Anda di halaman 1dari 97

KARYA TULIS ILMIAH

FORMULASI SEDIAAN SABUN TRANSPARAN DARI


EKSTRAK BIJI PINANG (Areca catechu L.)
SEBAGAI ANTIBAKTERI

Disusun Untuk Memenuhi salah satu


syarat memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi

Oleh:

ADRIANA CORNELI MALUNTOH


NPM. 19512023

PROGRAM STUDI FARMASI D-III


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA
JAYAPURA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH

Formulasi Sediaan Sabun Transparan Dari


Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.)
Sebagai Antibakteri

Oleh:

Adriana C. Maluntoh
NPM.19512023

Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing


Dan Diketahui Oleh Ketua Program Studi
Untuk Diujikan Tim Penguji
Pada hari Selasa, Tanggal 01 Juli 2022

Mengetahui,

Program Studi Farmasi D-III Menyetujui


Ketua Dosen Pembimbing

apt. Rima Anglia, M. Farm apt. Drs. Rakhmad Barus

ii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH

Formulasi Sediaan Sabun Transparan Dari


Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.)
Sebagai Antibakteri

Oleh:
Adriana C. Maluntoh
NPM. 19512023

Telah Diujikan Di Depan Penguji Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Hari Selasa, Tanggal 05 Juli 2022

Dosen Penguji,

apt. Drs. Rakhmad Barus (Pembimbing) (………………...)

Rini Prastyawati, S.Si., M.Si. (Penguji I) (…………………)

apt. Nurul Huda, M. Farm. (Penguji II) (…………………)

Mengetahui,

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi D-III


Dekan Ketua

Herlando Sinaga., S. Kep. M. Si apt. Rima Angelia, M. Farm.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Adriana C. Maluntoh

NPM : 19512023

Tempat/Tanggal Lahir : Ambon 12 Oktober 1989

Alamat : Jln. Sosial padang bulan

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan Judul
“Formulasi Sediaan Sabun Transparan Dari Ekstrak Biji Pinang (Areca
catechu L.) Sebagai Antibakteri” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar Ahli Madya/Kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan didalam daftar pustaka.

Jayapura, 5 Juli 2022

Yang menyatakan

Adriana Corneli. Maluntoh

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap

hatimu, dan janganlah bersandar kepada

pengertianmu sendiri,

Akuilah DIA dalam segala lakumu, maka IA akan

meluruskan jalanmu.”

Amsal 3: 5-6

PERSEMBAHAN
1. Tuhan Yesus Kristus Sang Pemberi Hidup ini yang selalu memberi
hikmat, kepintaran, kekuatan, dan kemampuan serta selalu menyertai,
memberkati, dan menolong penulis dalam segala hal.
2. Kedua orangtua tercinta, Bapak Lukas Hendrik Maluntoh dan Mama
Maria Aloisya Fasak yang selalu mendukung, memberikan semangat,
memberikan cinta, kasih sayang serta doa sehingga penulis bisa
menyelesaikan studi.
3. Suami tercinta Amos Pandit yang selalu mendukung dan memberikan
semangat bagi penulis.
4. Drs.Mozes Dimalouw, apt. dan Drs. Andriasih, apt. yang selalu
meberikan dukungan, memberikan semangat dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan studi.
5. Sahabat-sahabat terkasih Risna Idris, Sally Krake, Merly
Palembangan, Sator Palembangan, Simon Flaminto B. Ndolu,
Febrianti E. Itlay, Hendar P. Wardhana, Thonci L. Kowi. yang selalu
memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.
6. Almamater tercinta Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.

v
Formulasi Sediaan Sabun Transparan Dari Ekstrak
Biji Pinang (Areca catechu L.)
Sebagai Antibakteri

Oleh:

Adriana Corneli. Maluntoh


NPM. 19512023

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Formulasi Sediaan Sabun Transparan dari Ekstrak
Biji Pinang (Areca catechu L.). Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui
Formula terbaik Sediaan Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang. Jenis dari penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan-pendekatan eksperimen laboratorium.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Sains dan Teknologi Jayapura, ± 3 bulan yaitu pada tanggal 21 Maret - 21 Juni 2021.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Biji Pinang yang ada di Wilayah
Kampung Yatu Raharja (Arso x), Distrik Arso, Kabupaten Keerom. Jumlah sampel
dalam penelitian adalah 3 kg. Bahan dasar diambil dari biji pinang dan bahan aktif
diambil dari hasil maserasi selama tiga kali dua puluh empat jam menggunakan pelarut
etanol 70%. Formulasi dilakukan dengan variasi formula I, II, dan III dengan
konsentrasi sukrosa sebagai pembentukan struktur transparansi sabun yaitu 5%, 10%,
15%. Untuk mendapatkan formula terbaik dilakukan evaluasi sediaan meliputi
pengujian organoleptis, pengujian pH, pengujian stabilitas busa, pengujian kadar air,
pengujian stabilitas fisik, dan pengujian iritasi. Hasil penelitian menunjukan formula
terbaik adalah formula III dengan konsentrasi sukrosa sebesar 15% dengan hasil uji
evaluasi organoleptis yang menunjukan bentuk padat transparan, bau khas aroma grape
fruit, warna orange, pH 10,5, stabilitas busa 9,5cm, kadar air 28%, stabil dan tidak
iritasi.

Kata kunci: Biji pinang, Formulasi, Sediaan Sabun Transparan

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Formulasi Sediaan Sabun Transparan Dari Ekstrak Biji
Pinang (Arecha catecchu L.) Sebagai Antibakteri”.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis diberikan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, karena itu dengan penuh rasa hormat dan tulus hati
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
2. Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura.
3. Ketua Program Studi Diploma III Farmasi Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura
4. Dosen Pembibing, apt. Drs. Rakhmad Barus yang telah mendidik dan
membimbing penulis, memberi banyak saran, arahan dan motivasi dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah.
5. Dosen Penguji I, Rini Prastyawati, S.Si., M.Si. yang telah mendidik dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.
6. Dosen penguji II, apt. Nurul Huda, M. Farm. yang telah mendidik dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.
7. Kepala Labolatorium Mikrobiologi Fakultas Ilmi-ilmu Kesehatan Universitas
Sains dan Teknologi Jayapura.
8. Seluruh Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
9. Orang tua, Bapak Lukas Maluntoh dan Ibu Maria Fasak yang telah memberikan
dukungan berupa nasihat dan materi.
10. Suami tercinta Amos Pandit yang telah memberikan dukungan serta semangat
bagi penulis.

vii
11. Drs. Mozes Dimalouw, apt. dan Drs. Andriasih, apt. yang selalu meberikan
dukungan, memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan studi.
12. Sahabat-sahabat terkasih Risna Idris, Sally Krake, Merly Palembangan, Sator
Palembangan, Simon Flaminto B. Ndolu, Febrianti E. Itlay, Hendar P.
Wardhana, Thonci L. Kowi. yang selalu memberikan dukungan dan masukan
kepada penulis.
13. Teman-teman Farmasi dan Analis Kesehatan Angkatan 2019 yang telah
banyak membantu dalam hal penulisan.
Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi penulisan maupun dari segi materi yang disajikan. Oleh karena itu, untuk
kesempurnaan penulisan penulis mengharapkan masukan yang bersifat
membangun dari semua pihak.

Jayapura, 05 Juli 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN KTI .................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xiii
DAFTAR RUMUS ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................... 1
1.2 Perumusan masalah ........................................................... 3
1.3 Tujuan penelitian ............................................................... 3
1.4 Manfaat penelitian ............................................................. 3
1.5 Keaslian penelitian ............................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pinang (Arecha catechu L.) ................................ 5
2.2 Bioaktivitas Antibakteri Biji Pinang ................................... 11
2.3 Simplisia ............................................................................. 12
2.4 Ekstraksi. ............................................................................ 14
2.5 Metode Maserasi ................................................................. 15
2.6 Kulit ..................................................................................... 16
2.7 Tinjauan Tentang Sabun Transparan ................................... 17
2.8 Formulasi Sediaan Sabun Transparan ................................ 22

ix
2.9 Evaluasi Sediaan Sabun Transparan ................................... 24
2.10 Kerangka Konsep ............................................................... 27
BAB III METODE DAN PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................... 31
3.2 Lokasi dan Waktu penelitian .............................................. 31
3.3 Populasi dan sampel ........................................................... 31
3.4 Alat dan Bahan ................................................................... 31
3.5 Rancangan Formulasi ......................................................... 32
3.6 Prosedur Penelitian .............................................................. 36
3.7 Evaluasi Sediaan ................................................................ 39
3.8 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 39
3.9 Analisa Data ........................................................................ 40
3.10 Alur Penelitian .................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................... 42
4.2 Pembahasan ........................................................................ 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 52
5.2 Saran ................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 53

x
DAFTAR TABEL
Tabel Hal.
1.1 Keaslian Penelitian ................................................................................ 4
2.1 Kandungan Buah Pinang ....................................................................... 12
2.2 Jurnal Penelitian Bioaktivitas Ekstrak Biji Pinang ............................... 14
2.3 Definisi Operasional .............................................................................. 33
3.1 Rancangan Formulasi ............................................................................. 35
4.1 Hasil Rendemen Simplisia Biji Pinang .................................................. 42
4.2 Hasil Rendemen Ekstrak Kental Biji pinang ......................................... 42
4.3 Karakteristik Ekstrak Biji Pinang .......................................................... 43
4.4 Identifikasi Fitokimia Biji pinang ......................................................... 43
4.5 Hasil Evaluasi Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang .......................... 44
4.6 Uji Stabilitas Fisik Sediaan Dipercepat.................................................. 45

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal.
2.1 Tanaman Pinang ................................................................................. 5
22 Akar Pinang ....................................................................................... 6
2.3 Batang Pinang ................................................................................... 6
2.4 Daun Pinang ...................................................................................... 7
2.5 Bunga Pinang .................................................................................... 7
2.6 Buah Pinang ...................................................................................... 8
2.7 Struktur Kimia Tanin ........................................................................ 8
2.8 Struktur Kimia Flavanoid .................................................................. 10
2.9 Struktur Kimia Alkaloid .................................................................... 11
2.10 Struktur Kimia Kulit .......................................................................... 19
2.11 Struktur Kimia NaOH ...................................................................... 23
2.12 Struktur Kimia Asam stearat ............................................................. 24
2.13 Struktur Kimia Gliserin ..................................................................... 25
2.14 Struktur Kimia Etanol ....................................................................... 25
2.15 Struktur Kimia Sukrosa ..................................................................... 26
2.16 Struktur Kimia Propilen glikol ........................................................... 27
2.17 Struktur Kimia Asam sitrat ................................................................ 27

xii
DAFTAR BAGAN
Bagan Hal.
2.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 32
3.1 Alur Penelitian ..................................................................................... 41

xiii
DAFTAR RUMUS

Rumus Hal

2.1 Rumus Rendemen Simplisia ............................................................. 16


3.1 Rumus Rendemen Ekstrak .................................................................. 37
3.2 Rumus Kadar Air ................................................................................. 39

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal
1. Data Dan Perhitungan Pembuatan Sabun Transparan Ekstrak Biji
Pinang ................................................................................................... 58
2. Bagan Pengelolahan Sampel Biji Pinang ............................................ 61
3. Bagan Pembuatan Ekstrak Biji Pinang ................................................ 62
4. Bagan Proses Pembuatan Formulasi Sediaan Sabun Transparan Ekstrak
Biji Pinang ........................................................................................... 63
5. Bagan Evaluasi Sediaan Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang ........ 64
6. Dokumentasi Penelitian........................................................................ 65
7. Surat Keterangan Penelitian ................................................................. 74
8. Surat Keterangan Bebas Labolatorium ................................................ 75
9. Surat Keputusan Dekan Tentang Penetapan Dosen Pembimbing
Karya Tulis Ilmiah ............................................................................ 76
10. Surat Keputusan Dekan Tentang Penetapan Dosen Penguji Karya
Tulis Ilmiah ......................................................................................... 77
11. Lembar Asistensi Proposal Karya Tulis Ilmiah .................................. 78
12. Lembar Revisi Proposal Karya Tulis Ilmiah ....................................... 79
13. Lembar Asistensi Karya Tulis Ilmiah .................................................. 80
14. Lembar Revisi Karya Tulis Ilmiah ...................................................... 81

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ terluar yang menjadi pelindung pertama bagi tubuh

manusia, kulit dapat terinfeksi oleh bakteri, virus, jamur, protozoa dan beberapa

kelompok minor lain seperti mikoplasma, riketsia dan klamidia (Siswandono,

2013). Bakteri merupakan kelompok organisme yang paling sering ditemukan di

kulit. Jenis bakteri yang ditemukan di kulit antara lain Propionibacterium, bakteri

ini berkontribusi pada jerawat dan berkembang biak karena produksi minyak yang

berlebih serta pori-pori tersumbat, bakteri Corynebacterium menghasilkan racun

yang menyebabkan penyakit difteri dan bakteri Staphylococcus, bakteri ini

menghasilkan racun yang merusak sel-sel tubuh (Sunaryati, 2017).

Biji buah pinang mempunyai potensi besar sebagai antibakteri. Zat aktif

pada biji pinang yaitu proantosianidin yang merupakan tanin yang terkondensasi

yang termasuk dalam golongan flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai

antibakteri (Ajizah, 2004). Penelitian aktivitas antibakteri dilakukan pada ekstrak

biji pinang dengan ciri-ciri buah berwarna hijau. Aktivitas antibakteri ekstrak biji

pinang diuji menggunakan metode difusi dengan cara sumuran, pada penelitian

sebelumnya, sediaan sabun yang mengandung ekstrak biji pinang dengan

konsentrasi 4.5% memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri dengan

diameter zona hambat sebesar 19,99 mm sehingga masuk dalam kategori kuat

(Indriyani, 2020). Dilihat dari efek antibakteri, maka ekstrak biji pinang dapat

diformulasikan menjadi sediaan sabun transparan.

1
2

Sabun adalah produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak dengan

basa kuat. Sabun dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu sabun cream, sabun

batang, dan sabun cair. Sabun batang dikelompokkan menjadi tiga yaitu

sabun opaque, sabun transparan dan sabun translucent. Ketiga jenis ini dibedakan

berdasarkan penampakannya. Sabun transparan merupakan sabun yang

penampakannya paling terang dan tembus pandang dibandingkan dengan sabun

translucent dan sabun opaque (Prihandana, dkk, 2007). Sediaan ini memiliki

kelebihan antara lain mempunyai fungsi pelembab, daya bersih yang efektif tanpa

meninggalkan busa sabun dan lebih terasa lunak (Dwiastuti, 2017). Zat aktif pada

biji pinang yaitu proantosianidin yang merupakan tanin terkondensasi dengan efek

antibakteri (Ajizah, 2014). Sehingga untuk mempermudah penggunaan

proantosianidin dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk sediaan sabun transparan.

Pada formulasi sabun transparan ekstrak biji pinang, bahan yang

divariasikan adalah sukrosa dimana untuk mengetahui tingkat transparansi dan

pembentukan kristal pada sediaan sabun transparan. Dari proses pembuatan sabun

transparan yang perlu diperhatikan adalah reaksi penyabunannya dan ketepatan

formula, Jika reaksi penyabunannya sempurna maka akan menghasilkan sabun

yang baik dengan pembentukan sabun yang keras, transparan, dan berpenampilan

elegan. Evaluasi yang dilakukan pada sabun transparan dengan beberapa pengujian

seperti uji organoleptis, uji pH, uji stabilitas busa, uji kadar air, uji stabilitas fisik,

dan tidak menyebabkan iritasi (Indriyani, 2020). Berdasarkan uraian tersebut maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Formulasi Sediaan Sabun

Transparan Dari Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.) Sebagai Antibakteri”.
3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah formula terbaik sabun transparan dari

ekstrak biji pinang (Areca catechu L.)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun

transparan dari ekstrak biji pinang (Areca catechu L.).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Civitas Akademika

Sebagai sumber informasi dan bahan referensi untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi terutama

tentang formulasi sediaan sabun transparan dari ekstrak biji pinang sebagai

antibakteri.

b. Bagi Masyarakat

Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pemanfaatan biji pinang

sebagai zat aktif dalam bioaktivitas antibakteri dalam sediaan sabun

transparan.

c. Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan peneliti

tentang maserasi zat aktif dengan pelarut etanol 70%, formulasi dan evaluasi

sediaan sabun transparan ekstrak biji pinang (Areca catechu L.).


4

1.5 Keaslian Penelitian


Penelitian yang pernah peneliti baca tentang formulasi biji pinang sebagai

antibakteri dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No. Peneliti,Tahun Judul Penelitian Metode Variabel Analisa
1. Indriyani., Formulasi Dan Uji Ekstrak Biji Deskriptif
dkk Aktivitas Antibakteri Eksperimen Pinang dan
(2020) Sabun Ekstrak Propionibact
Terpurifikasi Biji erium acnes
Pinang Terhadap
Propionibacterium
acnes
2. Srie.,dkk Aplikasi ekstrak biji Deskriptif Biji Pinang Deskriptif
(2019) pinang sebagai zat dan kain
antibakteri pada kain kapas
kapas

3. Afni., dkk Uji Aktivitas Deskriptif Ekstrak Biji RAL


(2015) Antibakteri Pasta Gigi Pinang,
Ekstrak Biji Pinang Streptococcu
Terhadap s mutans dan
Streptococcus mutans Staphylococc
dan Staphylococcus us aureus
aureus

4. Yernisa., dkk Aplikasi pewarna Deskriptif Ekstrak Biji Deskriptif


(2013) bubuk alami dari Pinang
ekstrak biji pinang
pada pewarnaan sabun
transparan.

Berdasarkan keaslian penelitian tersebut, peneliti ingin meneliti dengan

judul Formulasi Sediaan Sabun Transparan Dari Ekstrak Biji Pinang Sebagai

Antibakteri yang membedakan dengan peneliti sebelumnya yaitu terletak pada

tempat, waktu dan variabel.


BAB II
TI JAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Pinang ( Areca catechu L. )

Tumbuhan Pinang (Areca catechu L.) merupakan salah satu dari jenis

tumbuhan yang memiliki banyak kegunaan antara lain untuk dikonsumsi,

bahan industri kosmetika, kesehatan, dan bahan pewarnaan pada industri

tekstil, tumbuhan ini tumbuh dan tersebar luas di wiliyah India, Malaysia,

Taiwan, Indonesia dan negara asia lainnya, baik secara individu maupun

populasi (Ihsanurrozi, 2014).

a. Klasifikasi Tanaman Pinang.

Menurut Ihsanurrozi (2014) klasifikasi tanaman pinang adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Order : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Areca
Species : Areca catechu L.

Gambar 2.1 Tanaman Pinang (Data Primer, 2022)

5
6

b. Morfologi Tanaman Pinang

1. Akar

Pinang merupakan tanaman monokotil, akar dari pinang merupakan

akar serabut. Akar tanaman pinang sangat mirip dengan akar tanaman

kelapa, karena masih satu famili yaitu palmae.

Gambar 2.2. Akar Pinang (Data Primer, 2022)

2. Batang

Pinang merupakan tumbuhan palma famili Arecaceae yang

tingginya dapat mencapai 12 hingga 30 m, berakar serabut berwarna

putih, batang tegak lurus bergaris tengah 15 sampai 20 cm, tidak

bercabang (Staples dkk., 2006).

Gambar 2.3 Batang Pinang (Data Primer, 2022)


7

3. Daun

Daun memiliki panjang sekitar 1,5 hingga 2 m, daunnya tunggal

menyirip bertoreh sangat dalam tumbuh berkumpul di ujung batang

membentuk roset batang (Jaiswal et al., 2011).

Gambar 2.4. Daun Pinang (Data Primer, 2022)

4. Bunga Pinang

Pinang merupakan tumbuhan berumah satu dengan perbungaan

uniseksual dimana bunga jantan dan bunga betinanya berada dalam satu

perbungaan (Staples dkk., 2006). Kumpulan bunga jantan yang terletak

di bagian ujung perbungaan ukurannya kecil dan mudah sekali rontok,

sedangkan bunga betinanya yang terletak di bagian pangkal memiliki

ukuran yang lebih besar, bunga jantan dan betina memiliki enam tepal

yang sesil, berwarna putih dan beraroma (Ihsanurrozi, 2014).

Gambar 2.5 Bunga Pinang (Data Primer, 2022)


8

5. Buah

Dinding buah berserabut, berwarna hijau ketika masih mentah dan berubah

warna merah jingga jika masak. Didalam buah terdapat biji hanya satu,

berbentuk seperti kerucup pendeng dengan ujung membulat, pangkal agak datar

dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna

kecoklatan sampai coklat kemerahan (Dalimartha, 2009).

Gambar 2.6 Buah Pinang (Data Primer, 2022)

c. Kandungan Kimia Biji Pinang:

1. Metabolit Primer

Tabel 2.1 Kandungan Buah Pinang Dalam 100 g

Kandungan Jumlah Unit

Kalori 339 k
Protein 5,2 Gram
Lemak 10,2 Gram
Karbohidrat 56,7 Gram
Kalium 450 Mg
Vitamin B1 19 Mg
Sumber: Katya (2014).
9

2. Metabolit Sekunder

a) Tanin

Senyawa tanin merupakan senyawa kompleks, biasanya

merupakan campuran polifenol yang sukar untuk dipisahkan karena

tidak dalam bentuk kristal. Tanin berada dalam jumlah tertentu,

biasanya berada pada bagian yang spesifik tanaman pada daun, buah,

akar dan batang (Erlinda dkk., 2012). Tanin berupa serpihan berwarna

kekuningan sampai coklat muda atau serbuk amorf, tidak berbau atau

sedikit berbau khas. Kelarutan tanin yaitu sangat mudah larut dalam air

dan etanol, kurang larut dalam etanol mutlak, larut dalam aseton dan

praktis tidak larut dalam benzene, kloroform dan eter (Ajizah, 2004).

Senyawa tanin dibagi menjadi dua berdasarkan pada sifat dan

struktur kimianya yaitu tanin yang terhidrolisis yaitu memiliki

karbohidrat di bagian tengahnya umumnya berupa molekul glukosa

yang berikatan ester dengan komponen fenolik dan tanin yang

terkondensasi yaitu tanin yang mengandung oligomer dari dua atau

lebih lavan-3-ol seperti katekin, epikatekin, atau gallokatekin, dengan

bobot molekul antara 2.000 - 4.000 kDa. Tanin memiliki aktivitas

antibakteri yaitu proantosianidin yang merupakan tanin yang

terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavanoid. Mekanisme

kerja tanin mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga

mengganggu permeabilitas sel, akibat terganggunya permeabilitas, sel

tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya


10

terhambat dan mati (Ajizah, 2004). Tanin mempunyai daya antibakteri

dengan cara mempresipitasi protein (Masduki, 2015).

Menurut Sulastri (2009) bahwa didalam biji pinang diketahui

memiliki kandungan tanin sebanyak 8,53%. Senyawa tanin termasuk ke

dalam senyawa polifenol yang artinya senyawa yang memiliki bagian

berupa fenolik. Ekstraksi tanin yang baik adalah pada suhu 60⁰C-80⁰C.

Suhu yang digunakan dalam ekstraksi tidak boleh lebih dari 80⁰C

karena tanin tidak tahan dengan pemanasan yang terlalu tinggi (Julianti

dkk., 2009).

Gambar 2.7 Struktur Kimia Tanin (Anuraga dkk., 2019)

b) Flavanoid

Senyawa flavanoid adalah suatu kelompok senyawa fenol

terbesar yang ditemukan di alam yang diproduksi oleh tanaman

sebagai salah satu respon yang dihasilkan terhadap infeksi mikroba.

Flavanoid merupakan senyawa polar sehingga akan larut dalam

pelarut polar etanol, metanol, butanol dan aseton. Flavonoid lebih

mudah larut dalam air (Fatmawati, 2012). Flavanoid bersifat

desinfektan yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein yang

dapat menyebabkan aktifitas metabolisme sel bakteri berhenti


11

karena semua aktivitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh

suatu enzim yang merupakan protein. Berhentinya aktivitas

metabolisme ini akan mengakibatkan kematian sel bakteri. Flavonoid

juga bersifat bakteriostatik yang bekerja melalui penghambatan

sintesis dinding sel bakteri (Trease dkk., 2012). Senyawa fenol

terutama flavonoid akan mengalami kerusakan pada suhu tinggi

karena senyawa tersebut tidak tahan panas dan mudah terkontaminasi

(Harborne, 1987).

Menurut Eryani, dkk., (2021) biji pinang mengandung flavonoid

dimana penetapan kadar flavonoid pada biji pinang menggunakan

metode kolorimetri AlCl3, hasil kadar flavanoid pada biji pinang

sebesar 69,13 mgQE/g.

Gambar 2.8 Struktur Flavanoid (Febe, 2013)

c) Alkaloid

Senyawa alkaloid adalah kelompok metabolit sekunder

terpenting yang ditemukan pada tumbuhan. kebanyakan alkaloid

memiliki rasa pahit, bersifat basa lemah, dan sedikit larut dalam air

dan dapat larut dalam pelarut organik non polar seperti dietil, eter,

kloroform dan lain-lain. Alkaloid berbentuk padatan kristal dan

sedikit diantaranya merupakan padatan amorf (Julinto, 2019).


12

Senyawa alkaloid memiliki aktivitas antibakteri yaitu dengan cara

mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri,

sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut. Selain itu di dalam senyawa

alkaloid terdapat gugus basa yang mengandung nitrogen akan

bereaksi dengan senyawa asam amino yang menyusun dinding sel

bakteri dan DNA bakteri. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya lisis

sel bakteri yang akan menyebabkan kematian sel pada bakteri.

Menurut Gunawan (2009), menyatakan bahwa biji pinang

mengandung alkaloid seperti arekolin, arekolidine, arekain, guvakolin

dan guvasine.

Gambar 2.9 Struktur Gambar Alkaloid (Widodo, 2010)

d. Manfaat Tanaman Pinang

Tumbuhan pinang memiliki banyak manfaat diantaranya air rebusan dari

biji pinang digunakan untuk mengatasi haid dengan darah yang berlebihan,

hidung berdarah (mimisan), bisul, kudis dan diare. biji dan kulit pinang dapat

juga digunakan bersama-sama dengan sirih untuk menguatkan gigi. air

rendaman biji pinang muda digunakan untuk obat sakit mata selain itu

masyarakat juga menggunakan biji pinang muda sebagai obat untuk

mengecilkan rahim setelah melahirkan dengan cara memasak buah pinang


13

muda dan airnya diminum selama seminggu. Pinang muda bisa dimanfaatkan

oleh industriawan sebagai sumber bahan baku cat dan pemerah kain katun

(Kristina dkk., 2007)

2.2. Bioaktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.)

Bioaktifitas adalah senyawa kimia seperti vitamin dan mineral yang

menghasilkan aktifitas biologi dalam tubuh (Ervianingsih, 2007). Antibakteri

adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan bahkan mematikan bakteri

dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan manusia.

Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri antara lain menghambat sintesis

dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri,

menghambat kerja enzim dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein.

Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH, suhu stabilitas senyawa

tersebut, jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme

bakteri (Seriwanti, 2020).

Menurut Afni (2015) menyatakan bahwa aktivitas antibakteri yang

terdapat pada ekstrak biji pinang diukur dengan uji daya antibakteri

menggunakan metode difusi dengan cara sumuran. Penentuan aktivitas

didasarkan pada kemampuan difusi dari zat antimikroba dalam lempeng yang

telah diinokulasikan dengan mikroba uji. Cara sumuran hole atau cup pada

lempeng yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat suatu lubang

yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Kemudian setiap lubang

itu diisi dengan zat uji. Setelah diinkubasi pada suhu dan waktu yang

sesuai dengan mikroba uji, dilakukan pengamatan dengan melihat ada atau
14

tidaknya zona hambatan di sekeliling lubang (Prayoga, 2013). Hasil penelitian

bioaktivitas ekstrak biji pinang sebagai antibakteri dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Beberapa Hasil Penelitian Bioaktivitas Ekstak Biji Pinang


No Peneliti Judul Jurnal Hasil Penelitian Bioaktivitas
1 Indriyani., Formulasi dan uji Aktivitas antibakteri kuat pada
dkk aktivitas antibakteri konsentrasi 1,5%, 3%, 4,5% dan
(2020) sabun cair ekstrak pada kontrol positif dilihat dari
terpurifikasi biji diameter zona hambat berturut-
pinang (Areca turut sebesar 14,15 mm, 16,91
catechu L.) mm, 19,99 mm dan 19,28 mm
Terhadap yang masuk kedalam kategori
Propionibacterium kuat.
acnes.
2 Afni., dkk Uji Aktivitas Formula pasta gigi yang efektif
(2015) Antibakteri Pasta sebagai antibakteri terhadap
Gigi Ekstrak Biji bakteri uji adalah pada
Pinang (Areca konsentrasi ekstrak biji pinang
catechu L.) 4.5% yang mengahsilkan
Terhadap diameter daya hambat untuk
Streptococus mutans Streptococus mutans sebesar
dan Staphylococcus 11.37% mm dan Staphylococus
aureus. aureus sebesar 20.03 mm.
2.3 Simplisia

a. Definisi Simplisia

Bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami

pengelolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah

dikeringkan. Dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia

pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah berupa tanaman utuh, dengan

tanaman, atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang spontan keluar

dari tanaman atau dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

Simplisia hewani adalah berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau zat-zat

yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa kimia murni. Simplisia

pelikan atau mineral adalah berupa bahan pelican atau mineral yang belum
15

diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia

murni (Gunawan, 2014).

b. Pembuatan Simplisia

Menurut Depkes RI (2000), proses pembuatan simplisia yang

berkualitas sebagai bahan baku, pada umumnya melalui beberapa tahapan

yaitu :

1) Pengumpulan bahan baku, masa panen sangat mempengaruhi kualitas.

2) Kemudian sortasi basah pemilihan hasil panen waktu tanaman masih

segar terhadap kotoran bagian tanaman yang tidak dipakai.

3) Pencucian

Proses pencucian ini dilakukan menggunakan air yang mengalir agar

air yang membersihkan tanaman yang akan dibuat simplisia selalu baru

Tujuan dilakukannya pencucian adalah agar lebih membersihkan sisa-sisa

bahan organik asing yang masih menempel pada saat sortasi basah.

4) Perajangan

Bagian tanaman yang biasa dilakukan proses perajangan ini seperti

bagian Cortex (kulit kayu), Semen (biji), Fructus (buah), Rhizoma (akar).

Tujuan dilakukannya proses perajangan ini untuk memperluas

permukaan bagian tanaman yang digunakan agar pada saat proses

pengeringan dapat mengering secara merata dan dengan waktu yang

cepat.
16

5) Pengeringan

Proses pengeringan ini dapat dilakukan dengan tiga cara tergantung

dari sifat kandungan kimia yang spesifik dimiliki oleh tanaman yang

akan dibuat simplisia. Pengeringan dapat dilakukan secara modern yaitu

menggunkan oven dengan suhu yang digunakan adalah 40oC-50oC.

Dengan cara tradisional yaitu menggunakan pemanasan dibawah sinar

matahari langsung dan dapat dilakukan dengan proses mengangin-

anginkan.

6) Sortasi Kering

Proses sortasi kering atau sortir kering ini bertujuan hampir sama

dengan proses sortasi basah, namun pada proses sortasi kering ini

memisahkan bahan organik asing yang kemungkinan timbul pada proses

pemanasan atau pengeringan.

7) Pengemasan/Pengepakan

Pengemasan / Pengepakan simplisia yang telah dibuat lebih baik

disimpan dalam wadah yang higroskopik yang kedap udara dan lebih

baik terbuat dari kaca, agar simplisia yang ada didalamnya tidak cepat

mengalami pembusukan/ditumbuhi mikroba.

Berikut adalah rumus perhitungan untuk mendapatkan hasil

randemen dari simplisia:

( )
Rumus Randemen Simplisia = ( )
x 100%
17

2.4. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

Biasanya menggunakan pelarut yang sesuai untuk mengekstraksi. Tujuan

ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat

pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut, perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar

muka kemudian berdifusi ke dalam pelarut. Hal yang penting diperhatikan

dalam melakukan ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-

sifat polaritas senyawa yang ingin diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat

kepolaran kandungan kimia yang dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang

perlu diperhatikan adalah ukuran simplisia harus diperkecil dengan cara

perajangan untuk memperluas sudut kontak pelarut dan simplisia. Ekstrak

adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari

simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian

semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Syafrizal, 2010).

2.5 Metode Maserasi

Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi atau penyaring zat aktif

bahan alam yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyaring yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar dan

terlindung dari cahaya. Cairan penyaring akan masuk kedalam sel melewati

dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
18

larutan didalam sel dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan

terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyaring dengan konsentrasi rendah

(proses difusi). Proses itu berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi

antara larutan diluar sel dan didalam sel. Maserasi digunakan untuk penyaring

simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,

tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyaring, tidak

mengandung benzoin, stirak dan lain-lain, metode ini membutuhkan pelarut

yang banyak dan waktu yang lama. Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut

metode perendaman karena proses ekstraksi dilakukan dengan hanya

merendam sampel tanpa mengalami proses lain kecuali pengocokan atau bila

diperlukan. Prinsip penarikan atau ekstraksi senyawa dari sample adalah

dengan adanya gerak kinetik dari pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak

pada suhu kamar walaupun tanpa pengocokan. Namun untuk mempercepat

proses biasanya dilakukan pengocokan secara berkala (Voigt, 1995). Maserasi

bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan (Depkes,

1995).

Keuntungan metode maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatannya

sederhana dan mudah diusahakan. Kerugiannya adalah pengerjaannya lama

dan penyaringan kurang sempurna. Pada penyaringan dengan cara maserasi

perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir

serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya

derajat konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara urutan didalam sel dengan di

luar sel (Depkes, 1995).


19

2.6. Kulit

Gambar 2.10 Struktur Kulit (Syaifuddin, 2009)

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar untuk

menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Jaringan pelindung yang elastis,

melindungi seluruh permukaan tubuh dan mempunyai berat 5% dari total

berat badan. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar

mukosa. Kulit disebut juga integumen atau kutis yang tumbuh dari dua macam

jaringan yaitu jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan epidermis dan

jaringan pengikat (penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis atau kulit

dalam. Menurut Syaifuddin (2009), menyatakan bahwa secara umum struktur

kulit manusia terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutan antara lain:

a. Epidermis

Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan

lapisan malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang

dapat mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan malpighi

terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan

spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum

mengandung sel-sel yang aktif membelah diri, mengantikan lapisan sel-


20

sel pada lapisan korneum. Lapisan malpighi mengandung pigmen

melanin yang memberi warna pada kulit. Lapisan malpighi juga berfungsi

sebagai pelindung dari bahaya sinar matahari terutama sinar ultraviolet.

b. Dermis

Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf,

kelenjar keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan

keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml

setiap hari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu.

Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat

ekskresi adalah sebegai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap

kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan

suhu tubuh.

Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif

dan pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler

akan memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme.

Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke

permukaan kulit dengan cara penguapan. Penguapan mengakibatkan

suhu di permukaan kulit turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi.

Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak aktif dan

pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak

membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat

berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami

kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus.


21

Hipotalamus adalah bagian dari otak yang terdiri dari sejumlah nukleus

dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid dan

glukokortikoid, glukosa dan suhu.

c. Hipodermis

Lapisan ini terletak di bawah dermis. Lapisan ini banyak

mengandung lemak. Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan,

pelindung tubuh terhadap benturan, dan menahan panas tubuh.

2.7. Tinjauan Tentang Sabun Transparan

a. Definisi Sabun Transparan

Sabun Transparan adalah produk yang dihasilkan dari reaksi antara

asam lemak dengan basa kuat yang berfungsi untuk mencuci dan

membersihkan lemak atau kotoran (Hernani dkk., 2010). Sabun padat

transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan sabun

lebih menarik. Sabun trannsparan mempunyai busa yang lebih halus

dibandingkan dengan sabun opaque sabun yang tidak transparan (Qisty,

2009).

b. Kelebihan dan kekurangan sabun transparan.

Menurut Dwiastuti (2017) kelebihan sabun tranasparan antara lain:

1) Penampilan transparan yang menawan

2) Mempunyai fungsi pelembab

3) Daya bersih yang efektif tanpa meninggalkan busa sabun

4) Lebih terasa lunak


22

c. Bahan penyusun sabun transparan

Menurut Afif (2019), bahan-bahan penyusun sabun transparan

adalah sebagai berikut:

1) Lemak atau minyak, yaitu bahan obat dalam minyak, bersifat asam

Contoh: Minyak bunga matahari (SFO), Minyak kelapa sawit, Asam

stearat, Minyak kelapa murni (VCO), Minyak mineral dan lain-lain.

2) Alkali basa yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa

Contoh Natrium tetraborat (borax, Natrium biborat), trietanolamin

(TEA), NaOH, KOH, gliserin, dan lain-lain

3) Pelembab berguna untuk mengatur perubahan kelembaban sediaan

baik dalam kemasan maupun dalam pemakaian kulit seperti

Propilenglikol. Bahan pelembab untuk sediaan disebut humektan dan

untuk kulit disebut emoliet.

4) Pelarut berfungsi untuk melarutkan zat terlarut, menghasilkan suatu

larutan. Contoh etanol dan aquades

d. Syarat dasar sabun transparan yang baik

Menurut Badan Standarisasi Nasional (1996) syarat sabun

transparan yang baik adalah memiliki pH 8-11, memiliki tinggi busa sabun

yaitu 1.3-22 cm, mempunyai asam lemak >70%, memiliki kandungan

alkali bebas maksimal 0.1%, memiliki kadar air 15%, dan tidak

mengiritasikan kulit.
23

2.8. Formulasi Sediaan Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang

Formulasi sabun secara umum terdiri dari bahan aktif, basis sabun dan

bahan tambahan. Komponen sabun adalah:

a. Bahan Aktif

Bahan aktif ditambahkan pada sabun sesuai dengan jenis sabun yang

dibutuhkan atau kegunaan sabun secara spesifik. Bahan aktif yang dipakai

dapat berupa bahan sintetik ataupun bahan alam seperti ekstrak tumbuhan

biji pinang dan sebagainya.

b. Basis Sabun

Basis sabun terdiri dari lemak atau minyak tergantung dari

banyaknya penggunaan yang ingin dibuat.

c. Uraian Bahan Sabun Transparan

1) Natrium hidroksida (NaOH)

NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat

korosif serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus.

NaOH berbentuk butiran padat berwarna putih dan memiliki sifat

higroskopis. NaOH dapat berbentuk batang, gumpalan, dan bubuk

yang dengan cepat menyerap kelembaban permukaan kulit. Pada

proses pembuatan sabun, penambahan NaOH harus tepat jumlahnya.

Apabila NaOH terlalu pekat atau berlebih maka alkali bebas yang

tidak berikatan dengan asam lemak akan terlalu tinggi sehingga

memberikan pengaruh negatif yaitu iritasi pada kulit. Sebaliknya

apabila NaOH yang ditambahkan terlalu sedikit jumlahnya, maka


24

sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas yang

tinggi (Kamikaze, 2002).

Gambar 2.11 Struktur Kimia NaOH (Kamikaze, 2002)

2) Asam stearat

Asam stearat adalah asam lemak jenuh yang memiliki berbagai

kegunaan sebagai komposisi tambahan dalam makanan, kosmetik,

dan produk industri. Asam stearat diekstrak dari berbagai jenis lemak

hewani, lemak nabati, dan beberapa jenis minyak lainnya. Asam

stearat memiliki nama lain Acidum stearicum memiliki bentuk Kristal

padat atau serbuk berwarna putih dan sedikit kuning, keras, berbau

lemah, dan memiliki rasa seperti lemak. Titik leleh asam stearat 69-

70ºC. Asam stearat mudah larut dalam benzene, kloroform dan eter.

Larut dalam etanol 95%, heksan dan propilen glikol namun tidak larut

dalam air. Asam stearat berwarna putih kekuningan berfungsi untuk

mengeraskan dan menstabilkan busa dalam sabun (Rowe, 2009).

Gambar 2.12 Struktur Kimia Asam stearat (Rowe, 2009)


25

3) Gliserin (C3H8O3)

Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa

manis, serta bersifat humektan. Diperoleh dari hasil sampingan proses

pembuatan sabun atau dari asam lemak tumbuhan dan hewan. Pada

pembuatan sabun transparan, gliserin bersama dengan sukrosa dan

alkoho berfungsi dalam pembentukan stuktur transparan (Ghaim dkk.,

2005).

Gambar 2.13 Struktur Kimia Gliserin (Ghaim dkk, 2005)

4) Etanol

Etanol adalah campuran etil alkohol dan air, mengandung tidak kurang dari

94,7% v/v atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2% v/v. C2H5OH sangat mudah

larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P. Etanol tidak berbau dan

tidak berasa tetapi memiliki bau yang khas. Rumus molekul etanol adalah

C2H5OH atau rumus empiris C2H6O7 (Depkes RI, 1979). Etanol dalam sabun

transparan berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air

dan lemak. Selain sebagai pelarut etanol juga berfungsi sebagai pemberi efek

transparan dan pengawet (Nugraha, 2015).

Gambar 2.14 Struktur Kimia Etanol (Nugraha, 2015)


26

5) Sukrosa

Sukrosa dengan rumus kimia C12H22O11 adalah salah satu jenis senyawa

organik, kristal rasa manis tak berwarna yang larut dalam air. Sukrosa adalah

disakarida hidrolisis, oleh enzim invertase, menghasilkan gula invert, campuran

fruktosa dan glukosa 50:50, dua penyusunnya monosakarida. Sukrosa dalam

pembuatan sabun transparan berfungsi untuk membantu terbentuknya

transparasi sabun, perkembangan kristal pada sabun dan pengontrol

kelembapan sabun. Semakin banyak konsentrasi gula pasir halus maka tekstur

sabun yang dihasilkan akan semakan keras. Gula pasir halus dan gliserol jika

dipanaskan akan membentuk polimer sederhana yang mudah terdegradasi dan

pH tinggi, berfungsi untuk menyangga sabun agar tidak lembek. Penelitian

Purnamawati (2006) yang menggunakan konsentrasi gula pasir 8%, 11%, dan

13% asam sitrat 1%, 3%, dan 5% menunjukkan bahwa sabun transparan terbaik

dimiliki oleh sabun dengan konsentrasi gula pasir 11% dan asam sitrat 5%.

Karakteristik sabun tersebut adalah sebagai berikut: kisaran kadar air 24,81-32,

48%, jumlah asam lemak 28,38-38,81%, alkali bebas 0,11- 0,70%, stabilitas

busa 12cm, pH 4,5-7%, stabilitas emulsi 96,68-98,06%, transparansi 70%, dan

kekerasan 1,71-4,48 mm/detik.

Gambar 2.15 Struktur Kimia Sukrosa (Hambali dkk., 2005)


27

6) Propilen glikol

Propilen glikol merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas

praktis tidak berbau. dapat bercampur dengan air, aseton, kloroform, larut

dalam eter, dan dalam beberapa minyak esensial, tidak dapat bercampur dengan

minyak lemak. Propilen glikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa

khususnya untuk zat yang tidak stabil atau tidak dapat larut dalam air. Fungsi

propilen glikol pada pembuatan sabun transparan yaitu dapat melembabkan

kulit (Hambali dkk., 2005).

Gambar 2.16 Struktur Kimia Propilen glikol (Hambali dkk., 2005)

7) Asam sitrat

Asam sitrat dengan rumus kimia C6H8O7 merupakan suatu jenis asam

organik yang sangat lemah dan bisa dijumpai terdapat pada duan dan juga pada

buah-buahan pada tumbuhan yang digolongkan kedalam genus citrus atau jenis

jeruk-jerukan. Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Dalam industri

farmasi (10% dari total produksi), digunakan sebagai bahan pengawet dalam

penyimpanan darah atau sebagai sumber zat besi dalam bentuk feri-sitrat.

Dalam pembuatan sabun transparan asam sitrat berfungsi sebagai agen pengelat

dan penurun nilai pH (Hambali dkk., 2005).

Gambar 2.17 Struktur Kimia Asam sitrat (Hambali dkk., 2005)


28

2.9. Evaluasi Sediaan Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang

a. Uji Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis yaitu dilakukan pengamatan terhadap

bentuk, warna, dan bau dilakukan secara visual. Uji organoleptik

merupakan alat indera manusia sebagai alat ukur terhadap penilaian suatu

produk. Indera manusia adalah instrument yang digunakan dalam analisis

sensor, terdiri dari indra penglihatan, penciuman, pencicipan, perabaan,

dan pendengaran. Penilaian kualitas sensorik produk biasa dilakukan

dengan melihat bentuk, ukuran, kejernihan, kekeruhan, warna dan sifat-

sifat permukaan dengan indera penglihatan (Setyaningsih dkk., 2010).

Syarat sabun transparan yang baik yaitu memiliki bentuk padat transparan,

memilki warna bening dan beraroma harum sesuai pewangi yang

digunakan (Asmarita, 2019).

b. Uji pH

Nilai pH merupakan tolak ukur derajat keasaman dan merupakan

salah satu indikator pada sediaan sabun (Wijana dkk., 2009). Pengujian pH

dilakukan dengan menggunakan alat pH meter untuk mengetahui nilai pH

pada sabun transparan. Uji pH bertujuan mengetahui keamanan sediaan

sabun transparan saat digunakan sehingga tidak mengiritasi kulit. Menurut

Badan Standarisasi Nasional (1996) pH normal pada kulit yaitu 4.5-6.5

dan standar pH untuk sabun adalah 8-11.


29

c. Uji Stabilitas Busa

Busa yang stabil cukup lama lebih di inginkan karena busa dapat

membantu membersihkan tubuh. Pengujian tinggi busa dilakukan untuk

mengetahui daya busa dari sabun. Tinggi busa diukur setelah pengocokan

selama 5 menit. Syarat tinggi busa sabun yaitu 1.3-22 cm (Farn, 2006).

d. Uji Kadar Air

Kadar air adalah persentase kandungan air pada suatu bahan yang

dapat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berdasarkan berat kering.

pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui banyaknya kadar air

dalam sediaan sabun transparan karena kadar air akan mempengaruhi

kualitas sabun. Menurut Badan Standariasi Nasioanal (1996) Penetapan

kadar air dilakukan dengan pengukuran berat setelah pengeringan pada

suhu 105oC selama 1 jam dan standar air sediaan sabun maksimal 15%.

e. Uji Stabilitas Fisik

Pengujian stabilitas dilakukan dengan metode cyling test sebanyak

3 siklus pada suhu 4oC dan 30oC selama 24 jam. Pengamatan dilakukan

pada hari ke-0, siklus ke-1 hingga ke-3. Cycling test merupakan pengujian

yang dipercepat dengan menyimpan sampel pada suhu 4oC selama 24 jam

lalu dipindahkan ke suhu ruangan 30oC selama 24 jam. Perlakuan ini

adalah 1 siklus, perlakuan dilakukan sebanyak 3 siklus. Syarat stabilitas

fisik sediaan sabun yang baik harus menunjukan kestabilan dan tidak ada

perubahan selama pengujian dan penyimpanan (Sandra dkk., 2017).


30

f. Uji Iritasi

Pengujian dilakukan untuk membuktikan kejadian sensitisasi. Iritasi

positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada

kulit dibagian belakang telinga yang diberikan perlakuan. Standar sediaan

topikal yaitu tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Metode yang digunakan

pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka yaitu tanpa penutup

(Wasitaatmadja, 1997).

2.10 Kerangka Konsep

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan

infeksi bakteri adalah tanaman pinang. Biji pinang mengandung

proantosianidin yang merupakan tannin terkondensasi yang bekerja sebagai

antibakteri (Ajizah, 2004). Biji pinang (Areca catechu L.) sangat

bermanfaat untuk tubuh manusia, bukan hanya bisa dikonsumsi tapi juga

bisa diolah, untuk itu perlu dicari cara pemanfaatan biji pinang yang efesien

dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi menjadi sediaan farmasi yaitu

sabun transparan (Puslitkoka, 2005). Sampel dalam penelitian ini yaitu biji

pinang (Areca catechu L.) yang diperoleh di wilayah Kampung Yatu

Raharja Arso X, Distrik Arso, Kabupaten Keerom.

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi dimana

serbuk simplisia biji pinang sebanyak 300 gram dilarutkan menggunakan

pelarut etanol 70% selama 3 x 24 jam dengan perbandingan 1:10, kemudian

filtrat yang diperoleh diuapkan di atas penangas air hingga didapatkan

ekstrak yang kental. Pada formulasi sediaan sabun transparan ekstrak biji
31

pinang, bahan yang divariasikan adalah sukrosa sebagai pembentukan

transparansi sabun dan perkembangan kristal pada sabun dengan syarat

minimum 2% dan maksimum 20%, untuk mendapatkan formula terbaik

sediaan sabun transparan dibuat dalam 3 formula dengan variasi konsentrasi

sukrosa FI 5%, FII 10%, FIII 15%.

Untuk mendapatakan formula terbaik sediaan sabun transparan yang

dihasilkan dilakukan evaluasi antara lain uji organoleptis meliputi bentuk

transparansi sabun, warna dan bau (Setyaningsih, 2010). Uji pH dimana

standar pH sabun yaitu 8-11 dan pengukuran pH menggunakan pH meter,

uji tinggi busa dimana syarat tinggi busa yaitu 1.3-22 cm dan tinggi busa

diukur setelah pengocokan selama 5 menit (Isnaeni, 2019). Uji kadar air

dimana syarat kadar air maksimal 15%, untuk penetapan kadar air dilakukan

dengan pengukuran berat setelah pengeringan pada suhu 105oC selama 2

jam dan sediaan sabun transparan tidak mengiritasi kulit dimana standar

sediaan topikal tidak menyebabkan iritasi pada kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Memiliki stabilitas fisik sediaan sabun yang baik yaitu tidak ada perubahan

selama penyimpanan (Sandra dkk., 2017).


32

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini ditunjukkan pada Bagan 2.1

Ekstrak Biji Pinang


(Areca catechu L.)

Formulasi dan Evaluasi Sediaan


Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang
(Areca catechu L.) dengan variasi
Sukrosa FI (5%), FII (10%), FIII (15%)

Sediaan Sabun Transparan Dengan Formula Terbaik


Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.)

Bagan 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep dapat didefinisikan secara operasional yang

ditunjukan pada Tabel 2.1


33

Tabel 2.3. Defenisi Operasional


No Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil ukur skala

1 Biji Pinang Biji Pinang (Areca Neraca analitik Gram Nominal


catechu.) diambil zat
aktifnya dengan berat
tertentu yang dibutuhkan
dalam formulasi sabun
transparan.
2 Maserasi Metode yang digunakan Gelas ukur Volume (mL) Nominal
untuk mendapatkan ekstrak
biji pinang menggunakan
pelarut etanol 70% dengan
perbandingan 1 : 10
3 Ekstrak Hasil dari proses maserasi Neraca Analitik Gram Nominal
berupa sediaan pekat
4 Formulasi Proses pembuatan sediaan Neraca analitik Gram Nominal
sabun transparan
5 Evaluasi Untuk mendapatkan
Sabun sediaan sabun transparan
Transparan yang baik dilakukan
pengujian terhadap :
1. Uji Organoleptik Panca indra MS/TMS Ordinal
2. Uji pH pH meter Derajat Rasio
3. Uji Stabilitas busa Tabung rekasi Cm Nominal
4. Uji Kadar Air Oven % Nominal
5. Uji Stabilitas Fisik Panca indra MS/TMS Ordinal
6. Uji Iritasi Panca indra MS/TMS Ordinal
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif dengan eksperimen

laboratorium untuk mendeskripsikan proses pembuatan sabun transparan dari

Ekstrak Biji Pinang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fakultas Ilmu-

Ilmu Kesehatan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan 3 bulan, mulai dari tanggal 21 Maret 2022

sampai dengan tanggal 21 Juni 2022.

3.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi digunakan dalam penelitian ini adalah semua tanaman

pinang yang tumbuh di wilayah kampung Yatu Raharja (Arso x), Distrik

Arso, Kabupaten Keerom.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah biji pinang sebanyak 3 kg

3.4 Alat dan Bahan

a. Alat

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian antara lain yaitu hot

plate, timbangan analitik, gelas beker, kertas saring, toples kaca, wadah,

34
35

oven, blender, batang pengaduk, saringan, cawan petri, pipet ukur, sendok,

erlenmayer, tabung reaksi, pH meter, waterbath, cetakan sabun.

b. Bahan

Bahan-bahan yang akan digunakan antara lain yaitu ekstrak dari biji

pinang, SFO, etanol 70%, Asam stearate, gliserin, sukrosa, Propilen glikol,

Asam sitrat, NaOH, Grape fruit, HCl, Aquades, FeCl 3, perekasi

dragendroof.

3.5 Rancangan Formula

Rancangan formulasi sabun transparan ekstrak biji pinang (Areca

catechu L.) akan dibuat dalam 3 formulasi dimana pada masing-masing

formulasi akan dibuat 60gram dengan bahan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rancangan Formulasi Sabun Transparan Ekstrak


Biji Pinang (Areca catechu L.)
Formulasi
Bahan Fungsi Syarat
FI FII FIII
Ekstrak Biji
Zat Aktif - 4.5% 4.5% 4.5%
Pinang
Basis Lemak
SFO - 30% 30% 30%
dan Minyak
NaOH Alkali Basah 5-20% 15% 15% 15%
Pembentukan
Gliserin <30% 10% 10% 10%
Struktur Transparan
Pembentukan
Sukrosa 2-20% 5% 10% 15%
Struktur Transparan
Asam stearat Menstabilkan Busa 1-20% 10% 10% 10%
Asam sitrat Pengelat 0.3-2.0% 0,5% 0,5% 0,5%
Propilen glikol Pelembut ≈15 10% 10% 10%
Etanol ad Pelarut - 100 100 100
Grape fruit Pewangi qs qs qs qs
Sumber: (Indriyani, dkk., 2020) dimodifikasi
36

3.6 Prosedur Penelitian


a. Pengambilan sampel

Biji Pinang diperoleh dari Kampung Yatu Raharja (Arso x), Distrik

Arso Kabupaten Keerom. Pemanenan dilakukan pada buah yang masih

segar dengan cara melihat tekstur kulit pada biji pinang yang berwarna

hijau. Pemetikan biji pinang dilakukan pada siang hari dan dimasukkan

dalam plastik bewarna hitam dan diikat rapat untuk menjaga kestabilan

senyawa kandungan didalam biji pinang (Afni, dkk.,2015).

b. Pengolahan Sampel

Sampel yang telah diperoleh dibersihkan dan dicuci hingga bersih

pada air mengalir, ditiriskan lalu diangin-anginkan, kemudian dikeringkan

dengan cara dijemur dengan ditutup kain kurang lebih selama 5 hari dan di

oven selama 2 hari dengan suhu 40⁰C. Setelah kering, simplisia ditimbang

dan dihaluskan (Afni, dkk.,2015).

c. Pembuatan Ekstrak

Menurut Afni, dkk., (2015), cara pembuatan ekstrak antara lain

sebagai berikut:

1) Simplisia biji pinang ditimbang sebanyak 300 gram, dimasukan kedalam

toples kaca kemudian di maserasi menggunakan pelarut etanol 70%

sebanyak 1,5 liter, Setelah itu ditutup toples menggunakan aluminium

foil.

2) Selanjutnya dimaserasi selama 3x24 jam pada suhu kamar terlindung dari

cahaya, sambil sering diaduk-aduk.


37

3) Maserat disaring dan filtrat ditampung. kemudian ampas yang diperoleh

di remaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 1.5 liter sambil sering

diaduk-aduk.

4) Setelah itu, maserat kedua disaring dan filtrat ditampung.

5) Filtrat pertama dan kedua yang diperoleh digabungkan kemudian

diuapkan dengan menggunakan waterbath pada suhu 60ºC hingga

diperoleh ekstrak kental. Randemen ekstrak biji pinang dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

( )
𝑅𝑎𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 (%) = 𝑥 100%

d. Identifikasi Senyawa Kimia Biji Pinang

1) Uji Tanin

a) Ekstrak biji pinang ditimbang sebanyak 0,5 gram

b) Kemudian dipanaskan dalam 10 mL air selama 10 menit lalu

didinginkan

c) Setelah itu diteteskan pereaksi besi (III) klorida 1% (FeCl3) bila

terjadi warna hitam kehijauan menunjukan adanya golongan

senyawa tanin.

2) Uji Flavanoid

a) Ekstrak biji pinang ditimbang sebanyak 0,5 gram

b) Kemudian tambahkan serbuk Magnesium stearat (Mg) dan 1-2

tetes HCl pekat.

c) Perubahan warna larutan menjadi warna merah menandakan

adanya senyawa flavanoid.


38

3) Uji Alkaloid

a) Ekstrak biji pinang ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian

dimasukan kedalam tabung rekasi

b) Kemudian ditambahkan beberapa mL larutan Asam klorida

(HCl), kemudia disaring.

c) Selanjutnya filtrat ditambahkan 1-2 tetes pereaksi

dragendroff.

d) Terbentuk endapan kuning menyala menunjukan adanya

alkaloid

e. Pembuatan Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang

Prosedur pembuatan formulasi sediaan sabun transparan

ekstrak biji pinang adalah:

1) Alat dan bahan disiapkan

2) Semua bahan ditimbang sesuai hasil perhitungan.

3) SFO dipanaskan pada suhu 50-60ºC, kemudian asam stearat

dimasukan, aduk hingga homogen, selanjutnya ditambahkan

propilen glikol dan diaduk hingga homogen.

4) NaOH ditambahkan, kemudian diaduk hingga terbentuk stok

sabun.

5) Sukrosa, gliserin dan asam sitrat ditambahkan dan diaduk

hingga larutan homogen.

6) Etanol 70% ditambahkan perlahan sampai campuran terlihat

transparan.
39

7) Ekstrak biji pinang ditambahkan dan diaduk hingga homogen.

8) Grape fruit dimasukan secukupnya kemudian larutan

dimasukan dalam cetakan dan dinginkan sampe mengeras.

3.7 Evaluasi Sediaan

a. Uji Organoleptik

Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati

sediaan sabun transparan meliputi bentuk transparansi sabun, warna dan

bau. Menurut Asmarita (2019) sabun transparan yang baik memiliki

bentuk padat transparan, memilki warna bening dan beraroma grape

fruit.

b. Uji pH

Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat pH meter

1) Sediaan sabun ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian diencerkan

dengan aquadest 10 mL

2) Setelah itu pH meter dicelupkan kewadah sediaan yang telah

dilarutkan dan didiamkan selama 1 menit

3) Kemudian diamati hasil perubahan nilai pH. Menurut Badan

Standarisasi Nasional (1996), pH normal pada kulit yaitu 4.5-6.5 dan

standar pH untuk sabun adalah 8-11.

c. Uji stabilitas busa

Sampel sabun transparan ekstrak biji pinang ditimbang sebanyak 1

gram, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan

akuades ad 10 mL, kemudian dikocok selama 5 menit selanjutnya di


40

diamkan selama 5 menit, setelah itu diukur tinggi busa yang dihasilkan.

Syarat tinggi busa sabun yaitu 1.3-22 cm (Farn, 2006).

d. Uji Kadar Air

Menurut Ira setyawati (2020) cara uji kadar air yaitu timbang 5 gram

sampel sabun transparan kemudian masukkan ke dalam cawan petri

yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 1 jam.

Sampel kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC selama 1

jam. Sampel kering didinginkan dalam desikator sampai suhu ruangan,

kemudian dihitung kadar air dengan rumus:

W1 − W2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥 100%
W0

Dimana: W0: Syarat sabun Maksimal 15%

W1: Berat sampel

W2: Berat setelah penegrringan

Menurut Badan Standariasi Nasioanal (1996) standar air sediaan

sabun maksimal 15%.

e. Uji Stabilitas Fisik

Pengujian stabilitas dilakukan dengan metode cyling test sebanyak

3 siklus pada suhu 4oC dan 30oC selama 24 jam. Pengamatan dilakukan

pada hari ke-0, siklus ke-1 hingga ke-3. Perlakuan ini adalah 1 siklus,

perlakuan dilakukan sebanyak 3 siklus dan dilakukan pengamatan

dengan parameter organoleptik, pH, dan kadar air. Syarat stabilitas fisik

sediaan sabun yang baik harus menunjukan kestabilan dan tidak ada

perubahan selama pengujian dan penyimpanan (Sandra dkk., 2017).


41

f. Uji Iritasi

Sabun transparan yang sudah dilakukan pengenceran 2% dioleskan

di bagian belakang tengkuk leher dan dibiarkan selama 30 menit

kemudian diamati reaksi yang terjadi. Reaksi iritasi positif ditandai oleh

adanya kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada kulit dibagian

belakang telinga yang diberikan perlakuan (Eka Kartika, 2018). Standar

sediaan topikal yaitu tidak menyebabkan iritasi pada kulit.

(Wasitaatmadja, 1997).

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dengan melakukan penelitian formulasi sabun

transparan ekstrak biji pinang.

3.9 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif

dan kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif, kemudian disajikan

dalam bentuk tabel dan pembahasan.


42

3.10 Alur Penelitian

Alur dalam penelitian ini ditunjukkan pada Bagan 3.1

Pengambilan Sampel Pembuatan Ekstrak


Biji Pinang

Formulasi Sediaan Sabun Transparan


dengan vairasi Sukrosa
FI 5%, FII 10%, FIII 15%

Evaluasi
Uji Organoleptik
Uji pH
Uji Stabilitas busa
Uji Kadar air
Uji iritasi
Uji Stabilitas fisik

Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil Penelitian Formulasi Sediaan Sabun Transparan Dari Ekstrak

Biji Pinang (Arecha Catechu L.) Sebagai Antibakteri.

a. Hasil Kering

Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah biji pinang

(Arecha catechu L.), biji pinang diambil dari kampung Yatu Raharja

(Arso x), Distrik Arso, Kabupaten Keerom sebanyak 3 kg, serbuk

simplisia biji pinang yang dihasilkan sebanyak 700 gram.

Tabel 4. 1 Hasil Rendemen Simplisia Biji Pinang

Tanaman Berat Basah Berat serbuk Kering Rendemen


(g) (g) (%)
Biji Pinang 3.000 700 23,33

Sumber: Data primer, (2022)

b. Hasil Ekstrak

Hasil ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan metode

maserasi dengan simplisia 300 gram dan menghasilkan ekstrak kental

sebanyak 109,82 gram

Tabel 4. 2 Hasil Rendemen Ekstrak Kental Biji Pinang

Tanaman Berat Serbuk Kering Ekstrak Kental Rendemen


(g) (g) (%)
Biji Pinang 300 109,82 36,60

Sumber: Data primer, (2022)

43
44

Dari data tersebut diperoleh rendemen ekstrak biji pinang adalah

sebesar 36,60%.

Ekstrak biji pinang yang dihasilkan diamati secara organoleptis pada Tabel

4.3:

Tabel 4.3 Karateristik Ekstrak Biji Pinang


Karateristik Hasil

Bentuk Kental
Bau Khas Biji Pinang
Warna Coklat kehitaman
Berat 109,82 gram
Sumber: Data Primer, (2022)

Berdasarkan hasil pengamatan secara organoleptis ekstrak biji

pinang memiliki bentuk kental dengan warna coklat kehitaman dan berbau

khas biji pinang dengan berat 109,82 gram.

c. Hasil Uji Identifikasi Fitokimia Biji Pinang

Adapun hasil uji identifikasi biji pinang dapat dilihat pada Tabel 4.4

sebagai berikut:

Tabel 4.4 Identifikasi Fitokimia Biji Pinang


Uji Fitokimia Hasil

Tanin +
Flavanoid +

Alkaloid +

Sumber: Data Primer, (2022)

Pada tabel 4.4 diatas maka dapat dilihat bahwa biji pinang positif

mengandung senyawa tanin, flavonoid dan alkaloid.


45

d. Hasil Evaluasi Sediaan Sabun Transparan

Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang


Pengujian Formula I Formula II Formula III

Organoleptis:
Bentuk Padat sedikit transparan Padat transparan Padat transparan
Bau Khas Khas Khas
Warna Coklat Orange kecoklatan Orange
pH 10,8 10,6 10,5
Stabilitas Busa 9,2 cm 9,5 cm 9,5 cm
Kadar Air 27% 23% 19%
Iritasi Tidak iritasi Tidak iritasi Tidak iritasi
Sumber: Data Primer, (2022)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel diatas maka dapat dilihat

bahwa pada FI, FII dan FIII sediaan sabun transparan ekstrak biji pinang

memiliki hasil pengamatan organoleptis yaitu pada FI memiliki bentuk

sabun padat sedikit transparan berbau khas dan berwarna coklat, FII

memiliki bentuk sabun padat transparan, berbau khas dan berwarna orange

kecoklatan sedangkan FIII memiliki bentuk sabun padat transparan, berabau

khas dan berwarna orange. Untuk uji pH menunjukan pH yang berbeda yaitu

FI 10,8, FII 10,6 dan FIII 10,5. Uji stabilitas busa untuk FI memiliki tinggi

busa 9,2 cm, FII memiliki tinggi busa 9,5 cm dan FIII memiliki tinggi busa

9,5 cm. Sedangkan untuk uji kadar air FI 27%, FII 23% dan FIII 19%. Dari

hasil uji iritasi yang dilakukan ketiga formula tidak mengalami iritasi.
46

Tabel 4.6 Uji Stabilitas Fisik Sediaan Dipercepat

Organoleptis Stabilitas Kadar Air


Formula Siklus pH
Bentuk Bau Warna Busa
Padat sedikit
I Transparan Khas Coklat 10,7 9,5 cm 24%
Padat
II 1 Transparan Khas Coklat 10,2 9,6 cm 20%
Padat
III Transparan Khas Orange 9,7 9,6 cm 16%

Padat Tidak
I Transparan Khas Coklat 10,6 9,3 cm 21%
Padat Tidak
II 2 Transparan Khas Kuning muda 10,2 7,8 cm 17%
Padat
III Transparan Khas Orange 9,6 9,6 cm 13%
Padat Tidak
I Trasnsparan Khas Coklat 10,6 6,8 cm 17%
Padat Tidak
II 3 Transparan Khas Kuning muda 10,2 7,2 cm 13%
Padat
III Trasnparan Khas Orange 9,5 11,8 cm 9%
Sumber: Data Primer, (2022)

Tabel 4.6 menunjukan hasil setelah dilakukan uji stabilitas suhu dipercepat

selama 6 hari pada suhu dingin dan suhu panas. Pada siklus 1, formula I berbentuk

padat sedikit transparan, formula II dan III berbentuk padat transparan, ketiga

formula mempunyai pH dan stabilitas busa memenuhi syarat, sedangkan untuk uji

kadar air ketiga formula memiliki kadar air tidak memenuhi persyaratan. Pada

siklus ke 2, formula I dan II memiliki bentuk padat tidak transparan dan pada

formula II mengalami perubahan warna menjadi kuning muda, formula III memiliki

bentuk padat tarnsparan, ketiga formula mempunyai pH dan stabilitas busa

memenuhi syarat, sedangkan pada uji kadar air formula I dan II memiliki kadar air

tidak memenuhi persyaratan, sedangkan formula III memenuhi syarat. Pada siklus

ke 3, formula I dan II mempunyai bentuk padat tidak transparan, sedangkan formula


47

III mempunyai bentuk padat transparan, ketiga formula mempunyai pH dan

stabilitas busa memenuhi syarat, sedangkan untuk uji kadar air formula I tidak

memenuhi syarat sedangkan FII dan III memenuhi persyaratan.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan formulasi sediaan sabun transparan

ekstrak biji pinang. Terdapat tiga rancangan formulasi dengan variasi sukrosa

sebagai struktur pembentukan transparan sabun dengan konsentrasi 5%, 10% dan

15%. Sabun transparan yang akan dibuat memiliki bobot 60 gram.

Berdasarkan Tabel 4.1 hasil rendemen simplisia diperoleh sebesar 23,33%.

Sedangkan berdasarkan Tabel 4.2 hasil rendemen ekstrak biji pinang diperoleh

sebanyak 36,60%. Nilai tersebut dapat digunakan sebagai perkiraan untuk

menghitung banyaknya biji pinang dalam pembuatan ekstrak.

Pada Tabel 4.3 ekstrak biji pinang memiliki karakteristik berbentuk kental,

berbau khas biji pinang, bewarna coklat kehitaman dan memiliki berat 109,82 gram.

Sebelum melakukan pembuatan sabun transparan, ekstrak biji pinang

dilakukan pengujian senyawa tanin, dapat dilihat pada Tabel 4.4 dari hasil

pengujian yang dilakukan bahwa biji pinang positif mengandung senyawa tanin

dengan melihat adanya perubahan warna larutan dimana warna larutan ekstrak biji

pinang berwarna orange berubah warna menjadi warna hitam kehijauan yang

menunjukan adanya senyawa tanin. Menurut Sulastri (2009) menyatakan bahwa

biji pinang yang mengandung senyawa tanin dengan melihat adanya warna hitam

kehijauan.
48

Berdasarkan Tabel 4.5 pemeriksaan organoleptis sabun transparan yaitu

pada formula I memiliki bentuk padat sedikit transparan, formula II dan III

memiliki bentuk padat transparan, ketiga formula berbau khas grape fruit dan

memiliki warna yang berbeda dimana formula I berwarna coklat, formula II

berwarna orange kecoklatan dan formula III berwarna orange, hal ini dikarenakan

komposisi sukrosa yang digunakan tiap formula bervariasi, FI 5%, FII 10% dan FIII

15% sehingga membuat konsistensi tiap formula berbeda. Menurut Asmarita

(2019) syarat sabun transparan yang baik yaitu memiliki bentuk padat transparan,

memilki warna bening dan beraroma harum sesuai pewangi yang digunakan.

Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa ketiga formula sediaan sabun transparan

menunjukan pH FI 10,8, FII 10,6 dan FIII 10,5 dimana ketiga formula sabun

transparan memenuhi syarat sesuai dengan persyaratan pH pada sabun yaitu 8-11.

Menurut Wijana dkk., (2009), sediaan sabun dengan nilai pH yang terlalu asam

dapat mengiritasi kulit sedangkan bila nilai pH yang terlalu basa dapat membuat

kulit kering dan bersisik.

Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa ketiga formula sediaan sabun transparan

memiliki tinggi busa yaitu FI 9,2 cm, FII 9,5 cm dan FIII 9,5 cm, stabilitas busa

ketiga formula sabun transparan, memenuhi syarat sesuai dengan persyaratan tinggi

busa sabun yaitu 1.3-22cm. Busa yang stabil cukup lama lebih diinginkan karena

busa dapat membantu membersihkan tubuh. Pengujian tinggi busa dilakukan untuk

mengetahui daya busa dari sabun (Farn, 2006).

Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui banyaknya kadar air dalam

sediaan sabun transparan, karena kadar air akan mempengaruhi kualitas sabun,
49

prinsip uji kadar air pada sediaan sabun transparan adalah pengukuran berat setelah

pengeringan pada suhu 105⁰C selama dua jam (Hambali dkk., 2005). Pada

pengujian kadar air ketiga formula tidak memenuhi syarat, dimana formula I

memiliki kadar air 27%, FII 23% dan FIII 19%. Hal ini disebabkan karena

pengujian kadar air pada sabun transparan dilakukan terlalu cepat yaitu ketiga sabun

transparan baru disimpan selama dua hari dimana kadar air yang dimiliki ketiga

formula masih terlalu tinggi. Seharusnya pengujian untuk kadar air sabun

transparan harus menunggu sabun benar-benar keras dimana air dalam sabun akan

menguap yaitu penyimpanan sabun selama dua minggu. Kadar air yang dimiliki

ketiga formulasi berbeda, hal ini disebabkan karena sukrosa yang digunakan

bervariasi yaitu FI 5%, FII 10% dan FIII 15%, dimana sukrosa memiliki sifat yang

higroskopis dan juga penambahan etanol sebagai pelarut dalam sediaan sabun

bervariasi, semakin banyak sukrosa yang digunakan maka semakin sedikit etanol

yang dipakai hal inilah yang menyebabkan kadar air pada sediaan sabun transparan

berbeda. Sabun dengan kadar air yang tinggi akan menyebabkan sabun mudah

menyusut dan tidak nyaman saat digunakan (Yulia dkk., 2016). Menurut Badan

Standariasi Nasioanal (1996) standar air sediaan sabun maksimal 15%.

Hasil dari uji stabilitas fisik pada penelitian ini di uji dengan cara cycling test

yaitu dalam rangka waktu 6 hari pada suatu suhu yang ekstrim seperti suhu dingin

sampai dengan suhu panas yang diamati selama 3 siklus. Tujuan dari uji stabilitas

fisik pada suhu ini untuk mengetahui apakah sediaan sabun padat transparan

memenuhi standar persyaratan atau stabil , dari uji stabilitas suhu dingin (2⁰C - 8⁰C)

dan suhu panas (30⁰C -40⁰C) dengan mengamati organoleptis (bentuk, bau, dan
50

warna), pH, stabilitas busa dan kadar air (Rizki dkk, 2018). Dari hasil yang didapat

siklus pertama sampai siklus ketiga formula I mengalami perubahan bentuk, warna,

stabilitas busa dan kadar air, dimana formula I mempunyai bentuk tidak transparan

dari sebelumnya, memiliki warna kuning muda, stabilitas busa menurun dari

sebelumnya 9,5 cm, 9,3 cm menjadi 6,8 cm tetapi masih memenuhi persyaratan,

dan kadar air menurun dari sebelumnya 24%, 21% menjadi 17%. Perubahan warna,

bentuk dan stabilitas busa ini dikarenakan ketidakstabilan sediaan FI selama

penyimpanan 3 siklus. Untuk perubahan kadar air dikarenakan selama masa

penyimpanan air yang ada pada sediaan sabun transparan menguap sehingga kadar

air yang dimiliki oleh sabun transparan berkurang tetapi belum memenuhi

persyaratan. Formula II mengalami perubahan bentuk dan kadar air, dimana

formula II mempunyai bentuk tidak transparan dari sebelumnya dan kadar air

menurun dari sebelumnya 20%, 17% menjadi 13%. Perubahan bentuk dan ini

dikarenakan ketidakstabilan sediaan FII selama penyimpanan 3 siklus dan untuk

perubahan kadar air dikarenakan selama masa penyimpanan air yang ada pada

sediaan sabun transparan menguap sehingga kadar air yang dimiliki oleh sabun

transparan berkurang dan sudah memenuhi syarat kadar air, dimana menurut Badan

Stansarisasi Nasional (1996) kadar air pada sabun maksimal 15%. Untuk formula

III tidak mengalami perubahan. Sandra dkk., (2017) menyatakan bahwa syarat

stabilitas fisik sediaan sabun transparan yang baik harus menunjukan kestabilan dan

tidak ada perubahan selama pengujian dan penyimpanan.

Uji iritasi pengujian di lakukan pada enam orang relawan, formula I, II, dan III

di oleskan pada tengkuk leher selama 30 menit, hasil yang di dapatkan pada formula
51

I, II, dan III tidak menyebabkan iritasi, seperti kemerahan, rasa gatal, atau bengkak

pada kulit sehingga sabun transparan dinyatakan layak. Menurut Wasitaatmadja

(1997), uji iritasi dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping yang dapat

mengiritasi kulit yaitu kulit terasa panas terbakar, kulit kering dan mengelupas,

muncul ruam merah pada kulit dan gatal-gatal.

Berdasarkan keseluruhan evaluasi diketahui bahwa formula I, II dan III

memiliki hasil bebrbeda dimana formula I dan II memiliki hasil bentuk sabun

trasnparan tidak memenuhi syarat sedangkan formula III memiliki hasil yang

memenuhi persyaratan baik secara organoleptis, pH, stabilitas busa, kadar air dan

tidak mengiritasi. Dari ketiga formula diperoleh formula terbaik adalah formula III

memiliki pH 10,5 yang sesuai dengan syarat pH sediaan sabun, stabilitas busa

9,5cm sesuai dengan syarat tinggi busa, kadar air 19% serta stabil selama

penyimpanan dan tidak mengiritasi kulit. Menurut Badan Stansarisasi Nasional

(1996) sediaan sabun transparan yang baik yaitu memiliki bentuk transparan, pH 8-

11, tinggi busa 1,3-22 cm, kadar air maksimal 15%, tetap stabil dan tidak

mengiritasi kulit.

Faktor-faktor kesalahan yang harus diperhatikan dalam penelitian pembuatan

sabun transparan yaitu suhu, pengadukan dan stabilitas sehingga sabun aman

digunakan bagi masyarakat. Menurut Lilis dkk., (2018), menyatakan bahwa faktor

yang dapat diperhatikan dalam pembuatan sabun transparan adalah kandungan

alkohol, gula, dan gliserin, karena alkohol, gula dan gliserin dapat mempengaruhi

transparansi pada sabun.


52

Biji pinang (Areca catechu L.) dapat di kembangkan menjadi sediaan farmasi

yang berbentuk masker gel, salep, krim, shampoo, lotion dan sebagainya. Menurut

Farid, dkk (2020), menyatakan bahwa sediaan biji pinang dikembangkan

pemanfaatan dalam bentuk sediaan krim. Krim biasanya digunakan sebagai emolien

atau pemakaian topikal pada kulit karena sifatnya mudah menyebar rata, mudah

dibersihkan, aman bila digunakan, praktis dalam pemakaiannya, tidak lengket

terutama tipe M/A, memberikan rasa dingin (cold cream) untuk tipe A/M, serta

dapat digunakan sebagai kosmetik. Biji pinang memiliki aktivitas antibakteri yang

tinggi, untuk memudahkan penggunaan antibakteri bagi kulit maka biji pinang

dapat di formulasikan menjadi sediaan sabun transparan (Indriyani, dkk., 2020).

Pengembangan formulasi sediaan sabun transparan ekstrak biji pinang (Areca

catechu L.) Sebagai antibakteri sangat baik dikarenakan biji pinang mengandung

proantosianidin yang dapat bekerja dengan cara mengkerutkan dinding sel atau

membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel, akibat terganggunya

permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya

terhambat dan mati (Ajizah, 2004). Aktivitas antibakteri ekstrak biji pinang diuji

menggunakan metode difusi dengan cara sumuran, pada penelitian sebelumnya,

sediaan sabun yang mengandung ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 4.5%

memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri dengan diameter zona hambat

sebesar 19,99 mm sehingga masuk dalam kategori kuat (Indriyani, 2020).


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Formulasi Sediaan Sabun

Transparan dari Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.) Sebagai

Antibakteri, dapat disimpulkan bahwa formulasi terbaik sediaan sabun

transparan yang berpotensi sebagai antibakteri ada pada formula III,

dengan konsentrasi sukrosa 15% dengan hasil evaluasi sediaan

berbentuk padat transparan, berbau khas grape fruit, bewarna orange,

pH 10,5, stabilitas busa 9,5 cm, kadar air 19%, stabil dan tidak

mengiritasi kulit.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka saran dalam penelitian

ini yaitu diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan

penelitian efektivitas antibakteri pada sabun padat transparan dan

melengkapi uji persyaratan seperti uji asam lemak dan uji alkali bebas.

53
DAFTAR PUSTAKA

Afif Prasetyo. 2019. Pembuatan Sabun Transparan. Institut Teknologi Malang.

Afni Nur, Nasrah dan Yuliet. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Pasta Gigi Ekstrak
Biji Pinang (Areca catechu L) Terhadap Streptococcus mutans dan
staphylococcus aureus. Galenika Jurnal of pharmacy 1(1):48-58.

Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap Ekstrak Daun


Psidium guajava L. Bioscientiae. 1 (1) 8 - 31.

Almansyahnis. 2012. Membran Sel. Biologi SMAN 8. Pekanbaru.

Anuraga Jayanegara, Muhammad Ridla, Erika B. Laconi dan Nahrow. 2019. Buku
Ajar Komponen Antinutrisi pada Pakan. Percetakan IPB, Bogor.

Asmarita Hutapea. 2019. Formulasi Sediaan Sabun Padat Transparan Kombinasi


Minyak Zaitun (Olive oil) Dan Minyak Sereh (Citronella oil). Institut
Kesehatan Helvetia Medan.

Awari Susanti. 2014. Metabolisme Lipid Pada Tumbuhan. Fakultas Matematika


dan Ilmu Pengetahuan alam, Universitas Andalas. Padang.

Badan Standardisasi Nasional. 1996. Sediaan Sabun Padat. SNI 06-2588. Jakarta
(ID): Badan Standardisasi Nasional

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat, Cetakan Pertama, 3-11, 17-19. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan: Jakarta

Dwi Astuti. 2017. Formulasi Sediaan Sabun Padat Transparan Minyak Atsiri Kulit
Jeruk (Citrus Sinensis) (L.) Osbeck. STIFARM. Sumatera Barat.

Erlinda, T. Nikham. 2012. Uji Bahan Baku Antibakteri Dari Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa) Hasil Radiasi Gamma dan Antibiotik terhadap Bakteri
Patogen. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bahan. 4 (1) 168-174.

54
55

Ervianingsih. 2007. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Kucai (Allium schoenoprasum
L.) Terhadap Pertumbuhan Steptococcus mutans. UNDIP. Semarang

Farn R.J. 2006. Chemistry And Technology Of surfactants. Blackwell Publishing,


Oxford.

Fatmawati, A. 2012. Efek Sitotoksik ekstrak Metanol Kulit Batang Kluwih


(Artocarpus altilis Park) terhadap Sel Hela dan Profil Kromatografi Lapis
Tipisnya. Fakultas Farmasi, Univrsitas Muhammadiyah: Surakarta.

Febe Eunike. 2013. Kimia Bahan Alam. Lambung Mangkurat. University Press.

Ghaim, J., & Volz, E. D. 2005. Skin cleansing bar. Dalam: A. O Barel, M. Paye,
and H.L. Maibach (Editor). Handbook of Cosmetic Science and Technology.
New York.: Marcel Dekker Inc.

Gould, D. & Brooker. 2003. Mikrobiologi Terapan untuk perawat. Halaman 252,
Cetakan Pertama. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gunawan, I. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik (Suryani, Ed.) (1st
ed.). PT Bumi Aksara: Jakarta.

Hambali dan Haryono. 2005, Membuat Sabun Transparan untuk Gift dan
Kecantikan. Penebar Swadaya, Jakarta: 19-23.

Harbone, J.B., 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. ITB: Bandung.

Hardian, K., Ali A dan Yusmarini. 2014. Evaluasi Mutu Sabun Padat Transparan
Dari Minyak Goreng Bekas Dengan Penambahan SLS (Sodium lauryl Sulfate)
Dan Sukrosa.

Hernani., Bunasor, T.K., dan Fitriati, 2010, Formula Sabun Transparan Anti Jamur
Dengan Bahan Aktif Ekstrk Lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz.), Bul. Litro,
21 (2), 192-205.

Ihsanurrozi Mohamad. 2014. Teknik Budidaya Pinang. Universitas Pendidikan


Indonesia.

Indriyani, Niken dan Resti Erwiyani. 2020. Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri
Sabun Ekstrak Terpurifikasi Biji Pinang (Areca catechu L) Terahadap
Propionibacterium acnes. Chimica et Natura Acta 2(1): 83-90.

Isnaeni Usman, Jane Stefany Rambung, Ermi Reski Hijriah AR, Ismail Ismail.
2019. Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Daun Kemangi Dan Daun
56

Binahong Terhadap Streptococcus Mutans. Jurusan Farmasi Poltekkes kemenkes


Makassar.

Jaiswal. A, 2011.” A study of the occupational health function among female textile
workers”. (Jurnal). Department of Anthropology, Pondicherry University,
Pondicherry-605014, India.

Jawetz, E., Melnick, J.L, Adelberg, E.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.


diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N.
M., Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII, 327-335, 362-363. Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.

Julianti, E. Nurminah, M. 2009. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Universitas


Sumatera Utara Press: Medan.

Julianto, T. S. 2019. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining


Fitokimia, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Kamikaze, D. 2002. Studi Awal Pembuatan Sabun Menggunakan Campuran Lemak


Abdomen Sapi (Tallow) dan Curd Susu Afkir. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
9-10, 18 hal.

Kirk, R. E. 1995. Experimental design: Procedures for the behavioral


sciences. Pacific Grove, CA: Brooks-Cole.

Kristina, N.N dan Syahid. 2007. Tanaman Pinang Sebagai Tanaman Obat. Balai
Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.

Madigan, M.T., J.M. Martinko, and J. Parker., 2009, Biology of Microorganisms.


12th ed, New York: Prentice Hall International.

Lilis Sukeksi, Meirany Sianturi dan Lionardo Setiawan. 2018. Pembuatan Sabun
Transparan Berbasis Minyak Kelapa Dengan Penambahan Ekstrak Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebagai Bahan Antioksidan. Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Masduki. 2015. Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) terhadap S.
aureus dan E. coli. Jakarta: Penerbit Cermin Dunia Kedokteran. Hal. 23-24.

Mega Selpiah, Aini, Jumari Ustiawaty. 2021. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji
Areca catechu L. Dalam Menghambat Pertumbuhan Salmonella typhi. Jurusan
Analis Kesehatan, Politeknik Medica Farma Husada Mataram, Indonesia

Mutiara Indah Sari. 2007. Struktur Protein. Fakultas Kedokteran, Semarang.


57

Mu Wael. 2017 . Aktivitas Pinang Sebagai Antibakteri. Universitas Muhamadiyah


Semarang.

Nugraha R. 2015. Aplikasi minyak nilam sebagai Bahan aditif sabun transparan
antiseptik. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS.

Panjaitan, RR. 2008. Pengembangan Pemanfaatan Sabut Pinang untuk Pembuatan


Asam Oksalat. Berita Litbang Industri Media Publikasi dan Komunikasi
Peneliti Industri Vol.39 No.1.

Prayoga E. 2013. Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.)
Dengan Metode Difusi Disk Dan Sumuran Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Purnawati Debbi. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa Dan Asam Sitrat
Terhadap Mutu Sabun Transparan. Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.

Qisti, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu
pada Konsentrasi yang Berbeda. Bogor, Program Studi Teknologi Hasil
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Rizki Febriyanti, Inur Trivani dan Pirmansyah Agung. 2018. Formulasi dan Uji
Cycling Test Terhadap Sifat Fisik Sabun Padat Transparan Kombinasi
Ekstrak Kulit dan Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus). Politeknik
Harapan Bersama Tegal.

Rowe, R.C., P.J. Sheskey, dan M.E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceuticals
Exipient, 6 th ed. Pharmaceutical Press: London.

Sandra Aulia M., Andi, Nafisah T.A.M, Wa Ode Sitti Z., Endeng Juswita. 2017.
Formulasi dan Uji Stabilitas Sabun dari Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
(Psidium guajava L.) Sebagai Antibakteri Pharmauho. Jurnal Farmasi, Sains,
dan Kesehatan. 3(2): 28-32. ISSN 2442-979.

Seriwanti Yolangga Ad Nst. 2020. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Pinang
(Areca Catechussss L.) Dan Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Pada
Bakteri Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus. Program Ekstensi
Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

Setyaningsih D., A. Apriyantono, P.M. Sari. 2010. Analisis Sensori untuk Industri
Pangan dan Agro. IPB. Bogor.

Siswandono. 2013. Manajemen Perawatan Luka. Surabaya: Airlangga University


Press.pp.360-370.
58

Srie Gustiani, Wulan septiani, Cica Kasipah. 2019. Aplikasi ekstrak biji pinang
(Areca catechu L) sebagai zat antibakteri pada kain kapas. Arena tekstil
34(2):85-92.

Staples, G.W. and Bevacqua, R.F. 2006. Areca cathechu L. (Betel Nut Palm).
Species Profiles For Pacific Island Agroforestry.

Sulastri Taty. 2009. Analisis Kadar Tanin Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol pada Biji
Pinang Sirih (Areca Catechu. L). Jurnal Chemica. 10(1): 59-63.

Sunaryati. 2017. Mikrobiologi Pada Infeksi Kulit. Fakultas Kedokteran, Universitas


Padjadjaran.

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Edisi II. Penerbit Salemba Medika.
Jakarta.

Syafrizal Helmi. 2010. Analisis Data Untuk Riset Manajemen Bisnis. USU press,
Medan.

Tranggono RI dan Latifah F, 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik,


PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; Hal. 11, 90-93, 167.

Trease Mazza and Evans. 2012. Analysis of flavonoids and phenolic acids in Greek
aromatic plants: Investigation of their antioxidant capacity and antimicrobial
activity. Pacific Agri-food center, Agricultureand Agri-food Canada.

Urmania. 2012. Pembuatan Sabun Transparan Dari Minyak Kelapa Murni (Virgin
Coconut Oil). Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soedani


N.S. Universitas Gajah Mada Press: Yogyakarta.

Wasiaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Kosmetik Medik. Universitas Indonesia:


Jakarta.

Widodo, A.T. 2010. Penentuan Struktur Molekul. Semarang: Jurusan Kimia


FMIPA UNNES.

Wijana dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatic Kajian Teori
Dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Yernisa, E, Gumbira, dan Khaswar Syamsu. 2013. Aplikasi pewarna bubuk alami
dari ekstrak biji pinang (Areca Catechu) pada pewarnaan sabun transparan.
Jurnal Teknologi Industri pertanian 23(3): 190-198.
LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Dan Perhitungan Pembuatan Sabun Transparan Ekstrak


Biji Pinang.
Formulasi
Bahan Fungsi Syarat
FI FII FIII
Ekstrak Biji
Zat Aktif - 4.5% 4.5% 4.5%
Pinang
Basis Lemak
SFO - 30% 30% 30%
dan Minyak
NaOH Alkali Basah 5-20% 15% 15% 15%
Pembentukan
Gliserin <30% 10% 10% 10%
Struktur Transparan
Pembentukan
Sukrosa 2-20% 5% 10% 15%
Struktur Transparan
Asam stearat Menstabilkan Busa 1-20% 10% 10% 10%
Asam sitrat Pengelat 0.3-2.0% 0,5% 0,5% 0,5%
Propilen glikol Pelembut ≈15 10% 10% 10%
Etanol ad Pelarut - 100 100 100
Grape fruit Pewangi Qs qs qs qs

1. Perhitungan Formulasi:
a. Formula I
.
Ekstrak biji pinang: × 50 𝑔𝑟 = 2.25 𝑔𝑟𝑎𝑚

SFO : × 50𝑔𝑟 = 15 𝑔𝑟𝑎𝑚

NaOH : × 50𝑔𝑟 = 7,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

Gliserin : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram

Sukrosa : × 50 𝑔𝑟 = 2,5 gram

Asam stearat : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram


,
Asam sitrat : × 50 𝑔𝑟 = 0,25 gram

Propilen glikol : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram

Grape fruit : qs
Etanol ad : 60 – ( 2,25 + 15 + 7,5 + 5 + 2,5 + 5 + 0,25 + 5)

59
60

= 60 – 42,5
= 17,5 mL
b. Formula II
.
Ekstrak biji pinang: × 50 𝑔𝑟 = 2.25 𝑔𝑟am

SFO : × 50𝑔𝑟 = 15 𝑔𝑟𝑎𝑚

NaOH : × 50𝑔𝑟 = 7,5 𝑔𝑟am

Gliserin : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram

Sukrosa : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram

Asam stearat : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram


,
Asam sitrat : × 50 𝑔𝑟 = 0,25 gram

Propilen glikol : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram

Grape fruit : qs
Etanol ad : 60 – ( 2,25 + 15 + 7,5 + 5 + 5 + 5 + 0,25 + 5)
= 60 – 45ml
= 15 mL
c. Formula III
.
Ekstrak biji pinang: × 50 𝑔𝑟 = 2.25 𝑔𝑟am

SFO : × 50𝑔𝑟 = 15 𝑔𝑟𝑎𝑚

NaOH : × 50𝑔𝑟 = 7,5 𝑔𝑟am

Gliserin : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram

Sukrosa : × 50 𝑔𝑟 = 7,5 gram

Asam stearate : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram


,
Asam sitrat : × 50 𝑔𝑟 = 0,25 gram

Propilen glikol : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram

Grape fruit : qs
Etanol ad : 60 – ( 2,25 + 15 + 7,5 + 5 + 7,5 + 5 + 0,25 + 5)
61

= 60 – 47,5
= 12,5 mL
2. Perhitungan Rendemen:

a. Rendemen Simplisia

( )
Rendemen (%) = x 100%
( )

= x 100%
.

= 23,33 %

b. Rendemen Ekstrak

berat ekstrak (g)


𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 (%) = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑢𝑏𝑢𝑘 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑝𝑖𝑛𝑎𝑛𝑔
,
= × 100%

= 36,60%
62

Lampiran 2: Bagan Pengelolaan Sampel Biji Pinang

Biji pinang 3kg

 Disortasi dan dicuci


 Dirajang

Pengeringan

 Diangin-anginkan tanpa
paparan sinar matahari
 Diblender

Serbuk Biji pinang 700 gram


63

Lampiran 3: Bagan Pembuatan Ekstrak Biji Pinang

Serbuk Biji Pinang 300 gram

 Dimaserasi dengan
etanol 70% sebanyak 1,5
liter, dibiarkan selama 3
x 24 jam
 Disaring

Filtrat I Residu I

 Diremaserasi dengan
etanol 70% sebanyak
1,5 liter
 Disaring

Filtrat II

 Dicampurkan
Filtrat I dan II

Filtrat I dan II

 Diuapkan diatas
waterbath pada
suhu 60⁰C

Ekstrak kental
Biji Pinang
64

Lampiran 4: Bagan Proses Pembuatan Formulasi Sediaan Sabsun


TransparanEkstrak Biji Pinasng

Dipanaskan SFO dengan suhu 60⁰C

 Asam sterarat ditambahkan


 Propilen glikol ditambahkan
 NaOH ditambakan

Stok Sabun

 Gliserin ditambahkan
 Sukrosa ditambahkan
 Asam sitrat ditambahkan
 Etanol 70% ditambahkan

Campuran terlihat transparan

 Ekstrak Biji Pinang


 ditambahkan
 Grape fruit ditambahkan
 Sabun dicetak

Sediaan Sabun Transparan


Dengan 3 Formula Sediaan
Sabun Biji Pinang (FI,FII,FIII)
65

Lampiran 5: Bagan Evaluasi Sediaan Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang

Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang

UJI Uji Stabilitas Uji Kadar Uji Stabilitas


Uji pH Uji Iritasi
Organoleptis Busa Air Fisik

Sampel Sampel Sampel


Diamati pH meter Sampel disimpan
bentuk, dimasukan dimasukan dikeringkan diencerkan pada suhu
bau dan kedalam kedalam didalam oven dengan ekstrim
wrna beaker glass tabung reaksi pada suhu 1050C aquades selama 3
yang telah di kemudian selama 2 jam. kemudian siklus
isi sediaan ditambahkan dioleskan ke
dan aquadest bagian tengkuk
ditambahkan selanjutnya leher diamati
sedikit dikocok apakah terjadi
aquadest selama 5 iritasi
menit, diukur
tinggi busa

Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil


66

Lampiran 6: Dokumentasi Penelitian

a. Alur Pembuatan Ekstrak Biji Pinang

Gambar I. Sortasi Basah Gambar II. Penimbangan Gambar III. Hasil


Biji pinang Biji pinang Perajangan

Gambar VI. Penimbangan Gambar V. Penghalusan Gambar IV. Hasil


Serbuk Biji Pinang Biji pinang pengeringan

Gambar VII. Proses Maserasi Gambar VIII. Proses Gambar IX. Proses Gambar X. Ekstrak
Penyaringan Penguapan Kental
67

b. Proses Pembuatan Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang

Gambar I. Penimbangan Gambar II. Pemanasan Gambar III. Penambahan Gambar IV.Penambahan
Bahan SFO Asam stearate Propilen glikol

Gambar VIII.Penambahan Gambar VII. Penambahan Gambar VI. Stok Sabun Gambar V.Penambahan
Sukrosa Gliserin NaOH

Gambar IX Penambahan Gambar X.Penambahan Gambar XI. Penambahan Gambar XII. Proses
Asam sitrat Etanol 70% Ekstrak Biji pinang Penyaringan

Gambar XIII. Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang FI,FII,FIII


68

c. Proses Identifikasi Fitokimia Biji Pinang

Gambar I. Hasil Uji Tanin

Gambar II. Hasil Uji Flavanoid

Gambar III. Hasil Uji Akaloid


69

d. Hasil Evaluasi Sediaan Sabun Trasnparan Ekstrak Biji Pinang

1. Uji Organoleptis

2. Uji pH

3. Uji Stabilitas Busa


70

4. Uji Kadar Air

Gambar I. Pemanasan Cawan Petri Gambar I. Penimbangan sabun


Ekstrak Biji Pinang

Gambar IV. Hasil Pengeringan sabun Gambar III. Pengeringan sabun


Transparan Ekstrak Biji Pinang Transparan Ekstrak Biji pinang
71

5. Uji Stabilitas fisik

a. Siklus I

1) Uji Orgnoleptis

2) Uji pH

3) Uji Stabilitas Busa


72

b. Siklus II

1) Uji Oragnoleptis

2) Uji pH

3) Uji Stabilitas Busa


73

c. Siklus III

1) Uji Organleptis

2) Uji pH

3) Uji Stabilitas Busa


74

6. Uji Iritasi

Gambar I. Uji Iritasi Formula I

Panelis I Panelis II

Gambar II. Uji Iritasi Formula II

Panelis I Panelis II

Gambar III. Uji Iritasi Formula III

Panelis I Panelis II
75

Lampiran 7: Surat Keterangan Penelitian


76

Lampiran 8: Surat Keterangan Bebas Labolatorium


77

Lampiran 9: Surat Keputusan Dekan Tentang Penetapan Dosen Pembimbing


Karya Tulis Ilmiah
78

Lampiran 10: Surat Keputusan Dekan Tentang Penetapan Dosen Penguji


Karya Tulis ilmiah
79

Lampiran 11: Lembar Asistensi Proposal Karya Tulis Ilmiah


80

Lampiran 12: Lembar Revisi Proposal Karya Tulis Ilmiah


81

Lampiran 13: Lembar Asistensi Karya Tulis Ilmiah


82

Lampiran 14: Lembar Revisi Karya Tulis Ilmiah

Anda mungkin juga menyukai