Anda di halaman 1dari 101

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGELOLAAN OBAT NARKOTIKA DAN


PSIKOTROPIKA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat


Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
FARIDA ELYYANI
20120350003

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGELOLAAN OBAT NARKOTIKA DAN


PSIKOTROPIKA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat


Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
FARIDA ELYYANI
20120350003

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN PENGELOLAAN OBAT NARKOTIKA DAN


PSIKOTROPIKA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

Disusun oleh
FARIDA ELYYANI
20120350003

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 2016

Dosen Pembimbing

M.Thesa Ghozali, M. Sc., Apt.

NIK: 19840408201104173135

Dosen Penguji 2 Dosen Penguji 1

Pramitha Esha N.D., M.Sc., Apt. Indra Putra Taufani, M.Sc., Apt

NIK: 19860811201504173239 NIK: `1983012220104173238

Mengetahui,
Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sabtanti Harimurti, S. Si., Ph.D., Apt


NIK: 19730223201310173127

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda-tangan dibawah ini :

Nama : Farida Elyyani

NIM : 20120350003

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka dibagian akhir

Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 2016

Yang membuat Pernyataan

Farida Elyyani
NIM : 20120350003

ii
MOTTO

“ Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak


menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka
menyerah”

Thomas Alva Edison

“ Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil “

Mario Teguh

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya


bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari
sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya
kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

QS. Al-Insyirah,6-8

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Teruntuk orang tua ulun tercinta Mamah (Saniah) dan Abah (Taupik Riani) yang
selalu menyelipkan namaku di dalam sujud mereka. Terimakasih untuk semua
doa, pengorbanan, dukungan, kepercayaan, cinta dan kasih sayang, serta dorongan
yang tak berbatas, kupersembahkan hadiah kecil ini dengan setulus hati. Semoga
ini menjadi langkah awal untuk membuat mama dan abah bahagia.

Serta

ading tersayang (M. Hairi) teman bertengkar, teman curhat, terimakasih untuk
semangat dan kasih sayangnya maaf karena kakak belum sepenuhnya bisa
menjadi panutan yang baik.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengelolaan
Obat Narkotika dan Psikotropika di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru” ini dapat diselesaikan.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir
untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Sabtanti Harimurti, S. Si., Ph.D., Apt. selaku Kepala Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak M.Thesa Ghozali, M. Sc., Apt selaku dosen pembimbing. Terima
kasih atas bantuan dan bimbingannya sehingga penulis mampu
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Bapak Indra Putra Taufani, M.Sc., Apt selaku dosen penguji I. Terima
kasih atas bantuan dan bimbingannya sehingga penulis mampu
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Pramitha Esha N.D., M.Sc., Apt. Selaku dosen penguji II. Terima
kasih atas bantuan dan bimbingannya sehingga penulis mampu
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu Dra. Sri Kadarinah selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dukungan, semangat, nasehat, serta motivasi
6. Ibu Hj. Sri Neng Ratna. selaku kepala instalasi farmasi RSUD Banjarbaru.
Terima kasih banyak atas izin yang diberikan sehingga peneliti bisa
melakukan penelitian di RSUD Banjarbaru
7. Kedua orang tua, Mama dan Abah yang selalu memberikan motivasi,
semangat dan dukungan baik moril maupun materil.
8. Sahabat-sahabatku Annisa Sawitri, Neng Rini Ay, Irna Nurrohmah, Dwi
wahyuni dan anak-anak kos putri Kirana yang senantiasa memberikan
bantuan, semangat dan kasih sayang layaknya keluarga diperantauan.
9. Teman-teman satu DPA ( Nopril, Jihan, Anis, Indah, Tamam, Avisa dan
Hengky) dan teman-teman satu bimbingan, yang memicu untuk
terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

v
10. Teman-teman seperjuangan Farmasi 2012 (ASPARTIC) yang juga selalu
memberikan pendapat, semangat, motivasi selama dilakukannya
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
11. Pihak-pihak terkait lainnya yang juga turut serta dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini tidak serta merta hadir
tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak. Mudah-mudahan segala sesuatu
yang telah diberikan menjadi bermanfaat dan bernilai ibadah di hadapan Allah
SWT.
Penulis memahami sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangan
diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga KTI ini dapat
memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik
lagi dan semoga KTI ini bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.

Yogyakarta, Desember 2016

Penulis,

Farida Elyyani

NIM.20120350003

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................... ii

MOTTO.................................................................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

INTISARI.............................................................................................................. xii

ABSTRACT ......................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 3

C. Keaslian Penelitian ....................................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6

A. Tinjauan pustaka .......................................................................................... 6

1. Pengertian Obat ......................................................................................... 6


2. Macam-macam penggolongan obat .......................................................... 7
3. Pengelolaan Obat ...................................................................................... 9
4. Perencanaan Obat.................................................................................... 10
5. Pengadaan Obat ...................................................................................... 12

vii
6. Penyimpanan ........................................................................................... 13
7. Pendistribusian ........................................................................................ 15
8. Pemusnahan ............................................................................................ 16
9. Narkotika................................................................................................. 16
10. Psikotropika ............................................................................................ 23
11. Analisis ABC .......................................................................................... 27
12. Sejarah singkat Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru ....................... 29
13. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru .............. 29
14. Stuktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Banjarbaru Tahun 2014 .... 30
B. Kerangka konsep ........................................................................................ 30

C. Keterangan Empirik ................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 32

A. Desain Penelitian........................................................................................ 32

B. Tempat dan Waktu ..................................................................................... 32

C. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................... 32

D. Instrumen Penelitian................................................................................... 33

1. Alat .......................................................................................................... 33
2. Bahan ...................................................................................................... 33
E. Cara kerja ................................................................................................... 34

F. Skema Langkah Kerja ................................................................................ 35

G. Analisa Data ............................................................................................... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 37

1. Standar Prosedur Operasional Farmasi di RSUD Banjarbaru.................... 38

2. Gambaran sistem pengelolan obat di instalasi farmasi RSUD Banjarbaru 38

1. Perencanaan Obat.................................................................................... 40
2. Pengadaan Obat ...................................................................................... 41
3. Penyimpanan Obat .................................................................................. 43
4. Pendistribusian ........................................................................................ 47

viii
5. Pencatatan dan Pelaporan obat................................................................ 49
6. Pengawasan dan pemusnahan ................................................................. 50
3. Analisis ABC ............................................................................................. 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 55

A. Kesimpulan ................................................................................................ 55

B. Saran........................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... lvii

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kesesuaian antara peralatan Instalasi farmasi RSUD Banjarbaru


dengan standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit ............................. 39
Tabel 2. Kesesuaian antara sistem penataan obat di instalasi farmasi RSUD
Banjarbaru dengan standar SK Menkes Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 ..................................................................... 44
Tabel 3. Analisa ABC .......................................................................................... 28
Tabel 4. Pengelompokkan obat Narkotika dan Psikotropika dengan Analisis ABC
berdasarkan Nilai pemakaian periode Januari-Desember 2014 ........... 53

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Laporan psikotropika dan narkotika bulan januari 2014 RSUD


Banjarbaru ............................................................................................................. lix
Lampiran 2. Laporan psikotropika dan narkotika bulan februari 2014 RSUD
Banjarbaru .............................................................................................................. lx
Lampiran 3. Laporan psikotropika dan narkotika bulan maret 2014 RSUD
Banjarbaru ............................................................................................................. lxi
Lampiran 4. Laporan psikotropika dan narkotika bulan april 2014 RSUD
Banjarbaru ............................................................................................................ lxii
Lampiran 5. Laporan psikotropika dan narkotika bulan mei 2014 RSUD
Banjarbaru ........................................................................................................... lxiii
Lampiran 6. Laporan psikotropika dan narkotika bulan juni 2014 di RSUD
Banjarbaru ........................................................................................................... lxiv
Lampiran 7. Laporan psikotropika dan narkotika bulan juli 2014 di RSUD
Banjarbaru ............................................................................................................ lxv
Lampiran 8. Laporan psikotropika dan narkotika bulan Agustus 2014 di RSUD
Banjarbaru ........................................................................................................... lxvi
Lampiran 9. Laporan Psikotropika dan Narkotika bulan September 2014 di
RSUD Banjarbaru .............................................................................................. lxvii
Lampiran 10. Laporan psikotropika dan narkotika bulan Oktober 2014 di RSUD
Banjarbaru ......................................................................................................... lxviii
Lampiran 11. Laporan psikotropika dan Narkotika bulan November 2014 di
RSUD Banjarbaru ............................................................................................... lxix
Lampiran 12. Laporan Psikotropika dan Narkotika bulan Desember 2014 di
RSUD Banjarbaru ................................................................................................ lxx
Lampiran 13. Analisis ABC ................................. Error! Bookmark not defined.

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Struktur organisasi instalasi farmasi RSUD Banjarbaru tahun 2014...30

Gambar 2 : Kerangka konsep.................................................................................30

Gambar 3 : Skema langkah kerja...........................................................................35

Gambar 4 : Lemari narkotika dan psikotropika.....................................................46

xii
INTISARI

Pengelolaan obat adalah rangkaian kegiatan dalam manajemen obat yang


terdiri : perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan atau
pelaporan obat. Tujuan pengelolaan obat adalah agar tersedianya obat dalam
jumlah dan waktu yang tepat dan terjamin keamanan mutunya.
Penelitian ini menggunakan metode non eksperimental deskriptif untuk
mengetahui gambaran pengelolaan obat narkotika dan psikotropika meliputi
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan
pelaporan, serta pengawasan dan pemusnahan obat di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan obat narkotika dan
psikortopika di Instalasi farmasi RSUD Banjarbaru kalimantan selatan dilihat dari
beberapa aspek pengelolaan sudah baik dan sudah berdasarkan standar yang
ditetapkan. Untuk RSUD Banjarbaru kalimantan selatan agar mempertahankan
pengelolaan obat yang sudah baik dan meningkatkan yang belum sesuai dengan
standar yang berlaku.

Kata Kunci : Pengelolaan Obat, Narkotika dan psikotropika.

xiii
ABSTRACT

Drugs management is a series of activities in the management of drugs


consisting of: planning, procurement, storage, distribution, and recording or
reporting of medication. The management goal of medicine is that the availability
of drugs in quantities and the right time and security guaranteed quality.
This research is using non-experimental descriptive method to describe the
management of narcotic drugs and psychotropic substances including planning,
providing, storing, distributing to guaranteeing the service quality in the Pharmacy
Installation of Hospital Banjarbau, South Kalimantan.
The results showed that the management of narcotic drugs and
psychotropic in Pharmaceutical Installation of Hospital Banjarbaru, South
Kalimantan views of some aspects of the management is sound and has been
based on established standards. For hospitals Banjarbaru South Kalimantan in
order to maintain the management of medication that is good and increases that
have not been in accordance with the applicable standards.

Keywords: Drug Management Cycle, Narcotic and Psychotropic.

xiv
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN PENGELOLAAN OBAT NARKOTIKA DAN


PSIKOTROPIKA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

Disusun oleh
FARIDA ELYYANI
20120350003

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 2016

Dosen Pembimbing

M.Thesa Ghozali, M. Sc., Apt.

NIK: 19840408201104173135

Dosen Penguji 2 Dosen Penguji 1

Pramitha Esha N.D., M.Sc., Apt. Indra Putra Taufani, M.Sc., Apt

NIK: 19860811201504173239 NIK: `1983012220104173238

Mengetahui,
Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sabtanti Harimurti, S. Si., Ph.D., Apt


NIK: 19730223201310173127

i
INTISARI

Pengelolaan obat adalah rangkaian kegiatan dalam manajemen obat yang


terdiri : perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan atau
pelaporan obat. Tujuan pengelolaan obat adalah agar tersedianya obat dalam
jumlah dan waktu yang tepat dan terjamin keamanan mutunya.
Penelitian ini menggunakan metode non eksperimental deskriptif untuk
mengetahui gambaran pengelolaan obat narkotika dan psikotropika meliputi
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan
pelaporan, serta pengawasan dan pemusnahan obat di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan obat narkotika dan
psikortopika di Instalasi farmasi RSUD Banjarbaru kalimantan selatan dilihat dari
beberapa aspek pengelolaan sudah baik dan sudah berdasarkan standar yang
ditetapkan. Untuk RSUD Banjarbaru kalimantan selatan agar mempertahankan
pengelolaan obat yang sudah baik dan meningkatkan yang belum sesuai dengan
standar yang berlaku.

Kata Kunci : Pengelolaan Obat, Narkotika dan psikotropika.

xiii
ABSTRACT

Drugs management is a series of activities in the management of drugs


consisting of: planning, procurement, storage, distribution, and recording or
reporting of medication. The management goal of medicine is that the availability
of drugs in quantities and the right time and security guaranteed quality.
This research is using non-experimental descriptive method to describe the
management of narcotic drugs and psychotropic substances including planning,
providing, storing, distributing to guaranteeing the service quality in the Pharmacy
Installation of Hospital Banjarbau, South Kalimantan.
The results showed that the management of narcotic drugs and
psychotropic in Pharmaceutical Installation of Hospital Banjarbaru, South
Kalimantan views of some aspects of the management is sound and has been
based on established standards. For hospitals Banjarbaru South Kalimantan in
order to maintain the management of medication that is good and increases that
have not been in accordance with the applicable standards.

Keywords: Drug Management Cycle, Narcotic and Psychotropic.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu peranan penting dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat menurut Undang-Undang

Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit. Tujuan pelayanan farmasi di rumah

sakit adalah melangsungkan pelayanan yang optimal, melaksanakan KIE (

Komunikasi, Informasi, Edukasi).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dipimpin oleh apoteker yang

bertanggung jawab dalam pengadaan, penyimpanan, distribusi obat serta memberi

informasi dan menjamin kualitas pelayanan di rumah sakit yang terkait dengan

penggunaan obat. Instalasi farmasi dirumah sakit sangat penting karena semua

instalasi dirumah sakit berkoordinasi dengan instalasi farmasi guna menyediakan

kebutuhan obat dan alat kesehatan (Defriyanto, 2014).

Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut Undang-Undang

RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 88 dan 104 harus aman,

bermanfaat, bermutu dan terjangkau bagi seluruh masyarakat serta pengamanan

sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi seluruh

masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan

alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Di rumah

sakit pengelolaan obat dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(Wahyuni, 2007).

1
2

Pengelolaan obat yang baik terlebih khusus yaitu pengelolaan jenis obat

yang bersifat sebagai psikoaktif seperti pada obat – obat golongan narkotika dan

psikotropika. Narkotika dan Psikotropika dapat merugikan apabila disalahgunakan

atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat, jika digunakan

secara tidak rasional salah satu efek samping dari pemakaian obat ini yaitu di

mana seseorang dapat mengalami ketergantungan berat terhadap obat dan dapat

menyebabkan fungsi vital organ tubuh bekerja secara tidak normal seperti

jantung, peredaran darah, pernafasan, dan terutama pada kerja otak (susunan saraf

pusat). Oleh karena itu pengelolaan obat psikotropika sangat memerlukan

penanganan dan perhatian lebih.

Pada abad ke-20 perhatian khusus internasional terhadap masalah narkotika

semakin meningkat salah satu dapat dilihat melalui Single Convention on Narkotic

Drugs pada tahun 1961. Dari laporan perkembangan situasi narkoba dunia tahun

2014, diketahui angka estimasi pengguna narkoba di tahun 2012 adalah antara 162

juta hingga 324 juta orang atau sekitar 3,5%-7%. Menurut BNN (2014)

diperkirakan jumlah penyalahgunan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan zat

adiktif lainnya) sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang atau sekitar 2,10% sampai

2,25% dari total seluruh penduduk Indonesia yang berisiko terpapar NAPZA di

tahun 2014.

Jumlah penyalahguna NAPZA di Indonesia kini kian meningkat dari tahun

ketahun, Pada tahun 2011, jumlah penyalahguna NAPZA di Indonesia berjumlah

4.071.016 jiwa, kemudian meningkat pada tahun 2012 menjadi 4.323.366 jiwa,

diikuti oleh kenaikan kembali pada tahun 2013 sebanyak 4.583.690 jiwa, tahun
3

2014 sejumlah 4.851.486 jiwa, tahun 2015 menjadi 5.126.913 jiwa bahkan

tercatat pada 2015 sebanyak 5,9 juta orang pemakai NAPZA (BNN,11/1/2016).

Masalah ini penting mengingat bahwa obat-obat narkotikadan psikotropika adalah

zat atau bahan yang dapat merusak fisik serta mental yang bersangkutan, apabila

dipergunakan tanpa resep dokter (Adi, 2009).

Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan mewujudkan masyarakat

indonesia yang adil, makmur sejahtera, tertib dan damai berdasarkan pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat

sejahtera adalah pembangunan kesehatan yang berupa usaha-usaha dibidang

pengobatan dan pelayanan termasuk ketersediaan narkotika dan psikotropika,

pencegahan penyalahgunaan serta pemberantasan peredaran gelap, disamping

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (Adi, 2009).

Sebagaimana dalam ayat Al-Quran surah Al-Isra’ 26-27:

Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudaranya

setan dan sesungguhnya setan itu sangat ingkar kepada tuhannya.” (QS Al Isra :

26-27)

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mendapatkan gambaran

pengelolaan obat narkotika dan psikotropika di instalasi farmasi Rumah Sakit

Umum Daerah Banjarbaru Kalimantan Selatan.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran pengelolaan obat narkotika dan psikotropika di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru?


4

2. Bagaimana evaluasi pengelolaan obat narkotika dan psikotropika

berdasarkan PERMENKES No 3 Tahun 2015 tentang Peredaran,

Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan

Prekursor Farmasi dan Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan di Daerah Kepulauan?

C. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian lain dengan tema pengelolaan obat yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rizqi Firdauz Zandy pada tahun 2010,

berjudul “Analisis Pengelolaan Obat Tahap Perencanaan dan Pengadaan di

Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2008” dengan menggunakan

metode non eksperimental bersifat deskriptif-evaluatif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yogi Defriyanto pada tahun 2014, berjudul

“Gambaran Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika di Instalasi

farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi dan Putra Specialist

Hospital Melaka Tahun 2014” dengan menggunakan metode deskriptif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Yulistiani Dumbi pada tahun 2014,

berjudul “Studi Perencanaan dan Penyimpanan Obat di instalasi Farmasi

Rumah Sakit Umum Daerah Pohuwato”

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti adalah sampel penelitian, tempat penelitian, dan waktu

penelitian serta seluruh sistem pengelolaan obat narkotika dan psikotropika

tanpa menjelaskan pengelolaan obat lain.


5

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan obat Narkotika dan Psikotropika

di instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru.

2. Untuk mengetahui kesesuaian pengelolaan obat narkotika dan psikotropika

di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru berdasarkan

PERMENKES No.3 Tahun 2015 dan Pedoman Pengelolaan Obat Publik

dan Perbekalan Kesehatan di Daerah Kepulauan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti agar meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang lebih

dalam tentang pengelolaan obat narkotika dan psikotropika di instalasi

farmasi rumah sakit.

2. Bagi instalasi farmasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjad masukan

positif bagi instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru dalam

meningkatkan manajemen pengelolaan obat narkotika dan psikotropika.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan pustaka

Menurut Drs. H. A. Syamsuni, Apt., dalam buku Ilmu Resep tahun 2007,

obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk seluruh makhluk

hidup guna menentukan diagnosis, mencegah mengurangi, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit dan gejala penyakit.

1. Pengertian Obat

a. Obat jadi, yaitu obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk

serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria, cairan, salep atau bentuk lainnya

yang mempunyai teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku

resmi lain yang ditetapkan pemerintah.

b. Obat paten, yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama

si pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari

pabrik yang memproduksinya.

c. Obat baru, yaitu obat yang terdiri atas atau berisi zat yang berkhasiat

ataupun tidak berhkasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, pembantu

atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat

dan kegunaannya.

d. Obat asli, yaitu obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alami

Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan

dalam pengobatan tradisional.

6
7

e. Obat tradisional, yaitu obat yang didapat dari bahan alam (mineral,

tumbuhan, dan hewan), terolah secarasederhana atas dasar pengalaman

dan digunakan dalam pengobatan tradisional.

f. Obat esensial, yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan

kesehatan masyarakat terbanyak dan tercantum dalam daftar obat

esensial (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik

Indonesia.

g. Obat generik, yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam.

Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.

2. Macam-macam penggolongan obat

a. Menurut kegunaan yaitu, untuk menyembuhkan, mencegah dan

mendiagnosis.

b. Menurut cara penggunaan yaitu, Pemakaian dalam (etiket putih) dan

Pemakaian luar (etiket biru).

c. Menurut bentuk sediaan :

1) Bentuk padat, contoh : serbuk, pil, tablet, pil, kapsul, suppositoria.

2) Bentuk setengah padat, contoh : salep/unguentum, krim, pasta,

cerata, gel/jelly, salep mata.

3) Bentuk cair/ larutan, contoh : potio, sirup, eliksir, tetes mata,

gargarisma, injeksi, infus,intravena, lotio, dan mixturae.

4) Bentuk gas, contoh : inhalasi/spray/aerosol.

Menurut PerMenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 penggolongan obat

terdiri dari :
8

a. Obat Bebas

Obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter.

Contoh : Minyak Kayu Putih, Obat Batuk Hitam. Berdasarkan SK Menkes RI

Nomor 2380/A/SK/VI/1983. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran

bulat berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam.

b. Obat Bebas Terbatas

Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI, pengertian obat bebas

terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakaiannya tanpa

resep dokter. Tanda peringatan untuk obat bebas terbatas.

c. Obat Keras

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras daftar G adalah

“Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan

huruf K yang menyentuh garis tepi”.


9

d. Golongan Narkotika

Berdasarkan UU RI No.22 Th 1997, pengertian Narkotika adalah zat

atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis

maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan. Penandaan narkotika berdasarkan

peraturan yang terdapat dalam Ordonansi Obat Bius yaitu “Palang Medali

Merah”.

e. Golongan Psikotropika

Berdasarkan UU RI No.5 Th 1997, pengertian Psikotropika adalah

zat/bahan baku atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Penandaan

psikotropika “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna

hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi”.

3. Pengelolaan Obat

Tujuan utama pengelolaan obat di rumah sakit agar obat yang diperlukan

selalu tersedia dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan

terjamin keamanan mutunya (Dinkes Jateng, 2006).


10

Pengelolaan obat adalah rangkaian kegiatan dalam manajemen obat yang

terdiri : perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pencatatan

atau pelaporan obat (Azis dkk., 2005). Dalam buku Pedoman Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan, seleksi obat digabung kedalam tahap

perencanaan obat (Depkes RI, 2002). Prinsip dari pengelolaan obat adalah agar

setiap tahap kegiatan dapat berjalan dengan sinkron dan saling mengisi

(PerMenkes RI Nomor 5 tahun 2014 pasal 3).

4. Perencanaan Obat

Perencanaan merupakan kegiatan guna menentukan jumlah dan waktu

pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sesuai dengan hasil kegiatan

pemilihan, sehingga terjamin kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan

efisien (Subagya, 1994).

Perencanaan meliputi kegiatan yang dilakukan untuk menentukan jenis obat

dan jumlah yang diperlukan dalam periode yang akan datang. Perencanaan

merupakan tahapan awal pada sistem pengelolaan obat (Quick dkk, 1997).

Metode perencanaan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan metode, antara lain

a. Metode Konsumsi

Berdasarkan dari analisis konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal yang perlu

diperhatikan untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan

metode konsumsi, yaitu :

1) Pengumpulan dan pengolahan data

2) Analisis data untuk informasi dan evaluasi

3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat


11

4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

b. Metode Morbiditas

Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola

penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan lead time. Langkah-langkah

dalam metode ini adalah :

1) Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.

2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit.

3) Menyediakan standar/pedoman pengobatan yang digunakan.

4) Menghitung perkiraan kebutuhan obat.

5) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

Tujuan dari perencanaan obat yaitu untuk mendapatkan jenis dan jumlah

obat yang sesuai kebutuhan, sehingga obat tersedia pada saat dibutuhkan

(Khasanah, 2007). Perencanaan obat sangat berpengaruh terhadap persediaan

obat, perencanaan kebutuhan obat yang tidak tepat akan menyebabkan kelebihan

persediaan obat maupun kekurangan obat.

Tahap perencanaan obat dilaksanakan untuk menjamin pelasanaan

perencanaan obat yang baik. Kegiatan yang dilakukan yaitu :

a. Tahap Pemilihan Obat

Seleksi berfungsi guna menentukan obat yang benar-benar sangat diperlukan

(Dinkes jateng, 2006).

1) Menentukan jenis obat yang akan dibeli.

2) Obat memiliki manfaat terapi yang lebih besar daripada resiko efek

sampingnya.
12

3) Obat merupakan yang terbaik dan memiliki manfaat optimal dan resiko

minimal.

b. Tahap Kompilasi Obat

Kompilasi bertujuan untuk mengetahui pemakaian perbulan pada masing-

masing jenis obat selama setahun sebagai data pembanding bagi stok optimum.

Informasi yang diperoleh adalah :

1) Jumlah pemakaian tiap obat pada masing – masing unit pelayanan

kesehatan.

2) Persentase (%) pemakaian tiap obat terhadap total pemakaian setahun.

3) Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat pada tingkat kabupaten/ kota.

c. Tahap Perhitungan kebutuhan Obat

Masalah kekosongan atau kelebihan obat dapat terjadi, diharapkan obat yang

direncanakan tepat jenis, tepat jumlah, serta tepat waktu (Dinkes Jateng,

2006)

5. Pengadaan Obat

Tahap berikutnya pada pengelolaan obat adalah tahap pengadaan obat yaitu

suatu kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan jumlah dan

jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif

merupakan suatu proses untuk membuat suatu keputusan tentang obat-obatan

yang akan diadakan, baik jumlah maupun sumbernya (Kepmenkes, 2011).

Kriteria umum yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan adalah (Siregar, 2004):


13

a. Telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku untuk melakukan produksi

dan penjualan (telah terdaftar). Telah diakreditasi sesuai dengan persyaratan

CPOB dan ISO 9000. Mempunyai reputasi baik, artinya tidak pernah :

1) Melakukan hal-hal yang melanggar hukum.

2) Menghasilkan/menjual produk obat yang tidak memenuhi syarat.

3) Mempunyai sediaan obat yang ditarik dari peredaran karena mutu yang

rendah.

6. Penyimpanan

Barang yang telah diterima diverifikasi dengan menggunakan “checlist”

yang sudah disiapkan untuk setiap jenis produk yang berisi antara lain

(KepMenkes, 2011) : Kebenaran identitas produk, Kebenaran jumlah kemasan,

Kebenaran jenis produk yang diterima, Kebenaran kondisi kemasan seperti yang

disyaratkan, Kebenaran jumlah satuan dalam tiap kemasan, Tidak terlihat tanda-

tanda kerusakan, Penerapan penandaan yang jelas pada label, bungkus dan brosur.

Tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi produk, Jangka waktu

kadaluarsa yang memadai.

Tahap berikutnya adalah penyimpanan obat, penyimpanan obat menurut

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004), merupakan kegiatan

pengamanan obat agar obat yang diterima aman, dan terjamin mutunya serta

terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia. Konsep penyimpanan dilakukan

dengan mengelola barang yang ada dalam persediaan agar terjamin

ketersediaannya bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Tujuan penyimpanan yaitu,

menjaga atau memelihara mutu obat, menjaga kelangsungan persediaan,


14

menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, mudahkan dalam

pencarian dan pengawasan.

Menurut SK Menkes No 1197/Menkes/SK/X/2004, penyimpanan

merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi, dibedakan menjadi 4 yaitu,

bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, mudah tidaknya

meledak/terbakar, tahan atau tidaknya terhadap cahaya.Berdasarkan persyaratan di

atas, ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi, temperatur

sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan

keamanan petugas (SK Menkes No 1197/Menkes/SK/X/2004).

a. Persyaratan gudang Narkotika dan Psikotropika :

1) Cukup luas untuk menyimpan seluruh obat.

2) Ruang kering dan tidak lembab.

3) Ada ventilasi untuk menyalukan udara.

4) Cahaya cukup dan terhindar dari cahaya matahari langsung.

5) Lantai diharuskan terbuat dari semen, keramik,atau papan agar terhindar

dari debu yang menumpuk.

6) Gudang digunakan untuk menyimpan obat.

7) Pintu harus dilengkapi dengan kunci ganda.

8) Mempunyai lemari khusus untuk psikotropika dan narkotik yang selalu

dikunci dan keamanannya terjamin.

9) Harus ada pengukur suhu dan hygrometer ruangan.

b. Kondisi penyimpanan.
15

Pengaturan penyimpanan obat dan persediaan menurut SK Menkes No

1197/Menkes/SK/X/2004 adalah sebagai berikut:

1) Simpan obat-obatan yang mempunyai kesamaan cara pemberian atau

bentuk sediaan dalam rak yang sama.

2) Simpan obat secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.

3) Simpan obat dengan menggunakan prosedur FEFO (First Expired First

Out) atau FIFO (First In First Out).

Sistem FEFO adalah Obat dengan tanggal kadaluarsa yang lebih pendek

ditempatkan di depan obat dengan kadaluarsa yang lebih lama. Bila obat

mempunyai tanggal kadaluarsa sama, tempatkan obat yang baru diterima di

belakang obat yang sudah ada. Sistem FIFO adalah Barang yang baru diterima

ditempatkan di belakang barang yang sudah ada sehingga barang yang pertama

masuk akan dikeluarkan terlebih dahulu. Sistem seperti ini tidak bisa digunakan

untuk barang farmasi/obat-obatan yang memiliki tanggal kadaluarsa/expired date

sebab harus memperhatikan tanggal kadaluarsa, masa kadaluarsa yang lebih cepat

harus dikeluarkan terlebih dahulu. Buang obat yang kadaluarsa dan rusak dengan

dibuat catatan pemusnahan obat, termasuk tanggal, jam, saksi, dan cara

pemusnahan.

7. Pendistribusian

Pendistribusian obat merupakan kegiatan dari penghantaran sediaan obat

yang telah didispensing instalasi sampai ketempat perawatan pasien dengan

keamanan dan ketepatan obat, ketepatan penderita, ketepatan jadwal, tanggal,

serta keutuhan mutu obat (Febriawati, 2013). Sistem distribusi yang baik harus:
16

a. Mempertahankan mutu sediaan farmasi.

b. Mengurangi/Meminimalkan kehilangan, kerusakan dan kadaluarsa.

c. Ketelitian pencatatan.

d. Menjamin keserasian penyaluran/penyaluran obat.

e. Menggunakan sistem informasi manajemen.

f. Menggunakan metode distribusi yang efisien, dengan memperhatikan

peraturan dan ketentuan yang berlaku.

8. Pemusnahan

Sediaan farmasi yang sudah tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan

sesuai dengan perundangan yang berlaku harus dimusnahkan dan sesuai dengan

ketentuan yang tercantum dalam peraturan perundangan yang berlaku. PerMenkes

RI Nomor 3 tahun 2015 menyebutkan hendaknya Prosedur pemusnahan tidak

mencemari lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan masyarakat.

9. Narkotika

a. Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang RI No.3 tahun 2015 adalah zat

atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis

maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan

1) Peredaran gelap narkotika adalah setiap kegiatan atau serangkaian

yang dilakukan secara tanpa hak dan melawan hukum yang

ditetapkan sebagai tindak pidana narkotika.


17

2) Pecandu adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika, baik

secara fisik maupun psikis.

3) Ketergantungan narkotika adalah gejala dorongan untuk

menggunakan narkotika secara terus menerus, toleransi dan gejala

putus narkotika apabila penggunaan dihentikan.

4) Penyalahgunaan adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa

sepengetahuan dan pengawasan dokter

5) Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecadu dari ketergantungan narkotika.

b. Pengaturan

Pengaturan narkotika bertujuan untuk:

1) Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan

kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan.

2) Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika.

3) Memberantas peredaran gelap narkotik.

4) Narkotika hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan

pelayananan kesehatan.

5) Narkotika golongan I hanya dapat digunakan untuk kepentingan

pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk

kepentingan lainnya.
18

b. Penggolongan

1) Golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai

potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :

Kokain, Heroin, Tiofentanil.

2) Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Fentanil,

Morfin, opium, petidin.

3) Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengembangan ilmu

penngetahuan serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: Dihidrokodein, kodein, etilmorfina.

c. Contoh obat narkotika

No Golongan I Golongan II Golongan III

1 Heroin Alfametadol Kodeina

2 Kokaina Benzetidin Etilmorfina

3 Desmorfina Difenoksilat Propiram

4 Asetorfina Morfina Nikokodina

5 Ketobemidona Fentanil Buprenorfina


19

d. Penyimpanan

Penyimpanan psikotropika dan narkotika menurut PerMenkes

No.28/Menkes/per/1987 menyebutkan bahwa apotek harus memiliki

tempat khusus untuk menyimpan narkotika yang memenuhi syarat :

1) Tempat penyimpanan psikotropika dan narkotika dilarang untuk

menyimpan barang selain psikotropika dan narkotika.

2) Tempat penyimpanan psikotropika dan narkotika dapat berupa

gudang khusus atau lemari khusus.

3) Gudang khusus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Dinding terbuat dari tembok dan hanya mempunyai satu pintu

dengan dua buah kunci yang kuat dengan merk yang

berlawanan.

b) Langit-langit dan jendela harus dilengkapi dengan jerusi besi.

c) Dilengkapi dengan lemari besi yang beratnya tidak kurang dari

150 mg serta harus mempunyai kunci yang kuat.

4) Lemari khusus harus memenuhi persyaratan berikut :

a) Harus terbuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

b) tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang

berbeda.

c) Dibagi 2 masing-masing dengan kuci yang berlainan, bagian 1

digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, garam-garamnya

serta persediaan narkotika, bagian 2 digunakan untuk

menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari.


20

d) Lemari khusus harus berupa lemari dengan ukuran lebih kurang

40x80x100cm3, lemari tersebut harus menempel pada tembok

atau lantai.

e) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang

bertanggung jawab atas obat Narkotika dan Psikotropika.

f) Lemari khusus harus diletakkan ditempat aman dan tidak

diketahui oleh umum.

e. Pelaporan

1) Importir, eksportir, pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit,

puskesmas, BP, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat,

menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala, pemasukan dan / atau

pengeluaran narkotika.

2) Laporan dibuat secara rutin 1 bulan sekali oleh pabrik, PBF, apotek dan

rumah sakit yang dikirimkan/ ditujukan kepada Kepala Suku Dinas

Kesehatan Kotamadya/Kabupaten / Dati II dengan tembusan kepada

Kepada BPOM setempat, kepala dinas kesehatan tingkat provinsi dan

untuk arsip.

f. Peredaran

1) Peredaran adalah setiap serangkaian kegiatan penyaluran atau

penyerahan narkotika baik dalam rangka peradangan, bukan

perdagangan, maupun pemindahtanganan untuk kepentingan

pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.


21

2) Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah

terdaftar pada Departemen Kesehatan (Badan POM).

3) Narkotika Golongan II dan III yang berupa bahan baku baik alamiah

maupun sintesis dapat diedarkan oleh pihak yang berhak tanpa wajib

daftar.

g. Penyaluran

Importir, eksportir, pabrik obat, pedagang besar farmasi , dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah harus memiliki izin khusus

penyaluran narkotika. Importir hanya dapat menyalurkan narkotika

kepada pabrik obat tertentu atau PBF tertentu.

1) Pabrik obat tertentu hanya dapat menyalurkan narkotika kepada

eksportir, PBF tertentu, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi

pemerintah tertentu, rumah sakit dan lembaga ilmu pengetahuan

tertentu.

2) Pedagang besar farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan narkotika

kepada pedang besar farmasi tertentu lainnya, apotek, sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu, rumah sakit,

lembaga ilmu pengetahuan tertentu dan eksportir.

3) Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya

dapat menyalurkan narkotika kepada rumah sakit pemerintah,

puskesmas dan balai pengobatan pemerintah tertentu.

4) Narkotika golongan I hanya dapat disalurkan kepada pabrik obat

tertentu dan / atau pedagang besar farmasi tertentu kepada lembaga


22

ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan.

h. Penyerahan

1) Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah

sakit, puskesmas, balai pengobatan dan dokter.

2) Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada apotek lainnya,

rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien.

3) Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu dierahkan

dokter hanya dapat diperoleh diapotek.

4) Apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan hanya dapat

menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.

Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan dalam hal Menjalankan

praktek dokter dan memberikan suntikan, menolong orang sakit

dalam keadaan dalam keadaan darurat melalui suntikan, dan

menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada apotek.

i. Pemusnahan

Menurut PERMENKES No.3 tahun 2015, Pemusnahan narkotika

dilakukan apabila :

1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku

atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi.

2) Kadaluarsa

3) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan

atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.


23

4) Berkaitan dengan tindak pidana.

Pemusnahan narkotika dilaksanakan oleh orang atau badan yang

bertanggung–jawab atas produksi dan peredaran narkotika yang

disaksikan oleh pejabat yang berwenang dan membuat berita acara

pemusnahan yang memuat antara lain :

a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun.

b. Nama pemegang izin khusus (APA/ Dokter).

c. Nama saksi (1 orang dari pemerintah dan 1 orang dari badan/instansi

yang bersangkutan).

d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

e. Cara pemusnahan.

f. Tanda tangan penanggung jawab apotik/pemegang izin

khusus/dokter pemilik narkotika dan saksi-saksi.

10. Psikotropika

a. Pengertian psikotropika

Psikotropika menurut Undang-Undang RI No.5 tahun 1997 adalah

zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat

yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.


24

b. Pengaturan

Tujuan pengaturan psikotropika adalah menjamin ketersediaan

psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu

pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan

memberantas peredara gelap psikotropika. Psikotropika hanya dapat

digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatandan/ atau ilmu

pengetahuan, adapun psikotropika Golongan I hanya dapat digunakan

untuk tujuan ilmu pengetahuan.

c. Penggolongan

Penggolongan psikotropika diatur dalam UU RI No.5 Th 1997,

psikotropika dibagi menjadi 4 golongan :

1) Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan.Contoh : Ekstasi.

2) Golongan II adalah psikotropika yang berkhasian pengobatan dan

dapat digunakan dalam terapi dan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contoh : Amfetamin, Fenmetrazin, Sekobarbital, Metakualon.

3) Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma


25

ketergaantungan psikotropika. Contoh : Pentobarbital, Siklobarbital,

Flunitrazepam.

4) Golongan IV adalah berkhasiat pengobatan sangat luas digunakan

dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contoh : Diazepam, Fenobarbital, Flurazepam, Klordiazepoksida,

Nitrazepam, Triazolm.

d. Contoh obat psikotropika

NO Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV

1 Brolamfetalina Amfetamina Amobarbital Alprazolam

2 Mekatinona Desamfetamina Bufrenofrina Diazepam

3 Rolisiklidina Metakualon Flunitrazepam Allobarbital

4 Tenamfetamina Sekobarbital Siklobarbital Klobazam

5 Etriptamina Zipepprol Pentobarbital Midazolam

e. Peredaran

Peredaran psikotropika terdiri dari penyaluran dan penyerahan.

Psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah terdaftar di

Badan POM.

1) Penyaluran hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat, PBF dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah (SPSFP).


26

2) PBF hanya dapat menyalurkan psikotropika kepada PBF lain,

apotek, SPSFP, rumah sakit, lembaga penelitian dan / atau lembaga

pendidikan.

3) SPSFP hanya dapat menyalurkan psikotropika kepada rumah sakit

pemerintah, puskesmas, BP pemerintah.

4) Psikotropika Golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabriks obat

dan PBF kepada lembaga penelitian dan/ atau lembaga pendidikan

guna kepentingan ilmu pengetahuan.

5) Psikotropika yang dapat digunakan untuk ilmu pengetahun hanya

dapat disalurkan oleh pabrik obat dan PBF kepada lembaga

penelitian dan/ atau lembaga pendidikan atau diimpor langsung oleh

lembaga penelitian daan/ atau lembaga pendidikan.

f. Penyerahan

1) Penyerahan psikotropika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah

sakit, puskesmas, Balai Pengobatan dan dokter.

2) Apotek hanya dapat menyerahkan psikotropika kepada apotek lainnya,

rumah sakit, puskesmas, dokter, pengguna/pasien.

3) Apotek, rumah sakit, BP dan puskesmas menyerahkan psikotropika

berdasarkan resep dokter.

4) Dokter menyerahkan psikotropika dalam hal menjalankan praktek

terapi dan diberikan melalui suntikan, menolong orang sakit dalam

keadaan darurat, menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada


27

apotek, dan psikotropika yang diserahkan dokter hanya dapat

diperoleh dari apotek.

g. Pemusnahan

Pemusnahan psikotropika dilaksanakan oleh oranng atau badan yang

bertanggung jawab atas produksi dan peredaran psikotropika yang

disaksikan oleh pejabat yang berwenang dan membuat Berita Acara

Pemusnahan yang memuat, antara lain:

1) Hari, tanggal, bulan, dan tahun.

2) Nama pemegang izin khusus (APA / Dokter).

3) Nama saksi (1 orang dari pemerintah dan 1 orang dari badan/instansi

yang bersangkutan).

4) Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan.

5) Cara pemusnahan.

6) Tanda tangan penanggung jawab apotik/pemegang izin

khusus/dokter pemilik psikotropika dan saksi-saksi.

11. Analisis ABC

Analisis ABC atau analisis pareto adalah salah satu metode yang digunakan

dalam manajemen logistik untuk membagi kelompok barang menjadi 3 yaitu A,

B, dan C. Analisis ABC ini menekankan kepada persediaan yang mempunyai nilai

penggunaan yang relatif tinggi atau mahal, data pemakaian obat dikelompokkan

berdasarkan jumlah pemakaian.

Cara Perhitungan analisis ABC adalah sebagai berikut:


28

1. Hitung jumlah dana yang dibutukan untuk masing-masing obat dengan cara

mengalikan jumlah obat dengan harga obat.

2. Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.

3. Hitung presentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.

4. Hitung kumulasi persennya.

5. Perbekalan farmasi kategori A termasuk dalam kumulasi 75%.

6. Perbekalan farmasi kategori B termasuk dalam kumulas 76-90%.

7. Perbekalan farmasi kategori C termasuk dalam kumulasi 90-100%

(DepKes RI, 2008)

Tabel 1. Analisa ABC


Kelompok Jumlah item Jumlah nilai
A 20 % 80 %
B 30 % 15 %
C 50 % 5%
Jumlah 100 % 100 %

1. Kelompok A merupakan barang dengan jumlah item sekitar 20% tapi

mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari nilai investasi total.

2. Kelompok B merupakan barang dengan jumlah item sekitar 30% tapi

mempunyai nilai investasi sekitar 15 % dari nilai investasi total.

3. Kelompok C merupakan barang dengan jumlah item sekitar 50% tapi

mempunyai nilai investasi sekitar 5 % dari nilai investasi total.

Penggunan analisis ABC pada perencanaan obat antibiotik dimaksudkan

untuk memprioritaskan perencanaan obat antibiotik yang sering digunakan dan

biasanya jenisnya sedikit akan tetapi mempunyai biaya investasi yang besar.
29

12. Sejarah singkat Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru

RSUD Banjarbaru beralamat di Jalan Palang Merah 2 Banjarbaru, awal

berdirinya pada tahun 1961 dengan nama Usaha Kesehatan Ibu dan Anak

(UKIDA), pada tahun 1965 UKIDA berubah nama menjadi Badan Kesehatan Ibu

dan Anak (BKIA), pada tahun 1972 BKIA berubah nama menjadi Pilot Proyek

Rumah Sakit, rencana peningkatan Rumah Sakit tetapi hanya untuk melayani

Pemerintah Daerah Setempat.

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 104/MENKES/I/1995

pada tahun 1995 diresmikan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C milik

pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 2004 dilakukan Penyerahan

aset-aset RSUD Banjarbaru dari pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan kepada

Pemerintah Kota Banjarbaru.

Pada tanggal 29 Desember 2011 berdasarkan SK Walikota Nomor 366

RSUD Banjarbaru ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

13. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru

Visi RSUD Banjarbaru yaitu “Mandiri dan Terdepan Dalam Pelayanan

Kesehatan Rujukan”. Adapun Misi RSUD Banjarbaru adalah mewujudkan

pelayanan kesehatan yang berdaya saing. Dalam melaksanakan Visi dan Misi

RSUD Banjarbaru, maka rumah sakit merumuskan motto “Kesembuhan Anda

adalah Kebahagiaan Kami”.


30

14. Stuktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Banjarbaru Tahun 2014

Gambar I : Struktur organisasi instalasi farmasi RSUD Banjarbaru.

B. Kerangka konsep

Gambar 2 : Kerangka konsep.

Perencanaan
Pengadaan
Penyimpanan Gambaran pengelolaan
pengelolaan obat
Distribusi obat narkotika dan
Narkotika dan
Pencatatan dan psikotropika di instalasi
psiktropika
pelaporan farmasi
Pemusnahana

1. PERMENKES No 3
Sesuai Tahun 2015
2. Pedoman Pengelolaan
Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan di
Tidak
Daerah Kepulauan
31

C. Keterangan Empirik

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pengelolaan obat

narkotika dan psikotropika sesuai dengan PERMENKES No 3 Tahun 2015

tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika,

Psikotropika dan Prekursor Farmasi dan Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan di Daerah Kepulauan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental bersifat deskriptif.

Pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif diperoleh dari observasi dan

wawancara. Data kualitatif didapat dari wawancara yang dilakukan terhadap

petugas instalasi farmasi rumah sakit. Data kuantitatif didapat dari analisis

dokumen penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah

Banjarbaru dan akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2015.

C. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

1) Variabel bebas :

a. PERMENKES No 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,

Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Prekursor

Farmasi

b. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di

Daerah Kepulauan.

2. Variabel tergantung: sistem pengelolaan obat narkotika dan psikotropika.

2. Definisi Operasional

1) Kesesuaian adalah kesamaan atau kecocokan cara pengelolaan obat

narkotika dan psikotropika di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum

32
33

daerah Banjararu dengan PERMENKES No 3 Tahun 2015 tentang

Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika,

Psikotropika dan Prekursor Farmasi dan Pedoman Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah Kepulauan.

2) Pengelolaan obat narkotika dan psikotropika adalah serangkaian

kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

pendistribusian, pencatatan dan pelaporan obat yang dilakukan di

instalasi farmasi RSUD Banjarbaru.

3) Narkotika dan adalah bahan atau bahan obat yang digunakan untuk

ilmu pengetahuan dan bisa digunakan dalam pengobatan, dapat

menimbulkan ketergantungan bila digunakan tanpa resep dokter.

4) Psikotropika adalah bahan atau bahan obat yang digunakan untuk ilmu

pengetahuan dan bisa digunakan dalam pengobatan, dapat

menimbulkan ketergantungan bila digunakan tanpa resep dokter.

D. Instrumen Penelitian

1. Alat

a. Daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara.

b. Alat tulis.

c. PERMENKES No 3 Tahun 2015 dan Pedoman Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah Kepulauan.

2. Bahan

b. Daftar stok obat.

c. Dokumen penggunaan obat.


34

d. Lembar pelaporan obat keluar.

e. Lembar pengadaan obat/ lembar pemesanan obat.

f. Monitoring penyimpanan obat.

E. Cara kerja

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, antara lain:

1. Persiapan pembuatan proposal dan pembuatan pertanyaan sebagai bahan

pelengkap penelitian.

2. Mengajukan surat izin penelitian kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Umum daerah Banjarbaru.

3. Menjelaskan prosedur penelitian kepada petugas/ staf yang bertugas di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Rumah Sakit Umum daerah Banjararu.

4. Pengumpulan data kualitatif meliputi dokumen-dokumen dan wawancara

dengan petugas/staf yang terlibat dalam pengelolaan obat psikotropika dan

narkotika.

5. Tahap analisis data dengan menganalisis hasil wawancara dan observasi

dokumen kemudian membandingkan kesesuaian dengan PERMENKES

No 3 Tahun 2015 dan Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan di Daerah Kepulauan

6. Tahap akhir dari penelitian adalah pembuatan laporan penelitian ini yang

disajikan secara narasi.


35

F. Skema Langkah Kerja

Gambar 3 : Skema langkah kerja.

Persiapan

Proposal Pembuatan Perizinan Penjelasan


daftar pertanyaan prosedur
penelitian

Pengumpulan
data

Data Kualitatif
1. Dokumen
2. Wawancara

Analisis data

Pembuatan
laporan
36

G. Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi dokumen dan wawancara,

akan dianalisis dari pengelolaan obat narkotika dan psikotropika di instalasi

farmasi RSUD Banjarbaru dan disesuaikan dengan PERMENKES No 3

Tahun 2015 dan Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan di Daerah Kepulauan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan obat menurut Siregar dan Amalia (2003) merupakan salah satu

manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan

kesehatan secara keseluruhan karena ketidaklancaran pengelolaan obat akan

memberi dampak negatif terhadap rumah sakit, baik secara medik, sosial maupun

secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan obat

semua aspek yang berkaitan dengan obat/ perbekalan kesehatan yang beredar dan

digunakan dirumah sakit.

Pada dasarnya pengelolaan obat di rumah sakit adalah bagaimana cara

mengelola tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan

baik dan saling mengisi sehingga dapat dicapai tujuan pengelolaan obat yang

efektif dan efisien agar obat yang diperlukan oleh dokter selalu tersedia setiap saat

dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup dan mutu terjamin untuk mendukung

pelayanan yang bermutu, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap gambaran

pengelolaan obat agar dapat diketahui permasalahan dan kelemahan dalam

pelaksanaannya sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan dalam rangka

meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

37
38

Pengelolaan obat Narkotika dan Psikotropika di Instalasi Farmasi RSUD

Banjarbaru, yaitu : perencanaan obat, pengadaan obat, penyimpanan obat,

distribusi dan penyerahan obat pada pasien, pelaporan, dan pemusnahan.

1. Standar Prosedur Operasional Farmasi di RSUD Banjarbaru

SOP pengelolaan obat narkotika dan psikotropika bertujuan untuk

memastikan obat narkotika dan psikotropika dikelola dengan baik dan tidak ada

penyalahgunaan.

1. Catat obat narkotika dan psikotropika yang sudah diterima dari distributor

pada kartu stok sesuai jenis, jumlah dan nama distributor.

2. Simpan obat narkotika dan psikotropika yang sudah dicatat/ dokumentasi.

3. Susun berdasarkan bentuk sediaan, urutan abjad dimulai dari huruf A dan

seterusnya dan sistem FIFO (First In First Out).

4. Layani/ambil obat narkotika dan psikotropika hanya dengan menggunakan

resep dokter dari RSUD Banjarbaru.

5. Catat penggunaan obat narkotika dan psikotropika meliputi : tanggal

pengambilan, nama pasien yang menggunakan, nama dokter yang

meresepkan, serta jumlah yang digunakan.

2. Pengelolan obat di instalasi farmasi RSUD Banjarbaru

1. Sarana dan Prasarana

Untuk penunjang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

ketersediaan sarana dan prasaranan merupakan salah satu hal yang

penting dan perlu diperhatikan.


39

Tabel 2. Sarana dan Prasarana di Instalasi farmasi RSUD Banjarbaru

Kesesuaian dengan
Standar peralatan di Gudang Rumah Sakit standar
(SK Menkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)
Ya Tidak
Peralatan untuk penyimpanan √ -
Peralatan untuk peracikan √ -
Peralatan untuk pembuatan √ -
Obat √ -
Meja √ -
Kursi √ -
Lemari / rak buku √ -
Filling cabinet √ -
Computer √ -
Alat tulis kantor √ -
Telepon √ -
Kepustakaan √ -
Lemari penyimpanan khusus √ -
Lemari untuk narkotika √
Lemari pendingin √ -
AC √ -
Penerangan √ -
Sarana air √ -
Ventilasi - √
Sarana pembuangan limbah √ -
Alarm - √
Lemari/rak √ -
Pallet - √
Kartu arsip √ -
Lemari arsip √ -
40

Standar pelayanan farmasi di rumah sakit harus sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan, termasuk standar peralatan yang harus

ada di instalasi farmasi rumah sakit sehingga menjamin

terselenggaranya pelayanan farmasi yang profesional. Standar

pelayanan farmasi rumah sakit itu sendiri telah diatur oleh SK Menkes

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004.

Data tabel 1 menunjukan bahwa 88% peralatan yang

dipersyaratkan SK Menkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tersedia di

instalasi farmasi RSUD Banjarbaru. Hasil ini menggambarkan peralatan

di instalasi farmasi RSUD Banjarbaru belum semua memenuhi standar

tetapi sudah cukup baik dan lengkap. Peralatan yang tidak memadai

dapat mengakibatkan tidak maksimalnya pengelolaan sediaan farmasi

di instalasi farmasi RSUD Banjarbaru

2. Perencanaan Obat

Perencanaan adalah kegiatan pemilihan obat, jumlah dan harga

perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

mengindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan. Dasar-dasar perencanaan yang telah

ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode

konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran persediaan

(DEPKES RI, 2004).


41

Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi

menajemen secara keseluruhan. Tanpa adanya perencanaan,

pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan dengan baik. Dengan

demikian perencanaan merupakan suatu pedoman atau tuntunan

terhadap proses kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan

efisien (Muninjaya, 2004).

Metode perencanaan di instalasi farmasi RSUD Banjarbaru

menggunakan metode konsumsi yaitu dengan melihat jumlah

penggunaan obat pada tahun sebelumnya atau periode sebelumnya, obat

yang pada periode sebelumnya banyak digunakan atau fast moving

akan diadakan kembali, dalam hal ini obat narkotika diadakan sesuai

dengan perencanaan bagian instalasi gawat darurat karena obat

narkotika banyak digunakan oleh IGD. Untuk meminimalisir kejadian

kekurangan stok obat, metode perencanaan idealnya menggunakan

metode kombinasi dari metode konsumsi dan metode morbiditas

(kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit).

3. Pengadaan Obat

Pengadaan dilakukan untuk merealisasikan kebutuhan perbekalan

farmasi yang telah disahkan oleh pemerintah kota Banjarbaru,

dilaksanakan dengan mengikuti ketentuan Keppres No.80 Tahun 2003

tentang pedoman Pelaksanan Pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pengadaan obat di RSUD Banjarbaru berdasarkan pembelian langsung


42

dari distributor, kelebihan dari pembelian langsung adalah cepat dan

dalam pembelian barang bisa dalam jumlah kecil.

Pengadaan bertujuan untuk menetapkan jumlah obat dan jenis obat

yang sesuai dengan kebutuhan, agar tidak terjadi kekosongan obat atau

kelebihan obat. Apabila pengadaan tidak dilakukan dengan baik maka

akan terjadi kekosongan obat yang akan mempengaruhi pelayanan juga

pendapatan. kelebihan obat dapat menyebabkan kerusakan obat maupun

obat ED karena obat terlalu lama di simpan dalam gudang.

Di Instalasi Farmasi RSUD Banjarbaru khusus untuk obat

narkotika dan psikotropika diadakan atas permintaan IGD, obat banyak

digunakan oleh IGD sehingga instaasi farmasi tidak memili persediaan

sendiri. Narkotika hanya dapat dipesan melalui Pedagang Besar

Farmasi (PBF) Kimia Farma, pemesanan Narkotika harus

menggunakan surat pesanan, pembayaran obat dilakukan pada saat

barang datang. Pemesanan obat psikotropika dapat melalui telpon

kepada petugas medrep tanpa menggunakan surat pesanan, surat

pesanan dapat diberikan pada saat obat sampai di instalasi farmasi dan

untuk pembayaran obat psikotropika menggunakan sistem jatuh tempo.

Adapun sumber dana yang digunakan dalam proses pengadaan obat

berasal dari dana BLUD, alokasi dana pengadaan obat di RSUD

Banjarbaru pada tahun 2014 untuk BLUD adalah 60% atau sebesar Rp.

6.027.644,496. Dana tersebut mencakup dana untuk obat, alat kesehatan

dan perbekalan farmasi.


43

4. Penyimpanan Obat

Prosedur penerimaan obat narkotika dan psikotropika adalah sebagai

berikut :

1. Petugas yang bertanggung jawab atas pengadaan barang menerima

barang yang dilengkapi dengan faktur.

2. Mencocokkan faktur dengan surat pesanan dengan memperhatikan:

a. Kebenaran identitas produk serta kesesuaian dengan faktur.

b. Kebenaran jumlah kemasan.

c. Kebenaran kondisi kemasan.

d. Kebenaran jumlah satuan dalam kemasan.

e. Kebenaran tidak terlihat tanda-tanda kerusakan.

3. Bila barang tidak sesuai dengan SP atau mendekati tanggal

kadaluarsa, barang akan ditolak/retur.

4. Bila sesuai dengan yang diharapkan , barang diterima, faktur di

tandatangan, nama dan tanggal penerimaan, serta stempel Rs.

5. Masukkan data obat dalam sistem pencatatan yaitu dengan cara

manual dengan kartu stok dan cara komputerisasi dengan

mencantumkan tanggal terima barang, tanggal faktur, nomor faktur,

nama supplier, nama barang, jumlah, harga satuan, diskon, ppn,

total harga, dama penerima.

Pengecekan dilakukan untuk menghindari penerimaan obat yang

expired date atau rusak, sehingga sesuai dengan permintaan dan dapat

segera digunakan untuk pelayanan.


44

Di RSUD Banjarbaru seluruh obat di simpan di instalasi farmasi

karena terkait suhu dan kelembaban obat-obatan yang perlu

diperhatikan, sedangkan di gudang besar suhu dan kelembabannya

kurang baik dan memungkinkan adanya kerusakan atau penurunan pada

kualitas obat-obatan itu sendiri.

Sistem penataan obat di instalasi farmasi RSUD Banjarbaru

disusun berdasarkan abjad/alfabetis dari A-Z dengan menggunakan

metode First In First Out (FIFO) dan berdasarkan bentuk sediaan.

Metode FIFO merupakan metode penyimpanan obat dimana obat yang

lebih cepat datang dikeluarkan terlebih dahulu (Permenkes, 2014).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 51 Th. 2009

tentang pekerjaan kefarmasian, metode penyimpanan dapat dilakukan

berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi yang

disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First

out (FEFO) dan First In First Out (FIFO)

Tabel 3. Kesesuaian antara sistem penataan obat di instalasi farmasi


RSUD Banjarbaru dengan standar SK Menkes Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004
Kesesuain dengan
Standar Penataan Obat di Rumah Sakit standar
(SK Menkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004) Ya Tidak

Metode FIFO √ -

Metode FEFO - √

Penggolongan berdasarkan jenis sediaan √ -


Penggolongan berdasarkan abjad/alfabetis √ -

Penggolongan berdasarkan kelas terapi/khasiat - √


45

Data tabel 2 menunjukan bahwa 60% penataan obat sesuai dengan

standar SK Menkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, hal ini karena

penataan obat di instalasi farmasi RSUD Banjarbaru belum

menggunakan sistem First Expired First Out (FEFO) dan belum

berdasarkan atas khasiat/terapi yang sama.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

(2013), gudang penyimpanan sediaan farmasi harus mempunyai letak

tata ruang yang baik untuk memudahkan penerimaan, penyimpanan,

penyusunan, pemeliharaan, pencarian, pendistribusian, serta

pengawasan material dan peralatan.

Narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus yang terpisah

dengan obat lain. Lemari penyimpanan terbuat dari kayu yang terletak

disudut ruangan dengan posisi dilantai dan menempel kebagian dinding

ruangan. Di instalasi farmasi RSUD Banjarbaru lemari penyimpanan

narkotika dan psikotropika tidak dipisahkan dengan obat lainnya. 1

lemari besar dengan pembagian sebagai berikut : Penyimpanan

narkotika dan psikotropika diletakkan pada bagian bawah sedangkan

obat lainnya diletakkan dibagian atas lemari. Lemari penyimpanan

narkotika dan psikotropika hanya memiliki 1 kunci yang bersamaan.

Dan seringkali lemari tidak dalam keadaan terkunci. Di rumah sakit

tersebut tidak ada lemari khusus untuk penyimpanan narkotika dan

psikotropika dengan persyaratan yang telah ditentukan seperti :


46

1. Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk

menyimpan barang selain Narkotika.

2. Tempat penyimpanan psikotropika dilarang digunakan untuk

menyimpan barang selain psikotropika.

3. terbuat dari bahan yang kuat.

4. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang

berbeda.

Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika sangat membutuhkan

pengamanan yang ketat agar tidak disalahgunakan oleh oknum yang

tidak bertanggungjawab. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika

harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat,

mempunyai kunci yang kuat, lemari dibagi menjadi dua yakni lemari

dalam lemari dan masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian

pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-

garamnya, serta persediaan narkotika. Bagian kedua dipergunakan

untuk menyimpan narkotika lain yang digunakan sehari-hari

(Permenkes, no.28 th 1978).

Gambar 4 : Lemari narkotika dan psikotropika di instalasi farmasi RSUD


Banjarbaru
47

5. Pendistribusian

Pendistribusian obat adalah proses penyampaian atau penyerahan

sediaan obat yang diminta dokter dari instalasi farmasi kepada pasien.

Menurut Anonim (2010) distribusi merupakan kegiatan penyaluran

perbekalan farmasi, barang dikeluarkan berdasarkan First In First Out

(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).

a. Sistem distribusi rawat jalan :

1) Resep masuk kemudian resep dicek dan diberi harga oleh

petugas.

2) Pasien dipanggil oleh petugas untuk melakukan pembayaran

dikasir.

3) Setelah pembayaran selesai, resep diserahkan kembali kepada

petugas di instalasi farmasi untuk kemudian disiapkan oleh

petugas.

4) Untuk resep obat golongan narkotika dan psikotropika diberikan

tanda garis berwarna merah untuk obat narkotika dan biru untuk

obat psikotropika. Tujuannya adalah untuk membedakan resep

narkotika dan psikotropika agar mudah dikenali.

5) Instalasi farmasi RSUD Banjarbaru hanya menerima resep

narkotika dan psikotropika berdasarkan resep dokter dari RSUD

Banjarbaru.

6) Setelah selesai, pasien dipanggil kembali untuk selanjutnya

diberikan KIE.
48

7) Tempat penyerahan obat pasien bpjs dengan BLUD berbeda.

b. Sistem distribusi rawat inap :

1) Resep masuk kemudian resep dicek dan diberi harga oleh

petugas.

2) Pasien dipanggil oleh petugas untuk melakukan pembayaran

dikasir.

3) Setelah pembayaran selesai, resep diserahkan kembali kepada

petugas di instalasi farmasi untuk kemudian disiapkan oleh

petugas.

4) Untuk resep obat golongan narkotika dan psikotropika diberikan

tanda garis berwarna merah untuk obat narkotika dan biru untuk

obat psikotropika. Tujuannya adalah untuk membedakan resep

narkotika dan psikotropika agar mudah dikenali.

5) Setelah selesai, obaat diserahkan kepada pasien.

6) Obat yang telah dibayar diserahkan oleh pasien ke ruang

perawat.

7) Selanjutnya perawat akan menyiapkan obat yang akan

dikonsumsi pasien.

Instalasi farmasi hanya boleh melayani resep narkotika dan

psikotropika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh instalasi

farmasi itu sendiri yang belum diambil sama sekali atau yang sudah

diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa

resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep
49

narkotika yang masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis

merah di bawah obat narkotik.

6. Pencatatan dan Pelaporan obat

Rumah sakit berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan obat

Narkotika dan psikotropika secara rutin setiap 1 bulan. Dalam laporan

dijelaskan mengenai pemasukan dan pengeluaran narkotika dan

ditandatangani oleh penanggung jawab instalasi farmasi/apotek rumah

sakit. Laporan tersebut ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan :

a. Dinas Kesehatan Provinsi setempat

b. Kepala Balai POM setempat

c. Penanggung jawab narkotika di Rumah Sakit

d. Arsip yg di tanda tangani oleh Apoteker penanggung jawab di sertai

nama terang, SIK, dan cap Rumah Sakit/Apotek.

Laporan psikotropika ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan :

a. Dinas Kesehatan Provinsi setempat

b. Kepala Balai POM setempat

c. Penanggung jawab narkotika di Rumah Sakit.

d. Arsip yg di tanda tangani oleh Apoteker penanggung jawab di sertai

nama terang, SIK, dan cap Rumah Sakit/Apotek.

Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika di instalasi farmasi di

RSUD Banjarbaru dilakukan 3 bulan sekali, pelaporan pertama untuk


50

melaporkan pemakaian obat pada bulan januari – maret 2014, pelaporan

kedua dilakukan pada bulan april – juni 2014, dan pelaporan ketiga

dilakukan pada bulan juli – sep, dan pelaporan ke empat pada bulan

oktober – desember 2014.

Alur pelaporan obat narkotika dan psikotropika di instalasi farmasi

dari rumah sakit kemudian diberikan kepada kepala dinas kesehatan

Banjarbaru dengan format yang berubah – ubah sesuai dengan dinas

kesehatan setempat.

7. Pengawasan dan pemusnahan

Pengawasan obat Narkotika dan Psikotropika dilakukan untuk

melihat apakah obat yang tersedia sesuai dengan catatan di kartu stok.

pengecekan dilakukan pada saat mengambil obat, dan setiap pergantian

shift untuk memastikan bahwa obat yang ada tidak kurang dan tidak lebih

dari kartu stok. Pemusnahan narkotika di instalasi farmasi dilakukan

apabila kadaluarsa dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada

pelayanan kesehatan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Pemusnahan narkotika dilaksanakan oleh orang atau badan yang

bertanggung–jawab atas produksi dan peredaran narkotika yang

disaksikan oleh pejabat yang berwenang dan membuat berita acara

pemusnahan yang memuat antara lain :

a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun.

b. Nama pemegang izin khusus (APA/ Dokter).


51

c. Nama saksi (1 orang dari pemerintah dan 1 orang dari badan/instansi

yang bersangkutan).

d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

e. Cara pemusnahan.

f. Tanda tangan penanggung jawab apotik/pemegang izin

khusus/dokter pemilik narkotika dan saksi-saksi.

Pemusnahan obat Narkotika dan Psikotropika di Instalasi farmasi

selama ini belum pernah dilakukan karena obat yang diadakan sesuai

dengan kebutuhan. Resep Narkotika dan psikotropika dimusnahkan

setiap 3 tahun sekali, dan tanpa disaksikan oleh Dinas.

3. Analisis ABC

Salah satu pengendalian persediaan adalah dengan metode ABC atau

analisis pareto.Analisis ABC adalah analisis konsumsi obat tahunan untuk

menentukan item-item obat mana saja yang memiliki porsi dana terbesar.

Menurut Heizer dan Reinder (2010) kelompok A merupakan barang dengan

jumlah fisik kecil dengan nilai investasi yang besar, sehingga obat tersebut harus

memiliki kontrol persediaan yang lebih ketat, pencatatan harus lebih akurat serta

frekuensi pemeriksaan lebih sering. kelompok B merupakan barang dengan

jumlah fisik dan nilai investasi yang sedang, sehingga obat yang tergolong

kelompok B memerlukan perhatian yang cukup penting setelah kelompok A. Dan

kelompok C merupakan barang dengan jumlah fisik yang besar namun nilai

investasi yang kecil. Sehingga Pengendalian dan pemantauan kelompok C cukup

sederhana.
52

No Nama obat Jumlah Harga Obat Nilai Persen Persen


Obat kumulatif

1. Fentanyl injeksi 370 Rp. 37.293 Rp. 137.98.410 26,36 % 23,6 %

2. Mellidox tab 11200 Rp. 1.004 Rp. 11.244.800 21,48 % 47,84 %

3. Braxidin 600 Rp. 8.586 Rp. 5.151.600 9,84 % 57,68 %

4. Midazolam 180 Rp. 24.800 Rp. 4.464.000 8,53 % 66,21 %


26,32
5. Codein 10 mg 7000 Rp. 427 Rp. 2.989.00 5,71 % 71,92 % A

6. Stesolid rectal 76 Rp. 36.126 Rp. 2.745.576 5,24 % 77,17 %


10 mg

7. Analsik 1500 Rp. 1.182 Rp. 1.773.000 3,39 % 80,55 %

8. Stesolid rectal 5 66 Rp. 24.084 Rp. 1.589.544 3,04 % 83,59 %


mg

9. Proneuron tab 600 Rp. 2.330 Rp. 1.398.00 2,67 % 86,26 %

10. Phental injeksi 150 Rp. 9.119 Rp. 1.379.850 2,64 % 88,90%
31,58
11. Alprazolam 1 1000 Rp. 1.152 Rp. 1.152.000 2,20 % 91,10
mg B

12. Clobazam 1000 Rp. 1.059 Rp. 1.059.000 2,02 % 93,12

13. Zolastin 1 mg 250 Rp. 4.100 Rp. 1.025.000 1,96 % 95,08

14. Zolastin 0,5 mg 350 Rp. 2.500 Rp. 875.000 1,67 % 96,75

15. Alprazolam 2 1000 Rp. 784 Rp. 748.000 1,43 % 98,18


mg

16. Sanmag tab 900 Rp. 708 Rp. 637.200 1,22 % 99,39

17. Stesolid injeksi 440 Rp. 390 Rp. 171.600 0,33 % 99,72

18. Codein 20 mg 100 Rp. 951 Rp. 95.100 0,18 % 99,50


53

19. Luminal tab 500 Rp. 100 Rp. 50.000 0,10 % 100,00 % 42,11
C
Jumlah : Rp. 52.346.680 100,00 100,00

Berdasarkan analisis ABC diatas, didapatkan hasil yaitu :

a. Kelompok A : Fentanyl injeksi, Mellidox tablet, Braxidin, Midazolam,

Codein 10 mg.

b. Kelompok B : Stesolid rectal 10 mg, Analsik, Stesolid rectal 5 mg,

Proneuron tablet, Phental injeksi, Alprazolam 1 mg,

Clobazam, dan Zolastin 1 mg.

c. Kelompok C : Zolastin 0,5 mg, Alprazolam 2 mg, Sanmag tablet, Stesolid

injeksi, Codein 20 mg, dan Luminal tablet.

Tabel 4. Pengelompokkan obat Narkotika dan Psikotropika dengan Analisis ABC


berdasarkan Nilai pemakaian periode Januari-Desember 2014
Jumlah item Nilai
Kelompok Persentase Persentase
obat pemakaian
A 5 71,92 % 37.647.810 26,32 %
B 6 19,18 % 10.307970 31,58 %
C 8 8,90 % 4.660.900 42,11 %
Jumlah 19 100 % 52.346.680 100 %

Data yang digunakan untuk membuat analisis ABC adalah data pemakaian

obat periode bulan Januari – Desember 2014, dibagian pelayanan resep instalasi

farmasi. Pengelompokkan obat berdasarkan nilai pemakaian obat Narkotika dan

Psikotropika dalam analisis ABC di Instalasi Farmasi RSUD Banjarbaru,

didapatkan hasil sebagai berikut :


54

1. Kelompok A : 5 item obat dengan jumlah 71,92 % dari total item obat di

instalasi farmasi dengan jumlah pemakaian 37.647.810 yaitu 26,32 % dari

jumlah pemakaian seluruhnya.

2. Kelompok B : 6 item obat dengan jumlah 19,18 % dari total item obat di

instalasi farmasi dengan jumlah pemakaian 10.307.970% yaitu 31,58 % dari

jumlah pemakaian seluruhnya.

3. Kelompok C : 8 item obat degan jumlah 8,90 % dari total item obat di

instalasi farmasi dengan jumlah pemakaian 4.660.900yaitu 42,11 % dari

jumlah pemakaian seluruhnya.


55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang evaluasi pengelolaan obat Narkotika

dan Psikotropika di instalasi farmasi RSUD Banjarbaru, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Gambaran pengelolaan obat narkotika dan psikotropika, meliputi :

a. Perencanaan obat menggunakan metode konsumsi yang dapat

menyebabkan kekosongan obat.

b. Obat narkotika diadakan sesuai dengan perencanaan bagian instalasi gawat

darurat karena obat narkotika banyak digunakan oleh IGD.

c. Penyimpanan obat berdasarkan sistem FIFO (first in first Out), abjad dan

bentuk sediaan.

d. Dikarenakan RS tidak memiliki gudang beukuran besar maka perlu

diadakan gudang besar yang sesuai standar.

e. Pencatatan dikartu stok dilakukan setiap hari dan pelaporan penggunaan

narkotika dan psikotropika dilakukan 3 bulan sekali.

2. Terdapat ketidaksesuaian di penyimpanan dan di pencatatan pelaporan, yang

meliputi :

a. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika belum sesuai dengan UU RI

No.3 Tahun 2015 terkait dengan tidak adanya lemari khusus narkotika dan

psikotropika serta lemari yang tidak selalu terkunci setelah digunakan.


56

b. Pelaporan belum sesuai dengan UU RI No.3 Tahun 2015 terkait dengan

pelaporan narkotika dan psikotropika di RSUD banjarbaru yang dilakukan

3 bulan sekali.

B. Saran

1. Untuk meminimalisir kekosongan obat, ada baiknya untuk perencanaan

menggunakan metode kombinasi yakni metode konsumsi dan metode

epidemiologi.

2. Pelaporan Narkotik dan Psikotropika hendakanya dilakukan setiap 1 bulan

sekali agar sesuai dengan UU RI No.3 Tahun 2015, hal ini dilakukan untuk

menjamin data yang dilaporkan.

3. Sebaiknya keamanan dalam penyimpanan obat Narkotika dan Psikotropika

lebih diperhatikan dengan cara melakukan penguncian lemari setiap kali

pengambilan obat agar terhindar dari kehilangan obat narkotika dan

psikotropika serta penyalahgunaan obat narkotika dan psikotropika.


lvii

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, S., Herman, M. J., Mun’im, A., 2005, Kemampuan Petugas Menggunakan
Pedoman Evaluasi Pengelolaan dan Pembiayaan Obat, Majalah Ilmu
Kefarmasian, 02 (02), 63-64.
Badan Narkotika Nasional. (2014). Laporan Akhir Survei Nasional
Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014. Jakarta :
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.
Defriyanto, Yogi., 2014, Gambaran Penyimpanan Obat Narkotika dan
Psikotropika di Instalasi farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi
dan Putra Specialist Hospital Melaka Tahun 2014, karya tulis ilmiah,
Fakultas Kesehatan Dan MIPA Universitas Muhammadiyah, Sumatera
Barat.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Undang-undang Kesehatan Jilid I Cetakan
Keempat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Badan Pengembangan dan
pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Pusdinakes.
Departemen Kesehatan RI. (2010). Undang-undang Kesehatan Untuk kelas XI.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI Badan Pengembangan dan
pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Pusdinakes.
Dumbi, Yulistiani., 2014, Studi Perencanaan dan Penyimpanan Obat di instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Pohuwato, Tesis, Universitas Negeri
Gorontalo.
Febriawati., H. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit, Cetakan I,
Gosyen Publishing, Yogyakarta.
Kementerian Kesehatan RI dan IAI., 2011, Pedoman Apoteker Praktik di Sarana
Pelayanan Kefarmasian, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.28/MENKES/PER/I/1978
Tentang Tata Cara penyimpanan Narkotika, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.3/MENKES/PER/2015/
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 949/Menkes/PerVI/2000
tentang Registrasi Obat Jadi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
lviii

Quick, J.D., Hume, M.L Rankin, J.R., O’Cornnor, R.W,. 1997, Managing Drug
Supply, 2nd ed, Revised and Expandet. Kumarin Press, Wets Hartford.
Siregar,C.J.P dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah sakit Teori Dan Penerapan,
Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta, hlm, 120-138..
Siregar, C.J.P, 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, EGC. Jakarta.
Subagya, M.S., 1994, Manajemen Logistik, Haji Masagung, Jakarta.
Syamsuni., H. A. 2006. Ilmu Resep, ECG, Jakarta.
UNDANG-UNDANG KESEHATAN Jilid I Cetakan Keempat. (2005). Departemen
Kesehatan RI Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Pusdiknakes.
UNDANG-UNDANG KESEHATAN Jilid II Untuk kelas XI. (2010). Departemen
Kesehatan RI Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Pusdiknakes.
Undang-Undang Kesehatan. (2006). Cetakan I, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Wahyuni, Y., 2007, Evaluasi Pengelolaan Obat tahun 2005 di Dinas Kesehatan
Kota Madiun, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Wasir, Riswandi., 2012, evaluasi proses pengadaan dan ketersediaan obat di
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Pada tahun 2010, Tesis,
Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Wirawan, Arif Surya., 2015, Evaluasi Penyimpanan Sediaan Farmasi Di Gudang
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas, skripsi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta.
Zandy, R.F., 2010, Analisis Pengelolaan Obat Tahap Perencanaan dan Pengadaan
di Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2008, skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
lix

Lampiran 1. Laporan psikotropika dan narkotika bulan januari 2014RSUD


Banjarbaru

Laporan Psikotropika Bulan Januari

No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa


1 Analsik tablet 264 0 249 15
2 Asabium tablet 384 0 31 353
3 Braxidin tablet 285 0 79 206
4 Carbamazepin tablet 0 0 0 0
5 Chlorpromazin tablet 3 0 0 3
6 Clobazam tablet 0 0 0 0
7 Diazepam 5 mg tablet 4599 0 303 4296
8 Diazepam injeksi 0 0 0 0
9 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
10 Esilgan 1mg tablet 0 0 0 0
11 Esilgan 2 mg tablet 30 0 3 27
12 Frisium tablet 49 0 0 49
13 Librax tablet 25 0 0 25
14 Luminal tablet ds0 0 0 0
15 Luminal injeksi 0 0 0 0
16 Metaneuron tablet 147 0 0 147
17 Proneuron tablet 89 0 64 25
18 Sanmag tablet 390 0 93 297
19 Sibital injeksi 0 0 0 0
20 Sibital tablet 250 0 24 226
21 Stesolid rectal 5 mg 5 15 3 17
22 Stesolid rectal 10 mg 0 25 5 20
23 Stesolid injeksi 0 90 30 60
24 Melidox tablet 527 600 618 509
25 Valisanbe injeksi 78 0 47 0
26 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
27 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
28 Xanax 0,5 mg tablet 0 0 0 0
29 Xanax 1 mg tablet 0 0 0 0
30 Phental injeksi 0 0 0 0
31 Meprosetil tablet 198 0 0 198
32 Zolastin 1 mg 48 0 17 31
33 Zolastin 0,5 mg 50 0 44 6

Laporan Narkotika Bulan Januari


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 0 0 0 0
2 Pethidin injeksi 107 0 2 105
3 Codein 20 mg 2161 0 492 1669
4 Fentanyl injeksi 58 0 0 58
Lampiran 2. Laporan psikotropika dan narkotika bulan februari 2014 RSUD
Banjarbaru

Laporan Psikotropika Bulan Februari


No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa
1 Analsik tablet 15 0 BSP 179 136
2 Asabium tablet 353 0 66 287
3 Braxidin tablet 206 0 17 189
4 Carbamazepin tablet 0 0 0 0
5 Chlorpromazin tablet 3 0 0 3
6 Clobazam tablet 0 0 0 0
7 Diazepam 5 mg tablet 4296 0 391 3905
8 Diazepam injeksi 0 0 0 0
9 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
10 Esilgan 1mg tablet 0 0 0 0
11 Esilgan 2 mg tablet 27 0 20 7
12 Frisium tablet 49 0 0 49
13 Librax tablet 25 0 0 25
14 Luminal tablet 0 0 0 0
15 Luminal injeksi 0 0 0 0
16 Metaneuron tablet 147 0 0 147
17 Proneuron tablet 25 0 25 0
18 Sanmag tablet 297 0 115 182
19 Sibital injeksi 0 0 0 0
20 Sibital tablet 226 0 90 136
21 Stesolid rectal 5 mg 17 0 7 10
22 Stesolid rectal 10 mg 20 0 9 11
23 Stesolid injeksi 60 0 30 30
24 Melidox tablet 509 600 MPI 1063 46
25 Valisanbe injeksi 31 0 24 7
26 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
27 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
28 Xanax 0,5 mg tablet 0 0 0 0
29 Xanax 1 mg tablet 0 0 0 0
30 Phental injeksi 0 100 APL 36 64
31 Meprosetil tablet 198 0 5 193
32 Zolastin 1 mg 31 0 28 3
33 Zolastin 0,5 mg 6 50 MPI 36 20

Laporan Narkotika Bulan Februari


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 0 0 0 0
2 Pethidin injeksi 105 0 46 59
3 Codein 20 mg 1669 0 448 1221
4 Fentanyl injeksi 58 0 35 23

lx
Lampiran 3. Laporan psikotropika dan narkotika bulan maret 2014 RSUD
Banjarbaru

Laporan Psikotropika Bulan Maret


No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa
1 Analsik tablet 136 0 136 0
2 Asabium tablet 287 0 4 283
3 Braxidin tablet 189 0 70 119
4 Carbamazepin tablet 0 0 0 0
5 Chlorpromazin tablet 3 0 0 3
6 Clobazam tablet 0 0 0 0
7 Diazepam 5 mg tablet 3905 0 197 3708
8 Diazepam injeksi 0 0 0 0
9 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
10 Esilgan 1mg tablet 0 0 0 0
11 Esilgan 2 mg tablet 7 0 0 7
12 Frisium tablet 49 0 0 49
13 Librax tablet 25 0 0 25
14 Luminal tablet 0 500 MBS 0 500
15 Luminal injeksi 0 0 0 0
16 Metaneuron tablet 147 0 0 147
17 Proneuron tablet 0 200 MPI 106 94
18 Sanmag tablet 182 0 50 132
19 Sibital injeksi 0 0 0 0
20 Sibital tablet 136 0 53 83
21 Stesolid rectal 5 mg 10 0 1 9
22 Stesolid rectal 10 mg 11 0 5 6
23 Stesolid injeksi 30 50 42 38
24 Melidox tablet 46 1200 697 567
25 Valisanbe injeksi 7 0 7 0
26 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
27 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
28 Xanax 0,5 mg tablet 0 0 0 0
29 Xanax 1 mg tablet 0 0 0 0
30 Phental injeksi 64 0 15 49
31 Meprosetil tablet 193 0 0 193
32 Zolastin 1 mg 3 100 MPI 22 81
33 Zolastin 0,5 mg 20 150 MPI 55 115

Laporan Narkotika Bulan Maret


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 0 0 0 0
2 Pethidin injeksi 59 0 5 54
3 Codein 20 mg 1221 0 574 647
4 Fentanyl injeksi 23 0 23 0

lxi
Lampiran 4. Laporan psikotropika dan narkotika bulan april 2014 RSUD
Banjarbaru

Laporan Psikotropika Bulan April


No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa
1 Analsik tablet 0 300 ASP 143 157
2 Asabium tablet 283 0 22 261
3 Braxidin tablet 119 0 15 104
4 Carbamazepin tablet 0 0 0 0
5 Chlorpromazin tablet 3 0 0 3
6 Clobazam tablet 0 0 0 0
7 Diazepam 5 mg tablet 3708 0 276 3432
8 Diazepam injeksi 0 0 0 0
9 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
10 Esilgan 1mg tablet 0 0 0 0
11 Esilgan 2 mg tablet 7 0 3 4
12 Frisium tablet 49 0 0 49
13 Librax tablet 25 0 0 25
14 Luminal tablet 500 0 208 202
15 Luminal injeksi 0 0 0 0
16 Metaneuron tablet 147 0 0 147
17 Proneuron tablet 94 200 MPI 73 221
18 Sanmag tablet 132 200 BSP 90 242
19 Sibital injeksi 0 0 0 0
20 Sibital tablet 83 0 9 74
21 Stesolid rectal 5 mg 9 0 9 0
22 Stesolid rectal 10 mg 6 0 6 0
23 Stesolid injeksi 30 50 42 38
24 Melidox tablet 567 600 MPI 920 247
25 Valisanbe injeksi 0 200 BSP 10 190
26 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
27 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
28 Phental injeksi 49 0 13 36
29 Meprosetil tablet 193 0 0 193
30 Zolastin 1 mg 81 0 31 50
31 Zolastin 0,5 mg 115 0 60 55

Laporan Narkotika Bulan April


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 0 2500 10 2490
2 Pethidin injeksi 54 0 1 53
3 Codein 20 mg 647 0 489 158
4 Fentanyl injeksi 0 20 2 18

lxii
Lampiran 5. Laporan psikotropika dan narkotika bulan mei 2014 RSUD
Banjarbaru

Laporan Psikotropika Bulan April


No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa
1 Analsik tablet 157 300 SP 192 265
2 Asabium tablet 261 0 108 153
3 Braxidin tablet 104 100 BSP 65 139
4 Carbamazepin tablet 0 0 0 0
5 Chlorpromazin tablet 0 0 0 0
6 Diazepam 5 mg tablet 3432 0 404 3028
7 Diazepam injeksi 0 0 0 0
8 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
9 Esilgan 2 mg tablet 4 0 0 4
10 Frisium tablet 49 0 0 49
11 Librax tablet 25 0 0 25
12 Luminal tablet 292 0 281 11
13 Metaneuron tablet 147 0 49 98
14 Proneuron tablet 221 0 25 196
15 Sanmag tablet 242 200 BSP 50 392
16 Stesolid rectal 5 mg 0 50 APL 7 43
17 Stesolid rectal 10 mg 0 50 APL 7 43
18 Stesolid injeksi 41 0 25 16
19 Melidox tablet 247 600 MPI 847 0
20 Valisanbe injeksi 190 0 27 163
21 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
22 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
23 Sibital tablet 74 0 0 74
24 Phental injeksi 36 50 APL 19 67
25 Meprosetil tablet 193 0 0 193
26 Zolastin 1 mg 50 0 35 15
27 Zolastin 0,5 mg 55 0 41 14
38 Midazolam 0 130 APL 38 92

Laporan Narkotika Bulan April


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 2490 0 321 2169
2 Pethidin injeksi 53 0 0 53
3 Codein 20 mg 158 0 157 1
4 Fentanyl injeksi 18 50 45 23

lxiii
Lampiran 6. Laporan psikotropika dan narkotika bulan juni 2014 di RSUD
Banjarbaru
Laporan psikotropika bulan juni
No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa
1 Analsik tablet 265 0 135 130
2 Asabium tablet 153 0 46 107
3 Braxidin tablet 139 0 60 79
4 Carbamazepin tablet 0 0 0 0
5 Chlorpromazin tablet 0 0 0 0
6 Diazepam 5 mg tablet 3028 0 202 2826
7 Diazepam injeksi 0 0 0 0
8 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
9 Esilgan 2 mg tablet 4 0 3 1
10 Frisium tablet 49 0 0 49
11 Librax tablet 25 0 0 25
12 Luminal tablet 11 0 11 0
13 Metaneuron tablet 98 0 54 44
14 Proneuron tablet 196 0 35 161
15 Sanmag tablet 392 0 103 289
16 Stesolid rectal 5 mg 43 0 3 40
17 Stesolid rectal 10 mg 43 0 3 40
18 Stesolid injeksi 16 150 KF, MBS 111 55
19 Melidox tablet 0 1200 MPI 911 289
20 Valisanbe injeksi 163 0 7 156
21 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
22 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
23 Sibital tablet 74 0 10 64
24 Phental injeksi 67 0 19 48
25 Meprosetil tablet 193 0 0 193
26 Zolastin 1 mg 15 100 MPI 38 77
27 Zolastin 0,5 mg 14 0 14 0
28 Midazolam 0 68 24

Laporan narkotika bulan juni


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 2169 0 738 1431
2 Pethidin injeksi 53 0 6 47
3 Codein 20 mg 1 0 0 1
4 Fentanyl injeksi 23 50 44 29

lxiv
Lampiran 7. Laporan psikotropika dan narkotika bulan juli 2014 di RSUD
Banjarbaru
Laporan psikotropika bulan juli
No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa
1 Analsik tablet 130 300 26 404
2 Asabium tablet 107 0 7 100
3 Braxidin tablet 79 100 79 100
4 Alprazolam 1 mg tablet 0 1000 AAM 3 997
5 Alprazolam 0,5 mg tablet 0 1000 AAM 21 979
6 Clobazam tablet 0 1000 AAM 13 987
7 Diazepam 5 mg tablet 2826 0 282 2544
8 Diazepam injeksi 0 0 0 0
9 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
10 Esilgan 2 mg tablet 1 0 1 0
11 Frisium tablet 49 0 0 49
12 Librax tablet 25 0 0 25
13 Luminal tablet 0 0 0 0
14 Metaneuron tablet 44 0 20 24
15 Proneuron tablet 161 0 40 121
16 Sanmag tablet 289 100 BSP 145 244
17 Stesolid rectal 5 mg 40 0 4 36
18 Stesolid rectal 10 mg 40 0 2 38
19 Stesolid injeksi 55 0 55 0
20 Melidox tablet 289 1200 MPI 1279 210
21 Valisanbe injeksi 156 0 20 136
22 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
23 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
24 Sibital tablet 64 0 0 64
25 Phental injeksi 48 0 8 40
26 Meprosetil tablet 193 0 0 193
27 Zolastin 1 mg 77 0 16 61
28 Zolastin 0,5 mg 0 50 Kalista 23 27
29 Midazolam 24 50 APL 24 50

Laporan narkotika bulan juli


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 1431 0 680 751
2 Pethidin injeksi 47 0 4 43
3 Codein 20 mg 1 0 0 1
4 Fentanyl injeksi 29 50 51 28

lxv
Lampiran 8. Laporan psikotropika dan narkotika bulan Agustus 2014 di RSUD
Banjarbaru
Laporan psikotropika bulan agustus
No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa
1 Analsik tablet 404 0 179 225
2 Asabium tablet 100 0 20 80
3 Braxidin tablet 100 0 40 60
4 Alprazolam 1 mg tablet 997 0 45 952
5 Alprazolam 0,5 mg tablet 979 0 102 877
6 Clobazam tablet 987 0 14 973
7 Diazepam 5 mg tablet 2544 0 329 2215
8 Diazepam injeksi 0 0 0 0
9 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
10 Esilgan 2 mg tablet 0 0 0 0
11 Frisium tablet 49 0 10 39
12 Librax tablet 25 0 0 25
13 Luminal tablet 0 0 0 0
14 Metaneuron tablet 24 0 24 0
15 Proneuron tablet 121 0 65 56
16 Sanmag tablet 244 0 244 0
17 Stesolid rectal 5 mg 36 0 10 26
18 Stesolid rectal 10 mg 38 0 6 32
19 Stesolid injeksi 0 0 0 0
20 Melidox tablet 210 1000 Kalista 508 702
21 Valisanbe injeksi 136 0 27 109
22 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
23 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
24 Sibital tablet 64 0 7 57
25 Phental injeksi 40 0 19 21
26 Meprosetil tablet 193 0 0 193
27 Zolastin 1 mg 61 0 21 40
28 Zolastin 0,5 mg 27 0 25 2
29 Midazolam 50 0 50 0

Laporan narkotika bulan agustus


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 751 0 751 0
2 Pethidin injeksi 43 0 0 43
3 Codein 20 mg 1 0 0 1
4 Fentanyl injeksi 28 50 40 38

lxvi
Lampiran 9. Laporan Psikotropika dan Narkotika bulan September 2014 di
RSUD Banjarbaru
Laporan psikotropika bulan september
No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa
1 Analsik tablet 225 0 125 100
2 Asabium tablet 80 0 0 80
3 Braxidin tablet 60 200 BSP 65 195
4 Alprazolam 1 mg tablet 952 0 95 857
5 Alprazolam 0,5 mg tablet 877 0 74 803
6 Clobazam tablet 973 0 47 926
7 Diazepam 5 mg tablet 2215 0 275 1940
8 Diazepam injeksi 0 0 0 0
9 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
10 Esilgan 2 mg tablet 0 0 0 0
11 Frisium tablet 39 0 10 29
12 Librax tablet 25 0 0 25
13 Luminal tablet 0 0 0 0
14 Metaneuron tablet 0 0 0 0
15 Proneuron tablet 56 0 50 6
16 Sanmag tablet 0 200 BSP 41 159
17 Stesolid rectal 5 mg 26 0 4 22
18 Stesolid rectal 10 mg 32 0 1 31
19 Stesolid injeksi 0 100 MBS 15 85
20 Melidox tablet 702 600 Kalista 942 360
21 Valisanbe injeksi 109 0 18 91
22 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
23 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
24 Sibital tablet 57 0 25 32
25 Phental injeksi 21 0 10 11
26 Meprosetil tablet 193 0 0 193
27 Zolastin 1 mg 40 50 MPI 23 67
28 Zolastin 0,5 mg 2 50 MPI 2 50
29 Midazolam 0 0 0 0

Laporan narkotika bulan september


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 0 2500 488 2012
2 Pethidin injeksi 43 0 6 37
3 Codein 20 mg 1 0 0 1
4 Fentanyl injeksi 38 50 46 42

lxvii
Lampiran 10. Laporan psikotropika dan narkotika bulan Oktober 2014 di RSUD
Banjarbaru

Laporan psikotropika bulan oktober


No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa
1 Analsik tablet 100 200 BSP 139 161
2 Asabium tablet 80 0 0 80
3 Braxidin tablet 195 0 105 90
4 Alprazolam 1 mg tablet 857 0 15 842
5 Alprazolam 0,5 mg tablet 803 0 50 753
6 Clobazam tablet 926 0 70 856
7 Diazepam 5 mg tablet 1940 0 230 1710
8 Diazepam injeksi 0 0 0 0
9 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
10 Esilgan 2 mg tablet 0 0 0 0
11 Frisium tablet 29 0 0 29
12 Librax tablet 25 0 0 25
13 Luminal tablet 0 0 0 0
14 Metaneuron tablet 0 0 0 0
15 Proneuron tablet 6 200 MPI 38 168
16 Sanmag tablet 159 200 BSP 31 328
17 Stesolid rectal 5 mg 22 0 5 17
18 Stesolid rectal 10 mg 31 0 11 20
19 Stesolid injeksi 85 0 32 53
20 Melidox tablet 360 600 Kalista 960 0
21 Valisanbe injeksi 91 0 18 73
22 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
23 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
24 Sibital tablet 32 0 0 32
25 Phental injeksi 11 0 11 0
26 Meprosetil tablet 193 0 0 193
27 Zolastin 1 mg 67 0 20 47
28 Zolastin 0,5 mg 50 0 34 16
29 Midazolam 0 0 0 0

Laporan narkotika bulan oktober


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 2012 0 1142 870
2 Pethidin injeksi 37 0 17 20
3 Codein 20 mg 1 0 0 1
4 Fentanyl injeksi 42 0 42 0

lxviii
Lampiran 11. Laporan psikotropika dan Narkotika bulan November 2014 di
RSUD Banjarbaru

Laporan psikotropika bulan november


No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa
1 Analsik tablet 161 100 BSP 122 139
2 Asabium tablet 80 0 0 80
3 Braxidin tablet 90 200 BSP 55 235
4 Alprazolam 1 mg tablet 842 0 109 733
5 Alprazolam 0,5 mg tablet 753 0 248 505
6 Clobazam tablet 856 0 134 722
7 Diazepam 5 mg tablet 1710 0 339 1371
8 Diazepam injeksi 0 0 0 0
9 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
10 Esilgan 2 mg tablet 0 0 0 0
11 Frisium tablet 29 0 0 29
12 Librax tablet 25 0 0 25
13 Luminal tablet 0 0 0 0
14 Metaneuron tablet 0 0 0 0
15 Proneuron tablet 168 0 20 148
16 Sanmag tablet 328 0 62 266
17 Stesolid rectal 5 mg 17 1 Retur 1 17
18 Stesolid rectal 10 mg 20 1 Retur 9 12
19 Stesolid injeksi 53 0 32 21
20 Melidox tablet 0 2000 Kalista, MPI 1153 847
21 Valisanbe injeksi 73 0 10 63
22 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
23 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
24 Sibital tablet 32 0 5 27
25 Phental injeksi 0 0 0 0
26 Meprosetil tablet 193 0 0 193
27 Zolastin 1 mg 47 0 28 19
28 Zolastin 0,5 mg 16 50 Kalista 21 45
29 Midazolam 0 0 0 0

Laporan narkotika bulan november


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 870 2000 550 2320
2 Pethidin injeksi 20 0 4 16
3 Codein 20 mg 1 0 0 1
4 Fentanyl injeksi 0 100 71 29

lxix
Lampiran 12. Laporan Psikotropika dan Narkotika bulan Desember 2014 di
RSUD Banjarbaru
Laporan psikotropika bulan desember
No Nama Obat Stok Awal Masuk Asal Keluar Sisa
1 Alprazolam 0,5 mg tablet 505 0 21 484
2 Alprazolm 1 mg tablet 733 0 146 587
3 Analsik tablet 139 0 60 79
4 Apazol 0,5 mg tablet 2 0 0 2
5 Apazol 1 mg tablet 2 0 0 2
6 Asabium tablet 80 0 0 80
7 Braxidin tablet 235 0 110 125
8 Clobazam tablet 722 0 49 673
9 Diazepam 2 mg 0 0 0 0
10 Diazepam 5 mg 1371 0 394 977
11 Diazepam injeksi 0 0 0 0
12 Frisium tablet 29 0 0 29
13 Librax tablet 25 0 0 25
14 Luminal tablet 0 0 0 0
15 Melidox tablet 847 1000 Kalista 917 930
16 Meprosetil tablet 193 0 3 190
17 Metaneouron tablet 0 0 0 0
18 Phental injeksi 0 0 0 0
19 Proneorun tablet 148 0 70 78
20 Sanmag tablet 266 0 50 216
21 Sibital tablet 27 0 27 0
22 Sibital injeksi 0 0 0 0
23 Stesolid injeksi 21 0 7 14
24 Stesolid rectal 5 mg 17 0 6 11
25 Stesolid rectal 10 mg 12 0 12 0
26 Valisanbe 2 mg tablet 0 0 0 0
27 Valisanbe 5 mg tablet 0 0 0 0
28 Valisanbe injeksi 63 0 20 43
29 Zolastin 0,5 mg tablet 45 0 9 36
30 Zolastin 1 mg tablet 19 0 1 18

Laporan narkotika bulan desember


No Nama Obat Stok awal Masuk Keluar Sisa
1 Codein 10 mg 2320 0 683 1637
2 Pethidin injeksi 1 0 0 1
3 Codein 20 mg 29 100 89 40
4 Fentanyl injeksi 16 0 16 0

lxx
Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

GAMBARAN PENGELOLAAN OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DI


INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU
KALIMANTAN SELATAN

DESCRIPTION OF NARCOTIC AND PSYCOTROPIC DRUG MANAGEMENT IN


PHARMACEUTICAL INSTALLATION OF BANJARBARU GENERAL HOSPITAL
SOUTH KALIMANTAN

Farida Elyyani1), M.Thesa Ghozali1)


1)
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Faridaelyyani@gmail.com

INTISARI

Pengelolaan obat adalah rangkaian kegiatan dalam manajemen obat yang terdiri :
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan atau pelaporan obat.
Tujuan pengelolaan obat adalah agar tersedianya obat dalam jumlah dan waktu yang tepat
dan terjamin keamanan mutunya.
Penelitian ini menggunakan metode non eksperimental deskriptif untuk mengetahui
gambaran pengelolaan obat narkotika dan psikotropika meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan, serta pengawasan dan pemusnahan
obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan obat narkotika dan psikortopika di
Instalasi farmasi RSUD Banjarbaru kalimantan selatan dilihat dari beberapa aspek
pengelolaan sudah baik dan sudah berdasarkan standar yang ditetapkan. Untuk RSUD
Banjarbaru kalimantan selatan agar mempertahankan pengelolaan obat yang sudah baik dan
meningkatkan yang belum sesuai dengan standar yang berlaku.

Kata Kunci : Pengelolaan Obat, Narkotika dan psikotropika.

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 1


Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

ABSTRACT

Drugs management is a series of activities in the management of drugs consisting of:


planning, procurement, storage, distribution, and recording or reporting of medication. The
main aim of drug management is the availability of drugs in quantities and the right time and
security guaranteed quality.
This research is using non-experimental descriptive method to describe the
management of narcotic drugs and psychotropic substances including planning, providing,
storing, distributing to guaranteeing the service quality in the Pharmacy Installation of
Hospital Banjarbau, South Kalimantan.
The results showed that the management of narcotic drugs and psychotropic in
Pharmaceutical Installation of Hospital Banjarbaru, South Kalimantan views of some aspects
of the management is sound and has been based on established standards. For hospitals
Banjarbaru South Kalimantan in order to maintain the management of medication that is
good and increases that have not been in accordance with the applicable standards.

Keywords: Drug Management Cycle, Narcotic and Psychotropic

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 2


Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

PENDAHULUAN dapat menyebabkan fungsi vital organ


Rumah sakit merupakan salah satu tubuh bekerja secara tidak normal seperti
peranan penting dalam rangka jantung, peredaran darah, pernafasan, dan
meningkatkan derajat kesehatan terutama pada kerja otak (susunan saraf
masyarakat secara paripurna yang pusat). Oleh karena itu pengelolaan obat
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat psikotropika sangat memerlukan
jalan, dan gawat darurat menurut Undang- penanganan dan perhatian lebih.
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Pada abad ke-20 perhatian khusus
rumah sakit. Tujuan pelayanan farmasi di internasional terhadap masalah narkotika
rumah sakit adalah melangsungkan semakin meningkat salah satu dapat dilihat
pelayanan yang optimal, melaksanakan melalui Single Convention on Narkotic
KIE ( Komunikasi, Informasi, Edukasi). Drugs pada tahun 1961. Dari laporan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit perkembangan situasi narkoba dunia tahun
(IFRS) dipimpin oleh apoteker yang 2014, diketahui angka estimasi pengguna
bertanggung jawab dalam pengadaan, narkoba di tahun 2012 adalah antara 162
penyimpanan, distribusi obat serta juta hingga 324 juta orang atau sekitar
memberi informasi dan menjamin kualitas 3,5%-7%. Menurut BNN (2014)
pelayanan di rumah sakit yang terkait diperkirakan jumlah penyalahgunan
dengan penggunaan obat. Instalasi farmasi NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan zat
dirumah sakit sangat penting karena semua adiktif lainnya) sebanyak 3,8 juta sampai
instalasi dirumah sakit berkoordinasi 4,1 juta orang atau sekitar 2,10% sampai
dengan instalasi farmasi guna 2,25% dari total seluruh penduduk
menyediakan kebutuhan obat dan alat Indonesia yang berisiko terpapar NAPZA
kesehatan (Defriyanto, 2014). di tahun 2014.
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat Jumlah penyalahgunaan NAPZA di
kesehatan menurut Undang-Undang RI Indonesia kini kian meningkat dari tahun
nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan ketahun, Pada tahun 2011, jumlah
pada pasal 88 dan 104 harus aman, penyalahguna NAPZA di Indonesia
bermanfaat, bermutu dan terjangkau bagi berjumlah 4.071.016 jiwa, kemudian
seluruh masyarakat serta pengamanan meningkat pada tahun 2012 menjadi
sediaan farmasi dan alat kesehatan 4.323.366 jiwa, diikuti oleh kenaikan
diselenggarakan untuk melindungi seluruh kembali pada tahun 2013 sebanyak
masyarakat dari bahaya yang disebabkan 4.583.690 jiwa, tahun 2014 sejumlah
oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat 4.851.486 jiwa, tahun 2015 menjadi
kesehatan yang tidak memenuhi 5.126.913 jiwa bahkan tercatat pada 2015
persyaratan mutu dan keamanan. Di rumah sebanyak 5,9 juta orang pemakai NAPZA
sakit pengelolaan obat dilaksanakan oleh (BNN,11/1/2016). Masalah ini penting
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Wahyuni, mengingat bahwa obat-obat narkotika dan
2007). Pengelolaan obat yang baik terlebih psikotropika adalah zat atau bahan yang
khusus yaitu pengelolaan jenis obat yang dapat merusak fisik serta mental yang
bersifat sebagai psikoaktif seperti pada bersangkutan, apabila dipergunakan tanpa
obat – obat golongan narkotika dan resep dokter (Adi, 2009). Berdasarkan
psikotropika. Narkotika dan Psikotropika latar belakang tersebut peneliti ingin
dapat merugikan apabila disalahgunakan mendapatkan gambaran serta
atau digunakan tanpa pengendalian dan mengevaluasi kesesuaian pengelolaan obat
pengawasan yang ketat, jika digunakan narkotika dan psikotropika di instalasi
secara tidak rasional salah satu efek farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
samping dari pemakaian obat ini yaitu di Banjarbaru Kalimantan Selatan
mana seseorang dapat mengalami berdasarkan PERMENKES No 3 Tahun
ketergantungan berat terhadap obat dan 2015 dan Pedoman Pengelolaan Obat

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 3


Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

Publik dan Perbekalan Kesehatan di HASIL DAN PEMBAHASAN


Daerah Kepulauan.
1. Standar Prosedur Operasional
METODE PENELITIAN Farmasi di RSUD Banjarbaru
SOP pengelolaan obat narkotika dan
Desain Penelitian psikotropika bertujuan untuk memastikan
Penelitian ini termasuk dalam obat narkotika dan psikotropika dikelola
penelitian non eksperimental bersifat dengan baik dan tidak ada
deskriptif. Pengumpulan data kualitatif dan penyalahgunaan.
kuantitatif diperoleh dari observasi dan 1. Catat obat narkotika dan psikotropika
wawancara. Data kualitatif didapat dari yang sudah diterima dari distributor
wawancara yang dilakukan terhadap pada kartu stok sesuai jenis, jumlah
petugas instalasi farmasi rumah sakit. Data dan nama distributor.
kuantitatif didapat dari analisis dokumen 2. Simpan obat narkotika dan
penggunaan obat narkotika dan psikotropika yang sudah dicatat/
psikotropika, dilakukan di Instalasi dokumentasi.
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah 3. Susun berdasarkan bentuk sediaan,
Banjarbaru dan akan dilaksanakan pada urutan abjad dimulai dari huruf A dan
bulan Juni-Juli 2015. seterusnya dan sistem FIFO (First In
First Out).
Populasi dan Sampel 4. Layani/ambil obat narkotika dan
Populasi : Populasi penelitian ini adalah psikotropika hanya dengan
seluruh obat narkotika dan psikoropika di menggunakan resep dokter dari RSUD
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Banjarbaru.
Daerah Banjarbaru Kalimantan Selatan. 5. Catat penggunaan obat narkotika dan
Sampel : berdasarkan PERMENKES No.3 psikotropika meliputi : tanggal
Tahun 2015 dan Pedoman Pengelolaan pengambilan, nama pasien yang
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di menggunakan, nama dokter yang
Daerah Kepulauan, pengambilan sampel meresepkan, serta jumlah yang
menggunakan daftar stok obat. digunakan.

Analisis Data 2. Pengelolan obat di instalasi farmasi


Data yang akan diperoleh dan RSUD Banjarbaru
dianalisis menggunakan metode deskriptif Untuk penunjang dalam
non eksperimental. Data yang diperoleh melaksanakan tugas dan tanggung jawab
dari hasil observasi dan wawancara ketersediaan sarana dan prasaranan
dianalasis secara kualitatif dan selanjutnya merupakan salah satu hal yang penting dan
dibandingkan kesesuaiannya dengan perlu diperhatikan.
PERMENKES No.3 Tahun 2015 dan Standar pelayanan farmasi di
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan rumah sakit harus sesuai dengan peraturan
Perbekalan Kesehatan Di Daerah yang telah ditetapkan, termasuk standar
Kepulauan untuk menggambarkan peralatan yang harus ada di instalasi
pengelolaan obat narkotika dan farmasi rumah sakit sehingga menjamin
psikotropika di Instalasi Farmasi Rumah terselenggaranya pelayanan farmasi yang
Sakit Umum Daerah Banjarbaru profesional. Standar pelayanan farmasi
Kalimantan Selatan. rumah sakit itu sendiri telah diatur oleh SK
Menkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004.

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 4


Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

dengan baik. Dengan demikian


perencanaan merupakan suatu pedoman
atau tuntunan terhadap proses kegiatan
ketersediaan
Standar peralatan di untuk mencapai tujuan secara efektif dan
Gudang Rumah Sakit efisien (Muninjaya, 2004).
(SK Menkes Nomor Ada Tidak Metode perencanaan di instalasi
1197/Menkes/SK/X/2004) farmasi RSUD Banjarbaru menggunakan
Peralatan untuk √ - metode konsumsi yaitu dengan melihat
penyimpanan
Peralatan untuk peracikan √ -
jumlah penggunaan obat pada tahun
Peralatan untuk pembuatan √ - sebelumnya atau periode sebelumnya, obat
Obat √ - yang pada periode sebelumnya banyak
Meja √ - digunakan atau fast moving akan diadakan
Kursi √ - kembali, dalam hal ini obat narkotika
Lemari / rak buku √ - diadakan sesuai dengan perencanaan
Filling cabinet √ -
bagian instalasi gawat darurat karena obat
Computer √ -
Alat tulis kantor √ - narkotika banyak digunakan oleh IGD.
Telepon √ - Untuk meminimalisir kejadian kekurangan
Kepustakaan √ - stok obat, metode perencanaan idealnya
Lemari penyimpanan √ - menggunakan metode kombinasi dari
khusus metode konsumsi dan metode morbiditas
Lemari untuk narkotika √ -
(kebutuhan obat berdasarkan pola
Lemari pendingin √ -
AC √ -
penyakit).
Penerangan √ -
Sarana air √ -
2. Pengadaan Obat
Ventilasi - √ Pengadaan dilakukan untuk
Sarana pembuangan √ - merealisasikan kebutuhan perbekalan
limbah farmasi yang telah disahkan oleh
Alarm - √ pemerintah kota Banjarbaru, dilaksanakan
Lemari/rak √ - dengan mengikuti ketentuan Keppres
Pallet - √
No.80 Tahun 2003 tentang pedoman
Kartu arsip √ -
Lemari arsip √ - Pelaksanan Pengadaan barang/jasa
pemerintah. Pengadaan obat di RSUD
Banjarbaru berdasarkan pembelian
1. Perencanaan Obat langsung dari distributor, kelebihan dari
Perencanaan adalah kegiatan pembelian langsung adalah cepat dan
pemilihan obat, jumlah dan harga dalam pembelian barang bisa dalam
perbekalan farmasi yang sesuai dengan jumlah kecil.
kebutuhan dan anggaran, untuk Pengadaan bertujuan untuk
mengindari kekosongan obat dengan menetapkan jumlah obat dan jenis obat
menggunakan metode yang dapat yang sesuai dengan kebutuhan, agar tidak
dipertanggungjawabkan. Dasar-dasar terjadi kekosongan obat atau kelebihan
perencanaan yang telah ditentukan antara obat. Apabila pengadaan tidak dilakukan
lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi dengan baik maka akan terjadi kekosongan
metode konsumsi dan epidemiologi obat yang akan mempengaruhi pelayanan
disesuaikan dengan anggaran persediaan juga pendapatan. kelebihan obat dapat
(DEPKES RI, 2004). menyebabkan kerusakan obat maupun obat
perencanaan merupakan landasan ED karena obat terlalu lama di simpan
dasar dari fungsi menajemen secara dalam gudang.
keseluruhan. Tanpa adanya perencanaan, Di Instalasi Farmasi RSUD
pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan Banjarbaru khusus untuk obat narkotika

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 5


Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

dan psikotropika diadakan atas permintaan komputerisasi dengan mencantumkan


IGD, obat banyak digunakan oleh IGD tanggal terima barang, tanggal faktur,
sehingga instaasi farmasi tidak memili nomor faktur, nama supplier, nama
persediaan sendiri. Narkotika hanya dapat barang, jumlah, harga satuan, diskon,
dipesan melalui Pedagang Besar Farmasi ppn, total harga, dama penerima.
(PBF) Kimia Farma, pemesanan Pengecekan dilakukan untuk
Narkotika harus menggunakan surat menghindari penerimaan obat yang
pesanan, pembayaran obat dilakukan pada expired date atau rusak, sehingga sesuai
saat barang datang. Pemesanan obat dengan permintaan dan dapat segera
psikotropika dapat melalui telpon kepada digunakan untuk pelayanan.
petugas medrep tanpa menggunakan surat Di RSUD Banjarbaru seluruh obat di
pesanan, surat pesanan dapat diberikan simpan di instalasi farmasi karena terkait
pada saat obat sampai di instalasi farmasi suhu dan kelembaban obat-obatan yang
dan untuk pembayaran obat psikotropika perlu diperhatikan, sedangkan di gudang
menggunakan sistem jatuh tempo. besar suhu dan kelembabannya kurang
Adapun sumber dana yang baik dan memungkinkan adanya kerusakan
digunakan dalam proses pengadaan obat atau penurunan pada kualitas obat-obatan
berasal dari dana BLUD, alokasi dana itu sendiri.
pengadaan obat di RSUD Banjarbaru pada Sistem penataan obat di instalasi
tahun 2014 untuk BLUD adalah 60% atau farmasi RSUD Banjarbaru disusun
sebesar Rp. 6.027.644,496. Dana tersebut berdasarkan abjad/alfabetis dari A-Z
mencakup dana untuk obat, alat kesehatan dengan menggunakan metode First In
dan perbekalan farmasi. First Out (FIFO) dan berdasarkan bentuk
sediaan. Metode FIFO merupakan metode
3. Penyimpanan Obat penyimpanan obat dimana obat yang lebih
Prosedur penerimaan obat narkotika cepat datang dikeluarkan terlebih dahulu
dan psikotropika adalah sebagai berikut : (Permenkes, 2014).
1. Petugas yang bertanggung jawab atas Menurut Peraturan Pemerintah
pengadaan barang menerima barang Republik Indonesia No 51 Th. 2009
yang dilengkapi dengan faktur. tentang pekerjaan kefarmasian, metode
2. Mencocokkan faktur dengan surat penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan
pesanan dengan memperhatikan: kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis
a. Kebenaran identitas produk serta sediaan farmasi yang disusun secara
kesesuaian dengan faktur. alfabetis dengan menerapkan prinsip First
b. Kebenaran jumlah kemasan. Expired First out (FEFO) dan First In
c. Kebenaran kondisi kemasan. First Out (FIFO)
d. Kebenaran jumlah satuan dalam
kemasan. Kesesuain
e. Kebenaran tidak terlihat tanda- Standart Penataan Obat di dengan
Rumah Sakit standar
tanda kerusakan.
3. Bila barang tidak sesuai dengan SP (SK Menkes Nomor
atau mendekati tanggal kadaluarsa, 1197/Menkes/SK/X/2004) Ya Tidak
barang akan ditolak/retur. Metode FIFO √ -
4. Bila sesuai dengan yang diharapkan , Metode FEFO - √
barang diterima, faktur di tandatangan, Penggolongan √ -
berdasarkan jenis sediaan
nama dan tanggal penerimaan, serta Penggolongan √ -
stempel Rs. berdasarkan
5. Masukkan data obat dalam sistem abjad/alfabetis
pencatatan yaitu dengan cara manual Penggolongan √ √
dengan kartu stok dan cara berdasarkan kelas
terapi/khasiat

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 6


Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

Data tabel 2 menunjukan bahwa disalahgunakan oleh oknum yang tidak


60% penataan obat sesuai dengan standar bertanggungjawab. Penyimpanan obat
SK Menkes Nomor 1197 tahun 2004 hal narkotika dan psikotropika harus dibuat
ini karena penataan obat di instalasi seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang
farmasi RSUD Banjarbaru belum kuat, mempunyai kunci yang kuat, lemari
menggunakan sistem First Expired First dibagi menjadi dua yakni lemari dalam
Out (FEFO) dan belum berdasarkan atas lemari dan masing-masing dengan kunci
khasiat/terapi yang sama. yang berlainan. Bagian pertama digunakan
Menurut Badan Nasional untuk menyimpan morfin, petidin dan
Penanggulangan Bencana (BNPB) (2013), garam-garamnya, serta persediaan
gudang penyimpanan sediaan farmasi narkotika. Bagian kedua dipergunakan
harus mempunyai letak tata ruang yang untuk menyimpan narkotika lain yang
baik untuk memudahkan penerimaan, digunakan sehari-hari (Permenkes, no.28
penyimpanan, penyusunan, pemeliharaan, th 1978).
pencarian, pendistribusian, serta
pengawasan material dan peralatan. 4. Pendistribusian
Narkotika dan psikotropika disimpan Pendistribusian obat adalah proses
dilemari khusus yang terpisah dengan obat penyampaian atau penyerahan sediaan obat
lain. Lemari penyimpanan terbuat dari yang diminta dokter dari instalasi farmasi
kayu yang terletak disudut ruangan dengan kepada pasien. Menurut Anonim (2010)
posisi dilantai dan menempel kebagian distribusi merupakan kegiatan penyaluran
dinding ruangan. perbekalan farmasi, barang dikeluarkan
Di instalasi farmasi RSUD berdasarkan First In First Out (FIFO) dan
Banjarbaru lemari penyimpanan narkotika First Expired First Out (FEFO).
dan psikotropika tidak dipisahkan dengan a. Sistem distribusi rawat jalan :
obat lainnya. 1 lemari besar dengan 1) Resep masuk kemudian resep
pembagian sebagai berikut : Penyimpanan dicek dan diberi harga oleh
narkotika dan psikotropika diletakkan pada petugas.
bagian bawah sedangkan obat lainnya 2) Pasien dipanggil oleh petugas
diletakkan dibagian atas lemari. Lemari untuk melakukan pembayaran
penyimpanan narkotika dan psikotropika dikasir.
hanya memiliki 1 kunci yang bersamaan. 3) Setelah pembayaran selesai, resep
Dan seringkali lemari tidak dalam keadaan diserahkan kembali kepada
terkunci. Di rumah sakit tersebut tidak ada petugas di instalasi farmasi untuk
lemari khusus untuk penyimpanan kemudian disiapkan oleh petugas.
narkotika dan psikotropika dengan 4) Untuk resep obat golongan
persyaratan yang telah ditentukan seperti : narkotika dan psikotropika
1. Tempat penyimpanan Narkotika diberikan tanda garis berwarna
dilarang digunakan untuk menyimpan merah untuk obat narkotika dan
barang selain Narkotika. biru untuk obat psikotropika.
2. Tempat penyimpanan psikotropika Tujuannya adalah untuk
dilarang digunakan untuk menyimpan membedakan resep narkotika dan
barang selain psikotropika. psikotropika agar mudah dikenali.
3. terbuat dari bahan yang kuat. 5) Instalasi farmasi RSUD
4. tidak mudah dipindahkan dan Banjarbaru hanya menerima resep
mempunyai 2 (dua) buah kunci yang narkotika dan psikotropika
berbeda. berdasarkan resep dokter dari
Penyimpanan obat narkotika dan RSUD Banjarbaru.
psikotropika sangat membutuhkan
pengamanan yang ketat agar tidak

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 7


Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

6) Setelah selesai, pasien dipanggil narkotika dan ditandatangani oleh


kembali untuk selanjutnya penanggung jawab instalasi farmasi/apotek
diberikan KIE. rumah sakit. Laporan tersebut ditujukan
7) Tempat penyerahan obat pasien kepada Kepala Dinas Kesehatan
bpjs dengan BLUD berbeda. Kabupaten/Kota setempat dengan
b. Sistem distribusi rawat inap : tembusan :
1) Resep masuk kemudian resep a. Dinas Kesehatan Provinsi setempat
dicek dan diberi harga oleh b. Kepala Balai POM setempat
petugas. c. Penanggung jawab narkotika di
2) Pasien dipanggil oleh petugas Rumah Sakit
untuk melakukan pembayaran d. Arsip yg di tanda tangani oleh
dikasir. Apoteker penanggung jawab di sertai
3) Setelah pembayaran selesai, resep nama terang, SIK, dan cap Rumah
diserahkan kembali kepada Sakit/Apotek.
petugas di instalasi farmasi untuk Laporan psikotropika ditujukan kepada
kemudian disiapkan oleh petugas. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4) Untuk resep obat golongan setempat dengan tembusan :
narkotika dan psikotropika a. Dinas Kesehatan Provinsi setempat
diberikan tanda garis berwarna b. Kepala Balai POM setempat
merah untuk obat narkotika dan c. Penanggung jawab narkotika di
biru untuk obat psikotropika. Rumah Sakit.
Tujuannya adalah untuk d. Arsip yg di tanda tangani oleh
membedakan resep narkotika dan Apoteker penanggung jawab di sertai
psikotropika agar mudah dikenali. nama terang, SIK, dan cap Rumah
5) Setelah selesai, obaat diserahkan Sakit/Apotek.
kepada pasien. Laporan pemakaian narkotika dan
6) Obat yang telah dibayar psikotropika di instalasi farmasi di RSUD
diserahkan oleh pasien ke ruang Banjarbaru dilakukan 3 bulan sekali,
perawat. pelaporan pertama untuk melaporkan
7) Selanjutnya perawat akan pemakaian obat pada bulan januari – maret
menyiapkan obat yang akan 2014, pelaporan kedua dilakukan pada
dikonsumsi pasien. bulan april – juni 2014, dan pelaporan
Instalasi farmasi hanya boleh ketiga dilakukan pada bulan juli – sep, dan
melayani resep narkotika dan psikotropika pelaporan ke empat pada bulan oktober –
dari resep asli atau salinan resep yang desember 2014.
dibuat oleh instalasi farmasi itu sendiri Alur pelaporan obat narkotika dan
yang belum diambil sama sekali atau yang psikotropika di instalasi farmasi dari
sudah diambil sebagian. Apotek tidak rumah sakit kemudian diberikan kepada
melayani pembelian obat narkotika tanpa kepala dinas kesehatan Banjarbaru dengan
resep atau pengulangan resep yang ditulis format yang berubah – ubah sesuai dengan
oleh apotek lain. Resep narkotika yang dinas kesehatan setempat.
masuk dipisahkan dari resep lainnya dan
diberi garis merah di bawah obat narkotik. 6. Pengawasan dan pemusnahan
Pengawasan obat Narkotika dan
5. Pencatatan dan Pelaporan obat Psikotropika dilakukan untuk melihat
Rumah sakit berkewajiban apakah obat yang tersedia sesuai dengan
menyusun dan mengirimkan laporan obat catatan di kartu stok. pengecekan
Narkotika dan psikotropika secara rutin dilakukan pada saat mengambil obat, dan
setiap 1 bulan. Dalam laporan dijelaskan setiap pergantian shift untuk memastikan
mengenai pemasukan dan pengeluaran bahwa obat yang ada tidak kurang dan

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 8


Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

tidak lebih dari kartu stok. Pemusnahan kelompok C merupakan barang dengan
narkotika di instalasi farmasi dilakukan jumlah fisik yang besar namun nilai
apabila kadaluarsa dan tidak memenuhi investasi yang kecil. Sehingga
syarat untuk digunakan pada pelayanan Pengendalian dan pemantauan kelompok C
kesehatan atau untuk pengembangan ilmu cukup sederhana.
pengetahuan. Berdasarkan analisis ABC, didapatkan
Pemusnahan narkotika dilaksanakan hasil yaitu :
oleh orang atau badan yang bertanggung– 1.) Kelompok A : Fentanyl injeksi,
jawab atas produksi dan peredaran Mellidox tablet, Braxidin, Midazolam,
narkotika yang disaksikan oleh pejabat Codein 10 mg.
yang berwenang dan membuat berita acara 2.) Kelompok B : Stesolid rectal 10 mg,
pemusnahan yang memuat antara lain : Analsik, Stesolid rectal 5 mg,
a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun. Proneuron tablet, Phental injeksi,
b. Nama pemegang izin khusus (APA/ Alprazolam 1 mg, Clobazam, dan
Dokter). Zolastin 1 mg.
c. Nama saksi (1 orang dari pemerintah 3.) Kelompok C : Zolastin 0,5 mg,
dan 1 orang dari badan/instansi yang Alprazolam 2 mg, Sanmag tablet,
bersangkutan). Stesolid injeksi, Codein 20 mg, dan
d. Nama dan jumlah narkotika yang Luminal tablet.
dimusnahkan. Data yang digunakan untuk
e. Cara pemusnahan. membuat analisis ABC adalah data
f. Tanda tangan penanggung jawab pemakaian obat periode bulan Januari –
apotik/pemegang izin khusus/dokter Desember 2014, dibagian pelayanan resep
pemilik narkotika dan saksi-saksi. instalasi farmasi. Pengelompokkan obat
Pemusnahan obat Narkotika dan berdasarkan nilai pemakaian obat
Psikotropika di Instalasi farmasi selama ini Narkotika dan Psikotropika dalam analisis
belum pernah dilakukan karena obat yang ABC di Instalasi Farmasi RSUD
diadakan sesuai dengan kebutuhan. Resep Banjarbaru, didapatkan hasil sebagai
Narkotika dan psikotropika dimusnahkan berikut :
setiap 3 tahun sekali, dan tanpa disaksikan 1. Kelompok A : 5 item obat dengan
oleh Dinas. jumlah 71,92 % dari total item obat di
3. Analisis ABC instalasi farmasi dengan jumlah
Salah satu pengendalian persediaan pemakaian 37.647.810 yaitu 26,32 %
adalah dengan metode ABC atau analisis dari jumlah pemakaian seluruhnya.
pareto.Analisis ABC adalah analisis 2. Kelompok B : 6 item obat dengan
konsumsi obat tahunan untuk menentukan jumlah 19,18 % dari total item obat di
item-item obat mana saja yang memiliki instalasi farmasi dengan jumlah
porsi dana terbesar. pemakaian 10.307.970% yaitu 31,58
Menurut Heizer dan Reinder (2010) % dari jumlah pemakaian seluruhnya.
kelompok A merupakan barang dengan 3. Kelompok C : 8 item obat degan
jumlah fisik kecil dengan nilai investasi jumlah 8,90 % dari total item obat di
yang besar, sehingga obat tersebut harus instalasi farmasi dengan jumlah
memiliki kontrol persediaan yang lebih pemakaian 4.660.900yaitu 42,11 %
ketat, pencatatan harus lebih akurat serta dari jumlah pemakaian seluruhnya.
frekuensi pemeriksaan lebih sering.
kelompok B merupakan barang dengan KESIMPULAN DAN SARAN
jumlah fisik dan nilai investasi yang
sedang, sehingga obat yang tergolong Kesimpulan
kelompok B memerlukan perhatian yang Berdasarkan hasil penelitian tentang
cukup penting setelah kelompok A. Dan evaluasi pengelolaan obat Narkotika dan

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 9


Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

Psikotropika di instalasi farmasi RSUD dengan UU RI No.3 Tahun 2015,


Banjarbaru, dapat ditarik kesimpulan hal ini dilakukan untuk menjamin
sebagai berikut: data yang dilaporkan.
1. Gambaran pengelolaan obat narkotika 3. Sebaiknya keamanan dalam
dan psikotropika, meliputi : penyimpanan obat Narkotika dan
a. Perencanaan obat menggunakan Psikotropika lebih diperhatikan
metode konsumsi yang dapat dengan cara melakukan penguncian
menyebabkan kekosongan obat. lemari setiap kali pengambilan obat
b. Obat narkotika diadakan sesuai agar terhindar dari kehilangan obat
dengan perencanaan bagian narkotika dan psikotropika serta
instalasi gawat darurat karena obat penyalahgunaan obat narkotika dan
narkotika banyak digunakan oleh psikotropika.
IGD.
c. Penyimpanan obat berdasarkan
sistem FIFO (first in first Out), DAFTAR PUSTAKA
abjad dan bentuk sediaan.
d. Dikarenakan RS tidak memiliki Aziz, S., Herman, M. J., Mun’im, A.,
gudang beukuran besar maka perlu 2005, Kemampuan Petugas
diadakan gudang besar yang sesuai Menggunakan Pedoman Evaluasi
standar. Pengelolaan dan Pembiayaan Obat,
e. Pencatatan dikartu stok dilakukan Majalah Ilmu Kefarmasian, 02
setiap hari dan pelaporan (02), 63-64.
penggunaan narkotika dan Badan Narkotika Nasional. (2014).
psikotropika dilakukan 3 bulan Laporan Akhir Survei Nasional
sekali. Perkembangan Penyalahgunaan
2. Terdapat ketidaksesuaian di Narkoba Tahun Anggaran 2014.
penyimpanan dan di pencatatan Jakarta : Badan Narkotika Nasional
pelaporan, yang meliputi : Republik Indonesia.
a. Penyimpanan obat narkotika dan Defriyanto, Yogi., 2014, Gambaran
psikotropika belum sesuai dengan Penyimpanan Obat Narkotika dan
UU RI No.3 Tahun 2015 terkait Psikotropika di Instalasi farmasi
dengan tidak adanya lemari khusus Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
narkotika dan psikotropika serta Bukittinggi dan Putra Specialist
lemari yang tidak selalu terkunci Hospital Melaka Tahun 2014,
setelah digunakan. karya tulis ilmiah, Fakultas
b. Pelaporan belum sesuai dengan UU Kesehatan Dan MIPA Universitas
RI No.3 Tahun 2015 terkait dengan Muhammadiyah, Sumatera Barat.
pelaporan narkotika dan Departemen Kesehatan RI. (2005).
psikotropika di RSUD banjarbaru Undang-undang Kesehatan Jilid I
yang dilakukan 3 bulan sekali. Cetakan Keempat. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI Badan
Saran Pengembangan dan pemberdayaan
1. Untuk meminimalisir kekosongan Sumber Daya Manusia Kesehatan
obat, ada baiknya untuk Pusdinakes.
perencanaan menggunakan metode Departemen Kesehatan RI. (2010).
kombinasi yakni metode konsumsi Undang-undang Kesehatan Untuk
dan metode epidemiologi. kelas XI. Jakarta : Departemen
2. Pelaporan Narkotik dan Kesehatan RI Badan
Psikotropika hendakanya dilakukan Pengembangan dan pemberdayaan
setiap 1 bulan sekali agar sesuai

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 10


Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

Sumber Daya Manusia Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia,


Pusdinakes. Jakarta
Dumbi, Yulistiani., 2014, Studi Quick, J.D., Hume, M.L Rankin, J.R.,
Perencanaan dan Penyimpanan O’Cornnor, R.W,. 1997,
Obat di instalasi Farmasi Rumah Managing Drug Supply, 2nd ed,
Sakit Umum Daerah Pohuwato, Revised and Expandet. Kumarin
Tesis, Universitas Negeri Press, Wets Hartford.
Gorontalo. Siregar,C.J.P dan Amalia, L., 2004,
Febriawati., H. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah sakit Teori Dan
Farmasi Rumah Sakit, Cetakan I, Penerapan, Penerbit Buku
Gosyen Publishing, Yogyakarta. kedokteran EGC, Jakarta, hlm,
Kementerian Kesehatan RI dan IAI., 2011, 120-138..
Pedoman Apoteker Praktik di Siregar, C.J.P, 2004. Farmasi Rumah Sakit
Sarana Pelayanan Kefarmasian, Teori dan Penerapan, EGC.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Jakarta. Subagya, M.S., 1994, Manajemen
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Logistik, Haji Masagung, Jakarta.
Indonesia No. Syamsuni., H. A. 2006. Ilmu Resep, ECG,
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Jakarta.
Standar Pelayanan Farmasi di UNDANG-UNDANG KESEHATAN Jilid I
Rumah Sakit, Departemen Cetakan Keempat. (2005).
Kesehatan RI, Jakarta. Departemen Kesehatan RI Badan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Pengembangan dan Pemberdayaan
Indonesia Sumber Daya Manusia Kesehatan
No.28/MENKES/PER/I/1978 Pusdiknakes.
Tentang Tata Cara penyimpanan UNDANG-UNDANG KESEHATAN Jilid II
Narkotika, Departemen Kesehatan Untuk kelas XI. (2010).
RI, Jakarta. Departemen Kesehatan RI Badan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Pengembangan dan Pemberdayaan
Indonesia Sumber Daya Manusia Kesehatan
No.3/MENKES/PER/2015/ Pusdiknakes.
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Undang-Undang Kesehatan. (2006).
Pemusnahan, Dan Pelaporan Cetakan I, Pustaka Pelajar,
Narkotika, Psikotropika, Dan Yogyakarta.
Prekursor Farmasi, Departemen Wahyuni, Y., 2007, Evaluasi Pengelolaan
Kesehatan RI, Jakarta. Obat tahun 2005 di Dinas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Kesehatan Kota Madiun, Skripsi,
Indonesia Nomor Fakultas Farmasi Universitas Gajah
949/Menkes/PerVI/2000 tentang Mada, Yogyakarta.
Registrasi Obat Jadi, Departemen Wasir, Riswandi., 2012, evaluasi proses
Kesehatan Republik Indonesia, pengadaan dan ketersediaan obat di
Jakarta. Rumah Sakit Dr. Wahidin
Peraturan Pemerintahan Republik Sudirohusodo Makassar Pada tahun
Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 2010, Tesis, Pascasarjana
tentang Narkotika, Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas
Kesehatan Republik Indonesia, Gadjah Mada, Yogyakarta.
Jakarta. Wirawan, Arif Surya., 2015, Evaluasi
Peraturan Pemerintahan Republik Penyimpanan Sediaan Farmasi Di
Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Gudang Farmasi Rumah Sakit
tentang Psikotropika, Departemen Umum Daerah Banyumas, skripsi,

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 11


Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah 25 Desember 2016

Fakultas Kedokteran dan Ilmu


Kesehatan Universitas
Muhammadiyah, Yogyakarta.
Zandy, R.F., 2010, Analisis Pengelolaan
Obat Tahap Perencanaan dan
Pengadaan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap Tahun 2008,
skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Farida Elyyani [ Farmasi FKIK UMY] 12

Anda mungkin juga menyukai