,00 1,86 10,14 1,60 22,33 1,42 31,40 1,25 39,32 1,42 31,40
Marmut 6 2,15 -7,50 1,56 22,00 1,88 10,71 1,64 20,77 1,46 29,81 1,26 39,42 1,50 28,57
2,17 -8,25 1,56 22,08 1,87 9,90 1,62 21,63 1,43 30,87 1,21 41,53 1,46 29,77
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,01 0,61 0,01 0,49 0,01 0,87 0,02 0,97 0,02 0,97 0,09 4,06 0,03 1,08
Marmut I 2,20 -10,00 1,41 29,50 1,79 13,62 1,40 32,04 1,47 29,33 1,15 44,71 1,39 33,81
Marmut 2 2,17 -8,50 1,43 28,50 1,80 13,70 1,38 33,01 1,32 36,54 1,00 51,69 1,35 35,10
Marmut 3 2,17 -8,50 1,44 28,00 1,77 13,98 1,45 29,95 1,35 34,78 1,05 49,52 1,40 32,37
Marmut 4 2,19 -9,50 1,41 29,50 1,77 14,54 1,44 30,43 1,33 35,44 1,11 46,63 1,42 31,54
9
Marmut 5 2,19 -9,50 1,40 30,00 1,74 15,99 1,46 29,13 1,40 32,37 1,10 46,60 1,48 28,50
Marmut 6 2,15 -7,50 1,40 30,00 1,77 15,62 1,47 28,99 1,38 33,65 1,11 46,63 1,42 32,38
2,18 -8,92 1,42 29,25 1,77 14,58 1,43 30,59 1,38 33,68 1,09 47,63 1,41 32,28
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,02 0,92 0,02 0,82 0,02 1,01 0,04 1,62 0,06 2,57 0,05 2,51 0,04 2,24
Marmut I 2,21 -10,50 1,31 34,50 1,64 20,72 1,26 38,83 1,25 39,90 1,00 51,92 1,24 40,95
Marmut 2 2,18 -9,00 1,35 32,50 1,73 16,88 1,24 39,81 1,08 48,08 0,90 56,52 1,25 39,90
Marmut 3 2,20 -10,00 1,33 33,50 1,72 16,75 1,21 41,55 1,15 44,44 1,00 51,92 1,26 39,13
10
Marmut 4 2,20 -10,00 1,37 31,50 1,61 22,37 1,23 40,58 1,15 44,17 1,08 48,08 1,26 39,42
Marmut 5 2,20 -10,00 1,36 32,00 1,69 18,45 1,24 39,81 1,20 42,03 1,05 49,03 1,20 42,03
Marmut 6 2,18 -9,00 1,38 31,00 1,64 22,05 1,26 39,18 1,20 42,31 1,10 47,12 1,30 38,10
2,20 -9,75 1,35 32,50 1,67 19,54 1,24 39,96 1,17 43,49 1,02 50,76 1,25 39,92
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,01 0,61 0,03 1,30 0,05 2,52 0,02 0,98 0,06 2,79 0,07 3,45 0,03 1,39

Universitas Sumatera Utara


DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE
PENUTUPAN LUKA (%) DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE PENUTUPAN LUKA (%)
Hari Infeksi Tanpa Infeksi BASIS GEL GEEDSR 12,5% GEEDSR 15% GEEDSR 17,5% BIOPLACENTON
Ulangan
-ke
% % % % % %
Ø luka % penutu Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka
penutupa penutupan penutupan penutupa penutupa penutupa
(cm) pan luka (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
n luka luka luka n luka n luka n luka
Marmut I 2,18 -9,00 1,31 34,50 1,59 23,29 1,15 44,17 1,28 38,46 0,90 56,73 1,15 45,24
Marmut 2 2,19 -9,50 1,30 35,00 1,69 18,80 1,14 44,66 0,85 59,13 0,82 60,39 1,08 48,08
Marmut 3 2,18 -9,00 1,31 34,50 1,64 20,24 1,16 43,96 1,04 49,81 0,95 54,33 0,98 52,66
Marmut 4 2,19 -9,50 1,31 34,50 1,54 25,70 1,21 41,55 1,00 51,65 1,00 51,92 1,15 44,71
11
Marmut 5 2,19 -9,50 1,34 33,00 1,61 22,27 1,17 43,20 1,10 46,86 0,95 53,88 1,05 49,28
Marmut 6 2,17 -8,50 1,33 33,50 1,56 25,86 1,18 43,00 0,91 56,20 1,00 51,92 1,05 50,00
2,18 -9,17 1,32 34,17 1,60 22,69 1,17 43,42 1,03 50,35 0,94 54,86 1,08 48,33
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,01 0,41 0,02 0,75 0,06 2,86 0,02 1,11 0,15 7,31 0,07 3,24 0,07 3,00
Marmut I 2,17 -8,50 1,28 35,95 1,54 25,80 0,98 52,43 0,96 53,85 0,78 62,50 1,00 52,38
Marmut 2 2,17 -8,50 1,26 37,00 1,54 26,06 1,08 47,48 0,73 64,90 0,68 67,15 0,98 52,88
Marmut 3 2,16 -8,00 1,21 39,50 1,58 23,30 0,99 52,17 0,76 63,29 0,76 63,46 0,90 56,52
Marmut 4 2,16 -8,00 1,28 36,00 1,48 28,65 1,09 47,54 0,92 55,34 0,70 66,35 0,99 52,40
12
Marmut 5 2,17 -8,50 1,28 35,95 1,55 24,93 0,97 52,91 0,92 55,56 0,70 66,02 0,90 56,52
Marmut 6 2,17 -8,50 1,23 38,50 1,54 26,67 1,07 48,50 0,81 61,06 0,71 65,87 0,90 57,14
2,17 -8,33 1,26 37,15 1,54 25,90 1,03 50,17 0,85 59,00 0,72 65,22 0,95 54,64
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,01 0,26 0,03 1,52 0,03 1,78 0,05 2,59 0,10 4,67 0,04 1,82 0,05 2,30
Marmut I 2,14 -7,00 1,15 42,50 1,41 31,74 0,84 59,22 0,90 56,73 0,70 66,35 0,74 64,76
Marmut 2 2,17 -8,50 1,12 44,00 1,43 31,15 0,83 59,71 0,70 66,35 0,66 68,12 0,78 62,50
Marmut 3 2,12 -6,00 1,17 41,35 1,53 25,68 0,84 59,42 0,68 67,15 0,74 64,42 0,76 63,29
13
Marmut 4 2,14 -7,00 1,18 40,90 1,39 32,75 0,80 61,35 0,82 60,19 0,70 66,35 0,76 63,46
Marmut 5 2,15 -7,50 1,13 43,50 1,47 29,08 0,81 60,68 0,84 59,42 0,62 69,90 0,74 64,25
Marmut 6 2,15 -7,50 1,13 43,30 1,45 30,90 0,79 61,84 0,76 63,46 0,67 67,79 0,80 61,90
2,15 -7,25 1,15 42,59 1,45 30,22 0,82 60,37 0,78 62,22 0,68 67,15 0,76 63,36
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,02 0,82 0,02 1,24 0,05 2,53 0,02 1,08 0,09 4,12 0,04 1,88 0,02 1,06

Universitas Sumatera Utara


DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE
PENUTUPAN LUKA (%) DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE PENUTUPAN LUKA (%)
Hari Infeksi Tanpa Infeksi BASIS GEL GEEDSR 12,5% GEEDSR 15% GEEDSR 17,5% BIOPLACENTON
Ulangan
-ke
% % % % % %
Ø luka % penutu Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka
penutupa penutupan penutupan penutupa penutupa penutupa
(cm) pan luka (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
n luka luka luka n luka n luka n luka
Marmut I 2,13 -6,50 1,08 46,00 1,23 40,55 0,80 61,17 0,87 58,17 0,64 69,23 0,72 65,71
Marmut 2 2,15 -7,50 1,02 49,00 1,23 40,80 0,76 63,11 0,64 69,23 0,59 71,50 0,74 64,42
Marmut 3 2,10 -5,00 1,07 46,50 1,21 41,21 0,67 67,63 0,62 70,05 0,64 69,23 0,74 64,25
Marmut 4 2,14 -7,00 1,07 46,50 1,25 39,61 0,78 62,32 0,68 66,99 0,66 68,27 0,70 66,35
14
Marmut 5 2,14 -7,00 1,04 48,00 1,20 42,03 0,76 63,11 0,72 65,22 0,60 70,87 0,70 66,18
Marmut 6 2,12 -6,00 1,03 48,50 1,24 41,13 0,70 66,18 0,65 68,75 0,64 69,23 0,72 65,71
2,13 -6,50 1,05 47,42 1,23 40,89 0,75 63,92 0,70 66,40 0,63 69,72 0,72 65,44
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,02 0,89 0,02 1,24 0,02 0,80 0,05 2,47 0,09 4,39 0,03 1,21 0,02 0,89
Marmut I 2,03 -1,50 0,95 52,50 1,06 48,65 0,72 65,05 0,70 66,35 0,61 70,67 0,69 67,14
Marmut 2 2,04 -2,00 0,92 54,00 1,03 50,58 0,69 66,50 0,62 70,19 0,50 75,85 0,68 67,31
Marmut 3 2,01 -0,50 0,93 53,50 1,05 49,27 0,62 70,05 0,60 71,01 0,59 71,63 0,67 67,49
Marmut 4 2,00 0,00 0,92 54,00 1,05 49,42 0,75 63,77 0,68 66,99 0,65 68,75 0,68 67,31
15
Marmut 5 2,04 -2,00 0,93 53,50 1,02 50,75 0,70 66,02 0,70 66,18 0,52 74,76 0,60 71,01
Marmut 6 2,02 -1,00 0,94 53,00 1,07 49,24 0,64 69,08 0,65 68,75 0,55 73,56 0,64 69,52
2,02 -1,17 0,93 53,42 1,04 49,65 0,69 66,75 0,66 68,25 0,57 72,54 0,66 68,30
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,02 0,82 0,01 0,58 0,02 0,83 0,05 2,40 0,04 2,06 0,06 2,67 0,03 1,60
Marmut I 1,91 4,50 0,85 57,50 0,94 54,59 0,67 67,48 0,58 72,12 0,51 75,48 0,58 72,38
Marmut 2 1,91 4,50 0,82 59,00 0,91 56,25 0,61 70,39 0,59 71,63 0,42 79,71 0,51 75,48
Marmut 3 1,89 5,50 0,83 58,50 0,89 56,80 0,54 73,91 0,55 73,43 0,57 72,60 0,52 74,88
16
Marmut 4 1,89 5,50 0,82 59,00 0,96 53,62 0,71 65,70 0,56 72,82 0,65 68,75 0,54 74,04
Marmut 5 1,86 7,00 0,83 58,50 0,93 55,07 0,66 67,96 0,58 71,98 0,43 79,13 0,55 73,43
Marmut 6 1,89 5,50 0,84 58,00 0,90 57,14 0,61 70,53 0,57 72,60 0,50 75,96 0,56 73,33
1,89 5,42 0,83 58,42 0,92 55,58 0,63 69,33 0,57 72,43 0,51 75,27 0,54 73,92
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,02 0,92 0,01 0,58 0,03 1,37 0,06 2,90 0,01 0,65 0,09 4,12 0,03 1,12

Universitas Sumatera Utara


DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE
PENUTUPAN LUKA (%) DIAMETER LUKA (CM) DAN PERSENTASE PENUTUPAN LUKA (%)
Hari Infeksi Tanpa Infeksi BASIS GEL GEEDSR 12,5% GEEDSR 15% GEEDSR 17,5% BIOPLACENTON
Ulangan
-ke
% % % % % %
Ø luka % penutu Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka Ø luka
penutupa penutupan penutupan penutupa penutupa penutupa
(cm) pan luka (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
n luka luka luka n luka n luka n luka
Marmut I 1,64 18,00 0,65 67,50 0,83 59,90 0,58 71,84 0,46 77,88 0,40 80,77 0,49 76,67
Marmut 2 1,66 17,00 0,62 69,00 0,82 60,58 0,58 71,84 0,50 75,96 0,38 81,64 0,43 79,33
Marmut 3 1,72 14,00 0,63 68,50 0,84 59,22 0,54 73,91 0,47 77,29 0,36 82,69 0,46 77,78
Marmut 4 1,72 14,00 0,62 69,00 0,82 60,39 0,60 71,01 0,44 78,64 0,40 80,77 0,48 76,92
17
Marmut 5 1,68 16,00 0,63 68,50 0,83 59,90 0,60 70,87 0,47 77,29 0,37 82,04 0,52 74,88
Marmut 6 1,70 15,00 0,67 66,50 0,81 61,43 0,59 71,50 0,48 76,92 0,37 82,21 0,50 76,19
1,69 15,67 0,64 68,17 0,83 60,24 0,58 71,83 0,47 77,33 0,38 81,69 0,48 76,96
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,03 1,63 0,02 0,98 0,01 0,75 0,02 1,10 0,02 0,90 0,02 0,79 0,03 1,50
Marmut I 1,58 21,00 0,43 78,50 0,70 66,18 0,41 80,10 0,38 81,73 0,28 86,54 0,42 80,00
Marmut 2 1,64 18,00 0,41 79,50 0,73 64,90 0,40 80,58 0,30 85,58 0,26 87,44 0,41 80,29
Marmut 3 1,64 18,00 0,42 79,00 0,75 63,59 0,42 79,71 0,32 84,54 0,20 90,38 0,40 80,68
Marmut 4 1,58 21,00 0,42 79,00 0,71 65,70 0,44 78,74 0,36 82,52 0,31 85,10 0,40 80,77
18
Marmut 5 1,56 22,00 0,45 77,50 0,74 64,25 0,42 79,61 0,43 79,23 0,27 86,89 0,38 81,64
Marmut 6 1,60 20,00 0,64 68,00 0,72 65,71 0,49 76,33 0,40 80,77 0,28 86,54 0,42 80,00
1,60 20,00 0,46 76,92 0,73 65,06 0,43 79,18 0,37 82,39 0,27 87,15 0,41 80,56
Rata2 dan
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
Std. deviasi
0,03 1,67 0,09 4,42 0,02 0,99 0,03 1,52 0,05 2,36 0,04 1,77 0,02 0,62

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 16.Perhitungan kadar air simplisia

1. Perlakuan I
Berat sampel = 5,010 g
Volume awal air = 2,00 ml
Volume akhir air = 2,40 ml

(𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑎𝑎𝑎𝑎 ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 −𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 ) 𝑚𝑚𝑚𝑚


Kadar air (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔)

(2,40−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 7,9840%
5,010 𝑔𝑔

2. Perlakuan II
Berat sampel = 5,013 g
Volume awal air = 2,00 ml
Volume akhir air = 2,40 ml

(𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑎𝑎𝑎𝑎 ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 −𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 ) 𝑚𝑚𝑚𝑚


Kadar air (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔)

(2,40−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 7,9792%
5,013 𝑔𝑔

3. Perlakuan III
Berat sampel = 5,011 g
Volume awal air = 2,00 ml
Volume akhir air = 2,35 ml

(𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑎𝑎𝑎𝑎 ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 −𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 ) 𝑚𝑚𝑚𝑚


Kadar air (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔)

(2,35−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 6,9860%
5,011 𝑔𝑔

sampel 1+sampel 2+sampel 3


Maka, kadar air rata-rata (%)=
3
(7,9840%+7,9792%+6,9860%)
=
3
= 7,65%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 17. Perhitungan kadar air ekstrak

1. Perlakuan I
Berat sampel = 5,024 g
Volume awal air = 2,00 ml
Volume akhir air = 2,67 ml

(𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑎𝑎𝑎𝑎 ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 −𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 ) 𝑚𝑚𝑚𝑚


Kadar air (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔)

(2,67−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 13,336%
5,024 𝑔𝑔

2. Perlakuan II
Berat sampel = 5,012 g
Volumeawal air = 2,00 ml
Volumeakhir air = 2,70 ml

(𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑎𝑎𝑎𝑎 ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 −𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 ) 𝑚𝑚𝑚𝑚


Kadar air (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔)

(2,70−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 13,966%
5,012 𝑔𝑔

3. Perlakuan III
Berat sampel = 5,018 g
Volume awal air = 2,00 ml
Volumeakhir air = 2,69 ml

(𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑎𝑎𝑎𝑎 ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 −𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 ) 𝑚𝑚𝑚𝑚


Kadar air (%) = x 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (𝑔𝑔)

(2,69−2,00) 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kadar air (%) = x 100% = 13,75%
5,018 𝑔𝑔

sampel 1+sampel 2+sampel 3


Maka, kadar air rata-rata (%) =
3
(13,336%+13,966%)+13,75%)
=
3
= 13,684%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 18.Gambarhewan uji

Luka sebelum infeksi Luka setelah infeksi

Pengukuran diameter luka

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 19. Gambar pengamatan diameter luka

1. Gel EEDSR 12,50 %

Hari ke-1 Hari ke- 3 Hari ke- 5 Hari ke- 7

Hari ke-9 Hari ke-11 Hari ke-13 Hari ke-15

2. Gel EEDSR 15,00 %

Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

Hari ke-9 Hari ke-11 Hari ke-13 Hari ke-15

Universitas Sumatera Utara


Lampiran19(Lanjutan)
3. Gel EEDSR 17,5 %

Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

Hari ke- 9 Hari ke-11 Hari ke-13 Hari ke-15

4. Kontrol positif (Bioplacenton)

Hari ke- 1 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

Hari ke- 9 Hari ke-11 Hari ke-13 Hari ke-15

Universitas Sumatera Utara


Lampiran19(Lanjutan)
4. Basis gel

Hari ke- 1 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

Hari ke-9 Hari ke-11 Hari ke-13 Hari ke-15

Hari ke- 9 Hari ke-11 Hari ke-13 Hari ke-15

6. Luka tanpa perlakuan

Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

Hari ke-9 Hari ke-11 Hari ke-13 Hari ke-15

Lampiran19(Lanjutan)

Universitas Sumatera Utara


7. Luka normal

Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7

Hari ke-9 Hari ke-11 Hari ke-13 Hari ke-15

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20.Hasil uji beda nyata antar kelompok perlakukan dari Hari ke-1
sampai hari ke- 18

Between-Subjects Factors

Value Label N

Perlakuan ,00 Luka Normal 114

1,00 BASIS GEL 114

2,00 GEEDSR 12,5% 114

3,00 GEEDSR 15% 114

4,00 GEEDSR 17.5% 114

5,00 BIOPLACENTON 114

6,00 Tanpa Perlakuan 114


Hari ,00 Hari 0 42

1,00 Hari 1 42
2,00 Hari 2 42

3,00 Hari 3 42

4,00 Hari 4 42

5,00 Hari 5 42

6,00 Hari 6 42

7,00 Hari 7 42

8,00 Hari 8 42

9,00 Hari 9 42

10,00 Hari 10 42

11,00 Hari 11 42

12,00 Hari 12 42

13,00 Hari 13 42

14,00 Hari 14 42

15,00 Hari 15 42

16,00 Hari 16 42

17,00 Hari 17 42

18,00 Hari 18 42

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20.lanjutan
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Persen_Kesembuhan

Perlakuan Hari Mean Std. Deviation N

Luka Normal Hari 0 ,0000 ,00000 6

Hari 1 ,3333 ,40825 6

Hari 2 2,0000 ,31623 6

Hari 3 11,8333 ,51640 6

Hari 4 12,1667 ,40825 6

Hari 5 13,3333 ,51640 6

Hari 6 17,7500 ,27386 6

Hari 7 18,7500 ,52440 6

Hari 8 22,0833 ,49160 6

Hari 9 29,2500 ,82158 6

Hari 10 32,5000 1,30384 6

Hari 11 34,1667 ,75277 6

Hari 12 37,1500 1,52118 6

Hari 13 42,5917 1,24275 6

Hari 14 47,4167 1,24164 6

Hari 15 53,4167 ,58452 6

Hari 16 58,4167 ,58452 6

Hari 17 68,1667 ,98319 6

Hari 18 76,9167 4,42060 6

Total 30,4338 22,34383 114


BASIS GEL Hari 0 ,0000 ,00000 6
Hari 1 -2,2500 ,68920 6
Hari 2 -2,5833 ,73598 6
Hari 3 -3,7500 ,68920 6
Hari 4 2,6467 ,77670 6
Hari 5 5,7867 1,56938 6
Hari 6 6,5867 1,90925 6
Hari 7 8,4117 1,64255 6
Hari 8 9,8983 ,87039 6
Hari 9 14,5750 1,01264 6
Hari 10 19,5367 2,51989 6
Hari 11 22,6933 2,85587 6
Hari 12 25,9017 1,78280 6
Hari 13 30,2167 2,52783 6
Hari 14 40,8883 ,80271 6
Hari 15 49,6517 ,82949 6

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20.lanjutan
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Persen_Kesembuhan

Perlakuan Hari Mean Std. Deviation N

Hari 16 55,5783 1,37497 6


Hari 17 60,2367 ,75176 6
Hari 18 65,0550 ,99287 6
Total 21,5305 22,20387 114
GEEDSR 12,5% Hari 0 ,0000 ,00000 6
Hari 1 -1,7500 ,41833 6
Hari 2 -1,9167 ,20412 6
Hari 3 -3,2500 ,27386 6
Hari 4 3,0683 ,39771 6
Hari 5 12,9917 ,81705 6
Hari 6 14,2050 ,48919 6
Hari 7 18,9683 ,72220 6
Hari 8 21,6317 ,97514 6
Hari 9 30,5917 1,61776 6
Hari 10 39,9600 ,98415 6
Hari 11 43,4233 1,10574 6
Hari 12 50,1717 2,59064 6
Hari 13 60,3700 1,08425 6
Hari 14 63,9200 2,46197 6
Hari 15 66,7450 2,39518 6
Hari 16 69,3283 2,89884 6
Hari 17 71,8283 1,09813 6
Hari 18 79,1783 1,52239 6
Total 33,6561 28,30749 114
GEEDSR 15% Hari 0 ,0000 ,00000 6
Hari 1 -2,3333 ,51640 6
Hari 2 -2,5000 ,31623 6
Hari 3 -3,6667 ,40825 6
Hari 4 4,0200 ,65296 6
Hari 5 14,2267 ,77717 6
Hari 6 16,9617 1,29000 6
Hari 7 25,1633 2,37674 6
Hari 8 30,8700 ,96910 6
Hari 9 33,6850 2,57397 6
Hari 10 43,4883 2,78730 6
Hari 11 50,3517 7,30540 6
Hari 12 59,0000 4,67353 6

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20.lanjutan
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Persen_Kesembuhan

Perlakuan Hari Mean Std. Deviation N

Hari 13 62,2167 4,12311 6


Hari 14 66,4017 4,38924 6
Hari 15 68,2450 2,05492 6
Hari 16 72,4300 ,65109 6
Hari 17 77,3300 ,90186 6
Hari 18 82,3950 2,36055 6
Total 36,7518 29,66289 114
GEEDSR 17.5% Hari 0 ,0000 ,00000 6
Hari 1 -2,5833 ,49160 6
Hari 2 -2,6667 ,51640 6
Hari 3 -3,7500 ,41833 6
Hari 4 7,8683 ,88155 6
Hari 5 19,5983 ,60592 6
Hari 6 23,7767 ,77699 6
Hari 7 36,0683 2,81456 6
Hari 8 41,5267 4,05540 6
Hari 9 47,6300 2,51567 6
Hari 10 50,7650 3,44365 6
Hari 11 54,8617 3,24365 6
Hari 12 65,2250 1,81990 6
Hari 13 67,1550 1,87860 6
Hari 14 69,7217 1,20944 6
Hari 15 72,5367 2,66885 6
Hari 16 75,2717 4,11759 6
Hari 17 81,6867 ,78589 6
Hari 18 87,1483 1,76246 6
Total 41,6758 30,75683 114
BIOPLACENTON Hari 0 ,0000 ,00000 6
Hari 1 -2,4167 ,37639 6
Hari 2 -2,7500 ,27386 6
Hari 3 -4,1667 ,68313 6
Hari 4 4,6417 ,67143 6
Hari 5 15,8400 ,44141 6
Hari 6 18,0817 ,50030 6
Hari 7 25,9183 1,26270 6
Hari 8 29,7650 1,08085 6
Hari 9 32,2833 2,24265 6

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20.lanjutan
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Persen_Kesembuhan

Perlakuan Hari Mean Std. Deviation N

Hari 10 39,9217 1,39283 6


Hari 11 48,3283 3,00517 6
Hari 12 54,6400 2,30398 6
Hari 13 63,3600 1,06190 6
Hari 14 65,4367 ,89196 6
Hari 15 68,2967 1,59965 6
Hari 16 73,9233 1,12511 6
Hari 17 76,9617 1,50295 6
Hari 18 80,5633 ,62047 6
Total 36,2436 29,19639 114
Tanpa Perlakuan Hari 0 ,0000 ,00000 6
Hari 1 -2,6667 2,22860 6
Hari 2 -2,8333 ,98319 6
Hari 3 -3,8333 ,51640 6
Hari 4 -4,7500 ,52440 6
Hari 5 -5,7500 1,08397 6
Hari 6 -6,5000 ,83666 6
Hari 7 -7,3333 ,68313 6
Hari 8 -8,2500 ,61237 6
Hari 9 -8,9167 ,91742 6
Hari 10 -9,7500 ,61237 6
Hari 11 -9,1667 ,40825 6
Hari 12 -8,3333 ,25820 6
Hari 13 -7,2500 ,82158 6
Hari 14 -6,5000 ,89443 6
Hari 15 -1,1667 ,81650 6
Hari 16 5,4167 ,91742 6
Hari 17 15,6667 1,63299 6
Hari 18 20,0000 1,67332 6
Total -2,7325 8,05709 114
Total Hari 0 ,0000 ,00000 42

Hari 1 -1,9524 1,32430 42

Hari 2 -1,8929 1,70914 42


Hari 3 -1,5119 5,54086 42
Lampiran 20.lanjutan
Hari 4 4,2374 4,88880 42

Hari 5 10,8610 7,92865 42

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20.lanjutan
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Persen_Kesembuhan

Perlakuan Hari Mean Std. Deviation N

Hari 6 12,9802 9,44066 42

Hari 7 17,9924 13,20549 42

Hari 8 21,0750 15,26990 42

Hari 9 25,5855 16,96120 42

Hari 10 30,9174 19,22828 42

Hari 11 34,9512 21,12949 42

Hari 12 40,5364 23,86451 42

Hari 13 45,5229 25,19954 42

Hari 14 49,6121 25,36481 42

Hari 15 53,9607 24,17539 42

Hari 16 58,6236 23,21220 42

Hari 17 64,5538 21,27472 42

Hari 18 70,1795 21,79008 42

Total 28,2227 28,93297 798

Levene's Test of Equality of Error Variancesa


Dependent Variable: Persen_Kesembuhan

F df1 df2 Sig.

5,712 132 665 ,000

Tests the null hypothesis that the error variance of the


dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Perlakuan + Hari + Perlakuan * Hari

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20.lanjutan

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Persen_Kesembuhan

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 665165,418 132 5039,132 1661,639 ,000
Intercept 635625,028 1 635625,028 209595,521 ,000
Perlakuan 154525,142 6 25754,190 8492,370 ,000
Hari 436710,150 18 24261,675 8000,217 ,000
Perlakuan * Hari 73930,126 108 684,538 225,725 ,000
Error 2016,697 665 3,033
Total 1302807,143 798
Corrected Total 667182,115 797

a. R Squared = ,997 (Adjusted R Squared = ,996)

Post Hoc Tests

Perlakuan
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Persen_Kesembuhan
Tukey HSD

Mean 95% Confidence Interval

Difference (I- Lower


(I) Perlakuan (J) Perlakuan J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
*
Luka Normal BASIS GEL 8,9032 ,23066 ,000 8,2211 9,5854

GEEDSR 12,5% -3,2223* ,23066 ,000 -3,9044 -2,5401


*
GEEDSR 15% -6,3181 ,23066 ,000 -7,0002 -5,6359

GEEDSR 17.5% -11,2420* ,23066 ,000 -11,9242 -10,5599


*
BIOPLACENTON -5,8098 ,23066 ,000 -6,4920 -5,1277

Tanpa Perlakuan 33,1662* ,23066 ,000 32,4841 33,8484


*
BASIS GEL Luka Normal -8,9032 ,23066 ,000 -9,5854 -8,2211
*
GEEDSR 12,5% -12,1255 ,23066 ,000 -12,8077 -11,4434
GEEDSR 15% -15,2213* ,23066 ,000 -15,9035 -14,5392
*
GEEDSR 17.5% -20,1453 ,23066 ,000 -20,8274 -19,4631
*
BIOPLACENTON -14,7131 ,23066 ,000 -15,3952 -14,0309
*
Tanpa Perlakuan 24,2630 ,23066 ,000 23,5808 24,9451
GEEDSR Luka Normal 3,2223* ,23066 ,000 2,5401 3,9044
*
12,5% BASIS GEL 12,1255 ,23066 ,000 11,4434 12,8077
*
GEEDSR 15% -3,0958 ,23066 ,000 -3,7779 -2,4136

Universitas Sumatera Utara


Multiple Comparisons
Dependent Variable: Persen_Kesembuhan
Tukey HSD

Mean 95% Confidence Interval

Difference (I- Lower


(I) Perlakuan (J) Perlakuan J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound

GEEDSR 17.5% -8,0197* ,23066 ,000 -8,7019 -7,3376


*
BIOPLACENTON -2,5875 ,23066 ,000 -3,2697 -1,9054
*
Tanpa Perlakuan 36,3885 ,23066 ,000 35,7064 37,0707
*
GEEDSR 15% Luka Normal 6,3181 ,23066 ,000 5,6359 7,0002
BASIS GEL 15,2213* ,23066 ,000 14,5392 15,9035
*
GEEDSR 12,5% 3,0958 ,23066 ,000 2,4136 3,7779
*
GEEDSR 17.5% -4,9239 ,23066 ,000 -5,6061 -4,2418
BIOPLACENTON ,5082 ,23066 ,295 -,1739 1,1904
Tanpa Perlakuan 39,4843* ,23066 ,000 38,8021 40,1664
*
GEEDSR Luka Normal 11,2420 ,23066 ,000 10,5599 11,9242
*
17.5% BASIS GEL 20,1453 ,23066 ,000 19,4631 20,8274
*
GEEDSR 12,5% 8,0197 ,23066 ,000 7,3376 8,7019
GEEDSR 15% 4,9239* ,23066 ,000 4,2418 5,6061
*
BIOPLACENTON 5,4322 ,23066 ,000 4,7500 6,1143
*
Tanpa Perlakuan 44,4082 ,23066 ,000 43,7261 45,0904
*
BIOPLACENT Luka Normal 5,8098 ,23066 ,000 5,1277 6,4920
ON BASIS GEL 14,7131* ,23066 ,000 14,0309 15,3952
*
GEEDSR 12,5% 2,5875 ,23066 ,000 1,9054 3,2697
GEEDSR 15% -,5082 ,23066 ,295 -1,1904 ,1739
*
GEEDSR 17.5% -5,4322 ,23066 ,000 -6,1143 -4,7500
Tanpa Perlakuan 38,9761* ,23066 ,000 38,2939 39,6582
*
Tanpa Luka Normal -33,1662 ,23066 ,000 -33,8484 -32,4841
Perlakuan *
BASIS GEL -24,2630 ,23066 ,000 -24,9451 -23,5808

GEEDSR 12,5% -36,3885* ,23066 ,000 -37,0707 -35,7064


*
GEEDSR 15% -39,4843 ,23066 ,000 -40,1664 -38,8021

GEEDSR 17.5% -44,4082* ,23066 ,000 -45,0904 -43,7261


*
BIOPLACENTON -38,9761 ,23066 ,000 -39,6582 -38,2939

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 3,033.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20.lanjutan

Homogeneous Subsets

Persen_Kesembuhan
a,b
Tukey HSD

Subset

Perlakuan N 1 2 3 4 5 6

Tanpa Perlakuan 114 -2,7325


BASIS GEL 114 21,5305
Luka Normal 114 30,4338
GEEDSR 12,5% 114 33,6561
BIOPLACENTON 114 36,2436
GEEDSR 15% 114 36,7518
GEEDSR 17.5% 114 41,6758
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 ,295 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 3,033.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 114,000.
b. Alpha = ,05.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai