Anda di halaman 1dari 103

KARYA TULIS ILMIAH

FORMULASI SEDIAAN LOTION SARI BUAH TOMAT


(Lycopersicum esculentum Mill.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi

Oleh :

ADINDA TASYA FEBRIANI


NPM. 18512049

PROGRAM STUDI FARMASI D-III


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA
JAYAPURA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH

Formulasi Sediaan Lotion Sari Buah Tomat


(Lycopersicum esculentum Mill.) Sebagai Antioksidan

Oleh :

Adinda Tasya Febriani


NPM. 18512049

Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing


Dan Diketahui Oleh Ketua Program Studi
Untuk Diujikan Tim Penguji
Pada Hari Senin, Tanggal 19 Juli 2021

Mengetahui,

Program Studi Farmasi D-III Menyetujui


Ketua Dosen Pembimbing

Tika Romadhonni, S.Si., M.Sc Enis Rachmawati S.Farm., Apt

ii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH

Formulasi Sediaan Lotion Sari Buah Tomat


(Lycopersicum esculentum Mill.) Sebagai Antioksidan
Oleh :
Adinda Tasya Febriani
NPM. 18512049

Telah Diseminarkan di Depan Dewan Penguji


Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Hari Senin, Tanggal 19 Juli 2021

Dewan Penguji,
Enis Rachmawati S.Farm., Apt (Pembimbing) (………………..)

Herlando Sinaga S.Kep., M.Si (Penguji I) (………………..)

Drs. Rakhmad Barus, Apt (Penguji II) (………………..)

Mengetahui,

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi


Dekan Ketua

Wimbadi Sigit, S.KM., M.Kes Tika Romadhonni, S.Si., M.Sc

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Adinda Tasya Febriani
NPM : 18512049
Tempat, Tanggal Lahir : Abepura, 10 Februari 2000
Alamat : Btn. Sosial Sentani
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Formulasi Sediaan Lotion Sari Buah Tomat (Lycopersicum esculentum
Mill.) Sebagai Antioksidan” tidak terdapat Karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar Ahli Madya/Kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Jayapura, 19 Juli 2021


Yang Menyatakan

Adinda Tasya Febriani

iv
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
“ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(Qs. Ar Ra’d : 11)

“ Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada kemudahan karena itu bila kau telah
selesai (mengerjakan yang lain) dan kepada tuhan, berharaplah”

(Qs. Al Insyirah : 6-8)

Karya Tulis Ilmiah ini dipersembahkan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan penulis nafas kehidupan, hikmat,


kekuatan dan kemampuan serta kasih sayang.
2. Kedua orangtua tercinta, Bapak Andoyo dan Alm. Mama Nuraida yang
selalu mendukung, memberikan semangat, memberikan cinta, kasih
sayang serta doa sehingga penulis bisa menyelesaikan studi.
3. Adik-adik tersayang Aulia Maharani Salsadila yang selalu mendukung dan
memberikan semangat bagi penulis.
4. Nenek Aisyah dan Kakek Alimuddin tersayang yang sudah merawat dan
membesarkan penulis hingga dewasa, yang selalu memotivasi, mendukung
dan memberikan semangat bagi penulis.
5. Sahabat-sahabat tersayang Vernanda Estu Violeta, Kiki Ulfa Nuraida, Sri
Siti Maharani Gobel, Tisna, Cantika Sindi Apri Ningtiasih, Jhony Bhara
Etwiory, Haffier P.F Manusama, Muhammad Affandi, Darmia, yang
selalu memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.
6. Almamater tercinta Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.

v
FORMULASI SEDIAAN LOTION SARI BUAH TOMAT
(Lycopersicum esculentum Mill.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Oleh :

Adinda Tasya Febriani


NPM. 18512049

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Formula sediaan lotion sari buah tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura, pada tanggal 31 Maret-31 Juni 2021. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui Formula terbaik sediaan Lotion Sari Buah Tomat. Jenis dari
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan eksperimen
laboratorium. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua buah
tomat yang tumbuh di wilayah Arso III, Kabupaten Keerom. Jumlah sampel
dalam penelitian adalah 1 kg. Untuk mengekstraksi zat aktif dari buah tomat
dilakukan dengan metode pengepresan. Zat aktif yang digunakan yaitu sari buah
tomat, formulasi dilakukan dengan variasi Trietanolamin (TEA) sebagai
emulsifier dengan konsentrasi yaitu FI 2,5%; FII 3%, dan FIII 3,5%. Untuk
mendapatkan formula terbaik dilakukan evaluasi sediaan meliputi pengamatan,
organoleptis, pengujian pH, homogenitas, pengujian daya sebar, pengujian iritasi,
pengujian akseptabilitas dan pengujian stabilitas. Hasil penelitian menunjukkan
formula terbaik adalah formula III dengan konsentrasi Trietanolamin (TEA)
sebesar 3,5% dengan hasil uji evaluasi organoleptis yang menunjukkan warna
merah muda, tekstur yang lunak, sediaan homogen, pH 7, dan daya sebar 5-7 cm.

Kata Kunci : Sari Tomat, Formulasi, Sediaan Lotion

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Formulasi Sediaan Lotion Sari
Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Sebagai Antioksidan” ini tepat
pada waktunya.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis diberikan bimbingan
dari berbagai pihak karena itu dengan rasa hormat dan tulus penulis mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.


2. Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan.
3. Ketua Program Studi Diploma III Farmasi Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura.
4. Dosen Pembimbing, Enis Rachmawati S.Farm., Apt yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.
5. Dosen Penguji I, Herlando Sinaga S.Kep., M.Si yang telah memberi masukan
dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
6. Dosen Penguji II, Drs. Rakhmad Barus, Apt yang telah memberi masukan
dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
7. Seluruh Dosen dan Staf di lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
8. Orang Tua, Bapak Andoyo dan Mama Nuraida yang telah memberikan doa,
kasih sayang, nasihat, dukungan baik moral dan materi.
9. Adik tersayang Aulia Maharani Salsadilla dan Risky Firmansyah yang selalu
menghibur dan memberikan dukungan serta semangat bagi penulis.
10. Sahabat-sahabat tersayang (Vernanda Estu Violeta, Kiki Ulfa Nuraida, Sri
Siti Maharani Gobel, dan Tisna) yang selalu mendukung dan memberikan

vii
semangat dan juga sahabat-sahabat tersayang sesama di FIKES (Cantika
Sindi Apri Ningtiasih, Darmia, Jein, Apriani Karamman, Waode Siti Rahayu,
Kristina Ingka Paliling, Nurwiati, Sheren, Putri Suhadji Milka Wulandari dan
Agnes Djamanmonna) yang selalu membantu, menghibur, memberikan
dukungan dan semangat, menemani dari penelitian sampai penyusunan KTI.
11. Teman-teman Farmasi 2018 yang terkasih (Jhony Bhara Etwiory, Haffier P.F
Manusama, Muhammad Affandi, Elfarez, Rudi) dan teman-teman Analis
Kesehatan 2018 yang selalu memberi semangat.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penulisan maupun segi materi yang disajikan. Oleh
karena itu, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Jayapura, 19 Juli 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN ………........................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI ……………………………………... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN DAN MOTTO ………………………….. v
ABSTRAK ……………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………... vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………... 2
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………. 2
1.5 Keaslian Penelitian …………………………………………… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tomat ………………………………………………. 5
2.2 Simplisia ……………………………………………………… 18
2.3 Lotion …………………………………………………………. 21
2.4 Formulasi Lotion Sari Buah Tomat …………………………... 25
2.5 Evaluasi Sediaan Lotion Sari Buah Tomat …………………… 30
2.6 Kerangka Konsep …………………………………………….. 33
2.7 Definisi Operasional ………………………………………….. 35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………….. 36
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………. 36
3.3 Populasi dan Sampel ………………………………………….. 36

ix
3.4 Alat dan Bahan ……………………………………………….. 37
3.5 Prosedur Penelitian …………………………………………… 37
3.6 Alur Penelitian ………………………………………………... 43
3.7 Pengambilan dan Analisa Data ……………………………….. 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil …………………………………………………………... 45
4.2 Pembahasan …………………………………………………... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan …………………………………………………… 54
5.2 Saran ………………………………………………………….. 54
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 55
LAMPIRAN ……………………………………………………………... 59

x
DAFTAR TABEL

Tabel Hal.
1.1 Keaslian Penelitian ………………………………………………..... 3
2.1 Kandungan Buah Tomat …………………………………………..... 11
2.2 Kandungan Likopen ……………………………………………....... 15
2.3 Definisi Operasional ……………………………………………....... 34
3.1 Formulasi Sediaan Lotion Sari Buah Tomat ……………………….. 38
4.1 Pemeriksaan Organoleptis Sari Buah Tomat ……………………….. 45
4.2 Hasil Evaluasi Lotion Sari Buah Tomat …………………………..... 46

4.3 Hasil Uji Daya Sebar ……………………………………………….. 46


4.4 Hasil Uji Iritasi Lotion Sari Buah Tomat …………………………... 47
4.5 Hasil Uji Akseptabilitas Lotion Sari Buah Tomat ………………….. 47
4.6 Hasil Uji Stabilitas Lotion Sari Buah Tomat ……………………….. 48

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Tanaman Tomat ……………………………………………………. 6


2.2 Akar Tanaman Tomat ……………………………………………… 7
2.3 Batang Tanaman Tomat …………………………………………… 8
2.4 Daun Tanaman Tomat ……………………………………………... 8
2.5 Bunga Tanaman Tomat ……………………………………………. 9
2.6 Buah Tanaman Tomat ……………………………………………... 10
2.7 Biji Tanaman Tomat ……………………………………………….. 11
2.8 Struktur Kimia Vitamin C …………………………………………. 13
2.9 Struktur Kimia Likopen ……………………………………………. 15
2.10 Struktur Kimia Flavonoid ………………………………………….. 16
2.11 Struktur Kimia Asam stearat ………………………………………. 26
2.12 Struktur Kimia Setil alkohol ……………………………………….. 26
2.13 Struktur Kimia Gliserin ……………………………………………. 27
2.14 Struktur Kimia Trietanolamin ……………………………………... 28
2.15 Struktur Kimia Metil paraben ……………………………………… 29
2.16 Struktur Kimia Aquadest …………………………………………... 30
2.17 Skema Kerangka Konsep ………………………………………….. 34
3.1 Skema Alur Penelitian ……………………………………………... 44

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu jenis

tanaman yang umum dan terkenal di Indonesia. Dalam masyarakat, buah

tomat dikenal sebagai bahan makanan untuk saos tomat dan bahan minuman

seperti jus. Kandungan utama dalam buah tomat yaitu likopen yang

merupakan senyawa antioksidan yang sangat tinggi. Tomat juga mengandung

flavonoid, vitamin C dan vitamin E sebagai antioksidan (Imam, 2006).

Likopen adalah salah satu senyawa antioksidan yang menunjukkan

peredaman radikal bebas yang lebih tinggi dibandingkan vitamin E dan dari

jenis karotenoid lain. Likopen merupakan pigmen yang membuat tomat

berwarna merah. Menurut beberapa penelitian epidemiologi diet kaya

makanan yang mengandung likopen berperan dalam mencegah penyakit

jantung dan melindungi terhadap beberapa jenis kanker, serta terhadap efek

eritema sinar ultraviolet (Zhu, Zhang and Liu, 2008). Likopen dapat

mengurangi efek sinar UV yang dapat merusak kulit dan dapat meningkatkan

perlindungan terhadap sunburn dan efek kumulatif dari paparan sinar matahari

(kanker). Likopen memiliki sifat kimia yang efektif dalam menghalangi sinar

UV yang merusak (Sahasrabuddhe, 2011).

Berdasarkan penelitian (Anastahsia, dkk., 2019) menyatakan bahwa, nilai

IC50 pada sediaan krim yang mengandung sari buah tomat dengan konsentrasi

50% memiliki aktivitas antioksidan yang sebesar 5,106 g/mL. Nilai IC50

1
2

yang semakin kecil berarti semakin kuat daya antioksidannya (Rohman dan

Riyanto, 2005).

Hand body lotion merupakan sediaan emulsi yang diaplikasikan secara

topikal. Emulsi yang digunakan pada kulit dapat berupa minyak dalam air

(M/A) atau air dalam minyak (A/M) (Allen, dkk., 2014). Konsistensi sediaan

lotion berbentuk cair sehingga memungkinkan pemakaian yang cepat dan

merata pada permukaan kulit jika dibandingkan dengan sediaan krim atau

salep.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Formulasi sediaan lotion sari buah tomat (Lycopersicum

esculentum Mill.) sebagai antioksidan” .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan

masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah formula terbaik Lotion Sari

Bauh Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui formula terbaik

Lotion Sari Bauh Tomat (Lycopersicum esculentum Mill).

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Civitas Akademika

Sebagai bahan referensi dan informasi yang dapat digunakan untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan terutama

pemanfaatan sari buah tomat sebagai lotion.


3

b. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi yang berguna dalam peningkatan nilai

ekonomi dan manfaat buah tomat bagi kesehatan.

c. Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang

formulasi dan evaluasi sediaan lotion dari sari buah tomat.

1.5 Keaslian Penelitian

Adapun penelitian yang pernah dibaca oleh peneliti yang membedakan

dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Variabel Analisa


Penelitian Penelitian Penelitian
1. Swastika Aktivitas Deskriptif Antioksidan Statistik
NSP dkk., Antioksidan Krim dan Krim Ekstrak
(2013) Ekstrak Sari Tomat Eksperimental Sari Tomat
(Solanum
lycopersicum L.)
2. Arfiyanti Formulasi dan Deskriptif Krim Deskriptif
Yusuf Evaluasi Krim Dan Liofilisat
dkk., Liofilisat Buah Ekperimental Buah Tomat
(2018) Tomat (Solanum Sebagai
lycopersicum L) Peningkat
Sebagai Peningkat Kelembaban
Kelembaban Pada
Kulit
3. Pujiastuti Formulasi dan Uji Deskriptif Hand and Deskriptif
dkk., Stabilitas Mekanik Dan Body Sari
(2019) Hand and Body Eksperimental Buah Tomat
Lotion Sari Buah sebagai
Tomat (Licopersicon Antioksidan
esculentum Mill.)
sebagai Antioksidan
4

Sedangkan peneliti sendiri tertarik untuk mengambil judul “Formulasi

Sediaan Lotion Sari Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)” Sebagai

Antioksidan yang membedakan dengan peneliti sebelumnya adalah terletak pada

tempat, waktu dan variabel penelitian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)

a. Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)

Tomat menurut para ahli botani disebut sebagai Lycopersicum

esculentum Mill. Menurut Rukmana (1994), tomat termasuk tanaman

setahun (annual) yang berarti umurnya hanya untuk satu kali periode

panen. Tanaman ini berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa

mencapai 2-3 meter atau lebih, mempunyai batang lunak dan bulat.

Tomat merupakan tanaman sayur yang sudah dibudidayakan sejak

ratusan tahun silam, tetapi belum diketahui dengan pasti kapan awal

penyebarannya. Jika ditinjau dari sejarahnya, tanaman tomat berasal dari

Amerika, yaitu daerah Andean yang merupakan bagian dari Negara

Bolivia, Cili, Kolombia, Ekuador, dan Peru. Semula di Negara asalnya,

tanaman tomat hanya dikenal sebagai tanaman gulma. Namun, seiring

dengan perkembangan waktu, tomat mulai ditanam, baik di lapangan

maupun di pekarangan rumah sebagai tanaman yang dibudidayakan atau

tanaman yang dikonsumsi (Purwati dan Khairunisa, 2007).

Di Negara tropis seperti Indonesia, tanaman tomat memiliki daerah

penyebaran yang cukup luas, yaitu di dataran tinggi (≥ 700 m dpl), dataran

medium tinggi (450-699 m dpl), dataran medium rendah (200-499 m dpl),

dan dataran rendah (≥ 199 m dpl) (Purwati dan Khairunisa, 2007).

5
6

Gambar 2.1 Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)

(Data Primer, 2021)

b. Klasifikasi Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)

Klasifikasi Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Menurut

Simpson (2010) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Trachebionta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Asteridae

Order : Solanales

Family : Solanaceae

Genus : Lycopersicon

Species : (Lycopersicon esculentum Mill.)


7

c. Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)

1. Akar

Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar

serabut yang berwarna keputih-putihan yang berbau khas. Perakaran

tanaman tidak terlalu dalam, menyebar ke semua arah hingga

kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun dapat mencapai kedalaman

hingga 60-70 cm. Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang

berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam

tanah. Oleh karena itu, tingkat kesuburan tanah di bagian atas sangat

berpengaruh tehadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah, serta

benih tomat yang dihasilkan (Pitojo, 2005).

Gambar 2.2 Akar Tanaman Tomat (Data Primer, 2021)

2. Batang

Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada

buku-buku. Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang

berkelenjar. Mudah patah, dapat naik bersandar pada turus atau

merambat pada tali, namun harus dibantu dengan beberapa ikatan.

Dibiarkan merata, cukup rimbun menutupi tanah. Bercabang banyak

sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu (Rismunandar, 2001).


8

Gambar 2.3 Batang Tanaman Tomat (Data Primer, 2021)

3. Daun

Daun tomat mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas,

yaitu berbentuk oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip.

Daunnya yang berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar

20-30 cm dan lebar 15-20 cm. Daun tomat ini tumbuh di dekat ujung

dahan atau cabang. Sementara itu, tangkai daunnya berbentuk bulat

memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebalan 0,3-0,5 cm (Wiryanta,

2004).

Gambar 2.4 Daun Tanaman Tomat (Data Primer, 2021)

4. Bunga

Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam

dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung


9

dari varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun

kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat

kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang

mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan

penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu. Meskipun

demikian tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang

(Wiryanta, 2004).

Gambar 2.5 Bunga Tanaman Tomat (Data Primer, 2021)

5. Buah

Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau

dan berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna merah muda,

merah atau kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Bentuk

buah tomat beragam : lonjong, oval, pipih, meruncing, dan bulat.

Diameter buah tomat antara 2-15 cm, tergantung varietasnya. Jumlah

ruang di dalam buah juga bervariasi, ada yang hanya dua seperti pada

buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih dari dua seperti tomat
10

marmade yang beruang delapan. Pada buah masih terdapat tangkai

bunga yang berubah fungsi menjadi tangkai buah serta kelopak bunga

yang beralih fungsi menjadi kelopak bunga (Pitojo, 2005).

Gambar 2.6 Buah Tanaman Tomat (Data Primer, 2021)

6. Biji

Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan berwarna putih

kekuningan dan coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebarnya 2-4

mm. Biji saling melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun

berkelompok dengan dibatasi daging buah. Jumlah biji setiap buahnya

bervariasi, tergantung pada varietas dan lingkungan, maksimum 200

biji per buah. Umumnya biji digunakan untuk bahan perbanyakan

tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari (Redaksi

Agromedia, 2007).
11

Gambar 2.7 Biji Tanaman Tomat (Data Primer, 2021)

d. Kandungan Kimia Tanaman Tomat

Tomat mengandung antioksidan seperti karotenoid, flavonoid, asam

fenolik, asam askorbat dan vitamin A, C, dan E serta lemak dan kalori

dalam jumlah rendah, bebas kolesterol, dan merupakan sumber serat dan

protein yang baik. (Kailaku, dkk., 2007).

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Tomat Per 180 gram

Nutrien Jumlah
Vitamin C 34,38 mg
Vitamin A 1121,40 IU
Vitamin K 14,22 mcg
Molybdenum 9,00 mcg
Kalium 399,6 mg
Mangan 0,19 mg
Serat 1,98 g
Vitamin B1 0,11 mg
Vitamin B6 0,14 mg
Folat 27,00 mcg
Tembaga 0,13 mg
Vitamin B3 1,13 mg
Vitaman B2 0,09 mg
Magnesium 19,80 mg
Besi 0,81 mg
Vitamin B5 0,44 mg
12

Phosphor 43,20 mg
Vitamin E 0,68 mg
Tryptophan 0,01 g
Protein 1,53 g

(Maulida dan Zulkarnaen, 2010).

e. Uraian kandungan buah tomat meliputi :

1. Vitamin C

Vitamin C (C6H8O6) atau Asam askorbat termasuk vitamin larut

dalam air. Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-askorbat dan

asam L-dehidroaskorbat. Keduanya mempunyai keaktifan sebagai

vitamin C. Vitamin C juga termasuk vitamin yang paling mudah rusak.

Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan

proses tersebut dapat dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim,

oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan

menghambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau pada

suhu rendah. Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan

kolagen interseluler. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak

terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin, dan

vascular endothelium. Asam askorbat sangat penting peranannya dalam

proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksi

prolin hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kolagen

yang penting. Peranannya adalah dalam proses penyembuhan luka serta

daya tahan tubuh melawan infeksi dan stress (Winarno, 2004).


13

Gambar 2.8 Struktur Kimia Vitamin C (Winarno, 2004)

2. Likopen

Likopen berasal dari kata Lycopersicum, yaitu nama spesies tomat

(Solanum lycopersicum L.). Likopen adalah zat warna merah yang

paling banyak terdapat pada buah tomat, yang dapat menyerang radikal

bebas pemicu kanker (Winarti, 2010). Likopen merupakan anggota

kelompok pigmen karoten merah alami yang dikenal sebagai

karotenoid. Karotenoid disintesis oleh tanaman dan mikroorganisme

dan banyak ditemukan di lingkungan.

Pada tumbuhan, fungsi utama dari likopen adalah sebagai pigmen

yang dapat menyerap cahaya dan juga melindungi sel terhadap

fotooksidatif yang menyebabkan kerusakan selama proses fotosintesis.

Likopen juga berperan penting dalam biosintesis karotenoid, termasuk

beta karoten, yang bertanggung jawab untuk memberikan warna

kuning, oranye atau pigmentasi merah pada bagian-bagian tumbuhan

terutama buah. Likopen memberi warna merah pada tomat dan buah-

buahan lainnya seperti jambu biji, semangka, jeruk merah muda dan

papaya (Stahl dan Sies, 1996).


14

Likopen mempunyai rumus molekul C40H56 dengan berat molekul

536,85 g/mol dan titik cair 172°C-175°C. Struktur kimia likopen

merupakan rantai tak jenuh dengan rantai lurus hidrokarbon terdiri dari

tiga belas ikatan rangkap, duabelas diantaranya ikatan rangkap

terkonjugasi, sementara dua ikatan rangkap sisanya tidak terkonjugasi

(Agarwal dan Rao, 2000). Secara struktural, likopen terbentuk dari

delapan unit isoprena. Banyaknya ikatan ganda pada likopen

menyebabkan elektron untuk menuju ke transisi yang lebih tinggi

membutuhkan banyak energi sehingga likopen dapat menyerap sinar

yang memiliki panjang gelombang tinggi (sinar tampak) dan

mengakibatkan 10 warnanya menjadi merah terang. Jika likopen

dioksidasi, ikatan ganda antar karbon akan patah membentuk molekul

yang lebih kecil yang ujungnya berupa –C=O. Meskipun ikatan –C=O

merupakan ikatan yang bersifat kromophorik (menyerap cahaya), tetapi

molekul ini tidak mampu menyerap cahaya dengan panjang gelombang

yang tinggi sehingga likopen yang teroksidasi akan menghasilkan zat

yang berwarna pucat atau tidak berwarna (Mein et al., 2008).

Mekanisme kerja likopen dalam mencegah penyakit kronis dan

generatif ada dua. Yang pertama kerja oksidasi, likopen bereaksi

dengan radikal bebas peroksil atau hidroksil yang terbentuk dari

hidroperoksida yang berasal dari lipid, sehingga tidak lagi berbahaya

untuk tubuh. Likopen mengurangi kerusakan oksidasi pada lipid

(membrane lipid dan lipoprotein), protein, dan DNA. Kedua kerja non
15

oksidasi, likopen memperbaiki komunikasi antarsel, pengaturan fungsi

gen, modulasi hormone metabolism karsinogen dan jalur metabolic

termasuk fase II drug-metabolizing-enzymes.

Tabel 2.2 Kandungan Likopen dalam buah segar dan produk olahannya

Bahan Kandungan Likopen


(mg/100g)
Tomat segar 8,8
Sup tomat 7,2
Jus tomat 9,5
Saus tomat 15,9
(Kailaku, dkk., 2007)

Gambar 2.9 Struktur Kimia Likopen (Khachik et al., 2002)

3. Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa C15 yang semuanya memiliki struktur

C6-C3-C6. Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar

yang ditemukan di alam yang diproduksi oleh tanaman sebagai salah

satu respon yang dihasilkan terhadap infeksi mikroba. Selain itu, buah

tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) diketahui memiliki aktivitas

sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat

menangkal atau melawan pengaruh radikal bebas eksogen yang

menyebabkan kerusakan sel-sel kulit sehingga terjadi proses penuaan

dini, sehingga dengan adanya senyawa flavonoid yang memiliki


16

aktivitas sebagai antioksidan, buah tomat (Lycopersicum esculentum

Mill.) (Kawamura, 2010).

Gambar 2.10 Struktur Kimia Flavonoid (Julianti dkk, 2009)

f. Manfaat Tanaman Tomat

Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh, karena mengandung vitamin dan

mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat

juga mengandung zat pembangun jaringan tubuh manusia dan zat yang

dapat meningkatkan energi untuk bergerak dan berpikir, yakni karbohidrat,

protein, lemak, dan kalori (Cahyono, 2008).

Sebagai sumber vitamin, buah tomat sangat baik untuk mencegah dan

mengobati berbagai penyakit, seperti sariawan karena kekurangan vitamin

C, xeropthalmia pada mata kekurangan vitamin A, bibir merah dan radang

lidah karena kekurangan vitamin D (Cahyono, 2008).

Sebagai sumber mineral, buah tomat bermanfaat untuk pembentukan

tulang dan gigi (zat kapur dan fosfor). Sedangkan zat besi (Fe) yang

terkandung dalam buah tomat dapat berfungsi untuk pembentukan sel

darah atau hemoglobin (Cahyono, 2008).

Buah tomat juga mengandung serat yang berfungsi memperlancar

proses pencernaan makanan dalam perut. Selain itu buah tomat juga
17

mengandung potassium yang sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala

tekanan darah tinggi (Cahyono, 2008).

Zat belerang (sulfur) yang terkandung dalam buah tomat dapat

mencegah radang hati dan radang usus buntu. Zat klorin yang ada di dalam

buah tomat dapat merangsang fungsi hati lebih aktif membersihkan zat-zat

tidak berguna (Cahyono, 2008).

Tomat banyak mengandung likopen yang merupakan kelompok

karotenoid seperti beta-karoten yang bertanggung jawab terhadap warna

merah pada tomat. Di dalam tubuh, likopen dapat melindungi dari

penyakit seperti kanker prostat serta beberapa jenis kanker lain serta

penyakit jantung koroner. Kemampuan likopen dalam meredam oksigen

tunggal dua kali lebih baik dibanding beta karoten dan sepuluh kali lebih

baik daripada alfa-tokoferol (Sunarmani, 2008).

2.2 Simplisia

a. Definisi Simplisia

Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun dan berupa bahan yang telah

dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia

nabati, hewani dan simplisia mineral atau pelikan (Yuniarti, 2008).

b. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia

Menurut Yuniarti (2008), kualitas simplisia dipengaruhi oleh faktor

bahan baku dan proses pembuatnnya.


18

1. Bahan baku simplisia

Berdasarkan bahan bakunya, simplisia dapat diproleh dari

tanaman liar atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia

diambil dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen,

dan galur (asal, usul, garis keturunan) tanaman dapat dipantau.

Sementara jika diambil dari tanaman liar maka banyak kendala dan

variabilitas yang tidak bisa dikendalikan seperti asal tanaman, umur,

dan tempat tumbuh.

2. Proses pembuatan simplisia

Dari pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun

tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah,

pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering,

pengepakan dan penyimpanan. Menurut Dalimartha (2009) proses

pembuatan simplisia sebagai berikut :

a) Pengumpulan bahan baku

Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas

bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah

masa panen. Berdasarkan garis besar pedoman panen, pengambilan

bahan baku tanaman dilakukan pada saat yang berbeda-beda untuk

setiap bagian tumbuhan, seperti biji, buah, bunga, daun atau herba,

kulit batang, umbi lapis, rimpang, dan akar, panen daun dilakukan

pada saat fotosintesis berlangsung maksimal yaitu ditandai dengan

saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.


19

b) Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman

masih segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-

rumputan, bahan tanaman lain atau bagian tanaman yang rusak

(dimakan ulat dan sebagainya).

c) Pencucian

Pencucian simplisia dilakukan agar membersihkan kotoran

yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah

dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida.

d) Pengubahan bentuk

Pada dasarnya tujuan dari pengubahan bentuk simplisia adalah

untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas

permukaan maka bahan baku akan semakin cepat kering.

e) Pengeringan

Proses pengeringan simplisia, terutam bertujuan untuk

menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah

ditumbuhi bakteri, menghilangkan aktivitas enzim yang bias

menguraikan lebih lanjut kandugan zat aktif, serta memudahkan

dalam hal pengelolaan proses selanjutnya (ringkas, mudah

disimpan, tahan lama dan sebagainya). Faktor yang mempengaruhi

pengeringan diantaranya adalah waktu pengeringan, suhu,

kelembaban, udara, kelembaban bahan baku atau kandungan air

dari bahan, ketebalan bahan yang dikeringkan, sirkulasi udara dan


20

luas permukaan. Terdapat dua cara pengeringan yaitu pengeringan

secara alamiah (dengan sinar matahari lanngsung atau diangin-

anginkan) dan pengeringan buatan (menggunakan alat).

f) Sortasi kering

Sortasi kering adalah pemilihan bahan baku setelah mengalami

proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan

yang terlalu gosong, bahan yang rusak, atau dibersihkan dari

kotoran hewan.

g) Pengepakan dan penyimpanan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering maka simplisia

perlu ditempatkan dalam sebuah wadah tersendiri dan disimpan di

tempat yang memenuhi persyaratan.

2.3 Lotion (Lotiones)

a. Definisi Lotion

Menurut Depkes RI (1995), lotion bentuk emulsi sebagian besar

sediaan kosmetik yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena

mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan komponen

formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak

lengket.

Emusli adalah sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase

cairan dalam sistem disperse, fase cairan yang satu terdispersi sangat

halus dan homogeny dalam fase cairan yang lain, umumnya distabilkan

dengan zat pengemulsi. Fase cairan terdispersi disebut fase dalam dan
21

fase cairan pembawa disebut fase luar. Bila fase dalam berupa minyak

atau larutan zat dalam minyak dan fase luarnya air atau larutan air maka

emulsi mempunyai tipe minyak dalam air (M/A). Menurut Ansel (1989),

sedangkan apabila fase dalam adalah air atau larutan air dan fase luarnya

minyak atau larutan minyak maka tipe emulsinya adalah air dalam

minyak (A/M).

Zat pengemulsi dibedakan menjadi tiga golongan yaitu, surfaktan,

koloid hidrofilik dan zat padat yang terbagi halus. Menurut Lachman.,

dkk (1994), surfaktan dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

1. Emulgator anionik. Emulgator anionic dalam larutan air terdisosiasi

membentuk ion negatif. Emulgator ini digunakan untuk obat yang

memerlukan pH basa. Keuntungan dari emulgator anionik ini yaitu

kerja emulgatornya lebih kuat daripada sabun alkali sehingga

diperoleh disperse halus dan emulsi yang stabil, juga menunjukkan

reaksi mendekati netral. Contoh : trietanolamin, natrium lauril sulfat.

2. Emulgator kationik. Emulgator kationik dalam larutan air terdisosiasi

membentuk ion positif. Pengemulsi ini dipilih untuk obat yang

memerlukan pH asam. Contoh : benzalkonium bromide, setrimid,

setil peridium klorida.

3. Emulgator nonionik. Pengemulsi ini bereaksi netral, dalam medium

air tidak membentuk ion, sehingga tidak dipengaruhi oleh elektrolit

dan netral terhadap pengaruh kimia. Emulagator nonionik dapat


22

bercampur dengan sebagian besar bahan obat. Contoh : tween, span,

gliserol monostearat.

4. Emulgator amfoter. Emulgator amfoter adalah senyawa kimia yang

menunjukkan bagian kationik dan anionik dalam molekulnya, berada

terionisasi dalam larutan air. Contoh : betain derivate imidazole.

Kondisi lingkungan seperti adanya cahaya, udara dan kontaminasi

mikroorganisme dapat memberikan efek yang mengubah stabilitas

emulsi. Oleh karena itu harus dilakukan formulasi yang sesuai guna

mengurangi kerusakan stabilitas produk dengan cara penambahan

bahan-bahan tambahan lain. Bahan tambahan yang diperlukan dalam

formulasi lotion antara lain : bahan pengawet, antioksidan dan

humektan. Penambahan bahan pengawet bertujuan untuk mencegah

kontaminasi mikroba, karena adanya suatu campuran lemak dan air

yang bersentuhan seringkali memungkinkan mikroorganisme

menetap.

Pemilihan bahan pengawet berdasarkan pertimbangan sebagai

berikut : efektif dalam mencegah pertumbuhan mikroba, dapat larut

dalam air untuk mencapai konsentrasi yang memadai dalam fase air,

dapat bercampur dengan bahan formultif lain, toksisitas rendah, stabil

pada pemanasan dan penyimpanan, tidak dipengaruhi oleh wadah.

Contoh pengawet yang biasa dipakai dalam sediaan lotion antara lain

adalah asam benzoate, nipagin, nipasol, fenol dan lain-lain (Lachman

dkk, 1994 ; Martin, 1993).


23

b. Bahan-Bahan Pembentukan Lotion

Menurut Lachman (1994), bahan yang biasa terdapat pada formula

lotion adalah :

1. Barrier agent (pelindung), berfungsi sebagai pelindung kulit dan juga

ikut mengurangi dehidrasi. Contoh : Asam stearat, Bentonit, Seng

oksida, Titanium oksida, Dimetikon.

2. Emollient (pelembut), berfungsi sebagai pelembut kulit sehingga kulit

memiliki kelenturan pada permukaannya dan memperlambat

hilangnya air pada permukaan kulit. Contoh : Lanolin, Paraffin, Stearil

alcohol, Vaselin.

3. Humectan (pelembab), bahan yang berfungsi mengatur kadar air atau

kelembaban pada sediaan lotion itu sendiri maupun setelah dipakai

pada kulit. Contoh : Gliserin, Propilen glikol, Sorbitol.

4. Pengentalan dan pembentukan film, berfungsi mengentalkan sediaan

sehingga dapat menyebar lebih halus dan lekat pada kulit, disamping

itu juga berfungsi sebagai stabilizer. Contoh : Setil alcohol, Karbopol,

Vegum, Tragakan, Gum, Gliseril monostearat.

5. Emulsifier (zat pembentuk emulsi), berfungsi menurunkan tegangan

permukaan antara minyak dan air, sehingga minyak dapat bersatu

dengan air. Contoh : Trietanolamin, Asam stearate, Setil alcohol.

6. Buffer (larutan dapar), berfungsi untuk mengatur atau menyesuaikan

pH lotion agar sesuai dengan pH kulit. Contoh : Asam sitrat, Asam

laktat, Natrium Sistrat.


24

c. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Lotion

Menurut Ansel (2008), keuntungan dan kerugian sediaan lotion

adalah :

1. Keuntungan

a) Lebih mudah digunakan (penyebaran lotion merata daripada

krim).

b) Lotion menyebar dalam lapisan tipis.

c) Umumnya dosis yang diberikan lebih rendah.

d) Kerja sistemnya rendah.

2. Kerugian

a) Bahaya alergi umumnya lebih besar.

b) Bentuk sediaan obat lotion tidak tahan lama.

c) Bentuk sediaan obat kurang praktis dibawa kemana-mana.

2.4 Formulasi Lotion Sari Buah Tomat

Bahan-bahan yang digunakan dalam formula sediaan lotion sari buah

tomat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sari Buah Tomat (Zat Aktif)

b. Asam stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh

dari lemak, sebagian besar dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam

heksadekanoat, C16H32O2. Pemerian zat padat keras mengkilat

menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin.

Kelarutan praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol
25

(95%) P, dalam 2 kloforom P dan dalam 3 eter P. Asam stearat digunakan

sebagai zat tambahan (Depkes RI, 1979).

Pada sediaan topikal, asam stearat biasa digunakan sebagai bahan

pengemulsi dan pelarut. Konsentrasi yang biasa digunakan sebagai bahan

pengemulsi dalam sediaan krim yaitu 1-20% (Rowe et al, 2009). Untuk

pembuatan lotion, asam stearat berfungsi sebagai emulsifier.

Gambar 2.11 Struktur Kimia Asam stearat (Santi, 2012)

c. Setil alkohol

Setil alkohol memiliki pemerian granul atau kubus berwarna putih;

rasa lemah; bau khas. Kelarutan dengan adanya peningkatan temperatur,

praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P. Setil alkohol

digunakan sebagai zat tambahan (Depkes RI, 1995).

Penggunaan setil alkohol pada sediaan farmasi sangat luas, yaitu

sebagai coating agent; emulsifying agent (2-5%); stiffening agent (2-

10%); emolien (2-5%); dan sebagai water absorption (5%) (Rowe et al,

2009). Dalam pembuatan lotion, setil alkohol berfungsi sebagai pengental

dan pembentuk film.


26

Gambar 2.12 Struktur Kimia Setil alkohol (Depkes, 1995)

d. Gliserin

Nama lain dari Gliserin yaitu Gliserol, Glycerolum. Pemerian cairan

seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa

hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah

dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak

melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20°. Kelarutan dapat

bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P, praktis tidak larut

kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak. Gliserin berfungsi

sebagai bahan tambahan (Depkes RI, 1979).

Dalam formulasi sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan

sebagai humectan dengan konsterasi ≤ 30% dan emollient dengan

konsentrasi ≤ 20% (Rowe et al, 2009). Dalam pembuatan lotion, gliserin

berfungsi sebagai pelembab (humektan).


27

Gambar 2.13 Struktur Kimia Gliserin (Depkes RI, 1979)

e. TEA (Trietanolamin)

Trietanolamin adalah campuran dari trietanolamina, dietanolamina

dan monoetanolamina. Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak

lebih dari 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamin, N

(C2H4OH)3. Pemerian cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat;

bau lemah mirip amoniak; higroskopik. Kelarutan mudah larut dalam air

dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P. TEA (Trietanolamin)

digunakan sebagai zat tambahan (Depkes RI, 1979). Trietanolamin

berfungsi sebagai agen pengemulsi dengan dengan konsentrasi 2-4%

(Rowe et al, 2009). Untuk pembuatan lotion, TEA (Trietanolamin)

berfungsi sebagai emulsifier.

Gambar 2.14 Struktur Kimia TEA (Depkse RI, 1979)


28

f. Metil paraben

Metil paraben (Methylis parabenum) mengandung tidak kurang dari

99,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C8H8O3. Pemerian serbuk hablur

halus; putih; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian agak

membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan larut dalam 500 bagian air, dalam

20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95 %) P dalam 3 bagian

aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida;

larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak

lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Metil paraben

berguna sebagai zat tambahan; zat pengawet (Depkes RI, 1979).

Digunakan secara luas sebagai pengawet dalam kosmetik, produk

makanan dan formulasi lainnya. Dapat digunakan tunggal atau

dikombinasikan dengan senyawa paraben konsentrasi yang digunakan

dalam sediaan topikal sebagai antimikroba yaitu 0,02-0,3 % (Rowe et al.,

2009). Dalam pembuatan sediaan lotion, metil paraben berfungsi sebagai

pengawet.

Gambar 2.15 Struktur Kimia Metil paraben (Depkes RI, 1979)


29

g. Oleum rosae

Oleum rosae atau minyak mawar adalah minyak atsiri yang

diperoleh dengan penyulingan uap bunga segar Rosa gallica L, Rosa

damascena Miller, rosa alba dan varietas Rosa lain. Pemerian cairan;

tidak berwarna atau kuning; bau menyerupai bunga mawar, rasa khas;

pada suhu 25° kental, jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi

massa hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur. Kelarutan

dapat larut dalam 1 bagian kloroform P, larutan jernih. Oleum rosae

digunakan sebagai zat tambahan (Depkes RI, 1979). Dalam pembuatan

lotion, oleum rosae berfungsi sebagai pewangi.

h. Aquadest

Aquadest memiliki nama lain Aqua destillata, H2O. Air suling dibuat

dengan menyuling air yang dapat diminum. Pemerian cairan jernih; tidak

berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa (Depkes RI, 1979). Dalam

pembuatan lotion, aquadest berfungsi sebagai pelarut.

Gambar 2.16 Struktur Kimia Aquadest (Depkes RI, 1979)


30

2.5 Evaluasi Sediaan Lotion Sari Buah Tomat

a. Uji Organoleptis

Uji organoleptis meliputi perubahan bentuk, warna, bau dari sediaan

yang dibuat. Sediaan lotion harus memenuhi standar uji melalui

pengamatan organoleptis yang menunjukkan tidak adanya perubahan

tekstur atau pemisahan fase emulsi, perubahan warna dan timbulnya bau

tengik (Anief, 1997).

b. Uji pH

Menurut Tranggono dan Latifah (2007), sediaan topikal dengan nilai

pH yang terlalu asam dapat mengiritasi kulit sedangkan bilai nilai pH

terlalu basa dapat membuat kulit kering dan bersisik uji pH dapat

dilakukan dengan menggunakan pH meter. Tujuan dilakukan uji pH

sediaan lotion ini untuk mengetahui lotion yang dibuat telah memenuhi

syarat pH untuk sediaan topikal yaitu antara 4,5-7 (Sehro, dkk., 2015).

c. Uji Homogenitas

Sediaan yang homogen akan menghasilkan kualitas yang baik karena

menunjukkan bahan obat terdispersi dalam bahan dasar secara merata,

sehingga dalam setiap bagian sediaan mengandung obat yang jumlahnya

sama. Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aspek

homogenitas sediaan lotion yang telah dibuat. Jika bahan obat tidak

terdispersi merata dalam bahan dasarnya maka obat tersebut tidak

mencapai efek terapi yang diinginkan (Ulaen dkk., 2012).


31

Lotion diambil dari masing- masing formula secukupnya kemudian

dioleskan pada plat kaca, diraba, dan digosokkan. Sediaan lotion

dikatakan memenuhi syarat apabila massa lotion menunjukkan susunan

homogen yaitu tidak terasa adanya bahan padat (Lestari, 2002).

d. Uji Daya Sebar

Daya sebar baik akan mempermudah saat diaplikasikan pada kulit.

Faktor yang mempengaruhi diameter daya sebar suatu sediaan adalah

jumlah ekstrak yang digunakan setiap masing-masing formula. Hal ini

berdasarkan pada kenyataan bahwa semakin rendah konsistensi sediaan

lotion dengan waktu lekat yang lebih rendah maka dapat membuat lotion

semakin mudah menyebar. Tujuan evaluasi daya sebar yaitu untuk

mengetahui kemampuan penyebaran lotion pada kulit telah memenuhi

persyaratan untuk daya sebar lotion bila daya sebar sebesar 5-7 cm (Ansel

dkk., 1989).

e. Uji Iritasi

Pengujian iritasi dilakukan pada enam sukarelawan berdasarkan

jumlah minimal dari perhitungan sampel dan jumlah ini telah memenuhi

tingkat keterwakilan sampel (Sugandi dan Sugiarto, 1993). Pengujian ini

dilakukan tanpa zat uji berfungsi untuk mengetahui efek iritasi.

Penempelan bahan uji dilakukan pada lengan kanan atas, karena tipisnya

lapisan tanduk pada lengan sehingga penyerapan bahan cukup besar,

bahan yang menempel tidak banyak mengalami gerakan, lepas atau

kendor, sehingga kontaknya dengan kulit cukup terjamin. Dibiarkan


32

terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji dilakukan sebanyak 2 kali (pagi

dan sore). Reaksi iritasi kulit positif ditandai dengan adanya reaksi

kemerahan (eritema) dan edema pada daerah kulit yang diberi perlakuan

(Irsan dkk., 2013). Menurut Wasitaatmadja (1997), sediaan topikal yang

memenuhi persyaratan yaitu tidak menyebabkan iritasi pada kulit.

f. Uji Aksepibilitas

Pengujian kesukaan atau akseptabilitas merupakan pengujian yang

bersifat objektif karena pengujian ini bergantung kepada penilaian

seseorang terhadap sesuatu objek yang menyebabkan seseorang tersebut

menyukai objek tersebut. Dalam melaksanakan pengujian akseptabilitas

yang melakukan penilaian disebut sebagai panelis. Ukuran dalam uji

akseptabilitas menggunakan skala hedonik yang ditransformasikan

menjadi skala numerik dengan angka 1-5 atau lebih meningkat

berdasarkan kesukaan (Soewarno, 1985).

g. Uji Stabilitas

Uji stabilitas dilakukan dengan metode cycling test selama 12 hari (6

siklus) pada suhu 4°C dan 40°C selama 24 jam. Pengamatan dilakukan

pada hari ke-0, siklus ke-1 hingga ke-6. Cycling test merupakan pengujian

yang dipercepat dengan menyimpan sampel pada suhu 4°C selama 24 jam

lalu dipindahkan ke dalam oven yang bersuhu 40°C selama 24 jam.

Perlakuan ini adalah 1 siklus. Perlakuan diulangi sebanyak 6 siklus dan

dilakukan pengamatan dengan parameter organoleptik, homogenitas, pH,

daya sebar (Sandra et al, 2017). Menurut Jufri, dkk., (2006), stabilitas
33

fisik sediaan lotion yang baik harus menunjukkan kestabilan dan tidak ada

perubahan selama pengujian dan penyimpanan.

2.6 Kerangka Konsep

Buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) mengandung likopen yang

merupakan senyawa antioksidan yang tinggi. Tomat juga mengandung

flavonoid, vitamin C dan Vitamin E sebagai antioksidan. Antioksidan yang

terkandung dalam buah tomat melawan radikal bebas akibat polusi dan

radiasi sinar UV (Imam, 2006).

Buah tomat dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga diperoleh

sari buah tomat. Sari buah tomat ditambahkan dengan bahan-bahan tambahan

pembuat lotion yang sesuai dengan rancangan formulasi.

Formula terbaik harus memenuhi standar uji sediaan lotion melalui

pengamatan organoleptis yang menunjukkan tidak adanya perubahan atau

pemisahan fase emulsi dan tidak adanya perubahan warna dan timbulnya bau

tengik (Anief, 1997). Uji homogenitas menunjukkan tidak adanya butiran

halus yang terlihat (Depkes RI, 1979). Pengujian pH dengan rentang nilai 4,5-

7 (Swastika, dkk., 2013). Pengujian daya sebar ditunjukkan dengan nilai

pengukuran daya sebarnya berkisar antara 5-7 cm, berarti sangat mudah

menyebar (Voigt, 1995). Menurut Wasitaatmadja (1997), uji iritasi dilakukan

untuk mencegah terjadinya efek samping terhadap kulit. Uji akseptabilitas

menggunakan skala hedonik dengan angka meningkat berdasarkan kesukaan

(Soewarno, 1985). Dan uji stabilitas fisik sediaan lotion harus menunjukkan

kestabilan dan tidak ada perubahan (Jufri, dkk., 2006).


34

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Buah Tomat (Lycopersicon


esculentum Mill.)

Formulasi Lotion Sari Buah Tomat


(Lycopersicon esculentum Mill.)

Sediaan Lotion Sari Buah Tomat


Dengan Formula Terbaik

Gambar 2.9 Kerangka Konsep Penelitian

2.7 Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep dapat didefiniskan secara operasional yang

ditunjukan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Definisi Operasional


No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Buah Buah dari tomat spesies Warna Nominal
Tomat (Lycopersicon esculentum merah tanda
Mill.) yang telah berwarna Visual kematangan
merah dengan berat yang buah tomat
dibutuhkan untuk formulasi
lotion
2. Sari Buah Buah tomat yang dihaluskan Rasio
Tomat dengan menggunakan alat Gelas Ukur Ml
blender tanpa diberi
campuran
3. Lotion Sebagai kosmetik perawatan Lumpang Terbentuk -
kulit yaitu sediaan cair berupa dan Alu lotion yang
emulsi minyak dalam air, memenuhi
digunakan sebagai obat luar persyaratan
4. Evaluasi Untuk mendapatkan lotion
yang baik dilakukan
pengujian terhadap
35

1) Uji Organoleptis Panca MS/TMS Ordinal


Indera

2) Uji pH pH meter Derajat Rasio


Keasaman

3) Uji Homogenitas Panca MS/TMS Ordinal


Indera

4) Uji Daya Sebar Penggaris cm Nominal

5) Uji Iritasi Panca MS/TMS Ordinal


Indera

6) Uji Aksepbilitas Panca Indra MS/TMS Ordinal


Satuan
7) Uji Stabilitas Waktu MS/TMS Ordinal
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan eksperimen laboratorium

untuk membuat lotion sari buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill.).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu

Kesehatan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura dan kebun tomat

milik bapak Rusmin, yang berada di wilayah Arso III, Kabupaten Keerom.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 bulan dimulai pada tanggal 31 Maret

2021 sampai dengan 31 Juni 2021.

3.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi digunakan dalam penelitian ini adalah semua tanaman tomat

yang tumbuh di ladang bapak Rusmin, yang berada di wilayah Arso III,

Kabupaten Keerom.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Buah Tomat yang sudah matang

ditandai dengan warna merah yang merata dan konsistensi buah tidak

lunak atau lembek sebanyak 1 kg.

36
37

3.4 Alat dan Bahan

a. Alat

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian antara lain yaitu

timbangan analitik, penangas air (waterbath), lumpang dan alu, sudip,

gelas beaker (pyrex), gelas ukur (iwaki pyrex), blender, corong, pH meter,

batang pengaduk, pipet tetes, wadah/pot dan cawan petri.

b. Bahan

Bahan-bahan yang akan digunakan antara lain yaitu sari buah tomat,

alumunium foil, Setil alkohol, Asam stearate, TEA (Trietanolamina),

Gliserin, Metil paraben, Oleum rosae dan Aquadest.

3.5 Prosedur Penelitian

a. Penyiapan Sampel

1. Pengambilan Sampel

Buah tomat diperoleh secara langsung dari wilayah Arso III,

Kabupaten Keerom, buah yang diambil adalah buah yang sudah matang

ditandai dengan warna merah, pemetikan sebaiknya dilakukan pada

pagi hari atau sore hari karena jika dipanen saat siang hari atau cuaca

panas, buah tomat akan cepat lembek atau busuk. Teknik khusus

pemanenan tomat agar tanaman dan buah tidak rusak. Yaitu dengan

cara, buah dipetik bersama tangkai dan kelopaknya dengan tangan

secara hati-hati atau dengan gunting. Kemudian disimpan dalam wadah

atau plastik hitam agar senyawa antioksidan tidak hilang dalam buah

tomat tersebut (Budiman, 2008).


38

2. Pengolahan Sampel

Sampel yang telah diperoleh dibersihkan dan dicuci hingga bersih

pada air mengalir dan ditiriskan.

3. Pembuatan Sari Buah Tomat

Sari buah tomat merupakan cairan yang jernih atau hampir jernih

yang tidak mengalami proses fermentasi, diperoleh dengan cara

pengepresan atau penghancuran buah tomat yang telah masak dan

segar. Pembuatan sari buah tomat diawali dengan mencuci buah tomat.

Diiris dan dipotong kecil-kecil, lalu dimasukkan ke dalam blender tanpa

penambahan air, kemudian disaring untuk memisahkan filtrate dan

residunya. Sari buah tomat berupa cairan yang telah dipisahkan dari

residunya.

b. Rancangan Formula Lotion

Rancangan formula lotion sari buah tomat dibuat sebanyak 50 ml

yang ditunjukkan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Formulasi Sediaan Lotion Sari Buah Tomat

Bahan Syarat (%) Kegunaan Formula Formula Formula


I (%) II (%) III (%)
Sari Buah - Zat Aktif 50 50 50
Tomat
Asam stearate 1-20 Emulsifier 6 6 6
Setil alcohol 2-10 Pengental 5 5 5
Gliserin ≤ 30 Humektan 6 6 6
Trietanolamin 2-4 Emulsifier 2,5 3 3,5
(TEA)
Metil paraben 0,02-0,03 Pengawet 0,02 0,02 0,02
Oleum rosae - Pewangi qs qs qs
Aquadest ad - Pembawa 100 100 100
Sumber : Megantara dkk., 2017 dimodifikasi
39

c. Pembuatan Lotion Sari Buah Tomat

Menurut Ferdiansyah dkk., (2016) cara pembuatan lotion dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pertama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Timbang semua bahan yang akan digunakan sesuai perhitungan dengan

menggunakan timbangan analitik dan kemudian panaskan mortir.

3. Fase Minyak yang terdiri dari Asam stearat dan Setil alkohol dilebur di

atas penangas air sampai mencapai suhu 70°C-75°C.

4. Fase Air yang terdiri dari Gliserin, Trietanolamin, dan Metil paraben

dilarutkan dalam aquadest dan dipanaskan pada suhu 70°C-75°C.

5. Pada saat fase minyak dan fase air mencapai suhu yang sama, maka

kedua fase dicampur di mortir dan digerus kuat sampai terbentuk masa

lotion yang homogen, kemudian lotion tersebut di dinginkan.

6. Setelah massa lotion yang terbentuk dingin, maka tambahkan sari buah

tomat sesuai dengan konsentrasi dan kemudian oleum rosae lalu diaduk

sampai homogen.

7. Setelah homogen masukkan sediaan ke dalam wadah dan simpan pada

suhu kamar.

d. Uji Evaluasi Lotion

1. Uji Organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan bentuk,

warna, bau dari sediaan lotion sari buah tomat. Pengamatan dilakukan

dengan mengambil sampel lotion sebanyak 1 g kemudian diletakkan di


40

atas cawan petri dan lakukan pengamatan terhadap bentuk, warna serta

bau.

2. Uji pH

Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter yaitu, dengan

cara mengencerkan lotion sebanyak 0,5 g dengan aquadest sebanyak 10

ml. Setelah itu masukkan pH meter yang telah di kalibrasi ke dalam

lotion yang telah diencerkan, diamkan selama 1 menit kemudian amati

hasil perubahan nilai pH. Menurut SNI (1998), persyaratan nilai pH

yang aman untuk kulit adalah 4,5-8.

3. Uji Homogenitas

Cara pengujian homogenitas dilakukan dengan mengambil lotion

pada formula I, II dan III sebanyak 0,1 g kemudian dioleskan pada

objek glass atau bahan transparan lain. Setelah itu amati susunan

partikel-partikel kasar atau tidak. Sediaan lotion dikatakan memenuhi

syarat apabila massa lotion menunjukkan susunan homogen yaitu tidak

terasa adanya bahan padat (Lestari, 2002).

4. Uji Daya Sebar

Dilakukan dengan menimbang sebanyak 0,5 g sediaan lotion yang

diletakkan diatas lempeng kaca berskala, diberi beban pemberat kaca

diatasnya. Diameter penyebaran lotion diukur setelah satu menit dengan

mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi, tanpa

pemberat, ditambahkan seberat 50 g kemudian dilakukan pengukuran

kembali setelah satu menit, lalu dicatat diameter penyebaran setiap


41

penambahan bobot. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap

formulasi lotion. Penyebaran lotion pada kulit telah memenuhi

persyaratan untuk daya sebar lotion bila daya sebar sebesar 5-7 cm

(Ansel dkk., 1989).

5. Uji Iritasi

Pengujian iritasi dilakukan pada enam sukarelawan. Penempelan

bahan uji dilakukan pada lengan kanan atas, karena tipisnya lapisan

tanduk pada lengan sehingga penyerapan bahan cukup besar, bahan

yang menempel tidak banyak mengalami gerakan, lepas atau kendor,

sehingga kontaknya dengan kulit cukup terjamin. Dibiarkan terbuka dan

diamati apa yang terjadi dan uji dilakukan sebanyak 2 kali (pagi dan

sore). Reaksi iritasi kulit positif ditandai dengan adanya reaksi

kemerahan (eritema) dan edema pada daerah kulit yang diberi

perlakuan (Irsan dkk., 2013). Menurut Wasitaatmadja (1997), sediaan

topikal yang memenuhi persyaratan yaitu tidak menyebabkan iritasi

pada kulit.

6. Uji Akseptabilitas

Uji akseptabilitas ini dilakukan selama 1 hari pada 6 orang panelis

yang dilakukan untuk mengetahui formula mana yang paling disukai

oleh relawan sebagai lotion sari buah tomat. Ukuran dalam uji

akseptabilitas menggunakan skala hedonik yang ditransformasikan

menjadi skala numerik dengan angka 1-5 meningkat berdasarkan

kesukaan (Soewarno, 1985).


42

7. Uji Stabilitas Fisik

Uji stabilitas dilakukan dengan metode cycling test selama 12 hari

(6 siklus) pada suhu 4°C dan 40°C selama 24 jam. Pengamatan

dilakukan pada hari ke-0, siklus ke-1 hingga ke-6. Cycling test

merupakan pengujian yang dipercepat dengan menyimpan sediaan

lotion di dalam lemari pendingin pada suhu ± 2ºC selama 24 jam lalu

dipindahkan ke dalam oven yang bersuhu 40°C selama 24 jam.

Perlakuan ini adalah 1 siklus. Perlakuan diulangi sebanyak 6 siklus dan

dilakukan pengamatan dengan parameter organoleptik, homogenitas,

pH, daya sebar (Sandra et al, 2017). Pengujian stabilitas fisik ini

dilakukan selama 6 hari penyimpanannya dengan cara diamati

perubahan yang terjadi pada sifat fisiknya. Menurut Jufri dkk., (2006),

stabilitas fisik sediaan lotion yang baik harus menunjukkan kestabilan

dan tidak ada perubahan selama pengujian dan penyimpanan.


43

3.6 Alur Penelitian

Alur dalam penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1

Pengambilan Sampel Pembuatan Sari


Tomat

Formulasi Sediaan Lotion Sari Buah Tomat

FI FII FIII

Evaluasi Lotion meliputi :

1. Uji Organoleptis
2. Uji pH
3. Uji Homogenitas
4. Uji Daya Sebar
5. Uji Iritasi
6. Uji Akseptabilitas
7. Uji Stabilitas

Hasil

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Penelitian


44

3.7 Pengambilan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tiga formula lotion sari

buah tomat yang selanjutnya dievaluasi meliputi uji organoleptis, uji pH, uji

homogenitas, uji daya sebar, uji iritasi, uji akseptabilitas dan uji stabilitas.

Data tersebut kemudian ditabulasikan dan dibahas secara deskriptif,

kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan pembahasan berdasarkan teori-

teori yang ada.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil penelitian Formula Sari Buah Tomat (Lycopersicum esculentum

Mill.) yang dilakukan pada tanggal 31 Maret sampai dengan 31 Juli 2021 di

Laboratorium Farmasi Universitas Sains dan Teknologi Jayapura ditunjukan

pada tabel berikut.

a. Hasil Simplisia dan Sari Buah Tomat

Berat kering buah tomat yang digunakan sebanyak 1 kg. Buah tomat

yang dihaluskan dan diperas kemudian disaring menghasilkan sari buah

tomat sebanyak 540 ml.

Tabel 4.1 Pemeriksaan Organoleptis Sari Buah Tomat


Pemeriksaan Organoleptis Hasil Sari Buah Tomat
Warna Merah
Rasa Asam
Bentuk Kental
Bau Khas
Sumber : Data Primer, 2021.

Pemeriksaan organoleptis sari buah tomat yaitu memiliki bentuk yang

kental, berwarna merah, berbau khas dan memiliki rasa yang asam.

b. Hasil Evaluasi Lotion

Hasil evaluasi lotion yang didapatkan dari ketiga formula dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

45
46

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Lotion Sari Buah Tomat


Pengujian Formula I Formula II Formula III

Bentuk Kental Kental Kental


Organoleptis Bau Oleum rosae Oleum rosae Oleum rosae
Warna Merah Muda Merah Muda Merah Muda

pH 7,2 7,4 7,7


Homogenitas Homogen Homogen Homogen
Sumber : Data Primer, 2021

Pada Tabel 4.2 menunjukkan hasil evaluasi fisik sediaan lotion FI

berbentuk kental, memiliki bau oleum rosae, berwarna merah muda,

memiliki pH 7,2 dan homogen. Hasil FII berbentuk kental dengan bau

oleum rosae, berwarna merah muda, memiliki pH 7,4 dan homogen. Hasil

FIII berbentuk kental, memiliki bau oleum rosae, berwarna merah muda

dengan pH 7,7 dan homogen.

Tabel 4.3 Hasil Uji Daya Sebar


Formula Beban dan Tanpa Formula
Beban FI FII FIII
Tanpa beban 5 3,8 4,8
Beban 50 g 6,1 3,8 5
Sumber : Data Primer, 2021

Pada Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji daya sebar pada sediaan lotion

FI, FII dan FIII. Hasil uji daya sebar pada FI tanpa beban yaitu 5 cm dan

dengan beban 50 g memiliki daya sebar 6,1 cm. Hasil daya sebar pada FII

tanpa beban yaitu 3,8 cm dan dengan beban 50 g memiliki daya sebar yang

sama yaitu 3,8 cm. Hasil daya sebar pada FIII yaitu 4,8 cm dan ditambah

beban 50 g memiliki daya sebar menjadi 5 cm.


47

Tabel 4.4 Hasil Uji Iritasi Lotion Sari Buah Tomat


Formula Panelis
1 2 3 4 5 6
Formula I Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Iritasi Iritasi Iritasi Iritasi Iritasi Iritasi
Formula II Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Iritasi Iritasi Iritasi Iritasi Iritasi Iritasi
Formula III Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Iritasi Iritasi Iritasi Iritasi Iritasi Iritasi
Sumber : Data Primer, 2021

Pada Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji iritasi pada sediaan lotion

formula I, II dan III yang telah diujikan pada 6 orang panelis tidak

menimbulkan iritasi pada kulit 6 orang panelis.

Tabel 4.5 Hasil Uji Akseptabilitas Lotion Sari Buah Tomat


Formula Indikator Panelis
1 2 3 4 5 6
Warna SS SS
Bau S S
Formula I Bentuk SS S
Mudah SS SS
dioleskan
Warna SS S
Bau SS S
Formula II Bentuk SS SS
Mudah SS S
dioleskan
Warna SS SS
Bau S S
Formula III Bentuk S SS
Mudah SS SS
dioleskan
Sumber : Data Primer, 2021

Keterangan :

S : Suka, SS : Sangat Suka, KS : Kurang Suka

Pada Tabel 4.5 hasil uji akseptabilitas yang telah dilakukan pada 6

orang panelis untuk ketiga formula. Berdasarkan uji akseptabilitas


48

menunjukkan bahwa panelis menyukai formula I, II dan III karena

lotionnya warna merah muda, bau yang tidak menyengat serta bentuk yang

lembut.

Tabel 4.6 Uji Stabilitas Lotion Sari Buah Tomat

Organolpetis Ph Daya Sebar Homogenitas


Formula Siklus (cm)
Bentuk Warna Bau Tanpa 50 g
Beban
I Padat Merah Oleum 6,1 5 5,5 Homogen
muda rosae
II I Padat Merah Oleum 7 3 3 Homogen
muda rosae
III Padat Merah Oleum 7,4 6,6 7,2 Homogen
muda rosae
I Agak Merah Oleum 4,2 6 6,5 Tidak
Padat muda rosae Homogen
II 2 Padat Merah Oleum 7,2 2 2 Homogen
muda rosae
III Padat Merah Oleum 7,4 6,6 7,2 Homogen
muda rosae
I Agak Merah Oleum 4,2 2 2 Tidak
padat muda rosae Homogen
II 3 Padat Merah Oleum 7,2 3 3 Homogen
muda rosae
III Padat Merah Oleum 7,4 6,6 7,2 Homogen
muda rosae
I Agak Merah Oleum 4,2 3 3,3 Tidak
padat muda rosae Homogen
II 4 Padat Merah Oleum 7,5 5 5,2 Homogen
muda rosae
III Padat Merah Oleum 7,4 6,6 7,2 Homogen
muda rosae
I Agak Merah Oleum 4,4 3 3,3 Tidak
padat muda rosae Homogen
II 5 Padat Merah Oleum 7,2 3 3 Homogen
muda rosae
III Padat Merah Oleum 7,4 6,6 7,2 Homogen
muda rosae
I Agak Merah Oleum 4,4 3 3,3 Tidak
6 padat muda rosae Homogen
II Padat Merah Oleum 7 3 3,5 Homogen
muda rosae
49

III Padat Merah Oleum 7,4 6,6 7,2 Homogen


muda rosae
Sumber : Data Primer, 2021

Data Tabel 4.6 menunjukkan hasil setelah dilakukan uji stabilitas selama

6 siklus (12 hari) pada suhu dingin dan suhu panas. Dilihat dari siklus 1

sampai 6 formula III yang memenuhi persyaratan tanpa mengalami perubahan

atau tetap stabil sedangkan formula I dan II tidak memenuhi persyaratan

karena mengalami perubahan dari bentuk, homogenitas, pH, dan daya

sebarnya sehingga sediaan tersebut tidak stabil.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan formulasi sediaan lotion sari

buah tomat. Terdapat tiga rancangan formulasi dengan variasi Trietanolamin

(TEA) sebagai agen pengemulsi untuk menjaga kestabilan sediaan dan juga

terhadap pH yang bertujuan mengetahui keamanan sediaan lotion pada saat

penggunaan agar tidak mengiritasi kulit dengan konsentrasi 2,5%, 3% dan

3,5%. Lotion yang dibuat memiliki bobot sebanyak 50 g.

Berdasarkan Tabel 4.1 pemeriksaan organoleptis sari buah tomat yaitu

memiliki bentuk yang kental, berwarna merah, rasa asam dan berbau khas

tomat. Berdasarkan Tabel 4.2 evaluasi lotion yang telah dilakukan pada

formula I, II, dan III yaitu berwarna merah muda dan berbau khas oleum

rosae. Bentuk dari masing-masing formula berbeda yaitu fomula I agak kental

sedangkan fomula II dan III kental. Hal ini dikarenakan penggunaan

konsentrasi TEA yang berbeda sehingga membuat perbedaan bentuk fisik

sediaan. Menurut Voight (1994), sediaan sebaiknya memiliki warna yang


50

menarik dan bau yang menyenangkan dengan kekentalan yang cukup nyaman

digunakan.

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil pengujian homogenitas masing-masing

formula lotion saat dioleskan pada objek glass menunjukkan hasil yang

homogen yaitu olesan terlihat rata dan tidak ada butiran kasar. Pengamatan

homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah zat aktif pada lotion sudah

tercampur merata dengan basis atau tidak, sehingga zat aktif yang terkandung

dalam sediaan lotion tersebar merata dan mampu menimbulkan efek terapi

yang sama dan maksimal (Amatullah dkk., 2017). Menurut Farmakope

Indonesia (1979), persyaratan uji homogenitas yaitu jika lotion dioleskan

pada sekeping kaca atau bahan yang transparan lain yang cocok harus

menunjukkan susunan yang homogen sehingga dapat dilihat tidak adanya

partikel yang bergerombol dan menyebar secara merata.

Hasil pengujian pH dapat dilihat pada Tabel 4.2 bahwa formula I, II dan

III sediaan lotion menunjukkan nilai pH yang normal sesuai dengan

persyaratan pH sediaan topikal yaitu 7. Perbedaan nilai pH yang diperoleh

dapat disebabkan karena penambahan konsentrasi emulgator yang berbeda.

Menurut SNI (1998), persyaratan nilai pH yang aman untuk kulit adalah 4,5-

8.

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil uji daya sebar lotion sari buah tomat

menunjukkan daya sebar pada FI tanpa beban memiliki daya sebar 5 cm

setelah ditambahkan beban 50 g memiliki daya sebar menjadi 6,1 cm. Hasil

daya sebar pada FII tanpa beban yaitu 3,8 setelah ditambahkan beban
51

sebanyak 50 g daya sebar tetap menjadi 3,8 cm. Hasil daya sebar pada FIII

tanpa beban memiliki daya sebar 4,8 cm setelah ditambahkan beban 50 g

daya sebar berubah menjadi 5 cm. Faktor yang mempengaruhi diameter daya

sebar suatu sediaan adalah jumlah konsentrasi TEA yang digunakan pada

masing-masing formula. Hal ini berdasarkan pada kenyataan bahwa semakin

mudah dioleskan maka luas permukaan kontak obat dengan kulit semakin

besar, sehingga absorbsi obat ditempat pemberian semakin optimal atau

semakin cepat. Penyebaran lotion pada kulit telah memenuhi persyaratan

untuk daya sebar lotion bila daya sebar sebesar 5-7 cm. Daya sebar baik akan

mempermudah saat diaplikasikan pada kulit (Ansel dkk., 1989).

Berdasarkan Tabel 4.4 hasil uji iritasi lotion sari buah tomat

menunjukkan Formula I, II dan III memenuhi persyaratan dimana tidak

terjadi iritasi pada panelis. Uji iritasi bertujuan untuk mengetahui apakah

sediaan lotion pada saat digunakan aman atau tidak ( Depkes RI, 1995).

Menurut Wasitaatmadja (1997), uji iritasi dilakukan untuk mencegah

terjadinya efek samping yang dapat mengiritasi kulit yaitu terasa panas

terbakar, kulit kering dan mengelupas, muncul ruam merah pada kulit dan

gatal-gatal.

Hasil uji akseptabilitas pada Tabel 4.5 yang telah dilakukan pada 6 orang

panelis untuk ketiga formula menunjukkan bahwa panelis menyukai formula

I, II dan III dari warnanya lotion merah muda, bau yang tidak menyengat,

serta tekstur yang lembut dan mudah dioleskan. Uji akseptabilitas ini

dilakukan selama 1 hari pada 6 orang panelis untuk mengetahui formula mana
52

yang paling disukai oleh panelis sebagai lotion sari buah tomat. Menurut

Soewarno (1985), pengujian kesukaan atau akseptabilitas merupakan

pengujian yang bersifat objektif karena pengujian ini bergantung kepada

penilaian seseorang terhadap sesuatu objek yang menyebabkan seseorang

tersebut menyukai objek tersebut.

Hasil uji stabilitas yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.6

menunjukkan siklus 1 sampai 6 formula III yang memenuhi persyaratan tanpa

mengalami perubahan atau tetap stabil sedangkan formula I mengalami

perubahan bentuk dan warna sedangkan formula II memiliki daya sebar yang

tidak stabil yang artinya tidak memenuhi persyaratan karena mengalami

perubahan dari bentuk, homogenitas, pH, dan daya sebarnya sehingga sediaan

tersebut tidak stabil. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perubahan suhu

ekstrim pada saat penyimpanan sehingga mempengaruhi komponen bahan

dalam lotion yang sebagian besar merupakan fase minyak. Menurut Jufri

dkk., (2006), pengujian stabilitas dilakukan untuk mengetahui sediaan lotion

yang disimpan disuhu yang berbeda yaitu suhu rendah (4-8ºC) suhu kamar

(±25ºC) dan suhu tinggi (40ºC) dalam jangka waktu tertentu dapat bertahan

dan juga tidak rusak. Pengamatan kestabilan sediaan lotion dilakukan setiap

minggu selama 4 minggu.

Berdasarkan keseluruhan evaluasi diketahui bahwa Formula I, II dan III

memiliki hasil yang memenuhi persyaratan baik organoleptis, pH,

homogenitas, daya sebar, tidak mengiritasi dan stabil. Hasil evaluasi dari

ketiga formula diperoleh formula terbaik adalah formula III yang memiliki
53

pH 7 yang sesuai dengan syarat pH sediaan topikal, bersifat homogen, daya

sebar 5-7 cm, tidak mengiritasi kulit dan tetap stabil selama masa

penyimpanan. Menurut SNI (1996), lotion yang baik adalah lotion yang

memenuhi syarat yaitu uji organoleptis berbentuk kental; berbau khas; pH

4,5-7; bersifat homogen; tidak mengiritasi kulit dan tetap stabil.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari

ketiga formula yang telah dibuat diperoleh formula yang terbaik yaitu

formula III dengan konsentrasi Trietanolamin (TEA) 3,5% dengan hasil

evaluasi sediaan berbentuk kental; berbau khas oleum rosae; berwarna merah

muda; pH 7; bersifat homogen; memiliki daya sebar 5-7 cm; tidak mengiritasi

kulit; dan tetap stabil.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian tentang sediaan lotion sari buah tomat

(Lycopersicum esculentum Mill.) sebagai antioksidan dapat disarankan :

a. Disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat memvariasikan bahan-bahan

basis lotion seperti gliserin sebagai humektan yang berfungsi

melembabkan kulit dan setil alcohol sebagai pengental yang berfungsi

mempertahankan kekentalan produk. Kemudian melakukan pengujian

lainnya seperti uji viskositas, uji sentrifugasi, uji daya lekat dan uji daya

lekat serta dapat dibuat dalam bentuk formulasi sediaan lain seperti

cream, losio.

b. Disarankan kepada Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan agar lebih melengkapi

peralatan laboratorium farmasi agar mahasiswanya dalam proses

penelitian tidak terjadi keterlambatan dalam penelitian.

54
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, S., dan Rao A.V. 2000. Tomato Lycopene and its Role in Human Health
and Chronic Diseases. Canadian Medical Association Journal 163(6): 739-
44.
Allen, L.V., Popovich, N.G., Ansel, H.C., 2014. Ansel Bentuk Sediaan Farmasetis
& Sistem Penghantaran Obat, Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta.

Amatullah, L., Tri, N.C., Anisa, F. 2017. Efektifitas Antioksidan pada Formulasi
Skin Lotion Ekstrak Mesocarp Buah Lontar (Borassus Flabellifer) terhadap
Tikus Jantan. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research. Vol
2.
Anasthasia, P. dan Monica, K. 2019. Formulasi dan Uji Stabilitas Mekanik Hand
and Body Lotion Sari Buah Tomat (Licopersicon esculentum Mill.) sebagai
Antioksidan. Jurnal Farmasi Indonesia, ISSN 1693-8651. Semarang.
Ansel, H. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih bahasa
Ibrahim, F. Jakarta : IU Press.
Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608,
700. Jakarta: UI Press.
Anief, M. 1997. Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit.
Universitas Gajah Mada Press : Yogyakarta.
Budiman, S. dan Saraswati, D. 2008. Berkebun Stroberi Secara Komersial.
Penebar Swadaya : Jakarta.
Cahyono B. 2008. Tomat (Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen).
Yogyakarta: Kasinus.
Dalimartha, S., 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 6, 153-154. Pustaka
Bunda : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.
Ferdiansyah, R., Rachmniar, R., Kartamihardja, H., Meliana, E., Sari Nurlita, N.
2016. Formulasi Krim Sari Buah Stroberi (Fragaria X ananassa D.)
Sebagai Antioksidan. Indonesian Journal Of Pharmaceutical Science and
Technology. 5(2) : 49-61.

55
56

Ghozali, Imam. 2006. Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan


Partial Least Square. Semarang : Universitas Diponegoro.
Irsan, M.A, Manggav, E., Pakki., Usmar., 2013. Uji Iritasi Krim Antioksidan
Ekstrak Biji Lengkeng (Euphoria longana Stend) pada Kulit Kelinci
(Oryctolagus cuniculus). Majalah Farmasi dan Farmakologi. 17(2) : 55-60.
Jufri, M., Anwar, E., Utami, P.M. 2006. Uji Stabilitas Sediaan Mikroemulsi
Menggunakan Hidrolisat Pati (DE 35-40) Sebagai Stabilizer. Majalah Ilmu
Kefarmasian.
Julianti, D. dkk., 2009. Bebas Hipertensi Dengan Terapi Jus. Jakarta : Puspa
Swara.
Kailaku, I, S. Dewandari, K, T. dan Sunarmani. 2007. Potensi Likopen dalam
Tomat Untuk Kesehatan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian.
Khachik, F. et al., 2002. Chemistry, Distribution, and Metabolism of Tomato
Carotenoids and Their Impact on Human Health. Exp. Biol. Med
Kumalaningsih. 2007. Antioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas. Surabaya :
Trubus Agrisarana.
Lachman, L., Lieberman, H. A., and Kanig, J.L., 1994. Teori dan Praktik Industri
Farmasi, 643-705, diterjemahkan oleh Suyatmi, S., Jakarta: UI Press.
Lestari, T. (2002). Hand and Body Lotion: Pengaruh Penambahan Nipagin,
Nipasol dan Campuran Keduanya terhadap Stabilitas Fisika dan
Efektifitasnya sebagai Anti Jamur. Skripsi; Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Lorenz, T. 1998. A Review of Carotenoid, Astaxanthin, as a Pigment and Vitamin
Source for Cultured Penaeus Prawn. Natu Rosea Technical Bulletin 51: 1-7.
Martin, A., dan Swarbick, J. 1993. Farmasi Fisik Edisi III. Diterjemahkan oleh
Yoshita. UI Press : Jakarta.
Maulida, D. dan Zulkarnaen, N., 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopen) Dari
Buah Tomat Dengan Menggunakan Solven Campuran n-Heksana, Aseton
dan Etanol. Skripi. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Megantara, I.N.A.P., Megayanti, K., dkk. 2017. Formulasi Lotion Ekstrak Buah
Raspberry (Rubus rosifolius) dengan Variasi Konsentrasi Trietanolamin
sebagai Emulgator serta Uji Hedonik Terhadap Lotion. Jurnal Farmasi
Udayana, ISSN 2301-7716. 6(1) : 2.
57

Mein, J.R., Fuzhi, L., dan Xiang-Dong, W. 2008. Biological Activity of Lycopene
Metabolites: Implications for Cancer Prevention. Lead Article Nutrition
Reviews Vol. 66 (12): 667-683.
Pitojo, S. 2005. Benih Tomat. Kanisius, Yogyakarta.
Purwati, E. dan Khairunisa. 2007. Budi Daya Tomat Dataran Rendah. Penebar
Swadaya : Depok.
Redaksi Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Tomat. Agromedia :
Jakarta.

Rismunandar. 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo : Bandung.

Rohman, A. dan Riyanto, S., 2005. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) secara in vitro. Majalah Farmasi
Indonesia. 16 (3), 136-140.

Rowe, R.C. et al. 2009. Handbook Of Pharmacutical Exipients 5th Ed. The Press :
London.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Tomat. Yogyakarta : Kanisius.

Sahasrabuddhe, H.S. 2011. Lycopene : an antioxidant. Pharma Times, 43(12) :


13-14.

Sandra Aulia M., Andi, Nafisah T.A.M, Wa Ode Sitti Z., Endeng Juswita. 2017.
Formulasi dan Uji Stabilitas Lotion dari Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
(Psidium guajava L.) Sebagai Antioksidan Pharmauho. Jurnal Farmasi,
Sains, dan Kesehatan. 3(2): 28-32. ISSN 2442-979.

Sehro., Sri L., Rise D., 2015. Pengaruh Penambahan TEA (Trietanolamine)
Terhadap pH Basis Lanolin Sediaan Losio. E-Jurnal. Universitas
Tanjungpura.

Simpson, M. G., 2010. Plant Systematics. Elsevier, Burlington, USA: Inc.


Publishers, Sunderland, Massachusetts.

Singh, R., Gautam, N., Mishra, A., Gupta, R. 2012. Heavy metals and living
systems. Indian Journal of Pharmacology, 43: 246-253.

Sinaga, A.A.., Luliana, S., Fahrurroji, A. 2014. Uji Efektivitas Antioksidan Lotio
Ekstrak Metanol Buah Naga Merah ( Hylocereuspolyrhizus Britton dan
Rose). E-Jurnal. Universitas Tangjungpura.

Standar Nasional Indonesia. 16.4399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta: Dewan
Standarisasi Nasional.
58

Standar Nasional Indonesia. 1998. Cara Uji Viskositas Larutan. Bandar


Standarisasi Nasional.

Soewarno, Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik. Bathara Karya Aksara :


Jakarta.
Stahl, W., dan Sies. H. 1996. Lycopene: a Biologically Important Carotenoid for
Humans? Arch Biochem Biophys: 336: 1-9.
Sugandi & Sugiarto. 1993. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi Offset.
Sunarmani dan Tanti, K. 2008. Parameter Likopen Dalam Standarisasi
Konsentrat Buah Tomat. Penelitian Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Swastika, A., Mufrod dan Purwanto. 2013. Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak
Sari Tomat (Solanum Lycopersicum L.). Trad Med Journal. 18(3): 132-140.
Tranggono, R. I. & Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
PT. Gramedia : Jakarta.
Tonucci, L., M.J. Holden, G.R. Beecher, F. Khacik, C.S. Davis, and G Mulokozi.
1995. “Carotenoid Content of Thermally Processed Tomato Based Food
Product”. J. Agric, Food Chem., (43):579-586.
Ulaen, S. P. J., Banne, Y. & Suatan, R. A. 2012. Pembuatan Salep Anti Jerawat
dari Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Jurnal
Ilmiah Farmasi; 3; 45-49.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi ke-5, diterjemahkan
oleh Dr. Soendani Noerono. Yogyakarta: UGM Press.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soedani
N.S. Universitas Gajah Mada Press : Yogyakarta.
Wasiaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Kosmetik Medik. Universitas Indonesia :
Jakarta.
Wiryanta, W. T. B., 2004. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka : Jakarta.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Winarti, S., 2010. Makanan Fungsional. Cetakan Pertama. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Winata, H., 2011. Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Kimiawi Ekstrak Daun
Wungu (Graptophyllum pictum L. Griff.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
59

Yuniarti, T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Cetakan Pertama.


Yogyakarta: MedPress.
Zhu, J., Zhang, M and Liu, Q., 2008. Interdisciplinary Chemistry Experiment: An
Environmentally Friendly Extraction of Lycopene. Journal of Chemical
Education. 85(2) : 256-257.
Lampiran 1 Bagan Proses Pembuatan Sari Buah Tomat

Buah Tomat 1 kg

Sortasi dan Pencucian

Proses Pembuatan Sari Buah


Tomat

Diblender dan disimpan


pada wadah tertutup rapat

Sari Buah Tomat 540 ml

60
61

Lampiran 2 Bagan Proses Pembuatan Formulasi Sediaan Lotion Sari Buah


Tomat

Sari Buah Tomat

1. Meleburkan masing-masing fase minyak


dan fase air diatas waterbath dengan suhu
70ºC.
2. Setelah fase minyak dan fase air lebur
dicampurkan ke dalam lumpang dan digerus
sampai terbentuk massa lotion yang
homogen.
3. Menambahkan sari buah tomat.
4. Setelah homogeny tambahkan oleum rosae
secukupnya dan gerus lagi sampai homogen.

Sediaan Lotion Dengan 3


Formulasi Sediaan Lotion
Sari Buah Tomat (FI, FII,
FIII)
62

Lampiran 3 Perhitungan Formulasi Lotion 50 gram

Komposisi Kegunaan Formula I Formula Formula


Bahan (%) II (%) III (%)
Sari Buah Tomat Zat Aktif 50 50 50

Asam stearate Emulsifier 6 6 6


Setil alkohol Pengental 5 5 5
Gliserin Humektan 6 6 6
Trietanolamin Emulsifier 2,5 3 3,5
(TEA)
Metil paraben Pengawet 0,02 0,02 0,02
Oleum rosae Pewangi qs qs qs
Aquadest ad Pembawa 100 100 100

Perhitungan Formulasi :

Formula I

Sari Buah Tomat :

Asam stearate :

Setil alkohol :

Gliserin :

TEA :

Metil paraben :

Oleum rosae secukupnya

Aquad ad : 50 ml – (27,5 + 3,3 + 2,75 + 3,3 + 1,375 + 0,011)

: 50 ml – (38,236)

: 11, 764 ml
63

Formula II

Sari Buah Tomat :

Asam staearat :

Setil alkohol :

Gliserin :

TEA:

Metil paraben :

Oleum rosae secukupnya


Aqua ad : 50 ml – (27,5 + 3,3 + 2,75 + 3,3 + 1,65 + 0,011)
: 50 ml – (38,511)
: 11,489 ml

Formula III

Sari Buah Tomat :

Asam stearate :

Setil alkohol :

Gliserin :

TEA :

Metil paraben :

Oleum rosae secukupnya


Aqua ad : 50 ml – (27,5 + 3,3 + 2,75 + 3,3 + 1,925 + 0,011)
: 50 ml – (38,786)
: 11,214 ml
64

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian

1. Proses Penyarian Buah Tomat

Gambar 1 Sortasi Basah Gambar 2 Penimbangan


Buah Buah Tomat
Tomat

Gambar 4 Proses Penyaringan Gambar 3 Proses Penghalusan


Sari Buah Tomat Buah Tomat
65

2. Proses Pembuatan Lotion Sari Buah Tomat

Gambar 1 Proses Penimbangan Gambar 2 Proses Peleburan


Bahan-Bahan Bahan-Bahan

Gambar 4 Proses Penggerusan Gambar 3 Proses Pencampuran


Bahan-Bahan Bahan-Bahan
66

3. Evaluasi Sediaan Lotion Sari Buah Tomat


a. Uji pH

Gambar 1 Uji pH Formula I Gambar 2 Uji pH Formula II

Gambar 3 Uji pH Formula III


67

b. Uji Daya Sebar


Formula I

Gambar 1 Uji Daya Sebar Gambar 2 Uji Daya Sebar


Formula II Tanpa Beban Beban 50 g

Gambar 1 Uji Daya Sebar Gambar 2 Uji Daya Sebar


Tanpa Beban Beban 50 g
Formula III

Gambar 2 Uji Daya Sebar Tanpa Beban Gambar 2 Uji Daya Sebar Beban 50 g
68

c. Uji Iritasi

Gambar 1 Uji Iritasi pada Gambar 2 Uji Iritasi pada


Panelis I Panelis II

Gambar 3 Uji Iritasi pada Gambar 4 Uji Iritasi pada


Panelis III Panelis IV

Gambar 5 Uji Iritasi pada Gambar 6 Uji Iritasi pada


Panelis V Panelis VI
69

d. Uji Akseptabilitas
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91

Anda mungkin juga menyukai