Anda di halaman 1dari 39

PENETAPAN KADAR KLORIDA (Cl) DENGAN METODE

ARGENTOMETRI PADA AIR BERSIH DI KOTA BINJAI

TUGAS AKHIR

OLEH :
MELATI CLAUDIA TELAUMBANUA
NIM 132410088

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR KLORIDA (Cl) DENGAN METODE ARGENTOMETRI


PADA AIR BERSIH DI KOTA BINJAI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli
Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH :

MELATI CLAUDIA TELAUMBANUA


NIM 132410088

Medan, Agustus 2016

Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing

Sri Yuliasmi, S.Farm., M.Si., Apt.


NIP 198207032008122002

Disahkan Oleh :
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt.


NIP 195707231986012001

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas

akhir ini, yang adalah suatu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada

Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara. Tugas Akhir ini berjudul “Penetapan Kadar Klorida (Cl) dengan

Metode Argentometri pada Air Bersih di Kota Binjai”. Penulisan tugas akhir ini

berdasarkan hasil kerja praktik kerja lapangan (PKL) di Balai Laboratorium

Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara (LABKESDA).

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku sebagai koordinator

program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan

3. Ibu Sri Yuliasmi, S.Farm., M.si., Apt., selaku Dosen pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan masukkan dalam penulisan tugas akhir ini.

4. Ibu Khairunnisa, S.Si., M. Pharm., Ph.D., Apt., sebagai Dosen Penasehat

Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis

dalam hal akademis setiap semester.

5. Ibu Pimpinan dan seluruh staf pegawai Balai Laboratorium Kesehatan Daerah

Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan bantuan

kepada penulis.

Universitas Sumatera Utara


6. Kedua Orang Tua penulis Papa Drs. Hiburan H. Telaumbanua dan Mama

Dame Roida Sirait yang telah memberikan dukungan baik moril maupun

material serta telah mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis Mutia, Lisa, Rizky, Ayang, Eci, Nova, Arief,

Fanny, Dila dan Tasya, Yanna, Cici, Yoyo, Deby, Rina, Ayu, Darti, Desi,

Enda, dan Cindy yang telah memberikan dukungan dan perhatiannya selama

penulisan tugas akhir ini.

8. Rekan-rekan Seperjuangan Diploma III Analis Farmasi dan Makanan 2013

semuanya tanpa terkecuali, terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya

selama ini, serta masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa isi dan

penyajiannya masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis mengharapkan

kritik dan sarannya. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan

berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Medan, Agustus 2016


Penulis

Melati Claudia Telaumbanua


NIM 132410088

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : Melati Claudia Telaumbanua

Nomor Induk Mahasiswa : 132410088

Program Studi : D3 Analis Farmasi Dan Makanan

Judul Tugas Akhir : Penetapan Kadar Klorida (Cl) Dengan Metode


Argentometri Pada Air Bersih Di Kota Binjai

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi
ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Analis Farmasi Dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Utara, dan bukan menjadi tanggungjawab
pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya

Medan, Agustus 2016


Yang membuat pernyataan,

Melati Claudia Telaumbanua


NIM 132410088

Universitas Sumatera Utara


PENETAPAN KADAR KLORIDA (Cl) DENGAN METODE
ARGENTOMETRI PADA AIR BERSIH DI KOTA BINJAI

ABSTRAK

Air bersih merupakan salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang
bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari-hari dan memenuhi persyaratan untuk
pengairan sawah, untuk pengelolahan air minum dan untuk pengelolahan air
sanitasi. Klorida merupakan zat kimia yang berbahaya yang bersifat toksik
terhadap lingkungan, air pembuangan yang mengandung klorida meresap ke
dalam tanah dapat mencemari sumur yang merupakan sumber air bersih rumah
tangga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar klorida pada air
bersih dengan metode argentometri. Penetapan kadar klorida ini dilakukan di
Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Sumatera Utara. Hasil penelitian
menunjukkan kadar klorida pada air bersih di Kota Binjai yang telah diperiksa di
setiap kecamatan, bahwa kadar klorida yang tertinggi diperoleh S5yaitu 37,421
mg/L dan yang terendah S1 yaitu 2,481 mg/L. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa kadar klorida pada air bersih di Kota Binjai masih memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu 600 mg/L.
Kata Kunci:Air bersih, Klorida, Argentometri

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .................................... v

ABSTRAK ............................................................................................ vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................. 2

1.3 Manfaat ............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 4

2.1 Air ....................................................................................... 4

2.1.1 Air Secara Umum ...................................................... 4

2..1.2 Air Bersih ................................................................. 4

Universitas Sumatera Utara


2.2 Sumber-Sumber Air Bersih ................................................. 5

2.2.1 Air Hujan ................................................................... 5

2.2.2 Air Sungai dan Danau .............................................. 6

2.2.3 Mata Air ................................................................... 6

2.2.4 Air Sumur ................................................................. 6

2.3 Persyaratan Air ................................................................... 7

2.3.1 Persyaratan Biologis ................................................. 7

2.3.2 Persyaratan Fisis ....................................................... 8

2.3.3 Persyaratan Kimia .................................................... 8

2.3.4 Persyaratan Radiologis ............................................. 8

2.4 Parameter Fisik Air Bersih ................................................. 9

2.4.1 Suhu .......................................................................... 9

2.4.2 Warna, Bau dan Rasa ............................................... 9

2.4.3 Kekeruhan ................................................................. 10

2.5 Parameter Kimiawi Air Bersih ........................................... 10

2.5.1 pH (Derajat Keasaman) ............................................ 10

2.5.2 Kesadahan Air .......................................................... 11

2.5.3 Logam Berat ............................................................. 11

Universitas Sumatera Utara


2.6 Penggolongan Air ............................................................... 12

2.7 Klorida ................................................................................ 13

2.8 Jenis-Jenis Titrasi Argentometri......................................... 15

2.8.1 Metode Mohr ........................................................... 15

2.8.2 Metode Volhard ....................................................... 15

2.8.3 Metode Fajans ......................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 17

3.1 Tempat Pelaksanaan ............................................................ 17

3.2 Alat dan Bahan .................................................................... 17

3.2.1 Alat ........................................................................... 17

3.2.2 Bahan ........................................................................ 17

3.3 Prosedur .............................................................................. 17

3.3.1 Pembakuan AgNO3 0,014 N .................................... 17

3.3.2 Penetapan Kadar Klorida Pada Sampel .................. 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 19

4.1 Hasil ..................................................................................... 19

4.2 Pembahasan ......................................................................... 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 23

Universitas Sumatera Utara


5.1 Kesimpulan .......................................................................... 23

5.2 Saran .................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 24

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Format Kualitas Air Bersih Permenkes No. 416/

Menkes/Per/IX/1990 ................................................................. 25

2 Gambar Alat dan Bahan ............................................................ 36

3 Perhitungan Data Sampel .......................................................... 27

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Golongan Air ........................................................................ 12

2 Hasil Penetapan Klorida Pada Air Bersih ............................. 19

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki peranan

penting dalam kehidupan. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan

standar tertentu, air bersih menjadi barang yang mahal karena sudah banyak air

yang tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik

dalam limbah kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan

lainnya (Wardhana, 2004).

Air yang sehat adalah air yang bersih. Ditinjau dari segi kualitas, ada

beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai air bersih, di antaranya kualitas

fisik meliputi tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Air bersih juga harus

memenuhi kualitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan bebas dari zat-zat

beracun. Selain itu, terdapat juga kualitas biologi, yaitu air harus terbebas dari

mikroorganisme penyebab penyakit. Persyaratan kategori air bersih semakin ketat

saat air digunakan untuk di komsumsi manusia (Budiman, 2007). Menurut

PerMenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang air bersih, kadar

maksimal klorida adalah 600 mg/L.

Klorida biasanya ditemui di kawasan beriklim kering, atau bawah tanah.

Klorida biasanya dihasilkan melalui elektrolisis natrium klorida yang terlarut

dalam air. Dalam konsentrasi yang wajar, klorida tidak akan membahayakan bagi

manusia, tetapi dalam konsentrasi yang tidak wajar klorida dapat menyebabkan

penyakit paru-paru seperti TBC, emphisema dan meminum air yang mengandung

Universitas Sumatera Utara


klorida dalam jumlah besar dapat terkena kanker kandung kemih, kelahiran

prematur dan masih banyak lagi (Waldbott, 1978).

Pada penentapan kadar klorida pada sampel air bersih tersebut dilakukan

dengan metode argentometri. Metode argentometri merupakan salah satu metode

titrasi pengendapan. Titrasi dengan metode ini menggunakan K2CrO4 sebagai

indikator. Perubahan warna indikator dari kuning membentuk endapan berwarna

kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir titrasi. Titrasi Mohr terbatas pada

larutan-larutan dengan nilai pH sekitar 6 sampai 10. Karena dalam larutan yang

lebih alkalin, perak oksida mengendap. Dalam laruatan asam, konsentrasi kromat

secara secara besar-besaran menurun, karena KCrO4- hanya sedikit terionisasi

(Underwood, 2002)

Pada pengamatan ini, dilakukan penetapan kadar klorida pada air bersih di

Kota Binjai dengan pengambilan 5 sampel acak terhadap 5 kecamatan yang ada di

Binjai yaitu Binjai Kota, Binjai Selatan, Binjai Barat, Binjai Utara, dan Binjai

Timur dengan membandingkan kadar-kadar di setiap kecamatan di Kota Binjai.

Sehubungan dengan itu, maka penulis tertarik untukn menulis Tugas Akhir

yang berjudul “Penetapan Kadar Klorida (Cl) Dengan Metode Argentometri Pada

Air Bersih di Kota Binjai”

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kadar klorida pada air bersih

yang berada di Kota Binjai, dan membandingkan dengan standar kualitas air

bersih sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.

416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang kualitas air bersih.

Universitas Sumatera Utara


1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian antara lain sebagai bahan informasi tentang kadar

klorida pada air bersih yang berasal dari air sumur yang berada di Kota Binjai

dengan merujuk kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.

416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang kualitas air bersih.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

2.1.1 Air Secara Umun

Air adalah salah satu dari tiga komponen yang membentuk bumi. Bumi

dilingkupi air sebanyak 70%, sedangkan sisanya 30% berupa daratan. Udara

mengandung zat cair atau air sebanyak 15% dari tekanan atmosfer. Hampir semua

kegiatan manusia membutuhkan air mulai dari mandi, membersihkan tempat

tinggal, makan dan minum sampai kegiatan yang lainnya (Gabriel, 2001).

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat

meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh

manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar

55-60% berat badan terdiri air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi

sekitar 80% (Notoatmodjo, 2007).

Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup

yaitu manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Fungsinya tidak dapat digantikan

oleh senyawa lain, oleh karena itu penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan

utama manusia untuk kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam

kesehatan manusia antara lain untuk berbagai keperluan rumah tangga, industri,

pertanian dan sebagainya. Dalam memenuhi kebutuhan air manusia selalu

memperhatikan kualitas dan kuantitas air (Achmad, 2004).

2.1.2 Air Bersih

Komsumsi air bersih di perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah

tangga, diperkirakan sebanyak 138,5 liter/orang/hari, dengan perincian yaitu untuk

Universitas Sumatera Utara


mandi, cuci, kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan

rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter lain-

lain 33,3 liter. Syarat yang kedua adalah kualitas, meliputi parameter fisik, kimia,

radioaktivitas dan mikrobiologi yang memenuhi syarat kesehatan menurut

peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-

syarat dan pengawasan kualitas air (Slamet,2007).

Manusia membutuhkan air bersih antara lain untuk minum, masak, mandi,

mencuci (bermacam-macam cucian), dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO

di negara-negara maju setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari.

Sedaangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia setiap orang

memerlukan air antara 30-60 liter perhari (Notoatmodjo, 2007).

2.2 Sumber-Sumber Air bersih

2.2.1 Air Hujan

Air hujan dapat ditampung dalam suatu dam (danau buatan), semua air

hujan dialirkan ke danau tersebut melalui alur-alur air. Kemudian di sekitar danau

dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat

ditampung dengan bak-bak ferosemen, dan di sekitarnya dibangun atap-atap untuk

mengumpulkan air hujan. Di sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar

untuk pengambilan air untuk umum. Air hujan, baik yang berasal dari sumur

(danau) dan bak penampungan tersebut secara bakteriologik belum terjamin,

untuk itu maka air tersebut digunakan untuk umum saja tidak untuk diminum

(Notoatmodjo, 2007).

2.2.2 Air Sungai dan Danau

Universitas Sumatera Utara


Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air

hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Kedua

sumber air ini sering juga disebut air permukaan. Oleh karena air sungai dan

danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran maka

bila akan dijadikan air bersih harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan air sungai

dialirkan ke dalam suatu bak penampung I, melalui saringan kasar yang dapat

memisahkan benda-benda padat dalam partikel besar. Bak penampung I tadi

diberi saringan yang terdiri dari ijuk, pasir, kerikil, dan sebagainya. Kemudian air

dialirkan ke bak penampung II, di sini dibutuhkan tawas dan klor. Dari sini baru

dialirkan ke penduduk atau diambil sendiri ke tempat itu (Notoatmodjo, 2007).

2.2.3 Mata Air

Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang

muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini, perlu dikelola

dengan melindunginya agar tidak tercemar oleh kotoran. Air ini yang paling

bersih di antara sumber-sumber air bersih yang lainnya dan air dari mata air ini

dapat langsung diminum (Noatmodjo, 2007).

2.2.4 Air Sumur

Air sumur dapat dibagi menjadi 2 :

a. Air Sumur Dangkal

Air ini keluar dari dalam tanah, juga disebut air tanah. Air berasal dari

lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan

tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5

sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini

Universitas Sumatera Utara


belum begitu sehat, karena kontamisasi kotoran dari permukaan tanah masih ada

(Notoatmodjo, 2007).

b. Air Sumur Dalam

Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari

permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air

sumur kedalaman seperti ini sudah cukup bersih untuk dijadikan air bersih dan

juga cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses

pengolahan) (Notoatmodjo, 2007).

Menurut (Notoatmodjo, 2007) agar air sumur pompa gali tidak tercemar

oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut :

- Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan masuk

ke dalamnya.

- Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah harus ditembok, agar

air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.

- Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi

kekeruhan. Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukkan

suatu zat yang dapat membentuk endapan, misalnya alumunium sulfat (tawas)

2.3 Persyaratan Air


Di samping pertimbangan kegunaan dari badan-badan air bagi manusia

(maupun organisme), maka persyaratan bagi masing-masing standar kualitas air

masih perlu ditentukan lagi oleh 4 aspek :

2.3.1 Persyaratan Biologis

Ditentukan baik oleh kehadiran mikroorganisme yang patogen, maupun

juga yang non patogen. Tersebut pertama lebih memperoleh perhatian terhadap

Universitas Sumatera Utara


penilaian persyaratan biologis. Sekalipun sebaliknya mikroorganisme non patogen

secara relatif tidak berbahaya bagi kepentingan kesehatan, namun karena

golongan ini sering dalam jumlah berkelebihan dapat mempengaruhi rasa, bau

esthetis dan lain-lain, timbal balik justru dapat berakibat menyulitkan

pengelolahan air (water treatment) (Ryadi,1984).

2.3.2 Pesyaratan Fisis

Ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan (turbidity), warna, bau (odor)

maupun rasa. Dari keempat indikator tersebut, hanya bau saja penilaiannya

ditentukan secara subjektif dengan jalan air diencerkan secara berturut-turut

sampai pengenceran berapakah ia masih tetap berbau pada larutan yang paling

encer. Jumlah pengenceran itu akan merupakan angka bau (odor number) dari air

yang diperiksa (Ryadi, 1984).

2.3.3 Persyaratan Kimia

Karena bahan-bahan kimia itu pada umumnya mudah larut dalam air,

maka tercemarnya air oleh bahan-bahan kimia yang terlarut khususnya timbal

balik perlu dinilai kadarnya untuk mengetahui sejauh mana bahan-bahan terlarut,

itu mulai dapat dikatakan membahayakan eksistensi organisme maupun

menggangu bila digunakan untuk keperluan (misalnya untuk air industri/water

processing) (Ryadi, 1984).

2.3.4 Persyaratan Radiologis

Pengaruh bahan-bahan buangan yang memberikan emisi sinar radioaktif di

zaman teknologi modern ini adalah membahayakn bagi kesehtan dewasa ini.

Dapat menimpa manusia melalui pengisapan udara yang tercemar oleh radiasi

sinar radioaktif secara langsung, melalui makanan atau waktu minum air yang

Universitas Sumatera Utara


telah dicemari. Beberapa bahan dapat bersifat mengadakan emisi sinar radioaktif

pada keadaan tertentu sehingga bahan-bahan ini disebut isotop, di samping bahan

beradioaktifnya sendiri seperti radium (Ryadi, 1984).

2.4 Parameter Fisik Air Bersih

Berdasarkan Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang parameter

fisik air antara lain terdiri dari suhu, warna, bau, rasa dan kekeruhan.

2.4.1 Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air

tersebut dan mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahan terutama, apabila

temperatur tersebut sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah 3°C suhu

udara di sekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau

jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu,

temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan

kimia pencemar, petumbuhan mikroorganisme dan virus. Temperatur atau suhu

air diukur dengan menggunakan termometer air (Sutrisno, 1991).

2.4.2 Warna, Bau dan Rasa

Warna air yang tidak normal batasannya menunjukkan adanya polusi.

Warna air dapat dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true color) yang

disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent color), yang

selain disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut juga karena adanya bahan-

bahan tersuspensi, termasuk di antaranya yang bersifat koloid (Agusnar, 2007).

Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh

bahan-bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air, baik yang

hidup maupun yang sudah mati. Air yang berbau sulfit dapat disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara


reduksi sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan mikroorganisme anaerobik

(Agusnar, 2007).

Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa yang

menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang menyimpang

tersebut biasanya dihubungkan dengan baunya karena pengujian terhadap rasa air

jarang dilakukan. Air yang mempunyai bau tidak normal juga dianggap

mempunyai rasa yang tidak normal. Sebagai contoh, bau fenol dari air buangan

yang berasal dari pabrik gas, petroleum dan plastik juga dianggap mempunyai

rasa fenol, dan bau khlor karena adanya senyawa khloramin (R-NH-Cl atau R-N-

C12) juga dianggap mempunyai rasa klor (Agusnar, 2007).

2.4.3 Kekeruhan

Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak

partikel bahan tersuspensi sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor.

Bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi.

Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam

penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan

mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan dan akan

mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sustrisno, 1991).

2.5 Parameter Kimiawi Air Bersih

2.5.1 pH (Derajat Keasaman)

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8.

Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya

disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida, pengaruh

Universitas Sumatera Utara


yang menyangkut aspek kesehatan daripada standart kualitas air minum dalam hal

pH yang <6,5 dan >8,5 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia

berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan. pH air yang terpolusi,

misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya (Agusnar,

2007).

2.5.2 Kesadahan Air

Air yang mempunyai tingkat kesadahan terlalu tinggi sangat merugikan

karena beberapa hal diantaranya dapat menimbulkan karat/korosi pada alat-alat

yang terbuat dari besi. Kesadahan air dapat dibedakan atas dua macam, yaitu

kesadahan sementara (temporer) dan juga kesadahan tetap (permanen) (Agusnar,

2007).

Kesadahan sementara disebabkan oleh garam-garam karbonat dan

bikarbonat dari kalsium dan magnesium. Kesadahan air ini bersifat sementara

karena dapat dihilangkan dengan cara pemanasan, di mana terbentuk garam

kalsium karbonat yang tidak larut dan mengendap sehingga dapat mudah

dihilangkan. Sedangkan, kesadahan tetap disebabkan oleh adanaya garam-garam

klorida dan sulfat dari kalsium dan magnesium. Kesadahan karena garam-garam

tersebut bersifat tetap dan sangat sukar dihilangkan (Agusnar, 2007).

2.5.3 Logam Berat

Logam berat adalah logam dengan masa jenis lima atau lebih dengan

nomor atom 22 sampai dengan 92. Logam berat dianggap berbahaya bagi

kesehatan bila terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh. Beberapa diantara

sifatnya bersifat membangkitkan kanker (Karsinogen). Logam berat sendiri

dibutuhkan dalam tubuh dalam jumlah tertentu, karena itu logam secara umum

Universitas Sumatera Utara


dapat dibedakan logam berat esensial dan logam berat non esensial (Heryanto,

2008).

2.6 Penggolonggan Air


Secara umum untuk berbagai pemanfaatan ditetapkan adanya Peraturan

Pemerintah RI (24/LA-18/1981) tentang kriteria dan standard kualitas nasional

yang membagi air menurut kegunaannya dalam 5 golongan (Ryadi,1986).

Tabel 2.1 Golongan Air

O Golongan Air Pengertian

gan A Air baku yang digunakan sebagai air minum secara

langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu (misalnya

air sumur, air hujan dan lain-lain)

gan B Air baku yang baik untuk air minum maupun rumah

tangga serta dapat dimanfaatkan keperluan lainnya

namun tidak sesuai sebagaimana golongan A

gan C Air baku yang baik untuk kepentingan perikanan dan

pertenakan serta masih dapat dimanfaatkan untuk

keperluan lain yang akan tetapi tidak sesuai seperti

golongan A dan B

gan D Air baku yang baik untuk keperluan pertanian dan

dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri,

listrik tenaga air, serta untuk keperluan lainnya, tetapi

tidak sesuai untuk keperluan golongan A, B dan C

gan E Air golongan ini yang tidak sesuai untuk keperluan

Universitas Sumatera Utara


tersebut di atas dalam golongan A, B, C dan D

disebut juga golongan sisa (Ryadi, 1986).

2.7 Klorida

Klorida adalah salah satu senyawa umum yang terdapat pada perairan

alam. Senyawa-senyawa klorida tersebut mengalami proses disosiasi dalam air

membentuk ion. Ion klorida pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap

sifat-sifat kimia dan biologi perairan. Kation dari garam-garam klorida dalam air

terdapat dalam keadaan mudah larut. Ion klorida secara umum tidak membentuk

senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion logam. Ion ini juga tidak dapat

dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan

garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air, dan dalam air

menyebabkan pembentukan noda berwarna putih (Achmad, 2004).

Klorida baik berbentuk gas atau cairan dinilai mengandung racun yang

tinggi, dan diklasifikasikan sebagai bahan kimia yang mampu mengakibatkan

kematian atau cacat permanen dari penggunaan diluar batas normal. Klorida

sangat potensial untuk terjadinya penyakit di kerongkongan, hidung dan saluran

pernafasan didekat paru-paru. Efek negatif secara akut dari klorida (Walldbott,

1978) :

a. Pengaruh 250 ppm selama 30 menit kemungkinan besar berakibat fatal bagi

orang dewasa

b. Terjadi iritasi tinggi waktu gas itu dihirup dan dapat menyebabkan kulit

terbakar

Universitas Sumatera Utara


c. Jika berpadu dengan udara lembab, asam hidroklorik dan hidroklorus dapat

mengakibatkan peradangan jaringan tubuh yang terkena. Pengaruh 14 s/d 21

ppm selama 30 s/d 60 menit menyebabkan penyakit pada paru-paru seperti

pnumonitis, sesak nafas, emphisema dan bronkitis

Efek negatif yang berakibat kronis untuk jangka waktu panjang adalah

kemungkinan mempercepat penuan menjadi tua sebelum waktunya, menimbulkan

masalah dengan cabang tenggorok, pengkaratan pada gigi dan besar

kecenderungan munculnya penyakit paru-paru seperti TBC dan emphisema

(Waldbott, 1978).

Air bersih yang kita gunakan telah melewati proses klorinasi sangat efektif

untuk menghilangkan kuman penyakit tetapi klorida juga dapat berbahaya bagi

kesehatan. Meminum air yang mengandung klorida memiliki kemungkinan lebih

besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan

bagi wanita hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan

otak atau urat saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur

atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi

efek dari klorida pada binatang ditemukan kemungkinan kerusakan ginjal dan

hati. Septik tank atau air pembuangan limbah rumah tangga, ketika menggunakan

pembersih atau pencuci yang mengandung klorida, air pembuangan tersebut

meresap ke dalam tanah dan mencemari sumur yang merupakan sumber air bersih

rumah tangga (Hasan, 2006).

Universitas Sumatera Utara


2.8 Jenis-Jenis Titrasi Argentometri

2.8.1 Metode Mohr

Seperti bahaya suatu sistem asam-basa dapat digunakan sebagai suatu

indikator untuk titrasi asam-basa, maka pembentukan endapan yang lain dapat

digunakan untuk menunjukkan kesempurnaan suatu titrasi pengendapan.

Contoh untuk keadaan demikian adalah yang disebut dengan titrasi mohr

dari klorida dengan ion perak yang dalam hal ini ion kromat digunakan sebgai

indikator. Penampilan utama yang tetap dari endapan perak kromat yang kemerah-

merahan dianggap sebagai titik akhir titrasi. Titrasi mohr terbatas pada larutan-

larutan dengan harga pH dan kira-kira 6-10.

Cara mohr dapat juga digunakan untuk titrasi ion bromida dengan perak

dan juga ionsianida dalam larutan sedikit alkalis. Perak tidak dapat dititrasi secara

langsung dengan klorida dengan menggunakan indikator kromat. Endapan perak

kromat yang semula ada, larut kembali hanya dengan perlahan-lahan dekat titik

ekivalen. Akan tetapi larutan klorida standar dalam jumlah berlebih dapat

ditambahkan dan kemudain dititrasi kembali menggunakan indikator kromat

(Underwood, 1994).

2.8.2 Metode Volhard

Cara volhard di dasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan

asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat

berlebih. Cara ini dapat dipergunakan untuk cara titrasi langsung dari perak dari

tiosianat standar atau untuk titrasi tak langsung dari ion klorida. Pada keadaan

terakhir ion perak nitrat berlebih di tambahkan dan kelebihannya di titrasi dengan

tiosianat standart. Anion-anion yang lain seperti bromida dan iodida dapat di

Universitas Sumatera Utara


tentukan dengan prosedur yang sama. Cara volhard secara luas digunakan untuk

perak dan klorida karena kenyataan bahwa titrasi dapat dilakukan dalam larutan

asam (Underwood, 1994).

2.8.3 Metode Fajans

Apabila suatu senyawa organik berwarna di serap pada permukaan suatu

endapan, perubahan struktur organik mungkin terjadi, dan warnanya sebagian

besar kemungkinan telah berubah dan mungkin telah menjadi lebih jelas.

Peristiwa ini dapat di pakai untuk mengetahui titik akhir dari titrasi pengendapan

garam-garam perak. Senyawa organik yang dipergunakan demikian disebut

indikator adsorpsi. Flouresein dan beberapa flouresein yang di subsitusi dapat

bekerja sebagai indikator untuk titrasi perak. Jika perak nitrat di tambahkan

kepada suatu larutan natrium klorida, maka partikel perak klorida yang terbagi

halus itu cenderung menahan pada permukaannya (menyerap) beberapa ion

klorida berlebih dari larutan (Underwood, 1994).

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Pelaksanaan

Penetapan Kadar Klorida dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara yang beralamat dijalan Williem Iskandar Pasar V Barat I

No. 4 Medan, waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016. Pengambilan

sampel dilakukan di Kota Binjai dengan pengambilan sampel acak terdapat 5

kecamatan Binjai yaitu Binjai Kota, Binjai Selatan, Binjai Barat, Binjai Utara dan

Binjai Timur.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah Buret, Erlenmeyer, Gelas ukur, Gelas

kimia dan pipet tetes.

3.2.2 Bahan

Bahan dan reagensia adalah NaCl 0.01 N, Larutan AgNO30,014 N,

Indikator KCrO45%,dan 5 sampel air bersih yang diambil secara acak di Kota

Binjai.

3.3 Prosedur

3.3.1 Pembakuan AgNO3 0,014 N

Dipipet NaCl 0,01 N sebanyak 25 ml, kemudian ditambah aquades 25 ml

dan ditambahkan indikator K2CrO4 5% sebanyak 1 ml, lalu dititrasi dengan

Universitas Sumatera Utara


AgNO3 0,014 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah coklat. Catat

volume AgNO3 yang digunakan.

3.3.2 Penetapan Kadar Klorida Pada Sampel

Sampel 100 ml dimasukkan kedalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan

indikator K2CrO4 5% 2-3 tetes sampai sampel berubah warna menjadi kuning,

setelah itu dititrasi dengan AgNO3 0,014 N, lalu diamati hingga terbentuk endapan

merah coklat yang stabil, kemudian dicatat volume AgNO3yang digunakan.

Perlakuan diberikan terhadap semua sampel yang telah diambil secara acak yaitu

S1, S2, S3, S4, dan S5.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil pemeriksaan sampel air bersih yang dilakukan di Laboratorium

Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, sampel yang digunakan adalah air

bersih yang berasal dari air sumur yang berada dikota Binjai, dengan cara

pengambilan acak sampel dengan mengambil setiap kecamatan satu sampel, dan

penetapan kadar ini dilakukan dengan metode Argentometri. Sampel dimasukkan

pada wadah botol plastik yang sudah dicuci dengan sampel sebanyak 3 kali dan

sampel disimpan pada suhu 25°C atau suhu kamar. Pada penetapan kadar klorida

ini, menggunakan standar kualitas air bersih dari Peraturan Menteri Kesehatan RI.

No. 416/MENKES/PER/IX/1990.

Tabel 4.1 Hasil Penetapan Klorida Pada Air Bersih

No Sampel Larutan Blanko Volume Titrasi Kadar


1 S1 0,38 ml 0,88 ml 2,481 mg/L
2 S2 0,38 ml 7,48 ml 35,237 mg/L
3 S3 0,38 ml 2,61 ml 11,067 mg/L
4 S4 0,38 ml 5,31 ml 24,467 mg/L
5 S5 0,38 ml 7,92 ml 37,421 mg/L

Rata-rata volume titrasi


1+0,78+0,86 8,2+7,22+7.02
S1 = = 0,88 mL S2 = = 7,48 mL
3 3

2,56+2,62+2,65 4,9+5,46+5,57
S3 = = 2,61 mL S4 = = 5,31 mL
3 3

8,31+8.02+7,43
S5 = = 7,92 mL
3

Universitas Sumatera Utara


4.2 Pembahasan

Metode penetapan kadar yang digunakan untuk menentukan klorida, salah

satunya adalah metode Argentometri. AgNO3akan bereaksi dengan NaCl

membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Jika semua Cl- sudah habis

bereaksi dengan perak Ag+ dari AgNO3, maka sisa Ag+ akan bereaksi dengan

kromat dari indikator potassium chromate(K2CrO4) yang ditambahkan. Setelah

Ag+dan kromat bereaksi, maka akan membentuk endapan berwarna merah bata.

Terbentuknya endapan tersebut sebagai titik akhir titrasi (Sastrohamidjono 2011).

Metode Argentometri memiliki kelebihan yaitu mudah dilakukan,

sedangkan, kelemahan titrasi Argentometri adalah jika terjadi kelebihan titrasi

akan menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivaklen tercapai,

sehingga titik akhir titrasi tidak akurat. Selain itu indikator kalium kromat juga

harus dengan konsentrasi tertentu, jika kelebihan warna kalium kromat akan

menjadi kuning sehingga perubahan warna pada saat titik ekivalen sulit dilihat

karena kalium kromat bereaksi dengan AgNO3 membentuk Ag2Cr2O4 yang

berwarna cream(Hermann dan Goffried, 1985).

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/1990 tentang syarat-

syarat dan pengawasan kualitas air bersih, maka dinyatakan bahwa konsentrasi

klorida dalam air bersih maksimal sebesar 600 mg/L. Dari hasil yang didapat

bahwa kandungan Klorida di dalam sampel air bersih sebesar pada S1 2,481 mg/L,

S235,237 mg/L, S3 11,067 mg/L, S4 24,467 mg/L dan S537,421 mg/L. Berdasarkan

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan klorida didalam sampel air

bersih sudah memenuhi kualitas air bersih karena masih berada pada rentang yang

telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Klorida mencapai air dengan

Universitas Sumatera Utara


banyak cara seperti dari kotoran manusia khususnya urin, klorida yang sudah kita

komsumsi akan keluar bersama dengan urin dengan jumlah yang kira-kira sama

yang telah dikomsumsi lewat makanan dan minuman. Klorida dalam konsentrasi

yang layak adalah tidak berbahaya bagi manusia. Klorida yang berikatan dengan

Natriumdapat menyebabkan rasa asin di dalam air bersih (air sumur), dan dapat

merusak pipa-pipa air berada di sumur (Effendi 2003).

Meminum air yang mengandung klorida memiliki kemungkinan lebih besar

untuk terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Untuk wanita

hamil dapat melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau saraf tulang

belakang dan ketika menggunakan pembersih atau pencuci yang mengandung

klorida, air pembuangan tersebut meresap ke dalam tanah dan mencemari sumur

yang merupakan sumber air bersih rumah tangga (Hasan, 2006).

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penetapan kadar klorida dalam air bersih di kota Binjai dengan metode

Argentometri yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penetapan kadar

klorida yang dilakukan pada air bersih sebagai sampel diperoleh kadar yang

paling tertinggi adalah S5 yaitu 37,421 mg/L dan terendah adalah S1 yaitu 2,481

mg/L.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar klorida didalam

sampelair bersih di kota Binjai sudah memenuhi kualitas air bersih karena masih

berada pada rentang yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI.

No. 416/MENKES/PER/IX/1990.

5.2 Saran

Hendaknya kepada masyarakat kota Binjai untuk menjaga kebersihan

utamanya penyediaan air bersih terutama air bersih yang berasal dari sumur .

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Andi

Agusnar, H. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: Penerbit USU Press

Budiman, C. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolahan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Gabriel, J. F. (2001). Fisika Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit


Hipokrates

Hasan, A. (2006). Dampak Penggunaan Klorin. Jurnal Teknologi Lingkungan.


P3TL-BPPT.7.(1)

Heryando, P. (2008). Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta

J. Roth. Hermann dan Blaschke, Goffried. (1985). Analisis Farmasi. Yogyakarta:


Penerbit Gadjah Mada University Press

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Penerbit


Rineka Cipta

Ryadi, S. (1984). Pencemaran Air : Dasar-Dasar Dan Pokok


Penanggulangannya. Jakarta: Penerbit Karya Anda

Ryadi, S. (1984). Pengantar Kesehatan Lingkungan : Dimensi Dan Tinjauan


Konsepsual. Jakarta: Penerbit Karya Anda

Sastrohamidjono. (2011). Metode Mohr. http://chemistry.uii.ac.id/artikel/metode-


mohr.html. diakses 5 mei 2016

Slamet, Juli Soemirat. (2007). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University

Sutrisno, T. C. (1991). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit Rineka


Cipta

Underwood, A.L dan Day, R.A. (1994). Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi ke-4.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Universitas Sumatera Utara


Underwood, A.L dan Day, R.A. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi ke-6.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Waldbott, G. L. (1978). Health Effect of Environmental Pollutants, The C. V.


Mosby Co. USA: Missoury

Wardhana, W. A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Cetakan Keempat.


Yogyakarta: Penerbit Andi

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Format Kualitas Air Bersih Permenkes No.

416/Menkes/Per/IX/1990

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Gambar Alat dan Bahan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Perhitungan Data Sampel

Rumus Perhitungan Kadar Klorida :

(A − B) x N x 35,450
R = x 1000
Vol. Sampel

Ket: A = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel (mL)

B = Volume larutan baku AgNO3 untuk tittasi blangko (mL)

N =Normalitas larutan baku AgNO3 ( mg ek/mL)

(0,88−0,38) x 0,014 x 35,450


S1 = x 1000 = 2,481 mg/L
100ml

(7,48 −0,38) x 0,014 x 35,450


S2 = x 1000 = 35,237 mg/L
100ml

(2,61−0,38) x 0,014 x 35,450


S3 = x 1000 = 11,067 mg/L
100ml

(5,31−0,38) x 0,014 x 35,450


S4 = x 1000 = 24,467 mg/L
100ml

(7,92−0,38) x 0,014 x 35,450


S5 = x 1000 = 37,421 mg/L
100ml

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai