id
oleh
ABSTRACT
25
mit Crab) yang banyak terdapat di daerah hidup dan reproduksi jenis Birgus latro dapat
tropik dan sub tropik. Hewan ini dijumpai dimanfaatkan kearah usaha pelestarian ketam
menghuni wilayah tepi pantai berbatu atau jenis ini, mengingat hewan ini sudah tergolong
yang dipenuhi timbunan daun-daunan terutama katagori "Undangerous species".
di daerah yang banyak ditumbuhi pohon
kelapa. Sebaran geografis hewan ini di DAUR HIDUP Birgus latro
perairan Indo Pasifik cukup luas, yaitu tersebar
di pulau-pulau Pasifik Barat sampai ke Indo- Ketam marga Birgus selama hidupnya
nesia Bagian Timur. Di Indonesia ketam ini mempunyai dua habitat yaitu laut dan daratan
hanya tersebar di timur, yakni Sulawesi Utara, Sewaktu berupa telur hidup di pantai, setelah
Kepulauan Togian sampai ke kepulauan menetas menjadi burayak hidup sebagai
Talaud, Maluku, Irian Jaya dan di bagian planktonik di perairan bebas dan kemudian
timur Nusa Tenggara Timur (NONTJI 1987; setelah dewasa hidup di daratan.
DIREKTORAT JENDRAL KEHUTANAN Ketam betina matang telur akan
1987/1988; PRATIWI 1989). membawa telur-telurnya dalam satu ikatan
Walaupun ketam ini sebagian besar massa yang besar pada abdomennya.
menghabiskan waktunya di daratan, tetapi Sehubungan dengan hal tersebut REESE &
ikatannya dengan laut tidak terputus. Oleh KINZIE (1968) menerangkan sebagai berikut:
karena telur-telur, dan larvanya hidup sebagai mula-mula telur tersebut berwarna merah
plankton bahari dan pertumbuhan selanjutnya jeruk terang, tetapi perlahan-lahan berubah
berlangsung di daratan hingga mencapai menjadi kuning ke abu-abuan dan suram.
dewasa (SALM & USHER 1984) Telur-telur akan berkembang terus sampai
Kemampuan hewan ini untuk hidup di siap menetas.
daratan ternyata didukung oleh kepandaiannya Telur-telur tersebut tidak dimasukkan
mengatur pernapasan dengan menggunakan ke dalam kantung atau cangkang seperti
insang. Hewan ini mengambil O2 dari air laut kelomang untuk melindungi telur dari
dengan membenamkan kepalanya dalam kekeringan dan tempat terbuka. Ketika telur
selang waktu cukup lama. Hal ini dapat telah siap untuk menetas, ketam betina berjalan
berlangsung karena insang marga Birgus telah menuju ke laut, untuk menetas zoea berukuran
teradaptasi, dalam hal ini ruangan insang panjang 2,5 mm. Ketam betina yang akan
terbagi-bagi oleh membran, sehingga mem- melepaskan zoea berjalan di atas batu-batuan
bantu proses pertukaran gas. Dengan fungsi pada perbatasan daerah pasang surut, sehingga
insang yang demikian, maka ketam ini akan ombak yang datang memecah akan membasahi
tahan berada di daratan dalam selang waktu bagian atas tubuhnya secara teratur. Pada saat
yang cukup lama (CAMERON & telur-telur tersebut kontak dengan air laut,
MECKLENBURG 1973). maka segara setelah itu menetas dan zoea
Mengingat sebaran marga Birgus di dilepaskan ke dalam laut (SCHILLER et al.
Indonesia hanya terbatas di beberapa wilayah 1991).
saja dan populasi hewan ini semakin Telur-telur tersebut menetas pada tahap
berkurang, karena banyak faktor yang zoea pertama lamanya 4 – 9 hari, biasanya 5
berpengaruh terhadap proses tumbuh – 6 hari, pergantian ke tahap zoea kedua
kembangnya, maka pengetahuan tentang daur dimulai pada hari ke empat dari kehidupan
26
larva dan mencapai puncaknya pada hari ke pleipodnya atau bergerak perlahan-lahan di
lima dan hari ke enam. daratan. Pada tingkatan ini ketam tersebut,
Tahap zoea ke dua berlangsung 3–1 5 mulai menggunakan cangkang. Biasanya
hari, tetapi biasanya 3 – 5 hari. Bergantian ke "glaucothoe" memilih cangkang gastropoda
tahap zoea ke tiga dimulai dari hari ke 9 – 11 yang kecil dan bermigrasi dari laut ke daratan.
pada kehidupan larva dan sebagian selesai Seperti halnya tingkah laku yang khas sebagai
dalam waktu 10 hari. anggota seksi Anomura (kelomang). Setelah
Lamanya tahap zoea ke tiga 3 – 18 hari, itu bergerak perlahan-lahan menuju ke daratan,
tetapi biasanya 8 – 9 hari. Pergantian ke "glaucothoe" berjalan dengan kulitnya yang
tahap zoea ke empat dimulai tepat pada hari sangat kecil dan bila sudah dewasa
ke 15 dari kehidupan larva dan dilanjutkan ("glaucothoe" dewasa ) akan mengubur dirinya
sampai kira-kira hari ke 24. Burayak yang dalam rangka mempersiapkan diri untuk
mengalami pergantian kulit pada hari ke 18– berganti kulit. Setelah tahap ini ketam tersebut
20, biasanya pada hari ke 18 lah pergantian menggali lubang dan terjadi pergantian kulit
kulit berlangsung sangat aktif. Sedangkan pada hari ke 28. Ketam ini muncul sebagai
lamanya tahap zoea ke empat dan ketam muda pada hari ke 36. Setelah
penyempurnaan atau tahap metazoea adalah 6 perubahan bentuk mereka memakan kerangka
– 12 hari dan akhirnya ketika usia larva 20 – luarnya yang telah tua (REESE & KINZIE
30 hari ketam berada dalam tahap terakhir 1968; SCHILLER et al. 1991)
pergantian zoea untuk berubah ke tahap post Ketam Kelapa masih terus meng-
larva "glaucothoe". gunakan cangkang kurang lebih 12 sampai
Kadang-kadang tahap zoea ke lima ini dengan 24 bulan. Dan tentu saja dengan
terjadi, tetapi sedikit sekali pengetahuan ukuran yang telah disesuaikan dengan
tentang lamanya tahap zoea ke lima ini. pertumbuhan atau dengan tubuhnya (REESE
Biasanya tahap zoea ke lima sama seperti 1987).
tahap zoea ke empat yaitu kurang dari 6 hari. Untuk lebih mengetahui atau mengenal
Tahap ini penting karena memperlihatkan tahapan-tahapan tersebut, dapat diperjelaskan
campuran antara karakteristik zoea dan dengan gambar yang dimulai dari zoea 1
"glaucothoe", terutama kalau dilihat pada sampai dengan 5 (zoea stages) secara
umbai dada yang berhubungan dengan lipatan pandangan dorsal dan lateral (Gambar 1 & 2).
tertutup sefalotorak dan banyaknya setae di Menurut GIBSON-HILL (1947),
pleiopod dan abdomen. Ciri lainnya adalah ketam-ketam ini kemudian menghabiskan
dalam bentuk telson dan perlindungan waktunya di daratan dan menjadi dewasa
terhadap segmen abdominalnya. pada usia 4 tahun, yakni setelah 8 kali
Tahap post larva "glaucothoe" pergantian kulit. Ketam-ketam tersebut sudah
merupakan tahapan yang terpenting dalam tidak lagi membawa cangkang karena struktur
pertumbuhan Birgus latro. Pada tahap ini tubuhnya sudah berubah menjadi hewan
terjadi perubahan menjadi seperti hewan daratan. Sedangkan siklus hidup ketam marga
amphibi. Kemudian mengalami perkem- Birgus akan diperjelas pada gambar 3.
bangan sehingga dapat berenang dengan
27
28
29
30
31
32
MATHEWS, D.C. 1956. The probable method REESE, E.S. 1967. Shell use; and adaptation
of fertilization in terrestrial hermit for emigration from the sea by the
crabs based on a comparative study of Coconut crab. Science 161 : 385 – 386.
spermatophores. Pac. Sci. 10 : 303– REESE, E.S. and R.A. KINZIE 1968. The
309 larval development of the coconut
NONTJI, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan crab Birgus latro (L) in the laboratory
: 368 hal. (Anomura, Paguridae). Crustaceana.
PRATIWI, R. 1989. Ketam Kelapa, Birgus Suppl. 2 : 117 – 144.
latro (LINNAEUS 1767) (Crustacea, SALM, R.V. and G. USHER 1984. No home
Decapoda, Coenobitidae) dan beberapa big enough no place safe enough for
aspek biologinya. Oseana 14 (2) : 47– this curius crab. Voice of nature 22 : 7
53. pp.
PROYEK PENGEMBANGAN SUMBER SCHILLER, C, FIELDER, D.R., BROWN,
DAYA ALAM HAYATI PUSAT, I.W. and A. OBED 1991. Reproduc-
1987/1988. Diskripsi biota laut langka. tion, Early Life History and Recruit-
Departemen Kehutanan Direktorat ment. In : The Coconut Crab : Aspects
Jendral Perlindungan Hutan dan of Birgus latro biology and ecology in
Pelestarian Alam, Bogor : 170 hal. Vanuatu. BROWN, I.W. and
REESE, E.S. 1965. The ecology of the FIELDER, D.R. (eds.), ACIAR Mono-
Coconut crab Birgus latro (L). Ab- graph 8 : 128 pp.
stract in the Bull. Ecol. Soc. Amer., 46
(4) : 191 – 192.
33