Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS KUALITAS AIR

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

NAMA : M. HABIBI YUSUP


NIM : 1602021026
MATKUL : ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

DOSEN : RINA MAHYURNI NASUTION, S.K.M., M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukurkehadirat Allah SWT, yang telahmelimpahkanrahmat dan


hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun judul makalah ini adalah “Analisis Kualitas Air”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan Mata Kuliah. Dalam penulisan makalah, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penulisan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang
tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Baik pada teknis penulisan maupun dalam materi, mengingat akan
kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

Medan, Februari 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
1.3. Tujun.................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4
2.1. Pengertian Analisis kualitas Air......................................................... 4
2.2. Jens-Jenis Analisis Kualitas Air dan Parameter Kualitas Air............. 5
2.3. Nilai Ambang Batas (NAB)............................................................... 9
2.4. Metode Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel................................ 11
2.5. Analisis Kualitas Air.......................................................................... 21
2.6. Penelitian-penelitian terkait Analisis kualitas Air.............................. 27
BAB III PENUTUP......................................................................................... 30
3.1. Kesimpulan........................................................................................ 30
3.2. Saran................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan
air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Diantara
kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk
minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air
tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.
Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Di
kota besar, dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat juga
mengkonsumsi air minum dalam kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap
lebih higienis. AMDK diproduksi oleh industri melalui proses otomatis dan
disertai dengan pengujian kualitas sebelum diedarkan ke masyarakat. Akan tetapi,
pada beberapa tahun terakhir ini masyarakat merasa bahwa AMDK semakin
mahal, sehingga muncul alternatif lain yaitu air minum yang diproduksi oleh
depot air minum isi ulang (DAMIU). DAMIU adalah badan usaha yang
mengelola air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak
dikemas. Ditinjau dari harganya air minum isi ulang (AMIU) lebih murah dari
AMDK, bahkan ada yang mematok harga hingga 1/4 dari harga AMDK.
Namun dari segi kualitasnya, masyarakat masih meragukan karena belum
ada informasi yang jelas dari segi proses maupun peraturan tentang peredaran dan
pengawasannya. Di Sulawesi Utara, kasus diare lebih banyak dideteksi
berdasarkan gejala klinis yaitu sebesar 5,4% (Riskesdas, 2007). Penyakit diare
termasuk dalam penyakit yang menonjol di Sulawesi Utara dengan menduduki
peringkat ke 2 dan dengan jumlah kasus 32.589. Sedangkan di Kota Manado
kasus diare dideteksi yaitu sebesar 3,1%. ( DinkesSulut, 2008).
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
mahkluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus

1
dilakukan secara bijaksana,dengan memperhitungkan kepentingan generasi
sekarang maupun generasi mendatang (Effendi, 2003).
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
air untuk keperluan domestic yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik,
dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk hidup yang bergantung pada sumber
daya air tersebut (Effendi,2003).
Pembangunan di negara ini semakinhari semakin pesat. Pesatnya laju
pembangunan ini menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan
terhadap kualitas lingkungan, antara lain terjadinya degradasi kualitas air. Dampak
suatu kegiatan terhadap keseimbangan lingkungan memang merupakan suatu hal
yang sulit dihilangkan sepenuhnya.Satu-satunya upaya yan dapat dilakukan adalah
meminimumkan pengaruh yang mungkin muncul.Sumber daya air yang strategis
dan banyak dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas adalah air sungai.Air sungai
merupakan sumber daya alam yang potensial menerima beban pencemaran limbah
kegiatan manusia. Akibatnya kualitas dan kuantitas air menjadi berkurang
(Effendi, 2003).
Kegiatan manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa
yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang
buangan, yaitu sampah dan limbah. Sampah adalah buangan berupa padat
merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya nilai estetika
lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya,
menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negative lainnya
(Bahar, 1985).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari Analisis kualitas Air?
2. Bagaimana jenis-jenis dari Analisis Kualitas Air?
3. Apa dan Bagimana Parameter kualitas Air?
4. Apakah yang dimaksud dengan NAB dan bagaimana NAB kualitasa Air?

2
5. Bagaimana pandangan Al-Qr’an dan Hadist Tentang Analisis Kualitas
Lingkungan?
6. Bagaimana metode pengambilan sampel Sampel ?
7. Bagaimana metode pengambilan sampel pemeriksaan Sampel?
8. Bagaimana Analisis kualitas air?
9. Bagaimana dampak pencemaran air terhadap lingkungan dan kesehatan ?
10. Bagaimana hasil dan contoh penelitian tentang analisis kualitas air?

1.3. Tujun
1. Untuk Mengetahui Apakah pengertian dari Analisis kualitas Air.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana jenis-jenis dari Analisis Kualitas Air.
3. Untuk Mengetahui Apa dan Bagimana Parameter kualitas Air.
4. Untuk Mengetahui Apakah yang dimaksud dengan NAB dan bagaimana
NAB kualitasa Air.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana pandangan Al-Qr’an dan Hadist Tentang
Analisis Kualitas Lingkungan.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana metode pengambilan sampel Sampel .
7. Untuk Mengetahui Bagaimana metode pengambilan sampel pemeriksaan
Sampel
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Analisis kualitas air.
9. Untuk Mengetahui Bagaimana dampak pencemaran air terhadap
lingkungan dan kesehatan.
10. Untuk Mengetahui Bagaimana hasil dan contoh penelitian tentang analisis
kualitas air.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Analisis kualitas Air


Analisa atau analisis atau analisis adalah suatu usaha untuk mengamati
secara detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-
komponen pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut. Analisa
berasal dari kata Yunani kuno analisis yang artinya melepaskan. Analusis
terbentuk dari dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan luein yang
berarti melepas sehingga jika di gabungkan maka artinya adalah melepas kembali

3
atau menguraikan. Kata analisis ini di serap kedalam bahasa inggris menjadi
analysis yang kemudian di serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis.
Kata analisa atau analisis atau analysis digunakan dalam berbagai
bidang. Baik dalam bidang ilmu bahasa, ilmu sosial maupun ilmu alam (sains) dan
lain-lain. Dalam ilmu bahasa atau linguistik analisa didefinisikan sebagai suatu
kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa
tersebut secara mendalam. Dalam ilmu sosial, analisis dimengerti sebagai upaya
dan proses untuk menjelaskan sebuah permasalahan dan berbagai hal yang ada di
dalamnya. Sedangkan dalam ilmu pasti (sains) pengertian dan definisi analisa
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menguraikan suatu bahan menjadi
senyawa-senyawa penyusunnya. Dalam ilmu kimia, analisa di gunakan untuk
menentukan komposisi suatu bahan atau zat. Contoh bidang yang paling terkenal
dengan kegiatan analisanya adalah bidang Kesehatan. Dalam ilmu Kesehatan
digunakan dalam Analisis berbagai factor penyebab kesehatan.Misalnya Analisis
Kualitas Air,udara dan Makanan.
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air
dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga
menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia.
Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan
ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum.Berbagai lembaga
negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam
menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi
air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air
terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu
subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industri seperti
manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan transportasi merupakan penyebab
utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertanian dan perkotaan.

2.2. Jens-Jenis Analisis Kualitas Air dan Parameter Kualitas Air


Parameter diartikan sebagai peubah bebas yang menjadi petunjuk
(indikator) karakteristik air. Parameter kualitas air dikelompokkan berdasarkan
sifat, jenis dan peran fungsionalnya (Wardoyo, 1992:)

4
Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik
(warna, suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD,
COD). Jenis dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat
tergantung pada jenis kegiatan yang diprakirakan memberikan dampak terhadap
badan air tersebut.
Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri atas:
1. Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan dan warna)
2. Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan organik)
3. Parameter biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus), plankton,
fungi, hewan bentik, ikan, tumbuhan air.
4. Menurut jenisnya, parameter kualitas air terdiri atas:
5. Masking parameter, yaitu parameter yang menunjukkan gejala umum(pH,
alkalinitas, salinitas, kekeruhan)
6. Controlling parameter, yaitu parameter yang mengendalikan sifat atau modus
operandi parameter lain (suhu, intensitas cahaya, pH)
7. Limiting parameter, yaitu parameter yang menjadi pembatas parameter lain,
khususnya terhadap parameter biologis (DO, bahan beracun)
8. Derivative parameter, yaitu parameter turunan dari parameter lain (BOD,
COD, keragaman jenis).

Menurut peran fungsionalnya, parameter kualitas air terdiri atas:


a. Key parameter, yaitu parameter yang relative menentukan peruntukan air
(untuk kelas 1, kelas 2, dan lain-lain).
b. Supplement parameter, yaitu parameter yang menunjang fungsi parameter
kunci bagi suatu peruntukan (alkalinitas terhadap pH).
c. Complement parameter, yaitu parameter yang melengkapi fungsi suatu
parameter lain (BOD terhadap DO bagi peruntukan perikanan).
1. Parameter Fisik
Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:
a. Warna
Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran, berwarna bening,
atau sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna disebabkan oleh kehadiran
bahan-bahan tersuspensi yang berwarna, ekstrak senyawa-senyawa organik
ataupun tumbuh-tumbuhan dan karena terdapatnya mikro organisme seperti
plankton, disamping itu juga akibat adanya ion-ion metal alami seperti besi dan
mangan. Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal dari limbah industri

5
kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia mau bagi biota air. Disamping
itu warna air juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa organik, yang
melalui proses klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro organisme air.
b. Bau dan Rasa
Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau dan tidak
berasa. Air yang berbau sudah pasti menimbulkan rasa yang tidak
menyenangkan.Adanya bau dan rasa pada air, menunjukkan terdapatnya
organisme penghasil bau dan juga adanya bahan-bahan pencemar yang dapat
mengganggu kesehatan.
c. Suhu
Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan hal yang
mutlak dilakukan. Pengukuran suhu air biasanya dilakukan langsung di lapangan.
Suhu air yang normal berkisar ± 3 0C dari suhu udara. Peningkatan suhu air bisa
disebabkan oleh berbagai hal, antara lain, air (sungai) yang dekat dengan gunung
berapi, ataupun akibat adanya pembuangan limbah cair yang panas ke badan air.
Disamping itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut mengalami proses
degradasi baik secara biologis maupun kima, seringkali meningkatkan suhu air.
Kenaikan suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi
berkurang, sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi terganggu .
d. Total padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,TSS)
Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1μm)
yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri
atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh
kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Materi yang tersuspensi
mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi
matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.
2. Parameter Kimia
Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun yang
umum ada beberapa parameter, diantaranya:
a. pH

6
pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi/aktifitas ion hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan sebagai: pH
= - log (H+).H+ selalu ada dalam keseimbangan yang dinamis dengan air(H2O)
yang membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan
masalah pencemaran air, dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis. H+
tidak hanya merupakan unsur molekul H2O saja, tetapi juga merupakan unsur
banyak senyawa lain. Dalam air murni, banyaknya molekul H2O yang terionkan
ada sebanyak 10-7, sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion hidrogen
bertambah, maka nilai pH akan turun dan larutan disebut bersifat asam.
Sebaliknya, jika konsentrasi ion hidrogen berkurang, menyebabkan nilai pH naik
dan larutan disebut bersifat basa. pH yang ideal bagi kehidupan biota air adalah
antara 6,8 sampai 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-
logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya
pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga
bersifat toksik bagi organisme air. pH air biasanya ditentukan langsung di
lapangan dengan alat pH-meter, atau dapat juga dengan kertas pH.
b. Oksigen terlarut (DO)
Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk kelangsungan
kehidupan ikan dan organisme air lainnya yaitu untuk proses respirasi.
Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah banyak
tergantung pada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut. Adanya oksigen terlarut
dalam air berasal dari udara dan dari proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air.
Kelarutan oksigen dalam air, tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer dan
kandungan mineral dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu
00C yaitu sebesar 14,16 mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka
konsentrasi oksigen dalam air akan berkurang. Ada dua metode yang umum
digunakan untuk analisa oksigen terlarut dalam air yaitu dengan metode titrasi
cara Winkler dan metode elektrokimia dengan alat DO-meter.
c. BOD
Angka BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau disebut juga Kebutuhan
Oksigen Biokimiawi adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara

7
global proses-proses mikrobiologis yang sebenarnya terjadi di dalam air. Angka
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik untuk
menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi di
dalam air. Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk ataupun industri dan untuk mendesain sistim
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik
adalah proses alamiah, yang kalau suatu badan air dicemari oleh zat organik maka
selama proses penguraiannya mikroorganisme dapat menghabiskan oksigen
terlarut dalam air tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam
air. Disamping itu kehabisan oksigen dapat mengubah keadaan menjadi anaerobik
sehingga dapat menimbulkan bau busuk. Pengukuran BOD didasarkan atas reaksi
oksidasi zat organik oleh oksigen dalam air, dan proses tersebut berlangsung
disebabkan adanya bakter aerobik. Menurut penelitian, untuk supaya 100% bahan
organik terurai, diperlukan waktu kira-kira 20 hari. Namun dalam waktu 5 hari,
pada temperatur inkubasi 20 0C, bahan organik yang dapat diuraikan mencapai
75%, sehingga waktu ini sudah dianggap cukup. Maka timbullah istilah BOD520
dapat ditentukan dengan mencari selisih antara harga DO0-DO5 dengan metode
Azida modifikasi.
d. COD
Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen Kimiawi
adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total zat-zat organik
yang terdapat dalam 1 liter sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh total zat-zat organik baik yang dapat diuraikan secara
biologis, maupun yang hanya dapat diuraikan dengan proses kimia. Analisa COD
berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan antara angka COD dengan
angka BOD dapat ditetapkan. Secara umum perbandingan BOD5/COD = 0,40 –
0,60. Pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.

2.3. Nilai Ambang Batas (NAB)


Nilai ambang batas (NAB) adalah nilai atau batas tertinggi dimana
manusia mampu menahannya tanpa menumbulkan gangguan kesehatan selama 40

8
jam atau 5 hari dalam seminggu. Mungkin seperti itulah gambaran harfiah dari
Nilai ambang batas.
Untuk zat-zat yang memiliki standar NAB, Udara, air, tanah, dan yang
sebenernya Nilai ambang batas ini lebih terkhusus pada zat-zat kimia berbahaya,
karena pertimbangan risiko, tingkat frekuensi dan tingkat kefatalan yang
ditimbulkan oleh zat kimia tersebut maka perlu diupayakan adanya pengendalian.
Penetapan nilai ambang ini merupakan.
Berikut ini ialah beberapa kriteria parameter kualitas air beserta
penjelasannya:
1. DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam air. semakin
tinggi DO maka air tersebut akan semakin baik. pada suhu 20C. tingkat DO
maksimal ialah 9ppm. ppm ialah satuan untuk menunjukkan kadar atau satuan.
ppm ialah singkatan dari part per million atau sama dengan mg/L.
2. BOD atau biological oxygen demand ialah tingkat permintaan oksigen oleh
makhluk hidup dalam air tersebut. jadi semakin tinggi nilainya maka semakin
banyak mikrobanya dan membuat nilai DO turun. Semakin tinggi nilai BOD
maka akan semakin rendah kualitas air.
3. COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. bedanya disini ialah
tingkat kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen. bisa jadi dipakai untuk
mengurai dan sebagainya. nilai COD juga berbanding terbalik dengn DO.
4. TDS atau total dissolve solid ialah jumlah zat padat yang terlarut didalam air.
semakin rendah TDS maka akan semakin bagus kualitas air. banyak tds meter
yang mudah untuk didapatkan dan bisa digunakan hanya dengan mencelupkan
ujung alat tersebut kedalam air.
Berikut ialah batas ambang berbagai parameter kualitas air yang ditetapkan
oleh pemerintah. namun seperti yang kita tahu, peraturan hanyalah sebuah
peraturan tanpa adanya penegakan dan tindak lanjut dari ketetapan tersebut.
semoga saja setiap batas batas kualitas air, udara dan tanah diperhatikan dan
dijaga agar tidak membuat alam ini dan penghuninya menjadi rusak.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal : 18 Januari 2010
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 Ph – 6-9
2 TSS mg/L 150

9
3 BOD mg/L 50
4 COD mg/L 100
5 Sulfida mg/L 1
6 Amonia mg/L 20
7 Fenol mg/L 1
8 Minyak & Lemak mg/L 15
9 MBAS mg/L 10
10 Kadmium mg/L 0,1
11 Kromheksavalen mg/L 0,5
12 Krom total mg/L 1
13 Tembaga mg/L 2
14 Timbal mg/L 1
15 Nikel mg/L 0,5
16 Seng mg/L 10
17 Kuantitas air limbah mg/L 0,8L/s lahan kawasan terpakai
max
2.4. Metode Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel
Tujuan dari pengambilan sampel adalah untuk mengumpulkan sebagian
material bahan dalam volume yang cukup kecil yang mewakili material bahan
yang akan diperiksa secara tepat teliti untuk dapat dibawa dengan mudah dan
diperiksa di laboratorium.Hal ini berarti bahwa perbandingan atau konsentrasi
relatif yang tepat dari semua komponen dalam sampel akan sama seperti dalam
material yang disampling, serta tidak mengalami perubahan-perubahan yang
berarti dalam komposisinya sebelum pemeriksaan dilakukan.
Untuk mendapatkan sampel yang mewakili diperlukan seorang pengambil
sampel yang dapat mampu melakukan prosedur pengambilan dan pengawetan
sampel dengan baik, agar hasil uji laboratorium nantinya merupakan hasil uji yang
dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan kuantitasnya. Kemungkinan
kandungan pada sampel dapat hilang secara keseluruhan atau sebagian jika
prosedur pengambilan dan pengawetan sampel yang baik tidak diikuti dengan
benar.
Pada waktu pengambilan sampel air dilakukan pemeriksaan parameter air
yang harus dilakukan segera / dilakukan dilapangan seperti : pemeriksaan fisika,
pH, sisa Chlor. Metode pengambilan contoh ini dimaksudkan sebagai pegangan
dalam pengambilan.
Beberapa pengertian yang dimaksud dalam metode ini meliputi :
1. Sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteoric

10
2. Air permukaan adalah air yang terdiri dari : air sungai, air danau, air waduk,
air saluran, mata air, air rawa dan air gua / air karst.
3. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air dan
terletak pada suatu dasar yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas.
4. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air dengan
bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air.
5. Akifer adalah suatu laipsan pembawa air.
6. Epilimnion adalah lapisan atas danau atau waduk yang suhunya relatif sama.
7. Termoklin / metalimnion adalah laipsan danau yang mengalami penurunan
suhu yang cukup besar (lebih dari 1O C/m) ke arah dasar danau.
8. Hipolimnion adalah lapisan bawah danau yang mempunyai suhu relatif sama
dan lebih dingin dari lapisan atasnya, biasanya lapisan ini mengandung kadar
oksigen yang rendah dan relatif stabil.
9. Air Meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasiun meteor , air
meteroik yang ditampung langsung dari hujan dan air meteorik dari bak
penampungan air hujan.
a. Prinsip Pengambilan Sampel
 Menentukan lokasi pengambilan sampel
 Menentukan titik pengambilan sampel.
 Melakukan pengambilan sampel
 Melakukan pengawetan sampel
 Pengepakan sampel dan pengiriman ke laboratorium.
b. Bahan Pemeriksaan
Sampel air, yang berasal dari sumber air, air minum / air bersih, air kolam
renang, air pemandian umum.
Ada 2 macam sampel air :
1) Sampel sesaat (grab sampel)
Sampel yang diambil pada suatu waktu dan tempat tertentu. Contoh :
sampel yang diambil dari sumber air permukaan, sumber air persediaan.
2) Sampel gabungan waktu
Sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang sama,
tetapi pada waktu yang berbeda dan dalam waktu yang tidak lebih dari 24
jam.
Sampel masing-masing diambil dalam kapasitas  120 ml setiap interval
waktu tertentu atau satu jam sekali. Sampel-sampel kemudian dicampur pada
akhir periode pengambilan sampel. Jika zat pengawet diperlukan, masukkan zat
tersebut kedalam wadah yang masih kosong (setelah dicuci dengan sampel),

11
sehingga semua bagian atau porsi dari gabungan sampel akan diawetkan segera
setelah diambil dan digabungkan. Sampel gabungan waktu digunakan untuk
menentukan komponen-komponen yang dapat ditunjukkan tetap tidak berubah.
Jumlah / volume sampel yang diambil untuk keperluan pemeriksaan dilapangan
dan dilaboratorium tergantung pada jenis pemeriksaan yang diperlukan, yaitu
sebagai berikut :
a. Untuk pemeriksaan fisika air diperlukan  2 liter.
b. Untuk pemeriksaan kimia air diperlukan  5 liter.
c. Untuk pemeriksaan bakteriologi air diperlukan  100 ml.
c. Alat dan reagen
a) Alat
Alat-alat yang perlu dipersiapkan dalam pengambilan sampel sebagai
berikut:
1) Alat pengambil sampel
2) Alat lain
3) Wadah untuk menyimpan sampel
Berikut penjelasan mengenai alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan
contoh :
1. Alat pengambil contoh
Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
2. Terbuat dari bahan yang tidak terpengaruh sifat contoh (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat daru
logam)
3. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya.
Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung / wadah penyimpan
tanpa ada sisa bahan tersuspensi didalamnya.
4. Mudah dan aman dibawa.
5. Kapasitas 1-5 liter, tergantung dari maksud pemeriksaan
Alat pengambil sampel terdiri dari bermacam-macam bentuk tergantung pada
jenis pemeriksaan yang dibutuhkan. Karena peralatan laboratorium di
Puskesmas terbatas, maka yang digunakan adalah alat pengambil contoh tipe
sederhana.
Alat pengambil contoh tersebut adalah :

1) Alat pengambil contoh sederhana

12
Terdiri dari botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada air
permukaan secara langsung. Botol biasa yang diberi pemberat untuk
digunakan pada kedalaman tertentu. Pemberat ini diikat dengan kawat
kuningan / kawat tembaga dan tidak boleh memakai kawat besi, sebab besi
mudah berkarat, sehingga mudah putus dan karatnya dapat mencemari air
dengan menambah tinggi kadar besi.
2) Alat pengambil contoh setempat secara mendatar
Dipergunakan untuk mengambil contoh di sungai atau di tempat yang
airnya mengalir pada kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe
Wohlenberg.
3) Alat pengambil contoh setempat secara tegak.
Dipergunakan untuk mengambil contoh pada lokasi yang airnya tenang
atau alirannya sangat lambat seperti di danau, waduk, dan muara sungai
pada kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe Ruttner.
4) Alat pengambil sampel pada kedalaman yang terpadu untuk pemeriksaan
zat padat tersuspensi atau untuk mendapatkan contoh yang mewakili
semua lapisan air. Contoh alat ini adalah tipe USDH.
5) Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur
waktu dan volume yang diambil.
Digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air limbah atau air sungai
yang tercemar, agar diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu.
6) Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan gas terlarut, yang dilengkapi
tutup, sehingga alat dapat ditutup segera setelah terisi penuh.Contoh alat
ini adalah tipe Casella.
7) Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteriologi.
b) Reagen
Sarana Pengambilan Contoh Sarana yang dapat digunakan adalah :
1) Sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung
sebagai tempat pengambilan contoh.
2) Bila sarana jembatan / lintasan gantung tidak ada, maka dapat
menggunakan perahu.
3) Untuk sumber air yang dangkal dapat dilakukan langsung.
c) Waktu
Interval waktu pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada hari dan
jam yang berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari
maupun setiap jam. Caranya dilakukan dengan menggeser jam dan hari

13
pengambilan pada waktu pengambilan contoh berikutnya, misalnya pengambilan
pertama hari senin jam 06.00 pengambilan berikutnya hari selasa jam 07.00 dan
seterusnya. Waktu pengambilan contoh dilakukan berdasarkan keperluan sebagai
berikut :
1. Untuk keperluan survai pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah, waktu
pengambilan contoh dapat dilaksanakan pada saat survai.
2. Untuk keperluan perencanaan dan pemanfaatan diperlukan data pemantauan
kualitas air, yang diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap,
tergantung pada jenis sumber air dan tingkat pencemarannya sebagai berikut
a. Sungai / saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama
setahun.
b. Sungai / saluran yang telah tercemar ringa sampai sedang, sebulan sekali
selama setahun.
c. Sungai / saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama
setahun.
d. Waduk / danau setiap dua bulan sekali selama setahun.
e. Air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun.
f. Air meteorik sesuai dengan keperluan.
g. Untuk studi dan penelitian, perlu disesuaikan.
d. Cara pengambilan sampel
a) Menentukan lokasi pengambilan sampel :
b) Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada air permukaan dan air tanah.
Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan tujuan dan keperluan
pengambilan sampel :
c) Lokasi pengambilan sampel air permukaan :
Lokasi pengambilan sampel air permukaan dapat berasal dari daerah
pengaliran sungai dan danau / waduk
d) Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai berdasarkan
pada :
1. Sumber air alamiah :Yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau
masih sedikit pencemaran.
2. Sumber air tercemar :Yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami
perubahan atau dihilir sumber pencemar.
3. Sumber air yang dimanfaatkanYaitu lokasi pada tempat penyadapan
pemenfaatan sumber air tersebut.
4. Pemantauan kualitas air pada danau / waduk berdasarkan pada :
a) Tempat masuknya sungai ke danau / waduk.
b) Ditengah danau / waduk.

14
c) Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
d) Tempat keluarnya air danau / waduk.
e. Menentukan titik pengambilan contoh
a) Air permukaan.Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan
danau / waduk , dengan penjelasan sebagai berikut :
1) Di sungai, titik pengambilan contoh di sungai dengan ketentuan :
Sungai dengan debit kurang dari 5 m3 / detik, contoh diambil pada
satu titik di tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.
Sungai dengan debit antara 5 – 150 m3 / detik, contoh diambil pada
dua titik masing-masing pada ada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada
0,5 x kedalaman dari permukaan air
2) Sungai dengan debit lebih dari 150 m3 / detik,contoh diambil
minimum pada enam titik masing-masing pada jarak ¼. ½ dan ¾ lebar
sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari permukaan air.

3) Di danau / waduk, titik pengambilan contoh di danau / waduk dengan


ketentuan :
(1). Danau / waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh
diambil pada dua titik dipermukaan dan di dasar danau / waduk
4) Danau / waduk dengan kedalaman antara 10-30 meter, contoh diambil
pada tiga titik, yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin dan di dasar
danau / waduk.
5) Danau / waduk dengan kedalaman antara 30 – 100 m, contoh diambil
pada empat titik, yaitu di permukaan, di lapisan termoklin
( metalimnion), di atas lapisan hipolimnion dan di dasar danau /
waduk.
(4) Danau / waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik
pengambilan contoh dapat ditambah sesuai dengan keperluan.
f. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan sifat fisika dan kimia air.Tahapan
pengambilan contoh untuk keperluan ini adalah :
1) Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber
air.

15
2) Membilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak tiga kali.
3) Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam
penampung sementara hingga merata.
4) Apabila contoh dimabil dari beberapa titik, maka volume contoh yang
diambil dari setiap titik harus sama.
g. Pengambilan contoh untuk pemeriksaan Oksigen terlarut (DO)
Pengambilan contoh dapt dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Cara langsung
Tahapan pengambilan contoh dengan cara langsung sebagai berikut: :
Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai volume  300 ml
serta dilengkapi dengan tutup asah.
Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah
dengan aliran air, sehingga air masuk kedalam botol dengan tenang, atau dapat
pula dengan menggunakan sifon.
2. Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung
udara selama pengisian dan penutupan botol, kemudian botol di tutup.
Contoh siap untuk dianalisis.
3. Dengan alat khusus
Tahapan pengambilan contoh / sampel dengan cara alat khusus sebagai berikut
:
 Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai
 volume  300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.
 Masukkan botol ke dalam alat khusus (tipe Casella).
 Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.
4. Label
Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah contoh diberi label. Pada label
dicantumkan keterangan mengenai :
a) Nomor contoh
b) Nama petugas pengambil contoh
c) Tanggal dan jam pengambilan contoh
d) Tempat pengambilan contoh
e) Jenis pengawet yang digunakan.
5. Pemeriksaan di Lapangan
Pekerjaan yang dilakukan meliputi :
1) Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan
langsung setelah pengambilan contoh ; unsur-unsur tersebut antara lain :
pH, suhu, daya hantar listrik, alkalinity, acidity dan oksigen terlarut.
2) Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan
di lapangan, yang meliputi : nama sumber air, tanggal pengambilan

16
contoh, jam, keadaan cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan dan nama
petugas.
3) Pengolahan pendahuluan contoh
a. Penyaringan
Penyaringan contoh dilakukan untuk pemeriksaan parameter terlarut
sebagai berikut :
b. Contoh yang akan disaring diukur volumenya sesuai dengan
keperluan.
c. Masukkan ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring
yang mempunyai ukuran pori 0 – 0,45 um dan saring sampai selesai.
d. Air saringan ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sesuai
dengan keperluan.
e. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Pestisida
Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :
1. Contoh dikocok secara merata dan ukur volumenya sebanyak 1 liter dengan
gelas ukur.
2. Tuangkan contoh ke dalam labu ekstrak.
3. Bilas gelas ukur dengan 60 ml campuran pelarut organik (n-heksana 85 % dan
Diethyl ether 15 %), kemudian tuangkan pelarut organik tersebut ke dalam
labu ekstrak dan kocok selama 2 menit.
4. Biarkan sampai terjadi pemisahan fase paling sedikit  10 menit.
5. Tampung fase air dari labu ekstrak ke dalam gelas ukur dan secara hati-hati
tuangkanlah lapisan fase organik nelalui kolom yang berdiameter luar 2 cm
dan berisi Na2SO4 bebas air setinggi 10 cm ke dalam wadah khusus.
6. Tuangkan kembali fase air di dalam gelas ukur tadi ke dalam labu ekstrak.
7. Ulangi langkah 3 sampai langkah 6 sebanyak 2 kali lagi.
8. Bilas kolom dengan pelarut Hexana  20 ml.
9. Satukan hasil ekstrak dalam botol khusus.
10. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Minyak dan Lemak
Kualitas air merupakan subjek yang sangat kompleks dan dicerminkan dari
jenis pengukuran dan indikator air yang digunakan. Pengukuran akan lebih
akurat jika dilakukan di tempat karena air berada dalam kondisi yang
ekuilibrium dengan lingkungannya. Pengukuran di tempat umumnya akan
mendapatkan data mendasar seperti temperatur, pH, kadar oksigen terlarut,
konduktivitas, dan sebagainya.

17
Untuk pengukuran yang lebih kompleks membutuhkan sample air yang
kemudian dijaga kondisinya, dipindahkan, dan dianalisis di tempat lain (misal
laboratorium). Pengukuran seperti ini memiliki dua masalah yaitu karakteristik air
pada asmple mungkin tidak sama dengan sumbernya karena terjadi perubahan
secara kimiawi dan biologis seiring waktu. Bahkan kualitas air dapat bervariasi
antara siang dan malam dan dipengaruhi keberadaan organisme air.[7] Dan air yang
teah terpisah dari lingkungannya akan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
baru, yaitu botol atau kemasan yang digunakan dalam pengambilan sample.
Sehingga bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel harus bersifat inert
atau memiliki tingkat reaktivitas yang minimum sehingga tidak mempengaruhi
kualitas air yang diuji.[8]:4 Perubahan kondisi fisik dan kimiawi juga terjadi ketika
air sampel dimpompa atau diaduk, menyebabkan terbentuknya endapan. Ruang
udara yang berada di dalam kemasan sampel juga dapat mempengaruhi karena ada
risiko udara larut ke dalam sampel air. Menjaga kualitas sampel dapat dilakukan
dengan mendinginkan sampel sehingga mengurangi laju reaksi kimia dan
perubahan fase.
Cara terbaik untuk mengetahui tingkat perubahan selama pengumpulan
sampel hingga analisis adalah dengan menggunakan dua jenis air yang digunakan
bersamaan dengan pengumpulan sampel. Air jenis pertama, disebut dengan air
"kosong" (tidak selalu air hasil destilasi) adalah air dengan kondisi kimiawi dan
biologis yang sangat kecil sehingga tidak ada karakteristik yang bisa dideteksi.
Dan air jenis kedua merupakan air dengan kondisi yang "dimaksimalkan" sesuai
dengan perkiraan kondisi air sampel. Kedua jenis air ini dipaparkan ke atmosfer
sekitar selama pengambilan sampel, sehingga ilmuwan membawa tiga jenis air
dari lokasi pengambilan sample dan ketiganya dianalisis untuk mengetahui apa
yang berkurang dan bertambah seiring waktu sejak pengambilan sampel hingga
analisis di laboratorium.

h. Indikator untuk air minum

18
Indikator yang digunakan ketika melakukan pengukuran air minum
diantaranya:
 Alkalinitas
 pH
 Warna air
 Rasa dan bau
 Garam-garaman, logam, dan logam berat
 Senyawa organik terlarut
 Senyawa atau unsur radioaktif
 Mikroorganisme
i. Indikator untuk lingkungan
Dalam pengukuran indikator biologis, digunakan istilah EPT yang merujuk
kepada Ephemeroptera, Plecoptera, Trichoptera, tiga ordo serangga bersayap yang
hidup di sekitar perairan. Index EPT, yaitu jumlah EPT ketika kondisi lingkungan
sehat, dapat bervariasi di setiap daerah. Secara umum, semakin banyak organisme
EPT, menunjukan bahwa kualitas ekologi perairan tersebut lebih
sehat.Keberadaan invertebrata makro juga dapat digunakan sebagai indikator.
Moluska bivalvia digunakan sebagai indikator karena moluska termasuk
hewan penyaring yang menghisap air dan menyerap nutrisi dari air yang
dihisapnya. Polutan yang diserap akan terakumulasi di dalam tubuh moluska dan
dapat memiliki efek yang beragam bagi moluska tersebut. Moluska bivalvia juga
biasanya bersifat sessile atau menetap di satu tempat dan jarang sekali berpindah
sehingga pengumpulan sampel moluska cenderung mudah.

2.5. Analisis Kualitas Air


Penetapan-penetapan berikut ini dilakukan untuk menentukanmutu air
permukaan :
1. Analisa temperature
Cara metode ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air limbah dengan
termometer air raksa. Air raksa dalam termometer akan memuai atau menyusut
sesuai dengan panas air yang diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala
thermometer (°C).

19
a. Peralatan
Termometer air raksa yang mempunyai skala sampai 110°C.
b. Penetapan contoh uji air permukaan.
 Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan biarkan 2
menit sampai dengan 5 menit sampai thermometer menunjukan nilai
stabil.
 Catat pembacaan skala thermometer tanpa mengangkat lebih dahulu
thermometer dari air.
c. Penetapan contoh uji air pada kedalaman tertentu.
 Pasang thermometer pada alat pengambil contoh uji.
 Masukan alat pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman
tertentu untuk mengambil contoh uji.
 Tarik alat pengambil contoh uji sampai ke permukaan.
 Catat skala yang ditunjukan thermometer sebelum contoh air
dikeluarkan dari alat pengambil contoh.
2. Analisa Total Dissolved Solid (TDS)
Untuk mengukur kandungan padatan terlarut, sampel yang sudah
dihomogenkan disaring menggunakan kertas saring fiber glas. Filtratnya
kemudian diuapkan hingga kering pada oven dengan suhu T 180 oC dalam cawan
porselin yang diketahui bobotnya. Pertambahan bobot cawan merupakan bobot
padatan terlarut dalam sampel.
a. Peralatan
 Analytical Balance
 Oven Pemanas (104+2oC)
 Desikator
 Filtering Apparatus
 Glass Fibre Filter
 Hot plate
 Cawan porselen
 Gelas beaker
 Pinset
b. Prosedur Analisa
 Persiapan
 Bilas cawan porselen dengan akuades sampai bersih, kemudian
dipanaskan di oven sampai kering yang sebelumnya diberi label/nomor
terlebih dulu.
 Keluarkan cawan dari oven dan masukkan ke dalam desikator sampai
dingin lalu ditimbang (bobot kosong).

20
c. Penyaringan sampel
 Siapkan peralatan penyaring yang betul-betul bersih, lalu pasangkan
kertas saring pada peralatan penyaring tersebut.
 Saring 20 mL air akuades, buang saringannya (hanya untuk membilas
saja).
 Saring 100 mL sampel, pindahkan ke botol plastik kemudian diberi
nomor/label.
 Untuk sampel air laut volume yang disaring adalah 50 mL.
 Keterangan: Jika TDS > 500 mg/L, analisa dikerjakan dengan cara
Gravimetri. Jika TDS < 500 mg/L, analisa dikerjakan dengan alat
Conductivitimeter.
3. Analisis Sample
a. Letakkan cawan di atas hot plate dan biarkan sebentar untuk menghindari
kontaminasi.
b. Tuangkan sampel yang sudah disaring ke dalam cawan sedikit demi
sedikit. Untuk sampel air laut harus dilakukan secara hati-hati karena kalau
menuangkan sampel terlalu banyak akan menyebabkan letupan dari air
garam sehingga mengakibatkan berkurangnya hasil penimbangan.
c. Atur suhu hot plate sehingga menjadi 180oC.
d. Lanjutkan penambahan sampel ke dalam cawan sampai habis dan
menguap, tapi tidak boleh dibiarkan kering.
e. Pindahkan cawan ke dalam oven (105oC) selama satu jam sampai
mengering sempurna.
f. Pindahkan cawan ke dalam desikator sampai dingin, lalu ditimbang.
Perhitungan
TDS (mg/L) = bobot kering (mg) – bobot kosong (mg) x 1000 volume
sample (mL).
4. Analisa Total Suspended Solid (TSS)
Sampel yang telah dikocok dengan merata disaring melalui filter serat gelas
standar yang telah ditimbang sebelumnya lalu residu yang tersisa dikeringkan
pada suhu 103o-105oC hingga bobot tetap. Kenaikan bobot dari filter tersebut
merepresentasikan Total Suspended Solid atau Total Padatan Tersuspensi.
a. Peralatan
Analytical Balance
 Oven Pemanas (104±2oC)
 Desikator

21
 Cawan aluminium
 Filtering Apparatus
 Glass Fibre Filter
 Gelas beaker
 Gelas ukur
 Pinset
b. Prosedur Analisa
 Cuci semua peralatan yang akan dipakai untuk menyaring dengan
menggunakan akuades sampai bersih.
 Siapkan cawan alumunium masing-masing diberi nomor atau label
untuk tiap sampel yang akan diukur, kemudian masukkan ke masing
masing cawan tersebut fiber glass filter.
 Cawan alumunium kosong harus dipanaskan selama 24 jam untuk
kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang untuk
menetapkan bobot cawan kosongnya.
 Siapkan peralatan untuk menyaring (filtering apparatus) kemudian
letakkan fiber glass filter di atasnya lalu dibilas dengan 20 mL akuades.
 Kocok sampel yang akan dianalisa kemudian tuangkan sebanyak 150
mL dengan menggunakan gelas ukur.
 Bilas dinding saringan dengan menggunakan akuades sampai tidak ada
kotoran yang menempel pada dinding tersebut.
 Untuk sampel air laut harus dibilas dengan akuades sebanyak 250 mL.
 Setelah sampel disaring, ambil fiber glass filter dari atas alat penyaring
kemudian tempatkan ke dalam cawan yang telah diberi tanda atau label,
lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC selama satu malam.
 Setelah keesokan harinya ambil fiber glass filter dan cawan
alumuniumnya kemudian masukkan ke dalam desikator hingga dingin
lalu ditimbang hingga bobot tetap.
c. Perhitungan
TSS (mg/L) =[bobot cawan + sampel kering (mg)]– [bobot cawan kosong
(mg)] x 1000 Volume sample (mL)
5. Analisa Derajat Keasaman Menggunakan Alat pH Meter
Pada suhu tertentu sifat asam atau basa air ditunjukan oleh nilai pH-nya atau
aktivitas ion hidrogennya. Alkalinitas maupun keasaman adalah kemampuan
untuk menetralkan asam atau basa air. Sedangkan kapasitas penyanggan

22
dinyatakan dalam molal per liter. pH adalah –log[H +] yang ditetapkan dengan
metode pengukuran secra potentiometri dengan menggunakan pH meter.
a. Peralatan dan Bahan
Peralatan:
 pH meter dengan perlengkapannya;
 Piala gelas 250mL;
 Pengaduk gelas atau magnetic;
 Kertas tissue;
 Timbangan analitik; dan
 Termometer.
Bahan
Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan tersedia dipasaran,
atau dapat juga dibuat dengan cara sebagi berikut:
 Larutan penyangga, pH 4,004 (25°C) Timbang 10,12g kalium
hydrogen ptalat, KHC8H4O4, larutkan dalam 1000mL air suling.
 Larutan penyangga, pH 6,863 (25°C).Timbang 3,387g kalium
dihidrogen fosfat, KH2PO4 dan 3,533g dinatrium hydrogen fosfat,
Na2HPO4, larutan dalam 1000mL air suling.
 Larutan penyangga, pH 10,014 (25°C).Timbang 2,092 natrium hirogen
karbonat, NaHCO3 dan 2,640g natrium karbonat, Na2CO3, larutkan
dalam 1000mL air suling.
b. Prosedur
Persiapan pengujian
 Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai
instruksikerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.
 Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji
sampai suhu kamar.
Prosedur Analisa
 Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling.
 Bilas elektroda dengan larutan uji.
 Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukan
pembacaan yang tetap.
 Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.

23
2.6. Penelitian-penelitian terkait Analisis kualitas Air
1. Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran di Danau Pondok Lapan
Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Pondok Lapan Lake adalah danau buatan yang terletak di Dusun Pulka Desa
Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Pondok Lapan Lake sekitar
perkebunan kelapa. Danau tersebut awalnya dibuat untuk irigasi. Namun,
masyarakat sekitar tidak memiliki kemauan untuk pertanian, mereka lebih suka
menanam seperti minyak kelapa sawit dan pohon karet.
Penelitian ini difokuskan pada kualitas air dan beban pencemaran. Penelitian
ini dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2015.Pengambilan sampel air
dilakukan dengan menggunakan sampling bawah permukaan air. Sampel air
dianalisis di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit
(BTKLPP) Kelas 1 Medan. Studi dihasilkan oleh status mutu air dengan metode
Storet berdasarkan standar kualitas Grade I dan II, -17 di media tercemar dan 0
dalam kondisi baik.Status mutu air dengan metode indeks pencemaran didasarkan
pada kelas I dan II, 1,024 dan 0,617 di tercemar ringan dan dalam kondisi baik.
daya tampung beban pencemaran yang bisa masuk ke dalam perairan Pondok
Lapan Lake adalah 1.984 Pa kg / tahun.
2. Analisis Kualitas Air Sungai Akibat Pencemaran Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Batu Bola Dan Karakteristik Sertakeluhan Kesehatan
Pengguna Air Sungai Batang Ayumi Di Kota Padangsidimpuan Tahun
2012
Analisis kualitas air sungai akibat pencemaran TPA Batu Bola dan
karakteristik dengan kesehatan pengguna sungai Batang Ayumi di kota
Padangsidimpuan.Batang Ayumi sungai yang terletak di desa Batunadua,
Kecamatan Batunadua, Kota Padangsidimpuan, telah tercemar oleh pembuangan
sampah Batu Bola, menurut peraturan pemerintah No.82 tahun 2001 tentang
tentang Pengelolaan Air Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Penelitian ini
merupakan survei deskriptif, yaitu untuk tahu tentang pencemaran fisik (TDS) dan
polusi kimia (BOD, COD dan Fosfat) di sungai Batang Ayumi, yang diambil dari
10 poin whitin 50 meter, dan sungai masalah kesehatan pengguna dilakukan pada

24
tahun 2012. Obyek penelitian ini adalah sungai.Batu Bola landfill dan campuran
antara outlet dan air sungai yang perbandingan sampel di laboratorium.
Hasil penelitian ini menunjukkan kontaminasi TDS dan
BOD di semua sampel, tetapi hanya beberapa sampel ditunjukkan COD dan fosfat
kontaminasi dari semua sampel yang diteliti. Hasil tertinggi adalah outlet TPA,
yang merupakan TDS 3140 mg / l, BOD 31,63 mg / l, COD 87,8 mg / l dan fosfat
0,5 mg / l.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada banyak orang yang menderita
penyakit kulit dan penyakit mata. Pemerintah daerah disarankan untuk
memberikan perhatian lebih terhadap Batu Bola tempat pembuangan sampah
sehingga orang lebih aman dalam menggunakan air sungai untuk kebutuhan
sehari-hari mereka, karena banyak orang yang masih tergantung pada sungai
Batang Ayumi.
3. Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air
Sungai Blukar Kabupaten Kendal
Sungai Blukar yang merupakan Sungai Utama di DAS Blukar, yang berfungsi
sebagai tempat pengaliran air kondisinya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
manusia di Daerah Aliran Sungai.Kondisi Sungai Blukar saat ini diperkirakan
telah mengalami penurunan kualitas air disebabkan berbagai aktivitas manusia
yang berada di daerah tangkapan airnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kualitas air Sungai Blukar berdasarkan baku mutu kualitas air sungai
menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 dan merumuskan prioritas strategi
pengendalian pencemaran air sungai yang perlu dilakukan. Sungai sebagai daerah
penelitian ditetapkan sepanjang 18,70 km. Kualitas air sungai diukur dan diamati
pada 7 titik pengambilan sampel.
Analisis kualitas air dilakukan dengan menggunakan metode indeks
pencemaran. Analisis prioritas strategi pengendalian pencemaran air dengan AHP.
Hasilnya adalah (1) parameter BOD di titik 3,4,5,6 dan 7 serta parameter COD di
titik 7 telah melebihi baku mutu air sungai Kelas II menurut PP nomor 82 Tahun
2001. ( 2) Telah terjadi penurunan kualitas air Blukar dari hulu ke hilir yang
ditandai dengan nilai indeks pencemaran yang cenderung semakin meningkat
berdasarkan kriteria sungai Kelas II menurut PP nomor 82 Tahun 2001. Nilai

25
indeks pencemaran berkisar antara 0,49 sampai 3,28. Status mutu air sungai
Blukar telah tercemar dengan status cemar ringan. (2) untuk menjaga kualitas air
pada kondisi alamiahnya diperlukan strategi pengendalian pencemaran air sungai
yang difokuskan pada (a) peningkatan peran masyarakat baik masyarakat umum,
petani maupun industri dalam upaya pengendalian pencemaran air. (b)
peningkatan koordinasi antar instansi yang berkaitan dengan pengendalian
pencemaran air, serta (c) mengintegrasikan kebijakan pengendalian pencemaran
air dalam penataan ruang.

26
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air
dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga
menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia.
Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan
ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum.Berbagai lembaga
negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam
menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi
air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air
terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu
subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industri seperti
manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan transportasi merupakan penyebab
utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertanian dan perkotaan.
Kualitas air yang menurun dapat berakibat terhadap banyak hal baik
terhadap biota air,lingkungan dan kesehatan manusia.Salah saatu dampaknya
terhadap biota air adalah akan banyaknya biota air yang mati,sedangkan pada
manusia banyak penyakit yang dapat disebabkan seperti diare,penyakit kulit,dan
banyak penyakit lain.

3.2. Saran
Air merupakan konponen terpenting dalam kehidupan makhluk hidup
maka dari itu sangat penting untuk menghemat penggunaan air dan menjaga
sumber air dari pencemaran karena air yang tercemar tidak layak diguanakan hal
ini akan berdampak berkurangnya sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari.

DAFTAR ISI

27
1. Standard Methods for Examination of Water and Wastewater, American Public
Health Association (APHA) 21st ed. (2005), Method 2540 C (Total Dissolved
Solids Dried at 180oC)
2. Standard Method for Examination of Water and Wastewater, American Public
Health Association (APHA) 21st. Edition (2005), Method 2540 D (Total
Suspended Solid Dried at 103-105oC).
3. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaann Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
4. Vantha. 2012. Penentuan Kadar Fosfat (PO4).http://rosyidputra98.blog
spot.com/ 2012/03/penentuankadar- fosfatpo4.html?m=1
5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai Keputusan
Menteri Negara lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup

28

Anda mungkin juga menyukai