Anda di halaman 1dari 183

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Faktor-Faktor Penyebab Obat


Kadaluwarsa (Expired Date) dan Nilai
Kerugian Obat (Stock Value Expired)
yang ditimbulkan di Instalasi Farmasi
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2018

Rizal, Muhammad
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5921
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OBAT KADALUWARSA (EXPIRED
DATE) DAN NILAI KERUGIAN OBAT (STOCK VALUE EXPIRED)
YANG DITIMBULKAN DI INSTALASI FARMASI RSUD
DR. R.M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2018

SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD RIZAL
NIM : 131000526

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OBAT KADALUWARSA (EXPIRED
DATE) DAN NILAI KERUGIAN OBAT (STOCK VALUE EXPIRED)
YANG DITIMBULKAN DI INSTALASI FARMASI RSUD
DR. R.M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

MUHAMMAD RIZAL
NIM : 131000526

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “FAKTOR-


FAKTOR PENYEBAB OBAT KADALUWARSA (EXPIRED DATE) DAN
NILAI KERUGIAN OBAT (STOCK VALUE EXPIRED) YANG
DITIMBULKAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR. R.M. DJOELHAM
BINJAI TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya
sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung segala resiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.

Medan, Juli 2018

Muhammad Rizal

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OBAT KADALUWARSA (EXPIRED


DATE) DAN NILAI KERUGIAN OBAT (STOCK VALUE EXPIRED)
YANG DITIMBULKAN DI INSTALASI FARMASI RSUD
DR. R.M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2018

Yang Disiapkan dan Dipertahankan Oleh

MUHAMMAD RIZAL
NIM : 131000526

Disahkan Oleh :

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Manajemen logistik obat merupakan kegiatan utama instalasi farmasi yang
mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit. Oleh karena pentingnya fungsi
instalasi farmasi mengharuskan obat dikelola dengan efektif dan efesien agar tidak
terjadi masalah adanya stok obat kadaluwarsa (expired date). Terjadinya stok obat
kadaluwarsa menimbulkan kerugian materi yang ditanggung oleh rumah sakit dan
pemerintah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi manajemen persediaan
obat, mengetahui faktor-faktor penyebab obat kadaluwarsa dan menentukan nilai
kerugian yang diakibatkan adanya stok obat kadaluwarsa di RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Data diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap 8 informan,
observasi dan telaah dokumen serta menghitung kerugian yang diakibatkan stok
obat kadaluwarsa.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat 11 (2,78%) jenis obat yang
mengalami kadaluwarsa sepanjang tahun 2017 dengan kategori obat slow moving.
Penyebab terjadinya obat kadaluwarsa yaitu sumber daya manusia yang belum
bekerja secara maksimal dengan pencatatan stok obat yang sebelumnya tidak baik,
perencanaan dan pengadaan obat dimana tidak adanya pembagian tanggungjawab
yang jelas, obat yang tidak digunakan user, sosialiasi dan komunikasi petugas
instalasi farmasi dengan user yang tidak berjalan dengan baik. Akibat stok obat
kadaluwarsa pada tahun 2017, RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai mengalami
kerugian obat sebesar Rp. 30.000.917,-
Kesimpulan penelitian adalah pelaksanaan manajemen logistik obat RSUD
Dr. R.M. Djoelham Binjai belum berjalan dengan baik, sehingga menyebabkan
terjadinya stok obat kadaluwarsa yang menyebabkan timbulnya kerugian materi.
Disarankan agar pihak rumah sakit melakukan penambahan dan pelatihan tenaga
farmasi, memperbaharui formularium guna melakukan perencanaan dan pengadaan
sesuai kebutuhan dan prosedur, memastikan pendataan dan informasi stok obat
lebih akurat antara petugas farmasi dan user.
Kata Kunci: Manajemen logistik obat, Obat Kadaluwarsa, Penyebab Obat
Kadaluwarsa, Kerugian materi

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Drug supply management is the main cycle of Pharmacy Departement
Hospital which support the health services in hospital. Because the function of
Pharmacy Departement Hospital is important, therefore the drugs shoud be well
managed to avoid the drugs expired stock. Drugs expired stock may cause any
material losses.
The objective of this research are to identify drug inventory management,
to analyze the causes of drug expired stock, to determine the material values loss
because drug expired stock at Hospital District Dr. R.M. Djoelham Binjai. This
research is qualitative and quantitative. The data were obtained through in-depth
interview to 8 informants, observation and documents review and also counted the
material loss which caused drug expired stock.
The result of this research about 11 (2,78%) of drugs were expired during
2017 with slow moving category. The causes of drug expired were the human
resources lack of performances, the main duty and responsible person were not
clear enough during planning and procurement, drugs were not prescribed by user,
the communication among farmacists and user were not well about drug left stock.
These caused the material loss in 2017 at Hospital District Dr. R.M. Djoelham
Binjai about Rp. 39.007.423,-
The conclution of this research is the implementation management system
of Pharmacy Departement Hospital in Hospital District Dr. R.M. Djoelham Binjai
were not well implemented which cause any material loss. It is suggested to the
Hospital District Dr. R.M. Djoelham Binjai to add and trained the human
resources of farmacist, rearrange the new hospital formularium, and make sure to
identify the drug left stock among the farmacist and user.
Keywords: Drug supply management, Drug expired, The causes of drug expired
stock, Material losses

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada


Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Obat
Kadaluwarsa (Expired Date) dan Nilai Kerugian Obat (Stock Value Expired)
yang Ditimbulkan di Instalasi Farmasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
Tahun 2018”. Usulan ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Studi Strata 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara. Dalam penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun material, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Zulfendri, M.Kes, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Destanul Aulia, SKM, MBA, M.Ec. Ph,D, selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak membimbing, memberikan pengarahan, dukungan,

saran, dan meluangkan waktu dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Juanita, S.E, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah memberi

kritik, saran, dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji II yang telah memberi kritik, saran,

dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. dr. Devi Nuarani Santi, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik yang

telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama menghadapi

pendidikan di FKM USU

8. Seluruh Dosen dan Staf FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah

memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral selama perkuliahan.

9. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah DR. RM. Djoelham Binjai, yang telah

mengizinkan dan membantu dalam pemberian informasi terkait penelitian.

10. Teristimewa untuk keluarga tercinta, Ayahanda Sukiman, Ibunda

Almarhumah Nurliah Nasution, abangda Rudi Sanjaya dan Syamsul,

Kakak tercinta Suryaningsih dan Painem, Bapak Chairul Tanjung dan

Ibu Anita Chairul Tanjung, serta seluruh keluarga besar. Terima kasih

atas doa, nasihat, kasih sayang, perhatian, dukungan serta motivasi yang

telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Teman-teman Rumah Kepemimpinan, SMA Unggulan Chairul Tanjung

Foundation, Beasiswa XL Future Leaders, YSEALI NIU Amerika Serikat,

Keluarga Besar PT. Nutrifood, Keluarga Besar UKMI FKM USU, PEMA

FKM USU Periode 2015-2016, PBL Desa Melati I Perbaungan, LKP

BKKBN Prov. SU, teman-teman sesama dosen pembimbing, teman-teman

seperjuangan FKM USU 2013. Terima kasih atas dukungan serta doa

kalian.

12. Seluruh pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu, memberikan semangat, dukungan dan do’a selama ini.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan

sebaik-baiknya, serta penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan

baik dari pemahaman materi, pemakaian bahasa, penyampaian materi, dan

lain-lain. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun agar dapat memperbaiki dan menyempurnakan skripsi

ini.

Medan, Juli 2018

Penulis

Muhammad Rizal

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................i


HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................ii
ABSTRAK .........................................................................................................iii
ABSTRACT ........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... .......xi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii
DAFTAR ISTILAH ..........................................................................................xiv
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................6
1.4 Manfaaat Penelitian.................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................7


2.1 Rumah Sakit ...........................................................................................7
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit ................................................................7
2.1.2 Badan Layanan Umum Daerah di Rumah Sakit ............................7
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ...................................................8
2.2.1 Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) .........................8
2.2.2 Tugas Pokok Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) .....................8
2.2.3 Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................10
2.3 Manajemen Persediaan ...........................................................................11
2.3.1 Pengertian Manajemen Persediaan .................................................11
2.3.2 Fungsi Manajemen Persediaan ......................................................11
2.3.3 Tujuan Manajemen Persediaan ......................................................12
2.3.4 Biaya dalam Manajemen Persediaan .............................................13
2.4 Manajemen Logistik Obat di Rumah Sakit ............................................15
2.5 Penerapan Fungsi Logisik di Rumah Sakit ............................................19
2.5.1 Fungsi Pemilihan Obat ..................................................................19
2.5.2 Fungsi Perencanaan Obat ...............................................................19
2.5.3 Fungsi Penganggaran Obat.............................................................23
2.5.4 Fungsi Pengadaan Obat ..................................................................24
2.5.5 Fungsi Penerimaan Obat ................................................................25
2.5.6 Fungsi Penyimpanan Obat .............................................................26
2.5.7 Fungsi Distribusi Obat ...................................................................28
2.5.8 Fungsi Penghapusan Obat ..............................................................30

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5.9 Fungsi Pengendalian Obat ...........................................................32
2.5.10 Fungsi Evaluasi Obat ...................................................................33
2.6 Obat Kadaluwarsa ...................................................................................35
2.7 Kerangka Pikir .......................................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................40


3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................40
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................40
3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................40
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................40
3.3 Informan Penelitian ................................................................................40
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................41
3.4.1 Data Primer ....................................................................................41
3.4.2 Data Sekunder ................................................................................41
3.5 Validasi Data ..........................................................................................42
3.6 Variabel dan Definisi Operasional .........................................................43
3.7 Instrumen Penelitian ..............................................................................46
3.8 Motode Pengolahan dan Analisis Data ..................................................46
3.8.1 Pengolahan Data .............................................................................46
3.8.2 Analisis Data ..................................................................................47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................48


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................48
4.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD DR. RM. Djoelham Binjai ...................48
4.1.2 Visi, Misi, Motto, dan Tujuan RSUD Djoelham............................50
4.1.3 Instalasi Farmasi RSUD DR. RM. Djoelham Binjai ......................51
4.2 Karakteristik Informan ..........................................................................53
4.3 Hasil Wawancara dan Observasi Pengelolaan Obat di Instalasi
Farmasi RSUD DR.RM. Djoelham Binjai .............................................54
4.3.1 Komponen Masukan (Input) ..........................................................54
4.3.1.1 Pernyataan Informan Tentang Sumber Daya Manusia (SDM) ...54
4.3.1.2 Pernyataan Informan Tentang Anggaran Dana ...........................58
4.3.1.3 Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana ..................59
4.3.1.4 Pernyataan Informan Tentang Prosedur (SOP) ...........................62
4.3.2 Komponen Proses (Process) ..........................................................64
4.3.2.1 Pernyataan Informan Tentang Perencanaan Obat .......................65
4.3.2.2 Pernyataan Informan Tentang Penganggaran Obat .....................71
4.3.2.3 Pernyataan Informan Tentang Pengadaan Obat ..........................73
4.3.2.4 Pernyataan Informan Tentang Penerimaan Obat.........................78
4.3.2.5 Pernyataan Informan Tentang Penyimpanan Obat ......................80
4.3.2.6 Pernyataan Informan Tentang Penditribusian Obat ....................88
4.3.2.7 Pernyataan Informan Tentang Penghapusan Obat ......................91
4.3.2.8 Pernyataan Informan Tentang Pengendalian Obat ......................94
4.3.3 Komponen Keluaran (Output) .....................................................97
4.3.3.1 Pernyataan Informan Tentang Obat Kadaluwarsa.......................97
4.3.3.2 Pernyataan Informan Tentang Penyebab Obat Kadaluwarsa ......99

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4 Perhitungan Nilai Kerugian Akibat Stok Obat Kadaluwarsa .................102
4.4.1 Biaya Kerugian Pembelian Obat (Purchasing cost) ......................103
4.4.2 Biaya Kerugian Pemesanan Obat (Ordering cost) .........................104
4.4.3 Biaya Kerugian Penyimpanan Obat (Holding cost) .......................105
4.4.4 Biaya Kesempatan (Opportunity cost) ...........................................106
4.4.5 Total Biaya Kerugian Akibat Obat Kadaluwarsa ...........................107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................109


5.1 Kesimpulan ............................................................................................109
5.1.1 Komponen Masukan (Input) ...............................................................109
5.1.2 Komponen Proses (Process) ...............................................................110
5.1.3 Komponen Keluaran (Output).............................................................111
5.2 Saran.......................................................................................................111

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................113


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Mendalam
Lampiran 2. Hasil Wawancara Mendalam
Lampiran 3. Lembar Observasi Penelitian
Lampiran 4. Dokumen Perencanaan Kebutuhan Obat Tahun 2017 IFRS Dr.RM
Djoelham Binjai
Lampiran 5. Daftar Obat Kadaluwarsa
Lampiran 6. Surat Pernyataan Persetujuan Informan Penelitian
Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian
Lampiran 9. Surat Telah Selesai Penelitian

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Informan Petugas Rumah Sakit ......................................................... 41
Tabel 4.1 Jumlah Sumber Daya Manusia di Instalasi Farmasi .......................... 52
Tabel 4.2 Karakteristik Informan ....................................................................... 53
Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sumber Daya Manusia ......... 54
Tabel 4.4 Hasil Observasi Sumber Daya Manusia (SDM) di Unit Logistik Instalasi
Farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai 2018 .............................. 55
Tabel 4.5 Hasil Observasi Karakteristik Sumber Daya Manusia (SDM) di Unit
Logistik Instalasi Farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai 2018 . 55
Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Anggaran Dana di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 57
Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 59
Tabel 4.8 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi DR.RM.
Djoelham Binjai Tahun 2018 ............................................................. 59
Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Tentang Prosedur (SOP) di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 62
Tabel 4.10 Hasil Observasi Tentang Prosedur (SOP) di Instalasi Farmasi DR.RM.
Djoelham Binjai Tahun 2018 ............................................................. 62
Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Perencanaan Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 65
Tabel 4.12 Hasil Observasi Tentang Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi
DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 .............................................. 67
Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penganggaran Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 71
Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengadaan Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 73
Tabel 4.15 Hasil Observasi Tentang Pengadaan Obat di Instalasi Farmasi DR.RM.
Djoelham Binjai Tahun 2018 ............................................................. 75
Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penerimaan Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 78

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.17 Hasil Observasi Tentang Penerimaan Obat di Instalasi Farmasi DR.RM.
Djoelham Binjai Tahun 2018 ............................................................. 79
Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penyimpanan Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 81
Tabel 4.19 Hasil Observasi Tentang Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi
DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 .............................................. 82
Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penditribusian Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 88
Tabel 4.21 Hasil Observasi Tentang Pendistribusian Obat di Instalasi Farmasi
DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 .............................................. 89
Tabel 4.22 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penghapusan Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 91
Tabel 4.23 Hasil Observasi Tentang Penghapusan Obat di Instalasi Farmasi
DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 .............................................. 93
Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengendalian Obat di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 94
Tabel 4.25 Hasil Observasi Tentang Pengendalian Obat di Instalasi Farmasi
DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 .............................................. 95
Tabel 4.26 Matriks Pernyataan Informan Tentang Obat Kadaluwarsa di Instalasi
Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 ................................ 97
Tabel 4.27 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penyebab Obat Kadaluwarsa di
Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 .................. 99
Tabel 4.28 Daftar Obat Kadaluwarsa di Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai
Tahun 2018......................................................................................... 103
Tabel 4.29 Matriks Pernyataan Informan Tentang Biaya Pemesanan Obat di
Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 .................. 105
Tabel 4.30 Perhitungan Biaya Kesempatan (Opportunity cost) Obat Kadaluwarsa
di Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018 .............. 107

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Logistik Rumah Sakit ............................................. 18


Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian .................................................. 40
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ................................ 52

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISTILAH

Singkatan Singkatan dari


APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
CBOD Cara Distribusi Obat yang Baik
DOEN Daftar Obat Esensial Nasional
FIFO First in First Out
FEFO First Expire First Out
FGD Focus Group Discussion
IFRS Instalasi Farmasi Rumah Sakit
IGD Instalasi Gawat Darurat
KIE Komunikasi, Edukasi, dan Informasi
KLB Kejadian Luar Biasa
K3RS Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
LASA Look Alike Sound Alike
MSDS Material Safety Data Sheet
Menkes Menteri Kesehatan
PFT Panitia Farmasi dan Terapi
P3 Profil Pengobatan Penderita
PPK Pejabat Pembuat Komitmen
PPTK Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
PPHP Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
ROM Reaksi Obat Merugikan
SDM Sumber Daya Manusia
SMF Staff Medik Fungsional
SOP Standar Operasional Prosedur
SPP Sejarah Pengobatan Penderita
User Dokter

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muhammad Rizal yang dilahirkan pada tanggal 26

Oktober 1995 di Medan dan beragama Islam dengan suku bangsa penulis yaitu

Jawa. Penulis merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara, anak dari pasangan Sukiman

dan Almarhumah Nurliah Nasution.

Pendidikan formal penulis yaitu Sekolah Dasar (SD) 056002 Lr. Ibadah

Desa Banyumas dari tahun 2001 – 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri

1 Stabat dari tahun 2007 – 2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) Unggulan Chairul

Tanjung Foundation dari tahun 2010 -2013. Pada tahun 2013 hingga tahun 2018,

Penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan.

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan. Upaya kesehatan bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 44 Tahun 2009, rumah

sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat. Dikatakan paripurna yaitu pelayanan yang meliputi

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Berdasarkan fungsinya rumah sakit

menyelenggarakan dua jenis pelayanan yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

administratif, salah satu tujuan dari kedua pelayanan tersebut yaitu

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang bemutu dan efesien.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian meliputi 2 (dua) kegiatan yaitu kegiatan manajerial dan

pelayanan farmasi klinik. Kegiatan manajerial meliputi pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sebagai mana dimaksud

meliputi, pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan

administrasi.

Bahan logistik yang dikelola oleh rumah sakit yaitu bahan yang termasuk

dalam 5 revenue center yaitu instalasi rawat jalan dan rawat inap, instalasi gawat

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

darurat, instalasi laboratorium patologi klinik dan patologi anatomi, instalasi

radiologi, dan instalasi farmasi. Instalasi farmasi merupakan revenue center utama

mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan

perbekalan farmasi (obat–obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat

kesehatan habis, alat kedokteran, dan gas medik), dan 50% dari seluruh pemasukan

rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Suciati dan Adi Sasmito,

2006). Mengingat besarnya kontribusi instalasi farmasi dan merupakan instalasi

yang memberikan pemasukan terbesar di rumah sakit, maka perbekalan barang

farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung jawab.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. HK.

02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Tahun 2015-2019 yaitu, ketersedian obat dan vaksin cukup baik tetapi pelayanan

kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan pada umumnya masih belum sesuai

standar. Pada tahun 2013 instalasi farmasi rumah sakit yang memiliki pelayanan

kefarmasian sesuai standar 41,72%. Penggunaan obat generik sudah cukup tinggi,

tetapi penggunaan obat secara rasional di fasilitas kesehatan baru mencapai 61,9%,

hal ini di sebabkan oleh masih rendahnya penerapan formularium dan penggunaan

obat secara rasional. Terjadinya obat rusak dan kedaluarsa juga mencerminkan

ketidaktepatan dan kurang baiknya manajemen pengelolaan obat. Obat rusak dan

kedaluwarsa (expired date) ditargetkan idealnya nol persen .

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr R.M. Djoelham Binjai merupakan

salah satu rumah sakit pemerintah yang ada di Kota Binjai. Instalasi farmasi RSUD

Dr. R.M. Djoelham Binjai salah satu unit pelaksana fungsional yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian. Instalasi farmasi

RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai memiliki pegawai sebanyak 28 orang.

Berdasarkan hasil survei awal pada tanggal 02 Agustus 2017 yang

dilakukan dalam bentuk wawancara terhadap kepala instalasi farmasi RSUD Dr.

R.M. Djoelham Binjai didapat bahwa, rumah sakit telah memiliki formularium

sebagai acuan perencanaan obat yang disusun dan tinjau ulang setiap 2 tahun sekali,

namun belum memiliki standar terapi yang seharusnya ditetapkan oleh Komite

Farmasi dan Terapi (KFT), perencanaan obat yang dilakukan di instalasi farmasi

RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai juga belum berjalan dengan baik, hal tersebut

dibuktikan dengan adanya beberapa item obat yang mengalami kekurangan atau

kekosongan obat sehingga pasien rawat inap dan rawat jalan membeli obat di luar

apotik rumah sakit. Kelebihan obat juga terjadi di RSUD Dr. R.M. Djoelham

Binjai, hal ini dibuktikan adanya beberapa item obat yang tidak digunakan di dalam

gudang obat. Selain itu, berdasarkan data obat Tahun 2017 ditemukan 11 jenis obat

yang sudah kadaluwarsa (expired date) dengan persentase 2,78 %.

Beberapa jenis obat yang sudah kadaluwarsa dari Januari – Desember 2017

(expired date) diantaranya adalah Bupivacain, Erythromycin, Humalox mix,

Aminofluid, Vitamin A kap, Isotic Adretor 0,25 , Amiparen inf, Albendazol,

phytomenadion tab, Betametason cream, dan Martos Inf. Sementara total kerugian

biaya pembelian saja mencapai Rp. 29.613.167,-. Obat-obat yang mengalami

kadaluwarsa merupakan obat slow moving dan bukan termasuk obat kategori

masalah penyakit tertinggi di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai. Pada akhirnya

rumah sakit akan mengalami kerugian setelah menghitung beban kerugian yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

diterima akibat beberapa obat kadaluwarsa yang tidak dapat diretur ke pihak

supplier.

Beberapa penelitian sebelumnya terkait obat kadaluwarsa yang dilakukan di

rumah sakit pada tahun 2007 di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Semarang

terdapat 2 jenis obat kadaluwarsa dari 127 total jenis obat, sehingga persentase jenis

obat kadaluwarsa adalah 1,57 % dengan nilai obat Rp. 10.094.590, hal ini

disebabkan adanya pendistribusian obat dari Departemen Kesehatan Pusat yang

tidak sesuai dengan kebutuhan IPF sehingga obat akan menumpuk karena tidak ada

kasus penyakit atau KLB dan lama -lama akan rusak atau kadaluarsa (Djatmiko

dkk, 2009). Hasil pengamatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Temanggung

pada tahun 2008 menunjukkan masih adanya kerugian rumah sakit sebesar Rp.

8.492.686,- atau sebesar 1,79%, adanya obat kadaluwarsa dalam persediaan

kemungkinan besar merupakan obat – obat yang sudah ada sejak satu hingga tiga

tahun yang lalu yang telah rusak atau pengembalian dari pasien yang sudah dalam

bentuk tidak utuh sehingga tidak dapat diretur ke pihak distributor (Akhmad dkk,

2011).

Berdasarkan permasalahan manajemen logistik obat tersebut maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab

obat kadaluwarsa (expired date) dan nilai kerugian obat (stock value expired) yang

ditimbulkan di Instalasi Farmasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai tahun 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan pada

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana manajemen persediaan (perencanaan kebutuhan obat,

pengadaan obat, penyimpanan obat, distribusi, penghapusan,

pengendalian persediaan obat) di Instalasi Farmasi RSUD Dr. R.M.

Djoelham Binjai?

2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan obat kadaluwarsa di Instalasi

Farmasi RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai?

3. Berapa kerugian materi yang ditanggung RSUD Dr. R.M. Djoelham

Binjai akibat obat kadaluwarsa?

4. Apa rekomendasi yang dapat diberikan kepada pihak Instalasi Farmasi

RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai untuk mengantisipasi terjadinya

kondisi obat kadaluwarsa pada manajemen persediaan obat?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi manajemen persediaan (perencanaan kebutuhan obat,

pengadaan obat, penyimpanan obat, distribusi, penghapusan, dan

pengendalian persediaan obat) di Instalasi Farmasi RSUD Dr. R.M.

Djoelham Binjai.

2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan obat kadaluwarsa di

Instalasi Farmasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai.

3. Mengetahui kerugian materi yang ditanggung RSUD Dr. R.M.

Djoelham Binjai akibat obat kadaluwarsa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

4. Memberikan rekomendasi kepada pihak Instalasi Farmasi RSUD Dr.

R.M. Djoelham Binjai untuk mengantisipasi terjadinya kondisi obat

kadaluwarsa.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Mengetahui dan menerapkan ilmu yang diperoleh berkaitan dengan

ilmu manajemen perbekalan obat di rumah sakit.

2. Bagi institusi pendidikan

Menambah pengetahuan dalam penelitian selanjutnya, terutama di

bidang manajemen logistik rumah sakit.

3. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Binjai

Memberikan rekomendasi kepada pihak rumah sakit dalam mengurangi

risiko akibat obat kadaluwarsa

4. Bagi Masyarakat

Menambah wawasan tentang penerapan manajemen persediaan obat di

rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit pasal 1 menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan

kesehatan paripurna adalah kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,

dan berkesinambungan. Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit di Indonesia di

bedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu:

1. Rumah sakit publik, yaitu rumah sakit yang diolah oleh pemerintah termasuk

pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan Badan Layanan Umum atau

Badan Layanan Dearah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

perundangan.

2. Rumah sakit privat, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan

tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. Rumah sakit

privat meliputi, rumah sakit milik yayasan, rumah sakit milik perusahaan dan

rumah sakit milik penanam modal.

2.1.2 Badan Layanan Umum Daerah di Rumah Sakit

Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja

Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa

yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Salah satu fasilitas

yang memberikan pelayanan kepada masyarakat yaitu Rumah Sakit Daerah

(RSUD). (Permendagri 2007)

Dalam pembiayaan atau anggaran sistem BLUD pihak rumah sakit

diberikan kebebasan dalam pengelolaan keungaan untuk pelayanan masyarakat

sehingga menjadi lebih baik. Pendapatan dan biaya dalam BLUD berasal dari jasa

layanan, hibah, APBD, APBN. (Permendagri 2007).

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

2.2.1 Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Berdasarkan Permenkes Nomor 72 Tahun 2016, instalasi farmasi adalah

unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan kefarmasian di

rumah sakit. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi 2 (dua)

kegiatan, yaitu kegiatan berupa manajerial dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan

manajerial yaitu pengelolaan sediaan farmasi,alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan

administrasi. Kegiatan pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan pelayanan

resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, pelayanan informasi obat,

pemantauan terapi obat, dan lain-lain.

2.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Instalasi Farmasi

Menurut Permenkes No 72 tahun 2016, adapun tugas pokok dari instalasi

farmasi rumah sakit, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh

kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai

prosedur dan etik profesi

2. Melaksanakan pengelolaan sediaaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medias habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien

3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi dan

keamanan serta menimbulkan risiko

4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan

serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien

5. Berperan aktif dalam komite/tim farmasi dan terapi

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan

kefarmasian

7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit

Fungsi dari instalasi farmasi rumah sakit yaitu :

1. Pengolahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

a. Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit

b. Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai secara efektif, efesien dan optimal

c. Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan

yang berlaku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

d. Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit

e. Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku

f. Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian

g. Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis

habis pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

2.2.3 Sumber Daya Manusia (SDM) Instalasi Farmasi

Berdasarkan Permenkes Nomor 72 tahun 2016, pelayanan kefarmasian

harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis

kefarmasian yang melakukan pelayanan kefarmasian harus di bawah supervisi

apoteker. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus memiliki persyaratan

administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam perundang-undangan yang

berlaku. Ketentuan terkait jabatan fungsional di instalasi farmasi diatur menurut

kebutuhan organisasi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Intalasi farmasi di harus kepalai oleh seorang apoteker yang merupakan

apoteker penanggung jawab seluruh pelayanan kefarmasiaan di rumah sakit. Kepala

instalasi farmasi rumah sakit diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di

instalasi farmasi minimal 3 (tiga) tahun. Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan,

kualifikasi sumber daya manusia instalasi farmasi diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:

1. Apoteker

2. Tenaga teknis kefarmasian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

b. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:

1. Operator komputer/teknisi yang memahami kefarmasian

2. Tenaga administrasi

3. Pekarya/pembantu pelaksana

2.3 Manajemen Persediaan

2.3.1 Pengertian Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang

mengkaji masalah pengaturan dan pengawasan persediaan dan juga penyelesaian

masalah-masalah yang berkaitan dengan persedian baik yang berupa persediaan

barang mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. (Yamit, 2003)

2.3.2 Fungsi Manajemen Persediaan

Menurut Yamit (2003), persediaan timbul disebabkan tidak sinkronnya

permintaan dan penyediaan, serta waktu yang digunakan untuk memproses bahan

baku. Menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan

waktu proses, maka dibutuhkan persediaan. Terdapat 4 faktor fungsi persediaan

sebagai berikut:

1. Faktor waktu

Faktor waktu lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang

sampai ke konsumen. Persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama

waktu tunggu (lead time);

2. Faktor ketidakpastian waktu datang

Ketidakpastian waktu datang dari supplier menyebabkan rumah sakit

memerlukan perusahan lain, agar tidak menghambat proses produksi maupun

keterlambatan pengiriman kepada pasien;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

3. Faktor ketidakpastian penggunaan

Ketidakpastian penggunaan disebabkan kesalahan peramalan permintaan,

kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai kondisi lainya,

maka dibutuhkanlah persediaan;

4. Faktor ekonomis

Keinginan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi

atau membeli jenis obat dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis.

Apabila dilakukan pembelian dalam jumlah besar memungkinkan mendapatkan

potongan harga yang dapat menurunkan biaya, termasuk biaya transportasi yang

menurun.

2.3.3 Tujuan Persediaan

Tujuan persediaan di rumah sakit menurut Quick dkk (1997) berikut :

1. Memastikan ketersediaan;

2. Menjaga sistem persediaan;

3. Menurunkan unit cost obat;

Memesan obat dalam jumlah besar akan memperoleh diskon khusus dari

supplier obat dan menurunkan biaya pengepakan.

4. Menghindari adanya biaya stockout;

Permintaan secara mendadak mengakibatkan kekosongan obat, maka unit

cost pemesanan obat akan lebih besar dibandingkan pemesanan seperti

biasanya. Kerugian lain akibat kekosongan obat adalah hilangnya

keuntungan karena hilangnya pelanggan.

5. Meminimalkan biaya pemesanan (ordering cost);

Biaya pengadaan akan meningkat apabila sering dilakukan pemesanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

menimbulkan biaya gaji, biaya pengadaan, biaya kantor dan biaya lain

yang berhubungan dengan adanya tender.

6. Meminimalkan biaya transportasi;

Persediaan pengaman dapat mengurangi biaya transportasi untuk

pengangkutan obat yang telah dibeli.

7. Memenuhi permintaan yang berfluktuasi atau tidak tentu.

Perubahan permintaan untuk beberapa item obat terkadang tidak dapat

diprediksi dan berfluktuasi, sehingga diperlukan persediaan yang

adequate.

2.3.4 Biaya dalam Persediaan

Tujuan manajemen persediaan adalah untuk menyediakan jumlah material

yang tepat, lead time yang tepat dan biaya yang rendah. Biaya persediaan

merupakan keseluruhan biaya operasi atas sistem persediaan (Yamit, 2003).

Jenis biaya persediaan adalah sebagai berikut:

1. Biaya pembelian (purchasing cost)

Biaya pembelian adalah harga tiap unit apabila item dibeli dari pihak luar,

atau biaya produksi tiap unit apabila diproduksi perusahaan untuk

pembelian item dari luar. Biaya tiap unit adalah harga beli ditambah biaya

pengangkutan.

2. Biaya pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari

supplier atau biaya persiapan apabila item diproduksi di dalam perusahaan.

Biaya pemesanan antara lain biaya membuat daftar permintaan,

menganalisis supplier, membuat pesanan pembelian, penerimaan bahan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

inspeksi bahan dan pelaksanaan proses transaksi (Yamit, 2003).

Setiap kali obat dipesan akan menanggung biaya pemesanan. Biaya

antara lain biaya telpon, surat menyurat, pemrosesan pesanan, ekspedisi,

upah, biaya pengepakan, penimbangan, pemeriksaan penerimaan, biaya

pengiriman ke gudang (Seto, dkk 2004). Biaya pemesanan tidak tergantung

pada jumlah tiap item barang yang dipesan setiap kali pemesanan. Biaya

pemesanan dipengaruhi frekuensi pesanan tiap periode kegiatan. Semakin

sering dilakukan pemesanan, semakin besar pula total biaya pemesanan

(Seto, dkk 2004). Biaya pemesanan/periode = jumlah frekuensi pesan x

biaya setiap kali pesan.

3. Biaya penyimpanan (holding cost)

Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam

persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk

menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa, biaya modal, pajak,

asuransi, pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang

dikeluarkan untuk pemeliharaan persediaan (Yamit, 2003).

Biaya dengan variabel yang berhubungan langsung dengan jumlah

persediaan yaitu biaya fasilitas penyimpanan (penerangan, pemanas,

exhaust fan, cold storage, dehumidifier), biaya modal (opportunity cost of

capital), biaya resiko kerusakan, kecurian, biaya keusangan, biaya asuransi

persediaan, biaya pajak persediaan, biaya pengelolaan atau administrasi

penyimpanan ( Seto, dkk 2004).

4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)

Biaya kekurangan persediaan adalah konsekuensi ekonomis atas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar

apabila terjadi pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Kekurangan dari

dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan

departemen yang lain. Biaya kekurangan dari luar dapat berupa biaya

backorder, biaya kehilangan kesempatan penjualan dan biaya kehilangan

kesempatan menerima keuntungan.

5. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (cost of obsolescence, deterioration

and loss)

6. Biaya kesempatan (opportunity cost)

Dana yang dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan

pada alternatif pendapatan terhadap dana investasi persediaan (Seto dkk,

2004). Opportunity cost untuk suatu hasil merupakan pengorbanan atas

kesempatan untuk memproduksi barang lain dengan penggunaan tenaga

kerja dan sumber daya yang sama.

2.4 Manajemen Logistik Obat di Rumah Sakit

Menurut Siagian (2009) manajemen dapat didefinisikan sebagai

kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka

pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Istilah logistik bersumber

dari ilmu kemiliteran yang mengandung 2 aspek yaitu perangkat lunak dan

perangkat keras. Termasuk perangkat lunak adalah kegiatan-kegiatan yang meliputi

perencanaan dan pelaksanaan dalam lingkup kegiatan-kegiatan produksi,

pengadaan, penyimpanan, distribusi, evaluasi termasuk konstruksi. Sedangkan

yang termasuk perangkat keras adalah personil, persediaan dan peralatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Logistik berasal dari bahasa yunani yaitu logisticos yang artinya pandai

memperkirakan. Logistik merupakan suatu ilmu pengetahun dan seni serta proses

mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,

penyaluran serta penghapusan material atau alat-alat (Aditama, 2007). Definisi

manajemen logistik merupakan proses yang secara strategik mengatur pengadaan

bahan (procurement) , perpindahan dan penyimpanan bahan, komponen dan

penyimpanan barang jadi (dan informasi terkait) melalui organisasi dan jaringan

pemasarannya dengan cara tertentu sehingga keuntungan dapat dimaksimalkan baik

untuk jangka waktu sekarang maupun waktu yang akan datang melalui pemenuhan

pesanan dengan biaya yang efektif.

Agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai, maka manajemen memerlukan

unsur dan sarana dalam menunjang terlaksananya proses manajemen logistik.

Menurut Seto, dkk (2004) terdapat 5 unsur yang perlu diketahui yaitu:

1. Man : Sumber Daya Manusia (SDM)

2. Money : Sumber Dana

3. Methods : Sistem atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

4. Materials : Peralatan yang digunakan/sarana dan prasarana

5. Machines: Mesin-mesin yang digunakan

Manajemen logistik rumah sakit merupakan salah satu ruang lingkup dalam

manajemen logistik. Proses menjalankan manajemen logistik di rumah sakit

dilakukan secara berkesinambungan melalui beberapa siklus yang dikenal dengan

istilah siklus logistik. Siklus logistik adalah proses dari sebelum terjadinya kegiatan

logistik sampai kegiatan itu dapat dievaluasi. Diawali dengan perencanaan sampai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

pengawasan dan pengendalian yang melibatkan semua unsur organisasi mulai dari

pimpinan tingkat atas sampai tingkat pemakai (user).

Perencanaan

Penghapusan Penganggaran

Pemeliharaan Pengendalian

Pendistribusian Pengadaan

Penerimaan dan
Penimpanan

Gambar 2.1 Siklus Logistik Rumah Sakit


Sumber : Tjandra Yoga Aditama, 2007

Beberapa fungsi manajemen logistik (Aditama, 2007) yaitu:

1. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan

Fungsi perencanaan mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran-sasaran,

pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan kebutuhan

merupakan perincian (detailering) dari fungsi perencanaan, bila mana perlu

semua faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus

diperhitungkan.

2. Fungsi Penganggaran

Fungsi ini merupakan usaha-usaha untuk merumuskan perincian penentuan

kebutuhan dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang dan jumlah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku

terhadapnya.

3. Fungsi Pengadaan

Fungsi ini merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan operasional yang

telah digariskan dalam fungsi perencanaan dan penentuan kepada instansi-

instansi pelaksana.

4. Fungsi Penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran

Fungsi penerimaan, penyimpanan dan penyaluran perlengkapan yang telah

diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu untuk kemudian disalurkan

kepada instansi-intansi pelaksana.

5. Fungsi Pemeliharaan

Fungsi ini adalah usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi

teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris

6. Fungsi Penghapusan

Fungsi penghapusan yang dimaksud adalah usaha untuk menghapus

kekayaan (asset) karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi,

dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang,

susut, dan karena hal-hal lain menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

7. Fungsi Pengendalian

Fungsi ini adalah fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi

usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan

logistik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

2.5 Penerapan Fungsi Logistik Obat di Rumah Sakit

2.5.1 Fungsi Pemilihan Obat

Penentuan seleksi obat adalah peran aktif apoteker dalam panitia farmasi dan

terapi terdapat pada Kepmenkes nomor 1121/MENKES/SK XII/2008 tentang

pedoman teknis pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan .

Kepmenkes nomor 1197 /MENKES/SK/X/2004, kegiatan pemilihan

meliputi:

a. Meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit;

b. Identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis;

c. Menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial;

d. Standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

Fungsi pemilihan obat adalah menentukan obat yang diperlukan sesuai

dengan pola penyakit. Dasar seleksi kebutuhan obat meliputi:

1. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik;

2. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, untuk menghindari duplikasi dan

kesamaan jenis;

3. Apabila obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih

baik;

4. Menghindari penggunaan obat kombinasi kecuali obat tersebut

mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal.

2.5.2 Fungsi Perencanaan Obat

Perencanaan kebutuhan farmasi merupakan proses kegiatan dalam

pemilihan jenis , jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan

kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar

perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Menurut Febriawati (2013) yang mengutip pendapat Moh. Anief, dasar-

dasar perencanaan adalah sebagai berikut:

1. Ramalan (tahunan/bulanan) dari pemasaran

2. Menghitung bahan-bahan yang dibutuhkan

3. Menyusun daftar untuk bagian pembelian, antara lain; bahan dengan

spesifikasinya, jumlah, dan waktu diperlukannya.

Adapun yang menjadi pedoman dasar dalam perencanaan pengadaan obat

yaitu: DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), Formularium Rumah Sakit, Standar

terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran

yang tersedia, penetapan perioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data

pemakaian periode yang lalu dan, serta rencana pengembangan.

Dalam perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi rumah sakit setidaknya

dikenal 3 metode perencanaan yaitu; metode konsumsi, metode epidemiologi, dan

metode kombinasi.

Metode Konsumsi

Langkah-langkah metode konsumsi sebagai berikut:

1. Pengumpulan dan pengolahan data

Sumber data diperoleh melalui pencatatan, pelaporan dan informasi yang

ada seperti di rumah sakit yaitu RL, kartu stok, perencanaan bahan baku,

pengadaan. Jenis data-data yaitu; alokasi dana, stok awal, pengeluaran, obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

hilang/rusak/kadaluwarsa, indeks musiman, lead time, perkembangan pada

kunjungan, daftar obat, daftar penerimaan, sisa stok, penerimaan,

kekosongan obat, pemakaian rata-rata bergerak (tahun), dan stok pengaman

2. Analisa data untuk informasi dan data

Analisa data konsumsi tahun lalu untuk penyusunan perencanaan

selanjutnya. Pada langkah ini perlu dipertimbangkan hal-hal berikut yaitu;

a. Mengantisipasi pengembangan program yang membutuhkan obat

b. Analisa VEN

c. Analisa ABC

d. Analisa terapeutik

Pemilihan obat yang akan dibeli dilakukan

1. Pemilihan jenis obat

2. Kriteria pemilihan

3. Proses pemilihan jenis/bentuk obat

3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

Tahapan perhitungan perkiraan kebutuhan obat terdiri dari 9 tahap, yaitu:

1. Perhitungan Pemakaian Nyata Pertahun (PNPT)

PNPT = Stok Awal + penerimaan – sisa stok – jumlah obat

hilang/rusak/kadaluwarsa

Sisa stok dihitung pada 1 November setiap tahunnya

2. Perhitungan Pemakaian Obat Perbulan (PRPB)

𝑃𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑁𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛


PRPB = 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛

3. Menghitung kekurangan obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Kekurangan obat = jumlah obat yang diperlukan pada saat terjadi

kekosongan obat

Kekosongan obat = waktu kekosongan obat (bulan) x pemakaian rata-

rata (bulan)

4. Menghitung Kebutuhan Obat Sesungguhnya (KOS)

KOS= pemakaian nyata + kekosongan obat

5. Menghitung kebutuhan obat pada tahun yang akan datang = kebutuhan

sesungguhnya + perkiraan kunjungan (misal 10%)

6. Menghitung lead time atau waktu tunggu

Jumlah obat pada waktu tunggu (lead time) adalah jumlah obat yang

diperlukan sejak perencanaan kebutuhan diajukan sampai dengan obat

diterima. Kebutuhan obat waktu tunggu = pemakaian rata-rata perbulan

x jumlah bulan

7. Menentukan stok pengaman

SP = jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari terjadinya

kekosongan obat ( biasanya didapatkan berdasarkan pengalaman)

8. Menghitung kebutuhan obat yang akan di program pada tahun yang

akan datang

Langkah ke-5 + kebutuhan obat pada lead time (langkah ke-6) + stok

pengaman

9. Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun anggaran yang

akan datang yaitu dengan cara langkah ke-8 – sisa stok (sisa tahun yang

lalu/stok yang akan dipakai tahun yang akan datang).

4. Penyesuaian kebutuhan obat dengan alokasi dana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

2.5.3 Fungsi Penganggaran Obat

Penganggaran merupakan salah satu mata rantai dari siklus manajemen

logistik yang dalam pelaksanaannya erat hubungannya dengan perencanaan yang

dibuat. Penganggaran adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan

perincian kebutuhan dalam suatu skala standar tertentu, yaitu skala mata uang dan

jumlah biaya (Subagya, 1994).

Dalam fungsi penganggaran, semua rencana fungsi perencanaan dan penentuan

kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk kemudian disesuaikan dengan besarnya dana

yang tersedia. Fungsi penganggaran mempunyai hubungan timbal balik yang erat

sama sekali dengan fungsi perencanaan, oleh karena itu perencanaan harus disusun

secara realistis sesuai pikiran, dana yang ada dan perencanaan yang telah

disepakati. Pengkajian mengenai hambatan-hambatan dan keterbatasan perlu

dilakukan agar anggaran tersebut dapat diandalkan. Umpan balik diperlukan untuk

penyesuaian atau perencanaan alternatif rencana- rencana. Anggaran yang terbatas

dapat mempengaruhi penilaian atau pemeliharaan barang-barang yang ditawarkan

(Subagya, 1994).

Anggaran yang dibutuhkan untuk menyempurnakan anggaran perlengkapan

atau logistik yaitu anggaran pembelian, anggaran perbaikan dan pemeliharaan,

anggaran penyimpanan dan penyaluran, anggaran penelitian dan pengembangan

barang, anggaran penyempurnaan administrasi, anggaran pengawasan, dan

anggaran pengawasan serta anggaran penyediaan dan peningkatan mutu.

Penanganan anggaran merupakan proses dari perencanaan atau penyusunan

anggaran sampai pertanggung jawaban anggaran (Subagya, 1994).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

2.5.4 Fungsi Pengadaan Obat

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi, dan sumbangan. Tujuan

pengadaan adalah untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak,

dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses

berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan (Depkes RI,

2008).

Pada proses pengadaan ada 3 elemen penting yang harus diperhatikan yaitu

(Depkes RI, 2008) :

1. Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan “biaya tinggi”.

2. Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja sama (harga kontrak = visible

cost + hidden cost), sangat penting untuk menjaga agar pelaksanaan

pengadaan terjamin mutu (misalnya persyaratan masa kadaluwarsa,

sertifikat analisa/standar mutu, yaitu harus mempunyai Material Sefety

Data Sheet (MSDS), untuk bahan berbahaya, khusus untuk alat kesehatan

harus mempunyai certificate of origin, waktu dan kelancaran bagi semua

pihak, dan lain-lain.

3. Order pemesanan agar barang dapat sesuai macam, waktu dan tempat.

Beberapa jenis obat, bahan aktif yang mempunyai masa kadaluwarsa relatif

pendek harus diperhatikan waktu pengadaanya. Untuk itu harus dihindari

pengadaan dalam jumlah besar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

2.5.5 Fungsi Penerimaan Obat

Kepmenkes nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standart pelayanan

farmasi. Pada bagian penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan

farmasi. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi yaitu :

1. Pabrik harus mempunyai sertifikat analisa;

2. Barang harus bersumber dari distributor utama;

3. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS);

4. Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai certificate

of origin;

5. Expired date minimal 2 tahun.

Adapun teknis penerimaan obat publik dan perbekalan kesehatan.

1. Penerimaan dan pemeriksaan dilakukan agar obat yang diterima sesuai

dengan jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan dokumen yang

menyertainya;

2. Dilakukan oleh panitia penerima yang salah satu anggotanya adalah

tenaga farmasi;

3. Pemeriksaan mutu obat dilakukan secara organoleptik, khusus

pemeriksaan label dan kemasan perlu dilakukan pencatatan terhadap

tanggal kadaluwarsa, nomor registrasi dan nomor batch terhadap obat

yang diterima.

Penerimaan barang adalah proses serah terima barang dari rekanan yakni

dari distributor, rumah sakit lain atau apotek lain ke unit gudang logistik rumah

sakit. Aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan penerimaan barang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

meliputi (Khasanah, 2007).

1. Barang yang diterima harus sesuai dengan faktur unit gudang logistik;

2. Barang bisa diterima apabila sudah dinyatakan sah dalam pemeriksaan.

Pemeriksaan dinyatakan sah apabila ada laporan terima barang dan

sudah ditanda tangani oleh pemeriksa barang dan rekanan.

2.5.6 Fungsi Penyimpanan Obat

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dan

menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari

pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan

penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari

penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan, dan

memudahkan pencarian dan pengawasan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut

bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO dan

disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi

sesuai dengan kebutuhan. Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

merancang gudang adalah sebagai berikut (Depkes RI. 2008) :

1. Kemudahan bergerak

Untuk memudahkan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut :

a. Gudang menggunakan sistem satu lantai, jangan menggunakan sekat-sekat

karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,

perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

b. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi,

ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau

arus L.

2. Sirkulasi udara yang baik

Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah adanya

sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik

akan memaksimalkan umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus

bermanfaar dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya

dalam gudang terdapat AC atau bisa dengan menggunakan kipas angin dan

ventilasi yang cukup melalui atap atau jendela.

3. Rak dan Pallet

Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan

sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan farmasi. Keuntungan

penggunaan pallet adalah:

a. Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir.

b. Peningkatan efisiensi penangan stok.

c. Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak

d. Pallet lebih murah dari pada rak.

4. Kondisi Penyimpanan Khusus

a. Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari

kemungkinan putusnya aliran listrik.

b. Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus

dan selalu terkunci.

c. Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus

terpisah dari gudang induk.

5. Pencegahan Kebakaran

Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar

seperti dus, karton dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang

pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung

pemadam kebakaran agar diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih

berfungsi atau tidak.

2.5.7 Fungsi Distribusi Obat

Sistem distribusi obat rumah sakit adalah tatanan jaringan sarana, personel,

prosedur dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam

kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada penderita. Sistem

distribusi obat mencakup penghantaran sediaan obat yang telah dispending instalasi

farmasi ke daerah tempat perawatan penderita dengan keamanan dan ketepatan

penderita, ketepatan jadwal, tanggal, waktu, metode pemberian, ketepatan personal

pemberi obat kepada penderita serta keutuhan mutu obat.

Sistem pelayanan distribusi perbekalan farmasi menurut PerMenKes RI No

58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit adalah:

1. Sistem persediaan lengkap diruangan

a. Pendistribusian Obat-obatan, alat kesehatan, dan bahan habis pakai untuk

persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.

b. Obat-obatan, alat kesehatan, dan bahan habis pakai yang disimpan di

ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

c. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang

mengelola maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung

jawab ruangan.

d. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock

kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

e. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan

interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock.

2. Sistem resep perorangan

Pendistribusian obat-obatan, alat kesehatan dan bahan habis pakai

berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui

instalasi farmasi.

3. Sistem unit dosis

Pendistribusian obat-obatan, alat kesehatan, bahan habis pakai berdasarkan

resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk

penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk

pasien rawat inap.

Menurut Depkes RI (2008), selain tiga sistem tersebut terdapat satu metode

distribusi lainnya yaitu sistem distribusi kombinasi. Sistem kombinasi merupakan

sistem distribusi yang selain menerangkan distribusi resep atau order individual

sentralisasi juga menerangkan distribusi persediaan di ruangan yang terbatas.

Perbekalan farmasi yang disediakan di ruangan adalah perbekalan farmasi yang

diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah

perbekalan farmasi yang harganya murah mencakup perbekalan farmasi berupa

resep atau perbekalan farmasi bebas. Kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

adalah:

1. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan

kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan

atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep

perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh instalasi farmasi.

2. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan

kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan

atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotek rumah sakit.

3. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan

pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar

jam kerja yang diselenggarakan oleh:

a. Apotek rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam

b. Ruang rawat menyediakan perbekalan emergensi

2.5.8 Fungsi Penghapusan Obat

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan

farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi

standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada

pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan pengahapusan adalah

untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola

sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan mengurangi beban

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadi penggunaan obat yang sub standar

(Depkes RI, 2008).

Dalam PerMenKes No 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit menyebutkan bahwa penghapusan dilakukan untuk

obat-obatan, alat kesehatan dan bahan habis pakai jika:

1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.

2. Telah Kadaluwarsa.

3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan

atau kepentingan ilmu pengetahuan

4. Dicabut izin edarnya.

Dalam PerMenKes No 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di rumah sakit juga menyebutkan beberapa tahapan penghapusan

obat terdiri dari:

1. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai yang

akan dimusnahkan.

2. Menyiapkan berita acara penghapusan.

3. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak

terkait.

4. Menyiapkan tempat pemusnahan.

5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta

peraturan yang berlaku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

2.5.9 Fungsi Pengendalian Obat

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan

tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah

ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di

unit-unit pelayanan. Pengendalian persediaan bertujuan untuk menciptakan

keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Oleh karena itu, hasil stock

opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan

waktu tertentu, misalnya satu bulan atau dua bulan atau kurang dari satu tahun

(Aditama, 2007).

Rangkuti (2002) menyebutkan bahwa sistem persediaan bertujuan untuk

menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam jumlah dan

waktu yang tepat serta dapat meminimumkan biaya total melalui penentuan apa,

berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara optimal. Tujuan lain dari pengendalian

persediaan adalah:

a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan

b. Agar pembentukan persediaan stabil

c. Menghindari pembelian kecil-kecilan

d. Pemesanan yang ekonomis

Kegiatan pengendalian persediaan mencakup (Depkes RI, 2008) :

1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.

2. Menentukan:

a. Stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan

agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

b. Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah

terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan

pengiriman.

c. Menentukan waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan dari mulai

pemesanan sampai obat diterima.

Pengendalian persediaan sangat penting bagi semua perusahaan terutama

bagi rumah sakit atau apotek. Persediaan obat merupakan harta paling besar bagi

sebuah rumah sakit atau apotek. Karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan

dalam persediaan, pengendalian persediaan obat yang tepat memiliki pengaruh

yang kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi rumah sakit atau

apotek (Seto, dkk 2004).

2.5.10 Fungsi Evaluasi Obat

Proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit yang meliputi

penilaian terhadap Sumber Daya Manusia (SDM), pengelolaan perbekalan farmasi,

pelayanan kefarmasian kepada pasien atau pelayanan farmasi klinik. Berdasarkan

waktu pelaksanaan evaluasi dibagi tiga jenis evaluasi yaitu evaluasi prospektif yaitu

evaluasi dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan, konkuren yaitu evaluasi

dijalankan bersamaan dengan pelayanan yang dilaksanakan, retrospektif yaitu

evaluasi pengendaliaan dijalankan setelah pelayanan dilakanakan.

Kegunaan evaluasi sebagai berikut;

1. Menetapkan kesulitan yang ditemui dalam program yang sedang berjalan;

2. Meramalkan kegunaan dari pengembangan usaha dan perbaikan;

3. Mengukur kegunaan program inovatif;

4. Meningkatkan efektifitas program manajemen dan administrasi;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

5. Kesesuaian tuntutan dan tanggung jawab.

Evaluasi memerlukan penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan

membandingkan terhadap tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.Evaluasi

memerlukan penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan membandingkan

terhadap tujuan / sasaran yang telah ditetapkan.

Arini (2006), ada beberapa format untuk program evaluasi yang dapat

diajukan. Proses tersebut dinyatakan sebagai pertanyaan yang mendasar yaitu:

1. Mengumpulkan informasi yng dibutuhkan oleh organisasi yaitu oleh pihak

manajemen sebagai pertanggung jawaban terhadap tujuan;

2. Mengidentifikasi tugas evaluatif yang paling mendasar;

3. Pengumpulan informasi atau data apa saja yang diharapkan sebagai suatu

kebutuhan informasi dalam organisasi;

4. Mencari tahu peran organisasi yang harus diorganisasikan guna

memastikan bahwa informasi evaluatif itu diperlukan dan dapat

digunakan.

Metode evaluasi dengan audit (pengawasan), dilakukan terhadap proses

hasil kegiatan apakah sudah sesuai standart. Cara metode evaluasi dengan review

(penilaian) terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, penggunaan sumber

daya dan penulisan resep, metode evaluasi dengan survei, untuk mengukur

kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara langsung dan metode

evaluasi dengan observasi, terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan

penyerahan obat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

2.6 Obat Kadaluwarsa (Expired Date)

Obat kadaluwarsa adalah obat yang sudah melewati masa kaluarsa yang

dicantumkan oleh pihak pabrik pada kemasan obat. Waktu kadaluwarsa obat

merupakan waktu yang menunjukkan saat obat tidak layak lagi digunakan atau

berakhirnya batas aktif dari obat yang memungkinkan obat menjadi kurang aktif

atau menjadi toksik (beracun). Hingga sampai waktu yang dimaksud, potensi, mutu,

khasiat, dan keamanan obat dijamin tetap memenuhi syarat. Obat akan tetap efektif

dan aman untuk kesehatan sampai batas waktu yang ditentukan jika disimpan pada

kondisi yang sesuai, yaitu pada cahaya, suhu, dan kelembaban yang sesuai. Jika

penyimpanannya tidak tepat, maka obat dapat rusak.

Menurut CDOB, untuk mencegah obat kedaluwarsa adalah sebagai berikut:

a. Tahap penerimaan: obat dan/atau bahan obat tidak boleh diterima jika

kedaluwarsa, atau mendekati tanggal kedaluwarsa sehingga kemungkinan

besar obat dan/atau bahan obat telah kedaluwarsa sebelum digunakan oleh

konsumen . Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat

harus dicatat pada saat penerimaan, untuk mempermudah penelusuran.

b. Tahap penyimpanan: harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi

stock sesuai. Obat dan/atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik,

dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara fisik

untuk obat dan/atau bahan obat kedaluwarsa harus dilakukan secara berkala

dengan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah First

Expired First Out (FEFO).

Obat-obat yang mendekati kadaluwarsa dan yang sudah kadaluwarsa perlu

penanganan khusus. Obat-obatan yang mendekati kadaluwarsa baik di ruang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

perawatan maksimal 2 bulan sebelum kadaluwarsa harus segera diserahkan ke unit

farmasi dan dibuatkan berita acara. Sedangkan untuk obat yang sudah kadaluwarsa

baik di ruang perawatan, harus dilaporkan ke unit farmasi dan dibuatkan berita

acara untuk diserahkan dan ditindaklanjuti. Sebagai tindak lanjut yaitu

dilakukannya penarikan terhadap obat-obat yang kadaluwarsa dari peredaran oleh

distributor obat dan atau dengan melakukan pemusnahan obat kadaluwarsa.

Pengelolaan obat kadaluwarsa yaitu:

a. Pemeriksaan tanggal kadaluwarsa

1. Lakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa secara berkala (1, 2 atau 3

bulan sekali)

2. Lakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa melalui 2 cara yaitu:

a. Pemeriksaan secara berkala untuk masing-masing sediaan farmasi-

alat kesehatan

b. Lakukan pemeriksaan pada saat pengambilan obat pada tahapan

penyiapan sediaan farmasi-alat kesehatan

b. Pengelolaan obat yang mendekati kadaluwarsa

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1. Unit farmasi akan selalu membuat laporan obat-obat yang akan

kadaluwarsa maksimal 2 bulan sebelum kadaluwarsa

2. Pelaporan tersebut akan diberikan kepada dokter-dokter dan diminta untuk

dapat memakai obat tersebut.

3. Pelaporan juga dilakukan kepada manajemen

4. Bagian purchasing farmasi akan melaporkan obat-obat yang akan

mendekati kadaluwarsa tersebut kepada distributor masing-masing obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

sesuai dengan kebijakan distributor tersebut dalam menerima retur obat-

obat mendekati kadaluwarsa.

5. Apabila telah disepakati maka obat-obat mendekati kadaluwarsa akan

diretur ke distributor obat tersebut dan akan diberikan pengganti obat yang

masa kadaluwarsanya lebih panjang.

c. Pengelolaan obat yang telah kadaluwarsa

Beberapa jenis obat kadaluwarsa tidak dapat diretur seperti langkah di atas

dikarenakan oleh beberapa sebab antara lain obat tersebut merupakan jenis obat

life saving yang harus selalu ada dan karena proses pengadaannya harus diimport

(beli putus), selain itu juga obat dari daftar BPJS yang memang dalam

kebijakannya tidak bisa diretur.

Langkah-langkah yang dilakukan terhadap obat-obat yang kadaluwarsa:

1. Unit farmsi tetap akan berusaha melaporkan kepada distributor untuk

dicarikan jalan keluar yang baik

2. Apabila tidak berhasil maka akan dibuatkan berita acara mengenai obat-obat

yang kadaluwarsa tersebut

3. Kemudian obat-obatan tersebut akan diserahkan kepada tim K3RS untuk

dimusnahkan dan dibuatkan berita acara pemusnahannya.

2.7 Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya, pengelolaan obat-

obatan menjadi sebuah hal yang sangat penting di instalasi farmasi sebuah rumah

sakit. Sebab, hampir 90% pelayanan rumah sakit menggunakan perbekalan

farmasi, dimana 50% diantaranya adalah pengelolaan obat-obatan. Tujuan dari

pengelolaan obat yang efektif dan efesien adalah tersedianya pelayanan obat-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

obatan yang tepat guna, tepat jumlah dan tepat sasaran sehingga menjamin mutu

pelayanan sebuah rumah sakit.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disusun sebuah kerangka pikir

penelitian sebagaimana diringkas dalam bagan di bawah. Penelitian akan

dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Djoelham Binjai. Penelitian akan

menggunakan desain pendekatan sistem yang terdiri dari input, process, dan

output. Persediaan obat akan ditentukan oleh komponen input yaitu sumber daya

manusia, anggaran, sarana dan prasarana, prosedur, sistem informasi, dan

pemasok. Namun dalam hal ini, sistem informasi dan pemasok merupakan

variabel yang tidak akan diteliti. Kemudian pada komponen proses yang terdiri

dari seluruh manajemen pengelolaan obat merupakan variabel-variabel yang akan

diteliti satu-persatu dimulai dari perencanaan, penganggaran, pengadaan,

penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, dan pengendalian. Selanjutnya akan

dilihat pada komponen output dimana seharusnya akan didapatkan tersedianya

obat-obatan yang efektif dan efisien.

Namun, di RSUD Dr. Djoelham Binjai sendiri terdapat keadaan dimana

terjadi stok obat kadaluwarsa (expired date) yang idealnya seharusnya tidak ada

obat yang rusak atau kadaluwarsa (0%). Kondisi obat kadaluwarsa dapat

menimbulkan biaya pemesanan antara lain, biaya telpon, biaya surat-menyurat,

biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi, upah, pengepakan, dan penimbangan.

Biaya penyimpanan diantaranya, biaya penerangan , pemanas, cold storage,

exhaust fan, biaya pengelolaan administrasi. Seluruh biaya yang ditimbulkan

merupakan semua biaya yang dikeluarkan dan menimbulkan kerugian materi bagi

pihak RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Pengelolaan Persediaan Obat

1. Sumber Daya 1. Perencanaan Persediaan Obat

Manusia (SDM) 2. Penganggaran

I 2. Anggaran P 3. Pengadaan O
Obat Kadaluarsa
N 3. Sarana Prasarana R 4. Penerimaan U

P O P
4. Prosedur 5. Penyimpanan
Identifikasi faktor
U 5. Sistem S U
6. Pendistribusian yang
T E T memengaruhi dan
6. Pemasok 7. Penghapusan kerugian materi
S akibat obat
8. Pengendalian kadaluwarsa.

Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian kualitatif dan

kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan observasi dan wawancara

mendalam (in-depth interview). Penelitian kuantitatif dilakukan dengan

perhitungan sederhana biaya kerugian yang diakibatkan stok obat kadaluwarsa.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dearah (RSUD) Dr. R.M.

Djoelham Binjai. Pemilihan lokasi ini berdasarkan permasalahan yang ada di rumah

sakit tersebut yaitu banyaknya stok obat kadaluwarsa.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada 20 Agustus 2017 – 4 April 2018.

3.3 Informan Penelitian

Informan penelitian ini diambil dengan memilih informan yang

bertanggungjawab dan ditugaskan pada bidang tersebut dan mengetahui masalah

dengan jelas, mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar yang

berkaitan dengan penelitian. Adapun informan yang telah diwawancarai adalah

sebagai berikut:

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Tabel 4.2 Karakteristik Informan

No Nama Informan Umur Jenis Pendidikan Jabatan


(tahun) Kelamin
1 dr. AM. Setia 57 Laki-laki Konsultan Wadir
Putra Intensif Pelayanan
Care Medis
2 dr. Menaita 49 Perempuan S2 Kabid
Meliala, M.Kes Penunjang
Medis
3 Popi Novita, 38 Perempuan Apoteker Kapala
S.Farm, Apt Instalasi
Farmasi
4 Sanny Ervina 32 Perempuan S1 Kepala
Ginting, S. Farm Gudang
5 David Ginting, 35 Laki-laki Apoteker PPK/PPTK
S.Farm, Apt
6 Indah Sri Evita 36 Perempuan S1 PPHP
7 Sandra Dewi 38 Perempuan D3 Staf Gudang
8 David Ginting, 35 Laki-laki Apoteker APJ Apoteker
S.Farm, Apt
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa informan pada penelitian

ini terdiri dari 8 informan, yaitu 1 informan Wadir Pelayanan Medis RSUD DR.

RM. Djoelham Binjai berusia 57 tahun dengan pendidikan Konsultan Intensif Care,

1 informan Kabid Penunjang Medis berusia 49 tahun dengan pendidikan S2, 1

informan Kepala Instalasi Farmasi berusia 38 tahun dengan pendidikan Apoteker,

1 informan Kepala Gudang berusia 32 tahun dengan pendidikan S1, 1 informan

PPK/PPTK berusia 35 tahun dengan pendidikan Apoteker, 1 informan PPHP

berusia 36 tahun dengan pendidikan S1, 1 informan staf gudang berusia 38 tahun

dengan pendidikan D3, dan 1 informan APJ Apoteker berusia 35 tahun dengan

pendidikan Apoteker.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan

data primer dan data sekuder.

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara observasi partisipatif dan wawancara

mendalam menggunakan instrumen penelitian secara langsung kepada informan

yang telah ditetapkan (Notoadmodjo,2005)

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada

peneliti. Data sekunder diperoleh melalui petugas lapangan dengan mengumpulkan

berkas dan catatan jumlah obat kadaluwarsa serta mengumpulkan data mengenai

biaya obat mulai dari pemesanan, penyimpanan, dan termasuk biaya pengelolaan

administrasi.

3.5 Validasi Data

Pendekatan penelitian kualitatif memiliki sampel yang sedikit dan

pengambilan sampelnya secara purposive (non-probability), sehingga untuk

menjaga keabsahan data yang didapat harus dilakukan dengan triangulasi,

diantaranya:

1. Triangulasi Sumber

Menurut Sumantri (2010), dilakukan dengan cara cross check data

dengan fakta dari sumber lainnya yang terkait untuk menggali topik yang

sama, membandingkan dan melakukan kontras data, serta menggunakan

kelompok informan yang sangat berbeda semaksimal mungkin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

2. Triangulasi Metode

Dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data, diantaranya wawancara mendalam,

observasi, FGD dan telaah data sekunder berupa SOP dan dokumen

pendukung pengelolaan persediaan obat .

3. Triangulasi Analisis

Dilakukan dengan cara analisis data oleh lebih dari satu orang dan

juga dengan cara umpan balik dari informan.

3.6 Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Indikator Cara Pengukuran


Variabel Kualitatif
1 Sumber daya Tenaga kefarmasian 1. Jumlah petugas In-depth interview ,
manusia yang bertugas dalam pengelolaan obat observasi dan telaah
pengelolaan persediaan sesuai Dirjen Bina dokumen
obat di RSUD Djoelham Kefarmasian dan Alat
Binjai Kesehatan
2. Informasi mengenai
kesesuaian
pengetahuan

2 Anggaran Dana yang disediakan Informasi mengenai In-depth interview


oleh pihak rumah sakit sejumlah uang yang dan telaah dokumen
dalam menunjang disediakan dan
kegiatan pengelolaan dipergunakan untuk
logistik obat pengelolaan obat

3 Sarana dan Fasilitas yang digunakan Informasi mengenai In-depth interview


prasarana untuk mendukung proses fasilitas yang digunakan dan observasi chek
pengelolaan logistik obat untuk mendukung proses list
di rumah sakit pengelolaan obat

4 Prosedur Pedoman yang Informasi mengenai In-depth interview,


digunakan dalam prosedur kegiatan observasi, dan
pengelolaan gudang pengelolaan obat telaah dokumen
farmasi seperti SOP dan
job description
5 Perencanaan Proses pemilihan jenis Metode Konsumsi In-depth interview
obat, jumlah dan harga 1. Rata-rata penggunaan dan observasi data
perbekalan farmasi obat perencanaan obat
antara kebutuhan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

anggaran dengan metode 2. Safety stock setiap


epidemiologi, konsumsi, item obat
ataupun metode 3. Jumlah total
kombinasi. kebutuhan obat setiap
pengadaan dan
pengadaan berikutnya
4. Trend konsumsi
5. Memperkirakan biaya
setiap obat dan total
harga obat
6. Membandingkan total
biaya dan anggaran
6 Penganggaran Kegiatan untuk Informasi mengenai In-depth interview,
merumuskan perincian kegiatan merumuskan dan telaah dokumen
penentu kebutuhan jumlah anggaran yang
dalam skala tertentu. dikeluarkan oleh RS untuk
kebutuhan obat-obatan di
IF RSUD Djoelham Binjai
7 Pengadaan Kegiatan untuk In-depth interview
memenuhi kebutuhan 1. Petugas dan observasi data
persediaan obat sesuai 2. Metode pengelolaan obat
perencanaan dengan 3. Jadwal pengadaan
membeli obat
menggunakan metode
pelelangan umum,
pelelangan terbatas,
pemilihan langsung,
penunjukkan langsung,
dan hasil donasi.
8 Penerimaan Kegiatan penerimaan 1. Dokumen yang In-depth interview
obat di unit logistik yang menyertai dan observasi
telah dipesan kepada 2. Petugas khusus bagian kegiatan
suplier obat penerima dan penerimaan dan
pemeriksa pemeriksaan barang
3. Jenis pemeriksaan
barang

9 Penyimpanan Kegiatan pengaturan 1. Pengaturan gudang In-depth interview


penyimpanan persediaan 2. Penyimpanan gudang dan observasi di
obat sesuai dengan gudang pengaturan
persyaratan yang dan penyimpanan
ditetapkan gudang
10 Pendistribusia Kegiatan menyalurkan 1. Respon time : waktu In-depth interview
n pembekalan obat ke pemesanan sampai dan observasi data
seluruh unit pelayanan di penerimaan pendistribusian obat
rumah sakit. 2. Service level: jumlah
dan jenis obat yang
didistribusikan pada
proses distribusi obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

11 Penghapusan Kegiatan menghilangkan 1. Retur In-depth interview


tanggungjawab rumah 2. Pemusnahan obat dan observasi data
sakit karena obat yang penghapusan obat
tidak dipaki lagi dengan
membentuk panitia
penghapusan.

12 Pengendalian Kegiatan memonitor dan 1. Petugas bagian In-depth interview


mengamankan pengendalian dan observasi data
keseluruhan kegiatan 2. Data dan metode pengendalian obat
pengelolaan logistik obat evaluasi
13 Obat Jenis yang sudah Obat pada data persediaan Perhitungan seluruh
kadaluwarsa melewati masa kaluarsa obat obat kadaluwarsa
yang dicantumkan oleh dibandingkan
pihak pabrik pada dengan persediaan
kemasan obat. obat

14 Penyebab obat Tindakan yang dapat Kegiatan persediaan obat In-depth interview
kadaluwarsa menyebabkan terjadinya kemudian
stok obat kadaluwarsa menganalisa dan
menyimpulkan
penyebab
berdasarkan
pernyataan
informan,
keputusan diambil
dari masalah-
maslaah yang ada.
Variabel Kuantitatif
15 Biaya Sejumlah uang yang Biaya pembelian obat Harga obat x jumlah
Pembelian dikeluarkan oleh pihak kadaluwarsa stok obat
obat rumah sakit dalam kadaluwarsa
proses pembelian obat
yang pada akhirnya
mengalami kadaluwarsa
16 Biaya Sejumlah uang yang Biaya administrasi dan Penjumlahan antara
pemesanan dikeluarkan oleh pihak biaya telepon/internet biaya administrasi
obat rumah sakit dalam dan biaya telepon di
proses pemesanan obat unit logistik
yang pada akhirnya instalasi farmasi
mengalami kadaluwarsa
17 Biaya Sejumlah uang yang 1. Biaya listrik di gudang Penjumlahan biaya
penyimpanan dikeluarkan oleh pihak penyimpanan; listik di gudang
obat rumah sakit dalam 2. Biaya pembuatan kartu penyimpanan, biaya
proses penyimpanan stok; pembuatan kartu
obat yang pada akhirnya stok setiap obat,
mengalami kadaluwarsa biaya kerusakan
obat atau
kadaluwarsa obat,
Biaya listrik di
gudang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

penyimpanan:
[biaya listrik per
bulan / jumlah obat]
x jumlah obat
kadaluwarsa
Biaya pembuatan
kartu stok: biaya
kartu stok x jumlah
obat kadaluwarsa

18 Biaya Sejumlah uang yang Biaya kesempatan 15% (keuntungan


kesempatan hilang dengan (biaya keuntungan) yang diperoleh dari
kehilangan keuntungan penjualan obat) x
obat. harga obat
kadaluwarsa
19 Kerugian Kerugian diakibatkan 1. Biaya pemesanan; Menjumlahkan
rumah sakit obat yang tidak 2. Biaya pembelian biaya pembelian,
digunakan lagi. 3. Biaya penyimpanan pemesanan,
4. Biaya kesempatan penyimpanan, dan
biaya kesempatan
stok obat
kadaluwarsa

3.7 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti yang melakukan wawancara secara langsung

kepada informan, selain itu peneliti juga melakukan observasi langsung pada

kegiatan pengelolaan obat dan telaah dokumen. Menurut Notoadmodjo (2005), i

nstrumen yang digunakan pada penelitian ini antara lain pedoman

wawancara, telaah dokumen, lembar observasi, alat tulis, laptop, kamera dan alat

perekam suara.

3.8 Metode Pengelolaan dan Analisis Data

3.8.1 Pengelolaan Data

Hasil wawancara mendalam dalam bentuk rekaman suara dipindahkan ke

dalam bentuk transkrip wawancara lengkap untuk setiap informan. Transkrip

dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Kemudian data yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

terdapat dalam transkrip tidak semuanya digunakan dalam penelitian, untuk itu

dilakukan reduksi untuk menghilangkan data-data yang tidak berhubungan dengan

variabel penelitian. Transkrip yang telah direduksi, dituangkan ke dalam matriks

wawancara berdasarkan variabel penelitian, untuk kemudian ditriangulasi.

Transkrip dan matriks wawancara merupakan pedoman untuk menyajikan hasil

penelitian dan dengan menambahkan data-data hasil observasi dan telaah dokumen.

3.8.2 Analisis Data

Menurut Notoadmodjo (2005) data kualitatif dilakukan dengan analisis

kualitatif dengan proses berpikir induktif yaitu dimulai dari keputusan-keputusan

khusus (data yang terkumpul) kemudian diambil kesimpulan secara umum. Pada

penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menelaah dan mengurutkan data hasil

observasi, wawancara mendalam dan penelusuran dokumen yang dikatagorikan

dalam kelompok input, proses, output. Kemudian hasil pengelompokan tersebut

dibandingkan dengan kepustakaan. Selain itu analisis data juga menggambarkan

kerugian yang ditanggung dengan menggunakan tabel berdasarkan perhitungan

pada setiap biaya dan dinarasikan. Menggambarkan permasalahan dan penyebab

utama masalah manajemen persediaan obat dengan menggunakan tabel frekuensi

dan alternatif solusinya dalam bentuk narasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R.M. Djoelham Binjai merupakan

rumah sakit pemerintah kota Binjai dengan tipe B. Rumah sakit ini memiliki area

seluas 4.229 m2 dan luas bangunan 3.159 m2. Rumah sakit ini didirikan oleh Tengku

Musa pada tahun 1927. Pada awal berdirinya rumah sakit ini bernama RSU Binjai

yang memiliki satu gedung dengan fasilitas yang masih sederhana dan hanya

memiliki satu orang dokter yang bertugas.

Tahun 1976 – 1980 status RSUD Binjai merupakan rumah sakit pembantu

dalam klasifikasi rumah sakit tipe D yang melaksanakan pelayanan kesehatan dasar

dengan RSU Tanjung Pura sebagai rumah sakit induknya. Tahun 1981-1985

merupakan periode proses dimana RSUD Binjai menuju RSUD kelas C dengan

program sistem paket dokter spesialis. Tahun 1985-1987 Departemen Kesehatan RI

menempatkan dokter spesialis.

Pada tanggal 18 Mei 1992, berdasarkan peraturan daerah kota madya Binjai

nomor: 4 tahun 1991, Rumah Sakit Umum Binjai ditabalkan namanya menjadi

RSUD dr. R.M. Djoelham Binjai. Penabalan nama ini sebagai upaya penghormatan

dan mengenang jasa besar seorang dokter yang cukup berperan baik dalam

pengabdian dibidang kesehatan maupun pada masa perjuangan kemerdekaan.

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49

Dengan tersedianya 4 pelayanan spesialistik, RSUD DR.R.M Djoelham

Binjai telah memenuhi standar pelayanan klasifikasi rumah sakit umum daerah

kelas C. Klasifikasi kelas C ini ditetapkan dengan keputusan menteri kesehatan

Nomor 303/Menkes/SK/IV/1987 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Binjai

sebagai Rumah Sakit Kelas C.

Pada tahun 2015, berdasarkan Keputusan Walikota Binjai Nomor : 900-

586/K/Tahun 2015 Tentang Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham

Binjai. Diharapkan dengan pola penerapan keuangan Badan Layanan Umum

(BLUD) RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai mampu memberikan pelayanan yang

lebih efektif dan efesien terhadap pasien.

Saat ini, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara

berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan

fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Berdasarkan klasifikasi tersebut,

RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai termasuk dalam klasifikasi Rumah Sakit Umum

Kelas B. Fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang disediakan pada rumah

sakit klasifikasi kelas B yaitu 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis

penunjang medik, 10 (sepuluh) spesialis lain dan 2 (dua) spesialis dasar.

4.1.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai

Dalam melaksanakan tugasnya RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai memiliki

visi dan misi serta motto dan tujuan, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

a. Visi

Sesuai dengan renstra RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2017-2020,

Visi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai adalah “ Menjadi Rumah Sakit Rujukan

yang Bermutu, Berdaya Saing, dan Berwawasan Lingkungan”.

b. Misi

Misi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai, yaitu:

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar akreditasi

2. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional, sehat, produktif, dan

sejahtera

3. Mewujudkan sistem informasi manajemen rumah sakit yang terintegrasi

4. Mewujudkan Rumah Sakit yang bersih, nyaman dan aman

5. Meningkatkan dan menetapkan sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel,

transparan, efektif dan efesien.

c. Motto

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Binjai bermottokan:

“SMART”, yang merupakan singkatan dari :

Selalu Mengutamakan Keselamatan Pasien

Menjunjung Tinggi Nilai Etika Profesi

Akurat dalam menetapkan Dignosa

Ramah dan Santun

Terpadu dan terbuka dalam melaksanakan tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Makna tersebut yaitu, kesehatan pasien merupakan fokus utama

RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai, tapi harus didukung kesehatan lingkungan yang

sehat, maka diciptakan pelayanan yang berkualitas.

d. Tujuan

Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Binjai, yaitu:

1. Memberikan Pelayanan Prima dan Profesional berdasarkan standar yang

ditetapkan.

a. Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu memuaskan dan professional

berdasarkan standar yang ditetapkan.

b. Senantiasa mengikuti perkembangan IPTEK yang mutahir

c. Mengembangankan penelitian dasar dan terapan untuk meningkatkan

mutu pelayanan.

d. Menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak untuk

menjalin jaringan kerjasama yang saling menguntungkan.

e. Mewujudkan tingkat kepuasan konsumen baik internal maupun eksternal

secara optimal.

f. Memberdayakan seluruh potensi sumber daya yang ada di rumah sakit.

2. Menjadi Rumah Sakit yang mampu mewujudkan fungsinya sebagai pelayanan

pendidikan dan penelitian, serta mampu memberikan manfaat untuk

masyarakat

4.1.3 Instalasi Farmai RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai

Instalasi farmasi merupakan salah satu bagian instalasi yang ada di RSUD

Dr. R.M. Djoelham Binjai yang memberikan pelayanan kepada pasien berupa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

pelayananan farmasi, serta menjamin ketersediaan obat-obatan melalui manajemen

farmasi. Pada tahun 2016 jumlah resep yang dilayani oleh instalasi farmasi

sebanyak 36.785 resep. Untuk pegawai di instalasi farmasi RSUD Dr. R.M

Djoelham Binjai berjumlah 28 orang dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 4.1 Jumlah Sumber Daya Manusia di Instalasi Farmasi RSUD Dr R.M.
Djoelham Binjai
No Kualifikasi Pendidikan Jumlah (orang)
1 Apoteker 9
2 AKAFARMA 3
3 AKFAR 14
4 Asisten Apoteker/SMF 2
Total 28
Sumber. Profil RSUD dr R.M. Djoelham Binjai tahun 2017

Letak instalasi farmasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai berada di sebelah

kiri pintu masuk dan apotek berada di depan instalasi farmasi sehingga

mempermudah dalam pelayanan kefarmasian dan tidak mengganggu untuk

pelayanan kesehatan lainnya.

Struktur organisasi pada instalasi farmasi RSUD Dr. R.M. Djoelham

Binjai seperti pada skema berikut ini:


Wadir Pelayanan Medis

Ka. Instalasi Farmasi


Administrasi

Penangung Jawab Farmasi klinik Farmasi klinik


Perencanaan, Pengadaan
Dan Pendistribusian

(Gambar 4.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi)


Sumber : Profil RSUD DR. R.M Djoelham Binjai Tahun 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

4.2 Karakeristik Informan

Karakteristik informan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Karakteristik Informan

No Nama Informan Umur Jenis Pendidikan Jabatan


(tahun) Kelamin
1 dr. AM. Setia 57 Laki-laki Konsultan Wadir
Putra Intensif Pelayanan
Care Medis
2 dr. Menaita 49 Perempuan S2 Kabid
Meliala, M.Kes Penunjang
Medis
3 Popi Novita, 38 Perempuan Apoteker Kapala
S.Farm, Apt Instalasi
Farmasi
4 Sanny Ervina 32 Perempuan S1 Kepala
Ginting, S. Farm Gudang
5 David Ginting, 35 Laki-laki Apoteker PPK/PPTK
S.Farm, Apt
6 Indah Sri Evita 36 Perempuan S1 PPHP
7 Sandra Dewi 38 Perempuan D3 Staf Gudang
8 David Ginting, 35 Laki-laki Apoteker APJ Apoteker
S.Farm, Apt
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa informan pada penelitian

ini terdiri dari 8 informan, yaitu 1 informan Wadir Pelayanan Medis RSUD DR.

RM. Djoelham Binjai berusia 57 tahun dengan pendidikan Konsultan Intensif Care,

1 informan Kabid Penunjang Medis berusia 49 tahun dengan pendidikan S2, 1

informan Kepala Instalasi Farmasi berusia 38 tahun dengan pendidikan Apoteker,

1 informan Kepala Gudang berusia 32 tahun dengan pendidikan S1, 1 informan

PPK/PPTK berusia 35 tahun dengan pendidikan Apoteker, 1 informan PPHP

berusia 36 tahun dengan pendidikan S1, 1 informan staf gudang berusia 38 tahun

dengan pendidikan D3, dan 1 informan APJ Apoteker berusia 35 tahun dengan

pendidikan Apoteker.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

4.3 Hasil Wawancara dan Observasi Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi

DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018

4.3.1 Komponen Masukan (Input)

Input merupakan masukan yang harus tersedia untuk melaksanakan sebuah

kegiatan atau proses tertentu. Input dalam sistem pengelolaan logistik obat yaitu

Sumber Daya Manusia (SDM), anggaran dana, sarana dan prasarana, serta prosedur

pengelolaan (SOP).

4.3.1.1 Pernyataan Informan Tentang Sumber Daya Manusia (SDM)

Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sumber Daya Manusia


(SDM) di Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
1 Kalau melihat jumlah resep yang harus ditangi kita masih
kekurangan, namun untuk kualifikasi saya rasa sudah
memenuhi...(1)

2 Belum, seharusnya instalasi farmasi itu.....rumah sakit ini


tipe B dengan jumlah tempat tidur yang notabene-nya 200
tempat tidur, 50 resep itu ditangani 1 apoteker, jadi kalau
di sini resep rawat inap 250-500, berarti kita butuh
berapalah....harusnya rumah sakit ini idealnya memiliki 30
apoteker, jadi belum sesuai (2)
1 Kalau dari hasil pekerjaan, seharusnya mampu tetapi
kerjaan kadang ada yang tidak selesai, terkadang jumlah
yang membuat kadang pekerjaan tidak selesai tepat waktu
(1)

2 Kurang mampu, mungkin karena sistem kerja-SOP dan


sistem koordinasi yang selama ini masih berakar pada
permasalahan yang lama, di sini belum bekerja sesuai
dengan tupoksinya (2)
1 Proses obat inikan dari perencanaan mengacu pada
formularium..nah ini terkait dengan instalasi farmasi, terus
komite farmasi, secara fungsional dokter-dokter yang
menentukan obat yang mengusulkan obat...kemudian
dibantu PPK, PPTK, dan PPHP...(1)

2 Mulai dari obat direncanakan hingga akhirnya nanti


goalnya direktur, karena direkturkan banyak kesibukan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

akhirnya diperlukan bagian pengadaan yang membantu


dalam hal ini PPK/PPTK , setelah obat diadakan nanti akan
ada yang menerima yaitu PPHP, selain itu kita juga sudah
memiliki KFTRS yang beranggotakan SMF yaitu dokter-
dokter yang nantinya akan ada rapat KFT dan disanalah
dirapatkan apa-apa saja obat yang diperlukan. (2)
1 Selama ini pelatihan pernah ada, kita kirim ke pelatihan di
luar,..namun untuk kita melaksanakan atau mendatangkan
pelatih ke sini, itu belum...(1)

2 Upayanya ada, kita sudah masukan itu ke diklat, tapi


sampai sekarang belum terlaksana, tapi setiap tahun akan
ada pelatihan dari dinas kesehatan provinsi dan itupun
hanya perwakilan 2-3 orang paling banyak..... (2)

Tabel 4.4 Hasil Observasi Sumber Daya Manusia (SDM) di Unit Logistik
Instalasi Farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai 2018
No Indikator Pengukuran Observasi Hasil Keterangan
Observasi
Ya Tidak
1 Terdapat Kepala Instalasi 1 orang
Farmasi
2 Terdapat Kepala Gudang 1 orang
3 Terdapat staf gudang 1 orang
4 Terdapat pengurus apotik 25 orang
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen

Tabel 4.5 Hasil Observasi Karakteristik Sumber Daya Manusia (SDM) di Unit
Logistik Instalasi Farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai 2018
No SDM Instalasi Farmasi Umur Pendidikan Lama Kerja
(tahun) (tahun)
1 Kepala Instalasi Farmasi 38 Apoteker 2,5
2 Kepala Gudang 32 S1 2
3 Pengurus staf gudang 38 D3 2
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen

Berdasarkan Permenkes No. 72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian bahwa instalasi farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga teknis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar

tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga apoteker

dan tenaga teknis kefarmasian di rumah sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan

klasifikasi dan perizinan rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri. Uraian tugas

tertulis dari masing-masing staf instalasi farmasi harus ada dan sebaiknya dilakukan

peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai kebijakan dan prosedur

di instalasi farmasi. Kualifikasi SDM yang berhubungan dengan pekerjaan

kefarmasian harus terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian sementara

tenaga penunjang lainnya terdiri dari operator, tenaga administrasi, dan pembantu

pelaksana.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa jumlah Sumber Daya

Manusia (SDM) masih kurang dan belum mampu melaksanakan pekerjaan secara

maksimal, serta untuk pengelolaan obat dibantu oleh pihak-pihak lainnya seperti

PPK, PPTK dan PPHP. Berdasarkan Permenkes No. 72 tahun 2016 Tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian bahwa seharusnya untuk pelayanan farmasi

manajerial dan pelayanan farmasi klinik bagi pasien rawat inap idealnya adalah 1

apoteker untuk 30 pasien sedangkan untuk pasien rawat jalan adalah 1 apoteker

untuk 50 pasien. Sementara instalasi farmasi RSUD. DR. RM. Djoelham Binjai

hanya berjumlah 28 orang dengan rincian SDM 5 orang apoteker, 3 orang sarjana

farmasi, 10 asisten apoteker, 6 tenaga administrasi dan 3 operator komputer.

Melalui jumlah tersebut antara jumlah tenaga dan beban kerja tidak sesuai dengan

jumlah resep pasien yang ditangani belum lagi pekerjaan manajerial lainnya.

Sehingga tenaga farmasi di instalasi dinilai kurang maksimal dan mampu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

menyelesaikan pekerjaan susuai dengan waktu yang seharusnya. Selain itu, selama

ini petugas instalasi belum pernah mendapat pelatihan khusus terkait teknis

manajerial pelayanan farmasi dari rumah sakit sebagai penyelenggara pelatihan.

Pelatihan bagi tenaga farmasi hanya dilakukan dengan mengirimkan 2-3 orang

tenaga farmasi sebagai wakil instalasi pada pelatihan yang diselenggarakan oleh

Dinas Kesehatan Provinsi.

Terjadinya masalah terkait jumlah dan pengalaman pelatihan akan

mempengaruhi proses pengelolaan obat itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan

adanya rekrutmen tenaga farmasi baru mengingat pentingnya tenaga farmasi yang

ideal dalam mendukung lancarnya kegiatan pengelolaan obat serta dibutuhkan

adanya pelatihan kegiatan manajerial bagi tenaga farmasi agar kegiatan

kefarmasian dapat maksimal dan selesai tepat pada waktunya.

4.3.1.2 Pernyataan Informan Tentang Anggaran Dana

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Anggaran Dana di Instalasi


Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
1 Jenis sumber dana kita yaitu APBD dan BLUD...ah kalau
presentasinya saya kurang tau...(1)

2 Kitakan di rumah sakit ini ada yang namanya APBD dan


BLUD. Pemakaian dana BLUD ini dilakukan apabila dana
APBN sendiri tidak mencukupi, kalau yang selama ini renja
yang pernah kita ajukan 6-7 milyar untuk APBD dan 200 juta
untuk BLUD dan dana tersebut sudah termasuk obat-obatan
dan bahan medis habis pakai (2)
1 Anggaran dana tentu kita sesuaikan dengan kebutuhan hasil
perencanaan dan setelah perencaan dilakukan ah..nanti
disesuaikan dengan dana yang tersedia....(1)

2 Anggaran dana sudah di renja, direncanakan sejak satu


tahun sebelumnya, tapi nanti deal-nya dari sini dan
dimasukan ke pemko, sebelum ketok palu DPR (2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

1 Oh iya...kalau kitakan mengajukan, pemerintah kota ini kan


melihat kepentingan bukan rumah sakit saja,, kalau dana
untuk kesehatan ini nantinya ada pengurangan, ya kita
tinggal menyesuaikan saja...(1)

2 Bukan kendala sebenarnya, Pak wali sebenarnya pasti


melihat kebutuhan obat dari pasien kita, dari data pasien
kita, nnatinya kan dilihat sesuai dengan laporan
pertanggungjawaban sebelumnya, dari sana nanti bapak
melihat berapa sebenarnya kebutuhan kita. (2)

Anggaran merupakan salah satu komponen input yang mempengaruhi

pengelolaan obat di instalasi farmasi rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan kepada informan dapat diketahui bahwa sumber anggaran dana

terdiri dari 2 (dua) sumber yaitu dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APBD) dan dana Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Untuk anggaran dana

APBD sendiri sudah direncanakan sejak setahun sebelumnya dan menunggu

keputusan kepala daerah terkait dana yang akan ditetapkan untuk belanja obat satu

tahun kedepan. Untuk dana APBD sekitar 6-7 milyar dan untuk BLUD sekitar 200

juta dan dana tersebut sudah termasuk obat-obatan dan bahan medis habis pakai.

Untuk dana sendiri biasanya sudah dimasukkan ke dalam renja yang

dilakukan setahun sebelumnya, kemudian dana yang sudah dianggarkan akan

diusulkan kepada pihak pemerintah kota dan ditetapkan untuk kemudian disetujui

oleh DPR. Setelah dana disetujui, dana APBD digunakan diawal-awal tahun untuk

memenuhi kebutuhan rumah sakit dan jika dana tidak mencukupi maka pihak

rumah sakit akan menggunakan dana BLUD.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

4.3.1.3 Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana di


Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
1 Ya masih belum kalau untuk peralatan, tapi untuk
merencanakan bisa, tapi tidak maksimal,...untuk
penyimpanan, katakanlah gudang kita masih terbatas dan
belum dianggap sempurna dalam mendukung
penyimpanan....(1)

2 Oh...belum, kalau sarana sebenarnya kita kan perlu internet


misalnya, sistem SIMRS, sistemnya belum begitu baik
sehingga dalam menunjang dalam evaluasi obat yang lebih
detail lagi untuk kebutuhan, penggunaannya terkadang kita
butuh waktu yang panjang dalam pengelolaan laporan, juga
misalnya gudang yang masih kurang, misal luasnya masih
kurang, kondisi gudang misalnya suhu masih belum optimal,
pernah kejadian obat rusak di sini, .... (2)
1 Standart sudah, kita punya ini punya ini, hanya saja
jumlahnya belum memenuhi, tetapi dalam hal kalau kita
katakan yang baik itu kan lengkap, itu belum...(1)

2 Kalau obat masuk butuh SDM dan komputerisasi, tapi sistem


komputer kita sendiri kadang mendapat gangguan..... (2)
1 Ada sistem entry masuk, tapi itu tadi, karena beban kerja
banyak jadi kadang tidak bisa tepat waktu, ...gudang
jumlahnya masih terbatas (1)

2 Yaitu tadi, kalau misalnya kita diminta laporan kita belum


bisa berikan sesuai waktu yang diperlukan, selain itu juga
SDM juga kita juga kurang, kebetulan SDM kita juga gak
pernah diadakan pelatihan dan semuanya otodidak, jadi
sebenarnya kinerjanya kurang artinya kalau 100% ini tidak
mencapai, belum optimal.... (2)

Tabel 4.8 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi DR.RM.
Djoelham Binjai Tahun 2018
No Indikator Pengukuran Observasi Hasil Keterangan
Observasi
Ya Tidak
1 Terdapatnya komputer Digunakan Masih
mendukung e- kurang
katalog obat
2 Terdapatnya dokumen daftar obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

obat kadaluarsa kadaluwarsa


dan kartu
stock
3 Buku harian penerimaan Pencatatan
obat penerimaan
obat
4 Buku harian pengeluaran Pencatatan
obat pengeluaran
obat
5 Gudang penyimpanan Gudang Tidak sesuai
yang ideal dengan
perlengkapan
yang lengkap
6 Terdapatnya AC atau Alat penstabil Tidak
kipas angin suhu ruangan memadai
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen

Berdasarkan Permenkes No. 72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian bahwa Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

harus didukung oleh sarana dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan

perundang-undangan kefarmasian yang berlaku. Lokasi harus menyatu dengan

sistem pelayanan Rumah Sakit, dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan

manajemen, pelayanan langsung kepada pasien, peracikan, produksi dan

laboratorium mutu yang dilengkapi penanganan limbah. Peralatan yang

memerlukan ketepatan pengukuran harus dilakukan kalibrasi alat dan peneraan

secara berkala oleh balai pengujian kesehatan dan/atau institusi yang berwenang.

Peralatan harus dilakukan pemeliharaan, didokumentasi, serta dievaluasi secara

berkala dan berkesinambungan. Sarana farmasi meliputi fasilitas ruangan yang

harus memadai meliputi ruang administrasi, ruang gudang penyimpanan sediaan

farmasi, ruang distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai,

ruang konsultasi obat, ruang pelayanan informasi obat, ruang produksi, dan lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi didapatkan bahwa

instalasi farmasi RSUD DR. RM. Djoelham Binjai sudah memiliki beberapa

peralatan pendukung adiministrasi yakni komputer, buku dan alat tulis, buku harian

dan kartu (stock card) penerimaan dan pengeluaran obat serta sudah memiliki

gudang. Namun menurut informasi yang disampaikan informan diketahui bahwa

sarana dan prasarana yang tersedia ada namun belum maksimal dan sesuai dengan

standar. Prasarana penyimpanan obat yang masih kurang luas dan cukup untuk

menyimpan logistik obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Selain itu

gudang penyimpanan yang sempit membuat petugas penyimpanan di gudang

mengalami kesulitan dalam menyusun barang, kondisi pendingin ruangan yang

belum maksimal sehingga pernah juga terjadi kejadian obat rusak di gudang

penyimpanan disebabkan oleh banjir. Gudang penyimpanan obat di RSUD DR.

RM. Djoelham Binjai yaitu 3 x 2,8 m 2 , sedangkan menurut departemen kesehatan

menyebutkan luas gudang penyimpanan obat minimal yaitu 3 x 4 m 2 , ruangan

kering dan tidak lembab, perlu cahaya langsung dan berteralis, lantai terbuat dari

tegel atau semen, dinding dibuat licin, hindari pembuatan sudut lantai dan dinding

yang tajam, tersedia lemari dan laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang

selalu terkunci. Selain itu dukungan fasilitas SIMRS yang terkendala karena kurang

baiknya sistem informasi dan jaringan internet turut menghambat pekerjaan laporan

petugas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

4.3.1.4 Pernyataan Informan Tentang Prosedur (SOP)

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Tentang Prosedur (SOP) di Instalasi


Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
1 Adalah, kalau gak gimana mau terakreditasi, kalau dokumen
ada, (1)

2 Sebenarnya semua prosedur sudah ada tapi perlu ada revisi


dan setelah dievaluasi perlu ada perbaruan.... (2)
1 Kalau masalah hafalnya itu, kadang-kadang ada yang lupa.
Pekerjaan itu mengikuti prosedur. Tapi kadang-kadang ada
hal-hal yang terlupakan, karena apa yang saya katakan tadi
volume kerja yang tinggi...(1)

2 Tidak, pertama petugasnya sendiri masih belum menguasai


SOP dan kedua SOP nya sendiri belum begitu baik dan
sempurna dan belum dievaluasi sampai saat ini sehingga
dalam sistem kinerja tentu ada yang ketinggalan atau tidak
terlaksana.... (2)
1 Kendalanya kita di SDM, misalnya kita perlu tenaga yang
mengantar resep, itulah tadi yang kita katakan kurang
tenaga (1)

2 Ada kendala, yaitu tadi SOP-nya sendiri belum sempurna


dehingga akan ada kinerja yang tidak terlaksana di setiap
prosedur..... (2)

Tabel 4.10 Hasil Observasi Tentang Prosedur (SOP) di Instalasi Farmasi


DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
No Indikator Observasi Hasil Keterangan
Pengukuran Observasi
Ya Tidak
1 Prosedur Perencanaan Terdapatnya Ada, namun
peraturan yang belum direvisi
mengatur ke yang baru
perencanaan
2 Prosedur Terdapatnya Ada, namun
Penganggaran peraturan yang belum direvisi
mengatur ke yang baru
penganggaran
3 Prosedur Pengadaan Terdapatnya Ada, namun
peraturan yang belum direvisi
mengatur ke yang baru
pengadaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

4 Prosedur Terdapatnya Ada, namun


Penyimpanan peraturan yang belum direvisi
mengatur ke yang baru
penyimpanan
5 Prosedur Terdapatnya Ada, namun
Pendistribusian peraturan yang belum direvisi
mengatur ke yang baru
pendistribusian
6 Prosedur Terdapatnya Ada, namun
Penghapusan peraturan yang belum direvisi
mengatur ke yang baru
penghapusan
7 Prosedur Terdapatnya Ada, namun
Pengendalian peraturan yang belum direvisi
mengatur ke yang baru
pengendalian
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen

Standar operasional prosedur (SOP) adalah pedoman tertulis yang

dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk

mencapai tujuan organisasi. Berikut merupakan karakteristik dari prosedur, yaitu:

1. Prosedur menunjang tercapainya suatu organisasi.

2. Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan

menggunakan biaya yang seminimal mungkin.

3. Prosedur menunjukkan urutan-urutan yang logis dan sederhana.

4. Prosedur menunjukan adanya penetapan keputusan dan tanggung jawab.

5. Prosedur menunjukan tidak adanya keterlambatan dan hambatan.

6. Adanya suatu pedoman kerja yang harus diikuti oleh anggota- anggota

organisasi.

7. Mencegah terjadinya penyimpangan

8. Membantu efesiensi, efektivitas, dan produktivitas dari suatu organisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti

menyatakan bahwa prosedur pengelolaan obat sebenarnya sudah ada, namun

hingga saat ini prosedur tersebut belum dievaluasi dan diperbaharui. Sejauh ini

petugas bekerja berdasarkan prosedur yang lama dan belum direvisi. Prosedur

pengelolaan obat sendiri terdiri dari prosedur perencananaan, prosedur

penganggaran, prosedur pengadaan, prosedur penyimpanan, prosedur

pendistribusian, prosedur penghapusan, dan prosedur pengendalian.

Selama ini petugas tidak sepenuhnya mengusai setiap prosedur yang ada.

Petugas melaksanakan pekerjaan seperti biasa namun tidak hafal setiap tahap

pekerjaan sehingga petugas sering terlupa, hal ini disebabkan volume kerja yang

juga tinggi. Prosedur yang kadang terlupakan tersebut tentu akan mempengaruhi

pengelolaan persedian obat terganggu. SOP dapat dijadikan sebagai pedoman yang

digunakan dalam melaksanakan proses pengelolaan obat, sehingga tujuan dari

pengelolaan obat tercapai. Dengan adanya prosedur, setiap petugas dapat

mengetahui tugas, wewenang dan tanggungjawab pekerjaan yag harus dilakukan,

sehingga dalam pengelolaan obat dapat berjalan dengan baik dan terhindar dari

kesalahan dan akan membuat pekerjaan lebih efesien.

4.3.2 Komponen Proses (Process)

Proses pengelolaan obat merupakan serangkaian kegiatan pengelolaan obat

setelah input yang dimulai dari pemilihan obat pada proses perencanaan,

penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, dan

pengendalian obat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

4.3.2.1 Pernyataan Informan Tentang Perencanaan Obat

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Perencanaan Obat di Instalasi


Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
3 Mulai dari pemilihan obat itu berdasarkan formularium
nasional, formularium rumah sakit dan biasanya
berdasarkan permintaan user dengan kebutuhan yang bentu-
betul mendesak..(3)

4 Sesuai RKA (rencana kebutuhan anggaran) itu disusun


setahun sekali, nanti ketok palu di DPRD-nya, dilakukan
setahun sebelumnya (4)
3 Perencanaan dilakukan satu tahun sebelumnya, misal
perencanaan tahun 2018 dilakukan di tahun 2017..(3)

4 Kalau kita yang dari gudang berd asarkan data tahun


lalunya, metodenya nanti direkap, misal tahun lalu kita pakai
10, nanti tahun depan kita tambahkan 20%,... (4)
3 Yang pasti sesuai dengan e-catalogue, karena kan kita BPJS
sehingga semua harus berdasarkan e-catalogue, di e-
catalogue udah bersadarkan fornas dan formularium rumah
sakit...(3)

4 Iya, yaitu panduan kita hanya boleh dari itu, tambahan dari
user, ....(4)
3 Sudah sesuai, formularium yang sekarang kami pegang
tahun 2016, kalau kebutuhan tiap tahun beda-beda
sedikitlah, biasa 20% pengamannya, memang itu udah
biasanya...(3)

4 ....Sudah sesuai karena formularium rumah sakit sesuai


dengan fonas, Selama ini belum terlaksana, harusnya enam
bulan sekali,...(4)
3 Kalau perencanaan sih gak ada masalah sih biasanya, justru
masalah itu timbul saat pengadaan, bukan saat
perencanaan, kita sih gak ada masalah, karena kita
merencanakan untuk pertahun, cuma dipengadaan gak
dilakukan pertahun tapi pertiga bulan sekali, ya
pertriwulanlah kita lakukan permintaan, nanti kalau gak ada
ya kita buat permintaan tambahan..(3)

4 Kalau merencanakan ya tinggal kita rencanakan, tinggal


kadang realisasinya gak sesuai dengan yang direncanakan,
kalau kami digudang gak bisa melakukan apa-apa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

melakukan tindakan apa-apa karena digudangkan kerjanya


tinggal merekap hasil pekerjaan pengadaan,...(4)
3 Diperencanaan ada yang masa sebelumnya tahun 2016,
karena orang-orangnya belum jelasdan belum tersistemlah
dengan baik, siapa sih yang dibagian gudang, siapa sih yang
menaggungjawabi gudang, dibagian adminitrasinya itu
belum tersistem dengan baik, jadi perencanaan itu
dilakukan, yang melakukan ya kepala instalasi merangkap
sekaligus PPK/PPTK...(3)

4 Perencanaan pasti direncanakan supaya gak expired, cuma


berjalannya waktu tidak sesuai, misal tahun lalu pasien
demam berdarah banyak, tahun ini gak, jadikan gak kepake,
terus misal dokter minta obat ini, tapi setelah diadakan gak
dipake, jadi penyebabnya itu bukan satu hal, ...(4)

3 Karena sistem yang belum baik, sehingga tindakan yang


dilakukan ya sekarang udah ada pembagian yang jelas,
siapa yang bertanggungjawab terhadap gudang, PPK,
PPTK,..(3)

4 Ya kita berharapnya gak ada, itukan perencanaan tahun lalu


sebelum 2017 yang memang direncanakan tahun 2016 ,
kalau yang sekarang ya kalau bisa jangan kejadian... (4)
3 Seharusnya itu menjadi pertimbangan, karena dari
permenkes sendiri sudah ada aturannya tentang pemesanan
obat dikaitkan dengan masa kadaluwarsa pada obat-obat
tertentu seperti valcin,...kemungkinan obat-obat yang sudah
mau dekat masa expired tetap diambil, ...harusnya tetap
perlu dipertimbangkan sesuai dengan standar e-catalogue,
berapa persen harga pasaran yang bisa kita pesan
berdasarkan e-catalogue...(3)

4 Kalau yang itu iyalah, dicek masa kadaluwarsanya, kalau


kami disini tugasnya juga bukan hanya merekap obat, tapi
juga memasukkan harga obat dan total kebutuhan dan
harganya, udah kaya orang akuntansi kami....(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Tabel 4.12 Hasil Observasi Tentang Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi


DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Hasil
Indikator
No Observasi Observasi Keterangan
pengukuran
Ada Tidak
1 Rata-rata Menghitung rata-
penggunaan obat rata konsumsi
setiap bulan
untuk setiap
item obat
2 Safety stock Menghitung
setiap item obat safety stock
pada setiap
item obat
3 Jumlah total Menghitung
kebutuhan obat kuantitas dari
setiap pengadaan tiap jenis obat
dan pengadaan yang dibutuhkan
berikutnya pada periode
pengadaan
berikutnya
4 Trend konsumsi Menyesuaikan
perubahan pola
konsumsi
berdasarkan
trend
tahun
sebelumnya
5 Memperkirakan Memperkiraka
biaya setiap obat n biaya untuk
dan total harga tiap jenis obat
obat dan total
secara
Keseluruhan
6 Membandingkan Membandingkan
total biaya dan total biaya
anggaran dengan anggaran
dan melakukan
Penyesuaian
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen

Berdasarkan Permenkes No. 72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian, Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan

jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya

kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan

untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara

lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus

mempertimbangkan:

a. anggaran yang tersedia;

b. penetapan prioritas;

c. sisa persediaan;

d. data pemakaian periode yang lalu;

e. waktu tunggu pemesanan; dan

f. rencana pengembangan.

Perencanaan dilaksanakan dimulai dari pemilihan obat. Pemilihan adalah

kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:

a. formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;

b. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang telah ditetapkan;

c. pola penyakit;

d. efektifitas dan keamanan;

e. pengobatan berbasis bukti;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

f. mutu;

g. harga; dan

h. ketersediaan di pasaran.

Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium

Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf

medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh

Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua

penulis Resep, pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi

terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai

kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan dan revisi Formularium

Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapeutik dan ekonomi

dari penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu

mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Tahapan

proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:

a. membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik

Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik;

b. mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi;

Dari pernyataan informan dan hasil observasi dapat diketahui bahwa

perencanaan obat yang dilakukan di RSUD DR. RM. Djoelham Binjai dimulai

dengan pemilihan obat sesuai dengan fornas, formularium rumah sakit dan juga

permintaan user atau dokter serta sudah ada di dalam daftar e-catalogue. Namun

yang menjadi kendala adalah formularium yang digunakan masih berdasarkan

formularium rumah sakit tahun 2016. Padahal idealnya, menurut standar pelayanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

farmasi, formularium rumah sakit harus dievaluasi dan diperbarui minimal setahun

sekali. Perencanaan dilakukan dengan memperhatikan jumlah konsumsi tahun

sebelumnya, menambahkan sisa stok dan juga stok pengaman. Untuk stok

pengaman sendiri, biasanya tim perencanaan obat akan menambahkan 20% dari

jumlah obat pada tahun sebelumnya. Ketika ditanya dasar penambahan 20% ,

beberapa informan mengatakan itu sudah biasanya dan satu informan mengatakan

20% itu ideal dan cukup menjadi stok pengaman dari pada 10% yang biasanya

belum tentu ideal jika suatu waktu terjadi wabah penyakit dengan status Kejadian

Luar Biasa (KLB). Ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Utari

(2014) di RS Zahirah yang menyatakan bahwa gudang farmasi harus menambahkan

stok pengaman (buffer stock) sebesar 10% sampai 20% pada setiap kali melakukan

perencanaan dan pengadaaan obat, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

kelonjakan permintaan kebutuhan persediaan obat, maka perlu dilakukan

perhitungan stok pengaman.

Kendala dalam perencanaan oleh tim perencana sebenarnya tidak ada

masalah, karena petugas hanya tinggal merencanakan dengan merekap semua

kebutuhan obat pada tahun yang akan datang. Termasuk merencanakan obat sesuai

yang diminta oleh dokter (user). Menurut beberapa informan, masalah yang timbul

adalah obat yang diminta oleh user yang dimasukkan ke dalam perencanaan dan

setelah obat diadakan, informan mengatakan user tidak menggunakan obat yang

dipesan dengan alasan lupa atau user lebih memilih jenis obat lain. Sementara jika

dikaitkan dengan temuan obat kadaluwarsa, proses perencanaan bisa saja menjadi

penyebab obat kadaluwarsa, sebab obat yang kadaluwarsa di tahun 2017 merupakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

obat pengadaan tahun 2015 atau 2016 dan menurut informan menerangkan bahwa

sebelum tahun 2017 tim perencanaan itu tidak jelas siapa yang menjadi

penanggungjawab sebab petugas yang merencanakan obat merangkap menjadi

petugas pengadaan.

4.3.2.2 Pernyataan Informan Tentang Penganggaran Obat

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penganggaran Obat di


Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
1 Itu secara teknis penyusunan tentu petugas farmasi yang
akan lebih memahami itu, kalau saya gini, kita mengacu
pada pemakaian tahun sebelumnya, misalnya tahun lalu 100,
ya tahun depan kita tambahkan 20%, kalau 10% sering tidak
memadai...(1)

2 Dalam perumusan pengaggaran saya kurang paham, tetapi


dasar dalam rencana kerja untuk obat yang digunakan,
selama ini berdasarkan renja tahun sebelumnya berjalan
dengan kebutuhan kedepan berjalan begitu saja, detail
rumusnya saya kurang paham, tapi memang didasarkan
pada kebutuhan angka kesakitan sebelumnya... (2)

3 Biasanya yang digunakan itu awalnya dan APBD, tahun


2017 untuk obat itu 1 milyar, BLUD saya kurang tau, untuk
2018 untuk obat 2,9 milyar dari APBD....(3)
1 Ya kita evaluasilah kalau ada yang kadaluwarsa, apakah
obat itu dipesan sudah sesuai tata caranya, kalau tidak tentu
kita kan pertanyakan kepada petugas ini kenapa bisa
expired, kita tidak menapikkan bahwa ada pekerjaan-
pekerjaan yang terabaikan. Ada harusnya daftar expired
misalnya 2 bulan, maka inilah obat-obat yang harus
diutamakan, diinfokan ke user, kalau diingatkan biasanya
pasti sedikit, itu kalau diingatkan...(1)

3 Kalau kami sih hanya menganggarkan, tapi kalau bisa ya


jangan sampai kejadian,..(3)
1 Sepanjang penganggaran obat dilaksanakan sesuai tentu
tidaklah, bisa saja, tapi itu buka penentu, ....nah makanya
dalam situasi seperti ini kita harus tegas, obat itu expirednya
kapan, ...(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

3 Penganggaran sih nggak, bukan itu masalahnya...(3)


1 Kalau dana sudah ditetapkan, dana APBD dan dana
BLUD, dana tidak ada masalah...(1)

3 Dana itu sudah ada, kami hanya merekap kebutuhan, kalau


dana sudah ada dana APBD dan BLUD kalau dana APBD
tidak cukup dan biasanya APBD digunakan diawal tahun,
masalah gak ada...(3)

Sumber dana merupakan salah satu input yang mendukung terlaksananya

suatu proses. Proses akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan apabila dana

terpenuhi. Begitu juga dengan sisi pendanaan logistik obat si Instalasi Farmasi

RSUD. DR. RM. Djoelham Binjai, apabila dana terpenuhi maka akan mendukung

lancarnya proses persediaan logistik obat di rumah sakit.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada informan didapatkan

bahwa sumber dana pengelolaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

di RSUD DR. RM. Djoelham Binjai berasal dari 2 (dua) sumber dana yaitu dana

APBD dan dana BLUD. Untuk dana APBD pada tahun 2017 sebesar 1 milyar

digunakan untuk logistik obat dan tahun 2018 sebesar 2,9 milyar. Berdasarkan

undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber

pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah,

swasta/masyarakat dan sumber lainnya. Pembiayaan yang berasal dari pemerintah

daerah yaitu APBD, sedangkan pembiayaan yang berasal dari swasta atau

masyarakat yaitu seperti halnya pendapatan atau penghasilan dari rumah sakit itu

sendiri. Terkait masalah temuan adanya obat kadaluwarsa, informan mengatakan

bahwa dalam hal ini, proses penganggaran tidak menjadi penyebab stok obat

kadaluwarsa, sebab informan mengatakan sepanjang proses penganggaran sudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

sesuai dengan prosedur, maka kecil kemungkinan penganggaran menjadi penyebab

utama terjadinya stok obat kadaluwarsa.

4.3.2.3 Pernyataan Informan Tentang Pengadaan Obat

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengadaan Obat di Instalasi


Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
1 Oh.,.itu yang gak tau, saya gak terlibat, tergantung pada
kebutuhan segala macam, ...(1)

2 Jenis obat yang dipesan sesuai denga e-catalogue dan


diadalakan berdasarkan anggaran dan kebutuhan mana
yang sangat emergensi sekali, padahal obat itu kadang
datang 3 bulan setelah pemesanan (2)

5 Selama ini kita lihat jenis obatnya itu apakah dia masuk
formularium atau e-catalogue/e-purchasing atau
nggak,...(5)
1 Tidak semua obat, tapi kita upayakan yang ada di
folmularium, kalau usulan obat itu kita ada, kita sesuaikan
dengan permintaan dokter (1)

2 Harus sesuai, memang sesuai, obat yang diadakan sesuai


namun obat yang dipesan datang 3 bulan, disanalah terjadi
keadaan dimana terjadi kekosongan obat (stock out) di
rumah sakit, walaupun stock kosong, tetap PPK akan
berkoordinasi dan melakukan pengadaan dengan dana
BLUD sehingga kebutuhan obat untuk masyarakat dapat kita
berikan... (2)

5 Yang dipesan harus sesuai dengan permintaan farmasi yang


ada e-catalogue, kalau e-purchasing dilakukan sesuai
dengan permintaan, tapi memang gak semua obat, ada jenis
obat yang kita butuhkan tapi gak ada di e-catalogue, ....jenis
sumber dana obat kita ada 2 yaitu APBD dan BLUD, biasa
kita gunakan APBD diawal tahun, kalau tahun 2017 APBD
kita gunakan 1 milyar kalau BLUD 12 Milyar, kalau tahun
ini 2018 APBD dan BLUD total 30 milyar itu untuk semua,
obat dan BHP. (5)
1 Gak tau, itu juga, karena itu melekat tugas daripada PPTK,
sudah ke teknis (1)

2 Saya tidak tau, itu PPK yang tau, saya tidak terlibat.... (2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

5 Ohh itu banyak, di e-catalogue aja bisa sampai 50


penyedianya. Kalau satu jenis obat satu suplier aja, kalau
pengadaan dibawah 50 juta pakai SPJ, ini gak pakai sistem
tender, kita buat aja misal kita butuh pentanil dan itu hanya
di kimia farma, ya kita pesan dari kimia farma, pokoknya
pesan bisa berulan-ulang sesuai kebutuhan (5)
1 Saya kurang tau, itu pada PPTK...(1)

2 Saya tidak tau, itu PPK yang tau, saya tidak terlibat.... (2)

5 Kita pengadaan setiap 3 bulan atau triwulan sekali, tapi


kadang kita pesan bisa berulang-ulang kalau habis (5)
2 Obat kadaluwarsa ini tentunya banyak evaluasinya, karena
tergantung pengadaan ketika itu, ketika obat itu diadakan di
rumah sakit ini, obat itukan jenis mata anggaran nya
berbeda, contohnya saja obat IGD gratis yang kita adakan,
namun masyarkat tidak gunakan, .....dan ada juga obat yang
datang dari distrubutor yang datang masa expired-nya
sudah dekat, sedangkan pengguna IGD tidak banyak, nah
itulah yang terjadi...
...dan itu bisa di proses penerimaan,.... (2)

5 Itu harusnya ada di gudang atau instalasi farmasi, karena


kami pesan sesuai yang mereka minta, karena digudang
meminta berdasarkan histori tahun lalu, misalkan obat A
tahun ini banyak pemakaian maka tahun depan mereka
minta banyak juga, mungkin penyakit berubahkan, kita gak
tau, mungkin itu bisa menjadi penyebab obat kadaluwarsa
(5)
1 Saya belum melakukan penelusuran sampai disana, jadi
saya tidak bisa berkomentar, saya tidak bisa berasumsi-
asumsi...(1)

5 Kalau tahap pengadaan gak ada hubungan dengan obat


kadaluwarsa karena kita selalu terima obat yang masa
kadaluwarsanya masih lama sampai 2 tahun..(5)
1 Kan selalu disampaikan bahwa obat yang kita pesan dari
katalog kadang bisa sampai 4 bulan belum datang bahkan
ada yang gak datang-datang, jadi yang seperti itu membuat
kita terganggu ya, ..(1)

5 Dipengadaan sih ada misalnya kita pesan melalui e-


catalogue, setelah dipesan belum tentu datang, bisa kadang
mau sampai 2-3 bulan, nah itu disitukan kita butuh, jadi
karena belum datang obatnya kita pesan secara reguler atau
manual, waktu barang pesanan manual datang eh yang dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

e-catalogue juga datang, nah disitu bisa jadi kejadian stock


obat banyak sementara penggunaannya gak tinggi lagi,
kejadian itu sih yang perlu kita antisipasi, sebenarnya bisa
saja saya batalkan tapikan sayang karena obat di e-
catalogue murah, jadi kita rebutan Se-Indonesia, kita hanya
melayani BPJS untuk obat dan BHP , kalau pasien umum
mereka beli obat di luar... (5)

Tabel 4.15 Hasil Observasi Tentang Pengadaan Obat di Instalasi Farmasi


DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Indikator Hasil
No Pengukura Observasi obsevasi Keterangan
n Ada Tidak
1 Petugas Terdapat
pengadaa petugas khusus
PPK/PPTK
n untuk
Pengadaan
2 Metode Menggunakan Sesuai dengan
pengadaa metode untuk permintaan Instalasi
n pengadaan obat Farmasi
3 Jadwal Terdapat jadwal Per triwulan atau sesuai
pengadaan Pengadaan dengan kebutuhan
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan

perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,

jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar

mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari

pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan

dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi

kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Untuk memastikan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan

mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan

oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Menurut Permenkes No. 72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian, Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa

b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).

c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus

mempunyai Nomor Izin Edar

d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu

(vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat

dipertanggung jawabkan.

Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok

Obat yang secara normal tersedia di rumah sakit dan mendapatkan obat saat

instalasi farmasi tutup.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang didapatkan bahwa

pengadaan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan dibantu oleh

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). PPK dan PPTK akan melakukan

pengadaan terhadap obat sesuai dengan obat yang ada di dalam perencanaan pada

tahun sebelumnya. Dalam proses pengadaan, dana yang akan digunakan di awal

tahun yaitu APBD dan menyusul dana BLUD jika dana APBD tidak mencukupi.

PPK dan PPTK akan melakukan pengadaan menggunakan sistem tri wulan ( setiap

3 bulan sekali) dan juga terkadang pengadaan dilakukan dalam keadaan emergensi.

Namun tetap, pengadaan tetap berdasarkan kebutuhan dari apotik instalasi dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

gudang penyimpanan. Pengadaan obat dilakukan dengan memesan obat-obat yang

memiliki masa kadaluwarsa yang cukup panjang yaitu 2 tahun kecuali obat-obat

tertentu.

Kendala yang dihadapi di proses pengadaan yaitu terkadang barang atau

obat yang dipesan tidak datang tepat pada waktunya. Menurut informan barang

akan datang 2-3 bulan setelah pemesanan dan bahkan ada yang tidak datang sama

sekali walau sudah dilakukan pemesanan. Akhirnya dengan kebutuhan yang harus

dipenuhi, PPK dan PPTK mengambil kebijakan untuk melakukan pemesanan obat

secara reguler (cito) dengan distributor lainnya. Namun ternyata setelah pemesan

obat secara reguler datang, obat yang dipesan melalui e-catalogue / e-purchasing

juga datang. Keadaan ini bisa saja membuat status jumlah obat jenis tertentu dengan

stok yang cukup banyak. Hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya obat

kadaluwarsa dikarenakan stok obat yang cukup banyak. Informan sendiri

mengatakan bahwa sebenarnya pemesanan obat melalui e-catalogue cukup

diharapkan sebab obat-obat yang ada di katalog adalah obat-obat dengan harga yang

terjangkau atau murah sehingga seluruh rumah sakit akan memesan obat yang sama

sebagai dampak, informan mengatakan sering terjadi keterlambatan obat yang

sudah dipesan hingga 2-3 bulan bahkan ada beberapa obat yang tidak kunjung

datang.

Menurut informan, jika dikaitkan dengan adanya stok obat kadaluwarsa,

proses pengadaan tidak ada kaitannya dengan obat kadaluwarsa sepanjang

pengadaan dilakukan terhadap obat-obatan yang memiliki masa expired minimal 2

tahun. Namun kejadian pengadaan obat yang datang dimana obat yang dipesan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

secara e-purchasing dan obat secara cito sebelumnya menjadi faktor resiko untuk

terjadinya stok obat yang menumpuk sehingga obat tersebut tidak habis dan

menjadi kadaluwarsa. Hal ini dikaitkan dengan adanya stok obat kadaluwarsa pada

tahun 2017 yang merupakan obat pengadaan tahun sebelumnya.

4.3.2.4 Pernyataan Informan Tentang Penerimaan Obat

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penerimaan Obat di


Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
6 Saya menerima barang dan mengecek kesesuaian antara
surat pesanan dengan barang yang datang sesuai syarat
pengecekannya , jadi satu surat pesananan itu bisa 3 kali
datang atau bahkan sesuai dengan permintaan kita karena
kapasitas gudang kita terbatas, ...(6)

7 iya, dilakukan, kami sesuaikan dengan daftar yang


dipesan, jumlahnya juga...(7)
6 Suplier menghubungi PPK dan kemudian saya diminta oleh
PPK untuk mengecek barang datang selaku PPHP, setelah
barang datang saya cek semuanya sesuai spek misalnya
nama barang, jumlah dan tanggal expired dan nomor bets,
itu kalau obat, setelah semua oke dan sesuai, saya serahkan
ke PPK, PPK akan menyerahkan ke bendahara
perlengkapan, bendahara perlengkapan akan menyerahkan
ke user dalam hal ini ke instalasi farmasi, nanti instalasi
farmasi akan menyerahkan ke gudang.....yang mengantar
barang itu distributor, misalnya obat yang ada di e-
catalogue, ketentuannya sudah ada di LKPP,ini ada contoh
lembarnya...kalau non e-catalogue pun biasanya sudah di
tanggung oleh distributor, jadi semua ditanggung karena
kalau obatkan kecil-kecil dan ringan termasuk BHP, kecuali
alkes yang ditanggung rumah sakit.... (6)

7 Pasti dilihat lagi kapan tanggal kadaluwarsanya, ...(7)


6 Tidak, tidak dipenerimaan,...(6)

7 Penerimaan tidak, karena kami sudah sesuai prosedur ya,


kalau obat mendekati expired pasti gak kami terima (7)
6 Kendala waktu aja, misalnya barang datang dan PPK mau
menyerahkan ke bendahara barang, tapi biasanya mereka
ada mengintruksikan ke siapa gitu untuk nangani....(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

7 Gak ada, karena kami diterima dari PPHP aja, buka


berhubungan dengan pihak suplier (7)

Tabel 4.17 Hasil Observasi Tentang Penerimaan Obat di Instalasi Farmasi


DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Hasil
Indikator
No Observasi Observasi Keterangan
Pengukuran
Ada Tidak
1 Dokumen Penerimaan dan
yang pemeriksaan
menyertai berdasarkan
dokumen
yang
menyertainya;
2 Petugas Dilakukan oleh
Khusus panitia penerima
bagian yang salah satu
PPHP
penerima dan anggotanya
pemeriksa adalah tenaga
farmasi;
3 Jenis Pemeriksaan
pemeriksaan label dan
barang kemasan
a. Kondisi fisik;
b. Jenis Obat;
c. Jumlah obat;
d. Tanggal
kadaluarsa;
e. Nomor registrasi;
f. Nomor batch.
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak

atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait

penerimaan barang harus tersimpan dengan baik. Metode penerimaan dan

pemeriksaan obat yaitu penerimaan oleh petugas penerima barang. Petugas akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

melakukan pengecekan barang sesuai dengan pesanan obat. Pengecekan berdasarkan

jenis, jumlah, mutu, spesifikasi barang, dan masa expired.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan terhadap

informan didapatkan bahwa petugas penerimaan yang bertanggungjawab menerima

obat datang dari distributor atau suplier adalah Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

(PPHP). Nantinya PPHP akan berkoordinasi dengan PPK dan PPTK setelah barang

datang. PPHP akan melakukan pemeriksaan terhadap obat yang datang disesuaikan

dengan surat pesanan. Pemeriksaan dilakukan dengan memperhatikan spesifikasi

barang yaitu nama, jenis, jumlah, tangga kadaluwarsa, dan nomot bets. Setelah semua

barang sesuai maka PPHP akan menyerahkan kembali kepada PPK untuk diteruskan

ke bendahara perlengkapan dan nantinya akan diserahkan kepada instalasi farmasi.

Instalasi farmasi akan menyerahkan kepada petugas gudang dengan menandatangai

keterangan terima obat/barang dan obat siap untuk disusun.

4.3.2.5 Pernyataan Informan Tentang Penyimpanan Obat

Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penyimpanan Obat di


Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
3 Metodenya FIFO dan FEFO, kalau yang datang masa
expirednya duluan, maka itu juga yang didulukam, kalau
digudang berdasarkan kelas terapi juga, abjat juga, susah
ya kalau U atau L, gudang kita itu terlalu sempit sehingga
ya adekkan udah lihat sendiri, susah ya.....(3)

4 Susunannya tergantung kondisi, jadi gak tentu dan gak bisa


pake sistem U atau L, karena susah nentukan kondisi,
kemaren gudang gak disini, tiba-tiba ada akreditasi jadi
dipindah kesini, tapi tetap urutan penyusunan berdasarkan
FIFO dan FEFO,....(4)

7 Metode FIFO FEFO, tapi adakalanya kalau datang obat


duluan yang masih lama masa expired-nya ya kakak keep
dulu atau simpan....(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

3 Obat itu diterima oleh PPHP disaksikan oleh SPI (satuan


pemeriksa intern), jadi dari PPHP nanti serah terima ke
PPK, dari PPK nanti serah terima lagi ke perlengkapan
(bendahara barang), nanti dari situ serah terima ke
instalasi farmasi yaitu ke gudang, nantikan kita lihat sesuai
gak dia dengan spek, spesifikasinya sesuai nggak dengan
expirednya atau tanggal kadaluwarsanya,..(3)

4 Kan ada berita acara serah terima oleh petugas penerima


(PPHP), itulah yang nerima, kalau kami nanti ke gudang
tingga tanda tangan aja.... (4)

7 Kalau penerimaan ada orangnya yaitu PPHP, nanti dia


yang nerima, setelah itu diserahkan ke kakak...., kami hanya
mau terima barang sesuai pesanan kami... (7)

3 Sebenarnya gudang kita masih banyak sekali kekurangan,


dari sistem penyimpanan, seharusnya kan lemari narkotik
itu khusus, kaya yang kategori high alert ada lemari khusus,
pernah diajukan juga, ...(3)

4 Kondisi alakadarnya, suhu kadang AC gak dingin, dekat


kamar mandi jadi berpengaruh pada kelembaban, rak
kurang, besar ruangan masih kurang,.... dulu gudangnya
pernah banjir sehingga ada kejadian obat rusak....(4)

7 Belum, ruangan terlalu sempit dan tidak memadai, ...(7)


3 Biasanya mereka melakukan pengecekan setiap hari,
...nanti bisa dicocokkan antara yang dikomputer dengan
yang dicatatan, kalau nanti ada yang gak sesuai bisa
dicocokkan secara menual. Menurut saya petugas gudang
secara administrasi kenerjanya sudah bagus,..(3)

4 Kitakan setiap sebulan sekali ada stock opname untuk


semua obat, di kartu obat itu nanti di cek nama obat dan
tanggal expired-nya, ....(4)

7 Dicek dicatat, setiap obat masuk keluar dicatat, setiap


sebulan sekali kami stock opname... (7)
3 Seharusnya yang menginformasikan stock adalah bagian
gudang, itu salah satu juga yang menyebabkan kadaluwarsa
karena tidak jelas penanggungjawabnya, itu dulu ya,
masalahnya di obat tahun 2016 itu yang expirednya di tahun
2017. (3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

4 Kami sudah mencatat dengan baik, sekarang kalau gak ada


dikeluarkan, gak diminta, gak diresepkan, ya gak
keluarlah....(4)

7 Nggak sih, obat inikan sebenarnya tergantung user (dokter),


obat yang ini udah dipesan, setelah datang dan ada tidak
dipakai, itu satu, tersu kedua bisa jadi karena perubahan
pola penyakit, ketiga misal obat ini lebih baik dari pada
obat yang lama, gitu sih...(7)
3 Pada tahun 2017 kita sudah coba catat obat-obat yang
jumlahnya banyak dan akan expired ke user (dokter) untuk
digunakan, namun dengan waktu yang singkat dengan masa
expired dan jumlah waktu yang banyak, (3)

4 ada dilakukan, ....adanya ama Kak Sandra...(4)

7 ada, dicatat dan disimpan, ...(7)


3 ya pasti gak habis, untuk yang 2018 ini ya kita sesuaikan
dengan pemakaian sebelumnya dengan yang kita
rencanakan...(3)

4 Kalau obat kadaluwarsa disini kalau obat ada distributor


yang mau ditukar (retur), tapi kebanyakan gak mau, beda-
beda tiap distributor, ada yang mau menerima 3 atau 6
bulan sebelum expired, ada yang yang pas tanggalnya
expired mereka mau, ada juga yang gak mau sama sekali,
kalau gak bisa ya ditumpuk disini ya kita buat berita acara
pemusnahan....(4)

7 Yaitu tadi, kami udah menyediakan obat kalau gak dipake


oleh user, itu bisa jadi salah satu faktor...(7)

Tabel 4.19 Hasil Observasi Tentang Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi


DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Hasil Observasi
Indikator
Ada Tidak
No pengukuran Observasi Keterangan

1 Pengaturan Terdapat
penyimpanan ruang
penyimpana
n khusus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

obat
tertentu

Adanya tenaga
untuk Terkadang lupa
memantau
suhu

Pemeriksaa
n berkala
tabung
kebakaran

Terdapat
generator
untuk Gabung dengan
genearator rumah sakit
melindungi
putusnya
listrik
Terdapat
termometer
untuk
memantau
suhu

Temperatur
suhu ruangan
sesuai dengan
ketentuan
pada obat

Obat disimpan
secara rapi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

didalam rak atau


kardus.

No Indikator Hasil Observasi


Observasi
pengukuran Ada Tidak Keterangan
Pengaturan Pengelompokan obat
penyimpanan yang mempunyai
kesamaan
a. Menurut bentuk
sediaan dan
jenisnya

b.Menurut mudah
tidaknya
terbakar
c.Dibedakan
menurut
suhunya,
kestabilannya
d.Tahan atau
tidaknya
terhadap cahaya
Susunan
persediaan Obat
Pengumpulan
obat
kadarluarsa
Pencatatan
keluar masuknya
obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Mencocokkan
jumlah fisik
dengan jumlah
tertera di kartu
stock obat.
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen

Menurut Permenkes No. 72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian, setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat

menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian

yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,

kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk

sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out

(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.

Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang

penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak

ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah

terjadinya kesalahan pengambilan obat. Rumah Sakit harus dapat menyediakan

lokasi penyimpanan obat emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat

penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

Pengelolaan obat emergensi harus menjamin:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

a. jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah

ditetapkan;

b. tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain;

c. bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;

d. dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan

e. dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa Dari

pernyataan dan hasil observasi di atas dapat diketahui bahwa petugas yang

bertanggungjawab menerima obat yaitu kepala gudang penyimpanan obat dan staf

gudang penyimpanan obat. Petugas gudang akan menerima barang dari PPHP

sesuai dengan pesanan dan menandatangani obat yang masuk dan diterima. Setelah

itu obat siap untuk disusun dan disimpan. Penyimpanan obat dilakukan dengan

menggunakan metode First in First Out (FIFO) atau First Expired Firts Out

(FEFO), berdasarkan abjad dan juga berdasarkan standar terapi. Artinya untuk obat-

obat yang baru datang akan diletakkan di belakang dan obat-obat yang lama akan

diletakkan paling depan. Namun informan mengatakan dilihat lagi jika obat yang

datang mendekati masa expired dibandingkan dengan obat stok sisa, maka obat

yang baru datang tersebut tetap akan diperioritaskan menjadi first out. Hasil

penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Sheina dkk (2010) yang

menyebutkan bahwa penyimpanan dan penyusunan obat di gudang Instalasi

Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I menggunakan metode FIFO

dan FEFO dan berdasarkan abjad, metode ini digunakan agar mempermudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

petugas dalam pengambilan obat- obatan dan menjaga mutu obat-obatan di Instalasi

Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I.

Kondisi penyimpanan di gudang yang tidak maksimal dikarenakan kondisi

gudang belum memenuhi syarat sehingga menyulitkan petugas dalam melakukan

penyusunan obat dan juga peralatan pendingin ruangan yang belum mendukung.

Kondisi gudang sendiri yang sempit dan tidak memenuhi luas standar yang

ditetapkan membuat petugas menyusun obat dan barang tidak dengan sistem L

maupun U. Untuk penyimpanan sendiri khusus obat-obat disusun sesuai jenisnya,

mudah tidaknya terbakar, bentuk sediannya, tahan tidaknya cahaya, dan juga

menurut suhu serta kestabilannya. Namun dikarenakan fasilitas yang terbatas,

informan mengatakan perlu adanya penambahan pendukung penyimpanan obat

yang ada. Juga termasuk fasilitas ruangan pendingin atau pengatur suhu (AC) yang

tidak memadai. Kondisi ini memiliki faktor resiko terjadinya kerusakan obat.

Kondisi gudang sendiri yang serba terbatas pernah mengalami kebanjiran sehingga

yang terjadi adalah obat-obat pernah mengalami kerusakan. Menurut hasil

penelitian Palupiningtiyas (2014) yang menyebutkan bahwa luas gudang yang

kurang memadai tentunya sangat menghambat petugas dalam melakukan tugas

penyimpanan obat di gudang farmasi.

Menurut informan, pencatatan daftar obat dilakukan setiap hari dan akan

dilakukan pengecekan setiap bulan (stock opname) dengan cara mencocokkan

antara daftar yang ada dikomputer dengan data manual (stock card). Informan

lainnya mengatakan hasil pekerjaan petugas gudang sudah sangat baik dalam hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

administrasi pencatatan, berbeda dengan sebelum tahun 2017 yang belum jelas

tanggungjawab masing-masing tugas.

4.3.2.6 Pernyataan Informan Tentang Penditribusian Obat

Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penditribusian Obat di


Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
3 Setiap hari, kalau gudang, obat itu pasti jatuhnya ke apotik
depan, apotiklah yang menyalurkan ke rawat inap dan rwat
jalan...
Dulu ya gak jelas, ntah siapa yang bertanggungjawab, ntah
siapa yang jaga barang, gak stay di gudang, kapan perlu
barang naik ke gudang, pokoknya jauh dari yang sekarang
yang sudah ada pembagian..(3)

4 Ke apotik/farmasi kita tiap hari, kalau unit lain mintanya


ke unit farmasi, ...(4)

7 Ke instalasi farmasi, pastinya saya mendistrbusikan obat


ini atas permintaan instalasi farmasi, setiap hari...(7)
3 prosedur ada, tapi perlu direvisi, selama ini berjalan sih
sesuai prosedur, ...(3)

4 Kita bawa rekap pesanan, bahwa nanti ditanya ke bagian


pengadaan, nanti realisasinya mereka (pengadaan)....(4)

7 Kami memesan berdasarkan kebutuhan ke pengadaan,


sejauh ini itu aja, kalau nanti ada ternyata obat gak ada, ya
itu bagian pengadaan, karena kami sudah melakukan tugas
kami yaitu merencanakan..(7)
3 Distribusi kita ke rawat inap dan rawat jalan, itu kita
berikan berdasarkan resep, masalah kita itu pencatatan di
apotiknya yang masih kurang tertib melalui aplikasi itulah
kita mencatat penditribusian, tapi karena ada masalah
pencatatan di aplikasi tadi itu, jadi akhirnya kita punya
masalah gak bisa dapatkan angka yang benar-benar angka
pengeluaran dengan stok yang masih ada, sehingga yang
terjadi kami harus meng-amprah ulang, jadinya data yang
digunakan untuk renja bukan data apotik tapi data gudang,
harusnya data yang baik itu data dari apotik, karena
bermasalah dan gak valid, makanya kita gunakan data yang
digudang..(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

4 Kalau distribusi tidak ada masalah, ....(4)

7 Distrubusi baik-baik saja, lancar, kami lakukan setiap hari


sesuai permintaan instalasi farmasi ..(7)
3 Sepertinya distribusi nggak sih, karena distribusi
berdasarkan permintaan user (3)

4 Nggaklah, distribusikan tinggal proses distribusi ke


instalasi aja,...(4)
7 Sejauh ini sih nggak, karena sejauh ini distibusi dilakukan
ke mereka, karena kalau kami dari gudang yaitu tadi
memberikan sesuai yang diminta..(7)

Tabel 4.21 Hasil Observasi Tentang Pendistribusian Obat di Instalasi Farmasi


DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Hasil di
Indikator
No Observasi Lapangan Keterangan
pengukuran
Ada Tidak
1 Respon time Petugas bagian
distribusi

2 Service Sesuai dengan


level jumlah dan
jenis obat yang
diminta unit
pelayanan

3 Proses a. Petugas yang


distribusi obat Membawa
form
permintaan
b. Petugas
mencatat stok
keluar pada
kartu stock
c. Pencatatan
permintaan
dan
pengeluaran
Obat
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Menurut Permenkes No. 72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian, Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan

tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit

harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya

pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai di unit pelayanan. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan

dengan Sistem Persediaan Lengkap di ruangan (floor stock)

1. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi

Farmasi.

2. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang

disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat

dibutuhkan.

3. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola

(di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada

penanggung jawab ruangan.

4. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock

kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

5. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan

interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Dari pernyataan wawancara dan hasil observasi di atas dapat diketahui

bahwa proses distribusi dilakukan sesuai dengan permintaan apotik untuk diberikan

kepada pasien rawat jalan dan rawat inap. Distribusi dilakukan dengan sistem satu

pintu dan setiap hari. Petugas gudang hanya memberikan obat sesuai yang diminta

oleh instalasi farmasi. Proses distribusi yaitu nantinya petugas membawa formulir

permintaan, kemudian petugas mencatat stok obat keluar pada stock card, dan obat

siap untuk didistribusikan ke apotik oleh petugas.

Masalah yang ditemukan yaitu pada pendistribusian obat ke pasien dimana

distribusi obat ke pasien rawat jalan dan rawat inap pasien BPJS berdasarkan resep

tidak tercatat dengan baik di apotik depan yaitu apotik pelayanan. Petugas kurang

tertib dalam mengentri data melalui aplikasi,sehingga pencatatan yang tidak baik

ini berpengaruh terhadap informasi stok obat di apotik (floor stock). Sebagai akibat

informasi konsumsi obat yang digunakan bukan dari apotik melainkan informasi

dari gudang penyimpanan obat.

4.3.2.7 Pernyataan Informan Tentang Penghapusan Obat

Tabel 4.22 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penghapusan Obat di


Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
3 Obat kadaluwarsa, sejak saya masuk di rumah sakit ini
tahun 2016 sampai saat ini belum pernah dilakukan
pemusnahan, beberapa hari yang lalu direktur sudah
mengarahkan untuk mendata obat-obat expired yang akan
dimusnahkan, jadi saya belum punya data, sudah pernah
diminta ke gudang tapi belum diserahkan ke saya
seluruhnya, saya sudah minta tapi belum diserahkan, yang
ada di saya saat ini ya data yang expired jatuhnya dimasa
saya, yang sebelumnya beluma ada,...(3)

4 Pertama ya kita data daftar obat kadaluwarsanya,


kemudian kita serahkan kepada yang berkepentingan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

selama ini kita belum ada lakukan pemusnahan, belum


ada....(4)

8 Kebijakannya itu kalau ada expired date atau ED kita buat


tim pemusnahan, setelah dibentuk kita laporkan ke aset dan
kita buatlah berita acaranya yang disaksikan oleh BPOM,
dinas kesehatan dan aset daerah dan manajemen di sini,
disitulah kita sama-sama memusnahkan, ...(8)
3 Dihitung, tapi sampai saat ini saya belum terima, saya
sudah minta tapi belum diserahkan, yang ada di saya saat
ini ya data yang expired jatuhnya dimasa saya, yang
sebelumnya beluma ada,...(3)

4 Iya setelah dicatat ya dihitung,...(4)

8 Harusnya dihitung ..(8)


3 Yang harus tau yaitu apoteker penanggungjawab, ya pihak-
pihak terkait, tapi sayapun kurang paham siapa-siapa saja,
yang pasti kita data itu apa aja, kapan expired-nya, pastikan
kita laporkan di atas saya kan ada lagi, untuk selanjutnya
kami harus melapor ke bagian aset dan perlu ditelusuri
lagi...(3)

4 Semualah, harus tau...(4)

8 kalau pihak atau tim yang harus ada dalam tim, ya


memang apoteker harus ada, dari dinas kesehatan dan
BPOM,...(8)
3 Obat diretur itu biasanya kan ada ketentuan dari
ditributornya, biasanya kalau distributor itu maunya 2-3
bulan sebelum expired baru bisa diretur..(3)

4 Itu semua sudah sesuai dengan kesepkatan dengan


distributor, tiap ditributorkan beda-beda...(4)

8 Ada beberapa distributor yang memang membuat ketentuan


no retur, tapi biasa mereka infokan itu, biasanya yang
menginfokan itu prinsipal, ada beberapa biasanya mau tapi
batas retur maksimal 3 kali, kita sampai saat ini udah ada
yang 2 kali, kalau retur itu biasaya barang ganti barang dan
paling dari distributor itu 1-2 item, tapi kalau expirednya
udah jauh gak bisa, ya itu hitung kerugianlah ...(8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

Tabel 4.23 Hasil Observasi Tentang Penghapusan Obat di Instalasi Farmasi


DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
No Indikator Observasi Hasil di Keterangan
pengukuran Lapangan
Ada Tidak
1 a. Retur obat a.Petugas
Tidak semua obat
menghapus
atau hanya 1-2 item
obat dengan saja
retur obat
b. Pemusnahan obat a. Data
penghapusan
obat
b.Metode dan
alat

Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen

Menurut Permenkes No. 72 Tentang Standar Pelayanan Farmasi bahwa

administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena

kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan

penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Penghapusan logistik obat RSUD DR. RM. Djoelham Binjai dilakukan

dengan dua metode, yaitu metode pengembalian ke distributor (retur obat) dan

metode pemusnahan obat. Masa pereturan obat yang mendekati expired date

berjangka waktu 6 bulan, 3 bulan sebelum expired date dan terdapat distributor

yang sudah expired date masih dapat dilakukan pereturan obat dengan syarat dan

ketentuan yang berlaku. Obat yang telah expired date dapat dilakukan retur obat

sesuai dengan perjanjian dengan distributor, tetapi apabila obat didapat melalui

rekanan maka tidak dapat dilakukan pereturan obat.Obat yang rusak dan telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

expired date serta tidak dapat ditukar ke bagian distributor disebabkan tidak sesuai

dengan syarat dan ketentuan yang berlaku atau tidak sesuai dengan perjanjian akan

dilakukan pemusnahan obat.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa rumah sakit

sendiri belum menentukan kebijakan terhadap stok obat kadaluwarasa yang ada.

Saat ini direktur sudah menginstruksikan untuk mendata obat-obat yang

kadaluwarsa. Penghapusan nantinya dilakukan setelah pembentukan tim

penghapusan dan diketahui oleh pihak-pihak terkait. Beberapa obat yang

mengalami kadaluwarsa dapat diretur dan sebagian besar lainnya tidak dapat

diretur. Ketentuan obat yang dapat diretur berbeda pada setiap distributor dan

diberitahukan diawal. Obat yang direturpun berbeda-beda, beberapa kebijakan

menerima retur 2-3 bulan sebelum expired atau ada juga yang menerima setelah

expired.

4.3.2.8 Pernyataan Informan Tentang Pengendalian Obat

Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengendalian Obat di


Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
3 Untuk pengendalian itu dari perencanaan, biasa ditentukan
berdasarkan pemakaian rata-rata perbulan ditambah 20%
(3)

4 Metodenya ya berdasarkan pencatatan kita, catatan bulan


lalu, itu aja intinya, misal kalau obat satu habis kita pakai
obat lain yang fungsinya sama, kita habiskan dulu yang itu
....(4)
3 Supaya gak kadaluwarsa, diperencanaan harus sesuai
dengan kebutuhan itu satu, yang kedua seandainya obat
sudah terlanjut dipesan, pada kasus-kasus tertentu misalnya
tinggi kadang nggak, ya kalau nggak triwulan selanjutnya
tidak akan dipesan. (3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

4 Kita lakukan pencatatan rutin, itulah yang bisa kita


lakukan ..(4)
3 Tidak, bukan dipengendalian (3)

4 Nggaklah, kami udah berusaha semaksimal mungkin, tapi


kalau ada hal-hal yang terjadi di luar kami, itu diluar
kendali kami ..(4)

Tabel 4.25 Hasil Observasi Tentang Pengendalian Obat di Instalasi Farmasi


DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
No Indikator Observasi Hasil di Keterangan
pengukuran Lapangan
Ada Tidak
1 Petugas bagian a.Petugas
pengendalian
bagian
pengendalian
2 Data dan b.Data
metode Pengendalian
evaluasi Obat

c.Metode
khusus untuk
Pengendalian
Sumber: Observasi peneliti berdasarkan lembar observasi dan telaah dokumen

Menurut Permenkes No. 72 Tentang Standar Pelayanan Farmasi bahwa

pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat

dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan

Terapi di Rumah Sakit. Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:

a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;

b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta

pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai adalah:

a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);

b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga

bulan berturut-turut (death stock);

c. stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

Dari pernyataan dan hasil observasi dapat diketahui bahwa pengendalian

obat dilakukan dengan benar-benar memperhatikan perencanaan obat di awal yaitu

dengan menerapkan stok pengaman sebesar 20%. Selain itu pencatatan dengan baik

juga dilakukan untuk menghindari adanya stok obat kadaluwarsa dengan selalu

memberikan informasi stok obat sisa. Dimana petugas gudang rutin melakukan

stock opname setiap bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk mendata jenis dan jumlah

obat yang terpakai dan sisa. Hal ini sejalan dengan Rangkuti (2002) menjelaskan

bahwa salah satu metode dalam penendalian yang cukup efektif ideal adalah

dengan menggunakan metode analisis ABC, EOQ, dan ROP. Kemudian Rangkuti

juga menambahkan untuk perencanaan persediaan harus disertai dengan persediaan

pengaman (buffer stock) untuk mengantisipasi apabila terjadi kekurangan stok.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

4.3.3 Komponen Keluaran (Output)

Output merupakan kumpulan hasil dari serangkaian kegiatan masukan

(input) dan proses (process). Dalam hal ini ouput yang diharapkan adalah

tersedianya persediaan obat yang efektif dan efesien. Namun, berdasarkan temuan

terdapat beberapa stok obat kadaluwarsa (expired date). Kajian lebih detail

dijelaskan berdasarkan hasil wawancara sebagai berikut.

4.3.3.1 Pernyataan Informan Tentang Obat Kadaluwarsa

Tabel 4.26 Matriks Pernyataan Informan Tentang Obat Kadaluwarsa di


Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
3 Totalnya di atas 400-an...(3)

4 Totalnya berapa sesuai dengan yang di e-catalogue...(4)

7 Data itu ada, tapi kamu harus izin dulu ke Kak Sanny,
nanti baru bisa saya kasih tau...(7)
3 enam belas (11) jenis obat yang kadaluwarsa, ya kira-kira
seginilah, (3)

4 ...Ohh...obat kadaluwarsa,....coba minta ke Kak


Sandra....(4)

7 Sejauh ini kita ada datanya, nanti kita kasih tau, tapi harus
izin dulu ke Kak Sanny...(7)
3 Ini gak masuk 10 penyakit tertinggi, obat yang kadaluwarsa
kategori slow moving, meskipun kita rumah sakit
pemerintah ya tetap harus dipesan walau gak ada
kebutuhan, (3)

4 Obatnya macam-macalah, biasanya sih slow moving,


misalnya albendazol....kadangkan gak mungkin pemesan
sedikit karena ada namanya batas pemesanan, kan gak
mungkin pesan 10 biji, jadi harus pesan 1 – 2 box, nah
sepanjang tahun itu kadang gak kepake semua, itulah bisa
saja terjadi...ada juga kadang gini, obat inikan ada aja yang
baru turunannya, tiap tahun ada obat generasi terbaru,
misal antibiotik, maka turunan yang lama gak dipake lagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

sementara kita udah sempat stok banyak, dan dokter pasti


update karena dia didatangi medrep (medical represertatif)
yang menjelaskan ini generasi yang terbaru, ini yang lebih
sedikit efek sampingnya,...(4)

7 Nggak sih, tidak termasuk kategori obat 10 penyakit


tertinggi, masuk ke kategori obat slow moving....(7)
3 Perencanaan harus bagus, penyimpanan juga harus baik,
pengadaan juga harus sesuai dengan yang direncanakan,
...(3)

4 Konfirmasi ke farmasinya, ke kepala instalasi farmasi, kan


disitu keluarnya obat ini, supaya nanti kepala instalasi
farmasi menginformasi ke dokter-dokter bahwa ini obat
yang masih ada..(4)

7 Kalau menurut kakak, disini yang harus berkomitmen


adalah user, artinya mereka harus paham obat-obat apa
saja yang akan mereka gunakan dan harus berkomitmen
menggunakan obat-obatan yang mereka order, misalnya
gini, dokternya meresepkan obat A dan setelah diadakan
tapi dia gak meresepkan obat A dan justru memilih obat
yang lain, ..... hingga saat ini saya dan Kak Sanny belum
pernah dilibatkan dalam diskusi langsung tentang hal ini,
ya sebenarnya harus,....dalam hal ini ya direkturnyalah
yang buat SOP-nya gimana, sebenarnya KFT itu ada, tapi
ya gitu fungsinya tidak dilaksanakan, ...(7)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa total obat

kadaluwarsa adalah sejumlah total obat yang ada di e-catalogue. Obat yang

mengalami kadaluwarsa sepanjang tahun 2017 berjumlah 11 (sebelas) jenis obat

dan itu merupakan obat pengadaan tahun sebelumnya diantaranya merupakan obat

yang diperlukan unit pelayanan penyakit dalam yaitu anestesi, antibiotik, insulin,

selain itu juga terdapat cairan nutrisi, obat tetes mata, vitamin, obat kecacingan dan

juga cairan infus. Obat yang mengalami kadaluwarsa tidak terkategori obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

kebutuhan 10 penyakit tertinggi, melainkan jenis obat slow moving namun juga

ditemukan beberapa obat yang kebutuhannya cukup penting.

4.3.3.2 Pernyataan Informan Tentang Penyebab Obat

Tabel 4.27 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penyebab Obat


Kadaluwarsa di Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun
2018
Informan Pernyataan
1 Report yang 2017 ini saya belum mendapatkan report,
sehingga saya belum melakukan penelusuran, maka saya
belum bisa mengatakan mana yang menjadi penyebab,
sebab saya belum melakukan penelusuran...(1)

2 Di SDM, yaitu di kasubid logistik medik, kepala instalasi


farmasinya, PPK, PPHP, PPTK – nya, saya rasa itu semua
perlu dievaluasi kinerjanya. (2)

3 Yang jelas yang salah itu perencanaan dan pengadaan pada


tahun sebelumnya, tahun 2016 karena itu masih satu orang
yang sama, tidak ada pembagian tugas yang jelas, semua
disatu orang yang sama (3)

4 Intinya di user (dokter) yang tidak menggunakan obat


sesuai dengan yang dipesan dan disediakan, karena mereka
pake merk yang lain, selain itu dulu pengadaan juga pernah
mesan obat sesuka hatinya dengan gak mempertimbangkan
pengendalian, misal yang dibutuhan 500 yang diadakan
1000,...jadi itulah tadi paling utama user yang tidak mau
kerjasama dengan kami.... (4)

5 Perencanaan harus bagus dan merupakan salah satu faktor


yang dapat mempengaruhi obat kadaluwarsa, pencatatan
dan sosialisasi ke user harus rutin.. (5)

6 Pengguna atau user, karena dasar dia pengadaan itu, dia


minta obat A untuk diadakan, setelah diadakan dia gak
pakai lagi obat A, ini yang terjadi,... bisa jadi karena
komunikasi yang berjalan antara user dengan bagian
instalasi..(6)

7 Penyebabnya adalah user yang gak memakai obat yang


sudah dipesan dan meresepkan obat yang lain..(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

8 Perencanaan harus bagus dan merupakan salah satu faktor


yang dapat mempengaruhi obat kadaluwarsa, pencatatan
dan sosialisasi ke user harus rutin.. (8)

Petugas pelayanan farmasi di Instalasi Farmasi DR. RM. Djoelham Binjai

sudah melaksanakan alur logistik obat mulai dari perencanaan dengan memilih obat

berdasarkan formularium rumah sakit, penganggaran obat, pengadaan obat,

penerimaan obat, penyimpanan obat, pendistribusian obat, penghapusan obat, serta

pengendalian obat. Setelah melakukan wawancara mendalam (in-depth interview)

terhadap 8 (delapan) informan yang ditugaskan dan terkait, melakukan konfirmasi

kesesuaian jawaban melalui lembar observasi peneliti dan juga telaah data atau

dokumen, maka peneliti dapat mengindentifikasi manajemen persediaan logistik

obat secara umum sesuai tujuan penelitian ini. Adapun selanjutnya melalui analisa

jawaban berdasarkan in-depth interview terhadap informan mengenai adanya obat

kadaluwarsa didapatkan bahwa terdapat 11 (sebelas) jenis obat kadaluwarsa

(expired date) dimana obat tersebut adalah jenis obat yang pengadaannya dilakukan

sebelum tahun 2017 dan jatuh masa kadaluwarsa di tahun 2017.

Menurut sumber informasi, informan mengatakan bahwa sebelum tahun

2017, instalasi farmasi DR. RM. Djoelham Binjai memiliki pembagian tugas dan

wewenang yang kurang jelas. Dalam hal ini kepala instalasi farmasi sebelumnyalah

yang merangkap mulai dari merencanakan obat hingga pengadaan obat. Berbeda

dengan pertengahan tahun 2017 dimana direktur sudah mengganti dan membagi

ulang tugas dan tanggungjawab yang lebih jelas. Pembagian yang jelas dapat dilihat

dari masing-masing penanggungjawab logistik mulai dari perencanaan oleh tim

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

perencana, penyimpanan oleh petugas gudang, pengadaan oleh PPK dan PPTK,

penerimaan oleh PPHP, dan penghapusan oleh APJ Apoteker yang semakin

membaik. Kejadian tumpang tindihnya tupoksi membuat perencanaan obat di tahun

sebelum 2017 tidak berdasarkan pertimbangan kebutuhan ditahun sebelumnya

sehingga obat yang diadakan tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini juga didukung

oleh informan lainnya yang mengatakan bahwa perlu dilakukannya evaluasi

terhadap kinerja SDM IFRS DR. RM Djoelham Binjai mulai dari kepala instalasi

farmasi, petugas apotik, petugas penyimpanan di gudang, PPK, PPTK, dan PPHP.

Selain itu, 3 (tiga) informan lainnya mengatakan bahwa stok obat

kadaluwarsa terjadi karena obat yang dipesan sesuai dengan permintaan dokter atau

user tidak digunakan setelah obat yang dipesan ada. Sehingga stok obat masih

banyak dan akhirnya kadaluwarsa. Informan mengatakan bahwa perlu ada

komitmen bagi para dokter untuk menggunakan stok obat yang disediakan.

Sementara informan lainnya mengatakan bahwa perlu dilakukannya sosialisasi

terkait stok sisa obat yang ada kepada kepala instalasi farmasi untuk disampaikan

kepada dokter agar meresepkan obat-obat yang stoknya masih banyak namun sudah

hampir mendekati masa kadaluwarsa. Menurut informan, hal ini sudah dilakukan,

hanya saja beban kerja di instalasi farmasi yang cukup tinggi membuat petugas lupa

menginformasikan secara rutin.

Pengadaan obat melalui e-purchasing atau e-catalogue mengalami kendala

terhadap kedatangan obat pesanan. Sebab informan mengatakan bahwa pengadaan

atau pemesanan obat dilakukan sementara obat yang pesan akan datang setelah 2-3

bulan setelah pemesanan bahkan terdapat beberapa obat yang tidak datang sama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

sekali. Menindaklanjuti hal ini sementara kebutuhan akan obat tinggi, maka petugas

pengadaan akan melakukan pembelian secara reguler (cito). Setelah dipesan dan

obat pembelian reguler/cito datang yang terjadi adalah obat pesanan e-purchasing

atau e-catalogue juga datang, hal ini menyebabkan stok obat menumpuk dan tidak

digunkan hingga pada akhirnya obat mengalami kadaluwarsa.

Selain itu temuan jenis obat kadaluwarsa adalah obat-obatan yang tergolong

slow moving, itu artinya tim perencanaan perlu menghitung perencanaan secara

akurat mengenai kebutuhan akan obat yang penggunaanya tidak terlalu tinggi

meghindari terjadinya stok obat kadaluwarsa. Sehingga faktor-faktor yang menjadi

penyebab obat kadaluwarsa terjadi di Instalasi Farmasi RSUD. DR. RM. Djoelham

Binjai bukan merupakan satu faktor penyebab tunggal, artinya penyebabnya

bersifat multi faktor yang berkaitan dengan petugas dan pengguna obat.

Penyebabnya yaitu SDM yang tidak jelas tugas dan fungsinya saat pengadaan obat

sebelum tahun 2017, kinerja seluruh SDM yang perlu dievaluasi, komitmen dokter

atau user untuk meresepkan obat yang diminta, sosialisasi oleh petugas terhadap

user yang masih belum maksimal, pengadaan obat melalui e-purchasing dan cito

pada waktu yang berdekatan, serta perencanaan kebutuhan obat yang belum akurat

bagi obat yang bersifat slow moving.

4.4 Perhitungan Nilai Kerugian Akibat Stok Obat Kadaluwarsa (Stock Value

Expired) di Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018

Perhitungan nilai kerugian obat dilakukan oleh peneliti pertama kali dengan

menghitung jumlah kerugian obat berdasarkan harga beli saja untuk temuan 16

jenis obat pada saat survei pendahuluan. Setelah dikonfirmasi dan dikaji ulang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

ternyata terdapat perubahan data bahwa obat yang pada akhirnya kadaluwarsa

berjumlah 11 jenis obat dengan total kerugian harga beli obat saja senilai Rp.

29.613.167,-. Pada akhirnya perhitungan total nilai kerugian akan

mempertimbangkan seluruh biaya yang dikeluarkan obat sebelum dan sesudah

hingga stok obat menjadi kadaluwarsa. Biaya tersebut meliputi: Biaya pembelian

obat (puchasing cost), Biaya pemesanan obat (ordering cost), Biaya

penyimpanan obat (holding cost), Biaya kesempatan (opportunity cost)

4.4.1 Biaya Kerugian Pembelian Obat (Purchasing cost)


Adapun data 11 (sebelas) jenis obat yang mengalami kadaluwarsa sepanjang
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.28 Daftar Obat Kadaluwarsa di Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham
Binjai Tahun 2018
No Jenis Obat Expired @ Satuan Harga Total Sumber Keterangan
Date (Rp) Biaya Dana
Pembelian
(Rp)
1 Bupivacain Jan-17 40 Amp 26.880 1.075.200 APBD Anastesi
2 Erythromyci Jan-17 135 Fls 7.893 1.065.555 APBD Antibiotik
n
3 Humalox Feb-17 175 Pen 83.125 14.546.875 APBD Insulin
mix
4 Aminofluid Apr-17 60 Fls 64.680 3.880.800 APBD Cairan
Nutrisi
5 Vitamin A Apr-17 200 Kap 273 54.600 APBD Vitamin
kap
6 Isotic Jul-17 21 Fls 9.397 197.337 APBD Tetes Mata
Adretor 0,25
7 Amiparen Agu-17 36 Fls 56.300 2.026.800 APBD Cairan
infus Nutrisi
8 Albendazol Sep-17 3.200 Tab 350 1.120.000 APBD Obat
Kecacingan
9 Phytomenadi Sep-17 3.000 Tab 660 1.980.000 APBD Tetes Mata
on tab
10 Betametason Okt-17 800 Tube 1520 1.216.000 APBD Obat
cream Bengkak
11 Martos Infus Des-17 80 Fls 30.625 2.450.000 BLUD Cairan Infus
Total 7.747 29.613.167

Terbilang: Dua Puluh Sembilan Juta Enam Ratus Tiga Belas Ribu
Seratus Enam Puluh Tujuh Rupiah
Sumber: Data Rekapitulasi Obat Kadaluwarsa IFRS RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

Berdasarkan data pada tabel di atas, total kerugian biaya pembelian paling

banyak yaitu obat berasal dari dana APBD sebanyak 10 jenis obat dan obat dari

dana BLUD sebanyak 1 jenis obat saja. Sementara obat kadaluwarsa pada

umunya dikategorikan sebagai obat slow moving dan beberapa obat diantaranya

merupakan obat yang diperlukan unit pelayanan penyakit dalam yaitu anestesi,

antibiotik, insulin, selain itu juga terdapat cairan nutrisi, obat tetes mata, vitamin,

obat kecacingan dan juga cairan infus.

4.4.2 Biaya Kerugian Pemesanan Obat (Ordering cost)

Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya setiap kali obat dipesan dan

akan menanggung biaya pemesanan meliputi biaya telpon, surat menyurat,

pemrosesan pesanan, ekspedisi, upah, biaya pengepakan, penimbangan,

pemeriksaan penerimaan, dan biaya pengiriman. Menurut informasi yang

peneliti dapatkan bahwa biaya pemesanan obat sudah termasuk biaya pembelian

obat (include), dimana seluruh distributor obat akan menggabungkan biaya

pembelian dengan biaya pemesanan sekaligus termasuk halnya Bahan medis

Habis Pakai (BHP), namun untuk alat kesehatan biaya akan dikenakan tersendiri.

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

Tabel 4.29 Matriks Pernyataan Informan Tentang Biaya Pemesanan Obat


di Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018
Informan Pernyataan
.....yang mengantar barang itu
distributor, misalnya obat yang ada di
e-catalogue, ketentuannya sudah ada
di LKPP, ini ada contoh
6
lembarnya...kalau non e-catalogue
pun biasanya sudah di tanggung oleh
distributor, jadi semua ditanggung
karena kalau obatkan kecil-kecil dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

ringan termasuk BHP, kecuali alkes


yang ditanggung rumah sakit.... (6)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa biaya pemesanan

baik obat yang ada di e-catalogue maupun yang tidak ada akan ditanggung oleh

distributor obat.

4.4.3 Biaya Kerugian Penyimpanan Obat (Holding cost)

Biaya kerugian penyimpanan obat sebelum hingga pada akhirnya

kadaluwarsa dihitung mulai dari status obat diterima dan disimpan hingga obat

mencapai masa kadaluwarsa. Biaya kerugian yang dihitung yaitu biaya listrik

di gudang penyimpanan dan biaya pembuatan kartu stock obat.

1. Biaya listrik di gudang penyimpanan

Terdapat 8 lampu penerangan (40 W) dan menyala pada jam kerja pukul

08.00 – 16.00 setiap harinya 8 jam. Tarif listrik normal tahun 2017 yaitu

Rp. 1.083 per KwH dan obat yang mengalami kadaluwarsa yaitu 7.747.

40 W x Rp. 1083 KwH


8x x (30 hari x 8 jam)x 7.747
= 1000 = Rp. 48.755 (perbulan)
13.216

= Rp. 48.755 x 12 bulan = Rp. 585.065, - (pertahun)

Terdapat 1 Unit Kulkas (130 W) dan menyala 24 jam setiap harinya.

130 W x Rp. 1083 KwH


1x x (30 hari x 24 jam)x 215
= 1000 = Rp. 22.126 (perbulan)
985

= Rp. 22.126 x 12 bulan = Rp. 265.514, - (pertahun)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

Terdapat 2 unit pendingin ruangan atau AC 1 PK ( 1 PK = 1000 W)

1000 W x Rp. 1083 KwH


2x x (30 hari x 19 jam)x 7.532
= 1000
13.001

= Rp. 715.264(perbulan)

= Rp. 715.264 x 12 bulan = Rp. 8.538.177, - (pertahun)

Biaya listrik di gudang = Rp. 585.065 + Rp. 265.514 + Rp. 8.538.177

= Rp. 9.388.756,-

2. Biaya Pembuatan Kartu Stock Obat

Biaya pembuatan kertas kartu stok yaitu Rp. 200,- dan biaya cetak

pembuatan kartu stok Rp. 300,-, sehingga total setiap kebutuhan 1 kartu

stock yaitu Rp. 500,-

Total biaya penyimpanan = Rp. 9.388.756,- + 11 jenis obat x Rp. 500

= Rp. 9.394.256,-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

4.4.4 Biaya Kesempatan (Opportunity cost)

Biaya Kesempatan (Opportunity cost) yaitu hilangnya biaya

kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari setiap unit penjualan barang.

Dalam hal ini Rumah Sakit Umum Daerah DR. RM. Djoelham Binjai akan

kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan setiap penjualan obat.

Tabel 4.30 Perhitungan Biaya Kesempatan (Opportunity cost) Obat Kadaluwarsa

di Instalasi Farmasi DR.RM. Djoelham Binjai Tahun 2018

Biaya Total Biaya


No Jenis Obat @ Satuan Kesempatan Kesempatan
(Rp) (Rp)
1 Bupivacain 40 Amp 0 0
2 Erythromycin 135 Fls 0 0
3 Humalox mix 175 Pen 0 0
4 Aminofluid 60 Fls 0 0
5 Vitamin A kap 200 Kap 0 0
6 Isotic Adretor 21 Fls 0 0
0,25
7 Amiparen infus 36 Fls 0 0
8 Albendazol 3.200 Tab 0 0
9 Phytomenadion 3.000 Tab 0 0
tab
10 Betametason 800 Tube 0 0
cream
11 Martos Infus 80 Fls 0 0
Total 7.747 Rp. 0,- Rp. 0,-
Sumber: Hasil perhitungan oleh peneliti

Namun, dikarenakan Rumah Sakit Umum Daerah DR. RM. Djoelham

Binjai merupakan rumah sakit pemerintah daerah dan dana yang digunakan

berasal dari 2 (dua) jenis sumber dana yakni APBD dan BLUD, maka seluruh

biaya pembelian obat dari distibutor akan selalu sama dengan biaya klaim

rumah sakit kepada BPJS Kesehatan mengingat instalasi farmasi Rumah Sakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

Umum Daerah DR. RM. Djoelham Binjai saat ini hanya melayani pasien BPJS

Kesehatan.

4.4.5 Total Biaya Kerugian Akibat Obat Kadaluwarsa (Expired Date)

Total biaya kerugian yang di tanggung Rumah Sakit Umum Daerah DR.

RM. Djoelham Binjai sebagai akibat dari biaya pembelian, biaya pemesanan,

biaya penyimpanan, dan biaya kesempatan pada obat-obat yang mengalami

kadaluwarsa (expired date). Perhitungan total biaya kerugian sebagai berikut:

Total Biaya Kerugian Obat :

= [Biaya Pembelian Obat + Biaya Pemesanan] + Biaya Penyimpanan + Biaya

Kesempatan

= Rp. 29.613.167 + Rp. 9.394.256,- + Rp. 0

= Rp. 39.007.423,-

(Terbilang: Tiga puluh sembilan juta tujuh ribu empat ratus dua puluh tiga

rupiah)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

5.1.1 Komponen Masukan (Input)

1. Sumber Daya Manusia (SDM) di instalasi farmasi masih kurang, saat ini

berjumlah 28 orang sementara idealnya untuk rawat inap 1 apoteker menangai

30 resep pasien rawat inap dan untuk rawat jalan 1 apoteker menangani 40

resep pasien rawat jalan. Ditambah lagi beban petugas pelayanan di instalasi

farmasi yang cukup tinggi sehingga diperlukan penambahan tenaga farmasi.

2. Anggarana Dana logistik obat berasal dari dari 2 (dua) sumber dana yaitu dana

APBD dan dana BLUD. Dana APBD akan disusun atau direnja satu tahun

sebelumnya dan akan disetujui oleh Pemerintah Kota Binjai.

3. Sarana dan Prasarana masih belum maksimal dalam mendukung penyimpanan

obat di gudang, dimana luas gudang belum sesuai dengan syarat serta

perlengkapan di gudang belum mendukung penyimpanan setiap jenis obat.

Sementara peralatan pendukung administrasi farmasi sudah terpenuhi di ruang

kantor, seperti ATK, lemari, komputer, dan lain-lain.

4. Prosedur Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD DR. RM . Djoelham

Binjai sudah ada, namun perlu ada revisi dan perbaruan serta petugas belum

melaksanakan setiap prosedur yang ada.

109
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
110

5.1.2 Komponen Proses (Process)

1. Perencanaan obat menggunakan metode konsumsi dan direncanakan 1 tahun

sebelumnya. Obat yang direncanakan sesuai dengan fornas, formularium

rumah sakit dan daftar obat yang ada di e-catalogue.

2. Penganggaran Obat menggunakan dana APBD dan dana BLUD Pemerintah

Kota Binjai.

3. Pengadaan Obat dilakukan sesuai dengan e-catalogue dan pengadaan

dilakukan 3 kali dalam setahun.

4. Penerimaan Obat dilakukan oleh petugas penerima barang. Petugas akan

melakukan pengecekan barang sesuai dengan pesanan obat. Pengecekan

berdasarkan jenis, jumlah, mutu, spesifikasi barang, dan masa expired.

5. Penyimpanan Obat di IFRS RSUD DR. RM. Djoelham Binjai menggunakan

metode FIFO FEFO, berdasarkan abjad, dan juga standar terapi. Penyimpanan

masih belum maksimal karena kondisi gudang penyimpanan obat yang tidak

sesuai luasnya.

6. Pendistribusian Obat dilakukan setiap hari menggunakan sistem satu pintu dan

hanya mendistribusikan ke apotik sesuai permintaan. Kemudian apotik akan

mendistribusikan obat sesuai resep pasien.

7. Penghapusan Obat di IFRS RSUD DR. RM. Djoelham Binjai belum terlaksana.

Saat ini obat kadaluwarsa masih dalam proses perhitungan dan belum ada

langkah selanjutnya terkait kebijakan pemusnahan obat kadaluwarsa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

8. Pengendalian Obat dilakukan dengan melakukan stock opname setiap bulan

untuk menyamakan jumlah obat di stock card dengan jumlah yang ada di

komputer.

5.1.3 Komponen Keluaran (Output)

1. Obat kadaluwarsa berjumlah 11 jenis dimana obat bersumber dana APBD

sebanyak 10 jenis dan obat dari dana BLUD sebanyak 1 jenis. Obat yang

mengalami kadaluwarsa paling banyak dikategorikan ke dalam obat slow

moving. Adapun obat-obat yang megalami kadaluwarsa yaitu obat anestesi,

antibiotik, insulin, selain itu juga terdapat cairan nutrisi, obat tetes mata,

vitamin, obat kecacingan dan juga cairan infus.

2. Penyebab Stok Obat Kadaluwarsa yaitu SDM yang tidak jelas tugas dan

fungsinya saat pengadaan obat sebelum tahun 2017, kinerja seluruh SDM yang

perlu dievaluasi, komitmen dokter atau user untuk meresepkan obat yang

diminta, sosialisasi oleh petugas terhadap user yang masih belum maksimal,

pengadaan obat melalui e-purchasing dan cito pada waktu yang berdekatan,

serta perencanaan kebutuhan obat yang belum akurat bagi obat yang bersifat

slow moving.

5.2 Saran

1. Bagi Petugas Obat di Gudang Farmasi

a. Petugas Obat di gudang diharapkan melakukan rekap stok obat dan

sosialisasi kepada instalasi farmasi untuk di sampaikan kepada user agar

nantinya stok obat yang mendekati masa kadaluwarsa dapat diperioritaskan

untuk digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

b. Petugas gudang yang berkaitan dengan tim perencanaan obat agar lebih

akurat menghitung kebutuhan obat yang bersifat slow moving.

2. Bagi Instalasi Farmasi RSUD DR. RM. Djoelham Binjai

a. Diharapkan Kepala Instalasi Farmasi RSUD DR. RM. Djoelham Binjai

melakukan perhitungan terhadap beban kerja petugas pelayanan farmasi,

penambahan tenaga farmasi di unit pelayanan farmasi dan melakukan

sosialisasi penerapan prosedur pengelolaan obat.

b. Diharapkan Kepala Instalasi Farmasi RSUD DR. RM. Djoelham Binjai

lebih memperhatikan kondisi sarana dan prasarana gudang penyimpanan

obat dan menganggarkan fasilitas pendukung penyimpanan obat di gudang

farmasi dan melakukan fungsi pengendalian disetiap proses pengelolaan

obat agar tidak terjadi stok obat kadaluwarsa.

c. Diharapkan Kepala Instalasi Farmasi RSUD DR. RM. Djoelham Binjai

melakukan komunikasi dan rapat KFT dan SMF untuk memperbaharui

formularium rumah sakit.

3. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah DR. RM. Djoelham Binjai

a. Diharapkan Direktur Rumah Sakit DR. RM. Djoelham Binjai segera

mengaktifkan KFT sekaligus melakukan sosialisasi pembaruan

formularium rumah sakit serta segera menindaklanjuti masalah obat

kadaluwarsa dengan mengeluarkan kebijakan pemusnahan obat diketahui

dan disaksikan oleh pihak-pihak terkait.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2. UI-


Press.Jakarta

Akhmad, Marchaban, dan Pudjaningsih D. 2011. Analisis Pengelolaan Obat di


Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Temanggung
Tahun 2006, 2007, 2008. Journal of Management.

Arini, W.A., 2006. Evaluasi Sistem Manajemen Obat Dalam Rangka


Ketersediaan Obat. Skripsi. Surabaya. Universitas Airlangga : hal.
20-50.

Depkes RI. 2008. Tentang Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dirjen POM, 2002. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat. Depkes RI.
Jakarta

Djatmiko M, Anggraeni ATD, dan Nuria M. 2009. Evaluasi Sistem Pengelolaan


Obat di Instalasi Perbekalan Farmasi Dinas Kesehatan Kota Semarang
Tahun 2007. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik

Febriawati, Henni. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Bengkulu.


Gosyen Publishing

Gomes, Cardoso, Faustino. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta, Cv Andi Offset.

Kepmenkes no. 1197/Menkes/SK/2004. Tentang Standar Pelayanan Farmasi di


Rumah Sakit

.2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor. 1121/MENKES/SKXII/2008 tentang Pedoman Teknis
Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta.

.2015. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor.HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Tahun
2015-2016. Jakarta.

Khasanah, N. 2007. Kajian Sistem Manajemen Pengelolaan Obat pada Instalasi


Farmasi di Rumah Sakit Petrokimia Gresik. Skripsi. Surabaya,
Universitas Airlaingga: 30-130

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta.Rineka


Cipta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

Palupiningtiyas, Retno. 2014. Analisis Sistem Penyimpanan Obat di Gudang


Farmasi Rumah Sakit Mulya Tangerang Tahun2014. Skripsi. FKIK
UIN. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58


Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72


Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
61 Tahun 2007 Pedoman Teknis Pengelolaan Keungan Badan Layanan
Umum Daerah. Jakarta.

Pudjaningsih D. 1996. Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di


Farmasi Rumah Sakit. Tesis, Magister Manajemen Rumah Sakit.
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Quick JP, Rankin JR, Laing RO, and O’Cornor RW. 1997. Managing Drug Supply,
The Selection, Procurement, Distribution and Use of Pharmaceutical,
Third edition, Kumarin press, Conecticus, USA.

Rangkuti, Freddy. 2002. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. PT


Raja Grafindo Persada. Jakarta

Seto, Nita & Triana. 2004. Manajemen Farmasi, Edisi kedua. Airlangga Press.
Surabaya

Sheina, Baby. M.R. Umam, Solikhah. (2010). Penyimpanan Obat di Gudang


Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I. FKM
Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta. Vol. 4, No. 1, Januari 2010:1-75

Siagian, S.P. 2009. Manajemen sumber daya manusia. Bumi Aksara. Jakarta

Siregar, C.J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. EGC. Jakarta

Subagya, M S. 1994. Manajemen Logistik: Cetakkan Keempat. PT Gunung


Agung. Jakarta

Suciati, Suci, & Adi Sasmito . 2006. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Vol. 9, No 1: Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks
Kritis di Intstalasi Farmasi. Jakarta: Departmen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan FKM UI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

Sumantri, Arif. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Kencana


Prenada Media Group

Undang-Undang RI. 2009. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit. Jakarta.

Utari, Anindita. 2014. Cara Pengendalian Persediaan Obat Paten dengan


Metode Analisis ABC, Metode Economic Order Quantity (EOQ),
Buffer Stock dan Reorder Point (ROP) di Unit Gudang Farmasi RS
Zahirah Tahun 2014. Skripsi. FKIK UIN. Jakarta.

Wati, Wirdah, Achmad. F, Gunawan P.W. 2012. Evaluasi Pengelolaan Obat dan
Strategi Perbaikan Dengan Metode Hanlon Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Tahun 2012. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Yamit, S., 2003. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: EKONISIA Fakultas


Ekonomi UI.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1: Pedoman Wawancara Mendalam/in-depth interview
Instrumen Penelitian Faktor Penyebab Obat Kadaluwarasa di RSUD
DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2018

Informan 1: Wakil Direktur Pelayanan Medis


Karakteristik Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :
Pertanyaan :
Sumber Daya Manusia
1. Apakah jumlah dan kualifikasi tenaga kerja di instalasi farmasi sudah
sesuai atau cukup?
2. Apakah seluruh staf mampu dan dapat meyelesaikan seluruh pekerjaan
terkait pengelolaan obat?
3. Siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan obat?
4. Apakah seluruh staf pernah dilakukan upaya pelatihan tentang manajemen
logistik obat rumah sakit?
Anggaran
5. Bagaimana jenis sumber dana persediaan obat di instalasi farmasi? Berapa
persen dari setiap jenis sumber dana?
6. Apakah anggaran dana persediaan sudah dipatokkan sedari awal atau
mengikuti kebutuhan tim perencanaan?
7. Apakah kendala dalam anggaran dana?
Sarana dan prasarana
8. Fasilitas apa saja yang digunakan dalam proses pengelolaan obat? Apakah
sudah cukup mendukung dalam pengelolaan obat?
9. Fasilitas apa yang mendukung proses pencatatan obat masuk, obat keluar
dan obat kadaluwarsa?
10. Apakah ada kendala yang dihadapi terkait sarana dan prasarana
pengelolaan obat?
Prosedur
11. Apakah setiap pengelolaan obat memiliki prosedur atau SOP?
12. Apakah petugas bekerja sesuai prosedur dalam melaksanakan kegiatan?
13. Apakah prosedur yang sekarang dijalankan sudah sesuai dengan harapan?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14. Apa kendala yang dihadapi terkait setiap prosedur pengelolaan obat?
Penganggaran Obat
15. Bagaimana cara merumuskan anggaran obat? Metode apa yang digunakan?
16. Bagaimana sikap dan tindakan tim penganggaran terkait adanya stok obat
kadaluwarsa?
17. Apakah tahap penganggaran obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
18. Apa yang menjadi kendala dalam penganggaran dana? Bagaimana cara
mengatasi masalah penganggaran dana tersebut?
Pengadaan Obat
19. Jenis obat apa saja yang diadakan dan berapa jumlah setiap kali pengadaan?
20. Apakah jenis obat yang diadakan sesuai dengan daftar obat/e-catalogue
yang direncanakan? Jika tidak, mengapa dan bagaimana?
21. Pembelian obat dilakukan kepada pihak suiplier mana saja? Bagaimana
aturannya?
22. Apakah menggunakan sistem tender? Bagaimana prosesnya?
23. Kapan saja proses pengadaan dapat dilakukan?
24. Bagaimana sikap dan tindakan tim pengadaan terkait adanya stok obat
kadaluwarsa?
25. Apakah tahap pengadaan obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
26. Apakah kendala pada proses pengadaan obat?

----------------------------------------------------------------------------------------

Informan 2: Kepala Instalasi Farmasi


Karakteristik Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :
Pertanyaan :
Perencanaan Obat
1. Kapan perencanaan obat dilakukan?
2. Bagaimana prosedur, metode dan dasar dalam merencanakan obat?
3. Apakah pemilihan obat sudah sesuai dengan fonas, formularium RS, User

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(DPJP) dan harga?
4. Apakah formularium sudah sesuai dengan standar? Kapan formularium
terakhir kali disusun?
5. Apakah masalah yang dihadapi saat melakukan perencanaan obat?
Tindakan apa yang diambil dalam mengatasi masalah tersebut?
6. Apakah tahap perencanaan obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
7. Apakah yang menyebabkan terjadinya obat kadaluwarsa dikaitkan dengan
perencanaan obat diawal?
8. Bagaimana sikap dan tindakan tim perencanaan terkait adanya stok obat
kadaluwarsa?
9. Apakah tim perencanan mempertimbangkan waktu pemesanan dan waktu
konsumsi sedari awal agar tepat sedia dan tepat guna?
10. Apakah tim perencanaan mempertimbangkan biaya setiap obat dan total
harga obat?
Penganggaran Obat
11. Bagaimana cara merumuskan anggaran obat? Metode apa yang digunakan?
12. Bagaimana sikap dan tindakan tim penganggaran terkait adanya stok obat
kadaluwarsa?
13. Apakah tahap penganggaran obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
14. Apa yang menjadi kendala dalam penganggaran dana? Bagaimana cara
mengatasi masalah penganggaran dana tersebut?
Penyimpanan Obat
15. Metode apa yang digunakan dalam penyimpanan obat?
16. Bagaimana prosedur penerimaan hingga penyimpanan obat?
17. Bagaimana kondisi gudang penyimpanan obat? Apakah sudah sesuai
dengan standar gudang penyimpanan obat?
18. Apakah dilakukan pengecekan terhadap masa aktif setiap obat?
19. Apakah penyimpanan obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
20. Apakah dilakukan pencataan terhadap obat yang akan mengalami
kadaluwarsa? Jika ya, apakah tindakan selanjutnya?
21. Bagaimana sikap dan tindakan tim penyimpanan obat terkait adanya stok
obat kadaluwarsa?
Pendistribusian Obat
22. Kapan saja distribusi obat dilakukan?
23. Bagaimana prosedur unit pelayanan memesan obat di unit logistik obat?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24. Masalah apa yang sering terjadi pada proses pendistribusian obat?
Tindakan apa yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut?
25. Apakah pendistribusian obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
Penghapusan Obat
26. Bagaimana kebijakan rumah sakit terhadap obat kadaluwarsa?
27. Apakah petugas menghitung jumlah obat yang mengalami kadaluwarsa?
28. Siapa saja pihak yang harus tau kondisi obat yang akan dilakukan
penghapusan?
29. Bagaimana cara menentukan obat yang dapat diretur dan obat yang tidak
dapat diretur?
Pengendalian Obat
30. Metode apa yang digunakan dalam pengendalian obat?
31. Hal apa yang dilakukan dalam tahap pengendalian agar tidak terjadi obat
kadaluwarsa?
32. Apakah tahap pengendalian obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
33. Bagaimana sikap terhadap adanya obat kadaluwarsa dengan proses
pengendalian obat?
Obat Kadaluwarsa
34. Berapa total jenis pengadaan obat sepanjang tahun 2017?
35. Berapa jumlah obat kadaluwarsa sepanjang tahun 2017?
36. Jenis obat apa saja yang sering terjadi kadaluwarsa?
37. Apa tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya obat
kadaluwarsa?
Penyebab Obat Kadaluwarsa
38. Apa faktor utama penyebab terjadinya stok obat kadaluwarsa?
---------------------------------------------------------------------------------------------

Informan 3: Kepala Gudang Obat


Karakteristik Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :
Pertanyaan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perencanaan Obat
1. Kapan perencanaan obat dilakukan?
2. Bagaimana prosedur, metode dan dasar dalam merencanakan obat?
3. Apakah pemilihan obat sudah sesuai dengan fonas, formularium RS, User
(DPJP) dan harga?
4. Apakah formularium sudah sesuai dengan standar? Kapan formularium
terakhir kali disusun?
5. Apakah masalah yang dihadapi saat melakukan perencanaan obat?
Tindakan apa yang diambil dalam mengatasi masalah tersebut?
6. Apakah tahap perencanaan obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
7. Apakah yang menyebabkan terjadinya obat kadaluwarsa dikaitkan dengan
perencanaan obat diawal?
8. Bagaimana sikap dan tindakan tim perencanaan terkait adanya stok obat
kadaluwarsa?
9. Apakah tim perencanan mempertimbangkan waktu pemesanan dan waktu
konsumsi sedari awal agar tepat sedia dan tepat guna?
10. Apakah tim perencanaan mempertimbangkan biaya setiap obat dan total
harga obat?
Penganggaran Obat
11. Bagaimana cara merumuskan anggaran obat? Metode apa yang digunakan?
12. Bagaimana sikap dan tindakan tim penganggaran terkait adanya stok obat
kadaluwarsa?
13. Apakah tahap penganggaran obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
14. Apa yang menjadi kendala dalam penganggaran dana? Bagaimana cara
mengatasi masalah penganggaran dana tersebut?
Penyimpanan Obat
15. Metode apa yang digunakan dalam penyimpanan obat?
16. Bagaimana prosedur penerimaan hingga penyimpanan obat?
17. Bagaimana kondisi gudang penyimpanan obat? Apakah sudah sesuai
dengan standar gudang penyimpanan obat?
18. Apakah dilakukan pengecekan terhadap masa aktif setiap obat?
19. Apakah penyimpanan obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
20. Apakah dilakukan pencataan terhadap obat yang akan mengalami
kadaluwarsa? Jika ya, apakah tindakan selanjutnya?
21. Bagaimana sikap dan tindakan tim penyimpanan obat terkait adanya stok
obat kadaluwarsa?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pendistribusian Obat
22. Kapan saja distribusi obat dilakukan?
23. Bagaimana prosedur unit pelayanan memesan obat di unit logistik obat?
24. Masalah apa yang sering terjadi pada proses pendistribusian obat?
Tindakan apa yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut?
25. Apakah pendistribusian obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
Penghapusan Obat
26. Bagaimana kebijakan rumah sakit terhadap obat kadaluwarsa?
27. Apakah petugas menghitung jumlah obat yang mengalami kadaluwarsa?
28. Siapa saja pihak yang harus tau kondisi obat yang akan dilakukan
penghapusan?
29. Bagaimana cara menentukan obat yang dapat diretur dan obat yang tidak
dapat diretur?
Pengendalian Obat
30. Metode apa yang digunakan dalam pengendalian obat?
31. Hal apa yang dilakukan dalam tahap pengendalian agar tidak terjadi obat
kadaluwarsa?
32. Apakah tahap pengendalian obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
33. Bagaimana sikap terhadap adanya obat kadaluwarsa dengan proses
pengendalian obat?
Obat Kadaluwarsa
34. Berapa total jenis pengadaan obat sepanjang tahun 2017?
35. Berapa jumlah obat kadaluwarsa sepanjang tahun 2017?
36. Jenis obat apa saja yang sering terjadi kadaluwarsa?
37. Apa tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya obat
kadaluwarsa?
Penyebab Obat Kadaluwarsa
38. Apa faktor utama penyebab terjadinya stok obat kadaluwarsa?
---------------------------------------------------------------------------------------------

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Informan 4: PPK/PPTK
Karakteristik Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :
Pertanyaan :
Pengadaan Obat
1. Jenis obat apa saja yang diadakan dan berapa jumlah setiap kali pengadaan?
2. Apakah jenis obat yang diadakan sesuai dengan daftar obat/e-catalogue
yang direncanakan? Jika tidak, mengapa dan bagaimana?
3. Pembelian obat dilakukan kepada pihak suiplier mana saja? Bagaimana
aturannya?
4. Apakah menggunakan sistem tender? Bagaimana prosesnya?
5. Kapan saja proses pengadaan dapat dilakukan?
6. Bagaimana sikap dan tindakan tim pengadaan terkait adanya stok obat
kadaluwarsa?
7. Apakah tahap pengadaan obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
8. Apakah kendala pada proses pengadaan obat?
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Informan 5: PPHP/SPI/Perlengkapan
Karakteristik Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :
Pertanyaan :
Penerimaan Obat
1. Apakah dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian nama, jenis dan
jumlah sesuai pesanan obat?
2. Apakah dilakukan pendataan/pengecekan masa kadaluwarsa obat saat
proses penerimaan?
3. Apakah tahap penerimaan obat menjadi penyebab adanya stok obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kadaluwarsa?
4. Apakah kendala pada proses penerimaan obat dari suplier?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Informan 6: Staf Gudang Obat


Karakteristik Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :
Pertanyaan :
Penyimpanan Obat
1. Metode apa yang digunakan dalam penyimpanan obat?
2. Bagaimana prosedur penerimaan hingga penyimpanan obat?
3. Bagaimana kondisi gudang penyimpanan obat? Apakah sudah sesuai
dengan standar gudang penyimpanan obat?
4. Apakah dilakukan pengecekan terhadap masa aktif setiap obat?
5. Apakah penyimpanan obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
6. Apakah dilakukan pencataan terhadap obat yang akan mengalami
kadaluwarsa? Jika ya, apakah tindakan selanjutnya?
7. Bagaimana sikap dan tindakan tim penyimpanan obat terkait adanya stok
obat kadaluwarsa?
Pendistribusian Obat
8. Kapan saja distribusi obat dilakukan?
9. Bagaimana prosedur unit pelayanan memesan obat di unit logistik obat?
10. Masalah apa yang sering terjadi pada proses pendistribusian obat?
Tindakan apa yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut?
11. Apakah pendistribusian obat menjadi penyebab adanya stok obat
kadaluwarsa?
12. Berapa total jenis pengadaan obat sepanjang tahun 2017?
13. Berapa jumlah obat kadaluwarsa sepanjang tahun 2017?
14. Jenis obat apa saja yang sering terjadi kadaluwarsa?
15. Apa tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya obat
kadaluwarsa?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penyebab Obat Kadaluwarsa
16. Apa faktor utama penyebab terjadinya stok obat kadaluwarsa?
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Informan 7: APJ Apotek Pemusnahan
Karakteristik Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :
Pertanyaan :
Penghapusan Obat
1. Bagaimana kebijakan rumah sakit terhadap obat kadaluwarsa?
2. Apakah petugas menghitung jumlah obat yang mengalami kadaluwarsa?
3. Siapa saja pihak yang harus tau kondisi obat yang akan dilakukan
penghapusan?
4. Bagaimana cara menentukan obat yang dapat diretur dan obat yang tidak
dapat diretur?
5. Apakah dibuat berita acara pemusnahan?
6. Kapan, metode apa, dan dimana pemusnahan dilakukan?
7. Bagaimana prosedur pemusnahan obat kadaluwarsa?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MATRIKS WAWANCARA PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OBAT KADALUWARSA (EXPIRED DATE) DAN
NILAI KERUGIAN OBAT (STOCK VALUE EXPIRED) YANG DITIMBULKAN DI INSTALASI FARMASI DR. R.M. DJOELHAM
BINJAI TAHUN 2018

Tabel. Karakteristik Informan

No Nama Informan Umur Jenis Kelamin Pendidikan Jabatan


(tahun)
1 dr. AM. Setia Putra 57 Laki-laki Konsultan Wadir Pelayanan
Intensif Care Medis

2 dr. Menaita Meliala, M.Kes 49 Perempuan S2 Kabid Penunjang


Medis

3 Popi Novita, S.Farm, Apt 38 Perempuan Apoteker Kapala Instalasi


Farmasi

4 Sanny Ervina Ginting, S. 32 Perempuan S1 Kepala Gudang


Farm
5 David Ginting, S.Farm, Apt 35 Laki-laki Apoteker PPK/PPTK

6 Indah Sri Evita 36 Perempuan S1 PPHP


7 Sandra Dewi 38 Perempuan D3 Staf Gudang
8 David Ginting, S.Farm, Apt 35 Laki-laki Apoteker APJ Apoteker

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


INPUT
No Pertanyaan Variabel Sumber Daya Informan Pernyataan
Manusia (SDM)
1 Apakah jumlah dan kualifikasi tenaga kerja di 1 Kalau melihat jumlah resep yang harus ditangi kita masih
instalasi farmasi sudah sesuai atau cukup? kekurangan, namun untuk kualifikasi saya rasa sudah
memenuhi...(1)

2 Belum, seharusnya instalasi farmasi itu.....rumah sakit ini tipe B


dengan jumlah tempat tidur yang notabene-nya 200 tempat tidur,
50 resep itu ditangani 1 apoteker, jadi kalau di sini resep rawat
inap 250-500, berarti kita butuh berapalah....harusnya rumah
sakit ini idealnya memiliki 30 apoteker, jadi belum sesuai (2)
2 Apakah seluruh staf mampu dan dapat 1 Kalau dari hasil pekerjaan, seharusnya mampu tetapi kerjaan
meyelesaikan seluruh pekerjaan terkait kadang ada yang tidak selesai, terkadang jumlah yang membuat
pengelolaan obat? kadang pekerjaan tidak selesai tepat waktu (1)

2 Kurang mampu, mungkin karena sistem kerja-SOP dan sistem


koordinasi yang selama ini masih berakar pada permasalahan
yang lama, di sini belum bekerja sesuai dengan tupoksinya (2)
3 Siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan 1 Proses obat inikan dari perencanaan mengacu pada
obat? formularium..nah ini terkait dengan instalasi farmasi, terus komite
farmasi, secara fungsional dokter-dokter yang menentukan obat
yang mengusulkan obat...kemudian dibantu PPK, PPTK, dan
PPHP...(1)

Mulai dari obat direncanakan hingga akhirnya nanti goalnya


2 direktur, karena direkturkan banyak kesibukan, akhirnya
diperlukan bagian pengadaan yang membantu dalam hal ini
PPK/PPTK , setelah obat diadakan nanti akan ada yang menerima
yaitu PPHP, selain itu kita juga sudah memiliki KFTRS yang
beranggotakan SMF yaitu dokter-dokter yang nantinya akan ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


rapat KFT dan disanalah dirapatkan apa-apa saja obat yang
diperlukan. (2)
4 Apakah seluruh staf pernah dilakukan upaya 1 Selama ini pelatihan pernah ada, kita kirim ke pelatihan di
pelatihan tentang manajemen logistik obat luar,..namun untuk kita melaksanakan atau mendatangkan pelatih
rumah sakit? ke sini, itu belum...(1)

2 Upayanya ada, kita sudah masukan itu ke diklat, tapi sampai


sekarang belum terlaksana, tapi setiap tahun akan ada pelatihan
dari dinas kesehatan provinsi dan itupun hanya perwakilan 2-3
orang paling banyak..... (2)

No Pertanyaan Variabel Anggaran Informan Pernyataan


1 Bagaimana jenis sumber dana persediaan obat 1 Jenis sumber dana kita yaitu APBD dan BLUD...ah kalau
di instalasi farmasi? Berapa persen dari setiap presentasinya saya kurang tau...(1)
jenis sumber dana?
2 Kitakan di rumah sakit ini ada yang namanya APBD dan BLUD.
Pemakaian dana BLUD ini dilakukan apabila dana APBN sendiri
tidak mencukupi, kalau yang selama ini renja yang pernah kita
ajukan 6-7 milyar untuk APBD dan 200 juta untuk BLUD dan
dana tersebut sudah termasuk obat-obatan dan bahan medis
habis pakai (2)
2 Apakah anggaran dana persediaan sudah 1 Anggaran dana tentu kita sesuaikan dengan kebutuhan hasil
dipatokkan sedari awal atau mengikuti perencanaan dan setelah perencaan dilakukan ah..nanti
kebutuhan tim perencanaan? disesuaikan dengan dana yang tersedia....(1)

2 Anggaran dana sudah di renja, direncanakan sejak satu tahun


sebelumnya, tapi nanti deal-nya dari sini dan dimasukan ke pemko,
sebelum ketok palu DPR (2)
3 Apakah kendala dalam anggaran dana? 1 Oh iya...kalau kitakan mengajukan, pemerintah kota ini kan
melihat kepentingan bukan rumah sakit saja,, kalau dana untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kesehatan ini nantinya ada pengurangan, ya kita tinggal
menyesuaikan saja...(1)

2 Bukan kendala sebenarnya, Pak wali sebenarnya pasti melihat


kebutuhan obat dari pasien kita, dari data pasien kita, nnatinya
kan dilihat sesuai dengan laporan pertanggungjawaban
sebelumnya, dari sana nanti bapak melihat berapa sebenarnya
kebutuhan kita. (2)

No Pertanyaan Variabel Sarana dan Prasana Informan Pernyataan


1 Fasilitas apa saja yang digunakan dalam proses 1 Ya masih belum kalau untuk peralatan, tapi untuk merencanakan
pengelolaan obat? Apakah sudah cukup bisa, tapi tidak maksimal,...untuk penyimpanan, katakanlah
mendukung dalam pengelolaan obat? gudang kita masih terbatas dan belum dianggap sempurna dalam
mendukung penyimpanan....(1)

2 Oh...belum, kalau sarana sebenarnya kita kan perlu internet


misalnya, sistem SIMRS, sistemnya belum begitu baik sehingga
dalam menunjang dalam evaluasi obat yang lebih detail lagi
kebutuhan, penggunaannya terkadang kita butuh waktu yang
panjang dalam pengelolaan laporan, juga misalnya gudang yang
masih kurang, misal luasnya masih kurang, kondisi gudang
misalnya suhu masih belum optimal, pernah kejadian obat rusak
di sini, .... (2)
2 Fasilitas apa yang mendukung proses 1 Standart sudah, kita punya ini punya ini, hanya saja jumlahnya
pencatatan obat masuk, obat keluar dan obat belum memenuhi, tetapi dalam hal kalau kita katakan yang baik itu
kadaluwarsa? kan lengkap, itu belum...(1)

2 Kalau obat masuk butuh SDM dan komputerisasi, tapi sistem


komputer kita sendiri kadang mendapat gangguan..... (2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3 Apakah ada kendala yang dihadapi terkait 1 Ada sistem entry masuk, tapi itu tadi, karena beban kerja banyak
sarana dan prasarana pengelolaan obat? jadi kadang tidak bisa tepat waktu, ...gudang jumlahnya masih
terbatas (1)

2 Yaitu itu tadi, kalau misalnya kita diminta laporan kita belum bisa
berikan sesuai waktu yang diperlukan, selain itu juga SDM juga
kita juga kurang, kebetulan SDM kita juga gak pernah diadakan
pelatihan dan semuanya otodidak, jadi sebenarnya kinerjanya
kurang artinya kalau 100% ini tidak mencapai, belum optimal....
(2)

No Pertanyaan Variabel Prosedur Informan Pernyataan


1 Apakah setiap pengelolaan obat memiliki 1 Adalah, kalau gak gimana mau terakreditasi, kalau dokumen ada,
prosedur atau SOP? (1)

2 Sebenarnya semua prosedur sudah ada tapi perlu ada revisi dan
setelah dievaluasi perlu ada perbaruan.... (2)
2 Apakah petugas bekerja sesuai prosedur dalam 1 Kalau masalah hafalnya itu, kadang-kadang ada yang lupa.
melaksanakan kegiatan? dan Apakah prosedur Pekerjaan itu mengikuti prosedur. Tapi kadang-kadang ada hal-
yang sekarang dijalankan sudah sesuai dengan hal yang terlupakan, karena apa yang saya katakan tadi volume
harapan? kerja yang tinggi...(1)

2 Tidak, pertama petugasnya sendiri masih belum menguasai SOP


dan kedua SOP nya sendiri belum begitu baik dan sempurna dan
belum dievaluasi sampai saat ini sehingga dalam sistem kinerja
tentu ada yang ketinggalan atau tidak terlaksana.... (2)
3 Apa kendala yang dihadapi terkait setiap 1 Kendalanya kita di SDM, misalnya kita perlu tenaga yang
prosedur pengelolaan obat? mengantar resep, itulah tadi yang kita katakan kurang tenaga (1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2 Ada kendala, yaitu tadi SOP-nya sendiri belum sempurna
dehingga akan ada kinerja yang tidak terlaksana di setiap
prosedur..... (2)

PROSES
No Pertanyaan Variabel Perencanaan Obat Informan Pernyataan
1 Kapan perencanaan obat dilakukan? 3 Mulai dari pemilihan obat itu berdasarkan formularium nasional,
formularium rumah sakit dan biasanya berdasarkan permintaan
user dengan kebutuhan yang bentu-betul mendesak..(3)

4 Sesuai RKA (rencana kebutuhan anggaran) itu disususn setahun


sekali, nanti ketok palu di DPRD-nya, dilakukan setahun
sebelumnya (4)
2 Bagaimana prosedur, metode dan dasar dalam 3 Perencanaan dilakukan satu tahun sebelumnya, misal
merencanakan obat? perencanaan tahun 2018 dilakukan di tahun 2017..(3)

4 Kalau kita yang dari gudang berdasarkan data tahun lalunya,


metodenya nanti direkap, misal tahun lalu kita pakai 10, nanti
tahun depan kita tambahkan 20%,... (4)
3 Apakah pemilihan obat sudah sesuai dengan 3 Yang pasti sesuai dengan e-catalogue, karena kan kita BPJS
fonas, formularium RS, User (DPJP) dan sehingga semua harus berdasarkan e-catalogue, di e-catalogue
harga? udah bersadarkan fornas dan formularium rumah sakit...(3)

4 Iya, yaitu panduan kita hanya boleh dari itu, tambahan dari user,
....(4)
4 Apakah formularium sudah sesuai dengan 3 Sudah sesuai, formularium yang sekarang kami pegang tahun
standar? Kapan formularium terakhir kali 2016, kalau kebutuhan tiap tahun beda-beda sedikitlah, biasa 20%
disusun? pengamannya, memang itu udah biasanya...(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4 ....Sudah sesuai karena formularium rumah sakit sesuai dengan
fonas, Selama ini belum terlaksana, harusnya enam bulan
sekali,...(4)
5 Apakah masalah yang dihadapi saat melakukan 3 Kalau perencanaan sih gak ada masalah sih biasanya, justru
perencanaan obat? Tindakan apa yang diambil masalah itu timbul saat pengadaan, bukan saat perencanaan, kita
dalam mengatasi masalah tersebut? sih gak ada masalah, karena kita merencanakan untuk pertahun,
Cuma dipengadaan gak dilakukan pertahun tapi pertiga bulan
sekali, ya pertriwulanlah kita lakukan permintaan, nanti kalau gak
ada ya kita buat permintaan tambahan..(3)

4 Kalau merencanakan ya tinggal kita rencanakan, tinggal kadang


realisasinya gak sesuai dengan yang direncanakan, kalau kami
digudang gak bisa melakukan apa-apa melakukan tindakan apa-
apa karena digudangkan kerjanya tinggal merekap hasil
pekerjaan pengadaan,...(4)
6 Apakah tahap perencanaan obat menjadi 3 Diperencanaan ada yang masa sebelumnya tahun 2016, karena
penyebab adanya stok obat kadaluwarsa? orang-orangnya belum jelasdan belum tersistemlah dengan baik,
siapa sih yang dibagian gudang, siapa sih yang menaggungjawabi
Apakah yang menyebabkan terjadinya obat gudang, dibagian adminitrasinya itu belum tersistem dengan baik,
kadaluwarsa dikaitkan dengan perencanaan jadi perencanaan itu dilakukan, yang melakukan ya kepala
obat diawal? instalasi merangkap sekaligus PPK/PPTK...(3)

4 Perencanaan pasti direncanakan supaya gak expired, cuma


berjalannya waktu tidak sesuai, misal tahun lalu pasien demam
berdarah banyak, tahun ini gak, jadikan gak kepake, terus misal
dokter minta obat ini, tapi setelah diadakan gak dipake, jadi
penyebabnya itu bukan satu hal, ...(4)

7 Bagaimana sikap dan tindakan tim 3 Karena sistem yang belum baik, sehingga tindakan yang dilakukan
perencanaan terkait adanya stok obat ya sekarang udah ada pembagian yang jelas, siapa yang
kadaluwarsa? bertanggungjawab terhadap gudang, PPK, PPTK,..(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4 Ya kita berharapnya gak ada, itukan perencanaan tahun lalu
sebelum 2017 yang memang direncanakan tahun 2016 , kalau yang
sekarang ya kalau bisa jangan kejadian... (4)
8 Apakah tim perencanan mempertimbangkan 3 Seharusnya itu menjadi pertimbangan, karena dari permenkes
waktu pemesanan dan waktu konsumsi sedari sendiri sudah ada aturannya tentang pemesanan obat dikaitkan
awal agar tepat sedia dan tepat guna? dengan masa kadaluwarsa pada obat-obat tertentu seperti
valcin,...kemungkinan obat-obat yang sudah mau dekat masa
Apakah tim perencanaan mempertimbangkan expired tetap diambil, ...harusnya tetap perlu dipertimbangkan
biaya setiap obat dan total harga obat? sesuai dengan standar e-catalogue, berapa persen harga pasaran
yang bisa kita pesan berdasarkan e-catalogue...(3)

4 Kalau yang itu iyalah, dicek masa kadaluwarsanya, kalau kami


disini tugasnya juga bukan hanya merekap obat, tapi juga
memasukkan harga obat dan total kebutuhan dan harganya, udah
kaya orang akuntansi kami....(4)

No Pertanyaan Variabel Penganggaran Obat Informan Pernyataan


1 Bagaimana cara merumuskan anggaran obat? 1 Itu secara teknis penyusunan tentu petugas farmasi yang akan
Metode apa yang digunakan? lebih memahami itu, kalau saya gini, kita mengacu pada
pemakaian tahun sebelumnya, misalnya tahun lalu 100, ya tahun
depan kita tambahkan 20%, kalau 10% sering tidak memadai...(1)

2 Dalam perumusan pengaggaran saya kurang paham, tetapi dasar


dalam rencana kerja untuk obat yang digunakan, selama ini
berdasarkan renja tahun sebelumnya berjalan dengan kebutuhan
kedepan berjalan begitu saja, detail rumusnya saya kurang paham,
tapi memang didasarkan pada kebutuhan angka kesakitan
sebelumnya... (2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3 Biasanya yang digunakan itu awalnya dan APBD, tahun 2017
untuk obat itu 1 milyar, BLUD saya kurang tau, untuk 2018 untuk
obat 2,9 milyar dari APBD....(3)
2 Bagaimana sikap dan tindakan tim 1 Ya kita evaluasilah kalau ada yang kadaluwarsa, apakah obat itu
penganggaran terkait adanya stok obat dipesan sudah sesuai tata caranya, kalau tidak tentu kita kan
kadaluwarsa? pertanyakan kepada petugas ini kenapa bisa expired, kita tidak
menapikkan bahwa ada pekerjaan-pekerjaan yang terabaikan.
Ada harusnya daftar expired misalnya 2 bulan, maka inilah obat-
obat yang harus diutamakan, diinfokan ke user, kalau diingatkan
biasanya pasti sedikit, itu kalau diingatkan...(1)

3 Kalau kami sih hanya menganggarkan, tapi kalau bisa ya jangan


sampai kejadian,..(3)
3 Apakah tahap penganggaran obat menjadi 1 Sepanjang penganggaran obat dilaksanakan sesuai tentu tidaklah,
penyebab adanya stok obat kadaluwarsa? bisa saja, tapi itu buka penentu, ....nah makanya dalam situasi
seperti ini kita harus tegas, obat itu expirednya kapan, ...(1)

3 Penganggaran sih nggak, bukan itu masalahnya...(3)


4 Apa yang menjadi kendala dalam 1 Kalau dana sudah ditetapkan, dana APBD dan dana BLUD,
penganggaran dana? Bagaimana cara dana tidak ada masalah...(1)
mengatasi masalah penganggaran dana
tersebut?
3 Dana itu sudah ada, kami hanya merekap kebutuhan, kalau dana
sudah ada dana APBD dan BLUD kalau dana APBD tidak cukup
dan biasanya APBD digunakan diawal tahun, masalah gak
ada...(3)

No Pertanyaan Variabel Pengadaan Obat Informan Pernyataan


Jenis obat apa saja yang diadakan dan berapa 1 Oh.,.itu yang gak tau, saya gak terlibat, tergantung pada
1 kebutuhan segala macam, ...(1)
jumlah setiap kali pengadaan?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2 Jenis obat yang dipesan sesuai denga e-catalogue dan diadalakan
berdasarkan anggaran dan kebutuhan mana yang sangat
emergensi sekali, padahal obat itu kadang datang 3 bulan setelah
pemesanan (2)

Selama ini kita lihat jenis obatnya itu apakah dia masuk
5 formularium atau e-catalogue/e-purchasing atau nggak,...(5)
Apakah jenis obat yang diadakan sesuai 1 Tidak semua obat, tapi kita upayakan yang ada di folmularium,
dengan daftar obat/e-catalogue yang kalau usulan obat itu kita ada, kita sesuaikan dengan permintaan
direncanakan? Jika tidak, mengapa dan dokter (1)
bagaimana?
2 Harus sesuai, memang sesuai, obat yang diadakan sesuai namun
obat yang dipesan datang 3 bulan, disanalah terjadi keadaan
dimana terjadi kekosongan obat (stock out) di rumah sakit,
walaupun stock kosong, tetap PPK akan berkoordinasi dan
melakukan pengadaan dengan dana BLUD sehingga kebutuhan
2 obat untuk masyarakat dapat kita berikan... (2)

5 Yang dipesan harus sesuai dengan permintaan farmasi yang ada


e-catalogue, kalau e-purchasing dilakukan sesuai dengan
permintaan, tapi memang gak semua obat, ada jenis obat yang kita
butuhkan tapi gak ada di e-catalogue, ....jenis sumber dana obat
kita ada 2 yaitu APBD dan BLUD, biasa kita gunakan APBD
diawal tahun, kalau tahun 2017 APBD kita gunakan 1 milyar kalau
BLUD 12 Milyar, kalau tahun ini 2018 APBD dan BLUD total 30
milyar itu untuk semua, obat dan BHP. (5)
Pembelian obat dilakukan kepada pihak 1 Gak tau, itu juga, karena itu melekat tugas daripada PPTK, sudah
suiplier mana saja? Bagaimana aturannya? ke teknis (1)
3 Apakah menggunakan sistem tender?
Bagaimana prosesnya? 2 Saya tidak tau, itu PPK yang tau, saya tidak terlibat.... (2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5 Ohh itu banyak, di e-catalogue aja bisa sampai 50 penyedianya.
Kalau satu jenis obat satu suplier aja, kalau pengadaan dibawah
50 juta pakai SPJ, ini gak pakai sistem tender, kita buat aja misal
kita butuh pentanil dan itu hanya di kimia farma, ya kita pesan dari
kimia farma, pokoknya pesan bisa berulan-ulang sesuai kebutuhan
(5)
Kapan saja proses pengadaan dapat dilakukan? 1 Saya kurang tau, itu pada PPTK...(1)

2 Saya tidak tau, itu PPK yang tau, saya tidak terlibat.... (2)
4
5 Kita pengadaan setiap 3 bulan atau triwulan sekali, tapi kadang
kita pesan bisa berulang-ulang kalau habis (5)
Bagaimana sikap dan tindakan tim pengadaan
terkait adanya stok obat kadaluwarsa? 2 Obat kadaluwarsa ini tentunya banyak evaluasinya, karena
tergantung pengadaan ketika itu, ketika obat itu diadakan di
rumah sakit ini, obat itukan jenis mata anggaran nya berbeda,
contohnya saja obat IGD gratis yang kita adakan, namun
masyarkat tidak gunakan, .....dan ada juga obat yang datang dari
distrubutor yang datang masa expired-nya sudah dekat, sedangkan
pengguna IGD tidak banyak, nah itulah yang terjadi...
5
...dan itu bisa di proses penerimaan,.... (2)

5 Itu harusnya ada di gudang atau instalasi farmasi, karena kami


pesan sesuai yang mereka minta, karena digudang meminta
berdasarkan histori tahun lalu, misalkan obat A tahun ini banyak
pemakaian maka tahun depan mereka minta banyak juga, mungkin
penyakit berubahkan, kita gak tau, mungkin itu bisa menjadi
penyebab obat kadaluwarsa (5)
Apakah tahap pengadaan obat menjadi 1 Saya belum melakukan penelusuran sampai disana, jadi saya tidak
penyebab adanya stok obat kadaluwarsa? bisa berkomentar, saya tidak bisa berasumsi-asumsi...(1)
6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5 Kalau tahap pengadaan gak ada hubungan dengan obat
kadaluwarsa karena kita selalu terima obat yang masa
kadaluwarsanya masih lama sampai 2 tahun..(5)
Apakah kendala pada proses pengadaan obat? 1 Kan selalu disampaikan bahwa obat yang kita pesan dari katalog
kadang bisa sampai 4 bulan belum datang bahkan ada yang gak
datang-datang, jadi yang seperti itu membuat kita terganggu ya,
..(1)

5 Dipengadaan sih ada misalnya kita pesan melalui e-catalogue,


setelah dipesan belum tentu datang, bisa kadang mau sampai 2-3
bulan, nah itu disitukan kita butuh, jadi karena belum datang
7
obatnya kita pesan secara reguler atau manual, waktu barang
pesanan manual datang eh yang dari e-catalogue juga datang, nah
disitu bisa jadi kejadian stock obat banyak sementara
penggunaannya gak tinggi lagi, kejadian itu sih yang perlu kita
antisipasi, sebenarnya bisa saja saya batalkan tapikan sayang
karena obat di e-catalogue murah, jadi kita rebutan Se-Indonesia,
kita hanya melayani BPJS untuk obat dan BHP , kalau pasien
umum mereka beli obat di luar... (5)

No Pertanyaan Variabel Penerimaan Obat Informan Pernyataan


1 Apakah dilakukan pemeriksaan terhadap 6 Saya menerima barang dan mengecek kesesuaian antara surat
kesesuaian nama, jenis dan jumlah sesuai pesanan dengan barang yang datang sesuai syarat pengecekannya
pesanan obat? , jadi satu surat pesananan itu bisa 3 kali datang atau bahkan
sesuai dengan permintaan kita karena kapasitas gudang kita
terbatas, ...(6)

7 iya, dilakukan, kami sesuaikan dengan daftar yang dipesan,


jumlahnya juga...(7)
2 Apakah dilakukan pendataan/pengecekan 6 Suplier menghubungi PPK dan kemudian saya diminta oleh PPK
masa kadaluwarsa obat saat proses untuk mengecek barang datang selaku PPHP, setelah barang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penerimaan? datang saya cek semuanya sesuai spek misalnya nama barang,
jumlah dan tanggal expired dan nomor bets, itu kalau obat, setelah
semua oke dan sesuai, saya serahkan ke PPK, PPK akan
menyerahkan ke bendahara perlengkapan, bendahara
perlengkapan akan menyerahkan ke user dalam hal ini ke instalasi
farmasi, nanti instalasi farmasi akan menyerahkan ke
gudang.....yang mengantar barang itu distributor, misalnya obat
yang ada di e-catalogue, ketentuannya sudah ada di LKPP,ini ada
contoh lembarnya... (6)

7 Pasti dilihat lagi kapan tanggal kadaluwarsanya, ...(7)


3 Apakah tahap penerimaan obat menjadi 6 Tidak, tidak dipenerimaan,...(6)
penyebab adanya stok obat kadaluwarsa?
7 Penerimaan tidak, karena kami sudah sesuai prosedur ya, kalau
obat mendekati expired pasti gak kami terima (7)
4 Apakah kendala pada proses penerimaan obat 6 Kendala waktu aja, misalnya barang datang dan PPK mau
dari suplier? menyerahkan ke bendahara barang, tapi biasanya mereka ada
mengintruksikan ke siapa gitu untuk nangani....(6)

7 Gak ada, karena kami diterima dari PPHP aja, buka


berhubungan dengan pihak suplier (7)

No Pertanyaan Variabel Penyimpanan Obat Informan Pernyataan


1 Metode apa yang digunakan dalam 3 Metodenya FIFO dan FEFO, kalau yang datang masa expirednya
penyimpanan obat? duluan, maka itu juga yang didulukam, kalau digudang
berdasarkan kelas terapi juga, abjat juga, susah ya kalau U atau
L, gudang kita itu terlalu sempit sehingga ya adekkan udah lihat
sendiri, susah ya.....(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4 Susunannya tergantung kondisi, jadi gak tentu dan gak bisa pake
sistem U atau L, karena susah nentukan kondisi, kemaren gudang
gak disini, tiba-tiba ada akreditasi jadi dipindah kesini, tapi tetap
urutan penyusunan berdasarkan FIFO dan FEFO,....(4)

7 Metode FIFO FEFO, tapi adakalanya kalau datang obat duluan


yang masih lama masa expired-nya ya kakak keep dulu atau
simpan....(7)
2 Bagaimana prosedur penerimaan hingga 3 Obat itu diterima oleh PPHP disaksikan oleh SPI (satuan
penyimpanan obat? pemeriksa intern), jadi dari PPHP nanti serah terima ke PPK, dari
PPK nanti serah terima lagi ke perlengkapan (bendahara barang),
nanti dari situ serah terima ke instalasi farmasi yaitu ke gudang,
nantikan kita lihat sesuai gak dia dengan SPK, spesifikasinya
sesuai nggak dengan expirednya atau tanggal
kadaluwarsanya,..(3)

4 Kan ada berita acara serah terima oleh petugas penerima (PPHP),
itulah yang nerima, kalau kami nanti ke gudang tingga tanda
tangan aja.... (4)

7 Kalau penerimaan ada orangnya yaitu PPHP, nanti dia yang


nerima, setelah itu diserahkan ke kakak...., kami hanya mau terima
barang sesuai pesanan kami... (7)

3 Bagaimana kondisi gudang penyimpanan 3 Sebenarnya gudang kita masih banyak sekali kekurangan, dari
obat? Apakah sudah sesuai dengan standar sistem penyimpanan, seharusnya kan lemari narkotik itu khusus,
gudang penyimpanan obat? kaya yang kategori high alert ada lemari khusus, pernah diajukan
juga, ...(3)

4 Kondisi alakadarnya, suhu kadang AC gak dingin, dekat kamar


mandi jadi berpengaruh pada kelembaban, rak kurang, besar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ruangan masih kurang,.... dulu gudangnya pernah banjir sehingga
ada kejadian obat rusak....(4)

7 Belum, ruangan terlalu sempit dan tidak memadai, ...(7)


4 Apakah dilakukan pengecekan terhadap masa 3 Biasanya mereka melakukan pengecekan setiap hari, ...nanti bisa
aktif setiap obat? dicocokkan antara yang dikomputer dengan yang dicatatan, kalau
nanti ada yang gak sesuai bisa dicocokkan secara menual.
Menurut saya petugas gudang secara administrasi kenerjanya
sudah bagus,..(3)

4 Kitakan setiap sebulan sekali ada stock opname untuk semua obat,
di kartu obat itu nanti di cek nama obat dan tanggal expired-nya,
....(4)

7 Dicek dicatat, setiap obat masuk keluar dicatat, setiap sebulan


sekali kami stock opname... (7)
5 Apakah penyimpanan obat menjadi penyebab 3 Seharusnya yang menginformasikan stock adalah bagian gudang,
adanya stok obat kadaluwarsa? itu salah satu juga yang menyebabkan kadaluwarsa karena tidak
jelas penanggungjawabnya, itu dulu ya, masalahnya di obat tahun
2016 itu yang expirednya di tahun 2017. (3)

4 Kami sudah mencatat dengan baik, sekarang kalau gak ada


dikeluarkan, gak diminta, gak diresepkan, ya gak keluarlah....(4)

7 Nggak sih, obat inikan sebenarnya tergantung user (dokter), obat


yang ini udah dipesan, setalh datang dan ada tidak dipakai, itu
satu, tersu kedua bisa jadi karena perubahan pola penyakit, ketiga
misal obat ini lebih baik dari pada obat yang lama, gitu sih...(7)
6 Apakah dilakukan pencataan terhadap obat 3 Pada tahun 2017 kita sudah coba catat obat-obat yang jumlahnya
yang akan mengalami kadaluwarsa? Jika ya, banyak dan akan expired ke user (dokter) untuk digunakan, namun
apakah tindakan selanjutnya? dengan waktu yang singkat dengan masa expired dan jumlah
waktu yang banyak, (3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4 ada dilakukan, ....adanya ama Kak Sandra...(4)

7 ada, dicatat dan disimpan, ...(7)


7 Bagaimana sikap dan tindakan tim 3 ya pasti gak habis, untuk yang 2018 ini ya kita sesuaikan dengan
penyimpanan obat terkait adanya stok obat pemakaian sebelumnya dengan yang kita rencanakan...(3)
kadaluwarsa?
Kalau obat kadaluwarsa disini kalau obat ada distributor yang
4 mau ditukar (retur), tapi kebanyakan gak mau, beda-beda tiap
distributor, ada yang mau menerima 3 atau 6 bulan sebelum
expired, ada yang yang pas tanggalnya expired mereka mau, ada
juga yang gak mau sama sekali, kalau gak bisa ya ditumpuk disini
ya kita buat berita acara pemusnahan....(4)

7 Yaitu tadi, kami udah menyediakan obat kalau gak dipake oleh
user, itu bisa jadi salah satu faktor...(7)

No Pertanyaan Variabel Pendistribusian Obat Informan Pernyataan


1 Kapan saja distribusi obat dilakukan? 3 Setiap hari, kalau gudang, obat itu pasti jatuhnya ke apotik depan,
apotiklah yang menyalurkan ke rawat inap dan rwat jalan...
Dulu ya gak jelas, ntah siapa yang bertanggungjawab, ntah siapa
yang jaga barang, gak stay di gudang, kapan perlu barang naik ke
gudang, pokonya jauh dari yang sekarang yang sudah ada
pembagian..(3)

4 Ke apotik/farmasi kita tiap hari, kalau unit lain mintanya ke unit


farmasi, ...(4)

7 Ke instalasi farmasi, pastinya saya mendistrbusikan obat ini atas


permintaan instalasi farmasi, setiap hari...(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2 Bagaimana prosedur unit pelayanan memesan 3 prosedur ada, tapi perlu direvisi, selama ini berjalan sih sesuai
obat di unit logistik obat? prosedur, ...(3)

4 Kita bawa rekap pesanan, bahwa nanti ditanya ke bagian


pengadaan, nanti realisasinya mereka (pengadaan)....(4)

7 Kami memesan berdasarkan kebutuhan ke pengadaan, sejauh ini


itu aja, kalau nanti ada ternyata obat gak ada, ya itu bagian
pengadaan, karena kami sudah melakukan tugas kami yaitu
merencanakan..(7)
3 Masalah apa yang sering terjadi pada proses 3 Distribusi kita ke rawat inap dan rawat jalan, itu kita berikan
pendistribusian obat? Tindakan apa yang berdasarkan resep, masalah kita itu pencatatan di apotiknya yang
dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut? masih kurang tertib melalui aplikasi itulah kita mencatat
penditribusian, tapi karena ada masalah pencatatan di aplikasi
tadi itu, jadi akhirnya kita punya masalah gak bisa dapatkan angka
yang benar-benar angka pengeluaran dengan stok yang masih
ada, sehingga yang terjadi kami harus meng-amprah ulang,
jadinya data yang digunakan untuk renja bukan data apotik tapi
data gudang, harusnya data yang baik itu data dari apotik, karena
bermasalah dan gak valid, makanya kita gunakan data yang
digudang..(3)

4 Kalau distribusi tidak ada masalah, ....(4)

7 Distrubusi baik-baik saja, lancar, kami lakukan setiap hari sesuai


permintaan instalasi farmasi ..(7)
4 Apakah pendistribusian obat menjadi 3 Sepertinya distribusi nggak sih, karena distrubusi berdasarkan
penyebab adanya stok obat kadaluwarsa? permintaan user (3)

4 Nggaklah, distribusikan tinggal proses distribusi ke instalasi


aja,...(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7 Sejauh ini sih nggak, karena sejauh ini distibusi dilakukan ke
mereka, karena kalau kami dari gudang yaitu tadi memberikan
sesuai yang diminta..(7)

No Pertanyaan Variabel Penghapusan Obat Informan Pernyataan


1 Bagaimana kebijakan rumah sakit terhadap 3 Obat kadaluwarsa, sejak saya masuk di rumah sakit ini tahun 2016
obat kadaluwarsa? sampai saat ini belum pernah dilakukan pemusnahan, beberapa
hari yang lalu direktur sudah mengarahkan untuk mendata obat-
obat expired yang akan dimusnahkan, jadi saya belum punya data,
sudah pernah diminta ke gudang tapi belum diserahkan ke saya
seluruhnya, saya sudah minta tapi belum diserahkan, yang ada di
saya saat ini ya data yang expired jatuhnya dimasa saya, yang
sebelumnya beluma ada,...(3)

4 Pertama ya kita data daftar obat kadaluwarsanya, kemudian kita


serahkan kepada yang berkepentingan, selama ini kita belum ada
lakukan pemusnahan, belum ada....(4)

8 Kebijakannya itu kalau ada expired date atau ED kita buat tim
pemusnahan, setelah dibentuk kita laporkan ke aset dan kita
buatlah berita acaranya yang disaksikan oleh BPOM, dinas
kesehatan dan aset daerah dan manajemen di sini, disitulah kita
sama-sama memusnahkan, ...(8)
2 Apakah petugas menghitung jumlah obat yang 3 Dihitung, tapi sampai saat ini saya belum terima, saya sudah minta
mengalami kadaluwarsa? tapi belum diserahkan, yang ada di saya saat ini ya data yang
expired jatuhnya dimasa saya, yang sebelumnya beluma ada,...(3)

4 Iya setelah dicatat ya dihitung,...(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8 Harusnya dihitung ..(8)
3 Siapa saja pihak yang harus tau kondisi obat 3 Yang harus tau yaitu apoteker penanggungjawab, ya pihak-pihak
yang akan dilakukan penghapusan? terkait, tapi sayapun kurang paham siapa-siapa saja, yang pasti
kita data itu apa aja, kapan expired-nya, pastikan kita laporkan di
atas saya kan ada lagi, untuk selanjutnya kami harus melapor ke
bagian aset dan perlu ditelusuri lagi...(3)

4 Semualah, harus tau...(4)

8 kalau pihak atau tim yang harus ada dalam tim, ya memang
apoteker harus ada, dari dinas kesehatan dan BPOM,...(8)
4 Bagaimana cara menentukan obat yang dapat 3 Obat diretur itu biasanya kan ada ketentuan dari ditributornya,
diretur dan obat yang tidak dapat diretur? biasanya kalau distributor itu maunya 2-3 bulan sebelum expired
baru bisa diretur..(3)

4 Itu semua sudah sesuai dengan kesepkatan dengan distributor, tiap


ditributorkan beda-beda...(4)

8 Ada beberapa distributor yang memang membuat ketentuan no


retur, tapi biasa mereka infokan itu, biasanya yang menginfokan
itu prinsipal, ada beberapa biasanya mau tapi batas retur
maksimal 3 kali, kita sampai saat ini udah ada yang 2 kali, kalau
retur itu biasaya barang ganti barang dan paling dari distributor
itu 1-2 item, tapi kalau expirednya udah jauh gak bisa, ya itu hitung
kerugianlah ...(8)

No Pertanyaan Variabel Pengendalian Obat Informan Pernyataan


1 Metode apa yang digunakan dalam 3 Untuk pengendalian itu dari perencanaan, biasa ditentukan
pengendalian obat? berdasarkan pemakaian rata-rata perbulan ditambah 20% (3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4 Metodenya ya berdasarkan pencatatan kita, catatan bulan lalu, itu
aja intinya, misal kalau obat satu habis kita pakai obat lain yang
fungsinya sama, kita habiskan dulu yang itu ....(4)
2 Hal apa yang dilakukan dalam tahap 3 Supaya gak kadaluwarsa, diperencanaan harus sesuai dengan
pengendalian agar tidak terjadi obat kebutuhan itu satu, yang kedua seandainya obat sudah terlanjut
kadaluwarsa? dipesan, pada kasus-kasus tertentu misalnya tinggi kadang nggak,
ya kalau nggak triwulan selanjutnya tidak akan dipesan. (3)

4 Kita lakukan pencatatan rutin, itulah yang bisa kita lakukan ..(4)
3 Apakah tahap pengendalian obat menjadi 3 Tidak, bukan dipengendalian (3)
penyebab adanya stok obat kadaluwarsa?
4 Nggaklah, kami udah berusaha semaksimal mungkin, tapi kalau
Bagaimana sikap terhadap adanya obat ada hal-hal yang terjadi di luar kami, itu diluar kendali kami ..(4)
kadaluwarsa dengan proses pengendalian
obat?

OUTPUT
No Pertanyaan Variabel Obat Kadaluwarsa Informan Pernyataan
1 Berapa total jenis pengadaan obat sepanjang 3 Totalnya diatas 400-an...(3)
tahun 2017?
4 Totalnya berapa sesuai dengan yang di e-catalogue...(4)

7 Data itu ada, tapi kamu harus izin dulu ke Kak Sanny, nanti baru
bisa saya kasih tau...(7)
2 Berapa jumlah obat kadaluwarsa sepanjang 3 enam belas (11) jenis obat yang kadaluwarsa, ya kira-kira
tahun 2017? seginilah, (3)

4 ...Ohh...obat kadaluwarsa,....coba minta ke Kak Sandra....(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7 Sejauh ini kita ada datanya, nanti kita kasih tau, tapi harus izin
dulu ke Kak Sanny...(7)
3 Jenis obat apa saja yang sering terjadi 3 Ini gak masuk 10 penyakit tertinggi, obat yang kadaluwarsa
kadaluwarsa? kategori slow moving, meskipun kita rumah sakit pemerintah ya
tetap harus dipesan walau gak ada kebutuhan, (3)

4 Obatnya macam-macalah, biasanya sih slow moving, misalnya


albendazol....kadang kan gak mungkin pemesan sedikit karena ada
namanya batas pemesanan, kan gak mungkin pesan 10 biji, jadi
harus pesan 1 – 2 box, nah sepanjang tahun itu kadang gak kepake
semua, itulah bisa saja terjadi...ada juga kadang gini, obat inikan
ada aja yang baru turunannya, tiap tahun ada obat generasi
terbaru, misal antibiotik, maka turunan yang lama gak dipake lagi
sementara kita udah sempat stock banyak, dan dokter pasti update
karena dia didatangi medrep (medical represertatif) yang
menjelaskan ini generasi yang terbaru, ini yang lebih sedikit efek
sampingnya,...(4)

7 Nggak sih, tidak termasuk kategori obat 10 penyakit tertinggi,


masuk ke kategori obat slow moving....(7)
4 Apa tindakan yang dilakukan untuk mencegah 3 Perencanaan harus bagus, penyimpanan juga harus baik,
terjadinya obat kadaluwarsa? pengadaan juga harus sesuai dengan yang direncanakan, ...(3)

4 Konfirmasi ke farmasinya, ke kepala instalasi farmasi, kan disitu


keluarnya obat ini, supaya nanti kepala instalasi farmasi
menginformasi ke dokter-dokter bahwa ini obat yang masih
ada..(4)

7 Kalau menurut kakak, disini yang harus berkomitmen adalah user,


artinya mereka harus paham obat-obat apa saja yang akan mereka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


gunakan dan harus berkomitmen menggunakan obat-obatan yang
mereka order, misalnya gini, dokternya meresepkan obat A dan
setelah diadakan tapi dia gak meresepkan obat A dan justru
memilih obat yang lain, ..... hingga saat ini saya dan Kak Sanny
belum pernah dilibatkan dalam diskusi langsung tentang hal ini,
ya sebenarnya harus,....dalam hal ini ya direkturnyalah yang buat
SOP-nya gimana, sebenarnya KFT itu ada, tapi ya gitu fungsinya
tidak dilaksanakan, ...(7)

No Pertanyaan Variabel Penyebab Obat Informan Pernyataan


Kadaluwarsa
1 Apa faktor utama penyebab terjadinya stok 1 Report yang 2017 ini saya belum mendapatkan report, sehingga
obat kadaluwarsa? saya belum melakukan penelusuran, maka saya belum bisa
mengatakan mana yang menjadi penyebab, sebab saya belum
melakukan penelusuran...(1)

2 Di SDM, yaitu di kasubid logistik medik, kepala instalasi


farmasinya, PPK, PPHP, PPTK – nya, saya rasa itu semua perlu
dievaluasi kinerjanya. (2)

3 Yang jelas yang salah itu perencanaan dan pengadaan pada tahun
sebelumnya, tahun 2016 karena itu masih satu orang yang sama,
tidak ada pembagian tugas yang jelas, semua disatu orang yang
sama (3)

4 Intinya di user (dokter) yang tidak menggunakan obat sesuai


dengan yang dipesan dan disediakan, karena mereka pake merk
yang lain, selain itu dulu pengadaan juga pernah mesan obat
sesuka hatinya dengan gak mempertimbangkan pengendalian,
misal yang dibutuhan 500 yang diadakan 1000,...jadi itulah tadi
paling utama user yang tidak mau kerjasama dengan kami.... (4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5 Perencanaan harus bagus dan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi obat kadaluwarsa, pencatatan dan
sosialisasi ke user harus rutin.. (5)

6 Pengguna atau user, karena dasar dia pengadaan itu, dia minta
obat A untuk diadakan, setelah diadakan dia gak pakai lagi obat
A, ini yang terjadi,... bisa jadi karena komunikasi yang berjalan
antara user dengan bagian instalasi..(6)

7 Penyebabnya adalah user yang gak memakai obat yang sudah


dipesan dan meresepkan obat yang lain..(7)

8 Perencanaan harus bagus dan merupakan salah satu faktor yang


dapat mempengaruhi obat kadaluwarsa, pencatatan dan
sosialisasi ke user harus rutin.. (8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2 : Hasil Observasi
Instrumen Penelitian Faktor Penyebab Obat Kadaluarasa di RSUD DR. R.M.
Djoelham Binjai Tahun 2018

A. Tabel observasi Sumber Daya Manusia (SDM) di unit logistik instalasi farmasi RSUD
DR. R.M. Djoelham Binjai 2018
No Indikator Pengukuran Observasi Hasil Keterangan
Observasi
Ya Tidak
1 Terdapat Kepala Instalasi 1 orang
Farmasi
2 Terdapat Kepala Gudang 1 orang
3 Terdapat staf gudang 1 orang
4 Terdapat pengurus apotik 25 orang

No SDM Instalasi Farmasi Umur (tahun) Pendidikan Lama Kerja


(tahun)
1 Kepala Instalasi Farmasi 38 Apoteker 2,5
2 Kepala Gudang 32 S1 2
3 Pengurus staf gudang 38 S1 2

B. Tabel observasi Sarana dan Prasarana di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR.
R.M. Djoelham Binjai 2018
No Indikator Pengukuran Observasi Hasil Keterangan
Observasi
Ya Tidak
1 Terdapatnya komputer Digunakan
mendukung e- Masih kurang
katalog obat
2 Terdapatnya dokumen obat Lis atau daftar
kadaluarsa obat
kadaluwarsa
3 Buku harian penerimaan obat Pencatatan
penerimaan
obat
4 Buku harian pengeluaran Pencatatan
obat pengeluaran
obat
5 Gudang penyimpanan yang Gudang
ideal dengan
Tidak sesuai
perlengkapan
yang lengkap
6 Terdapatnya AC atau kipas Alat penstabil
Tidak memadai
angin suhu ruangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


C. Tabel observasi Prosedur di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham
Binjai 2018
No Indikator Pengukuran Observasi Hasil Keterangan
Observasi
Ya Tidak
1 Prosedur Perencanaan Terdapatnya
Ada, namun
peraturan yang
belum direvisi
mengatur
ke yang baru
perencanaan
2 Prosedur Penganggaran Terdapatnya
Ada, namun
peraturan yang
belum direvisi
mengatur
ke yang baru
penganggaran
3 Prosedur Pengadaan Terdapatnya
Ada, namun
peraturan yang
belum direvisi
mengatur
ke yang baru
pengadaan
4 Prosedur Penyimpanan Terdapatnya
Ada, namun
peraturan yang
belum direvisi
mengatur
ke yang baru
penyimpanan
5 Prosedur Pendistribusian Terdapatnya
Ada, namun
peraturan yang
belum direvisi
mengatur
ke yang baru
pendistribusian
6 Prosedur Penghapusan Terdapatnya
Ada, namun
peraturan yang
belum direvisi
mengatur
ke yang baru
penghapusan
7 Prosedur Pengendalian Terdapatnya
Ada, namun
peraturan yang
belum direvisi
mengatur
ke yang baru
pengendalian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


D. Tabel observasi perencanaan di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR. R.M.
Djoelham Binjai 2018
Hasil
Indikator
No Observasi Observasi Keterangan
pengukuran
Ada Tidak
1 Rata-rata Menghitung rata-
penggunaan obat rata konsumsi
setiap bulan untuk
setiap item obat
2 Safety stock Menghitung
setiap item obat safety stock pada
setiap item obat
3 Jumlah total Menghitung
kebutuhan obat kuantitas dari tiap
setiap pengadaan jenis obat yang
dan pengadaan dibutuhkan pada
berikutnya periode
pengadaan
berikutnya
4 Trend konsumsi Menyesuaikan
perubahan pola
konsumsi
berdasarkan trend
tahun sebelumnya
5 Memperkirakan Memperkirakan
biaya setiap obat biaya untuk tiap
dan total harga jenis obat dan
obat total secara
Keseluruhan
6 Membandingkan Membandingkan
total biaya dan total biaya dengan
anggaran anggaran dan
melakukan
Penyesuaian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


E. Tabel pengadaan di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai
2018
Hasil
Indikator
No Observasi obsevasi Keterangan
Pengukuran
Ada Tidak
1 Petugas Terdapat petugas
pengadaan khusus untuk PPK/PPTK
pengadaan
2 Metode Menggunakan
Sesuai dengan permintaan
pengadaan metode untuk
Instalasi Farmasi
pengadaan obat
3 Jadwal Terdapat jadwal Per triwulan atau sesuai
pengadaan pengadaan dengan kebutuhan

F. Tabel penerimaan dan pemeriksaan di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR.
R.M. Djoelham Binjai 2018
Hasil
Indikator
No Observasi Observasi Keterangan
Pengukuran
Ada Tidak
1 Dokumen Penerimaan dan
yang pemeriksaan
menyertai berdasarkan dokumen
yang menyertainya;
2 Petugas Dilakukan oleh panitia
Khusus penerima yang salah
bagian satu anggotanya PPHP
penerima dan adalah tenaga farmasi;
pemeriksa
3 Jenis Pemeriksaan label dan
pemeriksaan kemasan
barang a. Kondisi fisik;
b. Jenis Obat;
c. Jumlah obat;
d. Tanggal kadaluarsa;
e. Nomor registrasi;
f. Nomor batch.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


G. Tabel penyimpanan di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai
2018
Hasil Observasi
Indikator
Ada Tidak
No pengukuran Observasi Keterangan

1 Pengaturan Terdapat ruang


penyimpanan penyimpanan
khusus obat
tertentu
Adanya tenaga
untuk memantau Terkadang lupa
suhu
Pemeriksaan
berkala tabung
kebakaran
Terdapat generator
untuk melindungi Gabung dengan
genearator rumah sakit
putusnya listrik
Terdapat
termometer untuk
memantau suhu
Temperatur suhu
ruangan sesuai
dengan ketentuan
pada obat

Obat disimpan
secara rapi didalam
rak atau kardus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


No Indikator Hasil Observasi
Observasi
pengukuran Ada Tidak Keterangan
Pengaturan Pengelompokan
obat
penyimpanan
yang mempunyai
kesamaan
a. Menurut bentuk
sediaan dan
jenisnya

b.Menurut mudah
tidaknya
terbakar
c.Dibedakan
menurut
suhunya,
kestabilannya
d.Tahan atau
tidaknya
terhadap cahaya
Susunan
persediaan Obat
Pengumpulan
obat
kadarluarsa
Pencatatan
keluar
masuknya obat
Mencocokkan
jumlah fisik
dengan jumlah
tertera di kartu
stock obat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


H. Tabel distribusi di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai
2018

Hasil di
Indikator
No Observasi Lapangan Keterangan
pengukuran
Ada Tidak
1 Respon Petugas bagian
time distribusi

2 Service Sesuai dengan


level jumlah dan
jenis obat yang
diminta unit
pelayanan

3 Proses a. Petugas yang


distribusi Membawa
obat form
permintaan
b. Petugas
mencatat stok
keluar pada
kartu stock
c. Pencatatan
permintaan
dan
pengeluaran
obat

I. Tabel penghapusan di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai
2018
No Indikator Observasi Hasil di Keterangan
pengukuran Lapangan
Ada Tidak
1 a. Retur obat a.Petugas
menghapus Tidak semua obat atau
obat dengan hanya 1-2 item saja
retur obat
b. Pemusnahan a. Data
obat penghapusan
obat
b.Metode dan
alat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


J. Tabel pengendalian di unit logistik instalasi farmasi RSUD DR. R.M. Djoelham
Binjai 2018
No Indikator Observasi Hasil di Keterangan
pengukuran Lapangan
Ada Tidak
1 Petugas a.Petugas
bagian
bagian
pengendalian
pengendalian
2 Data dan b.Data
metode pengendalian
evaluasi obat

c.Metode
khusus untuk
pengendalian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dokumen Perencanaan Kebutuhan Obat Tahun 2017 di Instalasi Farmasi
RSUD DR. R.M Djoelham Binjai

jumlah obat yang


No Nama Barang Satuan
dibutuhkan
1 Acyclovir tab 200 mg Tab 1000
2 Acyclovir Tab 400 mg Tab 2000
3 Adalat Oros Tab Tab 17496
4 Alprazolam 1 mg Tab 100
5 Aminofluid Inf Fls 180
6 Aminofusin Hepar Fls 400
7 Aminofusin L-600 Fls 400
8 Aminoleban Inf Fls 200
9 Amitriptiline tab 25 mg Tab 5200
10 Amoxicilin kaplet 500 mg Tab 3000
11 Apidra solostar Pen 45
12 Arixtra Inj Vial 100
13 Asam Tranexamat 100 mg inj Amp 400
14 Avamys Nasal Spray Box 297
15 Avodart Tab Tab 960
16 Berotec MDI Box 395
17 Betametason Salep Tube 1050
18 Bisoprolol Tab Tab 9900
19 Candesartan 16 mg tab Tab 35400
20 Candesartan 8 mg Tab Tab 390
21 Captopril 12,5 mg Tab Tab 400
22 Captopril 25 mg Tab Tab 500
23 Captopril 50 mg Tab Tab 400
24 Catapres Inj Amp 60
25 Cefazolin Inj Vial 60
26 Cefepime Inj Vial 75
27 Cefixime syr Btl 195
28 Ceftazidime Inj Vial 110
29 Ciprofloxacin Inf Btl 368
30 Clindamycin 150 mg Kaps 1500
31 Clinimix N9G15E Fls 100
32 Clinimix N9G20E Fls 100
33 Clobazam Tab Tab 17200
34 Clonidin 0,15 mg Tab Tab 200
35 Clozapin Tab 25 mg Tab 2700
36 Codein Tab Tab 15000
37 Concor 2,5 mg Tab Tab 10000
38 Cordaron Inj Amp 150

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39 Cordaron Tab Tab 150
40 Deculin 15 mg Tab Tab 8790
41 Deculin 30 mg Tab Tab 5670
42 Depakene Syr Btl 475
43 Depakote 250 mg Tab 5800
44 Depakote ER 500 mg Tab 6000
45 Desoksimetason Cream Tube 965
46 Dexametason Inj Amp 1000
47 Digoksin Tab Tab 3000
48 Dimenhydrinate tab Tab 1000
49 Diovan 160 mg Tab Tab 3990
50 Diovan 80 mg Tab Tab 3990
51 Ethambutol 500 mg tab Tab 10000
52 Farmabes Inj Amp 100
53 Farsorbid Inj Vial 50
54 Fenofibrat caps 100 mg Tab 6000
55 Fenofibrat caps 300 mg Tab 600
56 Fentanil inj 10 ml Amp 175
57 Flagyl Supp Supp 200
58 Flixotide Nebula Nebul 1430
59 Furosemid Inj Amp 6900
60 Gemfibrozil 300 mg Tab Tab 480
61 Gentamycin Inj Amp 450
62 Glibenklamid tab Tab 6000
63 Glimepirid 3 mg tab Tab 16000
64 Haloperidol 0,5 mg tab Tab 700
65 Haloperidol 1,5 mg tab Tab 1000
66 Haloperidol 5 mg tab Tab 700
67 Harnal 0,2 Tab 1960
68 Harnal Ocas Tab 1960
69 Hemapo Inj 3000 IU/ml Catr 930
70 Herbesser CD 100 Tab Tab 80
71 Humalog Mix Catridge Catr 475
72 Humalog Catridge Catr 50
73 Humulin 30/70 Catridge Catr 300
74 Humulin N Catridge Catr 50
75 Humulin R Catridge Catr 50
76 Ibuprofen Syr Btl 150
77 Iliadin Drop Btl 140
78 Inviclot Inj Vial 800
79 ISDN tab Tab 19500
80 Isotic Adretor 0,25% Btl 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81 Isotic Adretor 0,50% Btl 100
82 Kidmin Inf Fls 90
83 KSR tab Tab 5000
84 KTM Inj (Ketamin) Vial 40
85 Lantus Solostar Pen 90
86 Levofloxacin Inf Btl 432
87 Lisinopril Tab 10 mg Tab 240
88 Lodomer 2 mg (Haloperidol ) Tab 2000
89 Loperamide tab Tab 2000
90 Lovenox 40mg/ 0,4 ml Catr 100
91 Lovenox 60mg/0,6 ml Catr 90
92 Martos Inf Fls 195
93 Metyl Prednisolon 16 mg Tab Tab 1500
94 Meylon inj Fls 100
95 Micardis 80 mg Tab 1500
96 NaCl 0,9% Fls 1000
97 Nasacort Box 100
98 Nifedipin 10 mg Tab Tab 3000
99 Nitrokap Retard Kaps 18700
100 Nopres 20 mg tab Tab 4680
101 Novomix Inj Pen 445
102 Novorapid Inj Pen 75
103 Ofloxacin 400 mg tab Tab 450
104 Olandoz tab 5mg Tab 1110
105 Paracetamol drops Btl 95
106 Pethidin Inj Amp 200
107 Phenitoin Na Inj Amp 100
108 Primolut N Tab Tab 50
109 Prosogan Inj Vial 812
110 Pulmicort Repsules Respule 180
111 Pulmicort Turbuhaler Box 145
112 Ramipril 5 mg Tab Tab 800
113 Ranitidin Tab Tab 35400
114 Recormon Inj Vial 66
115 Requip 4 mg Tab Tab 1988
116 Ringer laktat Fls 10000
117 Risperidon Tab Tab 8100
118 Sandepril 50 mg (Maprotilin tab) Tab 3300
119 Seretide Diskus 250 Box 735
120 Seretide Diskus 100 Box 490
121 Spironolakton 100 mg Tab Tab 1000
122 Spironolakton 25 Mg Tab Tab 3000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


123 Stalevo tab Tab 930
124 Streptase Inj Vial 400
125 Symbicort 160 Box 137
126 Symbicort 80 Box 140
127 Tanapress 10 tab Tab 420
128 Thyrozol 5 mg Tab Tab 2000
129 Trio Fusin Inf Fls 200
130 Tutofusin Inf Fls 380
131 Ulsafate Syr Btl 7000
132 Ventolin Inhaler Box 990
133 Vitamin A Kaps Kaps 500
134 Wida 2A Fls 100
135 Wida D5- NS 1/2 Fls 200
136 Wida D5- NS 1/4 Fls 200

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN INFORMAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Jabatan :
Alamat :
Usia :
Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi informan penelitian yang
berjudul “FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OBAT KADALUWARSA
(EXPIRED DATE) DAN NILAI KERUGIAN OBAT (STOCK VALUE EXPIRED)
YANG DITIMBULKAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR. R.M.
DJOELHAM BINJAI TAHUN 2018”. Saya dengan sukarela setuju tanpa adanya
paksaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya memahami bahwa saya
berhak sewaktu-waktu untuk tidak melanjutkan partisipasi dan mengundurkan diri
sebagai informan dengan pemberitahuan sebelumnya kepada peneliti. Saya
mengerti dan menerima salinan dari pernyataan persetujuan informan penelitian.
Melalui lembar pernyataan persetujuan ini, saya menjamin bahwa informasi yang
saya berikan adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan dikemudian hari.

Medan, 2018
Peneliti, Informan,

Muhammad Rizal __________________


NIM: 131000526 (tanda tangan dan nama terang)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai