TUGAS AKHIR
Oleh:
SISWATI
NIM 162410018
Analisa Kadar Air dan Kadar Abu pada Simplisia Temu Giring
{Curcumae heyneana) dan Simplisia Kunyit {Curcumae domestica}
di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma HI Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi L’niversitas Sumatera Utara
Oleh:
SISWATI
NIM 162410018
Disetujui Oleh:
Peinbimbing,
an Oleh:
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“analisa kadar air dan kadar abu pada simplisia temu giring (Curcumae heyneana)
Industri Medan”. Percobaan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt
kepada Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan. Terimakasi kepada Ibu Dra. Sudarmi,
M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,
arahan dengan ikhlas dan sabar. Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih
Baristand Industri Medan. Terima kasih kepada Bapak Hari Mulyadi Falah, Ibu
Sri Chasnawati dan Bapak Handrian Syahputra Siregar selaku pembimbing PKL
tulus dan tak terhingga kepada orang tua tersayang Ayahanda Suwarno dan
Ibunda Marsinah atas doa dan dukungan baik moril maupun materil dan teman-
teman semua atas motivasi dan segala bantuan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa
tugas akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna memperbaiki tugas
akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi ilmu
Medan, 2020
Penulis,
Siswati
NIM 162410018
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SURAT PERNYATAAR ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain, dan
bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah menyebutkan atau
mencantumkan suinbemya di dalam daftar pustaka.
.Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas
akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi
nnggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenamya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, 04 Juli
2019 Yang
967AHF1356050
Menyatakan,
Siswati
NIM 162410018
ANALISA KADAR AIR DAN KADAR ABU PADA SIMPLISIA
TEMU GIRING (Curcumae heyneana) DAN SIMPLISIA
KUNYIT (Curcumae domestica) DI BALAI RISET DAN
STANDARISASI INDUSTRI MEDAN
Abstrak
Latar Belakang: Produk obat-obat herbal yang berkualitas di tentukan oleh mutu
dari bahan baku simplisia yang digunakan. Kunyit dan temu giring merupakan
salah satu bahan baku produk herbal yang banyak penggunaannya di Indonesia.
Menurut SNI 01-2891-1992 salah satu persyaratan mutu simplisia adalah kadar air
dan kadar abu. Penetapan kadar air simplisia sangat penting karena jumlah air
yang tinggi dapat menjadi media tumbuhnya bakteri dan jamur yang dapat
merusak senyawa yang terkandung di dalam simplisia. Penetapan kadar abu
dilakukan untuk mengetahui kandungan komponen yang tidak mudah menguap
yang tetap tinggal pada pembakaran dan pemijaran senyawa organik. Semakin
rendah kadar abu suatu bahan, maka semakin tinggi kemurniannya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar air dan kadar abu pada
simplisia kunyit dan temu giring.
Metode: Sampel diambil dari Laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian
Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan. Analisa kadar air dilakukan dengan
metode destilasi dan kadar abu total dilakukan dengan metode gravimetri sesuai
dengan prosedur yang digunakan di laboratorium makanan minuman hasil
pertanian Baristand Medan.
Hasil: Hasil kadar air pada simplisia kunyit dan temu giring sebesar 9,99% dan
7,97% sedangkan menurut Farmakope Herbal Indonesia maksimal 10,00%, maka
memenuhi persyaratan. Hasil kadar abu simplisia kunyit dan temu giring sebesar
6,43% dan 7,25% sedangkan menurut Farmakope Herbal Indonesia simplisia
kunyit dan temu giring maksimal 8,20% dan 9,80%, maka memenuhi persyaratan.
Kesimpulan: Kadar air dan kadar abu pada simplisia kunyit dan temu giring
memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia (FHI) tahun 2008.
Kata kunci: simplisia, kadar air, kadar abu, kunyit, temu giring
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.1 Simplisia.............................................................................................................4
2.3 Kunyit...............................................................................................................10
2.5.1 Kunyit............................................................................................................12
2.8.1.2 Penguapan..................................................................................................19
3.3.1 Alat................................................................................................................20
3.3.2 Bahan.............................................................................................................20
4.1 Hasil.................................................................................................................22
4.2 Pembahasan......................................................................................................23
5.1 Kesimpulan......................................................................................................25
5.2 Saran.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
DAFTAR TABEL
4.1 Hasil penetapan kadar air dan kadar abu pada simplisia kunyit dan
temu giring......................................................................................................23
DAFTAR LAMPIRAN
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
persyaratan mutu yang tertera dalam monografi simplisia. Persyaratan mutu yang
tertera dalam monografi simplisia antara lain susut pengeringan, kadar abu total,
kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut etanol, kadar sari larut air dan
kandungan kimia simplisia meliputi kadar minyak atsiri dan kadar kurkuminoid.
Persyaratan mutu ini berlaku bagi simplisia yang digunakan dengan tujuan
pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau
mutu dari bahan baku (simplisia) atau ekstrak yang digunakan. Kunyit merupakan
salah satu bahan baku produk herbal yang banyak penggunaannya di Indonesia.
kurkumin, antara lain adalah anti virus, anti jamur, anti oksidan, anti kanker,
antibiotik, antiseptik, anti inflamasi, anti diabetes, anti imunodefisiensi, anti aging,
neuroprotective, anti koagulan dan menurunkan lipid darah (Azizah, 2013). Temu
giring disebut juga temu reng. Temu giring mengandung minyak atsiri, zat pati
dan piperazin sitrat yang diketahui dapat menangkal serangan cacing gelang
(Ascaris). Temu giring yang biasa digunakan untuk pengobatan adalah bagian
akarnya. Akar rimpang yang pahit dikombinasi dengan tanaman obat lainnya
juga dianggap sebagai pendingin dan sabun pembersih yang berguna untuk
mengatasi penyakit kulit, luka tergores ringan dan juga sebagai obat cacing
(Agoes, 2010).
yang tidak mudah menguap (komponen anorganik atau garam mineral) yang tetap
tinggal pada pembakaran dan pemijaran senyawa organic. Semakin rendah kadar
abu suatu bahan, maka semakin tinggi kemurniannya. Tinggi rendahnya kadar abu
suatu bahan antara lain disebabkan oleh kandungan mineral yang berbeda pada
sumber bahan baku dan juga dapat dipengaruhi oleh proses demineralisasi pada
saat pembuatan. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (FHI) Tahun 2008 kadar
abu pada simplisia kunyit maksimal 8,20% dan temu giring maksimal 9,80%
air yang tinggi dapat menjadi media tumbuhnya bakteri dan jamur yang dapat
Herbal Indonesia (FHI) Tahun 2008 kadar air pada simplisia kunyit dan temu
simplisia kunyit dan temu giring. Parameter yang diuji dalam percobaan ini adalah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kadar air dan
kadar abu pada simplisia kunyit dan temu giring memenuhi persyaratan
kadar air dan kadar abu pada simplisia kunyit dan temu giring.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Simplisia
Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata
bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum
untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakn
lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka
simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengaja di keluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum bahan kimia murni. Contohnya adalah
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah dioleh dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni. Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga
(Gunawan, 2004).
pembuatannya.
Berdasarkan bahan bakunya, simplisia bisa diperoleh dari tanaman liar dan
atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia diambil dari tanaman budi
daya maka keseragaman umur, masa panen dan galur (asal usul, garis keturunan)
tanaman dapat dipantau. Sementara jika diambil dari tanaman liar maka banyak
kendala yang tidak bisa dikendalikan seperti asal tanaman, umur dan tempat
tumbuh.
Faktor yang paling berperan dalam tahap ini adalah masa panen. Berdasarkan
garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai
berikut.
- Biji
Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau
- Buah
buah bisa dilakukan saat menjelang masak, setelah benar-benar masak atau
- Bunga
Panen dapat dilakukan pada saat menjelang penyerbukan, saat bunga masih
Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung
maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah
mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun berubah menjadi daun tua.
- Kulit batang
Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah cukup
- Umbi lapis
- Rimpang
Sortasi basah adalah pemilihan panen ketika tanaman masih segar. Sortasi
dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau
bagian lain dari tanaman yang tidak di gunakan dan bagian tanaman yang rusak
3. pencucian
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih misalnya
dari mata air, air sumur atau air PAM. Cara sortasi dan pencucian sangat
mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang
digunakan untuk pencucian kotor maka jumlah mikroba pada permukaan bahan
simplisia dapat bertambah dan air yang terdapatpada permukaan bahan tersebut
(Prasetyo, 2013).
4. Perajangan
dirajang tetapi dijemur terlebih dahulu dalam keadaan utuh selama satu hari.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus
sehingga di peroleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki
(Prasetyo, 2013).
Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat yang berkhasiat yang
diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe,
kencur dan bahan sejenis lainnya di hindari perajangan terlalu tipis untuk
5. Pengeringan
tersebut.
Suhu pengeringan. Semakin tinggi suhunya semakin cepat kering tetapi harus
dari bahan.
Sirkulasi udara.
Luas permukaan bahan. Semakin luas permkaan bahan semakin mudah kering
(Gunawan, 2004).
teknik, suhu dan waktu yang tepat agar bahan aktifnya tidak rusak. Pengeringan
biasanya dilakukan dengan pemaparan bagian tanaman terhadap aliran udara yang
dingin atau panas yang disirkulasi dengan baikdalam ruangan hangat yang
tertutup/gelap hingga benar-benar kering. Jika bagian tanaman berupa rimpang
atau kulit buah dan batang, maka irisan dari bagian-bagian tanaman tersebut
disusun secara merata pada talam-talam pengering yang dialiri dengan udara
pengering pada suhu kamar atau lebih tinggi agar pengeringan berlangsung secara
(Kumoro, 2015).
Air yang masih tersisa dalam simplisia dalam kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu
dalam sel, masih dapat berkerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati
dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu
(Prasetyo, 2013).
6. sortasi kering
bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan (misalnya dikeringkan di tepi
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu di
tempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
udara, reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif tanaman dengan wadah,
Untuk menjaga agar udara dalam kemasan tetap kering, maka uap air di dalam
kemasan dapat dijerap dengan menambahkan silica gel yang dibungkus rapi
(Kumoro, 2015).
2.3 Kunyit
domestia Val.) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah
Asia Tenggara. Tanaman ini tumbuh dengan baik di Indonesia. Tanaman tumbuh
tegak dengan mencapai ketinggian 1,0-1,5 m. Warna bunga putih atau putih
bergaris hijau dan terkadang ujung bunga berwarna merah jambu. Bagian utama
dari tanaman adalah rimpangnya yang berada didalam tanah (Agoes, 2010).
tumor payudara, menghambat ploriferasi sel tumor pada usus besar dan anti
berwarna kuning oranye yang diisolasi dari tanaman kunyit telah dikenal di
kalangan industri jamu atau obat tradisional dan banyak digunakan sebagai bahan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdevisi : Spermatophyta
Devisi :
Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
2016).
Temu giring (Curcuma heyneana) disebut juga temu reng. Tanaman ini
merupakan semak semusim dan berbatang semu yang terdiri atas pelepah daun,
majemuk dan mahkotanya berwarna kuning muda. Temu giring tumbuh liar di
perkarangan dan ladang pada tanah yang lembab dengan ketinggian sampai 900
atsiri, amilum dammar, lemak, tannin, saponin dan flavonoid. Anggota famili
dan adipositas. Bagian tanaman bermanfaat sebagai obat adalah rimpang untuk
mengatasi berbagai penyakit seperti cacingan, cacar air, pelangsing, koreng, luka
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdevisi : Spermatophyta
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
2.5.1 Kunyit
berwarna putih. Rimpang luar berwarna jingga kecoklatan serta daging buah
berwarna kuning hingga merah jingga. Biasanya rimpang bergerombol dan
Temu lawak memiliki ketinggian mencapai 1-2 meter. Daun temu lawak
lawak memiliki mahkotanya berwarna putih kekuningan atau kuning tua (Hayati,
2003).
Tanaman ini memiliki ciri-ciri, yaitu tinggi mencapai 2 meter, daun lebar
Warna rimpang jika diiris terlihat agak biru. Bunga berwarna putih agak merah,
putih. Daun berwarna hijau, berbentuk bulat lonjong penuh dengan bintik-bintik
keil berwarna putih jernih. Mahkota berwarna kuning muda atau hijau keputihan.
Daging rimpang berwarna kuning seperti mangga, beraroma harum dan rasanya
Rimpang temu putih berwarna putih, rasanya pedas, sangat pahit dan
aromanya sangat tajam. Warna daun hijau lembayung disatu sisi dan di sisi lain
merah gelap. Rimpang berwarna putih pucat. Bunga berwarna merah keunguan
(Hayati, 2003).
2.5.6 Temu giring
Tumbuhan temu giring warna daunnya lebih terkesan hijau pucat dan tipis
dengan urat daun berwarna hijau muda.Tinggi tanaman ini dapat mencapai 2
meter. Daging rimpang berwarna kuning muda. Tanaman ini memiliki bunga
majemuk yang keluar dari batang semu dengan mahkota berwarna merah. (Hayati,
2003).
berat bahan segar dan berat keringnya merupakan kadar air yang dicari yang
terkandung dalam bahan yang diperiksa. Pada metode ini pengeringan bahan
proses pengeringan dianggap sebagai berat kandungan air yang terdapat dalam
bahan yang menguap selama pemanasan. Analisis kadar air bahan dengan
bahan, kondisi oven dan penanganan bahan yang telah dikeringkan (Nadia, 2010).
Prinsip yang digunakan adalah penguapan air dari bahan bersama pelarut
yang bersifat immiscible pada suatu pendinginan yang tetap. Uap bahan dan uap
air pelarut dikondensasi dan ditampung dalam labu destilat. Jumlah air hasil
destilasi bahan dapat langsung ditentukan dengan membaca miniskus pada labu
kompenen-kompenen lain selain air yang mudah menguap pada perlakuan suhu
tinggi. Pada metode destilasi ini, proses destilasi bahan dilakukan dengan
menggunakan pelarut yang bersifat immiscible yaitu jenis pelarut yang tidak dapat
bercampur dengan air. Selama proses destilasi, pelarut tersebut bersama air dalam
bahan akan menguap pada suhu lebih rendah dari suhu didih air. Uap yang
(Nadia, 2010).
Penentuan kadar air metode destilasi merupakan jumlah volume air hasil
destilasi bahan yang dapat langsung diketahui dengan membaca miniskus labu
melarutkan atau mengubah sampel menjadi bentuk materi yang dapat diukur
ada dua jenis destruksi yang dikenal yaitu destruksi kering dan destruksi basah
(Rahmelia, 2015).
mengabukan atau membakar dalam tanur sejumlah berat makanan pada suhu 500-
600oC sampai semua karbon hilang dari bahan makanan tersebut. Sisanya adalah
pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan
dilakukan pada alat pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan
putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan
terhadap bahan dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu cawan berisi abu yang
ada dalam tanur harus lebih dahulu dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105oC
sebelum terjadi dekomposisi dari abu tersebut. Fungsi dari kadar abu tersebut
yaitu mengetahui bahwa semakin tinggi kadar abu suatu bahan pangan, maka
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
syarat titik akhir pembakaran dihentikan sebelum terjadi dekomposisi dari abu
tersebut. Fungsi dari kadar abu tersebut yaitu mengetahui bahwa semakin tinggi
kadar abu suatu bahan pangan, maka semakin buruk kualitas dari bahan pangan
basah sangat sesuai untuk penentuan unsur-unsur logam yang mudah menguap.
Metode destruksi basah merupakan metode yang menggunakan larutan asam kuat
(berat konstan)-nya. Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis
gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang dianalisis
menjadi senyawa lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga dapat di ketahui
berat tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis selanjutnya dihitung dari
Bobot tetap atau berat konstan pada penetapan susut pengeringan dan
turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang. Penimbangan
dilakukan setelah zat dikeringkan atau dipijarkan lagi selama 1 jam. Dengan
pernyataan bobot yang dapat di abaikan, di maksudkan bobot yang tidak lebih dari
diyakinkan bahwa semua senyawa target dapat larut secara sempurna di dalam
pengendap dalam jumlah berlebihan, yaitu senyawa tertentu (khusus) yang dapat
yang stabil dan dapat dipisahkan dari komponen senyawa lain dengan cara
senyawa target. Dari berat endapan yang diperoleh akan dapat dihitung berat ion
target yang dianalisis, sehingga data yang diperoleh selanjutnya akan dapat
(Situmorang, 2012).
diantaranya:
3. Endapan yang terbentuk harus dalam keadaan murni dan mudah (dapat)
endapan, akan tetapi sangat sulit untuk mendapatkan endapan yang bebas dari
target dalam jumlah besar dan mudah disaring untuk selanjutnya dapat ditimbang.
pengadukan yang cepat, proses ini juga tidak akan banyak menolong dalam
mengatasi permasalahan supersaturasi. Salah satu teknik yang paling efisien untuk
perlahan (lambat) pada larutan, yaitu dengan cara reaksi kimia, proses ini disebut
akan dapat menghasilkan nukleasi rendah, tetapi proses pertumbuhan kristal besar,
sehingga akhirnya akan diperoleh endapan yang lebih murni dan mudah disaring
(Situmorang, 2012).
2.8.1.2 Penguapan
sampel (yang mudah menguap) yang hilang setelah pemanasan. Prosedur ini
dilakukan dengan berhasil dengan baik maka senyawa yang akan ditentukan harus
dalam bentuk senyawa tunggal dan akan menguap total bila dipanaskan. Teknik
penguapan ini hanya berlaku untuk sampel-sampel tertentu saja, misalnya air yang
METODOLOGI PENELITIAN
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia kunyit dan
temu giring yang berasal dari Laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian
3.3.1 Alat
pengaduk, batu didih, bola hisap, cawan pengabuan, corong, eksikator, gelas piala,
gelas ukur, kaki tiga, labu leher tiga, neraca analitik,penjepit krus, pipet volume,
pendingin tegas, penangas air listrik, spatel, statif, stopwatch, dan tanur listrik.
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air, serbuk simplisia
ke dalam labu didih dan tambahkan 300 ml xylol serta batu didih. Sambungkan
dengan alat Aufhauser dan panaskan di atas penangas listrik selama 1 jam
dihitung sejak mulai mendidih. Setelah cukup 1 jam matikan penangas listrik dan
Perhitungan:
Timbang dengan seksama 2-3 gram contoh ke dalam sebuah cawan porselin
yang telah diketahui bobotnya, untuk contoh cairan, uapkan di atas penangas air
sampai kering. Arangkan di atas nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik.
Pada suhu maksimum 550oC sampai pengabuan sempurna (sekali-kali pintu tanur
di buka sedikit, agar oksigen bisa masuk). Dinginkan dalam eksikator, lalu
Perhitungan:
4.1 Hasil
Penetapan kadar air dan kadar abu pada sampel simplisia kunyit dan temu
Industri Medan. Metode yang digunakan yaitu metode destilasi dan penetapan
menguap pada perlakuan suhu tinggi. Pada metode destilasi ini, proses destilasi
bahan dilakukan dengan menggunakan pelarut yang bersifat immiscible yaitu jenis
pelarut yang tidak dapat bercampur dengan air. Selama proses destilasi, pelarut
tersebut bersama air dalam bahan akan menguap pada suhu lebih rendah dari suhu
didih air. Uap yang terbentuk mengalami kondensasi yang ditampung dalam labu
organik pada suhu yang tinggi yaitu sekitar 500-600oC dan melakukan
penimbangan zat yang tersisa setelah proses pembakaran tersebut. Waktu lamanya
dilakukan pada alat pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan
Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu cawan
berisi abu yang ada dalam tanur harus lebih dahulu dimasukkan ke dalam oven
bersuhu 105oC agar suhunya turun menyesuaikan dengan suhu di dalam oven,
Hasil penetapan kadar air dan kadar abu pada simplisia kunyit dan temu
Tabel 4.1 Hasil penetapan kadar air dan kadar abu pada simplisia kunyit dan temu
giring.
4.2 Pembahasan
Hasil kadar air yang didapat pada percobaan simplisia kunyit dan temu
Indonesia persyaratan kadar air untuk simplisia tersebut maksimal 10,00%, jadi
Hasil kadar abu yang didapat pada percobaan simplisia kunyit dan temu
Indonesia persyaratan kadar abu untuk simplisia tersebut maksimal 8,20% dan
9,80%, jadi hasil kadar abu pada percobaan ini memenuhi persyaratan.
Kandungan air yang berlebihan pada bahan atau sediaan obat tradisional
penurunan mutu dari obat tradisional. Tujuan dari penetapan kadar air adalah
untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air
dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam
(Handayani, 2017).
Menurut Anonimous, kadar air simplisia sebaiknya lebih kecil dari 10,00%.
Apabila kadar air lebih besar dari 10,00% akan menyebabkan terjadinya proses
enzimatik dan kerusakan oleh mikroba. Simplisia yang disimpan dalam waktu
yang lama, enzim akan merubah kandungan kimia yang telah terbentuk menjadi
produk lain yang mungkin tidak lagi memiliki efek farmakologi seperti senyawa
asalnya. Hal ini tidak akan terjadi jika bahan yang telah dikeringkan mempunyai
kadar air yang rendah. Berupa enzim perusak kandungan kimia antara lain adalah
gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal daro proses awal
sampai terbentuknya simplisia. Kadar abu total berkaitan dengan mineral baik
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan hasil kadar air pada simplisia kunyit 9,99% dan
pada simplisia temu giring 7,97%. Sedangkan hasil kadar abu pada simplisia
kunyit 6,43% dan temu giring 7,25%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air dan
kadar abu pada simplisia kunyit dan temu giring memenuhi persyaratan
5.2 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut yaitu kadar sari larut air, kadar sari larut
etanol dan kadar abu tak larut asam guna untuk mengetahui apakah simplisia yang
Amelia, M.R., dkk. (2014). Penentuan Kadar Abu (AOAC 2005). Fakultas
Ekologi Manusia. 1-3.
Badan Standar Nasional.(1992). Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI 01-2891-
1992. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional. Halaman 3-4.
Dini, K., dkk. (2014). Preparasi Sampel untuk Analisis Mineral. Fakultas Ekologi
Manusia. 1-2.
Febriani, D., dkk. (2015). Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Sirsak
(Annona muricata Linn.).Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba. 475, 477-
478.
Gandjar, I.G dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Halaman: 91.
Gunawan, D., Sri, M. (2004).Ilmu Obat Alam. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman: 9, 11,13.
Handayani, S., dkk.(2017). Penapisan Fitokimia dan Karakterisasi Simplisia Daun
Jambu Mawar (Syzygium jambos Aiston).Jf Fik Uninam. 5(3): 179-180.
Hariana, A. (2014). Tumbuhan Obat & Khasiatnya.Seri 3. Jakarta: Penebar
Swadaya. Halaman: 126.
Hayati, M. (2003).Terampil Membuat Ekstrak Temu-temuan. Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa. Halaman: 15-16, 27-32.
Kumoro, A.C. (2015). Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman
Obat. Yogyakarta: Plantaxia. Halaman: 17, 21.
Manoi, F. (2006).Pengaruh Cara Pengeringan terhadap Mutu Simplisia
Sambiloto.Bul Littro. 17(1): 3.
Nadia, L., dkk. (2010). Praktikum Kimia dan Analisis Pangan. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka. Halaman: 3, 14-15.
Plantamor.(2019). Situs Dunia Tumbuhan.Diakses dari http:/www.
Plantamor.com/species/info/curcuma/heyneana. Pada tanggal 14 Mei
2019.
Prasetyo., Entang, I. (2013). Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-obatan.
Bengkulu: Badan Penerbit Fakultas Pertanian UNIB. Halaman: 18-19.
Rachmania, R.A., Fatimah, N., Elok, M. (2013). Ekstraksi Gelatin dari Tulang
Ikan Tenggiri Melalui Proses Hidrolisis Menggunakan Larutan Basa.
Media Farmasi.10(2): 26.
Rahmelia, D., Anang, W.M., Diah., Irwan, S. (2015). Analisis Kadar Kalium (K)
dan kalsium (Ca) dalam Kulit dan Daging Buah Terung Kopek Ungu
(Solanum melongena) Asal Desa Nupa Bomba Kecamatan Tanantovea
Kabupaten Donggala. J. Akad Kim. 4(3): 145, 147.
Rukmana, R., Herdi, Y. (2016). Budi Daya dan Pascapanen Tanaman Obat
Unggulan. Yogyakarta: Lily Publisher. Halaman: 196-197.
Situmorang, M. (2012). Kimia Analitik I (Kimia Analitik Dasar). Medan: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Halaman: 87,106-108.
LAMPIRAN
Keterangan:
Contoh perhitungan:
1.00 g
=
10.0016 g x 100%
= 0.10 x 100%
=
10.00%
1.00 ml x 100%
Kadar air (U-2) =
10.0154 g
x 100%
1.00 g
=10.0154 g
= 0.0998 x 100%
= 9.98%
10.00%+ 9.98%
Kadar Air = 2
19.98%
= 2
= 9.99%
2. Penetapan kadar air simplisia temu giring
0.80 ml
Kadar air (U-1) =
10.0118 g x 100%
0.80 g
=
10.0118 g x 100%
= 0.0799 x 100%
= 7.99%
0.80 ml
Kadar air (U-2) =
10.0545 g x 100%
0.80 g
= 10.0545 g x 100%
= 0.0796 x 100%
= 7.96%
7.99%+ 7.96%
Kadar Air = 2
15.95%
= 2
= 7.97%
Sampel Volume air (ml) Berat contoh (g) Hasil kadar air (%)
Rata-rata 9.99 %
Rata-rata 7.97 %
Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Abu pada Simplisia
Keterangan:
Perhitungan:
0.1290 g
= 2.0014 g x 100%
= 0.0645 x 100%
= 6.45%
36.8278 g – 36.6993 g
Kadar Abu (U-2) = x 100%
2.0008 g
0.1285 g
= 2.0008 g x 100%
= 0.0642 x 100%
= 6.42%
6.45%+ 6.42%
Kadar Abu = 2
12.87%
= 2
= 6.43%
0.1038 g
= 1.4334 g x 100%
= 0.0724 x 100%
= 7.24%
39.1159 g – 39.0069 g
Kadar Abu (U-2) = x 100%
1.5009 g
0.109 g
= 1.5009 g x 100%
= 0.0726 x 100%
= 7.26%
7.24% + 7.26%
Kadar Abu = 2
14.5%
= 2
= 7.25%
Berat + cawan
Berat cawan Berat contoh Hasil kadar abu
Sampel setelah dikeringkan
kosong(g) (g) (%)
(g)
Rata-rata 6.43 %
Rata-rata 7.25 %
Lampiran 3. Gambar penentuan kadar air dan kadar abu
Gambar n. hasil kadar abu pada Gambar o. hasil kadar abu pada
Kunyit temu giring
35