2017
Sitohang, Exaudia
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1426
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR METFORMIN DAN GLIBENKLAMID
DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SECARA MEAN
CENTERING OF RATIO SPECTRA (MCR)
SKRIPSI
OLEH:
EXAUDIA P SITOHANG
NIM 151524040
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
EXAUDIA P SITOHANG
NIM 151524040
OLEH:
EXAUDIA P SITOHANG
NIM 151524040
Disetujui oleh:
Pembimbing, PanitiaPenguji,
Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. Prof. Dr. rer. nat, Effendy De Lux Putra, S.U.,Apt.
NIP 195006221980021001 NIP 195306191983031001
Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt.
NIP195006221980021001 NIP195006221980021001
Dra. TutyRoidaPardede, M.Si.,Apt
NIP 195401101980032001
Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt.
NIP195006221980021001
vii
Universitas Sumatera Utara
DETERMINATION OF CONTENT OF METFORMINE AND
GLIBENCLAMID IN TABLET BY ULTRAVIOLET
SPECTROPHOTOMETRY WITH MEAN CENTERING OF
RATIO SPECTRA (MCR)
ABSTRACT
Levels of a compound have a difference, it is depending on the method
used in the determination of the levels. Mean Centering of Ratio Spectra (MCR)
is one of determination levels method to mixture that uses the software
mathematical model. With respect to the presence of spectral overlap between
Metformin and Glibenklamid, then do the application against the determination of
the levels of a mixture of MCR Metformin and Glibenklamid in the preparation of
tablets.
The Ratio of absorption spectrum of Metformin is obtained by dividing
their spectra with divisorGlibenklamid 8,7μg/ml concentration and absorption
spectrum of Glibenklamid ratio is obtained by dividing its divisor with Metformin
the concentration of 4μg/ml. Values of mean centering of ratio (MCR) obtained
with MATLAB software version 9.0 to assign levels by connecting into a
regression line equation.
The results of the determination of the levels of Metformin and
Glibenklamid on tablet G is (102.76 ± 0.349)% and (103.58 ± 0.572)%. The levels
obtained in accordance with the requirements of tablet preparation according to
the Pharmacopoeia Indonesia Edition V (95-105)% to Metformin and (95-105)%
to Glibenklamid. The results of validation testing performed meets the
requirements of validation methods is to Metformin retrieved% recovery =
100,23%; relatively raw junction (at) = 0,20% and for Glibenklamid retrieved%
recovery =100,63%; relatively raw junction (at) = 0,17%
Based on the results of the research conducted, it can be concluded that the
method of ultraviolet spectrophotometry in MCR can be used to set the levels of
metformin and glibenklamid in the preparation of tablets and qualified validation
vii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul
(MCR)”.
Sitohang dan Ibunda Lismawati Saragih yang menjadi motivator dalam hidup dan
selalu memberi penulis semangat, senyum sukacita dan doa yang tak putus-
putusnya, serta seluruh keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
selalu memberikan bimbingan dan ilmu dari awal penelitian sampai selesainya
Rasa hormat yang setulus- tulusnya, penulis sampaikan kepada: Prof. Dr.
Masfria, M.S., Apt., selaku pejabat dekan Fakultas Farmasi, Ibu Dra. Tuty Roida
Pardede, M.Si., Apt.,dan Prof.Dr. rer. nat. Effendi Deluxe Putera S.Si., Apt.,
vi
Universitas Sumatera Utara
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis
Penelitian Widia, Rona, Brian, Ruben, Willya, Kak Devi, Aji dan teman-teman
stambuk 2015 Ekstensi yang selalu memberikan semangat satu sama lain untuk
oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik
dan saran yang membangun pada skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, November2017
Penulis,
Exaudia Sitohang
NIM 151524040
vi
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : 151524040
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis setelah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggng jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk
dapat digunakan jika diperlukan sebagai mana mestinya.
Exaudia P Sitohang
NIM 151524040
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
ix
Universitas Sumatera Utara
2.2 Spektrofotometri Ultraviolet-visible (UV-Vis) ........................ 6
3.3 Alat......................................................................................... 19
x
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Analisis Kuantitatif ........................................................ 21
xi
Universitas Sumatera Utara
3.7.2 Presisi ........................................................................... 25
LAMPIRAN ................................................................................................ 48
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.5 Spektra serapan senyawa X dan Y (tumpang tindih satu arah) ....... 11
4.9 Hasil Mean Centering of ratio spectra (MCR) dari metformin ...... 34
xiv
Universitas Sumatera Utara
4.13 Spektrum Rasio Metformin pada Tablet G ................................... 38
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
Gambar Halaman
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvii
Universitas Sumatera Utara
sediaan tablet G ......................................................................... 61
xviii
Universitas Sumatera Utara
32 Spektrum serapan campuran baku metformin dan Glibenklamid 85
xix
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
bahan- bahan yang sesuai dengan komposisi. Sediaan Farmasi, misalnya sediaan
tablet telah banyak yang mengandung lebih dari satu macam zat aktif. Campuran
ini bertujuan untuk meningkatkan efek terapi dan kemudahan dalam pemakaian.
Namun, dengan adanya lebih dari satu macam zat aktif dalam satu sediaan obat,
penderita Diabetes Melitus tipe 2 pada pasien yang hiperglikemianya tidak bisa
biguanid yang saat ini tersedia, digolongkan sebagai penyensitisasi insulin, obat
insulin dari granul sel-sel β Langerhans pankreas (Harvey dan Champe, 2013)
yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang
Salah satu persyaratan mutu dan kemurnian yang tertera pada Farmakope (Ditjen
POM R.I., 1995). Jadi harga penetapan kadar obat dapat digunakan untuk
1
Universitas Sumatera Utara
membandingkan kekuatan relatif senyawa asam lemah maupun basa lemahdan
juga dapat digunakan bersama sama dengan tetapan fisiokimia lain, termasuk data
kelarutan dan koefisien partisi, untuk berbagai jenis penerapan analitik, peracikan
kromofor, maka senyawa ini dapat menyerap sinar radiasi pada daerah ultraviolet.
penetapan kadar secara simultan dari campuran biner dan terner tanpa langkah
Selain itu, secara kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT
sebagai fase diam dan campuran metanol, air dan asam asetat (6:4:5) sebagai fase
gerak.
2
Universitas Sumatera Utara
campuran hidroklorotiazida dengan kandesartan silektesil dalam sediaan tablet,
1.3. Hipotesis
berikut:
3
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
validasi
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Metformin
berbau; higroskopik
Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam eterdan
ultraviolet pada pelarut methanol p.a pada panjang gelombang 236 nm.
mudah diabsorbsi per-oral, tidak terkait dengan protein serum dan tidak
5
Universitas Sumatera Utara
dimetabolisme. Eksresi melalui urin. Efek samping saluran cerna tinggi, sangat
jarang menimbulkan asidosis laktat yang fatal (Harvey dan Champe, 2013).
2.1.2 Glibenklamid
berikut:
3-sikloheksilurea
Pemerian : serbuk hablur putih atau hampir putih, tidak berbau atau
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dan dalam eter, sukar larut dalam
ultraviolet pada pelarut methanol p.a pada panjang gelombang 225 nm.
Sulfanilurea yang potensi hipoglikemik lebih besar. Golongan obat ini sering
6
Universitas Sumatera Utara
granul sel-sel β Langerhans pankreas. Rangsangannya melalui interaksinya
depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuat kanal Ca. Dengan
terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel- β, merangsang granula yang
berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen
hepar.
penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrofotometer yang
fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
dengan radiasi elektromagnetik ini akan meningkatkan energi dari tingkat dasar ke
disebut kromofor dan terdiri atas ikatan rangkap dua atau rangkap tiga,terutama
jika ikatan rangkap tersebut terkonjugasi. Semakin panjang ikatan rangkap dua
atau rangkap tiga terkonjugasi didalam molekul, molekul tersebut akan lebih
7
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Kegunaan Spektrofotometri
terbatas karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat
dilakukan. Akan tetapi, jika digabung dengan cara lain sepert spektroskopi
inframerah, resonansi magnet inti dan spektroskopi massa, maka dapat digunakan
Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya, maka energi tersebut
yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung panjang gelombang cahaya yang
diserap. Sinar ultraviolet dan sinar tampak akan menyebabkan elektron tereksitasi
8
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Diagram spektrofotometer ultraviolet – visible (Harris, 2007)
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya atau lampu yang digunakan adalah dua lampu terpisah yang
visible. Untuk senyawa yang menyerap pada daerah ultraviolet diperlukan lampu
b. Celah
Celah dibuat dari logam yang kedua ujungnya diasah dengan sama
( Sastrohamidjojo, 1985).
c. Monokromator
1985).
d. Tempat sampel
Kuvet yang digunakan untuk tempat sampel pada pengukuran didaerah ultraviolet
e. Detektor
9
Universitas Sumatera Utara
Biasanya spektrofotometer dilengkapi dengan software yang berfungsi untuk
mengolah data yang dapat dioperasikan malalui komputer yang telah terhubung
sel yang disinari, sedangkan menurut hukum Beer, serapan berbanding lurus
dengan konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam hukum
lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel (Rohman, 2007). Hukum Lambert-
A= a. b. c (g/l)
Keterangan :
A = Serapan yang diukur
A11 = serapan larutan (1% b/v) dalam kuvet 1 cm
a = absorptivitas
= absorptivitas molar
b = ketebalan kuvet (cm)
c = konsentrasi larutan
pengukuran dapat ditafsirkan. Tetapi, dalam banyak hal tak perlu tiap komponen
individu dari sampel yang kompleks dipisahkan terlebih dahulu dari sampelnya.
10
Universitas Sumatera Utara
Bila suatu larutan mengandung dua konsituen yang menyerap (X dan Y), rumit
tidaknya situasi bergantung pada spektra X dan Y (Day dan Underwood, 1986).
(i) Kasus 1
Spektra absorpsi senyawa X dan Y (tidak ada tumpang tindih pada dua
Gambar 2.4 Spektra absorpsi senyawa X dan Y (tidak ada tumpang tindih
pada dua panjang gelombang yang digunakan)
(Day dan Underwood, 1986)
(ii) Kasus 2
Tumpang tindih satu arah (dari spektra): seperti ditunjukan dalam Gambar
11
Universitas Sumatera Utara
Spektra serapan senyawa X dan Y (tumpang tindih satu arah) dapat dilihat
(iii) Kasus 3
Tumpang tindih dua arah (dari spektra): dengan prinsip bahwa tidak ada
panjang gelombang di mana salah satu komponen dapat diukur tanpa gangguan
Spektra serapan senyawa X dan Y (tumpang tindih dua arah) dapat dilihat
Gambar 2.6 Spektra serapan senyawa X dan Y (tumpang tindih dua arah)
(Day dan Underwood, 1986)
Menurut Akhfami dan Bahram (2005) dan Mohsen, dkk., (2013), metode
ini dapat digunakan untuk penentuan kadar secara simultan dari campuran biner
12
Universitas Sumatera Utara
dan terner tanpa langkah pemisahan terlenih dahulu. Untuk menjelaskan ekspresi
5
y= 1
3
tersebut seperti :
3
y= 3
3
5 3 +2
MC (y) = y – y = 1 - 3 = −2
3 3 0
Hal ini dapat membuktikan bahwa jika vektor y dikalikan dengan n (angka
konstan), vektor hasil MC juga dikalikan dengan n, juga jika nilai konstan
komponen yaitu X dan Y, jika memenuhi Hukum Beer untuk tiap komponen
Keterangan:
Am = vektor absorbansi dari campuran
αx, αy = vektor absorptivitas molar dari X, Vektor absorptivitas Y
Cx,Cy = vektor absorptivitas molar dari Y, Vektor absorptivitas Y
Jika persamaan (1) dibagi dengan αydari spektrum larutan standar Y yang
13
Universitas Sumatera Utara
Menurut Darwish, dkk., (2011), jika persamaan (2)dilakukan Mean
Center, dimana konstanta Cy adalah nol, diperoleh persamaan (3) sebagai berikut:
α 𝑥 𝐶𝑥
MC (B) = MC (3)
α𝑦
komponen aktif lain dari sistem campuran binary mixtures (Y dalam persamaan
tersebut). Dari persamaan (3) menunjukkan adanya hubungan yang linier antara
campuran binary mixtures. Untuk sensitifitas yang lebih baik nilai MC(B), maka
panjang gelombang maksimum dan minimum yang dipilih (Darwish, dkk., 2011).
14
Universitas Sumatera Utara
2.4 Validasi Metode
Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah
dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang
absah dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy)
dan presisi (precission) yang baik. Validasi adalah suatu tindakan penilaian
adalah akurasi, presisi, batas deteksi, batas kuantitasi, kelinieran, dan rentang
Akurasi adalah kedekatan antara nilai hasil uji yang diperoleh melalui
metode analitik dengan nilai sebenarnya. Untuk pengujian senyawa obat akurasi
perolehan kembali (%recovery). Akurasi dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu:
(1) membandingkan hasil analisis dengan CRM (certified reference material) dari
dianalisis dan jumlah analit hasil analisis dibandingkan dengan jumlah analit
15
Universitas Sumatera Utara
langsung kedalam sediaan farmasi. Metode ini dinamakan standard addition
masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada
sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dapat diartikan
pula sebagai derajat keterulangan dari prosedur analisis pada kondisi kerja normal
(Watson, 2005).
satu sampel homogen agar dapat dihitung secara statistik perkiraan deviasi standar
atau deviasi standar yang sahih. Pada uji tersebut setiap cuplikan mendapat
perlakuan analisis yang sama, lengkap dan mandiri, mulai dari persiapannya
Sesuai dengan ICH, presisi dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda yaitu
100 X SD
RSD = ; dimana X merupakan rata-rata, dan SD adalah standar
X
(X−X)2 )
SD = ; dimana x adalah nilai dari masing-masing pengukuran; X
(n−1)
16
Universitas Sumatera Utara
dilakukan 6-15 kali dilakukan pada sampel tunggal untuk tiap konsentrasi
(Harmita, 2014).
2.4.3 Spesifitas
untuk mengukur analit yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya
(Harmita, 2014).
Menurut Gandjar dan Rohman (2012), Limit deteksi dari suatu metode
analisi adalah nilai batas yaitu konsentrasi analit terendah yang masih dapat
dideteksi. Limit kuantitasi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang
dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi
LOD = 3 x (SD/S)
LOQ = 10 x (SD/S)
Keterangan:
SD = standar deviasi
S = kemiringan (slope).
17
Universitas Sumatera Utara
2.4.5 Linieritas
hasil pengujian yang sesuai dengan kisaran konsentrasi analit tertentu. Persamaan
ini digunakan untuk mengetahui linieritas suatu metode analsis yang digunakan
(Harmita, 2004).
2.4.6 Rentang
akurasi, dan linieritas yang baik. Rentang biasanya dinyatakan dalam satuan yang
standar deviasi relatif. Kondisi- kondisi ini meliputi Laboratorium, analis, alat,
reagen, dan waktu percobaan yang berbeda (Gandjar dan Rohman, 2012).
organik, Ph, kekuatan ionik, suhu, dan sebagainya (Gandjar dan Rohman, 2012).
18
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3 Alat
Laboratory) R2016a versi 9.0, neraca analitik (Boeco Germany), alat-alat gelas,
serta alat –alat lainnya yang diperlukan dalam penyiapan sampel. Beberapa alat
3.4 Bahan
19
Universitas Sumatera Utara
membandingkan sampel antara satu tempat dengan tempat yang lain karena
Gambar dan daftar spesifikasi tablet dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2,
kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dalam pelarut Metanol p.a hingga larut,
Dicukupan volume dengan pelarut yang sama sampai garis tanda sehingga
didapatkan larutan dengan konsentrasi 1006 µg/ml (LIB I). Dari larutan LIB I,
dipipet 5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan dengan
pelarut yang sama sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi 50,3 µg/ml (LIB II). Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada
kedalam labu tentukur 25 ml, dilarutkan dalam pelarut Metanol p.a hingga larut,
Dicukupan volume dengan pelarut yang sama sampai garis tanda sehingga
didapatkan larutan dengan konsentrasi 1008 µg/ml (LIB I). Dari larutan LIB I,
dipipet 2,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25ml dicukupkan volume
dengan pelarut yang sama sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi 100,8 µg/ml. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada
20
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Analisis Kualitatif
3.6.3.1 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Metformin
dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan pelarut metanol p.a
200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4,
Halaman 52.
ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan pelarut methanol p.a hingga
konsentrasi 8,7 µg/ml, kemudian diukur serapan pada rentang panjang gelombang
200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5
Halaman 53.
µg/ml , dengan cara memipet sebanyak 0,4 ml; 0,6 ml; 0,75ml; 0,92ml; 1,1ml
secara berurutan dari LIB II dan diencerkan dengan pelarut metanol p.a.
Kemudian dicukupkan dengan pelarut yang sama sampai garis tanda. Bagan alir
21
Universitas Sumatera Utara
3.6.4.2 Pembuatan Spektrum Serapan Baku Glibenklamid
µg/ml;12,7 µg/ml , dengan cara memipet 0,47 ml; 0,67 ml; 0,87 ml;1,1 ml; 1,3 ml
secara berurutan dari LIB II dan diencerkan dengan pelarut methanol p.a
kemudian dicukupkan dengan pelarut yang sama sampai garis tanda. .Bagan alir
dilarutkan dengan pelarut metanol p.a sampai garis tanda, dan dihomogenkan.
Kemudian dipipet 0,75 ml dari metfomin dan dipipet 0,87 ml dari glibenklamid.
pelarut metanol p.a sampai garis tanda, dan dikocok sampai homogen. Dari
dicukupkan sampai garis tanda, dan dikocok sampai homogen. Diukur serapan
pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian
22
Universitas Sumatera Utara
(division)dengan tujuan untuk membagi spektrum Metformin dan Glibenklamid.
Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran9 Halaman 57.
manipulate dengan tipe data set kemudian dipilih operasi pembagian (division)
dengan tujuan untuk membagi spektrum glibenklamid dan metformin. Bagan alir
23
Universitas Sumatera Utara
untuk memperoleh spektrum rasio pertama yang kemudian di-meancenter-kan
dengan bantuan software MATLAB versi 9.0. Bagan alir prosedur penelitian
bantuan software MATLAB versi 9.0. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat
Nilai mean center (MC) atau ampitudo dari spektrum rasio pertama
Nilai mean center (MC) atau ampitudo dari spektrum rasio pertama
24
Universitas Sumatera Utara
3.7 Validasi Metode
3.7.1 Akurasi
Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku(standard Addition
spesifik 80%, 100%, 120%, dimana masing –masing dilakukan sebanyak 3 kali
perlakuan. Setiap rentang mengandung 70% analit dan 30% baku pembanding,
kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar
(Harmita, 2004).
pembuatan spektrum MCR dan dilakukan penetapan kadar seperti pada sampel.
𝐶𝐹−𝐶𝐴
% perolehan kembali = 𝑋 100%
𝐴𝐶∗
Keterangan:
3.7.2 Presisi
SD
𝑅𝑆𝐷 = _ x 100%
𝑋
Keterangan :
RSD = Standar deviasi relatif (%)
SD = Standar deviasi
X = Kadar rata-rata zat dalam sampel
25
Universitas Sumatera Utara
3.7.3 Linieritas
hasil pengujian yang sesuai dengan kisaran konsentrasi analit tertentu. Persamaan
ini digunakan untuk mengetahui linieritas suatu metode analisis yang digunakan
(Harmita, 2004).
𝛴(𝑌 − 𝑌𝑖)2
𝑆𝐵 =
𝑛−2
3 𝑥 𝑆𝐵
LOD = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
10 𝑥 𝑆𝐵
LOQ = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Keterangan :
SB = Simpangan baku
Slope = a (y = ax+b)
statistik dengan menggunakan uji ttabel distribusi t dapat dilihat pada Lampiran 23.
𝛴(𝑋 − 𝑋)2
𝑆𝐷 =
𝑛−1
Untuk mencari thitung digunakan rumus :
𝑋−𝑋
thitung = 𝑆𝐷/ 𝑛
26
Universitas Sumatera Utara
Data diterima jika thitung< ttabel pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α =
0.01
Keterangan :
Α = Tingkat kepercayaan
ditimbang kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan pelarut metanol p.a
didalamnya terdapat 0,1 ml filtrat, lalu dicukupkan dengan pelarut metanol p.a
konsentrasi 3,9984 µg/ml dan glibenclamid 8,6801 µg/ml. Diukur serapan yang
Lampiran 15 Halaman 6.
27
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
4 μg/ml
dibuat pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Berdasarkan hasil spektrum
28
Universitas Sumatera Utara
Serapan Maksimum
Metformin(4 μg/ml)
Serapan Maksimum
Glibenklamid(8,7 μg/ml)
Konsentrasi 23 μg/ml
Konsentrasi 4 μg/ml
Konsentrasi 5 μg/ml
Konsentrasi 6 μg/ml
29
Universitas Sumatera Utara
Spektrum serapan Metformin 2 μg/ml, 3 μg/ml, 4 μg/ml, 5 μg/ml, 6 μg/ml
Gambar 4.5 Spektrum Serapan Glibenklamid pada konsentrasi 4,7 μg/ml – 12,7
μg/ml
Spektrum serapan Glibenklamid 4,7 μg/ml, 6,7 μg/ml, 8,7 μg/ml, 10,7
μg/ml, 12,7 μg/ml dibuat sesuai dengan hukum Lambert-beer (absorbansi 0,2-0,8).
spektrum sama dan panjang gelombang tidak berybah pada berbagai konsentrasi.
30
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Spektrum Serapan Campuran baku Metformin dan Glibenklamid
μg/ml
Serapan rasio metformin dan glibenklamid dapat dilihat pada Gambar 4.7
31
Universitas Sumatera Utara
Konsentrasi 2 μg/ml
Konsentrasi 3μg/ml
μg/ml
Konsentrasi 4 μg/ml
μg/ml
μg/ml
Konsentrasi 5μg/ml
μg/ml
Konsentrasi 6 μg/ml
μg/ml
Konsentrasi 4,7μg/ml
μg/ml
Konsentrasi 6,7μg/ml
μg/ml
Konsentrasi 8,7μg/ml
μg/ml
μg/ml
Konsentrasi 10,7μg/ml
μg/ml
μg/ml
Konsentrasi 3μg/ml
μg/ml
μg/ml
μg/ml
μg/ml
konsentrasi faktor pembagi adalah tidak terdapat perbedaan pada letak panjang
32
Universitas Sumatera Utara
gelombang maksimum dari zat-zat yang dibagi spektrumnya, yang berbeda hanya
tinggi puncak atau nilai absorbandi yang dihasilkan, sehingga yang dipilih
,glibenklamid, dan Tumpang Tindih dapat dilihat pada Gambar 4.9, Gambar 4.10,
dan 4.11.
Konsentrasi 2 μg/ml
Konsentrasi 3 μg/ml
Konsentrasi 4 μg/ml
Konsentrasi 5 μg/ml
Konsentrasi 6 μg/ml
Konsentrasi 2 μg/ml
Konsentrasi 3 μg/ml
Konsentrasi 4 μg/ml
Konsentrasi 5 μg/ml
Konsentrasi 6 μg/ml
33
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 diperoleh dari data-data absorbansi
Pada gambar 4.11 dapat dilihat bahwa spektrum metformin dan glibenklamid
sudah terpisah sehingga tidak ada gangguan dari masing-masing zat setelah dibagi
pergeseran kearah yang lebih besar yang disebut batokromik (pergeseran merah)
sedangkan untuk glibenklamid mengalami pergeseran kearah yang lebih kecil atau
34
Universitas Sumatera Utara
4.6 Hasil Pembuatan Kurva Kalibrasi Secara Mean Centering of Ratio
Spectra (MCR)
1.2
0.8
NILAI MC
0.6
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
KONSENTRASI (μg/ml)
10
9
8
7
NILAI MC
6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
KONSENTRASI (μg/ml)
Nilai r > 0,995 menunjukkan adanya korelasi linier antara X dan Y (Moffat, dkk.,
2011).
35
Universitas Sumatera Utara
Pembuatan kalibrasi dilakukan dengan memplot nilai Mean Center (MC)
dilakukan dengan alasan bahwa hasil orientasi, sampel yang diukur mengandung
konsentrasi maksimum.
dianalisi ditambah analit dengan kadar yang diperlukan dari kadar analit yang
36
Universitas Sumatera Utara
Sampel yang telah dipreparasi kemudian diukur pada panjang gelombang
200-400 nm. Spektrum serapan sampel yang diperoleh merupakan campuran dari
spektrum rasio Metformin dan dibagi dengan spektrum Metformin 4 μg/ml untuk
37
Universitas Sumatera Utara
Spektrum MCR Metformin dan Spektrum MCR Glibenclamid pada Tablet
Nilai mean center (MC) Metformin dan Glibenklamid pada Tablet G dapat dilihat
38
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Nilai Mean Center (MC) Metformin dan Glibenklamid Pada tablet G
No Metformin Glibenklamid
1 0,7458 2,2057
2 0,7491 2,2058
3 0,7491 2,2058
4 0,7493 2,2057
5 0,7489 2,2057
6 0,7513 2,2058
Hasil penetapan kadar Metformin dan Glibenklamid dapat dilihat pada Tabel 4.2
39
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Kadar Glibenklamid pada Tablet G
untuk Metformin dan Glibenklamid adalah 0,43% dan 0,36% Metformin dan
glibenklamid mempunyai presisi yang baik karena nilai RSD keduanya kurang
dari 2%. Contoh perhitungan Kadar statistik Tablet G dapat dilihat pada
40
Universitas Sumatera Utara
4.8 Hasil Validasi Metode
dengan metode adisi standar. Pada penelitian ini dilakukan uji validasi dengan
rentang spesifik 80%, 100%, dan 120% dihitung dari kesetaraan penimbangan
pada penetapan kadar sampel, masing-masing rentang spesifik terdiri dari tiga kali
pengulangan yang mengandung 70% analit dan 30% baku.Spektrum serapan uji
perolehan kembali dapat dilihat pada Gambar 4.17 dan Gambar 4.18. dan
Spektrum MCR uji perolehan kembali dari Metformin dan Glibenklamid dapat
41
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.20Spektrum rasio Glibenklamid Uji perolehan kembali
42
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.22Spektrum Mean Centering og Ratio Spectra Glibenklamid Uji
perolehan kembali
karena rata-rata kadar perolehan kembali berada pada rentang 98%-102% dengan
43
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
44
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Afkhami, A., dan Bahram, M. (2005). Mean Centering Of Ratio Spectra As a new
Spectrophotometric Method for the Analysis of Binary and Ternery
Mixture. Elsevier. 66: 712-720
Darwish, H. W., Hassan, S. A., Salem, M. Y., dan El-Zeiny, B. A. (2011). Three
Different Spectrophotometric Methods Manipulating Ratio Spectra for
Determination of Binary Mixture of Amlodipine and Atorvastatin.
Elsivier. 83: 140-148
45
Universitas Sumatera Utara
dengan KCKT-SPE MIP Akrilamid. Skripsi. Jawa Barat: Fakultas
Farmasi Universitas Padjajaran. Halaman 38.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi keenam. Cetak ulang ketiga. Bandung:
Penerbit Tarsito. Halaman 168.
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Gambar tablet
Tablet G
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Daftar spesifikasi sampel pada tablet G
1. Tablet G
Glibenclamid ........1,25 mg
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar alat-alat
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan alir pembuatan Larutan induk baku (LIB) dan serapan
maksimum Metformin secara kualitatif
Baku Metformin
Dipipet 5 ml
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml
Dicukupkan dengan pelarut yang sama sampai garis tanda
Dipipet 0,75 ml
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml
Metformin =236,4 nm
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan alir pembuatan Larutan induk baku (LIB) dan Serapan
Maksimum Glibenklamid secara kualitatif
Baku Glibenklamid
Dipipet 2,5 ml
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml
Dicukupkan dengan pelarut yang sama sampai garis tanda
Dipipet 0,87 ml
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml
Glibenklamid = 230 nm
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan alir pembuatan dan pengukuran serapan larutan standar
metformin
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Bagan alir pembuatan dan pengukuran serapan larutan standar
Glibenklamid
Dipipet masing- masing sebanyak 0,47 ml; 0,67 ml, 0,87 ml;
1,1 ml; 1,3 ml
Dimasukkan masing-masing ke dalam labu tentukur 10 ml
Dicukupkan dengan pelarut methanol p.a sampai garis tanda
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Bagan alir pembuatan larutan baku campuran Metformin dan
Glibenklamid
Glibenklamid = 10
Metformin = 10 mg
mg
Dipipet 1 ml
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Bagan alir pembuatan spektrum serapan rasio Metformin
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Bagan Alir pembuatan spektrum serapan rasio Glibenclamid
Spektrum Serapan
Glibenklamid
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Bagan alir pembuatan spektrum serapan rasio campuran baku
Metformin dan Glibenclamid
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran. 12 Bagan alir pembuatan spektrum serapan metformin secara Mean
Centering Of Ratio Spectra (MCR)
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Bagan alir pembuatan spektrum serapan Glibenklamid secara
Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR)
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Bagan alir pembuatan kurva kalibrasi metformin dan Glibenclamid
secara Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR)
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Bagan alir penentuan kadar Metformin dan Glibenklamid dalam
sediaan tablet G
20 tablet
Serbuk
Serbuk
Kadar
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Bagan alir prosedur penelitian secara keseluruhan
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Data perhitungan kalibrasi, persamaan regresi dan koefisien
korelasi Metformin
1. 0,0000 0,00000
2. 2,0 0,3878
3. 3,0 0,5561
4. 4,0 0,7630
5. 5,0 0,8771
6. 6,0 1,0497
No. X Y XY X2` Y2
ΣY = 3,6337 ΣXY = Σ Y2 =
2
ΣX = 42X = ΣX = 90
Y = 0,6056 16,1805 2,9129794
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Data perhitungan kalibrasi, persamaan regresi dan koefisien
korelasi Glibenklamid
1. 0,0000 0,00000
2. 4,7 1,1814
3. 6,7 1,7326
4. 8,7 2,3297
5. 10,7 2,6723
6. 12,7 3,1422
No. X Y XY X2` Y2
2. 4,7 1,1814
5,5525 22,0900 1,395705
3. 6,7 1,7326
11,6084 44,8900 3,001902
4. 8,7 2,3297
20,2683 75,6900 5,427502
5. 10,7 2,6723
28,5936 114,490 7,141187
6. 12,7 3,1422
39,9059 161,290 9,873420
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. Contoh perhitungan kadar teoritis dari Metformin dan
Glibenklamid dalam tablet G
Ditimbang sampel setara dengan 50 mg, maka dapat dihitung berat serbuk yang
ditimbang.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎
Serbuk yang ditimbang = 20 𝑡𝑎𝑏 𝑙𝑒𝑡 𝑥 250 𝑚𝑔 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 20 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
50 𝑚𝑔
= 20 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑥 6.1817 𝑔𝑟
𝑥 250 𝑚𝑔
= 0.0618 gr
= 61.8 mg
Berat serbuk yang ditimbang adalah 0,0618 gr, maka berat setara metformin
sebenarnya adalah:
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. (Lanjutan)
0.2499 𝑚𝑔
Konsentrasi glibenklamid = 𝑥 1000 µ𝑔 = 4,998 ppm
50 𝑚𝑙
Kemudian larutan ini dipipet sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan ke dalam labu 25
999,6𝜇𝑔 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑚𝑙
Konsentrasi metformin dalam sampel = 25 𝑚𝑙
= 3,9984µg/ml
4,997𝜇𝑔 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑚𝑙
Konsentrasi glibenklamid dalam sampel = 25 𝑚𝑙
= 0.0199 µg/ml
= 8.6801µg/ml
V1.C1 = V2.C2
V1 = 25 ml x 8.6801 µg/ml
V1 = 4.31 ml
V1.C1 = V2.C2
C2 = 21,7002 µg/ml
= 21,72 µg/mL
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. Data penimbangan serbuk, kadar teoritis Metformin dan
Glibenklamid, serta konsentrasi Glibenklamid yang diadisikan pada
tablet G
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. Konsentrasi perolehan Metformin dan Glibenklamid dalam tablet
G dengan persamaan regresi
Dari hasil Mean Centering of Ratio Spectra (MCR), diperoleh nilai MC sebagai
berikut:
Metformin Glibenclamid
1 0,7458 2,2057
2 0,7491 2,2058
3 0,7491 2,2058
4 0,7493 2,2057
5 0,7489 2,2057
6 0,7513 2,2058
Y= 0,174 X + 0,0246
1 0,7458 4,1376
2 0,7491 4,1573
3 0,7491 4,1572
4 0,7493 4,1581
5 0,7489 4,1551
6 0,7513 4,1691
Y= 0,2499 X +0,0314
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. (Lanjutan)
1 2,2057 8,6801
2 2,2058 8,7010
3 2,2058 8,7010
4 2,2057 8,6801
5 2,2057 8,7002
6 2,2058 8,7010
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22.Data bobot teoritis, bobot praktek, dan Kadar metformin dan
Glibenklamid
1. Metformin
2. Glibenklamid
Rumus kadar:
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 23. Perhitungan Kadar Metformin dan Glibenclamid pada tablet G
4,1376
Pengulangan 1 Metformin = x 99,27% = 103,1%
4,0054
( 8,6801−8,6800)
Glibenclamid =
0,01999
x 99,00% = 102,41%
4,1573
Pengulangan 2 Metformin = x 99,27% = 102,70%
4,0183
( 8,7010−8,6799)
Glibenclamid = x 99,00% = 103,97%
0,02009
4,1572
Pengulangan 3 Metformin = x 99,27% = 102,53%
4,0247
( 8,7010−8,6798)
Glibenclamid = x 99,00% = 104,31%
0,01999
4,1581
Pengulangan 4 Metformin = x 99,27% = 102,55%
4,0248
( 8,7002−8,6798)
Glibenclamid = x 99,00% = 102,38%
0,0199
4,1551
Pengulangan 5 Metformin = x 99,27% = 102,15%
4,0377
( 8,7002−8,6798)
Glibenclamid = x 99,00% = 100,37%
0,02012
4,1691
Pengulangan 6 Metformin = x 99,27% = 103,66%
3,9924
( 8,7010−8,6800)
Glibenklamid = x 99,00% = 104,15%
0,01996
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24. Perhitungan kadar Metformin dan Glibenclamid secara statistik
pada tablet G
1. Kadar Metformin
2
𝑋−𝑋 5,5445 5,5445
Uji statistik pada taraf SD = 𝑛−1
= = = 1,3594
6−1 5
= (1 – 0,005); 3
= 0,975; 5
= 4,03214
X−X
t hitung = SD n
X−X 0,25
t hitung 1 = = = 0,482 (diterima)
SD n 0,212 6
𝑋−𝑋 −0,06
t hitung 2 = = = 0,116 (diterima)
𝑆𝐷 𝑛 0,212 6
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24. (Lanjutan)
𝑋−𝑋 −0,23
t hitung 3 = = = 0,443 (diterima)
𝑆𝐷 𝑛 0,212 6
𝑋−𝑋 −0,21
t hitung 5 = = = 0,405 (diterima)
𝑆𝐷 𝑛 0,212 6
𝑋−𝑋 −0,61
t hitung 6 = = = 1,175 (diterima)
𝑆𝐷 𝑛 0,212 6
𝑋−𝑋 0,9
t hitung 6 = 𝑆𝐷 𝑛
= = 1,734 (diterima)
0,212 6
0,212
= (102,76± 4,03214x )%
6
= (102,76± 0,349) %
= (102,41– 103,10)%
2. Kadar Glibenklamid
X = 103,58%
Σ( X -X)2 = 0,7252
2
𝑋−𝑋 0,7252
Uji statistik pada taraf SD = = = = 0,7252
𝑛−1 5
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24. (Lanjutan)
= (1 – 0,005); 5
= 0,975; 5
= 4,03214
X−X
t hitung = SD n
X−X 1,17
t hitung 1 = = = 1,3746 (diterima)
SD n 0,3475 6
𝑋−𝑋 0,39
t hitung 2 = = = 0,4582 (diterima)
𝑆𝐷 𝑛 0,3475 6
𝑋−𝑋 0,73
t hitung 3 = = = 0,8577 (diterima)
𝑆𝐷 𝑛 0,3475 6
𝑋−𝑋 1,20
t hitung 4 = = = 1,4099 (diterima)
𝑆𝐷 𝑛 0,3475 6
𝑋−𝑋 0,73
t hitung 5 = = = 0,8577 (diterima)
𝑆𝐷 𝑛 0,3475 6
𝑋−𝑋 0,57
t hitung 6 = = = 0,6697 (diterima)
𝑆𝐷 𝑛 0,3475 6
0,3475
= (103,58± 4,03214x )%
6
= (103,58± 0,572) %
= (102,42– 104,15)%
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 25.Perhitungan simpangan baku relatif (RSD),Simpangan baku, batas
deteksi (LOD),dan batas kuantitas (LOQ)Metformin dan
Glibenklamid dalam tablet G
1. Metformin
X Y Yi Y-Yi (Y-Yi)2
0 0,0000 0,0246 -0,0246 0,0006051
2 0,3878 0,3732 0,0146 0,0002131
3 0,5561 ,5475 0,0086 0,0000739
4 0,7633 0,7218 0,0415 0,001722
5 0,8766 0,8961 -0,0195 0,0003812
6 1,0501 1,0764 -0,0264 0,0006969
(𝑌 − 𝑌𝑖)2 = 0,003691
0,212
RSD Metformin = X 100% = 0,20%
102,76
(𝑌−𝑌𝑖)2 0,003691
S𝑌 𝑋 = SB= = = 0,0009228 = 0,0303
𝑛 −2 4
3 𝑥 𝑆𝐵 3 𝑥 0,0303
LOD = = = 0,5214 µg/ml
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 0,1743
10 𝑥 𝑆𝐵 10 𝑥 0,0303
LOQ = = = 1,73 µg/ml
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 0,1743
2. Glibenklamid
X Y Yi Y-Yi (Y-Yi)2
0 0,0000 0,0314 -0,0314 0,000985
4,7 1,1814 1,2059 -0,0245 0,000600
6,7 1,7326 1,7057 0,0269 0,000723
8,7 2,3297 2,2055 0,1242 0,015425
10,7 2,6723 2,7053 -0,0330 0,001089
12,7 3,1422 3,2051 -0,0629 0,0039564
(𝑌 − 𝑌𝑖)2 = 0,0227784
0,3475
RSD Glibenklamid = X 100% = 0,33%
103,58
(𝑌−𝑌𝑖)2 0,0227784
S𝑌 𝑋 = SB= = = 0,005694 = 0,0754
𝑛 −2 4
3 𝑥 𝑆𝐵 3 𝑥 0,0754
LOD = = = 0,90 µg/ml
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 0,2499
10 𝑥 𝑆𝐵 10 𝑥 0,0754
LOQ = = = 3,01 µg/ml
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 0,2499
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 26. Contoh perhitungan persentase perolehan kembali (%recovery)
sampel yang digunakan adalah tablet G
70
Analit 70% = 100 x 50 mg = 28 mg
= 0,0346 gr
= 0,1399 mg
maka:
200
Baku Metformin = 201 𝑥 12 𝑚𝑔 = 11,94 𝑚𝑔
= 0,06 mg
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 26. (Lanjutan)
70
Analit 70% = 100 x 50 mg = 35 mg
235𝑚𝑔
Serbuk yang ditimbang = 20 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 x 6,1817 gr
𝑥 250 𝑚𝑔
= 0,0432 gr
= 0,1747 mg
maka:
200
Baku Metformin = 201 𝑥 15 𝑚𝑔 = 14,92 𝑚𝑔
= 0,0726 mg
70
Analit 70% = x 60 mg = 42 mg
100
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 26. (Lanjutan)
= 0,0494 gr
= 0,1997 gr
maka:
200
Baku Metformin = 201 𝑥 18 𝑚𝑔 = 17,91 𝑚𝑔
= 0,0886 mg
𝐶𝐹−𝐶𝐴
Persentase perolehan kembali: % recovery = x 100%
𝐶𝐴∗
Keterangan:
78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 27. Data hasil uji perolehan kembali (%recovery) Metformin pada
tablet G dengan metode penambahan baku (standard addition
method)
Contoh Perhitungan:
25 𝑚𝑙
Faktor pengenceran: 0,71 𝑚𝑙 = 147,05
= 9,1673 mg
,maka bobotnya
= 21,2446 mg
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 28. Data hasil uji perolehan kembali (%recovery) Glibenklamid pada
tablet G dengan metode penambahan baku (standard addition
method)
25 𝑚𝑙
Faktor pengenceran: 0,71 𝑚𝑙 = 147,05
adalah:
= 11,6904 mg
adalah:
= 11,7401mg
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 29. Perhitungan Kadar perolehan kembali Metformin dan
Glibenklamid secara Statistik
1. Metformin
2
𝑋−𝑋 0,3464 0,3464
Uji statistik pada taraf SD = = = =
𝑛−1 9−1 8
𝑆𝐷
RSD = X 100% = 0,2080
𝑋
0,2080
RSD = X 100% = 0,20%
100,23
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 29. (Lanjutan)
2. Glibenklamid
1 100,16% 2,7556
2 100,84% 0,21 0,0081
3 101,35% 0,72 0,0441
4 101,36% 0,73 0,0484
5 100.40% -0,23sd 0,0625
6 100,40% -0,23 0,04
7 100,00% -0,52 0,0529
8 100,11% -0,52 0,0625
9 101,12% 0,49 0,0441
X = 100,63 Σ( X -X)2= 0,2447
2
𝑋−𝑋 0,2447 0,2447
Uji statistik pada taraf SD = 𝑛−1
= = = 0,1748 =
9−1 8
𝑆𝐷 0,1748
RSD = X 100% = 0,208RSD = X 100% = 0,17%
𝑋 100,23
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 30. Spektrum serapan Metformin konsentrasi 2 μg/ml -6 μg/ml dan
Glibenklamid 4,7 μg/ml,- 12,7 μg/ml
83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 31. Spektrum serapan campuran baku Metformin dan Glibenklamid
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran32. Spektrum rasio Metformin dan Glibenklamid pada berbagai
konsentrasi
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 33. Spektrum rasio Metformin dan Glibenklamid dalam campuran
baku Metformin dan glibenklamid
Gambar 10. Spektrum rasio Metformin dalam campuran baku Metformin dan
Glibenklamid
Gambar 11. Spektrum rasio Glibenclamid dalam campuran baku Metformin dan
Glibenklamid
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 34 . Mean Centering spektrum rasio Metformin dan Glibenklamid
87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 35. Spektrum serapan sampel tablet G yang dibuat 6 kali pengulangan
88
Universitas Sumatera Utara
Gambar 17. Pengulangan 4
Gambar 19.Pengulangan 6
89
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 36. Hasil Spektrum MCR serapan sampel tablet G yang dibuat
sebanyak 6 kali pengulangan
90
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 36. (Lanjutan)
91
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 37. Spektrum rasio Metformin pada tablet G
92
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 37. (Lanjutan)
93
Universitas Sumatera Utara
Lampiran38.Hasil spektrum rasio MCR Metformin tablet G yang dibuat
sebanyak 6 kali pengulangan
94
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 38. (Lanjutan)
95
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 39. Spektrum rasio MCR Glibenklamid pada tablet G dengan
pengulangan 6 kali
ga
96
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 39. (Lanjutan)
97
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 40. Spektrum serapan uji perolehan kembali (% recovery)pada tablet
98
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 41. Hasil Spektrum MCRuji perolehan kembali (%recovery )
Metformin
99
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 42. Mean Centering of Spectra uji perolehan kembali (%recovery )
Glibenklamid
100
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 43. Daftar nilai distribusi r
101
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 44. Daftar nilai distribusi t
102
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 45. Sertifikat Pengujian Glibenclamid
103
Universitas Sumatera Utara