Oleh:
Oleh:
Adriana C. Maluntoh
NPM.19512023
Mengetahui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
Adriana C. Maluntoh
NPM. 19512023
Telah Diujikan Di Depan Penguji Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Hari Selasa, Tanggal 05 Juli 2022
Dosen Penguji,
Mengetahui,
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI
NPM : 19512023
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan Judul
“Formulasi Sediaan Sabun Transparan Dari Ekstrak Biji Pinang (Areca
catechu L.) Sebagai Antibakteri” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar Ahli Madya/Kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan didalam daftar pustaka.
Yang menyatakan
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
pengertianmu sendiri,
meluruskan jalanmu.”
Amsal 3: 5-6
PERSEMBAHAN
1. Tuhan Yesus Kristus Sang Pemberi Hidup ini yang selalu memberi
hikmat, kepintaran, kekuatan, dan kemampuan serta selalu menyertai,
memberkati, dan menolong penulis dalam segala hal.
2. Kedua orangtua tercinta, Bapak Lukas Hendrik Maluntoh dan Mama
Maria Aloisya Fasak yang selalu mendukung, memberikan semangat,
memberikan cinta, kasih sayang serta doa sehingga penulis bisa
menyelesaikan studi.
3. Suami tercinta Amos Pandit yang selalu mendukung dan memberikan
semangat bagi penulis.
4. Drs.Mozes Dimalouw, apt. dan Drs. Andriasih, apt. yang selalu
meberikan dukungan, memberikan semangat dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan studi.
5. Sahabat-sahabat terkasih Risna Idris, Sally Krake, Merly
Palembangan, Sator Palembangan, Simon Flaminto B. Ndolu,
Febrianti E. Itlay, Hendar P. Wardhana, Thonci L. Kowi. yang selalu
memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.
6. Almamater tercinta Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
v
Formulasi Sediaan Sabun Transparan Dari Ekstrak
Biji Pinang (Areca catechu L.)
Sebagai Antibakteri
Oleh:
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Formulasi Sediaan Sabun Transparan dari Ekstrak
Biji Pinang (Areca catechu L.). Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui
Formula terbaik Sediaan Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang. Jenis dari penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan-pendekatan eksperimen laboratorium.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Sains dan Teknologi Jayapura, ± 3 bulan yaitu pada tanggal 21 Maret - 21 Juni 2021.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Biji Pinang yang ada di Wilayah
Kampung Yatu Raharja (Arso x), Distrik Arso, Kabupaten Keerom. Jumlah sampel
dalam penelitian adalah 3 kg. Bahan dasar diambil dari biji pinang dan bahan aktif
diambil dari hasil maserasi selama tiga kali dua puluh empat jam menggunakan pelarut
etanol 70%. Formulasi dilakukan dengan variasi formula I, II, dan III dengan
konsentrasi sukrosa sebagai pembentukan struktur transparansi sabun yaitu 5%, 10%,
15%. Untuk mendapatkan formula terbaik dilakukan evaluasi sediaan meliputi
pengujian organoleptis, pengujian pH, pengujian stabilitas busa, pengujian kadar air,
pengujian stabilitas fisik, dan pengujian iritasi. Hasil penelitian menunjukan formula
terbaik adalah formula III dengan konsentrasi sukrosa sebesar 15% dengan hasil uji
evaluasi organoleptis yang menunjukan bentuk padat transparan, bau khas aroma grape
fruit, warna orange, pH 10,5, stabilitas busa 9,5cm, kadar air 28%, stabil dan tidak
iritasi.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Formulasi Sediaan Sabun Transparan Dari Ekstrak Biji
Pinang (Arecha catecchu L.) Sebagai Antibakteri”.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis diberikan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, karena itu dengan penuh rasa hormat dan tulus hati
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
2. Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura.
3. Ketua Program Studi Diploma III Farmasi Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura
4. Dosen Pembibing, apt. Drs. Rakhmad Barus yang telah mendidik dan
membimbing penulis, memberi banyak saran, arahan dan motivasi dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah.
5. Dosen Penguji I, Rini Prastyawati, S.Si., M.Si. yang telah mendidik dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.
6. Dosen penguji II, apt. Nurul Huda, M. Farm. yang telah mendidik dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.
7. Kepala Labolatorium Mikrobiologi Fakultas Ilmi-ilmu Kesehatan Universitas
Sains dan Teknologi Jayapura.
8. Seluruh Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
9. Orang tua, Bapak Lukas Maluntoh dan Ibu Maria Fasak yang telah memberikan
dukungan berupa nasihat dan materi.
10. Suami tercinta Amos Pandit yang telah memberikan dukungan serta semangat
bagi penulis.
vii
11. Drs. Mozes Dimalouw, apt. dan Drs. Andriasih, apt. yang selalu meberikan
dukungan, memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan studi.
12. Sahabat-sahabat terkasih Risna Idris, Sally Krake, Merly Palembangan, Sator
Palembangan, Simon Flaminto B. Ndolu, Febrianti E. Itlay, Hendar P.
Wardhana, Thonci L. Kowi. yang selalu memberikan dukungan dan masukan
kepada penulis.
13. Teman-teman Farmasi dan Analis Kesehatan Angkatan 2019 yang telah
banyak membantu dalam hal penulisan.
Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi penulisan maupun dari segi materi yang disajikan. Oleh karena itu, untuk
kesempurnaan penulisan penulis mengharapkan masukan yang bersifat
membangun dari semua pihak.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Hal
ix
2.9 Evaluasi Sediaan Sabun Transparan ................................... 24
2.10 Kerangka Konsep ............................................................... 27
BAB III METODE DAN PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................... 31
3.2 Lokasi dan Waktu penelitian .............................................. 31
3.3 Populasi dan sampel ........................................................... 31
3.4 Alat dan Bahan ................................................................... 31
3.5 Rancangan Formulasi ......................................................... 32
3.6 Prosedur Penelitian .............................................................. 36
3.7 Evaluasi Sediaan ................................................................ 39
3.8 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 39
3.9 Analisa Data ........................................................................ 40
3.10 Alur Penelitian .................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................... 42
4.2 Pembahasan ........................................................................ 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 52
5.2 Saran ................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 53
x
DAFTAR TABEL
Tabel Hal.
1.1 Keaslian Penelitian ................................................................................ 4
2.1 Kandungan Buah Pinang ....................................................................... 12
2.2 Jurnal Penelitian Bioaktivitas Ekstrak Biji Pinang ............................... 14
2.3 Definisi Operasional .............................................................................. 33
3.1 Rancangan Formulasi ............................................................................. 35
4.1 Hasil Rendemen Simplisia Biji Pinang .................................................. 42
4.2 Hasil Rendemen Ekstrak Kental Biji pinang ......................................... 42
4.3 Karakteristik Ekstrak Biji Pinang .......................................................... 43
4.4 Identifikasi Fitokimia Biji pinang ......................................................... 43
4.5 Hasil Evaluasi Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang .......................... 44
4.6 Uji Stabilitas Fisik Sediaan Dipercepat.................................................. 45
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal.
2.1 Tanaman Pinang ................................................................................. 5
22 Akar Pinang ....................................................................................... 6
2.3 Batang Pinang ................................................................................... 6
2.4 Daun Pinang ...................................................................................... 7
2.5 Bunga Pinang .................................................................................... 7
2.6 Buah Pinang ...................................................................................... 8
2.7 Struktur Kimia Tanin ........................................................................ 8
2.8 Struktur Kimia Flavanoid .................................................................. 10
2.9 Struktur Kimia Alkaloid .................................................................... 11
2.10 Struktur Kimia Kulit .......................................................................... 19
2.11 Struktur Kimia NaOH ...................................................................... 23
2.12 Struktur Kimia Asam stearat ............................................................. 24
2.13 Struktur Kimia Gliserin ..................................................................... 25
2.14 Struktur Kimia Etanol ....................................................................... 25
2.15 Struktur Kimia Sukrosa ..................................................................... 26
2.16 Struktur Kimia Propilen glikol ........................................................... 27
2.17 Struktur Kimia Asam sitrat ................................................................ 27
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan Hal.
2.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 32
3.1 Alur Penelitian ..................................................................................... 41
xiii
DAFTAR RUMUS
Rumus Hal
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Data Dan Perhitungan Pembuatan Sabun Transparan Ekstrak Biji
Pinang ................................................................................................... 58
2. Bagan Pengelolahan Sampel Biji Pinang ............................................ 61
3. Bagan Pembuatan Ekstrak Biji Pinang ................................................ 62
4. Bagan Proses Pembuatan Formulasi Sediaan Sabun Transparan Ekstrak
Biji Pinang ........................................................................................... 63
5. Bagan Evaluasi Sediaan Sabun Transparan Ekstrak Biji Pinang ........ 64
6. Dokumentasi Penelitian........................................................................ 65
7. Surat Keterangan Penelitian ................................................................. 74
8. Surat Keterangan Bebas Labolatorium ................................................ 75
9. Surat Keputusan Dekan Tentang Penetapan Dosen Pembimbing
Karya Tulis Ilmiah ............................................................................ 76
10. Surat Keputusan Dekan Tentang Penetapan Dosen Penguji Karya
Tulis Ilmiah ......................................................................................... 77
11. Lembar Asistensi Proposal Karya Tulis Ilmiah .................................. 78
12. Lembar Revisi Proposal Karya Tulis Ilmiah ....................................... 79
13. Lembar Asistensi Karya Tulis Ilmiah .................................................. 80
14. Lembar Revisi Karya Tulis Ilmiah ...................................................... 81
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ terluar yang menjadi pelindung pertama bagi tubuh
manusia, kulit dapat terinfeksi oleh bakteri, virus, jamur, protozoa dan beberapa
kulit. Jenis bakteri yang ditemukan di kulit antara lain Propionibacterium, bakteri
ini berkontribusi pada jerawat dan berkembang biak karena produksi minyak yang
Biji buah pinang mempunyai potensi besar sebagai antibakteri. Zat aktif
pada biji pinang yaitu proantosianidin yang merupakan tanin yang terkondensasi
biji pinang dengan ciri-ciri buah berwarna hijau. Aktivitas antibakteri ekstrak biji
pinang diuji menggunakan metode difusi dengan cara sumuran, pada penelitian
diameter zona hambat sebesar 19,99 mm sehingga masuk dalam kategori kuat
(Indriyani, 2020). Dilihat dari efek antibakteri, maka ekstrak biji pinang dapat
1
2
Sabun adalah produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak dengan
basa kuat. Sabun dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu sabun cream, sabun
batang, dan sabun cair. Sabun batang dikelompokkan menjadi tiga yaitu
sabun opaque, sabun transparan dan sabun translucent. Ketiga jenis ini dibedakan
translucent dan sabun opaque (Prihandana, dkk, 2007). Sediaan ini memiliki
kelebihan antara lain mempunyai fungsi pelembab, daya bersih yang efektif tanpa
meninggalkan busa sabun dan lebih terasa lunak (Dwiastuti, 2017). Zat aktif pada
biji pinang yaitu proantosianidin yang merupakan tanin terkondensasi dengan efek
proantosianidin dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk sediaan sabun transparan.
pembentukan kristal pada sediaan sabun transparan. Dari proses pembuatan sabun
yang baik dengan pembentukan sabun yang keras, transparan, dan berpenampilan
elegan. Evaluasi yang dilakukan pada sabun transparan dengan beberapa pengujian
seperti uji organoleptis, uji pH, uji stabilitas busa, uji kadar air, uji stabilitas fisik,
dan tidak menyebabkan iritasi (Indriyani, 2020). Berdasarkan uraian tersebut maka
Transparan Dari Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.) Sebagai Antibakteri”.
3
dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah formula terbaik sabun transparan dari
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formula terbaik sabun
tentang formulasi sediaan sabun transparan dari ekstrak biji pinang sebagai
antibakteri.
b. Bagi Masyarakat
transparan.
c. Bagi Peneliti
tentang maserasi zat aktif dengan pelarut etanol 70%, formulasi dan evaluasi
judul Formulasi Sediaan Sabun Transparan Dari Ekstrak Biji Pinang Sebagai
Tumbuhan Pinang (Areca catechu L.) merupakan salah satu dari jenis
tekstil, tumbuhan ini tumbuh dan tersebar luas di wiliyah India, Malaysia,
Taiwan, Indonesia dan negara asia lainnya, baik secara individu maupun
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Order : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Areca
Species : Areca catechu L.
5
6
1. Akar
akar serabut. Akar tanaman pinang sangat mirip dengan akar tanaman
2. Batang
3. Daun
4. Bunga Pinang
uniseksual dimana bunga jantan dan bunga betinanya berada dalam satu
ukuran yang lebih besar, bunga jantan dan betina memiliki enam tepal
5. Buah
Dinding buah berserabut, berwarna hijau ketika masih mentah dan berubah
warna merah jingga jika masak. Didalam buah terdapat biji hanya satu,
berbentuk seperti kerucup pendeng dengan ujung membulat, pangkal agak datar
dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna
1. Metabolit Primer
Kalori 339 k
Protein 5,2 Gram
Lemak 10,2 Gram
Karbohidrat 56,7 Gram
Kalium 450 Mg
Vitamin B1 19 Mg
Sumber: Katya (2014).
9
2. Metabolit Sekunder
a) Tanin
biasanya berada pada bagian yang spesifik tanaman pada daun, buah,
akar dan batang (Erlinda dkk., 2012). Tanin berupa serpihan berwarna
kekuningan sampai coklat muda atau serbuk amorf, tidak berbau atau
sedikit berbau khas. Kelarutan tanin yaitu sangat mudah larut dalam air
dan etanol, kurang larut dalam etanol mutlak, larut dalam aseton dan
praktis tidak larut dalam benzene, kloroform dan eter (Ajizah, 2004).
berupa fenolik. Ekstraksi tanin yang baik adalah pada suhu 60⁰C-80⁰C.
Suhu yang digunakan dalam ekstraksi tidak boleh lebih dari 80⁰C
karena tanin tidak tahan dengan pemanasan yang terlalu tinggi (Julianti
dkk., 2009).
b) Flavanoid
(Harborne, 1987).
c) Alkaloid
memiliki rasa pahit, bersifat basa lemah, dan sedikit larut dalam air
dan dapat larut dalam pelarut organik non polar seperti dietil, eter,
dan guvasine.
biji pinang digunakan untuk mengatasi haid dengan darah yang berlebihan,
hidung berdarah (mimisan), bisul, kudis dan diare. biji dan kulit pinang dapat
rendaman biji pinang muda digunakan untuk obat sakit mata selain itu
muda dan airnya diminum selama seminggu. Pinang muda bisa dimanfaatkan
oleh industriawan sebagai sumber bahan baku cat dan pemerah kain katun
2.2. Bioaktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.)
menghambat kerja enzim dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein.
tersebut, jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme
terdapat pada ekstrak biji pinang diukur dengan uji daya antibakteri
didasarkan pada kemampuan difusi dari zat antimikroba dalam lempeng yang
telah diinokulasikan dengan mikroba uji. Cara sumuran hole atau cup pada
lempeng yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat suatu lubang
yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Kemudian setiap lubang
itu diisi dengan zat uji. Setelah diinkubasi pada suhu dan waktu yang
sesuai dengan mikroba uji, dilakukan pengamatan dengan melihat ada atau
14
bioaktivitas ekstrak biji pinang sebagai antibakteri dapat dilihat pada Tabel 2.2.
a. Definisi Simplisia
pengelolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
tanaman, atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang spontan keluar
Simplisia hewani adalah berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau zat-zat
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa kimia murni. Simplisia
pelikan atau mineral adalah berupa bahan pelican atau mineral yang belum
15
diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
b. Pembuatan Simplisia
yaitu :
3) Pencucian
air yang membersihkan tanaman yang akan dibuat simplisia selalu baru
bahan organik asing yang masih menempel pada saat sortasi basah.
4) Perajangan
bagian Cortex (kulit kayu), Semen (biji), Fructus (buah), Rhizoma (akar).
cepat.
16
5) Pengeringan
dari sifat kandungan kimia yang spesifik dimiliki oleh tanaman yang
anginkan.
6) Sortasi Kering
Proses sortasi kering atau sortir kering ini bertujuan hampir sama
dengan proses sortasi basah, namun pada proses sortasi kering ini
7) Pengemasan/Pengepakan
disimpan dalam wadah yang higroskopik yang kedap udara dan lebih
baik terbuat dari kaca, agar simplisia yang ada didalamnya tidak cepat
( )
Rumus Randemen Simplisia = ( )
x 100%
17
2.4. Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat
pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut, perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar
dalam melakukan ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-
sifat polaritas senyawa yang ingin diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat
kepolaran kandungan kimia yang dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang
adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi atau penyaring zat aktif
bahan alam yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyaring yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya. Cairan penyaring akan masuk kedalam sel melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
18
larutan didalam sel dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyaring dengan konsentrasi rendah
antara larutan diluar sel dan didalam sel. Maserasi digunakan untuk penyaring
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyaring, tidak
yang banyak dan waktu yang lama. Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut
merendam sampel tanpa mengalami proses lain kecuali pengocokan atau bila
dengan adanya gerak kinetik dari pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak
1995).
2.6. Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar untuk
berat badan. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar
mukosa. Kulit disebut juga integumen atau kutis yang tumbuh dari dua macam
kulit manusia terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutan antara lain:
a. Epidermis
melanin yang memberi warna pada kulit. Lapisan malpighi juga berfungsi
b. Dermis
Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat
suhu tubuh.
suhu di permukaan kulit turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi.
Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak aktif dan
Hipotalamus adalah bagian dari otak yang terdiri dari sejumlah nukleus
c. Hipodermis
asam lemak dengan basa kuat yang berfungsi untuk mencuci dan
2009).
1) Lemak atau minyak, yaitu bahan obat dalam minyak, bersifat asam
2) Alkali basa yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa
transparan yang baik adalah memiliki pH 8-11, memiliki tinggi busa sabun
alkali bebas maksimal 0.1%, memiliki kadar air 15%, dan tidak
mengiritasikan kulit.
23
Formulasi sabun secara umum terdiri dari bahan aktif, basis sabun dan
a. Bahan Aktif
Bahan aktif ditambahkan pada sabun sesuai dengan jenis sabun yang
dibutuhkan atau kegunaan sabun secara spesifik. Bahan aktif yang dipakai
dapat berupa bahan sintetik ataupun bahan alam seperti ekstrak tumbuhan
b. Basis Sabun
NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat
Apabila NaOH terlalu pekat atau berlebih maka alkali bebas yang
2) Asam stearat
dan produk industri. Asam stearat diekstrak dari berbagai jenis lemak
padat atau serbuk berwarna putih dan sedikit kuning, keras, berbau
lemah, dan memiliki rasa seperti lemak. Titik leleh asam stearat 69-
70ºC. Asam stearat mudah larut dalam benzene, kloroform dan eter.
Larut dalam etanol 95%, heksan dan propilen glikol namun tidak larut
3) Gliserin (C3H8O3)
pembuatan sabun atau dari asam lemak tumbuhan dan hewan. Pada
2005).
4) Etanol
Etanol adalah campuran etil alkohol dan air, mengandung tidak kurang dari
94,7% v/v atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2% v/v. C2H5OH sangat mudah
larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P. Etanol tidak berbau dan
tidak berasa tetapi memiliki bau yang khas. Rumus molekul etanol adalah
C2H5OH atau rumus empiris C2H6O7 (Depkes RI, 1979). Etanol dalam sabun
transparan berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air
dan lemak. Selain sebagai pelarut etanol juga berfungsi sebagai pemberi efek
5) Sukrosa
Sukrosa dengan rumus kimia C12H22O11 adalah salah satu jenis senyawa
organik, kristal rasa manis tak berwarna yang larut dalam air. Sukrosa adalah
kelembapan sabun. Semakin banyak konsentrasi gula pasir halus maka tekstur
sabun yang dihasilkan akan semakan keras. Gula pasir halus dan gliserol jika
Purnamawati (2006) yang menggunakan konsentrasi gula pasir 8%, 11%, dan
13% asam sitrat 1%, 3%, dan 5% menunjukkan bahwa sabun transparan terbaik
dimiliki oleh sabun dengan konsentrasi gula pasir 11% dan asam sitrat 5%.
Karakteristik sabun tersebut adalah sebagai berikut: kisaran kadar air 24,81-32,
48%, jumlah asam lemak 28,38-38,81%, alkali bebas 0,11- 0,70%, stabilitas
6) Propilen glikol
Propilen glikol merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas
praktis tidak berbau. dapat bercampur dengan air, aseton, kloroform, larut
dalam eter, dan dalam beberapa minyak esensial, tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak. Propilen glikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa
khususnya untuk zat yang tidak stabil atau tidak dapat larut dalam air. Fungsi
7) Asam sitrat
Asam sitrat dengan rumus kimia C6H8O7 merupakan suatu jenis asam
organik yang sangat lemah dan bisa dijumpai terdapat pada duan dan juga pada
buah-buahan pada tumbuhan yang digolongkan kedalam genus citrus atau jenis
jeruk-jerukan. Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Dalam industri
farmasi (10% dari total produksi), digunakan sebagai bahan pengawet dalam
penyimpanan darah atau sebagai sumber zat besi dalam bentuk feri-sitrat.
Dalam pembuatan sabun transparan asam sitrat berfungsi sebagai agen pengelat
a. Uji Organoleptis
merupakan alat indera manusia sebagai alat ukur terhadap penilaian suatu
Syarat sabun transparan yang baik yaitu memiliki bentuk padat transparan,
b. Uji pH
salah satu indikator pada sediaan sabun (Wijana dkk., 2009). Pengujian pH
Busa yang stabil cukup lama lebih di inginkan karena busa dapat
mengetahui daya busa dari sabun. Tinggi busa diukur setelah pengocokan
selama 5 menit. Syarat tinggi busa sabun yaitu 1.3-22 cm (Farn, 2006).
Kadar air adalah persentase kandungan air pada suatu bahan yang
suhu 105oC selama 1 jam dan standar air sediaan sabun maksimal 15%.
3 siklus pada suhu 4oC dan 30oC selama 24 jam. Pengamatan dilakukan
pada hari ke-0, siklus ke-1 hingga ke-3. Cycling test merupakan pengujian
yang dipercepat dengan menyimpan sampel pada suhu 4oC selama 24 jam
fisik sediaan sabun yang baik harus menunjukan kestabilan dan tidak ada
f. Uji Iritasi
topikal yaitu tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Metode yang digunakan
pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka yaitu tanpa penutup
(Wasitaatmadja, 1997).
bermanfaat untuk tubuh manusia, bukan hanya bisa dikonsumsi tapi juga
bisa diolah, untuk itu perlu dicari cara pemanfaatan biji pinang yang efesien
dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi menjadi sediaan farmasi yaitu
sabun transparan (Puslitkoka, 2005). Sampel dalam penelitian ini yaitu biji
ekstrak yang kental. Pada formulasi sediaan sabun transparan ekstrak biji
31
uji tinggi busa dimana syarat tinggi busa yaitu 1.3-22 cm dan tinggi busa
diukur setelah pengocokan selama 5 menit (Isnaeni, 2019). Uji kadar air
dimana syarat kadar air maksimal 15%, untuk penetapan kadar air dilakukan
jam dan sediaan sabun transparan tidak mengiritasi kulit dimana standar
Memiliki stabilitas fisik sediaan sabun yang baik yaitu tidak ada perubahan
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini ditunjukkan pada Bagan 2.1
a. Lokasi Penelitian
b. Waktu Penelitian
a. Populasi
pinang yang tumbuh di wilayah kampung Yatu Raharja (Arso x), Distrik
b. Sampel
a. Alat
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian antara lain yaitu hot
plate, timbangan analitik, gelas beker, kertas saring, toples kaca, wadah,
34
35
oven, blender, batang pengaduk, saringan, cawan petri, pipet ukur, sendok,
b. Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan antara lain yaitu ekstrak dari biji
pinang, SFO, etanol 70%, Asam stearate, gliserin, sukrosa, Propilen glikol,
dragendroof.
Biji Pinang diperoleh dari Kampung Yatu Raharja (Arso x), Distrik
segar dengan cara melihat tekstur kulit pada biji pinang yang berwarna
hijau. Pemetikan biji pinang dilakukan pada siang hari dan dimasukkan
dalam plastik bewarna hitam dan diikat rapat untuk menjaga kestabilan
b. Pengolahan Sampel
dengan cara dijemur dengan ditutup kain kurang lebih selama 5 hari dan di
oven selama 2 hari dengan suhu 40⁰C. Setelah kering, simplisia ditimbang
c. Pembuatan Ekstrak
sebagai berikut:
foil.
2) Selanjutnya dimaserasi selama 3x24 jam pada suhu kamar terlindung dari
diaduk-aduk.
( )
𝑅𝑎𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 (%) = 𝑥 100%
1) Uji Tanin
didinginkan
senyawa tanin.
2) Uji Flavanoid
3) Uji Alkaloid
dragendroff.
alkaloid
sabun.
transparan.
39
a. Uji Organoleptik
fruit.
b. Uji pH
dengan aquadest 10 mL
diamkan selama 5 menit, setelah itu diukur tinggi busa yang dihasilkan.
Menurut Ira setyawati (2020) cara uji kadar air yaitu timbang 5 gram
yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 1 jam.
W1 − W2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥 100%
W0
3 siklus pada suhu 4oC dan 30oC selama 24 jam. Pengamatan dilakukan
pada hari ke-0, siklus ke-1 hingga ke-3. Perlakuan ini adalah 1 siklus,
dengan parameter organoleptik, pH, dan kadar air. Syarat stabilitas fisik
sediaan sabun yang baik harus menunjukan kestabilan dan tidak ada
f. Uji Iritasi
kemudian diamati reaksi yang terjadi. Reaksi iritasi positif ditandai oleh
(Wasitaatmadja, 1997).
Evaluasi
Uji Organoleptik
Uji pH
Uji Stabilitas busa
Uji Kadar air
Uji iritasi
Uji Stabilitas fisik
Analisa Data
Pembahasan
Kesimpulan
4.1 Hasil
a. Hasil Kering
(Arecha catechu L.), biji pinang diambil dari kampung Yatu Raharja
b. Hasil Ekstrak
43
44
sebesar 36,60%.
Ekstrak biji pinang yang dihasilkan diamati secara organoleptis pada Tabel
4.3:
Bentuk Kental
Bau Khas Biji Pinang
Warna Coklat kehitaman
Berat 109,82 gram
Sumber: Data Primer, (2022)
pinang memiliki bentuk kental dengan warna coklat kehitaman dan berbau
Adapun hasil uji identifikasi biji pinang dapat dilihat pada Tabel 4.4
sebagai berikut:
Tanin +
Flavanoid +
Alkaloid +
Pada tabel 4.4 diatas maka dapat dilihat bahwa biji pinang positif
Organoleptis:
Bentuk Padat sedikit transparan Padat transparan Padat transparan
Bau Khas Khas Khas
Warna Coklat Orange kecoklatan Orange
pH 10,8 10,6 10,5
Stabilitas Busa 9,2 cm 9,5 cm 9,5 cm
Kadar Air 27% 23% 19%
Iritasi Tidak iritasi Tidak iritasi Tidak iritasi
Sumber: Data Primer, (2022)
bahwa pada FI, FII dan FIII sediaan sabun transparan ekstrak biji pinang
sabun padat sedikit transparan berbau khas dan berwarna coklat, FII
memiliki bentuk sabun padat transparan, berbau khas dan berwarna orange
khas dan berwarna orange. Untuk uji pH menunjukan pH yang berbeda yaitu
FI 10,8, FII 10,6 dan FIII 10,5. Uji stabilitas busa untuk FI memiliki tinggi
busa 9,2 cm, FII memiliki tinggi busa 9,5 cm dan FIII memiliki tinggi busa
9,5 cm. Sedangkan untuk uji kadar air FI 27%, FII 23% dan FIII 19%. Dari
hasil uji iritasi yang dilakukan ketiga formula tidak mengalami iritasi.
46
Padat Tidak
I Transparan Khas Coklat 10,6 9,3 cm 21%
Padat Tidak
II 2 Transparan Khas Kuning muda 10,2 7,8 cm 17%
Padat
III Transparan Khas Orange 9,6 9,6 cm 13%
Padat Tidak
I Trasnsparan Khas Coklat 10,6 6,8 cm 17%
Padat Tidak
II 3 Transparan Khas Kuning muda 10,2 7,2 cm 13%
Padat
III Trasnparan Khas Orange 9,5 11,8 cm 9%
Sumber: Data Primer, (2022)
Tabel 4.6 menunjukan hasil setelah dilakukan uji stabilitas suhu dipercepat
selama 6 hari pada suhu dingin dan suhu panas. Pada siklus 1, formula I berbentuk
padat sedikit transparan, formula II dan III berbentuk padat transparan, ketiga
formula mempunyai pH dan stabilitas busa memenuhi syarat, sedangkan untuk uji
kadar air ketiga formula memiliki kadar air tidak memenuhi persyaratan. Pada
siklus ke 2, formula I dan II memiliki bentuk padat tidak transparan dan pada
formula II mengalami perubahan warna menjadi kuning muda, formula III memiliki
memenuhi syarat, sedangkan pada uji kadar air formula I dan II memiliki kadar air
tidak memenuhi persyaratan, sedangkan formula III memenuhi syarat. Pada siklus
stabilitas busa memenuhi syarat, sedangkan untuk uji kadar air formula I tidak
4.2 Pembahasan
ekstrak biji pinang. Terdapat tiga rancangan formulasi dengan variasi sukrosa
sebagai struktur pembentukan transparan sabun dengan konsentrasi 5%, 10% dan
Sedangkan berdasarkan Tabel 4.2 hasil rendemen ekstrak biji pinang diperoleh
Pada Tabel 4.3 ekstrak biji pinang memiliki karakteristik berbentuk kental,
berbau khas biji pinang, bewarna coklat kehitaman dan memiliki berat 109,82 gram.
dilakukan pengujian senyawa tanin, dapat dilihat pada Tabel 4.4 dari hasil
pengujian yang dilakukan bahwa biji pinang positif mengandung senyawa tanin
dengan melihat adanya perubahan warna larutan dimana warna larutan ekstrak biji
pinang berwarna orange berubah warna menjadi warna hitam kehijauan yang
biji pinang yang mengandung senyawa tanin dengan melihat adanya warna hitam
kehijauan.
48
pada formula I memiliki bentuk padat sedikit transparan, formula II dan III
memiliki bentuk padat transparan, ketiga formula berbau khas grape fruit dan
berwarna orange kecoklatan dan formula III berwarna orange, hal ini dikarenakan
komposisi sukrosa yang digunakan tiap formula bervariasi, FI 5%, FII 10% dan FIII
(2019) syarat sabun transparan yang baik yaitu memiliki bentuk padat transparan,
memilki warna bening dan beraroma harum sesuai pewangi yang digunakan.
menunjukan pH FI 10,8, FII 10,6 dan FIII 10,5 dimana ketiga formula sabun
transparan memenuhi syarat sesuai dengan persyaratan pH pada sabun yaitu 8-11.
Menurut Wijana dkk., (2009), sediaan sabun dengan nilai pH yang terlalu asam
dapat mengiritasi kulit sedangkan bila nilai pH yang terlalu basa dapat membuat
memiliki tinggi busa yaitu FI 9,2 cm, FII 9,5 cm dan FIII 9,5 cm, stabilitas busa
ketiga formula sabun transparan, memenuhi syarat sesuai dengan persyaratan tinggi
busa sabun yaitu 1.3-22cm. Busa yang stabil cukup lama lebih diinginkan karena
busa dapat membantu membersihkan tubuh. Pengujian tinggi busa dilakukan untuk
Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui banyaknya kadar air dalam
sediaan sabun transparan, karena kadar air akan mempengaruhi kualitas sabun,
49
prinsip uji kadar air pada sediaan sabun transparan adalah pengukuran berat setelah
pengeringan pada suhu 105⁰C selama dua jam (Hambali dkk., 2005). Pada
pengujian kadar air ketiga formula tidak memenuhi syarat, dimana formula I
memiliki kadar air 27%, FII 23% dan FIII 19%. Hal ini disebabkan karena
pengujian kadar air pada sabun transparan dilakukan terlalu cepat yaitu ketiga sabun
transparan baru disimpan selama dua hari dimana kadar air yang dimiliki ketiga
formula masih terlalu tinggi. Seharusnya pengujian untuk kadar air sabun
transparan harus menunggu sabun benar-benar keras dimana air dalam sabun akan
menguap yaitu penyimpanan sabun selama dua minggu. Kadar air yang dimiliki
ketiga formulasi berbeda, hal ini disebabkan karena sukrosa yang digunakan
bervariasi yaitu FI 5%, FII 10% dan FIII 15%, dimana sukrosa memiliki sifat yang
higroskopis dan juga penambahan etanol sebagai pelarut dalam sediaan sabun
bervariasi, semakin banyak sukrosa yang digunakan maka semakin sedikit etanol
yang dipakai hal inilah yang menyebabkan kadar air pada sediaan sabun transparan
berbeda. Sabun dengan kadar air yang tinggi akan menyebabkan sabun mudah
menyusut dan tidak nyaman saat digunakan (Yulia dkk., 2016). Menurut Badan
Hasil dari uji stabilitas fisik pada penelitian ini di uji dengan cara cycling test
yaitu dalam rangka waktu 6 hari pada suatu suhu yang ekstrim seperti suhu dingin
sampai dengan suhu panas yang diamati selama 3 siklus. Tujuan dari uji stabilitas
fisik pada suhu ini untuk mengetahui apakah sediaan sabun padat transparan
memenuhi standar persyaratan atau stabil , dari uji stabilitas suhu dingin (2⁰C - 8⁰C)
dan suhu panas (30⁰C -40⁰C) dengan mengamati organoleptis (bentuk, bau, dan
50
warna), pH, stabilitas busa dan kadar air (Rizki dkk, 2018). Dari hasil yang didapat
siklus pertama sampai siklus ketiga formula I mengalami perubahan bentuk, warna,
stabilitas busa dan kadar air, dimana formula I mempunyai bentuk tidak transparan
dari sebelumnya, memiliki warna kuning muda, stabilitas busa menurun dari
sebelumnya 9,5 cm, 9,3 cm menjadi 6,8 cm tetapi masih memenuhi persyaratan,
dan kadar air menurun dari sebelumnya 24%, 21% menjadi 17%. Perubahan warna,
penyimpanan air yang ada pada sediaan sabun transparan menguap sehingga kadar
air yang dimiliki oleh sabun transparan berkurang tetapi belum memenuhi
formula II mempunyai bentuk tidak transparan dari sebelumnya dan kadar air
menurun dari sebelumnya 20%, 17% menjadi 13%. Perubahan bentuk dan ini
perubahan kadar air dikarenakan selama masa penyimpanan air yang ada pada
sediaan sabun transparan menguap sehingga kadar air yang dimiliki oleh sabun
transparan berkurang dan sudah memenuhi syarat kadar air, dimana menurut Badan
Stansarisasi Nasional (1996) kadar air pada sabun maksimal 15%. Untuk formula
III tidak mengalami perubahan. Sandra dkk., (2017) menyatakan bahwa syarat
stabilitas fisik sediaan sabun transparan yang baik harus menunjukan kestabilan dan
Uji iritasi pengujian di lakukan pada enam orang relawan, formula I, II, dan III
di oleskan pada tengkuk leher selama 30 menit, hasil yang di dapatkan pada formula
51
I, II, dan III tidak menyebabkan iritasi, seperti kemerahan, rasa gatal, atau bengkak
(1997), uji iritasi dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping yang dapat
mengiritasi kulit yaitu kulit terasa panas terbakar, kulit kering dan mengelupas,
memiliki hasil bebrbeda dimana formula I dan II memiliki hasil bentuk sabun
trasnparan tidak memenuhi syarat sedangkan formula III memiliki hasil yang
memenuhi persyaratan baik secara organoleptis, pH, stabilitas busa, kadar air dan
tidak mengiritasi. Dari ketiga formula diperoleh formula terbaik adalah formula III
memiliki pH 10,5 yang sesuai dengan syarat pH sediaan sabun, stabilitas busa
9,5cm sesuai dengan syarat tinggi busa, kadar air 19% serta stabil selama
(1996) sediaan sabun transparan yang baik yaitu memiliki bentuk transparan, pH 8-
11, tinggi busa 1,3-22 cm, kadar air maksimal 15%, tetap stabil dan tidak
mengiritasi kulit.
sabun transparan yaitu suhu, pengadukan dan stabilitas sehingga sabun aman
digunakan bagi masyarakat. Menurut Lilis dkk., (2018), menyatakan bahwa faktor
alkohol, gula, dan gliserin, karena alkohol, gula dan gliserin dapat mempengaruhi
Biji pinang (Areca catechu L.) dapat di kembangkan menjadi sediaan farmasi
yang berbentuk masker gel, salep, krim, shampoo, lotion dan sebagainya. Menurut
pemanfaatan dalam bentuk sediaan krim. Krim biasanya digunakan sebagai emolien
atau pemakaian topikal pada kulit karena sifatnya mudah menyebar rata, mudah
terutama tipe M/A, memberikan rasa dingin (cold cream) untuk tipe A/M, serta
dapat digunakan sebagai kosmetik. Biji pinang memiliki aktivitas antibakteri yang
tinggi, untuk memudahkan penggunaan antibakteri bagi kulit maka biji pinang
catechu L.) Sebagai antibakteri sangat baik dikarenakan biji pinang mengandung
proantosianidin yang dapat bekerja dengan cara mengkerutkan dinding sel atau
terhambat dan mati (Ajizah, 2004). Aktivitas antibakteri ekstrak biji pinang diuji
sediaan sabun yang mengandung ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 4.5%
5.1 Kesimpulan
pH 10,5, stabilitas busa 9,5 cm, kadar air 19%, stabil dan tidak
mengiritasi kulit.
5.2 Saran
melengkapi uji persyaratan seperti uji asam lemak dan uji alkali bebas.
53
DAFTAR PUSTAKA
Afni Nur, Nasrah dan Yuliet. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Pasta Gigi Ekstrak
Biji Pinang (Areca catechu L) Terhadap Streptococcus mutans dan
staphylococcus aureus. Galenika Jurnal of pharmacy 1(1):48-58.
Anuraga Jayanegara, Muhammad Ridla, Erika B. Laconi dan Nahrow. 2019. Buku
Ajar Komponen Antinutrisi pada Pakan. Percetakan IPB, Bogor.
Badan Standardisasi Nasional. 1996. Sediaan Sabun Padat. SNI 06-2588. Jakarta
(ID): Badan Standardisasi Nasional
Dwi Astuti. 2017. Formulasi Sediaan Sabun Padat Transparan Minyak Atsiri Kulit
Jeruk (Citrus Sinensis) (L.) Osbeck. STIFARM. Sumatera Barat.
Erlinda, T. Nikham. 2012. Uji Bahan Baku Antibakteri Dari Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa) Hasil Radiasi Gamma dan Antibiotik terhadap Bakteri
Patogen. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bahan. 4 (1) 168-174.
54
55
Ervianingsih. 2007. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Kucai (Allium schoenoprasum
L.) Terhadap Pertumbuhan Steptococcus mutans. UNDIP. Semarang
Febe Eunike. 2013. Kimia Bahan Alam. Lambung Mangkurat. University Press.
Ghaim, J., & Volz, E. D. 2005. Skin cleansing bar. Dalam: A. O Barel, M. Paye,
and H.L. Maibach (Editor). Handbook of Cosmetic Science and Technology.
New York.: Marcel Dekker Inc.
Gould, D. & Brooker. 2003. Mikrobiologi Terapan untuk perawat. Halaman 252,
Cetakan Pertama. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gunawan, I. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik (Suryani, Ed.) (1st
ed.). PT Bumi Aksara: Jakarta.
Hambali dan Haryono. 2005, Membuat Sabun Transparan untuk Gift dan
Kecantikan. Penebar Swadaya, Jakarta: 19-23.
Hardian, K., Ali A dan Yusmarini. 2014. Evaluasi Mutu Sabun Padat Transparan
Dari Minyak Goreng Bekas Dengan Penambahan SLS (Sodium lauryl Sulfate)
Dan Sukrosa.
Hernani., Bunasor, T.K., dan Fitriati, 2010, Formula Sabun Transparan Anti Jamur
Dengan Bahan Aktif Ekstrk Lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz.), Bul. Litro,
21 (2), 192-205.
Indriyani, Niken dan Resti Erwiyani. 2020. Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri
Sabun Ekstrak Terpurifikasi Biji Pinang (Areca catechu L) Terahadap
Propionibacterium acnes. Chimica et Natura Acta 2(1): 83-90.
Isnaeni Usman, Jane Stefany Rambung, Ermi Reski Hijriah AR, Ismail Ismail.
2019. Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Daun Kemangi Dan Daun
56
Jaiswal. A, 2011.” A study of the occupational health function among female textile
workers”. (Jurnal). Department of Anthropology, Pondicherry University,
Pondicherry-605014, India.
Kristina, N.N dan Syahid. 2007. Tanaman Pinang Sebagai Tanaman Obat. Balai
Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.
Lilis Sukeksi, Meirany Sianturi dan Lionardo Setiawan. 2018. Pembuatan Sabun
Transparan Berbasis Minyak Kelapa Dengan Penambahan Ekstrak Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebagai Bahan Antioksidan. Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Masduki. 2015. Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) terhadap S.
aureus dan E. coli. Jakarta: Penerbit Cermin Dunia Kedokteran. Hal. 23-24.
Mega Selpiah, Aini, Jumari Ustiawaty. 2021. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji
Areca catechu L. Dalam Menghambat Pertumbuhan Salmonella typhi. Jurusan
Analis Kesehatan, Politeknik Medica Farma Husada Mataram, Indonesia
Nugraha R. 2015. Aplikasi minyak nilam sebagai Bahan aditif sabun transparan
antiseptik. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS.
Prayoga E. 2013. Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.)
Dengan Metode Difusi Disk Dan Sumuran Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Purnawati Debbi. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa Dan Asam Sitrat
Terhadap Mutu Sabun Transparan. Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Qisti, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu
pada Konsentrasi yang Berbeda. Bogor, Program Studi Teknologi Hasil
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Rizki Febriyanti, Inur Trivani dan Pirmansyah Agung. 2018. Formulasi dan Uji
Cycling Test Terhadap Sifat Fisik Sabun Padat Transparan Kombinasi
Ekstrak Kulit dan Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus). Politeknik
Harapan Bersama Tegal.
Rowe, R.C., P.J. Sheskey, dan M.E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceuticals
Exipient, 6 th ed. Pharmaceutical Press: London.
Sandra Aulia M., Andi, Nafisah T.A.M, Wa Ode Sitti Z., Endeng Juswita. 2017.
Formulasi dan Uji Stabilitas Sabun dari Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
(Psidium guajava L.) Sebagai Antibakteri Pharmauho. Jurnal Farmasi, Sains,
dan Kesehatan. 3(2): 28-32. ISSN 2442-979.
Seriwanti Yolangga Ad Nst. 2020. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Pinang
(Areca Catechussss L.) Dan Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Pada
Bakteri Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus. Program Ekstensi
Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan
Setyaningsih D., A. Apriyantono, P.M. Sari. 2010. Analisis Sensori untuk Industri
Pangan dan Agro. IPB. Bogor.
Srie Gustiani, Wulan septiani, Cica Kasipah. 2019. Aplikasi ekstrak biji pinang
(Areca catechu L) sebagai zat antibakteri pada kain kapas. Arena tekstil
34(2):85-92.
Staples, G.W. and Bevacqua, R.F. 2006. Areca cathechu L. (Betel Nut Palm).
Species Profiles For Pacific Island Agroforestry.
Sulastri Taty. 2009. Analisis Kadar Tanin Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol pada Biji
Pinang Sirih (Areca Catechu. L). Jurnal Chemica. 10(1): 59-63.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Edisi II. Penerbit Salemba Medika.
Jakarta.
Syafrizal Helmi. 2010. Analisis Data Untuk Riset Manajemen Bisnis. USU press,
Medan.
Trease Mazza and Evans. 2012. Analysis of flavonoids and phenolic acids in Greek
aromatic plants: Investigation of their antioxidant capacity and antimicrobial
activity. Pacific Agri-food center, Agricultureand Agri-food Canada.
Urmania. 2012. Pembuatan Sabun Transparan Dari Minyak Kelapa Murni (Virgin
Coconut Oil). Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Wijana dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatic Kajian Teori
Dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Yernisa, E, Gumbira, dan Khaswar Syamsu. 2013. Aplikasi pewarna bubuk alami
dari ekstrak biji pinang (Areca Catechu) pada pewarnaan sabun transparan.
Jurnal Teknologi Industri pertanian 23(3): 190-198.
LAMPIRAN
1. Perhitungan Formulasi:
a. Formula I
.
Ekstrak biji pinang: × 50 𝑔𝑟 = 2.25 𝑔𝑟𝑎𝑚
Gliserin : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram
Grape fruit : qs
Etanol ad : 60 – ( 2,25 + 15 + 7,5 + 5 + 2,5 + 5 + 0,25 + 5)
59
60
= 60 – 42,5
= 17,5 mL
b. Formula II
.
Ekstrak biji pinang: × 50 𝑔𝑟 = 2.25 𝑔𝑟am
Gliserin : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram
Sukrosa : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram
Grape fruit : qs
Etanol ad : 60 – ( 2,25 + 15 + 7,5 + 5 + 5 + 5 + 0,25 + 5)
= 60 – 45ml
= 15 mL
c. Formula III
.
Ekstrak biji pinang: × 50 𝑔𝑟 = 2.25 𝑔𝑟am
Gliserin : × 50 𝑔𝑟 = 5 gram
Grape fruit : qs
Etanol ad : 60 – ( 2,25 + 15 + 7,5 + 5 + 7,5 + 5 + 0,25 + 5)
61
= 60 – 47,5
= 12,5 mL
2. Perhitungan Rendemen:
a. Rendemen Simplisia
( )
Rendemen (%) = x 100%
( )
= x 100%
.
= 23,33 %
b. Rendemen Ekstrak
= 36,60%
62
Pengeringan
Diangin-anginkan tanpa
paparan sinar matahari
Diblender
Dimaserasi dengan
etanol 70% sebanyak 1,5
liter, dibiarkan selama 3
x 24 jam
Disaring
Filtrat I Residu I
Diremaserasi dengan
etanol 70% sebanyak
1,5 liter
Disaring
Filtrat II
Dicampurkan
Filtrat I dan II
Filtrat I dan II
Diuapkan diatas
waterbath pada
suhu 60⁰C
Ekstrak kental
Biji Pinang
64
Stok Sabun
Gliserin ditambahkan
Sukrosa ditambahkan
Asam sitrat ditambahkan
Etanol 70% ditambahkan
Gambar VII. Proses Maserasi Gambar VIII. Proses Gambar IX. Proses Gambar X. Ekstrak
Penyaringan Penguapan Kental
67
Gambar I. Penimbangan Gambar II. Pemanasan Gambar III. Penambahan Gambar IV.Penambahan
Bahan SFO Asam stearate Propilen glikol
Gambar VIII.Penambahan Gambar VII. Penambahan Gambar VI. Stok Sabun Gambar V.Penambahan
Sukrosa Gliserin NaOH
Gambar IX Penambahan Gambar X.Penambahan Gambar XI. Penambahan Gambar XII. Proses
Asam sitrat Etanol 70% Ekstrak Biji pinang Penyaringan
1. Uji Organoleptis
2. Uji pH
a. Siklus I
1) Uji Orgnoleptis
2) Uji pH
b. Siklus II
1) Uji Oragnoleptis
2) Uji pH
c. Siklus III
1) Uji Organleptis
2) Uji pH
6. Uji Iritasi
Panelis I Panelis II
Panelis I Panelis II
Panelis I Panelis II
75