TUGAS AKHIR
OLEH :
NURUL AFWA YUSTIKA SARI HUTAGALUNG
NIM 162410019
Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisa Kadar Sari Larut Air dan
Kadar Sari Larut Etanol pada Simplisia Daun Bayam Berduri (Amaranthus
spinos. L) dan Simplisia Daun Seledri (Apium graveolens. L) Di Balai Riset dan
Standardisasi Industri Medan”. Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar ahlimadya Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar sari larut air dan kadar sari
larut etanol pada Simplisia Daun Bayam Berduri (Amaranthus spinos. L) dan Simplisia
Daun Seledri (Apium graveolens. L) apakah telah memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketetapan pada Farmakope Herbal Indonesia.
Selama penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, penulis
megucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini, yaitu kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Popi Patilaya, S.Si,. M.Sc. Apt., selaku Ketua Program Studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si, Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan nasihat dan bimbingan
hingga Tugas Akhir ini selesai.
4. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Sri Chasnawati, Bapak Hari Mulyadi Falah dan seluruh staf dan
pegawai Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan (Baristand).
6. Teristimewa kepada orang-orang terkasih yang selalu menjadi bagian
inspirasi : Ayahanda Adi Parman Hutagalung dan Ibunda Serdani
iii
Universitas Sumatera Utara
Simanjuntak, serta kepada seluruh keluarga besar yang senantiasa
mendoakan, memberi semangat dan mendukung penulis dalam keadaan
apapun.
7. Teman-teman mahasiswa D3 Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2016
untuk kebersamaan, kerjasama dan kenangan selama 3 tahun masa
perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini kurang dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Nurul Hutagalung
NIM 162410019
iv
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah menyebutkan atau mencantumkan sumbernya di
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas
akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi
tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Nurul Hutagalung
NIM 162410019
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
vi
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Metode Pembuatan Ekstrak.................................................... 14
3.2.1 Alat......................................................................................... 19
3.2.2 Bahan...................................................................................... 19
4.2 Pembahasan........................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan............................................................................................ 25
5.2 Saran...................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 26
LAMPIRAN TABEL................................................................................... 29
LAMPIRAN GAMBAR.............................................................................. 30
LAMPIRAN PERHITUNGAN................................................................... 32
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol........................ 22
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
x
Universitas Sumatera Utara
ANALISA KADAR SARI LARUT AIR DAN KADAR SARI LARUT
ETANOL PADA SIMPLISIA DAUN BAYAM BERDURI (Amaranthus
spinos. L) DAN SIMPLISIA DAUN SELEDRI (Apium graveolens. L) DI
BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MEDAN
Abstrak
Kata kunci : kadar sari larut air dan etanol, daun bayam berduri, daun seledri.
xi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Pada zaman yang sudah modern ini, ternyata jamu masih diakui keberadaannya
oleh masyarakat Indonesia. Seruan kembali ke alam atau istilah back to nature
2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradisional adalah bahan
atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian
Simplisiaadalah bahan alami yang digunakan untuk bahan obat dan belum
berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan,
2010).
bayam sudah tersebar keseluruh dunia. Salah satu bayam yang sudah tersebar ke
1
Universitas Sumatera Utara
seluruh dunia yaitu bayam duri. Tumbuhan bayam duri merupakan tumbuhan liar
(Thomas, 1989).
sebagai obat, selain itu tumbuhan seledri bersifat aditif dalam bahan makanan
Seledri (Apium graveolens L.) mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap yaitu
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1,
vitamin C dan air. Selain kandungan gizinya cukup tinggi, seledri juga
Penetapan kadar sari yang larut dalam air dimaksudkan untuk mengetahui
jumlah senyawa yang dapat tersari dengan air dari suatu simplisia. Penetapan
kadar sari yang larut dalam etanol dimaksudkan untuk mengetahui jumlah
senyawa yang dapat tersari dengan etanol dari suatu simplisia (Handayani dkk,
2017).
grade). Pelarut air dimaksudkan untuk melarutkan senyawa polar dan etanol untuk
melarutkan senyawa non polar jika dibandingkan dengan pelarut air yang terdapat
2
Universitas Sumatera Utara
temperatur ruangan kamar. Alasan pemilihan metode ekstraksi maserasi karena
Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang
sederhana, metode ekstraksi maserasi tidak dipanaskan sehingga bahan alam tidak
senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut pada suhu kamar (Heinrich,
2004).
Tujuan uji kadar sari larut air dan uji kadar sari larut etanol pada simplisia
daun bayam berduri dan simplisia daun seledri untuk dijadikan standar atau
kontrol untuk mutu dari obat herbal (Anonim, 2007). Syarat kadar sari larut air
dan larut etanol pada bayam berduri masing-masing tidak kurang dari 7,5% dan
tidak kurang dari 7.6%.). Syarat kadar sari larut air dan larut etanol pada seledri
masing-masing tidak kurang dari 10,3% dan tidak kurang dari 5,2% (Ditjen POM,
2010).
Untuk mengetahui apakah kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol
pada Simplisia Daun Bayam Berduri (Amaranthus spinos. L) dan Simplisia Daun Seledri
1.2.2 Manfaat
3
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sp. Kata “amaranth” dalam bahasa Yunani berarti abadi. Tumbuhan ini dikenal
sebagai sayuran sumber zat besi yang penting bagi tubuh. Bayam (Amaranthus sp)
bayak dipromosikan sebagai sayuran dan sumber gizi bagi penduduk yang berada
tinggi. Penggolongan jenis bayam dibedakan atas dua macam yaitu bayam liar dan
Bayam liar memiliki dua tipe yaitu bayam tanah (Amaranthus blitum L)
dan bayam berduri ( Amaranthus spinosis L). Kedua jenis bayam ini biasanya
tumbuh liar artinya jarang atau tidak dikonsumsi oleh masyarakat. Ciri utama dari
tanaman bayam liar adalah batangnya berwarna merah dan daunnya kaku (kasap)
cabut atau bayam hijau (Amaranthus tricolor sp) dan Bayam tahun ( Amaranthus
hybidrus L ). Ciri-ciri dari bayam cabut adalah memiliki batang kemerahan atau
hijau keputihan dan mempunyai bunga yang keluar dari ketiak cabang. Bayam
cabut yang batangnya merah sering disebut bayam merah, sedangkan bayam cabut
yang batangnya putih sering disebut bayam putih. Ciri-ciri dari tanaman bayam
4
Universitas Sumatera Utara
2.1. 1 Uraian Tumbuhan Bayam Berduri
lunak atau basah, tingginya dapat mencapai 1 meter, kerap bercabang banyak dan
berduri. Daun bulat telur memanjang berbentuk lanset, panjang 5-8 cm, dengan
ujung tumpul dan pangkal runcing. Daun pelindung dan anak daun pelindung
runcing, panjangnya sama dengan tenda bunga. Daun tenda bunga berjumlah 5
dengan panjang 2-3 mm, gundul, hijau atau ungu dengan tepi transparan (Steenis,
2002).
Sebagai tanda khas dari tumbuhan bayam duri yaitu pada batang pohon,
tepatnya dipangkal tangkai daun terdapat duri. Bunganya terletak di bawah duduk
diketiak, yang atas terkumpul menjadi karangan bunga di ujung dan duduk di
ketiak, bentuk bunga seperti bulir atau bercabang pada pangkalnya. Bulir ujung
sebagian besar jantan, tidak berduri. Benang sari 5, lepas, tanpa taju yang
memanjang dengan tutup yang rontok serta bayam duri juga berbiji (Steenis,
2002).
tumbuh baik di tempat-tempat yang cukup sinar matahari dengan suhu udara
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
5
Universitas Sumatera Utara
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Bayam duri memiliki kandungan kimia antara lain vitamin A, C dan K, zat
2006).
Selain sifatnya yang meluruhkan air seni, bayam duri juga mempunyai
dengan tangkai daun yang panjang, pangkal tumpul atau membulat, tepi daun
tidak rata, beringgit atau bergerigi tidak tajam, warna hijau kehitaman, tidak
Persyaratan :
e) Sari larut etanol, tidak kurang dari 7,6% (Ditjen POM, 2011).
6
Universitas Sumatera Utara
2.2 Uraian Tumbuhan Seledri
Herba seledri merupakan terna, tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm dengan
bau aromatik yang khas. Batang bersegi, beralur, beruas, tidak berambut,
bercabang dengan daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai, panjang 1-2,7 cm,
payung, 8-12 buah, kecil-kecil, berwarna putih. Buah kotak, berbentuk kerucut,
panjang 1-1,5 mm, berwarna hijau kekuningan. Seledri dipanen setelah berumur 6
minggu sejak ditanam. Tangkai daun yang agak tua dipotong 1 cm diatas pangkal
daun. Daun muda dibiarkan tumbuh untuk dipanen kemudian. Tangkai daun yang
berdaging dab berair dapat di makan mentah sebagai lalap, sedangkan daun
Jenis ini tumbuh di tanah yang agak kering dan yang digunakan adalah
Seledri jenis ini lebih suka tumbuh di tanah yang mengandung pasir
batang.
7
Universitas Sumatera Utara
Di antara ketiga golongan seledri tersebut yang banyak ditanam di
seledri dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 – 3 bulan setelah penaburan benih
(Soewito, 1991).
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Mangnolisisa
Ordo : Apicedes
Famili : Apiceae
Genus : Apium
garam fosfat, vitamin A, vitamin B dan vitamin C. Batang daun dan biji
8
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ashari (1995), di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman
Berupa daun tipis, rapuh, bentuk belah ketupat miring, panjang 2-8 cm,
lebar 2-5 cm, pangkal dan ujung anak daun runcing, panjang tangkai anak daun 1-
3 cm, warna hijau tua, bau san rasa khas (Ditjen POM, 2010).
Persyaratan :
e) Sari larut etanol, tidak kurang dari 5,2% (Ditjen POM, 2010).
2.3 Simplisia
Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata
bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum
simplisia sebagai berikut. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk
bahan obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan maka simplisia
9
Universitas Sumatera Utara
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan
dan atau dari tanaman yang dibudidayakan.Jika simplisia diambil dari tanaman
budi daya maka keseragaman umur, masa panen, dan galur (asal usul, garis
keturunan) tanaman dapat dipantau. Sementara jika diambil dari tanaman liar
maka banyak kendala dan variabilitas yang tidak bias dikendalikan seperti asal
(Gunawan, 2010).
baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen.
a. Biji
Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau
b. Buah
10
Universitas Sumatera Utara
aktifnya. Panen buah bias dilakukan saat menjelang masak (misalnya
c. Bunga
bunga, masih kuncup (seperti pada Jasminum sambac, melati), atau saat
Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung
e. Kulit batang
Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah cukup
f. Umbi lapis
g. Rimpang
h. Akar
Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau tanaman
11
Universitas Sumatera Utara
mematikan tanaman yang bersangkutan (Gunawan, 2010).
2) Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar.
b. Rumput-rumputan,
c. Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan,
2010).
3) Pencucian
terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah juga bahan-bahan yang
4) Pengubahan bentuk
memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permmukaan bahan baku akan
semakin cepat kering, maka perlu dilakukan pengubahan bentuk pada bahan
(Gunawan, 2010).
5) Pengeringan
12
Universitas Sumatera Utara
c. Memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya (ringkas, mudah
6) Sortasi kering
bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan (misalnnya dikeringkan di tepi
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
a. Cahaya.
c. Reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif tanaman dengan wadah.j
d. Penyerapan air.
a) Jenis-jenis simplisia yang tahan disimpan adalah kulit kayu, kayu, akar,
13
Universitas Sumatera Utara
a) Simplisia yang mudah mennyerap air adalah daun, herba kering, bahan
dari glikosida yang bersangkutan jika kadar airnya mencapai lebih dari
8%.
c) Kadar air simplisia paling layak adalah kurang dari 5% (Gunawan, 2010).
bahan,
bentuk luar yang spesifik dari bahan (morfologi) maupun cirri-ciri spesifik
c. Pemeriksaan fisika dan kimiawi, meliputi tetapan fisika (indeks bias, titik
Mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang
sesuai. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
14
Universitas Sumatera Utara
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang terisi diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah
bahan alam atau bersasal di dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa serbuk yang
menggunakan suatu pelarut, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara panas atau cara
dingin. Pelarut atau cairan penyari yang digunakan dalam ekstraksi dapat berupa
Cara ekstraksi yang dilakukan tergantung dari sifat zat aktif yang
1. Cara dingin
a) Maserasi
ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat yang tahan pemanasan
15
Universitas Sumatera Utara
keseimbangan.Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada
melunakan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari
maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang
terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang
masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan
yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk kedalam cairan, telah
tercapai maka proses difusi segera berakhir. Selama maserasi atau proses
bahan aktif. Secara teoritis pada pada suatu maserasi tidak memungkinkan
cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigh, 1994).
b) Perkolasi
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut :
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
16
Universitas Sumatera Utara
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekuatan,
daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosis, adhesi, daya kapiler dan daya
gesekan (friksi). Cara perjolasi lebih baik daripada cara maserasi karena aliran
2. Cara panas
a). Refluks
proses penguapan dengan menggunakan alat refluks. Prinsip kerja refluks yaitu
dengan cara cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia diisikan pada
tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan
karat atau bahan lainya yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih.
Uap penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia. Uap penyari mengembun
karena didinginkan oleh pendingin balik. Embun turun melalui serbuk simplisia
sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali ke labu. Cairan akan menguap
kembali berulang seperti proses di atas (Ditjen POM, 1986). Keuntungan dari
metode refluks ini yaitu menggunakan pelarut yang sedikit, hemat serta ekstrak
yang didapat lebih sempurna sedangkan kerugian metode ini yaitu uap panas
b). Sokhletasi
17
Universitas Sumatera Utara
menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
disebut alat ”Soxhlet”. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping,
melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun
melarutkan zat aktif serbuk simplisia karena adanya sifon maka setelah cairan
mencapai permukaan sifon, seluruh cairan kembali ke labu. Cairan ini lebih
menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui
pipa samping. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna,
tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak
c) Digesti
temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar, secara umum dilakukan pada suhu
d) Infus
Infus merupakan ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur berkisar antara
e) Dekok
Dekok merupakan infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dengan
18
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METEOLOGI PERCOBAAN
3.2.1 Alat
erlenmeyer 250 mL, kertas saring, labu ukur 100 mL, oven, penangas air listrik,
3.2.2 Bahan
(Apium graveolens L.) dan simplisia daun bayam berduri (Amaranthus spinosus
L.).
Sampel simplisia Daun Seledri (Apium graveolens L.) dan simplisia daun
bayam berduri (Amaranthus spinosus L.) diperoleh dari Balai Riset dan
Analisa kadar pada simplisia daun seledri dan daun bayam berduri
dilakukan dengan parameter Non Spesifik Ekstrak (Penetapan kadar sari larut air
19
Universitas Sumatera Utara
3.5 Prosedur Penelitian
Serbuk simplisia Daun Seledri (Apium graveolens L.) dan simplisia daun
bayam berduri (Amaranthus spinosus L.) dibuat dari simplisia utuh yang sudah
Timbang seksama 2 gram contoh ke dalam sebuah labu ukur 100 ml yang
telah diketahui bobotnya, di rendam dengan akuades hingga tanda garis. Dikocok
selama 6 jam kemudian dibiarkan selama 18 jam ditempat yang gelap. Di saring,
diketahui bobot kosongnya. Dipanaskan di atas penangas air sampai kering, lalu
dimasukkan ke dalam oven selama 2 jam pada suhu 105±2 oC. Dimasukkan ke
dalam desikator selama 30 menit, lalu ditimbang sampai bobot konstan. Dihitung
Timbang seksama 2 gram contoh ke dalam sebuah labu ukur 100 ml yang
telah diketahui bobotnya, di rendam dengan etanol hingga tanda garis. Dikocok
selama 6 jam kemudian dibiarkan selama 18 jam ditempat yang gelap. Di saring,
lalu dimasukkan ke dalam oven selama 2 jam pada suhu 105±2 oC. Dimasukkan
20
Universitas Sumatera Utara
Dihitung kadar sari airnya (Ditjen POM, 2011).
21
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
4.1. Hasil
Penetapan kadar sari larut air dan penetapan kadar sari larut etanol pada
simplisia daun bayam berduri dan simplisia daun seledri dilakukan dengan metode
maserasi dan memperoleh hasil kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol
Tabel 1. Hasil kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol
Persyaratan (FHI
Sampel Parameter Hasil
2010,2011)
Kadar Sari Larut
Tidak kurang dari 7,5% 23,295%
Simplisia Daun Air
Bayam Berduri Kadar Sari Larut
Tidak kurang dari 7,6 % 10,795%
Etanol
Kadar Sari Larut
Tidak kurang dari 10,3% 39,07%
Simplisia Daun Air
Seledri Kadar Sari Larut
Tidak kurang dari 5,2 % 17,54%
Etanol
Hasil kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol pada simplisia daun
Herbal Indonesia tidak kurang dari 7,5% dan tidak kurang dari 7,6% maka
Hasil kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol pada simplisia daun
Indonesia tidak kurang dari 10,3% dan tidak kurang dari 5,2%maka hasilnya
22
Universitas Sumatera Utara
Penelitian tersebut dilakukan pengulangan guna mendapatkan hasil yang
lebih akurat. Hasil pengulangan dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 pada lampiran
4.2 Pembahasan
Simplisiaadalah bahan alami yang digunakan untuk bahan obat dan belum
berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan,
2010).
Daun bayam berduri dan daun seledri adalah simplisa yang telah melalui
tahap pembuatan simplisia mulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
penyimpanan.
Uji kadar sari dari suatu ekstrak bahan obat alam dimaksudkan agar dapat
dari bahan obat alam seperti penyarian dengan pelarut air atau alkohol digunakan
Uji ini sangat barmanfaat bagi kita, karena kita dapat menentukan kadar
dari suatu sampel sehingga memudahkan kita dalam pembuatan suatu sediaan
tersarinya dengan pelarut tersebut. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
lebih sering digunakan untuk mengetahui apakah bahan baku obat tradisional
23
Universitas Sumatera Utara
tersebut dapat larut dalam pelarut organik. Penetapan kadar sari larut dalam air
digunakan untuk menentukan kemampuan dari bahan obat tersebut apakah tersari
sifat daun yang lunak dan mudah mengembang dalam cairan pengekstraksi. Selain
itu, maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana karena cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
altif. Zat aktif akan larut dan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam dengan di luar sel menyebabkan larutan yang terpekat keluar hingga
1988).
penggunaan jamu dalam bentuk rebusan (infusa) oleh masyarakat. Sehingga efek
yang diinginkan tercapai, sedangkan kemampuan bahan obat tersari dalam etanol
dapat dijadikan standar dalam pembuatan sediaan ekstrak. Besarnya kadar yang
tersari dapat dijadikan standar atau kontrol untuk mutu dari suatu bahan atau obat
Dalam menetapkan besarnya kadar sari yang terkandung dalam bahan obat
berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang
(Anonim, 2007).
24
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kadar sari larut air dan etanol pada simplisia daun seledri (Apium
graveolens L.) dan simplisia daun bayam berduri (Amaranthus spinosus L.)
2011.
5.2 Saran
Parameter Non Spesifik (Penetapan kadar air, Penetapan kadar abu total dan
Penetapan kadar abu tak larut asam) guna mengetahui apakah sampel simplisia
daun bayam berduri dan simplisia daun seledri dapat dijadikan sebagai obat
tradisional.
25
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, R dan S. Asep. (2016). Seledri (Apium graveolens L.) sebagai Agen
Kemopreventf bagi kanker. Majority. Volume 5, No 2. Lampung:
Universitas Lampung. Halaman: 96
Ashari, Sumeru. (1995). Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.
Ditjen POM. (1986). Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Embarsari, R. P. (2015). Pertumbuhan dan Hasil Seledri (Apium graveolens L.)
pada Sistem Hidroponik Sumbu dengan Jenis Sumbu dan Media Tanam
Berbeda. Jurnal Agro. Volume 2, No 2. Halaman: 1-2
Fadilah, D. (2014). Parameter Standarisasi Mutu Simplisia. Diakses dari:
https://fadilahdaniah.wordpress.com/2014/04/22/parameter-standarisasi-
mutu-simplisia. pada tanggal 22 Mei 2019.
Gunawan, D dan S. Mulyani. (2010). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi Jilid I).
Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman: 9-18
Handayani, dkk. (2017). Penapisan Fitokimia dan Karakterisasi Simplisia Daun
Jambu Mawar. Jurnal Farmasi. Volume 5, No 3. Bandung: Institut
Teknologi Bandung. Halaman: 180
26
Universitas Sumatera Utara
Paramita dkk. Karakterisasi Simplisia Teh Hitam dari Tanaman Camelia sinensis
Var. assamica dari Perkebunan Teh Bali Cahaya Amerta, Desa Angseri,
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Jurnal Kimia. Bali:
Universitas Udayana. Halaman: 63
Permadi, A. (2006). Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman: 21-22
27
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
28
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN TABEL
Bobot
Berat
cawan + Bobot cawan
Nama contoh contoh Kadar Rata-
endapan kosong (W2) Rata
(W)
(W1)
Simplisia 2,0065 g 64,2783 g 64,1616 g 23,26%
Daun Bayam
2,0073 g 59,2624 g 59,1453 g 23,33% 23,295%
Beduri
Simplisia 2,0010 g 60,3545 g 60,1570 g 39,30%
39,185%
Daun Seledri 2,0005 g 61,3143 g 61,1189 g 39,07%
Bobot
Berat
cawan + Bobot cawan
Nama contoh contoh Kadar Rata-
endapan kosong (W2) Rata
(W)
(W1)
Simplisia 2,0105 g 60,7287 g 60,6740 g 10,88%
Daun Bayam
2,0125 g 67,2511 g 67,1972 g 10,71% 10,795%
Beduri
Simplisia 2,0003 g 65,2102 g 65,1217 g 17,69%
17,54%
Daun Seledri 2,0002 g 60,6324 g 60,5454 g 17,39%
29
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 5: Kadar Sari Larut Air Bayam Gambar 6: Kadar Sari Larut Air Bayam
30
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7: Kadar Sari Larut Air Gambar 8: Kadar Sari Larut Air
Seledri Ulangan 1 Seledri Ulangan 2
Gambar 9: Kadar Sari Larut Etanol Gambar 10: Kadar Sari Larut etanol
Gambar 11: Kadar Sari Larut Etanol Gambar 12: Kadar Sari Larut Etanol
31
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1- 2 x
Kadar sari larut air = x 100
Keterangan:
FP = Faktor Pengenceran
64 2783 –64,1616 g x 4
Ulangan 1 = x 100
2,0065 g
0,1167 g x 4
= x 100
2,0065 g
0,4668 g
= 2,0065 g x 100
= 0,2326 x 100%
= 23,26%
59,2624 g–59,1453 g x 4
Ulangan 2 = x 100
2,0073 g
0,1171g x 4
= x 100
2,0073 g
0,4684 g
= 2,0075 g x 100
= 0,2333 x 100%
= 23,33%
32
Universitas Sumatera Utara
b) Simplisia Daun Seledri
60,3545 g –60, g x4
Ulangan 1 = x 100
2,0010 g
0,1966 g x 4
= x 100
2,0010 g
0,7864 g
= 2,0010 g x 100
= 0,3930 x 100%
= 39.30%
61,3143 g–61,1189 g x 4
Ulangan 2 = x 100
2,0005 g
0,1954g x 4
= x 100
2,0005 g
0,7816 g
= 2,0005 g x 100
= 0,3907 x 100%
= 39,07%
33
Universitas Sumatera Utara
2. Perhitungan Kadar Sari Larut Etanol
Perhitungan:
1- 2 x
Kadar sari larut etanol = x 100
FP = Faktor Pengenceran
60,7287 g –60,6740 g x 4
Ulangan 1 = x 100
2,0105 g
0,0547 g x 4
= x 100
2,0105 g
0,2188g
= 2,0105 g x 100
= 0,1088 x 100%
= 10,88%
67,2511 g–67,1972 g x 4
Ulangan 2 = x 100
2,0125 g
0,0539 g x 4
= x 100
2,0125 g
0,2156g
= 2,0125 g x 100
= 0,1071 x 100%
= 10,71%
34
Universitas Sumatera Utara
b). Simplisia Daun Seledri
65,2102 g–65,1217 g x 4
Ulangan 1 = x 100
2,0003 g
0,0885g x 4
= x 100
2,0003 g
0,354g
= 2,0003 g x 100
= 0,1769 x 100%
= 17,69%
60,6324 g–60,5454 g x 4
Ulangan 2 = x 100
2,0002 g
0,087 g x 4
= x 100
2,0002 g
0,348g
= 2,0002 g x 100
= 0,1739 x 100%
= 17,39%
35
Universitas Sumatera Utara