Anda di halaman 1dari 70

TINGKAT PEMAHAMAN PASIEN TERHADAP DAGUSIBU

DI APOTEK SINAR AMANDIT FARMA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

MUTIA RAHMI

NPM 1648401110031

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI D3

FARMASI 2019
TINGKAT PEMAHAMAN PASIEN TERHADAP DAGUSIBU (DAPATKAN,
GUNAKAN, SIMPAN DAN BUANG OBAT) DI APOTEK SINAR
AMANDIT FARMA BANJARMASIN UTARA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

pada Program Studi D3 Farmasi

Oleh :
MUTIA RAHMI
NPM. 1648401110031

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan judul “Tingkat Pemahaman Pasien


Terhadap DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Dan Buang Obat) Di
Apotek Sinar Amandit Farma Banjarmasin Utara” yang dibuat oleh Mutia
Rahmi (NPM.1648401110031), telah mendapatkan persetujuan dari para
pembimbing untuk diujikan pada U)ian Sidang Laporan Tugas Akhir Program
Studi D3 Farmasi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Banjarmasin, Juni 2019

Pembimbing 1,

Irfan Za NIDN: 1126029

inbimbing 2,

Sukanito, SKM.,M.Kes
NIDK: 882460017

Mengetahui
Farmasi,

101
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan judul “Tingkat Pemahaman Pasien
Terhadap DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Dan Buang Obat) Di
Apotek Sinar Amandit Farma Banjarmasin Utara” yang dibuat oleh Mutia
Rahmi (NPM.1648401110031), telah diujikan di depan tim penguji pada Ujian
Sidang Laporan Tugas Akhir Program Studi D3 FanTiasi pada tanggal 5
Agustus 2019.

Tim Pen
Pen

Irfan Zam
NIDN: 1126029201

nguji 2,

NIDK: 882460017

Penguji 3,

Nria Ulfah S.Si M.M A t N. 197902122010012011

Mengetahui
Kaprodi D3 Farmasi,

Sri Rahayu, M.Farm.› Apt


NIDN: 1115098101

an
Farmasi,
mmadiyah Banjarmasin

.Sc. 01

iii
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

LTA, Juni 2019

Mutia Rahmi
1648401110031

Tingkat Pemahaman Pasien Terhadap DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan,


Simpan, dan Buang Obat Di Apotek Sinar Amandit Farma)
Abstrak

Dagusibu terdiri dari (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang Obat) merupakan
suatu program edukasi kesehatan yang yang dibuat oleh IAI dalam upaya
mewujudkan Gerakan Keluarga Sadar Obat sebagai langkah konkrit
meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga mencapai derajat kesehatan
yang setinggi- tingginya. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi dan
terjadi ketika seseorang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman pasien
terhadap DAGUSIBU di Apotek Sinar Amandit Farma Banjarmasin Utara
berdasarkan umur, pekerjaan dan pendidikan. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif. Populasi dari penelitian yaitu semua orang yang membeli obat di
Apotek Sinar Amandit Farma . Sampel yang digunakan berjumlah 74 orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bahwa tingkat pemahaman pasien terhadap
Dagusibu di Apotek Sinar Amandit Farma yang berpengetahuan kurang berjumlah
39 responden. Sehingga dapat disimpulkan tingkat pemahaman pasien di Apotek
Sinar Amandit Farma memiliki tinkat yang kurang terhadap Dagusibu Obat.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa tingkat pemahaman pasien terhadap
Dagusibu Obat berdasarkan umur sebesar 51,34%, berdasarkan pendidikan
sebesar 59,67%, dan berdasarkan pekerjaan sebanyak 52,67%.

Kata Kunci : Tingkat Pemahaman, Dagusibu Obat

Daftar Rujukan : 26 (2008-2018)

iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir dengan judul “Tingkat Pemahaman Pasien Terhadap
DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Dan Buang Obat Di Apotek Sinar
Amandit Farma” tepat pada waktunya.

Penulisan Laporan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program D.3 Farmasi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan moral maupun materil. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Akhmad Khairuddin, M. Ag selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Risya Mulyani, M. Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Sri Rahayu, M. Farm., Apt selaku Ketua Program Studi D3 Farmasi
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
4. Irfan Zamzani, M.Farm.,Apt selaku pembimbing dan penguji 1 yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan motivasi untuk penulisan Laporan Tugas
Akhir ini.

v
5. Sukamto, SKM.,M.Kes selaku pembimbing dan penguji 2 yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan motivasi untuk penulisan Laporan Tugas
Akhir ini.
6. Seluruh Dosen Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang telah
memberikan ilmu bermanfaat sehingga turut membantu dalam penyelesaian
Laporan Tugas Akhir ini.
7. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan semangat dan motivasi
serta do’a, usaha, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
8. Semua rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin, khususnya jurusan D3 Farmasi yang banyak memberikan
motivasi serta kerjasamanya kepada penulis sehingga membantu dalam
penyelesaian penyusunan Laporan Tugas Akhir.

Mudah-mudahan Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga
Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu melimpahkan segala
rahmat dan hidayah-Ny. Aamiin ya Rabbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Banjarmasin, Juni 2019

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI..................................................................iii
ABSTRAK............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4


2.1 Apotek................................................................................................4
2.2 Pengetahuan........................................................................................10
2.3 DAGUSIBU........................................................................................14

BAB 3 TINJAUAN KASUS.................................................................................27


3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data...............................................27
3.2 Populasi Dan Sampel..........................................................................27
3.3 Gambaran Umum Kasus.....................................................................28

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................30


4.1 Hasil....................................................................................................30
4.2 Tingkat Pemahaman...........................................................................32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................44


5.1 Kesimpulan..........................................................................................44
5.2 Saran....................................................................................................44
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo Obat Bebas........................................................................16


Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas..........................................................16
Gambar 3. Logo Obat Keras.........................................................................17
Gambar 4. Logo Obat Narkotika..................................................................18
Gambat 5. Logo Obat Psikotropik................................................................18

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..................30

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur................................31

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan.......................31

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.........................31

Tabel 4.5 Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Umur...........................32

Tabel 4.6 Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Pendidikan..................32

Tabel 4.7 Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Pekerjaan....................33

Tabel 4.8 Hasil Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Persentase Jumlah


Jawaban Responden Da (Dapatkan Obat)....................................................33

Tabel 4.9 Hasil Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Persentase Jumlah


Jawaban Responden Gu (Gunakan Obat).....................................................34

Tabel 4.10 Hasil Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Persentase


Jumlah Jawaban Responden Si (Simpan Obat..............................................35

Tabel 4.11 Hasil Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Persentase


Jumlah Jawaban Responden Bu (Buang Obat)............................................36

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Dan Pengambilan Data..............................46


Lampiran 2. Surat Permohonan Bimbingan LTA...........................................47
Lampiran 3. Lembar Konsultasi LTA.............................................................48
Lampiran 4. Lembar Kousioner......................................................................51
Lampiran 5. Daftar Riwayat Hidup..................................................................54

x
DAFTAR SINGKATAN

CPD : Cpitinuing Professional


Development DAGUSIBU : Dapatkan, Gunakan,
Simpan, Buang GKSO : Gerakan Keluarga Sadar
Obat
MESO : Monitoring Efek Samping
PIO : Pemberian Informasi Obat
PTO : Pemantauan Terapi Obat
SDM : Sumber Daya Manusia
SIPA : Surat Izin Praktik Apotek
SOP : Standar Operasional Prosedur
STRA : Surat Tanda Registrasi Apoteker

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan manusia
sehingga senantiasa menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu
bangsa. Tujuan dari pembangunan nasional khususnya bidang kesehatan
adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, derajat
kesehatan yang tinggi akan meningkatkan produktivitas dan memperkuat
daya saing bangsa yang semakin ketat. Adapun tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi
untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan
atau upaya kesehatan penunjang. Salah satu sarana kesehatan yang berperan
dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat adalah
apotek, termasuk didalamnya pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (Anonim, 2014).

Pelayanan kefarmasian di apotek adalah suatu pelayanan langsung dan


bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien (Permenkes no 73 tahun 2016). Pengaturan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian,
dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka kesehatan pasien.

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Mengetahui pengertian obat
tersebut, maka kita harus selalu berhati-hati dalam penggunaan obat.

1
2

Penggunaan obat yang aman dan rasional adalah terpenuhinya tepat pasien,
tepat indikasi, tepat dosis, tepat waktu pemberian dan tepat informasi. Secara
singkat pemakaian atau peresepan suatu obat dikatakan tidak rasional apabila
kemungkinan untuk memberikan manfaat kecil atau tidak sama sekali atau
kemungkinan manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek
samping atau biayanya (Hapsari, 2011).

Dagusibu merupakan program Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) yang


diprakarsai oleh Ikatan Apoteker Indonesia dalam mencapai pemahaman dan
kesadaran masyarakat terhadap penggunaan obat dengan benar. Dagusibu
terdiri dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang Obat. (PP IAI, 2014).
Adanya gerakan tersebut karena masih banyak masalah yang terkait
penggunaan obat yang terjadi di masyarakat. Hal ini terlihat pada penggunaan
obat yang tidak rasional. Salah satunya pada penggunaan obat keras dan
antibiotik dalam upaya swamedikasi, dimana masih adanya rumah tangga
yang menyimpan obat keras tanpa resep 81,9% dan antibiotik 86,1%
(Riskesdas, 2013).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009, fasilitas pelayanan


kefarmasian yaitu Apotek, Instalasi Rumah Sakit, klinik, toko obat atau
praktek bersama. Pada kenyataannya masih ada masyarakat yang
mendapatkan obat dari orang lain sebesar 1,7%, tenaga kesehatan 23,4% dan
penjual obat tradisional keliling 1,3% (Riskesdas, 2013). Obat obatan yang
diperoleh bukan dari fasilitas pelayann kefarmasian dapat menjadi peluang
masuknya obat-obat palsu. Untuk menjamin keefektifan suatu obat, perlu
sistem penyimpanan yang baik dan benar. Di Negara Iraq menunjukkan
bahwa 57,46% obat tidak disimpan di tempat yang sesuai. Di palestina 43,4%
produk obat disimpan di tempat yang relative tidak aman dari jangkauan
anak-anak dirumah (Sweileh at al 2009).
3

Sedangkan untuk masyarakat Indonesia sendiri masih kurang memahami


bagaimana obat tersebut disimpan dan digunakan karena kurangnya informasi
yang seharusnya didapatkan (Gitawati,2014) kesalahan dalam menyimpan
obat akan mempengaruhi kondisi zat aktif tersebut. Pada saat ini, masyarakat
masih sering salah dalam hal mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan
membuang obat dengan benar. Apabila masyarakat tidak tahu tentang
dagusibu tersebut dapat menyebabkan terjadinya hal yang tidak diinginkan
dalam pengobatan seperti obat yang tidak bisa didapatkan masyarakat, obat
yang salah cara penggunaannya, obat yang tidak disimpan secara benar dan
pembuangan obat secara sembarangan. Hal yang tidak diinginkan tersebut
tentu saja dapat merugikan bagi masyarakat saat menggunakan obat.

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dilihat bahwa terdapat berbagai hal
yang perlu diperhatikan terkait DAGUSIBU obat di apotek. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tingkat Pemahaman
Pasien Terhadap Dagusibu.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Tingkat Pemahaman Pasien Terhadap DAGUSIBU Di Apotek
Sinar Amandit Banjarmasin?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui tingkat pemahaman pasien terhadap DAGUSIBU Obat
berdasarkan umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara yang benar dalam
menggunakan obat, mulai dari cara mendapatkan, menggunakan
(mengosumsi), menyimpan hingga membuang obat (DAGUSIBU).
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apotek
Dalam bahasa Belanda, apotek disebut apotheek, yang berarti tempat
menjual dan menjamu obat. Apotek berasal dari dari Bahasa Yunani yaitu
apotheca yang secara harfiah berarti “penyimpanan”. Apotek juga
merupakan tempat apoteker melakukan praktik profesi farmasi
(Damanik,2018). Secara umum apotek mempunyai dua fungsi yaitu
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat, sekaligus sebagai tempat
usaha yang menerapkan prinsip laba. Dengan kata lain, apotek merupakan
perwujudan dan praktik kefarmasian yang berfungsi melayani kesehatan
masyarakat sambil mengambil keuntungan secara finansal dan transaksi
kesehatan tersebut. Kedua fungsi tersebut bisa dijalankan secara beriringan
(Damanik,2018). Menurut permenkes nomor 73 tahun 2016 Apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasin tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
Apoteker.

Apotek memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai unit sarana kesehatan (non
profit/social oriented) dan sebagai sarana bisnis (profit/business orinented)
(Anief,1995). Fungsi apotek sebagai unit sarana kesehatan (non profit/social
oriented) harus mampu menjalankan pelayanan professional dan tanggung
jawab sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tenaga kefarmasian di apotek
harus mematuhi kode etik profesi tenaga kefarmasian yang menjamin
keamanan, efikasi dan kepuasan pasien. Hal- hal yang perlu dipehatikan
dalam menjalankan fungsi ini adalah kesesuaian harga serta kelengkapan
sediaan farmasi dan alat kesehatan lainnya yang dijual. Sedangkan fungsi
apotek sebagai unit bisnis (profit/business oriented) adalah apotek dapat
memberikan keuntungan. Tenaga kefarmasian harus mampu menjadi
manager yang kompeten mengelola sumber daya dan keuntungan yang
diperoleh demi kelangsungan berdirinya apotek.

4
5

Dalam sistem perundang-undangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh


Apoteker. Apoteker harus mampu memberikan pelayanan yang maksimal
kepada pasien di apotek. Kemampuan mengelola berbagai sumber daya
apotek, berkomunikasi, mengambil keputusan serta berpengetahuan yang
luas dan mendalam tentang kefarmasian merupakan berbagai aspek penting
yang harus dimiliki oleh apoteker pengelola apotek. Dengan dikelola oleh
apoteker yang professional, tentu pelayanan kefarmasian yang diberikan
akan dapat memuaskan pasien sehingga bisa membantu meningkatkan taraf
hidup pasien dalam hal kesehatan. Apoteker ditutut pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung
dengan pasien. (Permenkes, 2009).
2.1.1 Sarana Dan Prasarana Di Apotek
Menurut Permenkes No 73 Tahun 2016, sarana dan prasarana Apotek
dapat menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai serta kelancaran praktik pelayanan kefarmasian.
Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh apotek adalah :
2.1.1.1 Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenal
oleh masyarakat
2.1.1.2 Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas
tertulis kata apotek
2.1.1.3 Apotek harus dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat
2.1.1.4 Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang
terpisah aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya,
hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas
produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan
2.1.1.5 Masyarakat diberi akses secara langsung dan mudah oleh
apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling
2.1.1.6 Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, apotek harus
bebas dari hewan pengerat, serangga
2.1.1.7 Apotek mempunyai suplai listrik yang konstan, terutama
untuk lemari pendingin
6

2.1.1.8 Ruang tunggu yang nyaman


2.1.1.9 Tempat mendisplai informasi bagi pasien termasuk
penempatan brosur/materi informasi
2.1.1.10 Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang
dilengkapi dengan meja dan kursi untuk menyimpan catatan
medikasi pasien
2.1.1.11 Ruang racikan
2.1.1.12 Tempat pencucian obat

2.1.2 Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai
masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manager dan
tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau
perusahaan demi menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelayanan Kefarmasian di
Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh
Apoteker/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin Praktik (Permenkes Nomor 73 tahun 2016).
Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus memenuhi
kriteria :
2.1.2.1 Persyaratan administrasi

a. Memiliki ijazah dari instusi pendidikan farmasi yang


terakteditasi
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku

d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

2.1.2.2 Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik tanda


pengenal wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan
Cpntinuing professional Development (CPD) dan mampu
memberikan pelatihan yang berkesinambungan.
7

2.1.2.3 Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan dan


perkembangan diri, baik melalui pelatihan, seminar,
worhshop, pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
2.1.2.4 Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap
peraturan undangan, sumpah apoteker, standar profesi,
standar pendidikan, standaran pelayanan, standar
kompetensi, dan kode etik yang berlaku.
2.1.2.5 Pemberi layanan
Apoteker harus mempunyai kemajuan dalam mengambil
keputusan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien pelayanannya pada pasien
sistem kesehatan secara berkesinambungan.
2.1.2.6 Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil
keputusan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien.
2.1.2.7 Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien
maupun profesi kesehatan lainnya sehubung dengan terapi
pasien. Oleh sebab itu harus mempunyai kemampuan
berkomunikasi dengan baik.
2.1.2.8 Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi
pemimpin. Kepemimpinan diharapkan meliputi keberanian
mengambil keputusan yang empati dan efektif serta
kemampuan berkomunikasi dan mengelola hasil keputusan.
2.1.2.9 Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia,
fisik, anggaran, dan informasi secara efektif. Apoteker harus
mengikuti kemajuan teknologi informasi dan bersedia
berbagai informasi dan bersedia berbagi informasi hal-hal
8

yang berhubungan dengan obat.


2.1.2.10 Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, dan sikap
2.1.2.11 Peneliti
Apoteker harus terus menerapkan prinsip kaidah ilmiah
dalam mengumpulkan informasi. Sediaan farmasi dan
pelayanan kefarmasian dan memanfaatkan dalam
pengembangan dan pelaksanaan pelayanan kefarmasian

2.1.3 Pelayanan Farmasi klinis

Pelayanan farmasi klinis di Apotek merupakan bagian dari


pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan,
dan Bahasa Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Permenkes Nomor
73 Tahun 2016). Pelayanan farmasi klinis meliputi :
2.1.3.1 Dispensing Pelayanan Informasi Obat (PIO), dipensing
terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat. Apoteker di Apotek juga dapat melayani
Obat non Resep atau pelayanan swamedikasi. Apoteker
harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan
dengan memulihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang
sesuai.
2.1.3.2 Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
2.1.3.3 Pelayanan Kefarmasian Di Rumah (home pharmacy care),
apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat
9

melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat


kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
2.1.3.4 Pemantauan Terapi Obat (PTO), merupakan proses yang
memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi
obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping.

2.1.3.5 Monitoring Efek Samping Obat (MESO), merupakan


kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis, dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis.

2.1.4 Standar Operasional Prosedur di Apotek (SOP) Pelayanan Resep


2.1.4.1 Menerima resep pasien
2.1.4.2 Siapkan obat sesuai dengan resep
2.1.4.3 Dilihat nama pasien, umur, dan nama dokter
2.1.4.4 Perhatikan nama obat, dosis, bentuk sediaan, dan cara
pemakaian
2.1.4.5 Kemudian siapkan obat dan alat kesehatan sesuai dengan
permintaan dokter
2.1.4.6 Jika obat racikan maka patuhi sop meracik
2.1.4.7 Teliti kembali resep sebelum diserahkan kepada pasien
termasuk salinan resep (copy resep) jika iminta oleh
pasien.
2.1.4.8 Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi
tentang obat yang meliputi dosis, frekuensi pemakaian
dalam sehari, waktu penggunaan obat, cara menggunakan
obat dan efek samping obat yang mungkin ditimbulkan
setelah penggunaan obat dan jika perlu pengatasan
pertama
1

terhadap efek samping yang ditimbulkan.


Tata Tertib Apotek :
a. Petugas datang ke Apotek
b. Memberikan tempat/ruang administrasi dan merekap
resep
c. Petugas apotek harus betanggung jawab terhadap
setiap yang berkaitan dengan hal kefarmasian
d. Petugas harap melaporkan kejadian yang
berhubungan dengan hal kefarmasian kepada
apoteker penanggung jawab apotek.
e. Petugas harus mengonfirmasikan jika ada resep
yang kurang dimengerti kepada dokter yang
bersangkutan.

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Penetahuan
Menurut Notoatmoji (2010), pengetahuan adalah hasil “tahu”
dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan
terhadap suatu objek terjadi melalui panca indera manusia,
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba
dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2.2.2 Tingkat pengetahuan

Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk


mengambil (keputusan) dan menentukan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi (Susanti, 2016). Menurut Notoatmojo
(2010), Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang
1

tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :


(Notoatmodjo, 2010)
2.2.2.1 Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang


telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang sfesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari konteks atau
situasi yang lain. Misalnya, dapat menggunakan rumus
statistic dalam perhitungan perhitungan dalam hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam
pemecahan masalah kesehatan dan kasus yang
diberikan. Adalah antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya. Contoh, protein pada angka balita
2.2.2.2 Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,
dan dapat menginpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan makanan yang bergizi
2.2.2.3 Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi suatu objek kedalam suatu komponen-
komponen,
1

tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan


masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisa ini dapat diliht dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

2.2.2.4 Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan


atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dan meringkas, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori
atau rumusan- rumusan yang telah ada.

2.2.2.5 Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk


melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian- penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya,
dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi
dengan anak yang kekurangan gizi

2.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2011) ada beberapa faktor yang


dapat mempengaruhi pengetahuan manusia antara lain :
2.2.3.1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan


seseorang terhadap perkembangan orang lain
1

menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan


manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan
informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat menigkatkan kualitas
hidup.
2.2.3.2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah tanggung jawab yang harus


dilakukan terutama untunk menunjang kehidupan
keluarganya. Pekerjaan adalah merupakan yang
menyita waktu dan berpengaruh terhadap
kehidupan keluarga.
2.2.3.3. Umur

Umur adalah umur individu yang terhitung saat


dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang berfikir dan bekerja.
2.2.3.4 Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada


disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang.
2.2.3.5 Sosial dan Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat


dapat mempengaruhi sikap dalam menerima
informasi.

2.2.4 Cara Mempengaruhi Pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk


memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum
1

ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan


secara sistematik dan logis. Menurut notoatmodjo (2010),
dari berbagai macam cara yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan mana dapat
dikelompokan sebagai berikut :
2.2.4.1 Cara coba-coba (Trial and Error)

Melalui cara coba-coba atau dengan kata lebih


dikenal “trial and erroe”. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain.
2.2.4.2 Cara kekuasaan dan otoritas

Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada


otoritas kekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan.
2.2.4.3 Berdasarkan pengalaman pribadi

Dengan cara mengulang kembali pengalaman


yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi pada masa yang lalu.
2.2.4.4 Melalui jalan pikiran

Kemampuan manusia menggunakan penalarannya


dalam memperoleh pengetahuannya. Dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
menggunakan jalan pikirannya.

2.3 DAGUSIBU

Dagusibu merupakan singkatan dari dapatkan, Gunakan,


1

Simpan, Buang obat (PP IAI, 2014). Dagusibu merupakan suatu


program edukasi kesehatan yang dibuat oleh IAI dalam upaya
mewujudkan Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) sebagai
langkah konkrit untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
sehingga mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai komitmen dalam melaksanakan amanat Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2009.

Perlu adanya pengawasan dan penyampaian informasi tentang


obat untuk pasien atau masyarakat dalam mendapatlan,
menggunakan, menyimpan, dan membuang obat baik. Jika
penggunaannya salah, tidak tepat, tidak sesuai dengan takaran
dan indikasinya maka obat dapat membahayakan kesehatan
(Depkes RI,2008).

2.3.1. Mendapatka Obat (Da)


Sesuai dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 51 Tahun 2009,
masyarakat mendapatkan informasi obat di fasilitas pelayanan
kefarmasian yaitu Apoteker, Instalasi Rumah Sakit, Klinik dan
Toko Obat.

Pada waktu menerima obat dari petugas kesehatan di rumah


sakit, puskesmas, apotek, atau took obat, diwajibkan melakukan
pemeriksaan fisik obat dan mutu obat yang meliputi Jenis obat
berdasarkan golongan obat antara lain (Depkes RI, 2008) :
2.3.1.2 Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada
umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar
narkotika, psikotropika, obat keras, ataupun obat bebas
terbatas dan sudah terdaftar di DepKes RI. Contoh:
Minyak kayu putih, obat batuk hitam, obat batuk putih,
tablet parsetamol, tablet vitamin C, B Kompleks, vitamin
1

E dan lain-lain. Penandaan obat bebas diatur berdasarkan


SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/1983 tentang tanda
khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas. Tanda
khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat warna
hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

Gambar 1. Logo Obat Bebas

2.3.1.1 Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat
diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter. Obat
bebas terbatas adalah obat yang masuk dalam daftar W
singkatan dari “Waarschuwing“ artinya peringatan.
Maksudnya obat yang pada penjualannya disertai dengan
peringatan. Contoh : Ultraflu, Komix, Procold, OBH,
Actifed, Woods, Betadine, Insto, dan lain-lain.

Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas


2.3.1.2 Obat Keras
Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda
“G” singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya,
maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika
pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter. Contoh :
amoxicillin, ampicillin, cefadroxil, meloxicam, captopril,
amlodipin, candesartan, metformin, glibenklamid,
1

dexamethason, simvastatin, atorvastatin dan lain-lain.


Obat keras daftar G adalah lingkaran bulat berwarna
merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K
yang menyentuh garis tepi.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang


menetapkan atau memasukkan obat-obat keras ditetapkan
sebagai berikut:

(a) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si


pembungkus disebutkan bahwa obat itu hanya boleh
diserahkan dengan resep dokter.

(b) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang


nyata untuk dipergunakan secara parenteral, baik
dengan cara suntikan maupun dengan cara
pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli
dan jaringan.

Gambar 3. Logo obat keras


2.3.1.3 Narkotik
Pengertian Narkotika menurut undang-undang Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Logo obat narkotika
adalah seperti tanda plus warna merah dalam lingkaran
warna putih dan dengan garis tepi warna merah.
1

Gambar 4. Lambang obat Narkotika

2.3.1.4 Psikotropik
Pengertian psikotropika menurut Undang-undang No. 5
Tahun 1997 tentang psiktropika adalah zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.

Gambar 5. Lambang obat Psikotropik

2.3.1.5 Kemasan Obat


Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi
pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan
pembeli.
2.3.1.6 Kadaluarsa Obat
Kadaluarsa Obat adalah waktu yang tertera pada
kemasan yang menunjukkan batas waktu
diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena masih
memeuhi spesifikasi yang ditetapkan.
1

2.3.2 Menggunakan Obat (Gu)


Informasi penggunaan obat bagi pasien dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu :
2.3.2.1 Informasi umum cara penggunaan obat

2.3.2.2 Cara minum obat sesuai anjuran yang tertera pada


etiket atau brosur.
2.3.2.3 Waktu minum obat sesuai dengan waktu yang
dianjurkan. Aturan minum obat yang tercantum
dalam harus di patuhi.
2.3.2.4 Minum obat sampai habis, berarti obat harus
diminum sampai habis, biasanya obat antibiotik.
2.3.2.5 Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas
tidak dimaksudkan untuk penggunaan secara
terus- menerus
2.3.2.6 Hentikan penggunaan obat apabila tidak
memberikan manfaat atau menimbulkan hal-hal
tidak diinginkan, segera hubungi tenaga kesehatan
terdekat.
2.3.2.7 Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat
dalam satu wadah.

2.3.2.8 Sebaiknya tidak melepas etiket dari wadah obat


karena pada etiket tersebut tercantum cara
penggunaan obat dan informasi lain yang penting.
2.3.2.9 Bacalah cara penggunaan obat sebelum minum
obat, demikian juga periksalah tanggalkadaluarsa.
2.3.2.10 Hindarkan menggunakan obat orang lain
walaupun gejala penyakit sama.
2.3.2.11 Tanyakan kepada Apoteker di Apotek atau atau
petugas kesehatan di poskesdes untuk
2

mendapatkan informasi penggunaan obat yang


lebih lengkap Informasi khusus cara penggunaan
obat

2.3.2.12 Petunjuk pemakaian Obat Oral Untuk Dewasa

a. Sediaan Obat Padat, Obat oral dalam bentuk


padat, sebaiknya diminum dengan air matang.
Hubungi tenaga kesehatan apabila sakit dan sulit
saat menelan obat. Ikuti petunjuk tenaga
kesehatan apabila sakit dan sulit saat yang tepat
untuk minum obat.
b. Sediaan obat larutan, Gunakan sendok takar atau
alat lain (pipet, gelas takar obat) jika minum obat
dalam bentuk larutan/cair. Hati- hati terhadap obat
kumur. Lazimnya pada kemasan obat kumur
terdapat peringatan “Hanya untuk kumur, jangan
ditelan”. Sediaan obat larutan biasanya dilengkapi
dengan sendok takar yang mempunyai tanda garis
sesuai dengan ukuran 5.0 ml, 2,5 ml dan 1,25 ml.
2.3.2.13 Petujuk Penggunaan Obat Oral Untuk Bayi/ Anak
balita sediaan cairan untuk bayi dan balita harus
jelas dosisnya. Gunakan sendok takar yang
didalam kemasannya.
a. Obat Luar

Sediaan Kulit

Beberapa bentuk sediaan obat untuk penggunaan


kulit, yaitu bentuk bubuk halus (bedak), cairan
(lotion), setengah padat (krim,salep).
Cara penggunaan bubuk halus (bedak) :

1) Cuci dan oleskan/taburkan obat tipis-tipis


2

pada daerah yang terinfeksi.


2) Cuci tangan kembali. Sediaan ini tidak boleh
berikan pada daerah yang terinfeksi.
b. Sediaan Obat Mata

Terdapat 2 macam sediaan untuk mata, yaitu


bentuk cairan (obat tetes mata) dan bentuk
setengah padat (salep mata). Cara penggunaan:
1) Cuci tangan dan tengadahkan kepala pasien
dengan jari telunjuk Tarik kelopak mata bagian
bawah.

2) Tekan tombol tetes atau tube salep hingga cairan


atau salep masuk dalam kantung mata bagian
bawah. Tutup mata pasien perlahan-lahan selama
1 sampai 2 menit. Untuk penggunaan tetes mata
tekan ujung mata dekat hidung selama 1-2 menit;
untuk penggunaan salep mata, gerakkan mata ke
kiri-kanan, ke atas dan kebawah.
3) Setelah obat tetes atau salep mata digunakan, usap
4) ujung wadah dengan tisu bersih, tidak disarankan
untuk mencuci dengan air hangat.
5) Tutup rapat wadah obat tetes mata atau salep
mata. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat
pada tangan
c. Sediaan Obat Hidung

Terdapat 2 macam sediaan untuk hidung, yaitu obat


tetes hidung dan semprot hidung.
Cara penggunaan obat tetes hidung :

1) Cuci tangan kemudian bersihkan hidung. Lalu


tengahkan kepala.
2) Teteskan obat di lubang hidung. Tahap posisi
kepala selama beberapa menit agar obat msuk ke
2

lubang hidung.
3) Bilas ujung obat tetes hidung dengan air panas
dan keringkan dengan kertas tisu kering. Lalu
cuci tangan.
Cara penggunaan obat semprot hidung :

1) Cuci tangan, bersihkan hidung dan tegakkan


kepala.

2) Semprotkan obat ke dalam lubang hidung


sambil Tarik nafas dengan cepat.
3) Cuci botol alat semprot dengan air hangat
(jangan sampai air masuk ke dalam botol)
dan keringkan dengan tissue bersih setelah
digunakan.

4) Cuci tangan, bersihkan hidung dan tegakkan


kepala.

5) Semprotkan obat ke dalam lubang hidung


sambil Tarik nafas dengan cepat.
6) Cuci botol alat semprot dengan air hangat
(jangan sampai air masuk ke dalam botol)
dan keringkan dengan tissue bersih setelah
digunakan. Lalu cuci tangan.

d. Sediaan tetes telinga

Cara penggunaan tetes telinga :

1) Cuci tangan, bersihkan bagian luar telinga


dengan“cotton bad”. Kocok sediaan terlebih dahulu
bila sediaan berupa suspensi.
2) Miringkan kepala atau berbaring dalam posisi
miting dengan dengan telinga yang ditetesi obat,
,menghadap ke atas.
2

3) Tarik telinga keatas dan kebelakang (untuk orang


dewasa) atau Tarik telinga ke bawah dank e
belakang (untuk anak-anak). Lalu teteskan obat dan
biarkan selama 5 menit.
4) Keringkan dengan kertas tisu setelah digunakan.
Tutup wadah dengan baik. Dan jangan bilas ujung
wadah dan alat penetes obat. Lalu cuci tangan.

e. Sediaan Supositoria
Cara penggunaan supositoria :

1) Cuci tangan, buka bungkus aliminium foil dan


basahi supositoria dengan sedikit air.
2) Pasien dibaringkan dalam posisi miring.

3) Dorong bagian ujung supositoria sisa obat pada


tangan.

4) Sediaan krim/Salep Rektal

Cara penggunaan krim/salep rektal :

Tanpa aplikator

a) Bersihkan dan keringkan daerah rektal.

b) Masukkan salep atau krim secara perlahan ke


dalam rektal.

c) Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada


tangan.
Dengan mend digunakan aplikator

a) Hubungkan aplikator dengan wadah krim/salep


yang sudah dibuka Masukkan kedalam rectum.

b) Tekan sediaan sehingga krim/salep keluar.

c) Buka aplikator, cuci bersih dengan air hangat dan


2

sabun.

d) Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat


pada tangan.

f. Sediaan Ovul/obat vagina

Cara penggunaan sediaan ovula dengan


menggunakan aplikator :

1) Cuci tangan dan aplikator dengan sabun dan air


hangat, sebelum digunakan.
2) Baringkan pasien dengan kedua kaki
direnggangkan.

3) Ambil obat vagina dengan menggunakan


aplikator.
4) Masukkan obat kedalam vagina sejauh
mungkin tanpa dipaksakan. Biarkan selama
beberapa waktu.

5) Cuci bersih aplikator dan tangan dengan sabun


dan air hangat setelah digunakan.

6) Biarkan selama beberapa waktu.

7) Cuci bersih aplikator dan tangan dengan sabun


dan air hangat setelah digunakan.

8) Biarkan selama beberapa waktu.

9) Cuci bersih aplikator dan tangan dengan sabun


dan air hangat setelah digunakan.

2.3.3 Menyimpan Obat (Si)


Menurut Depke RI Tahun 2018, cara menyimpan obat secara
umum yaitu sebagai berikut :
2

2.3.3.1 Jauhkan dari jamgkauan anak-anak

2.3.3.2 Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah


tertutup rapat

2.3.3.3 Simpan obat ditempat sejuk dan terhindar dari sinar


matahari langsung atau ikuti aturan yang tertera pada
kemasan
2.3.3.4 Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka
waktu yang lama karena suhu yang tidak stabil
dalam mobil dapat merusak sediaan obat dan jangan
simpan obat yang telah kadaluarsa.
Cara menyimpan obat berdasarkan bentuk sediaan :

2.3.3.5 Tablet dan kapsul

Tablet dan kapsul disimpan dalam wadah tertutup


rapat, di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Jangan
menyimpan tablet dan kapsul ditempat panas dan
atau lembab (Depkes RI, 2008).

2.3.3.6 Sediaan obat cair

Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam


lemari pendingin (freezer) agar tidak beku kecuali
disebutkan pada etiket atau kemasan obat (Depkes
RI, 2008)

2.3.3.7 Sediaan obat krim

Disimpan dalam wadah tertutup baik atau tube, di


tempat sejuk (Depkes RI,2008).

2.3.3.8 Sediaan obat vagina dan ovula

Sediaan obat untuk vagina dan anus disimpan


dilemari es karena dalam suhu kamar akan mencair
(Depkes RI,2008).
2

2.3.3.9 Sediaan Aerosol/Spray

Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang


mempunyai suhu tinggi karena dapat menyebabkan
ledakan (Depkes RI, 2008).

2.3.4 Membuang obat (Bu)

Menurut Depkes RI (2008), cara membuang obat sebagai berikut:

2.3.4.1 Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah untuk


obat-obat padat (tablet, kapsul dan suppositoria).
2.3.4.2 Untuk sediaan cair (sirup, suspensi, dan emulsi),
encerkan sediaan dan campur dengan bahan yang
tidak akan dimakan seperti tanah atau pasir, buang
bersama dengan sampah lain.
2.3.4.3 Terlebih dahulu lepaskan etiket obat dn tutup botol
kemudian dibuang ditempat, hal ini untuk
menghindari penyalahgunaan bekas wadah obat.
2.3.4.4 Untuk kemasan boks, dus, dan tube terlebih dahulu
digunting baru dibuang.
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Waktu dan tempat pengambilan data


Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2019 di Apotek Sinar Amandit
Farma, Jl.Brig Jend. Hasan Basri No.4, Alalak Utara, Banjarmasin Utara,
Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
3.2 Populasi dan sampel
3.2.1 Populasi
Pada penelitian ini adalah semua orang yang membeli di Apotek
Sinar Amandit Farma Banjarmasin Utara.
3.2.2 Sampel
Rumus untuk mengambil sampel berdasarkan populasi menurut
Soekidmojo (2005)
n= n
1+N (d2)
n = 280
1+280 (0,12)
= 208
3,1
= 73,68 Bila dibulatkan menjadi 74 jiwa
3.2.3 Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel yaitu dalam sehari pasien yang datang
kira kira 10 pasien yang berobat dan apabila ditambahkan
seminggu maka akan mendapatkan 70 dikalikan 4 minggu maka
akan mendapatkan hasil 280 kemudian dibagian 1+280 (0,12)
maka
mendapatkan hasil 3,8 dan kemudian 280 dibagikan dengan 3,8
maka akan mendapatkan hasil 73,68 dan dibulatkan menjadi 74
jiwa.

27
2

3.3 Gambaran Umum Kasus


Penelitian ini dilakukan dengan membagi kuesioner kepada pasien yang
membeli obat di Apotek Sinar Amandit Farma Banjarmasin Utara. Data
penelitian dikumpulkan sebanyak 74 kuesioner kepada pasien-pasien
yang membeli obat di apotek sinar amandit Banjarmasin.
3.3.1 Pelaksana penelitian
3.3.1.1 Penelitian akan dilakukan setelah memperoleh izin dari
apoteker apotek sinar amandit farma
3.3.1.2 Sebelum pengambilan data dengan kousioner, peneliti
terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada responden
tentang maksud penelitian dan cara pengisian kousioner.
3.3.1.3 Setelah responden bersedia menandatangani surat
persetujuan responden diberikan kesempatan untuk
menjawab lembar kousioner.
3.3.1.4 Peneliti mendampingi responden dan memberi penjelasan
jika terdapat pertanyaan atau pertanyaan yang kurang jelas
bagi responden.
3.3.1.5 Setelah selesai, kousioner diperiksa kembali oleh peneliti,
jika ada pertanyaan yang belum diisi, maka kousioner
dikembalikan untuk dilengkapi oleh kousioner.
3.3.1.6 Hasil pengisian kousioner akan di konfirmasi dalam
bentuk persentase dan narasi.

3.3.2 Pengumpulan Data


Pengumpula data merupakan kegiatan penelitian untuk
mengumpulkan data dalam penelitian diperoleh dari data primer
dan sekunder.
3.3.2.1 Data Primer
Data primer menurut Sugiyono (2015) adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada
pengumpulan data. Data primer diperoleh dari
menyebar
2

koesioner ke pasien yang membeli obat di Apotek Sinar


Amandit Farma yang bersedia menjadi responden dan
mengisi kousioner.
3.3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder menurut sugiyono (2015) adalah sumber
data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Adapun data yang diperoleh adalah pasien
yang membeli obat di apotek.

3.3.3 Pengolahan Data


Semua data diperoleh berdasarkan jawaban responden melalui
lembar kousioner. Setelah data terkumpul kemudian di periksa
kelengkapannya.

3.3.4 Teknik analisis data


Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dalam bentuk
table. Penilaian diukur dengan memberikan 20 pertanyaan yang
terdapat dalam lembar kousioner. Lembar kousioner tersebut
terdiri dari karakteristik responden dan penilaian tingkat
pemahaman. Penilaian tingkat pemahaman dibuat dalam 20
pertanyaan yang terdiri dari favourable (benar) dan unfavourable
(salah). Favourable jika jawaban benar diberi nilai = 1 dan
jawaban salah diberi nilai= 0, nilai favourable dengan nilai = 1
yang terdapat pada soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Nilai
unfavourable dengan nilai= 0 terdapat pada soal nomor 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20. Skor tertinggi = Jumlah
pertanyaan kali bobot tertinggi = 20 x 1 = 20 (100%). Skor
terendah = Jumlah pertanyaan kali bobot terendah= 20x 0 = 0
(0%).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian
Apotek Sinar Amandit Farma merupakan salah satu apotek yang terletak
di wilayah Kecamatan Banjarmasin utara, penelitian ini dilakukan selama
2 minggu dari tanggal 26 Mei-14 Juni, lokasi tempat Apotek Sinar
Amandit Farma yaitu terletak di Jl. Big Jend Hasan Basri No.4, Alalak
Utara, Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilakukan
dengan membagi kousioner kepada pasien yang membeli obat di Apotek
Sinar Amandit Farma Banjarmasin Utara. Data penelitian dikumpulkan
sebanyak 74 responden.
4.1.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diteliti dibagi berdasarkan responden
perempuan dan laki-laki.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persenetase(%)


1 Perempuan 41 55,40%
2 Laki-laki 33 44,60%
Total 74 100%
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden pada tabel 4.1 tersebut
terlihat bahwa responden perempuan sebanyak 41 orang dengan persentase
55,40%, responden laki-laki yaitu sebanyak 33 orang dengan persentase
44,60%. Hal ini menyatakan bahwa responden perempuan lebih banyak dari
pada laki- laki.

30
3

Peneliti ini menggunakan kategori umur masa dewasa (20-40 tahun) dan masa tua
(41-65 tahun) yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


No Umur Jumlah Persentase%
1 (20-40 tahun) 48 64,86%
2 (41-65 tahun) 26 35,14%
Total 74 100%
Tabel 4.2 menunjukkan responden terbanyak ada pada umur 20-40 tahun
sebanyak 48 orang dengan persentase (64,86%) responden paling sedikit berumur
41-65 tahun sebanyak 26 orang dengan persentase (35,13%).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kategori tingkat pendidikan rendah,


tingkat pendidikan menengah dan tingkat pendidikan tinggi antara lain sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Responden
Jumlah %
1 SD/SMP/MTs 20 27,03%
3 SMA/SMK/MA 26 35,13%
4 S1/S2 28 37,84%
Total 74 100%
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa respoden terbanyak ada pada tingkat teratas yaitu
S1/S2 sebesar 28 responden dengan persentase sebesar (37,83%), sedangkan
responden terkecil ada pada tingkat pendidikan rendah yaitu SD/SMP/MTs
sebesar 20 responden dengan persentase sebesar (27,02%), responden yang
sedang yaitu SMA/SMK/MA sebanyak 26 responden dengan persentase sebesar
(35,13%) .

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kategori tingkat pekerjaan ibu rumah
tangga, PNS, swasta, dan mahasiswa antara lain sebagai berikut :
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1 Ibu Rumah Tangga 18 24,32%
3 PNS 26 35,14%
4 Swasta 18 24,32%
5 Mahasiswa 12 16,22%
Total 74 100%
3

Tabel 4.4 tersebut diatas menunjukan jumlah responden paling banyak adalah
yang memiliki pekerjaan sebagai PNS sebanyak 26 orang (35,13%) paling sedikit
yang memiliki pekerjaan sebagai mahasiswa yaitu sebesar 12 (15,21%).

4.2 Tingkat Pemahaman


Tabel 4.5 Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Umur
No Umur Tingkat Pemahaman
Baik % Kurang %
1 (20-40 tahun) 18 24,32% 27 36,48%
2 (41-65 tahun) 17 22,98% 12 16,21%
Jumlah 35 47,3% 39 52,70%
Tabel 4.5 menunjukan bahwa pada umur tingkat pemahaman pasien tentang
dagusibu berdasarkan umur kurang yaitu umur dewasa 20-40 tahun tingkat
pemahaman pasien tentang dagusibu berdasarkan umur yaitu sebesar 27 dengan
persentase sebesar 36,48%, sedangkan untuk umur tua 41-65 tahun persentase
terbesar ada pada tingkat pemahaman kurang yaitu sebesar 12 dengan persentase
sebesar 16,21%. Sehingga jika ditotalkan persentasi tingkat pemahaman kurang
yaitu sebesar 52,70%. Dari data diatas menunjukkan bahwa usia yang semakin
matang tidak mempengaruhi tentang dagusibu obat.

Tingkat pemahaman responden berdasarkan pendidikan yaitu sebagai berikut:


Tabel 4.6 Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat pendidikan Tingkat Pemahaman
Baik % Kurang %
1 SD/SMP/MTs 6 8,10% 13 17,56%
3 SMA/SMK/MA 20 27,02% 17 22,97%
4 S1/S2 9 12,16% 9 19,14%
Jumlah 35 47,28% 39 59,67%
Tabel 4.6 menunjukkan tingkat pemahaman pasien berdasarkan pendidikan yaitu
pemahaman kurang 56,67% dengan pendidikan SD-SMP sebesar 13 orang dengan
persentase sebesar 17,56%, Pendidikan SMA sebesar 17 orang dengan persentase
sebesar 22,97%, dan pendidikan S1-S2 sebesar 9 orang dengan persentase sebesar
19,14%. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pendidikan seseorang, hidupnya
akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi menghasilkan
pengetahuan yang baik dan menjadikan hidup yang berkualitas.
3

Tingkat pemahaman responden berdasarkan pekerjaan yaitu sebaguai berikut:


Tabel 4.7 tingkat pemahaman pasien Berdasarkan Pekerjaan
No Tingkat pekerjaan Tingkat Pemahaman
Baik % Kurang %
1 Ibu rumah tangga 6 8,10% 14 18,91%
2 PNS 18 24,32% 6 8,10%
3 Swasta 6 8,10% 12 16,21%
4 Mahasiswa 5 6,75% 7 9,45%
Jumlah 35 42,27% 39 52,67%
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa persentase tingkat pemahaman pasien terbesar
berdasarkan pekerjaan ada pada tingkat pemahaman rendah terbesar dengan
pekerjaan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 14 orang dengan persentase sebesar
18,91%, pekerjaan PNS sebesar 6 orang (8,10%), pekerjaan swasta sebesar 12
orang (16,21%), dan mahasiswa sebanyak 37 orang ( 9,45%).

Tabel 4.8 Hasil Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Persentase Jumlah


Jawaban Responden Da (Dapatkan Obat)

Jumlah Pertanyaan Persentase Persentase


soal benar% salah%

1 Menurut bapak/ibu/saudara apakah obat 47,30% 52,70%


berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam n=35 n=39
yaitu obat bebas terbatas
2 Menurut bapak/ibu/saudara apakah obat yang 39,18% 60,81%
tandanya berupa lingkaran biru dengan garis n=29 n=45
tepi berwarna hitam termasuk dengan obat
bebas
3 Apakah bapak/ibu/saudara membeli obat di 44,60% 55,40%
sembarang tempat saja yang ada obat n=33 n=41

4 Menurut saudara untuk mendapatkan petunjuk 22,98% 77,02%


penggunaan yang tepat yaitu dari n=17 n=57
teman/saudara/dan tetangga
5 Apakah bapak/iu/saudara mendapatkan atau 13,51% 86,48%
membeli obat di toko obat n=10 n=64

Hasil tingkat pemahaman pasien berdasarkan jumlah jawaban responden diatas


menggambarkan bahwa tingkat pemahaman pasien di Apotek Sinar Amandit
Farma Banjarmasin Utara terhadap Da (Dapatkan obat) dengan jumlah
jawaban salah
3

terbesar 86,48% yang menyatakan masyarakat tidak mendapatkan atau membeli


obat di toko obat.

Tabel 4.9 Hasil Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Persentase Jumlah


Jawaban Responden Gu (Gunakan Obat)

Jumlah Pertanyaan Persentase Persentase


soal benar% salah%
1 Suppositoria menupakan contoh sediaan obat 55,40% 44,60%
berbentuk seperti tuperdo, apakah saudara n=41 N=33
menggunakan suppositoria dengan ditelan

2 Apakah saudara menggunakan tetes mata 41,90% 58,60%


dengan langsung diteteskan saja ke mata tanpa n=31 n=43
langsung diteteskan saja ke mata tanpa
mencuci tangan terlebih dahulu
3 Menurut saudara apakah penggunaan salep 10,81% 90,19%
langsung dioleskan saja n=8 n=66
4 Apakah saudara mengetahui obat diminum 55,40% 45,94%
sebelum makan artinya perut dalam keadaan n=40 n=34
berisi makanan
5 Apakah saudara mengetahui bahwa obat 66,21% 37,83%
diminum setelah makan artinya perut dalam n=46 n=28
keadaan kosong
Hasil tingkat pemahaman pasien berdasarkan jumlah jawaban responden diatas
menggambarkan bahwa tingkat pemahaman pasien di Apotek Sinar Amandit
Farma Banjarmasin Utara terhadap Gu (Gunakan obat) dengan jumlah jawaban
salah terbesar adalah 55,40% yang menyatakan masyarakat menggunakan
suppositoria di dubur, jumlah jawaban responden salah yaitu sebesar 55,40%.
3

Tabel 4.10 Hasil Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Persentase


Jumlah Jawaban Responden Si (Simpan Obat)

Jumlah Pertanyaan Persentase Persentase


soal benat% salah%
1 Apakah saudara mengetahui cara penyimpanan 94,60% 5,40%
obat yang benar yaitu disimpan di tempat yang n=70 n=4
benar yaitu disimpan di tempat yang sejuk

2 Apakah saudara mengetahui bahwa penyebab 60,81% 39,18%


obat rusak yaitu karena sinar matahari langsung n=45 n=29
3 Menurut saudara apakah cara menyimpan obat 47,30% 52,70%
berbentuk cairan atau sirup yaitu disimpan di n=35 n=39
lemari es/kulkas tetapi jangan sampai
membeku dan berubah warna
4 Apakah saudara mengetahui bahwa obat rusak 94,60% 5,40%
akibat penyimpanan yang salah n=70 n=4
5 Menurut saudara apakah penyimpanan tablet, 81,08% 18,91%
pil dan kapsul yang benar yaitu dengan n=60 n=14
memisahkan obat menurut jenisnya dan
memperhatikan cara penyimpanan yang tertera
di brosur obat
Hasil tingkat pemahaman pasien terhadap Si (Simpan obat) dengan jumlah
jawaban salah yang paling besar 52,70% yang menyatakan bahwa masyarakat
mengetahui cara menyimpan obat berbentuk cairan atau sirup yaitu disimpan di
lemari es/kulkas. Jumlah jawaban responden yang menjawab salah sebesar
39,18% yang menyatakan bahwa penyebab obat rusak akibat terkena sinar
matahari langsung, sebagian besar obat tidak boleh terpapar oleh sinar matahari
langsung, untuk itu perlu disimpan ditempat tertutup dan kering. Selain itu obat
perlu disimpan jauh dari jangkauan anak-anak.
3

Tabel 4.11 Hasil Tingkat Pemahaman Pasien Berdasarkan Persentase


Jumlah Jawaban Responden Bu (Buang Obat)

Jumlah Pertanyaan Persentase Persentase


soal benar% salah%
1 Apakah saudara memahami cara membuang 81,08% 18,92%
obat yang baik dan benar n=60 n=14
2 Menurut saudara apabila obat yang kadaluarsa 97,30% 2,70%
yaitu dengan dibuang n=72 n=2
3 Menurut saudara memusnahkan obat 22,97% 77,02%
berbentuk cairan itu apakah langsung dibuang n=17 n=57
begitu saja
4 Cara menangani obat yang sudah tidak 28,37% 71,62%
digunakan lagi yaitu dengan dibakar/dikubur n=21 n=53

5 Apakah saudara mengetahui bahwa cara 28,37% 71,62%


pemusnahan obat seperti pil, padatan, tablet n=21 n=53
dibuka kemasannya dan isinya dihancurkan

Hasil tingkat pemahaman pasien berdasarkan jumlah jawaban responden diatas


menggambarkan bahwa tingkat pemahaman pasien di Apotek Sinar Amandit
Farma Banjarmasin Utara terhadap Bu (Buang Obat) dengan jumlah jawaban
salah yang paling besar 97,30%, yang menyatakan bahwa masyarakat
membuang obat yang kadaluarsa dengan cara dibuanng. Kemudian jumlah
persentase salah terendah yaitu sebesar 71,62%.

4.3 Pembahasan
Sejauh ini masyarakat masih banyak yang belum mengetahui akan pentingnya
DAGUSIBU yang artinya Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang (PP IAI, 2014).
Dagusibu merupakan suatu program edukasi kesehatan yang dibuat oleh IAI
dalam upaya mewujudkan Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) sebagai langkah
konkrit untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai komitmen dalam melaksanakan amanat
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009. Perlu adanya pengawasan dan
penyampaian informasi tentang obat untuk pasien atau masyarakat dalam
mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat yang baik. Jika
penggunaannya salah, tidak tepat, tidak sesuai dengan takaran dan indikasinya
maka obat dapat membahayakan kesehatan (Depkes RI,2008).
3

4.3.1 Dapatkan
Mendapatkan obat yang benar dilakukan dengan memperhatikan
penggolongan obat, informasi pada kemasan, dan kadaluarsa obat.
Masyarakat diharapkan memperoleh obat-obatan dari sarana kesehatan yang
mempunyai lisensi/legal. Contohnya belilah obat dari apotek yang
mempunyai nomor SIA (Surat Izin Apotek), ini bisa dilihat di palang apotek
tersebut. Jika membeli obat di toko obat, lihat pula izin toko obat tersebut.
Pastikan juga klinik dokter yang didatangi memiliki izin. Hal yang
terpenting adalah belilah obat di sarana kesehatan yang mempunyai izin
menurut (Permenkes No. 31 Tahun 2016) :
a. Melihat nomor izin seperti SIA di palang apotek/toko obat/klinik tersebut.
b. Bertanya pada petugas apotek
c. Jika tidak ditemukan nomor izin tersebut, lebih baik beli obat langsung di
apotek karena pendirian apotek sudah memiliki regulasi tersendiri,
sehingga pendirian apotek ilegal sangat tidak mungkin terjadi.
Hasil dari penelitian ini terdapat jumlah jawaban salah yaitu sebanyak 64
responden dengan persentase 86,48% yang menyatakan bahwa masyarakat
membeli obat tidak di toko obat. sebenarnya tidak apa-apa membeli obat di
toko obat tetapi jika membeli obat lihat pula izin toko obat tersebut.
Pastikan juga klinik dokter yang didatangi memiliki izin (Permenkes No.51
Tahun 2009). Hal yang terpenting adalah belilah obat di sarana kesehatan
yang mempunyai izin. Dapat dilihat bahwa masyarakat masih belum
memahami mendapatkan obat yang baik dan benar, oleh karena itu perlu
diadakan sosialisasi atau penyuluhan tentang DAGUSIBU obat terhadap
pasien di Apotek Sinar Amandit Farma agar masyarakat mudah
mendapatkan obat yang baik dan benar dan tidak membeli obat di
sembarang tempat, belilah obat ditempat yang memiliki surat izin apotek,
Apabila pasien membeli obat hasil rekomendasi solusinya perlu konsultasi
terlebih dahulu ke dokter/apoteker (Annisa, 2012).
3

4.3.2 Gunakan
Gunakan obat merupakan sesuatu yang berkaitan dengan cara
menggunakan obat yang baik dan benar, menggunakan obat harus sesuai
petunjuk yang dianjurkan yaitu gunakan obat apabila diperlukan, pelajari
cara penggunaan yang benar dan peringatan untuk setiap obat yang
dipakai, pastikan penggunaan dengan takaran yang benar, jika obat
tersebut tidak menolong maka hentikan penggunaannya. Dalam
penggunaan obat, masyarakat harus diedukasi berdasarkan jenis obat apa
yang ia terima dan bagaimana cara menggunakannya. Oleh karena itu,
peran apoteker sangat dibutuhkan di sini. Jangan sampai obat yang
seharusnya dimasukkan lewat dubur malah ditelan oleh pasien. Atau
pasien malah tidak mengetahui bagaimana cara meneteskan mata dengan
baik dan benar. Tujuan dari penggunaan obat adalah untuk mengetahui
cara menggunakan obat yang baik dan benar agar terhindar dari
penyalahgunaan obat (Agus Wibowo, 2009).

Hasil dari penelitian diatas menyatakan bahwa pasien yang menjawab


pertanyaan tentang mendapatkan obat yang salah adalah sebesar 41
responden dengan persentase sebesar 55,40% yang menyatakan bahwa
masyarakat menggunakan suppositoria dengan cara ditelan. Sebenarnya
penggunaan suppositoria tidak dengan ditelan tetapi di masukan ke dalam
dubur. Suppositoria merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan
bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina dan urethra. Umumnya
meleleh, melunak atau melarut dalam suhu tubuh. Penyimpanan
suppositoria disimpan dalam wadah yang tertutup baik dan di tempat yang
sejuk pada suhu 5-15° C agar suppositoria tidak menjadi lembek dan bisa
digunakan (Luthfi Wahyudi, 2013). Kemudian hasil responden yang
menjawab kurang selanjutnya sebesar 43 responden dengan persentase
58,60% yang menyatakan bahwa masyarakat menggunakan tetes mata
diteteskan saja ke mata tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Seharusnya
cara penggunaan tetes mana yang benar yaitu sebagai berikut menurut
(Depkes RI, 2008) :
3

a. Mencuci tangan dan menengahkan kepala, dengan jari telunjuk tarik


kelopak mata bagian bawah.
b. Menekan tombol tetes atau tube, hingga cairan masuk dalam kantung
mata bagian bawah. Menutup mata perlahan-lahan selama 1-2 menit,
untuk penggunaan tetes mata gerakkan mata ke kiri-kanan, ke atas dan
ke bawah.
c. Setelah obat tetes mata digunakan, mengusap
d. Ujung wadah dengan tisu bersih, tidak disarankan untuk mencuci
dengan air hangat.
e. Menutup rapat wadah obat tetes mata, cuci tangan untuk
menghilangkan sisa obat pada tangan.

Kemudian hasil dari penelitian tingkat pemahaman pasien yang salah


sebesar 40 responden dengan persentase sebesar 55,40% yang menyatakan
bahwa pasien tidak mengetahui obat diminum sebelum makan artinya
perut dalam keadaan kosong. Beberapa obat juga mempunyai aturan
diminum sebelum makan, contoh obat yang diminum sebelum makan
adalah obat lansoprazol, ranitidin, antasida doen. Lansoprazol merupakan
jenis obat golongan pump proton inhibitor efektivitasnya sangat kuat
dalam menghambat sekresi asam lambung. Lansoprazol digunakan sebagai
terapi pemeliharaan jangka pendek, karena jika digunakan berkepanjangan
akan meningkatkan konsentrasi bakteri yang dapat hidup didalam
lambung. (Fugit, 2016). Ranitidin merupakan jenis obat golongan
antagonis reseptor H² mekanisme kerjanya memblokir histamin pada
reseptor H² sel pariental sehingga sel pariental tidak terangsang
menheluarkan asam lambung. Efek samping ranitidin sangat kecil dan obat
ini tidak menghambat sistem oksigenase fungsi campuran didalam hati,
dengan demikian tidak mempengaruhi konsentrasi fungsi obat-obatan
lainnya (Mycek, 2011). Antasida bekerja dengan cara menetralkan asam
dan mengaktifkan pepsin. Antasida umumnya merupakan kombinasi
aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida, kombinasi dari kedua
zat ini untuk menghindari
4

efek samping dari masing-masing zat aktif tersebut dimana efek laktasif
dari magnesium hidroksida akan mengurangi efek konstipasi dan
ulmunium hidroksida (Fungit, 2016).
Kemudian hasil penelitian tingkat pemahaman pasien yang salah sebesar
46 responden dengan persentase sebesar 66,21% yang menyatakan bahwa
pasien tidak mengetahui obat diminum setelah makan artinya perut dalam
keadaan berisi makan. Obat diminum setelah makan artinya obat harus
diminum dalam waktu 30 menit setelah makan. Beberapa alasan mengapa
banyak obat yang harus diminum setelah makan adalah menurut Depkes,
2008:
a. Mengurangi efek samping. Beberapa obat mempunyai efek samping,
seperti mual dan muntah. Oleh karena itu, lebih baik untuk minum obat
ini setelah makan agar dapat mengurangi efek samping. Contoh dari
obat tersebut adalah bromocriptine, allopurinol, dan madopar. Obat
lainnya juga ada yang ada yang harus diminum setelah makan karena
mempunyai efek samping iritasi lambung, gangguan pencernaan, dan
radang atau tukak lambung. Obat-obat ini adalah aspirin, ibuprofen.
b. Membantu tubuh dalam mencerna makanan. Obat-obatan untuk
diabetes biasanya harus diminum setelah makan agar dapat membantu
tubuh dalam mengurangi kadar gula darah setelah makan, dan juga
untuk mencegah hipoglikemia (gula darah rendah). Contoh obat gula
darah seperti metformin, glimepiride.
c. Memastikan obat diserap dalam aliran darah. Beberapa obat
membutuhkan adanya makanan dalam lambung dan usus agar
penyerapan obat berjalan dengan baik.
4.3.3 Simpan
Penyimpanan obat adalah proses menyimpan obat dengan benar sesuai
petunjuk pada kemasan. Obat disimpan dalam kondisi tertentu, pada suhu
tertentu dan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari
langsung. Seperti suntik insulin untuk pasien diabetes, obat ini harus
disimpan dalam lemari pendingin, sementara tablet biasa, tidak masalah
jika
4

disimpan pada suhu kamar. Oleh karena itu, lebih baik simpan obat pada
kotak obat dan jauhkan kotak obat tersebut dari jangkauan anak-anak serta
sinar matahari langsung dan simpanlah ditempat yang kering (Seto, S.,
Nita, Y., Triana, L. 2012).

Dari hasil penelitian tingkat pemahaman pasien terhadap penyimpanan


dengan jawaban yang salah sebesar 39 responden dengan persentase
52,70% yang menyatakan bahwa pasien masih banyak menyimpan obat
berbentuk cairan atau sirup dilemari es/kulkas. Obat dalam bentuk cairan
jangan disimpan dalam lemari es/kulkas agar tidak membeku kecuali
disebutkan pada etiket atau kemasan obat (Zendy W, 2013). Tujuan dari
penyimpanan obat adalah untuk memelihara mutu obat, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggungjawab, memudahkan untuk pencarian.
Cara penyimpanan obat yang baik dan benar menurut (Depkes RI, 2008) :
a. Tablet, disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk,
terlindung dari cahaya. Jangan menyimpan obat tablet ditempat panas
dan lembab. Yaitu dengan suhu (8°-15°).
b. Sirup, Disimpan pada suhu ruangan 20° C. Jangan lupa untuk menutup
rapat botol sirup agar udara tidak masuk. Karena udara yang masuk bisa
membawa bakteri dari luar.
c. Suppositoria, penyimpanan suppositoria dalam wadah tertutup baik dan
di tempat yang sejuk pada suhu 5-15°C agar suppositoria tidak menjadi
lembek dan bisa digunakan.
d. Insulin, penyimpanan insulin di dalam kulkas bertujuan untuk
membantu mencegah kerusakan susunan zat yang terkandung dalam
insulin suntik. Pasalnya, untuk mencegah kerusakan ini insulin harus
tetap berada di suhu yang dingin. Simpan insulin dalam kulkas dengan
suhu 2-8 derajat celcius. Selama botol belum dibuka, insulin tersebut
dapat bertahan hingga masa kadaluarsanya berakhir.
4

4.3.4 Buang
Pada dasarnya obat adalah racun sehingga membuang obat secara
sembarangan dapat mencemari lingkungan di sekitar kita, obat memiliki
peran penting dalam mengobati kondisi kesehatan dan penyakit tertentu
dengan penanganan yang benar (Sembel, D.T. 2015). Beberapa obat dapat
langsung dihentikan penggunaannya saat sudah sembuh, sisa penggunaan
obat atau obat yang telah melewati tanggal kadaluarsa atau waktu
pemakaian perlu dibuang dengan benar. Pembuangan obat yang benar
bertujuan untuk mencegah dampak buruk bagi lingkungan. Menurut (IAI,
2017)
Cara membuang obat yang baik dan benar antara lain :
a. Perlakuan terhadap kemasan obat
Hancurkan kemasan obat yang sudah tidak terpakai lagi dengan cara
menggunting atau menyobek kemasan strip dan kardus, melepas tutup
botol atau tube, dan melepaskan label obat dari botolnya. Hal tersebut
bertujuan untuk menghindari penggunaan kembali wadah obat. Hapus
atau coret informasi yang bersifat personal pada kemasan.
b. Perlakuan untuk obat bentuk padat
Bentuk sediaan kapsul, tablet, atau bentuk padat lain harus dihancurkan
terlebih dahulu lalu campur obat tersebut dengan tanah lalu masukkan
plastik dan buang ke tempat sampah.
c. Perlakuan bentuk cream, salep, gel
Bentuk sediaan salep, gel dan cream harus dikeluarkan terlebih dahulu
dari pot atau tubenya dan campur obat tersebut dengan tanah lalu
masukkan plastik dan buang ke tempat sampah.
d. Perlakuan obat untuk cairan
Bentuk sediaan cairan harus di campur dulu dengan air lalu dibuang pada
closet. Tujuannya karena harus membuang obat dengan tepat dan benar,
pada dasarnya obat adalah racun sehingga membuang obat sembarangan
dapat menyebabkan polusi lingkungan, menghindari pemakaian obat
yang
4

telah dibuang, mencegah pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab


melakukan kejahatan pemalsuan obat.

Hasil tingkat pemahaman pasien berdasarkan jumlah jawaban salah


sebanyak 72 responden dengan persentase sebesar 97,30%, yang
menyatakan bahwa masyarakat membuang obat yang kadaluarsa yaitu
dengan cara dibuang begitu saja. Seharusnya obat yang kadaluarsa tidak
boleh dibuang begitu saja karena bisa disalahgunakan oleh orang yang
tidak bertanggungjawab. Sebagian besar obat kadaluarsa dibuang melalui
limbah rumah tangga atau saluran pembuangan air. Hal tersebut dapat
menyebabkan efek merugikan bagi manusia dan satwa liar. Mayoritas
masyarakat sadar akan keterkaitan bahaya atau resikonya terhadap
lingkungan (Suryati,.dkk 2009).

Hasil tingkat pemahaman pasien berdasarkan jumlah yang salah yaitu 53


responden dengan persentase sebesar 71,62% yang menyatakan bahwa
cara menangani obat yang kadalursa yaitu dengan tidak dibakar/dikubur.
Dapat dilihat bahwa masyarakat masih belum memahami cara membuang
obat yang baik dan benar. Cara menangani obat yang sudah rusak atau
kadaluarsa jangan pernah membuang obat-obatan kadaluarsa bersama-
sama dengan sampah apalagi di lingkungan. Karena tanpa disadari
sebenarnya hal ini dapat mempermudah pihak yang tidak bertanggung
jawab untuk mengambil dan menyalahgunakan obat-obatan tersebut.
(BPOM RI. 2013).

Solusi agar pasien patuh/taat dalam membuang obat yang baik dan benar
yaitu bagi petugas kesehatan perlu diadakan sosialisasi atau penyuluhan
terhadap pembuangan obat yang baik dan benar. Membuang obat yang
sudah tidak terpakai atau kadaluarsa itu boleh-boleh saja. Tapi harus
dilakukan dengan cara yang benar dan tidak boleh hanya dibuang begitu
saja ke tempat sampah. Jadi kita diharapkan tidak hanya tahu bahwa obat
digunakan untuk mengobati penyakit, tetapi kita juga perlu memahami
cara memperlakukan obat yang benar (Kirana 2015).
4

Dagusibu sangat penting untuk dipahami dan diterapkan oleh masyarakat


untuk mengurangi berbagai faktor negatif dan kerugian akibat penggunaan,
penyimpanan, dan pembuangan obat yang salah. Beberapa contohnya
adalah masyarakat yang overdosis akibat terlalu banyak mengosumsi obat
tertentu, pencemaran lingkungan akibat pembuangan obat yang tidak
sesuai petunjuk, ketergantungan obat, dan timbulnya resisten antibiotik
akibat cara mengosumsi obat yang salah (Riyadi, Sujono, Teguh Purwanto.
2009).

Tingkat pemahaman pasien berdasarkan umur merupakan salah satu hal


yang mempengaruhi pengetahuan, semakin tinggi umur seseorang maka
semakin bertambah pemahaman yang dimiliki oleh orang tersebut,
sehingga umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
pemhaman seseorang. Umur seseorang yang bertambah dapat membuat
perubahan pada aspek psikologi taraf berfikir seseorang semakin matang
dan dewasa (Rahayu, 2010). Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan
hasil pemahaman pasien tentang dausibu berdasarkan umur kurang yaitu
umur dewasa 20-40 tahun tingkat pemahaman pasien pasien tentang
dagusibu berdasarkan umur yaitu sebesar 36,48%, sedangkan umur tua 41-
65 tahun persentase terbesar ada pada tingkat pemahaman kurang yaitu
sebesar 16,21%. Sehingga jika ditotalkan persentasi tingkat pemahaman
kurang sebesar 52,70%. Dari data diatas menunjukkan bahwa usia yang
semakin matang tidak mempengaruhi tentang dagusibu obat (Rahayu,
2010).

Tingkat pemahaman pasien berdasarkan pendidikan yaitu pemahaman


kurang sebesar 22,97% yaitu tingkat pendidikan SMA/SMK/MA, dan
pendidikan SD-SMP sebesar 17,56%, dan pendidikan S1-S2 sebesar
19,14%. Hal ini menunjukan semakin tinggi pendidikan seseorang,
hidupnya akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi
menghasilkan pemahaman yang baik dan menjadikan hidup yang
berkualitas.
4

Adanya hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkat pendidikan


karena tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang
semakin tinggi pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin
banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang
tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang
diperkenalkan (Purwati 2013).

Kemudian tingkat pemahaman berdasarkan pekerjaan seseorang sangat


berpengaruh terhadap proses mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Lingkungan pekerjaan menjadikan seseorang mendapatkan pengalaman
dan pengetahuan, baik langsung maupun tidak langsung (Rahayu, 2010).
Semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal tersebut
(Notoadmojo, 2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase tingkat pemahaman


pasien terbesar berdasarkan pekerjaan ada pada tingkat pemahaman rendah
dengan pekerjaan ibu rumah tangga sebesar 18,91%, pekerjaan PNS
sebesar 8,10% pekerjaan swasta 16,21%, dan mahasiswa 9,45%. Dari data
diatas menunjukkan bahwa pekerjaan penting untuk menggali pengetahuan
kita. Seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mendapatkan
informasi yang dibutuhkan. Lingkungan pekerjaan menjadikan seseorang
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, baik langsung maupun tidak
langsung (Rahayu, 2010). Semakin banyak pengalaman seseorang tentang
suatu hal,
,aka semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut
(Notoadmojo, 2010).
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Tingkat pemahaman pasien terhadap Dagusibu Obat berdasarkan umur
berpemahaman terendah sebesar 52,70% dan perpemahaman baik sebesar
47,3%, berdasarkan pendidikan berpengetahuan terendah sebesar 59,67%
dan berpemahaman baik sebesar 47,28%, dan berdasarkan pekerjaan
berpemahaman terendah sebanyak 52,67% dan berpemahaman baik
sebesar 42,27%.

5.2 Saran
1. Bagi petugas kesehatan perlu diadakan sosialisasi atau penyuluhan
tentang DAGUSIBU Obat terhadap pasien Di Apotek Sinar Amandit
Farma.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak ditemukan
responden yang memiliki tingkat pemahaman yang kurang, salah
satunya karena kurangnya informasi yang didapatkan tentang
DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang),
3. Dapat memberi penyuluhan terhadap masyarakat bahwa dagusibu
sangat penting agar kita bisa mengetahui cara mendapatkan,
menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan baik dan
benar.
4. Bagi peneliti selanjutnya ini dapat dijadikan sebagai studi pendahuluan
untuk mengembangkan penelitian dengan topik yang sama tentang
Dagusibu Obat tetapi di tempat yang berbeda.

44
DAFTAR RUJUKAN

Anonim, 2014. Materi Pelatihan Kefarmasian Di Instalasi Farmasi


Kabupaten/Kota. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta.
A, Wawan. Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Nuha Medika: Yogyakarta.
Damarik, P.P., 2018. Pola Peresepan Obat dari Dokter Spesialis Anak pada
Apotek Kota Medan Maret-Mei Tahun 2017.
Depkes RI. 2008. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan
Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2009. Peraturan Pemerintah Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Jakarta, Departemen KesehatanRepublik Indonesia.
Depkes RI. 2016. Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik, Jakarta,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Gitawati, Retno, 2014, Kesalahan Dalam Menyimpan Obat Akan Mempengaruhi
Kondisi Zat Aktif.
Hapsari, T., 2011, Manfaat efek samping atau biaya, Simposium Nasional Jurnal.
Makassar.
Notoatmodjo, S., 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka CIPTA, Jakarta,
Indonesia.
PP IAI., 2014, Program Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) Yang
Diprakarsai Oleh Ikatan Apoteker Indonesia Dalam Mencapai
Pemahaman Dan Kesadaran Masyarakat Terhadap Penggunaan
Obat Dengan Benar.
Purwanti Widhy H. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Pendidikan
dan Tingkat Pengetahuan, Makalah Seminar Nasional 2013 UNY
Rahayu, Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia, Yogyakarta : Graha
Pustaka Sugiyono 2015, Metode Penelitian Kombinasi. Bandung:
Alfabeta.
Susanti, 2017, ‘Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian
Imunisasi Dasar Pada bayi Usia 0-12 Bulan Di Puskesmas
Bontonompo 2 Kecamatan Bontonpo Kabupaten Gowa Tahun 2016’,
Karya Tulis Ilmiah, Universitas Negeri Alauddin, Makasar.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Untuk Penyusunan LTA


Lampiran 2. Surat Permohonan Bimbingan
Lampiran 3. Lembar Konsultasi
Lembar Konsul Tasi Pembimbing 1
Lembar Konsultasi Pembimbing 2
Lampiran 4. Lembar Kousioner

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPODEN

Assalamualaikum wr.wb
Kousioner ini merupakan instrument penelitian Tingkat Pemahaman Pasien
Terhadap DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) di Apotek Sinar
Amandit Farma, hasil penelitin ini merupakan tugas akhir dari penelitian untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi (A. Md., Far). Untuk itu, saya
mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kousioner ini secara
jujur dan lengkap.
Pengisian kousioner ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan
Bapak/Ibu/Saudara. Atas kerjasama dan perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju
untuk menjadi responden penelitian ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Banjarmasin, Mei 2019

Peneliti Responden

(Mutia Rahmi) ( )
KOUSIONER
Identitas Responden
Nama
Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan Terakhir

Pekerjaan

Beri tanda centang ( √ ) pada pilihan sesuai pemahaman Anda


No Keterangan Benar Salah Skor

DA (Dapatka Obat)
1 Menurut bapak/ibu/saudara apakah obat
berwarna hijau dengan garis tepi warna
hitam yaitu obat bebas terbatas
2 Menurut bapak/ibu/saudara apakah obat
yang tandanya berupa lingkaran biru
dengan garis tepi berwarna hitam termasuk
dengan obat bebas
3 Apakah bapak/ibu/saudara membeli obat di
sembarang tempat saja dimana yang ada
obat?
4 Menurut saudara untuk mendapatkan
petunjuk penggunaan obat yang tidak tepat
yaitu dari teman/saudara/dan tetangga
5 Apakah ibu/bapak/saudara mendapatkan
atau membeli obat di toko obat

GU (Gunakan Obat)
1 Suppositoria merupakan contoh sediaan
obat yang berbentuk seperti torpedo,
apakah saudara menggunakan suppositoria
tersebut dengan ditelan?
2 Apakah saudara menggunakan tetes mata
dengan langsung ditetes saja ke mata tanpa
mencuci tangan terlebih dahulu
3 Menurut saudara apakah menggunakan
salep langsung dioleskan saja
4 Apakah saudara mengetahui obat diminum
sebelum makan artinya perut dalam
keadaan berisi makanan
5 Apakah saudara mengetahui bahwa obat
diminum setelah makan artinya perut
dalam keadaan kosong
SI (Simpan Obat)
1 Apakah saudara mengetahui cara
penyimpanan obat yang benar yaitu
disimpan di tempat yang sejuk
2 Apakah ibu/bapak/saudara mengetahui
bahwa penyebab obat rusak yaitu karena
terkena sinar matahari langsung
3 Menurut saudara apakah cara menyimpan
obat berbentuk cairan atau sirup yaitu di
simpan di lemari es/kulkas tetapi jangan
sampai membeku dan berubah warna
4 Apakah saudara mengetahui bahwa obat
rusak akibat penyimpanan yang salah

5 Menurut saudara apakah penyimpanan


tablet, pil, dan kapsul yang benar yaitu
dengan memisahkan obat menurut jenisnya
dan memperhatikan cara penyimpanan
yang tertera di brosur obat
BU (Bunakan Obat)
1 Apakah saudara memahami cara
membuang obat yang baik dan benar
2 Memurut ibu/bapak/saudara apabila obat
yang tidak luarsa yaitu dengan dibuang

3 Menurut saudara memusnahkan obat


berbentuk cairan itu apakah langsung
dibuang begitu saja
4 Cara menangani obat yang sudah tidak
digunakan lagi yaitu dengan
dibakar/dikubur
5 Apakah saudara mengetahui bahwa cara
pemusnahan obat seperti pil, padatan,
tablet dibuka dari kemasannya dan isinya
dihancurkan
Jumlah Nilai/ Skor
Lampiran 5. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Mutia Rahmi


2. Tempat, tanggal lahir : Muara Teweh, 18 September 1998
3. Nama Orangtua
a. Ayah : Zainal Abidin, S.H.
b. Ibu : Soraya Hayati S.Pd
4. Pekerjaan Orangtua
a. Ayah : PNS
b. Ibu : PNS
5. Nama Saudara Kandung : a. Arief Budi Rahman
b. Husnul Khatimah
c. Aliya Khafizah
d. Muhammad Najib
6. Alamat : Jalan Pendreh Margo Rukun, Muara Teweh
7. Riwayat Pendidikan
a. Tk. Perwanida : Tahun 2002-2004
b. SDN 2 Melayu Muara Teweh : Tahun 2004-2010
c. SMPN 2 Muara Teweh : Tahun 2010-2013
d. MA Negeri Muara Teweh : Tahun2013-2016
e. Terdaftar sebagai Mahasiswa Prodi D3 Farmasi, Fakultas Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin sejak 2016 sampai sekarang.
DA (Dapatkan Obat) Gu (Gunakan Obat) Si (Simpan Obat) Bu (Buang Obat)
Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P1 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Total Persentase Keterangan
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 10 10% KURANG
2 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 9 9% KURANG
3 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 11 11% BAIK
4 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 9 9% KURANG
5 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 9 9% KURANG
6 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 8 8% KURANG
7 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 8 8% KURANG
8 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 7 7% KURANG
9 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 9 9% KURANG
10 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 8 8% KURANG
11 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 13% BAIK
12 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 12% BAIK
13 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 10 10% KURANG
14 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 13 13% BAIK
15 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 14% BAIK
16 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 12 12% BAIK
17 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 11 11% BAIK
18 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 11 11% BAIK
19 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 16 16% BAIK
20 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 8 8% KURANG
21 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 10 10% KURANG
22 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 15% BAIK
23 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 11 11% BAIK
24 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 14 14% BAIK
25 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 8 8% KURANG
26 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 14 14% BAIK
27 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 10 10% KURANG
28 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 8 8% KURANG
29 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 12 12% BAIK
30 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 14 14% BAIK
31 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 13 13% BAIK
32 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 11 11% BAIK
33 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 9 9% KURANG
34 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 10 10% KURANG
35 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 12 12% BAIK
36 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 9 9% KURANG
37 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 3% KURANG
38 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 10 10% KURANG
39 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 11 11% BAIK
40 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 9 9% KURANG
41 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 7 7% KURANG
42 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 8 8% KURANG
43 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 8 8% KURANG
44 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 11 11% BAIK
45 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 12 12% BAIK
46 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 11 11% BAIK
47 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 10 10% KURANG
48 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 11 11% BAIK
49 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 8 8% KURANG
50 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 9 9% KURANG
51 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 10 10% KURANG
52 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 11 11% BAIK
53 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 9 9% KURANG
54 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 8 8% KURANG
55 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 9 9% KURANG
56 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 15 15% BAIK
57 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 9 9% KURANG
58 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10 10% KURANG
59 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 7 7% KURANG
60 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 10 10% KURANG
61 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 7 7% KURANG
62 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 8 8% KURANG
63 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 10 10% KURANG
64 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 12 12% BAIK
65 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 10 10% KURANG
66 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 10 10% KURANG
67 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 12 12% BAIK
68 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 10 10% KURANG
69 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 10 10% KURANG
70 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 13 13% BAIK
71 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 13 13% BAIK
72 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 12 12% BAIK
73 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 8 8% KURANG
74 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 12 12% BAIK
Jumlah 35 29 33 17 10 41 31 8 40 46 70 45 35 70 60 60 72 17 21 21

Keterangan
>11-20 BAIK
<0-10 KURANG

Anda mungkin juga menyukai