Oleh
RISKA ANGGRAINI AYUNING TYAS
1513013081
V E M U K I A J A H A N PKAKTIK K h J t J A K ^ F A H M A S f A S
1)1 H t J M A U H A K I T FMN HJSKESMAS
Okh :
UISKA ANGCHAINI A Y I J N I N G TVAS
1513013081
D i K d u j u i Olefa ;
Doiicn PcmhlmhiriK I Dantn Pembimbing II
NIP. 19870911 201404 1 0 0 1 NION.
00J304HH06
Diketahui Ok*h :
Ardan^, i
.Mirhansy 11 201^4 Aot
591231 198803 1 NIP. 10 fjOOl
020 21
RIWAYAT HIDUP
Praktik kerja lapangan (PKL) pada semester 6 dibagi menjadi 2 periode, yaitu
periode pertama dilakukan di Rumah Sakit Umum Samarinda Medika Citra (RSU SMC)
selama 4 minggu dan periode kedua dilakukan di Puskesmas Trauma Center selama 4
minggu.
Kegiatan kefarmasian yang dilakukan selama PKL di RSU SMC yaitu kegiatan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian. Selain itu kegiatan
pelayanan farmasi klinis yang dilakukan yaitu dispensing.
Kegiatan kefarmasian yang dilakukan selama PKL di Puskesmas Trauma Center
yaitu kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
meliputi penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian dan pencatatan. Selain
itu kegiatan pelayanan farmasi klinis yang dilakukan yaitu pengkajian, pelayanan resep
dan pemberian informasi obat.. Selama ini mahasiswa menemukan beberapa perbedaan
sistem manajemen di RSU SMC dan Puskesmas Trauma Center.
Perbedaan RSU SMC dan Puskesmas Trauma Center terletak pada pengelolaannya
seperti pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan. Pemilihan di RSU SMC berdasarkan formularium RSU SMC
dan formularium nasional bagi peserta BPJS, serta formularium obat in-health (FOI)
untuk asuransi in-health, sedangkan di Puskesmas Trauma Center berdasarkan
formularium puskesmas yang merujuk pada formularium nasional. Perencanaan di RSU
SMC dibuat berdasarkan sistem minmax, sedangkan di Puskesmas Trauma Center
berdasarkan metode konsumsi dan morbiditas. Pengadaan di RSU SMC dilakukan dengan
beberapa cara yaitu pengadaan rutin, cito dan donasi, sedangkan di Puskesmas Trauma
Center dilakukan dengan beberapa cara yaitu permintaan rutin dan khusus yang langsung
ditujukan ke dinas kesehatan kota (DKK). Penerimaan di RSU SMC dilakukan dengan
mengecek antarapurchase order (PO), faktur dan fisik barang (nama PBF, rumah sakit
tujuan pengiriman, nama barang, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, jumlah, harga dan
diskon yang disepakati, nomor batch, tanggal kadaluwarsa dan kelayakan barang),
sedangkan di Puskesmas Trauma Center dilakukan dengan mengecek antara laporan
penggunaan dan lembar permintaan obat (LPLPO) dengan fisik barang (nama puskesmas
yang memesan, nama obat, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, jumlah sediaan, nomor
batch, kadaluwarsa sediaan dan kelayakan barang). Pendistribusian di RSU SMC dan
Puskesmas Trauma Center dilakukan ke unit kerja seperti IGD, VK, laboratorium. Tetapi
di RSU SMC distribusi juga dilakukan ke ruang perawatan dan ruang operasi, sedangkan
di Puskesmas Trauma Center distribusi juga dilakukan ke unit pelayanan kesehatan seperti
ruang farmasi, ruang KB, poli gigi, puskesmas pembantu dan posyandu lanjut usia.
Pengendalian di RSU SMC dan Puskesmas Trauma Center dilakukan dengan stock
opname (SO), stiker ED dan kartu stok. Tetapi di RSU SMC juga dilakukan pengendalian
dengan cara stock random dan laporan obat slow moving, sedangkan di Puskesmas
Trauma Center juga dilakukan pengendalian dengan lembar register obat harian.
Pencatatan di RSU SMC seperti pencatatan kartu stok, suhu kulkas, kelembaban ruangan,
hasil SO dan aset, sedangkan di Puskesmas Trauma Center seperti kartu stok, buku
amprahan gudang, registrasi obat harian, lembar skrining resep, serta buku register obat
psikotropika dan narkotika. Pelaporan di RSU SMC seperti laporan program kerja,
narkotika dan psikotropika, obat slow moving, serta peresepan dokter, sedangkan di
Puskesmas Trauma Center seperti laporan LPLPO, obat antiretrovirus, kompilasi
peresepan, penggunaan obat generik, narkotika dan psikotropika.
Manfaat yangdiperoleh dari kegiatan PKL ialah mengetahui kegiatan pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di rumah sakit dan puskesmas
seperti pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pemusnahan, pencatataan dan pelaporan serta mampu dalam melakukan
pengkajian resep, peracikan, penyiapan obat, penyerahan obat dan PIO kepada pasien.
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur penulis panj atkan kepada Allah SWT yang telah
mengkaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis akhirnya
dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktik kerja lapangan.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil praktik kerja lapangan yang telah selesai
dilaksanakan dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya farmasi
(A.Md., Far) pada Program Studi Ahli Madya (D3) Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Mulawaraman.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan banyak
mengalami hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Laode Rijai, M.Si.,Drs selaku dekan fakultas farmasi dan jajarannya,
serta tenaga pengajar yang senantiasa memberikan dukungan moril, motivasi,
bantuan dan ilmu-ilmu pengetahuan selama proses perkuliahan hingga
terselesaikannya laporan ini.
2. Bapak Mirhansyah Ardana, M.Si.,Apt. selaku ketua program studi Diploma Tiga
yang telah memberikan bimbingan dan semangat dalam proses perkuliahan.
3. Bapak Jaka Fadraersada, M.Farm-Klin., Apt dan bapak Mukti Priastomo, M.Si.,
Apt selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, saran, arahan
dan kebijakan kepada penulis dalam proses penyusunan laporan ini sehingga
dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Lenni Noor Hayati, S.Farm., Aptdanbapak Muhammad Faril Fistama,
S.Farm., Apt. selaku apoteker pembimbing lapangan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Samarinda Medika Citra yang telah membimbing dan selalu
memberikan kemudahan, kebijakan dan motivasi dalam penyelesaian laporan.
5. Kakak-kakak tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Samarinda Medika Citra yang telah membimbing dan selalu memberikan
kemudahan, kebijakan dan motivasi dalam melaksanakan praktik kerja lapangan.
6. Ibu Intan Wandilla, M.Sc., Apt selaku apoteker pembimbing lapangan di
Puskesmas Trauma Center yang telah membimbing dan selalu memberikan
kemudahan, kebijakan dan motivasi dalam penyelesaian laporan.
7. Bapak Didied Iswara T. P, Amd,Far selaku tenaga teknis kefarmasian di
Puskesmas Trauma Center telah membimbing dan selalu memberikan
kemudahan, kebijakan dan motivasi dalam penyelesaian laporan.
8. Orangtua, saudara dan keluarga yang telah mendukung, memberi semangat
motivasi hingga dapat terselesaikan pendidikan dijenjang D3 Farmasi. Akhir kata,
semoga segala bantuan dan kebaikan yang diberikan oleh
berbagai pihak mendapat balasan yang terbaik dari Allah SWT dan semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak serta bermanfaat bagi dunia pendidikan,
khususnya dalam bidang farmasi.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
RINGKASAN............................................................................................................i
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH .....................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................viii
1.1 Pendahuluan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang dimaksud dengan
standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi 2 hal, yaitu standar
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang meliputi
pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, administrasi. Serta pelayanan
farmasi klinik yang meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat
penggunaan obat, rekonsilasi obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite,
pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat (MESO), dispensing
sediaan steril dan pemantauan kadar obat dalam darah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan kefarmasian di
puskesmas meliputi 2 hal, yaitu standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pemusnahan dan penarikan, pencatatan,
pelaporan dan pengarsipan, serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan. Pelayanan farmasi
klinik yang meliputi pengkajian resep, pelayanan resep dan pemberian informasi obat,
pemberian informasi obat (PIO), konseling, visite (khusus puskesmas rawat inap),
pemantauan terapi obat (PTO), pemantauan dan pelaporan efek samping obat dan evaluasi
penggunaan obat.
1.1.1 Definisi Tentang Rumah Sakit dan Puskesmas
A. Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, definisi dari rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna
merupakan pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizininan Rumah Sakit, klasifikasi rumah sakit dibagi
menjadi dua yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit,
rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan golongan umur, organ dan jenis
penyakit.
B. Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas, definisi dari pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut
puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi -tingginya di wilayah kerj anya. Upaya kesehatan yang
diselenggarakan terdiri dari peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
1.1.2 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang teriri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi
dan Analis Farmasi.
A. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga
Kesehatan, tenaga teknis kefarmasian untuk memperoleh STRTTK, tenaga teknis
kefarmasian harus mengajukan permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Surat
permohonan STRTTK harus melampirkan:
1. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi;
2. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktik;
3. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian;
4. Surat rekomendasi kemampuan dari apoteker yang telah memiliki STRA, atau
pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga
Teknis Kefarmasian; dan
5. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2
x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
B. Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian (SIPTTK)
Menurut Surat Edaran No. HK.02.02/Menkes/24/2017 tentang registrasi, izin
praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian, tata cara pemberian izin SIPTTK meliputi:
1. Tenaga teknis kefarmasian mengajukan permohonan untuk masing-masing tempat
fasilitas kefarmasian kepada kepala dinas kesehatan atau penyelenggara
pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) kabupaten/kota tempat pekerjaan
kefarmasian.
2. Permohonan SIPTTK harus melampirkan:
a. Fotokopi STRTTK dengan menunjukkan STRTTK asli.
b. Surat pernyataan apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan
pekerjaan kefarmasian.
c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi tenaga teknis kefarmasian yang akan
melaksanakan pekerjaan kefarmasian di fasilitas kefarmasian.
d. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun tenaga teknis kefarmasian.
e. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 3 (tiga) lembar.
C. Tugas dan Fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
Tugas dan fungsi pekerjaan kefarmasian yang wajib dilakukan oleh seorang
TTK menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 573/MENKES/SK/VI/2008
tentang Standar Profesi Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan prosedur pencatatan dan dokumentasi perencanaan dan pengadaan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
b. Melaksanakan prosedur pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan.
c. Melaksanakan prosedur pencatatan dan pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan yang bersifat droping, hibah dan produksi.
d. Melaksanakan prosedur penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan sesuai protap.
e. Melaksanakan penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
protap.
f. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan dari gudang RS sesuai protap.
g. Melaksanakan prosedur kalkulasi biaya resep obat.
h. Melaksanakan prosedur penyiapan sediaan farmasi di RS tipe D sesuai protap.
i. Melaksanakan prosedur penyerahan obat unit dose/resep individu dibawah
pengawasan apoteker/pimpinan unit.
j. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk
keperluan floor stock sesuai protap dibawah supervisi apoteker/pimpinan unit.
k. Berkomunikasi dengan orang lain.
l. Melaksanakan prosedur dispensing obat berdasarkan permintaan dokter sesuai
protap dibawah supervisi apoteker/pimpinan unit.
m. Melakukan pencatatan semua data yang berhubung dengan proses dispensing
dibawah supervisi apoteker/pimpinan unit.
2.1 Pendahuluan
Praktik kerja lapangan adalah sebuah proses pengajaran dengan cara memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah di dapat di bangku
kuliah agar dapat di laksanakan di tempat kerja secara nyata, baik di instansi swasta, badan
usaha milik negara (BUMN), ataupun instansi umum lainnya dalam jangka waktu tertentu
yang telah ditentukan. Pelaksanaan praktik kerja kefarmasian khususnya di rumah sakit
didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Sebagaimana yang dimuat dalam
peraturan tersebut, tenaga teknik kefarmasian (TTK) adalah tenaga yang membantu
apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi dan Analis Farmasi.
2.2 Praktik Kerja Kefarmasian di Rumah Sakit Umum Samarinda Medika Citra
2.2.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Samarinda Medika Citra
A. Pendiri Rumah Sakit
Ide pendiri rumah sakit berawal dari 3 orang dokter spesialis di Samarinda
yaitu:
1. dr. Ramelan Adiputra Noor,Sp.B.
2. dr. Fernando Sitorus,Sp.OG.
3. dr. Rudi Albert Farns Peleh,Sp.An.
Awalnya ketiga dokter tersebut berniat mendirikan rumah sakit di jalan Seruni
(kediaman dr. Ramelan). Dalam perjalanan memperjuangkan pembangunan rumah sakit
ini, dr. Ramelan berhasil bekerjasama dengan ibu Julianti dan bapak Dharmawan yang
memiliki tanah di beberapa tempat di Samarinda. Kemudian dilakukan survei ke beberapa
tempat yaitu di Jalan Lempake, Jalan D.I Panjaitan dan Jalan M. Yamin.
Setelah diskusi yang panjang dan melakukan survei sehingga pendiri yang
awalnya 3 orang bertambah 5 orang yaitu:
1. dr. Djaja Santoso, Sp.OG.
2. dr. Johan Gani, Sp.Rad.
3. dr. Muhammad Luthfi Widyastono, Sp.S.
4. dr. Carta Agrawanto Gunawan, Sp.PD, K-PTI,FINASIM.
5. dr. Manfred Himawan, Sp.M.
B. Pembangunan Rumah Sakit
Persiapan pembangunan diawali perencanaan prasasti pembangunan oleh bapak
Walikota Samarinda pada tanggal 08 September 2011. Selanjutnya pembangunan dimulai
oleh PT. Waskita Karya pada 04 November 2011 dengan konsultan pengawas PT. Wida
yang berkedudukan di Semarang bersama dr. Fernando dan bapak Satriono yang ditunjuk
mewakili PT. Pandan Harum Medika.
C. Pengelolaan Rumah Sakit
1. 12 Juli 2013 rumah sakit SMC resmi beroperasi dan membuka 50 TT.
2. Kunjungan rawat jalan 30 pasien perhari (2013).
3. Kerjasama asuransi/perusahaan ± 20 (2013).
4. 12 Mei 2016 rumah sakit SMC memiliki 140 TT.
5. Kunjungan rawat jalan 350 pasien perhari (2016).
6. Kerjasama asuransi/perusahaan ± 75 (2016).
2.2.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Samarinda Medika Citra (SMC)
A. Visi
Menjadikan Rumah Sakit Umum SMC sebagai rumah sakit yang terkemuka di
Kalimantan Timur dan mampu bersaing di era globalisasi.
B. Misi
1. Melakukan upaya berlanjut untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada
pelanggan.
2. Melakukan pelatihan dan pendidikan kepada para karyawan agar mampu
memberikan pelayanan secara profesional.
3. Melakukan pengelolaan rumah sakit secara profesional agar tercapai efisiensi dan
efektivitas.
2.2.3 Arti dan Makna Logo SMC
ampul ampul
4 Mertigo® Nopres® Kemasan mirip
5 Flunarizin 5 Flunarizin 10 Nama obat sama beda
mg mg kekuatan
6 Natrium Natrium Nama obat sama beda
diklofenak diklofenak 50 kekuatan
25
mg mg
Gambar 2.4 Alur Pelayanan Resep Obat Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Samarinda Medika Citra (SMC)
2. Pemberian Informasi Obat (PIO)
Pemberian informasi obat di Rumah Sakit Umum SMC sendiri dilakukan kepada
pasien saat menyerahkan obat oleh apoteker yang dibantu oleh TTK. Penyerahan obat
disertai dengan pemberian informasi obat yang meliputi nama obat, indikasi, aturan pakai,
cara penggunaan, lama penggunaan serta penyimpanan yang tepat untuk obat khusus, efek
samping obat dan interaksi obat. Misalnya untuk obat antibiotik harus dihabiskan maka harus
dijelaskan kepada pasien untuk menghabiskan obatnya, apabila antibiotik tidak dihabiskan
dikhawatirkan terjadi resistensi yang dapat menyebabkan antibiotik tidak mempan lagi
terhadap bakteri penyebab penyakit. Akibatnya bakteri yang seharusnya mati, akan semakin
tumbuh dan berkembang biak. Misalnya amoksisillin 125 mg/5 ml ukuran 60 mL aturan
pakainya 3 kali sehari 5 mL sehingga antibiotik tersebut harus habis dalam 4 hari. Jika masih
ada sisanya harus dibuang, hal ini dikarenakan antibiotik umumnya tidak bisa didalam air
dalam waktu yang cukup lama, sehingga apabila disimpan dalam waktu yang cukup lama
dikhawatirkan antibiotik telah rusak.
Untuk obat dengan suhu khusus seperti ovula dan suppositoria dijelaskan kepada
pasien untuk menyimpan didalam lemari pendingin dengan suhu 2-80C.
BAB III
PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA DI PUSKESMAS
3.1 Pendahuluan
Praktik kerja lapangan (PKL) adalah sebuah proses pengajaran dengan cara memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah di dapat di bangku kuliah
agar dapat di laksanakan di tempat kerja secara nyata, baik di instansi swasta, badan usaha
milik negara (BUMN), ataupun instansi umum lainnya dalam jangka waktu tertentu yang
telah ditentukan. Pelaksanaan praktik kerja kefarmasian khususnya di puskesmas didasarkan
pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Sebagaimana yang dimuat dalam peraturan
tersebut, tenaga teknik kefarmasian (TTK) adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan
Analis Farmasi.
BAB IV
KESIMPULAN