Anda di halaman 1dari 251

2014

Diterbitkan pertama kali oleh :

ISBN ..
DAFTAR ISI
Sambutan Direktur Utama v
RSCM ..................................... Sambutan Dekan FKUI vii
...................................................... Kata Pengantar ix
................................................................. Panitia Farmasi xi
dan Terapi ................................................ Ucapan xii
Terima Kasih ........................................................ Surat
Keputusan Direksi Tentang Pemberlakuan Penggunaan
Buku Formularium RSUPN xiii
Dr. Cipto Mangunkusumo
..................................................
Prinsip Penggunaan Obat Secara Rasional .......................
xvi Petunjuk Penggunaan Buku ..............................................
xviii Daftar Obat Formularium RSCM berdasarkan
kelas terapi ........................................................................ 1
Lampiran : Kebijakan Tentang Pengelolaan
dan Penggunaan Perbekalan Farmasi di RSCM ............... 99
Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah ........................................................................ 123
Kebijakan Obat Generik di RSCM ..................................... 129
Contoh Formulir Pengusulan Obat Baru ............................ 132
Contoh Formulir Permintaan Obat Non
Formularium ....................................................................... 133
Contoh Formulir Laporan Efek Samping
Obat ................................................................................... 134
Tabel Interaksi Obat ........................................................... 135

iii
Nama Dagang Obat Yang Baru Masuk
Formularium RSCM 2014 .................................................
Nama Dagang Yang Dihapuskan Dari
Formularium RSCM 2013 .................................................
Daftar Sediaan Generik ....................................................
Indeks Kelas Terapi .........................................................
Indeks Obat Berdasarkan Nama Generik ........................
Indeks Obat Berdasarkan Nama Dagang .........................
Nama Generik Yang Baru Masuk Formularium
RSCM 2014 ......................................................................
Nama Generik Yang Dihapuskan Dari
Formularium RSCM 2013 .................................................

iv
SAMBUTAN
DIREKTUR UTAMA
RSUPN DR CIPTO MANGUNKUSUMO

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah


SWT karena atas izinNya maka Buku Formularium
RSCM edisi tahun 2014 dapat diterbitkan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam proses penggunaan obat di
RSCM, karena berdasarkan laporan kepatuhan
penggunaan obat Formularium di tahun 2013 mencapai
96%. Data ini merupakan hasil dari upaya kita bersama
sejak tahun 2007 ketika RSCM memutuskan untuk
melakukan seleksi yang cermat terhadap obat-obat
yang akan digunakan di RSCM untuk tujuan agar

pelayanan kepada pasien terjaga. Seleksi yang


dilaksanakan secara kolaboratif oleh para wakil dari
Departemen Medik, Instalasi Farmasi dan Bidang
Keperawatan yang tergabung dalam Panitia Farmasi
dan Terapi dari tahun ke tahun tampak makin selektif
sehingga diharapkan tidak hanya dari kualitas
pelayanan saja yang meningkat, tetapi juga dari

Sejalan dengan diberlakukannya Sistem Jaminan


Kesehatan Nasional (JKN) sejak 1 Januari 2014,
dimana pembayaran biaya pelayanan kesehatan

v
dilaksanakan menggunakan sistem paket pelayanan
(INA-CBGs), maka pelayanan kesehatan di RSCM
harus benar-
pelayanan obat dan alat kesehatan yang merupakan
komponen biaya yang cukup bermakna, sehingga
rumah sakit tidak mengalami kerugian. Peran serta

sangat diharapkan. Penggunaan obat pasien JKN harus


mengacu pada Formularium Nasional yang ditetapkan
Kementerian Kesehatan. Penggunaan obat non
Formularium Nasional hanya diperbolehkan jika ada
bukti ilmiah yang mendukung.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada
Panitia Farmasi dan Terapi yang telah menyelesaikan
revisi Formularium RSCM edisi tahun 2014. Semoga
kita dapat terus meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan untuk menolong dan memberikan yang
terbaik bagi pasien.

Direktur Utama

UT AMA
UR AL
EKT
DIR NASION
MUO
RSUP NKUS
A
TOM NGU
Dr.CIP
Dr. dr. C.H. Soejono, SpPD-K.Ger
NIP. 196606121985121001

vi
SAMBUTAN
DEKAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS
INDONESIA

Keberhasilan pemilihan terapi medikamentosa


yang rasional merupakan hasil sintesis dari pemahaman

suatu penyakit serta aspek farmakologi obat yang


digunakan. Dokter juga harus memahami aspek
sosioekonomi pasien serta kebijakan yang berlaku di
institusi tempatnya bekerja, sehingga pemberian terapi
dapat memenuhi kaidah pemilihan obat yang aman,

terapi yang didapatkan oleh pasien.


RSUPN Dr. Cipto Mangunkusummo sebagai
rumah sakit pemerintah yang telah mendapatkan
akreditasi Joint Commission International (JCI) memiliki
standar yang terbaik dan selalu mengedepankan patient
safety dalam menjalankan setiap pelayanannya. Semua
fokus JCI yang telah dicapai harus selalu dipertahankan
dan ditingkatkan, salah satunya adalah aspek
keamanan obat (medication safety). Selain itu,
menghadapi era Jaminan Kesehatan Nasional yang
telah berjalan sejak awal 2014, formularium RSCM telah
menyesuaikan diri dengan formularium nasional yang
berlaku sehingga pelayanan pasien diharapkan dapat
berjalan dengan lancar.
Sebagai rumah sakit pendidikan utama FKUI, para
dokter pendidik klinis di RSCM diharapkan dapat

vii
menanamkan budaya mutu dan keselamatan dalam
menangani pasien kepada mahasiswa kedokteran dan
residen yang menempuh pendidikan di sana. Budaya
tersebut termasuk dalam hal pemilihan terapi dengan
mempertimbangkan strategi pemilihan pengobatan,
penulisan resep yang baik, hingga edukasi kepada
pasien mengenai penggunaan serta efek samping obat.
Pengetahuan dan keterampilan memberikan terapi yang
rasional ini diharapkan dapat dibawa oleh setiap lulusan
dokter umum dan spesialis FKUI ke tempat mereka
bekerja nanti.
Sebagai Dekan FKUI saya menyambut baik
penerbitan buku Formularium RSCM ini. Saya berharap
buku ini dapat mendukung praktik peresepan yang
rasional di lingkungan RSCM serta menjadi contoh bagi
institusi kesehatan lainnya untuk melakukan hal serupa
untuk perbaikan pelayanan kesehatan di seluruh
Indonesia. Saya juga memberikan apresiasi dan terima
kasih yang besar kepada Panita Farmasi dan Terapi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas kerja kerasnya.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.

viii
KATA PENGANTAR

Dalam rangka penyusunan Formularium RSCM


2014, telah diterima 168 usulan dari 12 Departemen
Medik, yang terdiri dari: 37 obat baru (new chemical
enitities=NCEs), 13 me-too drugs, 115 copy drugs dan 3
obat herbal.
New Chemical Entities (NCEs) yang terpilih ada 8,
berdasarkan kajian terhadap level of evidence yang
ditelusuri melalui kepustakaan. Untuk obat me-too ada
10. Dari 4 sediaan herbal komersial yang diusulkan, tak
ada satu pun yang masuk ke dalam formularium karena
bukti klinis yang menyertai klaim indikasinya
berperingkat rendah, atau pembuktian masih dalam
tahap eksperimentasi pada hewan.
Copy drugs yang diterima masuk ke dalam
formularium berjumlah 34 sediaan, yang diseleksi
berdasarkan dokumen mutu yang lebih lengkap dan
harga yang lebih murah.
Kebutuhan obat yang belum tercantum dalam
formularium dikategorikan sebagai obat non-formularium
yang dapat diresepkan sebagai permintaan khusus,
berdasarkan fakta belum ada obat yang sejenis dalam
formularium. Obat non-formularium akan disediakan
Instalasi Farmasi berdasarkan permintaan dari dokter
penanggungjawab pasien, untuk indikasi yang sangat
terbatas.
Demikianlah laporan ini disampaikan, mengiringi
terbitnya Formularium RSCM edisi tahun 2014.

ix
Atas nama Panitia Farmasi dan Terapi RSCM, saya
mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kerja
sama segenap pemangku kepentingan. Semoga
dengan terbitnya Formularium RSCM 2014, pelayanan
kesehatan di RSCM dapat ditingkatkan mutunya.

Hormat kami

Panitia Farmasi dan Terapi,


Ketua

Prof. Dr. dr. Armen Muchtar SpFK(K)


NPS 143 921

x
Keputusan Direktur Utama
RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
No. 13043/TU.K/34/VIII/2012

PANITIA FARMASI DAN TERAPI


RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

Ketua : Prof. Dr. dr. Armen Muchtar,

SpFK Sekretaris : Dra. Yulia Trisna, Apt.,

MPharm
Anggota : Prof. dr. Muchlis Ramli, SpB(K)Onk
dr. Aries Perdana, SpAn.
dr. David Tandian, SpBS(K)
Prof. dr. Taralan Tambunan, SpA(K)
dr. Edy Rizal W ahyudi, SpPD
dr. Zunilda Dj. Sadikin, MS, SpFK
drg. Ria Budiati, SpOrt
dr. Lili Legiawati,
SpKK
dr. Rina La Distia Nora, SpM
dr. Fredy Sitorus, Sp.S (K)
dr. Surahman Hakin, SpOG(K)
dr. W ahyu W idodo, SpOT
Dr. dr. Nurmiati Amir, SpKJ(K)
dr. I W ayan Muna Yonatan, Sp.Rad(K)
dr. Angela Giselvania
dr. Tresia FUT,
SpKFR
dr. Syahrial M. Hutauruk, SpTHT -KL
dr. Irfan W ahyudi,
Sp.U Sujiasih, S.Kp,
M.Pd
Dra. Kurniasih, Apt., MPharm
Yustika Novianti, S.Si,
Apt. Hafzha Hilda, S.Si,
Apt

xi
UCAPAN TERIMA KASIH

Panitia Farmasi dan T erapi RSCM mengucapkan


terima kasih kepada apoteker Instalasi Farmasi yang
telah membantu selama proses penyusunan
Formularium RSCM 2014:

1. Firdaus, S.Si, M.Si, Apt


2. Agil Bredly Musa, S.Farm., Apt
3. Ayu Hasti, S.Si., Apt
4. Dewi Febrianti, S.Si., MARS., Apt
5. Dian Eka Permata, S.Farm, Apt
6. Dian Hermawati, S.Farm., Apt
7. Fitria W resdining Tyas, S.Farm., Apt
8. Ifah Yulistyani, S.Farm., Apt
9. Imanuel, S.Farm., Apt
10.
11. Suvrela Artiani, S.Far., Apt
12. W angi Firdausi, S.Farm., Apt

xii
KEPUTUSAN DIREKT UR
UTAMA
RSUP NASIONAL DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
NOMOR : HK.02.04/XIII.1/1514/2014

T E N T A N G PEMBERLAKUAN BUKU

FORMULARIUM
RSUP NASIONAL DR. CIPTO
MANGUNKUSUMO EDISI TAHUN 2014
---------------------------------------------------------------------------
DIREKTUR UTAMA
RSUP NASIONAL DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

Menimbang:

xiii
Mengingat :

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu :
Keputusan Direktur Utama RSCM tentang
pemberlakuan Buku Formularium Edisi Tahun 2014
RSUP Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo.

Kedua :
Memberlakukan penggunaan buku Formularium RSUP
Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo edisi tahun 2014
sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini.

Ketiga :
Menginstruksikan kepada segenap tenaga medis di
Departemen Medik dan Unit Pelayanan Terpadu untuk
mengikuti kebijakan dan panduan pada buku
Formularium RSCM Tahun 2014 dalam melakukan
pelayanan medis sesuai prosedur yang berlaku dengan
penuh tanggung jawab.

xiv
Keempat :
Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak
tanggal
ditetapkan untuk jangka waktu satu tahun dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
Surat Keputusan ini akan diperbaiki sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
P a d a ta n gg a l : 14 Maret 2014
D i re k tu r U ta m a
----------------------------------------------------------

R A
KTU UTAM AL
DIRE
N
SIO
P NA SUMO
RSU Dr.NGdr. Czeresna Heriawan Soejono, SpPD-K.Ger
UNKU

NIP. 196606121985121001

xv
PRINSIP PENGGUNAAN OBAT
SECARA RASIONAL
Pada dasarnya obat akan diresepkan bila
memang diperlukan dan dalam setiap kasus, pemberian
obat harus dipertimbangkan berdasarkan manfaat dan
risikonya (cost- ). Kebiasaan peresepan
obat yang tidak rasional akan berdampak buruk bagi
pasien seperti kurangnya efektivitas obat, kurang
aman, pengobatan biaya tinggi dan sebagainya.
Dalam buku Guide to Good Prescribing yang diter-
bitkan oleh WHO tahun 1994 telah dibuat pedoman
peng- gunaan obat secara rasional. Langkah-langkah
pengobatan rasional tersebut disusun sebagai berikut:

Langkah 1: Tetapkan masalah


pasien
Sedapat mungkin diupayakan menegakkan diagnosis
secara akurat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan

Diagnosis yang
jelas akan mempermudah rencana penanganan.

Langkah 2: Tentukan tujuan terapi


Tujuan terapi disesuaikan untuk setiap masalah atau

penyakit yang mendasarinya.


Langkah 3: Strategi pemilihan
obat
Setiap pemilihan jenis penanganan ataupun pemilihan
obat harus sepengetahuan dan kesepakatan dengan
pasien. Pilihan penanganan dapat berupa penanganan
non farmakologik maupun farmakologik. Pertimbangan
biaya pengobatan pun harus dibicarakan bersama-sama
dengan pasien atau keluarga pasien.
a. Penanganan non
farmakologik
Perlu dihayati bahwa tidak semua pasien mem-
butuhkan penanganan berupa obat. Sering pasien
hanya membutuhkan nasihat berupa perubahan
gaya hidup, diet terten
psikoterapi. Semua instruksi tersebut perlu
xvi dijelas-
k n secara rinci dan dengan dokumen tertulis.
a
b. Penanganan
farmakologik

farmakodinamik obat dilakukan pemilihan jenis obat


dengan mempertimbangkan efektifitas, keamanan,
kenyamanan dan harga obat.

Langkah 4: Penulisan resep


obat
Sebuah resep obat berisi perintah dari penulisnya
kepada apoteker sebagai pihak yang menyerahkan obat
kepada pasien. Resep harus ditulis dengan jelas,
mudah dibaca dan memuat informasi nama dan alamat
penulis resep, tanggal peresepan, nama dan kekuatan
obat, dengan singkatan dan satuan yang baku, bentuk
sediaan dan jumlahnya, cara pemakaian dan peringatan.
Nama, umur pasien serta alamat juga dicantumkan,
kemudian dibubuhi paraf atau tanda tangan dokter.

Langkah 5: Penjelasan tentang aturan pakai dan


kewaspadaan
Pasien memerlukan informasi, instruksi dan peringatan
yang akan memberinya pemahaman sehingga ia mau
menerima dan mematuhi pengobatan dan mempelajari
cara minum obat yang benar. Informasi yang jelas akan
meningkatkan kepatuhan pasien.
Langkah 6: Pemantauan
pengobatan
Pemantauan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan
dan sekaligus menilai apakah diperlukan tambahan
upaya lain. Pemantauan dapat dilakukan secara pasif
maupun aktif. Pemantauan pasif artinya dokter
menjelaskan kepada pasien tentang apa yang harus
dilakukan bila pengo- batan tidak manjur. Pemantauan
aktif berarti pasien diminta datang kembali pada waktu
yang ditentukan untuk dinilai hasil pengobatan terhadap
penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. de Vries TPGM, Henning RH, Hogerzeil HV, Fresle
DA. Guide to good prescribing. W orld
Health Organization. Action programme on
essential drugs. Geneva, 1994.
2. Mehta DK, Ryan RSM, Hogerzeil HV
(penyunting).
WHO Model Formulary, W HO,
2004.
xvii
PETUNJUK PENGGUNAAN
BUKU FORMULARIUM
Buku Formularium RSCM edisi tahun 2014dibagi men jadi 4
bagian:

A. W arna biru: berisi informasi


umum
B. Warna putih: berisi daftar obat formularium yang disusun
berdasarkan kelas terapi mengikuti ketentuan pada Buku
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan modifikasi
C. Warna merah jambu: berisi lampiran-
lampiran:
1. Kebijakan Tentang Pengelolaan dan Penggunaan
Perbekalan Farmasi di
RSCM.
2. Kebijakan penggunaan obat generik secara rasional di
RSCM.
3. Contoh formulir pengusulan obat baru. Formulir ini
digunakan oleh staf medis untuk mengajukan usulan
obat yang akan dimasukkan dalam formularium. Formulir
ini dapat diminta pada Sekretaris Panitia Farmasi dan
Terapi RSCM d/a Instalasi Farmasi, Gedung CMU 2
lantai 3, siemens: 7894, Telp: 31906371
4. Contoh formulir permintaan obat non formularium.
Formulir ini digunakan oleh staf medis untuk mengajukan
permintaan khusus obat yang tidak tercantum di
formularium. Formulir ini dapat diminta di setiap satelit
farmasi terdekat.
5. Contoh formulir laporan efek samping obat. Formulir ini
dapat digunakan oleh dokter / apoteker/perawat untuk
melaporkan adanya efek samping obat. Formulir ini
tersedia di setiap nurse station, atau dapat diminta ke
satelit farmasi terdekat.
6. Tabel Interaksi Obat
7. Nama dagang yang dihapuskan dari Formularium RSCM
8. Daftar Sediaan Generik
D. Warna kuning: berisi indeks kelas terapi, indeks obat
berdasarkan nama generik, indeks obat berdasarkan nama
dagang

Pada bagian B (kertas berwarna putih) yang berisi daftar obat


Formularium, terdiri dari:
Kolom NO KELAS TERAPI berisi kode kelas terapi yang
mengacu pada kode DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional)
dengan modifikasi.
xviii
Kolom No Urut Obat, dimaksudkan adalah nomor
urut obat dari subkelas terapi.

Kolom F/NF maksudnya


adalah:
F = obat Formularium Nasional
(Fornas) NF = obat non Fornas

Kolom NAMA GENERIK berisi nama generik


obat

Kolom BENTUK SEDIAAN berisi bentuk sediaan obat.


Pada kolom ini juga dipisahkan, mana bentuk sediaan
yang masuk dalam Fornas (F) dan mana yang tidak
(NF)

Kolom KEKUATAN berisi kekuatan sediaan


obat

Kolom NAMA DAGANG berisi nama dagang produk


obat yang disetujui masuk dalam formularium adalah
maksimal: 1 (satu) original product (nama dagang yang
memegang hak paten obat), 2 (dua) copy drugs dan 1
(satu) sediaan generik.

Untuk obat yang tersedia produk generiknya, maka


pada kolom nama dagang, sediaan generik ditandai
dengan cetak tebal

Pada kolom KETR (keterangan) dicantumkan


:
- Pada kelas terapi 6.2, antibiotika
digolongkan berdasarkan pembatasan
peresepannya, yaitu:
Lini Pertama (A): Antibiotika yang boleh
diresepkan oleh semua dokter
yang bertugas di RSCM.
xix
Lini Kedua (B) : antibiotika yang boleh
diresepkan bila pemeriksaan
mikrobiologik memperlihatkan
adanya resistensi dengan
antibiotika lini pertama, pasien
alergi dengan antibiotika lini
pertama, penggunaannya me-
rupakan prosedur standar di
departemen/ divisi, atau peng-
gunaannya telah disetujui oleh
Tim Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba (PPRA)
RSCM.
Lini ketiga (C) : Antibiotika yang boleh
diresepkan setelah mendapat
persetujuan oleh konsultan
spesialis penyakit infeksi di
masing-masing depar- temen
atau Panitia Antibiotika RSCM.
- Resitriksi:
Pembatasan penggunaan hanya untuk indikasi ter-
tentu atau di tempat pelayanan tertentu.

xx
FORMULARIUM RSCM 2014

NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

1.1

2
3
4

5
6

7
8
1
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
2

1.2

3
trometamol

5
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

10
3
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
4

11

12

50 mg 13

14

15

16

17

18
19
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

20

1.3

4
5
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
6

10

11
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

2
2.1

4
5

Prilokain 25 mg 7

7 9
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
8

2.2
1
2
4
5

10

11
12
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

6
7

dihidroklorida 9

9 10
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
10

11

12
13
14

15

16

17

4.1

2
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

7
8

10

sulfonat 11

12

11 13
14
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
12

15

4.2
1
5

4
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

6
7
8

10

11

12

13

14
6
13 6.1
6.1.1
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
14

1
2

uspens 4

6.1.2
6.2
6.2.1

3
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

9
6.2.2

15
F: kaps 4
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
16

6
7
6.2.3

6.2.4

infus 400 mg/250 ml 2


NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

6.2.5

3
4

Vipram; Spiramycin
17 5
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
18

6.2.6

7
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

10

11

12

13

14

15

16
19
6.2.7
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
20

5
6.2.8
1
2
3

5
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

10

11

21 12
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
22

13

6.3

alut selap Rimactazid Paed


6

7
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

6.4
6.5
1

5
23
6
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
24
7

10

6.6
1

6.7
1
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

larutan 0,05 mg/ml 3

4
5
6

Pegylated 8

Pegylated 9

10

11

12

25 13

15
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
26

16
17
6.8
1
2
3

5
6
7

Stavudin 8

10

Nevirapin 11

12

13
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

7.1.
1
2

20 mg 3

5
6
7
7.2.
1

27 8
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
28

8.1
1
2
3
4
5
8.2
1

6
8.3
1

2
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

4
5

60 mg/vial 6

10

11

12
13
14
15
16
29
17
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
30

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27
28

29

30

31
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

31 42
43
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
32

44

45

46

9.1
1
2
3
4

200 mg 5

9
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

9.2

2
3

ar oral; patch 4

10

10.1

33
4
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
34

10.2

1
2
3

8
9
10
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

11

12

0.6 ml; MDV 5 ml 13

14
15

16

17

18

19
20
21
35 22
10.3
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
36

mg/2 ml
2
Faktor
3

10.4
4.000 IU/0,4 ml,
1
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

11

11.1

37 2
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
38

II, VII, IX, X (konsentrat) 4

11.2
1
2

(termasuk Fibrinogen) 3

12
12.1

2
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

amidotrizoat 6

13

13.1

40 mL; gel 30 mL 2

3
4
5
39
6
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
40

13.2
1

3
4

Setrimid 1,5% 5

7
8

9
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

14

14.1

gel 6

15

5 mg + 50 mg 1

2
41
3
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
42

5
6
7

16

16.1
16.1.1

4
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

9
10
11
12
13
16.1.2
1

2
43
(Lispro + NPH) 3
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
44
4

6
7

10

16.2

16.2.1
1
2
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

16.2.2

2 mg; krim 15 g 1

2
3
4
5
16.2.3
1
2
3
45 4
5
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
46

0,035 mg 6

16.2.4
1
3 mg + 0,02 mg
2
Etinilestradiol
3

16.2.5
1
2
3

16.3
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

16.4

1
klofeniramin ma sirup
2

47
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
48

16.5
1
16.6
1

16.7

1
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

mg; inf 60 mg/ml 5

7
8

17

17.1

3
49
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
50

17.2
1

4
5

6
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

17.3
17.3.1
1
2

4
5
6

51 7
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
52

17.3.2

selaput 2

17.3.3

1
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

apsul; i 3

17.3.4
1
2
53
17.3.5
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
54

4
5
6

selaput 7

17.3.6

selaput 2

17.5

1
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

17.6
17.6.1

3
17.6.2.

1
nj 50 mg/m 50 mg/ml (generik)
2

55 6

17.7
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
56

selaput 1

4
5

17.8

2
3
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

7
8
17.9
1

18

18.1
1
57 2

10% x 100 g 3
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
58

7
18.2

5
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

9
10
18.3

59 4
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
60

Hidrokortison 5

7
8
9
10
11
18.4

18.5

3
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

7
8
9

10

11
otio; beda bedak 10%
12

13

61 14
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
62

15

16
17
18.6

18.7
1
2

5%, 20%, 40% 5

7
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

8
9

propilen glikol + PEG 4000 10

11

12

13

14

15

16
17
18
19
20

21
63
22
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
64

23

24

25

secretion 26

19
1
2

20

20.1

4
20.2
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

Karbohidrat 3

65 8
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
66

9
10
11
12

13

14

15

16

17
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

18

19

20

21

22

23

67 24
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
68

25

26

27

28
29

30
31

32

33

34

35

36
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

21
21.1
1
2

21.2
21.2.1
1
2
3
4

7
69 drokortison aset mata
8
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
70

10

11

12

13

14

15
16
17
18

19
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

20

21

21.2.2
1

5
21.2.3
1
2
3
4
21.2.4
1
71
2
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
72
3
4
5
6
7
8
9

10

11
21.2.5

2
3
4

6
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

Iodida + Natrium tiosulfat 10

11
12

13

Kalium klorida 14

15

73
16
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
74

17

18

19
20

Extract 21

22

utk mata 23

22

22.1
1
2
3
22.2

1
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

23

23.1

75 5
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
76

6
7

23.2

3
4

10
11
12
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

23.3

1
23.4

5
6

77 9
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
78

10

11

12
13
23.5
1

24

24.1

2
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

4
5

24.2

25

25.1

uspens 1

79 suspensi 2
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
80

10
11
uspens
Musin
12
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

13
25.2

6
81
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
82

7
8
9
25.3

suppos 1 mg + 40 mg 2

25.4

25.5
1
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

25.6

5mg, 10 mg 1

3
83
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
84

25.7

5
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

saluran cerna 6

10

11

12

13

14

26

26.1

1
85
2
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
86

10

11

12
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

13

14

15

16

17

87 18
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
88

26.2
1
2
26.3

26.4

1
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

3
26.5

27

27.1

1
2
3
4

89 6
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
90

7
27.2

2
3
4
5

10
11

12
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

13

14

15

16
meningokokal
17

18

19
20
21

22

23

28

28.1

1
91
2
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
92
28.2

29

1
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

(Vitamin C) 2

3
4

Kolekalsiferol 5

6
7

10

11

12
93
13
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
94
14

15

16

17

18
19
20
21

22

23

24
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

25

26

27

28

plasenta 29

30

31

32

95 33
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT
96

30

30.1
1
2
3
4

30.2

1
2
3
30.3
1
2

30.4

1
2
3
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

30.5
1
31
1

3
4

mg 6

0,3 mg/ml 8

9
10

11

97 12
NO KELAS TERAPI NO URUT OBAT

98
13
14

cop-polimer 15
LAMPIRAN: SK Direktur Utama RSUPN Dr. Cipto Mangkunkusumo
No. HK 02.04/XIII.1/1048/2014

Kebijakan
Tentang Pengelolaan dan Penggunaan Perbekalan Farmasi
Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

DAFTAR ISI

I. Pendah
II. Organis
III. Panitia
IV. Pemilih
V. Perenc
VI. Penyim
VII. Perese
VIII. Penyiap
IX. Pembe
X. Peman
XI. Kesalah
XII. Kajian P
XIII. Pedoman Pengobatan ...................................................
XIV. Penilaian Obat Baru .......................................................
XV. Promosi Obat .................................................................
LAMPIRAN ............................................................................

99
Kebijakan
Tentang Pengelolaan dan Penggunaan
Perbekalan Farmasi
Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

I. Pendahuluan
Perbekalan farmasi yang dikelola rumah sakit meliputi
obat, reagensia, radiofarmaka, alat kesehatan, dan gas medis.
Pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit merupakan salah
satu segi manajemen rumah sakit yang penting karena peran
perbekalan farmasi dalam pelayanan kesehatan cukup besar baik
dari sisi medik maupun ekonomi. Inefisiensi dalam pengelolaan
perbekalan farmasi akan berdampak negatif terhadap kinerja
rumah sakit baik secara medik, ekonomi dan sosial. Mutu
pelayanan farmasi sangat memengaruhi kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu perbekalan
farmasi harus dikelola dengan baik agar selalu tersedia setiap
saat diperlukan dan dengan mutu yang terjamin. Selain itu,
penggunaan perbekalan farmasi yang tidak rasional merupakan
masalah besar di semua tingkat pelayanan kesehatan. Di rumah
sakit masalah ini harus mendapat perhatian serius karena
dampaknya tidak hanya terhadap morbiditas dan mortalitas pasien
saja tetapi juga terhadap biaya dan mutu pelayanan kesehatan.
Pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi bersifat
multidisipliner yang meliputi serangkaian kegiatan, yaitu:
pemilihan, p e r e n c a n a a n , p e n g a d a a n , p e n y i m p
a n a n , p e r e s e p a n , penyiapan/peracikan, pemberian, dan
pemantauan. Rangkaian kegiatan tersebut harus diselenggarakan
secara efektif dan efisien dengan berorientasi pads keselamatan
pasien. Mengingat kompleksnya kegiatan-kegiatan tersebut,
maka diperlukan kebijakan perbekalan farmasi di rumah sakit
yang disepakati dan diterapkan sehingga mutu pelayanan
rumah sakit dapat memberikan keselamatan dan kepuasan bagi
pasien.

101
II. Organisasi dan Tata laksana

Organisasi:
Direktur Utama RS CM adalah penanggungjawab atas
kebijakan yang di berlakukan di rumah sakit, termasuk kebijakan
tentang pengelolaan clan penggunaan perbekalan farmasi.
Direktur Medik dan Keperawatan adalah pengendali
program pengelolaan perbekalan farmasi di RSCM
Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli di bawah
Komite Medik yang membantu Direktur Utama dalam merumuskan
clan melaksana kan kebijakan clan peraturan tentang peng elolaan
clan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.
Bidang Pelayanan Medik adalah staf pengen dali
program pengelolaan perbekalan farmasi yang bertugas
melakukan pengkajian ter hadap perencanaan yang diusulkan
Instalasi Farmasi beserta departemen/unit pelayanan terpadu
(UPT)dan sistem pengendaliannya.
Departemen Medik adalah unit kerja fungsional yang
bertugas untuk mengelola kegiatan pela yanan medik sesuai
standar pelayanan, etika, disiplin profesi, dan keselamatan pasien
serta men*oordinasikan pelayanan, pendidikan, penelitian.
Instalasi Farmasi adalah unit kerja fungsional
sebagai pusat penclapatan yang berada di bawah Direktorat Medik
dan Keperawatan clan mempunyai tugas melaksanakan
perencanaan perbekalan farmasi kebutuhan semua pelayanan
kesehatan di RSCM yang optimal, produksi sediaan farmasi,
penyimpanan clan pendistribusian perbekalan farmasi di satelit
farmasi , serta melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai
prosedur kefarmasian clan etik profesi.
Satelit Farmasi adalah bagian dari Instalasi Farmasi yang
memberikan pelayanan farmasi di unit pelayanan.
Depo Farmasi adalah tempat menyimpan perbekalan
farmasi berupa bahan medis habis pakai (BMHP) yang berada di
bawah clan menjadi tanggung jawab unit kerja pelayanan
Unit Layanan Pengadaan adalah unit kerja fungsional
yang berada di bawah Direktorat Umum dan Operasional yang
bertugas untuk melakukan pembelian melalui prosedur sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

102
Panitia Penerimaan adalah Panitia yang dibentuk oleh
Direktur Utama untuk menerima barang yang dibeli
Instalasi Administrasi Logistik adalah unit kerja fungsional
yang berada di bawah Direktorat Umum dan Operasional yang
mempunyai tugas melaksanakan pemesanan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian dan pengawasan perbekalan
farmasi sesuai prosedur.

Pengelolaan obat dan perbekalan farmasi lainnya di RSCM


diselenggarakan dengan sistem satu pintu sesuai Undang
Undang No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, pasal 15 ayat 3.

Perbekalan farmasi dikelompokkan menjadi 3 kelompok,


yaitu perbekalan farmasi dasar, perbekalan farmasi emergensi
dan perbekalan farmasi pelengkap. Perbekalan farmasi dasar
adalah perbekalan farmasi yang merupakan kebutuhan dasar
dalam perawatan/tindakan/diagnostik di ruangan atau
perbekalan farmasi untuk pemakaian bersama (sharing) oleh
pasien. Perbekalan farmasi emergensi adalah perbekalan
farmasi yang diperlukan segera untuk menyelamatkan jiwa
pasien. Perbekalan farmasi pelengkap adalah perbekalan
farmasi kebutuhan individu pasien selain perbekalan farmasi
dasar dan perbekalan farmasi emergensi.

Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan


peraturan perbekalan farmasi RSCM dilakukan secara terbuka
dan akuntabel.

III. Panitia Farmasi dan Terapi


1. Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
adalah berdasarkan pengusulan dari Kepala
Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan oleh
Direktur Utama. Keanggotaannya diperbaharui
maksimal setiap 5 tahun sekali.
2. Anggota PFT tidak boleh mempunyai ikatan kerja
dengan perusahaan farmasi manapun.
3. Ketua, sekretaris dan 2 (dua) anggota PFT
ditetapkan sebagai pengurus harian.
4. Setiap departemen memiliki PFT tingkat departemen
yang terdiri atas ketua, sekretaris dan 2-3 orang
anggota. Ketua PFT tingkat departemen menjadi
anggota ex officio PFT tingkat RSCM.
5. PFT menyusun program kerja tentang pemilihan dan
penyusunan formularium.

103
6. PFT mengajukan anggaran setiap tahun guna mendukung
program kerjanya.
7. Tugas PFT mencakup:
- Sebagai penasehat bagi pimpinan RSCM dan
tenaga kesehatan dalam semua masalah yang ada
kaitannya dengan perbekalan farmasi.
- Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan
farmasi di RSCM.
- Menyusun formularium obat, dan daftar alat
kesehatan, dan reagensia; dan mem-perbaharuinya
secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan
reagensia didasarkan pada kemanjuran, keamanan,
kualitas dan harga. PFT harus mampu
meminimalkan jenis obat yang nama generiknya
sama atau jenis obat yang indikasinya sama.
- Memantapkan dan melaksanakan program dan
agenda kegiatan yang menjamin ber-langsungnya
pelaksanaan terapi yang efektif, aman dan hemat
biaya.
- Merencanakan dan melaksanakan program
pelatihan dan penyebaran informasi tentang hal-hal
yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan
dan penggunaan obat kepada staf medis RSCM.
- Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan,
pengadaan dan penggunaan perbekalan farmasi.
- Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek
samping obat yang terjadi di RSCM.
- Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization
review) dan mengumpanbalikkan hasil tinjauan itu ke
seluruh staf medis.
8. Dalam mengemban tugas tersebut di atas, PFT perlu
mengadakan rapat rutin sekurang-kurangnya 1 bulan sekali
guna membicarakan implementasi dari kebijakan dan
peraturan tentang seleksi, pengadaan, penyimpanan, dan
penggunaan perbekalan farmasi.
9. Keputusan rapat pleno yang menyangkut kebijakan diambil
berdasarkan musyawarah. Bila musyawarah tidak berhasil,
maka dapat dilakukan pemungutan suara.

104
10. Setiap anggota PFT dalam pengambilan keputusan
harus bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok, dan
semata-mata adalah untuk kepentingan pasien.

IV. Pemilihan
1. Pemilihan terhadap perbekalan farmasi yang akan
digunakan di RSCM harus dilakukan secara cermat
dengan mempertimbangkan asas cost-effectiveness
2. Panitia Farmasi dan Terapi harus memilih produk obat
yang menunjukkan keunggulan dibandingkan produk lain
yang sejenis dari aspek khasiat, ke
a m a n a n , ketersediaannya di pasaran, harga dan
biaya pengobatan yang paling murah. Proses
pemilihan obat mengikuti S t a n d a r P r o s e d u r
O p e r a s i o n a l P e n y u s u n a n Formularium.
3. Penyediaan jenis perbekalan farmasi harus dibatasi untuk
mengefisienkan pengelolaannya dan menjaga kualitas
pelayanan.
4. Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh
pimpinan RSCM untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan di RSCM tertuang dalam buku Formularium
RSCM.
5. Proses penyusunan dan revisi formularium (sistem
formularium) harus dirancang agar dihasilkan
formularium yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
kebutuhan pengobatan yang rasional. Revisi formularium
dilakukan setiap tahun.
6. Kebijakan dan prosedur sistem formularium harus
dimasukkan sebagai salah satu peraturan yang harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua staf medik.
7. Departemen mengajukan usulan obat baru untuk
dimasukkan ke dalam formularium ke Panitia Farmasi
dan Terapi berdasarkan fakta bahwa obat tersebut
tercantum di dalam clinical pathway atau pedoman
pelayanan medik yang diterbitkan oleh Departemen. Oleh
karena itu setiap perubahan obat atau rejimen terapi di
dalam clinical pathway atau pedoman pelayanan
medik harus diberitahukan secara tertulis dengan
mencantumkan tanggal efektif pelaksanaan penggantian
kepada Panitia Farmasi dan Terapi.
105
8. Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam
formularium harus dilengkapi dengan infor-masi tentang
kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan,
bioavailabilitas dan farmakokinetik, kisaran dosis, efek
samping dan efek toksik, perhatian khusus, kelebihan
obat baru ini dibandingkan dengan obat lama yang sudah
tercantum di dalam formularium, uji klinik, atau kajian
epidemiologi yang mendukung keung
g u l a n n y a , perbandingan harga dan biaya
pengobatan dengan obat atau cara pengobatan
terdahulu. kecuali yang memiliki data bioekuivalensi (BE)
dan/ atau rekomendasi tingkat I evidence-based medicine
(EBM).
9. Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat
yang memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah yang tertinggi
untuk indikasi dan keamanannya. Bila dari segolongan
obat yang sama indikasinya memperlihatkan tingkatan
bukti ilmiah khasiat dan keamanan yang sama tinggi,
maka p e r t i m b a n g a n s e l a n j u t n y a a d a l a
h d a l a m h a l ketersediaannya di pasaran, harga
dan biaya pengobatan yang paling murah.
10. Suatu obat harus dihapuskan dari formularium jika obat
tersebut sudah tidak beredar lagi di pasaran, tidak ada
lagi yang meresepkan, atau sudah ada obat lain yang
lebih cost-effective.
11. Pada kasus dimana diperlukan suatu obat yang tidak
tercantum dalam formularium, maka dokter dapat
mengajukan permintaan khusus dengan mengisi Formulir
Permintaan Khusus Obat Non Formularium yang
ditujukan kepada PFT. Selanjutnya PFT akan
memutuskan apakah penyediaan obat tersebut dapat
disetujui atau tidak. Jika dapat disetujui, maka Instalasi
Farmasi akan melanjutkan proses pengadaannya. Proses
permintaan obat non formularium mengikuti Standar
Prosedur Operasional Permintaan Obat Non
Formularium.
12. Pada keadaan dimana obat yang diperlukan tidak
tersedia, m a k a I n s t a l a s i F a r m a s i a k a n
m e n y a m p a i k a n pemberitahuan kepada dokter
penulis resep dan menyarankan obat pengganti jika ada.
106
13. Sosialisasi formularium dilakukan oleh PFT melalui
presentasi di hadapan staf medis.
14. Buku Formularium yang sedang berlaku wajib tersedia di
setiap lokasi pelayanan: di ruang rawat, klinik, gawat
darurat, ruang dokter dan satelit farmasi. Setiap dokter
harus memiliki buku formularium yang menjadi acuan
selama melakukan praktik di RSCM.
15. P e n g a w a s a n k e p a t u h a n p e m a k a i a n o
b a t s e s u a i formularium dilakukan secara berjenjang
dimulai dari divisi, secara berkala dan berdasarkan data
penggunaan obat dari Instalasi Farmasi.
16. Penyimpangan terhadap penggunaan obat tidak sesuai
dengan formularium diberikan sanksi sesuai dengan yang
tercantum dalam Peraturan Internal Staf Medis (PISM)
RSCM.
17. Penghargaan terhadap penggunaan obat sesuai dengan
formularium RSCM akan diberikan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
V. Perencanaan dan Pengadaan
1. Perencanaan mengacu kepada formularium serta daftar
alat kesehatan dan reagensia yang telah disepakati oleh
pengguna dan ditetapkan oleh Direksi RSCM.
2. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan reagensia dilakukan
berdasarkan perencanaan yang diajukan oleh pengguna.
3. Pembelian obat yang tidak tercantum dalam formularium
serta alat kesehatan dan reagensia yang tidak tercantum
dalam daftar alat kesehatan dan reagensia hanya dapat
dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari PFT dan
disetujui oleh direksi.
4. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan reagensia untuk
seluruh kebutuhan RSCM dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di RSCM.
5. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan reagensia di luar jam
kerja Instalasi Administrasi Logistik dilakukan mengikuti
Standar Prosedur Operasional Pengadaan Perbekalan
Farmasi Di Luar Jam Kerja

107
VI. Penyimpanan
1. Area penyimpanan perbekalan farmasi tidak boleh
dimasuki oleh petugas selain petugas farmasi.
2. Penyimpanan obat, alat kesehatan, reagensia dan gas
medis harus dilakukan sesuai persyaratan dan standar
kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan
keamanannya s e r t a m e m u d a h k a n d a l a m
p e n c a r i a n n y a u n t u k mempercepat pelayanan.
3. Khusus bahan berbahaya seperti bersifat mudah menyala
atau terbakar, eksplosif, radioaktif, oksidator/reduktor,
racun, korosif, karsinogenik, teratogenik, mutagenik,
iritasi dan berbahaya lainnya harus disimpan terpisah
dan disertai tanda bahan berbahaya.
4. Obat narkotika disimpan dalam lemari terpisah dengan
pintu berkunci. Untuk penyimpanan narkotika di gudang
dan satelit farmasi, pintu berkunci ganda.
5. Obat jadi dan bahan baku harus diberi label yang
mencantumkan: kandungan, tanggal kadaluarsa dan
peringatan penting.
6. Obat High Alert (Obat yang memerlukan kewaspadaan
tinggi) harus disimpan di tempat terpisah dan diberi label
khusus mengikuti Instruksi Kerja Penyimpanan Obat
High Alert.
7. Elektrolit pekat yang termasuk dalam daftar Obat High
Alert, yaitu: kalium klorida 7,46%, natrium klorida 3%,
tidak boleh disimpan di ruang rawat, kecuali di kamar
operasi jantung dan unit perawatan intensif (ICU).
Penyimpanan elektrolit pekat di tempat terpisah dengan
akses terbatas dan harus diberi label yang jelas untuk
menghindari penggunaan yang tidak disengaja.
8. Obat dengan tampilan mirip atau bunyi mirip (Look Alike
Sound Alike/LASA) disimpan tidak berdekatan dan diberi
label LASA.
9. Perbekalan farmasi dan tempat penyimpanannya harus
diperiksa secara berkala.
10. Pasien tidak diperbolehkan membawa perbekalan
farmasi dari luar RSCM untuk digunakan selama
perawatan di RSCM. Jika melanggar ketentuan
tersebut, maka

108
109
VII. Peresepan
1. Yang berhak menulis resep adalah staf medis
purnawaktu, dokter tamu dan dokter PPDS yang
bertugas dan mempunyai surat izin praktik di RSCM.
2. Yang berhak menulis resep narkotika adalah dokter yang
memiliki nomer SIP (Surat Izin Praktik) atau SIPK (Surat
Izin Praktik Kolektif)
3. Penulis resep harus melakukan penyelarasan obat
(medication reconciliation) sebelum menulis resep.
Penyelarasan obat adalah membandingkan antara daftar
obat yang sedang digunakan pasien dan obat yang akan
diresepkan agar tidak terjadi duplikasi atau terhentinya
terapi suatu obat (omission)
4. Penulis resep harus memperhatikan kemungkinan
adanya kontraindikasi, interaksi obat, dan reaksi alergi.
5. Terapi obat dituliskan dalam rekam medik hanya ketika
obat pertama kali diresepkan, rejimen berubah, atau
obat dihentikan. Untuk terapi obat lanjutan pada rekam
medik dituliskan terapi lanjutkan dan pada kardeks
(catatan pemberian obat) tetap dicantumkan nama obat
dan rejimennya.
6. Resep dibuat secara elektronik menggunakan sistem
EHR atau manual pada blanko lembar resep berkop
RSCM yang telah dibubuhi stempel Departemen/Unit
Pelayanan tempat pasien dirawat/berobat.
7. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan
istilah dan singkatan yang lazim sehingga tidak
disalahartikan.
8. Dokter harus mengenali obat-obat yang masuk dalam
daftar Look Alike Sound Alike (LASA) yang diterbitkan
oleh Instalasi Farmasi, untuk menghindari kesalahan
pembacaan oleh tenaga kesehatan lain.
9. Obat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium
RSCM.
10. Alat kesehatan yang diresepkan harus sesuai dengan
yang tercantum dalam Daftar Alat Kesehatan RSCM.

110
11. Jenis-jenis resep yang dapat dilayani: resep pertama pasien
baru masuk, resep reguler, resep cito, resep pengganti
emergensi
12. Penulisan resep harus dilengkapi/memenuhi hal-hal sebagai
berikut:
- Nama pasien
- Tanggal lahir
- Berat badan pasien (untuk pasien anak dan pasien
kemoterapi)
- Tinggi badan (untuk pasien kemoterapi)
- Nomor rekam medik
- Nama dokter
- Tanggal penulisan resep
- Nama ruang pelayanan
- Memastikan ada tidaknya riwayat alergi obat dengan
mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan
atas lembar resep manual atau secara elektronik dalam
sistem informasi farmasi
- Tanda R/ pada setiap sediaan
- Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik.
Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam
Formularium, dilengkapi dengan bentuk sediaan obat
(contoh: injeksi, tablet, kapsul, salep), serta kekuatannya
(contoh: 500 mg, 1 gram)
- Jumlah sediaan
- Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap
jenis/bahan obat dan jumlah bahan obat (untuk bahan
padat : mikrogram, miligram, gram) dan untuk cairan:
tetes, milliliter, liter.
- Pencampuran beberapa obat jadi dalam satu sediaan
tidak dianjurkan, kecuali sediaan dalam bentuk
campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif.
- Penggunaan obat off-label (penggunaan obat yang
indikasinya di luar indikasi yang disetujui oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI) harus berdasarkan
clinical pathway atau panduan pelayanan medik yang
ditetapkan oleh Departemen.

111
- Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk
aturan pakai jika perlu atau prn atau pro re nata, harus
dituliskan indikasi (contoh: bila nyeri, bila demam) dan
dosis maksimal dalam sehari.

13. Pasien diberi penjelasan tentang efek tidak diharapkan yang


mungkin terjadi akibat penggunaan obat.

14. Perubahan terhadap resep/instruksi pengobatan yang telah


diterima oleh apoteker/asisten apoteker harus diganti dengan
resep/instruksi pengobatan baru.
15. Resep/instruksi pengobatan yang tidak memenuhi kelengkapan
yang ditetapkan, tidak akan dilayani oleh farmasi
16. Jika resep/instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak
jelas, maka perawat/apoteker/asisten Apoteker yang menerima
resep/instruksi pengobatan tersebut harus menghubungi dokter
penulis resep sesuai dengan Instruksi Kerja Penanganan
Resep Yang Tidak Jelas.
17. Instruksi lisan (Verbal Order) harus diminimalkan. Instruksi
lisan untuk obat high alert tidak dibolehkan kecuali dalam
situasi emergensi. Instruksi lisan tidak dibolehkan saat dokter
berada di ruang rawat. Pelaksanaan instruksi lisan mengikuti
Instruksi Kerja Instruksi Lisan.
18. Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang
tercantum dalam rekam medik.
19. Kelanjutan terapi obat yang sempat dihentikan karena operasi
atau sebab lain harus dituliskan kembali dalam bentuk
resep/instruksi pengobatan baru.
VIII. Penyiapan
1. Yang dimaksud dengan penyiapan obat adalah proses mulai
dari resep/instruksi pengobatan diterima oleh apoteker/asisten
apoteker sampai dengan obat diterima oleh perawat di ruang
rawat untuk diberikan kepada pasien rawat inap, atau sampai
dengan obat diterima oleh pasien/ keluarga pasien rawat jalan
dengan jaminan bahwa obat yang diberikan tepat dan bermutu
baik. Yang termasuk juga dalam penyiapan obat adalah
pencampuran obat suntik tertentu, penyiapan obat sitostatika
dan nutrisi parenteral.

112
2. Sebelum obat disiapkan, apoteker/asisten apoteker harus
melakukan kajian (review) terhadap resep/instruksi
pengobatan yang meliputi:
a. Ketepatan obat, dosis, frekuensi, rute
pemberian b. Duplikasi terapeutik
c. Alergi
d. Interaksi obat
e. Kontraindikasi
f. Kesesuaian dengan pedoman
pelayanan/peraturan yang berlaku,
dan menghubungi dokter penulis resep jika ditemukan
ketidakjelasan atau ketidaksesuaian. Kajian tidak perlu
dilakukan pada keadaan emergensi, di ruang operasi dan
tindakan intervensi diagnostik.
3. Apoteker/asisten apoteker diberi akses ke data pasien yang
diperlukan untuk melakukan kajian
resep.
4. Dalam proses penyiapan obat oleh petugas farmasi
diberlakukan substitusi generik, artinya farmasi diperbolehkan
memberikan salah satu dari sediaan yang zat aktifnya sama
dan tersedia di RSCM dengan terlebih dahulu memberitahu
dokter.
5. Substitusi terapeutik adalah penggantian obat yang sama
kelas terapinya tetapi berbeda zat kimianya, dalam dosis yang
ekuivalen, dapat dilakukan oleh petugas farmasi dengan
terlebih dahulu minta persetujuan dok
t e r p e n u l i s resep/konsulen. Persetujuan dokter atas
substitusi terapeutik dapat dilakukan secara lisan/melalui
telepon. Petugas farmasi menuliskan obat pengganti, tanggal,
jam komunikasi, dan nama dokter yang memberikan
persetujuan, dicatat pada lembar resep atau dalam sistem
informasi farmasi.
6. Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan
aman sesuai aturan dan standar praktik kefarmasian.
7. Area penyiapan obat tidak boleh dimasuki oleh petugas lain
selain petugas farmasi.
8. Petugas yang menyiapkan obat steril harus mendapatkan
pelatihan Teknik Aseptik.
113
9. Petugas yang menyiapkan radiofarmasi harus di bawah
supervisi Apoteker atau tenaga terlatih.
10. Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat
inap diberlakukan sistem dosis unit dan untuk pasien
rawat jalan diberlakukan sistem resep individual. Sistem
dosis unit adalah penyiapan obat yang dikemas untuk
satu kali pemakaian. Sistem resep individual adalah
penyiapan obat yang dikemas sesuai permintaan jumlah
yang tercantum di resep.
11. Setiap obat yang telah disiapkan harus diberi label sesuai
Instruksi Kerja Pembuatan Etiket.
12. Penyiapan obat harus dipastikan akurat mengikuti
Instruksi Kerja Penyiapan Obat Sistem Dosis Unit,
Instruksi Kerja Penyiapan Obat Sistem Resep
Individual, dan Instruksi Kerja
Peracikan Obat di Satelit

IX. Pemberian
1. Yang berhak memberikan obat kepada pasien adalah
dokter atau perawat yang sudah memiliki kompetensi dan
mempunyai surat izin praktik di RSCM.
2. Pemberian obat ke pasien harus sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional Pemberian Obat.
3. Pada pemberian obat secara infus, label nama obat
ditempelkan pada botol infus atau syringe pump. Apabila
obat yang diberikan lebih dari satu, maka label nama obat
ditempelkan pada setiap syringe pump dan di setiap ujung
jalur selang.
4. Dokter peserta didik atau perawat peserta didik dapat
memberikan obat di bawah supervisi instruktur klinik,
kecuali obat-obat khusus dan high alert.
5. Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi
oleh perawat/dokter mengenai kesesuaiannya dengan
resep/instruksi pengobatan meliputi: nama obat, waktu
dan frekuensi pemberian, dosis, rute pemberian dan
identitas pasien.
6. Mutu obat yang akan diberikan kepada pasien harus
dipastikan mutunya baik dengan diperiksa secara visual.

114
7. Pasien dipastikan tidak memiliki riwayat alergi dan
kontraindikasi dengan obat yang akan diberikan.
8. Obat yang tergolong obat High Alert harus diperiksa
kembali oleh perawat kedua sebelum diberikan kepada
pasien.
9. Pemberian obat harus dicatat di Lembar Pemberian Obat
sesuai Standar Prosedur Operasional Pemberian
Obat.
10. Penggunaan obat secara mandiri oleh pasien harus
mendapatkan edukasi terlebih dahulu dan dipantau oleh
perawat.
11. Jika terjadi kesalahan dalam penggunaan perbekalan
farmasi, termasuk kehilangan, maka konsekuensi
finansial menjadi tanggung jawab pihak yang bersalah.
X. Pemantauan
1. Pemantauan efek terapi dan efek yang tidak diharapkan
dari obat harus dilakukan pada setiap pasien.
2. Panitia Farmasi dan Terapi di tingkat Departemen Medik
bertugas memantau efek samping obat.
3. Obat yang diprioritaskan untuk dipantau efek sampingnya
adalah obat baru yang masuk Formularium RSCM dan
obat yang terbukti dalam literatur menimbulkan efek
samping serius.
4. Pemantauan efek samping obat perlu didokumentasikan
dalam Formulir Pelaporan Efek Samping Obat dan
dicatat dalam rekam medik.
5. Efek samping yang harus dilaporkan ke Panitia Farmasi
Terapi adalah yang berat, fatal, meninggalkan gejala sisa
sesuai Standar Prosedur Operasional Pemantauan
Efek Samping Obat.
6. Pemantauan dan Pelaporan efek samping obat
dikoordinasikan oleh Panitia Farmasi dan Terapi RSCM.
7. Petugas pelaksana pemantauan dan pelaporan efek
samping obat adalah dokter, perawat, apoteker di ruang
rawat / Poliklinik

115
8. Panitia Farmasi dan Terapi RSCM melaporkan hasil
evaluasi pemantauan ESO kepada Direktur Medik dan
Keperawatan dan menyebarluaskannya ke seluruh
Departemen Medik/Instalasi/Unit Pelayanan di RSCM
sebagai umpan balik/edukasi.
XI. Kesalahan Obat
1. Kesalahan obat adalah kesalahan yang terjadi pada tahap
penulisan resep, penyiapan/peracikan atau pemberian
obat baik yang menimbulkan efek merugikan ataupun
tidak.
2. Setiap kesalahan obat yang terjadi, wajib dilaporkan oleh
petugas yang menemukan/terlibat langsung dengan
kejadian tersebut atau atasan langsungnya.
3. Pelaporan dilakukan secara tertulis menggunakan
Formulir Laporan Insiden ke Tim Keselamatan
Pasien RSCM
4. Kesalahan obat harus dilaporkan maksimal 2x24 jam
setelah ditemukannya insiden.
5. Tipe kesalahan yang dilaporkan :

a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC): terjadinya insiden


yang belum terpapar ke pasien
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC): suatu kejadian insiden
yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak
menimbulkan cedera
c. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD); suatu kejadian
insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
6. Kesalahan obat dilaporkan dan ditindaklanjuti mengikuti
Standar Prosedur Operasional Pelaporan Insiden dan
Standar Prosedur Operasional Pelaporan Kesalahan
Obat
7. Komite Mutu Keselamatan dan Kinerja (KMKK)
bertanggung jawab untuk menindaklanjuti laporan
kesalahan obat.

116
XII. Kajian Penggunaan Obat (Drug Utilization Review)
1. Kajian penggunaan obat merupakan pengkajian
sistematik terhadap seluruh aspek penggunaan obat
yang bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang
aman dan cost-effective serta meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Program ini mengevaluasi,
menganalisis dan menginterpretasikan pola penggunaan
obat baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hasil
pengkajian selanjutnya menjadi dasar dalam
mengidentifikasi kekurangan dan menyusun strategi
untuk perbaikan.
2. Obat-obat yang diprioritaskan untuk ditinjau meliputi: obat
yang diduga banyak digunakan secara tidak rasional,
obat mahal dan obat yang sedang dievaluasi apakah
akan dimasukkan, dikeluarkan atau dipertahankan
sebagai obat formularium.
3. Dalam rapat PFT departemen, statistik perencanaan dan
pemakaian obat harus disajikan dan didiskusikan untuk
mengetahui permasalahan pengadaan dan penggunaan
obat yang sedang terjadi.
4. Dari data statistik obat dapat dilakukan analisis pareto
(analisis ABC). Pemecahan masalah diutamakan pada
kelompok obat yang menyerap biaya tinggi (kelompok A)
dengan sasaran penekanan biaya secara bermakna.
5. Statistik obat berguna pula untuk menghitung tingkat
konsumsi obat di RSCM, yang dinyatakan dalam defined
daily dose (DDD) per 100 tempat tidur. Dengan
membandingkan tingkat konsumsi obat di RSCM dengan
rumah sakit yang setara dapat ditentukan apakah
penggunaan satu macam/kelompok obat berlebihan,
sedang, atau kurang.
6. Kajian kuantitatif penggunaan obat perlu dilanjutkan
dengan kajian kualitatif untuk mengetahui sebab dari
timbulnya masalah obat, dan bagaimana cara
mengatasinya.
7. Kajian penggunaan obat harus berlanjut dengan
penentuan strategi/intervensi yang bertujuan untuk cccc

117
memecahkan masalah obat. Intervensi yang dapat
dilakukan untuk memajukan penggunaan obat yang
rasional yaitu: edukasi (seminar, diskusi kelompok,
bimbingan per-orangan, pelayanan informasi obat),
tatalaksana (audit, umpan balik), dan pembatasan (peng-
hentian otomatis, pembagian lini penggunaan obat).
XIII. Pedoman Pengobatan
1. Pedoman pengobatan merupakan bagian dari pedoman
pelayanan medik untuk satu penyakit tertentu yang
diterbitkan oleh Departemen. Pedoman itu merupakan
kesepakatan yang di-dasarkan pada bukti ilmiah teringgi,
disesuaikan dengan dengan kondisi lokal, disahkan oleh
Komite Medik, dan harus diikuti oleh semua dokter yang
sedang melayani pasien dengan penyakit tersebut.
2. Pedoman pengobatan yang baik perlu mencakup
informasi tentang pengobatan non-farmako-logik,
penggunaan obat sesedikit mungkin, pertimbangan
pemilihan obat berdasarkan efektifitas dan biaya, obat
yang digunakan tercantum di dalam formularium,
pernyataan obat mana yang masuk lini pertama, kedua,
dan ketiga, dosis dan lama pemberian, kontraindikasi dan
efek samping, dan tingkat keahlian yang diizinkan
meresepkan obat tertentu.
3. Satu pedoman pengobatan pertama kali dibuat
rancangannya oleh tim yang ditunjuk oleh ketua
departemen, kemudian diedarkan ke seluruh staf
departemen dan PFT untuk dikomen
t a r i d a n disempurnakan, dan terakhir diujicobakan di
dalam pelayanan. Hasil uji coba diumpanbalikkan ke
seluruh staf medis dan PFT.
4. Agar selalu mengikuti kemajuan dan perkembangan
pengobatan yang mutakhir, maka pedoman pengobatan
perlu ditinjau secara berkala, dimulai kembali dengan
penunjukan satu tim oleh kepala departemen, kemudian
disempurnakan dan diujicobakan lagi.

118
XIV. Penilaian Obat Baru
1. Obat baru harus dinilai aspek kemanjuran, kemanfaatan,
keamanan, kualitas, dan harganya. Penilaian obat baru
harus dilakukan secara kritis yang bertujuan untuk
memasukkan obat baru itu ke dalam formularium, atau
untuk menggantikan obat yang sudah ada di dalam
formularium. Obat baru dapat menggantikan obat lama
jika secara keseluruhan lebih unggul ditinjau dari aspek
kemanjuran, kemanfaatan, keamanan, kualitas dan
biayanya.
2. Penilaian kemanjuran (efficacy) obat baru dilakukan
melalui telaah kritis kepustakaan. Penilaian kemanfaatan
dilakukan melalui in-use trial dalam pelayanan dengan
menghitung seluruh biaya yang timbul akibat
penggunaan o b a t i t u ( c o s t - e f f e c t i v e n e s
s s t u d y ) d a n membandingkannya dengan
pengobatan standar. Penilaian keamanan dilakukan
melalui telaah kritis kepustakaan, yang harus diikuti
dengan program pemantauan efek samping di tempat
pelayanan. Penilaian kualitas obat jadi dilakukan
dengan memeriksa dokumentasi kendali mutu dari
pabrik pembuat sediaan jadi yang meliputi sifat fisiko-
kimia bahan baku, formulasi, uji stabilitas, uji
desintegrasi, uji disolusi, dan uji bioavailabilitas dari
batch pertama.
3. Sumber informasi yang digunakan dalam telaah kritis
harus dapat dipercayai, yaitu artikel asli yang diterbitkan
oleh jurnal kedokteran yang mempunyai mekanisme
peer review, tinjauan kepustakaan berupa meta-analisis
(Cochrane Library), newsletter yang mempunyai reputasi
baik, dan buku ajar. Informasi yang diterbitkan atau
disponsori oleh perusahaan farmasi perlu dibaca dengan
cermat karena terkait dengan prom
o s i y a n g membesarkan efektifitas dan menutupi
efek buruk obat.
4. Sebagai panduan untuk telaah kritis kepustakaan dapat
digunakan lembar check list agar dapat mengenali letak
kesalahan dan bias dari suatu penelitian. Makin banyak
ditemui kesalahan dan penyimpang
a n d a l a m pelaksanaan dan penulisan laporan
penelitian, maka makin sukar untuk dipercaya hasil
penelitian tersebut.
119
5. Obat penelitian dikelola secara tersendiri oleh peneliti
berkoordinasi dengan Instalasi Farmasi.
XV. Promosi Obat
1. Berdasarkan pedoman promosi yang dikeluarkan oleh
WHO, klaim promosi obat harus dapat dipercaya, tak
berlebihan, jujur, informatif, seimbang, berdasarkan data
terbaru, dapat diperiksa kebenarannya, dan dilakukan
dengan cara-cara yang baik.
2. Cara promosi obat yang baik adalah memberi
kesempatan kepada perusahaan obat untuk
menyampaikan informasi tentang obat yang dipromosikan
di hadapan PFT dan staf medis di Depertemen atau
Divisi. Presentasi kemudian dilanjutkan dengan tinjauan
secara ilmiah oleh staf medis, ahli farmakologi, atau
apoteker.
3. Obat sampel tidak diperbolehkan untuk digunakan di
rumah
Sakit.
4. Promosi yang dilakukan dengan cara menjanjikan insentif
kepada dokter, atau institusi melalui peresepan obat
merupakan tindakan yang harus dihindari dan diberi
sanksi.
120
ALUR PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI DI RSCM
Bidang Yanmed / Bagian Anggaran / Unit Layanan Panitian
Instalasi Direktur Medik Distributor Penerimaan
Dept / UPT / Inst Instalasi Farmasi Direktur Keuangan Pengadaan
Logistik
Administrasi

Rekapitulasi Perencanaan Bagian Proses Pengiriman Penerimaan


Menyusun Pembelian
Usulan Anggaran :
Kebutuhan
Perencanaan SPPA

Unit yang tidak ada satelit GUDANG


Depo Farmasi FARMASI

SATELIT
FARMASI KETERANGAN :
PF = Perbekalan Farmasi
SPPA = Surat
PF digunakan Persetujuan Penggunaan
Anggaran
Garis tipis : arus dokumen
Garis tebal : arus barang

12
1
Keterangan:
a. Usulan kebutuhan perbekalan farmasi disusun oleh pengguna
(Departemen/UPT/Instalasi) berdasarkan formularium RSCM
dan daftar perbekalan farmasi RSCM di bawah bimbingan
teknis dari Instalasi Farmasi.
b. Instalasi Farmasi melakukan telaah sesuai tupoksi dan
melakukan rekapitulasi perencanaan perbekalan farmasi, dan
selanjutnya dikirim ke Bidang Pelayanan Medik.
c. Bidang Pelayanan Medik melakukan telaah sesuai tupoksi
sebagai staf pengendali program dan membuat Usulan
Pelaksanaan Program yang disahkan oleh Direktur Medik dan
Keperawatan.
d. Usulan Pelaksanaan Program diajukan kepada Pengendali
Anggaran/ Direktur Keuangan untuk diterbitkan SPPA (Surat
Persetujuan Penggunaan Anggaran)
e. D i r e k t u r K e u a n g a n s e l a k u p e n g e n d a l i a
n g g a r a n mendisposisikan SPPA kepada PPK/ Pejabat
Pemegang Komitmen.
f. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mendisposisikan SPPA
kepada Unit Layanan Pengadaan untuk melaksanakan
pembelian sesuai dengan aturan yang berlaku.
g. Pembelian perbekalan farmasi harus melalui distributor resmi.
h. Panitia Penerimaan perbekalan farmasi melakukan
pengecekan ketepatan kualitas dan kuantitas barang
pembelian dan menyerahkan perbekalan farmasi kepada
gudang farmasi Instalasi Administrasi Logistik.
I. Instalasi Administrasi Logistik mendistribusikan perbekalan
farmasi ke Satelit Farmasi dan ke Depo Farmasi di unit
pelayanan
j. Pelayanan farmasi klinik dilaksanakan oleh apoteker Instalasi
Farmasi bersama-sama dengan Tim Klinik di unit-unit
pelayanan/Departemen/UPT.

122
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : HK.02.02/MENKES/068/I/2010
TENTANG
KEWAJIBAN MENGGUNAKAN OBAT GENERIK
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa ketersediaan obat generik dalam


jumlah dan jenis yang cukup, terjangkau
oleh masyarakat serta terjamin mutu dan
keamanannya, perlu digerakkan dan
didorong penggunaannya di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah;
b. bahwa agar penggunaan obat generik dapat
berjalan efektif perlu mengatur kembali
ketentuan Kewajiban Menuliskan Resep
dan/atau Menggunakan Obat Generik di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Obat Keras (Stb. 1949
Nomor 419).
2. Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 No.116,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437)
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4 4 3 7 ) sebagaimana telah diubah dengan
Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang N o m o r 3 2 Ta h u n 2 0 0 4
Te n t a n g Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara R e p u b l i k I n d o
nesia Tahun

123
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844)
4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5062).
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063)
6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,
Ta m b a h a n L e m b a r a n N e g a r a R
e p u b l i k Indonesia Nomor 3637)
8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998
tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3781)
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737)
10. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5044)

124
11. K e p u t u s a n M e n t e r i K e s e h a t a
n No.
068/Menkes/SK/II/2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pencantuman Nama Generik
Pada Label Obat sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
314/Menkes/SK/V/2009
12. K e p u t u s a n M e n t e r i K e s e h a t a
n No.
189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan
Obat Nasional;
13. K e p u t u s a n M e n t e r i K e s e h a t a
n No.
791/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Daftar Obat
Esensial Nasional
2008;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : P E R AT U R A N M E N T E R I K E S E
H ATA N TENTANG KEWAJIBAN
MENGGUNAKAN OBAT GENERIK DI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
PEMERINTAH

BAB I KETENTUAN
UMUM
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Obat Paten adalah obat yang masih memiliki hak
paten
2. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi
International Non Propietary Names (INN) yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku
standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
3. Obat Generik Bermerek/Bernama Dagang adalah obat
generik dengan nama dagang yang menggunakan nama
milik produsen obat yang bersangkutan.
4. Obat Esensial adalah obat terpilih yang paling
dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat
mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan
tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional yang
ditetapkan oleh Menteri.
125
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
6. Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah Instalasi rumah
sakit yang mempunyai tugas menyediakan, mengelola,
mendistribusikan informasi dan evaluasi tentang obat.
7. Dokter adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter
gigi spesialis.
8. Apotek adalah fasilitas pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
BAB II
TUGAS DAN KEWAJIBAN

Pasal 2
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, Pemerintah Daerah
wajib menyediakan obat generik untuk kebutuhan pasien rawat jalan
dan rawat inap dalam bentuk formularium.

Pasal 3
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatn Kabupaten/Kota
wajib menyediakan obat esensial dengan nama generik untuk
kebutuhan Puskesmas dan Unit Pelaksana Teknis lainnya sesuai
kebutuhan.

Pasal 4
(1) Dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah wajib menulis resep obat generik bagi semua
pasien sesuai indikasi medis.
(2) Dokter dapat menulis resep untuk diambil di Apotek atau
di luar fasilitas pelayanan kesehatan dalam hal obat
generik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan.

126
Pasal 5
(1) Instalasi Farmasi Rumah Sakit wajib mengelola obat di Rumah
Sakit secara berdaya guna dan berhasil guna.
(2) Instalasi Farmasi Rumah Sakit wajib membuat prosedur
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan
pemantauan obat yang digunakan fasilitas pelayanan
kesehatan.
Pasal 6
(1) Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota wajib membuat
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyediaan,
pengelolaan dan pendistribusian obat kepada puskesmas dan
pelayanan kesehatan lain.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Apoteker dapat mengganti obat merek dagang/obat paten dengan
obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang
lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.
Pasal 8
Dokter di Rumah Sakit atau Puskesmas dan Unit Pelaksana Teknis
lainnya dapat menyetujui pergantian resep obat generik dengan obat
generik bermerek/bermerek dagang dalam hal obat generik tertentu
belum tersedia.
BAB III
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 9
Pemerintah, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan
pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri ini
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Pasal 10
(1) Pemerintah, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat
memberi peringatan lisan atau tertulis kepada dokter, tenaga l

127
kefarmasian dan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
dalam Peraturan Menteri ini.
(2) Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dan apabila peringatan
tersebut tidak dipatuhi, Pemerintah, P
e m e r i n t a h Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menjatuhkan
sanksi administratif kepegawaian kepada yang bersangkutan.

BAB III KETENTUAN


PENUTUP

Pasal 11

Pada saat Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku, Peraturan


Menteri Kesehatan Nomor 085/Menkes/PER/I/1989 tentang
Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 12

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Januari 2010
Menteri Kesehatan

DR. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR, PH

128
KEBIJAKAN OBAT GENERIK DI RSCM
Disadur dari :
SK Bersama Direktur RSCM dengan
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
No. 1051/IU.K/34/VII/1989 tanggal 10 Juli 1989
3723/PIO2.H4.FK/E/1989
Batasan :

Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan


dalam
Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.

Ketentuan :

1. Semua dokter di RSCM harus menulis resep dengan nama


generik.

2. Dokter yang kurang disiplin dalam penulisan resep obat


generik akan dikenakan sanksi:
a. Bagi dokter ahli (staf): dicantumkan dalam DP3,
berpengaruh pada kenaikan pangkat.
b. Dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis:
mempengaruhi konduite pendidikan.
3. Penggunaan obat paten secara terbatas masih diizinkan,
apabila obat tersebut benar-benar diperlukan oleh pasien dan
obat generiknya belum ada, dengan persetujuan Direktur
RSCM.
4. Direktur RSCM membentuk Panitia Farmasi dan Terapi.

Organisasi Pelaksanaan Penggunaan obat generik di RSCM :

Direktur RSCM, bertanggung jawab dalam :


1. Pelaksanaan penggunaan obat generik di RSCM kepada
Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I.
2. Membuat kebijakan pokok pelaksanaan penggunaan obat
generik secara rasional di RSCM.

129
3. Memantau, mengadakan evaluasi pelaksanaan penggunaan
obat generik secara rasional di RSCM.
4. Mengangkat dan memberhentikan anggota Panitia Farmasi dan
Terapi.
5. Mengadakan rapat pimpinan RSCM / FKUI untuk menyajikan
hasil monitoring dan evaluasi Panitia Farmasi dan Terapi
RSCM kepada para Kepala KSMF dan Kepala Instalasi.

6. Mengadakan perubahan dan pengembangan kebijakan


pelaksanaan penggunaan obat generik di RSCM bila dianggap
perlu.

Wakil Direktur Pelayanan Medik RSCM, bertanggung jawab dalam :


1. Pelaksanaan penulisan resep obat generik oleh para dokter di
RSCM.
2. Mengadakan koordinasi dengan Kepala KSMF / Koordinator
Pendidikan S-2 untuk melaksanakan sanksi bagi para dokter
ahli/staf dan peserta PPDS yang kurang disiplin dalam menulis
resep dengan nama generik.
3. Memimpin dan mengkoordinasikan kerja Panitia Farmasi dan
Terapi.

Panitia Farmasi dan Terapi RSCM, bertanggung jawab dalam:


1. Memberikan saran kepada Direktur tentang kebijakan farmasi
dan terapi di RSCM.
2. Menyusun Formularium RSCM yang setiap tahun diadakan
evaluasi dan bila dianggap perlu mengusulkan perubahan dan
penyempurnaan.
3. Mengadakan pemantauan penggunaan obat generik di RSCM.
4. Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi kepada Direktur
RSCM sebagai bahan monitoring , evaluasi dan umpan balik
kepada Kepala KSMF dan Kepala Instalasi.

130
Kelompok Staf Medis Fungsional (KSMF):
1. Kepala KSMF, bertanggung jawab :
a. Agar para dokter ahli dan peserta PPDS menulis resep
obat dengan nama generik.
b Untuk memberikan sanksi kepada para dokter yang kurang
disiplin dalam penulisan resep obat generik.
2. Koordinator Pendidikan Dokter Spesialis, bertanggung jawab :
a. Agar para dokter peserta PPDS menulis resep obat
generik sesuai Permenkes 85 / 1989.

b. Untuk mengusulkan sanksi kepada Kepala KSMF


terhadap peserta PPDS yang kurang melaksanakan
penulisan resep obat generik.
3. Koordinator Pengabdian Masyarakat, bertanggung jawab :

a. Atas penyebarluasan kebijakan penggunaan obat generik


di RSCM kepada seluruh dokter ahli dan peserta PPDS
tentang kebijakan.

Apoteker Pengelola Apotik RSCM, bertugas :


1. Untuk mengadakan obat generik di RSCM.
2. Melayani resep obat generik.
3. Melaporkan kepada Panitia Farmasi dan Terapi tentang
banyaknya resep yang dilayani dan banyaknya resep yang
tidak ditulis dengan nama generik.

Lain-lain :

Tatalaksana pelayanan obat generik tidak berlaku untuk pasien


peserta ASKES, yang sudah diatur tersendiri.

131
FORMULIR USULAN PENCANTUMAN
NAMA OBAT DALAM FORMULARIUM
1. Nama generik : _
2. Nama dagang : _
3. Bentuk sedian dan kekuatan : _ _
_
4. Nama obat yang sudah tercantum dalam f
ormularium sekarang yang dapat dibandingkan
dengan obat usulan:
tidak ada
ada, yaitu : _ _ _
5. Alasan pengusulan (berdasarkan efektifitas dan keamanan) :
_ _ _ _
_ _ _
_ _ _
6. Referensi yang mendukung (fotokopi naskah terlampir) :
a.
b.
c.
7. Apakah dengan penambahan obat yang diusulkan maka obat
sebanding yang sudah tercantum perlu dihapuskan ?
ya tidak
Alasan :
_ _ ___
_ _ ___
Jakarta, _ _
Yang mengusulkan,
Mengetahui :
Kepala Departemen
_

( ) ( _ )
NIP. : NIP. :
Catatan : Formulir ini harus diisi dengan lengkap, dicap stempel
Departemen dan dikirimkankan kepada : Ketua Panitia Farmasi
dan Terapi R.S. Dr. Cipto Mangunkusumo

132
RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta 10430 Telp. 3918301-13


Kotak Pos 1086 Fax. 3148991

FORMULIR PERMINTAAN
KHUSUS OBAT NON
FORMULARIUM

I. Nama generik :
II. Nama Dagang dan Pabrik :
III. Bentuk sediaan dan kekuatan : _
IV. Nama Pasien :
V. Indikasi : _
VI. Alasan permintaan :

VII. Jumlah yang diminta :

Mengetahui:
Jakarta,
Kepala Departemen Dokter yang
meminta,

( _) (
_) NIP. : NIP. :
Catatan : Formulir ini harus diisi dengan lengkap, dicap stempel
Departemen dan dikirimkan kepada: Ketua Panitia Farmasi dan
Terapi RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo
Keputusan Panitia Farmasi dan Terapi (Diisi oleh PFT):
Disetujui
Tidak disetujui:
Alasan :

Jakarta,
Ketua Panitia Farmasi & Terapi
RSCM

( )
NIP. :
133
FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING
OBAT
PANITIA FARMASI DAN TERAPI
RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

PASIEN

Nama : No. reg :


Umur : tahun
L / P (hamil / tidak hamil / tidak tahu)

Suku :
Berat badan : _ kg
Pekerjaan :

REAKSI EFEK SAMPING OBAT (E.S.O.)

Saat/tgl mula terjadi: Bentuk/manifestasi E.S.O. yang terjadi:

Data laboratorium (jika ada):

Tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi reaksi E.S.O.:

OBAT
N

Apakah reaksi E.S.O. hilang setelah obat dihentikan ? Apakah reaksi E.S.O. yang sama timbul sewaktu oba
kembali:
Ya
Tidak Tidak tahu Ya Tidak Tidak tahu

PELAPOR
Nama : _ Jakarta,
dokter perawat
farmasis
Asal Ruangan/Poliklinik: ( _)
tanda tangan pelapor

Kirimkan Formulir yang sudah diisi kepada: Sekretaris Panitia Farmasi dan Terapi, d/a Instalasi Farmasi RSCM.

134
INTERAKSI OBAT

Obat yang
memengaruhi (Obat 1)
Alopurinol

Amiodaron;
Steroid anabolic; Simetidin; Flukonazol; Metronidazol

Amiodaron;
Diltiazem
Amiodaron;
Kloramfenikol; Mikonazol;

Antasida

Antasida

13
5
13
6 Obat yang
memengaruhi (Obat 1)
Antasida

Asetazolamid
Aspirin

Barbiturat;
Fenitoin;
Calcium channel blocker
(co: Verapamil, Diltiazem, Nikardipin)

Diltiazem;
Eritromisin; Fluvoksamin; Verapamil

Diuretik yang
menyebabkan hipokalemia

Eritromisin;
Klaritromisin; Siklosporin

Estrogen
Fenitoin
Obat yang
memengaruhi (Obat 1)

Flukonazol

Fluoksetin

Fluvoksamin

Golongan Azol (co: Itrakonazol, Ketokonazol,


Vorikonazol, Flukonazol)

Golongan beta blocker

Golongan beta blocker (terutama yang non selektif, co: Propanolol)

13
7
13
8 Obat yang
memengaruhi (Obat 1)
Golongan beta blocker
(terutama yang non selektif, co: Propanolol)

Golongan Fenotiazin
(co: Klorpromazin)
Golongan Kuinolon

Golongan Monoamine
Oxidase Inhibitor
Golongan Monoamine
Oxidase Inhibitor yang non-selektif (co: Tranilsipromin, Fenelzin)

Golongan Monoamine
Oxidase Inhibitor yang non-selektif (co: Tranilsipromin, Fenelzin)

Golongan Tiazid
Hormon Tiroid
Kaolin-pektin
Karbamazepin
Obat yang
memengaruhi (Obat 1)
Karbamazepin

Klaritromisin
Klaritromisin; Danazol; Isoniazid

Kloramfenikol

Kolestiramin

Kotrimoksazol
13
9
14
0 Obat yang
memengaruhi (Obat 1)
Kuinolon

NSAID

NSAID (Aspirin, Ibuprofen, Indometasin)

NSAID (Indometasin)

Penghambat pompa proton (co: Omeprazol, Lansoprazol, Pantoprazol)

Piridoksin

Rifampisin
Obat yang
memengaruhi (Obat 1)

Salisilat
Spironolakton

Sukralfat
Teofilin
Verapamil

Sumber : Stockley edisi ke-6 dan Katzung


14
1
NAMA DAGANG OBAT YANG BARU MASUK DALAM
FORMULARIUM RSCM TAHUN 2014

NO. NAMA DAGANG


1 Acarbose
2 Actaxon
3 Alpentin
4 Antiplat
5 Apazol
6 Cisapride
7 Cisplatin Kalbe
8 Clozer
9 Combipenem
10 Compraz
11 Desoximetasone
12 Dobutamine
13 Ganin
14 Imipex
15 Leucovorin Kalbe
16 Leukuicin
17 Methotrexate Kalbe
18 Nitral
19 O?oxacin
20 OMZ
21 Paramol
22 Pirom
23 Pybactam
24 Ramipril
25 Recansa
26 Recofol N
27 Sinovial
28 Suvesco
29 Valesco
30 Vantocil
31 Vaxcel Heparin
32 Visoprine
33 Vomizole
34 Xerxes

142
NAMA DAGANG YANG DIHAPUSKAN DARI FORMULARIUM RSCM TAHUN 2013
NO.

10
11
14 12
3
14 NO. NA
4
13 Er

14

15

16

17

18

19

20 Ib

21

22

23
NO. NA

24

25 Le

26

27

28

29

30 Meth

31 M

32

33
14
5
14
6

NO. NA

34

35

36

37

38

39 Tam

40

41
42
DAFTAR SEDIAAN GENERIK
DALAM FORMULARIUM RSCM 2014
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

147
DAFTAR SEDIAAN GENERIK
DALAM FORMULARIUM RSCM 2014
NO
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62

148
DAFTAR SEDIAAN GENERIK
DALAM FORMULARIUM RSCM 2014
NO
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91

149
DAFTAR SEDIAAN GENERIK
DALAM FORMULARIUM RSCM 2014
NO
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120

150
DAFTAR SEDIAAN GENERIK
DALAM FORMULARIUM RSCM 2014
NO
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139

140

141
142
143
144
145
146
147
148
149

151
DAFTAR SEDIAAN GENERIK
DALAM FORMULARIUM RSCM 2014
NO
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179

152
DAFTAR SEDIAAN GENERIK
DALAM FORMULARIUM RSCM 2014
NO
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208

153
DAFTAR SEDIAAN GENERIK
DALAM FORMULARIUM RSCM 2014
NO
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237

154
DAFTAR SEDIAAN GENERIK
DALAM FORMULARIUM RSCM 2014
NO
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266

155
DAFTAR SEDIAAN GENERIK
DALAM FORMULARIUM RSCM 2014
NO
26
62
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280

156
INDEKS KELAS TERAPI
NO. KELAS TERAPI

1.1
1.2
1.3
2
2.1
2.2
3
4
4.1
4.2
5
6
6.1.1
6.1.2
6.2
6.2.1
6.2.2
6.2.3
6.2.4
6.2.5
6.2.6
6.2.7
6.2.8
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
7
7.1.
7.2.

157
INDEKS KELAS TERAPI
NO. KELAS TERAPI

8.1.
8.2.
8.3
9
9.1
9.2
10
10.1
10.2
10.3
10.4
11
11.1
11.2
12
12.1
13
13.1
13.2
14
14.1
15
16
16.1
16.1.1
16.1.2

16.2

16.2.1
16.2.2
16.2.3
16.2.4

158
INDEKS KELAS TERAPI
NO. KELAS TERAPI

16.2.5
16.3
16.4
16.5
16.6
16.7
17
17.1
17.2
17.3
17.3.1
17.3.2
17.3.3
17.3.4
17.3.5
17.3.6
17.5
17.6
17.6.1
17.6.2.
17.7
17.8
17.9
18
18.1
18.2
18.3
18.4
18.5
18.6
18.7

159
INDEKS KELAS TERAPI
NO. KELAS TERAPI

19
20
20.1
20.2
21
21.1
21.2
21.2.1
21.2.2
21.2.3
21.2.4
21.2.5
22
22.1
22.2
23
23.1
23.2
23.3
23.4
23.5

24

24.1
24.2
25
25.1
25.2
25.3
25.4
25.5

160
INDEKS KELAS TERAPI
NO. KELAS TERAPI

25.6
25.7
26
26.1
26.2
26.3
26.4
26.5
27
27.1
27.2
28
28.1
28.2
29
30
30.1
30.2
30.3
30.4
30.5
31

161
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

162
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77

163
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116

164
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155

165
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194

166
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234

167
INDEKS NAMA GENERIK
NO. NO KELAS

235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274

168
INDEKS NAMA GENERIK
NO. NO KELAS

275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313

169
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353

170
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393

171
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431

432
Zinc, Selenium

172
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

433
434
435
436
437
438

439

440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461

462

463

464

465

173
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

466

467

468

Natrium klorida 0,9%= 4:1 (N5) 469

Natrium klorida 0,45% 470


471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499

174
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539

175
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579

176
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617

177
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

618
619
620
621
622
623
624
625
626
627
628
629
630
631
632
633
634
635
636
637
638
639
640
641
642
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657

178
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

658
659
660
661
662
663
664
665
666
667
668
669
670
671
672
673
674
675
676
677
678
679
680
681
682
683
684
685
686
687
688
689
690
691
692coptidis
Rhizoma
693
694
695

179
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

696
697
698
699
700
701
702
703
704
705
706
707
708
709
710
711
712
713
714
715
716
717
718

125 mcg 719


720
721
722
723
724
725
726
727
728
729
730
731
732
733
734

180
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

735
736
737
738
739
740
741
742
743
744
745
746
747
748
749
750
751
752
753
754
755
756
757
758
759
760
761
762
763
764
765
766
767
768
769
770
771
772
773
774

181
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

775
776
777
778
779
780
781
782
783
784
785
786
787
788
789
790
791
792
793
794
795
796
797
798
799
800
801
802
803
804
805
806
807
808
809
810
811
812
813
814

182
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

815
816
817
818
819
820
821
822
823
824
825
826
827
828
829
830
831
832
833
834
835
836
837
838
839
840
841
842
843
844
845
846
847
848
849
850
851
852
853
854

183
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

855
856
857
858
859
860
861
862
863
864
865
866
867
868
869
870
871
872
873
874
875
876
877
878
879
880
881
882
883
884
885
886
887
888
889
890
891
892
893
894

184
INDEKS NAMA GENERIK
NO. URUT

895
896
897
898
899

185
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
1 3TC
2 3TC-HBV
3 5-Fluorourac
4 A Scab
5 Abbotic
6 Abilify
7 Abixa
8 ABU Polivale
9 Acepress
10 Acetram
11 Aclasta
12 Acpulsif
13 Actaxon
14 Actilyse
15 Actonel
16 Actoplatin
17 Actos
18
19 Actrapid Nov
20 Acuatim
21 Adalat
22 Adalat/ Adal
23 Adenocor
24 Adona (AC-1
25 Advantan
26 Advantan FO
27 Aerius
28 Aerrane
29 Afrin
30 Aggrastat
31 Agrylin
32 Albapure (20
33 Albothyl
34 Albumin Beh
35 Albuminar 25
36 Albuvit
37 Alcohol Prod
38 Aldactone
39 Aldazide
40 Aldomer
41 Alegysal
42 Alexan
43 Alfanative
44 Alimta
45 Alinamin/Alin

46 Alkeran
47 Aloclair
48 Alovell

186
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
49 Aloxtra
50 Alpentin
51 Aluvia
52 Amaryl
53 Amikin
54
55 Aminofusin
56 Aminofusin
57 Aminofusin
58 Aminoleban
59 Aminoplasm
60 Aminosteril
61 Aminosteril
62 Aminosteril
63 Aminovel 60

64 Amiparen
65 Amlogrix
66 Amoxil
67 Amoxsan
68 Anafranil
69 Andriol (kap
70 Androcur
71 Anemolat
72 Anexate
73 Angeliq
74 Angioten
75 Antiplat
76 Apazol
77 Apidra
78 Apolar
79 Aprovel
80 Aquapack
81 Aquasonic
82 Arava
83 Arcoxia
84 Ardium
85 Argenti Nitrat
86 Aricept
87 Arimidex
88 Arixtra
89 Arkine
90 Aromasin
91 Artane
92 Arteopic
93 Asam Salisi

187
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
94 Ascardia
95 Asering
96 Asering-5
97 Askamex
98 Aspar-K
99 Aspilet chew
100 Ataroc
101 Ativan
102 Atorsan
103 Atrovent
104 ATS
105 Augentonic
106 Augmentin
107 Avamys
108 Avastin
109 Avaxim 160
110 Avaxim 80
111 Avelox
112 Avil
113 Aviranz
114 Avirzid
115 Avodart
116 Azactam
117 Azatioprine
118 Azopt
119 B.Braun
120 Bacbutol
121 Bactesyn
122 Bactoderm
123 Bactraz
124 Bactrim
125 Bactroban
Balanced S
126 (BSS)
127 Bamgetol
128 Banadoz
129 Baraclude
130 Barzepin
131 BBTVISC 1
132 Becantex
133 Beclomed e
134 Becombion
135 Becotide
136 Bekarbon
137 Bellaphen

188
INDEKS NAMA DAGANG
NO

138 Benadryl CM
139 Benoson
140 Benzolac
141 Beprosone
142 Beriplast P
143
144 Berotec
145 Bestalin
146 Betablok
147 Betadine
148 Betaserc
149 Bicrolid
150 Biodiar
151 Biolincom
152 Biorazon
153 Bisolvon
154 Blenamax
155 Bleocin
156 Blistra
157 Blocard
158 Blopress
159 Blopress plu
160 Bondronat (i
161 Bonefos
162 Bone-One
163 Bonepatit
164 Bonviva (tab
165 Boorschudm
Produksi RSCM Borax Glyce
166 Produksi RS
167 Botox
168 Brainact
169 Braunol (7,5
170 Breathy nas
171 Brentan
172 Breviblac
173 Bricasma
174 Brilinta
175 Bronchopyh
176 Brufen
177 Budenofalk
178 Burnazin
179 Buscopan
180 Busulfex
181 Buvanest He
182 C3F8 Gaz
183 Caduet

189
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
184 Cafergot
185 Cairan Dian
186 Caladine
187 Calamed
188 Calcii Gluco
189 Calcium Glu
190 Caliopan
191 Calnic
192 Calnic Plus
193 Campto
194 Candazole
195 Canderin
196 Candesarta
197 Canesten
198 Canthacur
199 Capozide
200 Carbloxal
201 Carboplatin
202 Cardio Aspi
203 Cardioplegi
204 Cardiosel
205 Cardiover
206 Cardismo
207 Carditen
208 Cardura
209 Carnico-Q
210 Car-Q
211 Casodex
212
213 Catapres
214 Cathejell
215 Cavit D3
216 CDR
217 Cedocard
218 Cefat
219 Cefazol
220
221 Cefobid
222 Cefrom
223 Cefspan
224 Ceftum
225 Celebrex
226 Cellcept
227 Cendo Adre
228 Cendo Berr
229 Cendo Carp
230 Cendo Cata

190
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
231 Cendo Cenf
232 Cendo Ceta
233 Cendo Conv
234 Cendo Efris
235 Cendo Eyef
236 Cendo Feni
237 Cendo Feni
238 Cendo Flox
239 Cendo Flure
240 Cendo Gen
241 Cendo Herv
242 Cendo Hom
243 Cendo Hyal
244 Cendo LFX
245 Cendo Lubr
246 Cendo Myce
247 Cendo Nata
248 Cendo Nonc
249 Cendo Ocul
250 Cendo Poly
251 Cendo Poly

252 Cendo Prota

253 Cendo Strat


254 Cendo Tobr
255 Cendo Tobr
256 Cendo Trop
257 Cendo Vasa
258 Cendo Vosa
259 Cendo Xitro
260 Cendolyteer
261 Cendomyce
262 Cendomyco
263 Cendomydr
264 Cendrid
265 Cepezet-10
266 Ceradolan
267 Cerazette
268 Ceremax
269 Cernevit
270 Certican
271 Cervarix
272 Cetrotide
273 Chirocaine 0
274 Chloralhydr

191
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
275 Chloramex
276 Chloramphe
Chloramphe
277 RSCM
278 Cholespar
279 Cholestat
280 Cialis
281 Cicacare
282 Cidex
283 Cidex-OPA
284 Cinolon
285 Cipralex
286 Ciproxin
287 Ciproxin XR
288 Cisplatin Ka
289 Citaz
290 Claforan
291 Claritin
292 Clatatin
293 Clavamox
294 Clinimix
295 Clinium
296 Clinoleic
297 Clinovir
298 Clofritis
299 Clomifen
300 Clopisan
301 Clorilex
302 Clozaril
303 Clozer
304 Coaprovel
305 Coartem
306 Codein KF
307 Codipront
308 Coditam
309 Cofact
310 Cohistan
311 Co-Irverbal
312 Colergis
313 Colistine
314 Colloplast P
315 Comafusin H
316 Combantrin
317
318 Combipenem
319 Combivent
320 Comdacin

192
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
321 Compound
322 Compraz
323 Comtan
324 Concor
325 Constipan
326 Cordaron
327 Cordila
328 Coritrope
329 Coronipin
330 Corpamil
331 Coviro-LS
332 Cozaar
333 Cravit
334 Crestor
335 Crom Optha
336 Crome
337 Cryptal
338 Curacil
339 Curcuma
340 Cutisoft
341 Cyanocobal
342 Cyclofem
343 Cyclophosp
344 Cyclo-Progy
345 Cyclovid
346 Cygest
347 Cymbalta
348 Cymevene
349 Cytarabine D
350 Cytodrox
351 Cytogem
352 Cytotec
353 Dacarbazin
354 Dacarbazin
355 Daivobet
356 Daivonex
357 Daktarin
358 Daktarin Dia
359 Dalacin
360 Dalfarol
361 Danovir
362 Daonil
363 Daryacef
364 Daryantulle
365 Daunocin
366 Decadryl
367 Decain Hea
368 Deculin
369 Decyline

193
INDEKS NAMA DAGANG
NO
370
371 Dehidralyte
372 Delsoralen
Depakene (
373
374 Depakote E
375 Depo Medro
376 Dermades
377 Dermasolon
378 Dermatix
379 Dermatop
380 Dermazin
381 Dermovate
382 Dermovel
383 Desferal
384 Desolex
385 Detrusitol
386 Dexanorm
387 Dexanta (su
388 Dialon
389 Diamicron M
390 Diane 35
391 Dibekacin M
392 Dicynone
393
394 Dihydergot
395 Dilantin
396 Dilbloc
397 Dinosin
398 Dioste
399 Diovan
400 Dipeptiven
401 Diprivan
402 Diprosone O
403 Dobutamine
404 Docetere
405 Dolo Neurob
406 Dometa sus
407 Dopamet
408 Dopamin Gi
409 Doribax
410 Dormicum
411 Dotarem
412 Doxicor
413 Doxorubicin
414 Doxorubin
415 Dramamine
416 Dulcolax
417 Dumocalcin
194
418 Duodart
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
419 Duphalac
420 Duphaston
421 Durogesic (
422 Duvadilan
423 Duviral
424 Dynastat
425 Eas Pfrimm
426 Ecalta
427 Eclid
428 Ecosol
429 Ecosol
430 Ecotrixon
431 Ecron
432 Edotin (kaps
433 EDTA
434 Efavir
435 Efexor XR
436 Efudix
437 Elidel
438 Elkrip
439 Elocon
440 Eloxatin
441 Elsazym
442 Emla cream
443 Emposil
444 Emthexate
445 Emthexate
446 Enbrel
447 Endoxan
448 Endroline
449 Engerix
450 Enzymfort
451 Enzyplex
452 Epinephrine
453 Epirubicin K
454 Episindan
455 Epotrex
456 Eprex
457 Erbitux
458 Ergotika
459 Ericaf
460 Erymed
461 Esilgan
462 Esmeron
463 Esmolol
464 Esperson
465 Estazor
466 Estesia

195
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
467 Estreva
468 Ethrane
469 Etomidate-L
470 Etopul
471 Euphyllin R
472 Euthyrox
473 Evalen
474 Evion
475 Exelon
476 Exjade
477 Extrace
478 Extradine
479 EZ Gas II
480 Fabiolin
481 Faktu
482 Falkamin
483 Famvir
484 Fansidar
485 Farbivent
486 Farelax
487 Fargoxin (in
488 Farmadral
489 Farmalat
490 Farmorubici
491 Farsix
492 Farsorbid
493 FDC Dual P
494 FDC Triple P
495 Feldene
496 Felosma
497 Femara
498 Fenocin
499 Fentanyl (in
500 Ferizz (drop

501 Ferizz FM (t
502 Ferlin
503 Ferriprox
504 First Aid
505 Fitbon
506 Fladystin
507 Flagyl
508 Flagystatin
509 Flamar ED
510 Flamicort (in
511 Flamicort In
512 Fleet Enema
513 Fleet Phosp
514 Flexor

196
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
515 Flixotide
516 Fluarix
517 Fludara
518 Fludis
519 Fluimucyl
520 Flumetholon
521 Fluothane
522 Fluracedyl R
523 Flutapex
524 Fluxum
525 Foban
526 Fodiclo
527 Forane
528 Forasma
529 Forgesik
530 Forhepa
531 Formalin Pr
532 Forres
533 Fortum
534 Fosen
535 Fosmicin
536 Fosmidex
537 Fraxiparen
538 Fresubin
539 Fridep
540 Frimania
541 Frisium
542 Fucicort
543 Fucidin
544 Fucithalmic
545 Fugerel
546 Fungatin
547 Fungicid
548 Fungistop
549 Fungitar sha
550 Fungitrazol
551 Furosix
552 Futaderm
553 Gadovist
554 Galvus
555 Gammaraas
556 Gamunex 1
557 Ganin
558 Garam Ingg
559 Garamycin
560 Gardasil
Gargarisma
561 Produksi RS
562 Gastrul
563 Gelafusal

197
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
564 Gelofusin
565 Gemtavis
566 Gemzar
567 Gentamerck
568 Gentamycin
569 Genteal
570 Glaopen
571 Glaoplus
572 Glaucon
573 Gliformin
574 Glivec
575 Glucobay
576 Glucodex
577 Glucophage
578 Glucotrol XL
579 Glucovance
580 Glumin
581 Glurenorm
582 Glutiven
583 Gluvas
584 Glycerin
585 Glycerine
586 Glycerine m
Produksi RS
587 Glyceryltrini
588 Glycore
589 Gonal F
590 Granocyte 3
591 Granon
592 Gravastin
593 Grivin
594 H2O2 Produ
595 Haldol
596 Haldol Deca
597 Hapsen
598 Harnal
599 Havrix 720 j
600 HEFC
601 Helben
602 Helyzime
603 Hemapo
604 Hemolok
605 Hepamax
606 Hepa-Merz
607 Hepamun
608 HepBQuin
609 Hepsera
610 Herbesser
611 Herceptin
612 Hexymer

198
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
613 Hialid
614 Hiberix
615 Hibicet HC
616 Hibiscrub
617 Hidonac
618 Histoacryl
619 Histrine
620 Histrine FT
621 HM Dextran
622 Holoxan
623 Homoclomin
624 Hp Pro
625 Humalog
626 Humalog M
627 Humulin N
628 Humulin R
629 Hyalgan
630 Hydergin
631 Hydrea
632 Hydroxyure
633 Hygroton
634 Hyperhep-B
635 Hyperil
636 Hypobhac
637 Hytrin
638 IG VENA IV
639 Ikalep
640 Ikamicetin 1
641 Illiadin
642 Imdur
643 Imipex
644 Imitrex
645 Imodium
646 Imogam Ra
647 Imovax Poli
648 Imuran
649 Incidal OD
650 Inclarin
651 Indop
652 Indoralyte
653 Induxin
654 Inerson
655 Infanrix
656 Infanrix-Hib
657
658 Infusan Rin
659 Infusan-M20
660 INH Ciba
661 Inotrop
662 Inovad

199
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
663 Inpepsa
664
665 Insulatard N
666 Interbi
667 Interdoxin
668 Interhistin
669 Intersorb Pl
670 Intragam 6%
671 Intron-A
672 Invanz
673 Inviclot
674 Iomeron
675 Iopamiro
676 Irbedox
677 Iressa
678 Irtan Plus
679 Isoprenalin
680 Isoprinosine
681 Isoptin
682 Isotic Adret
683 Isotic Ixodin
684 Isuprel
685 Ivanes
686 Ivelip
687 Januvia
688 JF Sulfur
689 Jumex
690 Jurnista
691 Kabiven

692 KA-EN 1B

693 KA-EN 3A

694 KA-EN 3B

695 KA-EN Mg3

696 Kalbamin
697 Kaletra
698 Kalferon
699 Kalipar
700 Kalitake
701 Kalium Chlo
Kalium Perm
702 Produksi R

200
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
703 Kalk
704 Kalmeco
705 Kalmethaso
706 Kalnex
707 Kaltensif
708 Kaltrofen
709 Kalxetin
710 Kandistatin
711 Kaopectat
712 Kavita
713 Kedacillin
714 Kemicetine
715 Kenacort-A
716 Kenalog in
717 Kendaron
718 Keppra
719 Ketalar
720 Ketamin-Ha
721 Ketesse
722 Ketomed
723 Ketosteril
724 Ketricin (tab
725 Kidmin
726 Kin (gel)
727 Kin Ginggiv
728 Kliran
729 Kloderma
730 Koate-DVI

731 Kogenate F
732 Kolkatriol
733 KSR
734 Kutoin
735 KY Jelly
736 Kybernin P
737 Kytril
738
739 Lacto B
740 Lactulax
741 Lamictal
742 Lamisil
743 Lanadexon
744 Lanakeloid-
745 Lanoxin
746 Lantus
747 Lanzox
748 Largactil
749 Larutan Lugo
750 Lasal

201
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
751 Lasix
752 Laxadine
753 LAZ
754 Lekuicin
755 Lenal Ace
756 Lentikular
757 Lesichol
758
759 Lethira
760 Leucogen
761 Leucovorin
762 Leukokine
763 Leunase
764 Levazide
765
766 Levitra
767 Levoben
768 Levophed
769 Levopront
770 Levovid
771 Lexaprofen
772 Lexigo
773 Lexotan
774 Lexzepam
775 Lidodex
776 Lincocin
777 Lioresal
778 Lipanthyl
779 Lipitor
780 Lipofundin M
781 Liquid Polyb
782 Lisol
783 Litorcom
784 Livalo
785 Livola inf
786 Locoid
787 Lodem
788 Lodep
789 Lodomer
790 Lodopin
791 Lodoz
792
793 Lopid
794 Lopresor
795 Loprox
796 Lorinid-Mite
797 Losec
798 Lotasbat
799 Lotio Kumm
800 Lovecef

202
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
801 Lovenox
802 Loxen (tabl
803 Ludiomil
804 Lutenyl
805 Luveris
806 Lycoxy
807 Lynoral
808 Lyrica
809 Lysagor
810 Mabthera
811 Macef
812 Madopar
813 Magerix
814 Magnesium
815 Magnesium
816 Magnevist
817 Maintate
818 Maltofer Fo
819 Manitol
820 Manitol Fim
821 Marcain
822 Martos 10
823 MEBO
824 Mederma
825 Mediamer B
826 Medicort
827 Mediklin
828 Mediquin
829 Medixon
830 Medrol
831
832
833 Megabion
834 Megace
835 Meiact
836 Melanox Fo
837 Mencevax A
838 Meptin air in
839 Merislon
840 Merkapto
841 Merlopam
842 Meronem
843 Meropex
844 Merron
845 Mersivas
846 Mestinon
847 Methergin

203
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
848 Methotrexa
849 Methotrexa
850 Methycobal
Methylene
851 Produksi RS
852 Metrix
853 Meylon
854 Meylon 8,4%
855 Miacalcic
856 Micardis
857 Microgynon

858 Microlax

859 Microlut
860 Microshield
861 Microshield
862 Midazolam-
863 Midodrine
864 Mikasin
865 Miniaspi
866 Minidiab
867 Minosep Ga
868 Mirena
869 Mitomycin-C
870

871 Mixtard Nov


872 M-M-R II
873 Mofacort
874 Moloco + B
875 Monecto-20
876 Morcef
877 Morphine H
878 Motilium
879 Movi-cox
880 Moxam
881 MST
882 Mucopect
883 Mucosta
884 Mucotein
885 Musin
886 MVI
887 Mycamine
888 Myco Z
889 Mycoral
890 Mycorine
891 Mycostatin
892 Myfortic

204
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA

893 Mylanta
894 Myonal
895 Mytocin
896 NaCl Otsuk
897 NaCl Widat
898 Nairet
899 Narcan
900 Nariz
901 Naropin
902 Nasacort AQ
903 Nasonex
904 Natrilix SR
905 Naturol
906 Navelbine
907 Navoban
908 Nebacetin
909 Nebido (inj)
910 Nefrofer
911 Neo-K
912 Neo-Mercaz
913 Neostigmin
914 Neostrata
915 Neostrata
916 Neostrata
917 Neostrata
918 Nerisona
919 Nerisona FO
920 Neulin PS
921 Neupogen
922 Neuralgin
923 Neurobion
924 Neurobion 5
925 Neurochol
926 Neurontin
927 Nevilast
928 Neviral
929 New Diatab
930 Nexavar
931 Nexium
932 Nexium IV
933 Nicholin
934 Nichospor

935

936 Nimotop
937 Nirmadil
938 Nitral (table

205
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
939 Nitrocine
940 Nitrokaf reta
941 Nizoral
942 Nokoba
943 Nomika
944 Nonafact
945
946 Noperten
947 Norcuron
948 Norelut
949 Norit
950 Norpace
951 Norvask
952 Novalgin (in
953 Novamet
954
955 Novonorm
956
957 NovoSeven
958 Nutrisol DB
959 Nutrisol-S
960 Nutrocid (sa
961 OBH Produ
962 Occulon HV
963 Octagam 5%
964 Oculotect
965 Okavax
966 Olandoz
967 Oleum Berg
968 Omnipaque
969 Omniscan
970 OMZ
971 Onbrez Bre
972 Ophtalgon
973 Opigran
974 Optibet
975 Optimal Pre
976 Optiray 320
977 Oradexon
978 Oradexon
979 Orezinx
980 Orgalutran
981 Ossoral
982 Osteocal
983 Osteonate O
Ostomy Pow
984 Colloplast 1

206
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA

985 OTSU D10-

986 OTSU D2,5

987 OTSU D5 N

988 OTSU D5-1

989 OTSU D5-1


990 Otsuka
991 Otsutran L
992 Ovestin
993 Ovidrel DKS
994 Oxaliplatin
995 Oxaliplatin M
996 Oxyvit
997 Paloxi
998 Pan Amin G
999 Panadol
1000
1001 Pantocain
1002 Pantotis
1003 Pantozol
1004 Paramol inf
1005 Pariet
1006 Parlodel
1007 Pavulon
1008 Paxus
1009 Pectocil
1010 Pediacel
1011 Peditrace
1012 Peg Intron
1013 Pegasys
1014 Pehacain
1015 Pehacort
1016 Pehadoxin
1017 Pentoxifyllin
1018 Perdipine (i
1019 Persantin
1020 Persidal
1021 Pethidine H
1022 Pezeta
1023 Phardex
1024 Phental
1025 Phenytoin I
1026 Phinev
1027 Phisohex
1028 Picyn

207
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
1029 Pionix
1030 Pirom
1031 Plasbumin
1032 Plasmanate
1033 Plasmin
1034 Platidine
1035 Platosin RT
1036 Plavix
1037 Plendil
1038 Pletaal
1039 Plexion
1040 Pneumo 23
1041 Polycrol

1042 Polydex

1043 Polysilan
1044 Ponstan
1045 Pospargin
1046 Posyd RTU
1047 Poviral
1048 P-Pred
1049 Pradaxa
1050 Praxilene
1051 Prazina
1052 Precedex
1053 Pregnyl
1054 Prevenar (P
1055 Prexum
1056 Primene 10
1057 Primet
1058 Primolut-N
1059 Primovist
1060 Primperan
1061 Pritalinc
1062 Probenid
1063 Procaine Pe
1064 Produksi RS
1065 Produksi RS
1066 Profenid
1067 Profertil
1068 Prograf
1069 Progynova
1070 Prohiper 10
1071 Prolepsi
1072 Promactil
1073 Pronalges
1074 Pronicy

208
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
1075 Prontosan
1076 Propofol Lip
1077 Proris
1078 Proscar
1079 Prosogan F
1080 Prostacom
1081 Prostigmin
1082 Prostin VR
1083 Prothyra
1084 Protopic
1085 Protos
1086 Provula
1087 Prozac
1088 Pulmicort
1089 Puregon
1090 Purubex
1091 Pybactam
1092 Q-ten
1093 Radin
1094 Radiocare
1095 Raivas
1096 Ramixal
1097 Ranicare
1098 Recansa
1099 Recofol N
1100 Recolfar
1101 Recormon
1102 Refaquin
1103 Regivell
1104 Regrou
1105 Reminyl
1106 Remopain
1107 Renacardon
1108 Renalin 100
1109 Renalyte
1110 Renoguard
1111 Reotal
1112 Rephitel
1113 Requip PD
1114 Rescuvolin
1115 Resochin
1116 Reticor
1117 Retin A
1118 Retonel
1119 Retrovir
1120 Reviral
1121 R-Gene
1122 Rhinofed

209
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
1123 Rhinos Juni
1124 Rhinos Neo
1125 Rhinos SR
1126 Rhodium
1127 rHuEPO
1128 Rifamtibi
1129 Riklona 2
1130 Rillus
1131 Rimactane
1132 Rimactazid
1133 Rimactazid
1134 Rimcure 3 F
1135 Rimcure Pa
1136 Rimstar 4 F
1137 Ringerfundi
1138 Rinofer
1139 Risperdal
1140 Risperdal C
1141 Rivanol Pro
1142 Rivotril
1143 Rocephin
1144 Roculax
1145 Roferon A
1146 Rotarix
1147 Rovamycin
1148 Rulid
1149 Rythmodan
1150 Rytmonorm
1151 Ryzen
1152 Sagalon
1153 Sagestam
1154 Salep 2-4 P
1155 Salofalk
1156 Sandimmun
1157 Sandostatin
1158 Sanoskin M
1159 Sanprima
1160 Saphris
1161 Savlon
1162 Scabicid
1163 Scabimite
1164 Scandones
1165 Scantipid
1166 Scopamin
1167 Sebivo
1168 Sedacum
1169 Seloken

210
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA

1170 Seloxy
1171 Selsun
1172 Serenace
Seretide 50
1173
1174 Serlof
1175 Seroquel
1176 Seroquel XR
1177 Setrovel (inj
1178 Sevorane
1179 SF6 Gas Ar
1180 Sibelium
1181 Sibital
1182 Siclaxim
1183 Sifrol
1184 Sikzonoate
1185 Silum
1186 Simarc 2
1187 Simethicone
1188 Simikan
1189 Simucil 200
1190 Sindaxel
1191 Sinovial
1192 Sinral
1193 Sirdalud
1194 Sistenol
1195 Smecta
1196 Soapy
1197 Sodalime
1198 Sofnolime
1199 Sofratulle
1200 Soft U Derm
1201 Sojourn
1202 Solcoseryl
1203 Solujod
1204 Solumedrol
1205 Soluvit N
1206 Somanovell
1207 Somatostati
1208 Somatostati
1209 Sotatic
1210 Spiradan
1211
1212 Spirola
1213 Sporacid
1214 Stabimed
1215 Stabixin
1216 Stablon

211
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
1217 Stalevo
1218 Starlix
1219 Staviral
1220 Stelazine
1221 Stelosi
1222 Stericide
1223 Sterimar
1224 Steryzime
1225 Stesolid
1226 Stilnox
1227 Stomacer
1228 Stomica
1229 Streptase
1230 Streptomycin
1231 Stronger Neo
1232 Stugeron
1233 Stvudin
1234 Sublimat Pro
1235 Suboxone
1236 Sufenta
1237 Sufenta forte
1238 Sulbacef
1239 Sulcolon
1240
1241 Sulperazon
1242 Suplasyn
1243 Suprane
1244 Survanta
1245 Sustanon "25
1246 Suvesco
1247 Symbicort
1248 Synthocinon
1249 Tabloid
1250
1251 Takelin
1252
1253 Tamofen
1254 Tamoliv infus
1255 Tamoplex
1256 Tanakan
1257 Tanapress
1258 Tantum Verd
1259 Tapros
1260 Tarceva
1261 Targocid
1262 Tarivid
1263 Taxotere
1264 Tazocin
1265 Tears Natura
1266 Tebokan

212
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
1267 Tegretol
1268 Telfast BD,
1269 Telfast Plus
1270 Temodal
1271 Tempra
1272 Ten 20
1273 Tenace
1274 Tenblok
1275 Tenormin
1276 Tensira
1277 Tensivask
1278 Termicil
1279 Terramycin
1280 Terramycin
1281 Tetagam P
1282 Tetra Hib
1283 Tetraspan
1284 Thalidone-5
1285 Thalomid
1286 Thiamycin
1287 Thimelon
1288 Thromboph
1289 Thyrax
1290 Thyrozol
1291 Tiaryt
1292 Tibigon
1293 Ticlid
1294 Tienam
1295 Tim Opthal
1296 Timol
1297 Tizos
1298 Tobryne
1299 Tocef
1300 Tofranil
1301 Tonar
1302 Tonicard
1303 Topamax
1304 Toradol
1305 Totilac
1306 Toviaz
1307 Tracetate
1308 Trachon
1309 Tracrium
1310 Tramal
1311 Tramus
1312 Trandete
1313 Tranexid
1314 Transamin
1315 Transbronc

213
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
1316 Travatan
1317 Trental
1318 Triacarpin
1319 Triamcort (t
1320 Triatec
1321 Triclofem

1322 Tridex 100

1323 Tridex 27B

1324 Trileptal
1325 Trimovax
1326 Triofusin 16

1327 Triofusin 50

1328 Triofusin E 1

1329 Tripacel
1330 Triparen 1
1331 Triparen 2
1332 Triptagic
1333 Trolac
1334 Trolip
1335 Trosyd
1336 Trusopt
1337 Tutofusin O
1338 Twinrix
1339 Tygacil
1340 Tykerb
1341 Typhim VI
1342 Ubi-Q
1343 Ubretid
1344 Ulsicral
1345 Ultracet
1346 Ultraproct N
1347 Ultravist
1348 Unasyn
1349 Urdafalk
1350 Urfamycin
1351 Urinter
1352 Urogetix
1353
1354 Urokinase G
1355 Uromitexan
1356 Vaclo
1357 Vaksin BCG

214
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
1358 Vaksin cam
1359 Vaksin PPD
1360 Vaksin TT B
1361 Valcyte
1362 Valdimex
1363 Valdoxan
1364 Valesco
1365 Valium
1366 Valtrex
1367 Valvir
1368 Vancep
1369 Vantocil
1370 Varilrix
1371 Vascon
1372 Vascuprax
1373 Vaxcel Hep
1374 Vaxigrip
1375 V-bloc
1376 Vebac
1377 Vectrine
1378 Venofer
1379 Venosmil
1380 Ventavis
1381 Ventolin
1382 Veraplex (ta
1383 Vermox
1384 Vernacel
1385 Verorab
1386 Verorab
1387 Versilon
1388 Vesicare
1389 Vfend
1390 Viagra
1391 Vibramycin
1392 Videx
1393 VinBLAStin
1394 VinBLAStin
1395 VinCRIStin
1396 VinCRIStin
1397 VinCRIStin
1398 Viorex
1399 Vipram
1400 Viramun
1401 Viread
1402 Visine
1403 Visipaque
1404 Visoprine
1405 Vitacid
1406 Vitalipid N A
1407 vitamin B1

215
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
1408 Vitazym
1409 Voltaren
1410 Voluven
1411 Vomecho F
1412 Vometa
1413 Vomizole
1414 VQ (50 mg)
1415 Waxsol
1416 WFI Otsuka
1417 WIDA D5-1

1418 WIDA D5-1

1419 WIDA D5-N


1420 Wida RL
1421 WIDA WI (1
1422 Widahes
1423 Widatra
1424 Xalatan
1425 Xanax
1426 Xarelto
1427 Xatral XL
1428 Xeloda
1429 Xenical
1430 Xenocy
1431 Xerxes
1432 Xylocain
1433 Xylocard
1434 Xyzal
1435 YAL
1436 Yasmin

1437 Yaz
1438 Zaldiar
1439 Zanic
1440 Zantac
1441 Zelface
1442 Zestril
1443 Zidolam
1444 Zinc Pharm
1445 Zinecard
1446 Zinkid
1447 Zinnat (kap
1448 Zistic
1449 Zitanid
1450 Zithromax
1451 Zocor

216
INDEKS NAMA DAGANG
NO NAMA
1452 Zofran
1453 Zofredal
1454 Zoladex
1455 Zolmia
1456 Zoloft
1457 Zoloral
1458 Zometa
1459 Zomivit
1460 Zonegran
1461 Zoter
1462 Zovirax
1463 Zovirax
1464
1465 Zyloric
1466 Zypraz
1467 Zyprexa
1468 Zyvox

217
21 NAMA GENERIK YANG BARU DALAM FORMULARIUM RSCM TAHUN 2014
8 NO. NAMA DAGANG

3
4
5

7
8
9 Lenal Ace
10 Levopront
11

12 Onbrez Breezhaler

13 Prontosan

14

15
16
17
18
NAMA GENERIK YANG DIHAPUSKAN DARI FORMULARIUM RSCM
NO. NAMA GENERIK

1 Asetosal

2 Dekstrometorfan HBr

Gadobenat dimeglumin
3

4 Pirasetam

21
9

Anda mungkin juga menyukai