Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA NY.S G3P2A0


UMUR 37 TAHUN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI
KLINIK BIDAN WANTI, AM.Keb
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA KELOMPOK :
1. LISA TANIA
2. RAFIKA SARI ANGKAT
3. RISTRA NURMALINA SITEPU

DOSEN : FINA KUSUMA WARDANI, SST., M.Kes

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Kelompok : Klinik Bidan Wanti, Am.Keb


Nama Mahasiswa : 1. Lisa Tania
2. Rafika Sari Angkat
3. Ristra Nurmalina Sitepu
Program Studi : D4 Kebidanan
Lokasi Pengabdian Masyarkat : Jl. Seto Gang Karyasama No. 16

Medan, 18 Juni 2021


Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing CI Lahan Praktek

(Fina Kusuma Wardani, SST., M.Kes) (Wanti, Am.Keb)

Ketua Program Studi D4 Kebidanan


Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia
Dekan,

(Nuriah Arma, SST., M.Keb)


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Retensio Plasenta” ini dapat terselesaikan dengan baik meski pun
banyak kendala dan hambatan yang dihadapi pada saat penulisan makalah ini.
Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari penulis apabila makalah ini
dapat terpakai sesuai fungsinya, dan pembaca dapat mengerti dengan jelas apa
yang dibahas di dalamnya.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
masukkan berupa saran dan kritik yang tentunya positif sifatnya membangun
untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

Medan, 18 Juni 2021


Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Tujuan............................................................................................ 2
1.2.1. Tujuan Umum....................................................................... 2
1.3. Manfaat.......................................................................................... 3
1.3.1. Bagi Klinik........................................................................... 3
1.3.2. Bagi Klien............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4
2.1. Pengertian Retensio Plasenta......................................................... 4
2.2. Tahap Persalinan............................................................................ 5
2.3. Jenis-Jenis Retensio Plasenta......................................................... 7
2.4. Penyebab Retensio Plasenta.......................................................... 8
2.5. Fisiologi Plasenta........................................................................... 9
2.6. Patofisiologi................................................................................... 10
2.7. Fisiologi Pelepasan Plasenta.......................................................... 10
2.8. Penyebab Retensio Plasenta........................................................... 11
2.9. Tertinggalnya Sebagian Plasenta................................................... 11
2.10. Tanda dan Gejala........................................................................... 12
2.11. Penanganan Retensio Plasenta....................................................... 14
2.12. Penatalaksanaan Retensio Plasenta................................................ 14
2.13. Upaya Preventif Retensio Plasenta Oleh Bidan............................. 15
2.14. Komplikasi Retensio Plasenta....................................................... 16
2.15. Pencegahan Retensio Plasenta....................................................... 16

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 19

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 32
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 32
3.2. Saran.............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi dalam kehidupan.

Akan tetapi tidak semua persalinan berjalan normal. Salah satunya adalah

terjadinya retensio plasenta dalam proses persalinan. Retensio plasenta adalah

terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan

bayi. Salah satu faktornya yang menyebabkan retensio plasenta adalah paritas.

Menurut Saifuddin (2016) Perdarahan post partum adalah perdarahan

lebih dari 500cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000

cc setelah persalinan abdominal dalam 24 jam dan sebelum 6 minggu setelah

persalinan. Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dibagi menjadi

perdarahan primer dan perdarahan sekunder. Perdarahan primer adalah

perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh

atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa sebagian plasenta dan gangguan

pembekuan darah. Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjadi 24 jam

persalinan, Penyebab utama perdarahan post partum sekunder biasanya

disebabkan sisa plasenta

Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Makin tinggi angka

kematian ibu dan angka kematian bayi disuatu negara maka dapat dipastikan

bahwa derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan

1
bersalin merupakan kelompok rentan yang memerlukan pelayannan maksimal

(WHO,2015).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2015

Angka Kematian diseluruh dunia 216/100.000 KH dan hampir sekitar 830 wanita

meninggal akibat hal terkait dengan kehamilan dan persalinan, 99% dari seluruh

kematian ibu terjadi diantara masyarakat miskin.

Berdasarkan Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015,Angka

Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 305/100.000 kelahiran hidup dan

AKB 22,23/1000 kelahiran hidup. Target Sustainable Development Goals (SDGs)

menurunkan angka kematian ibu dan bayi Indonesia sebagaimana target yang

ditetapkan yaitu AKI 70/100.000 KH dan AKB 12/1000 KH pada tahun 2030

(Kemenkes,2017)

Berdasarkan laporan dari profil kab/kota tahun 2016 menyebutkan bahwa

AKI di Sumatera Utara 2014 sebesar 328/100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan

angka kematian bayi (AKB) berdasarkan Survey Penduduk (SP) sebanyak

4/1.000 Kelahiran Hidup (KH) (Kemenkes,2016)

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan yang diberikan pada ibu Ny.S G3P2A0 dengan

retensio plasenta di Klinik Wanti Amd.keb.

1.2.2 Tujuan Khusus

Untuk memenuhi laporan tugas praktek klinik kebidanan III.

2
1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Klinik

Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan kepada ibu klinik dan

pegawai klinik Wanti Amd.Keb.

1.3.2. Bagi Klien

Memberikan informasi tentang persalinan dengan retensio plasenta

1.3.3 Bagi Penulis

Setelah menyelesaikan makalah ini di harapkan kami sebagai mahasiswa

dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai retensio plasenta.

1.3.4 Bagi Pembaca / Institusi Pendidikan Kesehatan Helvetia

Diharapkan dapat membantu referensi bagi pihak pendidikan dan dapat

menanbah bahan bacaan di perpustakaan Helvetia Medan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Retensio Plasenta

Retensio Plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan pada ibu

bersalin. Retensio Plasenta pada ibu bersalin dapat dipengaruhi oleh usia dan

paritas. Usia yang dapat beresiko mengalami retensio plasenta adalah kurang

dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Disebut juga plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalis

dan Nitabuch layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai

menembus miometrium dan disebut plasenta perkreta bilavilikorialis sampa

menembus perimetrium (Prawirohardjo, 2016). Faktor predisposisi terjadinya

plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas seksiosesarea, pernah kuret

berulang, umur dan multiparitas. Bila sebagian kecil plasenta masih tertinggal

dalam uterus disebu trest placenta dan dapat menimbulkan perdarahan

postpartum primer atau sekunder. Proses kala III didahului dengan tahap

pelepasan plasenta akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara pelepasan

Duncan) atau plasenta sudah sebagian lepas tetapi tidak keluar pervaginam

(cara pelepasan Schultze), sampai akhirnya tahap ekspulsi, plasenta lahir

(Prawirohardjo, 2016).

Pada beberapa kasus retensio plasenta dapat terjadi retensio berulang

(habitual retensio plasenta), plasenta harus dikeluarkan karena dapat

menimbulkan perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi

plasenta incarserata, polip plasenta, degenarasi ganas khoriokarsinom

4
(Mochtar, 2017, 206).

Penyebab terjadinya retensio plasenta secara fungsional dapat terjadi

karena his kurang kuat (penyebab terpenting), dan plasenta sukar terlepas karena

tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya (plasenta membranasea, plasenta

anularis), dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). plasenta yang sukar

lepas karena penyebab diatas disebut plasenta adhesive. (Rukiyah, 2015,

297).

2.2. Tahap Persalinan

Pada proses persalinan menurut di bagi 4 kala yaitu :

1) Kala I : Kala pembukaan

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10

cm). Dalam kala pembukaan di bagi menjadi 2 fase :

a. Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap.

a) Pembukaan kurang dari 4 cm

b) Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam b) Fase aktif

b. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat

( kontraksi ade kuat/3x atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung

selama 40 detik atau lebih)

c. Serviks pembukaan dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1 cm/

lebih per jam hingga pembukaan lengkap

5
d. Terjadi penurunan bagian terbawah janin

e. Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 fase, yaitu : Berdasarkan

kurva friedman :

(1) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan

menjadi 4 cm

(2) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam

pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm

(3) Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembuakaan 9 cm menjadi 10 cm/lengkap.

2) Kala II : Kala Pengeluaran janin

Pada kala II ini memiliki ciri khas :

a) His terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali

b) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris

menimbulkan rasa ingin mengejan

c) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB

d) Anus membuka

Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

pereneum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala

akan lahir dan diikuti seluruh badan janin.

Lama pada kala II ini padaprimi dan multipara berbeda yaitu :

a. Primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2

jam b. Multipata kala II berlangsung 0,5

6
jam - 1 jam

3) Kala III : Kala Uri

Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir

kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri

setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya.

Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam

waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir

spontan atau dengan sedikit dorongan (brand androw, seluruh proses biasanya

berlangsung 5- 35 menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta

biasanya di sertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4) Kala IV : (Tahap pengawasan)

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya

perdarahan. Pengawasan ini di lakukan selama kurang lebih dua jam.

Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak

yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat

terlepasnya plasenta.

2.3. Jenis-Jenis Retensio Plasenta

1. Plasenta Adesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion

plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi

fisiologis.

2. Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta

hingga mencapai/melewati lapisan miomerium.

7
3. Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai sebagian lapisan miomerium.

4. Plasenta Perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta

yang menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa

dinding uterus.

5. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum

uteri, disebabkan oleh konstriksi uteri.

2.4. Penyebab Retensio Plasenta

Retensio plasenta tidak diketahui dengan pasti sebelum tindakan.

Beberapa penyebab retensio plasenta adalah :

1. Sebab Fungsional

a. His kurang kuat (penyebab terpenting), plasenta sudah lepas tetapi

belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang

banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah

rahim (ostium uteri) akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan

menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata)

b. Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba),

bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anuralis), dan ukurannya

(plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar karena penyebab ini

disebut plasenta adhevisa.

2. Sebab Patologi – Anatomi

Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh

lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya dibagai menjadi :

8
a. Plasenta akreta : vilikorialis berimplantasi menembus desidua bealis

dan nitabuch layer. Pada jenis ini plasenta melekat langsung pada

miometrium.

b. Plasenta inkreta : vilikoralis sampai menembus miometrium, tapi

tidak menembus serosa uterus.

c. Plasenta perkreta : vilikoralis sampai menembus serosa atau

perimetrium. Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh

permukaannya melekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta akreta

yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih

erat berhubungan dengan dinding rahim. Plasenta akreta yang kompleta,

inkreta dan perkreta jarang terjadi.

2.5. Fisiologi Plasenta

Klasifikasi plasenta merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam

kehamilan akibat deposisi kalsium pada plasenta. Klasifikasi pada plasenta terlihat

mulai kehamilan 29 minggu dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia

kehamilan, terutama setelah kehamilan 33 minggu. Selama kehamilan

pertumbuhan uterus lebih cepat daripada pertumbuhan plasenta. Sampai usia

kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar ¼ luas permukaan miometrium

dan ketebalannya tidak lebih dari 2-3 cm, menjelang kehamilan aterm plasenta

menempati sekitar 1/8 luas permukaan miometrium, dan ketebalannya mencapai

4-5 cm. Ketebalan plasenta yang  normal jaran melebihi 4 cm, plasenta yang

menebal (plasentomegali) dapat dijumpai pada ibu yang menderita diabetes

melitus, ibu anemia (HB < 8 gr%), hidrofetalis, tumor plasenta, kelainan

9
kromosom, infeksi (sifilis, CMV) dan perdarahan plasenta. Plasenta yang menipis

dapat dijumpai pada pre eklampia, pertumbuhan jani terhambat (PJT), infark

plasenta, dan kelainan kromosom. Belum ada batasan yang jelas mengenai

ketebalan minimal plsaenta yang masih dianggap normal. Beberapa penulis

memakai batasan tebal minimal plasenta normal antara 1,5-2,5 cm.

2.6. Patofisiologi

Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan

tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu

lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa

retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah

serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila

serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan

darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan

menyebabkan banyak darah hilang.

2.7. Fisiologi Pelepasan Plasenta

Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kotraksi dan retraksi miometrium 

sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area

plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plsenta mulai melepaskan diri dari dinding

uterus dan tidak dapat berkontraksi atau berinteraksi pada area pemisahan bekuan

darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah pemisahan

kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan

10
,mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan

bekuan darah retroplasenta (WHO, 2001)

2.8. Penyebab Retensio Plasenta

Secara fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat (penyebab

terpenting), dan plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba),

bentuknya (plasenta membranacea, plasenta anularis), dan ukurannya (palsenta

yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut

plasenta adhesive.

Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta

Separasi/akreta Plasenta
Gejala Plasenta akreta
parsial inkarserata
Konsistensi Kenyal Keras Cukup
uterus
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk fundus Diskoid Agak globuler Diskoid
Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
plasenta seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali

2.9. Tertinggalnya Sebagian Plasenta

Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka

uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan

perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan

11
dengan sisa plasenta. Penemuan secara dini hanya di mungkinkan dengan

melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan.

Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut,

sebagian besar pasien akan kembali lagi ketempat bersalin dengan keluhan

perdarahan setelah beberapa hari pulang kerumah dan subinvolusi uterus :

1. Penemuan secara dini hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan

kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan

perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi

ketempat bersalin dengan keluhan perdarahan setelah beberapa hari pulang

kerumah dan subinvolusi uterus.

2. Berikan antibiotika (sesuai intruksi dokter) karena perdarahan juga merupakan

gejala metritis. Antibiotika yang dipilih adalah ampisilin dosis awal 1 g IV

dilanjukan 3x1 g oral dikombinasi dengan metrodinazol 1 g supositoria

dilanjutkan 3 x 500 mg oral.

3. Lakukan eksplorasi digital (bidan boleh melakukan) (bila serviks terbuka) dan

mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui

oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase

(dilakukan oleh dokter obgyn).

4. Bila kadar HB < 8 g/dL berikan transfusi darah. Bila kadar HB > 8 g/dL,

berkian sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari (sesuai petunjuk dokter

kandungan).

2.10. Tanda dan Gejala

12
Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir dalam 30 menit,

perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu

tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan

lanjutan. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), gejala yang selalu ada yaitu

plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan

perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik

tetapi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar karena ini

menentukan sikap pada saat bidan akan mengambil keputusan untuk melakukan

manual plasenta, karena retensio bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain :

1. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta

sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

2. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai

sebagian lapisan miometrium, perlekatan plasenta sebagian atau total pada

dinding uterus. Pada plasenta akreta vilii chorialis menanamkan diri lebih

dalam kedalam dinding rahim daripada biasa adalah sampai kebatas atas

lapisan otot rahim. Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh

permukannya melekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta akreta yang

parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih erat

berhubungan dengan dinding rahim dari biasa. Plasenta akreta yang kompleta,

inkreta, dan precreta jarang terjadi. Penyebab plasenta akreta adalah kelainan

desidua, misalnya desisua yang terlalu tipis.

13
3. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai /

melewati lapisan miometrium.

4. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion yang menembus lapisan

miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

5. Plasenta inkar serata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri,

disebabkan oleh kontriksi ostium uteri

2.11. Penanganan Retensio Plasenta

1. Tentukan jenis retensio yang terjaid karena berkaitan dengan tindakan

yang di ambil.

2. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi

plasenta tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.

3. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes

permenit. Bila perlu, kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal

(sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang

timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri).

4. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual

palsenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi

dan perdarahan.

5. Lakukan tranfusi darah apabila diperlukan.

6. Berikan antibiotika profilaksis (ampisislin 2 g IV / oral + metronidazole 1

g supositoria/oral).

7. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok

neurogenik.

14
2.12. Penatalaksanaan Retensio Plasenta

Dalam melakukan penatalaksanaan pada retensio plasenta seiknya bidan

harus mengambi beberapa sikap dalam menghadapi kejadian retensio plasenta

yaitu :

1. Sikap umum bidan melakukan pengkajian data secara subyekitf dan obyektif

antara lain : keadaan umum penderita, apakah ibu anemis, bagaimana jumlah

perdarahannya, keadaan umum penderita, keadaan fundus  uteri, mengetahui

keadaan plasenta, apakah plasenta inkaserata, melakukan tes plasenta dengan

metode kustner, metode klein, metode strastman, metode manuaba, memasang

infus dan memberikan cairan pengganti.

2. Sikap khusus bidan :

a. Retensio plasenta dengan perdarahan

1) Langsung melakukan plasenta manual

b. Retensio plasenta tanpa perdarahan

1) Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera memasang

infusdan memberikan cairan.

2) Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan

penanganan yang lebih baik.

3) Memberikan transfusi

4)   Proteksi dengan antibiotika

5) Mempersiapkan plasenta manual dengan letargis dalam keadaan

pengaruhnarkosa.

15
2.13. Upaya Preventif Retensio Plasenta Oleh Bidan

Upaya pencegahan yang dapat di lakukan oleh bidan adalah dengan

promosi untuk meningkatkan penerimaan KB, sehingga memperkecil terjadi

retensio plasenta ,meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatanyang terlatih,Pada waktu menolong persalinan kala III tidak

diperkenankan melakukanmassage dengan tujuan mempercepat proses persalinan

plasenta karenamassage yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot

rahimdan mengganggu pelepasan plasnta.

2.14. Komplikasi Retensio Plasenta

Plasenta yang terlalu melekat, walaupun jarang dijumpai, memiliki

makna klinis yang cukup penting karena morbiditas dan kadang-kadang

mortalitas yang timbulkannya komplikasi meliputi:

1. Perforasi uterus

2. Infeksi

3. Inversion uteri

4. Syok (hipovolemik)

5. Perdarahan postpartum

6. Subinvolution

7. Histerktomi.

2.15. Pencegahan Retensio Plasenta

Pencegahan resiko retensio plasenta adalah dengan cara mempercepat

proses separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan uterotonika segera

16
setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali. Usaha

ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III. Manajemen aktif kala III:

1. Menyuntikkan oksitosin

a. Pastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus b. Beritahu ibu bahwa ia

akan di suntik

b. Segera dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir suntikkan oksitosin 10

unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar. Jika oksitosin tidak

tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi puting susu atau

menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera.

c. Jangan memberikan ergometrin karena menyebabkan kontraksi tonik

uterus yang dapat mengahambat ekspulsi plasenta.

2. Melakukan peregangan tali pusat terkendali

a. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-20 cm dari vulva

b. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu tepat di atas simpisis

pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus pada saat

melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang

kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan yang lain menekan

uterus kearah dorso cranial. Lakukana secara hati-hati untuk

mencegah terjadinya inversion uteri.

c. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali

(sekitar 2 atau 3 menit berselang) untuk mengulangi penegangan tali pusat

terkendali.

d. Saat mulai kontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan

17
tekanan dorso cranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus

uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat di

lahirkan.

e. Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran, agar plasenta

terdorong keluar melalui intyroitus vagina.

f. Saat terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali

pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk di

letakkan wadah lembut, lalu lahirkan selaput ketuban secara perlahan.

Jika plasenta belum lahir dalam 15 menit, berikan 10 unit oksitosin dosis

ke dua. Kosongkan kandung kemih jika teraba penuh.

3. Masase fundus uteri segera setalah lahir

a. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri, anjurkan ibu untuk

menarik nafas dalam dan perlahan serta rileks.

b. Dengan lembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah memutar

pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGI PADA NY.S


G3P2A0 UMUR 37 TAHUN DENGAN RETENSIO PLASENTA

Ruang : VK Klinik Bidan Wanti, AM.keb


Tanggal Masuk : 12 Juni 2021
No Registrasi :-

I. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS PASIEN
Tanggal: 12 juni 2021 Pukul: 07.00 WIB

Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. T

Umur : 37 tahun Umur : 40 tahun

Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta


Alamat rumah : Jl agas rt 04 rw 02

b. ANAMNESA (Data Subjektif) :

19
Tgl : 12 juni 2021 Pukul: 07.00 WIB
1. Alasan utama pada waktu masuk
Ibu mengatakan telah melahirkan anak ketiga pada tanggal 12 juni 2021
pukul 12.30 wib dan ibu mengatakan merasa cemas karena ari- arinya belum
dapat lahir, ibu juga merasa lemah dan pusing.
2. Tanda-tanda persalinan
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng sejak tanggal: 11 juni 2021 pukul
24.00 WIB. Frekuensi 2x setiap 10 menit, lamanya 20 detik, kekuatan lemah,
lokasi nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang.
3. Riwayat Menstruasi Ibu mengatakan,
a) Menarche : + 13 tahun
b) Siklus : 28-30 hari
c) Banyaknya : 2-3x ganti pembalut perhari
d) Teratur/tidak : Teratur
e) Lamanya : 6-7 hari
f) Sifat darah : Encer, warna merah
g) Dismenorhoe : Tidak ada nyeri
4. Riwayat Perkawinan
a) Status perkawinan : Ibu mengatakan perkawinannya sah dan
menikah 1 kali
b) Kawin I : Ibu mengatakan menikah umur 20 tahun dengan suami
umur 25 tahun, Lamanya: 17 tahun, anak : 3 orang.
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Tabel 4. 1 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Usia Keadaan Anak sekarang


Th
No Kehamila Jenis Partus Penolong Jenis
Partus BB PB
n Kelamin
1 2004 9 Bulan Normal Bidan L 3300 48
2 2014 9 Bulan Normal Bidan L 3200 48
3 2021 9 Bulan Normal Bidan P 3300 48

6. Riwayat Hamil ini


a) HPHT : Ibu mengatakan tanggal 05 oktober 2020

20
b) HPL : Ibu mengatakan tanggal 12 Juni 2021
c) Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluahan
Trimester III: Ibu mengatakan pegal-pegal
d) ANC
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 6 kali diklinik secara
teratur :
Trimester I : (1 kali), uk : 10 minggu
Trimester II : (2 kali), uk : 16 Minggu 2 hari dan 20 minggu
4 hari
Trimester III : (3 kali), uk : 29 minggu, 31 Minggu 1 hari, 35
Minggu 5 hari
e) Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi ibu
hamil dan senam hamil.
f) Imunisasi TT
Ibu mengatakan 2 kali, Trimester I : uk : 16 minggu 2 hari
Trimester II: uk : 20 minggu 4 hari
7. Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu mengatakan hanya menggunakan KB pil saja semenjak kelahiran
anak pertama selama + 12 tahun dan tidak ada keluhan.
8. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan tidak sedang sakit seperti flu, batuk,
demam ataupun diare.
b) Riwayat Penyakit sistemik
(1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah
merasakan nyeri pada dada sebelah kiri
(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan
sakit pada pinggang sebelah kiri

21
maupun kanan
(3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan sesak
nafas
(4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk > 2
Minggu
(5) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit kuning dan pada mata,kuku,kulit
tidak pernah terlihat kuning

(6) DM : Ibu mengatakan tidak mengatakan tidak


memiliki Riwayat penyakit DM
(7) Hipertensi : Ibu mengtakan tensinya tidak pernah >140/90
mmHg
(8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai
mengeluarkan busa dari mulutnya
(9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit lain seperti HIV / AIDS dan PMS
c) Riwayat penyakit keluarga :
Ibu mengatakan dari keluarganya maupun keluarga suami tidak ada
yang menderita penyakit menurun ( asma, DM ), menular (TBC,
Hepatitis ) menurun (hipertensi, jantung)
d) Riwayat keturunan kembar :
e) Ibu mengatakan dari keluarga maupun keluarga suaminya tidak ada
yang memiliki keturunan kembar
f) Riwayat operasi :
Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi apapun
9. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi : Makan dan minum terakhir : Ibu mengatakan
makan terakhirtanggal 11 juni 2021 pukul
21.00 wib dan minum terakhir tanggal 12
juni 2021 Jenis makanan dan minuman : Ibu

22
mengatakan makan terakhir sebanyak 1 porsi
jenis nasi, lauk, sayur, dan minum terakhir
sebanyak 1 gelas teh manis
b) Personal hygiene : Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali/
hari, gosok gigi 2 kali
c) Pola Eliminasi :
1) BAB terakhir pukul : Ibu mengatakan tanggal 11 juni
2021 pukul 22.00 wib warna kuning
kecoklatan, lembek, bau khas feses
2) BAK terakhir pukul : Ibu mengatakan tanggal 12 juni
2021 pukul 05.00 wib warna kuning
jernih, bau khas urine
d) Aktifitas Sebelum hamil
: Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah
sendiri
Sesudah hamil
: Ibu mengatakan pekerjaan rumah dibantu
suami dan anaknya
e) Istirahat Sebelum hamil
: Ibu mengatakan tidur siang + 2 jam dan tidur
malam 7 – 8 jam
Selama hamil
: Ibu mengatakan tidur siang + 2 jam dan tidur
malam 7 – 8 jam
Tidur terakhir
: Ibu mengatakan tidak bisa tidur sejak tanggal
11 juni 2021 22.30 wib
f) Psikososial Budaya :
(1) Perasaan menghadapi persalinan ini :
Ibu mengatakan senang dengan kehamilan ini
(2) Kehamilan ini direncanakan / tidak :

23
Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan
(3) Jenis kelamin yang diharapkan :
Ibu mengatakan laki-laki atau perempuan sama saja
(4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini :
Ibu mengatakan keluarganya mendukung
(5) Keluarga lain yang tinggal serumah :
Ibu mengatakan hanya tinggal bersama suami dan anak-anak
(6) Pantangan makanan :
Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun
(7) Kebiasaan adat-istiadat dalam kehamilan :
Ibu mengatakan ada acara pengajian pada usia kehamilan 7
bulan
g) Penggunaan obat-obatan, jamu / rokok :
Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan selain
dari bidan, tidak minum jamu, tidak merokok tetapi suami merokok
c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 120/70 mmHg , S: 36,6 0c
N : 82 x/ menit .
R : 20 x/ menit
d. TB : 150 cm
e. BB Sebelum hamil : 46 kg
f. BB Sekarang : 57 kg
g. LILA : 24 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala dan Muka
1) Rambut : hitam, bersih, tidak mudah rontok, tidak
ada benjolan
2) Muka : simetris pucat, tidak oedema, tidak ada

24
cloasma gravidarum
3) Mata :
a) Oedema : tidak ada
b) Conjungtiva : merah muda
c) Sklera : putih
4) Hidung : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
secret
5) Telinga : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
serumen
6) Mulut / gigi / gusi : Tidak stomatitis / tidak caries / tidak
berdarah
b. Leher
1) Kelenjar gondok thyroid : tidak ada pembesaran
2) Tumor : tidak ada benjolan
3) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran
c. Dada dan Axilla
1) Dada : simetris
2) Mammae
a) Membesar : Normal
b) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
c) Tumor : Tidak ada benjolan
d) Simetris : Simetris kanan kiri
e) Areola : Hiperpigmentasi
f) Putting susu : Menonjol
g) Kolostrum : Sudah keluar kanan kiri
3) Axilla
a) Benjolan : tidak ada
b) Nyeri : tidak ada
4) Ekstremitas
a) Varices : tidak ada
b) Oedema : tidak ada

25
c) Reflek patella : tidak dilakukan
d) Betis merah/ lembek/ keras : normal
e) Kuku : bersih, warna merah muda
3. Pemeriksaan Khusus Obstetri (Status Lokalis)
a. Abdomen
1) Inspeksi
a) Membesar : normal
b) Pelebaran vena : memanjang
c) Striae albican/livide : linea nigra
d) Linea nigra/alba : striae albicam
e) Kelainan lain : tidak ada
2) Palpasi
a) Pergerakan janin : tidak ada
b) Kontraksi : keras
c) TFU : setinggi pusat
d) Kandung kemih : penuh
3) Auskultasi : tidak ada
b. Pemeriksaan Panggul
1) Kesan Panggul : tidak dilakukan
2) Distantia Spinarum : tidak dilakukan
3) Distantia Kristarum : tidak dilakukan
4) Conjungtiva eksterna : tidak dilakukan
5) Lingkar panggul : tidak dilakukan
c. Anogenital
1) Vulva vagina
a) Varices : tidak ada
b) Luka : tidak ada
c) Kemerahan : tidak ada
d) Nyeri : tidak ada
e) Pengeluaran pervaginam : + 200 cc
f) Vulva : Tali pusat terjulur

26
keluar + 30 cm
2) Perineum
a) Bekas Luka : Laserasi derajat II
b) Lain-lain : tidak ada
3) Anus
a) Haemoroid : tidak ada
b) Lain-lain : tidak ada

4) Inspekulo
a) Vagina : tidak dilakukan
b) Portio : tidak dilakukan
5) Vaginal Toucher
a) Pembukaan : tidak dilakukan
b) Ketuban : tidak dilakukan
c) Presentasi : tidak dilakukan
d) Posisi : tidak dilakukan
e) Penurunan : tidak dilakukan
f) Kesan panggul : tidak dilakukan
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan Penunjang lain : tidak dilakukan
5. Pemberian injeksi
a. Injeksi pertama setelah bayi lahir pukul 12..30 wib
b. Injeksi kedua 15 menit setelah injeksi pertama pukul 12.45 wib

II. INTERPRETASI DATA


a. Diagnosa Kebidanan
Tanggal :12 juni 2021 Pukul : 13.00 wib
Ny. S umur 37 tahun G3P2A0 inpartu kala III dengan retensio plasenta Data
Dasar :

27
DS : 1. Ibu mengatakan bernama Ny. S dan berumur 37 tahun
2. Ibu mengatakan telah melahirkan anak ketiga tanggal 12 juni 2021 pukul
12.30 wib dan tidak pernah keguguran
3. Ibu mengatakan ari-arinya belum dapat keluar
4. Ibu mengatakan merasa cemas karena ari-arinya belum lahir sampai saat
ini
5. Ibu mengatakan merasa Lemah dan pusing

DO :1. Keadaan umum : Sedang


2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD: 120/70 mmHg , S: 36,6 0c
4. N : 82 x/ menit , R: 20 x/ menit
5. Kontraksi : Keras
6. TFU : Setinggi pusat
7. PPV : + 200cc
4.Vulva : Tali pusat terjulur +
30 cm 8.Pemberian injeksi : Pemberian oksitosin
ke 2 pukul 12.45 wib
b. Masalah
Ibu mengatakan merasa cemas karena plasenta belum dapat lahir
c. Kebutuhan
Beritahu ibu tentang keadaannya dan tindakan yang akan dilakukan Beri dukungan
moral pada ibu

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Potensi terjadi syok haemorrhage dan infeksi puerperium

IV. ANTISIPASI
Pasang infus drip oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS

V. RENCANA TINDAKAN

28
Tanggal : 12 juni 2021 Pukul : 13.05 wib
1. Kosongkan kandung kandung kemih dengan kateterisasi
2. Beritahu ibu tentang keadaannya saat ini
3. Beritahu ibu dan keluarga tindakan yang akan dilakukan
4. Lakukan inform consent dengan suami pasien atau persetujuan ibu
5. Memasang infus RL
6. Lakukan manual plasenta
7. Pemeriksaan keadaan umum ibu, TTV, kontraksi , TFU,
perdarahan dan laserasi
VI. PENATALAKSANAAN
Tanggal :12 juni 2021 Pukul : 13.05 wib
1) Pukul 13.05 wib Mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan
kateter nelaton
2) Pukul 13.10 wib Memberitahu ibu tentang keadaannya saat ini bahwa ari-
ari ibu belum dapat lahir setelah 30 menit lebih bayi lahir dan harus segera
dilakukan dengan tindakan agar tidak terjadi perdarahaan
3) Pukul 13.15 wib Memberi tahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan yaitu dengan cara memasukan tangan kedalam rahim ibu
untuk melahirkan ari-ari agar tidak terjadi perdarahan dan infeksi
4) Pukul 13.15 wib Informed consent dengan suami pasien atas persetujuan
ibu
5) Pukul 13.20 wib Memasang infus RL 40 tpm drip oksitosin 20 unit dalam
500 cc untuk rmengatasi syok hipovolemia dengan memberikan asupan
minum pada ibu
6) Pukul 13.25 wib Melakukan manual plasenta
a) Menjepit tali pusat dengan kelm 5-10 cm dari vulva, menegangkan
dengan satu tangan sejajar lantai
b) Memasukan tangan kanan secara obstetrik (punggung tangan
menghadap kebawah ) kedalam vagina dengan menelusuri sisi bawah
tali pusat
c) Memindahkan tangan kiri untuk menahan fundus uteri

29
d) Memasukkan tangan kanan hingga ke kavum uteri hingga mencapai
tempat implantasi plasenta sambil menahan fundus uteri
e) Membentangkan tangan obstetri menjadi datar ( ibu jari merapat kejari
telunjuk dan jari-jari lainnya merapat )
f) Menentukan tempat implantasi plasenta, mencari sisi yang sudah
terlepas dengan menyisipkan ujung-ujung jari tangan diantara plasenta
dan dinding uterus.
g) Memperluas perlepasan plasenta dengan jalan menggeser dari kanan ke
kiri hingga seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus dengan
menggunakan sisi ulna
h) Melakukan eksporasi untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal
i) Memindahkan tangan kiri ke supra simpisis untuk menahan segmen
bawah uterus ( dorsokranial ) sambil tangan kanan membawa plasenta
keluar
j) Melakukan massase uterus secara sirkuler selams 15 detik
k) Mengecek kelengkapan plasenta kemudian menaruh plasenta pada
tempatnya
7) Pukul 14.20 wib Melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu, TTV,
kontraksi, TFU, perdarahaan

VII. EVALUASI
Tanggal : 12 juni 2021 Pukul : 14 .50 wib
1) Ibu sudah mengetahui tentang keadaannya sehingga sedikit merasa tenang
dan ibu serta keluarga telah setuju dengan tindakan yang akan dilakukan
dengan menandatangani lembar inform consent yang diwakili oleh suami
2) Telah terpasang infus RL 40 tpm drip oksitosin 20 unit dalam 500 cc pada
tangan kiri ibu
3) Pukul 13.25 wib plasenta lahir lengkap secara manual, berbentuk
cakram, berat + 500 gram, kotiledon lengkap, selaput ketuban
utuh, insersi tali pusat sentralis, panjang tali pusat + 45 cm,
4) Hasil pemeriksaan pasca tindakan

30
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/70mmHg
S : 37 0c
N : 82 x/ menit
R : 24 x/ menit

c. TFU : 2 jari dibawah pusat


d. Kontraksi : keras
e. Kandung kemih : kosong
f. PPV : perdarahan + 60 cc
g. Perineum : Laserasi derajat 2

31
BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu

setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya

sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta

manual dengan segera. Rentensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan,

perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu

melahirkan di Indonesia.

3.2. Saran                      

Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini penulis merasa masih

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari

pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah yang penulis susunan ini

sebagai berikut :    

1. Bagi Klinik

32
Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan kepada ibu klinik dan pegawai

klinik Wanti Amd.Keb.

2. Bagi Klien

Memberikan informasi tentang persalinan dengan retensio plasenta

3. Bagi Penulis

Setelah menyelesaikan makalah ini di harapkan kami sebagai mahasiswa dapat

meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai retensio plasenta.

4. Bagi Pembaca / Institusi Pendidikan Kesehatan Helvetia

Diharapkan dapat membantu referensi bagi pihak pendidikan dan dapat

menanbah bahan bacaan di perpustakaan Helvetia Medan.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin,A.B. 2016.Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT. Bina Pustaka. Sarwono .Buku


Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:PT.Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. WHO.2015.Trens In Maternal Mortality:1990 to 2015. http://www. who.int/
reproductivehealth/publications/monitoring/maternal- mortality-2015/en/
(diakses tanggal 21 Februari 2018)
3. Poltekkes Kemenkes Medan.2017.Panduan Penyusunan Laporan Tugas
Akhir (LTA)
4. Profil Kesehatan Sumatera Utara. http://www.sumutprov.go.id/ beritalainnya/
623jumlah-kematian-ibu-dan- bayidi-sumut-menurun-tahun-2014 (Diakses 28
Februari 2018)
5. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Edisi keempat, cetakan kelima ; 2016
6. Rukiyah, Ai yeyeh. Dkk. 2015. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi Kebidanan).
Jakarta: Trans Info Media.
7. Mochtar. 2017. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC.
8. Rencana Stratergis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019

34
PARTOGRAF

35
36
DOKU

37
MENTASI

38

Anda mungkin juga menyukai