SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitasera Utara
OLEH:
ANNISA MULIA HAPSARI
NIM 111501021
SKRIPSI
OLEH:
ANNISA MULIA HAPSARI
NIM 111501021
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt. Dr. Poppy Anjelisa Z. Hsb, M.Si., Apt.
NIP 197806032005012004 NIP 197506102005012003
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
Ekstrak Etanol Tempuyung (Sonchus arvensis L.)”. Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku
fasilitas dan masukan selama masa pendidikan dan penelitian, Kepada Ibu Dr.
Masfria, M.S., Apt., dan Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen
selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.,
dan Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini, Kepada Ibu Dra.
Masria Lasma Tambunan, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu membimbing selama masa perkuliahan serta Bapak dan Ibu staf pengajar
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan
S.E., Ibunda Yenita Yulizar dan kakak Arum Mutia Sylviana yang tiada hentinya
dorongan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian. Masa masa indah
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi
ini ditemukan plagiat akibat kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagai mana mestinya.
ABSTRAK
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak
stabil dan sangat reaktif, serta merusak jaringan. Radikal bebas yang berlebihan
dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif, seperti kanker dan
penyakit jantung (kardiovaskular). Timbulnya penyakit degeneratif oleh radikal
bebas dapat dihambat ataupun dicegah oleh senyawa antioksidan seperti fenol dan
flavonoid. Daun Tempuyung (Shoncus arvensis L.) dari famili Asteraceae
mengandung senyawa kimia, seperti tanin dan golongan flavonoid. Flavonoid
memiliki potensi yang besar untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh
radikal bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan total
fenol, kandungan flavonoid dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun
tempuyung.
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan tahapan pengumpulan
dan pengolahan bahan tanaman, pembuatan simplisia, pemeriksaan karakteristik,
skrining fitokimia, pembuatan ekstrak etanol secara maserasi, penetapan kadar
total fenol, penetapan kadar flavonoid dan pengujian aktivitas antioksidan dengan
menggunakan metode peredaman radikal bebas 1,1 diphenyl-2-picrylhydrazil
(DPPH) dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visibel.
Hasil penelitian menunjukkan kadar total fenol ekstrak etanol daun
tempuyung dengan metode spektrofotometri pereaksi Folin-Ciocalteu diperoleh
nilai rata – rata 53,04 ± 0,46 mg GAE/g ekstrak, kadar total flavonoid dengan
metode kolorimetri dengan pereaksi AlCl3 didapat nilai kadar rata – rata 35,04 ±
0,077 mg QE/g ekstrak dan hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan
aktivitas antioksidan kategori sedang dengan nilai IC50 sebesar 114,471 ± 0,0367
ppm.
Kesimpulan hasil penelitian ini pada pengujian ekstrak etanol daun
tempuyung mengandung senyawa fenol dengan kadar total fenol sebesar 53,04 ±
0,46 mg GAE/g ekstrak, kadar total flavonoid 35,04 ± 0,077 mg QE/ ekstrak, dan
memiliki aktivitas antioksidan dalam kategori sedang dengan nilai IC50 sebesar
114,471 ± 0,0367 ppm.
Kata kunci : Daun tempuyung, Shoncus arvensis L., total fenol, total flavonoid,
antioksidan, DPPH.
ABSTRACT
Free radicals is atoms or molecules which are highly unstable and very
reactive as well as damaged tissues. Free radicals excessive encourage the various
kinds of diseases degenerative, such as cancer and heart disease (cardiovascular).
Onset of degenerative diseases by free radicals can any barrier or prevented by
compound antioxidant such as a phenolic acid or flavonoid. Tempuyung’s leave
(Sonchus arvensis L.) from Asteraceae family, containing chemical compounds,
such as tanin and flavonoid. Flavonoid having great potential to fight diseases
caused by free radicals. The purpose of this study was to determine the content of
total phenols, flavonoid content and antioxidant activity of ethanol extract of
leaves tempuyung.
This research was carried out experimentally with the stages of
collection and process plant materials, manufacture botanicals, inspection
characteristics, phytochemical screening, making ethanol extract in maceration,
total phenol assay, flavonoids assay and antioxidant activity test with 1,1
diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) by using spectrophotometer UV-Visibel.
The results showed levels of total phenols ethanol extract of the
tempuyung’s leave by spectrophotometric method Folin-Ciocalteu reagent
obtained value average 53.04 ± 0.46 mg GAE / g extract, total flavonoid levels by
colorimetric methods with AlCl3 reagent grade values obtained average 35.04 ±
0.077 mg QE / g extract and test results indicate the antioxidant activity in
medium category with IC50 value of 114.471 ± 0.0367 ppm.
Conclusions the result of this research on testing extract ethanol leaves
tempuyung has containing flavonoid with obtained level of total phenol 53.04 ±
0.46 mg GAE / g extract, flavonoid content of 35.04 ± 0.077 mg QE / extracts,
and has antioxidant activity in the medium category with IC50 value of 114.471 ±
0. 0367 ppm.
Keyword: Tempuyung leaves, Sonchus arvensis L., total phenol, total flavonoids,
antioxidant, DPPH
Halaman
JUDUL .................................................................................................... i
3.1.2 Bahan........................................................................... 21
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah
menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol, menghasilkan ikatan silang (cross link)
pada DNA, protein, lipid atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang
penting pada biomolekul ini. Proses ini menyebabkan penuaan (Silalahi, 2006).
Kerusakan ini disebabkan karena proses oksidasi dimana proses ini normal
terjadi didalam tubuh sehingga kalor dan energi bebas dilepaskan untuk
dicegah oleh senyawa antioksidan. Oleh karena itu, tubuh memerlukan substansi
penting yaitu antioksidan untuk menangkap radikal bebas sehingga tidak dapat
(Lautan, 1997). Suatu senyawa dikatakan memiliki sifat antioksidan bila senyawa
tersebut mampu mengikat satu atau lebih elektron kepada senyawa prooksidan,
(Winarsi, 2005).
senyawa yang bersifat antioksidan seperti senyawa fenolik, flavonoid yang lebih
sebagai anti tumor dan mempunyai efek pencegahan pada kerusakan hati.
Salah satu tanaman yang termasuk dalam daftar tumbuhan obat tradisional
Tumbuhan ini dikenal di beberapa daerah dengan nama lobak air; lempung;
jombang; galibug dan rayana, merupakan tumbuhan herba yang menahun, tegak
tempuyung bisa digunakan sebagai alternatif pengobatan batu ginjal dengan biaya
tempuyung dengan dosis 200 mg/kg bb mempunyai efek anti inflamasi yang
Selain itu juga tempuyung biasa digunakan untuk mengobati memar akibat
terbentur dengan cara menempelkannya pada bagian yang bengkak, infeksi usus,
kumarin, dan taraksasterol (Sriningsih, dkk., 2012). Selain itu juga mengandung
lutein, flavon, flavonol dan auron. Di dalam tumbuhan, flavonoid ada dalam
bentuk glikosida dan aglikon flavonoid (Pramono, dkk., 1993). Dan pada ekstrak
dapat ditemukan di buah dan sayur (Farkas, dkk., 2004). Umumnya terkandung
(Robinson, 1991).
yang besar untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh penangkap radikal
bebas. Senyawa fenolik telah diketahui memiliki berbagai efek biologis seperti
a. apakah nilai kandungan total fenol ekstrak etanol daun tempuyung yang
ditentukan ?
adalah :
ditentukan.
2-picrylhydrazil (DPPH).
mengetahui :
kandungan total fenol dan kandungan total flavonoid dalam ekstrak etanol daun
antioksidan.
Ekstrak Etanol
Kandungan Total Nilai absorbansi
Daun Tempuyung Flavonoid EEDT sampel EEDT
(EEDT)
Uji aktivitas
antioksidan dengan Nilai IC50 EEDT
metode DPPH
TINJAUAN PUSTAKA
Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah
DNA, protein, lipida, atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang
Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit
Radikal bebas menyebabkan kerusakan sel dengan tiga cara (Sayuti dan
2. Kerusakan DNA,
melalui mediator sulfidril atas beberapa asam amino labil seperti sistein,
banyak diketahui adalah radikal oksigen. Radikal bebas bisa terbentuk ketika
Pada proses metabolisme ini, sering kali terjadi kebocoran elektron. Dalam
kondisi ini , mudah sekali terbentuk radikal bebas seperti anion superoksida,
hidroksil dan lain-lain. Radikal bebas juga dapat terbentuk dari senyawa lain yang
sebenarnya bukan radikal bebas, tetapi mudah berubah menjadi radikal bebas.
diistilahkan sebagai Senyawa Oksigen Reaktif (SOR) (Sayuti dan Rina, 2015).
Hal ini terjadi melalui proses metabolisme sel normal, proses peradangan,
kekurangan nutrisi, maupun sebagai respons adanya radiasi sinar gama, ultraviolet
(UV), polusi lingkungan dan asap rokok serta diet (pola makan) (Sayuti dan Rina,
2015).
a. Tahap Inisiasi
(1) RH + initiator → R′ + H′
b. Tahap Propagasi
(1) R′ + R′ → RR
Tipe radikal bebas turunan oksigen reaktif sangat signifikan dalam tubuh.
2.2 Antioksidan
menetralisir radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan
menjadi 5 yakni:
a. Antioksidan primer
yang baru karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang
b. Antioksidan sekunder
radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi
c. Antioksidan tersier
sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas, biasanya yang
reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut
d. Oxygen scavanger
2006).
mampu menghambat proses oksidasi. Proses oksidasi yang terjadi secara terus
atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat,
(Kumalaningsih, 2006).
Senyawa fenolat merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
senyawa yang memiliki lebih dari satu gugus fenol. Banyaknya variasi gugus pada
Terdapat lebih dari 8.000 jenis senyawa yang termasuk dalam senyawa fenolik.
Salah satu contoh senyawa fenolik adalah asam galat yang termasuk dalam
kelompok asam fenolat. Asam galat merupakan trifenol yang biasanya terdapat di
daun teh dalam bentuk teresterifikasi bersama dengan katekin (Sandrasari, 2008).
dimana dua cincin benzen dihubungkan oleh cincin piran yang mengandung
oksigen. Flavonoid dibagi atas flavonol, flavon, flavan, dan isoflavon. Beberapa
kuat yang dapat melindungi makanan dari kerusakan oksidatif (Silalahi, 2006).
konfigurasi C6 - C3 - C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
3 karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham, 1988).
Struktur dasar dan sistem penomoran untuk turunan flavonoid dapat dilihat
berbeda dan jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal. Flavonoid pada
radikal bebas. Flavonoid dapat membentuk kompleks (kelat) dengan ion logam
merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar. Lebih lanjut disebutkan
pastilah ditemukan pula pada setiap telaah ekstrak tumbuhan (Markham, 1988).
kelompok flavonol dan terdapat terutama pada daun teh, tomat, apel, kakao, anggr
dan bawang yang memiliki sifat antioksidan yang sangat potensial. Dengan
mengkonsumsi kuersetin dalam jumlah yang cukup (50-200 mg per hari), maka
elektron atom hidrogen (hydrogen atom transfer, HAT) dan (2) berdasarkan
warna pada saat reaksi redoks terjadi. Pada metode ini, reaksi berjalan lebih
lambat dibandingkan dengan metode HAT dan reaksi dipengaruhi oleh jenis
pelarut dan kondisi pH. Metode ini merupakan metode yang sangat populer.
Termasuk dalam metode ini adalah pengukuran total fenol menggunakan reagen
antioksidan dan oksidan. Dasar dari reaksi ini adalah reaksi transfer elektron.
akhir reaksi dicapai ketika perubahan warna tidak terjadi lagi. Perubahan nilai
diekspresikan sebagai trolox equivalen (TE) atau gallic acid equivalent (GAE)
Ada dua cara untuk menentukan kandungan fenol suatu sampel. Pertama,
kandungan total fenol. Alternatif lainnya adalah dengan tehnik identifikasi dan
Metode untuk menentukan senyawa fenol pada suatu bahan diawali oleh
tirosin, menghasilkan warna biru. Intensitas warna ini dapat diukur serapanya
DPPH pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Goldschmidt dan
Renn. DPPH berwarna ungu pekat seperti KMnO4, bersifat tidak larut dalam air.
beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. DPPH menerima elektron atau radikal
dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH,
mengukur daya peredaman sampel (ekstrak) terhadap radikal bebas DPPH. DPPH
akan bereaksi dengan atom hidrogen dari senyawa peredaman radikal bebas
membentuk DPP Hidrazin yang lebih stabil. Senyawa peredaman radikal bebas
yang bereaksi dengan DPPH akan menjadi radikal baru yang lebih stabil atau
maksimum untuk DPPH antara lain 515 nm, 516 nm, 517 nm, 518 nm, 519 nm,
dan 520 nm. Apabila pengukuran menghasilkan tinggi puncak maksimum, maka
atas. Nilai absorbansi yang mutlak tidaklah penting, karena panjang gelombang
dapat diatur untuk memberikan absorbansi maksimum sesuai dengan alat yang
digunakan (Molyneux,2004).
arvensis L. dikenal dengan beberapa nama daerah antara lain; lobak air, lempung
mengandung getah, mempunyai akar tunggang yang kuat. Tumbuhan ini hidup
Tempuyung memiliki ciri fisik yang khas, yaitu daun tunggal yang
berbentuk lanset atau lonjong dengan panjang 6-48 cm dan lebar 3-12 cm, tepi
daun menyirip tidak beraturan dan berwarna hijau muda. Bunga berbentuk
dengan warna putih. Buah tempuyung berbentuk kotak dan berusuk lima,
rizhoma berdiameter 0,25-0,5 cm, berasal dari akar utama dan bercabang – cabang
kecil, kedalaman tanah yang dapat ditembus perakaran tempuyung mencapai 2-5
inchi (5-12cm), tapi tunas vegetatif dapat mencapai kedalaman tanah hingga 2 m
(Wardani, 2004).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteracaea
Genus : Sonchus
untuk pengobatan batu ginjal (Budiharto, dkk., 2001), asam urat (Susantri, 2013),
2.5 Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut
cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke
A. Cara Dingin
1. Maserasi
2. Perkolasi
baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada suhu
kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi
menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
B. Cara Panas
1. Refluks
pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
menerus pada temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu secara umum
3. Sokletasi
yang selalu baru, yang umumnya dilakukan dengan alat khusus (menggunakan
alat Sokhlet) sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif
4. Infundasi
5. Dekoktasi
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
METODE PENELITIAN
3.1.1 Alat–alat
destilasi penetapan kadar air, tanur, neraca analitik, mikroskop, object glass, labu
alas bulat, tabung reaksi, corong, kertas saring, plat tetes, pipet tetes, corong
pisah, penjepit tabung, spatula, cawan penguap, kertas perkamen, alumunium foil,
3.1.2 Bahan–bahan
tempuyung (Sonchus arvensis L.), kertas saring dan akuades. Bahan–bahan kimia
lainnya yang berkualitas pro analisis adalah, DPPH (sigma), kuersetin, metanol,
toluen, kloroform, kloralhidrat, kalium iodida, bismuth (III) nitrat, besi (III)
karbonat, dan asam galat. Bahan kimia berkualitas teknis; etanol 96%.
membandingkan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang diambil
yaitu daun tempuyung yang masih segar dari Desa Besukun Kecamatan Sibolangit
Sumatera Utara.
selanjutnya dicuci dibawah air mengalir beberapa kali hingga bersih. Kemudian
ditiriskan lalu disebarkan diatas perkamen sampai merata hingga airnya terserap,
Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam air suling sebanyak 60
ml, pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodid lalu dilarutkan dalam
10 ml air suling, kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga
nitrat pekat, pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida, dilarutkan
sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan
Sebanyak 5,4 ml larutan asam sulfat pekat ditambahkan air suling sampai
sulfat pekat. Larutan pereaksi ini harus dibuat baru (Harborne, 1984).
dan mikroskopik, penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol,
kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam (Depkes, RI., 1995).
simplisia daun tempuyung dengan cara memperhatikan warna, bentuk, dan tekstur
sampel.
dilakukan dengan cara menaburkan simplisia di atas gelas preparat yang telah
diteteskan dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan gelas penutup kemudian
toluen). Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung,
tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml, alat penampung dan pemanas listrik.
Cara kerja :
alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2
volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml, lalu ke
seksama. Labu dipanaskan hati – hati selama 15 menit. Pada saat toluen mendidih,
setelah itu kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar
Saat semua air terdestilasi, setelah itu dibilasi bagian dalam pendingin dengan
mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume
air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai
dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air
dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml) dalam
labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama
penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan
pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut
dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes, RI., 1995).
dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6
diuapkan sampai kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah ditara dan
sisanya dipanaskan pada suhu 105°C samapai bobot tetap. Kadar sari larut etanol
dimasukkan kedalam kurs platina atau kurs silikat yang telah dipijar dan ditara,
dilakukan pada suhu 600°C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang
sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah
klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan,
disaring dengan kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijar sampai
bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut
asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan di udara (Depkes, RI., 1995).
penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh
dipakai untuk uji alkaloida: diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan
0,5 ml filtrat
panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang
pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok, dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif
jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth,
1966).
dengan 30 ml campuran etanol 95% dengan air (7:3) dan 10 ml asam klorida 2 N,
didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, tiap kali dengan 20
natrium sulfat anhidrat, disari dan diuapkan pada suhu 50°C. Sisanya dilarutkan
larutan percobaan dimasukkan dalam tabung reaksi dan diuapkan di atas penangas
air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish. Kemudian secara
terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan ikatan
filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml lalu
ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida. Terjadi warna biru atau
selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-
10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang
2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa
biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroid, sedangkan warna merah, merah
dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Caranya 300 g serbuk
kemudian ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindungi dari cahaya sambil
sering diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai. Ampas dicuci dengan
etanol 96% secukupnya hingga diperoleh 3000 ml. Pindahkan kedalam bejana
kompleks berwarna biru akibat reaksi antara senyawa fenolik pada sampel dengan
Dibuat larutan asam galat dengan konsentrasi 500 μg/ml. Sebanyak 5,0 mg
divortex selama selama satu menit. Larutan di pindahkan kedalam labu tentukur
absorbansi larutan pada panjang gelombang 775 nm setiap 1 menit dan diamati
kapan larutan tersebut mulai menghasilkan absorban yang stabil yang akan
divortex selama selama satu menit. Larutan di pindahkan kedalam labu tentukur
Dibuat larutan asam galat dengan konsentrasi 15,625; 31,25; 62,5; 125;
250 dan 500 μg/ml. Kemudian diambil masing–masing larutan sebanyak 0,1 ml
dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 7,9 ml akuades dan 0,5 ml
dan didapat kurva kalibrasi asam galat serta persamaan garis linear y = ax + b.
linear yang didapat dari kurva kalibrasi untuk mendapatkan konsentrasinya. Nilai
BS = Berat sampel ( g )
Kadar total fenol disajikan dalam satuan mg ekuivalen asam galat / gram
Dibuat larutan kuersetin dengan konsentrasi 6,25; 12,5; 25; 50 dan 100
ke dalam labu tentukur 5 ml. Ditambahkan 0,1 ml AlCl3 dan 0,1 ml natrium
larutan menjadi 300 μg/ml. Dari larutan dengan konsetrasi 300 μg/ml diambil 2
ml dan diukur dengan 2 kali pengulangan. Sampel dengan konsentrasi 300 μg/ml
Kadar flavonoid =
BS = Berat sampel ( g )
radikal bebas dalam larutan metanol sehingga terjadi perubahan DPPH dari ungu
Larutan induk dipipet sebanyak 0,16 ml; 0,31 ml; 0,625 ml dan 1,25 ml ke
dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 6,25 μg/ml,
12,5 μg/ml, 25 μg/ml, dan 50 μg/ml. Kedalam masing – masing labu tentukur
volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Diukur pada menit ke
Larutan induk dipipet sebanyak 0,3125ml; 0,625 ml; 1,25 ml; dan 2,5 ml
bebas oleh sampel uji, ekstrak etanol daun tempuyung dengan kuersetin sebagai
% inhibisi = x 100 %
regresi dengan larutan uji (ppm) sebagai absis (sumbu x) dan nilai % inhibisi
tunggal, tidak bertangkai dengan helai daun berbentuk lonjong atau berbentuk
lanset; berlekuk menjari atau berlekuk tidak teratur. Pangkal daun menyempit
cm, lebar daun 2 cm sampai 10 cm; permukaan daun sebelah atas agak kasar dan
berwarna pucat. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 57.
berkas pembuluh berbentuk spiral dan stomata tipe anisositik pada epidermis
Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut
dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut dalam asam dapat
simplisia yang digunakan. Kadar air simplisia dilakukan untuk menjaga kualitas
jamur. Syarat kadar air untuk simplisia daun pada umumnya < 12%.
terdapat dalam simplisia. Hasil dari kadar sari larut air lebih tinggi daripada kadar
sari larut etanol, karena dalam air terkandung senyawa kimia metabolit primer dan
kalium serta kadar cemaran logam berat seperti timbal, merkuri, dan kadmium
sedangkan tujuan penetapan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar
zat anorganik yang tidak larut dalam asam, misalnya silikat. Semua hasil
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan skrining fitokimia simplisia dan ekstrak daun
tempuyung
Hasil
No Pemeriksaan
Serbuk Simplisia Ekstrak Etanol
1 Alkaloid + +
2 Flavonoid + +
3 Glikosida + +
4 Saponin + +
5 Tanin + +
6 Steroid/triterpenoid + +
sebagai penangkap radikal bebas karena gugus hidroksil yang dikandungnya dapat
warna biru yang dihasilkan semakin pekat. Senyawa fenolik bereaksi dengan
reagen Folin-Ciocelatu hanya dalam suasana basa agar terjadi disosiasi proton
pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Suasana basa ini dibentuk dengan
menambahkan Na2CO3 20% (Alfian dan Susanti, 2012). Senyawa fenol yang
didasarkan atas ketersediaan substansi yang stabil dan murni (Rahmawati, 2009).
baku asam galat dengan konsentrasi 500 ppm segera setelah penambahan reagen
Folin-Ciocalteu dan larutan Na2CO3 20% pada panjang gelombang 765 nm.
Larutan tersebut mulai menghasilkan nilai absorban yang stabil pada menit ke 90.
asam galat dengan konsentrasi 500 ppm, dilakukan pengukuran pada menit ke-90
konsentrasi 15,625; 31,25; 62,5; 125; 250 dan 500 μg/ml pada panjang gelombang
775 nm. Nilai absorban setiap konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Kurva kalibrasi didapat dari hubungan berbagai kadar asam galat dengan
absorbansi yang terbentuk. Dari kurva kalibrasi ini diperoleh nilai r. Nilai r
untuk analisis regresi yang mewakili data yang sebenarnya. Dari kurva kalibrasi
kadar total fenol dilakukan dengan pengulangan sebanyak 5 kali dan diambil rata
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kadar total fenol yang terdapat
dalam ekstrak etanol daun tempuyung sebesar 53,04 ± 0,46 mg GAE/g ekstrak.
kapasitas reduksi dari bahan yang diuji terhadap suatu reduksi ekivalen dari asam
senyawa yang bersifat polar sehingga kelarutannya paling tinggi dalam pelarut
polar. Pelarut yang bersifat polar mampu melarutkan fenol lebih baik sehingga
klorida dengan gugus keto pada atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom C-3 atau
C-5 yang bertetangga dari golongan flavon dan flavonol membentuk senyawa
stabil yang berwarna kuning. Senyawa yang digunakan sebagai standart dalam
flavonol yang memiliki gugus keto pada atom C-4 dan juga gugus hidroksil pada
konsentrasi 6,25; 12,5; 25; 50 dan 100 μg/ml pada panjang gelombang 432 nm.
Gambar 4.4.
total flavonoid dilakukan dengan pengulangan sebanyak 2 kali dan diambil rata –
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kadar total flavonoid yang
terdapat dalam ekstrak etanol daun tempuyung sebesar 35,04 ± 0,077 mg QE/g
ekstrak.
analisis ini, flavonoid total yang terukur merupakan sumbangan dari golongan
flavon dan flavonol yang terdapat pada ekstrak karena hanya kedua kelompok
inilah yang mampu membentuk kompleks stabil dengan alumunium klorida pada
gugus keto C-4 dan C-3 atau C-5 dari gugus hidroksil yang dimiliki (Chang dkk.,
2002).
Gambar 4.6 Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol
secara spektrofotometri visibel.
konsentrasi larutan uji dalam menganalisis aktivitas antioksidan dapat dilihat pada
Gambar 4.7
Gambar 4.7 Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun tempuyung
pada menit ke-60.
absorbansi DPPH pada panjang gelombang 516 nm pada menit ke-60 dengan
adanya penambahan larutan uji dengan konsentrasi 6,25 μg/ml, 12,5 μg/ml, 25
penambahan larutan uji). Pada grafik hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak
etanol daun tempuyung dapat dilihat adanya penurunan nilai absorbansi DPPH
yang diberi larutan uji dibandingkan terhadap kontrol positif Kuersetin pada setiap
Gambar 4.8 Hasil analisis aktivitas antioksidan kuersetin pada menit ke- 60.
radikal bebas DPPH oleh larutan uji sehingga menunjukkan adanya aktivitas
antioksidan dari sampel. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer
elektron atau radikal hidrogen kepada DPPH, akan menetralkan radikal bebas
DPPH. Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, maka
warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansinya
secara stoikiometri sesuai dengan jumlah atom hidrogen atau elektron yang
ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan (Molyneux, 2004).
4.4.3.3 Hasil analisis peredaman radikal bebas DPPH oleh sampel uji
penambahan larutan uji. Nilai serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah
penambahan larutan uji dihitung sebagai persen peredaman. Hasil analisis yang
Tabel 4.7 Hasil analisis peredaman radikal bebas ekstrak etanol daun tempuyung
dan kuersetin
dikarenakan semakin banyak DPPH yang berpasangan dengan atom hidrogen dari
dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman DPPH sebagai
parameter aktivitas antioksidan dimana konsentrasi larutan uji (ppm) sebagai absis
dan nilai persen peredaman sebagai ordinat. Hasil analisis nilai IC50 yang
Tabel 4.8 Nilai IC50 ekstrak etanol daun tempuyung dan kuersetin
tergolong sangat kuat. Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian
Yuliarti dkk. (2013) yang menunjukkan ekstrak etanol daun tempuyung memiliki
pada pola radikal tersebut, sehingga radikal bebas tersebut menjadi senyawa yang
stabil dan kurang reaktif. Kemampuan senyawa fenolik untuk menangkap radikal
Senyawa DPPH berwarna ungu karena adanya delokalisasi elektron pada atom
nitrogen menjadi kuning setelah direaksikan dengan senyawa antioksidan. Hal ini
radikal dan menurunkan radikal DPPH, reaksi ini akan memberikan peningkatan
kompleks non radikal dan menurunkan radikal DPPH yang ditandai dengan
5.1 Kesimpulan
a. nilai kandungan total fenol ekstrak etanol daun tempuyung yang diukur
picrylhydrazil (DPPH).
5.2 Saran
Alfian, R., dan Susanti, H. (2012). Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak
Metanol Kelopak Bunga Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa Linn) dengan
Variasi Tempat Tumbuh secara Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian. 2(1). Halaman 73-80.
Bastian, L.L. (2009). Skrining Fitokimia Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol
Daun Tempuyung terhadap Radang pada Tikus. Skripsi. Medan:Fakultas
Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Halaman 48.
Budiharto, M., Ngatidjan., dan Imono A.D. (2001). Tempuyung sebagai Alternatif
Penghancur Batu Ginjal. Media Litbang Kesehatan volume 11(4).
Chang, C. C., Yang, M. H., Wen, H. M., dan Chern, J. C. (2002). Estimation of
Total Flavonoid Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric
Methods, J. Food. Drug Anal, 10 : 178-182.
Chairul, S.M., Ros S., dan Chairul. (2003). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air
Tempuyung (Sonchus arvensis L.) secara Invitro. Majalah Farmasi
Indonesia. 14(4). Halaman 208-215.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Depkes RI.
Halaman 321,325,333-334,336.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 1, 10-11.
Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. Halaman 33.
Ditjen POM RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. Halaman 970, 1135, 1139, 1192.
Farkas, O., Jakus, J., dan Héberger, K. (2004). Quantitative Structure –
Antioxidant Activity Relationships of Flavonoid Compounds, Molecules,
9, 1079- 1088.
Farnsworth, N.R. (1966). Biologycal and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Sciense. 55:264.
Hamid, A.A., Aiyelaage, O.O., Usman, L.A Ameen, O.M., dan Lawal, A. (2010).
Antioxidant: Its Medicinal and Pharmacological Aplications. African
Journal of Pure and Applied Chemistry. 4(8). Halaman 142-151.
Handajani, A., Roosihermiatie, B., dan Maryani, H. (2009). Faktor - Faktor yang
Berhubungan dengan Pola Kematian Pada Penyakit Degeneratif di
Indonesia. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan
Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Murtadlo, Y., Dewi K., dan Enny F. (2013). Isolasi, Identifikasi Senyawa
Alkaloid Total Daun Tempuyung Sonchus arvensis L.) dan Uji Sitotoksik
dengan Metode BSLT (Brain Shrimp Lethality Test). Chem Info. Volume
I(1). Halaman 379-385.
Nurul, Leliana W., Chairul., Azrifitria. (2013). Uji Aktivitas Antioksidan serta
Penentuan Kandungan Fenolat dan Flavonoid Total dari buah Parijoto.
Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah.
Orak, H. (2006). Total Antioxidant Activities, Phenolics, Anthocyanins,
Pholyphenoloxidase Activities, and It’s Correlation of Some Important
Red Wine Grape VarietiesWhich are Grown in Turkey. Scientia
Horticulturae Science Direct Journal. 111 (235- 241).
WHO. (1998). Quality Control Methods for Medical Plant Materials. WHO
Global Report. Geneva : World Health Organisation. Halaman. 31-33.
Yuliarti, W., Dewi K., and Enny F. (2013). Isolasi, Identifikasi dan Uji
Antioksidan Asam Fenolat dalam Daun Tempuyung (Sonchus arvensis
L.)dengan Metode 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrasil (DPPH). Chem Info Vol 1,
No.1.
10 cm
Daun Tempuyung
Ditiriskan
Dihaluskan (diblender)
Serbuk Simplisia
- Alkaloid
- Pemeriksaan Mikroskopik
- Kadar air - Flavonoid
Maserat Ampas
Filtrat
Dilakukan pengukuran
BS = Berat sampel ( g )
Volume
Berat Faktor
larutan Rata – rata
sampel Pengulangan Pengenceran Absorban
sampel Absorban
(BS) (FP)
(L)
0,07523
0,07599
0,0118 1 1 0,07875 0,07769
0,01
0,07899
0,07951
0,07951
0,07912
0,0119 2 0,01 1 0,07845 0,07832
0,07784
0,07668
0,07487
0,07510
0,0111 3 0,01 1 0,07477 0,07473
0,07468
0,07423
y = 0,0007994907 x + 0,0277087624
X= = 62,51 ppm
y = 0,0007994907 x + 0,0277087624
X= = 63,30 ppm
y = 0,0007994907 x + 0,0277087624
X= = 58,81 ppm
Kadar flavonoid =
BS = Berat sampel ( g )
Volume
Berat Faktor Kadar rata –
larutan
sampel Pengulangan Pengenceran Absorbansi rata
sampel
(BS) (FP) (mg Q/ gram)
(L)
0,39403
0,39388
0,0251 1 0,025 3,33 0,39371 0.39378
0,39357
0,39371
0,39525
0,39529
0,0253 2 0,025 3,33 0,39513 0,395038
0,39482
0,39470
y = 0,028931136 x + 0,084533733
X= = 10,68 ppm
= = 35,10 mg Q/ g ekstrak.
y = 0,028931136 x + 0,084533733
X= = 10,73 ppm
= = 34,98 mg Q/ g ekstrak.
= 35,04 mg Q/ g ekstrak.
Absorbansi % Peredaman
Konsentrasi
I II III I II III
0 0.97970 0.97974 0.97962 0 0 0
6.25 0.97000 0.96986 0.96976 0.99 1,008 1,007
12.5 0.91314 0.91327 0.91319 6,766 6,784 6,781
25 0.87172 0.87164 0.87140 11,022 11,033 11,047
50 0.76945 0.76936 0.76924 21,461 21,475 21,476
% Peredaman = x 100 %
Percobaan I :
Konsentrasi 25 ppm
Konsentrasi 50 ppm
X Y XY X²
0 0 0 0
6,25 0,99 6,1875 39,0625
12,5 6,766 84,575 156,25
25 11,022 275,55 625
50 21,461 1073,05 2500
ƩX = 93,75 ƩY = 40,239
ƩXY = 1439,3625 ƩX² = 3320,3125
18,75 Ȳ = 8,0478
a =
= 0,43832
b=Ȳ-aX
= - 0,1707
X = 114,461 ppm
Percobaan II :
Konsentrasi 25 ppm
Konsentrasi 50 ppm
X Y XY X²
0 0 0 0
6,25 1,008 6,3 39,0625
12,5 6,784 84,8 156,25
25 11,033 275,825 625
50 21,457 1073,75 2500
ƩX = 93,75 ƩY = 40,3
ƩXY = 1440,675 ƩX² = 3320,3125
18,75 Ȳ = 8,06
a =
= 0,43843
b=Ȳ-aX
= - 0,16056
X = 114,409 ppm
Percobaan III :
Konsentrasi 25 ppm
Konsentrasi 50 ppm
X Y XY X²
0 0 0 0
6,25 1,007 6,29375 39,0625
12,5 6,781 84,7625 156,25
25 11,047 276,175 625
50 21,476 1073,8 2500
ƩX = 93,75 ƩY = 40,311
ƩXY = 1441,03125 ƩX² = 3320,3125
18,75 Ȳ = 8,0622
a =
= 0,43853
b=Ȳ-aX
X = 114,382 ppm
2. Quercetine
Absorbansi % Peredaman
Konsentrasi
I II III I II III
0 0.89632 0.89555 0.89534 0 0 0
1,25 0.75342 0.75320 0.75291 15,943 15,895 15,907
2,5 0.63834 0.63835 0.63821 28,782 28,718 28,718
5 0.35991 0.35985 0.35991 59,846 59,817 59,801
10 0.08258 0.08255 0.08253 90,77 90,778 90,780
% Peredaman = x 100 %
Percobaan I :
Konsentrasi 5 ppm
Konsentrasi 10 ppm
X Y XY X²
0 0 0 0
1,25 15,943 19,92875 1,5625
2,5 28,782 71,955 6,25
5 59,846 299,23 25
10 90,77 907,7 100
ƩX = 18,75 ƩY = 195,341
ƩXY = 1298,81375 ƩX² = 132,8125
3,75 Ȳ = 39,0682
a =
= 9,06056
b=Ȳ-aX
= 5,0911
X = 4,956 ppm
Percobaan II :
Konsentrasi 5 ppm
Konsentrasi 10 ppm
X Y XY X²
0 0 0 0
1,25 15,895 19,86875 1,5625
2,5 28,719 71,7975 6,25
5 59,817 299,085 25
10 90,778 907,78 100
ƩX = 18,75 ƩY = 195,209
ƩXY = 1294,53125 ƩX² = 132,8125
3,75 Ȳ = 39,0418
a =
= 8,99996
b=Ȳ-aX
X = 4,967 ppm
Percobaan III :
Konsentrasi 5 ppm
Konsentrasi 10 ppm
X Y XY X²
0 0 0 0
1,25 15,907 19,88375 1,5625
2,5 28,718 71,795 6,25
5 59,801 299,005 25
10 90,780 907,80 100
ƩX = 18,75 ƩY = 195,206 ƩXY =
ƩX² = 132,8125
3,75 Ȳ = 39,0412 1298,48375
a =
= 9,06338
b=Ȳ-aX
= 5,553525
X = 4,903 ppm