Anda di halaman 1dari 85

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK GEL ANTISEPTIK

TANGAN (HANDSANITIZER) EKSTRAK ETANOL AKAR


PEPAYA (Carica papaya L)

SKRIPSI

Disusun Oleh:

YOSI SULASTRI DEWI SILAEN


1701012059

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FORMULASI DAN EVALUASI FISIK GEL ANTISEPTIK
TANGAN (HANDSANITIZER) EKSTRAK ETANOL AKAR
PEPAYA (Carica papaya L)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi S1 Farmasi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm)

Disusun Oleh:

YOSI SULASTRI DEWI SILAEN


1701012059

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Judul Skripsi :FORMULASI DAN EVALUASI FISIK GEL
ANTISEPTIK TANGAN (HANDSANITIZER)
EKSTRAK ETANOL AKAR PEPAYA (Carica
papaya L)
Nama Mahasiswa : Yosi Sulastri Dewi Silaen
Nomor Induk Mahasiswa : 1701012059
Minat Studi : S1 Farmasi

Medan, 08 Oktober 2019


Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Mayang Sari, ST, M.Si) (Drs.Indra Ginting,MM.,Apt)

Mengetahui :
Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan

(H.Darwin Syamsul,S.Si.,M.Si.,Apt)
NIDN:0125096601
Telah diuji pada tanggal: 8 Oktober 2019

Panitia Penguji Skripsi:


Ketua : Mayang Sari, ST, M.Si
Anggota : 1. Drs.Indra Ginting,MM.,Apt
2. dr.Jefri Naldi, M.Si
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan in saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi dan Kesehatan Umum
Insitut Kesehatan Helvetia Medan
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
3. Dalam Skripsi ini tidak ada karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.

Medan, 8 Oktober 2019


Yang membuat pernyataan,

YOSI SULASTRI DEWI SILAEN


1701012059
RIWAYAT HIDUP PENULIS

I. IDENTITAS

Nama : Yosi Sulastri Dewi Silaen


Tempat/Tanggal Lahir : Manna, 20 Juni 1996
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Kawin
Nama Ayah : Johny Silaen
Nama Ibu : Nelly Saragih
No. Hp : 085208697594
Alamat :Jalan Kanada No.09 Manna Bengkulu
Selatan

II. PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 2002-2008 : SD Negeri 16 Bengkulu Selatan


Tahun 2008-2011 : SMP Negeri 1 Bengkulu Selatan
Tahun 2011-2014 : SMA Negeri 3 Bengkulu Selatan
Tahun 2014-2017 : Diploma III Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Bhakti Pertiwi Palembang
Tahun 2017-2019 : Sarjana Farmasi Institut Kesehatan
Helvetia Medan
ABSTRAK

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK GEL ANTISEPTIK


TANGAN (HANDSANITIZER) EKSTRAK ETANOL AKAR
PEPAYA (Carica papaya L)

YOSI SULASTRI DEWI SILAEN


1701012059

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan memelihara


kebersihan tangan salah satu hal yang sangat penting dalam menjaga kesehatan
tubuh. Karena itu pertumbuhan dan kontaminasi oleh mikroba perlu dikendalikan,
yaitu dengan menghambat, membasmi, atau menyingkirkan mikroorganisme,
salah satu caranya dengan menggunakan antiseptik. Secara empiris tanaman
pepaya banyak dimanfaatkan dalam pengobatan obat cacing, diuretik, kandung
kemih, sakit persendian dan pegal-pegal.Tanaman pepaya (Carica papaya L) juga
mengandung senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri diantaranya alkaloid
karpain, glukotropaeolin, dan benzil isotio sianat.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu ekstrak diperoleh
dengan metode perkolasi dengan etanol 70%. Kemudian ekstrak dicampurkan
kedalam sediaaan gel dengan menggunakan basis NaCMC dan ekstrak akar
pepaya (Carica papaya L) dengan konsentrasi 5%,10%,15% penambahan
pengawet dan 25% tanpa pengawet.
Hasil Uji sediaan gel handsanitizer akar pepaya dalam evaluasi fisik yaitu uji
organoleptis, uji pH, Uji daya sebar, uji viskositas dan pada uji lempang total
memenuhi parameter uji yang sudah ditentukan.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol akar pepaya
(Carica papaya L) dapat dibuat sediaan gel handsanitizer dan memenuhi
parameter uji yang sesuai dengan standart yang berlaku.

Kata Kunci : Gel antiseptik tangan handsanitizer ekstrak etanol akar


pepaya (Carica papaya L)

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa hanya atas
rahmat dan kehendak-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini.
Adapun judul Skripsi ini adalah “Formulasi dan Evaluasi Fisik Gel
Antiseptik Tangan (Handsanitizer) Ekstrak Etanol Akar Pepaya (Carica
papaya L)”. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini izinkanlah saya
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :
1. Ibu Dr. Dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., Selaku Pembina
Yayasan Helvetia Medan
2. Bapak Iman Muhammad, SE., S.Kom., M.M., M.Kes., Selaku Ketua
Yayasan Helvetia Medan
3. Bapak Dr. H. Ismail Efendy, M.Si., Selaku Rektor Institut Kesehatan
Helvetia Medan.
4. Bapak H.Darwin Syamsul,S.Si.,M.Si.,Apt, Selaku Dekan Fakultas Farmasi
dan Kesehatan Umum.
5. Ibu Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt. Selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi
6. Ibu Mayang Sari, ST, M.Si Selaku dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan
meberikan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
7. Bapak Drs.Indra Ginting,MM, Apt selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan
meberikan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
8. Bapak dr.Jefri Naldi, M.Si selaku dosen penguji III
9. Seluruh Dosen Program Studi S1 Farmasi yang telah mendidik dan
mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat untuk penulis.
10. Teristimewa kepada Kedua orang tua yang telah selalu mendukung
penulis, dan mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah
memberikan waktu, ide, semangat serta doa kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih memiliki banyak kekurangan.
sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Skripsi ini.

Medan, 8 Oktober 2019

Penulis

Yosi Sulastri Dewi Silaen

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
ABSTRAK........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3 Hipotesis Penelitian........................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
1.6 Kerangka Konsep............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pepaya............................................................................................. 6
2.1.1 Deskripsi................................................................................... 6
2.1.2 Klaksifikasi Tanaman Pepaya................................................... 7
2.1.3 Morfologi Tanaman Pepaya...................................................... 7
2.1.4 Kandungan Kimia Pepaya......................................................... 8
2.1.5 Manfaat Pepaya......................................................................... 9

2.2 Ekstraksi......................................................................................... 10
2.2.1 Cara Dingin.............................................................................. 10
2.2.1.1 Maserasi............................................................................. 10
2.2.1.2 Perkolasi........................................................................... 11

3
2.2.2 Ekstraksi Pana..........................................................................11
2.2.2.1 Dekoktasi........................................................................... 11
2.2.2.2 Soxhletasi...........................................................................11
2.2.2.3 Digesti................................................................................ 11
2.2.2.4 Infus................................................................................... 11
2.2.2.5 Refluks............................................................................... 12
2.3 Skrining Fitokimia........................................................................ 12
2.4 Kulit..............................................................................................14
2.4.1 Fungsi Kulit............................................................................ 15
2.4.2 Jenis Kulit...............................................................................16
2.4.3 Anatomi K ulit Secara Hisppatologik..................................... 16
2.5 Antiseptik......................................................................................18
2.6 Handsanitizer............................................................................... .20
2.7 Metode Pengujian Mikrobiologis Sediaan Handsanitizer............21
2.8 Sediaan Gel...................................................................................21
2.8.1 Dasar Sediaan Gel...................................................................22
2.8.2 Sifat/ Karakteristik Gel...........................................................23
2.8.3 Keuntungan Sediaan Gel........................................................24
2.9 Basis Formulasi Sediaan Handsanitizer.......................................24
2.9.1 Carboxymethyl cellulose (NaCMC).......................................24
2.9.2 Trietanolamin (TEA)..............................................................25
2.9.3 Gliserin...................................................................................25
2.9.4 Metil Paraben (Nipagin).........................................................25
2.9.5 Propil Paraben (Nipasol).........................................................25
2.9.6 Aquadest.................................................................................26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian................................................................................27
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................27
3.3 Alat dan Bahan ...............................................................................27
3.3.1 Alat.............................................................................................27
3.3.2 Bahan.........................................................................................28

4
3.4 Posedur Penelitian...........................................................................28
3.4.1 Sampel.......................................................................................28
3.4.2 Pembuatan Ekstrak Akar Pepaya (Carica papaya L)............... 28
3.4.3 Formulasi Sediaan Handsanitizer..............................................29
3.4.4 Pembuatan Gel.......................................................................... 29
3.5 Uji Stabilitas Sediaan Gel............................................................... 30
3.5.1 Uji Organoleptis.........................................................................30
3.5.2 Uji pH........................................................................................ 30
3.5.3 Uji Viskositas.............................................................................30
3.5.4 Uji Daya Sebar...........................................................................30
3.6 Pembuatan Media.............................................................................31
3.6.1 Media Nutrien Agar (NA) .........................................................31
3.6.2 Uji Angka Lempeng Total..........................................................31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian................................................................................ 33
4.1.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan Akar Pepaya ............................... 33
4.1.2 Hasil Skrining Pemeriksaan Kandungan Golongan...................34
4.1.3 Hasil Pengujian Organoleptis....................................................34
4.1.3 Hasil Penentuan pH....................................................................35
4.1.4 Hasil Penentuan Daya Sebar...................................................... 36
4.1.5 Hasil Penentuan Viskositas....................................................... .37
4.1.6 Hasil Penentuan Angka Lempeng Total (ALT)..........................37
4.2 Pembahasan...................................................................................... 38
4.2.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan Akar Pepaya
(Carica papaya L).....................................................................38
4.2.2 Skrining/Pemeriksaan Kandungan Golongan............................38
4.2.3 Pengujian Organoleptis............................................................ .38
4.2.4 Penentuan pH.............................................................................40
4.2.5 Penentuan Daya Sebar...............................................................41
4.2.6 Penentuan Viskositas................................................................ .42
4.2.7 Penentuan Angka Lempeng Total(ALT)....................................43

5
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................... 46
5.2 Saran............................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 47

6
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Formuasi Sediaan Handsanitizer........................................................ 29


Tabel 4.1 Hasil Skrining Fitokimia Akar Pepaya (Carica papaya L)................ 34
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Organoleptis.............................................................34
Tabel 4.3 Hasil Pengujian pH.............................................................................35
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Daya Sebar...............................................................36
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Viskositas.................................................................37
Tabel 4.6 Hasil Angka Lempeng Total (ALT)....................................................38

7
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konsep.......................................................................... 5

Gambar 2.1 Tanaman Akar Pepaya................................................................... 7

8
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Bimbingan Skripsi.......................................................... .50

Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi........................................................... 51

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Laboratorium Semi Solid.............................52

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Laboratorium Mikrobiologi......................... 53

Lampiran 5 Surat Balasan Identifikasi Tumbuhan............................................54

Lampiran 6 Hasil Skrining Fitokimia............................................................... 55

Lampiran 7 Surat Balasan Uji Mikrobiologi.................................................... 56

Lampiran 8 SNI.................................................................................................57

Lampiran 9 Bagan Pembuatan Ekstrak Akar Pepaya....................................... 58

Lampiran 10 Bagan Pembuatan Sediaan Gel Antiseptik Tangan..................... 59

Lampiran 11 Cara Pembuatan Formulasi Sediaan Handsanitizer Akar

Pepaya (Carica papaya L)...........................................................60

Lampiran 12 Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol Akar Pepaya..................61

Lampiran 13 Cara pembuatan Formulasi sediaan Handsanitizer..................... 62

Lampiran 14 Hasil Formulasi dan Uji Sediaan Gel Handsanitizer................. .64

9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan.

Memelihara kebersihan tangan merupakan salah satu hal yang sangat penting

dalam menjaga kesehatan tubuh. Masyarakat tidak sadar bahwa dalam

beraktivitas, tangan seringkali terkontaminasi dengan mikroba(1) Mikroorganisme

dapat menyebabkan banyak bahaya dan kerusakan. Hal itu nampak dari

kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan

penyakit yang berkisar dari infeksi sampai kematian. Mikroorganisme dapat

mencemari makanan dan menimbulkan perubahanperubahan kimiawi di

dalamnya, membuat makanan tersebut tidak dapat dimakan atau bahkan beracun.

Karena itu pertumbuhan dan kontaminasi oleh mikroba perlu dikendalikan, yaitu

dengan menghambat, membasmi, atau menyingkirkan mikroorganisme, salah satu

caranya dengan menggunakan bahan kimia antara lain antiseptik. Pada kehidupan

modern saat ini, masyarakat memiliki kecenderungan untuk menggunakan produk

antiseptik yang praktis dan efektif untuk mencegah penyakit infeksi dan menjaga

kesehatan tubuh. Salah satu bentuk produk pembersih tangan yang dapat

dikembangkan yaitu produk berupa gel pembersih tangan yang dapat digunakan

tanpa memerlukan air atau yang dikenal dengan nama hand sanitizer.

1
2

Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat atau

mematikan mikroorganisme pada jaringan hidup, yang mempunyai efek

membatasi dan mencegah infeksi agar tidak menjadi parah. Pemakaian antiseptik

tangan dalam bentuk sediaan gel di kalangan masyarakat sudah menjadi suatu

gaya hidup, Cara pemakaiannya yaitu dengan diteteskan pada telapak tangan,

kemudian diratakan pada permukaan tangan, tidak perlu membersihkan tangan

dengan air dan sabun(2).

Gel merupakan sediaan sistem semi padat (massa lembek) terdiri atas

suspensi yang di buat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik

yang besar, terpenetrasi dalam suatu cairan, bersifat tiksotropi yaitu menjadi

cairan ketika digoyang dan kembali memadat jika dibiarkan tenang(3). Sediaan

gel hand sanitizer umumnya diformulasikan dengan penambahan kadar alkohol

sebesar 60-85 %. Alkohol tersebut biasanya digunakan untuk membunuh bakteri,

jamur, atau virus yang ada pada tangan(4).

Handsanitizer merupakan salah satu bahan antiseptik berupa gel yang sering

digunakan masyarakat sebagai media pencuci tangan yang praktis. Penggunaan

handsanitizer lebih efektif dan efisien bila dibanding dengan menggunakan sabun

dan air sehingga masyarakat banyak yang tertarik menggunakannya. Adapun

kelebihan hand sanitizer dapat membunuh kuman dalam waktu relatif cepat,

karena mengandung senyawa alkohol. Senyawa yang terkandung dalam hand

sanitizer memiliki mekanisme kerja dengan cara mendenaturasi dan

mengkoagulasi protein sel kuman(5).


3

Secara empiris tanaman pepaya memang sudah banyak dimanfaatkan dalam

pengobatan. Akar pepaya sering dimanfaatkan sebagai obat cacing, diuretik,

kandung kemih, sakit persendian dan pegal-pegal. Senyawa yang terkandung

dalam akar papaya diantaranya alkaloid, saponin, polifenol, dan flavonoid(6).

Tanaman pepaya (Carica papaya L) juga mengandung senyawa yang berfungsi

sebagai antibakteri diantaranya alkaloid karpain, glukotropaeolin, dan benzil

isotio sianat(7).

Pada penelitian terdahulu “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Akar Pepaya

( Carica papaya L ) Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

Multiresisten Antibiotik”(7), “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan

Akar Pepaya (Carica papaya L) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

Secara In vitro” disimpulkan bahwa Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol

daun dan akar pepaya, semakin besar kemampuan menghambat dan membunuh

bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak etanol daun dan akar pepaya mempunyai

efek antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus(8).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mencoba membuat sediaan

Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel Antiseptik Tangan (Handsanitizer) Ekstrak

Etanol Akar Pepaya (Carica papaya L)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak akar Pepaya (Carica papaya L) dapat di buat sediaan

handsanitizer ?

2. Apakah sediaan gel antiseptik tangan (handsanitizer) ekstrak akar Pepaya

(Carica papaya L) stabil untuk memenuhi parameter uji, diantaranya uji


4

organoleptis, uji pH, uji daya sebar, uji viskositas, dan uji angka lempeng

total?

1.3 Hipotesis

1. Ekstrak akar Pepaya (Carica papaya L) dapat di buat sediaan handsanitizer

2. Sediaan gel antiseptik tangan (handsanitizer) ekstrak akar Pepaya (Carica

papaya L) stabil untuk memenuhi parameter uji, diantaranya uji organoleptis,

uji pH, uji daya sebar, uji viskositas, dan uji angka lempeng total

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ekstrak akar Pepaya (Carica papaya L) dapat di buat

sediaan handsanitizer

2. Untuk mengetahui sediaan gel antiseptik tangan (handsanitizer) ekstrak akar

Pepaya (Carica papaya L) stabil untuk memenuhi parameter uji, diantaranya

uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar, uji viskositas, dan uji angka lempeng

total

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai landasan ilmiah dalam Pembuatan gel antiseptik tangan

(handsanitizer) ekstrak akar Pepaya (Carica papaya L)

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

dalam bidang farmasi.

3. Sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya


5

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Ekstrak akar Pepaya Uji Organoleptis


(Carica papaya L)
konsentrasi 5% ,10%, Evaluasi Fisik Gel
15% dengan Handsanitizer Akar Uji pH
penambahan pengawet Pepaya (Carica
dan 25% tanpa papaya L)
penambahan Uji viskositas
pengawet,
Kontrol (+) Detol
Handsanitizer,
Kontrol (-) Gel tanpa Uji daya sebar
ekstrak.
Uji angka lempeng total

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian


Ekstrak akar Pepaya
(Carica papaya L)
konsentrasi 5% 10%,
15%(pakai pengawet)
dan konsentrasi 25%
(tanpa pengawet)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pepaya (Carica papaya L. )

2.1.1 Deskripsi

Pepaya merupakan tanaman buah menahun, asli dari Amerika. Tumbuhnya

pada ketinggian 1-1000 m dpl. Semak berbentuk pohon ini bergetah 5 dan tumbuh

tegak dengan tinggi 2,5-10 m. Bentuk batang bulat, berongga, di bagian atas

kadang bercabang. Kulit batang terdapat tanda bekas tangkai daun yang telah

lepas. Daun berkumpul di ujung batang dan ujungnya bercabang. Tangkai daun

bulat silindris, berongga, panjang 25-100 cm. Helaian daun bulat telur, diameter

25-75 cm, berbagi menjari, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung, warna

permukaan atas hijau tua, permukaan bawah hijau muda. Tulang daun menonjol di

permukaan bawah. Cuping-cuping daun berlekuk sampai bergerigi tidak

beraturan. Bunga jantan berkumpul dalam tandan. Mahkota berbentuk terompet

berwarna putih kekuningan. Buah buni yang biasanya bermacam-macam, baik

warna, bentuk, dan rasa dagingnya. Bijinya banyak, bulat dan berwarna hitam

setelah masak(7).

Tanaman ini mulai berbuah pada umur 4-7 bulan. Setelah 4 tahun produksi

buahnya menurun. Buah, bunga, dan daun dapat dimakan, sebagai buah dan sayur.

Buah muda disayur, buah mengkal dibuat rujak dan manisan, sedangkan masak

dimakan sebagai buah meja. Perbanyakan tanaman dilakukan melalui biji. Daun

6
7

muda direbus dan dibuat lalapan, sedangkan daun yang diremas-remas dapat

digunakan sebagai pelunak daging(7).

Gambar 2.1 Tanaman Akar Pepaya

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Pepaya (Carica papaya L)


Klaksifikasi tanaman pepaya(9) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheobionta

Kelas : Magnoliophyta

Ordo : Mangnoliopsida

Famili : Caricaceae

Genus : Carica

Species : Carica papaya L

2.1.3 Morfologi Tanaman Pepaya

Pepaya (Carica papaya L) merupakan komoditas buah tropika utama. Sering

dinamakan sebagai the health fruit of the angels, karena rasanya dikatakan sebagai

rasa surga dan sangat bermanfaat untuk kesehatan(10).


8

Berdasarkan bentuk dan susunan tubuh bagian luasnya, tanaman pepaya

termasuk tanaman perdu. Namun, apabila di tinjau dari umur hingga sampai saat

berbungannya, dapat dikategorikan sebagai buah semusim, walaupun kenyataanya

dapat hidup selama 2 tahun bahkan lebih. Jenis tanaman terdiri dari bunga

(tanaman pepaya betina, tanaman pepaya jantan dan tanaman pepaya sempurna).

Akar pepaya pepaya memiliki akar mendatar pada ke dalaman 1m dan menyebar

sekitar 60 cm–150 cm dari pusat batang. Batang tanaman pepaya berbentuk bulat,

berbuku–buku, berongga bagian tengah dan tidak berkayu. Daun pepaya bertulang

manjar dengan warna hijau(11).

Kandungan gizi buah pepaya baik yang masih dalam kondisi mentah/muda

(bisa difungsikan sebagai bahan sayuran) maupun secara fisiologis sudah matang,

masing-masing memiliki kandungan unsur gizi dan kalori yang cukup diandalkan.

Disamping unsur gizi tersebut buah pepaya juga mengandung enzim papain dan

pektin yang sangat diperlukan dalam industri pengolahan makanan dan minuman

sehingga bernilai ekonomi tinggi(11).

2.1.4 Kandungan Kimia Pepaya

Daun, akar, dan kulit batang Carica papaya mengandung alkaloid, saponin,

dan flavonoid, disamping itu daun dan akar juga mengandung polifenol dan

bijinya mengandung saponin(6). Buah mengandung beta karoten, pektin, delta-

galaktosa, lamda-arabinosa, papain, papayotimin papain, alkaloid karpain,

fitokinase, vitamin A, vitamin C(7). Buah pepaya (Carica papaya L) juga

mengandung senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri diantaranya alkaloid

karpain, glukotropaeolin, dan benzil isotio sianat(7).


9

2.1.5 Manfaat Pepaya

1. Bidang kesehatan

Tanaman pepaya mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan bagi

kesehatan. Adapun manfaatnya secara resmi dalam bidang kesehatan adalah

sebagai berikut(11) :

a. Akar

Sudah sejak zaman dahulu, akar pepaya sering dimanfaatkan sebagai obat

cacing, ginjal, kandung kemih, sakit persendian, dan pegal-pegal.

b. Batang

Bagian dalam batang pepaya sering digunakan sebagai makanan ternak,

terutama kuda penarik.

c. Daun

Air perasan daun pepaya mudah dapat digunakan sebagai obat malaria, kejang

perut, beri-beri dan sakit panas.

d. Bunga

Air rebusan bunga pepaya jantan berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan,

membersihkan darah, dan obat sakit kuning.

e. Buah Muda

Olahan buah pepaya muda berkhasiat melancarkan air susu ibu (ASI). Bahkan

pakar kesehatan Filipina, Hermina de Guzman Ladion, menjulukinya sebagai

tanaman obat penyembuh ajaib karena buah pepaya muda dapat digunakan
10

sebagai obat cystitis (radang kandung kemih,cacingan, gangguan pencernaan,

jerawat, dan sembelit.

f. Buah Matang

Kandungan vitamin A dan C dalam buah pepaya sangat mendukung proses

pertumbuhan badan, menjaga kesehatan selaput lendir pada alat-alat

pernapasan, menghindari penyakit rabun ayam, memeliharah kekokohan sel-sel

tubuh, melawan infeksi, dan mencegah penyakit sariawan.

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dengan

diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan

pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat. Proses ekstrak dengan pelarut kemudian

terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka

bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi(12).

2.2.1 Cara dingin

2.2.1.1 Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dengan derajat halus tertentu dalam cairan penyari.

Maserasi biasa digunakan untuk menyari simplisia yang zat aktifnya mudah larut

dalam cairan penyari yang digunakan. Pada maserasi yang sederhana, selama

proses penyarian perlu dibiarkan beberapa waktu untuk mengendapkan zat-zat

kimia yang diperluka(13). Keuntungan cara penyarian maserasi adalah proses

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah didapat. Kerugian
11

dari cara maserasi adalah proses kerja yang lama dan penyarian yang kurang

sempurna(13).

2.2.1.2 Perkolasi

Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive

extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari

tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan(14).

2.2.2 Ekstraksi Panas

2.2.2.1 Dekoktasi

Infudasi pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan temperatur sampai titik

didih air(14).

2.2.2.2 Soxhletasi

Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan

dengan alat soxhlet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut

relatif konstan dengan adanya pendingin balik(14).

2.2.2.3 Digesti

Maserasi kinetik yaitu maserasi dingin yang dilakukan dengan cara

pengadukan kontinu (terus-menerus) pada temperatur yang lebih tinggi dari

temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-

50oC(14).

2.2.2.4 Infus
12

Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas (bejana infus tercelup

dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 oC) selama 5 waktu

tertentu (15-20 menit)(14).

2.2.2.5 Refluks

Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu

dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama 3-5 kali sehingga

dapat termasuk proses ekstraksi sempurna(14).

2.3 Skrining Fitokimia

1. Pemeriksaan Alkaloid

Ekstrak sampel masing-masing sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung

reaksi kemudian dicampur dengan 5 ml kloroform dan 5 ml amoniak kemudian

dipanaskan, dikocok dan disaring. Ditambahkan 5 tetes asam sulfat pada masing-

masing filtrat, kemudian kocok dan didiamkan. Bagian atas dari masing-masing

filtrat diambil dan diuji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendroff.

Terbentuknya endapan putih pada pereaksi Mayer, endapan cokelat pada pereaksi

Wagner, dan endapan orange atau jingga pada pereaksi Dragendroff menunjukkan

adanya alkaloid(15).

2. Pemeriksaan Fenol

Ekstrak sampel sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu

ditambahkan beberapa tetes air panas dan beberapa tetes pereaksi FeCl3 1%. Jika

warna larutan berubah menjadi warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang

kuat menunjukkan adanya senyawa fenol(15).


13

3. Pemeriksaan Flavonoid

Ekstrak Sampel dicampur dengan 5 ml etanol, dikocok, dipanaskan, dan

dikocok lagi kemudian disaring. Kemudian ditambahkan Mg 0,2 g dan 3 tetes HCl

pada masing-masing filtrat. Jika terjadi perubahan warna menjadi jingga sampai

merah ungu menunjukkan adanya favonoid. Jika warna kuning jingga

menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron(15).

4. Pemeriksaan Tanin

Ekstrak sampel masing-masing sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung

reaksi 1 dan 2. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1% pada tabung 1. Hasil

positif ditandai dengan dengan terbentuknya warna biru tua atau hitam kehijauan.

Sampel pada tabung 2 ditambahkan beberapa tetes larutan gelatin 2%. Hasil

positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih(15).

5. Pemeriksaan Saponin

Larutan ekstrak sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu

ditambahkan 10 mL akuades dan dikocok kuat selama 10 menit. Hasil dinyatakan

positif apabila buih yang terbentuk stabil selama tidak kurang dari 10 menit,

setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes HCL 2N, busa tidak

hilang(15).

6. Pemeriksaan Glikosida

Ekstrak sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu

ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molisch, ditambahkan dengan hati-hati 2 ml

asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin ungu pada batas
14

kedua cairan menunjukkan adanya gula, dengan demikian menunjukkan adanya

glikosida(15).

2.4 Kulit

Kulit merupakan suatu organ besar berlapis-lapis, menutupi permukaan lebih

dari 20.000 cm2 yang mempunyai macam-macam fungsi dan kegunaan.

Merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, melindungi seluruh

permukaan tubuh dan mempunyai berat 5% dari total berat badan. Secara anatomi

kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi tiga

jaringan yaitu: epidermis, dermis dan hipodermis(16).

a. Lapisan Epidermis

Epidermis merupakan bagian terluar yang dibentuk oleh epitelium dan terdiri

dari sejumlah lapisan sel yang disusun atas lapisan tanduk dan selapis zona

germinalis. Pada epidermis tidak ditemukan pembuluh darah, sehingga nutrisi

diperoleh dari transudasi cairan pada dermis karna banyaknya jaringan kapiler

pada papila(16).

b. Lapisan Dermis

Dermis tersususn atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastik. Pada

permukaan dermis tersusun papila kecil berisi pembuluh darah kapiler. Tebal

lapisan dermis kira-kira 0,3-1,0 mm. Dermis merupakan jaringan penyangga

berserat yang berperan sebagai pemberi nutrisi pada epidrmis(16).

c. Hipodermis
15

Hipordermis yaitu bukan merupakan bagian dari kulit tetapi batanya tidak

jelas. Kedalaman hipodermis akan mengatur kerutan-kerutan pada kulit(16).

2.4.1 Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan dengan

likungan. Adapun fungsi kulit adalah:

a. Fungsi proteksi: menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik seperti

gesekan dan tarikan, gangguan kimiawi yang dapat mengakibatkan iritasi

seperti radiasi. Kulit juga merupakan alat proteksi rangsangan kimia karena

stratum korneum ini bersifat impermeable terhadap zat kimia dan air

b. Fungsi absorpsi: Kulit sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat

tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap begitu juga yang larut

dalam lemak. Penyerapan terjadi melalui celah antar sel menembus sel-sel

epidermis dan saluran kelenjar.

c. Fungsi ekskresi: Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi

atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl,urea, asam urat, dan amonia.

d. Fungsi persepsi: Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutis sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang diberikan.

e. Fungsi pengaturan suhu tubuh: Kulit melakukan fungsi ini dengan cara

mengekresikan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit. di waktu suhu

dingin peredaran darah dikulit berkurang mempertahankan suhu badan, pada

waktu panas peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan


16

keringat dan kelenjar keringat sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu

panas.

f. Fungsi pembentukan pigmen: Sel pembentuk pigmen terletak dilapisan basal

dan sel berasal dari rigi saraf. Melanosid membentuk warna kulit, enxim

melanosom dibentuk apparatus golgi dengan bantuan tiroksinase meningkatkan

metabolisme sel dan oksigen.

g. Fungsi keratinisasi: Sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuk

menjadi sel spinosum. Keratinosid melalui proses sintesis dan generasi menjadi

lapisan tanduk yang berlangsung 14-21 hari(17).

2.4.2 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit tetbagi atas tiga bagian:

a. Kulit Normal

Kulit normal merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat,

segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

b. Kulit Berminyak

Kulit berminyak merupakan kulit yang mempunyai kadar minyak di

permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam,

biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket

c. Kulit Kering

Kulit kering merupakan kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang

kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat

kerutan(17).

2.4.3 Anatomi Kulit Secara Hispatologik


17

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:

1 Epidermis

Lapisan epidermis terdiri dari:

a. Lapisan tanduk adalah lapisan luar yang terdiri atas beberapa lapis sel-sel

gepeng yang mati, tidak berhenti dan telah berubah menjadi keratin.

b. Lapisan Iusidum terdapat langsungdi bawah lapisan korneum merupakan

lapisan kornrum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan

portoplasama yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.

c. Lapisan kreratolin merupakan 2 atau 3 lapisan sel-sel gepeng dengan

sitoplasma yang berbutir kasar terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini

terdiri dari keratohialin.

d. Lapisan malphigi merupakan lapisan epidermis yang paling kuat dan tebal.

Terdiri dari beberapa lapis sel berbentukpolygonal yang besarnya berbeda-

beda akibat adanyabmitosis serta sel ini makin dekat ke permukaan makin

gepeng bentuknya.

e. Lapisan Basal merupakan lapisan epidermis paling bawah dan berbatas dengan

dermis.

2. Dermis

Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jaih lebih tebal dari

epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastisdan fibrosa padat dengan

elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua

yaitu:
18

a. Pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut

saraf dan pembuluh darah

b. Pars retikulare bagian bawahnya yang menonjol kea rah subkutan. Bagian ini

terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut kolagen, elastin dan

retikulin.

3. Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis terdiri atas jaringan ikat longgar

berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan

inti terdesak kepinggir sitoplasma lemak bertambah. Jaringan subkutan

mengandung syaraf pembuluh darah dan limfe kantung rambut dan lapisan atas

jarnngan subkutan terdapat kelenjar keringat(18)

2.5 Antiseptik

Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat atau

mematikan mikroorganisme pada jaringan hidup, yang mempunyai efek

membatasi dan mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih parah. Antiseptika

digunakan pada permukaan mukosa, utan dan luka yang terinfeksi. Antiseptika 23

yang ideal adalah dapat menghambat pertumbuhan dan merusak sel-sel bakteri,

spora bakteri atau jamur, virus dan protozoa, tanpa merusak jaringan tubuh inang

atau hospes. Antiseptik yang digunakan dalam sediaan tunggal atau gabungan

dengan bahan lain seperti deterjen, sabun, serbuk tabur, deodorant, dan pasta

gigi(19).

Mekanisme kerja Mekanisme kerja suatu antiseptika dan densifektansia sangat

beragam. Mekanisme kerjanya dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu:


19

a. Penginaktifan enzim tertentu Penginaktifan enzim tertentu adalah mekanisme

umum dari senyawa antiseptika dan densifektansia, seperti turunan aldehid.

Amida, karbanilida, etilenoksida, halogen, senyawa-senyawa merkuri dan

senyawa ammonium quartener. Aldehid dan Etilen oksida bekerja dengan

mengalkilasi secara langsung gugus nukleofil seperti gugus-gugus amino,

karboksil, fenol, dan tiol dari protein sel bakteri. Reaksi alkilasi tersebut

menyebabkan pemblokan sisi aktif dan perumahan kompormasi enzim

sehingga menjadi hambatan pertumbuhan sel bakteri(19).

b. Denaturasi protein Turunan alkohol, halogen dan halogenator, senyawa

merkuri, peroksida, turunan fenol dan senyawa ammonium quartener bekerja

sebagai antiseptika dan densifektan dengan cara denaturasi dan konjugasi

protein sel bakteri(19).

c. Mengubah permeabilitas membran sitoplasma bakteri Cara ini adalah model

kerja dari turunan amin dan guanidin, turunan fenol dan senyawa omonium

kuartener. Dengan mengubah permeabilitas membran sitoplasma bakteri,

senyawa- senyawa tersebut dapat mengakibatkan bocornya konstituen sel yang

esensial, sehingga bakteri mengalami kematian. Contohnya klorheksidin(19).

d. Intekalasi kedalam DNA Beberapa zat warna seperti turunan irifenilmetan dan

turunan akridin. Bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam

nukleat, menghambat sintesis DNA dan menyebabkan perubahan kerangka

mutasi pada sintesis protein(19).

e. Pembentukan khelat Beberapa turunan fenol, seperti heksoklorofen dan

oksikuinolin dapat membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu. Kemudian bentuk
20

khelat tersebut masuk kedalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion

logam didalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim sehingga

mikroorganismenya mengalami kematian(19).

2.6 Handsanitizer

Handsanitizer merupakan salah satu bahan antiseptik berupa gel yang sering

digunakan masyarakat sebagai media pencuci tangan yang praktis. Penggunaan

handsanitizer lebih efektif dan efisien bila dibanding dengan menggunakan sabun

dan air sehingga masyarakat banyak yang tertarik menggunakannya. Adapun

kelebihan hand sanitizer dapat membunuh kuman dalam waktu relatif cepat,

karena mengandung senyawa alkohol. Senyawa yang terkandung dalam hand

sanitizer memiliki mekanisme kerja dengan cara mendenaturasi dan

mengkoagulasi protein sel kuma(5). Produk handsanitizer ada yang berbentuk cair

dan ada yang berbentuk gel. Masyarakat pada umumnya menyukai penggunaan

handsanitizer dalam bentuk gel karena menimbulkan rasa dingin dikulit dan

mudah mengering. Bahan sediaan gel tersebut yang biasa digunakan adalah

carbopol 94, sebab mempunyai stabilitas tinggi dan toksisitasnya rendah, sehingga

dapat meningkatkan efektivitas penggunaan gel sebagai antibakteri(20).

Sanitizer adalah suatu bahan yang dapat mengurangi mikroba kontaminan

sampai 99,9% yang sedang tumbuh. Evektifitas sanitizer terutama sanitizer kimia

dipengaruhi oleh faktor fisik kimia seperti waktu kontak, suhu, konsentrasi pH,
21

kebersihan peralatan, kesadaran air, dan serangan bakteri(21). Sanitizer yang ideal

harus memiliki beberapa hal seperti dibawah ini(21) :

1. Memiliki sifat menghancurkan mikroba, aktivitas spektrum melawan fase

vegetatif bakteri, kapang, dan khamir.

2. Tahan terhadap lingkungan (efektif pada lingkungan yang mengandung bahan

organik, deterjen, sisa sabun, kesadahan air, dan perbedaan pH).

3. Mampu membersihkan dengan baik.

4. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.

5. Larut dalam air dalam berbagai konsentrasi.

6. Bau dapat diterima.

7. Konsentrasi stabil.

8. Mudah digunakan.

9. Tidak mahal.

10. Mudah pengukurannya jika digunakan dalam larutan

2.7 Metode Pengujian Mikrobiologis Sediaan Handsanitizer

Metode pengujian mikrobiologik untuk produk-produk farmasi digunakan uji

angka lempeng total bakteri, uji angka jamur (kapang) dan uji bakteri patogen.

Metode yang sering digunakan untuk angka lempeng total bakteri dan jamur yaitu

metode tetes, metode sebar dan metode tuang dan paling umum digunakan adalah

metode tuang. Metode untuk isolasi bakteri patogen pada prinsipnya adalah

pertumbuhan suspensi dalam media pengaya (penyubur,enrichment media),

pertumbuhan agar selektif dan pemurnian koloni bakteri yang diambil dari

lempeng agar selektif(22).


22

2.8 Sediaan Gel

Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi

yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang

besar dan saling diresapi oleh cairan.(23)Gel biasanya digunakan untuk

diaplikasikan pada membran mukus atau jaringan yang rusak akibat luka terbakar,

karena gel memiliki kandungan air yang tinggi yang dapat mengurangi iritasi(23).

Zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi, koloid pelindung

dalam suspensi, pengental sebagai sediaan oral dan sebagai basis suppositoria.

Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada pada obat-obatan, kosmetik, dan

makanan juga beberapa proses industri pada kosmetik yaitu sediaan untuk

perawatan kulit, sampo, sediaan pewangi dan pasta gigi(24).

Polimer –polimer yang bisa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik

meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-

bahan sintesis dan semisintesis seperti metil selulosa, hidrosietilselulosa,

karboksimetilselilosa dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintesis dengan

gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan atau

diperlukan suatu prosedur khusus berkenan dengan sifat mengembang dari

gel(16).

2.8.1 Dasar Sediaan Gel

a. Dasar gel hidrofobik

Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari pertikel-partikel anorganik bila

ditambahkan ke dalam fase pendispersi hanya sedikit sekali interaksi antara kedua
23

fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofilik tidak secara spontan

menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus(23).

b. Dasar gel hidrofilik

Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar

dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah

hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut

bahan-bahan hidrofilik kebalikan tidak adanya daya tarik menarik dari bahan

hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik hanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki

stabilitas yang lebih besar. Gel hidrofilik umumnya mengandung komponen bahan

pengembang, air, humektan dan bahan pengawet(23).

2.8.2 Sifat/Karakteristik Gel

a. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,

aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.

b. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang

baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan

kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan

tube, atau selama penggunaan topikal.

c. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang

diharapkan.

d. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM

besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.

e. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga

pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh


24

polimer seperti MC, 15 HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang

akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan

tersebut akan membentuk gel.

f. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh

pemanasan disebut thermogelation(16).

2.8.3 Keuntungan Sediaan Gel

Beberapa keuntungan sediaan gel adalah sebagai berikut(25):

a. Kemampuan penyebaran baik pada kulit

b. Efek dingin yang memalui penguapan lambat dari kulit

c. Tidak penghambatan fungsi rambut secara fisiologis

d. Kemudahan pencucian dengan air baik

e. Pelepasan obatnya baik

2.9 Basis Formulasi Sediaan Handsanitizer

2.9.1 Carboxymethyl cellulose (NaCMC)

Pada formulasi sediaan gel, komponen gelling agent merupakan faktor kritis

yang yang dapat digunakan adalah hidroksipropil methilselulosa, NaCMC

merupakan bahan yang tidak beracun noniritatif(26). NaCMC secara luas

digunakan sebagai bahan tambahan dalam formulai sediaan farmasi oral, mata,

hidung dan topikal. Selain itu NaCMC digunakan juga secara luas dalam kosmetik

dan produk makanan. Kegunaan NaCMC diantaranya sebagai zat peningkat

viskositas, zat pendispersi, zat pengemulsi, penstabil emulsi, zat pensuspensi, zat
25

pengemulsi, pengikat pada sediaan tablet dan pengental. NaCMC berupa serbuk

granul berwarnah putih atau putih krem sangat sukar larut dalam eter, etanol, atau

aseton. Dapat mudah larut dalam air panas NaCMC dapat membentuk gel yang

jernih dan bersifat netral. Konentrasi yang digunakan antara 3-6% sebagai

pembentuk gel(26).

2.9.2 Trietanolamin (TEA)

Digunakan pada sediaan topikal pada emulsi. Pemerian cairan kental, tidak

berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik. Kelarutan

mudah larut dalam air dan etanol (95%) P, larut dalam kloroform. Konsentrasi

yang digunakan sebagai pengemulsi 2-4% dan 2-5 kali pada asam lemak.

Kegunaan sebagai agen alkali dan agen pengemulsi(26).

2.9.3 Gliserin

Digunakan dalam sediaan oral, ophthalmic, topikal, dan parenteral. Juga

digunakan dalam kosmetik dan tambahan makanan. Pada sediaan farmasi

biasanya digunakan sebagai humektan dan pelembut. Penambahan gliserin juga

digunakan dalam gel, baik yang sistem air maupun non air. Konsentarsi yang

digunakan sebagai humektan adalah ≤ 30% (26).

2.9.4 Metil Paraben (Nipagin)

Nipagin berupa serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak

mempunyai rasa, kemudian agak membakar , dikulit rasa tebal. Larut dalam 500

bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etnol (96%) dalam 3
26

bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut

dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas,

jika didinginkan larutan tetap jernih(27). Penggunaan nipagin antara 0.002-0,3%

(26).

2.9.5 Propil Paraben (Nipasol)

Propil paraben berupa serbuk berwarna putih, kristal, tidak berbau, dan

hambar, sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan eter, sukar

larut dalam air mendidih. Konsentrasi yang dapat digunakan sebagai pengawet

yaitu 0,01-0,6%(26).

2.9.6 Aquades

Aquades adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan cara destilasi,

perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai

prosedur. Aquadest dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum dan

tidak mengandung zat tambahan lainnya(28). Kegunaannya sebagai pelarut. Air

dapat berinteraksi dengan obat-obat dan eksipien lain yang rentan terhadap

hidrolisis pada suhu tinggi, bereaksi dengan logam alkali dan oksidannya seperti

kalsium oksida dan magnesium oksida. Aquades juga bereaksi dengan 19 garam

anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan dengan bahan

organik tertentu dan kalsium karbida(27).


27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode dilakukan secara eksperimental yaitu membuat sediaan gel antiseptik

tangan dengan konsentrasi ekstrak etanol akar pepaya (Carica papaya) L di dalam

gel sebagai variabel bebas dan parameter uji sediaan gel sebagain variabel terikat.

Adapun langkah penelitian adalah penyiapan bahan tumbuhan, identifikasi bahan

tumbuhan, pembuatan ekstrak etanol akar pepaya (Carica papaya) L, formulasi

sediaan gel selanjutnya melakukan pengujian yaitu uji organoleptis, uji pH, uji

daya sebar, uji viskositas dan uji angka lempeng total.

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2019. Bertempat di

Laboratorium Semi Solid Farmasi Insitut Kesehatan Helvetia Medan dan

Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Sumatra Utara

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Alat yang digunakan adalah alat maserasi, anak timbangan, batang pengaduk,

cawan porselin,kaca objek, sudip, erlenmeyer, beaker glass, pot plastik, gelas

ukur, inkubator, kaca arloji, kertas perkamen, lumpang dan alu , pipet tetes,

penangas, pH meter, plastik, rak tabung, rotary evaporator , sendok besi,

timbangan analitik, blender, viscometer BrookField, autoklaf, inkubator

27
28

3.3.2 Bahan

Bahan yang di gunakan antara lain : ekstrak akar pepaya (Carica papaya) L

,etanol 70%, NaCMC, TEA, gliserin, metil paraben, propil paraben, aquadest,

nutrien agar (NA)

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Sampel

Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah akar pepaya (Carica

papaya) L

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Akar Pepaya (Carica papaya) L

Tahap pembuatan ekstrak akar pepaya (Carica papaya) L sebanyak 3 kg dicuci

bersih dengan air mengalir dan ditiriskan menggunakan tampah. Kemudian akar

pepaya dikeringkan lalu di timbang hasil simplisia kering. Kemudian simplisia

akar dihaluskan dengan belender dan ditimbang simplisia halus yang di dapat.

Simplisia halus direndam dalam etanol 70% dengan cara perkolasi. Massa

dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-

hati, kemudian cairan penyari dituangi secukupnya sampai di atas simplisia

terdapat lapisan cairan penyari. Perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam

kemudian keran perkolator dibuka dan cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan

20 tetes menit. Cairan penyari ditambahkan melalui reservoir, dan diatur tetesan

penyari yang masuk sama dengan tetesan perkolat yang keluar sehingga selalu

terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia., sampai tetesan terkhir yang keluar

dari perkulator tidak berwarna dan apabila ditambah pereaksi tidak memberikan

reaksi yang positif. Perkolat yang diperoleh disuling dengan tekanan rendah pada
29

suhu tidak lebih 50oC dengan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh

ekstrak kental.

3.4.3 Formulasi Pembuatan Sediaan Handsanitizer

Tabel 3.1 Formulasi sediaan Handsanitizer


No Bahan Formula Formula Formula Formula Fungsi
I II III IV
1 Ekstrak akar 5% 10% 15% 25% Zat Aktif
Pepaya(Carica
papaya) L
2 NaCMC 3% 3% 3% 3% Basis
3 TEA 2% 2% 2% 2% Humekta
n
4 Gliserin 15% 15% 15% 15% Pelembab
5 Metil Paraben 0,1% 0,1% 0,1% - Pengawet
6 Propil Paraben 0,1% 0,1% 0,1% - Pengawet
7 Aquades ad100 ad100 ad100 ad100 Pelarut

3.4.4 Pembuatan Gel

Sediaan gel dikerjakan dengan cara basis gel NaCMC di kembangkan dengan

air panas dalam lumpang dengan gerus hingga mengembang. kemudian TEA

dicampurkan ke dalam basis lalu gerus hingga homogen. Ditambahkan metil

paraben dan propil paraben yang sebelumnya telah dilarutkan dengan aquadest

dihomogenkan. Dilarutkan ekstrak etanol akar pepaya (Carica papaya) L ke

dalam gliserin, lalu dimasukkan ke dalam basis sedikit demi sedikit,

dihomogenkan. Kemudian sisa air ditambahkan setelah itu dihomogenkan dan

masukan dalam wadah.


30

3.5 Uji Stabilitas Sediaan Gel

3.5.1 Uji Organoleptis

Pengujian organoleptis yaiu pengamatan dibuat secara langsung bentuk, warna

dan bau dari gel yang dibuat. Gel biasanya jernih dengan konsentrasi setengah

padat(29).

3.5.2 Uji pH

Pengujian penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH digital

yang dicelupkan kedalam sampel gel yang telah di encerkan. Setelah tercelup

dengan sempurna pH sediaan harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5(29).

3.5.3 Uji Viskositas

Uji viskositas Alat yang digunakan untuk mengukur visikositas adalah

visikometer brookfield LV. Gel dimasukan kedalam wadah kemudian dipasang

spindel ukuran 64 ke alat viskometer dan rotor dijalankan dengan kecepatan 30

rpm. Setelah kecepatan menunjukan angka yang stabil, hasilnya dicatat.

3.5.4 Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan cara 0,5 gram sediaan di letakkan di atas

kaca bagian atasnya di beri kaca yang sama dibiarkan selama 1 menit. Diameter

gel di ukur, kemudian ditambahkan 150 g beban tambahkan dan di diamkan

selama 1 menit penyebaran diukur saat sediaan berhenti menyebar(29).


31

3.6 Pembuatan Media

3.6.1 Media Nutrien Agar (NA)

Komposisi : Beef Exract 3 g

Peptone 5g

Agar 15 g

Air Suling 1L

Cara Pembuatan: Sebanyak 23 gram media Nutrien Agar (NA) dilarutkan dengan

aquadest kemudian volumenya dicukupkan hingga 1L, dengan bantuan

pemanasan sampai bahan terlarut, kemudian diseterilkan dalam autoklaf pada

suhu 121o C selama 15 menit.

3.6.2 Uji Angka Lempeng Total (ALT)

a. Pengambilan sampel

Sampel sediaan gel handsanitizer akar pepaya (Carica papaya L)

b. Pengujian

Pada pengujian dilakukan dengan cara telapak tangan dicuci dengan air kran

kemudian dikeringkan. Selanjutnya ibu jari ditempelkan pada media padat

nutrient agar dalam cawan petri. Media diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam.

Setelah diinkubasi, jumlah koloni bakteri dihitung yang ada di cawan petri. Pada

uji sediaan gel handsanitizer akar pepaya (Carica papaya L) dilakukan dengan

tangan dengan air kran dan dikeringkan kemudian tuangkan sediaan gel

handsanitizer akar pepaya (Carica papaya L) pada tangan dan digosok secara

merata, setelah itu ibu jari ditempelkan pada koloni yang ada di dalam cawan
32

petri. Media diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah diinkubasi hitung

jumlah koloni bakteri yang berkurang setelah penambahan sediaan Handsanitizer

akar pepaya (Carica papaya L).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian tentang Formulasi dan Evaluasi Fisik Gel Antiseptik

Tangan Handsanitizer Ekstak Etanol Akar Pepaya (Carica papaya L). Penelitian

pada bulan Mei-Juli 2019 di Laboratorium Fakultas Farmasi dan Kesehatan

Umum Institut Helvetia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatra Utara Medan.

Pemeriksaan pendahuluan simplisia perlu dilakukan untuk menjamin

kebenaran dan kualitasnya dari hasil determinasi di Herbarium Medanense

(MEDA) Universitas Sumatra Utara menunjukkan bahwa benar bahan uji yang di

gunakan adalah akar pepaya (Carica papaya L) dari family Caricaceae.

Pelarut untuk ekstraksi pada penelitian ini digunakan etanol 70% untuk

ekstraksi menggunakan alat Rotary Evaporator. Berat simplisia akar pepaya

(Carica papaya L) yang basah 3000 gram dan serbuk yang ditimbang untuk

perkolasi 350 gram diperoleh ekstak kental akar pepaya yaitu 60 gram, sehingga

diperoleh rendemen hasil 17,14%.

4.1.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan Akar Pepaya (Carica papaya L)

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Medanense

(MEDA) Universitas Sumatra Utara (USU) Medan, menunjukkan bahwa

tumbuhan yang diteliti adalah akar pepaya (Carica papaya L).

33
34

4.1.2 Hasil Skrining/ Pemeriksaan Kandungan Golongan Senyawa Kimia

Skrining fitokimia menunjukan bahwa akar pepaya menunjukan terdapat

golongan senyawa kimia. Hasil skrining fitokimia akar pepaya dapat dilihat tabel

berikut:

Tabel 4.1. Hasil skrining Fitokimia Akar Pepaya (Carica papaya L)


Pemeriksaan Akar
Pepaya Keterangan:
Alkaloid + (+) = mengandung senyawa uji
Steroida dan Triterpenoid − (-) = tidak mengandung senyawa uji
Saponin +
Flavonoid +
Tanin − 4.1.3 Hasil Pengujian Organoleptis
Glikosida +
Uji organoleptis dilakukan untuk

menilai mutu sediaan gel handsanitizer yang dibuat dengan menggunakan

pancaindra dengan mengukur kesukaan penampilan fisik sediaan yang meliputi

warna, bau, bentuk.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Organoleptis Sediaan Handsanitizer Akar pepaya


(Carica papaya L)
Sediaan Hadsanitizer Bentuk Warna Bau
Basis Handsanitizer Setengah Padat Kental Bening Tidak Berbau
Detol Handsanitizer Setengah Padat Bening Bau Khas etanol
Handsanitizer 5% Setengah Padat Kental Coklat Bau Khas Akar pepaya
Handsanitizer 10% Setengah Padat Kental Coklat Bau Khas Akar pepaya
Handsanitizer 15% Setengah Padat Kental Coklat Bau Khas Akar pepaya
Handsanitizer 25% Setengah Padat Kental Coklat Bau Khas Akar pepaya

Berdasarkan datta tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa, dilihat dari bentuk

formulasi sediaan berbentuk setengah padat kental, dari segi warnanya detol

handsanitizer berwarna bening berbau khas alkohol, basis berwarna bening dan

tidak berbau sedangkan yang mengandung ekstrak akar pepaya dengan


35

konsentrasi 5%,10%,15%, dan 25% berwarna coklat dan memiliki bau khas akar

pepaya.

4.1.4 Hasil Penentuan pH Sediaan Handsanitizer Akar Pepaya (Carica papaya


L)

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Data pengukuran pH

sediaan pada saat selesai dilihat pada tabel

Tabel 4.3. Data Pengukuran pH Sediaan Handsanitizer Akar Pepaya (Carica


papaya L)
Formula pH
I II III IV Rata-rata
Basis Handsanitizer 6,1 6,2 5,8 6,0 6,0
Detol Handsanitizer 5,3 55 5,8 5.8 5,6
Handsanitizer Akar Pepaya 5 % 5,9 5,9 6,0 5,9 5,9
Handsanitizer Akar Pepaya10 % 6,0 6,0 5,7 5,9 5,9
Handsanitizer Akar Pepaya15 % 6,1 5,8 6,1 5,7 5,9
Handsanitizer Akar Pepaya25 % 5,5 5,5 5,7 5,7 5,6
Berdasarkan pada tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa, pH rata-rata dari

keseluruhan sediaan yang di uji berkisar antara 5,6-6,0 diperoleh pH yang berbeda

dari konsentrasi dan basis gel. Semakin tinggi kandungan akar pepaya di dalam

sediaan gel, terlihat pH sediaan semakin rendah, hal ini kemungkinan di dalam

akar pepaya terkandung senyawa yang bersifat asam. Nilai pH suatu sediaan

topikal harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5(29). Nilai pH sediaan dapat

mempengaruhi stabilitas, kenyamanan, dan keamanan penggunaan sediaan pada

kulit.

4.1.5 Hasil Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui penyebaran sediaan gel saat

digunakan. Semakain besar daya sebar semakin mudah gel saat di oleskan. Daya

sebar yang baik pada sediaan gel berkisar 5-7cm(29)


36

Tabel 4.4 Data Pengukuran Daya Sebar Sediaan Handsanitizer Akar Pepaya
(Carica papaya L)
Formula Daya
Seba
r
(cm)
I II III IV Rata-rata
Basis Handsanitizer 5,0 5,0 5,1 4,9 5,0
Detol Handsanitizer 5,5 5,5 4,8 4,5 5,0
Handsanitizer Akar Pepaya 5 % 5,3 4,9 4,9 5,5 5,1
Handsanitizer Akar Pepaya10 % 4,7 5,2 4,6 5,9 5,1
Handsanitizer Akar Pepaya15 % 4,7 5,8 5,0 5,5 5,1
Handsanitizer Akar Pepaya25 % 5,2 5,2 5,2 5,1 5,1

Berdasarkan data pada tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa daya sebar rata-rata

dari seluruh sediaan yang diuji berkisar 5,0cm-5,1cm berarti memenuhi kriteria

yang baik untuk sediaan gel, kriteria daya sebar yang baik untuk sediaan kulit

adalah 5-7. Terlihat terdapat perbedaan sedikit daya sebar basis dengan sediaan

menggunakan ekstrak. Walaupun perbedaan ini tidak terlalu besar, dan seluruhnya

masih kriteria yang baik. Hal ini dikarenakan adanya kandungan ekstrak akar

pepaya di dalam sediaan, mengakibatkan sediaan semakin pekat. Syarat daya

sebar untuk sediaan topikal adalah 5-7 cm(29), yang menunjukkan konsistensi

semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaannya(30)

4.1.6 Uji Viskositas Sediaan Handsanitizer Akar Pepaya (Carica papaya L)

Tabel 4.5 Data Pengukuran Viskositas Sediaan Handsanitizer Akar Pepaya


(Caica papaya L)
Formula Viskositas
cps(cPoeises)
Basis Handsanitizer 2880 cps
Handsanitizer Akar Pepaya 5 % 26720 cps
Handsanitizer Akar Pepaya 10 % 18940 cps
Handsanitizer Akar Pepaya 15 % 14000 cps
Handsanitizer Akar Pepaya 25 % 12420 cps
37

Berdasarkan hasil tabel 4.5 diatas pengujian viskositas dengan menggunakan

Viskometer Brookfiled diperoleh hasil 2880 cps,26720 cps,18940 cps,14000 cps

dan 12420 cps. persyaratan viskositas dengan ketentuan viskositas gel menurut

SNI 16-4399-1996 yaitu 2.000cps-50.000cps(30). Viskositas yang terlalu tinggi

akan mengurangi tingkat kenyamanan penggunaan karena sulit mengalir, sehingga

saat mengeluarkan sediaan dari kemasan juga menjadi sulit. Viskositas yang

rendah juga tidak diharapkan, hal ini dikarenakan bila sediaan terlalu encer, maka

sediaan akan menetes saat diaplikasikan pada kulit sehingga sediaan tidak tinggal

seluruhnya pada permukaan kulit.

4.1.7 Uji Angka Lempeng Total Sediaan Handsanitizer Akar Pepaya (Carica
papaya L)
Uji angka lempeng total sediaan handsanitizer dilakukan untuk mengetahui

kemampuan sediaan untuk mengurangi koloni pertumbuhan bakteri pada tangan.

Pengujian dilakukan dengan meletakan jempol pada cawan petri dan dimasukaan

sediaan gel handsanitizer. Diperoleh hasil pengamatan koloni pertumbuhan

bakteri oleh sediaan handsanitizer yang mengandung akar pepaya dengan

berbagai konsentrasi dan sebagai pembanding (Detol) yang beredar dipasaran.

Tabel 4.6 Jumlah Koloni Bakteri Pada Tangan Sebelum dan Sesudah
Pemberian Sediaan Handsanitizer Akar Pepaya (Carica papaya L)
Bahan Uji dan Pembanding Jumlah Perbedaan
Koloni jumlah
Sebelum Sesudah Koloni
Basis Handsanitizer 30 koloni 21 koloni 9 koloni
Handsanitizer Akar Pepaya 5% 8 koloni 4 koloni 4 koloni
Handsanitizer Akar Pepaya 10% 37 koloni 22 koloni 15 koloni
Handsanitizer Akar Pepaya 15% 93 koloni 45 koloni 48 koloni
Handsanitizer Akar Pepaya 25% 47 kloni 12 koloni 35 koloni
Detol Handsanitizer 68 koloni 37 koloni 31 koloni
38

Berdasarkan hasil tabel 4.6 diatas pengujian Angka Lempeng Total Pada

Koloni Bakteri Pada Tangan menggunakan sediaan Handsanitizer Akar Pepaya

(Carica papaya L) menunjukan bahwa sediaan dapat mengurangi koloni bakteri

tangan dengan menggunakan sediaan Handsanitizer akar pepaya (Carica papaya

L) dengan masing-masing konsentrasi yaitu 5%,10%,15% dengan penambahan

pengawet dan konsentrasi 25%. tanpa penambahan pengawet.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan Akar Pepaya (Carica papaya L)

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Medanense

(MEDA) Universitas Sumatra Utara (USU) Medan, menunjukkan bahwa

tumbuhan yang diteliti adalah akar pepaya (Carica papaya L)

4.2.2 Skrining/ Pemeriksaan Kandungan Golongan Senyawa Kimia

Berdasarkan data pada tabel menunjukan bahwa, golongan senyawa kimia

yang terkandung dalam akar pepaya (Carica papaya L) meliputi senyawa

Alakoid, Saponin, Flavonoid dan Glikosida.

4.2.3 Pengujian Organoleptis

Dilakukan pengujian fisik terhadap gel handsanitizer ekstrak akar pepaya

(Carica papaya L) agar diketahui kesetabilan dan kelayakan gel. Dari pengkajian

fisik sediaan akar pepaya yang diformulasikan dalam bentuk gel agar dapat

memenuhi parameter uji kualitas gel yaitu uji organoleptis yaitu di peroleh hasil

organoleptis terhadap sediaan Handsanitizer Akar Pepaya (Carica papaya L)

dengan konsentrasi 5%,10%,15,dan25% . Dilihat dari tabel 4.2 bentuk, warna dan

bau, dari bentuk sediaan berbentuk setengah padat kental, dari segi warnanya
39

detol hansdanitizer bening berbau khas alkohol, basis berwarna bening dan tidak

berbau sedangkan yang mengandung ekstrak akar pepaya dengan konsentrasi

5%,10%,15%, dan 25% berwarna coklat dan memiliki bau khas akar pepaya

Pada peneliti sebelumnya dengan judul “Formulasi dan Uji Efektifitas Sediaan

Gel Ekstrak Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina L.) Sebagai Antiseptik

Tangan” pengujian organoleptik meliputi bentuk, warna dan bau dari sediaan gel.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua formulasi gel yang dihasilkan

berbentuk semipadat, tidak berwarna (jernih) dan memiliki bau khas bunga pacar

air. Begitu pula halnya dengan bau khas bunga pacar air yang tercium dari gel

konsentrasi 5%, 10% dan 15%(31), pada peneliti sebelumnya berjudul “Formulasi

Sediaan Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. &

L.M.Perry) Sebagai Antiseptik Tangan dan Uji Daya Hambat Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus” hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa semua sediaan

gel yang telah dibuat berbentuk setengah padat dengan aroma khas minyak atsiri

daun cengkeh(32) dan hasil penelitian berjudul “Gel Hand Sanitizer Of Celery

Leaves Apium graveolens Linn. As Antibacterial” Hasil uji karakteristik mutu

fisik sediaan gel secara organoleptis didapatkan hasil berwarna cokelat kehitaman

dan memiliki bau khas seledri(33)

4.2.4 Penentuan pH Sediaan Handsanitizer Akar Pepaya (Carica papaya L)

Uji homogenitas pada sediaan gel handsanitizer akar pepaya (Carica papaya

L). Dilihat dari tabel 4.3 di peroleh pH rata-rata dari keseluruhan sediaan yang di

uji berkisar antara 5,6-6,0 sesuai nilai pH suatu sediaan topikal harus sesuai
40

dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5(29). Nilai pH terlalu asam dapat menyebabkan

iritasi pada kulit dan bila terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik. Nilai pH

yang di dapat masing-masing konsentrasi gel sesuai dengan pH kulit sehingga

aman untuk digunakan. SNI 16-4399-1996 yaitu pH 4,5-8,0(30) Nilai pH sediaan

dapat mempengaruhi stabilitas, kenyamanan, dan keamanan penggunaan sediaan

pada kulit.

Pada penelitian seblumnya berjudul “Formulasi Sediaan Minyak Atsiri Daun

Sereh (Cymbopogon citratus) Sebagai Anitiseptik Tangan” Pengukuran pH gel

minyak atsiri daun Sereh bertujuan untuk melihat keamanan sediaan agar tidak

mengiritasi kulit ketika diapilasikan. Nilai pH yang dihasilkan oleh semua sediaan

gel memiliki pH 6, sehingga dapat dikatakan aman karena masih sesuai dengan

interval pH kulit(34), pada peneliti berjudul “Optimasi Formulasi Gel Ekstrak

Daun Tembakau (Nicotiana tabacum) Dengan Variasi Kadar Karbopol940 dan

TEA Menggunakan Metode Simplex Lattice Design (SLD)” hasil Nilai pH yang

dihasilkan oleh sediaan sebesar 6,5. Yang masih berada dalam rentang nilai pH

yang setara dengan nilai pH kulit (4,5- 6,5)(35) dan pada peneliti berjudul

“Kualitas Gel Pembersih Tangan (Handsanitizer) dari Ekstrak Batang Pisang

dengan Penambahan Alkohol, Triklosan dan Gliserin” yang Berbeda

DosisnyaPada sediaan gel handsanitizer batang pisang memiliki pH 5,5 yang

berarti bersifat sedikit asam, akan tetapi optimal untuk pH kulit yang berkisar

antara 4,5-6,5(5)

4.2.5 Pengukuran Daya Sebar Sediaan Handsanitizer Akar Pepaya (Carica


papaya L)
41

Uji daya pada sediaan gel handsanitizer akar pepaya (Carica papaya L) yaitu

gel menunjukan bahwa daya sebar pada tabel 4.4 rata-rata dari seluruh sediaan

yang diuji berkisar 5,0cm-5,1cm berarti memenuhi kriteria yang baik untuk

sediaan gel, kriteria daya sebar yang baik untuk sediaan kulit adalah 5-7(29).

Terlihat terdapat perbedaan sedikit daya sebar basis dengan sediaan menggunakan

ekstrak. Walaupun perbedaan ini tidak terlalu besar, dan seluruhnya masih kriteria

yang baik. Semakin besar daya sebar suatu sediaan maka semakin bagus

sediaannya, karena dengan adanya daya sebar yang tinggi zat aktif dapat tersebar

secara merata.

Pada penelitian sebelumnya berjudul “Formulasi Sediaan Gel Antiseptik

Tangan dan Uju Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi

(Pandanus amaryllifolius Roxb.)” seluruh sediaan yang diuji berkisar antara 5,06

– 5,25 cm berarti memenuhi keriteria yang baik untuk sediaan gel(36), Pada

peneliti sebelumnya berjudul “Pengaruh Waktu Ekstraksi Daun Binahong

(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Kemampuan Daya Hambat

Bakteri Escherichia coli Untuk Pembuatan Hand Sanitizer” Daya sebar produk

hasil penelitian sebesar 5,5 cm. Hasil daya sebar ini memenuhi syarat yang tertera

pada literatur yang menyatakan bahwa daya sebar gel yang baik berkisar antara 5-

7 cm(37), dan hasil penelitian berjudul “Hand Sanitizer Ekstrak Kulit Nanas

Sebagai Antibakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli” hasil dari

pengujian daya sebar sediaan hand sanitizer ekstrak kulit nanas juga memenuhi

standar daya sebar gel yaitu lebih dari 4 cm(38)

4.2.6 Viskositas
42

Berdasarkan hasil pengujian viskositas dengan menggunakan Viskometer

Brookfiled diperoleh hasil dari tabel 4.5 2880cps,26720cps,18940cps,14000cps

dan 12420cps. persyaratan viskositas dengan ketentuan viskositas gel menurut

SNI 16-4399-1996 yaitu 2.000cps-50.000cps(30) berarti memenuhi kriteria yang

baik untuk sediaan gel. Viskositas yang terlalu tinggi akan mengurangi tingkat

kenyamanan penggunaan karena sulit mengalir, sehingga saat mengeluarkan

sediaan dari kemasan juga menjadi sulit. Viskositas yang rendah juga tidak

diharapkan, hal ini dikarenakan bila sediaan terlalu encer, maka sediaan akan

menetes saat diaplikasikan pada kulit sehingga sediaan tidak tinggal seluruhnya

pada permukaan kulit.

Pada peneliti sebelumnya berjudul “Pengaruh Waktu Ekstraksi Daun Binahong

(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Kemampuan Daya Hambat

Bakteri Escherichia coli” Untuk Pembuatan Hand Sanitizer viskositas hasil

penelitian sebesar 2080 mPs. Hasil ini memenuhi standar SNI 16-4399-1996

bahwa nilai viskositas yang baik untuk kelembaban kulit berkisar antara 2000-

50.000 mPs(37), pada peneliti berjudul “Formulasi dan Uji Sifat Fisik Gel Hand

Sanitizer dari Ekstrak Daun Salam(Syzygium polyanthum)” Hasil yang diperoleh

untuk formula 1 2600cp, formula2 4600cp dan formula3 6400cp memenuhi syarat

yaitu berada dalam kisaran 2000-50000 cP(39)

4.2.7 Angka Lempeng Total

Berdasarkan hasil pengujian Angka Lempeng Total Pada Koloni Bakteri Pada

Tangan menggunakan sediaan Handsanitizer Akar Pepaya (Carica papaya L)

menunjukan bahwa sediaan dapat mengurangi koloni bakteri tangan dengan


43

menggunakan sediaan Handsanitizer akar pepaya (Carica papaya L) dengan

masing-masing konsentrasi yaitu 5%,10%,15% dan 25% semakin besar konsetrasi

sediaan handsanitizer ekstrak akar pepaya (Carica papaya L) semakin banyak

berkurangnya koloni bakteri pada tangan.

Pada penelitian terdahulu “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan

Akar Pepaya (Carica papaya L) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

Secara In vitro” disimpulkan bahwa Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol

daun dan akar pepaya, semakin besar kemampuan menghambat dan membunuh

bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak etanol daun dan akar pepaya mempunyai

efek antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Semakin tinggi

konsentrasi ekstrak etanol daun dan akar pepaya, semakin besar kemampuan

menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus (8)

Koloni bakteri tangan dengan menggunakan sediaan Handsanitizer akar

pepaya (Carica papaya L) dengan masing-masing konsentrasi yaitu basis

handsanitizer ,5%,10%,15%,25%, dan sediaan detol perbedaan jumlah koloni

yang di dapat 9 koloni,4 koloni, 15 koloni, 48 koloni, 35 koloni,31 koloni pada

konsenterasi 5% belum bisa sama dengan sediaan di pasaran sedangkan untuk

ekstrak 15% dan25% udah bisa sama dengan sediaan dipasaran untuk sebagai

handsanitizer untuk mengurangi koloninya.

Pada penelitian sebelumnya “Handsanitizer Erekstrak Daun Trembesi (Albizia

saman (Jacq.) Merr) Aroma Anggur Sebagai Antiseptik” hasil pengujian sediaan

gel dengan konsentrasi ekstrak 8% dan 10% diperoleh hasil yang mendekati

kontrol positif pada konsentrasi ekstrak 8% yaitu 23,66 koloni. Hal tersebut
44

menunjukkan konsentrasi 8% lebih efektif dibandingkan konsentrasi 10% pada uji

antiseptik(40)

Pada penelitian “Formulasi dan Uji Efektifitas Sediaan Gel Ekstrak Bunga

Pacar Air (Impatiens balsamina L.) Sebagai Antiseptik Tangan” Hasil pengujian

antiseptik sediaan gel bunga pacar air 5% memiliki rata-rata koloni sebanyak 52

koloni, 10% sebanyak 21 koloni, 15% sebanyak 20 koloni Pada konsentrasi 10%

menghasilkan rata-rata penurunan jumlah koloni yang signifikan dibandingkan

dengan gel konsentrasi 5%. Sehingga dapat dilihat bahwa pada konsentrasi gel

ekstrak bunga pacar air telah memiliki efektivitas antiseptik dan diikuti dengan

semakin tingginya konsentrasi gel 15% yang mampu menekan dan menurunkan

jumlah koloni. Sehingga konsentrasi gel 15% merupakan gel dengan efektivitas

antiseptik yang paling baik

Pada judul penelitian sebelumnya berjudul “Formulasi Sediaan Minyak Atsiri

Daun Sereh (Cymbopogon citratus) Sebagai Anitiseptik Tangan” hasil pengujian

antiseptik sediaan gel minyak atsiri daun Sereh 5% memiliki rata-rata koloni

sebanyak 80, sediaan gel minyak atsiri 10% sebanyak 18 koloni dan sediaan gel

minyak atsiri 15% sebanyak 8 koloni konsentrasi gel 10% menghasilkan rata-rata

penurunan jumLah koloni yang signifikan dibandingkan dengan gel konsentrasi

5%. Sehingga, dapat dilihat bahwa pada konsentrasi gel minyak atsiri 10% telah

memiliki efektivitas antiseptik dan diikuti dengan semakin tingginya konsentrasi

gel 15% yang mampu menekan dan menurunkan jumLah koloni. Sehingga,

konsentrasi gel 15% merupakan gel dengan efektivitas antiseptik yang paling

baik(34)
45
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

1. Ekstrak Akar pepaya (Carica papaya L) dapat di buat dalam sediaan gel

Handsnitizer.

2. Gel Antiseptik tangan Handsanitizer Akar Pepaya (Carica papaya L)

memenuhui parameter uji sesuai standart yang berlaku dalam pengujian seperti

uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar, uji viskositas dan uji angka lempeng

total.

5.2 Saran

Dari hasil yang diperoleh dalam pembuatan gel Handsanitizer Akar Pepaya

(Carica papaya L) yang dapat disarankan yaitu:

1. Dapat melakukan penngembangan formulasi menggunakan Akar Pepaya

(Carica papaya L) dalam bentuk sediaan farmasi yang lain.

2. Dapat melakukan pengujian langsung sediaan gel Handsanitizer dengan

menggunakan bakteri

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Radji M. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi &


Kedokteran. Jakarta: EGC; 2011.
2. Wijaya JI. Formulasi sediaan gel. J Ilm Mhs Univ Surabaya. 2013;2(1):1–
14.
3. Syamsuni. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005. 77 p.
4. Octavia N. Formulasi Sediaan Gel Hand Santizer Minyak Atsiri Pala
(Myristica fragransHoutt.) : Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Antibiotik
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Universitas Muhammadyah
Surakarta; 2016.
5. Asngad A, R AB, Nopitasari. Kualitas Gel Pembersih Tangan
(Handsanitizer) dari Ekstrak Batang Pisang dengan Penambahan Alkohol,
Triklosan dan Gliserin yang Berbeda Dosisnya. J Eksperimen. 2018;4(1):1–
10.
6. Syamsuhidayat S.S. HJ. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1991. 3-62 p.
7. Haptiasari E. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Akar Pepaya ( Carica
papaya L ) Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
Multiresisten Antibiotik. 2009;7–8.
8. Laga N. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Akar Pepaya
(Carica papaya Linn.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus secara
In Vitro. 2013;
9. Hamzah A. 9 Jurus Sukses Bertanam Pepaya California. Jakarta Selatan:
PT Agro Media Pustaka; 2014.
10. Sobir. Sukses Bertanam Pepaya Unggul Kualitas Supermarket. Jakarta:
Agromedia Pustaka; 2009.
11. Suprapti L. Aneka olahan pepaya mentah dan mengkal. Yogyakarta:
Kinasus; 2005.
12. Gangga E, Suyanto E. Uji Aktivitas Antihiperglikemi Secara Invitro
Terhadap Fraksi Ekstrak Metanol Bawang Merah Dan Bawang Bombay.
2016;(April):20–1.
13. Depkes RI. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 1986.
14. Ditjen POM. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2000.
15. Fitria SR. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Akar Pepaya (Carica
papaya) Terhadap Bakteri Streptococcus pneumoniae DAN Vibrio cholerae.
2016;
16. Leon L. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. 3rd ed. Jakarta: Universitas
Indonesia; 1994. 1355 p.
17. Syaifuddin. Anatomi Fisiologi. 4th ed. Jakarta: EG; 2011.
18. Djuanda,A D. ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. enam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI; 2013.
19. Syaful SD. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Etanol Daun
48

Kemangi (Ocimum sanctum L.) Sebagai Sediaan Hand Sanitizer. 2016;


20. Astuti DP, Patihul H, Kusdi H. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan
Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Bunga Lavender (Lavandula
angustifolia Miller). J Farmaka. 2017;15(1):176–84.
21. Marriott N. Principle of Food Sanitation. 4th ed. AspenPublisher Inc.
Gaithtersbug. Maryland; 1999.
22. Arif A. Uji Mikrobiologis Beberapa Produk Krim Pemutih Yang Beredar di
Makassar. UIN Alauddin Makassar. Fakultas Ilmu Kesehata UIN Alauddin
Makasar; 2009.
23. Howard AC. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Jakarta: Universitas
Indonesia; 1989.
24. Herdiana Y. Formulasi Gel Undesilenil Fenilalanin dalam aktivitas sebagai
pencerah kulit. Karya ilmiah Fak Farm Unpad Jatinagor. 2007;
25. Voight R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta; 1955.
26. Rowe. Handbook of pharmaceutical exipients. 6th ed. London: The
Pharmaceuticall Press; 2009.
27. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. 3rd ed.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1979.
28. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. 4th ed.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1995.
29. Kumesan YAN, Yamlean PVY, Supriati HS, Studi P, Unsrat F. Formulasi
dan Uji Aktivitas Gel Antijerawat Ekstrak Ubi Bakung ( Crinum Asiaticum
L .) Terhadap Bakteri Sstaphyloco ccus AureusSecara In Vitro.
2013;2(2):18–27.
30. Nur Saadah Daud M. Optimasi Formula Lotio Tabir Surya Ekstrak Kulit
Buah Naga Super Merah L (Hylocereus costaricensis). 2018;15(1):26–37.
31. Lengkoan BF, Yamlean PVY, Yudistira A. Formulasi dan Uji Efektifitas
Sediaan Gel Ekstrak Pacar Air( Impatiens balsamina L . ) Sebagai
Antiseptik Tangan. 2017;6(4):218–27.
32. Aureus FSMADC (Syzygium aromaticum (L. . M& LMPSAT dan
UDHTBS. No TitleFormulasi Sediaan Minyak Atsiri Daun Cengkeh
(Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M.Perry) Sebagai Antiseptik Tangan
dan Uji Daya Hambat Terhadap Bbakteri Staphylococcus aureus.
2018;15(2):218–30.
33. Kristianingsih I, Nurmalia U, Pratama NS, Kustiani NR. Gel Hand
Sanitizer Of Celery Leaves Apium graveolens Linn. As Antibacterial.
13(1).
34. Manus N, Yamlean PVY, Kojong NS. Formulasi Sediaan Minyak Atsiri
Daun Sereh (Cymbopogon citratus) Sebagai Anitiseptik Tangan.
2016;5(3):1–5.
35. Rahayu T, Fudholi A, Fitria A. Optimasi Formulasi Gel Ekstrak Daun
Tembakau (Nicotiana tabacum) Dengan Variasi Kadar Karbopol940 dan
TEA Menggunakan Metode Simplex Lattice Design (SLD). 2016;
36. Lingkungan JB, Dasopang ES, Simutuah A. Formulasi Sediaan Gel
Antiseptik Tangan dan Uju Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol Daun
Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.). 2016;3(1):81–91.
49

37. Pembuatan U, Sanitizer H. Pengaruh Waktu Ekstraksi Daun Binahong


(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Kemampuan Daya
Hambat Bakteri Escherichia coli Untuk Pembuatan Hand Sanitizer.
2018;7(1):1–10.
38. Rinela A, Rini S, Wijayati N. Hand Sanitizer Ekstrak Kulit Nanas Sebagai
Antibakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. 2017;6(1).
39. Wasiaturrahmah Y, Jannah R. Formulasi dan Uji Sifat Fisik Gel Hand
Sanitizer dari Ekstrak Daun Salam(Syzygium polyanthum). 2018;2(2):87–
94.
40. Aini N, Meiliawati A, Pramanti N, Amalia LZ, Fairuz GA, Puspito RI, et al.
Handsanitizer Erekstrak Daun Trembesi (Albizia saman (Jacq.) Merr)
Aroma Anggur Sebagai Antiseptik. 2018;7(1):359–65.
50

Lampiran 1 Lembar Bimbingan Skripsi


51

Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi


52

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Laboratorium Semi Solid


53

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Laboratorium Mikrobiologi


54

Lampiran 5 Surat Balasan Identifikasi Tumbuhan


55

Lampiran 6 Hasil Skrining Fitokimia


56

Lampiran 7 Surat Balasan Uji Mikrobiologi


57

Lampiran 8 SNI
58

Lampiran 9 Bagan Pembuatan Ekstrak Akar Pepaya

3 kg akar Pepaya

- Dicuci dan ditiriskan

- Potong kecil-kecil lalu keringkan

- Setelah kering dihaluskan dengan blender


simplisia halus akar
pepaya

Ditambahkan etanol 70%


Perkolasi

Hail dari perkolasi

Dimasukan ke dalam alat


perkolator

Dibiarkan selama 24 jam

Perkolat

Dirotary evaporator

Ekstrak kental akar pepaya


(Carica papaya L)
59

Lampiran 10 Bagan Pembuatan Sediaan Gel Antiseptik Tangan

NaCMC Nipagin dan


Nipasol

- Kembangkan dengan aquadest - dilarutkan


dalam lumpang gerus
homogen

Massa 1 Massa 2

- Di campurkan ke massa 2

Basis Gel Antiseptik


Tangan

- Ditambahkan ekstrak akar pepaya


yang sudah di larutkan dengan gliserin

Gel Handsanitizer akar pepaya


(Carica papaya L)

Uji Stabilitas Fisik Sediaan

- Organoleptis
- pH
- Viskositas
- Daya Sebar
- Angka Lempeng Total
60

Lampiran 11 Cara pembuatan Formulasi sediaan Handsanitizer Akar Pepaya


(Carica papaya L)

1. Perhitungan Ekstrak Pepaya

5
Formula 1 : X 100g = 5g
100

10
Foemula 2 : X 100g = 10g
100

15
Formula 3 : X 100g = 15g
100

25
Foemula 4 : X 100g = 25g
100

2. Perhitungan Bahan Tambahan

3
NaCMC : X 100g X 4 =12g Untuk Formula 1-4
100

2
TEA : X 100g X 4 = 8g
100

15
Gliserin : X 100g X 4 = 60g
100

0,1
Nipagin : X 100g X 3 = 0,3g Untuk Formula 1-3
100

0,1
Nipasol : X 100g x 3 = 0,3g
100

Aquadest=400ml-(55+12+8+60+0,3+0,3)

= 400ml-135,6ml=264,4ml
61

Lampiran 12 Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol Akar Pepaya (Carica


papaya L)

Perhitungan rendemen = Bobot Ekstrak X 100%


Bobot Serbuk
= 60 gram X 100%
350 gram
= 17.14%
62

Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan dalam Pembuatan Sediaan


Hadsanitizer ekstak Etanol Akar Pepaya (Carica papaya L)

a. Pembuatan Ekstrak Akar Pepaya (Carica papaya L)

Simplisia Basah Simplisia Kering

Simplisia Halus Proses Perkolasi


63

Rotary Evaporator Ekstra Akar Pepaya


(Carica papaya L)

b. Pembuatan Gel Handsanitizer Ekstrak Akar Pepaya (Carica papaya L)

Bahan Pembuatan Gel Gel Handsanitizer


64

Lampiran 14 Hasil Formulasi dan Uji Sediaan Gel Handsanitizer Ekstrak


Akar Pepaya (Carica papaya L)

a. Hasil formula gel handsanitizer ekstrak etanol akar pepaaya (Carica papaya L)
dan Detol Handsanitizer

b. Hasil Uji pH sediaan konsentrasi 5%,10%,15%,25%,Blanko dan Detol


65

c. Hasil Uji daya sebar


66

d. Hasil Uji Viskositas


67

e. Uji angka lempeng total

a. Alat dan Bahan Uji Lempeng Total


68

b. Hasi Uji Angka Lempeng Total

Jumlah Koloni Sebelum di Berikan Sediaan Gel


69

Jumlah Koloni Sesudah di Berikan Sediaan Gel

Anda mungkin juga menyukai