Anda di halaman 1dari 91

PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL DALAM SERBUK DAUN

KELOR DAN EKSTRAK DARI FAMILI MORINGACEAE SECARA


SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Disusun oleh:
GALEH WIDIASTUTI
29171426C

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI D-III ANAFARMA
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020

i
PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL DALAM SERBUK DAUN
KELOR DAN EKSTRAK DARI FAMILI MORINGACEAE SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
Derajad Ahli Madya Farmasi
Program Studi D-III Anafarma pada Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi

Oleh :
Galeh Widiastuti
29171426C

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI D-III ANAFARMA
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020

ii
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

berjudul

PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL DALAM SERBUK DAUN


KELOR DAN EKSTRAK DARI FAMILI MORINGACEAE SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

oleh :
Galeh Widiastuti
29171426C

Dipertahankan di hadapan panitia Penguji Karya Tulis Ilmiah

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Pada tanggal : Agustus 2020

Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
Pembimbing Dekan,

Mamik Ponco Rahayu, M. Si., Apt. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., ., Msc., Apt.

Penguji :
1. … 1. ….
2. … 2. ….
3. … 3. …

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil pekerjaan

saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh

gelar Ahli Madya di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau ditertibkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Saya siap menerima sanksi, baik secara akademis maupun hukum apabila

karya tulis ini merupakan jiplakan dari penelitian/karya tulis/skripsi orang lain.

Surakarta, Juli 2020

Penulis

iv
PERSEMBAHAN

Yang pertama belum tentu yang terbaik tetapi bisa jadi yang terbaik adalah yang
terakhir
Kegagalan dan keberhasilan bukanlah takdir namun sebuah pilihan
Berusaha untuk menjadi yang terbaik tetapi jangan pernah merasa bahwa kita yang
terbaik
Ketika anda melakukan kesalahan, itu artinya anda berani untuk mencoba
Saya tidak gagal, saya hanya baru mencoba langkah yang menurut saya
lebih berhasil
Usaha yang dilakukan setengah hati hanya akan menghancurkan mimpi
Selama ada keyakinan semua akan menjadi mungkin
Kegagalan dan kesalahan mengajari kita untuk mengambil pelajaran dan menjadi
lebih baik

Saya persembahkan untuk :

1. Kedua Orang Tuaku


2. Keluarga tercinta
3. Dosen Jurusan Analis Farmasi Makanan dan Minuman
4. Teman-teman Seperjuangan D3 Anafarma
5. Semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah
6. Dan tidak lupa buat yang selalu bertanya kapan wisuda? Kapan sidang?
Akhirnya terjawab dengan sebuah Karya Tulis Ilmiah.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah berjudul “Penetapan Kadar Flavonoid Total Dalam Serbuk

Daun Kelor dan Ekstrak Dari Famili Moringaceae secara Spektrofotometri UV-

Vis. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Ahli

Madya Analisis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Setia

Budi Surakarta.

Dalam menyusun Karya Tulis ini penulis mendapat banyak bantuan,

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Djoni Tarigan, MBA., selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta.

2. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., MSc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi Surakarta.

3. Dr. Ika Purwadyaningrum, M.Sc., Apt selaku Progdi D-III Analisis Farmasi

dan Makanan.

4. Mamik Ponco Rahayu, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan waktu, pemikiran atau ide dan saran dalam membimbing serta

mengarahkan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh Laboran yang telah membantu dalam pelaksanaan praktik penelitian.

6. Seluruh staf perpustakaan yang telah memberikan pelayanan yang baik, serta

dapat memberikan kemudahan dalam pencarian literatur.

vi
7. Kepada kedua Orang Tua dan Keluarga yang telah memberikan do’a,

dukungan dan dorongan semangat sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah

diberi .

8. Seluruh teman-teman saya khususnya BAW Squed Monik, Anisa, Petra, Dony

dan Panji yang telah memberikan dorongan semangat dan selalu mengingatkan

dalam hal apapun.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada

semua pihak yang telah terlibat dan membantu. Penulis menyadari bahwa dalam

menyusun Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap agar Karya

Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat serta menambah pengetahuan baik

bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2020

Penulis

vii
INTISARI

WIDIASTUTI, GALEH, 2020, PENETAPAN KADAR FLAVONOID


TOTAL DALAM SERBUK DAUN KELOR DAN EKSTRAK DARI
FAMILI MORINGACEAE SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS,
KARYA TULIS ILMIAH, FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA
BUDI, SURAKARTA.

Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang


umumnya tersebar di tumbuhan. Flavonoid hampir terdapat pada semua bagian
tumbuhan termasuk buah, akar, daun dan kulit luar batang. Salah satu tanaman
yang mengandung flavonoid adalah kelor. Pada penelitian ini dilakukan penetapan
kadar flavonoid total dalam serbuk daun kelor dan ekstrak dari familia
Moringaceae secara spektrofotometri UV-Vis.

Dalam penelitian ini pembuatan ekstrak daun kelor menggunakan metode


maserasi dengan pelarut etanol 96%. Metode penetapan kadar serbuk yang
digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis dengan standar kuersetin dan dibaca
pada panjang gelombang 441 nm. Masing-masing perlakuan dilakukan dengan
tiga kali replikasi. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar flavonoid pada
serbuk daun kelor sebesar 0,14% dan kadar flavonoid total dari famili
Moringaceae berdasarkan literatur review jurnal sebesar 0,45%; 6,20 g IQE/ 100g;
7,79 mg/ g; 9,6 ± 0,5 mg/ 100 mg QE; 99,72 (mg QE/ g berat ekstrak); 20,17 mg
QE/ g; 0,34%; 8,3323 mg/ 100 g; 98,308 mg/kg dan (1,97 ± 1,07)%.

Kata kunci : daun kelor, flavonoid, maserasi, spektrofotometri UV-Vis

viii
ABSTRACT

WIDIASTUTI, GALEH, 2020, DETERMINATION OF TOTAL


FLAVONOID LEVEL IN LEAF POWDER AND ITS EXTRACT OF
FAMILY MORINGACEAE WITH UV-VIS SPECTROPHOTOMETRY,
SCIENTIFIC WRITING, FACULTY OF PHARMACY, SETIA BUDI
SURAKARTA UNIVERSITY.

Flavonoids are compounds consistad of 15 carbon atoms which are


commonly spread in the plant. Flavonoids are almost available in every part of a
plant including fruit, stem, leaf and trunk skin. One of the plants that contains
flavonoids is Moringa. In this study the determination of total flavonoid level in
Moringa leaf powder and its extract from the Moringaceae family was by UV-Vis
Spectrophotometry.

In this study the production of Moringa leaf extract used maceration


method with 96% ethanol solvent. The method of determining the content of the
powder was used UV-Vis spectrophotometry with quercetin standard and was
read at a wavelength of 441 nm. Each treatment was carried out with three
replications. Based on the experimental results obtained levels of flavonoids in
Moringa leaf powder of 0.14% and total flavonoid levels of the Moringaceae
family based on the journal review literature of 0.45%; 6.20 g IQE / 100g; 7.79
mg / g; 9.6 ± 0.5 mg / 100 mg QE; 99.72 (mg QE / g extract weight); 20.17 mg
QE / g; 0.34%; 8.3323 mg / 100 g; 98,308 mg/kg and (1.97 ± 1.07)%.

Keywords : moringa leaf, flavonoids, maceration, UV-Vis Spectrophotometry

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... ii

PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ...................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv

PERSEMBAHAN .............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

INTISARI........................................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kelor .................................................................................. 5

B. Flavonoid ........................................................................................... 7

C. Metode Ekstraksi ............................................................................... 12

D. Spektrofotometri UV-Vis .................................................................. 13

E. Landasan Teori .................................................................................. 16

F. Hipotesis ............................................................................................ 17

x
BAB III METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ......................................................................... 18

B. Variabel Penelitian ............................................................................ 18

C. Teknik Sampling ............................................................................... 20

D. Bahan dan Alat .................................................................................. 20

E. Jalannya Penelitian ............................................................................ 21

F. Skema Penelitian ................................................................................ 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 27

B. Penetapan kadar flavonoid total secara spektrofotometri .................. 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................... 43

B. Saran .................................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Perhitungan rendemen simplisia .................................................... 27

Tabel 2. Hasil perhitungan rendemen ekstrak ....................................................... 29

Tabel 3. Hasil Perhitungan kadar ai ...................................................................... 29

Tabel 3. Hasil Identifikasi flavonoid ..................................................................... 30

Tabel 4. Data Hasil Perhitungan Presisi ................................................................ 33

Tabel 5. data hasil perhitungan akurasi ................................................................. 34

Tabel 6. Data Hasil Perhitungan LOD dan LOQ .................................................. 35

Tabel 7. Data Hasil Perhitungan Kadar Flavonoid dalam serbuk ......................... 37

Tabel 8. Data Penetapan Kadar Flavonoid total dari famili Moringaceae

dari review jurnal ................................................................................... 38

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva hubungan waktu dan absorbansi baku kuersetin ...................... 31

Gambar 2. Kurva baku kuersetin. ......................................................................... 32

Gambar 3. Pembentukan senyawa kompleks quersetin-alumunium klorida ........ 37

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Determinasi ....................................................................................... 48

Lampiran 2. Gambar daun kelor ........................................................................... 49

Lampiran 3. Gambar identifikasi flavonoid .......................................................... 51

Lampiran 4. Gambar larutan uji ............................................................................ 52

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen ..................................................................... 53

Lampiran 6. Perhitungan kadar air ........................................................................ 54

Lampiran 7. Pembuatan larutan baku kuersetin 1000 ppm ................................... 55

Lampiran 8. Perhitungan pembuatan kurva kalibrasi ........................................... 56

Lampiran 9. Data operating time .......................................................................... 59

Lampiran 10. Data kurva kalibrasi ........................................................................ 64

Lampiran 11. Data perhitungan presisi ................................................................. 65

Lampiran 12. Data dan Perhitungan LOD dan LOQ ............................................ 68

Lampiran 13. Data perhitungan akurasi ................................................................ 69

Lampiran 14. Perhitungan kadar flavonoid dalam serbuk .................................... 73

Lampiran 15. Penetapan Kadar dari famili Moringaceae dari beberapa

review jurnal .................................................................................. 75

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari bahan-bahan alami

yang disediakan dari alam berupa tanaman. Obat tradisional telah lama dikenal

dan digunakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Ningrun dan Murti (2012)

menyatakan bahwa khasiat herbal tidak diragukan lagi, walaupun berbagai jenis

herbal lainnya masih harus dikaji lebih lanjut. Pemanfaatan herba dalam dunia

kesehatan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu sebagai jamu, herbal

terstandar dan fitofarmaka.

Menurut penelitian Artanti et al., (2006) menyatakan bahwa sejumlah

tanaman obat yang mengandung flavonoid telah dilaporkan memiliki aktifitas

antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi, dan antikanker.

Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya

tersebar di dunia tumbuhan. Flavonoid tersebar luas di tanaman mempunyai

banyak fungsi. Flavonoid adalah pigmen tanaman untuk memproduksi warna

bunga merah atau biru pigmentasi kuning pada kelopak yang digunakan untuk

menarik hewan penyerbuk. Flavonoid hampir terdapat pada semua bagian

tumbuhan termasuk buah, akar, daun dan kulit luar batang (Worotikan, 2011).

Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan

1
2

efektifitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang sebagai antibiotik

(Haris, 2011).

Salah satu tanaman yang mengandung flavonoid adalah kelor. Tanaman

kelor sering disebut “miracle tree” dikarenakan semua bagian tumbuhan kelor

sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Mulai dari daun, kulit batang, biji

hingga akarnya (Jonni, 2008). Menurut Divi et al, 2012, ekstrak daun kelor

mengandung flavonoid, steroid, triterpenoid, alkaloid, saponin, dan fenol yang

berfungsi sebagai antidiabetik. Penelitian penetapan kadar flavonoid total dalam

serbuk daun kelor dan ekstrak dari familia Moringaceae belum pernah dilakukan,

sehingga penulis tertarik melakukan penelitian tentang penetapan kadar flavonoid

total dalam serbuk daun kelor dan ekstrak dari famili Moringaceae secara

Spektrofotometri UV-Vis.

Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etanol

yang disesuaikan dengan sifat fisika dan kimia dari senyawa yang akan di

ekstraksi yaitu flavonoid. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenol

yang memiliki banyak gugus –OH dengan adanya perbedaan keelektronegatifan

yang tinggi, sehingga sifatnya polar. Golongan senyawa ini mudah terekstraksi

dalam pelarut etanol yang memiliki sifat polar karena adanya gugus hidroksil,

sehingga dapat terbentuk ikatan hydrogen (Sriwahyuni, 2010). Penetapan kadar

flavonoid dengan metode Spektofotometri UV-Vis berdasarkan Kemenkes RI

(2013) adalah dengan mereaksikan flavonoid dengan aluminium klorida.

Prinsipnya adalah terjadinya pembentukan kompleks berwarna yang akan

menyerap sinar panjang gelompang visibel (Azizah et al. 2014).


3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka terdapat permasalahan dalam

penelitian ini adalah :

Pertama, berapa kadar flavonoid total dalam serbuk daun kelor (Moringa

Oleifera Lam) secara Spektrofotometri UV-Vis ?

Kedua, berapa kadar flavonoid total dari family Moringaceae berdasarkan

literatur review jurnal ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

Pertama, untuk mengetahui kadar flavonoid total dalam serbuk daun kelor

(Moringa Oleifera Lam) secara Spektrofotometri UV-Vis.

Kedua, untuk mengetahui kadar flavonoid total dari family Moringaceae

berdasarkan literatur review jurnal.

D. Kegunaan Penelitian

Pertama, Sebagai hasil karya tulis ilmiah yang dapat berguna bagi

pengembangan kajian dan penelitian lebih lanjut oleh pihak-pihak yang

berkepentingan.
4

Kedua, Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun kelor telah

memiliki kandungan flavonoid yang cukup besar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kelor

Tanaman kelor (Moringa Oleifera Lam) merupakan salah satu jenis

tanaman tropis yang sudah tumbuh dan berkembang di daerah tropis seperti

Indonesia. Tanaman kelor merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 7-11

meter dan tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di

atas permukaan laut. Kelor dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada

semua jenis tanah, tahan terhadap musim kering dengan toleransi terhadap

kekeringan sampai 6 bulan serta mudah dibiakkan dan tidak memerlukan

perawatan yang intensif (Simbolan dan Katharina, 2007).

Menurut Integral Taxonomic Infrmatin System (2017), klasifikasi tanaman

kelor sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiosspermae

Class : Dicotyledon

Ordo : Brassicales

Family : Moringa oliefera

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera

5
6

Di Indonesia tanaman kelor dikenal dengan nama yang berbeda di setiap

daerah, di antaranya kelor (Jawa, Sunda, Bali, Lampung), maronggih (Madura),

moltong (Flores), keloro (Bugis), ongge (Bima), murong atau barunggai

(Sumatra) dan hau fo (Timur) (Fahey, 2005).

1. Daun kelor

Morfologi daun kelor adalah daun sebesar ujung jari berbentuk bulat telur,

berupa daun majemuk menyirip ganda 2-3 posisinya tersebar, tanpa daun

penumpu, atau daun penumpu telah mengalai metamorphosis sebagai kelenjar-

kelenjar pada pangkal tangkai daun, helai daun saat muda berwarna hijau muda.

Daun kelor kaya akan protein, mineral, beta-karoten, dan antioksidan yang

sering digunakan untuk mengobati malaria, demam typhoid, arthritis, penyakit

kulit, penyakit saluran kemih, hipertensi, dan diabetes. Selain itu, secara

tradisional daun kelor juga digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan

tubuh (untuk mengobati gejala terkait HIV/AIDS) serta stimulan jantung dan

kontraseptik (Leone et al, 2015). Kandungan kimia yang diperoleh daun kelor

(Moringa oleifera Lam) diantaranya adalah vitamin, karotenoid, polifenol, asam

fenolat (Leone et al, 2015). Penapisam kimia yang dilakukan oleh Patel et al

(2014) menunjukkan bahwa eksrak etanol dari dau kelor (Moringa oleifera Lam)

positif mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, dan tanin.


7

B. Flavonoid

1. Sifat senyawa flavonoid

Flavonoid adalah sekelompok besar senyawa polifenol tanaman yang

tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan dan dalam berbagai konsentrasi.

Komponen tersebut pada umumnya terdapat dalam keadaan terikat atau

terkonjugasi dengan senyawa gula. Lebih dari 4000 jenis flavonoid telah

diidentifikasi dan beberapa di antaranya berperan dalam pewarnaan bunga,

buah,dan daun (de Groot & Rauen, 1998). Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid

(yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam berbagai bentuk struktur.

Semua flavonoid mengandung 15 atom karbon dalam inti dasar yang tersusun

dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh

satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Agar

mudah, cincin diberi tanda A, B, dan C,atom karbon dinomori menurut sistem

penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C, serta angka

“beraksen” untuk cincin B. (Markham, 1988:3).

2. Kandungan flavonoid

Negara-negara barat juga banyak mengkonsumsi komponen flavonoid

bervariasi dari 50 mg sampai 1 g per hari dengan 2 jenis flavonoid terbesar berupa

kuersetin dan kaempferol. Sebagai antioksidan, flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah, dan juga menghambat pertumbuhan

sel-sel kanker (Markham, 1988:3).


8

Flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti hepatoprotektif,

antitrombotik, antiinflamasi, dan antivirus (Stavric dan Matula, 1992). Sifat

antiradikal flavonoid terutama terhadap radikal hidroksil, anion superoksida,

radikal peroksil, dan alkoksil (Huguet, et al., 1990; Sichel, et al.,1991). Senyawa

flavonoid ini memiliki afinitas yang sangat kuat terhadap ion Fe (Fe diketahui

dapat mengkatalisis beberapa proses yang menyebabkan terbentuknya radikal

bebas). Aktivitas antiperoksidatif flavonoid ditunjukkan melalui potensinya

sebagai pengkelat Fe (Afanas‟av,et al., 1989 ; Morel,et al.,1993).

3. Jenis flavonoid

Flavonoid dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan, seperti

antosianin, proantosinidin, flavonol, flavon, gikoflavon, flavonil, khalkon, auron,

flavonon dan isoflavon (Mahmoud et al, 2001).

3.1. Flavon. Flavon lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan

terdapat dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Senyawa flavonoid ini memiliki

kerangka dasar : Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7 –

tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’

heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana

C6(A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi.

Beberapa contoh senyawa ini adalah apigenin, luteolin, dan tangeritin. Semua

senyawa ini memiliki peran hampir sama yaitu sebagai antioksidan, atau

penangkap radikal bebas. Selain itu senyawa ini juga dapat digunakan sebagai

peningkat daya tahan tubuh karena memiliki sifat memperkuat diding sel sehingga
9

tubuh dapat lebih bertahan ari serangan agen penyebab penyakit (Mahmoud et al,

2001).

3.2. Flavonol. Senyawa jenis ini paling banyak terdapat di alam daripada

jenis flavonoid yang lain. Senyawa-senyawa ini beragam sebagai akibat

perbedaan pada posisi Gugus – OH pada phenolnya. Contoh senyawa adalah

quarcetin yang terdapat di buah apel sebagai antioksidan dan antiaging. Selain itu

ada juga senyawa myricetin yang terdapat di anggur dan sayuran senyawa ini juga

sebagai antioksidan (Mahmoud et al, 2001).

3.3. Flavonon. Jenis flavonoid ini mirip dengan jenis flavonoid flavon

tetapi pada flavanol tidak memiliki ikatan rangkap pada cincin C. Bebepara

senyawa yang termasuk kedalam jenis ini adalah hespertin yang terdapat pada

buah jeruk yang diperoleh dalam bnetuk glikosidanya, senyawa ini merupakan

suatu aglikon. Senyawa ini juga memiliki efek sebagai antioksidan dan

antiinflamasi pada tubuh manusia (Mahmoud et al, 2001).

3.4. Flavononol. Sama halnya dengan flavonoid flavanone, jenis ini mirip

dengan flavonol tetapi dengan struktur dasar flavan yang tidak memiliki ikatan

rangkap pada cincin C (Mahmoud et al, 2001).

3.5. Isoflavon. Isoflavon merupakan golongan flavonoida yang jumlahnya

sangat sedikit, dan sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi

warna. Beberapa isoflavon berwarna biru muda bila dilihat dibawah sinar

ultraviolet setelah diberi uap amonia. Senyawa isoflavon mempunyai aktivitas

sebagai antioksidan yang dapat mengurangi resiko penyakit kanker, jantung

koroner, dan osteoporosis. Senyawa ini mempunyai aktifitas biologis sebagai


10

penangkap radikal bebas penyebab kanker karena berkaitan dengan struktur dan

gugus-gugus yang berikatan pada struktur molekulnya. Adanya gugus OH ganda,

gugus OH pada atom C3 ataupun C5 yang berdekatan dengan gugus C=O pada

struktumya berhubungan terhadap aktifitas biologisnya (Mahmoud et al, 2001).

3.6. Antosianin. Antosianin adalah pigmen berwarna merah, ungu, dan

biru yang terdapat pada seluruh tumbuhan kecuali fungi. Struktur antosianin yaitu

antosianin. Sebagian besar antosianin dalam bentuk glikosida, biasanya mengikat

satu atau dua unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan silosa. Jika

monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan pada posisi 3

dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian aglikionnya disebut antosianidin

(Mahmoud et al, 2001).

3.7. Auron dan khalkon. Auron berupa pigmen kuning yang terdapat

pada bunga tertentu dan Bryofita. Auron ditandai dengan adanya struktur 2-

benzilidenekumaranon. Khalkon tidak mempunyai inti pusat heterosiklik tetapi

ditandai oleh adanya 3 rantai karbon dengan gugus keton dan a,p tidak jenuh

(Mahmoud et al, 2001).

4. Kelarutan

Sifat kelarutan flavonoid aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena

itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat

larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila dibiarkan dalam larutan basa, dan di

samping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai

sejumlah gugushidroksil, atau suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar,

maka umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH),
11

methanol (MeOH), butanol (BuOH), Asetin, Dimetilsulfoksida (DMSO),

Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada

flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan

demikian campuran pelarut yang disebut di atas dengan air merupakan pelarut

yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti

isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih

mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Doloksaribu, 2009).

5. Penetapan kadar flavonoid

Penetapan kadar flavonoid dengan metode Spektovotometri UV-Vis

berdasarkan Kemenkes RI (2013) adalah dengan mereaksikan flavonoid dengan

aluminium klorida. Prinsipnya adalah terjadinya pembentukan kompleks berwarna

yang akan menyerap sinar panjang gelompang visibel (Azizah et al. 2014).

Penetapan kadar flavonoid ada beberapa teknis pelaksanaan yaitu :

5.1. Metode Chang. Penetapan kandungan total flavonoid dilakukan

secara kolorimetri dengan spektrofotometri visibel. Kandungan total flavonoid

dalam ekstrak dinyatakan sebagai Quercetin Equivalent (%) dari persamaan kurva

baku quercetin. Quercetin sebanyak 10 mg ditimbang seksama kemudian

dilarutkan dalam etanol 80%. Selanjutnya dibuat seri konsentrasi 2,6; 3,2; 4,4;

6,8; 11,6 µg/ml. kemudian seri konsentrasi larutan standar tadi ditambah dengan

etanol 95% hingga 1 ml dan ditambhakan 0,1 ml alumunium klorida 10% dan 0,1

ml kalium asetat 1 M. volume akhir ditepatkan dengan aquabidest hingga 5,0 ml

dalam absorbansi diukur pada panjang gelombang 437 nm. Pengukuran

absorbansi dibandingkan terhadap blanko. Persamaan kurva baku diperoleh dari


12

regresi linier antara kadar quercetin (X) dengan absorbansi (Y). Ekstrak etanol 1

% diperlakukan sama dengan prosedur di atas, diulang sebanyak 3 kali (Chang,

2002).

5.2. Metode Zhou. Penetapan kandungan total flavonoid dilakukan secara

kolorimetri dengan spektrofotometri visibel. Kandungan total flavonoid dalam

ekstrak dinyatakan sebagai Rutin Equivalent (%) dari persamaan kurva baku rutin.

Rutin 0,1 % methanol dibuat seri konsentrasi 20, 30, 45, 65, 90 µg/ml. Kemudian

seri konsentrasi larutan standar tadi ditambah dengan aquabidest hingga 2 ml dan

ditambahkan 0,15 ml NaNO2 5%, didiamkan selama 6 menit. Lalu 0,15 ml AlCl3

10% ditambahkan dan didiambkan kembali selama 6 menit. Terakhir ditambahkan

2 ml NaOH 4% dan aquabidest hingga volume akhir 5,0 ml dalam labu takar.

Larutan dicampur homogeny dan didiambkan 15 menit. Absorbansi diukur pada

panjang gelombang 510,5 nm. Pengukuran absorbansi dibandingkan terhadap

blangko. Persamaan kurva baku diperoleh dari linier antara kadar rutin (X) dengan

absorbansi (Y). Ekstrak etanol 1 % diperlakukan sama dengan prosedur di tas,

diulang sebanyak 3 kali (Zou, 2004).

C. Metode Ekstraksi

Salah satu cara yang sering dilakukan untuk mengisolasi flavonoid yang

terkandung dari bagian tanaman adalah dengan cara maserasi. Maserasi istilah

aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam). Cara ini merupakan

salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat dengan cara
13

mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air

(pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu

tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian. Maserasi adalah

salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal

dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak

mengalami pemanasan sama sekali. Maserasi merupakan teknik ekstraksi yang

dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas

(Hamdani, 2014). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Afifah,

2012).

D. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu

sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV)

mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)

mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri

menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang

cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis

lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum

UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari

analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang

gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).


14

1. Prinsip kerja

Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat

polikromatis diteruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada

spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan

mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-

berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel

yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat

cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang

dilewatkan ini kemudian diterima oleh detektor. Detektor kemudian akan

menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh

sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung

dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara

kuantitatif.

2. Hal – hal yang perlu diperhatikan

2.1. Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna. Apabila

larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan

tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali

apabila diukur dengan menggunakan lampu UV (Akbar et al, 2010).

2.2. panjang gelombang maksimum. Panjang gelombang yang

digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Hal

ini dikarenakan pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal

karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan

konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu di sekitar panjang gelombang
15

maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-

Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat

kesalahannya akan kecil sekali (Akbar et al, 2010).

2.3. Kalibrasi panjang gelombang dan absorban. Spektrofotometer

digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan cahaya yang

diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorbsi

oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu

tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan

kalibrasi panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer agar

pengukuran yang didapatkan lebih teliti (Akbar et al, 2010).

3. Kelebihan dan kekurangan spektrofotometri UV-Vis

3.1. Kelebihan spektrofotometri UV-Vis. Panjang gelombang dri sinar

putih apat lebih terseleksi, caranya sederhana, dapat menganalisa larutan dengan

konsentrasi yang sangat kecil (Underwood et al 1996).

3.2. Kekurangan spektrofotometri UV-Vis. Absobsi dipengaruhi oleh

pH lautan, suhu dan adanya zat penggangu dan kebersihan dari kuvet, Hanya

dapat dipakai pada daerah ultraviolet yang panjang gelombangnya >185 nm,

pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi

dengan energi eksitasi rendah, sinar yang dipakai harus monokromatis

(Underwood et al 1996).
16

E. Landasan Teori

Tanaman kelor (Moringa Oleifera Lam) merupakan salah satu jenis

tanaman tropis yang sudah tumbuh dan berkembang di daerah tropis seperti

Indonesia. Tanaman kelor sering disebut “miracle tree” dikarenakan semua bagian

tumbuhan kelor sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Mulai dari daun,

kulit batang, biji hingga akarnya (Jonni, 2008). Menurut Divi et al, 2012, ekstrak

daun kelor mengandung flavonoid, steroid, triterpenoid, alkaloid, saponin dan

fenol yang berfungsi sebagai antidiabetik. Kandungan kimia flavonoid, steroid,

alkaloid, dan fenolik memiliki fungsi sebagai antidiabetik, antioksidan,

antikanker, antiseptic dan antiinflamasi (Ikalinus, 2015).

Flavonoid merupakan senyawa aktif yang dapat berefek sebagai

antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi. Flavonoid yang bersifat dapat

menyerap gelombang radiasi pada daerah UV-Vis. Berdasarkan Kemenkes RI

(2013), flavonoid menjadi salah satu golongan senyawa yang ditetapkan kadarnya

untuk beberapa tanaman yang mengandung flavonoid sebagai zat identitasnya.

Untuk uji kualitatif flavonoid, dilakukan identifikasi flavonoid. Serbuk

daun kelor dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dilarutkan dalam 1-2 mL etanol

20% dengan bantuan pemanasan, lalu ditambah logam Magnesium dan 4-5 tetes

HCL pekat. Adanya flavonoid bebas ditunjukkan dengan warna merah atau jingga

(Reaksi Sianidin/Shibata)

Penetapan kadar flavonoid dengan metode Spektovotometri UV-Vis

berdasarkan Kemenkes RI (2013) adalah dengan mereaksikan flavonoid dengan


17

aluminium klorida. Prinsipnya adalah terjadinya pembentukan kompleks

berwarna yang akan menyerap sinar panjang gelompang visibel (Azizah et al.

2014).

F. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

Pertama, kadar flavonoid total dalam serbuk daun kelor (Moringa oleifera

Lam) dapat ditetapkan secara spektrofotometri UV-Vis.

Kedua, kadar flavonoid total dari family Moringaceae dapat diketahui

berdasarkan literatur review jurnal.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kelor

(Moringa Oleifera Lam) yang tumbuh di daerah Kartasura, Kabupaten Sukoharjo,

Jawa Tengah. Sampel yang digunakan adalah daun kelor yang diambil dari

tanaman kelor (Moringa Oleifera Lam) dengan spesifikasi daun yang segar

berwarna hijau.

B. Variabel Penelitian

1. Identifikasi variabel utama

Variabel utama dalam penelitian ini adalah kadar (% rendemen), kualitas

flavonoid dan komponen penyusun dalam flavonoid dari tanaman daun kelor

(Moringa Oleifera Lam) yang segar berwarna hijau.

2. Klasifikasi variabel utama

Variabel utama dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam berbagai

variabel yaitu variabel bebas, variabel terkendali dan variabel tergantung. Variabel

terkendali dalam penelitian ini merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

tergantung, sehingga perlu ditetapkan kualifikasinya agar hasil yang diperleh tidak

tersebar dan dapat diulang oleh peneliti secara cepat. Variabel dalam penelitian ini

18
19

adalah titik pusat permasalahan yang merupakan pilihan dalam penelitian ini.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur daun kelor, sedangkan variabel

terkendali dalam penelitian ini adalah cara penetapan kadar flavonoid tanaman

kelor (Moringa Oleifera Lam), metode pembuatan serbuk, metode pembuatan

ekstrak. Variabel tergantung dalam penelitian ini kadar flavonoid total serbuk

daun kelor (Moringa Oleifera Lam) secara Spektrofotometri UV-Vis.

3. Definisi operasional variabel utama

Pertama, daun kelor (Moringa Oleifera Lam) adalah daun dari tanaman

kelor (Moringa Oleifera Lam) yang tumbuh di daerah Kartasura, Kabupaten

Sukoharjo, Jawa Tengah.

Kedua, daun segar adalah daun tanaman kelor yang berwarna hijau dan

segar.

Ketiga, ekstrak daun kelor adalah ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi

daun kelor dengan metode maserasi menggunakan pelarut 96%.

Keempat, Flavonoid total adalah subgolongan polifenol yang terdistribusi

luas diberbagai tanaman dengan aktivitas yang sangat beragam dan sering kali

mendukung aktivitas senyawa utama atau bersifat sinergisme.

Kelima, Penetapan kadar flavonoid total adalah dilakukan dengan

menggunakan metode Chang dengan standar baku kuersetin yang ditambah

dengan AlCl3 dan kalium asetat. Kadar flavonoid total yang didapat dipengaruhi

oleh konsentrasi pelarut etanol 96% dengan metode spektrofotometri uv-vis.


20

C. Teknik Sampling

Sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil secara acak dari

tanaman kelor (Moringa Oleifera Lam) yang terdapat di daerah Kartasura,

Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

D. Bahan dan Alat

1. Bahan

1.1. Bahan sampel. Bahan sampel yang digunakan adalah tanaman

kelor (Moringa Oleifera Lam) daun kelor yang diambil dari daerah Kartasura,

Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

1.2. Bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan adalah Etanol 96%,

Natrium Hidroksida (NaOH), AlCl3 10%, Aquadest, Baku standart kuersetin, HCl

pekat, HCl 20%, n-butanol, Asam asetat (CH3COOH), Kalium asetat, pereaksi

Alumunium klorida (AlCl3), serbuk MgO.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat maserasi,

vial, cawan porselin, tabung reaksi, beaker glass, pipet tetes, gelas ukur, pipet

volume, kertas saring, kain flannel, tisu, timbangan, karet gelang, botol selai,

plastik, oven, seperangkat alat destilasi dan spektrofotometri UV-Vis.


21

E. Jalannya Penelitian

1. Determinasi tanaman

Tahap pertama penelitian adalah meyakinkan kebenaran sampel daun kelor

(Moringa Oleifera Lam) yang berkaitan dengan ciri-ciri mikroskopis serta

mencocokan ciri morfologis yang ada pada tanaman. Dilakukannya determinasi di

laboratorium program studi biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Pengumpulan bahan

Tanaman kelor yang digunakan dalam penelitian berasal dari daerah

Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah yang diambil dalam keadaan segar

secara acak. Daun kemudian dicuci bersih dengan air mengalir untuk

menghilangkan kotoran yang melekat.

3. Pembuatan serbuk simplisia

Daun yang sudah dilakukan perajangan, kemudian dioven sampai daun

kering dengan suhu 50ºC supaya kadar yang terkandung pada daun tidak hilang,

setelah kering dilakukan penggilingan dan pengayakan dengan pengayakan nomer

40. Serbuk simplisia yang tertinggal pada ayakan digiling kembali sampai bisa

lolos melewati ayakan.

4. Pembuatan ekstrak daun kelor

Sebanyak 200 gram serbuk daun kelor direndam dalam 2000 mL etanol

96% dengan metode maserasi selama 24 jam. Hasil rendaman, disaring.

Selanjutnya, ampas penyaringan diremaserasi kembali dengan 1000 mL etanol

96% selama 24 jam dan disaring lagi menggunakan kertas saring. Kemudian
22

seluruh filtrate dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator dan oven

hingga didapat ekstrak kental.

5. Penentuan kadar air

Penetapan kadar air daun kelor dilakukan dengan menggunakan alat

Sterling-Bidwell. Caranya dengan menimbang serbuk daun kelor sebanyak 20

gram dimasukkan ke dalam labu destilasi dan ditambahkan pelarut sampai serbuk

terendam, kemudian memasang alat Sterling-Bidwell, tahap selanjutnya

dipanaskan. Cairan pembawa yang digunakan adalah xylen karena xylene

memiliki titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak bercampur dengan air

sehingga memudahkan dalam penetapan kadar air. Pemanasan dihentikan bila air

pada penampung tidak menetes lagi (kurang lebih 1 jam), kemudian diukur kadar

airnya dengan melihat volume pada skala alat tersebut dan dihitung % air dari

berat sampel (Sudarmadji et al. 1997).

% Kadar Air = V/W x 100 % (1)

Keterangan = V : jumlah air yang terdestilasi (ml)

W : jumlah sampel yang diambil (gram) (Apriyantono et al. 1989).

6. Identifikasi flavonoid

Serbuk dilarutkan dalam 1-2 mL etanol 20% dengan bantuan pemanasan,

lalu ditambah logam Magnesium dan 4-5 tetes HCL pekat. Adanya flavonoid

bebas ditunjukkan dengan warna merah atau jingga (Reaksi Sianidin/Shibata)


23

7. Penetapan kadar flavonoid total secara Spektrofotometri UV-Vis

7.1. Penentuan panjang gelombang maksimum. Penentuan panjang

gelombang maksimum kuersetin dilakukan dengan running larutan kuersetin pada

range panjang gelombang 400-450 nm. Hasil running menunjukkan panjang

gelombang maksimum standar baku kuersetin berada ada panjang gelombang 424

nm. Panjang gelombang makimum tersebut yang digunakan untuk mengukur

serapan dari sampel simplisia dan ekstrak daun kelor.

7.2. Penentuan operating time. Penentuan operating time ditentukan

dengan membaca serapan larutan kuersetin pada konsentrasi 100 ppm pada

panjang gelombang 424 nm setelah direaksikan dengan AlCl3 tiap 1 menit selama

1 jam. Absorbansi yang stabil menandakan bahwa pada waktu tersebut terjadi

reaksi stabil antara kuersetin dengan pereaksi AlCl3. Waktu pengukuran dihitung

sejak dicampurkannya larutan kuersetin dengan pereaksi AlCl3. Absorbansi stabil

dari larutan kuersetin dengan pereaksi AlCl3 pada penelitian ini terjadi pada menit

ke-25 sampai menit ke-34.

7.3. Pembuatan Larutan Baku. Serbuk kuersetin ditimbang,

dimasukkan dalam beaker glass, dilarutkan dengan aquadest, dimasukkan labu

ukur 100 mL dan ditambahkan aquadest sampai tanda batas.

7.4. Pembuatan kurva baku. Larutan kurva baku kuersetin 50 ppm;

60 ppm;70 ppm; 80 ppm; 90 ppm; 100 ppm dibuat dengan cara memipet 0,5 mL,

0,6 mL, 0,7 mL, 0,8 mL, 0,9 mL, 1 mL dari larutan baku kuersetin 1000 ppm

kedalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda

batas.
24

7.5. Akurasi. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali

(recovery) analit yang ditambahkan. Uji akurasi dilihat dari bahan kontrol dan

dihitung sebagai persen recovery (% R), sehingga diperoleh metode yang akurat.

7.6. Presisi. Presisi dari metode uji ditentukan dengan rumus :

RSD = x 100% ………………………………..(2)

∑( )
SD =√ .………………………………..(3)


ẋ = ………………………………..(4)

keterangan :

SD = Standar Deviasi

ẋ = Nilai rata-rata

n = Ulangan

RSD = Relative Standart Deviation

Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku

relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) 2% atau kurang. Kriteria ini sangat

fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa jumlah sampel dan

kondisi laboratorium (Riyanto, 2014).

7.7. LOD dan LOQ. LOD atau Limit of Detection adalah parameter

untuk penentuan kadar sampel dengan kadar yang terkecil akan tetapi masih

memberikan tanggap detektor yang berbeda dengan pembanding. LOQ atau Limit
25

of Quantitation adalah kadar terkecil dari suatu sampel yang dapat dianalisis.

LOD dan LOQ dihitung dengan cara sebagai berikut:

LOD = ……………………………………………(5)

LOQ = ……………………………………………(6)

7.8. Preparasi sampel. Sampel simplisia dan ekstrak masing-masing

ditimbang dan dimasukkan dalam beaker glas, ditambahkan dengan etanol p.a,

kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit.

Selanjutnya disaring dengan kertas saring ke dalam labu takar.

7.9. Penentapan kadar flavonoid total serbuk dan ekstrak daun kelor.

Penentuan kandungan flavonoid total merujuk pada prosedur Chang et al (2002)

dengan beberapa konsentrasi menggunakan kuersetin sebagai standar. Dari larutan

stok dipipet sebayak 1 mL dan dicukupkan volumenya sampai 10 mL dengan

etanol 96%. Kemudian dipipet 1 mL dan ditambahkan 3 mL etanol 96%, 0,2 mL

AlCl3; 0,2 mL kalium asetat 1 M, dan 5,6 mL aquabidestillata. Setelah itu

diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar dan diukur absorbansinya pada

spektrofotometer UV Visibel dengan panjang gelombang maksimum yang

diperoleh. Larutan sampel dibuat dalam tiga kali replikasi.


26

F. Skema Penelitian

Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam)


- Determinasi tanaman
- Pengumpulan bahan
- Sortasi basah, ditimbang
- Dicuci, dan dioven 40°C
- Digiling dan diayak

Serbuk Penetapan kadar air

- Dimaserasi selama 24 jam (FHI


1:10) dengan pelarut etanol
96%
- 8 jam diaduk, disaring
ampasnya
- Rendam ½ dari volume pelarut
- Pekatkan menggunakan Vacum
Rotary Evaporator
Ekstrak
- Diuapkan dioven

Ekstrak Pekat

- Identifikasi senyawa flavonoid


- Identifikasi kromatografi lapis tipis
- Penetapan kadar spektrofotometri uv-vis
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Determinasi

Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian adalah menetapkan

kebenaran sampel tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.) berkaitan dengan ciri-

ciri morfologis yang ada pada tanaman kelor. Berdasarkan hasil determinasi yang

dilakukan di Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sebelas Maret

Surakarta dapat dinyatakan bahwa sampel yang digunakan dalam penelian ini

adalah benar-benar tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.). hasil determinasi

tanaman kelor dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Pembuatan serbuk

Pada penelitian ini daun kelor yang digunakan diperoleh dari Sukoharjo.

Tahap pertama mengumpulkan daun kelor, mencuci daun kelor dengan air

mengalir dan dikeringkan dengan oven pada suhu kurang dari 50˚C, setelah daun

kering kemudian dilakukan penyerbukan dengan alat penggilingan dan diayak

dengan ayakan.

Tabel 1. Hasil Perhitungan rendemen simplisia


Berat basah (gram) Berat kering (gram) Rendemen (%)
Daun kelor 3100 473 15,19

27
28

Dari tabel 1 diperoleh hasil randemen simplisia daun kelor sebesar

15,19%. Hal tersebut diperoleh dari berat akhir dibagi berat awal di kali 100%.

3. Pembuatan ekstrak

Proses ekstraksi dilakukan bertujuan untuk mengambil senyawa kimia

yang terkandung dalam sampel. Prinsip ekstraksi didasarkan pada perpindahan

massa komponen zat yang terlarut ke dalam pelarut sehingga terjadi perpindahan

pada lapisan antar muka dan berdifusi masuk ke dalam pelarut (Harborne, 1987).

Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol 96% sebagai pelarut

universal. Dalam hal penyarian, etanol memiliki kelebihan dibandingkan dengan

air dan methanol. Senyawa kimia yang mampu disari dengan etanol lebih banyak

daripada penyari methanol dan air (Azizah dan Salamah, 2013). Untuk

mendapatkan senyawa kimia yang diinginkan digunakan metode ekstraksi yang

merupakan metode penyarian zat berkhasiat atau zat aktif dari bagian tanaman

dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Yuliani dan Satuhu, 2012).

Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah maserasi,

karena metode ini lebih sederhana, mudah dan tanpa pemanasan. Karena jika

menggunakan pemanasan dapat membuat kadar flavonoid berkurang.

Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary eavaporator sampai

diperoleh ekstrak kental yang berwarna hijau tua. Kemudian dilakukan

perhitungan rendemen, sehingga diperoleh rata-rata persen rendemen untuk

simplisia sebesar 15,19 % dan untuk rendemen ekstrak sebesar 26,05%.

Penentuan rendemen ini berfungsi untuk mengetahui kadar sekunder yang terbawa

oleh pelarut (Ahmad et al, 2016).


29

Tabel 2. Hasil perhitungan rendemen ekstrak

Berat simplisia (gram) Berat ekstrak (gran) Rendemen (%)


Ekstrak daun kelor 200 52,1130 26,05
4. Penentuan kadar air

Penetapan kadar air daun kelor dilakukan dengan menggunakan alat

Sterling-Bidwell. Caranya dengan menimbang serbuk daun kelor sebanyak 20

gram dimasukkan ke dalam labu destilasi dan ditambahkan pelarut sampai serbuk

terendam, kemudian memasang alat Sterling-Bidwell, tahap selanjutnya

dipanaskan. Cairan pembawa yang digunakan adalah xylen karena xylene

memiliki titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak bercampur dengan air

sehingga memudahkan dalam penetapan kadar air. Pemanasan dihentikan bila air

pada penampung tidak menetes lagi (kurang lebih 1 jam), kemudian diukur kadar

airnya dengan melihat volume pada skala alat tersebut dan dihitung % air dari

berat sampel (Sudarmadji et al. 1997).

Tabel 3. Hasil Perhitungan kadar air


Volume destilasi
Berat serbuk (gram) Kadar air (%)
(mL)
Daun kelor 20,003 1 4,99 %
Dari tabel 2 diperoleh hasil kadar air serbuk daun kelor sebesar 4,99%. Hal

tersebut diperoleh dari jumlah air yang terdestilasi (ml) dibagi jumlah sampel

yang diambil (gram) di kali 100% (Apriyantono et al. 1989).

5. Identifikasi flavonoid

Serbuk daun kelor dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dilarutkan dalam

1-2 mL etanol 20% dengan bantuan pemanasan, lalu ditambah logam Magnesium

dan 4-5 tetes HCL pekat. Adanya flavonoid bebas ditunjukkan dengan warna

merah atau jingga (Reaksi Sianidin/Shibata)


30

Tabel 3. Hasil Identifikasi flavonoid


Serbuk Hasil identifikasi
Reaksi
(Daun kelor) (flavonoid)
Serbuk + 1-2 mL etanol
Warna merah atau
20% (dipanaskan) + Positif
jingga
MgO + HCL pekat

B. Penetapan kadar flavonoid total secara spektrofotometri

1. Penentuan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang yang

memberikan absorbansi maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum

satandar flavonoid kuersetin dilakukan pada daerah visibel yaitu pada panjang

gelombang 400 – 600 nm. Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

larutan standar kuersetin 1000 mg/L. Panjang gelombang maksimum dalam

penelitian ini adalah 441 nm yang memiliki serapan absorbansi sebesar 0,799.

2. Penentuan operating time

Operating time bertujuan untuk mengetahui pada menit keberapa serapan

mulai stabil sehingga dapat diketahui kapan waktu yang tepat untuk dilakukan

pembacaan absorbansi sampel. Waktu yang stabil yaitu pada menit ke 54 sampai

menit ke 56. Pada penelitian ini operating time flavonoid kuersetin stabil setiap

menit dari menit ke 54 sampai menit ke 56 berdasarkan literatur operating time

flavonoid kuersetin.
31

1.0000
0.9000
0.8000
0.7000
Absorbansi 0.6000
0.5000
0.4000 Absorbansi
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
Waktu (menit)

Gambar 1. Kurva hubungan waktu dan absorbansi baku kuersetin

3. Penentuan kurva baku

Kuersetin digunakan sebagai larutan standar karena kuersetin merupakan

flavonoid golongan flavonol yang mempunyai gugus keton pada C-4 dan

memiliki gugus hidroksil pada atom C-3 atau C-5 yangbertetangga dari flavon dan

flavonol (Azizah dan Framayuda 2014). Pengukuran serapan panjang gelombang

maksimum dilakukan running dari panjang gelombang 400 – 600 nm. Hasil

running menunjukkan panjang gelombang maksimum standar baku kuersetin

berada pada panjang gelombang 441 nm.

Penentuan kurva baku flavonoid kuersetin standar menggunakan

konsentrasi 40 ppm. 50 ppm, 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, 90 ppm, dan 100 ppm.

Digunakan deret konsentrasi karena metode yang dipakai dalam menetukan kadar

adalah metode yang menggunakan persamaan kurva baku, untuk membuat kurva

baku terlebih dahulu dibuat beberapa deret konsentrasi untuk mendapatkan

persamaan linier yang dapat digunakan untuk menghitung persen kadar.


32

0.9
0.8
0.7
Absorbansi

0.6
0.5
0.4
0.3 y = -0,03168 + 0,0085 X
r = 0,9922
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)

Gambar 2. Kurva baku kuersetin.

Dari pengukuran tersebut, dapat disimpulkan bahawa semakin tinggi

konsentrasi yang digunakan makan semakin tinggi pula absorban yang diperoleh.

Hasil baku kuersetin yang diperoleh diplotkan antara kadar dan absorbansinya,

sehingga diperoleh persamaan regresi linier yaitu y = -0,031678 + 0,008514641

dengan nilai r adalah 0,99229. Persamaan kurva kalibrasi kuersetin dapat

digunakan sebagai pembanding untuk menentukan konsentrasi senyawa flavonoid

total pada ekstrak sampel.

Hasil penentuan kurva baku didapatkan r = 0,9922 dan absorbansi yang

diperoleh dari kurva baku sebanding dengan konsentrasi, semakin tinggi

konsentrasi maka semakin tinggi absorbansi sehingga diperoleh nilai r yang

mendekati 1.

4. Presisi

Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relative

(kofeisien variasi). Presisi dapat dikatakan sebagai keterulangan atau ketertiruan.


33

Presisi dikatakan baik bila memberikan simpangan baku realtif (RSD) atau

koefisien variasi (CV) 2% atau kurang dari 2% (Riyanto, 2014). Hasil perhitungan

nilai RSD disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. Data Hasil Perhitungan Presisi

Replikasi Abs Konsentrasi Sd cv%

1 0,622 76,771

2 0,623 76,889

3 0,623 76,889

4 0,621 76,654 0,1306 0,1702

5 0,621 76,654

6 0,62 76,536

7 0,622 76,771

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai RSD pada metode

spektrofotometri UV-Vis sebesar 0,1702%, sehingga dapat disimpulkan bahwa

spektrofotometri UV-Vis dalam keadaan baik. Menurut Harmita (2004), nilai

RSD <2% menunjukkan presisi yang baik.

5. Akurasi

Akurasi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

amalisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (recovery) analit yang ditambhakan (Riyanto, 2014).

Berdasarkan data hasil perhitungan recovery yang diperoleh berkisar 99,05% –

101,17%. Persen perolehan kembali ini dapat diterima karena memenuhi syarat

akurasi yaitu pada rata - rata persen perolehan kembali 80-120% (Harmita, 2004).

Hal ini menunjukkan bahwa uji perolehan kembali untuk penetapan kadar
34

flavonoid kuersetin pada daun kelor dengan berbagai cara tersebut memiliki

akurasi yang baik. Data perhitungan recovery terdapat pada tabel berikut.

Tabel 5. data hasil perhitungan akurasi

Kadar Terhitung Recovery Rata-rata


Konsentrasi (ppm)
(ppm) (%) (%)

60 73,2478 99,37

60 73,0129 99,05

60 72,7780 98,73

70 76,6537 101,02 100,06

70 76,8886 101,33

70 76,7711 101,17

80 86,5190 99,77

80 86,7539 100,04

80 86,7539 100,04

6. LOD dan LOQ

Batas deteksi adalah sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel

yang masih dapat dideteksi. LOD (limit of detection) merupakan batas uji yang

secara spesifik menyatakan apakah analit di atas atau di bawah nilai tertentu

(Ganjar & Rahman, 2007). Batas kuantifikasi atau LOQ merupakan konsentrasi

analit terenfdah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi

yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (Ganjar &

rahman, 2007). Pada penelitian ini batas deteksi flavonoid kuersetin diperoleh

adalah 8,6034 ppm dan batas kuantitasi flavonoid kuersetin yang diperoleh adalah

26,0709 ppm. Percobaan ini diperoleh nilai LOD dan LOQ yang memenuhi syarat
35

karena konsentrasi larutan standar lebih besar dari nilai LOQ. Data perhitungan

LOD dan LOQ terdapat pada tabel berikut:

Tabel 6. Data Hasil Perhitungan LOD dan LOQ

Y1
(X) ppm Y (Y-Y1)2 SD LOD LOQ
(a+b.x)

40 0,337 0,3238 0,000171797

50 0,396 0,4127 0,00028176

60 0,502 0,5016 0,000000103316

70 0,591 0,5905 0,000000183673 0,003449392 8,603 26,0709

80 0,658 0,6794 0,000460715561

90 0,673 0,7683 0,0020832704

100 0,836 0,8572 0,003449392857

∑ =0,003449392857

7. Penetapan kadar flavonoid total pada daun kelor

Flavonoid hampir terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk buah,

akar, daun, dan kulit luar batang. Flavonoid merupakan senyawa alam yang

berpotensi sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas yang berperan

pada timbulnya penyakit degenerative melalui mekanisme perusakan sistem

imunitas tubuh, oksidasi lipid dan protein (Rais, 2015).

Analisis kuantitaif senyawa flavonoid total dengan menggunakan

spektrofotometri UV-Vis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kadar

flavonoid total yang terkandung pada serbuk daun kelor. Analisis flavonoid

dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis karena flavonoid


36

mengandung sistem aromatic yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita

serapan kuat pada daerah spectrum sinar ultraviolet dan spectrum sinar tampak

(Harborne, 1987)

Pengujian analisis kuantitatif senyawa flavonoid total dengan

menggunakan spektrofotometri UV-Vis dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar kadar flavonoid total yang terkandung pada serbuk daun kelor. Analisis

flavonoid dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis karena

flavonoid mengandung sistem aromatic yang terkonjugasi sehingga menunjukkan

pita serapan kuat pada daerah spectrum sinar ultraviolet dan speltrum sinar

tampak (Harborne, 1987).

Pengujian analisis kuantitatif dengan spektrofotometri UV-Vis digunakan

larutan blanko sebagai control yang berfungsi sebagai pemblank (mengkali nol-

kan) senyawa yang tidak perlu dianalisis (Basset, 1994).

Pada pengukuran senyawa flavonoid total, larutan sampel ditambahkan

AlCl3 yang dapat membentuk kompleks, sehingga terjadi pergeseran panjang

gelombang ke arah visible (tampak) yang ditandai larutan menghasilkan warna

yang lebih kuning.


37

Gambar 3. Pembentukan senyawa kompleks quersetin-alumunium klorida

Penambahan natrium asetat yang bertujuan untuk mempertahankan

panjang gelombang pada daerah visible (tampak) (Chang et al, 2002). Perlakuan

inkubasi selama 28 menit sebelum pengukuran dimaksudkan agar reaksi berjalan

sempurna, sehingga intensitas warna yang dihasilkan lebih maksimal (Azizah dan

Faramayuda, 2014).

Tabel 7. Data Hasil Perhitungan Kadar Flavonoid dalam serbuk

Bahan baku Kadar flavonoid (%)


Serbuk daun kelor 2,8%
Penelitian ini diperoleh kadar flavonoid total untuk serbuk daun kelor

sebesar 2,8%. Pada serbuk tidak melalui proses ekstraksi sehingga kandungan

flavonoid tidak tertarik sempurna oleh pelarut.


38

Tabel 8. Data Penetapan Kadar Flavonoid total dari famili Moringaceae dari review jurnal

Metode
Metode
No Peneliti Tanaman penetapan Instrumen Hasil
ekstraksi
kadar
1 Annisa Daun kelor Maserasi Chang kromatogr Ekstrak etanol 70%
Fatmawa afi lapis daun kelor
ti et al tipis mengandung kadar
(2019) densitomet flavonoid total
rik (TLC- sebesar 0,45 gram /
Densitome 100 gram ekstrak
tri). dengan persentase
0,45%
2 Boonyad Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 70%
ist ometri daun kelor
Vongsak UV-Vis mengandung kadar
et al flavonoid total
(2013) sebesar 6,20 g IQE
/ 100 g
3 Dhigna Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak air daun
Luthfiya ometri kelor mengandung
ni Citra UV-Vis kadar flavonoid
Pradana total sebesar 7,79
dan mg/g
Aprilla
Ayu
Wulanda
ri (2019)
4 Evi Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
Sulastri ometri daun kelor
et al UV-Vis mengandung kadar
(2018) flavonoid total
sebesar 9,6 ± 0,5
mg / 100 mg QE
5 Faridah Biji kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak metanol biji
Ghafar et ometri kelor mengandung
al (2017) UV-Vis kadar flavonoid
total sebesar 99,72
(mg QE / g berat
ekstrak)
6 Haeria et Kulit Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
al (2017) batang ometri kulit batang kelor
kelor UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
sebesar 20,17 mg
QE/g
7 Plant Daun kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 80%
tissue ometri daun kelor
culture UV-Vis mengandung kadar
and flavonoid total
Biotechn sebesar 0,34%
ology
Lab,
Departm
39

ent of
Botany
Govt
(2012)
8 Sari R. Daun kelor Refluks Chang Spektrofot Ekstrak etanol 80%
Djahilap ometri daun kelor
e et al UV-Vis mengandung kadar
(2017) flavonoid total
sebesar 8,3323
mg/100g
9 Susanty Daun kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
et al ometri daun kelor
(2019) UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
sebesar 98,308
mg/kg
10 Tinta et Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 70%
al ometri daun kelor
UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
(1,97 ± 1,07)%

Berdasarkan literatur review jurnal, Moringa oleifera adalah salah satu

tanaman paling popular di Asia Selatan. Itu dikenal sebagai pohon ajaib karena

setiap bagian tanaman termasuk akar, daun, bunga polong, dan biji yang

mengandung nilai gizi tinggi dan manfaat obat-obatan. Pada review jurnal

pertama Ekstrak etanol daun kelor dibuat dengan metode maserasi yaitu dengan

cara menimbang serbuk simplisia kering daun kelor dan direndam menggunakan

etanol 70%. Penentuan kandungan kuersetin dilakukan dengan metode

kromatografi lapis tipis densitometrik (TLC-Densitometri). Kuersetin standar

dibuat dengan konsentrasi 1mg/mL dan sampel ekstrak 250mg/mL dalam

methanol, dilakukan scan panjang gelombang dan pembacaan serapan luas area

untuk penetapan kadar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70%

daun kelor mengandung kadar flavonoid total sebesar 0,45% (Annisa Fatmawati

et al, 2019). Dari review jurnal kedua flavonoid total dianalisis menggunakan
40

metode kolorimetri aluminium klorida. Ekstrak dari daun kelor kering disiapkan

oleh metode maserasi dengan etanol 70%. Sampel 500 L dicampur dengan 500 L

larutan aluminium klorida 2%. Campuran dibiarkan berdiri pada suhu kamar

untuk 10 menit dengan intermittent shaking. Absorbansi campuran diukur pada

415 nm terhadap sampel kosong tanpa aluminium klorida menggunakan

spektrofotometer UV-Vis. Ekstrak etanol 70% daun kelor menggunakan kadar

flavonoid total sebesar 6,20 g IQE / 100 g (Boonyadist Vongsak et el, 2013). Dari

review jurnal ketiga metode ekstraksi daun kelor yang digunakan adalah maserasi,

karena metode ini lebih sederhana, mudah dan tanpa pemanasan. Pelarut yang

digunakan adalah air. Uji total flavonoid menggunakan metode spektrofotometri

UV-Vis pada panjang gelombang 436 nm. Ekstrak air daun kelor mengandung

kadar flavonoid total sebesar 7,79 mg/g (Dhigna Luthfiyani Citra Pradana dan

Aprilia Ayu Wulandari, 2019). Dari review junal keempat daun kelor diekstraksi

dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dan diuapkan dengan rotary

evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental. Penentuan total flavonoid

dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Ekstrak etanol dari Moringa

oleifera mengandung kadar flavonoid total sebesar 9,6 ± 0,5 mg/ 100 mg QE (Evi

Sulastri et al, 2019). Dari review jurnal kelima proses ekstraksi biji kelor

dilakukan menggunakan ekstraksi soxhlet dengan methanol sebagai pelarut. Total

kandungan flavonoid dari ekstrak methanol ditentukan menggunakan matode

kolorimetri aluminium klorida dengan kuersetin sebagai standar. Secara singkat,

ekstrak kasar (1 mg) diencerkan dengan air (4 mL) dalam 10 mL labu ukur.

Awalnya, larutan natrium nitrat 5% (0,3 mL) ditambhakan ke setiap labu


41

volumetric kemudian 10% aluminium klorida (0,3 mL) ditambahkan ke dalam

labu dan diikuti oleh 1,0 M NaOH (2 mL). air (2,4 mL) saat itu ditambahkan ke

labu dan dicampur dengan baik Absorbansi dibaca pada 533 nm menggunakan

spektrofotometri UV-Vis. Ekstrak methanol biji kelor mengandung kadar

flavonoid total sebesar 99,72 (mg QE/ g berat ekstrak) (Faridah Ghafar et al,

2017). Dari review jurnal keenam kulit batang kelor yang telah dikeringkan,

dimaserasi dengan menggunakan etanol 96%. Selanjutnya, dilakukan uji

kuantitatif untuk menentukan kadar flavonoid total pada ekstrak kulit batang kelor

digunakan kuersetin sebagai larutan standar. Dari hasil penelitian ini diperoleh

kadar flavonoid total ekstrak etanol kulit bantang kelor (Moringa oleifera L)

sebesar 20,17 mg QE/g (Haeria et al, 2017). Dari review jurnal ketujuh bagian

tanaman kelor daun diekstraksi dengan metode soxhlet secara terpisah dengan

etanol 80%. Isolat diidentifikasi TLC (pelat dilapisi silica gel G). Pelat

dikembangkan dalam n-butanol, asam asetat dan air (4 : 1 : 5) dan disemprot

dengan FeCl 5%. Penetapan kadar flavonoid total menggunakan metode

spektrofotometri UV-Vis. Ekstrak etanol 80% pada daun kelor mengandung kadar

flavonoid total sebesar 0,34% (Plant tissue culture and Biotechnology Lab,

Department of Botany Govt, 2012). Dari review jurnal kedelapan ekstraksi daun

kelor menggunakan metode refluks. Pelarut yang digunakan adalah etanol 80%.

Analisis kuantitatif flavonoid total menggunakan metode spektrofotometri UV-

Vis. Dari hasil penelitian diketahui sampel ekstrak etanol daun kelor mengandung

flavonoid sebesar 8,3323 mg/ 100g (Sari R. Djahilape et al, 2017). Dari review

jurnal kesembilan serbuk daun kelor diekstraksi dengan etanol 96% menggunakan
42

metode soxhletasi. Uji total flavonoid menggunakan metode spektrofotometri

UV-Vis pada panjang gelombang 415 nm. Kandungan flavonoid total ditentukan

dengan menggunakan standar kurva rutin (10-100 mg/mL). Hasil ekstrak etanol

96% daun kelor mengandung kadar flavonoid total sebesar 98,308 mg/kg (Susaty

et al, 2019). Dari review jurnal kesepuluh serbuk daun kelor dimaserasi dengan

pelarut etanol 70%. Penentuan total flavonoid dilakukan dengan metode

spektrofotometri UV-Vis. Ekstrak etanol dari Moringa oleifera mengandung

kadar flavonoid total sebesar (1,97 ± 1,07)% (Tinta Julianawati et al, 2020).

Dari keseluruhan review jurnal penetapan kadar flavonoid total dari famili

Moringaceae dapat di tarik kesimpulan bahwa kadar flavonoid terbesar pada

ekstrak methanol biji kelor.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penetapan kadar flavonoid total dari serbuk

daun kelor dan ekstrak dari family Moringaceae secara spektrofotometri Uv-Vis

dapat diambil lesimpulan yaitu :

1. Kadar flavonoid total dalam serbuk daun kelor (Moringa Oleifera Lam)

sebesar 0,14%.

2. Kadar flavonoid dari family Moringaceae berdasarkan literatur review jurnal

sebesar 0,45%; 6,20 g IQE/ 100g; 7,79 mg/ g; 9,6 ± 0,5 mg/ 100 mg QE; 99,72

(mg QE/ g berat ekstrak); 20,17 mg QE/ g; 0,34%; 8,3323 mg/ 100 g; 98,308

mg/kg dan (1,97 ± 1,07)%.

B. Saran

Dengan metode yang sama menggunakan spektrofotometri UV-Vis perlu

dilakukan penetapan kadar flavonoid total kuersetin pada tanaman lain.

43
44

DAFTAR PUSTAKA

Divi SM, Bellamkonda R, Dasireddy SK. 2012. Evaluation Of Antidiabetes And

Antihyperlipedemic Potential Of Aqueous Extract Of Moringa Oleifera In

Fructose Fed Insulin Resistant And Stz Induced Diabetic Wistar Rats: A

Comperative Study. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical

Research 5(1).

Fahey, J. W. 2005. Moringa oleifera: A review of the Medical Evidance for Its

Nutritional, Therapeutic and Prophylactic Properties. Trees for Life

Journal 2005, 1-5.

Gopalakrishnan, L., Doriya, K. and Kumar, D.S. 2016. Moringan oleifera: A

review on nutritive importance and its medicinal application. Journal Food

Science anf Human Wellness 5 (2016) 49-56.

Goyal BR, Agrawal BB, Goyal RK, and Mehta AA. 2007. Phyto-pharmacology of

Moringa oleifera Lam. An overview. Natural Product Radiance 6 (4): 347-

353.

Haris, M. (2011). Penetapan Kadar Flavonoid Total Dan Aktivitas Antioksidan

Dari DAun Dewa (Gynura Pseudochina [Lour] CD) dengan

Spektrofotometri UV-Visible. Skripsi. Padang : Universitas Andalas.

http://www.manfaatbanget.com. Artikel Ragam manfaat daun kelor yang mungkin

belum anda ketahui. Diakses 16 November 2019.


45

http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id. Kelor (Moringa oleifera L.) Diakses 16 November

2019).

Ikalinus, R., K. W. Sri dan N. L. E. Setiasih. 2015. Skrining fitikimia ekstrak

etanol kulit batang kelor (Moringa oleifera L). Indonesia Medicus

Veterinus. Bali. 4 (1) : 71-79.

Integrated, F. 2015. Pemanfaatan aktivitas antioksidan daun kelor (Moringan

oleifera) dalam sediaan dand and bdy cream. Skripsi Fakultas Sains dan

Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jonni MS, Sitorus M, Katharina dan Nelly. 2008. Cegah Malnutrisi dengan Kelor.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Krisnadi, A. D. 2015. Kelor Super Nutrisi. Blora. http://kelorina.com/ebook.pdf.

Diakses 19 November 2019.

Palupi, H., T. D. Agung, R. Muzaki dan B. Ratna. 2015. Pengaruh penambahan

ekstrak daun kelor terhadap kualitas yoghurt. Jurnal Teknologi Pangan.

Pasuruan. 6 (2) : 59-66.

Simbolan, J.M. dan Katharina, N. 2007. Cegah Malnutrisi dengan kelor. Kanisius.

Yogyakarta.

Sriwahyuni I. 2010. Uji Fitikimia ekstrak tanaman anting=anting (Acalypha

Indica Linn) dengan variasi pelarut dan uji toksisitas menggunakan brine

shrimp (artemia salina leach). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi

Univesitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang.


46

Worotikan DE. 2011. Efek Buah Lemon Cui (Citrus microcarpo) Terhadap

Kerusakan Lipida Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Dan Ikan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) mentah. Skripsi. FMIPA UNSRAT, Manado.

JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 2 (1) 50-55.


47

L
A
M
P
I
R
A
N
48

Lampiran 1. Determinasi
49

Lampiran 2. Gambar daun kelor

Daun kelor segar Serbuk daun kelor

Kadar air Proses penyaringan


50
51

Lampiran 3. Gambar identifikasi flavonoid

Serbuk + 1-2 mL etanol 20% (dipanaskan)

+ MgO + HCL pekat


52
53

Lampiran 4. Gambar larutan uji

Larutan uji presisi Larutan uji akurasi

Larutan sampel daun kelor Hasil absorbansi 3x replikasi


54

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen

1. Randemen simplisia

a. Daun kelor berat awal (berat basah) = 3100 g

berat akhir (berat kering) = 471 g

Rendemen (%) =

= 15,19 %

2. Randemen ekstrak

a. Daun kelor berat awal (berat basah) = 200 g

berat akhir (berat kering) = 52,113 g

Rendemen (%) =

= 26,05%
55

Lampiran 6. Perhitungan kadar air

Data penimbangan

Berat kertas + sampel = 21,678 gram

Berat kertas + sisa = 1,675 gram

Berat serbuk kelor = 20,003 gram

Ditimbang serbuk kelor 20,003 gram dimasukkan ke dalam labu destilasi dan

ditambahkan pelarut xilen 150 mL sampai serbuk terendam, kemudian memasang

alat Sterling-Bidwell, tahap selanjutnya dipanaskan.etanol sampai tanda batas.

Diperoleh kadar airnya dengan melihat volume pada skala alat adalah 1 mL

( )
% kadar air = ( )

=
56

Lampiran 7. Pembuatan larutan baku kuersetin 1000 ppm

Data perhitungan pembuatan baku =

= 1000 mg / L

= 1000 ppm

Data penimbangan

Berat kertas + sampel = 0,7575 gram

Berat kertas + sisa = 0,7314 gram

Berat baku kuersetin = 0,0261 gram

Koreksi kadar =

= 1044 ppm

Ditimbang serbuk kuersetin 26,1 mg dimasukkan kedalam labu takar 25 mL

ditambahkan etanol sampai tanda batas.


57

Lampiran 8. Perhitungan pembuatan kurva kalibrasi

1. Konsentrasi 100 ppm

Dari larutan baku 1000 ppm

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1044 = 10 x 100

V1 = 0,957 mL

Memipet 1 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar 10

mL dan ditambahkan etanol sampai tanda batas.

2. Konsentrasi 90 ppm

Dari larutan baku 1000 ppm

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1044 = 10 x 90

V1 = 0,862 mL

Memipet 0,9 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar

10 mL dan ditambahkan etanol sampai tanda batas.

3. Konsentrasi 80 ppm

Dari larutan baku 1000 ppm

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1044 = 10 x 80

V1 = 0,766 mL

Memipet 0,8 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar

10 mL dan ditambahkan etanol sampai tanda batas.

4. Konsentrasi 70 ppm
58

Dari larutan baku 1000 ppm

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1044 = 10 x 70

V1 = 0,670 mL

Memipet 0,7 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar

10 mL dan ditambahkan etanol sampai tanda batas.

5. Konsentrasi 60 ppm

Dari larutan baku 1000 ppm

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1044 = 10 x 60

V1 = 0,57 mL

Memipet 0,6 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar

10 mL dan ditambahkan etanol sampai tanda batas.

6. Konsentrasi 50 ppm

Dari larutan baku 1000 ppm

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1044 = 10 x 50

V1 = 0,47 mL

Memipet 0,5 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar

10 mL dan ditambahkan etanol sampai tanda batas.

7. Konsentrasi 40 ppm

Dari larutan baku 1000 ppm

V1 x C1 = V2 x C2
59

V1 x 1044 = 10 x 40

V1 = 0,38 mL

Memipet 0,4 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar

10 mL dan ditambahkan etanol sampai tanda batas.


60

Lampiran 9. Data operating time

Time RawData 4.00 0.8624 8.20 0.8755


(second) 4.10 0.8630 8.30 0.8758
0.00 0.8448 4.20 0.8631 8.40 0.8760
0.10 0.8456 4.30 0.8635 8.50 0.8761
0.20 0.8461 4.40 0.8640 8.60 0.8766
0.30 0.8467 4.50 0.8646 8.70 0.8771
0.40 0.8476 4.60 0.8652 8.80 0.8775
0.50 0.8481 4.70 0.8655 8.90 0.8777
0.60 0.8488 4.80 0.8660 9.00 0.8782
0.70 0.8492 4.90 0.8661 9.10 0.8786
0.80 0.8497 5.00 0.8658 9.20 0.8784
0.90 0.8503 5.10 0.8667 9.30 0.8789
1.00 0.8504 5.20 0.8671 9.40 0.8787
1.10 0.8509 5.30 0.8670 9.50 0.8790
1.20 0.8515 5.40 0.8672 9.60 0.8792
1.30 0.8522 5.50 0.8675 9.70 0.8796
1.40 0.8525 5.60 0.8681 9.80 0.8798
1.50 0.8529 5.70 0.8685 9.90 0.8790
1.60 0.8531 5.80 0.8685 10.00 0.8802
1.70 0.8537 5.90 0.8690 10.10 0.8803
1.80 0.8542 6.00 0.8694 10.20 0.8803
1.90 0.8549 6.10 0.8695 10.30 0.8806
2.00 0.8553 6.20 0.8701 10.40 0.8810
2.10 0.8559 6.30 0.8702 10.50 0.8812
2.20 0.8564 6.40 0.8707 10.60 0.8810
2.30 0.8569 6.50 0.8706 10.70 0.8813
2.40 0.8574 6.60 0.8711 10.80 0.8818
2.50 0.8577 6.70 0.8713 10.90 0.8819
2.60 0.8583 6.80 0.8718 11.00 0.8821
2.70 0.8586 6.90 0.8720 11.10 0.8823
2.80 0.8590 7.00 0.8722 11.20 0.8824
2.90 0.8596 7.10 0.8729 11.30 0.8827
3.00 0.8598 7.20 0.8735 11.40 0.8828
3.10 0.8600 7.30 0.8738 11.50 0.8831
3.20 0.8602 7.40 0.8743 11.60 0.8830
3.30 0.8603 7.50 0.8744 11.70 0.8833
3.40 0.8605 7.60 0.8745 11.80 0.8836
3.50 0.8608 7.70 0.8748 11.90 0.8838
3.60 0.8612 7.80 0.8746 12.00 0.8840
3.70 0.8616 7.90 0.8746 12.10 0.8843
3.80 0.8620 8.00 0.8749 12.20 0.8844
3.90 0.8623 8.10 0.8751 12.30 0.8847
60

12.40 0.8849 16.80 0.8372 21.20 0.8369


12.50 0.8850 16.90 0.8369 21.30 0.8666
12.60 0.8851 17.00 0.8370 21.40 0.8369
12.70 0.8852 17.10 0.8369 21.50 0.8369
12.80 0.8855 17.20 0.8370 21.60 0.8367
12.90 0.8376 17.30 0.8370 21.70 0.8363
13.00 0.8376 17.40 0.8372 21.80 0.8361
13.10 0.8376 17.50 0.8371 21.90 0.8366
13.20 0.8375 17.60 0.8372 22.00 0.8365
13.30 0.8375 17.70 0.8371 22.10 0.8364
13.40 0.8374 17.80 0.8370 22.20 0.8363
13.50 0.8374 17.90 0.8373 22.30 0.8361
13.60 0.8375 18.00 0.8371 22.40 0.8363
13.70 0.8374 18.10 0.8369 22.50 0.8362
13.80 0.8376 18.20 0.8369 22.60 0.8366
13.90 0.8375 18.30 0.8369 22.70 0.8363
14.00 0.8375 18.40 0.8372 22.80 0.8370
14.10 0.8375 18.50 0.8370 22.90 0.8361
14.20 0.8372 18.60 0.8369 23.00 0.8365
14.30 0.8373 18.70 0.8371 23.10 0.8362
14.40 0.8375 18.80 0.8369 23.20 0.8363
14.50 0.8372 18.90 0.8370 23.30 0.8367
14.60 0.8373 19.00 0.8372 23.40 0.8363
14.70 0.8373 19.10 0.8371 23.50 0.8361
14.80 0.8375 19.20 0.8369 23.60 0.8362
14.90 0.8373 19.30 0.8370 23.70 0.8361
15.00 0.8374 19.40 0.8369 23.80 0.8361
15.10 0.8373 19.50 0.8367 23.90 0.8362
15.20 0.8375 19.60 0.8367 24.00 0.8364
15.30 0.8377 19.70 0.6370 24.10 0.8359
15.40 0.8375 19.80 0.6369 24.20 0.8362
15.50 0.8377 19.90 0.8366 24.30 0.8361
15.60 0.8375 20.00 0.8369 24.40 0.8359
15.70 0.8374 20.10 0.8369 24.50 0.8361
15.80 0.8371 20.20 0.8365 24.60 0.8358
15.90 0.8372 20.30 0.8365 24.70 0.8360
16.00 0.8374 20.40 0.8369 24.80 0.8360
16.10 0.8372 20.50 0.8369 24.90 0.8359
16.20 0.8371 20.60 0.8368 25.00 0.8357
16.30 0.8374 20.70 0.8367 25.10 0.8357
16.40 0.8374 20.80 0.8366 25.20 0.8359
16.50 0.8373 20.90 0.8365 25.30 0.8358
16.60 0.8370 21.00 0.8364 25.40 0.8360
16.70 0.8370 21.10 0.8365 25.50 0.8358
61

25.60 0.8360 30.00 0.8353 34.40 0.8344


25.70 0.8356 30.10 0.8354 34.50 0.8348
25.80 0.8356 30.20 0.8353 34.60 0.8348
25.90 0.8358 30.30 0.0353 34.70 0.8346
26.00 0.5356 30.40 0.8351 34.80 0.8345
26.10 0.5356 30.50 0.8354 34.90 0.8348
26.20 0.5358 30.60 0.8351 35.00 0.8345
26.30 0.8363 30.70 0.8353 35.10 0.8346
26.40 0.8357 30.80 0.8350 35.20 0.8347
26.50 0.8355 30.90 0.8350 35.30 0.8346
26.60 0.8358 31.00 0.8352 35.40 0.8347
26.70 0.8353 31.10 0.8351 35.50 0.8348
26.80 0.8358 31.20 0.8352 35.60 0.8346
26.90 0.8356 31.30 0.8355 35.70 0.8345
27.00 0.8356 31.40 0.8353 35.80 0.8345
27.10 0.8358 31.50 0.8351 35.90 0.8346
27.20 0.8357 31.60 0.8352 36.00 0.8346
27.30 0.8357 31.70 0.8349 36.10 0.8342
27.40 0.8356 31.80 0.8350 36.20 0.8343
27.50 0.8358 31.90 0.8351 36.30 0.8343
27.60 0.8355 32.00 0.8351 36.40 0.8344
27.70 0.8355 32.10 0.8351 36.50 0.8343
27.80 0.8354 32.20 0.8350 36.60 0.8344
27.90 0.8355 32.30 0.8348 36.70 0.8346
28.00 0.8356 32.40 0.8349 36.80 0.8344
28.10 0.8353 32.50 0.8348 36.90 0.8344
28.20 0.8354 32.60 0.8347 37.00 0.8345
28.30 0.8354 32.70 0.8347 37.10 0.8345
28.40 0.8354 32.80 0.8347 37.20 0.8344
28.50 0.8357 32.90 0.8348 37.30 0.8346
28.60 0.8354 33.00 0.8350 37.40 0.8345
28.70 0.8353 33.10 0.8350 37.50 0.8342
28.80 0.8356 33.20 0.8350 37.60 0.8341
28.90 0.8354 33.30 0.8347 37.70 0.8343
29.00 0.8354 33.40 0.8349 37.80 0.8342
29.10 0.8355 33.50 0.8351 37.90 0.8342
29.20 0.8354 33.60 0.8348 38.00 0.8342
29.30 0.8353 33.70 0.8343 38.10 0.8342
29.40 0.8352 33.80 0.8347 38.20 0.8344
29.50 0.8353 33.90 0.8346 38.30 0.8350
29.60 0.8351 34.00 0.8346 38.40 0.8342
29.70 0.8352 34.10 0.8350 38.50 0.8345
29.80 0.8353 34.20 0.8350 38.60 0.8342
29.90 0.8354 34.30 0.8348 38.70 0.8343
62

38.80 0.8342 43.20 0.8337 47.60 0.8333


38.90 0.8343 43.30 0.8336 47.70 0.8332
39.00 0.8343 43.40 0.8336 47.80 0.8333
39.10 0.8346 43.50 0.8339 47.90 0.8333
39.20 0.8345 43.60 0.8337 48.00 0.8331
39.30 0.8341 43.70 0.8336 48.10 0.8334
39.40 0.8343 43.80 0.8334 48.20 0.8335
39.50 0.8343 43.90 0.8334 48.30 0.8334
39.60 0.8343 44.00 0.8335 48.40 0.8332
39.70 0.8341 44.10 0.8334 48.50 0.8332
39.80 0.8341 44.20 0.8333 48.60 0.8332
39.90 0.8340 44.30 0.8336 48.70 0.8331
40.00 0.8339 44.40 0.8336 48.80 0.8332
40.10 0.8340 44.50 0.8335 48.90 0.8333
40.20 0.8339 44.60 0.8335 49.00 0.8332
40.30 0.8340 44.70 0.8336 49.10 0.8332
40.40 0.8340 44.80 0.8336 49.20 0.8331
40.50 0.8338 44.90 0.8336 49.30 0.8331
40.60 0.8340 45.00 0.8336 49.40 0.8330
40.70 0.8339 45.10 0.8337 49.50 0.8331
40.80 0.8339 45.20 0.8334 49.60 0.8329
40.90 0.8340 45.30 0.8336 49.70 0.8320
41.00 0.8342 45.40 0.8337 49.80 0.8329
41.10 0.8342 45.50 0.8338 49.90 0.8329
41.20 0.8339 45.60 0.8336 50.00 0.8332
41.30 0.8339 45.70 0.8338 50.10 0.8331
41.40 0.8339 45.80 0.8334 50.20 0.8329
41.50 0.8338 45.90 0.8331 50.30 0.8331
41.60 0.8342 46.00 0.8333 50.40 0.8331
41.70 0.8342 46.10 0.8333 50.50 0.8333
41.80 0.8339 46.20 0.8335 50.60 0.8331
41.90 0.8338 46.30 0.8337 50.70 0.8329
42.00 0.8339 46.40 0.8337 50.80 0.8331
42.10 0.8340 46.50 0.8339 50.90 0.8333
42.20 0.8340 46.60 0.8335 51.00 0.8331
42.30 0.8341 46.70 0.8333 51.10 0.8330
42.40 0.8338 46.80 0.8333 51.20 0.8332
42.50 0.8340 46.90 0.8333 51.30 0.8328
42.60 0.8340 47.00 0.8333 51.40 0.8331
42.70 0.8342 47.10 0.8334 51.50 0.8329
42.80 0.8338 47.20 0.8334 51.60 0.8331
42.90 0.8336 47.30 0.8332 51.70 0.8328
43.00 0.8337 47.40 0.8334 51.80 0.8331
43.10 0.8337 47.50 0.8333 51.90 0.8332
63

52.00 0.8331 54.70 0.8327 57.40 0.8325


52.10 0.8330 54.80 0.8326 57.50 0.8325
52.20 0.8325 54.90 0.8327 57.60 0.8326
52.30 0.8326 55.00 0.8327 57.70 0.8324
52.40 0.8330 55.10 0.8329 57.80 0.8322
52.50 0.8329 55.20 0.8326 57.90 0.8326
52.60 0.8331 55.30 0.8326 58.00 0.8326
52.70 0.8329 55.40 0.8325 58.10 0.8323
52.80 0.8329 55.50 0.8323 58.20 0.8324
52.90 0.8327 55.60 0.8327 58.30 0.8324
53.00 0.8328 55.70 0.8324 58.40 0.8323
53.10 0.8329 55.80 0.8325 58.50 0.8323
53.20 0.8330 55.90 0.8326 58.60 0.8323
53.30 0.8328 56.00 0.8327 58.70 0.8324
53.40 0.8328 56.10 0.8327 58.80 0.8323
53.50 0.8327 56.20 0.8327 58.90 0.8324
53.60 0.8330 56.30 0.8326 59.00 0.8322
53.70 0.8328 56.40 0.8326 59.10 0.8323
53.80 0.8326 56.50 0.8325 59.20 0.8324
53.90 0.8327 56.60 0.8325 59.30 0.8325
54.00 0.8327 56.70 0.8326 59.40 0.8323
54.10 0.8327 56.80 0.8326 59.50 0.8323
54.20 0.8327 56.90 0.8326 59.60 0.8322
54.30 0.8327 57.00 0.8324 59.70 0.8321
54.40 0.8327 57.10 0.8326 59.80 0.8322
54.50 0.8326 57.20 0.8326 59.90 0.8323
54.60 0.8326 57.30 0.8323 60.00 0.8324
64

Lampiran 10. Data kurva kalibrasi

Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
40 0,337
50 0,396
60 0,502
70 0,591
80 0,658
90 0,814
100 0,836
65

Lampiran 11. Data perhitungan presisi

Konsentrasi Baku 70,88 ppm Absorbansi


1 0,622
2 0,623
3 0,623
4 0,621
5 0,621
6 0,620
7 0,622

Larutan 1

Larutan 2

Larutan 3
66

Larutan 4

Larutan 5

Larutan 6

Larutan 7
67

Tabel 1. Data hasil perhitungan presisi

Replikasi Abs Konsentrasi


1 0.622 76.771
2 0.623 76.889
3 0.623 76.889
4 0.621 76.654
5 0.621 76.654
6 0.62 76.536
7 0.622 76.771
sd = 0.130680462
rata-rata = 76.738
cv = 0.170295293
68

Lampiran 12. Data dan Perhitungan LOD dan LOQ

x (ppm) y (abs) Y' Y-Y' (Y-Y')2


41.76 0.337 0.323892857 0.013107143 0.000171797194
52.2 0.396 0.412785714 -0.016785714 0.000281760204
62.64 0.502 0.501678571 0.000321429 0.000000103316
73.08 0.591 0.590571429 0.000428571 0.000000183673
83.52 0.658 0.679464286 -0.021464286 0.000460715561
93.96 0.814 0.768357143 0.045642857 0.002083270408
104.4 0.836 0.857250 -0.02125 0.000451562500
TOTAL = 0.003449392857
SY/X = 0.022198
LOD = 8.603
LOQ = 26.0709
LOD =
( )

= 8,603

LOQ =
( )

= 26,0709
69

Lampiran 13. Data perhitungan akurasi

Konsentrasi Absorbansi
73,712 ppm (a) 0,592
73,712 ppm (b) 0,590
73,712 ppm (c) 0,588
75,880 ppm (a) 0,621
75,880 ppm (b) 0,623
75,880 ppm (c) 0,622
86,720 ppm (a) 0,705
86,720 ppm (b) 0,707
86,720 ppm (c) 0,707
Larutan 73,712 ppm (a)

Larutan 73,712 ppm (b)

Larutan 73,712 ppm (c)

Larutan 75,880 ppm (a)


70

Larutan 75,880 ppm (b)

Larutan 75,880 ppm (c)

Larutan 86,720 ppm (a)

Larutan 86,720 ppm (b)


71

Larutan 86,720 ppm (c)

Perhitungan Akurasi

Akurasi = x 100%

Larutan 73,712 ppm (a) = x 100%

= 99,37 %

Larutan 73,712 ppm (b) = x 100%

= 99,05 %

Larutan 73,712 ppm (c) = x 100%

= 98,73 %

Larutan 75,880 ppm (a) = x 100%

= 101,02 %

Larutan 75,880 ppm (b) = x 100%

= 101,33 %

Larutan 75,880 ppm (c) = x 100%

= 101,17 %
72

Larutan 86,720 ppm (a) = x 100%

= 99,77 %

Larutan 86,720 ppm (b) = x 100%

= 100,04 %

Larutan 86,720 ppm (c) = x 100%

= 100,04 %
73

Lampiran 14. Perhitungan kadar flavonoid dalam serbuk

1. Menimbang serbuk daun kelor sebanyak 0,5 gram dalam labu takar 10 mL

kemudian diencerkan dengan etanol p.a, lalu memipet 0,5 mL ditambah

dengan AlCl3 1 mL dan CH3COONa 0,1 mL. Kemudian di perlakukan

sama sebanyak 3X.

Berat sampel = 0,5022 gram

ABS = 0,568

Pengenceran 20 x

Y=A+BX

0,568 = (-0,03168) + 0,0085 X

X =

= 70,5505 mg/L

( )
Kadar =
( )

= 2,80% b/b

2. Berat sampel = 0,5024 gram

ABS = 0,570

Pengenceran 20 x

Y=A+BX

0,570 = (-0,03168) + 0,0085 X


74

X =

= 70,7858 mg/L

( )
Kadar =
( )

= 2,81 % b/b

3. Berat sampel = 0,5034

ABS = 0,571

Pengenceran 20 x

Y=A+BX

0,571 = (-0,03168) + 0,0085 X

X =

= 70,9035 mg/L

( )
Kadar =
( )

= 2,81 % b/b
75

Lampiran 15. Penetapan Kadar dari famili Moringaceae dari beberapa

review jurnal

Metode
Metode
No Peneliti Tanaman penetapan Instrumen Hasil
ekstraksi
kadar
1 Annisa Daun kelor Maserasi Chang kromatogr Ekstrak etanol 70%
Fatmawa afi lapis daun kelor
ti et al tipis mengandung kadar
(2019) densitomet flavonoid total
rik (TLC- sebesar 0,45 gram /
Densitome 100 gram ekstrak
tri). dengan persentase
0,45%
2 Boonyad Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 70%
ist ometri daun kelor
Vongsak UV-Vis mengandung kadar
et al flavonoid total
(2013) sebesar 6,20 g IQE
/ 100 g
3 Dhigna Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak air daun
Luthfiya ometri kelor mengandung
ni Citra UV-Vis kadar flavonoid
Pradana total sebesar 7,79
dan mg/g
Aprilla
Ayu
Wulanda
ri (2019)
4 Evi Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
Sulastri ometri daun kelor
et al UV-Vis mengandung kadar
(2018) flavonoid total
sebesar 9,6 ± 0,5
mg / 100 mg QE
5 Faridah Biji kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak metanol biji
Ghafar et ometri kelor mengandung
al (2017) UV-Vis kadar flavonoid
total sebesar 99,72
(mg QE / g berat
ekstrak)
6 Haeria et Kulit Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
al (2017) batang ometri kulit batang kelor
kelor UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
sebesar 20,17 mg
QE/g
7 Plant Daun kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 80%
tissue ometri daun kelor
culture UV-Vis mengandung kadar
and flavonoid total
Biotechn sebesar 0,34%
ology
76

Lab,
Departm
ent of
Botany
Govt
(2012)
8 Sari R. Daun kelor Refluks Chang Spektrofot Ekstrak etanol 80%
Djahilap ometri daun kelor
e et al UV-Vis mengandung kadar
(2017) flavonoid total
sebesar 8,3323
mg/100g
9 Susanty Daun kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
et al ometri daun kelor
(2019) UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
sebesar 98,308
mg/kg
10 Tinta et Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 70%
al ometri daun kelor
UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
(1,97 ± 1,07)%

Anda mungkin juga menyukai