Pertama-tama, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah meanugerahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga dengan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan yang bertempat di Kimia
Farma 383 S. Parman Banjarmasin dengan baik dan benar serta dapat kami
selesaikan dengan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun sebagai bentuk
pertanggung jawaban kami terhadap pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan yang
diberikan oleh Program Studi S1 Farmasi Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat terlaksana dengan baik berkat
bantuan doa dari orang tua, keluarga, rekan, relasi, serta karena kerjasama,
bimbingan, dan dukungan dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang diberikan selama dan setelah pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan di
Kimia Farma 383 S. Parman Banjarmasin. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
iii
4. apt. Sri Rahayu, M. Farm selaku dosen Pembimbing Kuliah Kerja
Lapangan.
5. apt. Noor Indah Larasati, S. Farm Apoteker Pengelola Apotek yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenal lebih jauh
mengenai Apotek Kimia Farma 383 S. Parman Banjarmasin dan sekaligus
selaku pembimbing lapangan yang membantu dalam pembuatan laporan
Kuliah Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma 383 S. Parman
Banjarmasin.
9. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan namanya satu
persatu yang telah banyak membantu kami dalam pelaksanaan Kuliah
Kerja Lapangan di Kimia Farma 383 S. Parman Banjarmasin dan dalam
menyelesaikan tugas laporan ini.
iv
DAFTAR ISI
v
4. 1. 1. Perencanaan ................................................................................ 37
4. 1. 2. Pengadaan ................................................................................... 37
4. 1. 3. Penerimaan ................................................................................. 39
4. 1. 4. Penyimpanan............................................................................... 40
4. 1. 5. Distribusi .................................................................................... 45
4. 1. 6. Pengendalian ............................................................................... 47
4. 1. 7. Pencatatan dan Pelaporan ............................................................ 47
4. 1. 8. Pengelolaan Obat Rusak, Kedaluwarsa, Pemusnahan Obat dan
Resep .......................................................................................... 48
4. 2. Aspek Asuhan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) ................................. 49
4. 2. 1. Konseling promosi dan edukasi ................................................... 49
4. 2. 2. Pengobatan Sendiri/UPDS........................................................... 50
4. 3. Aspek Pelayanan Kefarmasian .................................................................. 51
4. 3. 1. Pengelolaan Resep ...................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 54
5. 1. Kesimpulan............................................................................................... 54
5. 2. Saran ........................................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 56
LAMPIRAN ...................................................................................................... 58
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR SINGKATAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak setiap warga negara Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945: dan yang dimaksud
dengan kesehatan itu sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang No. 36 tahun 2009).
Dimana kesehatan ini merupakan bagian penting dalam menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas untuk menunjang pembangunan nasional.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis berdasarkan Undang-undang No. 36 tahun 2009.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
umum yang dapat diwujudkan melalui pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan besar artinya bagi pembangunan dan pembinaan
sumber daya manusia di Indonesia serta sebagai modal bagi pelaksanaan
pembangunan nasional. Peranan Kesehatan yang penting memerlukan upaya
yang memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan
penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu seperti
yang tercantum pada PP No. 51 tahun 2009. Penyelenggaraan berbagai upaya
pembangunan Kesehatan dilakukan diantaranya dengan pemerataan dan
peningkatan pelayanan kesehatan yang didukung oleh penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memadai, penyediaan jumlah obat mencukupi,
bermutu baik dan terdistribusi merata dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat luas (Helni, 2015).
Salah satu wujud pembangunan nasional adalah pembangunan
kesehatan yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga tercapai kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat. Pembangunan kesehatan pada
dasarnya menyangkut semua segi kehidupan, baik fisik, mental, maupun
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2.2.1. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi ialah kegiatan
merencanakan pengadaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan
Apotek serta pada periode selanjutnya. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, dalam membuat perencanaan pengadaan
sediaan farmasi, alat Kesehatan serta bahan medis habis pakai
memerlukan perhatian terkait pola penyakit, pola konsumsi, budaya
dan kemampuan masayarakat (Depkes RI, 2016).
Perencanaan obat memiliki tujuan untuk mendapatkan jenis
serta jumlah obat yang sesuai dengan yang diperlukan. Perencanaan
obat didasarkan beberapa faktor sebagai berikut obat terbanyak
dipakai, persediaan terakhir stok barang, jenis penyakit yang sedang
mewabah dan berdasarkan musim cuaca. Tahapan perencanaan
kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai terdiri dari:
a. Persiapan
1) Memastikan kembali komoditas yang akan direncanakan.
2) Menyusun daftar spesifik mengenai sediaan farmasi, alat
Kesehatan dan bahan medis habis pakai yang akan
direncanakan,
3) Memperhatikan waktu yang dibutuhkan dan estimasi
periode pengadaan serta safety stock.
b. Pengumpulan data dengan mengumpulkan data penggunaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
pasien pada periode sebelumnya, sisa stok dan morbiditas.
7
Keterangan:
A = Rencana Pengadaan
E = Sisa stok
3. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan dari metode
epidemiologi dan metode konsumsi, yang bertujuan untuk
saling menutupi kelemahan masing-masing metode tersebut.
4. Analisis ABC (Pareto analysis)
Analisis ABC merupakan analisis yang disusun
berdasarkan penggolongan persediaan yang memiliki volume
dan harga obat, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kelas A ialah persediaan yang memiliki nilai paling
tinggi (fast moving), menyita sampai 80% dari total
9
6. Kombinasi VEN-ABC
Analisis VEN-ABC ini mengkombinasikan analisis
PARETO dan VEN dalam suatu matrik sehingga analisisnya
menjadi lebih tajam. Jenis barang yang bersifaat vital (VA, VB,
VC) ialah pilihan utama untuk dibeli. Barang yang non
essential tetapi banyak menyerap banyak anggaran (NA, NB)
dapat dijadikan prioritas untuk dibelanjakan, sedangkan barang
Non Essential dan bernilai kecil (NC) dapat dibelanjakan
apabila masih terdapat sisa anggaran.
2.2.2. Pengadaan
Pengadaan obat merupakan suatu proses pengumpulan untuk
menyediakan obat dan alat kesehatan agar memenuhi kebutuhan
pelayanan di apotek. Pengadaan perbekalan farmasi ini harus
dengan perancanaan yang baik sehingga obat akan tersedia dengan
jenis dan jumlah yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan, serta
menghindari terjadinya kekosongan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan.
Perbekalan farmasi yang slow moving disediakan dengan
jumlah yang cukup sehingga setiap resep yang masuk dapat dilayani,
sedangkan perbekalan farmasi yang fast moving disediakan dalam
jumlah yang lebih banyak. Menurut Kepmenkes RI No. 73 tahun
2016 untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan (Depkes RI, 2016).
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai harus dipastikan melalui jalur pembelian yang resmi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pengadaan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Media Habis
Pakai diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan
Penyalur Alat Kesehatah (PAK) yang memiliki izin.
11
2.2.3. Penyimpanan
Penyimpanan dari sediaan farmasi merupakan suatu
pengaturan pada sediaan farmasi yang diterima sehingga akan tetap
aman, tidak terjadi kerusakan fisik dan kimia, memudahkan
pengawasan dan pencarian, serta menjaga mutu sediaan agar tetap
terjamin dan sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan telah
ditetapkan. Menurut Anief (2005) penyimpanan sediaan
berdasarkan penggolongan sebagai berikut:
a. Sediaan disimpan berdasarkan bentuk sediaan yang meliputi
bentuk sediaan tablet atau kapsul, sirup, obat tetes, salep atau
krim, padat, semi padat dan larutan.
b. Sediaan disimpan berdasarkan jenisnya yang meliputi obat
generik, obat bebas terbatas, obat keras, obat perkursor, obat
narkotika dan golongan psikotropika.
c. Sediaan disimpan berdasarkan masa perputaran barang yang
meliputi perputaran cepat, sedang dan lambat.
d. Sediaan disimpan berdasarkan sifat kimia dan fisik obat yang
meliputi penyimpan dalam suhu dingin dan suhu kamar.
e. Sediaan disimpan berdasarkan efek farmakologis yang
memiliki tujuan agar pengambilan obat dengan efek yang sama
mudah. Contohnya adalah obat golongan antibiotik, vitamin,
antihipertensi dan lain-lain.
1. Obat Bebas
Tanda khusus dari obat bebas adalah lingkaran bulat
berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Obat ini umumnya obat
yang paling aman digunakan berupa suplemen vitamin dan
mineral, obat gosok, beberapa analgetik-antipiretik dan
14
2.2.4. Distribusi
Umumnya distribusi yang diserahkan dari produsen diberikan
kepada masing-masing PBF dan disalurkan ke apotek hingga sampai
kepada pasien. Pendistribusian merupakan kegiatan menyalurkan
atau menyerahkan sediaan farmasi dan alat Kesehatan dari tempat
penyimpanan sampai kepada unit pelayanan pasien. Sistem
distribusi harus :
23
2.2.5. Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
surat pengadaan (surat pesanan dan faktur), penyimpanan (kartu
stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
yang disesuaikan dengan kebutuhan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan
eksternal. Dimana, pelaporan internal ialah pelaporan yang
digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek yang terdiri dari
laporan keuangan, barang dan lainnya. Sedangkan, pelaporan
eksternal ialah laporan yang dibuat sebagai pemenuhan kewajiban
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, yang meliputi
laporan narkotika, psikotropika serta laporan lainnya.
a. Topik pertanyaan;
b. Tanggal serta waktu pelayanan informasi obat yang
diberikan;
c. Metode pelayanan informasi obat (lisan, tulisan dan
telepon);
34
TINJAUAN KHUSUS
3.2. Sejarah
Apotek Kimia Farma 383 Jl. Let. Jend. S. Parman No. 161, Belitung
Utara, Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin merupakan salah satu outlet
yang di bawahi oleh Businner Manager (BM) Apotek Kimia Farma di Kalsel.
Apotek Kimia 383 ini salah satu milik BUMN, yang berada di bawah kendali
pemerintah. Lokasi apotek sangat ramai di tengah kota, dan di tepi jalan raya
sehingga masyarakat sangat meakses ke apotek tersebut.
Apotek Kimia Farma 383 Jl. Let. Jend S. Parman beroperasi di mulai
dari pagi hari sampai malam hari, di bagi menjadi 2 shift, shift pagi beroperasi
dari jam 07.00- 15.00, sedangkan shift malam beroperasi dari jam 15.00-
23.00.
35
36
STRUKTUR ORGANISASI
A Apoteker Pendamping
A
Kordinator Teknis
Front Liner
BAB IV
PEMBAHASAN
4. 1. 2. Pengadaan
Pengadaan di Kimia Farma 383 dipesan melalui Pedagang
Besar Farmasi (PBF) yang resmi. Adapun metode atau macam-
macam pengadaan yang ada di Kimia Farma 383 adalah sebagai
berikut.
38
a. Minmax
Pengadaan Minmax dilakukan rutin tiap dua minggu sekali
secara otomatis. Metode ini berdasarkan pada analisis penjualan
3 bulan sebelumnya. Analisis tersebut dilakukan oleh bagian
pengadaan di BM (Business Manager).
b. Insidental
Pemesanan Insidental hanya dapat dilakukan sekali dalam
sehari. Pengadaan ini dilakukan jika obat atau sediaan farmasi
sedang dibutuhkan dengan cepat tetapi stock di apotek kosong.
Permintaan barang dengan metode ini dapat pula dengan
menyesuaikan kebutuhan apotek maupun berdasarkan daftar obat
dari catatan buku defecta.
c. Spreading
Spreading adalah pengadaan obat atau sediaan farmasi antar
Outlet Kimia Farma. Hal ini dilakukan agar perputaran obat
menjadi lebih cepat dan mencegah terjadinya stock menumpuk
pada suatu apotek sehingga dapat menghindari resiko sediaan
farmasi menjadi kedaluwarsa jika sediaan farmasi tersebut
termasuk slow moving.
Spreading dilakukan pada minggu kedua dan minggu
keempat tiap bulannya. Adapun minggu kedua perputaran obat
dilakukan berdasarkan data barang aktif atau obat yang fast
moving di suatu apotek, sedangkan perputaran obat pada minggu
ke-4 dilakukan berdasarkan data barang pasif atau sediaan
farmasi yang slow moving di apotek Kimia Farma.
d. BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek)
Jika obat yang diresepkan dokter atau obat yang diminta
pasien tidak tersedia stock-nya maka dapat menggunakan metode
pengadaaan ini. Metode ini dilakukan dengan mengisi Bon
Permintaan Barang Apotek yang kemudian diserahkan ke outlet
Kimia Farma lain yang telah bersedia untuk menyiapkan dan
39
4. 1. 3. Penerimaan
Penerimaan obat harus berdasarkan faktur pembelian
dan/atau surat pesanan yang sah. Adapun alur penerimaan barang di
Kimia Farma 383 yakni barang yang dipesan datang bersama faktur.
Kemudian dilakukan pemeriksaan kesesuaian fisik sediaan farmasi
dengan faktur pembelian dan/atau surat pesanan yang meliputi
kebenaran alamat Kimia Farma, nama obat, jumlah, bentuk,
kekuatan sediaan obat, isi kemasan, nomor bets, tanggal
kedaluwarsa dan kondisi fisik barang.
Jika setelah dilakukan pemeriksaan terdapat sediaan farmasi
yang diterima tidak sesuai dengan pesanan seperti nama, kekuatan
sediaan obat, jumlah atau kondisi kemasan tidak baik, maka sediaan
40
4. 1. 4. Penyimpanan
Barang atau sediaan farmasi yang diterima kemudian
disimpan pada rak yang sesuai berdasarkan jenis penyimpanannya.
Penyimpanan sediaan farmasi di Kimia Farma 383 memperhatikan
sistem First Expired First Out (FEFO) dan sistem First In First Out
(FIFO). Metode FEFO yaitu mengeluarkan atau menjual terlebih
dahulu barang dengan masa kedaluwarsa terdekat. Sedangkan
metode FIFO yakni mengeluarkan barang yang pertama kali masuk
untuk keluar atau dijual pertama kali.
Kimia Farma 383 juga memperhatikan obat yang memiliki
kemiripan penampilan dan penamaan obat dengan memberikan
label/stiker kuning dengan tulisan “LASA” (Look Alike Sound Alike)
yang berwarna merah. Penandaan tersebut ditempelkan pada wadah
obat berupa kotak guna mencegah terjadinya kesalahan pengambilan
obat. Salah satu obat yang disertai penandaan LASA di Kimia Farma
383 adalah Andalan dan Andalan Laktasi.
41
NO Nama Obat
1. Acarbose 50;100 mg
2. Amoxicillin Tryhidrate 500 mg
3. Allopurinol
4. Ambroxol HCl
5. Amlodipin 5;10 mg
6. Antasida Doen
7. Acyclovir
8. Asam Mefenamat
9. Azithromycin 500 mg
10. Betahistine Mesylate
11. Bisoprolol 5,25; 5 mg
12. Cefixime 100; 200 mg
13. Candesartan 8; 12,5; 16 mg
Tabel 4.1 Contoh Obat Generik
d. Bentuk Sediaan
Obat juga disimpan berdasarkan bentuk sediaannya. Obat yang
memiliki bentuk sediaan sirup, inhaler, krim dan salep, tetes mata
serta tetes telinga disimpan pada rak yang terpisah.
e. Obat khusus
Sediaan obat yang merupakan stock untuk resep asuransi dari
Mandiri Inhealth diletakkan secara khusus pada lemari obat untuk
menghindari terambilnya obat stock original. Obat keras yang
diproduksi oleh Kimia Farma juga diletakkan secara khusus dan
terpisah pada lemari obat.
f. Narkotika dan Psikotropika
Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang
tidak mudah dipindahkan dan harus mempunyai 2 (dua) buah
kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker
Penanggung Jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai
lain yang dikuasakan.
43
g. Stabilitas obat
Obat yang disimpan dalam lemari es menggunakan suhu
penyimpanan berkisar 2-8oC. Beberapa contoh obat yang
disimpan di dalam lemari es diantaranya insulin, suppositoria,
ovula dan suplemen probiotik. Sedangkan obat lain yang stabil
disimpan pada suhu ruang akan disimpan dengan suhu 20-25oC.
h. Golongan obat
Obat Bebas, Bebas Terbatas, Jamu, Obat Herbal Terstandar,
Fitofarmaka dan beberapa Alat Kesehatan akan diletakkan pada
rak swalayan. Swalayan di Kimia Farma 383 memiliki beberapa
kategori seperti pada tabel di bawah.
No Kategori Keterangan
1 First Aid Produk yang digunakan sebagai
pertolongan segera kepada korban sakit
atau cedera atau kecelakaan yang
memerlukan penanganan medis dasar.
Contoh: Kain kasa, alkol 70%, Betadine
Antiseptic Solution.
2 Medicine Obat yang tergolong obat bebas dan obat
bebas terbatas diletakkan pada kategori
ini. Contoh: Mixagrip, Enterostop,
Vermox, dan lain-lain.
3. Traditional Produk yang memiliki logo Jamu, Obat
Medicine Herbal Terstandar dan Fitofarmaka
diletakkan pada kategori ini. Obat-obatan
maupun suplemen yang berasal dari
bahan alami seperti madu, sari kurma dan
larutan penyegar diletakkan di rak ini.
Contoh: Laxing (Jamu), Diapet (OHT),
Stimuno (Fitofarmaka), dan lain-lain.
4. Topical Obat topikal adalah obat yang hanya
ditujukan untuk pemakaian luar. Produk
44
4. 1. 5. Distribusi
a. Resep kredit
Siapkan obat
Etiket
Cek Kembali
b. Resep tunai
Resep
Skrining Resep
Hargai
Siapkan obat
Etiket
Cek kembali
Petugas
Pasien setuju
menyerahkan obat Pasien
menebus dan
disertai pemberian membawa
dilakukan
informasi obat pulang obat
transaksi
kepada pasien
4. 1. 6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan agar jenis dan jumlah persediaan
dapat dipertahankan sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pencatatan
nama obat, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan pada kartu stok manual dan
elektronik merupakan salah satu upaya pengendalian.
Setiap tiga bulan dilakukan stock opname dengan mendata
nama, jumlah dan tanggal kedaluwarsa sediaan farmasi. Stock
opname dilakukan oleh seluruh petugas dan untuk merekapnya
dilakukan validasi beberapa kali agar didapatkan data yang akurat.
Setelah hasil rekapan diperoleh, data kemudian dimasukkan dan
dilaporkan melalui sistem.
Setiap harinya dilakukan dua kali uji petik pada shift yang
berbeda. Uji petik dilakukan untuk mengontrol jumlah barang. Uji
petik tersedia di sistem POS dan ditampilkan 10 item barang secara
acak tiap uji. Jika stock barang yang diuji memiliki stok yang lebih
di sistem sedangkan stok fisik kurang, maka barang sisanya
kemungkinan merupakan barang hasil spreading yang belum datang
namun stoknya sudah terinput ke sistem.
4. 2. Pengobatan Sendiri/UPDS
Pengobatan sendiri atau disebut sebagai swamedikasi adalah
upaya pengobatan terhadap diri sendiri. Di Kimia Farma 383, obat-
obatan yang dapat diserahkan untuk swamedikasi pasien adalah obat
bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek dan obat tradisional.
Obat wajib apotek diberikan kepada pasien diserahkan oleh apoteker
dan penyerahannya dibatasi sesuai dengan ketentuan Kepmenkes.
Swamedikasi dilakukan setelah mendapatkan informasi
melalui analisis swamedikasi yang memberikan informasi mengenai
penyakit yang diderita pasien. Metode paling sederhana untuk
mendapatkan informasi tersebut dapat dengan menggunakan metode
WWHAM, yaitu yang diartikan sebagai W (siapa pasiennya?), W
(gejala yang dialami?), H (berapa lama gejala telah berlangsung?),
51
c. Pertimbangan klinis
1) Ketepatan indikasi dan dosis obat;
2) Aturan, cara dan lama penggunaan obat;
3) Duplikasi dan/atau polifarmasi;
4) Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek
samping obat, manifestasi klinis lain);
5) Kontraindikasi;
6) Interaksi.
Jika dalam resep tidak tercantum alamat pasien,
maka petugas Apotek akan menanyakan alamat pasien
dan menuliskannya pada resep. Jika suatu resep tidak
terdapat paraf dan stampel dokter penulis resep, maka
resep tersebut akan ditolak dan pasien disarankan untuk
kembali ke dokter penulis resep. Ketika terjadi
ketidaksesuaian pada pertimbangan klinis, maka petugas
apotek dapat melakukan konfirmasi dengan
menghubungi dokter penulis resep.
4. 3. 1. 2. Penyiapan obat
Sesudah dilakukan skrining atau pengkajian
resep, obat dapat langsung disiapkan jika ketersediaan
lengkap. Obat disiapkan sesuai dengan permintaan pada
resep dengan tahapan menghitung jumlah obat yang
diambil kemudian mengambil obat pada rak
penyimpanan. Nama obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik obat perlu diperhatikan. Pastikan obat
yang akan sampai ke tangan pasien merupakan obat yang
berkualitas baik dan tidak mendekati tanggal
kadaluwarsa. Jika obat tersebut racikan, maka setelah
dilakukan pengambilan obat, obat diolah dan diracik
sesuai dengan bentuk sediaan dan jumlah yang diminta
dalam resep.
53
5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan mahasiswa saat Kuliah Kerja Lapangan yang di
laksanakan di Apotek Kimia Farma 383 Jl. Let. Jend. S. Parman, dapat di
simpulkan beberapa hal sebagai berikut:
5. 2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan kegiatan selama kegiatan KKL
yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 383 Jl. Let. Jend. S. Parman antara
lain:
54
55
DAFTAR PUSTAKA
Agatha, D. S., 2012. Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma No.
55 Jalan Kebayoran Lama No. 50, Jakarta Barat Depok.
Anief, M., 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Depkes RI. (2007). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas.
Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas, 1–80.
http://iai.id/library/pelayanan/pedoman-penggunaan-obat-bebas-dan-bebas-
terbatas.
Depkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Harmanto, Ning & Subroto, M. 2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Hartini, Y. S., dan Sulasmono, 2007, Apotek: Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-Undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan
Permenkes tentang Apotek Rakyat. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Helni. 2015. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Apotek di Kota Jambi.
Jambi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Nuryati, 2017. Farmakologi, Bahan Ajar Rekam medis dan Informasi Kesehatan
(RMIK), Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan
Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Edisi 2017
2. Swalayan
58
59
5. Etiket
6. Etiket Cetak
60
7. Copy Resep
8. Kartu Stok
61
9. Kuitansi
16. Faktur