Anda di halaman 1dari 102

PENGUJIAN KANDUNGAN TOTAL FENOL DAN

FLAVONOID SERTA ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL


TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.)

SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitasera Utara

OLEH:
ANNISA MULIA HAPSARI
NIM 111501021

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


PENGUJIAN KANDUNGAN TOTAL FENOL DAN
FLAVONOID SERTA ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL
TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
ANNISA MULIA HAPSARI
NIM 111501021

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGUJIAN KANDUNGAN TOTAL FENOL DAN


FLAVONOID SERTA ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL
TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.)
OLEH:
ANNISA MULIA HAPSARI
NIM 111501021

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal : 02 Desember 2016

Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Masfria, M.S., Apt. Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.


NIP 195707231986012001 NIP 195103261978022001

Dr. Masfria, M.S., Apt.


Pembimbing II, NIP 195707231986012001

Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt. Dr. Poppy Anjelisa Z. Hsb, M.Si., Apt.
NIP 197806032005012004 NIP 197506102005012003

Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt.


NIP 197806032005012004

Medan, Januari 2016


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt


NIP 195707231986012001

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia kepada penulis, sehingga dapat meyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Pengujian Kandungan Total Fenol dan Flavonoid serta Antioksidan

Ekstrak Etanol Tempuyung (Sonchus arvensis L.)”. Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

fasilitas dan masukan selama masa pendidikan dan penelitian, Kepada Ibu Dr.

Masfria, M.S., Apt., dan Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen

pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan

selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis juga

menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.,

dan Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang

telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini, Kepada Ibu Dra.

Masria Lasma Tambunan, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang

selalu membimbing selama masa perkuliahan serta Bapak dan Ibu staf pengajar

Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan

tak terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Almarhum Rudy Gunawan,

S.E., Ibunda Yenita Yulizar dan kakak Arum Mutia Sylviana yang tiada hentinya

mendoakan, memberikan semangat, dukungan dan berkorban dengan tulus ikhlas

Universitas Sumatera Utara


bagi kesuksesan penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-

sahabatku Jurusan Sains dan Teknologi Angkatan 2011 selalu memberikan

dorongan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian. Masa masa indah

kebersamaan selama kuliah akan selalu menjadi kenangan manis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum

sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk penyempurnaannya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi.

Medan, November 2016


Penulis,

Annisa Mulia Hapsari


NIM 111501021

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Annisa Mulia Hapsari
Nomor Induk Mahasiswa : 111501021
Program Studi : S-1 Reguler
Judul Skripsi : Pengujian Kandungan Total Fenol dan Flavonoid
serta Antioksidan Ekstrak Etanol Tempuyung
(Sonchus arvensis L.)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi
ini ditemukan plagiat akibat kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagai mana mestinya.

Medan, November 2016


Yang Membuat Pernyataan

Nama : Annisa Mulia Hapsari


NIM : 111501021

Universitas Sumatera Utara


PENGUJIAN KANDUNGAN TOTAL FENOL DAN
FLAVONOID SERTA ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL
TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.)

ABSTRAK

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak
stabil dan sangat reaktif, serta merusak jaringan. Radikal bebas yang berlebihan
dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif, seperti kanker dan
penyakit jantung (kardiovaskular). Timbulnya penyakit degeneratif oleh radikal
bebas dapat dihambat ataupun dicegah oleh senyawa antioksidan seperti fenol dan
flavonoid. Daun Tempuyung (Shoncus arvensis L.) dari famili Asteraceae
mengandung senyawa kimia, seperti tanin dan golongan flavonoid. Flavonoid
memiliki potensi yang besar untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh
radikal bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan total
fenol, kandungan flavonoid dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun
tempuyung.
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan tahapan pengumpulan
dan pengolahan bahan tanaman, pembuatan simplisia, pemeriksaan karakteristik,
skrining fitokimia, pembuatan ekstrak etanol secara maserasi, penetapan kadar
total fenol, penetapan kadar flavonoid dan pengujian aktivitas antioksidan dengan
menggunakan metode peredaman radikal bebas 1,1 diphenyl-2-picrylhydrazil
(DPPH) dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visibel.
Hasil penelitian menunjukkan kadar total fenol ekstrak etanol daun
tempuyung dengan metode spektrofotometri pereaksi Folin-Ciocalteu diperoleh
nilai rata – rata 53,04 ± 0,46 mg GAE/g ekstrak, kadar total flavonoid dengan
metode kolorimetri dengan pereaksi AlCl3 didapat nilai kadar rata – rata 35,04 ±
0,077 mg QE/g ekstrak dan hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan
aktivitas antioksidan kategori sedang dengan nilai IC50 sebesar 114,471 ± 0,0367
ppm.
Kesimpulan hasil penelitian ini pada pengujian ekstrak etanol daun
tempuyung mengandung senyawa fenol dengan kadar total fenol sebesar 53,04 ±
0,46 mg GAE/g ekstrak, kadar total flavonoid 35,04 ± 0,077 mg QE/ ekstrak, dan
memiliki aktivitas antioksidan dalam kategori sedang dengan nilai IC50 sebesar
114,471 ± 0,0367 ppm.

Kata kunci : Daun tempuyung, Shoncus arvensis L., total fenol, total flavonoid,
antioksidan, DPPH.

Universitas Sumatera Utara


TESTING TOTAL PHENOL CONTENT AND FLAVONOIDS
AND ANTIOXIDANT ETHANOL EXTRACT TEMPUYUNG
(Sonchus arvensis L.)

ABSTRACT

Free radicals is atoms or molecules which are highly unstable and very
reactive as well as damaged tissues. Free radicals excessive encourage the various
kinds of diseases degenerative, such as cancer and heart disease (cardiovascular).
Onset of degenerative diseases by free radicals can any barrier or prevented by
compound antioxidant such as a phenolic acid or flavonoid. Tempuyung’s leave
(Sonchus arvensis L.) from Asteraceae family, containing chemical compounds,
such as tanin and flavonoid. Flavonoid having great potential to fight diseases
caused by free radicals. The purpose of this study was to determine the content of
total phenols, flavonoid content and antioxidant activity of ethanol extract of
leaves tempuyung.
This research was carried out experimentally with the stages of
collection and process plant materials, manufacture botanicals, inspection
characteristics, phytochemical screening, making ethanol extract in maceration,
total phenol assay, flavonoids assay and antioxidant activity test with 1,1
diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) by using spectrophotometer UV-Visibel.
The results showed levels of total phenols ethanol extract of the
tempuyung’s leave by spectrophotometric method Folin-Ciocalteu reagent
obtained value average 53.04 ± 0.46 mg GAE / g extract, total flavonoid levels by
colorimetric methods with AlCl3 reagent grade values obtained average 35.04 ±
0.077 mg QE / g extract and test results indicate the antioxidant activity in
medium category with IC50 value of 114.471 ± 0.0367 ppm.
Conclusions the result of this research on testing extract ethanol leaves
tempuyung has containing flavonoid with obtained level of total phenol 53.04 ±
0.46 mg GAE / g extract, flavonoid content of 35.04 ± 0.077 mg QE / extracts,
and has antioxidant activity in the medium category with IC50 value of 114.471 ±
0. 0367 ppm.

Keyword: Tempuyung leaves, Sonchus arvensis L., total phenol, total flavonoids,
antioxidant, DPPH

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN ...................................................................... vi

ABSTRAK .............................................................................................. vii

ABSTRACT ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar belakang ....................................................................... 1

1.2 Perumusan masalah ............................................................... 4

1.3 Hipotesis ................................................................................ 5

1.4 Tujuan penelitian ................................................................... 5

1.5 Manfaat penelitian ................................................................. 5

1.6 Kerangka pikir ....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7

2.1 Radikal bebas ........................................................................ 7

2.2 Antioksidan .......................................................................... 9

2.2.1 Antioksidan alami ........................................................ 10

2.2.2 Senyawa fenolik .......................................................... 11

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Flavonoid .................................................................... 11

2.3 Metode pengujian aktivitas antioksidan ................................ 13

2.4 Uraian tumbuhan .................................................................. 16

2.4.1 Morfologi tumbuhan ................................................. 17

2.4.2 Sistematika tumbuhan ................................................ 17

2.4.3 Kandungan kimia ....................................................... 18

2.5 Ekstraksi ............................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 21

3.1 Alat dan Bahan ...................................................................... 21

3.1.1 Alat .............................................................................. 21

3.1.2 Bahan........................................................................... 21

3.2 Penyiapan tumbuhan ............................................................ 22

3.2.1 Pengumpulan tumbuhan .............................................. 22

3.2.2 Identifikasi tumbuhan.................................................. 22

3.2.3 Pengolahan tumbuhan ................................................. 22

3.3 Pembuatan Pereaksi............................................................... 23

3.3.1 Pereaksi Bouchardart .................................................. 23

3.3.2 Pereaksi Meyer ............................................................ 23

3.3.3 Pereaksi Dragendorff .................................................. 23

3.3.4 Pereaksi Molish ........................................................... 23

3.3.5 Pereaksi asam klorida 2 N ........................................... 23

3.3.6 Pereaksi asam sulfat 2 N ............................................. 23

3.3.7 Pereaksi natrium hidroksida 2 N ................................. 24

3.3.8 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M ................................. 24

Universitas Sumatera Utara


3.3.9 Pereaksi besi (III) klorida 1 % .................................... 24

3.3.10 Pereaksi kloralhidrat.................................................. 24

3.3.11 Pereaksi Liebermann-Bouchart ................................. 24

3.3.12 Pereaksi alumunium klorida10% .............................. 24

3.3.13 Pereaksi natrium asetat 1 M ...................................... 24

3.3.14 Pereaksi natrium karbonat 20% ................................ 24

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia .................................... 25

3.4.1 Pemeriksaan makroskopik........................................... 25

3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik ........................................... 25

3.4.3 Penetapan kadar air ..................................................... 25

3.4.4 Penetapan kadar sari larut air ...................................... 26

3.4.5 Penetapan kadar sari larut etanol................................. 26

3.4.6 Penetapan kadar abu total............................................ 26

3.4.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam ......................... 27

3.5 Skrining Fitokimia................................................................. 27

3.5.1 Pemeriksaan alkaloida ................................................. 27

3.5.2 Pemeriksaan flavonoid ................................................ 28

3.5.3 Pemeriksaan glikosida ................................................. 28

3.5.4 Pemeriksaan tanin ....................................................... 29

3.5.5 Pemeriksaan saponin ................................................... 29

3.5.6 Pemeriksaan steroid/triterpenoid ................................. 29

3.6 Pembuatan EEDT .................................................................. 29

3.7 Penetapan Kandungan Total Fenol EEDT ............................ 30

3.7.1 Pembuatan larutan baku asam galat ............................ 30

Universitas Sumatera Utara


3.7.2 Penentuan operating time ............................................ 30

3.7.3 Penentuan panjang gelombang maksimum asam


galat ............................................................................ 31

3.7.4 Pembuatan kurva kalibrasi asam galat ........................ 31

3.7.5 Penetapan kandungan total fenol ................................ 31

3.8 Penetuan Kandungan Flavonoid EEDT ................................ 32

3.8.1 Pembuatan larutan induk baku kuersetin .................... 32

3.8.2 Penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin 33

3.8.3 Pembuatan kurva kalibrasi kuersetin ......................... 33

3.8.4 Penetapan kadar flavonoid ......................................... 33

3.9 Pengujian Kemampuan Antioksidan dengan Spektro-


fotometer ............................................................................. 34

3.9.1 Prinisip metode pemerangkapan radikal bebas


DPPH ......................................................................... 34

3.9.2 Pembuatan larutan blanko .......................................... 34

3.9.3 Pembuatan larutan induk ............................................ 35

3.9.3.1 Pembuatan larutan induk EEDT...................... 35

3.9.3.2 Pembuatan larutan induk kuersetin ................. 35

3.9.4 Pembuatan larutan uji ................................................. 35

3.9.4.1 Pembuatan larutan uji EEDT ......................... 35

3.9.4.2 Pembuatan larutan uji kuersetin ..................... 35

3.9.5 Analisa persen pemerangkapan radikal bebas


DPPH ......................................................................... 35

3.9.6 Analisa nilai IC50 ........................................................ 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 37

4.1 Identifikasi Bahan Tumbuhan ............................................... 37

Universitas Sumatera Utara


4.2 Karakterisasi Tumbuhan dan Simplisia................................. 37

4.2.1 Pemeriksaan makroskopik........................................... 37

4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik ........................................... 37

4.2.3 Pemeriksaan kadar....................................................... 37

4.3 Hasil Skrining Fitokimia ....................................................... 39

4.4 Analisis Aktivitas .................................................................. 39

4.4.1 Pemeriksaan kandungan total fenol ........................... 39

4.4.1.1 Hasil penentuan operating time ..................... 40

4.4.1.2 Hasil penentuan panjang gelombang


serapan maksimum ....................................... 40

4.4.1.3 Hasil penentuan kurva kalibrasi asam galat ... 41

4.4.1.4 Hasil pengukuran kadar total fenol ................ 42

4.4.2 Pemeriksaan kandungan total flavonoid .................... 44

4.4.2.1 Hasil penentuan panjang gelombang


serapan maksimum ....................................... 44

4.4.2.2 Hasil penentuan kurva kalibrasi kuersetin ...... 45

4.4.2.3 Hasil pengukuran kadar total flavonoid ......... 46

4.4.3 Pemeriksaan kandungan antioksidan ......................... 47

4.4.3.1 Hasil pengukuran panjang gelombang


serapan maksimum ....................................... 47

4.4.3.2 Hasil analisi aktivtas antioksidan ................... 48

4.4.3.3 Hasil analisis peredaman radikal bebas


DPPH oleh sampel uji ................................... 50

4.4.3.3 Analisis nilai IC50 (Inhibitory Concentration)


sampel uji ....................................................... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 53

5.1 Kesimpulan ........................................................................... 53

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran ..................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 54

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Daun Tempuyung .. 38

4.2 Hasil Pemeriksaan Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak ... 39

4.3 Absorbansi Standart Asam Galat ............................................... 41

4.4 Rata – Rata Kandungan Total Fenol .......................................... 43

4.5 Absorbansi Standart Kuersetin .................................................... 45

4.6 Rata – Rata Kandungan Total Flavonoid ................................... 46

4.7 Hasil Analisis Peredaman Radikal Bebas .................................. 50

4.8 Nilai IC50 EEDT ......................................................................... 51

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka pikir penelitian ....................................................... 5

2.1 Struktur dasar flavonoid ........................................................ 12

2.2 Struktur kimia DPPH ............................................................. 15

2.3 Reaksi antara DPPH dengan senyawa antioksidan ................ 16

4.1 Kurva Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat ............. 41

4.2 Kurva Kalibrasi Standart Asam Galat .................................... 42

4.3 Kurva Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin ................ 44

4.4 Kurva Kalibrasi Standart Kuersetin ....................................... 45

4.5 Pembentukan Senyawa Kompleks Kuersetin- Alumunium


Klorida ................................................................................... 47

4.6 Kurva Serapan Maksimum Larutan DPPH 40 ppm dalam


metanol secara Spektrofotometri visibel ............................... 48

4.7 Grafik Analisa Aktivitas Antioksidan EEDT pada menit


ke-60 ....................................................................................... 48

4.8 Grafik Analisa Aktivitas Antioksidan Kuersetin pada


menit ke-60 ............................................................................. 49

4.9 Reaksi penangkapan radikal bebas DPPH dengan Fenol ...... 52

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat hasil identifikasi tumbuhan ............................................. 58

2 Karakterisasi tumbuhan tempuyung.......................................... 59

3 Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun


tempuyung................................................................................. 51

4 Bagan alur pembuatan simplisia .............................................. 62

5 Bagan alur pembuatan EEDT dan pengujian ............................ 63

6 Gambar alat ............................................................................... 64

7 Perhitungan pemeriksaan karakteristik simplisia daun


tempuyung ............................................................................... 65

8 Data pengukuran operating time ............................................... 70

9 Perhitungan total fenol EEDT .................................................... 73

10 Perhitungan total flavonoid EEDT ............................................. 75

11 Perhitungan aktivitas antioksidan EEDT dan kuersetin ............. 77

12 Kategori IC50 sebagai antioksidan .............................................. 85

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Radikal bebas merupakan molekul yang mengandung satu atau lebih

elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah

menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol, menghasilkan ikatan silang (cross link)

pada DNA, protein, lipid atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang

penting pada biomolekul ini. Proses ini menyebabkan penuaan (Silalahi, 2006).

Kerusakan ini disebabkan karena proses oksidasi dimana proses ini normal

terjadi didalam tubuh sehingga kalor dan energi bebas dilepaskan untuk

mempertahankan temperatur tubuh, membentuk dan memperbaiki sel-sel jaringan,

menguraikan dan mngeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan,serta untuk proses

metabolisme yang lain (Silalahi, 2006).

Radikal bebas yang berlebihan dapat memicu timbulnya berbagai macam

penyakit degeneratif, seperti kanker dan penyakit jantung (kardiovaskular).

Timbulnya penyakit degeneratif oleh radikal bebas dapat dihambat ataupun

dicegah oleh senyawa antioksidan. Oleh karena itu, tubuh memerlukan substansi

penting yaitu antioksidan untuk menangkap radikal bebas sehingga tidak dapat

menginduksi suatu penyakit lain (Ratnayani, 2012).

Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghilangkan,

membersihkan, menahan pembentukan, ataupun meniadakan efek oksigen reaktif

(Lautan, 1997). Suatu senyawa dikatakan memiliki sifat antioksidan bila senyawa

tersebut mampu mengikat satu atau lebih elektron kepada senyawa prooksidan,

kemudian mengubah senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih stabil

(Winarsi, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa ekstrak tanaman memiliki

senyawa yang bersifat antioksidan seperti senyawa fenolik, flavonoid yang lebih

efektif dan lebih aman daripada antioksidan sintetis, seperti butylated

hydroxytoluene. Antioksidan seperti asam fenolat, polifenol, flavonoid

menghambat radikal peroksida, hidroperoksida atau lipid peroxyl, menghambat

mekanisme oksidatif, sehingga mencegah penyakit degeneratif, selain itu berguna

sebagai anti tumor dan mempunyai efek pencegahan pada kerusakan hati.

Flavonoid memiliki kemampuan anti-inflamasi dan antioksidan yang terbukti

mampu menghambat proses stres oksidatif pada penyakit kardiovaskular dan

neurodegeneratif (Inggrid, dkk., 2014).

Salah satu tanaman yang termasuk dalam daftar tumbuhan obat tradisional

Indonesia (TOTI) adalah tempuyung atau Sonchus arvensis L. (Asteraceae).

Tumbuhan ini dikenal di beberapa daerah dengan nama lobak air; lempung;

jombang; galibug dan rayana, merupakan tumbuhan herba yang menahun, tegak

mengandung getah, mempunyai akar tunggang yang kuat. Tumbuh di tempat

terbuka atau sedikit terlindungi, di tempat yang bertebing, di pematang, di

pinggiran saluran air (Chairul, dkk., 2003).

Daun tempuyung di Indonesia digunakan sebagai obat untuk

menghancurkan batu ginjal. Berdasarkan penelitian Budiharto, dkk., (2001), daun

tempuyung bisa digunakan sebagai alternatif pengobatan batu ginjal dengan biaya

yang relatif murah. Penelitian Bastian (2009) menunjukkan ekstrak daun

tempuyung dengan dosis 200 mg/kg bb mempunyai efek anti inflamasi yang

sama dengan suspensi indometasin dosis 10 mg/kg bb.

Selain itu juga tempuyung biasa digunakan untuk mengobati memar akibat

terbentur dengan cara menempelkannya pada bagian yang bengkak, infeksi usus,

Universitas Sumatera Utara


disentri, wasir, antiradang, menghilangkan rasa lesu, pegal–pegal dan rematik

(Chairul, dkk., 2003).

Melihat khasiat tempuyung dalam pengobatan tradisional digunakan

sebagai infeksi usus, antiradang, dan rematik kemungkinan khasiat yang

ditimbulkan ada hubungannya dengan senyawa–senyawa aktif bersifat sebagai

antioksidan yang terkandung didalamnya. Hal ini disebabkan senyawa–senyawa

antioksidan mempunyai khasiat yang dapat mengatasi berbagai macam gangguan

metabolik dan keadaan patologik seperti, kardiovaskular, respiratorik, infeksi,

peradangan, karsinogenesis dan proses penuaan (Chairul, dkk., 2003).

Tempuyung banyak mengandung senyawa kimia, seperti golongan

flavonoid (kaemferol, luteolin-7-O-glukosida dan apigenin-7-O-glukosida),

kumarin, dan taraksasterol (Sriningsih, dkk., 2012). Selain itu juga mengandung

lutein, flavon, flavonol dan auron. Di dalam tumbuhan, flavonoid ada dalam

bentuk glikosida dan aglikon flavonoid (Pramono, dkk., 1993). Dan pada ekstrak

etanol diketahui banyak mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid dan

flavonoid (Murtadlo, dkk., 2013).

Flavonoid merupakan salah satu dari kelompok senyawa fenolik yang

dapat ditemukan di buah dan sayur (Farkas, dkk., 2004). Umumnya terkandung

dalam tumbuhan dengan peran sebagai senyawa yang mengatur sistem

pertumbuhan. Tidak hanya berfungsi dalam tumbuhan, tetapi flavonoid

mempunyai efek yang bermacam–macam terhadap organisme. Senyawa ini

merupakan senyawa pereduksi yang baik karena mengandung gugus hidroksil.

Flavonoid dapat bertindak sebagai pendonor hidrogen terhadap radikal bebas

Universitas Sumatera Utara


dalam menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzimatis ataupun tidak

(Robinson, 1991).

Beberapa tahun belakangan ini, flavonoid telah diteliti memiliki potensi

yang besar untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh penangkap radikal

bebas. Senyawa fenolik telah diketahui memiliki berbagai efek biologis seperti

aktivitas antioksidan melalui mekanisme sebagai penginduksi, penangkapan

radikal bebas, pengkhelat logam, peredam terbentuknya oksigen singlet serta

pendonor elektron (Pribadi, dkk., 2005).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan pengujian kandungan total

fenol, total flavonoid dan antioksidan dengan menggunakan metode

pemerangkapan radikal bebas 1,1 –diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) dari ekstrak

etanol daun tempuyung.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

a. apakah nilai kandungan total fenol ekstrak etanol daun tempuyung yang

diukur dengan metode spektrofotometri menggunakan reagen Folin-

Ciocalteu dapat ditentukan ?

b. apakah nilai kandungan total flavonoid ekstrak daun tempuyung yang

diukur dengan metode kolorimetri menggunakan reagen AlCl3 dapat

ditentukan ?

c. apakah ekstrak etanol daun tempuyung mempunyai aktivitas sebagai

antioksidan dengan menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas

1,1 –diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH)?

Universitas Sumatera Utara


1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah :

a. kandungan total fenol ekstrak etanol daun tempuyung dapat ditentukan.

b. kandungan total flavonoid ekstrak etanol daun tempuyung dapat

ditentukan.

c. ekstrak etanol daun tempuyung mempunyai aktivitas sebagai antioksidan

dengan menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1 –diphenyl-

2-picrylhydrazil (DPPH).

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesa di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui :

a. kandungan total fenol ekstrak etanol daun tempuyung.

b. kandungan total flavonoid ekstrak etanol daun tempuyung.

c. kekuatan aktivitas antioksidan dalam ekstrak etanol daun tempuyung.

1.5 Manfaat Penelitian

Data karakteristik dan hasil skrining fitokimia simplisia tempuyung dapat

digunakan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya. Memberikan informasi tentang

kandungan total fenol dan kandungan total flavonoid dalam ekstrak etanol daun

tempuyung serta menambah inventaris tumbuhan obat yang berkhasiat sebagai

antioksidan.

Universitas Sumatera Utara


1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Kandungan Total Fenol Nilai absorbansi


EEDT sampel EEDT

Ekstrak Etanol
Kandungan Total Nilai absorbansi
Daun Tempuyung Flavonoid EEDT sampel EEDT
(EEDT)
Uji aktivitas
antioksidan dengan Nilai IC50 EEDT
metode DPPH

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radikal bebas

Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih

elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah

menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol menghasilkan ikatan silang dengan

DNA, protein, lipida, atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang

penting pada biomolekul. Perubahan ini akan menyebabkan proses penuaan.

Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit

degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, jantung koroner, katarak dan penyakit

degeneratif lainnya (Silalahi, 2006).

Radikal bebas menyebabkan kerusakan sel dengan tiga cara (Sayuti dan

Rina, 2015) yaitu :

1. Peroksidasi komponen lipid dari membran sel dan sitosol.

Menyebabkan serangkaian reduksi asam lemak (otokatalisis) yang

mengakibatkan kerusakan membran dan organel sel.

2. Kerusakan DNA,

Kerusakan DNA ini dapat mengakibatkan mutasi DNA bahkan dapat

menimbulkan kematian sel.

3. Modifikasi protein teroksidasi oleh karena terbentuknya cross linking protein,

melalui mediator sulfidril atas beberapa asam amino labil seperti sistein,

metionin, lisin dan histidin.

Universitas Sumatera Utara


Ada berbagai radikal bebas turunan dari C dan N, akan tetapi yang paling

banyak diketahui adalah radikal oksigen. Radikal bebas bisa terbentuk ketika

komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui proses metabolisme.

Pada proses metabolisme ini, sering kali terjadi kebocoran elektron. Dalam

kondisi ini , mudah sekali terbentuk radikal bebas seperti anion superoksida,

hidroksil dan lain-lain. Radikal bebas juga dapat terbentuk dari senyawa lain yang

sebenarnya bukan radikal bebas, tetapi mudah berubah menjadi radikal bebas.

Misalnya Hidrogen perokisda (H O ). Kedua kelompok senyawa tersebut


2 2

diistilahkan sebagai Senyawa Oksigen Reaktif (SOR) (Sayuti dan Rina, 2015).

Pembentukan radikal bebas terjadi secara terus menerus di dalam tubuh.

Hal ini terjadi melalui proses metabolisme sel normal, proses peradangan,

kekurangan nutrisi, maupun sebagai respons adanya radiasi sinar gama, ultraviolet

(UV), polusi lingkungan dan asap rokok serta diet (pola makan) (Sayuti dan Rina,

2015).

Menurut Hamid, dkk., (2010), radikal bebas terbentuk dari 3 tahapan

reaksi berantai berikut:

a. Tahap Inisiasi

(1) RH + initiator → R′ + H′

(2) R′ →R′ + O2→ ROO′

b. Tahap Propagasi

(1) R′ + O2→ ROO′

(2) ROO′ + RH → ROOH + R′

Universitas Sumatera Utara


c. Tahap Terminasi

(1) R′ + R′ → RR

(2) R′ + ROO′ → ROOR

Tipe radikal bebas turunan oksigen reaktif sangat signifikan dalam tubuh.

Oksigen reaktif ini mencakup, hidroksil (OH`), peroksil (ROO`), hidrogen

peroksida (H2O2), singlet oksigen (O2*), oksida nitrit (NO`),

peroksinitrit(ONOO`) dan asam hipoklorit (HOCl) (Silalahi, 2006).

2.2 Antioksidan

Menurut Kosasih (2004), definisi antioksidan adalah zat yang dapat

menetralisir radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan

mendapat pasangan elektron sehingga tidak reaktif lagi.

Menurut Kumalaningsih (2006), antioksidan dapat dikelompokkan

menjadi 5 yakni:

a. Antioksidan primer

Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas

yang baru karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang

berkurang dampak negatifnya, yaitu sebelum sempat bereaksi. Contohnya adalah

enzim superoksida dismutase (SOD) yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya

sel-sel dalam tubuh karena radikal bebas.

b. Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap

radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi

Universitas Sumatera Utara


kerusakan yang lebih besar. Contohnya adalah vitamin E, vitamin C dan

betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.

c. Antioksidan tersier

Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki kerusakan sel-

sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas, biasanya yang

termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan

reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut

bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita kanker.

d. Oxygen scavanger

Antioksidan yang termasuk oxygen scavanger mengikat oksigen sehingga

tidak mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C.

e. Chelators atau sequesstrants

Mengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino.

Antioksidan disebut juga reduktor dan berfungsi mencegah terjadinya

oksidasi dengan cara menyumbangkan hidrogen dan atau elektron (Silalahi,

2006).

Antioksidan bekerja dengan cara memerangkap spesies oksigen reaktif,

menghambat pembentukan radikal, mengikat ion logam transisi, mencegah

‾).Dalam tubuh antioksidan diharapkan juga


terbentuknya radikal hidroksil (OH

mampu menghambat proses oksidasi. Proses oksidasi yang terjadi secara terus

menerus dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif dan penuaan dini.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Antioksidan alami

Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang

disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu menghambat terjadinya penyakit

degeneratif serta mampu menghambat peroksidase lipid pada makanan.

Antioksidan alami umumnya mengandung gugus hidroksi dalam strukrur

molekulnya (Kosasih, 2004).

Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik

atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat,

kumarin dan tokoferol. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan

meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin, flavanon dan kalkon. Senyawa

antioksidan alami polifenolik dapat bereaksi sebagai pereduksi, penangkap radikal

bebas, pengkelat logam dan peredam terbentuknya singlet oksigen

(Kumalaningsih, 2006).

2.2.2 Senyawa fenolat

Senyawa fenolat merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus

hidroksil yang menempel di cincin aromatik. Polifenol sendiri merupakan satu

senyawa yang memiliki lebih dari satu gugus fenol. Banyaknya variasi gugus pada

kerangka utama fenol menyebabkan kelompok fenolik memiliki banyak anggota.

Terdapat lebih dari 8.000 jenis senyawa yang termasuk dalam senyawa fenolik.

Salah satu contoh senyawa fenolik adalah asam galat yang termasuk dalam

kelompok asam fenolat. Asam galat merupakan trifenol yang biasanya terdapat di

daun teh dalam bentuk teresterifikasi bersama dengan katekin (Sandrasari, 2008).

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Flavonoid

Flavonoid terdiri dari struktur dasar 2-fenil-benzo-δ-piran atau inti flavan

dimana dua cincin benzen dihubungkan oleh cincin piran yang mengandung

oksigen. Flavonoid dibagi atas flavonol, flavon, flavan, dan isoflavon. Beberapa

contoh yang terdapat dalam pangan adalah miresistin, kuersetin, luteolin,

apigfenin, genistein, dan krisin. Senyawa flavonoid seperti kuersetin,

morin,miresitin, kaempferol, asam tanat, dan asam elagat merupakan antioksidan

kuat yang dapat melindungi makanan dari kerusakan oksidatif (Silalahi, 2006).

Senyawa flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol yang

mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam

konfigurasi C6 - C3 - C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan

3 karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham, 1988).

Struktur dasar dan sistem penomoran untuk turunan flavonoid dapat dilihat

pada Gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1 Struktur dasar flavonoid

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran dari flavonoid yang

berbeda dan jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal. Flavonoid pada

tumbuhan terdapat dalam berbagai bentuk struktur molekul dengan beberapa

bentuk kombinasi glikosida. Untuk menganalisis flavonoid lebih baik memeriksa

aglikon yang telah terhidrolisis daripada dalam bentuk glikosida dengan

Universitas Sumatera Utara


strukturnya yang rumit dan kompleks. Flavonoid dapat berkhasiat sebagai

antioksidan, antibakteri dan anti inflamasi (Harbone, 1984).

Flavonoid mempunyai sifat antioksidan dimana senyawa ini berperan

sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil. Karena

bersifat reduktor, flavonoid dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap

radikal bebas. Flavonoid dapat membentuk kompleks (kelat) dengan ion logam

transisi, misalnya besi, alumunium, sehingga tidak lagi bertindak sebagai

prooksidan. Dengan demikian, oksidasi dapat dicegah (Silalahi, 2006).

Sekitar 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan menjadi

flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya, sehingga flavonoid

merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar. Lebih lanjut disebutkan

bahwa sebenarnya flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau, sehingga

pastilah ditemukan pula pada setiap telaah ekstrak tumbuhan (Markham, 1988).

Kuersetin (3,4-dihidroksiflavonol) merupakan senyawa flavonoid dari

kelompok flavonol dan terdapat terutama pada daun teh, tomat, apel, kakao, anggr

dan bawang yang memiliki sifat antioksidan yang sangat potensial. Dengan

mengkonsumsi kuersetin dalam jumlah yang cukup (50-200 mg per hari), maka

dapat bermanfaat memberi perlindungan karena berperan sebagai senjata

pemusnah radikal sehingga dapat mencegah penuaan dini (Kosasih,2004).

2.3 Metode pengujian aktivitas antioksidan

Berdasarkan reaksi kimia yang terjadi, metode pengujian aktivitas

antioksidan dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu : (1) berdasarkan trasnfer

elektron atom hidrogen (hydrogen atom transfer, HAT) dan (2) berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


transfer elektron (electron transfer, ET). Pengujian dengan metode HAT

didasarkan pada reaksi sintetik, dan melibatkan reaksi kompetisi dimana

antioksidan dan substrat bersaing membentuk radikal peroksil yang dihasilkan

melalui dekomposisi senyawa azo. HAT digunakan uyntuk mengukur

kemampuan antioksidan dalam menghambat radikal bebas (radikal peroksil) oleh

donor atom hidrogen (Sandrasari, 2008).

Sedangkan metode ET didasarkan pada reaksi redoks. Metode ini

digunakan untuk mengukur kapasitas antioksidan yang ditandai dengan perubahan

warna pada saat reaksi redoks terjadi. Pada metode ini, reaksi berjalan lebih

lambat dibandingkan dengan metode HAT dan reaksi dipengaruhi oleh jenis

pelarut dan kondisi pH. Metode ini merupakan metode yang sangat populer.

Termasuk dalam metode ini adalah pengukuran total fenol menggunakan reagen

Folin-Ciocalteu (FCR), TEAC/ABTS, DPPH dan reducing power.

Dalam reaksinya, metode ini dipengaruhi oleh dua komponen yaitu

antioksidan dan oksidan. Dasar dari reaksi ini adalah reaksi transfer elektron.

Oksidan yang memperoleh elektron dari antioksidan akan mengalami perubahan

warna. Tingkat perubahan warna sebanding dengan konsentrasi antioksidan. Titik

akhir reaksi dicapai ketika perubahan warna tidak terjadi lagi. Perubahan nilai

absorbansi diplot terhadap konsentrasi antioksidan yang digambarkan pada krva

linier. Slope kurva menunjukkan kapasitas reduksi dari antioksidan, yang

diekspresikan sebagai trolox equivalen (TE) atau gallic acid equivalent (GAE)

untuk pengujian total fenol (Sandrasari, 2008).

Ada dua cara untuk menentukan kandungan fenol suatu sampel. Pertama,

dengan metode Folin-Ciocalteu (FC), yang merupakan metode paling umum

Universitas Sumatera Utara


digunakan untuk menetukan total fenol. Hasil yang didapatkan adalah estimasi

kandungan total fenol. Alternatif lainnya adalah dengan tehnik identifikasi dan

karakterisasi masing-masing senyawa fenol, seperti dengan tehnik Thin layer

chromatography, Liquid chromatography, dan Gas chromatography. Hasil yang

didapat adalah jenis-jenis fenol yang dikandung, kuantitas masing-masing dan

kadar totalnya (Viranda, 2009).

Metode untuk menentukan senyawa fenol pada suatu bahan diawali oleh

penemuan Folin dan rekan-rekannya di Institut Medikal Harvard dalam penelitian

metabolisme protein pada manusia. Folin dan Dennis melaporkan metode

kolorimetrik untuk mendeteksi asam amino tirosin dalam protein hidrolisat.

Metode ini didasarkan pada reagen campuran fosfotungstat (WO4)2-

fosfomolibdat (MoO4)2- yang bereaksi dengan gugus hidroksil fenolik pada

tirosin, menghasilkan warna biru. Intensitas warna ini dapat diukur serapanya

dengan menggunakan spektrofotometer (Ratna, 2009).

DPPH pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Goldschmidt dan

Renn. DPPH berwarna ungu pekat seperti KMnO4, bersifat tidak larut dalam air.

DPPH (1,1-diphenyl-2-picrilhydrazil) merupakan radikal bebas yang stabil pada

suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan

beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. DPPH menerima elektron atau radikal

hidrogen akan membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan

dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH,

akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH (Molyneux,2004).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 Struktur kimia DPPH

Prinsip pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah

mengukur daya peredaman sampel (ekstrak) terhadap radikal bebas DPPH. DPPH

akan bereaksi dengan atom hidrogen dari senyawa peredaman radikal bebas

membentuk DPP Hidrazin yang lebih stabil. Senyawa peredaman radikal bebas

yang bereaksi dengan DPPH akan menjadi radikal baru yang lebih stabil atau

senyawa bukan radikal (Sandrasari,2008). Reaksi antara DPPH dengan atom H

dari senyawa antioksidan dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut :

Gambar 2.3 Reaksi antara DPPH dengan senyawa antioksidan

Panjang gelombang maksimum (λmaks) yang digunakan dalam pengukuran

sampel uji sangat bervariasi. Menurut beberapa literatur panjang gelombang

maksimum untuk DPPH antara lain 515 nm, 516 nm, 517 nm, 518 nm, 519 nm,

dan 520 nm. Apabila pengukuran menghasilkan tinggi puncak maksimum, maka

Universitas Sumatera Utara


itulah panjang gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang yang disebutkan di

atas. Nilai absorbansi yang mutlak tidaklah penting, karena panjang gelombang

dapat diatur untuk memberikan absorbansi maksimum sesuai dengan alat yang

digunakan (Molyneux,2004).

2.4 Uraian tumbuhan

Tanaman tempuyung termasuk famili Asteraceae dan spesies Sonchus

arvensis L. dikenal dengan beberapa nama daerah antara lain; lobak air, lempung

jombang dan lain-lain, merupakan tumbuhan herba yang menahun, tegak

mengandung getah, mempunyai akar tunggang yang kuat. Tumbuhan ini hidup

liar,di daerah yang banyak hujan pada ketinggian50-1650 m dpl. Tumbuh di

tempat terbuka atau sedikit terlindung di tempat yang bertebing, dipematang, di

pinggir saluran air (Chairul, 2003).

2.4.1 Morfologi tumbuhan

Tempuyung memiliki ciri fisik yang khas, yaitu daun tunggal yang

berbentuk lanset atau lonjong dengan panjang 6-48 cm dan lebar 3-12 cm, tepi

daun menyirip tidak beraturan dan berwarna hijau muda. Bunga berbentuk

bonggol yang tergabung dalam malai, bertangkai, mahkota berbentuk jarum

dengan warna putih. Buah tempuyung berbentuk kotak dan berusuk lima,

berwarna kuning dengan panjang hingga 4mm. Tempuyung juga memiliki

rizhoma berdiameter 0,25-0,5 cm, berasal dari akar utama dan bercabang – cabang

kecil, kedalaman tanah yang dapat ditembus perakaran tempuyung mencapai 2-5

inchi (5-12cm), tapi tunas vegetatif dapat mencapai kedalaman tanah hingga 2 m

(Wardani, 2004).

Universitas Sumatera Utara


2.4.2 Sistematika tumbuhan

Berikut ini adalah sistematika tumbuhan :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Famili : Asteracaea

Genus : Sonchus

Spesies : Sonchus arvensis L.

2.4.3 Kandungan Kimia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun tempuyung mengandung

flavonoid (kaemferol, luteolin-7-O-glukosida dan apigenin-7-O-glukosida),

kumarin, dan taraksasterol (Sriningsih, dkk., 2012).

Daun tempuyung telah banyak digunakan untuk pengobatan terutama

untuk pengobatan batu ginjal (Budiharto, dkk., 2001), asam urat (Susantri, 2013),

antihipertensi (Pradono, 2010), immunomodulator (Sukmayadi, dkk., 2014), dan

anti inflamasi (Bastian, 2009).

2.5 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut

cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke

dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Diketahui

Universitas Sumatera Utara


senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut

dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes, RI., 2000).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), beberapa metode ekstraksi

yang sering digunakan dalam berbagai penelitian antara yaitu :

A. Cara Dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

suhu kamar. Maserasi kinetik dilakukan dengan pengadukan yang kontinu.

Remaserasi dilakukan dengan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyarian maserat pertama dan seterusnya.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu

baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada suhu

kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi

antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) yang terus-

menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

B. Cara Panas

1. Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut

pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Universitas Sumatera Utara


2. Digesti

Digesti adalah proses penyarian simplisia dengan pengadukan secara terus-

menerus pada temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50°C.

3. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut

yang selalu baru, yang umumnya dilakukan dengan alat khusus (menggunakan

alat Sokhlet) sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif

konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut

air pada temperatur 90°C selama waktu 15 menit.

5. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut

air pada temperatur 90°C selama 30 menit.

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Ditjen POM RI, 1995).

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan tahapan

pengumpulan dan pengolahan bahan tanaman, pembuatan simplisia, pemeriksaan

karakteristik, pembuatan ekstrak etanol, skrining fitokimia, penetapan kadar total

fenol, penetapan kadar flavonoid dan pengujian aktivitas antioksidan dengan

menggunakan metode peredaman radikal bebas 1,1 diphenyl-2-picrylhydrazil

(DPPH) dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visibel. Penelitian ini

dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Penelitian, Fakultas

Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat–alat

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat–alat gelas

laboratorium, blender, lemari pengering, rotary evaporator, seperangkat alat

destilasi penetapan kadar air, tanur, neraca analitik, mikroskop, object glass, labu

alas bulat, tabung reaksi, corong, kertas saring, plat tetes, pipet tetes, corong

pisah, penjepit tabung, spatula, cawan penguap, kertas perkamen, alumunium foil,

beaker glass, kurs porselen dan spektrofotometer UV-Visibel.

3.1.2 Bahan–bahan

Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi daun

tempuyung (Sonchus arvensis L.), kertas saring dan akuades. Bahan–bahan kimia

lainnya yang berkualitas pro analisis adalah, DPPH (sigma), kuersetin, metanol,

toluen, kloroform, kloralhidrat, kalium iodida, bismuth (III) nitrat, besi (III)

Universitas Sumatera Utara


klorida, asam klorida pekat, asam sulfat pekat, timbal (II) asetat, natrium

karbonat, dan asam galat. Bahan kimia berkualitas teknis; etanol 96%.

3.2 Penyiapan Tumbuhan

Penyiapan tumbuhan meliputi pengumpulan tumbuhan, identifikasi

tumbuhan dan pengolahan tumbuhan.

3.2.1 Pengumpulan Tumbuhan

Pengumpulan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang diambil

yaitu daun tempuyung yang masih segar dari Desa Besukun Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanese Universitas

Sumatera Utara.

3.2.3 Pengolahan Tumbuhan

Daun tempuyung yang telah dikumpulkan dibersihkan dari pengotoran,

selanjutnya dicuci dibawah air mengalir beberapa kali hingga bersih. Kemudian

ditiriskan lalu disebarkan diatas perkamen sampai merata hingga airnya terserap,

setelah itu ditimbang, diperoleh berat basah, kemudian dikeringkan dilemari

pengering. Setelah sampel kering ditimbang, sampel yang sudah kering

dihaluskan sampai menjadi serbuk dengan menggunakan blender dan dimasukkan

ke dalam wadah plastik tertutup agar terlindung dari cahaya.

Universitas Sumatera Utara


3.3 Pembuatan Pereaksi

3.3.1 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, dilarutkan dalam air suling

secukupnya, lalu ditambahkan 2 g iodium kemudian ditambahkan air suling

hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes, RI., 1995).

3.3.2 Pereaksi Mayer

Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam air suling sebanyak 60

ml, pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodid lalu dilarutkan dalam

10 ml air suling, kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga

diperoleh larutan 100 ml (Depkes, RI., 1995).

3.3.3 Pereaksi Dragendorff

Sebanyak 0,8 g bismut (III) nitrat ditimbang, dilarutkan dalam 20 ml sam

nitrat pekat, pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida, dilarutkan

dalm 50 ml air suling, kemudian kedua larutan dicampurkan dan didiamkan

sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan

air suling hingga volume larutan 100 ml (Depkes, RI., 1995).

3.3.4 Pereaksi Molish

Sebanyak 3 g α- naftol ditimbang, dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N

hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes, RI., 1995).

3.3.5 Pereaksi asam klorida 2 N

Sebanyak 17 ml larutan asam klorida pekat ditambahkan air suling hingga

diperoleh larutan 100 ml (Depkes, RI., 1995).

3.3.6 Pereaksi asam sulfat 2 N

Sebanyak 5,4 ml larutan asam sulfat pekat ditambahkan air suling sampai

100 ml (Depkes, RI.,1995).

Universitas Sumatera Utara


3.3.7 Pereaksi natrium hidroksida 2 N

Sebanyak 8 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dengan air suling

sebanyak 100 ml (Depkes, RI., 1995).

3.3.8 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam

air suling bebas karbon dioksida sebanyak 100 ml (Depkes, RI.,1995).

3.3.9 Pereaksi besi (III) klorida 1%

Sebanyak 1 g besi (III) klorida ditimbang , kemudian dilarutkan dalam air

secukupnya hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes, RI., 1995).

3.3.10 Pereaksi kloralhidrat

Sebanyak 8 gram kristal kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 10

ml air suling (Depkes, RI., 1995).

3.3.11 Pereaksi Liebermann-Burchard

Sebanyak 20 bagian asam asetat anhidrat dicampur dengan 1 bagian asam

sulfat pekat. Larutan pereaksi ini harus dibuat baru (Harborne, 1984).

3.3.12 Pereaksi alumunium klorida 10%

Sebanyak 1 g alumunium klorida ditimbang kemudian dilarutkan dalam

akuades hingga diperoleh volume larutan 10 ml.

3.3.13 Pereaksi natrium asetat 1M

Sebanyak 0,82 g natrium asetat ditimbang kemudian dilarutkan dalam

akuades hingga diperoleh volume larutan 10 ml.

3.3.14 Larutan natrium karbonat 20%

Sebanyak 4 g natrium karbonat ditimbang kemudian dilarutkan dalam

akuades hingga diperoleh volume larutan 10 ml (Depkes, RI., 1995).

Universitas Sumatera Utara


3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik

dan mikroskopik, penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol,

kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam (Depkes, RI., 1995).

3.4.1 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati morfologi

simplisia daun tempuyung dengan cara memperhatikan warna, bentuk, dan tekstur

sampel.

3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia daun tempuyung

dilakukan dengan cara menaburkan simplisia di atas gelas preparat yang telah

diteteskan dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan gelas penutup kemudian

dilihat di bawah mikroskop.

3.4.3 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi (destilasi

toluen). Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung,

tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml, alat penampung dan pemanas listrik.

Cara kerja :

Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu

alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2

jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit. Kemudian

volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml, lalu ke

dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang

seksama. Labu dipanaskan hati – hati selama 15 menit. Pada saat toluen mendidih,

setelah itu kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar

Universitas Sumatera Utara


air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik.

Saat semua air terdestilasi, setelah itu dibilasi bagian dalam pendingin dengan

toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit kemudian tabung penerima dibiarkan

mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume

air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai

dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air

dihitung dalam persen (WHO, 1998).

3.4.4 Penetapan kadar sari larut air

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan, dimaserasi selama 24 jam

dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml) dalam

labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama

18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan

penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan

pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut

dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes, RI., 1995).

3.4.5 Penetapan kadar sari larut etanol

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan dimaserasi selama 24 jam

dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6

jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring, 20 ml filtrat

diuapkan sampai kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah ditara dan

sisanya dipanaskan pada suhu 105°C samapai bobot tetap. Kadar sari larut etanol

dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes, RI., 1995).

3.4.6 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama

dimasukkan kedalam kurs platina atau kurs silikat yang telah dipijar dan ditara,

Universitas Sumatera Utara


kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan – lahan sampai arang habis, pemijaran

dilakukan pada suhu 600°C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang

sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan diudara (Depkes, RI., 1995).

3.4.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan abu didinginkan dalam 25 ml asam

klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan,

disaring dengan kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijar sampai

bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut

asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan di udara (Depkes, RI., 1995).

3.5 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia serbuk simplisia daun tempuyung meliputi :

pemeriksaan senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, tanin, dan saponin.

3.5.1 Pemeriksaan alkaloid

Serbuk simplisia daun tempuyung ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian

ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas

penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh

dipakai untuk uji alkaloida: diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan

0,5 ml filtrat

Pada masing – masing tabung reaksi :

1. Tabung 1 ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer

2. Tabung 2 ditambahkan 2 tetes pereaksi Bauchardat

3. Tabung 3 ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff

Universitas Sumatera Utara


Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit

dua dari tiga percobaan diatas (Depkes, RI., 1995).

3.5.2 Pemeriksaan flavonoid

Sebanyak 10 g serbuk simplisia daun tempuyung ditambahkan 100 ml air

panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang

diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 1 ml HCl

pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok, dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif

jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth,

1966).

3.5.3 Pemeriksaan glikosida

Serbuk simplisia daun tempuyung ditimbang sebanyak 3 g lalu disari

dengan 30 ml campuran etanol 95% dengan air (7:3) dan 10 ml asam klorida 2 N,

direfluks selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat

ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok,

didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, tiap kali dengan 20

ml campuran isopropanol dan kloroform (2:3). Pada kumpulan sari tambahkan

natrium sulfat anhidrat, disari dan diuapkan pada suhu 50°C. Sisanya dilarutkan

dalam 2 ml metanol. Larutan ini digunakan untuk percobaan berikut : 0,1 ml

larutan percobaan dimasukkan dalam tabung reaksi dan diuapkan di atas penangas

air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish. Kemudian secara

perlahan–lahan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung,

terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan ikatan

gula (Depkes, RI., 1995).

Universitas Sumatera Utara


3.5.4 Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu

filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml lalu

ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida. Terjadi warna biru atau

hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

3.5.5 Pemeriksaan saponin

Sebanyak 0,5 g sebuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan

ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat

selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-

10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang

menunjukkan adanya saponin (Depkes, RI., 1995).

3.5.6 Pemeriksaan steroid/ triterpenoid

Sebanyak 1 g serbuk simplisia di maserasi dengan 20 ml n-heksan selama

2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa

ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liebermenn-Bauchardat. Timbulnya warna

biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroid, sedangkan warna merah, merah

muda atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid (Harborne, 1987).

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (EEDT)

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara serbuk simplisia diekstraksi

dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Caranya 300 g serbuk

simplisia dimasukkan ke dalam bejana, dituangi dengan 2250 ml etanol 96% ,

kemudian ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindungi dari cahaya sambil

sering diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai. Ampas dicuci dengan

etanol 96% secukupnya hingga diperoleh 3000 ml. Pindahkan kedalam bejana

Universitas Sumatera Utara


tertutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindungi cahaya selama 2 hari. Kemudian di

endaptuangkan. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan alat rotary evaporator,

kemudian ekstrak dikeringkan dengan teknik penguapan menggunakan waterbath

hingga diperoleh ekstrak kental (Ditjen, POM., 1979).

3.7 Penetapan Kandungan Total Fenol EEDT

Penetapan kandungan total fenol ekstrak daun tempuyung dilakukan

secara spektrofotometri menggunakan reagen Folin-Ciocalteu dan asam galat

sebagai pembanding. Prinsip dari metode ini yaitu terbentuknya senyawa

kompleks berwarna biru akibat reaksi antara senyawa fenolik pada sampel dengan

reagen Folin-Ciocalteu dalam suasana basa yang dapat diukur dengan

spektrofotometer visibel, lalu disetarakan dengan asam galat (Orak, 2006).

3.7.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Asam Galat

Dibuat larutan asam galat dengan konsentrasi 500 μg/ml. Sebanyak 5,0 mg

asam galat dilarutkan dalam 10 ml metanol pro analysis.

3.7.2 Penentuan Operating Time

Dibuat larutan asam galat dengan konsentrasi 500 μg/ml. Kemudian

diambil larutan sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.

Ditambahkan 7,9 ml akuades dan 0,5 ml larutan Folin-Ciocalteu. Kemudian

divortex selama selama satu menit. Larutan di pindahkan kedalam labu tentukur

10 ml kemudian di cukupkan dengan larutan Natrium Karbonat 20 %. Diukur

absorbansi larutan pada panjang gelombang 775 nm setiap 1 menit dan diamati

kapan larutan tersebut mulai menghasilkan absorban yang stabil yang akan

digunakan sebagai operating time.

Universitas Sumatera Utara


3.7.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat

Dibuat larutan asam galat dengan konsentrasi 500 μg/ml. Kemudian

diambil larutan sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.

Ditambahkan 7,9 ml akuades dan 0,5 ml larutan Folin-Ciocalteu. Kemudian

divortex selama selama satu menit. Larutan di pindahkan kedalam labu tentukur

10 ml kemudian di cukupkan dengan larutan Natrium Karbonat 20 %. Kemudian

larutan diinkubasi selama waktu operating time. Ukur panjang gelombang

maksimum menggunakan spektrofotometer visibel pada rentang 400nm – 800nm.

3.7.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Galat

Dibuat larutan asam galat dengan konsentrasi 15,625; 31,25; 62,5; 125;

250 dan 500 μg/ml. Kemudian diambil masing–masing larutan sebanyak 0,1 ml

dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 7,9 ml akuades dan 0,5 ml

larutan Folin-Ciocalteu. Kemudian divortex selama selama satu menit.

Larutan dipindahkan ke dalam labu tentukur 10 ml kemudian dicukupkan

dengan larutan Natrium Karbonat 20 %. Kemudian larutan diinkubasi selama

waktu operating time. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum

dan didapat kurva kalibrasi asam galat serta persamaan garis linear y = ax + b.

3.7.5 Penetapan Kandungan Fenol Total

Sebanyak kurang lebih 10,0 mg sampel ekstrak etanol daun tempuyung

dilarutkan dalam 10 ml methanol. Diambil larutan sebanyak 0,1 ml dan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 7,9 ml akuades dan 0,5 ml

larutan Folin-Ciocalteu. Kemudian divortex selama selama satu menit. Larutan

dipindahkan ke dalam labu tentukur 10 ml kemudian dicukupkan dengan larutan

Natrium Karbonat 20 %. Kemudian larutan diinkubasi selama waktu operating

time. Ukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang

Universitas Sumatera Utara


gelombang maksimum sebanyak 5 kali untuk satu kali pengukuran dan diambil

rata – ratanya. Pengukuran dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 kali.

Kadar total fenol ekstrak daun tempuyung dihitung dengan menggunakan

substitusi nilai–nilai absorbansi rata–rata sampel ke dalam persamaan regresi

linear yang didapat dari kurva kalibrasi untuk mendapatkan konsentrasinya. Nilai

konsentrasi sampel yang didapat kemudian disusbtitusikan lagi kedalam rumus

perhitungan kadar total fenol berikut :

Kadar total fenol =

Keterangan : x = Konsentrasi (μg/ml )

V = Volume larutan sampel ( ekstrak ) ( L )

FP = Faktor pengenceran larutan sampel

BS = Berat sampel ( g )

Kadar total fenol disajikan dalam satuan mg ekuivalen asam galat / gram

sampel (mg GAE/g).

3.8 Penetapan Kandungan Flavonoid Ekstrak Etanol Daun Tempuyung

Penetapan kandungan flavonoid ekstrak daun tempuyung menggunakan

metode kolorimetri alumunium klorida dengan pengukuran absorbansi secara

spektrofotometer (Chang, dkk., 2002) dan sebagai standart digunakan kuersetin.

3.8.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Kuersetin

Dibuat larutan kuersetin dengan konsentrasi 100 μg/ml. Sebanyak 1 mg

kuersetin dilarutkan dalam 10 ml metanol pro analysis.

Universitas Sumatera Utara


3.8.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin

Dibuat larutan kuersetin dengan konsentrasi 100 μg/ml. Kemudian diambil

larutan sebanyak 2 ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur. Ditambahkan 0,1

ml AlCl3 dan 0,1 ml natrium asetat. Kemudian ditambahkan akuades sebanyak

2,8 ml dan diinkubasi selama 40 menit. Ukur panjang gelombang maksimum

menggunakan spektrofotometer visibel pada rentang 400 nm – 800 nm.

3.8.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kuersetin

Dibuat larutan kuersetin dengan konsentrasi 6,25; 12,5; 25; 50 dan 100

μg/ml. Kemudian diambil masing–masing larutan sebanyak 2 ml dan dimasukkan

ke dalam labu tentukur 5 ml. Ditambahkan 0,1 ml AlCl3 dan 0,1 ml natrium

asetat. Kemudian ditambahkan akuades sebanyak 2,8 ml dan diinkubasi selama 40

menit. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum dan didapat

kurva kalibrasi kuersetin serta persamaan garis linear y = ax + b.

3.8.4 Penetapan Kandungan Flavonoid

Sebanyak 25 mg sampel ekstrak etanol daun tempuyung dilarutkan dalam

25 ml methanol. Diambil larutan sebanyak 3 ml dan dimasukkan ke dalam labu

tentukur 10 ml. Ditambahkan metanol sampai garis tanda sehingga konsentrasi

larutan menjadi 300 μg/ml. Dari larutan dengan konsetrasi 300 μg/ml diambil 2

ml dan diukur dengan 2 kali pengulangan. Sampel dengan konsentrasi 300 μg/ml

diambil sebanyak 2 ml kemudian ditambahkan sebanyak 0,1 ml AlCl3 , 0,1 ml

Natrium asetat dan 2,8 ml akuades. Ukur absorbansinya menggunakan

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 400 – 800 nm sebanyak 5 kali

untuk satu kali pengukuran dan diambil rata – ratanya.

Kadar flavonoid ekstrak daun tempuyung dihitung dengan menggunakan

substitusi nilai–nilai absorbansi rata–rata sampel ke dalam persamaan regresi

Universitas Sumatera Utara


linear yang didapat dari kurva kalibrasi untuk mendapatkan konsentrasinya. Nilai

konsentrasi sampel yang didapat kemudian disusbtitusikan lagi kedalam rumus

perhitungan kadar total flavonoid berikut :

Kadar flavonoid =

Keterangan : x = Konsentrasi (μg/ml )

V = Volume larutan sampel ( ekstrak ) ( L )

FP = Faktor pengenceran larutan sampel

BS = Berat sampel ( g )

Kadar flavonoid disajikan dalam satuan mg ekuivalen kuersetin / gram

sampel (mg Q/g).

3.9 Pengujian Kemampuan Antioksidan dengan Spektrofotometer

3.9.1 Prinsip metode pemerangkapan radikal bebas DPPH

Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi DPPH sebagai

radikal bebas dalam larutan metanol sehingga terjadi perubahan DPPH dari ungu

menjadi kuning dengan nilai IC50 sebagai parameter menentukan aktivitas

antioksidan sampel (Molyneux, 2004).

3.9.2 Pembuatan larutan blanko

Sebanyak 9,8 mg DPPH ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu

tentukur 50 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda,

diperoleh larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 μg/ml).

Larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 μg/ml) dipipet sebanyak 5 ml,

kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml, lalu dicukupkan dengan

metanol sampai garis tanda (konsentrasi 40 μg/ml).

Universitas Sumatera Utara


3.9.3 Pembuatan larutan induk

3.9.3.1 Pembuatan larutan induk ekstrak etanol daun tempuyung

Sebanyak 25 mg ekstrak etanol daun tempuyung ditimbang, dimasukkan

ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya

dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 1000 μg/ml).

3.9.3.2 Pembuatan larutan induk kuersetin

Sebanyak 1 mg serbuk kuersetin ditimbang, dimasukkan kedalam labu

tentukur 10 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan

metanol sampai garis tanda (konsentrasi 100 μg/ml).

3.9.4 Pembuatan larutan uji

3.9.4.1 Pembuatan larutan uji ekstrak etanol daun tempuyung

Larutan induk dipipet sebanyak 0,16 ml; 0,31 ml; 0,625 ml dan 1,25 ml ke

dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 6,25 μg/ml,

12,5 μg/ml, 25 μg/ml, dan 50 μg/ml. Kedalam masing – masing labu tentukur

ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 1000 μg/ml) lalu

volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Diukur pada menit ke

30, 45 dan 60 menggunakan spektrofotometer UV-visibel dengan panjang

gelombang 516 nm.

3.9.4.2 Larutan uji kuersetin

Larutan induk dipipet sebanyak 0,3125ml; 0,625 ml; 1,25 ml; dan 2,5 ml

ke dalam labu tentukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 1,25

μg/ml, 2,5 μg/ml, 5 μg/ml dan 10 μg/ml.

Universitas Sumatera Utara


3.9.5 Analisa persen pemerangkapan radikal bebas DPPH

Menurut Molyneux (2004), penentuan persen pemerangkapan radikal

bebas oleh sampel uji, ekstrak etanol daun tempuyung dengan kuersetin sebagai

kontrol positif, menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1 –

diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH), yaitu dihitung dengan rumus:

% inhibisi = x 100 %

Keterangan : Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel

Asampel = Absorbansi sampel

3.9.6 Analisa nilai IC50

Perhitungan yang digunakan dalam penentuan aktivitas pemerangkapan

radikal bebas adalah nilai IC50 (Inhibitory Concentration), nilai tersebut

menggambarkan besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat memerangkap

radikal bebas sebesar 50%. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan

regresi dengan larutan uji (ppm) sebagai absis (sumbu x) dan nilai % inhibisi

(antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu y) (Molyneux, 2004).

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Bahan Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanese

Universitas Sumatera Utara menyebutkan bahwa tumbuhan yang digunakan

adalah tumbuhan tempuyung. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada

Lampiran 1 halaman 56.

4.2 Karakteristik Tumbuhan dan Simplisia

4.2.1 Pemeriksaan makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik daun tempuyung memiliki bentuk daun

tunggal, tidak bertangkai dengan helai daun berbentuk lonjong atau berbentuk

lanset; berlekuk menjari atau berlekuk tidak teratur. Pangkal daun menyempit

atau berbentuk panah sampai berbentuk jantung; dengan panjang 6 cm sampai 48

cm, lebar daun 2 cm sampai 10 cm; permukaan daun sebelah atas agak kasar dan

berwarna pucat. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 57.

4.2.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik daun tempuyung terlihat terdapat fragmen

berkas pembuluh berbentuk spiral dan stomata tipe anisositik pada epidermis

bawah pada Lampiran 3 halaman 59.

4.2.3 Pemeriksaan Kadar

Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut

dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut dalam asam dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia daun tempuyung

No Parameter Hasil (%) Syarat MMI


1. Kadar air 2,984 Tidak lebih dari 12%
2. Kadar sari larut dalam air 25,43 Tidak kurang dari 24%
3. Kadar sari larut dalam etanol 17,06 Tidak kurang dari 7,5%
4. Kadar abu total 16,51 Tidak lebih dari 17%
5. Kadar abu tidak larut asam 0,083 Tidak lebih dari 0,25%

Penetapan kadar air menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam

simplisia yang digunakan. Kadar air simplisia dilakukan untuk menjaga kualitas

simplisia karena kadar air mempunyai kaitan dengan kemungkinan pertumbuhan

jamur. Syarat kadar air untuk simplisia daun pada umumnya < 12%.

Penetapan kadar sari menunjukkan kandungan kimia terendah yang

terdapat dalam simplisia. Hasil dari kadar sari larut air lebih tinggi daripada kadar

sari larut etanol, karena dalam air terkandung senyawa kimia metabolit primer dan

sekunder terutama glikosida.

Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa

anorganik dalam simplisia, seperti mineral kalsium, magnesium, natrium dan

kalium serta kadar cemaran logam berat seperti timbal, merkuri, dan kadmium

sedangkan tujuan penetapan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar

zat anorganik yang tidak larut dalam asam, misalnya silikat. Semua hasil

karakterisasi memenuhi persyaratan MMI. Perhitungan hasil karakterisasi

simplisia dapat dilihat pada Lampiran 7 pada halaman 63.

Universitas Sumatera Utara


4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak etanol daun

tempuyung diketahui bahwa mengandung golongan senyawa – senyawa kimia

seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 di bawah ini

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan skrining fitokimia simplisia dan ekstrak daun
tempuyung

Hasil
No Pemeriksaan
Serbuk Simplisia Ekstrak Etanol
1 Alkaloid + +
2 Flavonoid + +
3 Glikosida + +
4 Saponin + +
5 Tanin + +
6 Steroid/triterpenoid + +

Keterangan : + ( mengandung senyawa )


- ( tidak mengandung senyawa )

Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa alkaloid,

flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid. Senyawa antioksidan

alami yang terdapat dalam tumbuhan, diantaranya senyawa polifenol yang

terdapat berupa golongan flavonoid. Senyawa – senyawa tersebut bertindak

sebagai penangkap radikal bebas karena gugus hidroksil yang dikandungnya dapat

mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas. Hal ini menunjukkan bahwa

simplisia daun tempuyung memiliki potensi sebagai antioksidan (Kumalaningsih,

2006; Silalahi, 2006).

4.4 Analisis Aktivitas

4.4.1 Pemeriksaan Kandungan Total Fenol

Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan cara metode

spektrofotometri menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu. Prinsip dari metode ini

Universitas Sumatera Utara


adalah terbentuknya senyawa kompleks berwarna biru akibat reaksi antara

senyawa fenolik dengan Folin-Ciocalteu yang dapat diukur pada panjang

gelombang 775 nm. Pereaksi ini mengoksidasi fenolik-hidroksi mereduksi asam

heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) yang terdapat dalam pereaksi folin

ciocalteu menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten berwarna biru yang dapat

dideteksi dengan spektrofotometer. Semakin besar konsistensi senyawa fenolik

maka semakin banyak ion fenolat yang dapat mereduksi heteropoli

(fosfomolibdat-fosfotungstat) menjadi kompleks molibdenum-tungsten sehingga

warna biru yang dihasilkan semakin pekat. Senyawa fenolik bereaksi dengan

reagen Folin-Ciocelatu hanya dalam suasana basa agar terjadi disosiasi proton

pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Suasana basa ini dibentuk dengan

menambahkan Na2CO3 20% (Alfian dan Susanti, 2012). Senyawa fenol yang

digunakan sebagai pembanding adalah asam galat. Pemilihan asam galat

didasarkan atas ketersediaan substansi yang stabil dan murni (Rahmawati, 2009).

4.4.1.1 Hasil penentuan operating time

Penetapan kadar fenol dimulai dengan melakukan operating time larutan

baku asam galat dengan konsentrasi 500 ppm segera setelah penambahan reagen

Folin-Ciocalteu dan larutan Na2CO3 20% pada panjang gelombang 765 nm.

Larutan tersebut mulai menghasilkan nilai absorban yang stabil pada menit ke 90.

Dengan demikian dipilih waktu pendiaman selama 90 menit sejak percampuran

sampel (Lampiran 8 pada halaman 68).

4.4.1.2 Hasil penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Pengukuran panjang gelombang maksimum menggunakan larutan baku

asam galat dengan konsentrasi 500 ppm, dilakukan pengukuran pada menit ke-90

setelah penambahan reagen Folin-Ciocalteu dan proses pengocokan selama 1

Universitas Sumatera Utara


menit serta dibasakan dengan NaCO3 20% menghasilkan panjang gelombang

maksimum 775 nm seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kurva Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat

4.4.1.3 Hasil penentuaan kurva kalibrasi asam galat

Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur absorbansi larutan dengan

konsentrasi 15,625; 31,25; 62,5; 125; 250 dan 500 μg/ml pada panjang gelombang

775 nm. Nilai absorban setiap konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Absorbansi Standart Asam Galat

Konsentrasi (ppm) Absorbansi


0 0,00000
15,625 0,04813
31,25 0,05702
62,5 0,09088
125 0,13991
250 0,21802
500 0,42700

Dari tabel tersebut diperoleh kurva kalibrasi seperti ditunjukkan pada

Gambar 4.2 berikut:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2 Kurva kalibrasi standart asam galat

Kurva kalibrasi didapat dari hubungan berbagai kadar asam galat dengan

absorbansi yang terbentuk. Dari kurva kalibrasi ini diperoleh nilai r. Nilai r

berkisaran antara 0 sampai 1 yang menunjukkan seberapa dekat nilai perkiraan

untuk analisis regresi yang mewakili data yang sebenarnya. Dari kurva kalibrasi

diatas diperoleh persamaan garis regresi y = 0,0007994907 x + 0,0277087624

dengan nilai r = 0,997474947.

4.4.1.4 Hasil pengukuran kadar total fenol

Kadar total fenol dihitung dengan mensubstitusikan nilai absorban (y)

sampel larutan ekstrak etanol daun tempuyung pada panjang gelombang

maksimum ke dalam persamaan regresi linear y = ax + b yang diperoleh dari

kurva kalibrasi asam galat sehingga diperoleh konsentrasinya (x). Nilai x

kemudian disubstitusikan dalam rumus perhitungan kadar total fenol. Pengukuran

kadar total fenol dilakukan dengan pengulangan sebanyak 5 kali dan diambil rata

– ratanya seperti yang disajikan dalam Tabel 4..

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4 Rata - rata kandungan total fenol

Berat sampel Rata – Rata Kadar Fenol Total


Pengulangan Absorban
(BS) Absorban (mg GAE/g sampel )
0,07532
0,07599
0,0118 1 0,07875 0,07769 52,97
0,07899
0,07951
0,07951
0,07912
0,0119 2 0,07845 0,07832 53,19
0,07784
0,07668
0,07487
0,07510
0,0111 3 0,07477 0,07473 52,98
0,07468
0,07423
Rata – rata Kadar Total Fenol 53,04 ± 0,46

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kadar total fenol yang terdapat

dalam ekstrak etanol daun tempuyung sebesar 53,04 ± 0,46 mg GAE/g ekstrak.

Kadar total fenol yang ditetapkan menurut metode kolorimetri dengan

pereaksi Folin-Ciocalteu bukanlah kadar absolut, tapi prinsipnya berdasarkan

kapasitas reduksi dari bahan yang diuji terhadap suatu reduksi ekivalen dari asam

galat (Rahmawati, 2009).

Kadar total fenol dipengaruhi oleh jenis pelarut. Fenol merupakan

senyawa yang bersifat polar sehingga kelarutannya paling tinggi dalam pelarut

polar. Pelarut yang bersifat polar mampu melarutkan fenol lebih baik sehingga

kadarnya dalam ekstrak menjadi tinggi (Moein dan Mahmood,2010).

Universitas Sumatera Utara


4.4.2 Pemeriksaan Kandungan Total Flavonoid

Penetapan kandungan total flavonoid dilakukan dengan cara mengunakan

metode kolorimetri menggunakan pereaksi Alumunium Klorida berdasarkan

metode Chang, dkk., (2002). Prinsip penetapan kadar flavonoid metode

alumunium klorida adalah terjadinya pembentukan kompleks antara alumunium

klorida dengan gugus keto pada atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom C-3 atau

C-5 yang bertetangga dari golongan flavon dan flavonol membentuk senyawa

stabil yang berwarna kuning. Senyawa yang digunakan sebagai standart dalam

percobaan ini adalah kuersetin, karena kuersetin merupakan flavonoid golongan

flavonol yang memiliki gugus keto pada atom C-4 dan juga gugus hidroksil pada

atom C-3 dan C-5 yang bersampingan.

4.4.2.1 Hasil penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Pengukuran serapan panjang gelombang maksimum dilakukan pada

rentang 400-800 nm. Pengukuran menggunakan larutan baku kuersetin dengan

konsentrasi 100 μg/ml, dilakukan pengukuran pada menit ke-40 setelah

penambahan reagen AlCl3 dan natrium asetat yang menghasilkan panjang

gelombang maksimum 432 nm seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Kurva panjang gelombang maksimum kuersetin

Universitas Sumatera Utara


4.4.2.2 Hasil penentuaan kurva kalibrasi kuersetin

Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur absorbansi larutan dengan

konsentrasi 6,25; 12,5; 25; 50 dan 100 μg/ml pada panjang gelombang 432 nm.

Nilai absorban setiap konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Absorbansi Standart Kuersetin

Konsentrasi (ppm) Absorbansi


0 0,00000
6,25 0,22269
12,5 0,44473
25 0,85591
50 1,71053
100 2,87875

Dari tabel tersebut diperoleh kurva kalibrasi seperti ditunjukkan pada

Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Kurva kalibrasi standart kuersetin

Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi y = 0,028931136 x +

0,084533733 dengan nilai r = 0,997760542. Nilai r yang mendekati 1

menunjukkan kurva kalibrasi linier dan terdapat hubungan antara konsentrasi

larutan kuersetin dengan nilai serapan.

Universitas Sumatera Utara


4.4.2.3 Hasil pengukuran kadar total flavonoid

Kadar total flavonoid dihitung dengan mensubstitusikan nilai absorban (y)

sampel larutan ekstrak etanol daun tempuyung pada panjang gelombang

maksimum ke dalam persamaan regresi linear y = ax + b yang diperoleh dari

kurva kalibrasi kuersetin sehingga diperoleh konsentrasinya (x). Nilai x kemudian

disubstitusikan dalam rumus perhitungan kadar total flavonoid. Pengukuran kadar

total flavonoid dilakukan dengan pengulangan sebanyak 2 kali dan diambil rata –

ratanya seperti yang disajikan dalam Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Rata – rata Kandungan Total Flavonoid

Berat Kadar Total


Rata – Rata
sampel Pengulangan Absorban Flavonoid
Absorban
(BS) (mg QE/g sampel )
0,39403
0,39388
0,0251 1 0,39371 0,39378 35.10
0,39357
0,39371
0,39525
0,39529
0,0253 2 0,39513 0,395038 34,98
0,39482
0,39470
Rata – rata kadar total Flavonoid 35,04 ± 0,077

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kadar total flavonoid yang

terdapat dalam ekstrak etanol daun tempuyung sebesar 35,04 ± 0,077 mg QE/g

ekstrak.

Flavonoid seperti kuersetin diketahui sebagai antioksidan yang potensial.

Aktivitas sebagai antioksidan dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan

adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya. Ketika senyawa -

Universitas Sumatera Utara


senyawa ini bereaksi dengan radikal bebas, mereka membentuk radikal baru yang

distabilkan oleh efek resonansi inti aromatik (Hertiani dkk., 2000).

Gambar 4.5 Pembentukan senyawa kompleks kuersetin-alumunium klorida

Tahapan analisis flavonoid dengan metode kolorimetri menggunakan

reagen alumunium klorida sebagai pereaksi kromogenik . Berdasarkan metode

analisis ini, flavonoid total yang terukur merupakan sumbangan dari golongan

flavon dan flavonol yang terdapat pada ekstrak karena hanya kedua kelompok

inilah yang mampu membentuk kompleks stabil dengan alumunium klorida pada

gugus keto C-4 dan C-3 atau C-5 dari gugus hidroksil yang dimiliki (Chang dkk.,

2002).

4.4.3 Pemeriksaan Kandungan Antioksidan

Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun tempuyung diperoleh dari hasil

pengukuran absorbansi DPPH dengan adanya penambahan larutan uji ekstrak

etanol daun tempuyung.

4.4.3.1 Hasil penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Hasil pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam

metanol diperoleh dari pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil

pengukuran menunjukkan bahwa larutan DPPH dalam metanol menghasilkan

serapan maksimum sebesar 0,98393 pada panjang gelombang 516 nm dan

Universitas Sumatera Utara


termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak (400-800 nm). Data

hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.6 (Rohman, 2007).

Gambar 4.6 Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol
secara spektrofotometri visibel.

4.4.3.2 Hasil analisis aktivitas antioksidan

Untuk melihat hubungan absorbansi DPPH terhadap pertambahan

konsentrasi larutan uji dalam menganalisis aktivitas antioksidan dapat dilihat pada

Gambar 4.7

Gambar 4.7 Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun tempuyung
pada menit ke-60.

Universitas Sumatera Utara


Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun tempuyung diperoleh dari hasil

absorbansi DPPH pada panjang gelombang 516 nm pada menit ke-60 dengan

adanya penambahan larutan uji dengan konsentrasi 6,25 μg/ml, 12,5 μg/ml, 25

μg/ml, dan 50 μg/ml yang dibandingkan dengan kontrol DPPH (tanpa

penambahan larutan uji). Pada grafik hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak

etanol daun tempuyung dapat dilihat adanya penurunan nilai absorbansi DPPH

yang diberi larutan uji dibandingkan terhadap kontrol positif Kuersetin pada setiap

kenaikan konsentrasi. Grafik hasil analisis aktivitas antioksidan Kuersetin pada

menit ke – 60 dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Hasil analisis aktivitas antioksidan kuersetin pada menit ke- 60.

Penurunan nilai absorbansi menunjukkan telah terjadinya pemerangkapan

radikal bebas DPPH oleh larutan uji sehingga menunjukkan adanya aktivitas

antioksidan dari sampel. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer

elektron atau radikal hidrogen kepada DPPH, akan menetralkan radikal bebas

DPPH. Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, maka

warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansinya

Universitas Sumatera Utara


pada panjang gelombang maksimum akan hilang. Perubahan ini dapat diukur

secara stoikiometri sesuai dengan jumlah atom hidrogen atau elektron yang

ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan (Molyneux, 2004).

4.4.3.3 Hasil analisis peredaman radikal bebas DPPH oleh sampel uji

Kemampuan antioksidan diukur pada menit ke-60 sebagai penurunan

serapan larutan DPPH (peredaman warna ungu DPPH) akibat adaanya

penambahan larutan uji. Nilai serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah

penambahan larutan uji dihitung sebagai persen peredaman. Hasil analisis yang

telah dilakukan, diperoleh nilai persen peredaman pada setiap kenaikan

konsentrasi sampel uji seperti yang terlihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil analisis peredaman radikal bebas ekstrak etanol daun tempuyung
dan kuersetin

Konsentrasi Larutan Uji % Peredaman


Jenis Ekstrak
(ppm)
I II III
0 (blanko) - - -
6,25 0,99 1,008 1,007
EEDT 12,5 6,766 6,784 6,781
25 11,022 11,033 11,047
50 21,461 21,475 21,476
0 (blanko) - - -
1,25 15,943 15,895 15,907
Kuersetin 2,5 28,782 28,718 28,718
5 59,846 59,817 59,801
10 90,77 90,778 90,780
Keterangan : EEDT (ekstrak etanol daun tempuyung)

Pada Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya

konsentrasi larutan uji maka semakin meningkatnya aktivitas peredaman DPPH

dikarenakan semakin banyak DPPH yang berpasangan dengan atom hidrogen dari

ekstrak sehingga serapan DPPH menjadi menurun.

Universitas Sumatera Utara


4.4.3.3 Analisa nilai IC50 (Inhibitory Concentration) sampel uji

Nilai IC50 diperoleh berdasarkan persamaan regresi linier yang didapatkan

dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman DPPH sebagai

parameter aktivitas antioksidan dimana konsentrasi larutan uji (ppm) sebagai absis

dan nilai persen peredaman sebagai ordinat. Hasil analisis nilai IC50 yang

diperoleh berdasarkan perhitungan persamaan regresi dapat dilihat di Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Nilai IC50 ekstrak etanol daun tempuyung dan kuersetin

Sampel Nilai IC50


EEDT 114,417 ppm ± 0,0367
Kuersetin 4,942 ppm ± 0,0342
Keterangan : EEDT (ekstrak etanol daun tempuyung)

Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan IC50 yaitu konsentrasi yang

dibutuhkan untuk menghasilkan penurunan aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin

kecil IC50 semakin kuat aktivitas antioksidan.

Menurut kategori kekuatan antioksidan pada lampiran 12, menunjukkan

bahwa ekstrak etanol daun tempuyung memiliki aktivitas antioksidan yang

tergolong sedang sedangkan kuersetin memiliki aktivitas antioksidan yang

tergolong sangat kuat. Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian

Yuliarti dkk. (2013) yang menunjukkan ekstrak etanol daun tempuyung memiliki

antioksidan yang sedang dengan nilai IC50 sebesar 150,860 ppm.

Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun tempuyung salah satunya hasil

kontribusi dari senyawa fenolik. Senyawa fenolik dapat beraktivitas sebagai

antioksidan dengan menangkap radikal bebas melalui pemberian atom hidrogen

pada pola radikal tersebut, sehingga radikal bebas tersebut menjadi senyawa yang

stabil dan kurang reaktif. Kemampuan senyawa fenolik untuk menangkap radikal

DPPH dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.9 Reaksi penangkapan radikal bebas DPPH dengan Fenol

Hasil analisis kuantitatif terhadap sampel uji yang memiliki aktivitas

antioksidan dapat dilihat pernurunan intensitas warna DPPH menjadi pudar.

Senyawa DPPH berwarna ungu karena adanya delokalisasi elektron pada atom

nitrogen menjadi kuning setelah direaksikan dengan senyawa antioksidan. Hal ini

dikarenakan ketika antioksidan mampu mendonorkan hidrogen yang bereaksi

radikal dan menurunkan radikal DPPH, reaksi ini akan memberikan peningkatan

kompleks non radikal dan menurunkan radikal DPPH yang ditandai dengan

terbentuknya warna kuning (Nurul, 2013).

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :

a. nilai kandungan total fenol ekstrak etanol daun tempuyung yang diukur

secara spektrofotometri dengan metode spektrofotometri menggunakan

reagen Folin-Ciocalteu sebesar 53,04 ± 0,46 mg GAE/g ekstrak.

b. nilai kandungan total flavonoid ekstrak etanol daun tempuyung yang

diukur secara spektrofotometri dengan metode kolorimetri menggunakan

reagen AlCl3 sebesar 35,04 ± 0,077 mg QE/g ekstrak.

c. ekstrak etanol daun tempuyung mempunyai aktivitas antioksidan dalam

kategori sedang dengan nilai IC50 sebesar 114,417 ± 0,037 ppm

menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1 –diphenyl-2-

picrylhydrazil (DPPH).

5.2 Saran

Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengukuran aktivitas

antioksidan dengan menggunakan metode ß-karoten-asam linoleat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Alfian, R., dan Susanti, H. (2012). Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak
Metanol Kelopak Bunga Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa Linn) dengan
Variasi Tempat Tumbuh secara Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian. 2(1). Halaman 73-80.

Bastian, L.L. (2009). Skrining Fitokimia Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol
Daun Tempuyung terhadap Radang pada Tikus. Skripsi. Medan:Fakultas
Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Halaman 48.

Budiharto, M., Ngatidjan., dan Imono A.D. (2001). Tempuyung sebagai Alternatif
Penghancur Batu Ginjal. Media Litbang Kesehatan volume 11(4).

Chang, C. C., Yang, M. H., Wen, H. M., dan Chern, J. C. (2002). Estimation of
Total Flavonoid Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric
Methods, J. Food. Drug Anal, 10 : 178-182.

Chairul, S.M., Ros S., dan Chairul. (2003). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air
Tempuyung (Sonchus arvensis L.) secara Invitro. Majalah Farmasi
Indonesia. 14(4). Halaman 208-215.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Depkes RI.
Halaman 321,325,333-334,336.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 1, 10-11.

Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. Halaman 33.
Ditjen POM RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. Halaman 970, 1135, 1139, 1192.
Farkas, O., Jakus, J., dan Héberger, K. (2004). Quantitative Structure –
Antioxidant Activity Relationships of Flavonoid Compounds, Molecules,
9, 1079- 1088.
Farnsworth, N.R. (1966). Biologycal and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Sciense. 55:264.
Hamid, A.A., Aiyelaage, O.O., Usman, L.A Ameen, O.M., dan Lawal, A. (2010).
Antioxidant: Its Medicinal and Pharmacological Aplications. African
Journal of Pure and Applied Chemistry. 4(8). Halaman 142-151.
Handajani, A., Roosihermiatie, B., dan Maryani, H. (2009). Faktor - Faktor yang
Berhubungan dengan Pola Kematian Pada Penyakit Degeneratif di
Indonesia. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan
Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.
Terbitan Kedua. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 47-102 & 152-153.
Hertiani, T., Pramono, S., dan Supardjan A M. (2000). Uji Daya Antioksidan
Senyawa Flovonoid Daun Plantago major L. Majalah Farmasi Indonesia
11 (4).
Inggrid, M. H., dan Herry S. (2014). Ekstraksi Antioksidan dan Senyawa Aktif
dari buah Kiwi (Actinidia deliciosa). Skripsi. Bandung : Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Katolik
Parahyangan.
Lautan. (1997). Radikal Bebas pada Erittosit dan Leukosit. Dalam Cermin Dunia
Kedokteran. Halaman 50.
Kosasih, E. N, Tony, S., dan Hendro,H. (2004). Peran Antioksidan pada Lanjut
Usia. Jakarta : Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia. Halaman 56-
57.
Kumalaningsih, S. (2006). Anioksidan Alami. Cetakan Pertama. Surabaya: Trubus
Agrisarana. Halaman 25–26, 39-40.
Markham, K.R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Diterjemahkan oleh:
Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 1-3.
Moein, S., dan Mahmood, R.M. (2010). Relationship Between Antioxidant
Properties and Phenolics in Zhumeria Majdae. Journal of Medicinal Plants
Research. 7: 517-521.
Molyneux, P. (2004). The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazy
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin. J. Sci.
Technol. 26(2): 212.

Murtadlo, Y., Dewi K., dan Enny F. (2013). Isolasi, Identifikasi Senyawa
Alkaloid Total Daun Tempuyung Sonchus arvensis L.) dan Uji Sitotoksik
dengan Metode BSLT (Brain Shrimp Lethality Test). Chem Info. Volume
I(1). Halaman 379-385.
Nurul, Leliana W., Chairul., Azrifitria. (2013). Uji Aktivitas Antioksidan serta
Penentuan Kandungan Fenolat dan Flavonoid Total dari buah Parijoto.
Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah.
Orak, H. (2006). Total Antioxidant Activities, Phenolics, Anthocyanins,
Pholyphenoloxidase Activities, and It’s Correlation of Some Important
Red Wine Grape VarietiesWhich are Grown in Turkey. Scientia
Horticulturae Science Direct Journal. 111 (235- 241).

Universitas Sumatera Utara


Pradono, D. I. (2010). Formulasi Antiipertensi (>60% Captopril) dari Bahan Aktif
Flavonoid Pegagan, Tempuyung, Kumis Kucing dan Sambiloto Serta
Budidaya untuk Meningkatkan Kandungan Flavonoid (>1,5%). Jurnal
Ilmiah Kefarmasian. 2(1). Halaman 121-125.
Rahmawati dan Anita. (2009). Kandungan Fenol Total Ekstrak Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia). Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Halaman 231-232.
Ratnayani, K., Laksmiwati, M., dan Septian , N. (2012). Kadar Total Senyawa
Fenolat pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng serta Uji Aktivitas
Antiradikal Bebas dengan Metode DPPH. Halaman164.
Ratna, W.K. (2009). Analisis Kandungan Fenol Total Jahe (Zingiber officinale
Roscoe) secara In Vitro. Skripsi. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Halaman 220-264.
Robinson, T. (1991). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke Enam.
Bandung : Penerbit ITB. Halaman 191-193
Sandrasari, D. A. (2008). Kapasitas Antioksidan dan Hubungannya dengan Nilai
Total Fenol Eksrak Sayuran Indigenous. Tesis. Bogor : Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Halaman 30-35
Sayuti, K dan Rina, Y. (2015). Antioksidan Alami dan Sintetik. Cetakan Pertama.
Padang : Andalas University Press. Halaman 15-20.
Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 39-41.
Sriningsih, Adji H.W., Sumaryono W., Wibowo, A.E., Chaidir, Firdayani,
Kusumaningrum, S., dan Kartakusuma, P. (2012). Analisa Senyawa
Golongan Flavonoid Herba Tempuyung (Sonchus arvensis L.). Thesis.
Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Halaman 34.
Sukmayadi, A.E., Sri, A.S., Melisa, I.B., dan Anisa D.A. (2014). Aktivitas
Imunomodulator Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.).
Sumedang, Jawa Barat : Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.
Halaman 65.
Susantri, I. B. (2013). Pengaruh fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun
Tempuyung terhadap Kadar Asam Urat dalam Darah Tikus Putih Galur
Wistar Hiperurisemia. Thesis. Surabaya : Widya Mandala Chatolic
University. Halaman 21.
Viranda, P.M. (2009). Pengujian Kandungan Fenol Total Tomat (Lycopersicum
esculentum) secara In Vitro. Skripsi. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Halaman 35-36.

Universitas Sumatera Utara


Winarsi, H. (2005). Isoflavon Berbagai Sumber, Sifat dan Manfaatnya Pada
Penyakit Degeneratif. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Halaman 36.
WHO. (2005). Preventing Chronic Diseases: A Vital Investment. WHO Global
Report. Switzerland : Department of Chronic Disease and Health
Promotion, World Health Organisation. Halaman. 1–4.

WHO. (1998). Quality Control Methods for Medical Plant Materials. WHO
Global Report. Geneva : World Health Organisation. Halaman. 31-33.

Yuliarti, W., Dewi K., and Enny F. (2013). Isolasi, Identifikasi dan Uji
Antioksidan Asam Fenolat dalam Daun Tempuyung (Sonchus arvensis
L.)dengan Metode 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrasil (DPPH). Chem Info Vol 1,
No.1.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Surat hasil identifikasi tumbuhan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Karakterisasi Tumbuhan Tempuyung

Gambar tumbuhan tempuyung

Gambar daun tempuyung

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. (Lanjutan)

10 cm

Gambar simplisia daun tempuyung

Gambar serbuk simplisia daun tempuyung

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun tempuyung

Keterangan : 1. Epidermis bawah dengan stomata tipe anisositik

2. Berkas pembuluh dengan penebalan tipe spiral

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Bagan kerja pembuatan simplisia

Daun Tempuyung

Dibersihkan dari pengotor

Dicuci hingga bersih

Ditiriskan

Ditimbang sebagai berat basah


2,631 kg

Diangin – anginkan terlebih dahulu


diatas kertas perkamen

Dikeringkan di dalam lemari


pengering pada suhu ± 40 - 50°C

Ditimbang sebagai berat kering


sebanyak 325 gram
Simplisia

Dilakukan pemeriksaan makroskopik

Dihaluskan (diblender)

Serbuk Simplisia

Karakterisasi Simplisia Skrining Fitokimia

- Alkaloid
- Pemeriksaan Mikroskopik
- Kadar air - Flavonoid

- Kadar sari larut air - Glikosida

- Kadar sari larut etanol - Saponin


- Kadar abu total - Tanin
- Kadar abu larut asam - Steroid / Triterpenoid

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Bagan kerja pembuatan ekstrak etanol daun tempuyung

300 g Serbuk Simplisia

Dimasukkan kedalam bejana kaca


Dituang dengan 2250 ml etanol 96%
Ditutup
Dibiarkan selama 5 hari terlindungi
dari cahaya sambil sering diaduk
Diserkai dan diperas

Maserat Ampas

Direndam dengan etanol


96% sebanyak 750 ml
selama 2 hari
Maserat

Diendaptuang dan disaring

Filtrat

Dipekatkan dengan waterbath


Ekstrak Kental

Dilakukan pengukuran

Pengukuran Pengukuran Total Pengujian Aktivitas


Total Fenol Flavonoid Antioksidan

Metode kolorimetri Metode kolorimetri


reagen Folin-Ciocalteu reagen AlCl3

Hasil Hasil Hasil


(nilai IC50 )

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Gambar alat spektrofotometer UV – Visible (Shimadzu UV – 1800
Series )

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Perhitungan pemeriksaan karakteristik simplisia daun tempuyung

1. Perhitungan kadar air

% Kadar air = x 100%

a. Berat sampel : 5,021 g

Volume air : 0,15 ml

% Kadar air : x 100% = 2,987 %

b. Berat sampel : 5,024 g

Volume air : 0,15 ml

% Kadar air : x 100% = 2,985 %

c. Berat sampel : 5,030 g

Volume air : 0,15 ml

% Kadar air : x 100% = 2,982 %

% Kadar air rata – rata = = 2,984%

2. Perhitungan kadar sari larut dalam air

% Kadar sari larut dalam air = x 100%

Berat Berat cawan Berat cawan + sari Berat cawan + sari

sampel kosong ( penimbangan 1 ) ( penimbangan 2 )

5,008 gram 45, 2566 gram 45,5029 gram 45,5025 gram

5,010 gram 43,4584 gram 43, 7141 gram 43,7143 gram

5,025 gram 44,5995 gram 44,0543 gram 44,8540 gram

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. (lanjutan)

a. Berat sampel : 5,008 g

Berat sari : 45,5025 g – 45,2566 g = 0,2549 g

% Kadar sari larut dalam air : x 100% = 25,44%

b. Berat sampel : 5,010 g

Berat sari : 43,7143 g – 43,4584 g = 0,2559 g

% Kadar sari larut dalam air : x 100% = 25,53%

c. Berat sampel : 5,025 g

Berat sari : 44,8540 g – 44,5995 g = 0,2545 g

% Kadar sari larut dalam air : x 100% = 25,32%

% Kadar sari larut dalam air rata – rata = = 25,43%

3. Perhitungan kadar sari larut dalam etanol

% Kadar sari larut dalam etanol = x

Berat Berat cawan Berat cawan + sari Berat cawan + sari

sampel kosong ( penimbangan 1 ) ( penimbangan 2 )

5,070 gram 30,6591 gram 30,8311 gram 30,8319 gram

5,054 gram 36,6202 gram 36,7923 gram 36,7919 gram

5,027 gram 38,7412 gram 38,9135 gram 38,9138 gram

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. (lanjutan)

a. Berat sampel : 5,070 g

Berat sari : 30,8319 g – 30,6591 g = 0,1728 g

% Kadar sari larut dalam etanol : x 100% = 17,04%

b. Berat sampel : 5,054 g

Berat sari : 36,7919 g – 36,6202 g = 0,1717 g

% Kadar sari larut dalam etanol : x 100% = 16,98%

c. Berat sampel : 5,027 g

Berat sari : 38,9138 g – 38,7412 g = 0,1726 g

% Kadar sari larut dalam etanol : x 100% = 17,16%

% Kadar sari larut dalam etanol rata – rata = = 17,06%

4. Perhitungan kadar abu total

% Kadar abu total = x 100%

Berat Berat cawan Berat cawan

sampel kosong + sari

2,00 gram 21,6518 gram 21,9721 gram

2,00 gram 22,0240 gram 22,3544 gram

2,00 gram 21,5569 gram 21,8976 gram

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. (lanjutan)

a. Berat sampel : 2,00 g

Berat sari : 21,9721 g – 21,6518 g = 0,3203 g

% Kadar abu total : x 100% = 16,02%

b. Berat sampel : 2,00 g

Berat sari : 22,3544 g – 22,0240 g = 0,3304 g

% Kadar abu total : x 100% = 16,51 %

c. Berat sampel : 2,00 g

Berat sari : 21,8976 g – 21,5569 g = 0,3407 g

% Kadar abu total : x 100% = 17,03%

% Kadar abu total rata – rata = = 16,51 %

5. Perhitungan kadar abu tidak larut asam

% Kadar abu tidak larut dalam asam = x 100%

Berat Berat cawan Berat cawan

sampel kosong + sari

2,00 gram 21,4188 gram 21,4205 gram

2,00 gram 22,5432 gram 22,5447 gram

2,00 gram 21,7765 gram 21,7777 gram

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. (lanjutan)

a. Berat sampel : 2,00 g

Berat sari : 21,4205 g – 21,4188 g = 0,0017 g

% Kadar abu total : x 100% = 0,085%

b. Berat sampel : 2,00 g

Berat sari : 22,5458 g – 22,5442 g = 0,0016 g

% Kadar abu total : x 100% = 0,080 %

c. Berat sampel : 2,00 g

Berat sari : 21,7777 g – 21,7765 g = 0,0017 g

% Kadar abu total : x 100% = 0,085 %

% Kadar abu tidak larut asam rata – rata = = 0,083 %

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Data pengukuran waktu kerja (operating time) larutan asam galat
dengan pereaksi Folin Ciocalteu dan Natrium Bikarbonat

NO Menit ke- Absorban


1 1 0,3354
2 2 0,3626
3 3 0,3710
4 4 0,3744
5 5 0,3779
6 6 0,3801
7 7 0,3844
8 8 0,3858
9 9 0,3897
10 10 0,3921
11 11 0,3948
12 12 0,3974
13 13 0,4003
14 14 0,4026
15 15 0,4074
16 16 0,4080
17 17 0,4109
18 18 0,4135
19 19 0,4163
20 20 0,4188
21 21 0,4214
22 22 0,4240
23 23 0,4251
24 24 0,4289
25 25 0,4306
26 26 0,4333
27 27 0,4353
28 28 0,4377
29 29 0,4397
30 30 0,4417
31 31 0,4442
32 32 0,4456
33 33 0,4476
34 34 0,4495
35 35 0,4512
36 36 0,,4529
37 37 0,4549
38 38 0,4563
39 39 0,4578
40 40 0,4597
41 41 0,4610
42 42 0,4625
43 43 0,4640

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. (lanjutan)

NO Menit ke- Absorban


44 44 0,4655
45 45 0,4669
46 46 0,4677
47 47 0,4696
48 48 0,4708
49 49 0,4716
50 50 0,4730
51 51 0,4743
52 52 0,4757
53 53 0,4767
54 54 0,4776
55 55 0,4790
56 56 0,4801
57 57 0,4812
58 58 0,4831
59 59 0,4840
60 60 0,4850
61 61 0,4861
62 62 0,4869
63 63 0,4878
64 64 0,4887
65 65 0,4896
66 66 0,4906
67 67 0,4913
68 68 0,4923
69 69 0,4931
70 70 0,4939
71 71 0,4947
72 72 0,4954
73 73 0,4963
74 74 0,4970
75 75 0,4980
76 76 0,4984
77 77 0,4996
78 78 0,5000
79 79 0,5008
80 80 0,5011
81 81 0,5022
82 82 0,5030
83 83 0,5033
84 84 0,5042
85 85 0,5050
86 86 0,5055
87 87 0,5062

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. (lanjutan)

NO Menit ke- Absorban


88 88 0,5070
89 89 0,5072
90 90 0,5078
91 91 0,5087
92 92 0,5093
93 93 0,5097
94 94 0,5104
95 95 0,5110
96 96 0,5116
97 97 0,5123
98 98 0,5126
99 99 0,5132
100 100 0,5140

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Perhitungan total fenol ekstrak etanol daun tempuyung

Kadar total fenol dihitung menggunakan rumus berikut :

Kadar total fenol =

Keterangan : x = Konsentrasi ( ppm )

V = Volume larutan sampel ( ekstrak ) ( L )

FP = Faktor pengenceran larutan sampel

BS = Berat sampel ( g )

Perhitungan Kandungan Total Fenol Ekstrak Daun Tempuyung

Didapat persamaan regresi linear asam galat :

y = 0,0007994907 x + 0,0277087624 dengan panjang gelombang 775 nm.

Tabel hasil pengukuran sampel ekstrak daun tempuyung

Volume
Berat Faktor
larutan Rata – rata
sampel Pengulangan Pengenceran Absorban
sampel Absorban
(BS) (FP)
(L)
0,07523
0,07599
0,0118 1 1 0,07875 0,07769
0,01
0,07899
0,07951
0,07951
0,07912
0,0119 2 0,01 1 0,07845 0,07832
0,07784
0,07668
0,07487
0,07510
0,0111 3 0,01 1 0,07477 0,07473
0,07468
0,07423

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. (lanjutan)

y = 0,0007994907 x + 0,0277087624

0,07769 = 0,0007994907 x + 0,0277087624

X= = 62,51 ppm

Kadar total fenol =

= = 52,97 mg GAE/ g ekstrak.

y = 0,0007994907 x + 0,0277087624

0,07832 = 0,0007994907 x + 0,0277087624

X= = 63,30 ppm

Kadar total fenol =

= = 53,19 mg GAE/ g ekstrak.

y = 0,0007994907 x + 0,0277087624

0,07473 = 00,0007994907 x + 0,0277087624

X= = 58,81 ppm

Kadar total fenol =

= = 52,98 mg GAE/ g ekstrak.

Rata – rata total fenol keseluruhan :

= 53,04 mg GAE/ g ekstrak.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Perhitungan total flavonoid ekstrak etanol daun tempuyung

Kadar flavonoid dihitung menggunakan rumus berikut :

Kadar flavonoid =

Keterangan : x = Konsentrasi ( ppm )

V = Volume larutan sampel ( ekstrak ) ( L )

FP = Faktor pengenceran larutan sampel

BS = Berat sampel ( g )

Perhitungan Kandungan Flavonoid Ekstrak Daun Tempuyung

Didapat persamaan regresi linear quercetine :

y = 0,028931136 x + 0,084533733 dengan panjang gelombang 432nm.

Tabel hasil pengukuran sampel ekstrak daun tempuyung

Volume
Berat Faktor Kadar rata –
larutan
sampel Pengulangan Pengenceran Absorbansi rata
sampel
(BS) (FP) (mg Q/ gram)
(L)
0,39403
0,39388
0,0251 1 0,025 3,33 0,39371 0.39378
0,39357
0,39371
0,39525
0,39529
0,0253 2 0,025 3,33 0,39513 0,395038
0,39482
0,39470

y = 0,028931136 x + 0,084533733

0,39378 = 0,028931136 x + 0,084533733

X= = 10,68 ppm

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. (lanjutan)

Kadar total flavonoid =

= = 35,10 mg Q/ g ekstrak.

y = 0,028931136 x + 0,084533733

0,395038 = 0,028931136 x + 0,084533733

X= = 10,73 ppm

Kadar total flavonoid =

= = 34,98 mg Q/ g ekstrak.

Rata – rata total flvonoid keseluruhan :

= 35,04 mg Q/ g ekstrak.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. Perhitungan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun tempuyung
dan quercetine

1. Ekstrak etanol daun tempuyung

Absorbansi % Peredaman
Konsentrasi
I II III I II III
0 0.97970 0.97974 0.97962 0 0 0
6.25 0.97000 0.96986 0.96976 0.99 1,008 1,007
12.5 0.91314 0.91327 0.91319 6,766 6,784 6,781
25 0.87172 0.87164 0.87140 11,022 11,033 11,047
50 0.76945 0.76936 0.76924 21,461 21,475 21,476

Perhitungan persen peredaman ekstrak etanol daun tempuyung

% Peredaman = x 100 %

Keterangan : Akontrol = Absorbansi DPPH tanpa penambahan ekstrak

Asampel = Absorbansi DPPH dengan penambahan ekstrak

Percobaan I :

Konsentrasi 6,25 ppm

% peredaman = x 100 % = 0,99 %

Konsentrasi 12,5 ppm

% peredaman = x 100 % = 6,766 %

Konsentrasi 25 ppm

% peredaman = x 100 % = 11,022 %

Konsentrasi 50 ppm

% peredaman = x 100 % = 21,461 %

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. (lanjutan)

Perhitungan IC50 dengan persamaan regresi

X Y XY X²
0 0 0 0
6,25 0,99 6,1875 39,0625
12,5 6,766 84,575 156,25
25 11,022 275,55 625
50 21,461 1073,05 2500
ƩX = 93,75 ƩY = 40,239
ƩXY = 1439,3625 ƩX² = 3320,3125
18,75 Ȳ = 8,0478

a =

= 0,43832

b=Ȳ-aX

= 8,0478 – (0,43832) (18,75)

= - 0,1707

Jadi persamaan garis regresi Y = 0,43832 x – 0,1707

Nilai IC50 50 = 0,43832 x – 0,1707

X = 114,461 ppm

Percobaan II :

Konsentrasi 6,25 ppm

% peredaman = x 100 % = 1,008 %

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. (lanjutan)

Konsentrasi 12,5 ppm

% peredaman = x 100 % = 6,784 %

Konsentrasi 25 ppm

% peredaman = x 100 % = 11,033 %

Konsentrasi 50 ppm

% peredaman = x 100 % = 21,457 %

Perhitungan IC50 dengan persamaan regresi

X Y XY X²
0 0 0 0
6,25 1,008 6,3 39,0625
12,5 6,784 84,8 156,25
25 11,033 275,825 625
50 21,457 1073,75 2500
ƩX = 93,75 ƩY = 40,3
ƩXY = 1440,675 ƩX² = 3320,3125
18,75 Ȳ = 8,06

a =

= 0,43843

b=Ȳ-aX

= 8,06 – (0,43832) (18,75)

= - 0,16056

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. (lanjutan)

Jadi persamaan garis regresi Y = 0,43843 x – 0,16056

Nilai IC50 50 = 0,43843 x – 0,16056

X = 114,409 ppm

Percobaan III :

Konsentrasi 6,25 ppm

% peredaman = x 100 % = 1,007 %

Konsentrasi 12,5 ppm

% peredaman = x 100 % = 6,781 %

Konsentrasi 25 ppm

% peredaman = x 100 % = 11,047 %

Konsentrasi 50 ppm

% peredaman = x 100 % = 21,476 %

Perhitungan IC50 dengan persamaan regresi

X Y XY X²
0 0 0 0
6,25 1,007 6,29375 39,0625
12,5 6,781 84,7625 156,25
25 11,047 276,175 625
50 21,476 1073,8 2500
ƩX = 93,75 ƩY = 40,311
ƩXY = 1441,03125 ƩX² = 3320,3125
18,75 Ȳ = 8,0622

a =

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. (lanjutan)

= 0,43853

b=Ȳ-aX

= 8,0622 – (0,43853) (18,75) = - 0,16024

Jadi persamaan garis regresi Y = 0,43853 x – 0,16024

Nilai IC50 50 = 0,43853 x – 0,6024

X = 114,382 ppm

Nilai IC50 rata – rata = = 114,417 ppm.

2. Quercetine

Absorbansi % Peredaman
Konsentrasi
I II III I II III
0 0.89632 0.89555 0.89534 0 0 0
1,25 0.75342 0.75320 0.75291 15,943 15,895 15,907
2,5 0.63834 0.63835 0.63821 28,782 28,718 28,718
5 0.35991 0.35985 0.35991 59,846 59,817 59,801
10 0.08258 0.08255 0.08253 90,77 90,778 90,780

Perhitungan persen peredaman ekstrak etanol daun tempuyung

% Peredaman = x 100 %

Keterangan : Akontrol = Absorbansi DPPH tanpa penambahan ekstrak

Asampel = Absorbansi DPPH dengan penambahan ekstrak

Percobaan I :

Konsentrasi 1,25 ppm

% peredaman = x 100 % = 15,943 %

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. (lanjutan)

Konsentrasi 2,5 ppm

% peredaman = x 100 % = 28,782 %

Konsentrasi 5 ppm

% peredaman = x 100 % = 59,846 %

Konsentrasi 10 ppm

% peredaman = x 100 % = 90,77 %

Perhitungan IC50 dengan persamaan regresi

X Y XY X²
0 0 0 0
1,25 15,943 19,92875 1,5625
2,5 28,782 71,955 6,25
5 59,846 299,23 25
10 90,77 907,7 100
ƩX = 18,75 ƩY = 195,341
ƩXY = 1298,81375 ƩX² = 132,8125
3,75 Ȳ = 39,0682

a =

= 9,06056

b=Ȳ-aX

= 39,0682 – (9,06056) (3,75)

= 5,0911

Jadi persamaan garis regresi Y = 9,06056 x + 5,0911

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. (lanjutan)

Nilai IC50 50 = 9,06056 x + 5,0911

X = 4,956 ppm

Percobaan II :

Konsentrasi 1,25 ppm

% peredaman = x 100 % = 15,895 %

Konsentrasi 2,5 ppm

% peredaman = x 100 % = 28,719 %

Konsentrasi 5 ppm

% peredaman = x 100 % = 59,817 %

Konsentrasi 10 ppm

% peredaman = x 100 % = 90,778 %

Perhitungan IC50 dengan persamaan regresi

X Y XY X²
0 0 0 0
1,25 15,895 19,86875 1,5625
2,5 28,719 71,7975 6,25
5 59,817 299,085 25
10 90,778 907,78 100
ƩX = 18,75 ƩY = 195,209
ƩXY = 1294,53125 ƩX² = 132,8125
3,75 Ȳ = 39,0418

a =

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. (lanjutan)

= 8,99996

b=Ȳ-aX

= 39,0418 – (8,99996) (3,75) = 5,29195

Jadi persamaan garis regresi Y = 8,99996 x + 5,29195

Nilai IC50 50 = 8,99996 x + 5,29195

X = 4,967 ppm

Percobaan III :

Konsentrasi 1,25 ppm

% peredaman = x 100 % = 15,907 %

Konsentrasi 2,5 ppm

% peredaman = x 100 % = 28,718 %

Konsentrasi 5 ppm

% peredaman = x 100 % = 59,801 %

Konsentrasi 10 ppm

% peredaman = x 100 % = 90,780 %

Perhitungan IC50 dengan persamaan regresi

X Y XY X²
0 0 0 0
1,25 15,907 19,88375 1,5625
2,5 28,718 71,795 6,25
5 59,801 299,005 25
10 90,780 907,80 100
ƩX = 18,75 ƩY = 195,206 ƩXY =
ƩX² = 132,8125
3,75 Ȳ = 39,0412 1298,48375

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. (lanjutan)

a =

= 9,06338

b=Ȳ-aX

= 39,0412 – (9,06338) (3,75)

= 5,553525

Jadi persamaan garis regresi Y = 9,06338 x + 5,553525

Nilai IC50 50 = 9,06338 x + 5,553525

X = 4,903 ppm

Nilai IC50 rata – rata = = 4,942 ppm

Lampiran 12. Kategori nilai IC50 sebagai antioksidan

No. Kategori Konsentrasi (ppm)


1. Sangat kuat <50
2. Kuat 50 – 100
3. Sedang 101 – 150
4. Lemah 151 – 200

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai