Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Ahli
Madya Farmasi
Oleh:
FALENSIA PUSPITA SARI
NPM : 19 512 044
Oleh:
Mengetahui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK DAUN KELOR
(Moringa oleifera L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI
Oleh:
Dewan penguji
Mengetahui,
Dekan Ketua
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI
NPM : 19512044
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.) Sebagai
Antibakteri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di
iv
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Sesulit apa pun tantangan yang dihadapi, selalu ada jalan keluar.
Persembahan :
1. Tuhan Yesus yang selalu ada dan menyertai serta membimbing setiap
waktu.
2. Orang tua tercinta, Ibu Yuliana Manep dan Ibu Diana Ameron atas
kepercayaan, dukungan dan doa yang selalu diberikan kepada penulis
3. Saudara tercinta Muhamad Tachir Nurdin dan Saudari Anunsiata Dian yang
telah memberikan kepercayaan dan bantuan kepada penulis agar bisa
melangkah maju.
4. Alm Ibunda tercinta Fransiska Tikuk yang sudah merawat dan
membesarkan penulis.
5. Teman-teman Farmasi angkatan 2019 tersayang yang selalu mendukung,
v
Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera L.) Sebagai Anbakteri
Oleh:
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian “Formulasi Salep Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera
L.)” Penelitian dilakukan selama 3 bulan pada bulan april sampai juli 2022,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula terbaik salep dari ekstrak daun
kelor. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan eksperimen
laboratorium. Populasi dalam penelitian ini adalah semua tanaman daun kelor yang
tumbuh di Daerah Koya Barat Kecamatan Muara Tami Jayapura. Sampel yang
digunakan adalah daun kelor sebanyak 4 kg. Metode ekstraksi yang digunakan
adalah maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Pembuatan selep dengan
memvariasikan cera alba dengan konsentrasi FI : 5%, FII : 10%, FII :15%.
Selanjutnya dilakukan evaluasi sifat fisik dan kestabilan sediaan salep meliputi uji
organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, uji stabilitas,
uji iritasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula sediaan salep dari ekstrak
daun kelor terbaik yaitu FIII dengan konsentrasi cera alba 15% mempunyai warna
hijau tua, berbau khas, konsistensi setengah padat, homogen, memiliki pH 6,1, daya
sebar 5,1, uji daya lekat 04,52 detik, stabil, dan tidak mengiritasi kulit.
KATA PENGANTAR
vi
Puji syukur penulis aturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Karena hanya
atas berkat dan rahmatnya. Penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang
berjudul “Formulasi sediaan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.)” Adapun
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi pada program study Farmasi, Fakultas
Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura. Terwujudnya
Karya Tulis Ilmiah ini tidak Terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing penulis baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
vii
11. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan mahasiswa program Study D-
III Farmasi angkatan 2019.
12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu persatu atas bantuan dan
dukungan yang diberikan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dari
penulis oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan ada kritik, segala
saran dan revisi yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata,
semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, terutama dalam bidang kefarmasian.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Hal
ix
2.8. Evaluasi sediaan salep .......................................................... 27
2.9. Kerangka Konsep ................................................................. 28
2.10. Defenisi Operasional .......................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
x
DAFTAR GAMBAR
Hal
xi
DAFTAR TABEL
Hal
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
dengan perawatan dan pemeliharaan, maka penampilan kulit akan terlihat sehat,
terawat, seta senantiasa memancarkan kesegaran, penyakit kulit seperti bisul dan
Tanaman obat adalah semua jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
ramuan obat, baik secara tunggal maupun campuran yang dianggap dan dipercaya
kesehatan. Keuntungan tanaman obat tradisional yaitu mudah diperoleh dan dapat
Sejak ribuan tahun yang lalu, obat dan pengobatan tradisional telah ada di
indonesia sangat beragam salah satunya adalah daun kelor. Indonesia memiliki
Terdapat berbagai produk sediaan farmasi menggunakan bahan alam sebagai bahan
obatnya. Salah satu bahan alam yang telah diuji daya antibakaterinya ialah daun
kelor (Moringa oleifera L.) Kelor merupakan tumbuhan yang diakui memiliki
1
2
Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada
kulit sehat, sakit atau terluka yang dimaksudkan untuk efek topikal. Komposisi
salep terdiri dari bahan obat atau zat aktif dan basis salep atau biasa dikenal dengan
kelor memiliki kandungan bahan aktif seperti flavovoid sebagai bahan antimikroba,
paling baik yaitu pada konsentrasi 15% dengan diameter rata-rata 22,5 mm.
tentang “Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L).
1.2.Rumusan masalah
b. Bagi Masyarakat
pemanfaat formulasi sediaan salep ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera L.)
c. Bagi penulis
terutama tentang formulasi dan evaluasi sediaan salep ekstrak daun kelor
farmasi.
Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L)”, yang membedakan dengan peneliti
Moringaceace. Tumbuhan kelor asli berasal dari India yang dikenal dengan
tropis dan tropis salah satunya Negara Indonesia dan dikenal dengan nama
Kingdom : Plantae
5
6
Famili : Moringaceacae
Genus : Moringa
tanaman asli dari Himalaya, dan secara umum dibudayakan pada iklim
tropis atau panas, pada daerah jawa dapat ditemukan sampai 300 m di atas
permukaan laut dan mungkin masihh diperoleh pada daerah yang lebih
(Heyne, 1987).
a. Akar (radix)
1987). Pohon tumbuh dari biji akan memiliki perakaran yang dalam,
membentuk akar tunggang yang lebar dan serabut yang tebal. Akar
Akarnya berbau dan berasa khas yang sulit dibedakan dengan indera
b. Batang (caulis)
hingga tujuh sampai sebelas atau dua belas meter. Batang kayunya
mudah pata dan cabangnya jarang. Warna dari batang pokonya ialah
c. Daun (folium)
dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1-2 cm,
8
lebar 1-2 cm, tipislemas, ujung dan pangkal tumpul tepi rata,
Daun bersirip tak sempurna, daun kecil sebesar ujung jari berbentuk
d. Bunga
f. Biji
bentuk segitiga dan bersayap tiga seperti selaput, dalam bentuk sisir
asam Askorbat, zat estrogen dan β-sitosterol, besi, kalium, fosfor, tembaga,
kesehatan kandungan kimia asam amino yang terdapat pada daun kelor
kelor agak langu, namun aroma akan berkurang ketika dipetik dan dicuci
bersih lalu disimpan pada suhu ruang 30ºC sampai 32 ºC. Bau langu yang
terdapat pada daun kelor disebabkan oleh enzim yaitu enzim protease
(Kurniasih, 2013).
1. Flavonoid
merupakan senyawa yang larut dalam air. Ikatan flavonoid dengan gula
piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu dari cincin
fluiditas dari membran dalam dan membran luar sel bakteri. Hal tersebut
2. Tanin
karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan
(1989), menjelaskan tanin sebagai senyawa fenolik larut air dengan massa
3. Saponin
kandungan di dalam daun kelor. Struktur saponin dapat dilihat pada Gambar
2.8
4. Polifenol
hidroksil dalam molekulnya. Zat ini juga dikenal dengan nama tanin terlarut
yaitu metabolit sekunder yang terdapat dalam daun, biji dan buah
alami dapat ditemukan dalam sayuran, buah, kacang, minyak zaitun, dan
kandungan pada daun kelor. Struktur umum polifenol dapat dilihat pada
Gambar 2.9
2.2 Simplisia
Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah dikeringkan yang
bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum
2014).
1. Simplisia Nabati
tanaman atau eksudat tanaman adalaha isi sel yang sesecara spontan
keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan
2. Simplisia Hewani
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat murni
(Gunawan,2010)
3. Simplisia Mineral
Simplisia yang berupa bahan pelican atau mineral yang belum diolah
atau yang telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat
2.3 Ekstraksi
pelarut sehingga pada bidang datar antar muka bahan ekstraksi dan
kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan
Ekstraksi dengan larut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas.
1. Metode Maserasi
2. Metode Sokletasi
3. Metode Perkolasi
1. Metode Refluk
2.4 Kulit
18
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar untuk
selaput lender yang melapisi rongga lubang masuk. Pada permukaan kulit
integument atau kutis yang tumbuh dari dua macam jaringan yaitu jaringan
Secara umum struktur kulit manusia terdiri dari lapisan epidermis, dermis,
a. Epidermis
b. Dermis
Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat
suhu tubuh.
kulit turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat
Pada keadaan ini dara tidak membuang sisa metabolisme dan air,
c. Hypodermis
2.5 Antibakteri
protein, dan menghambat kerja enzim (Pelczar, 2008). Senyawa yang berperan
dalam merusak dinding sel antara lain fenol, flavonoid, dan alkaloid. Senyawa
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar
atau basis salep yang cocok. Salep dapat mengandung obat atau tidak
Dalam sediaan salep, dasar komposisi basis merupakan hal yang penting
2011).
hidrofob. Basis memiliki daya sebar yang baik dan menjamin pelepasan bahan obat
Menurut Ansel (2011), pemilihahn basis salep yang dipakai dalam formulasi
Bahan dasar salep tidak ada yang ideal dan juga tidak ada yang memiliki
semua sifat yang diinginkan. Pemilihannya adalah untuk mendapatkan dasar salep
yang secara umum menyediakan segala yang dianggap sifat yang paling diharapkan
(Ansel, 2011).
yang berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja,
bila lebih minyak sukar bercampur. Kerjanya sebagai bahan penutup saja.
Lanolin).
3. Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air merupakan emulsi minyak
dalam air yang dapat dicuci dari kulit dan pakaian dengan air. Atas dasar ini
bahan tersebut sering dikatakan sebagai bahan dasar salep “tercuci air”.
4. Dasar salep yang dapat larut dalam air tidak seperti dasar salep yang tidak
larut dalam air, yang mengandung kedua duanya, komponen yang larut
maupun yang tidak larut dalam air, dasar yang larut dalam air hanya
mengandung komponen yang larut dalam air. Tetapi, seperti dasar salep
yang dapat dibersihkan dengan air basis yang dapat dicuci dengan air. Basis
yang larut dalam air biasanya disebut sebagai greaseless karena tidak
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit
Kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan antibiotik dan bahan
kurang stabil dengan adanya air mempunyai sifat hidrofil atau dapat
mengikat air.
1. Stabil salep harus stabil selama masih digunakan untuk mengobati, oleh
karena itu, bebas inkompibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban
dibuat sedemikian rupa sehingga semua zat keadaan yang halus dan
kecuali sediaan salep yang dalam keadaan sangat kaku (keras) atau
kulit.
4. Dasar salep yang cocok, dasar salep harus dapat campur secara fisika dan
Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari
obatnya pada daerah yang diobati. Selain itu dasar salep perlu ddipilih
untuk maksud dapat membentuk lapisan film penutup atau yang dapat
Menurut Ansel (1989), salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu
a. Cera alba
dan krim. Cera alba larut dalam kloroform, eter, minyak menguap, dan
sedikit larut dalam etanol 96% namun praktis tidak larut dalam air. Titik
b. Propil parapen
pada salep, produk makanan, dan formulasi farmasi. Propilen parapen dapat
luas dan memiliki spectrum yang luas dari aktivitas antimikroba. Propilen
digunakan bersama sukfaktan non ionic (Rowe, 2009). Struktur kimia dari
c. Oleum mentol
dari minyak arsiri beberapa spesies Menth. titik lebur 41°-44, berbau tajam
seperti minyak permen, tidak berwarna, rasa panas dan aromatik. Sukar
larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol (96%), dalam kloroform,
dan dalam eter P, mudah larut dalam parafir cair P, penyimpanan dalam
d. Vaselin putih
minyak bumi. Titik cair sekitar 10-50°C, mengikat 30% air, tidak berbau,
transparan, konsistensi lunak. Sifat dasar salep ini sukar dicuci, tidak
mengering dan tidak berubah dalam waktu lama. Salep ini digunakan untuk
(Yanhendri, 2012)
e. Adeps lanae
Kelarutan tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang
2x beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol
panas, mudah larut dalam eter dan kloroform. Kegunaan emulsifying agent,
a. Uji organoleptis
Pengamatan yang dilakukan dalam uji ini adalah bentuk sediaan bau
dan warna sediaan. Parameter kualitas salep yang baik adalah bentuknya
sediaan setengah padat, salep berbau khas ekstrak yang digunakam dan
b. Uji homogenitas
bahan bahan (bahan dan zat aktif) sehingga menjadi bentuk salep yang
homogen. Jika terdapat perbedaan sifat pada basis dan zat aktif akan terjadi
c. Uji pH
potensiometrik (pH meter) pengukur dilakukan pada suhu ruang tujuan uji
menit, lalu diukur diameter yang konstan. Sediaan salep yang nyaman
beban seberat 40 gram kemudiaan dicatat waktu pada saat kedua gelas
objek tersebut terlepas. Syarat daya lekat pada sediaan topical adalah
g. Uji iritasi
sediaan salep yang dibuat. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kelor yang
gizi yang tinggi. Daun kelor mengandung Senyawa flavonoid, alkaloid, fenol
Daun kelor dibuat menjadi simplisia sebanyak 200 gram serbuk daun kelor
perbandingan 1:7,5 dan dengan variasi basis cera alba dengan konsentrasi
salep, syarat uji homogenitas dari salep adalah terjadinya titik penggumpalan
pada hasil pengolesan sampai titik akhir, syarat uji daya sebar yang baik yaitu
rentang 5-7 cm, dan uji daya lekat yang baik yaitu tidak kurang dari 4 detik, pH
Kerangka Konsep
1. Lokasi penelitian
2. Waktu pengambilan
1. Populasi
2. Sampel
31
32
a. Alat
b. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu ekstrak daun kelor, Etanol 96%, cera
c. Rancangan Formulasi
a. Pengambilan sampel
Tami Jayapura
b. Pengelolaan sampel
1. Sampel daun kelor sebanyak 4 kg yang dicuci hingga bersih pada air
yang mengalir.
tertutup baik.
1. Alat dan bahan disiapkan Vaseline putih, Adeps lanae, dan Cera alba
3. Cera alba dan Adeps lanae dileburkan diatas waterbath sambil diaduk
4. Cera alba dan adeps lanae dicampur dengan vaselin putih yang telah
mengumpal.
salep.
6. Tambahkan ekstrak kelor dan minyak mint secukupnya dan aduk hingga
homogen.
35
salep.
a. Uji organoleptis
sediaan salep dari bentuk, bau, dan warna (Hernani dkk, 2012).
b. Uji homogenitas
merata dan tidak ditemukan partikel dalam sediaan (Hernani dkk, 2012).
c. Pengujian pH
ditengah kaca bulat berskala. Diatas salep diletakkan kaca bulat lain atau
bahan transparan lain dan pemberat sehingga kaca bulat dan pemberat 150
Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh
salep untuk melekat pada kulit. Sediaan salep secukupnya diletakkan diatas
gelas objek yang telah ditentukan luasnya kemudiaan letakkan gelas objek
lain diatas salep tersebut. Salep diantara lempeng gelas objek diletakkan
dengan beban 50 gram selama kurang lebih 5 menit. Gelas objek dilepas
dengan beban seberat 40 gram kemudiaan dicatat waktu pada saat kedua
Sediaan salep disimpan pada suhu 4°C selama 24 jam lalu dikeluarkan
dan ditempatkan pada suhu 40°C selama 24 jam. Perlakukan ini adalah suatu
2010).
g. Uji iritasi
dilakukan dengan uji tempel terbuka (open test). Uji tempel terbuka
cm, kemudian dibiarkan terbuka dan diamati reaksi yang terjadi. Uji
dilakukan sebanyak 2 kali (pagi dan sore). Reaksi iritasi kulit positif ditandai
dengan adanya reaksi kemerahan (eritema) dan edema pada daerah kulit
Data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu berupa data ketiga formulasi
salep ekstrak daun kelor ditabulasikan dan dinarasikan serta selanjutnya dianalisa
3.9.Alur penelitian
Daun kelor
Maserasi Pembuatan
Ekstraksi Simplisia
Ekstrak etanol
96% Daun Kelor
Evaluasi Salep
Salep Ekstrak a. Uji organoleptis
Etanol Daun Kelor b. Uji homogenitas
c. Uji pH
Analisa Data d. Uji daya sebar
e. Uji daya lekat
f. Uji stabalitas
Kesimpulan g. Uji iritasi
Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil penelitian yang dilakukan pada bulan April sampai Juli 2022 di
a. Rendemen
(Moringa oleifera L) bagian dari simplisia yang digunakan adalah daun kelor
diambil dari Koya Barat Muara Tami sebanyak 4 kg dan setelah dilakukan
sortasi diperoleh sebanyak 3 kg, serbuk simplisia daun kelor yang dihasilkan
setelah dilakukan sortasi sebanyak 3000 gr dan berat simplisia yang telah
20%.
38
39
kering sebanyak 200 gr dan yang didapatkan ekstrak kental sebanyak 57,77
b. Hasil ekstrak
memiliki bentuk kental dengan warna hijau tua dan berbau khas daun kelor
khas, berwarna hijau tua, membentuk setengah padat pada uji homogenitas
yaitu homogen, pada uji pH didapatkan hasil FI 5,4, FII 5,6, FII, 6,1
Hasil uji daya sebar yang didapatkan dari tiga formula dapat dilihat pada
formulamenunjukkan hasil daya sebar yang berbeda FI 5,1 cm, FII 5,2, FIII
5,1
Hasil uji daya lekat yang didapatkan dari tiga formula dapat dilihat pada
Berdasarkan tabel 4.6 hasil pengujian daya lekat salep dari formula
menunjukan hasil daya lekat yaitu FI 03,47 detik, FII 04,45 detik, FIII 04,52
detik.
Hasil uji stabilitas dengan disimpan dalam kulkas dengan suhu 4°C selama
24 jam lalu dikeluarkan dan dimasukkan di dalam oven dengan suhu 40°C
disimpan pada suhu 4°C selama 24 jam lalu dikeluarkan dan ditempatkan
pada suhu 40°C selama 24 jam bahwa hasil pengamatan selama 3 siklus pada
suhu dingin dan suhu panas. Dilihat dari siklus 1 sampai 3 formula III yang
Hasil uji iritasi yang didapatkan dari tiga formula dapat dilihat pada
F3 bahwa tidak terdapat efek iritasi pada keenam relawan jadi formula salep
yang terbuat dari ekstrak daun kelor ini aman untuk digunakan
4.2. Pembahasan
Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu semua tanaman kelor
simplisia ditimbang sebanyak 200 gram dan direndam dengan penyari etanol
57,77 gram.
dari zat aktif dan eksipienya. Bahan-bahan yang digunakan adalah antara lain
ekstrak daun kelor sebagai bahan aktif : cera alba sebagai konsentrasi yang
Rendemen simplisia
Berat simplisia basah = 3000 gram
Berat ekstrak daun kelor yang diperoleh = 600 gram
600
% Rendemen = 3000 x 100 %
= 20 %
hasil perhitungan berat serbuk kering sebanyak 200 gr dan yang didapatkan
57,77
% Rendemen = x 100%
200
= 28,88 %
secara organoleptis ekstrak daun kelor memiliki bentuk kental dengan warna
hijau tua dan berbau khas daun kelor dengan ekstrak yang didapatkan
warna hijau tua, bentuk setengah padat, FII hasil uji organoleptis memiliki
bau khas, warna hijau tua, bentuk setengah padat, FIII hasil uji organoleptis
gambar pada hal 58). Perbedaan konsentrasi ekstrak daun kelor pada sediaan
akan mempengaruhi warna dan bentuk salep ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera L) tersebut (Hernani dkk, (2012)). Hasil uji organoleptis pada tabel
konsentrasi ekstrak daun kelor yang digunakan pada sediaan sama dan
akan mempengaruhi warna dan bentuk salep ekstrak daun kelor, uji
salep.
Hasil uji homogenitas pada tabel 4.4 masing-masing formulasi FI, FII,
dan FIII menunjukan hasil yang homogen dan tidak terdapat butiran kasar
45
(lampiran gambar pada hal 58) pada gelas objek Hernani dkk (2012). Selama
±2 minggu salep disimpan pada suhu kamar 25˚C, salep tetap homogen dan
sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukan
susunan yang homogen yang dapat dilihat dengan tidak adanya partikel yang
sediaan salep saat digunakan sehingga tidak mengiritasi kulit hasil pH yaitu
FI 5,4, FII 5,6, FIII 6,1 (lampiran pada hal 58). Sediaan memiliki pH yang
masih aman karena masih masuk dalam rentang pH kulit yaitu 4,5- 6,5
Hernani ddk, (2012). Nilai pH yang kurang dari 4,5 dapat mengiritasi kulit
sementara nilai pH yang melebihi 6,5 dapat membuat kulit menjadi bersisik.
pH yang digunakan untuk uji tidak memiliki hasil yang akurat karena buffer
Hasil uji daya sebar pada Tabel 4.5 masing-masing formulasi FI, FII
dan FIII, bahwa hasil FI menunjukan hasil uji daya sebarnya yaitu 5,1 cm,
dan hasil uji FII menunjukan hasil 5,2 cm, dan FIII menunjukan hasil uji
daya sebar yaitu 5,1 cm (lampiran gambar pada hal 59). Dari hasil pengujian
menunjukan hasil uji daya sebar yang memenuhi persyaratan yaitu uji daya
sebar sediaan topikal. Syarat daya sebar sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm
. Hasil uji daya sebar salep FII menunjukan bahwa terdapat perbedaan daya
sebar yang signifikan antara FI dan FIII hal ini dikarenakan masa basis salep
Hasil uji daya lekat pada tabel 4.6 masing-masing formula FI, FII dan
FIII, bahwa hasil FI menunjukkan hasil uji daya lekatnya yaitu 03:47detik,
dan hasil FII menunjukkan hasil uji daya lekarnya yaitu 04:45 detik, dan FIII
menunjukkan hasil uji daya lekatnya yaitu 04,52 detik (lampiran gambar
pada hal 60). Dari hasil uji daya lekat menunjukkan bahwa FIII dan FII yang
mencapai standar 4 detik daya lekat yang baik adalah tidak kurang dari 4
dengan disimpan pada suhu 4°C selama 24 jam lalu dikeluarkan dan
ditempatkan pada suhu 40°C selama 24 jam bahwa hasil pengamatan selama
3 siklus pada suhu dingin dan suhu panas. Dilihat dari siklus 1 sampai 3
nilai pH yang aman untuk kulit adalah 4,5 hingga 6,5 tapi semua sesuai
standar.
Hasil uji iritasi dari FI, FII, dan FIII menggunakan ekstrak daun kelor
sesuai Tabel 4.8 adalah tidak menunjukkan adanya iritasi pada kulit,
sehingga salep ini baik digunakan (lampiran gambar pada hal 62-63). Salep
yang memiliki nilai pH tidak boleh terlalu asam karena dapat mengiritasi
kulit dan tidak boleh terlalu basa karena dapat membuat kulit menjadi
bersisik. Menurut Irsan dkk (2013), salep harus memenuhi persyaratan yaitu
kulit. Hasil uji iritasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui aman atau tidak
Setelah dilihat satu persatu dalam proses evaluasi sediaan salep, maka
dapat dilihat bahwa formula terbaik salep ekstrak daun kelor adalah formula
III, yang memenuhi syarat sediaan topikal setelah dilakukan pengujian uji
organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, uji
5.1 Kesimpulan
salep menggunakan ekstrak daun kelor hasil uji adalah FIII dengan
uji daya sebar 5,1, uji daya lekat 04:52 detik pada uji stabilitas disimpan
5.2 Saran
zat aktif
48
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1997, Ilmu meracik obat, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Obat Tradisional.
Esimone, C.O., Iroha, I.R. Ibezim, E.C. Okeh, C.O., Okpana, E,M. 2006 Tanaman
Faradiba, 2011, Formulasi Salep Ekstrak Dietil Eter Daging Variasi Buah Pare
Salep Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L) dan Uji Aktivitas
49
50
Hernani, M,.Mufrod & Sugiyono. Formulasi Salep Ekstrak Air Tokek (Gekko
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana Wana
Jakarta
Irsan, M.A, Manggav, E., Pakki., Usmar., 2013, Uji Iritasi Krim Antioksidan
17(2):55-60
Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E.A., 2001, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi
Kurniasih 2013, Khasiat danManfaat Daun Kelor, Pustaka Baru Press, Yogyakarta
Krisnadi, A.D. 2015. Kelor Super Nutrisi, Moringa oleifera. Com, Blora
51
Lachman, L., Liberman, H. A dan Kaning, J. L., 1994.Teori dan Praktek Farmasi
Mardian, L. (2013). Daun Kelor (Moringa Oleifera L), Jakarta : Penebar Swadaya
Melinda. 2014. Aktivitas Antibakteri Daun Pacar (Lowsonia inermis L), Skripsi
Nurhayati, Tutik. (2008). Uji efek sediaan instan rimpang kencur (Kaempreferia
Sukakarta.
Association: London
Jakarta.
Tranggono dan Fatma. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Komestik. Penerbit
Ulaen, Selfie P.J., Banne, Yos Suatan & Ririn A., 2012, Pembuatan Salep Anti
Formula I :
20
Ekstrak daun kelor : 100 x 20 gr = 4 +10% = 4,4 gr
5
Cera alba : 100 x 20 gr = 1 + 10% = 1,1 gr
0.01
Propilen paraben : 100 x 20 gr = 0,002 + 10% = 0,0022 gr
10
Adeps lanae : x 20 gr = 2 + 10% = 2,2 gr
100
53
54
Formula II :
20
Ekstrak daun kelor : 100 x 20 gr = 4 + 10% = 4,4 gr
10
Cera alba : 100 x 20 gr = 2 + 10% = 2,2 gr
0,01
Propilen paraben : x 20 gr = 0,002 + 10 % = 0,0022 gr
100
10
Adeps lanae : 100 x 20 gr = 2 + 10% = 2,2 gr
Formula III :
20
Ekstrak daun kelor : 100 x 20 gr = 4 + 10% = 4,4 gr
15
Cera alba : 100 x 20 gr = 3 + 10% = 3,3 gr
0,01
Propilen paraben : x 20 gr = 0,002 + 10% = 0,0022 gr
100
10
Adeps lanae : 100 x 20 gr = 2 + 10% = 2,2 gr
Lampiran 2
Perhitungan % Rendemen Simplisia dan Rendemen ekstrak simplisia
1. Rendemen simplisia
Berat simplisia basah = 3000 gram
Berat ekstrak daun kelor yang diperoleh = 600 gram
600
% Rendemen = 3000 x 100 %
= 20 %
= 28,88 %
56
Maserasi Penyaringan
57
2. Uji Ph
➢ Formula 1
➢ Formula 2
59
➢ Formula 3
Gambar FIII
60
Gambar FI
Gambar FII
Gambar FIII
61
5. Uji Stabilitas
6. Uji Iritasi