TUGAS AKHIR
Oleh:
RANI AGATHA PRISCA
NIM 142410015
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
RANI AGATHA PRISCA
NIM 142410015
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
RANI AGATHA PRISCA
NIM 142410015
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing,
Disahkan Oleh:
Dekan,
Judul Tugas Akhir : Penentuan Kadar Sitronellal dan Bobot Jenis Minyak
Sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang
diproduksi oleh Masyarakat Aceh
dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah menyebutkan atau mencantumkan sumbernya di
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas
akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi
tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Materai
Rp 6.000
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa,
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya sehingga
Sitronellal dan Bobot Jenis Minyak Sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang
Tujuan penyusunan Tugas Akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun
berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Medan.
jika tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, penulis
megucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
1. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
2. Bapak Popi Patilaya, S.Si,. M.Sc. Apt., selaku Ketua Program Studi
Sumatera Utara.
apapun.
7. Sahabat-sahabat penulis
perkuliahan.
sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.Semoga Tugas Akhir ini
Abstrak
Minyak sereh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang cukup berperan
bagi Indonesia. Sekitar 80% minyak sereh yang diproduksi Indonesia di ekspor ke
berbagai negara. Minyak Sereh bersifat multi khasiat dalam industri parfum
sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi dan dalam industri farmasi
obat-obatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadarsitronellal dan bobot jenis
minyak sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi oleh Masyarakat
Aceh memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia
(SNI).
Sampel yang digunakan adalahminyak sereh yang diproduksi oleh
Masyarakat Aceh. Penentuan kadar sitronellal dan bobot jenis dilakukan menurut
SNI 06-3953-1995.
Hasil penelitian menunjukkan bahwakadar sitronellal dari minyak sereh
sebesar 48,296%, dimana kadar ini melampaui batas minimum 35%. Dan bobot
jenis dari minyak sereh sebesar 0,880, dimana hasil tersebut berada diantara nilai
yang ditetapkan oleh SNI 06-3953-1995 yaitu 0,880-0,922.
Minyak sereh yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh mempunyai kadar
sitronellal dan bobot jenis yang memenuhi persyaratanSNI 06-3953-1995.
Kata kunci:minyak sereh, sitronellal, bobot jenis.
ABSTRAK .........................................................................................................vi
1.2 Tujuan................................................................................................ 2
2.2.3Deskripsi ................................................................................6
2.5Sitronellal ...........................................................................................10
3.5Prosedur ..............................................................................................14
.................................................................................................................174.
Tabel
Lampiran
PENDAHULUAN
Minyak atsiri dalam Bahasa Inggris disebut essential oils, etherial oils dan
terbang,bahkan ada pula yang menyebut minyak kabur karena minyak atsiri
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,
batang, kulit, daun, bunga, buah atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol
antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau
wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya dan umumnya larut
(Agoes,2007).
Minyak sereh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang cukup berperan
bagi Indonesia. Ekspor minyak ini hampir mendominasi seluruh ekspor minyak
atsiri Indonesia, terutama di tahun 1970-an. Pada saat ini hampir 80% pengusaha
mancanegara meminta minyak sereh produksi Indonesia. Maka dari itu diperlukan
Rahmayati, 2002).
Minyak Sereh bersifat multi khasiat dalam industri parfum sebagai pewangi
dalam berbagai produk minyak wangi; dalam industri farmasi obat-obatan; bahkan
(Yulvianti,2014).
Penentu mutu minyak sereh yang memberikan dampak bagi produk industri
antara lain nilai bobot jenis dan kadar sitronelal. Maka dari itu, penulis membuat
Tugas Akhir dengan judul “Penentuan Kadar Sitronellal dan Bobot Jenis Minyak
dan bobot jenis minyak sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Sejak dahulu orang telah mengenal berbagai jenis tanaman yang memiliki
bau spesifik.Bau tersebut bukan ditimbulkan oleh bunganya, tetapi oleh tanaman,
proses hidupnya sebagai suatu produk metabolit sekunder yang disebut minyak
atsiri (Gunawan,2004).
bersama uap air. Sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah
menguap pada suhu kamar (sering digunakan untuk parfum). Selain itu,
mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang
Minyak atsiri pertama kali diisolasi pada tahun 1300 oleh Arnold de
Minyak atsiri dari tanaman dapat diperoleh dengan cara berikut ini :
a. Penyulingan (destilasi)
dengan air dan uap sertapenyulingan dengan uap. Destilasi juga dipengaruhi oleh
besarnya tekanan uap, bobot molekul dari tiap-tiap komponen yang berada dalam
minyak atsiri serta kecepatan pengeluaran minyak atsiri dari simplisia(Lutony dan
Rahmayati, 2002).
atsiri dengan cara penyulingan seperti tidak dapat diaplikasikan untuk minyak
atsiri yang terurai oleh pengaruh panas dan air. Misalnya minyak atsiri yang
minyak atsiri yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk
(citrus). Juga terhadap minyak-minyak atsiri yang bau dan warnanya berubah
akibat pelarut penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang
rendemennya relatif besar. Bila tidak, nantinya hanya akan habis di dalam proses
(Gunawan,2004).
toluene dan sebagainya dalam suatu ekstraktor. Produk yang dihasilkan berupa
masa setengah padat, seperti malam. Kemudian masa diekstraksi ulang dengan
ditambah malam dan minyak atsiri dalam alkohol. Larutan minyak atsiri dalam
alkohol yang disuling, pada suhu dan tekanan rendah akan menghasilkan minyak
dan hanya menggunakan lemak. Proses ini ditujukan untuk minyak atsiri yang
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Nama daerah di Indonesia untuk tanaman sereh wangi antara lain sere
2.2.3 Deksripsi
tanah yang sesuai dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang yang sudah
masak. Pemakaian pupuk kandang yang belum masak justru dapat menjadi
(Santoso,1992).
laut, iklim lembab dengan curah hujan teratur menghasilkan minyak berkualitas
tinggi. Hasil minyak sereh yang paling tinggi diperoleh dari tanaman yang
ditanam pada tanah geluh pasiran dengan pH 6,00 hinga 6,50. Sedangkan tanah
Daerah yang beriklim panas dengan cukup sinar matahari dan curah hujan
setiap tahun berkisar 200 hingga 250 cm merupakan syarat utama untuk
berkepanjangan atau curah hujan yang berlebihan akan merusak tanaman sereh.
(Santoso,1992).
Tanaman sereh tumbuh paling baik pada ketinggian 180 hingga 450 m di
atas permukaan laut.Pada ketinggian yang lebih tinggi dari pada 450 m,
(Sastrohamidjojo,2004).
hujan.Rumpun tanaman sereh yang sehat dibagi menjadi beberapa bagian. Dua
batang tanaman yang mengandung akar sehat ditanam dalam setiap lubang dengan
kedalaman 15cm. Pada tanah yang subur jarak tanaman berukuran 90x90 cm atau
ukuran 75x75 cm. Sedangkan jarak tanaman lebih dekat daripada 75x75 akan
Panen dikerjakan pada pagi hari dan tidak pada saat hujan. Pemotongan
terlalu pendek akan menyebabkan minyak yang dihasilkan rendah yang berarti
juga akan mengurangi hasil minyak secara keseluruhan. Hasil panen daun sereh
wangi dari kebun, atau hasil yang telah dirajang, kemudian dijemur. Cara
Lama pengeringan sekitar 3-4 jam, atau kandungan airnya tinggal sekitar
yaitu, tipe Ceylon. Tipe yang pertama diperoleh dengan cara destilasi daun dari
Kadinen, Vanilin, dan Elemol. Beberapa dari senyawa tersebut hanya ada tiga
senyawa yang kuantitasnya besar yaitu sitronelal, sitronelol dan geraniol. Dengan
Sitronelol 11-15%(Sastrohamidjojo,2004).
pikiran. Minyak ini juga merupakan salah satu deodoran alami, dan dapat
digunakan untuk perawatan kulit. Namun, tidak dianjurkan bagi wanita hamil
(Agusta,2000).
Selain itu minyak sereh merupakan salah satu minyak atsiri yang paling
penting dan merupakan sumber dari beberapa komponen yang dapat diisolasi,
mentol sintetik dan ester geraniol), sebagai disinfektan, bahan pengikat dan bahan
Mutu minyak sereh khususnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu mutu dan
Penilaian kemurnian minyak atsiri dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan
indeks bias dan tingkat kelarutannya dalam alkohol (Lutony dan Rahmayati,
2002).
tinggi daripada 35%, dan jumlah total alkohol harus lebih besar daripada
35%(Sastrohamidjojo,2004).
Pada tahun 1951 juga sekitar tahun 1970, kualitas minyak sereh turun. Hal
ini disebabkan kebutuhan minyak sereh pada saat tersebut naik, hingga untuk
tanaman sereh sebelum waktunya dan sebagai akibat, kandungan sitronellal dan
kini pemalsuan minyak atsiri mudah diketahui karena pihak konsumen atau
importir telah memiliki peralatan untuk mengukur tingkat kemurnian dan adanya
juga memberlakukan standar mutu secara umum (Lutony dan Rahmayati, 2002).
pertama adalah uji organoleptik, dan tahap kedua uji sifat fisik dan kimia yang
bias, total geraniol, sitronellal, kelarutan dalam etanol 80% dan zat asing.
Parameter syarat mutu minyak sereh dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.
2.5 Sitronellal
atsiri yang disebut Oleum citronellae, sedangkan bahan aktif yang mematikan
bagi hama adalah Sitronellal dan Geraniol. Dalam konsentrasi tinggi senyawa
sitronelal ini memiliki sifat racun kontak.Sebagai racun kontak, zat tersebut
menerus. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena kekurangan cairan.
(Yulvianti,2014).
seperti silika gel dan anhidrida asetat akan mengalami siklisasi menjadi isopulegol
sekitar 10% dari produk total dunia minyak sereh. Penggunaan yang terpenting
digunakan secara luas dalam pewangi untuk sabun dan kosmetika. Sejumlah orang
(Sastrohamidjojo,2004).
dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada
temperatur yang sama. Istilah bobot jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah;
akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Sifat ini merupakan
salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu
sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk
salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri.
Dari seluruh sifat fisika - kimia, nilai bobot jenis sudah sering dicantumkan dalam
wadah yang terbuat dari gelas umumnya berkapasitas 10-100 ml, bersumbat kaca
asah dilengkapi dengan termometer, terdapat pipa dengan sisi bertanda yang
METODE
(UPT. PSMB) Medan yang bertempat di Jalan STM No. 17 Kampung Baru,
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sereh yang
3.3 Alat
Alat yang digunakan adalah alat asetilasi, alat pemanas, alat penyabunan,
buret 50 ml (pyrex), corong pisah 250 ml, gelas ukur 10 ml (pyrex),gelas ukur 50
kaca tahan alkali, labu ladenburg 100 ml, lampu uap natrium, neraca analitik
clorida, bromofenol blue larut dalam etanol, es batu, etanol 80%, etanol
kalium iodida, kertas lakmus, larutan asam khlorida (HCl) 0,5 N, larutan jenuh
0,5N dalam etanol 95%, larutan natrium karbonat (Na2CO3) dalam natrium
3.5 Prosedur
kedalam labu yang berisi 700 mg contoh minyak, labu Erlenmeyer yang telah
contoh minyak kemudian didihkan dengan refluks selama beberapa waktu dan
asam klorida yang terdapat dalam buret sampai terjadi warna kehijau-hijauan.
yang disimpan semula. Campuran yang separuhnya lagi dinetralkan sampai timbul
warna kuning muda, kemudian dipindahkan kembali kedalam labu yang satu lagi,
kosong itu. Dilanjutkan cara ini sampai suatu saat dimana penambahan tetes asam
klorida kedalam larutan yang ada didalam salah satu dari kedua labu itu tidak lagi
terdapat dalam labu kedua.Sebagai alternative titrasi ini dapat dilakukan dengan
pengujian blanko dengan pereaksi-pereaksi yang sama mengikuti cara kerja yang
sama pula
Contoh perhitungan :
𝑀𝑀(𝑉𝑉0−𝑉𝑉1)
Kadar sitronellal =
20 𝑚𝑚
Keterangan :
m = massa cuplikan yang diperiksa
V1 = volume larutan asam klorida yang digunakan dalam penentuan
V0 = volume larutan asam klorida yang digunakan dalam pengujian
blanko
M = massa molar relative dari aldehida atau keton yang dimasukkan
kedalam standar untuk minyak sereh.
etanol dan dietil eter. Lalu dikeringkan bagian dalam piknometer tersebut denga
arus udara kering dan sisipkan tutupnya. Dibiarkan piknometer di dalam lemari
timbangan selama 30 menit dan timbang (m). Setelah itu, diisi piknometer dengan
piknometer ke dalam pengas air pada suhu 20oC ± 0,2oC selama 30 menit. Dan
dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang dengan isinya (m1).
Kemudian dikosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol dan dietil eter,
Dicelupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20oC ± 0,2oC
timbangan (m2).
Contoh perhitungan :
20 𝑚𝑚2−𝑚𝑚
Bobot jenis = 𝑑𝑑 =
20 𝑚𝑚1−𝑚𝑚
Keterangan :
m =massa piknometer kosong (g)
m1 =massa piknometer berisi air pada 20oC (g)
m2 =massa piknometer berisi contoh pada 20oC (g)
dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya, salah satunya yaitu
wangi. Semakin lama penyulingan maka kadar sitronellal semakin naik sampai
semkin banyaknya panas yang diterima oleh sereh wangi untuk menguapkan
minyak dari sereh wangi tersebut, sehingga kadar sitronellal semakin tinggi. Pada
penyulingan lebih dari 4 jam kadar sitronellal semakin turun, hal ini disebabkan
Bobot jenis pada minyak sereh pada penelitian ini sebesar 0,880 (tabel
4.1).Hasil tersebut berada pada rentang batas nilai SNI 06-3953-1995 yaitu 0,880-
0,922. Hal ini menandakan kemungkinan minyak sereh yang diuji Masyarakat
densitas (bobot jenis) minyak yang tinggi dikarenakan lamanya waktu destilasi.
Keterangan :
m =massa piknometer kosong (g)
m1 =massa piknometer berisi air pada 20oC (g)
m2 =massa piknometer berisi contoh pada 20oC (g)
Bobot jenis istilah lainnya adalah berat jenis. Berat jenis minyak atsiri
atau senyawa polimer dalam minyak maka akan meningkatkan densitas minyak.
Semakin lama waktu destilasi akan terjadi peningkatan konsentrasi minyak yang
penyusun minyak atsiri, baik itu senyawa yang bertitik didih tinggi atau rendah
(Sebayang,2011).
BAB V
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan kadar sitronellal dan bobot jenis dari minyak
sitronellal dan bobot jenis minyak sereh SNI 06-3953-1995 yaitu min 35% dan
0,880-0,922.
5.2 Saran
penentuan bobot jenis minyak sereh dibuat triplo agar hasil lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Sebayang, E.P.P. (2011). Minyak sereh wangi (Citronella oil)di UKM Sari
Murni.Tugas Akhir. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Keterangan :
M = massa molar relative dari aldehida atau keton yang dimasukkan
kedalam standar untuk minyak sereh
m = massa cuplikan yang diperiksa
V1 = volume larutan asam khlorida yang digunakan dalam penentuan
V0 = volume larutan asam khlorida yang digunakan dalam pengujian
blanko
Diketahui :
M = 154,24
m = 0,7370 gram
V0 = 9,1ml
V1 = 4,5ml
Perhitungan :
154,24 (𝑉𝑉0−𝑉𝑉1)
Kadar sitronellal 1=
20 𝑚𝑚
154,24 (9,1−4,5)
=
20 (0,7370)
= 48,1345
Diketahui :
M = 154,24
m = 0,7321 gram
V0 = 9,1ml
V1 = 4,5ml
Perhitungan :
154,24 (𝑉𝑉0−𝑉𝑉1)
Kadar sitronellal 2=
20 𝑚𝑚
154,24 (9,1−4,5)
=
20 (0,7321)
= 48,4567
sitrone llal 1 +sitrone llal 2
Rata-rata kadar sitronellal =
2
48,1345+48,4567
=
2
Diketahui :
m = 28,8200g
m1 = 38,5100g
m2 = 37,3431g
Perhitungan :
20 𝑚𝑚2−𝑚𝑚
Bobot jenis 1𝑑𝑑 =
20 𝑚𝑚1−𝑚𝑚
37,3431g– 28,8200 g
=
38,5100 g – 28,8200 g
= 0,8796
Diketahui :
m = 38,3514 g
m1 = 88,2252g
m2 = 82,1659 g
Perhitungan :
20 𝑚𝑚2−𝑚𝑚
Bobot jenis 2𝑑𝑑 =
20 𝑚𝑚1−𝑚𝑚
82,1659 g – 38,3514 g
=
88,2252 g − 38,3514 g
= 0,8785
Bobot 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 1+𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 2
Rata-rata Bobot Jenis =
2
0,8796+0,8785
=
2
= 0,880