2018
Rizal, Muhammad
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5921
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OBAT KADALUWARSA (EXPIRED
DATE) DAN NILAI KERUGIAN OBAT (STOCK VALUE EXPIRED)
YANG DITIMBULKAN DI INSTALASI FARMASI RSUD
DR. R.M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2018
SKRIPSI
OLEH
MUHAMMAD RIZAL
NIM : 131000526
MEDAN
2018
OLEH
MUHAMMAD RIZAL
NIM : 131000526
MEDAN
2018
Muhammad Rizal
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
MUHAMMAD RIZAL
NIM : 131000526
Disahkan Oleh :
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Manajemen logistik obat merupakan kegiatan utama instalasi farmasi yang
mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit. Oleh karena pentingnya fungsi
instalasi farmasi mengharuskan obat dikelola dengan efektif dan efesien agar tidak
terjadi masalah adanya stok obat kadaluwarsa (expired date). Terjadinya stok obat
kadaluwarsa menimbulkan kerugian materi yang ditanggung oleh rumah sakit dan
pemerintah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi manajemen persediaan
obat, mengetahui faktor-faktor penyebab obat kadaluwarsa dan menentukan nilai
kerugian yang diakibatkan adanya stok obat kadaluwarsa di RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Data diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap 8 informan,
observasi dan telaah dokumen serta menghitung kerugian yang diakibatkan stok
obat kadaluwarsa.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat 11 (2,78%) jenis obat yang
mengalami kadaluwarsa sepanjang tahun 2017 dengan kategori obat slow moving.
Penyebab terjadinya obat kadaluwarsa yaitu sumber daya manusia yang belum
bekerja secara maksimal dengan pencatatan stok obat yang sebelumnya tidak baik,
perencanaan dan pengadaan obat dimana tidak adanya pembagian tanggungjawab
yang jelas, obat yang tidak digunakan user, sosialiasi dan komunikasi petugas
instalasi farmasi dengan user yang tidak berjalan dengan baik. Akibat stok obat
kadaluwarsa pada tahun 2017, RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai mengalami
kerugian obat sebesar Rp. 30.000.917,-
Kesimpulan penelitian adalah pelaksanaan manajemen logistik obat RSUD
Dr. R.M. Djoelham Binjai belum berjalan dengan baik, sehingga menyebabkan
terjadinya stok obat kadaluwarsa yang menyebabkan timbulnya kerugian materi.
Disarankan agar pihak rumah sakit melakukan penambahan dan pelatihan tenaga
farmasi, memperbaharui formularium guna melakukan perencanaan dan pengadaan
sesuai kebutuhan dan prosedur, memastikan pendataan dan informasi stok obat
lebih akurat antara petugas farmasi dan user.
Kata Kunci: Manajemen logistik obat, Obat Kadaluwarsa, Penyebab Obat
Kadaluwarsa, Kerugian materi
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Drug supply management is the main cycle of Pharmacy Departement
Hospital which support the health services in hospital. Because the function of
Pharmacy Departement Hospital is important, therefore the drugs shoud be well
managed to avoid the drugs expired stock. Drugs expired stock may cause any
material losses.
The objective of this research are to identify drug inventory management,
to analyze the causes of drug expired stock, to determine the material values loss
because drug expired stock at Hospital District Dr. R.M. Djoelham Binjai. This
research is qualitative and quantitative. The data were obtained through in-depth
interview to 8 informants, observation and documents review and also counted the
material loss which caused drug expired stock.
The result of this research about 11 (2,78%) of drugs were expired during
2017 with slow moving category. The causes of drug expired were the human
resources lack of performances, the main duty and responsible person were not
clear enough during planning and procurement, drugs were not prescribed by user,
the communication among farmacists and user were not well about drug left stock.
These caused the material loss in 2017 at Hospital District Dr. R.M. Djoelham
Binjai about Rp. 39.007.423,-
The conclution of this research is the implementation management system
of Pharmacy Departement Hospital in Hospital District Dr. R.M. Djoelham Binjai
were not well implemented which cause any material loss. It is suggested to the
Hospital District Dr. R.M. Djoelham Binjai to add and trained the human
resources of farmacist, rearrange the new hospital formularium, and make sure to
identify the drug left stock among the farmacist and user.
Keywords: Drug supply management, Drug expired, The causes of drug expired
stock, Material losses
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Sumatera Utara.
Utara.
5. Dr. Juanita, S.E, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah memberi
6. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji II yang telah memberi kritik, saran,
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. dr. Devi Nuarani Santi, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik yang
8. Seluruh Dosen dan Staf FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah
9. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah DR. RM. Djoelham Binjai, yang telah
Ibu Anita Chairul Tanjung, serta seluruh keluarga besar. Terima kasih
atas doa, nasihat, kasih sayang, perhatian, dukungan serta motivasi yang
Keluarga Besar PT. Nutrifood, Keluarga Besar UKMI FKM USU, PEMA
seperjuangan FKM USU 2013. Terima kasih atas dukungan serta doa
kalian.
12. Seluruh pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan
lain-lain. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
ini.
Penulis
Muhammad Rizal
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5.9 Fungsi Pengendalian Obat ...........................................................32
2.5.10 Fungsi Evaluasi Obat ...................................................................33
2.6 Obat Kadaluwarsa ...................................................................................35
2.7 Kerangka Pikir .......................................................................................37
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4 Perhitungan Nilai Kerugian Akibat Stok Obat Kadaluwarsa .................102
4.4.1 Biaya Kerugian Pembelian Obat (Purchasing cost) ......................103
4.4.2 Biaya Kerugian Pemesanan Obat (Ordering cost) .........................104
4.4.3 Biaya Kerugian Penyimpanan Obat (Holding cost) .......................105
4.4.4 Biaya Kesempatan (Opportunity cost) ...........................................106
4.4.5 Total Biaya Kerugian Akibat Obat Kadaluwarsa ...........................107
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Informan Petugas Rumah Sakit ......................................................... 41
Tabel 4.1 Jumlah Sumber Daya Manusia di Instalasi Farmasi .......................... 52
Tabel 4.2 Karakteristik Informan ....................................................................... 53
Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sumber Daya Manusia ......... 54
Tabel 4.4 Hasil Observasi Sumber Daya Manusia (SDM) di Unit Logistik Instalasi
Farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai 2018 .............................. 55
Tabel 4.5 Hasil Observasi Karakteristik Sumber Daya Manusia (SDM) di Unit
Logistik Instalasi Farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai 2018 . 55
Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Anggaran Dana di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 57
Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 59
Tabel 4.8 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi DR.RM.
Djoelham Binjai Tahun 2018 ............................................................. 59
Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Tentang Prosedur (SOP) di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 62
Tabel 4.10 Hasil Observasi Tentang Prosedur (SOP) di Instalasi Farmasi DR.RM.
Djoelham Binjai Tahun 2018 ............................................................. 62
Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Perencanaan Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 65
Tabel 4.12 Hasil Observasi Tentang Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi
DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 .............................................. 67
Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penganggaran Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 71
Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengadaan Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 73
Tabel 4.15 Hasil Observasi Tentang Pengadaan Obat di Instalasi Farmasi DR.RM.
Djoelham Binjai Tahun 2018 ............................................................. 75
Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penerimaan Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 78
xi
xii
xiii
xiv
Oktober 1995 di Medan dan beragama Islam dengan suku bangsa penulis yaitu
Jawa. Penulis merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara, anak dari pasangan Sukiman
Pendidikan formal penulis yaitu Sekolah Dasar (SD) 056002 Lr. Ibadah
Desa Banyumas dari tahun 2001 – 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
1 Stabat dari tahun 2007 – 2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) Unggulan Chairul
Tanjung Foundation dari tahun 2010 -2013. Pada tahun 2013 hingga tahun 2018,
Kesehatan.
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
rawat jalan, dan gawat darurat. Dikatakan paripurna yaitu pelayanan yang meliputi
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sebagai mana dimaksud
administrasi.
Bahan logistik yang dikelola oleh rumah sakit yaitu bahan yang termasuk
dalam 5 revenue center yaitu instalasi rawat jalan dan rawat inap, instalasi gawat
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
radiologi, dan instalasi farmasi. Instalasi farmasi merupakan revenue center utama
mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan
kesehatan habis, alat kedokteran, dan gas medik), dan 50% dari seluruh pemasukan
rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Suciati dan Adi Sasmito,
farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung jawab.
Tahun 2015-2019 yaitu, ketersedian obat dan vaksin cukup baik tetapi pelayanan
standar. Pada tahun 2013 instalasi farmasi rumah sakit yang memiliki pelayanan
kefarmasian sesuai standar 41,72%. Penggunaan obat generik sudah cukup tinggi,
tetapi penggunaan obat secara rasional di fasilitas kesehatan baru mencapai 61,9%,
hal ini di sebabkan oleh masih rendahnya penerapan formularium dan penggunaan
obat secara rasional. Terjadinya obat rusak dan kedaluarsa juga mencerminkan
ketidaktepatan dan kurang baiknya manajemen pengelolaan obat. Obat rusak dan
salah satu rumah sakit pemerintah yang ada di Kota Binjai. Instalasi farmasi RSUD
Dr. R.M. Djoelham Binjai salah satu unit pelaksana fungsional yang
dilakukan dalam bentuk wawancara terhadap kepala instalasi farmasi RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai didapat bahwa, rumah sakit telah memiliki formularium
sebagai acuan perencanaan obat yang disusun dan tinjau ulang setiap 2 tahun sekali,
namun belum memiliki standar terapi yang seharusnya ditetapkan oleh Komite
Farmasi dan Terapi (KFT), perencanaan obat yang dilakukan di instalasi farmasi
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai juga belum berjalan dengan baik, hal tersebut
dibuktikan dengan adanya beberapa item obat yang mengalami kekurangan atau
kekosongan obat sehingga pasien rawat inap dan rawat jalan membeli obat di luar
apotik rumah sakit. Kelebihan obat juga terjadi di RSUD Dr. R.M. Djoelham
Binjai, hal ini dibuktikan adanya beberapa item obat yang tidak digunakan di dalam
gudang obat. Selain itu, berdasarkan data obat Tahun 2017 ditemukan 11 jenis obat
Beberapa jenis obat yang sudah kadaluwarsa dari Januari – Desember 2017
phytomenadion tab, Betametason cream, dan Martos Inf. Sementara total kerugian
kadaluwarsa merupakan obat slow moving dan bukan termasuk obat kategori
masalah penyakit tertinggi di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai. Pada akhirnya
rumah sakit akan mengalami kerugian setelah menghitung beban kerugian yang
diterima akibat beberapa obat kadaluwarsa yang tidak dapat diretur ke pihak
supplier.
rumah sakit pada tahun 2007 di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Semarang
terdapat 2 jenis obat kadaluwarsa dari 127 total jenis obat, sehingga persentase jenis
obat kadaluwarsa adalah 1,57 % dengan nilai obat Rp. 10.094.590, hal ini
tidak sesuai dengan kebutuhan IPF sehingga obat akan menumpuk karena tidak ada
kasus penyakit atau KLB dan lama -lama akan rusak atau kadaluarsa (Djatmiko
pada tahun 2008 menunjukkan masih adanya kerugian rumah sakit sebesar Rp.
kemungkinan besar merupakan obat – obat yang sudah ada sejak satu hingga tiga
tahun yang lalu yang telah rusak atau pengembalian dari pasien yang sudah dalam
bentuk tidak utuh sehingga tidak dapat diretur ke pihak distributor (Akhmad dkk,
2011).
obat kadaluwarsa (expired date) dan nilai kerugian obat (stock value expired) yang
ditimbulkan di Instalasi Farmasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai tahun 2018.
Djoelham Binjai?
Djoelham Binjai.
kadaluwarsa.
1. Bagi Peneliti
4. Bagi Masyarakat
rumah sakit.
TINJAUAN PUSTAKA
Sakit pasal 1 menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan
1. Rumah sakit publik, yaitu rumah sakit yang diolah oleh pemerintah termasuk
perundangan.
2. Rumah sakit privat, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan
tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. Rumah sakit
privat meliputi, rumah sakit milik yayasan, rumah sakit milik perusahaan dan
Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Salah satu fasilitas
sehingga menjadi lebih baik. Pendapatan dan biaya dalam BLUD berasal dari jasa
kegiatan, yaitu kegiatan berupa manajerial dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan
manajerial yaitu pengelolaan sediaan farmasi,alat kesehatan, dan bahan medis habis
dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi dan
kefarmasian
1. Pengolahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
a. Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang berlaku
e. Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis
1. Apoteker
2. Tenaga administrasi
3. Pekarya/pembantu pelaksana
barang mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. (Yamit, 2003)
permintaan dan penyediaan, serta waktu yang digunakan untuk memproses bahan
sebagai berikut:
1. Faktor waktu
kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai kondisi lainya,
4. Faktor ekonomis
atau membeli jenis obat dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis.
potongan harga yang dapat menurunkan biaya, termasuk biaya transportasi yang
menurun.
1. Memastikan ketersediaan;
Memesan obat dalam jumlah besar akan memperoleh diskon khusus dari
menimbulkan biaya gaji, biaya pengadaan, biaya kantor dan biaya lain
adequate.
yang tepat, lead time yang tepat dan biaya yang rendah. Biaya persediaan
Biaya pembelian adalah harga tiap unit apabila item dibeli dari pihak luar,
pembelian item dari luar. Biaya tiap unit adalah harga beli ditambah biaya
pengangkutan.
Biaya pemesanan adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari
pada jumlah tiap item barang yang dipesan setiap kali pemesanan. Biaya
kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar
departemen yang lain. Biaya kekurangan dari luar dapat berupa biaya
and loss)
dari ilmu kemiliteran yang mengandung 2 aspek yaitu perangkat lunak dan
Logistik berasal dari bahasa yunani yaitu logisticos yang artinya pandai
memperkirakan. Logistik merupakan suatu ilmu pengetahun dan seni serta proses
penyimpanan barang jadi (dan informasi terkait) melalui organisasi dan jaringan
untuk jangka waktu sekarang maupun waktu yang akan datang melalui pemenuhan
Menurut Seto, dkk (2004) terdapat 5 unsur yang perlu diketahui yaitu:
Manajemen logistik rumah sakit merupakan salah satu ruang lingkup dalam
istilah siklus logistik. Siklus logistik adalah proses dari sebelum terjadinya kegiatan
logistik sampai kegiatan itu dapat dievaluasi. Diawali dengan perencanaan sampai
pengawasan dan pengendalian yang melibatkan semua unsur organisasi mulai dari
Perencanaan
Penghapusan Penganggaran
Pemeliharaan Pengendalian
Pendistribusian Pengadaan
Penerimaan dan
Penimpanan
diperhitungkan.
2. Fungsi Penganggaran
kebutuhan dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang dan jumlah
terhadapnya.
3. Fungsi Pengadaan
instansi pelaksana.
5. Fungsi Pemeliharaan
Fungsi ini adalah usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi
6. Fungsi Penghapusan
dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang,
berlaku.
7. Fungsi Pengendalian
Fungsi ini adalah fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi
logistik.
Penentuan seleksi obat adalah peran aktif apoteker dalam panitia farmasi dan
meliputi:
2. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, untuk menghindari duplikasi dan
kesamaan jenis;
3. Apabila obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih
baik;
pemilihan jenis , jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan
yaitu: DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), Formularium Rumah Sakit, Standar
terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran
metode kombinasi.
Metode Konsumsi
ada seperti di rumah sakit yaitu RL, kartu stok, perencanaan bahan baku,
pengadaan. Jenis data-data yaitu; alokasi dana, stok awal, pengeluaran, obat
b. Analisa VEN
c. Analisa ABC
d. Analisa terapeutik
2. Kriteria pemilihan
hilang/rusak/kadaluwarsa
kekosongan obat
rata (bulan)
Jumlah obat pada waktu tunggu (lead time) adalah jumlah obat yang
x jumlah bulan
akan datang
Langkah ke-5 + kebutuhan obat pada lead time (langkah ke-6) + stok
pengaman
9. Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun anggaran yang
akan datang yaitu dengan cara langkah ke-8 – sisa stok (sisa tahun yang
perincian kebutuhan dalam suatu skala standar tertentu, yaitu skala mata uang dan
kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk kemudian disesuaikan dengan besarnya dana
yang tersedia. Fungsi penganggaran mempunyai hubungan timbal balik yang erat
sama sekali dengan fungsi perencanaan, oleh karena itu perencanaan harus disusun
secara realistis sesuai pikiran, dana yang ada dan perencanaan yang telah
dilakukan agar anggaran tersebut dapat diandalkan. Umpan balik diperlukan untuk
(Subagya, 1994).
pengadaan adalah untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak,
dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses
berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan (Depkes RI,
2008).
Pada proses pengadaan ada 3 elemen penting yang harus diperhatikan yaitu
1. Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan “biaya tinggi”.
Data Sheet (MSDS), untuk bahan berbahaya, khusus untuk alat kesehatan
3. Order pemesanan agar barang dapat sesuai macam, waktu dan tempat.
Beberapa jenis obat, bahan aktif yang mempunyai masa kadaluwarsa relatif
of origin;
menyertainya;
tenaga farmasi;
yang diterima.
Penerimaan barang adalah proses serah terima barang dari rekanan yakni
dari distributor, rumah sakit lain atau apotek lain ke unit gudang logistik rumah
1. Barang yang diterima harus sesuai dengan faktur unit gudang logistik;
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO dan
1. Kemudahan bergerak
ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau
arus L.
Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah adanya
sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik
dalam gudang terdapat AC atau bisa dengan menggunakan kipas angin dan
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan
5. Pencegahan Kebakaran
seperti dus, karton dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang
pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung
Sistem distribusi obat rumah sakit adalah tatanan jaringan sarana, personel,
prosedur dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam
distribusi obat mencakup penghantaran sediaan obat yang telah dispending instalasi
ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
jawab ruangan.
d. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock.
instalasi farmasi.
resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk
penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk
Menurut Depkes RI (2008), selain tiga sistem tersebut terdapat satu metode
sistem distribusi yang selain menerangkan distribusi resep atau order individual
diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah
adalah:
pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan
perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh instalasi farmasi.
pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan
atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotek rumah sakit.
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan pengahapusan adalah
untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola
sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan mengurangi beban
penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadi penggunaan obat yang sub standar
2. Telah Kadaluwarsa.
1. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai yang
akan dimusnahkan.
terkait.
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Oleh karena itu, hasil stock
opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan
waktu tertentu, misalnya satu bulan atau dua bulan atau kurang dari satu tahun
(Aditama, 2007).
menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam jumlah dan
waktu yang tepat serta dapat meminimumkan biaya total melalui penentuan apa,
berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara optimal. Tujuan lain dari pengendalian
persediaan adalah:
2. Menentukan:
a. Stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan
pengiriman.
bagi rumah sakit atau apotek. Persediaan obat merupakan harta paling besar bagi
sebuah rumah sakit atau apotek. Karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan
yang kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi rumah sakit atau
waktu pelaksanaan evaluasi dibagi tiga jenis evaluasi yaitu evaluasi prospektif yaitu
Arini (2006), ada beberapa format untuk program evaluasi yang dapat
3. Pengumpulan informasi atau data apa saja yang diharapkan sebagai suatu
digunakan.
hasil kegiatan apakah sudah sesuai standart. Cara metode evaluasi dengan review
daya dan penulisan resep, metode evaluasi dengan survei, untuk mengukur
kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara langsung dan metode
penyerahan obat.
Obat kadaluwarsa adalah obat yang sudah melewati masa kaluarsa yang
dicantumkan oleh pihak pabrik pada kemasan obat. Waktu kadaluwarsa obat
merupakan waktu yang menunjukkan saat obat tidak layak lagi digunakan atau
berakhirnya batas aktif dari obat yang memungkinkan obat menjadi kurang aktif
atau menjadi toksik (beracun). Hingga sampai waktu yang dimaksud, potensi, mutu,
khasiat, dan keamanan obat dijamin tetap memenuhi syarat. Obat akan tetap efektif
dan aman untuk kesehatan sampai batas waktu yang ditentukan jika disimpan pada
kondisi yang sesuai, yaitu pada cahaya, suhu, dan kelembaban yang sesuai. Jika
a. Tahap penerimaan: obat dan/atau bahan obat tidak boleh diterima jika
besar obat dan/atau bahan obat telah kedaluwarsa sebelum digunakan oleh
konsumen . Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat
stock sesuai. Obat dan/atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik,
dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara fisik
untuk obat dan/atau bahan obat kedaluwarsa harus dilakukan secara berkala
dengan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah First
farmasi dan dibuatkan berita acara. Sedangkan untuk obat yang sudah kadaluwarsa
baik di ruang perawatan, harus dilaporkan ke unit farmasi dan dibuatkan berita
bulan sekali)
alat kesehatan
diretur ke distributor obat tersebut dan akan diberikan pengganti obat yang
Beberapa jenis obat kadaluwarsa tidak dapat diretur seperti langkah di atas
dikarenakan oleh beberapa sebab antara lain obat tersebut merupakan jenis obat
life saving yang harus selalu ada dan karena proses pengadaannya harus diimport
(beli putus), selain itu juga obat dari daftar BPJS yang memang dalam
2. Apabila tidak berhasil maka akan dibuatkan berita acara mengenai obat-obat
obatan menjadi sebuah hal yang sangat penting di instalasi farmasi sebuah rumah
pengelolaan obat yang efektif dan efesien adalah tersedianya pelayanan obat-
obatan yang tepat guna, tepat jumlah dan tepat sasaran sehingga menjamin mutu
menggunakan desain pendekatan sistem yang terdiri dari input, process, dan
output. Persediaan obat akan ditentukan oleh komponen input yaitu sumber daya
pemasok. Namun dalam hal ini, sistem informasi dan pemasok merupakan
variabel yang tidak akan diteliti. Kemudian pada komponen proses yang terdiri
terjadi stok obat kadaluwarsa (expired date) yang idealnya seharusnya tidak ada
obat yang rusak atau kadaluwarsa (0%). Kondisi obat kadaluwarsa dapat
merupakan semua biaya yang dikeluarkan dan menimbulkan kerugian materi bagi
I 2. Anggaran P 3. Pengadaan O
Obat Kadaluarsa
N 3. Sarana Prasarana R 4. Penerimaan U
P O P
4. Prosedur 5. Penyimpanan
Identifikasi faktor
U 5. Sistem S U
6. Pendistribusian yang
T E T memengaruhi dan
6. Pemasok 7. Penghapusan kerugian materi
S akibat obat
8. Pengendalian kadaluwarsa.
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dearah (RSUD) Dr. R.M.
Djoelham Binjai. Pemilihan lokasi ini berdasarkan permasalahan yang ada di rumah
dengan jelas, mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar yang
sebagai berikut:
40
ini terdiri dari 8 informan, yaitu 1 informan Wadir Pelayanan Medis RSUD DR.
RM. Djoelham Binjai berusia 57 tahun dengan pendidikan Konsultan Intensif Care,
berusia 36 tahun dengan pendidikan S1, 1 informan staf gudang berusia 38 tahun
dengan pendidikan D3, dan 1 informan APJ Apoteker berusia 35 tahun dengan
pendidikan Apoteker.
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada
berkas dan catatan jumlah obat kadaluwarsa serta mengumpulkan data mengenai
biaya obat mulai dari pemesanan, penyimpanan, dan termasuk biaya pengelolaan
administrasi.
diantaranya:
1. Triangulasi Sumber
dengan fakta dari sumber lainnya yang terkait untuk menggali topik yang
2. Triangulasi Metode
observasi, FGD dan telaah data sekunder berupa SOP dan dokumen
3. Triangulasi Analisis
Dilakukan dengan cara analisis data oleh lebih dari satu orang dan
14 Penyebab obat Tindakan yang dapat Kegiatan persediaan obat In-depth interview
kadaluwarsa menyebabkan terjadinya kemudian
stok obat kadaluwarsa menganalisa dan
menyimpulkan
penyebab
berdasarkan
pernyataan
informan,
keputusan diambil
dari masalah-
maslaah yang ada.
Variabel Kuantitatif
15 Biaya Sejumlah uang yang Biaya pembelian obat Harga obat x jumlah
Pembelian dikeluarkan oleh pihak kadaluwarsa stok obat
obat rumah sakit dalam kadaluwarsa
proses pembelian obat
yang pada akhirnya
mengalami kadaluwarsa
16 Biaya Sejumlah uang yang Biaya administrasi dan Penjumlahan antara
pemesanan dikeluarkan oleh pihak biaya telepon/internet biaya administrasi
obat rumah sakit dalam dan biaya telepon di
proses pemesanan obat unit logistik
yang pada akhirnya instalasi farmasi
mengalami kadaluwarsa
17 Biaya Sejumlah uang yang 1. Biaya listrik di gudang Penjumlahan biaya
penyimpanan dikeluarkan oleh pihak penyimpanan; listik di gudang
obat rumah sakit dalam 2. Biaya pembuatan kartu penyimpanan, biaya
proses penyimpanan stok; pembuatan kartu
obat yang pada akhirnya stok setiap obat,
mengalami kadaluwarsa biaya kerusakan
obat atau
kadaluwarsa obat,
Biaya listrik di
gudang
penyimpanan:
[biaya listrik per
bulan / jumlah obat]
x jumlah obat
kadaluwarsa
Biaya pembuatan
kartu stok: biaya
kartu stok x jumlah
obat kadaluwarsa
kepada informan, selain itu peneliti juga melakukan observasi langsung pada
wawancara, telaah dokumen, lembar observasi, alat tulis, laptop, kamera dan alat
perekam suara.
terdapat dalam transkrip tidak semuanya digunakan dalam penelitian, untuk itu
penelitian dan dengan menambahkan data-data hasil observasi dan telaah dokumen.
khusus (data yang terkumpul) kemudian diambil kesimpulan secara umum. Pada
penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menelaah dan mengurutkan data hasil
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R.M. Djoelham Binjai merupakan
rumah sakit pemerintah kota Binjai dengan tipe B. Rumah sakit ini memiliki area
seluas 4.229 m2 dan luas bangunan 3.159 m2. Rumah sakit ini didirikan oleh Tengku
Musa pada tahun 1927. Pada awal berdirinya rumah sakit ini bernama RSU Binjai
yang memiliki satu gedung dengan fasilitas yang masih sederhana dan hanya
Tahun 1976 – 1980 status RSUD Binjai merupakan rumah sakit pembantu
dalam klasifikasi rumah sakit tipe D yang melaksanakan pelayanan kesehatan dasar
dengan RSU Tanjung Pura sebagai rumah sakit induknya. Tahun 1981-1985
merupakan periode proses dimana RSUD Binjai menuju RSUD kelas C dengan
Pada tanggal 18 Mei 1992, berdasarkan peraturan daerah kota madya Binjai
nomor: 4 tahun 1991, Rumah Sakit Umum Binjai ditabalkan namanya menjadi
RSUD dr. R.M. Djoelham Binjai. Penabalan nama ini sebagai upaya penghormatan
dan mengenang jasa besar seorang dokter yang cukup berperan baik dalam
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
Binjai telah memenuhi standar pelayanan klasifikasi rumah sakit umum daerah
Umum Daerah (BLUD) pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham
(BLUD) RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai mampu memberikan pelayanan yang
RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai termasuk dalam klasifikasi Rumah Sakit Umum
Kelas B. Fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang disediakan pada rumah
4.1.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
a. Visi
Sesuai dengan renstra RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2017-2020,
Visi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai adalah “ Menjadi Rumah Sakit Rujukan
b. Misi
sejahtera
c. Motto
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai, tapi harus didukung kesehatan lingkungan yang
d. Tujuan
Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Binjai, yaitu:
ditetapkan.
mutu pelayanan.
secara optimal.
masyarakat
Instalasi farmasi merupakan salah satu bagian instalasi yang ada di RSUD
Dr. R.M. Djoelham Binjai yang memberikan pelayanan kepada pasien berupa
farmasi. Pada tahun 2016 jumlah resep yang dilayani oleh instalasi farmasi
sebanyak 36.785 resep. Untuk pegawai di instalasi farmasi RSUD Dr. R.M
Tabel 4.1 Jumlah Sumber Daya Manusia di Instalasi Farmasi RSUD Dr R.M.
Djoelham Binjai
No Kualifikasi Pendidikan Jumlah (orang)
1 Apoteker 9
2 AKAFARMA 3
3 AKFAR 14
4 Asisten Apoteker/SMF 2
Total 28
Sumber. Profil RSUD dr R.M. Djoelham Binjai tahun 2017
Letak instalasi farmasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai berada di sebelah
kiri pintu masuk dan apotek berada di depan instalasi farmasi sehingga
Karakteristik informan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
ini terdiri dari 8 informan, yaitu 1 informan Wadir Pelayanan Medis RSUD DR.
RM. Djoelham Binjai berusia 57 tahun dengan pendidikan Konsultan Intensif Care,
berusia 36 tahun dengan pendidikan S1, 1 informan staf gudang berusia 38 tahun
dengan pendidikan D3, dan 1 informan APJ Apoteker berusia 35 tahun dengan
pendidikan Apoteker.
kegiatan atau proses tertentu. Input dalam sistem pengelolaan logistik obat yaitu
Sumber Daya Manusia (SDM), anggaran dana, sarana dan prasarana, serta prosedur
pengelolaan (SOP).
Tabel 4.4 Hasil Observasi Sumber Daya Manusia (SDM) di Unit Logistik
Instalasi Farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai 2018
No Indikator Pengukuran Observasi Hasil Keterangan
Observasi
Ya Tidak
1 Terdapat Kepala Instalasi 1 orang
Farmasi
2 Terdapat Kepala Gudang 1 orang
3 Terdapat staf gudang 1 orang
4 Terdapat pengurus apotik 25 orang
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen
Tabel 4.5 Hasil Observasi Karakteristik Sumber Daya Manusia (SDM) di Unit
Logistik Instalasi Farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai 2018
No SDM Instalasi Farmasi Umur Pendidikan Lama Kerja
(tahun) (tahun)
1 Kepala Instalasi Farmasi 38 Apoteker 2,5
2 Kepala Gudang 32 S1 2
3 Pengurus staf gudang 38 D3 2
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen
Kefarmasian bahwa instalasi farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar
tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian di rumah sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan
klasifikasi dan perizinan rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri. Uraian tugas
tertulis dari masing-masing staf instalasi farmasi harus ada dan sebaiknya dilakukan
peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai kebijakan dan prosedur
kefarmasian harus terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian sementara
tenaga penunjang lainnya terdiri dari operator, tenaga administrasi, dan pembantu
pelaksana.
Manusia (SDM) masih kurang dan belum mampu melaksanakan pekerjaan secara
maksimal, serta untuk pengelolaan obat dibantu oleh pihak-pihak lainnya seperti
PPK, PPTK dan PPHP. Berdasarkan Permenkes No. 72 tahun 2016 Tentang
manajerial dan pelayanan farmasi klinik bagi pasien rawat inap idealnya adalah 1
apoteker untuk 30 pasien sedangkan untuk pasien rawat jalan adalah 1 apoteker
untuk 50 pasien. Sementara instalasi farmasi RSUD. DR. RM. Djoelham Binjai
hanya berjumlah 28 orang dengan rincian SDM 5 orang apoteker, 3 orang sarjana
Melalui jumlah tersebut antara jumlah tenaga dan beban kerja tidak sesuai dengan
jumlah resep pasien yang ditangani belum lagi pekerjaan manajerial lainnya.
menyelesaikan pekerjaan susuai dengan waktu yang seharusnya. Selain itu, selama
ini petugas instalasi belum pernah mendapat pelatihan khusus terkait teknis
Pelatihan bagi tenaga farmasi hanya dilakukan dengan mengirimkan 2-3 orang
tenaga farmasi sebagai wakil instalasi pada pelatihan yang diselenggarakan oleh
mempengaruhi proses pengelolaan obat itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan
adanya rekrutmen tenaga farmasi baru mengingat pentingnya tenaga farmasi yang
yang dilakukan kepada informan dapat diketahui bahwa sumber anggaran dana
terdiri dari 2 (dua) sumber yaitu dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) dan dana Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Untuk anggaran dana
keputusan kepala daerah terkait dana yang akan ditetapkan untuk belanja obat satu
tahun kedepan. Untuk dana APBD sekitar 6-7 milyar dan untuk BLUD sekitar 200
juta dan dana tersebut sudah termasuk obat-obatan dan bahan medis habis pakai.
diusulkan kepada pihak pemerintah kota dan ditetapkan untuk kemudian disetujui
oleh DPR. Setelah dana disetujui, dana APBD digunakan diawal-awal tahun untuk
memenuhi kebutuhan rumah sakit dan jika dana tidak mencukupi maka pihak
Tabel 4.8 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi DR.RM.
Djoelham Binjai Tahun 2018
No Indikator Pengukuran Observasi Hasil Keterangan
Observasi
Ya Tidak
1 Terdapatnya komputer Digunakan Masih
mendukung e- kurang
katalog obat
2 Terdapatnya dokumen daftar obat
harus didukung oleh sarana dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan
secara berkala oleh balai pengujian kesehatan dan/atau institusi yang berwenang.
farmasi, ruang distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai,
ruang konsultasi obat, ruang pelayanan informasi obat, ruang produksi, dan lainnya.
instalasi farmasi RSUD DR. RM. Djoelham Binjai sudah memiliki beberapa
peralatan pendukung adiministrasi yakni komputer, buku dan alat tulis, buku harian
dan kartu (stock card) penerimaan dan pengeluaran obat serta sudah memiliki
sarana dan prasarana yang tersedia ada namun belum maksimal dan sesuai dengan
standar. Prasarana penyimpanan obat yang masih kurang luas dan cukup untuk
menyimpan logistik obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Selain itu
belum maksimal sehingga pernah juga terjadi kejadian obat rusak di gudang
kering dan tidak lembab, perlu cahaya langsung dan berteralis, lantai terbuat dari
tegel atau semen, dinding dibuat licin, hindari pembuatan sudut lantai dan dinding
yang tajam, tersedia lemari dan laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang
selalu terkunci. Selain itu dukungan fasilitas SIMRS yang terkendala karena kurang
baiknya sistem informasi dan jaringan internet turut menghambat pekerjaan laporan
petugas.
6. Adanya suatu pedoman kerja yang harus diikuti oleh anggota- anggota
organisasi.
hingga saat ini prosedur tersebut belum dievaluasi dan diperbaharui. Sejauh ini
petugas bekerja berdasarkan prosedur yang lama dan belum direvisi. Prosedur
Selama ini petugas tidak sepenuhnya mengusai setiap prosedur yang ada.
Petugas melaksanakan pekerjaan seperti biasa namun tidak hafal setiap tahap
pekerjaan sehingga petugas sering terlupa, hal ini disebabkan volume kerja yang
juga tinggi. Prosedur yang kadang terlupakan tersebut tentu akan mempengaruhi
pengelolaan persedian obat terganggu. SOP dapat dijadikan sebagai pedoman yang
sehingga dalam pengelolaan obat dapat berjalan dengan baik dan terhindar dari
setelah input yang dimulai dari pemilihan obat pada proses perencanaan,
pengendalian obat.
4 Iya, yaitu panduan kita hanya boleh dari itu, tambahan dari
user, ....(4)
3 Sudah sesuai, formularium yang sekarang kami pegang
tahun 2016, kalau kebutuhan tiap tahun beda-beda
sedikitlah, biasa 20% pengamannya, memang itu udah
biasanya...(3)
jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan
mempertimbangkan:
b. penetapan prioritas;
c. sisa persediaan;
f. rencana pengembangan.
kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat
b. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
c. pola penyakit;
f. mutu;
g. harga; dan
h. ketersediaan di pasaran.
Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf
medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh
Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua
penulis Resep, pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi
terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai
dari penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu
perencanaan obat yang dilakukan di RSUD DR. RM. Djoelham Binjai dimulai
dengan pemilihan obat sesuai dengan fornas, formularium rumah sakit dan juga
permintaan user atau dokter serta sudah ada di dalam daftar e-catalogue. Namun
formularium rumah sakit tahun 2016. Padahal idealnya, menurut standar pelayanan
farmasi, formularium rumah sakit harus dievaluasi dan diperbarui minimal setahun
sebelumnya, menambahkan sisa stok dan juga stok pengaman. Untuk stok
pengaman sendiri, biasanya tim perencanaan obat akan menambahkan 20% dari
jumlah obat pada tahun sebelumnya. Ketika ditanya dasar penambahan 20% ,
beberapa informan mengatakan itu sudah biasanya dan satu informan mengatakan
20% itu ideal dan cukup menjadi stok pengaman dari pada 10% yang biasanya
belum tentu ideal jika suatu waktu terjadi wabah penyakit dengan status Kejadian
Luar Biasa (KLB). Ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Utari
stok pengaman (buffer stock) sebesar 10% sampai 20% pada setiap kali melakukan
kebutuhan obat pada tahun yang akan datang. Termasuk merencanakan obat sesuai
yang diminta oleh dokter (user). Menurut beberapa informan, masalah yang timbul
adalah obat yang diminta oleh user yang dimasukkan ke dalam perencanaan dan
setelah obat diadakan, informan mengatakan user tidak menggunakan obat yang
dipesan dengan alasan lupa atau user lebih memilih jenis obat lain. Sementara jika
dikaitkan dengan temuan obat kadaluwarsa, proses perencanaan bisa saja menjadi
penyebab obat kadaluwarsa, sebab obat yang kadaluwarsa di tahun 2017 merupakan
obat pengadaan tahun 2015 atau 2016 dan menurut informan menerangkan bahwa
sebelum tahun 2017 tim perencanaan itu tidak jelas siapa yang menjadi
petugas pengadaan.
suatu proses. Proses akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan apabila dana
terpenuhi. Begitu juga dengan sisi pendanaan logistik obat si Instalasi Farmasi
RSUD. DR. RM. Djoelham Binjai, apabila dana terpenuhi maka akan mendukung
bahwa sumber dana pengelolaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
di RSUD DR. RM. Djoelham Binjai berasal dari 2 (dua) sumber dana yaitu dana
APBD dan dana BLUD. Untuk dana APBD pada tahun 2017 sebesar 1 milyar
digunakan untuk logistik obat dan tahun 2018 sebesar 2,9 milyar. Berdasarkan
undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber
daerah yaitu APBD, sedangkan pembiayaan yang berasal dari swasta atau
masyarakat yaitu seperti halnya pendapatan atau penghasilan dari rumah sakit itu
bahwa dalam hal ini, proses penganggaran tidak menjadi penyebab stok obat
5 Selama ini kita lihat jenis obatnya itu apakah dia masuk
formularium atau e-catalogue/e-purchasing atau
nggak,...(5)
1 Tidak semua obat, tapi kita upayakan yang ada di
folmularium, kalau usulan obat itu kita ada, kita sesuaikan
dengan permintaan dokter (1)
2 Saya tidak tau, itu PPK yang tau, saya tidak terlibat.... (2)
2 Saya tidak tau, itu PPK yang tau, saya tidak terlibat.... (2)
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan
oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian.
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu
(vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Obat yang secara normal tersedia di rumah sakit dan mendapatkan obat saat
pengadaan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan dibantu oleh
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). PPK dan PPTK akan melakukan
pengadaan terhadap obat sesuai dengan obat yang ada di dalam perencanaan pada
tahun sebelumnya. Dalam proses pengadaan, dana yang akan digunakan di awal
tahun yaitu APBD dan menyusul dana BLUD jika dana APBD tidak mencukupi.
PPK dan PPTK akan melakukan pengadaan menggunakan sistem tri wulan ( setiap
3 bulan sekali) dan juga terkadang pengadaan dilakukan dalam keadaan emergensi.
Namun tetap, pengadaan tetap berdasarkan kebutuhan dari apotik instalasi dan
memiliki masa kadaluwarsa yang cukup panjang yaitu 2 tahun kecuali obat-obat
tertentu.
obat yang dipesan tidak datang tepat pada waktunya. Menurut informan barang
akan datang 2-3 bulan setelah pemesanan dan bahkan ada yang tidak datang sama
sekali walau sudah dilakukan pemesanan. Akhirnya dengan kebutuhan yang harus
dipenuhi, PPK dan PPTK mengambil kebijakan untuk melakukan pemesanan obat
secara reguler (cito) dengan distributor lainnya. Namun ternyata setelah pemesan
obat secara reguler datang, obat yang dipesan melalui e-catalogue / e-purchasing
juga datang. Keadaan ini bisa saja membuat status jumlah obat jenis tertentu dengan
stok yang cukup banyak. Hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya obat
diharapkan sebab obat-obat yang ada di katalog adalah obat-obat dengan harga yang
terjangkau atau murah sehingga seluruh rumah sakit akan memesan obat yang sama
sudah dipesan hingga 2-3 bulan bahkan ada beberapa obat yang tidak kunjung
datang.
tahun. Namun kejadian pengadaan obat yang datang dimana obat yang dipesan
secara e-purchasing dan obat secara cito sebelumnya menjadi faktor resiko untuk
terjadinya stok obat yang menumpuk sehingga obat tersebut tidak habis dan
menjadi kadaluwarsa. Hal ini dikaitkan dengan adanya stok obat kadaluwarsa pada
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
pemeriksaan obat yaitu penerimaan oleh petugas penerima barang. Petugas akan
obat datang dari distributor atau suplier adalah Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
(PPHP). Nantinya PPHP akan berkoordinasi dengan PPK dan PPTK setelah barang
datang. PPHP akan melakukan pemeriksaan terhadap obat yang datang disesuaikan
barang yaitu nama, jenis, jumlah, tangga kadaluwarsa, dan nomot bets. Setelah semua
barang sesuai maka PPHP akan menyerahkan kembali kepada PPK untuk diteruskan
1 Pengaturan Terdapat
penyimpanan ruang
penyimpana
n khusus
obat
tertentu
Adanya tenaga
untuk Terkadang lupa
memantau
suhu
Pemeriksaa
n berkala
tabung
kebakaran
Terdapat
generator
untuk Gabung dengan
genearator rumah sakit
melindungi
putusnya
listrik
Terdapat
termometer
untuk
memantau
suhu
Temperatur
suhu ruangan
sesuai dengan
ketentuan
pada obat
Obat disimpan
secara rapi
b.Menurut mudah
tidaknya
terbakar
c.Dibedakan
menurut
suhunya,
kestabilannya
d.Tahan atau
tidaknya
terhadap cahaya
Susunan
persediaan Obat
Pengumpulan
obat
kadarluarsa
Pencatatan
keluar masuknya
obat
Mencocokkan
jumlah fisik
dengan jumlah
tertera di kartu
stock obat.
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen
menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
a. jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah
ditetapkan;
pernyataan dan hasil observasi di atas dapat diketahui bahwa petugas yang
bertanggungjawab menerima obat yaitu kepala gudang penyimpanan obat dan staf
gudang penyimpanan obat. Petugas gudang akan menerima barang dari PPHP
sesuai dengan pesanan dan menandatangani obat yang masuk dan diterima. Setelah
itu obat siap untuk disusun dan disimpan. Penyimpanan obat dilakukan dengan
menggunakan metode First in First Out (FIFO) atau First Expired Firts Out
(FEFO), berdasarkan abjad dan juga berdasarkan standar terapi. Artinya untuk obat-
obat yang baru datang akan diletakkan di belakang dan obat-obat yang lama akan
diletakkan paling depan. Namun informan mengatakan dilihat lagi jika obat yang
datang mendekati masa expired dibandingkan dengan obat stok sisa, maka obat
yang baru datang tersebut tetap akan diperioritaskan menjadi first out. Hasil
penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Sheina dkk (2010) yang
dan FEFO dan berdasarkan abjad, metode ini digunakan agar mempermudah
petugas dalam pengambilan obat- obatan dan menjaga mutu obat-obatan di Instalasi
penyusunan obat dan juga peralatan pendingin ruangan yang belum mendukung.
Kondisi gudang sendiri yang sempit dan tidak memenuhi luas standar yang
ditetapkan membuat petugas menyusun obat dan barang tidak dengan sistem L
mudah tidaknya terbakar, bentuk sediannya, tahan tidaknya cahaya, dan juga
yang ada. Juga termasuk fasilitas ruangan pendingin atau pengatur suhu (AC) yang
tidak memadai. Kondisi ini memiliki faktor resiko terjadinya kerusakan obat.
Kondisi gudang sendiri yang serba terbatas pernah mengalami kebanjiran sehingga
Menurut informan, pencatatan daftar obat dilakukan setiap hari dan akan
antara daftar yang ada dikomputer dengan data manual (stock card). Informan
lainnya mengatakan hasil pekerjaan petugas gudang sudah sangat baik dalam hal
administrasi pencatatan, berbeda dengan sebelum tahun 2017 yang belum jelas
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit
pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di unit pelayanan. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan
Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi
Farmasi.
2. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
3. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola
4. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
bahwa proses distribusi dilakukan sesuai dengan permintaan apotik untuk diberikan
kepada pasien rawat jalan dan rawat inap. Distribusi dilakukan dengan sistem satu
pintu dan setiap hari. Petugas gudang hanya memberikan obat sesuai yang diminta
oleh instalasi farmasi. Proses distribusi yaitu nantinya petugas membawa formulir
permintaan, kemudian petugas mencatat stok obat keluar pada stock card, dan obat
distribusi obat ke pasien rawat jalan dan rawat inap pasien BPJS berdasarkan resep
tidak tercatat dengan baik di apotik depan yaitu apotik pelayanan. Petugas kurang
tertib dalam mengentri data melalui aplikasi,sehingga pencatatan yang tidak baik
ini berpengaruh terhadap informasi stok obat di apotik (floor stock). Sebagai akibat
informasi konsumsi obat yang digunakan bukan dari apotik melainkan informasi
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena
kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan
penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan dua metode, yaitu metode pengembalian ke distributor (retur obat) dan
metode pemusnahan obat. Masa pereturan obat yang mendekati expired date
berjangka waktu 6 bulan, 3 bulan sebelum expired date dan terdapat distributor
yang sudah expired date masih dapat dilakukan pereturan obat dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku. Obat yang telah expired date dapat dilakukan retur obat
sesuai dengan perjanjian dengan distributor, tetapi apabila obat didapat melalui
rekanan maka tidak dapat dilakukan pereturan obat.Obat yang rusak dan telah
expired date serta tidak dapat ditukar ke bagian distributor disebabkan tidak sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang berlaku atau tidak sesuai dengan perjanjian akan
sendiri belum menentukan kebijakan terhadap stok obat kadaluwarasa yang ada.
mengalami kadaluwarsa dapat diretur dan sebagian besar lainnya tidak dapat
diretur. Ketentuan obat yang dapat diretur berbeda pada setiap distributor dan
menerima retur 2-3 bulan sebelum expired atau ada juga yang menerima setelah
expired.
c.Metode
khusus untuk
Pengendalian
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat
dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan
c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
dengan menerapkan stok pengaman sebesar 20%. Selain itu pencatatan dengan baik
juga dilakukan untuk menghindari adanya stok obat kadaluwarsa dengan selalu
memberikan informasi stok obat sisa. Dimana petugas gudang rutin melakukan
stock opname setiap bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk mendata jenis dan jumlah
obat yang terpakai dan sisa. Hal ini sejalan dengan Rangkuti (2002) menjelaskan
bahwa salah satu metode dalam penendalian yang cukup efektif ideal adalah
dengan menggunakan metode analisis ABC, EOQ, dan ROP. Kemudian Rangkuti
(input) dan proses (process). Dalam hal ini ouput yang diharapkan adalah
tersedianya persediaan obat yang efektif dan efesien. Namun, berdasarkan temuan
terdapat beberapa stok obat kadaluwarsa (expired date). Kajian lebih detail
7 Data itu ada, tapi kamu harus izin dulu ke Kak Sanny,
nanti baru bisa saya kasih tau...(7)
3 enam belas (11) jenis obat yang kadaluwarsa, ya kira-kira
seginilah, (3)
7 Sejauh ini kita ada datanya, nanti kita kasih tau, tapi harus
izin dulu ke Kak Sanny...(7)
3 Ini gak masuk 10 penyakit tertinggi, obat yang kadaluwarsa
kategori slow moving, meskipun kita rumah sakit
pemerintah ya tetap harus dipesan walau gak ada
kebutuhan, (3)
kadaluwarsa adalah sejumlah total obat yang ada di e-catalogue. Obat yang
dan itu merupakan obat pengadaan tahun sebelumnya diantaranya merupakan obat
yang diperlukan unit pelayanan penyakit dalam yaitu anestesi, antibiotik, insulin,
selain itu juga terdapat cairan nutrisi, obat tetes mata, vitamin, obat kecacingan dan
juga cairan infus. Obat yang mengalami kadaluwarsa tidak terkategori obat
kebutuhan 10 penyakit tertinggi, melainkan jenis obat slow moving namun juga
sudah melaksanakan alur logistik obat mulai dari perencanaan dengan memilih obat
kesesuaian jawaban melalui lembar observasi peneliti dan juga telaah data atau
obat secara umum sesuai tujuan penelitian ini. Adapun selanjutnya melalui analisa
(expired date) dimana obat tersebut adalah jenis obat yang pengadaannya dilakukan
2017, instalasi farmasi DR. RM. Djoelham Binjai memiliki pembagian tugas dan
wewenang yang kurang jelas. Dalam hal ini kepala instalasi farmasi sebelumnyalah
yang merangkap mulai dari merencanakan obat hingga pengadaan obat. Berbeda
dengan pertengahan tahun 2017 dimana direktur sudah mengganti dan membagi
ulang tugas dan tanggungjawab yang lebih jelas. Pembagian yang jelas dapat dilihat
perencana, penyimpanan oleh petugas gudang, pengadaan oleh PPK dan PPTK,
penerimaan oleh PPHP, dan penghapusan oleh APJ Apoteker yang semakin
sehingga obat yang diadakan tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini juga didukung
terhadap kinerja SDM IFRS DR. RM Djoelham Binjai mulai dari kepala instalasi
farmasi, petugas apotik, petugas penyimpanan di gudang, PPK, PPTK, dan PPHP.
kadaluwarsa terjadi karena obat yang dipesan sesuai dengan permintaan dokter atau
user tidak digunakan setelah obat yang dipesan ada. Sehingga stok obat masih
komitmen bagi para dokter untuk menggunakan stok obat yang disediakan.
terkait stok sisa obat yang ada kepada kepala instalasi farmasi untuk disampaikan
kepada dokter agar meresepkan obat-obat yang stoknya masih banyak namun sudah
hampir mendekati masa kadaluwarsa. Menurut informan, hal ini sudah dilakukan,
hanya saja beban kerja di instalasi farmasi yang cukup tinggi membuat petugas lupa
atau pemesanan obat dilakukan sementara obat yang pesan akan datang setelah 2-3
bulan setelah pemesanan bahkan terdapat beberapa obat yang tidak datang sama
sekali. Menindaklanjuti hal ini sementara kebutuhan akan obat tinggi, maka petugas
pengadaan akan melakukan pembelian secara reguler (cito). Setelah dipesan dan
obat pembelian reguler/cito datang yang terjadi adalah obat pesanan e-purchasing
atau e-catalogue juga datang, hal ini menyebabkan stok obat menumpuk dan tidak
Selain itu temuan jenis obat kadaluwarsa adalah obat-obatan yang tergolong
slow moving, itu artinya tim perencanaan perlu menghitung perencanaan secara
akurat mengenai kebutuhan akan obat yang penggunaanya tidak terlalu tinggi
penyebab obat kadaluwarsa terjadi di Instalasi Farmasi RSUD. DR. RM. Djoelham
bersifat multi faktor yang berkaitan dengan petugas dan pengguna obat.
Penyebabnya yaitu SDM yang tidak jelas tugas dan fungsinya saat pengadaan obat
sebelum tahun 2017, kinerja seluruh SDM yang perlu dievaluasi, komitmen dokter
atau user untuk meresepkan obat yang diminta, sosialisasi oleh petugas terhadap
user yang masih belum maksimal, pengadaan obat melalui e-purchasing dan cito
pada waktu yang berdekatan, serta perencanaan kebutuhan obat yang belum akurat
4.4 Perhitungan Nilai Kerugian Akibat Stok Obat Kadaluwarsa (Stock Value
Perhitungan nilai kerugian obat dilakukan oleh peneliti pertama kali dengan
menghitung jumlah kerugian obat berdasarkan harga beli saja untuk temuan 16
jenis obat pada saat survei pendahuluan. Setelah dikonfirmasi dan dikaji ulang
ternyata terdapat perubahan data bahwa obat yang pada akhirnya kadaluwarsa
berjumlah 11 jenis obat dengan total kerugian harga beli obat saja senilai Rp.
hingga stok obat menjadi kadaluwarsa. Biaya tersebut meliputi: Biaya pembelian
Terbilang: Dua Puluh Sembilan Juta Enam Ratus Tiga Belas Ribu
Seratus Enam Puluh Tujuh Rupiah
Sumber: Data Rekapitulasi Obat Kadaluwarsa IFRS RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 2017
Berdasarkan data pada tabel di atas, total kerugian biaya pembelian paling
banyak yaitu obat berasal dari dana APBD sebanyak 10 jenis obat dan obat dari
dana BLUD sebanyak 1 jenis obat saja. Sementara obat kadaluwarsa pada
umunya dikategorikan sebagai obat slow moving dan beberapa obat diantaranya
merupakan obat yang diperlukan unit pelayanan penyakit dalam yaitu anestesi,
antibiotik, insulin, selain itu juga terdapat cairan nutrisi, obat tetes mata, vitamin,
Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya setiap kali obat dipesan dan
peneliti dapatkan bahwa biaya pemesanan obat sudah termasuk biaya pembelian
Habis Pakai (BHP), namun untuk alat kesehatan biaya akan dikenakan tersendiri.
baik obat yang ada di e-catalogue maupun yang tidak ada akan ditanggung oleh
distributor obat.
kadaluwarsa dihitung mulai dari status obat diterima dan disimpan hingga obat
mencapai masa kadaluwarsa. Biaya kerugian yang dihitung yaitu biaya listrik
Terdapat 8 lampu penerangan (40 W) dan menyala pada jam kerja pukul
08.00 – 16.00 setiap harinya 8 jam. Tarif listrik normal tahun 2017 yaitu
Rp. 1.083 per KwH dan obat yang mengalami kadaluwarsa yaitu 7.747.
= Rp. 715.264(perbulan)
= Rp. 9.388.756,-
Biaya pembuatan kertas kartu stok yaitu Rp. 200,- dan biaya cetak
pembuatan kartu stok Rp. 300,-, sehingga total setiap kebutuhan 1 kartu
= Rp. 9.394.256,-
Dalam hal ini Rumah Sakit Umum Daerah DR. RM. Djoelham Binjai akan
Binjai merupakan rumah sakit pemerintah daerah dan dana yang digunakan
berasal dari 2 (dua) jenis sumber dana yakni APBD dan BLUD, maka seluruh
biaya pembelian obat dari distibutor akan selalu sama dengan biaya klaim
rumah sakit kepada BPJS Kesehatan mengingat instalasi farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah DR. RM. Djoelham Binjai saat ini hanya melayani pasien BPJS
Kesehatan.
Total biaya kerugian yang di tanggung Rumah Sakit Umum Daerah DR.
RM. Djoelham Binjai sebagai akibat dari biaya pembelian, biaya pemesanan,
Kesempatan
= Rp. 39.007.423,-
(Terbilang: Tiga puluh sembilan juta tujuh ribu empat ratus dua puluh tiga
rupiah)
1. Sumber Daya Manusia (SDM) di instalasi farmasi masih kurang, saat ini
30 resep pasien rawat inap dan untuk rawat jalan 1 apoteker menangani 40
resep pasien rawat jalan. Ditambah lagi beban petugas pelayanan di instalasi
2. Anggarana Dana logistik obat berasal dari dari 2 (dua) sumber dana yaitu dana
APBD dan dana BLUD. Dana APBD akan disusun atau direnja satu tahun
obat di gudang, dimana luas gudang belum sesuai dengan syarat serta
Binjai sudah ada, namun perlu ada revisi dan perbaruan serta petugas belum
109
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
110
Kota Binjai.
metode FIFO FEFO, berdasarkan abjad, dan juga standar terapi. Penyimpanan
masih belum maksimal karena kondisi gudang penyimpanan obat yang tidak
sesuai luasnya.
6. Pendistribusian Obat dilakukan setiap hari menggunakan sistem satu pintu dan
7. Penghapusan Obat di IFRS RSUD DR. RM. Djoelham Binjai belum terlaksana.
Saat ini obat kadaluwarsa masih dalam proses perhitungan dan belum ada
untuk menyamakan jumlah obat di stock card dengan jumlah yang ada di
komputer.
sebanyak 10 jenis dan obat dari dana BLUD sebanyak 1 jenis. Obat yang
antibiotik, insulin, selain itu juga terdapat cairan nutrisi, obat tetes mata,
2. Penyebab Stok Obat Kadaluwarsa yaitu SDM yang tidak jelas tugas dan
fungsinya saat pengadaan obat sebelum tahun 2017, kinerja seluruh SDM yang
perlu dievaluasi, komitmen dokter atau user untuk meresepkan obat yang
diminta, sosialisasi oleh petugas terhadap user yang masih belum maksimal,
pengadaan obat melalui e-purchasing dan cito pada waktu yang berdekatan,
serta perencanaan kebutuhan obat yang belum akurat bagi obat yang bersifat
slow moving.
5.2 Saran
untuk digunakan.
b. Petugas gudang yang berkaitan dengan tim perencanaan obat agar lebih
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 2002. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat. Depkes RI.
Jakarta
Peraturan Menteri Dalam Negeri. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
61 Tahun 2007 Pedoman Teknis Pengelolaan Keungan Badan Layanan
Umum Daerah. Jakarta.
Quick JP, Rankin JR, Laing RO, and O’Cornor RW. 1997. Managing Drug Supply,
The Selection, Procurement, Distribution and Use of Pharmaceutical,
Third edition, Kumarin press, Conecticus, USA.
Seto, Nita & Triana. 2004. Manajemen Farmasi, Edisi kedua. Airlangga Press.
Surabaya
Siagian, S.P. 2009. Manajemen sumber daya manusia. Bumi Aksara. Jakarta
Siregar, C.J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. EGC. Jakarta
Suciati, Suci, & Adi Sasmito . 2006. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Vol. 9, No 1: Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks
Kritis di Intstalasi Farmasi. Jakarta: Departmen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan FKM UI
Wati, Wirdah, Achmad. F, Gunawan P.W. 2012. Evaluasi Pengelolaan Obat dan
Strategi Perbaikan Dengan Metode Hanlon Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Tahun 2012. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
----------------------------------------------------------------------------------------
2 Yaitu itu tadi, kalau misalnya kita diminta laporan kita belum bisa
berikan sesuai waktu yang diperlukan, selain itu juga SDM juga
kita juga kurang, kebetulan SDM kita juga gak pernah diadakan
pelatihan dan semuanya otodidak, jadi sebenarnya kinerjanya
kurang artinya kalau 100% ini tidak mencapai, belum optimal....
(2)
2 Sebenarnya semua prosedur sudah ada tapi perlu ada revisi dan
setelah dievaluasi perlu ada perbaruan.... (2)
2 Apakah petugas bekerja sesuai prosedur dalam 1 Kalau masalah hafalnya itu, kadang-kadang ada yang lupa.
melaksanakan kegiatan? dan Apakah prosedur Pekerjaan itu mengikuti prosedur. Tapi kadang-kadang ada hal-
yang sekarang dijalankan sudah sesuai dengan hal yang terlupakan, karena apa yang saya katakan tadi volume
harapan? kerja yang tinggi...(1)
PROSES
No Pertanyaan Variabel Perencanaan Obat Informan Pernyataan
1 Kapan perencanaan obat dilakukan? 3 Mulai dari pemilihan obat itu berdasarkan formularium nasional,
formularium rumah sakit dan biasanya berdasarkan permintaan
user dengan kebutuhan yang bentu-betul mendesak..(3)
4 Iya, yaitu panduan kita hanya boleh dari itu, tambahan dari user,
....(4)
4 Apakah formularium sudah sesuai dengan 3 Sudah sesuai, formularium yang sekarang kami pegang tahun
standar? Kapan formularium terakhir kali 2016, kalau kebutuhan tiap tahun beda-beda sedikitlah, biasa 20%
disusun? pengamannya, memang itu udah biasanya...(3)
7 Bagaimana sikap dan tindakan tim 3 Karena sistem yang belum baik, sehingga tindakan yang dilakukan
perencanaan terkait adanya stok obat ya sekarang udah ada pembagian yang jelas, siapa yang
kadaluwarsa? bertanggungjawab terhadap gudang, PPK, PPTK,..(3)
Selama ini kita lihat jenis obatnya itu apakah dia masuk
5 formularium atau e-catalogue/e-purchasing atau nggak,...(5)
Apakah jenis obat yang diadakan sesuai 1 Tidak semua obat, tapi kita upayakan yang ada di folmularium,
dengan daftar obat/e-catalogue yang kalau usulan obat itu kita ada, kita sesuaikan dengan permintaan
direncanakan? Jika tidak, mengapa dan dokter (1)
bagaimana?
2 Harus sesuai, memang sesuai, obat yang diadakan sesuai namun
obat yang dipesan datang 3 bulan, disanalah terjadi keadaan
dimana terjadi kekosongan obat (stock out) di rumah sakit,
walaupun stock kosong, tetap PPK akan berkoordinasi dan
melakukan pengadaan dengan dana BLUD sehingga kebutuhan
2 obat untuk masyarakat dapat kita berikan... (2)
2 Saya tidak tau, itu PPK yang tau, saya tidak terlibat.... (2)
4
5 Kita pengadaan setiap 3 bulan atau triwulan sekali, tapi kadang
kita pesan bisa berulang-ulang kalau habis (5)
Bagaimana sikap dan tindakan tim pengadaan
terkait adanya stok obat kadaluwarsa? 2 Obat kadaluwarsa ini tentunya banyak evaluasinya, karena
tergantung pengadaan ketika itu, ketika obat itu diadakan di
rumah sakit ini, obat itukan jenis mata anggaran nya berbeda,
contohnya saja obat IGD gratis yang kita adakan, namun
masyarkat tidak gunakan, .....dan ada juga obat yang datang dari
distrubutor yang datang masa expired-nya sudah dekat, sedangkan
pengguna IGD tidak banyak, nah itulah yang terjadi...
5
...dan itu bisa di proses penerimaan,.... (2)
4 Kan ada berita acara serah terima oleh petugas penerima (PPHP),
itulah yang nerima, kalau kami nanti ke gudang tingga tanda
tangan aja.... (4)
3 Bagaimana kondisi gudang penyimpanan 3 Sebenarnya gudang kita masih banyak sekali kekurangan, dari
obat? Apakah sudah sesuai dengan standar sistem penyimpanan, seharusnya kan lemari narkotik itu khusus,
gudang penyimpanan obat? kaya yang kategori high alert ada lemari khusus, pernah diajukan
juga, ...(3)
4 Kitakan setiap sebulan sekali ada stock opname untuk semua obat,
di kartu obat itu nanti di cek nama obat dan tanggal expired-nya,
....(4)
7 Yaitu tadi, kami udah menyediakan obat kalau gak dipake oleh
user, itu bisa jadi salah satu faktor...(7)
8 Kebijakannya itu kalau ada expired date atau ED kita buat tim
pemusnahan, setelah dibentuk kita laporkan ke aset dan kita
buatlah berita acaranya yang disaksikan oleh BPOM, dinas
kesehatan dan aset daerah dan manajemen di sini, disitulah kita
sama-sama memusnahkan, ...(8)
2 Apakah petugas menghitung jumlah obat yang 3 Dihitung, tapi sampai saat ini saya belum terima, saya sudah minta
mengalami kadaluwarsa? tapi belum diserahkan, yang ada di saya saat ini ya data yang
expired jatuhnya dimasa saya, yang sebelumnya beluma ada,...(3)
8 kalau pihak atau tim yang harus ada dalam tim, ya memang
apoteker harus ada, dari dinas kesehatan dan BPOM,...(8)
4 Bagaimana cara menentukan obat yang dapat 3 Obat diretur itu biasanya kan ada ketentuan dari ditributornya,
diretur dan obat yang tidak dapat diretur? biasanya kalau distributor itu maunya 2-3 bulan sebelum expired
baru bisa diretur..(3)
4 Kita lakukan pencatatan rutin, itulah yang bisa kita lakukan ..(4)
3 Apakah tahap pengendalian obat menjadi 3 Tidak, bukan dipengendalian (3)
penyebab adanya stok obat kadaluwarsa?
4 Nggaklah, kami udah berusaha semaksimal mungkin, tapi kalau
Bagaimana sikap terhadap adanya obat ada hal-hal yang terjadi di luar kami, itu diluar kendali kami ..(4)
kadaluwarsa dengan proses pengendalian
obat?
OUTPUT
No Pertanyaan Variabel Obat Kadaluwarsa Informan Pernyataan
1 Berapa total jenis pengadaan obat sepanjang 3 Totalnya diatas 400-an...(3)
tahun 2017?
4 Totalnya berapa sesuai dengan yang di e-catalogue...(4)
7 Data itu ada, tapi kamu harus izin dulu ke Kak Sanny, nanti baru
bisa saya kasih tau...(7)
2 Berapa jumlah obat kadaluwarsa sepanjang 3 enam belas (11) jenis obat yang kadaluwarsa, ya kira-kira
tahun 2017? seginilah, (3)
3 Yang jelas yang salah itu perencanaan dan pengadaan pada tahun
sebelumnya, tahun 2016 karena itu masih satu orang yang sama,
tidak ada pembagian tugas yang jelas, semua disatu orang yang
sama (3)
6 Pengguna atau user, karena dasar dia pengadaan itu, dia minta
obat A untuk diadakan, setelah diadakan dia gak pakai lagi obat
A, ini yang terjadi,... bisa jadi karena komunikasi yang berjalan
antara user dengan bagian instalasi..(6)
A. Tabel observasi Sumber Daya Manusia (SDM) di unit logistik instalasi farmasi RSUD
DR. R.M. Djoelham Binjai 2018
No Indikator Pengukuran Observasi Hasil Keterangan
Observasi
Ya Tidak
1 Terdapat Kepala Instalasi 1 orang
Farmasi
2 Terdapat Kepala Gudang 1 orang
3 Terdapat staf gudang 1 orang
4 Terdapat pengurus apotik 25 orang
B. Tabel observasi Sarana dan Prasarana di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR.
R.M. Djoelham Binjai 2018
No Indikator Pengukuran Observasi Hasil Keterangan
Observasi
Ya Tidak
1 Terdapatnya komputer Digunakan
mendukung e- Masih kurang
katalog obat
2 Terdapatnya dokumen obat Lis atau daftar
kadaluarsa obat
kadaluwarsa
3 Buku harian penerimaan obat Pencatatan
penerimaan
obat
4 Buku harian pengeluaran Pencatatan
obat pengeluaran
obat
5 Gudang penyimpanan yang Gudang
ideal dengan
Tidak sesuai
perlengkapan
yang lengkap
6 Terdapatnya AC atau kipas Alat penstabil
Tidak memadai
angin suhu ruangan
F. Tabel penerimaan dan pemeriksaan di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR.
R.M. Djoelham Binjai 2018
Hasil
Indikator
No Observasi Observasi Keterangan
Pengukuran
Ada Tidak
1 Dokumen Penerimaan dan
yang pemeriksaan
menyertai berdasarkan dokumen
yang menyertainya;
2 Petugas Dilakukan oleh panitia
Khusus penerima yang salah
bagian satu anggotanya PPHP
penerima dan adalah tenaga farmasi;
pemeriksa
3 Jenis Pemeriksaan label dan
pemeriksaan kemasan
barang a. Kondisi fisik;
b. Jenis Obat;
c. Jumlah obat;
d. Tanggal kadaluarsa;
e. Nomor registrasi;
f. Nomor batch.
Obat disimpan
secara rapi didalam
rak atau kardus.
b.Menurut mudah
tidaknya
terbakar
c.Dibedakan
menurut
suhunya,
kestabilannya
d.Tahan atau
tidaknya
terhadap cahaya
Susunan
persediaan Obat
Pengumpulan
obat
kadarluarsa
Pencatatan
keluar
masuknya obat
Mencocokkan
jumlah fisik
dengan jumlah
tertera di kartu
stock obat.
Hasil di
Indikator
No Observasi Lapangan Keterangan
pengukuran
Ada Tidak
1 Respon Petugas bagian
time distribusi
I. Tabel penghapusan di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai
2018
No Indikator Observasi Hasil di Keterangan
pengukuran Lapangan
Ada Tidak
1 a. Retur obat a.Petugas
menghapus Tidak semua obat atau
obat dengan hanya 1-2 item saja
retur obat
b. Pemusnahan a. Data
obat penghapusan
obat
b.Metode dan
alat
c.Metode
khusus untuk
pengendalian
Medan, 2018
Peneliti, Informan,