SKRIPSI
OLEH:
JESSICA NOVIA
NIM 0915010131
SKRIPSI
OLEH:
JESSICA NOVIA
NIM 091501131
OLEH:
JESSICA NOVIA
NIM 091501131
Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt. Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt.
NIP 194909061980032001 NIP 195709091985112001
Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. Drs. Rasmadin Muchtar, M.S., Apt.
NIP 195107231982032001 NIP 194909101980031002
officinale W.T.Aiton)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Sumatera Utara.
besarnya kepada Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
fasilitas selama pendidikan, kepada Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt., dan Dra.
Suwarti Aris, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran selama penelitian,. Ucapan terima kasih juga
Muchtar, M.S., Apt., dan Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik, dan masukan kepada
Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt., yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis selama ini, serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi
ayahanda Bapak Lim Liong Kang dan ibunda Ibu Lie Min Jek serta adinda
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
Jessica Novia
NIM 091501131
ABSTRAK
ABSTRACT
Halaman
JUDUL ................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................. vi
LAMPIRAN ........................................................................................... 50
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
tahunan dari famili Brasicaceae. Selada air sangat mudah tumbuh dan sering
dijumpai di aliran sungai kecil, kolam, rawa dan danau yang dangkal (Smith,
2002). Tumbuhan ini kaya akan kandungan vitamin C (62 mg/100 g porsi),
E (1,46 mg/100 g porsi), vitamin K (250 µg/100 g porsi) (Costain, 2007), asam
folat, iodin, besi, protein dan kalsium (Gonçalves et.al., 2009). Menurut
2009) dan pengobatan tuberculosis (Corona et.al., 2008). Sayuran ini juga
terhadap kerusakan DNA pada sel HT29 (Boyd et.al., 2006). Daun selada air
telah diteliti aktivitas antioksidannya terhadap ekstrak etanol dan air oleh Özen
pemerangkapan DPPH dengan hasil IC50 untuk ekstrak etanol daun, batang dan
(Baradinath et.al., 2010; Rosidah et.al., 2008), metode CUPRAC (cupric ion
DPPH untuk pengujian antioksidan karena metode ini dikenal lebih cepat,
praktis, akurat dan murah. Metode ini umum digunakan untuk mengukur
Metode DPPH juga dapat digunakan untuk sampel berwujud padat dan cair
ekstrak n-heksan, ekstrak etilasetat dan ekstrak metanol selada air dengan
1.3 Hipotesis
adalah:
1.5 Manfaat
golongan senyawa kimia yang terkandung dalam selada air dan informasi
aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan, etilasetat dan metanol dari selada air.
1. Pemeriksaan makroskopik
2. Pemeriksaan mikroskopik
3. Penetapan kadar air
4. Penetapan kadar sari larut
Karakteristik air
5. Penetapan kadar sari larut
Herba etanol
selada air 6. Penetapan kadar abu total
7. Penetapan kadar abu tidak
larut asam
1. Alkaloid
Golongan 2. Flavonoida
senyawa
3. Glikosida
kimia
4. Saponin
5. Tanin
6. Steroid/triterpenoid
Ekstrak Ekstrak Ekstrak 7. Glikosida antrakuinon
n- etilasetat metanol
heksan selada selada
selada air air Aktivitas Nilai IC50
air antioksidan
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Dialypetalae
Suku : Cruciferae
Marga : Nasturtium
(Bell, 1965)
1972).
obat, selada air meningkatkan selera makan dan pencernaan. Selada air
digunakan untuk mengobati iritasi dari saluran urin efferen (Gruenwald dkk.,
2000). Penelitian Özen (2009), menunjukkan aktivitas ekstrak selada air dapat
melawan dan mengurangi peroksidasi lipid pada hati, otak dan ginjal. Selada
air juga telah diteliti aktivitasnya sebagai antidiabetes (Hoseini dkk., 2009),
antikanker yakni kanker kolon (Boyd dkk., 2006) dan obat tuberculosis
2.2 Ekstraksi
a. Cara Dingin
1. Maserasi
remaserasi.
2. Perkolasi
selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada
temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaban bahan, tahap
ekstrak).
b. Cara Panas
1. Refluks
menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan
jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2. Digesti
3. Sokletasi
5. Dekok
jumlah elektron ganjil pada ruang valensinya (Mc Murry, 2008). Radikal bebas
dimaksud.
1. Inisiasi: X–Y X· + Y·
3. Terminasi: 2 R· R–R
2 X· X–X
Kemudian atom radikal bebas masuk ke fase propagasi. Fase propagasi adalah
fase produksi radikal bebas baru secara terus menerus maka dalam reaksi di
atas, jumlah rantai reaksi pembuatan radikal bebas yang terjadi dinyatakan
radikal bebas. Panjangnya rantai reaksi menentukan urutan fase propagasi yang
terjadi tiap reaksi. Fase terminasi terjadi saat dua atom radikal bebas bertemu
2.4 Antioksidan
radikal bebas baru. Ia mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang
yang disebabkan radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada
dan biji-bijian adalah sumber antioksidan yang baik dan bisa meredam reaksi
berantai radikal bebas dalam tubuh, yang pada akhirnya dapat menekan proses
2.4.2 Vitamin C
dengan 6 karbon lakton yang disintesa dari glukosa oleh banyak binatang
(FAO, 2001). Vitamin C adalah antioksidan larut air yang telah diketahui
disintesa dalam hati pada sebagian hewan mamal dan dalam ginjal pada burung
HO
HO
O
O
HO OH
primer dalam darah, senyawa ini bereaksi dengan semua spesies oksigen, dan
penting yang mendaur ulang vitamin C yang teroksidasi dan vitamin C sendiri
2.4.3 Beta-karoten
A dan karotenoid termasuk α-, β-, dan γ- karoten dan siproxantin yang
air, asam dan basa tetapi sangat sensitif terhadap oksidasi (FAO, 2001).
tinggi dapat bersifat toksis. Akan tetapi, dalam jumlah banyak mampu
dari alam jauh lebih berkhasiat daripada yang sudah dikemas dalam suplemen.
2.4.4 Vitamin E
dari 6-chromanol dan berbeda dalam hal jumlah gugus metil dan letaknya
β-,d-γ- dan d-δ-) memiliki tiga ikatan rangkap pada rantai cabang. Terdapat
HO
CH3
H CH3 H CH3
H3C O CH3
CH3
CH3
semua homolog tokoferol dalam makanan hampir sama, bentuk alfa (α-) lebih
menonjol di darah dan jaringan. Hal ini disebabkan aksi protein pengikat yang
secara khusus memilih bentuk alfa (α-) dibandingkan bentuk lain. Mekanisme
daerah ultraviolet (panjang gelombang 190 nm-380 nm) atau pada daerah
monokromator, tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan
yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang
Metode yang cepat, praktis dan tidak mahal untuk mengukur kapasitas
ungu gelap yang terdiri dari molekul radikal bebas yang stabil. DPPH
2003).
O2N NO2
NO2
sampel padat atau cair dan tidak spesifik terhadap senyawa antioksidan tertentu,
N + RH NH + R+
O2N NO2 O2N NO2
NO2 NO2
(1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl) (1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyn)
2.6.1 Pelarut
Metode ini dapat bekerja dengan baik dengan metanol atau etanol,
karena tidak ada di antara kedua pelarut tersebut yang mengganggu reaksi.
Penggunaan pelarut lain, seperti ekstrak dalam air atau aseton, memberikan
hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan metanol atau etanol (Molyneux,
2003).
pengukuran dengan metode DPPH cukup beragam mulai dari 515 nm, 516 nm,
518 nm dan 520 nm. Namun, dalam prakteknya, panjang gelombang yang
dan 60 menit (Rosidah et.al., 2008). Waktu reaksi yang tepat adalah ketika
METODE PENELITIAN
3.1.1 Alat
desikator, neraca kasar (Ohaus), kaca objek , gelas penutup, lemari pengering,
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah herba selada air, kertas
saring dan air suling. Bahan-bahan kimia yang lainnya adalah berkualitas pro
Merck: metanol, toluen, raksa (II) klorida, kalium iodida, bismuth(III) nitrat,
asam nitrat pekat, besi (III) klorida, asam klorida pekat, asam sulfat pekat,
anhidrat, natrium hidroksida dan amil alkohol. Bahan kimia berkualitas teknis:
selada air segar berwarna hijau yang diambil dari Pusat Pasar, Jalan Sutomo,
Selada air yang dibeli di pasar berupa herba dicuci bersih di bawah air
mengalir, ditiriskan, lalu ditimbang sebagai berat basah (6,13 kg). Sampel
tersebut diremas akan hancur, kemudian ditimbang sebagai berat kering (302
Timbal (II) asetat sebanyak 15,7 g dilarutkan dalam air suling bebas
Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida, kemudian dilarutkan dalam air suling
hingga 60 ml. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu
dilarutkan dalam air suling. Kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air
jernih diambil dan diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 100 ml
(Depkes, 1995).
Sebanyak 5,5 ml asam sulfat pekat diencerkan dengan air suling hingga
air. Serbuk simplisia ditaburkan di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan
toluen) (WHO, 1998). Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung,
Cara kerja:
bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin
selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan
menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes
tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan
dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam
kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air
dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang
terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen.
air suling sampai 1 liter) dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama
yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu
105ºC sampai bobot tetap. Kadar sari larut air dihitung dalam persen.
dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat
20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata
yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105ºC sampai
dan ditimbang seksama dimasukan dalam krus porselin yang telah dipijar dan
pemijaran dilakukan pada suhu 600ºC selama 3 jam kemudian didinginkan dan
ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu total dihitung dalam persen.
dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer
selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring
melalui kertas saring bebas abu lalu dipijar sampai bobot tetap, kemudian
didinginkan dan ditimbang. Kadar abu tidak larut dalam asam dihitung dalam
persen.
steroida/triterpenoida.
asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji
filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2
terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol
(Farnsworth, 1966).
campuran etanol 95% dengan air (7:3) dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks
ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit
(2:3), dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan
pada temperatur tidak lebih dari 50ºC. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol.
dimasukkan dalam tabung reaksi dan diuapkan di atas penangas air. Pada sisa
dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang
stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes
dalam 100 ml air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan
1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%b/v. Jika terjadi warna biru kehitaman
selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa
biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroid, sedangkan warna merah,
cairan penyari n-heksan sampai semua simplisia terendam dan terdapat selapis
aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan
dikeringbekukan dengan freeze dryer pada suhu -40ºC. Ampas dikeringkan lalu
prosedur yang sama seperti di atas (Depkesb, 1979). Bagan kerja pembuatan
radikal bebas dalam larutan metanol (sehingga terjadi peredaman warna ungu
DPPH) dengan nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang mampu meredam
Larutan induk dipipet sebanyak 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; 2,5 ml kemudian
515,5 nm.
Larutan induk dipipet sebanyak 0,05 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml ke
dengan metanol sampai garis tanda. Diamkan selama 60 menit, lalu diukur
DPPH (peredaman warna ungu DPPH) akibat adanya penambahan larutan uji.
Nilai serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan uji
A kontrol − A sampel
% Peredaman= A kontrol
x 100%
pengujian perlu dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas
halaman 62-77.
kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 µg/ml, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 µg/ml,
sedang jika IC50 bernilai 100-150 µg/ml dan lemah jika IC50 bernilai 151-200
majemuk gasal dengan warna hijau tua, anak daun berjumlah rata-rata 5 lembar,
anak daun di ujung umumnya berbentuk jorong melebar sampai bundar dan
pangkal berbentuk bundar. Panjang helaian daun di ujung 2,5 cm dan lebar 1,5
cm. Batang daun dan tangkai daun berwarna hijau muda dengan panjang
batang 48 cm.
adanya stomata tipe anisositik, jaringan mesofil berupa bunga karang dan
pertumbuhan jamur.
dalam simplisia. Hasil kadar sari larut air lebih tinggi daripada kadar sari larut
etanol karena dalam air terkandung senyawa kimia metabolit primer dan
kalium serta kadar cemaran logam berat seperti timbal, merkuri, dan kadmium
sedangkan tujuan penetapan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui
kadar zat anorganik yang tidak larut dalam asam, misalnya silikat. Semua hasil
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan skrining fitokimia simplisia dan ekstrak selada air
etilasetat merupakan pelarut semi polar sehingga senyawa polar (glikosida dan
bersifat polar sehingga senyawa glikosida dan flavonoida yang bersifat polar
penangkap radikal karena gugus hidroksil yang terikat pada inti benzen
etilasetat selada air (EESA), dan ekstrak metanol selada air (EMSA) diperoleh
dari hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan adanya penambahan larutan uji
dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak (400-800 nm). Data hasil
absorbansi DPPH pada panjang gelombang 515,5 nm pada menit ke-60 dengan
adanya penambahan larutan uji dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 200
ppm, 400 ppm yang dibandingkan dengan kontrol DPPH (tanpa penambahan
0,8000
60(1)
0,6000
60(2)
0,4000
60(3)
0,2000
0,0000
0 100 200 300 400 500
Konsentrasi (ppm)
Gambar 4.2 Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan selada air
pada menit ke-60.
1,4000
EESA
1,2000
1,0000
Absorbansi
0,8000
0,6000 60(1)
60(2)
0,4000
60(3)
0,2000
0,0000
0 100 200 300 400 500
Konsentrasi (ppm)
Gambar 4.3 Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak etilasetat selada air
pada menit ke-60.
0,8000
60(1)
0,6000
60(2)
0,4000
60(3)
0,2000
0,0000
0 100 200 300 400 500
Konsentrasi (ppm)
Gambar 4.4 Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak metanol selada air
pada menit ke-60.
heksan, ekstrak etilasetat dan ekstrak metanol selada air dapat dilihat adanya
Vitamin C
1,2000
1,0000
Absorbansi
0,8000
0,6000 60(1)
0,4000
60(2)
0,2000
60(3)
0,0000
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (ppm)
Gambar 4.5 Hasil analisis aktivitas antioksidan vitamin C pada menit ke-60.
baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen kepada DPPH, akan
menetralkan radikal bebas DPPH. Jika semua elektron pada radikal bebas
DPPH menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu tua
akan hilang. Perubahan ini dapat diukur secara stoikiometri sesuai dengan
jumlah elektron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat
4.6 Hasil Analisis Peredaman Radikal Bebas DPPH oleh Sampel Uji
penambahan larutan uji. Nilai serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah
penambahan larutan uji dihitung sebagai persen peredaman. Hasil analisis yang
konsentrasi sampel uji seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Konsentrasi
% Peredaman
Jenis ekstrak Larutan Uji
(ppm) I II III
0 (blanko) - - -
50 4,54 4,56 4,56
EHSA 100 5,73 5,58 5,45
200 19,88 20,03 20,13
400 26,14 26,46 26,75
0 (blanko) - - -
50 7,88 7,79 7,89
EESA 100 22,45 22,59 22,79
200 22,60 22,92 23,26
400 48,90 49,37 49,65
0 (blanko) - - -
50 14,46 14,51 14,52
EMSA 100 14,55 14,64 14,73
200 43,56 44,20 44,75
400 68,92 69,53 70,19
0 (blanko) - - -
1 14,79 14,68 14,46
Vitamin C 2 30,88 30,85 30,64
4 59,55 59,32 59,16
8 95,63 95,63 95,63
karena semakin banyak DPPH yang berpasangan dengan atom hidrogen dari
didapatkan dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman
(ppm) sebagai absis dan nilai persen peredaman sebagai ordinat. Hasil analisis
bahwa ketiga ekstrak yakni ekstrak n-heksan, ekstrak etilasetat dan ekstrak
metanol selada air memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong sangat lemah
kuat.
Hal ini disebabkan antioksidan yang terlarut dalam pelarut nonpolar (n-
sedikit yakni 1,46 mg/100 g porsi dan 420 µg/100 g porsi (dikonversi dari
dalam selada air yakni 62 mg/100 g porsi serta kandungan flavonoid seperti
(2011) yang menunjukkan ekstrak etanol daun, batang dan selada air utuh
Data nilai IC50 dari ketiga ESA juga dianalisis secara statistik dengan
metode ANAVA lalu dilanjutkan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat
diperoleh nilai signifikansi (0,000). Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05
EHSA, EESA, EMSA dan vitamin C. Tabel hasil analisa statistik dengan
metode ANAVA dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 78. Perbedaan
antara aktivitas antioksidan ini ditunjukkan secara nyata dengan analisis Tukey
yang signifikan antara EHSA dengan EESA, EMSA dan vitamin C; EESA
dengan EHSA, EMSA dan vitamin C; EMSA dengan EHSA, EESA dan
vitamin C serta vitamin C dengan EHSA, EESA dan EMSA. Perbedaan ini
antioksidan dengan uji Post Hoc Tukey HSD dapat dilihat pada Lampiran 12,
halaman 79.
5.1 Kesimpulan
a. Hasil karakterisasi simplisia selada air yakni untuk kadar air 3,98%; kadar
sari larut air 40,27%; kadar sari larut etanol 17,09%; kadar abu total 12,46%
dan kadar abu tidak larut asam 2,16% Hasil ini memenuhi persayaratan
5.2 Saran
berperan sebagai antioksidan pada selada air serta penetapan kadar senyawa
tersebut.
Boyd, L.A., Mark, J.M., Yumi, H., Richard, N.B., Chris, I.G., and Ian, R.R.
(2006). Assessment of the Anti-Genotoxic, Anti-Proliferative, and
Anti-Metastatic Potential of Crude Watercress Extract in Human
Colon Cancer Cells. Nutrition and Cancer. 55(2): 232-241.
Carey, F.A., and Richard, J.S. (2007). Advanced Organic Chemistry Part A:
Structure and Mechanism. Edisi Kelima. Virginia: Springer Science +
Business Media. Hal. 465-466.
Cartea, M.E., Marta. F., Pilar, S., and Pablo, V. (2011). Phenolics Compounds
in Brassica Vegetables. Molecules. 16: 251-280.
Corona, M.R.C., Monica, A., Ramirez, C., Omar, G.S., Elvira, G.G., Isidoro,
P.P., and Julieta, L.H. (2008). Activity Against Drug Resistant-
Tuberculosis Strains of Plants Used in Mexican Traditional Medicine
to Treat Tuberculosis and Other Respiratory Diseases. Phytotherapy
Research. 22: 82-85.
Depkes. (1978). Materia Medika Indonesia. Jilid Kedua. Jakarta: Depkes RI.
Hal. 150-156.
Depkesb. (1979). Materia Medika Indonesia. Jilid Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
Hal. 35-38.
Depkes. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid Keenam. Jakarta: Depkes RI.
Hal. 302, 321, 325.
Gonçalves, E.M., Cruz, R.M.S., Abreu, M., Brandao, T.R.S., and Silva, C.L.M..
(2009). Biochemical and Colour of Watercress (Nasturtium officinale
R.Br) during Freezing and Frozen Storage. Journal of Food
Engineering. 93: 32-39.
Gruenwald, J., Thomas, B., and Christof, J. (2000). PDR for Herbal Medicine.
Montvale: Medical Economics Company, Inc. Hal. 798.
Hoseini, H.F., Ahmad, R.G., Soodabeh, S., Naghi, S.M, and Abbass, H. (2009).
The Effect of Nasturtium officinale on Blood Glucose Level in
Diabetic Rats. Pharmacologyonline. 3: 866-871.
Khare, C.P. (2007). Indian Medicinal Plants. New Delhi: Springer Science
and Business Media LLC. Hal. 434-435.
Kosasih, E.N., Tony, S., dan Hendro, H. (2004). Peran Antioksidan pada
Lanjut Usia. Jakarta: Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia.
Hal. 42, 56-57, 88.
Maestri, D.M., Nepote, V., Lamarque, A.L., and Zygadio, J.A. (2006). Natural
Products as Antioxidants dalam Phytochemistry: Advanced in
Research. Editor: Filipino Imperato. Kerala: Research Signpost. Hal.
107-108.
Merck, E. (1978). Dyeing Reagents for Thin Layer and Paper Chromatography.
Darmstadt: Federal Republic of Germany. Hal. 1.
Rosidah, Mun, F.Y., Amirin, S., and Mohammad, Z.A. (2008). Antioxidant
Potential of Gynura procumbens. Pharmaceutical Biology. 46(9):
616-625.
Salamah, E., Sri, P., dan Ellis, P. (2011). Aktivitas Antioksidan dan Komponen
Bioaktif Pada Selada Air (Nasturtium officinale L.R.Br.), Skripsi.
Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Smith, E.S. (2002). Terapi Sayuran. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Hal. 200
Keterangan:
1. Stomata
2. Sel tetangga
3. Berkas pembuluh dengan penebalan tipe spiral
4. Jaringan bunga karang
Selada air
Simplisia
Dilakukan pemeriksaan
makroskopik
Dihaluskan(diblender)
Serbuk simplisia
Perkolat Ampas 3
metanol
0,2 ml
% Kadar air = 5,031 g x 100% = 3,97%
0,2 ml
% Kadar air = 5,001 g x 100% = 3,99%
0,4101 g 100ml
% Kadar sari larut dalam air = 5,053 g
x 20 ml x 100% = 40,57%
0,4020 g 100ml
% Kadar sari larut dalam air = 5,014 g
x 20 ml
x 100% = 40,09%
0,4030 g 100ml
% Kadar sari larut dalam air = 5,019 g
x 20 ml x 100% = 40,15%
0,1670 g 100ml
% Kadar sari larut dalam etanol = 5,001 g
x 20 ml x 100% = 16,69%
0,1701 g 100ml
% Kadar sari larut dalam etanol = 5,003 g
x 20 ml x 100% = 16,99%
0,2510 g
% Kadar abu total = 2,0001 g x 100% = 12,54%
0,2510 g
% Kadar abu total = 2,0005 g x 100% = 12,54%
0,0450 g
% Kadar abu tidak larut asam = 2,0005 g x 100% = 2,24%
Absorbansi %Peredaman
Konsentrasi(ppm)
I II III I II III
0 1,2155 1,2153 1,2152 0 0 0
50 1,1602 1,1598 1,1597 4,54 4,56 4,56
100 1,1458 1,1474 1,1489 5,73 5,58 5,45
200 0,9738 0,9718 0,9705 19,88 20,03 20,13
400 0,8977 0,8937 0,8901 26,14 26,46 26,75
Akontrol −Asampel
% Peredaman = A kontrol
x 100%
Percobaan 1:
Konsentrasi 50 ppm
1,2155 − 1,1602 l
% Peredaman = 1,2155
x 100% = 4,54%
X Y XY X2
0 0 0 0
50 4,54 227 2500
100 5,73 573 10000
200 19,88 3976 40000
400 26,14 10456 160000
ΣX=750 ΣY=56,29
ΣXY=15232 ΣX2=212500
= 150 Ȳ= 11,258
∑X Y– (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
15232 – (750)(56,29)/5
=
212500 – (750)2 /5
15232 – 8443 ,5
= = 0,0678
100000
b= Ȳ - a
= 11,258 – (0,0678)(150) = 1,088
Percobaan 2:
Konsentrasi 50 ppm:
1,2153 −1,1598
% Peredaman = 1,2153
x 100% = 4,56%
X Y XY X2
0 0 0 0
50 4,56 228 2500
100 5,58 558 10000
200 20,03 4006 40000
400 26,46 10584 160000
ΣX=750 ΣY=56,63
ΣXY=15376 ΣX2=212500
= 150 Ȳ= 11,258
∑X Y – (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
15376 – (750)(56,63)/5
=
212500 – (750)2 /5
15232 – 8494,5
= = 0,0688
100000
b= Ȳ - a
= 11,326 – (0,0688)(150) = 1,006
Percobaan 3:
Konsentrasi 50 ppm:
1,2152 − 1,1597
% Peredaman = 1,2152
x 100% = 4,56%
X Y XY X2
0 0 0 0
50 4,56 228 2500
100 5,45 545 10000
200 20,13 4026 40000
400 26,75 10700 160000
ΣX=750 ΣY=56,89
ΣXY=15499 ΣX2=212500
= 150 Ȳ= 11,378
∑X Y – (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
15499 – (750)(56,89)/5
=
212500 – (750)2 /5
15499–8533,5
= = 0,0696
100000
b = Ȳ - a
= 11,378 – (0,0696)(150) = 0,938
Absorbansi %Peredaman
Konsentrasi(ppm)
I II III I II III
0 1,2026 1,2005 1,2012 0 0 0
50 1,1078 1,1069 1,1064 7,88 7,79 7,89
100 0,9325 0,9293 0,9274 22,45 22,59 22,79
200 0,9307 0,9253 0,9218 22,60 22,92 23,26
400 0,6145 0,6078 0,6048 48,90 49,37 49,65
Akontrol − Asampel
% Peredaman = x 100%
A kontrol
Percobaan 1:
Konsentrasi 50 ppm
1,2026 − 1,1078
% Peredaman = 1,2026
x 100% = 7,88%
X Y XY X2
0 0 0 0
50 7,88 394 2500
100 22,45 2245 10000
200 22,60 4520 40000
400 48,90 19560 160000
ΣX=750 ΣY=101,83
ΣXY=26719 ΣX2=212500
= 150 Ȳ= 20,366
∑X Y – (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
26719 – (750)(101,83)/5
=
212500 – (750)2 /5
26719 – 15274,5
= 100000
= 0,1144
b = Ȳ - a
= 20,366 – (0,1144)(150) = 3,206
Percobaan 2:
Konsentrasi 50 ppm:
1,2005 − 1,1069
% Peredaman = 1,2005
x 100% = 7,79%
X Y XY X2
0 0 0 0
50 7,79 389,5 2500
100 22,59 2259 10000
200 22,92 4584 40000
400 49,37 19748 160000
ΣX=750 ΣY=102,67
ΣXY=26980,5 ΣX2=212500
= 150 Ȳ= 20,534
∑X Y – (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
26980 ,5 – (750)(102,67)/5
=
212500 – (750)2 /5
26980 ,5 – 15400 ,5
= = 0,1158
100000
b= Ȳ - a
= 20,534 – (0,1158)(150) = 3,164
Percobaan 3:
Konsentrasi 50 ppm:
1,2012 − 1,1064
% Peredaman = 1,2012
x 100% = 7,89%
X Y XY X2
0 0 0 0
50 7,89 394,5 2500
100 22,79 2279 10000
200 23,26 4652 40000
400 49,65 19860 160000
ΣX =750 ΣY =103,59
ΣXY=27185,5 ΣX2=212500
= 150 Ȳ = 20,718
∑X Y – (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
27185 ,5 – (750)(103,59)/5
=
212500 – (750)2 /5
27185 ,5 – 15538 ,5
= = 0,1164
100000
b= Ȳ - a
= 20,718 – (0,1164)(150) = 3,258
Absorbansi %Peredaman
Konsentrasi(ppm)
I II III I II III
0 1,2328 1,2005 1,2012 0 0 0
50 1,0591 1,0573 1,0558 14,46 14,51 14,52
100 1,0580 1,0557 1,0532 14,55 14,64 14,73
200 0,6988 0,6901 0,6824 43,56 44,20 44,75
400 0,3848 0,3768 0,3681 68,92 69,53 70,19
Percobaan 1:
Konsentrasi 50 ppm:
1,2328 − 1,0591
% Peredaman = 1,2328
x 100% = 14,46%
X Y XY X2
0 0 0 0
50 14,46 723 2500
100 14,55 1455 10000
200 43,56 8712 40000
400 68,92 27568 160000
ΣX = 750 ΣY = 141,49
ΣXY = 38458 ΣX2 = 212500
=150 Ȳ = 28,298
∑X Y – (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
38458 –(750)(141,49)/5
=
212500 – (750)2 /5
38458 –21223 ,5
= = 0,1723
100000
b= Ȳ - a
= 28,298 – (0,1723)(150) = 2,453
Percobaan 2:
Konsentrasi 50 ppm:
1,2368 − 1,0573
% Peredaman = 1,2368
x 100% = 14,51%
X Y XY X2
0 0 0 0
50 14,51 725,5 2500
100 14,64 1464 10000
200 44,20 8840 40000
400 69,53 27812 160000
ΣX=750 ΣY=142,88
ΣXY=38841,5 ΣX2=212500
= 150 Ȳ= 28,576
∑X Y – (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
38841 ,5 – (750)(142,88)/5
=
212500 – (750)2 /5
38841 – 21432
= = 0,1740
100000
b = Ȳ - a
= 28,576 – (0,1740)(150) = 2,476
Percobaan 3:
Konsentrasi 50 ppm:
1,2352 − 1,0558
% Peredaman = 1,2352
x 100% = 14,52%
X Y XY X2
0 0 0 0
50 14,52 726 2500
100 14,73 1473 10000
200 44,75 8950 40000
400 70,19 28076 160000
ΣX=750 ΣY=144,19
ΣXY=39225 ΣX2=212500
= 150 Ȳ= 28,838
∑X Y – (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
39225 – (750)(144,19)/5
=
212500 – (750)2 /5
39225 – 21628 ,5
= = 0,1759
100000
b= Ȳ - a
= 28,838 – (0,1759)(150) = 2,444
Akontrol − Asampel
% Peredaman = x 100%
A kontrol
Percobaan 1:
Konsentrasi 50 ppm:
1,007− 0,858
% Peredaman = 1,007
x 100% = 14,79%
X Y XY X2
0 0 0 0
1 14,79 14,79 1
2 30,88 61,76 4
4 59,55 238,20 16
8 95,63 765,04 64
ΣX=15 ΣY=200,85
ΣXY=979,79 ΣX2=85
= 3 Ȳ= 40,17
∑X Y– (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
979,79 – (15)(200,85)/5
=
85 – (15)2 /5
979,79 – 602,55
= = 9,431
40
b= Ȳ - a
= 40,17 – (9,431)(3) = 11,877
Percobaan 2:
Konsentrasi 50 ppm:
1,008 − 0,860
% Peredaman = 1,008
x 100% = 14,68%
X Y XY X2
0 0 0 0
1 14,68 14,68 1
2 30,85 61,70 4
4 59,32 237,28 16
8 95,63 765,04 64
ΣX=15 ΣY=200,48
ΣXY=978,7 ΣX2=85
= 3 Ȳ= 40,096
∑X Y– (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
978,7 – (15)(200,48)/5
=
85 – (15)2 /5
978,7 – 601,44
= 40
= 9,431
b = Ȳ - a
= 40,096 – (9,431)(3) = 11,803
Percobaan 3:
Konsentrasi 50 ppm
1,009 − 0,863
% Peredaman = 1,009
x 100% = 14,46%
X Y XY X2
0 0 0 0
1 14,46 14,46 1
2 30,64 61,28 4
4 59,16 236,64 16
8 95,63 765,04 64
ΣX=15 ΣY=199,89
ΣXY=1077,42 ΣX2=85
= 3 Ȳ= 39,978
∑X Y– (∑X.∑Y)/n
a=
∑X 2 – (∑X)2 /n
1077 ,42 – (15)(199,89)/5
=
85 – (15)2 /5
1077 ,42 – 599,67
= = 11,943
40
b= Ȳ - a
= 39,978 – (11,943)(3) = 4,147
nilai IC 50
Total 781067.417 11
Multiple Comparisons
nilai IC 50
Tukey HSD
95% Confidence Interval
Mean
Difference (I- Lower
(I) sampel (J) sampel J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
*
ekstrak n-heksan ekstrak etilasetat 307.80000 3.88302 .000 295.3652 320.2348
*
ekstrak metanol 439.67333 3.88302 .000 427.2385 452.1081
*
vitamin C 708.84000 3.88302 .000 696.4052 721.2748
*
ekstrak etilasetat ekstrak n-heksan -307.80000 3.88302 .000 -320.2348 -295.3652
*
ekstrak metanol 131.87333 3.88302 .000 119.4385 144.3081
*
vitamin C 401.04000 3.88302 .000 388.6052 413.4748
*
ekstrak metanol ekstrak n-heksan -439.67333 3.88302 .000 -452.1081 -427.2385
*
ekstrak etilasetat -131.87333 3.88302 .000 -144.3081 -119.4385
*
vitamin C 269.16667 3.88302 .000 256.7319 281.6015
*
vitamin C ekstrak n-heksan -708.84000 3.88302 .000 -721.2748 -696.4052
*
ekstrak etilasetat -401.04000 3.88302 .000 -413.4748 -388.6052
*
ekstrak metanol -269.16667 3.88302 .000 -281.6015 -256.7319
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.