TUGAS AKHIR
Oleh:
GITHA TRI UTAMI TARIGAN
NIM 142410031
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
GITHA TRI UTAMI TARIGAN
NIM 142410031
Disetujui Oleh:
Pembimbing,
Disahkan Oleh:
Dekan,
Bismillahirrahmannirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya serta memberikan pengetahuan, kesehatan dan kesempatan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir, serta sholawat dan
salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW sebagai suri tauladan
yang baik bagi kehidupan.
Adapun judul tugas akhir ini adalah “Penetapan Kadar Betametason Valerat
pada Sediaan Krim Betametason 0,1% secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”
yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: Ibu Prof.
Dr. Masfria, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara. Bapak Popi Patilaya, S.Si. M.Sc., Apt., sebagai Ketua Program Studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara. Ibu Yade
Metri Permata, S.Farm., M.Si., Apt., sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir
ini. Ibu Dra., Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., sebagai Dosen Penasehat
Akademik yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis. Bapak
Drs. Zulfadli, Apt., sebagai Asisten Manager Produksi beserta seluruh staf dan
pegawai PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, yang telah mengawasi
penulis selama melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan. Seluruh dosen
dan pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
semua ilmu, bimbingan, arahan serta membantu dan mendukung kemajuan
penulis selama di perguruan tinggi ini.
Ayahanda Ahmad Tarigan B.Sc., dan Ibunda Ikhwani tercinta serta seluruh
keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan dorongan baik secara
moril maupun materil yang tak terhingga. Seluruh teman-teman yang selalu
dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah menyebutkan atau mencantumkan sumbernya di
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas
akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi
tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Materai
Rp 6.000
Abstrak
Latar Belakang: Kortikosteroid topikal (KT) merupakan salah satu obat yang
sering diresepkan dan digunakan untuk pasien dermatologi sejak pertama kali
diperkenalkan pada awal tahun 1950-an, betametason merupakan salah satu obat
kortikosteroid.
Tujuan: Penetapan kadar betametason valerat pada sediaan krim betametason
0,1% bertujuan untuk mengetahui apakah kadar betametason valerat pada sediaan
krim betametason 0,1% PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah
memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi Farmakope Edisi V 2014.
Metode: Penetapan kadar betametason valerat dalam sediaan krim betameson
0,1% menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Fase gerak yang
digunakan adalah asetonitril-akuabides (3:2), fase diam yang digunakan adalah
kolom bondapack C18 (3,9 × 300) dengan panjang gelombang 254 nm serta
volume injeksi yang digunakan yaitu 20 µL dan laju alir 1,50 mL/menit.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kadar betametason valerat dalam sediaan
krim betametason 0,1% yaitu 104,45% dan 104,30%, dengan kadar rata-rata yaitu
104,37%.
Kesimpulan: Kadar betametason valerat pada sediaan krim betametason 0,1%
memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi V 2014 yaitu tidak kurang dari
90,00% dan tidak lebih dari 110,00% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Halaman
JUDUL …………………………………………………………………… i
ABSTRAK ……………………………………………………………….. vi
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
diperkenalkan pada awal tahun 1950-an. Namun KT sering kali digunakan secara
tidak tepat baik oleh dokter, farmasi, toko obat, ahli kecantikan ataupun pasien
(Johan, 2015).
yang digunakan untuk menekan inflamasi, alergi dan respons imun. Betametason
Dipasaran betametason banyak dijual dalam bentuk krim salah satunya yaitu
krim betametason 0,1% yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Medan. Pengawasan mutu terhadap krim betametason perlu dilakukan agar
Salah satunya dengan penetapan kadar zat aktif pada krim betametason 0,1%.
Edisi V. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil judul tugas
Tujuan dari penulisan akhir ini adalah untuk mengetahui apakah kadar
betametason valerat pada sediaan krim betametason 0,1% yang diproduksi oleh
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia Edisi V. Adapun manfaat dari penulisan ini adalah untuk memberikan
oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah memenuhi persyaratan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kortikosteroid
oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memainkan peran penting termasuk mengontrol
2 yaitu:
aldosteron.
mempunyai daya kerja lebih besar. Akan tetapi penggunaan obat kortikosteroid
yang mengandung fluor dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan pelebaran
kapiler dan pembuluh nadi halus yang bersifat permanen sampai terjadi atropi
kulit. Pada penggunaan jangka waktu lama, sebaiknya menggunakan salep kulit
untuk pengobatan dermatosis dan penyakit kulit lainnya dalam bentuk sediaan
seperti krim, gel, salep, larutan dan losion. Ester ini sensitif terhadap panas dan
Menurut Dirjen POM (2014), sifat fisika dan kimia betametason valerat
yaitu:
diena-3,20-dion 17-valerat
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton
(1 dalam 1000), kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 254
nm dan fase diam: kolom 30 cm x 4 mm berisi bahan pengisi L1 dan laju alir:
±1,2 mL/menit.
ukuran partikel, 5 μm). Fase gerak: campuran asetonitril dan air (60:40, v/v). Laju
alir: 1 mL/menit, pada suhu kamar. Deteksi dilakukan pada 238 nm.
sistem kromatografi sehingga akan dicapai suatu pemisahan yang baik (Rohman,
2009).
berdasarkan partisi cuplikan antara fase yang bergerak, dapat berupa gas atau zat
cair dan fase diam, dapat berupa zat cair atau zat padat (Johnson dan Stevenson,
1991).
luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Hampir setiap campuran kimia,
mulai dari bobot molekul rendah sampai tinggi, dapat dipisahkan menjadi
dkk., 1991).
Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut HPLC
1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini KCKT merupakan teknik pemisahan
(Rohman, 2009).
pemisahan canggih dalam analisis farmasi yang dapat digunakan sebagai uji
identitas, uji kemurnian dan penetapan kadar. Titik beratnya adalah untuk analisis
senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap dan tidak stabil pada suhu tinggi,
yang tidak bisa dianalisis dengan Kromatografi Gas. Banyak senyawa yang dapat
dianalisis, dengan KCKT mulai dari senyawa ion anorganik sampai senyawa
organik makromolekul. Untuk analisis dan pemisahan obat atau bahan obat
campuran rasemis optis aktif dikembangkan suatu fase pemisahan kiral yang
Adapun prinsip dari KCKT yaitu suatu sampel berupa larutan diinjeksikan
kedalam kolom yang berisi fase diam dan fase gerak, kemudian diberikan tekanan
tinggi sehingga fase gerak dapat mengelusi sampel keluar dari kolom dan
Saputri, 2017).
Pada dasarnya alat kromatografi cair kinerja tinggi terdiri atas wadah
pelarut, fase gerak, pompa, tempat penyuntikan sampel, kolom, detektor dan
perekam.
1. Wadah pelarut
Wadah pelarut harus mempunyai beberapa ciri. Bahan wadah harus lembam
terhadap berbagai fase gerak berair dan tidak berair. Sehingga baja nir (anti) karat
dan gelas menjadi bahan terpilih. Tetapi baja nirkarat jangan dipakai pada pelarut
penggunaan gelas. Daya tampung wadah harus lebih besar dari 500 mL, yang
dapat digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir yang umumnya 1-2 mL/menit
(Munson, 1991).
2. Fase gerak
pelarut atau fase gerak merupakan salah satu peubah yang mempengaruhi
pemisahan. Berbagai macam pelarut dipakai dalam semua ragam KCKT, tetapi
Fase gerak haruslah murni tanpa cemaran, tidak bereaksi dengan kemasan,
3. Pompa
beberapa ciri. Seperti wadah pelarut, pompa harus dibuat dari bahan yang lembam
terhadap semua macam pelarut. Bahan yang umum digunakan adalah gelas, baja
nirkarat, teflon dan batu nilam. Pompa harus mampu menghasilkan tekanan
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi
dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal (Rohman, 2009).
5. Kolom
silica (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena
terutama bila detektor tidak tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang terlarut
yang tidak dikeluarkan akan menyebabkan gangguan yang besar di dalam detektor
(degassing) juga sangat baik bila menggunakan kolom yang sangat sensitif
6. Detektor
eluen kolom dan mengukur jumlahnya (Johnson dan Stevenson, 1991). Suatu
terhadap solut yang cepat dan reprodusibel; (2) mempunyai sensitifitas yang
tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar yang sangat kecil; (3) stabil
meminimalkan pelebaran pita; (5) signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan
konsentrasi solut pada kisaran yang luas (kisaran dinamis linier); dan (6) tidak
peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak (Rohman, 2009).
dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara
luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika
metoda yang paling sederhana diukur lebar atau tinggi puncak, yang kemudian
dinormalisasi (ini berarti bahwa setiap lebar atau tinggi puncak diekspresikan
baku sama dengan jumlah bahan yang akan dianalisis, dan kita membandingkan
(jumlah yang diketahui) zat standar (baku dalam). Kromatogram yang diperoleh
sampel. Metoda ini mempunyai keuntungan dibanding dengan metoda baku luar
karena, ia mengkompensasi variasi volume injeksi dan juga untuk perubahan yang
kecil dari sensitivitas detektor atau perubahan kromatograti yang bisa terjadi
(Putra, 2004).
diandingkan dengan kromatografi cair tradisional yaitu: cepat, daya pisahnya baik,
peka, detektor unik, kolom dapat dipakai kembali, ideal untuk molekul besar dan
ion dan mudah memperoleh kembali cuplikan (Johnson dan Stevenson, 1991).
a. Kecepatan
Waktu analisis yang kurang dari satu jam merupakan hal yang lazim.
Banyak analisis dapat dilakukan dalam 15-30 menit. Memang, untuk analisis yang
b. Daya pisah
kemampuan linarut berantaraksi secara selektif dengan fase diam dan fase
dikehendaki.
Banyak analisis dapat dilakukan pada kolom yang sama sebelum kolom itu
harus diganti. Akan tetapi, kolom tersebut turun mutunya; laju penurunan mutu itu
d. Kepekaan
berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram (10-9 g). Detektor fluoresensi dan
KCKT dalam ragam eksklusi dan pertukaran ion ideal untuk menganalisis
Sebagian besar detektor yang dipakai pada KCKT tidak merusak sehingga
detektor.
METODE PENGUJIAN
ruang Quality Control bagian instrumen yang terdapat di PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Medan yang berada di Jalan Sisingamangaraja XII Km. 9 No.
59 Medan.
3.2 Alat-alat
glass (Pyrex ukuran 100 mL, 1000 mL), bola karet, botol vial corong, gelas ukur
(Pyrex ukuran 50 mL, 1000 mL), kromatografi cair kinerja tinggi (Alliance type
e2695), labu tentukur (Pyrex ukuran 25 mL, 50 mL), neraca analitik (Digital semi
micro balance), pipet tetes, pipet volum (Pyrex ukuran 1 mL), saringan millipore
3.3 Bahan-bahan
Farma (Persero) Tbk. Plant Medan), asam asetat glasial (Merck Germany),
Indonesia (BPFI), krim betametason 0,1% (PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan), ditimbang seksama lebih kurang 1
kedalam labu tentukur 100 mL. Ditambahkan ±35 mL larutan asam asetat glasial-
botol vial.
0,1%, dimasukkan kedalam beaker glass 100 mL, diencerkan ±25 mL larutan
(1 dalam 1000) sampai garis tanda, disaring dengan saringan millipore 0,45 µm
Didetektor sampai muncul tampilan panjang gelombang 254 nm. Dibuka kran
pada pump 1525 kearah kanan, kemudian lakukan purging, set laju alir 5,00
mL/menit. Dilakukan purging selama 5 menit. Setelah selesai tekan stop pump.
Diatur laju alir 1,50 mL/menit dan komposisi fase gerak yaitu asetonitril-
b. Persiapan injek
Sebelum diinjeksikan larutan baku dan larutan sampel disaring dengan filter
0,45 µm. Disuntikkan secara terpisah larutan baku sebanyak 6 kali dan larutan uji
sebanyak 2 kali (duplo). Dipilih inject only selected lines untuk inject run time
dan tampilkan kromatogram mentah. Setelah peak muncul kemudian diatur setting
run time 5,50 menit. Kemudian set run time produk. Ditunggu sampai pada layar
Volume injeksi : 20 µL
Keterangan:
3.4.7 Persyaratan
valerat yaitu tidak kurang dari 90,00% dan tidak lebih dari 110,00% dari jumlah
4.1 Hasil
0,1% produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan diperoleh hasil
yaitu:
Tabel 4.1 Data Hasil Penetapan Kadar Betametason Valerat pada Krim
Betametason 0,1%.
No. Bets Area Uji Area Kadar sampel KWS Persyaratan
Standar (%) (%) (%)
1 X (a) 381172 361813 104,45 99,12 90,00 - 110,00
dilihat pada Lampiran 3. Sedangkan gambar alat-alat yang digunakan dapat dilihat
pada Lampiran 4.
4.2 Pembahasan
Hasil kadar yang diperoleh yaitu bets X (a) = 104,45% dan bets X (b) =
kadar antara bets X (a) dan bets X (b) disebabkan karena masing-masing sampel
yang ditimbang tidak tepat sama yaitu ±1 gram dan sampel yang digunakan tidak
valerat yaitu tidak kurang dari 90,00% dan tidak lebih dari 110,00% dari jumlah
yang tertera pada etiket. Dengan demikian betametason valerat dalam krim
betametason 0,1% yang di produksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
5.1 Kesimpulan
(KCKT) yaitu dengan kadar rata-rata 104,37%. Hasil yang diperoleh memenuhi
persyaratan yang tertera pada Farmakope Edisi V, yaitu tidak kurang dari 90,00%
5.2 Saran
Diharapkan agar PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan tetap
Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Schwarting, A.E. (1991). Pengantar Kromatografi.
Bandung: Penerbit ITB. hal. 1.
Kardila, I., dan Saputri, F.A., (2017). Derivatisasi Senyawa pada KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) dengan Detektor Fluoresens.
Farmaka. 4(3):2.
Putra, E.D.L. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi.
Medan: Fakultas FMIPA Universitas Sumatera Utara. 5-18.
Sartono. (1996). Apa yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang Obat Wajib Apotek.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hal. 88-89:94.
Schunack, W., Mayer, K., dan Haake, M. (1990). Senyawa Obat. Edisi Kedua.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hal. 517.
Keterangan:
Diketahui:
Au : 381172 Au : 380599
As : 361813 As : 361813
Bu : 1,00059 g Bu : 1,00050 g