Disusun oleh :
P117335112032
JURUSAN FARMASI
2015
Disusun oleh :
P17335112032
Pembimbing
ii
Disusun oleh :
Ketua :
( )
Dra. Mimin Kusmiati, M.Si.
NIP : 19630811 199403 2 001
Anggota :
( )
Dra. Sri Redjeki, M.Si
NIP : 19511030 197711 2 001
Anggota :
( )
Dra. Ganthina Sugihartina, M.Si.,Apt
NIP : 19630628 199003 2 002
iii
Aku tak sebaik seperti apa yang kau ucapkan, tetapi aku pun tak seburuk seperti
apa yang terlintas di hatimu. (Ali bin Abu Thalib)
Dipersembahkan kepada Kedua Orang Tua, kakak tercinta, keluarga besar Bapak
Alm.H.Waris dan keluarga besar Bapak Maih.
Terima kasih kepada sahabat tercinta, kalian adalah orang lain yang telah aku
pilih sebagai keluargaku.
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Assalammu’alikumW.W.,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
nikmat-Nya lah penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah hingga selesai.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW.
tulis yang berjudul “Validasi Metode Penetapan Kadar Parasetamol dan Kafein
kadar dalam sediaan farmasi yang sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi IV.
Karya tulis ilmiah dilakukan melalui proses tahapan yang cukup panjang
sehingga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah hingga
penulis tidak dapat terlepas dari bantuan dan peran serta berbagai pihak. Penulis
1. Dra. Mimin Kusmiati M,Si., selaku Ketua Jurusan Famasi dan pembimbing
karya tulis yang telah memberikn arahan, serta membanu penulis baik dalam
vii
ini.
4. Dedi Kurnia, M.Si dan Fini Ainun Q.W,S.Si, selaku laboran di Laboratorium
membantu selama proses dari pengenalan alat, preparasi hingga membuat hasil
laporan.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna dan masih membutuhkan saran dan kritik untuk perbaikan, serta
penelitian yang lebih lanjut. Semoga apa yang telah dihasilkan ini dapat
bermanfaat. Aamiin.
Wassalammu’alaikum W.W.,
Bandung,
Penulis,
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
ix
x
4.2 Pembahasan
LAMPIRAN ................................................................................................ 41
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
campuran zat aktif. Campuran tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan efek
terapi dan kemudahan dalam pemakaian. Salah satu campuran zat aktif yang
obat mutlak diperlukan untuk menjamin bahwa sediaan obat mengandung bahan
dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan serta diikuti dengan prosedur
dkk.,2011)
Parasetamol adalah salah satu obat yang umum digunakan di dunia sebagai
prostaglandin, sehingga membantu untuk mencegah sakit kepala dan nyeri lainnya
seperti migrain, sakit kepala, nyeri otot, neuralgia, sakit punggung, nyeri sendi,
linu, nyeri umum, sakit gigi, dismenore dan juga digunakan untuk pengurangan
demam bakteri atau virus. Sangat cocok digunakan sebagian besar orang,
termasuk anak-anak muda dan tua, namun jika digunakan secara terus-menerus
digunakan sebagai diuretik dan stimulan saraf pusat. Kombinasi parasetamol dan
1
2
dagang. Kombinasi tersebut digunakan untuk mencapai efek yang lebih baik dan
toksisitas yang lebih rendah, sangat penting untuk mengontrol isi kadar
kandungan yang bervariasi dengan konsentrasi kafein yang terbilang lebih kecil
dan kedua zat aktif tersebut memiliki nilai serapan maksimum pada panjang
3
parasetamol dan kafein pada tablet kombinasi tanpa pemisahan terlebih dahulu
tinggi?
4
optimum analisis parasetamol dan kafein dengan kolom C18 dan detektor UV,
serta untuk mengetahui nilai presisi, linearitas, akurasi, batas deteksi dan batas
kuantifikasi dari parasetamol dan kafein dengan metode KCKT yang dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parasetamol
orang dewasa, hal ini tidak menjadi kendala karena akan di reduksi oleh enzim
hemoglobin. Tetapi, pada bayi dan anak-anak hal ini perlu perhatian mengingat
sistem enzim pereduksi belum di bentuk secara sempurna oleh tubuh. (Mutschler,
1999)
5
6
Pada dosis yang berlebih parasetamol dapat menyebabkkan nekrosis sel
hati yang parah, dengan kata lain hepatotoksik. Hal ini terjadi karena metabolit
parasetamol berikatan dengan protein sel hati sehingga terjadi reaksi akibat
oksidasi mikrosomal pada protein sel hati. Parasetamol memiliki dosis lazim
2.2 Kafein
dalam biji kopi berasal dari Arab dan Etiopia. Kafein berkhasiat untuk
menstimulasi sistem saraf pusat dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar,
Penggunaannya sebagai penyegar yang bekerja secara adiktif. Efek samping yang
7
timbul akibat konsumsi kafein lebih dari 10 cangkir kopi sehari adalah jantung
sukar tidur. Kadar kafein yang terkandung dalam satu cangkir kopi adalah 80-100
mg.
Dosis kafein pada keadaan rasa letih 100-200 mg per hari dengan
pemakian 1-3 kali sehari, sehingga dosis penyesuaian yang digunakan bersama
dengan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian
massa (MS).
analit melalui fase diam dengan gerakan fase gerak cair yang digunakan untuk
menguap.
8
2.3.1 Komponen Pokok KCKT
1. Fase Gerak
Fase gerak terdiri atas campuran pelarut yang secara keseluruhan dapat
bercampur dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ditentukan
oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-
komponen sampel. Untuk fase normal, fase diam lebih polar daripada fase
Sementara untuk fase terbalik, fase diam kurang polar daripada fase gerak
Fase gerak diletakkan dalam wadah gelas yang dapat menampung fase
gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Pada saat membuat pelarut, buffer dan
reagen sangat dianjurkan dengan pelarut yang memiliki kemurnian tinggi dan
lebih terpilih lagi jika pelarut yang akan digunakan untuk KCKT adalah
2. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa harus inert
secara tepat, reprodusibel, konstan dan bebas dari gangguan. Tipe pompa
terdapat dua jenis, namun sejauh ini yang umum digunakan adalah pompa
Sampel yang akan di analisis dibuat dalam bentuk cair dan larutan,
Pada saat penyuntikkan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati
4. Kolom
Terdapat dua jenis kolom pada KCKT, yaitu kolom konvensional dan
panjang bervariasi (3, 10, 15, 20 dan 25cm) dengan diameter luar 0,25 inchi
dan diameter dalam 4,6 mm. Di dalam kolom terdapat fase diam dengan
ukuran yang sama rata-rata diameter partikel 3,5 atau 10 µm dengan porositas
500-3000 psi.
dengan berkurangnya ukuran partikel fase diam, akan tetapi umur kolom
10
5. Fase diam
adalah polar dan sedikit asam. Fase diam silika yang banyak digunakan
Oktadesil silika merupakan silika yang dimodifikasi secara kimiawi dan hasil
reaksi tersebut adalah silika fase terikat yang stabil terhadap hidrolisis. Silika
6. Detektor
detektor universal yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat
spesifik, dan tidak bersifat selektif. Detektor yang spesfifik hanya akan
sebagian besar senyawa obat mempunyai struktur yang dapat diserap sinar
gugus kromoforik.
11
digunakan jika terhubung dengan komputer. Dengan kata lain, alat ini
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi mempunyai berbagai bentuk yang sesuai untuk
berbagai jenis solut yang berbeda dan mampu memisahkan solut dalam campuran.
Oleh karena itu, terdapat 4 deskriptor umum yang digunakan untuk melaporkan
12
1. Faktor Retensi
berikut:
V! − V!
𝑘! =
V!
𝑡! − 𝑡!
=
𝑡!
K’ : faktor kapasitas
Jika faktor kapasitas dari suatu analit kurang dari satu, maka elusinya
berlangsung sangat cepat yang artinya analit tertahan sedikit demi sedikit
oleh kolom dan terelusi dekat puncak yang tidak di retensi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pemisahan kurang baik dan waktu retensi sulit diukur
dengan cermat.
menunjukkan bahwa waktu elusi sangat lama dan kurang berarti untuk
yang baik.
2. Efesiensi (N)
retensi, yakni lamanya waktu komponen atau molekul yang akan di analisis
dengan persamaan :
!
𝑡!
𝑁 = 16
𝑤
kromatografi adalah tinggi lempeng (H) atau biasa disebut HETP (High
𝐿
𝑁 =
𝐻
L : panjang kolom
Kolom yang memberikan jumlah lempeng (N) yang besar dan nilai HETP
campuran yang lebih baik yang berarti bahwa efisiensi kolom adalah besar.
Semakin besar harga N/L atau makin kecil H, maka kolom yang dipakai
3. Resolusi
dipisahkan. Nilai Rs harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan
4. Tailing factor
konsentrasi solut dalam fase diam terhadap konsentrasi solut dalam fase
gerak. Kurva isotern akan berubah menjadi dua jenis puncak asimetris yakni
15
𝑊!,!"
𝑇 =
2 𝑓
maka kolom yang dipakai semakin kurang efesien. Dengan demikian harga
sampel dengan tingkat akurasi dan persisi yang tinggi. Validasi metode yang
sempurna hanya dapat terjadi jika metode tersebut sudah dikembangkan dan
sudah dioptimasi.
reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode
16
1. Kecermatan (akurasi)
antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai
perolehan kembali analit yang ditambahkan dan ditentukan dengan dua cara
kesalahan yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks dapat
17
Tabel 2.1 Nilai Rentang Kesalahan pada Konsentrasi Analit
Analit pada matrik sampel (%) Rata-rata yang diperoleh (%)
100 98-102%
>10 98-102%
>1 97-103%
>0,1 95-105%
0,01 90-107%
0,001 90-107%
0,000.1 (1ppm) 80-110%
0,000.01 (100ppb) 80-110%
0,000.001 (10ppb) 60-115%
0,000.000.1 (1ppb) 40-120%
2. Presisi
100 𝑥 𝑆𝐷
𝑅𝑆𝐷 =
𝑋
∑ Ẋ!! !
𝑆𝐷 = !!!
18
3. Uji linearitas
beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat kecil
LOD merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit
berada di atas atau di bawah nilai tertentu. Syarat limit deteksi adalah
sebesar tiga kali noise, yang akan dibandingkan dengan tinggi puncak dari
dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat
19
2.5 Kerangka Konsep
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang berlaku.
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
21
Pharma Spec).
22
diperoleh dibuat kurva kalibrasi, tentukan nilai presisi, akurasi, batas deteksi dan
batas kuantisasi.
dilarutkan dalam labu ukur 10,0 ml dengan methanol HPLC grade, sehingga
didapat konsentrasi kedua larutan standar adalah 1000 ppm. Larutan standar
parasetamol di encerkan menjadi 100 ppm dan larutan standar kafein 10 ppm.
C18 dengan laju alir eluen 0,5 ml/menit dan detektor UV dengan panjang
23
kromatogram USP.
Parameter Persyaratan
Resolusi Rs ≥ 1,5
masing 1000 ppm dan diencerkan menjadi konsentrasi parasetamol 100ppm dan
ppm; 50 ppm : 6 ppm; 60 ppm : 8 ppm; 80 ppm : 10 ppm; 90 ppm : 12 ppm dan
24
Persyaratan limit deteksi adalah tiga kali noisei yang akan dibandingkan
sehingga didapat bobot rata-rata untuk sampel 1 adalah 700,2mg dan sampel 2
parasetamol 50mg dengan kafein 6,2 mg untuk sampel 1 dan 50mg parasetamol
dengan 3,5mg kafein untuk sampel 2 yang didapat dari cara perhitungan :
25
Sampel 1 :
700,2 mg
x 50 mg = 70,02mg
500 mg
Sampel 2 :
700,5 mg
x 50 mg = 70,05mg
500 mg
Sampel dilarutkan dalam labu ukur 10,0 ml dengan methanol HPLC grade
dengan hasil faktor pengenceran 1000 kali. Kadar sampel dihitung dengan rumus :
KCKT, yaitu LC Solution Analysis dan analisis data untuk linearitas, akurasi dan
26
BAB IV
30 ppm dan kafein 2 ppm dengan kondisi analisis KCKT laju alir 0,5 ml/menit
dan fase gerak air : metanol (70:30) pada panjang gelombang 263nm, didapatkan
retensi 15 menit
27
konsentrasi parasetamol, yaitu 30, 60, 70, 90 dan 120 ppm ke dalam alat KCKT
dengan menggunakan kondisi analisis kolom C18, laju alir eluen 0,5 ml/menit,
detektor UV-Vis dengan panjang gelombang 263 nm dan kondisi isokratik dengan
komposisi fase gerak air : metanol (70:30). Kurva baku parasetamol digunakan
kromatogram parasetamol :
1. 30 2352378
2. 60 5307112
3. 70 5805372
4. 90 9221095
5. 120 11699501
Data yang didapat diplotkan pada grafik tinggi puncak yang dibandingkan
14000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
0
20
40
60
80
100
120
140
menggunakan kondisi analisis kolom C18, laju alir eluen 0,5 ml/menit, detektor
komposisi fase gerak air : metanol (70:30). Kurva baku kafein digunakan untuk
mencari konsentrasi sampel yang dihitung dengan cara membandingkan luas area
dan konsentrasi sampel. Berikut merupakan data linearitas yang di dapat dari
1. 2 121830,8
2. 4 185549,5
3. 6 254087,6
4. 10 434265,6
5. 18 1376411,1
30
Data yang didapat diplotkan pada grafik tinggi puncak yang dibandingkan
1600000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
larutan sampel, hasil nilai perolehan kembali di rata-rata. Hasil rata-rata akurasi
sampel simulasi dilakukan pengukuran 6 kali dan diperoleh nilai RSD untuk
dideteksi. Syarat batas deteksi adalah sebesar tiga kali noise yang akan
= 3 x 50µV
= 150µV
= 0,1234ppm
= 0,2986ppm
sucara kuantitatif dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima. Syarat batas
kuantisasi adalah sepuluh kali noise yang akan dibandingkn dengan tinggi puncak
= 10 x 50µV
= 500µV
!""
LOQ = !"#$" 𝑥 31,804ppm
= 0,4128ppm
= 0,9954ppm
4.2 Pembahasan
komposisi fase gerak yang digunakan air : metanol (3 : 1), laju alir 0,5 mL/menit,
tekanan operasional yang digunakan sebesar 200 kgf/cm2 dengan mode isokratik
33
ukuran 15 cm dengan diameter dalam 4,6 mm. Fase diam yang digunakan adalah
oktadesil silika (C18) sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi IV. Detektor
yang diteliti adalah senyawa obat dan mempunyai gugus kromofor pada panjang
faktor retensi, efesiensi, resolusi dan tailing factor. Hasil parameter tersebut
menunjukkan bahwa waktu yang berlangsung untuk mengelusi solut cukup baik
untuk memisahkan campuran solut, pemisahan yang baik memiliki nilai faktor
kapasitas antara 2 sampai 10. Hasil penelitian standar yang di analisis sebesar
1,826 untuk parasetamol dan 4,207 untuk kafein, maka pemisahan parasetamol
kurang dari 1000 dan hasil uji kesesuaian sistem pada sampel standar nilai
lempeng teoritis parasetamol yang dianalisis sebesar 408,858 dan nilai kafein
sebesar 788,008. Sehingga pita hasil analisis yang dihasilkan dikatakan baik
34
dengan lebar pita yang sempit dan kolom yang digunakan memiliki kemampuan
Nilai resolusi harus mendekati atau lebih dari 1,5 untuk memberikan
pemisahan lebar puncak parasetamol dan kafein yang baik. Nilai resolusi
parasetamol 4,307 dan kafein 3,661 maka pemisahan parasetamol dan kafein
Persyaratan tailing factor senilai sama dengan 1 dan apabila memiliki nilai T lebih
memiliki nilai tailing factor 1,015 dan kafein 0.819, dapat disimpulkan bahwa
untuk pita parasetamol tidak memiliki tailing (ekor) namun untuk kafein memiliki
metode bekerja pada sampel yang mengandung analit tertentu dan menghasilkan
nilai konsentrasi yang diharapkan dalam suatu matriks sampel dengan tingkat
akurasi dan presisi yang tinggi. Parameter yang dilakukan dalam analisis suatu
35
metode analisis penetapan kadar parasetamol dan kafein dalam tablet kombinasi
untuk melihat dan menganalisis nilai terukur dengan nilai yang sebenernya atau
sesuai dengan sumber rujukan, seperti Farmakope yang berlaku. Pada penelitian
parasetamol dan 6,5 ppm kafein yang telah dilarutkan dalam labu ukur 10,0 ml.
pada analit matriks sampel parasetamol dan 80-110% pada analit matriks sampel
dan kafein 6,5 ppm. Hasil presisi dikatakan memiliki kriteria yang sesuai jika
metode memberikan simpangan baku relatif kurang dari 2%. Berdasarkan hasil
pengukuran didapat nilai RSD parasetamol 0,052% dan kafein 0,06%, sehingga
masing persamaan garis f(x) = 107232x - 1E+06 dan f(x) = 82269 x - 132548.
Data linearitas memenuhi jika nilai koefesien korelasi > 0,999 dan hasil koefesien
36
parasetamol sebesar 0,992 dan 0,966 untuk kafein, sehingga linearits untuk
dengan tinggi puncak dari standar terendah yang diperiksa. Nilai batas deteksi
parasetamol dan kafein masing-masing sebesar 0.123 ppm dan 0,2986 ppm yang
sebesar 0,1 ppm parasetamol dan 0,3 ppm kafein namun data hasil analisis tidak
masing-masing sebesar 0,4128 ppm dan 0,9954 ppm yang mendefinisikan bahwa
parasetamol dan kafein pada konsentrasi sampel sebesar 0,4 ppm parasetamol dan
0,9 ppm kafein sehingga data hasil analisis dapat dipertanggung jawabkan dan
46 tahun 2011 s/d 2012 total populasi yang terdapat pada ISO sebanyak sembilan
sampel, namun produk sampel sulit ditemukan di pasaran sehingga sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua sampel yang masih beredar
diperoleh dari hasil analisis untuk parasetamol tablet adalah 90-110% dan kafein
dengan nilai hasil perhitungan kadar 106,53% dan luas area kafein 446906,89
dengan luas area parasetamol 4801846,09 dengan hasil perhitungan kadar sebesar
108,98% dan luas area kafein 215953,05 dengan hasil perhitungan kadar sebesar
135,27%. Dari hasil perhitungan kadar, maka kadar yang terkandung dalam
Indonesia Edisi IV karena kandungan hasil analisis berada pada rentang 90-110%
dan sampel kandungan kafein tidak memenuhi dengan persyaratan kadar kafein
kemungkinan hasil yang tidak sesuai persyaratan pada kafein diakibatkan kurva
Apabila penetapan kadar kafein lebih tinggi dan tidak sesuai dengan
pada efek samping kafein yaitu sebagai stimulan yang dapat mempercepat kerja
jantung, jantung berdebar, sulit tidur, tangan gemetar, meningkatkan sekresi asam
BAB V
5.1 Kesimpulan
0,819.
2. Hasil parameter validasi metode antara lain nilai RSD parasetamol dan
kafein < 2%. Limit deteksi parasetanol sebesar 0,1234 ppm dan kafein
sebesar 0,2986 ppm. Limit kuantisasi parasetamol 0,4218 ppm dan kafein
5.2 Saran
Edisi IV.
berdasarkan ISO volume 46 tahun 2011 s/d 2012 terdapat sembilan nama dagang
menjadi tiga nama dagang saja yang banyak ditemukan dan mudah di dapatkan
dipasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Apoteker Indonesia. 2010. ISO : Informasi Spesialit Obat Indonesia. Vol
46 – 2011 s/d 2012. Jakarta : PT ISFI
Sudjadi. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan IX. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting. Edisi VI.
Cetakan III. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
40
LAMPIRAN
(ppm) (x)
b 3713,5219
R square 0,9837
r 0,9918
41
(ppm) (x)
b 98089,94
R square 0,9809
r 0,990
42
Rata-rata 108,7893
43
Rata-rata 119,14
44
Pengulangan
Kadar Sampel xi-x (xi-x)^2 ∑(xi-x)^2/(n-1)
ke -
Rata-rata 108,79833
Jumlah 0,00653
SD 0,05715
RSD 0,05253
45
Pengulangan
Kadar Sampel xi-x (xi-x)^2 ∑(xi-x)^2/(n-1)
ke -
Rata-rata 119,14
Jumlah 0,01067
SD 0,07305
RSD 0,06131
46
tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar yang
diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat
aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistrubusi
1. 0,697 g
2. 0,695 g
3. 0,713 g
4. 0,709 g
5. 0,691 g
6. 0,700 g
7. 0,701 g
8. 0,691 g
9. 0,703 g
10. 0,694 g
Rata-rata 0,7005 g
47
tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar yang
diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat
aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistrubusi
1. 0,712 g
2. 0,701 g
3. 0,710 g
4. 0,696 g
5. 0,704 g
6. 0,698 g
7. 0,692 g
8. 0,696 g
9. 0,722 g
10. 0,696 g
Rata-rata 0,703 g
48
Sampel 1 Parasetamol :
700,5 mg
×50 mg = 70,05 mg
500
Sampel 1 Kafein :
700,5 mg
×6,5 mg = 70,05 mg
65
Sampel 2 Parasetamol :
703 mg
×50 mg = 70,3 mg
500
Sampel 2 Kafein :
703 mg
×3,5 mg = 70,3 mg
35
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62