SKRIPSI
OLEH:
DESI EKA PUTRI
NIM 141524008
SKRIPSI
OLEH:
DESI EKA PUTRI
NIM 141524008
OLEH :
DESI EKA PUTRI
NIM 141524008
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji
Prof. Dr.Muchlisyam, M.Si., Apt. Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt.
NIP 195006221980021001 NIP 195201041980031002
Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt. Dra. Masria L.Tambunan, M.Si., Apt.
NIP195401101980032001 NIP 195005081977022001
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmatNya,
ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari
kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
kepada Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Tuty Roida
Pardede, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung, juga kepada Bapak Drs. Fathur
Rahman Harun, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Masria L.Tambunan, M.Si., Apt., selaku
penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Mardansyah Nasution,
Ibunda Dra. Roslaini Lubis., abang Rizki Ardiansyah Nasution S.T., adik
Syahrijal Efendi Nasution, Meilani Dwi Putri Nasution, Ainul Padilah Nasution
serta seluruh keluarga besar saya yang selalu menyemangati, dan telah
iv
Universitas Sumatera Utara
memberikan dukungan terbesar, doa, serta materil selama perkuliahan hingga
Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
Natalia Pasaribu, Rumiris Kristia V. Silaen, Tri Agustina Siregar, Eva Fahyana,
Zulaikha, dan Bahrul Amri serta teman-teman seangkatan Ekstensi 2014 yang
telah banyak memberikan saran, dukungan, dan doa selama penelitian dan
oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah tidak merupakan
ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.
2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka
segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggungjawab saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari pihak manapun.
vi
Universitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR TEOFILIN DAN SALBUTAMOL DALAM
TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF
ABSTRAK
vii
Universitas Sumatera Utara
DETERMINATION OF THEOPHYLLINE AND SALBUTAMOL
MIXTURE IN TABLETS BY DERIVATIVE SPECTROPHOTOMETRIC
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...................................................................................................... i
2.1.1.1 Farmakologi................................................... 5
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Teofilin ......................................................................... 7
2.2 Spektrofotometri..................................................................... 8
2.4.5 Rentang.......................................................................... 17
x
Universitas Sumatera Utara
3.6.2.3 Pembuatan Larutan Standar Teofilin ............... 20
xi
Universitas Sumatera Utara
4.2 Hasil Penentuan Kurva Serapan .............................................. 28
LAMPIRAN .............................................................................................. 42
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Panjang Gelombang Analisis dan Absorbansi pada Derivat
Pertama........................................................................................... 33
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
Gambar Halaman
1 Tablet X ...................................................................................... 42
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
2 Komposisi Tablet...................................................................... 43
xvi
Universitas Sumatera Utara
19 Perhitungan Persentase Perolehan Kembali (%recovery)......... 75
xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
obat asma. Kombinasi ini bertujuan untuk meningkatkan efek terapi dan
panjang gelombang 275 nm (A11 = 650a) dan salbutamol 245 nm (A11 = 510a)
(Moffat, dkk., 2005). Pada sediaan tablet mengandung teofilin 130 mg dan
Teofilin dan salbutamol memiliki panjang gelombang yang berdekatan dan saling
yaitu tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% dari jumlah yang
untuk sediaan tablet salbutamol yaitu tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari
menentukan campuran biner yang spektranya saling tumpang tindih. Metode zero
1
Universitas Sumatera Utara
crossing dapat digunakan pada derivatif pertama dan kedua dengan pemilihan
crossing juga metode lain yang biasa digunakan adalah ratio spectra yaitu
analisis (El-Sayed dan El-Salem, 2005). Metode zero crossing memiliki kelebihan
yaitu lebih cepat, lebih mudah dan lebih sederhana dibandingkan dengan metode
ratio spectra.
secara luas didalam analisis klinik dan metode ini juga sudah banyak digunakan
biologis, analisis makanan, dan analisis lingkungan (Ojeda dan Rojas, 2013).
parameter yaitu akurasi yang dinyatakan dalam persen perolehan kembali yang
digunakan dengan menggunakan parameter RSD dan batas deteksi dan batas
2
Universitas Sumatera Utara
kadar campuran teofilin dan salbutamol pada sediaan tablet dengan metode
b. Apakah kadar campuran teofilin dan salbutamol dalam sediaan tablet yang
1.3 Hipotesis
sebagai berikut :
3
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
Indonesia.
crossing dapat dilakukan untuk penetapan kadar campuran teofilin dan salbutamol
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Salbutamol
sebagai berikut:
Rumus Struktur :
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam
2.1.1.1 Farmakologi
yang daya kerja biasanya memiliki daya kerja yang lebih kurang spesifik terhadap
juga sangat efektif untuk mencegah maupun meniadakan serangan asma. Obat ini
sudah lazim digunakan dalam bentuk dosis aerosol berhubung efeknya pesat
5
Universitas Sumatera Utara
dengan efek samping yang lebih ringan daripada penggunaan per oral (Tan dan
Rahardja, 2007).
asma secara tiba – tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh
menyebabkan efek samping berupa sakit kepala, pusing – pusing, mual dan
276 nm (A11 = 71a) dan dalam basa memiliki panjang gelombang maksimum
sebesar 245 (A11 = 510a), penetapan kadar salbutamol dapat juga dilakukan
6
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Teofilin
berikut:
Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, stabil di udara
Kelarutan : Sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air
terutama otot polos bronkus, serta merangsang otot jantung, dan meningkatkan
serangan asma yang berlangsung lama. Selain itu, teofilin juga digunakan sebagai
mempunyai efek samping berupa mual dan muntah, baik pada penggunaan oral
7
Universitas Sumatera Utara
maupun parenteral. Pada overdose terjadi efek sentral (gelisah, sukar tidur, tremor
nm (A11 = 536a) dan dalam basa memiliki panjang gelombang maksimum sebesar
275 (A11 = 650a), penetapan kadar salbutamol dapat juga dilakukan dengan
2.2 Spektofotometri
Spektrofotometer merupakan penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari
8
Universitas Sumatera Utara
Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka
energi potensial elektron pada keadaan tereksitasi (Gandjar dan Rohman, 2012).
disebut kromofor dan terdiri atas ikatan rangkap dua atau rangkap tiga, terutama
jika ikatan rangkap tersebut terkonjugasi. Semakin panjang ikatan rangkap dua
atau rangkap tiga terkonjugasi di dalam molekul, molekul tersebut akan lebih
valensi dengan tingkat energi eksitasi yang relatif rendah. Elektron yang terlibat
pada penyerapan radiasi ultraviolet dan visibel ada tiga, yaitu elektron sigma,
elektron phi, dan elektron bukan ikatan (non bonding electron) (Gandjar dan
Rohman, 2012).
– visible adalah hukum Lambert – Beer yang menyatakn bahwa ada hubungan
9
Universitas Sumatera Utara
A = abc
Keterangan: A = Absorbansi
a = Absorptivitas
b = Tebal kuvet (cm)
c = Konsentrasi
konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel.
sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai
kepekaan yang tinggi, ketelitian yang baik, mudah dilakukan, cepat pengerjaannya
Pada analisis kuantitatif dengan cara penetapan kadar, larutan standar obat
yang akan dianalisis disiapkan, serapan sampel dan standar dapat ditentukan
(Cairns, 2008), dimana konsentrasi zat dalam sampel dihitung dengan rumus
Ct At
sebagai berikut: Cs =
As
10
Universitas Sumatera Utara
2.3 Spektrofotometri Derivatif
analisis pita absorpsi yang overlapping atau tumpang tindih (Owen, 1995).
serapan (A) terhadap panjang gelombang (λ). Pada spektrofotometri derivatif, plot
Dimana:
11
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Kurva serapan derivat pertama sampai derivat keempat (Owen,
1995).
Ada dua aplikasi spektrofotometri derivatif yang sering digunakan dalam
anlisa kuantitatif antara lain metode zero crossing dan metode peak to peak
(Talsky, 1994).
analisis untuk zat lain dalam campurannya. Metode zero crossing memisahkan
pertama tidak ada sinyal. Pengukuran pada zero crossing tiap komponen dalam
2007).
gelombang tersebut tidak mempunyai serapan atau dA/ d λ = 0. Bila campuran zat
memiliki gelombang zero crossing lebih dari satu maka yang dipilih menjadi
12
Universitas Sumatera Utara
panjang gelombang analisis adalah panjang gelombang zero crossing yang
serapan yang paling besar. Pada serapan yang paling besar, serapannya lebih
derivatif.
13
Universitas Sumatera Utara
Menurut Day dan Underwood (1998) dan Satiadarma, dkk., (2004), unsur -
kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang
pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas
tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang
cm bahkan lebih.
detektor terhadap bagian dari spektrum radiasi tidak sama, sehingga setiap
pengukurannya.
14
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Kegunaan Spektrofotometri Derivatif
serapan dan gambaran ini makin jelas dari spektum derivatif pertama ke derivatif
derivatif relatif lebih sederhana, alat dan biaya operasionalnya lebih murah dan
reabilitas, dan konsistensi dari hasil analisis. Adapun karakteristik dalam validasi
metode yaitu akurasi, presisi, spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, linieritas,
2.4.1 Akurasi
hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen
15
Universitas Sumatera Utara
melalui dua cara yaitu metode simulasi (spiked placebo recovery) dan metode
penambahan bahan baku atau standard addition method (Ermer dan McB. Miller,
2.4.2 Presisi
dilakukan dengan cara menganalisis sampel yang sama oleh analis yang sama
menggunakan instrumen yang sama dalam periode waktu yang singkat. Presisi
oleh analis yang berbeda dan di laboratorium yang berbeda. Syarat koefisien
dengan blanko. Batas deteksi merupakan batas uji yang secara spesifik
menyatakan apakah analit yang dianalisis berada di atas atau di bawah nilai
tertentu. Batas kuantitasi adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang masih
dapat diukur dalam kondisi percobaan yang sama dan memenuhi kriteria cermat
2.4.4 Linearitas
tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari
16
Universitas Sumatera Utara
beberapa set larutan baku yang telah diketahui konsentrasinya. Persamaan garis
Persaman ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi inilah
suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa nilai hasil
2.4.5 Rentang
metode analitik menunjukkan akurasi, presisi dan linieritas yang cukup. Rentang
tersebut mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima
ketika digunakan untuk menganalisis sampel (Ermer dan McB. Miller, 2005).
17
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2016 di
3.3 Alat
visibel, Personal Computer (PC) yang dilengkapi software UV probe 2.42 (UV-
1800 Shimadzu), neraca analitik (Mettler Toledo), kuvet, kertas saring, bola karet,
spatula, alat-alat gelas dan alat-alat lainnya yang diperlukan dalam penyiapan
sampel.
3.4 Bahan
18
Universitas Sumatera Utara
3.5 Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan yaitu tablet yang dijual dipasaran dengan merek X
dalam labu tentukur 50 mL, dilarutkan dengan NaOH 0,1 N hingga larut,
dicukupkan volume dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda sehingga didapatkan
larutan dengan konsentrasi 1000 µg/mL (LIB I). Dari larutan LIB I dipipet 2,5
sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 100 µg/mL
(LIB II).
ke dalam labu tentukur 50 mL, dilarutkan dengan NaOH 0,1 N hingga larut,
dicukupkan volume dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda sehingga didapatkan
larutan dengan konsentrasi 1000 µg/mL (LIB I). Dari larutan LIB I dipipet 2,5
19
Universitas Sumatera Utara
sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 100 µg/mL
(LIB II).
Dipipet LIB II teofilin (konsentrasi 100 µg/mL) sebanyak 0,2 mL; 0,4 mL;
0,6 mL; 0,8 mL; 1 mL. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 10
mL, lalu diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga garis tanda. Kemudian dikocok
Dipipet LIB II salbutamol (konsentrasi 100 µg/mL) sebanyak 0,5 mL; 0,6
mL; 0,7mL; 0,8 mL; 0,9 mL. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur
10 mL, lalu diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga garis tanda. Kemudian
0,1 N hingga garis tanda. Kemudian dikocok sampai homogen sehingga diperoleh
200-400 nm.
20
Universitas Sumatera Utara
0,1 N hingga garis tanda. Kemudian dikocok sampai homogen sehingga diperoleh
200-400 nm.
= 2 nm.
salbutamol 6 µg/mL. Kemudian ketiga larutan itu diukur serapannya pada panjang
21
Universitas Sumatera Utara
derivat pertama dari masing-masing zat tunggal dan dari campuran teofilin dan
salbutamol. Spektrum serapan derivat pertama dari larutan zat tunggal dan
tunggal salah satu senyawa nol sedangkan serapan tunggal senyawa pasangannya
dan campuran keduanya hampir sama atau persis sama karena pada panjang
gelombang tersebut dapat secara selektif mengukur serapan salah satu senyawa
nm) pada panjang gelombang analisis yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan
(LOD) dan limit kuantitasi / limit of quantitation (LOQ). Menurut Sudjana (2005)
untuk menentukan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) dapat
digunakan rumus :
∑(𝑦−𝑦𝑖)2
SB = √ 𝑛−2
3XSB
LOD = slope
10XSB
LOQ = slope
22
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
SB = Simpangan Baku
LOD = Limit of Detection
LOQ = Limit of Quantitation
ditimbang lalu digerus dalam lumpang sampai halus dan homogen. Kemudian
dengan NaOH 0,1 N hingga garis tanda. Diukur serapannya pada panjang
23
Universitas Sumatera Utara
gelombang 200-400 nm, kemudian spektrumnya diderivatkan pada derivat
2
∑(𝑋𝑖−𝑋̅ )
SD = √ 𝑛−1
Data diterima jika –ttabel < 𝑡hitung < 𝑡tabe𝑙 pada interval kepercayaan 99% dengan
nilai α = 0,01.
Keterangan:
Keterangan:
24
Universitas Sumatera Utara
3.6.10 Uji Validasi
Uji akurasi dilakukan dengan cara penambahan bahan baku yaitu dengan
membuat 3 konsentrasi analit sampel dengan rentang spesifik 80%, 100%, 120%.
Dimana pada masing-masing rentang spesifik digunakan 70% sampel dan 30%
ditimbang lalu digerus dalam lumpang sampai halus dan homogen. Pada masing-
masing rentang spesifik, ditimbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 70%
analit teofilin dalam sampel yang setara dengan 50 mg, kemudian dari berat
serbuk yang ditimbang 70% teofilin ini dihitung kesetaraan salbutamol yang
lalu ditambahkan pelarut NaOH 0,1 N sampai garis tanda. Larutan kemudian
mL, dan diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga garis tanda (Faktor Pengencer =
analisis teofilin dan salbutamol masing masing 270 nm dan 275 nm. Menurut
25
Universitas Sumatera Utara
Harmita (2004), persen perolehan kembali dapat dihitung dengan menggunakan
𝐶𝑓 −𝐶𝐴
% perolehan kembali = x 100 %
𝐶𝐴∗
Keterangan:
CF = Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku
CA = Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku
C*A= Jumlah baku yang ditambahkan
Presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang
Keterangan :
26
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
200-400 nm. Hasil penentuan kurva serapan maksimum teofilin dan salbutamol
masing-masing dapat dilihat dari Gambar 4.1 dan 4.2. Kurva tumpang tindih
serapan maksimum teofilin dan salbutamol dapat dilihat pada Gambar 3.3.
0,44008
0,40000
0,20000
Abs.
0,00000
-0,10561
230,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
Dari Gambar 4.1 diatas dapat dilihat serapan maksimum teofilin terdapat
0,40000
0,20000
Abs.
0,00000
-0,10561
230,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
Dari Gambar 4.2 diatas dapat dilihat serapan maksimum salbutamol terdapat
27
Universitas Sumatera Utara
0,44008
0,40000
Teofilin 6 µg/mL
Salbutamol 7 µg/mL
0,20000
Abs.
0,00000
-0,10561
230,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
Gambar 4.3 Kurva tumpang tindih serapan maksimum teofilin dan salbutamol.
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa komponen tunggal teofilin dan
kurva serapan pada panjang gelombang 200-400 nm. Kurva serapan dari masing-
28
Universitas Sumatera Utara
1,36653
1,00000 2 µg/mL
4 µg/mL
6 µg/mL
Abs.
0,50000 8 µg/mL
10 µg/mL
0,00000
-0,38029
230,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
1,36653
5µg/mL
1,00000 6 µg/mL
7 µg/mL
8 µg/mL
Abs.
0,50000 9 µg/mL
0,00000
-0,38029
230,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
serapan derivat pertama dari masing-masing zat tunggal dan campuran zat.
Spektrum serapan derivat pertama dari larutan zat tunggal dan campuran
masing-masing pada Gambar 4.6, 4.7 dan 4.8. Kurva tumpang tindih serapan
29
Universitas Sumatera Utara
derivat pertama teofilin dan salbutamol konsentrasi masing-masing 10 µg/mL dan
0,04504
0,04000
0,02000
Abs.
0,00000
-0,02000
-0,04000
-0,04938
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
0,02208
0,02000
0,01000
Abs.
0,00000
-0,01000
-0,02052
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
0,02000
Abs.
0,00000
-0,02000
-0,04000
-0,04938
230,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
30
Universitas Sumatera Utara
0,04504
0,04000
270 nm
233 nm Teofilin10 µg/mL
Abs. 0,02000
Salbutamol 6 µg/mL
0,00000
-0,02000
Gambar 4.9 Kurva Tumpang tindih serapan teofilin dan salbutamol pada derivat
pertama
Dari Gambar 4.9 dapat dilihat hasil tumpang tindih serapan derivat pertama
teofilin dan salbutamol diperoleh zero crossing pada panjang gelombang 270 nm,
serapan senyawa pasangannya nol dan serapan senyawa lain dan campurannya
memiliki nilai serapan sama atau hampir sama. Kurva tumpang tindih serapan
6 µg/mL dapat dilihat pada Gambar 4.10. Spektrum panjang gelombang analisis
teofilin dan salbutamol dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan 4.12.
0 ,0 4 5 0 4
0 ,0 4 0 0 0
Teofilin10 µg/mL
0 ,0 2 0 0 0
Salbutamol 6 µg/mL
Campuran Teofilin10 µg/mL
Abs.
0 ,0 0 0 0 0
Salbutamol 6 µg/mL
-0 ,0 2 0 0 0
-0 ,0 4 0 0 0
-0 ,0 4 9 3 8
2 3 0 ,0 0 2 5 0 ,0 0 3 0 0 ,0 0 3 5 0 ,0 0 4 0 0 ,0 0
nm .
Gambar 4.10 Kurva Tumpang tindih serapan derivat pertama teofilin, salbutamol
dan campuran teofilin dan salbutamol
31
Universitas Sumatera Utara
0,04504
0,04000
270 nm
Teofilin10 µg/mL
Salbutamol 6 µg/mL
0,02000
Campuran Teofilin10
µg/mL Salbutamol 6
Abs.
0,00000
µg/mL
-0,02000
-0,04000
-0,04938
230,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
0,00000
µg/mL
-0,02000
-0,04000
-0,04938
260,00 300,00 350,00 400,00
nm .
absorbansi salah satu dari zat berada pada nilai nol sedangkan zat lain memiliki
nilai serapan yang sama atau hampir sama dengan campurannya. Pada serapan
derivat pertama, panjang gelombang analisis untuk teofilin dan salbutamol dapat
Setelah spektrum serapan derivat pertama dari kedua zat dan campuran
32
Universitas Sumatera Utara
nm dan salbutamol 275 nm. Panjang gelombang analisis dan absorbansi pada
Tabel 4.1 Panjang Gelombang Analisis dan Absorbansi pada Derivat Pertama
Panjang Absorbansi
Gelombang Teofilin 10 µg/mL Salbutamol Campuran
(nm) 6 µg/mL Teofilin dan
Salbutamol
244,50 0,0008 0,0000 -0,0720
233 0,0000 0,0093 -0,0169
270 0,0154 0,0000 0,0164
275 0,0000 0,0015 0,0017
panjang gelombang analisis didasarkan pada nilai absorbansi ketiga larutan pada
diperkecil.
adalah nol, sedangkan nilai absorbansi untuk salbutamol dan larutan campuran
kedua zat tersebut memiliki nilai serapan hampir sama yaitu masing-masing
0,0154 dan 0,0164 sehingga panjang gelombang analisis untuk teofilin adalah
270. Panjang gelombang analisis 275 nm nilai absorbansi dari teofilin adalah nol
33
Universitas Sumatera Utara
sedangkan untuk salbutamol dan larutan campuran kedua zat tersebut memiliki
nilai serapan yang hampir sama yaitu 0,0015 dan 0,0017 sehingga anjang
gelombang analisis untuk salbutamol adalah 275. Dari semua titik zero crossing,
pada panjang gelombang 270 nm dan 275 nm yang menunjukkan nilai absorbansi
lebih besar daripada yang lainnya serta bernilai positif. Karena pada panjang
dan memiliki serapan yang paling besar. Pada serapan yang paling besar, serapan
lebih stabil sehingga kesalahan analisis bisa diperkecil. Prinsip ini dibutuhkan
dengan korelasi r = 0,9998. Nilai r > 0,995 menunjukkan adanya korelasi linier
antara X dan Y (Moffat,et al., 2005). Kurva kalibrasi teofilin dan salbutamol pada
Gambar 4.13 dan 4.14. Data kalibrasi, persamaan regresi dan koefisien korelasi
34
Universitas Sumatera Utara
0,018
0,016
0,014
0,012
0,01
0,008
0,006
0,004
0,002
0
0 2 4 6 8 10 12
0,0025
0,002
0,0015
0,001
0,0005
0
0 2 4 6 8 10
Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung dari persamaan regresi yang
diperoleh dari kurva kalibrasi. Batas deteksi teofilin dan salbutamol adalah 3,1823
μg/mL dan 0,0711 μg/mL secara berturut-turut dan batas kuantitasi teofilin dan
35
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi tersebut dapat dilihat pada
Batas deteksi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih
dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Gandjar
4.5 Hasil Penentuan Kadar Teofilin dan Salbutamol dalam Sediaan Tablet
Data hasil perhitungan kadar teofilin dan salbutamol pada sediaan dagang X
setelah dilakukan analisa secara statistik dapat dilihat pada Tabel 4.2.
36
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Kadar teofilin dan salbutamol dalam tablet
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kadar teofilin dan salbutamol pada tablet
teofilin menurut USP 30-NF 25 (2007) persyaratan kadar untuk tablet teofilin
yaitu tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket dan persyaratan kadar untuk sediaan tabletsalbutamol menurut
Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) yaitu tidak kurang dari 98,5% dan tidak
menambahkan sejumlah tertentu larutan baku ke dalam sampel yang telah diadisi.
digunakan. Spektrum serapan uji perolehan kembali teofilin dan salbutamol dalam
tablet X dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 72. Sedangkan data dan
perhitungan uji perolehan kembali teofilin dan salbutamol dalam tablet dapat
37
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Hasil perolehan kembali teofilin dan salbutamol dengan metode
penambahan baku standar (standard addition method) pada tablet X
98,99 98,91
80 99,49 99,34
98,97 99,34
99,22 98,43
100 98,78 100,34
100,42 100,34
101,2 98,26
120 101,02 98,26
101,02 101,01
Rata-rata (% recovery) 99,09 99,35
Standard Deviation (SD) 1,0 1,0
Relative Standard Deviation (RSD) (%) 1,0 1,0
diperoleh yaitu 99,09 untuk teofilin dan 99,35 untuk salbutamol. Dimana rata-rata
simpangan baku relatif untuk teofilin dan salbutamol yaitu 1,0% dan 1,0%. Hasil
simpangan baku relatif untuk teofilin dan salbutamol memenuhi persyaratan yaitu
≤ 2% (Harmita, 2004). Perhitungan dan data simpangan baku relatif untuk teofilin
halaman 84.
38
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
crossing.
39
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1998). Quantitative Analysis. Edition VI.
Penerjemah: Sopyan, I. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi VI. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Halaman 413.
Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 412.
Ditjen POM RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 751.
El-Sayed, A.A.Y., dan El-Salem, N.A. (2005). Recent Development of Derivative
Spectrofotometry and Their Analytical Application. Analytical Science. The
Japan Society for Analytical Chemistry. 21: 595-596.
Ermer, J., dan McB. Miller, J.H. (2005). Method Validation in Pharmaceutical
Analysis: A Guide to Best Practice. Weinheim: Wiley-VCH. Halaman 63 -
99.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2012). Analisis Obat Secara Spektroskopi dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 60 - 97.
Hayun, Harinto, dan Yenti. (2006). Penetapan Kadar Tripolidina Hidroklorida dan
Pseudoefedrin Hidriklorida dalam Tablet Anti Influenza Secara
Spektrofotometri Derivatif. Majalah Ilmu Kefarmasian. 3(1): 94-98.
Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2005). Clarke’s Analysis of Drug
and Poisons. Edition III. London: Pharmaceutical Press. Halaman 97-
102.
40
Universitas Sumatera Utara
Munson, J.W. (1984). Pharmaceutical Analysis: Modern Methods. Part B.
Penerjemah: Harjana. (1991). Analisis Farmasi: Metode Modern. Parwa B.
Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 334 dan 385.
Nurhidayati, L. (2007). Spektrofotometri Derivatif dan Aplikasinya dalam Bidang
Farmasi. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 5(2) : 93-99.
Tan, T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Kasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Halaman 646, 651.
USP 30-NF 25. (2007). The United States Pharmacopoeia 30 and The National
Formulary. Edition XXX: The United States Pharmacopoeial Convention.
Halaman 1586.
41
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Gambar Sampel X
a.
b.
c.
Gambar 1. Tablet X
Keterangan :
a = Tablet X dalam kemasan
b = Tablet X
c = Tablet X sudah digerus homogen
42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Komposisi Tablet X
Salbutamol ……………….………. 1 mg
43
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar Alat
44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Perhitungan Pembuatan NaOH 0,1 N
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
N = X 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝐵𝐸
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,1 = X 1000
40
45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan Alir Prosedur Penelitian
Teofilin
ditimbang 50 mg
dimas
dimasukkan kedalam labu
tentukur 50 mL
dipipet 2,5 mL
dimasukk dimasukkan ke dalam labu
tentukur 25 mL
dilarutkan dan dicukupkan
dengan NaOH 0,1 N
2 4 6 8 10
µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
Salbutamol
ditimbang 50 mg
dimasukk
dimasukkan kedalam labu
tentukur 50 mL
dipipet 2,5 mL
dimasukk dimasukkan ke dalam labu
tentukur 25 mL
dilarutkan dan dicukupkan
dengan NaOH 0,1 N
5 6 7 8 9
µg/m µg/m µg/mL µg/mL µg/mL
L L L
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
λ 270 nm
Persamaan Regresi
Y = 0,00161 X + 0,00006
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
(5; 6; 7; 8; 9) µg/mL
λ 275 nm
Persamaan Regresi
Y = 0,00025 X + 0,00004
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
20 Tablet
ditimbang
Serbuk
Nilai Absorbansi
Kadar
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Spektrum Serapan Teofilin Baku dan Salbutamol Baku
a. 0 ,9 1 1 8 8
Abs. 0 ,5 0 0 0 0
0 ,0 0 0 0 0
-0 ,3 0 0 2 6
2 0 0 ,0 0 2 5 0 ,0 0 3 0 0 ,0 0 3 5 0 ,0 0 4 0 0 ,0 0
nm .
b. 0 ,9 1 1 8 8
0 ,5 0 0 0 0
Abs.
0 ,0 0 0 0 0
-0 ,3 0 0 2 6
2 0 0 ,0 0 2 5 0 ,0 0 3 0 0 ,0 0 3 5 0 ,0 0 4 0 0 ,0 0
nm .
c. 0 ,9 1 1 8 8
0 ,5 0 0 0 0
Abs.
0 ,0 0 0 0 0
-0 ,3 0 0 2 6
2 0 0 ,0 0 2 5 0 ,0 0 3 0 0 ,0 0 3 5 0 ,0 0 4 0 0 ,0 0
nm .
d. 0 ,9 1 1 8 8
0 ,5 0 0 0 0
Abs.
0 ,0 0 0 0 0
-0 ,3 0 0 2 6
2 0 0 ,0 0 2 5 0 ,0 0 3 0 0 ,0 0 3 5 0 ,0 0 4 0 0 ,0 0
nm .
e. 1 ,3 4 2 3 0
1 ,0 0 0 0 0
Abs.
0 ,5 0 0 0 0
0 ,0 0 0 0 0
-0 ,1 1 3 7 5
2 0 0 ,0 0 2 5 0 ,0 0 3 0 0 ,0 0 3 5 0 ,0 0 4 0 0 ,0 0
nm .
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)
a. 1 ,3 4 2 3 0
1 ,0 0 0 0 0
Abs.
0 ,5 0 0 0 0
0 ,0 0 0 0 0
-0 ,1 1 3 7 5
2 0 0 ,0 0 2 5 0 ,0 0 3 0 0 ,0 0 3 5 0 ,0 0 4 0 0 ,0 0
nm .
b. 0 ,3 0 7 2 9
0 ,2 0 0 0 0
Abs.
0 ,1 0 0 0 0
0 ,0 0 0 0 0
-0 ,0 7 1 2 6
2 0 0 ,0 0 2 5 0 ,0 0 3 0 0 ,0 0 3 5 0 ,0 0 4 0 0 ,0 0
nm .
c. 0 ,5 1 5 6 7
0 ,4 0 0 0 0
Abs.
0 ,2 0 0 0 0
0 ,0 0 0 0 0
-0 ,0 4 3 9 3
2 0 0 ,0 0 2 5 0 ,0 0 3 0 0 ,0 0 3 5 0 ,0 0 4 0 0 ,0 0
nm .
d. 0 ,5 1 5 6 7
0 ,4 0 0 0 0
Abs.
0 ,2 0 0 0 0
0 ,0 0 0 0 0
-0 ,0 4 3 9 3
2 0 0 ,0 0 2 5 0 ,0 0 3 0 0 ,0 0 3 5 0 ,0 0 4 0 0 ,0 0
nm .
e. 0 ,5 1 5 6 7
0 ,4 0 0 0 0
Abs.
0 ,2 0 0 0 0
0 ,0 0 0 0 0
-0 ,0 4 3 9 3
2 0 0 ,0 0 2 5 0 ,0 0 3 0 0 ,0 0 3 5 0 ,0 0 4 0 0 ,0 0
nm .
Keterangan:
a = Kurva serapan salbutamol konsentrasi 5 µg/mL
b = Kurva serapan salbutamol konsentrasi 6 µg/mL
c = Kurva serapan salbutamol konsentrasi 7 µg/mL
d = Kurva serapan salbutamol konsentrasi 8 µg/mL
e = Kurva serapan salbutamol konsentrasi 9 µg/mL
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Data Kalibrasi Teofilin BPFI, Persamaan Regresi dan Koefisien
Korelasi
1 0 0,00000
2 2 0,00346
3 4 0,00655
4 6 0,00985
5 8 0,01280
6 10 0,01600
y̅ = ax̅ + b
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
(0,35462)−(30)(0,04866)/6
=
√[(220)−(30)2/6][(0,000571737)−(0,04866) 2/6]
0,11132
= 0,11134
= 0,9998
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Data Kalibrasi Salbutamol BPFI, Persamaan Regresi dan Koefisien
Korelasi
1 0 0,00000
2 5 0,00130
3 6 0,00155
4 7 0,00179
5 8 0,00205
6 9 0,00226
y̅ = ax̅ + b
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (Lanjutan)
(0,06507)−(35)(0,00895)/6
=
√[(255)−(35)2/6][(0,000016607)−(0,00895) 2 /6]
0,01287
= 0,01288
= 0,9998
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas
Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) Teofilin
∑(Y−Yi) 2 11667.10−10
SB =√ n−2
=√ = 1,7078 x 10-3
6−2
3 X SB 3 x 1,7078 x 10−3
LOD = = = 3,1823µg/mL
slope 0,00161
10 X SB 10 x1,7078 x 10−3
LOQ = = = 1,0577 µg/mL
slope 0,00161
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas
Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) Salbutamol
3 X SB 3 x 5,9274 x10−6
LOD = = = 0,0711µg/mL
slope 0,00025
10 X SB 10 x 5,9274 x10−6
LOQ = = = 0,23709µg/mL
slope 0,00025
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Spektrum Serapan Derivat Pertama Sampel
a.
b.
c.
Keterangan:
a = Kurva serapan sampel X pada pengulangan I
b = Kurva serapan sampel X pada pengulangan II
c = Kurva serapan sampel X pada pengulangan III
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
d.
e.
f.
Gambar 7. (Lanjutan)
Keterangan:
d = Kurva serapan sampel X pada pengulangan IV
e = Kurva serapan sampel X pada pengulangan V
f = Kurva serapan sampel X pada pengulangan VI
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil Analisis Kadar Teofilin dan Salbutamol dalam Tablet
1. Kadar Teofilin dalam Sediaan Tablet (mengandung 130 mg teofilin dalam satu
tablet)
Nama Penimban Setara Absorban Konsentra Konsentrasi Kadar
sediaan gan (mg) si (270 si teori perolehan (%)
(gram) nm) (µg/mL) (µg/mL)
Tablet 0,0761 49,4959 0,01598 9,8991 9,8881 99,80
X 0,0769 50,0162 0,01620 10,0032 10,0248 100,13
0,0769 50,0162 0,01620 10,0032 10,0248 100.13
0,0770 50,0813 0,01620 10,0162 10,0248 100,08
0,0767 49,8861 0,01598 9,9772 9,8881 100,52
0,0775 50,4065 0,01621 10,0813 10.0310 99,50
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Contoh Perhitungan Kadar Teofilin dan Salbutamol dalam
Sediaan Tablet
Ditimbang analit setara dengan 50 mg teofilin, maka jumlah analit yang ditimbang
adalah;
50 mg
X1 = 20 x 130 x 3997,5 mg = 76,875 mg = 0,0769 g
0,0769 g
X2 = 3,9975 g x 20 x 1 mg = 0,3845 mg
Dilarutkan analit dalam NaOH 0,1N dalam labu tentukur 50 mL sampai garis
tanda. Larutan kemudian dihomogenkan dengan pengaduk ultrasonik selama 15
menit. Larutan tersebut kemudian disaring, lebih kurang 10 mL filtrat pertama
dibuang. Filtrat selanjutnya ditampung (larutan A).
50 mg
Konsentrasi analit teofilin larutan A = 50 mL x 1000 µg = 1000 µg/mL
0,3845 mg
Konsentrasi analit salbutamol larutan A = x 1000 µg = 7,7 µg/mL
50 mL
Kemudian dari larutan A dipipet 0,1 mL dan dimasukkan kedalam labu tentukur
10 mL dan diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga garis tanda (Larutan B).
1000 µg/mLx0,1mL
Konsentrasi teofilin larutan B = = 10 µg/mL
10mL
7,7 µg/mLx0,1mL
Konsentrasi salbutamol larutan B = = 0,077 µg/mL
10 mL
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (Lanjutan)
= 0,1 mL + 7,69 mL
= 7,7 mL
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (Lanjutan)
0,0770 g
Kesetaraan teofilin = 3,9975 g x 20 x 130 mg = 50,0813 mg
50,0813 mg
Konsentrasi teofilin = x 1000 µg = 1001,626 µg/mL
50 mL
1001,626 µg/mL
Konsentrasi teoritis teofilin = x 0,1 mL = 10,01626 µg/mL
10 mL
0,0770 g
Kesetaraan salbutamol = 3,9975 g x 20 x 1 mg = 0,3852 mg
0,3852 mg
Konsentrasi salbutamol = x 1000 µg = 7,7040 µg/mL
50 mL
7,7040 µg/mL
Konsentrasi teoritis salbutamol = x 7,7 mL = 5,9320 µg/mL
10 mL
Absorbansi teofilin pada derivat pertama pada panjang gelombang 270 nm adalah
0,01620
Kadar teofilin dihitung dari persamaan regresi pada panjang gelombang analisis
teofilin
Y = 0,00161x + 0,00006
X = 10,0248 µg/mL
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (Lanjutan)
10,0248 µg/mL
Kadar teofilin = x 99,92 % = 100,08 %
10,0813 µg/mL
adalah 0,00152
X = 5,92 µg/mL
5,92 µg/mL
Kadar teofilin = 5,9320µg/mL x 100 % = 99,79 %
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Perhitungan Statistik Teofilin pada Tablet X
X (X- ̅
X) (X- ̅
X)2
No. Kadar (%)
1 99,8 -0,2266 0,0513
2 100,13 0,1033 0,0106
3 100,52 0,4933 0,2433
4 100,08 0,0533 0,0028
5 99,5 -0,5266 0,2773
6 100,13 0,1033 0,0106
∑X = 600,16 ̅)2 = 0,5963
∑ (X- X
𝑋 =100,0267
∑(𝑋− ̅̅̅̅
𝑋) 2 0,5963
SD = √ 𝑛−1
=√ 6−1
= 0,3453
Pada iterval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01,dk = n-1 = 5 maka t(α/2,dk) =
4,0321
x− x̅ 0,2266
thitung = |SD/ n| = | 0,3453/ 6| = 1,6077
√ √
x− x̅ 0,1033
thitung = |SD/ n| =|0,3453/ 6| = 0,7329
√ √
x− x̅ 0,4933
thitung = |SD/ n| = |0,3453/ 6| = 3,4993
√ √
x− x̅ 0,0533
thitung = |SD/ n| = |0,3453/ 6| = 0,3783
√ √
x− x̅ 0,5266
thitung = |SD/ n| = |0,3453/ 6| = 3,7357
√ √
x− x̅ 0,1033
thitung = |SD/ n| = |0,3453/ 6| = 0,7329
√ √
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (Lanjutan)
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa semua t hitung , t tabel, maka
µ = x̅ ± (t(α/2,dk) x SD/√n)
= (100,02 ± 0,56)%
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Perhitungan Statistik Salbutamol pada Tablet X
X
No. Kadar (%) X- ̅
X (X- ̅
X)2
1 99,6 -0,1533 0,0235
2 99,91 0,1566 0,0245
3 99,79 0,0366 0,0013
4 99,5 -0,2533 0,0641
5 99,81 0,0566 0,0032
6 99,91 0,1566 0,0245
∑X = 598,52 ∑ (X- ̅
X)2 = 0,1413
̅̅̅̅̅̅
𝑋 = 99,7533
∑(𝑋− ̅̅̅̅
𝑋) 2 0,1413
SD = √ =√ = 0,1681
𝑛−1 6−1
Pada iterval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01,dk = n-1 = 5 maka t(α/2,dk) =
4,0321
x− x̅ 0,1533
thitung = | |=| | = 2,2342
SD/√n 0,1681/√6
x− x̅ 0,1566
thitung = |SD/ n| =|0,1681/ 6| = 2,2827
√ √
x− x̅ 0,0367
thitung = |SD/ n| = |0,1681/ 6| = 0,5342
√ √
x− x̅ 0,2533
thitung = |SD/ n| = |0,1681/ 6| = 3,6912
√ √
x− x̅ 0,0567
thitung = |SD/ n| = |0,1681/ 6| = 0,8256
√ √
x− x̅ 0,1566
thitung = |SD/ n| = |0,1681/ 6| = 2,2827
√ √
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. (Lanjutan)
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa semua t hitung , t tabel, maka
µ = x̅ ± (t(α/2,dk) x SD/√n)
= (99,75 ± 0,27)%
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Spektrum Serapan X pada Uji Perolehan Kembali
a.
b.
c.
Keterangan:
a = Kurva serapan perolehan kembali 80% pada sampel X pengulangan I
b = Kurva serapan perolehan kembali 80% pada sampel X pengulangan II
c = Kurva serapan perolehan kembali 80% pada sampel X pengulangan III
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. (lanjutan)
a.
b.
c.
Keterangan:
a = Kurva serapan perolehan kembali 100% pada sampel X pengulangan I
b = Kurva serapan perolehan kembali 100% pada sampel X pengulangan II
c = Kurva serapan perolehan kembali 100% pada sampel X pengulangan III
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. (lanjutan)
a.
b.
a.
c.
Keterangan:
a = Kurva serapan perolehan kembali 120% pada sampel X pengulangan I
b = Kurva serapan perolehan kembali 120% pada sampel X pengulangan II
c = Kurva serapan perolehan kembali 120% pada sampel X pengulangan III
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Teofilin pada Tablet X dengan
Metode Penambahan Baku (Standard Addition Method)
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Salbutamol pada Tablet X
dengan Metode Penambahan Baku (Standard Addition Method)
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. Contoh Perhitungan Persentase Perolehan Kembali (%recovery)
Perolehan 80%
80
Teofilin 80% = 100 x 50 mg = 40 mg
70
Analit teofilin 70% = 100 x 40 mg = 28 mg
28 mg
Sampel yang ditimbang = 20 x 130 mg x 3,9975 g = 0,0430 g
30
Baku teofilin yang ditambahkan 30% = 100 x 40 mg = 12 mg
0,04305g
x 20 x 1 mg = 0,21538 mg
3,9975 g
30 40 mg
(1 mg x 130 mg ) = 0,0923 mg
100
Perolehan 100%
100
Teofilin 100% = 100 x 50 mg = 50 mg
70
Analit teofilin 70% = 100 x 50 mg = 35 mg
35 mg
Sampel yang ditimbang = 20 x 130 mg x 3,9975 g = 0,0538 g
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. (Lanjutan)
30
Baku teofilin yang ditambahkan 30% = 100 x 50 mg = 15 mg
0,0538 g
x 20 x 1 mg = 0,2691 mg
3,9975 g
30 50 mg
(1 mg x 130 mg ) = 0,11538 mg
100
Perolehn 120%
120
Teofilin 120% = 100 x 50 mg = 60 mg
70
Analit teofilin 70% = 100 x 60 mg = 42 mg
42 mg
Sampel yang ditimbang = 20 x 130 mg x 3,9975 g = 0,0645 g
30
Baku teofilin yang ditambahkan 30% = 100 x 60 mg = 18 mg
0,06457 g
x 20 x 1 mg = 0,32305 mg
3,9975 g
30 60 mg
(1 mg x 130 mg ) = 0,13846 mg
100
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. (Lanjutan)
A. Teofilin
Y = 0,00161X + 0,00006
Konsentrasi teofilin :
Y = 0,00161X+ 0,00006
X = 8,000 µg/mL
8,000 µg/mL
= x 50 mL x 100
1000
= 40,0000 mg
Penimbangan Sampel
CA = X (B x C)
A
Keterangan:
A = Berat sampel yang akan ditimbang setara dengan 28 mg analit teofilin 70%
B = Analit teofilin 70%
C = Kadar rata-rata sampel
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. (Lanjutan)
0,0431
CA = X (28 mg x 100,2%)
0,0430
= 28,0707 mg
Keterangan :
(C*A) = 12 x 99,92%
= 11,9904 mg
Cf− CA
% perolehan kembali = x 100%
C∗A
Keterangan :
40,0000 − 28,0707mg
% perolehan kembali = x 100%
11,9904 mg
= 99,49%
B. Salbutamol
Y = 0,00025 X + 0,00004
Konsentrasi salbutamol :
Y = 0,00025 X + 0,00004
78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. (Lanjutan)
X = 4,72 µg/mL
4,72 µg/mL
= x 50 mL x 1,2820
1000
= 0,3064 mg
Penimbangan Sampel
CA = X (B x C)
A
Keterangan:
A = Berat sampel yang akan ditimbang setara dengan 28 mg analit teofilin 70%
B = Jumlah salbutamol dalam serbuk analit yang ditimbang
C = Kadar rata-rata sampel
0,0431 g
CA = X (0,2154 mg x 99,75%)
0,0430 g
= 0,2152 mg
Keterangan :
= 0,0922 mg
Cf− CA
% perolehan kembali = x 100 %
C∗A
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. (Lanjutan)
Keterangan :
= 98,91%
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi dan Relatif Standar deviasi
Perolehan Kembali Teofilin pada Tablet X
∑(X− ̅X)
̅̅̅ 2 8,0470
SD = √ =√ = 1,003
n−1 9−1
SD
RSD = ̅ x 100%
X
1,003
= 99,9011 x 100%
= 1,004%
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi dan Relatif Standar
Deviasi Perolehan Kembali Salbutamol pada Tablet X
No Kadar Perolehan Kembali [X] (%) Xi-X (Xi-X)2
1 98,91 0,4488 0,2015
2 99,34 0,0188 0,0003
3 99,34 0,0188 0,0003
4 98,43 0,9288 0,8628
5 100,34 -0,9811 0,9625
6 100,34 -0,9811 0,9625
7 98,26 1,0988 1,2075
8 98,26 1,0988 1,2075
9 101,01 -1,6511 2,7261
∑x = 894,23 ∑(Xi-X)2 = 8,1314
̅̅̅̅̅̅
𝑋 = 99,35889
∑(X− ̅X)
̅̅̅ 2 8,1314
SD = √ =√ = 1,0083
n−1 9−1
SD
RSD = ̅ x 100%
X
1,0083
= 99,3588 x 100%
= 1,014%
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22.Daftar Niliai Distribusi t
83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 23.Sertifikat Teofilin
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24.Sertifikat Salbutamol
85
Universitas Sumatera Utara