Disusun oleh:
GALEH WIDIASTUTI
29171426C
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI D-III ANAFARMA
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
i
PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL DALAM SERBUK DAUN
KELOR DAN EKSTRAK DARI FAMILI MORINGACEAE SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Oleh :
Galeh Widiastuti
29171426C
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI D-III ANAFARMA
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
ii
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
berjudul
oleh :
Galeh Widiastuti
29171426C
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
Pembimbing Dekan,
Mamik Ponco Rahayu, M. Si., Apt. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., ., Msc., Apt.
Penguji :
1. … 1. ….
2. … 2. ….
3. … 3. …
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil pekerjaan
saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar Ahli Madya di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau ditertibkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Saya siap menerima sanksi, baik secara akademis maupun hukum apabila
karya tulis ini merupakan jiplakan dari penelitian/karya tulis/skripsi orang lain.
Penulis
iv
PERSEMBAHAN
Yang pertama belum tentu yang terbaik tetapi bisa jadi yang terbaik adalah yang
terakhir
Kegagalan dan keberhasilan bukanlah takdir namun sebuah pilihan
Berusaha untuk menjadi yang terbaik tetapi jangan pernah merasa bahwa kita yang
terbaik
Ketika anda melakukan kesalahan, itu artinya anda berani untuk mencoba
Saya tidak gagal, saya hanya baru mencoba langkah yang menurut saya
lebih berhasil
Usaha yang dilakukan setengah hati hanya akan menghancurkan mimpi
Selama ada keyakinan semua akan menjadi mungkin
Kegagalan dan kesalahan mengajari kita untuk mengambil pelajaran dan menjadi
lebih baik
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Karya Tulis Ilmiah berjudul “Penetapan Kadar Flavonoid Total Dalam Serbuk
Daun Kelor dan Ekstrak Dari Famili Moringaceae secara Spektrofotometri UV-
Vis. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Ahli
Madya Analisis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Setia
Budi Surakarta.
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
1. Dr. Ir. Djoni Tarigan, MBA., selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta.
2. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., MSc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
3. Dr. Ika Purwadyaningrum, M.Sc., Apt selaku Progdi D-III Analisis Farmasi
dan Makanan.
4. Mamik Ponco Rahayu, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu, pemikiran atau ide dan saran dalam membimbing serta
6. Seluruh staf perpustakaan yang telah memberikan pelayanan yang baik, serta
vi
7. Kepada kedua Orang Tua dan Keluarga yang telah memberikan do’a,
diberi .
8. Seluruh teman-teman saya khususnya BAW Squed Monik, Anisa, Petra, Dony
dan Panji yang telah memberikan dorongan semangat dan selalu mengingatkan
semua pihak yang telah terlibat dan membantu. Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap agar Karya
Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat serta menambah pengetahuan baik
Penulis
vii
INTISARI
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... ii
PERSEMBAHAN .............................................................................................. v
INTISARI........................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
B. Flavonoid ........................................................................................... 7
F. Hipotesis ............................................................................................ 17
x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 43
B. Saran .................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari bahan-bahan alami
yang disediakan dari alam berupa tanaman. Obat tradisional telah lama dikenal
dan digunakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Ningrun dan Murti (2012)
menyatakan bahwa khasiat herbal tidak diragukan lagi, walaupun berbagai jenis
herbal lainnya masih harus dikaji lebih lanjut. Pemanfaatan herba dalam dunia
kesehatan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu sebagai jamu, herbal
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya
bunga merah atau biru pigmentasi kuning pada kelopak yang digunakan untuk
tumbuhan termasuk buah, akar, daun dan kulit luar batang (Worotikan, 2011).
1
2
(Haris, 2011).
kelor sering disebut “miracle tree” dikarenakan semua bagian tumbuhan kelor
sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Mulai dari daun, kulit batang, biji
hingga akarnya (Jonni, 2008). Menurut Divi et al, 2012, ekstrak daun kelor
serbuk daun kelor dan ekstrak dari familia Moringaceae belum pernah dilakukan,
total dalam serbuk daun kelor dan ekstrak dari famili Moringaceae secara
Spektrofotometri UV-Vis.
yang disesuaikan dengan sifat fisika dan kimia dari senyawa yang akan di
yang tinggi, sehingga sifatnya polar. Golongan senyawa ini mudah terekstraksi
dalam pelarut etanol yang memiliki sifat polar karena adanya gugus hidroksil,
B. Rumusan Masalah
Pertama, berapa kadar flavonoid total dalam serbuk daun kelor (Moringa
C. Tujuan Penelitian
Pertama, untuk mengetahui kadar flavonoid total dalam serbuk daun kelor
D. Kegunaan Penelitian
Pertama, Sebagai hasil karya tulis ilmiah yang dapat berguna bagi
berkepentingan.
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Kelor
tanaman tropis yang sudah tumbuh dan berkembang di daerah tropis seperti
meter dan tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di
atas permukaan laut. Kelor dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada
semua jenis tanah, tahan terhadap musim kering dengan toleransi terhadap
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledon
Ordo : Brassicales
Genus : Moringa
5
6
1. Daun kelor
Morfologi daun kelor adalah daun sebesar ujung jari berbentuk bulat telur,
berupa daun majemuk menyirip ganda 2-3 posisinya tersebar, tanpa daun
kelenjar pada pangkal tangkai daun, helai daun saat muda berwarna hijau muda.
Daun kelor kaya akan protein, mineral, beta-karoten, dan antioksidan yang
kulit, penyakit saluran kemih, hipertensi, dan diabetes. Selain itu, secara
tubuh (untuk mengobati gejala terkait HIV/AIDS) serta stimulan jantung dan
kontraseptik (Leone et al, 2015). Kandungan kimia yang diperoleh daun kelor
fenolat (Leone et al, 2015). Penapisam kimia yang dilakukan oleh Patel et al
(2014) menunjukkan bahwa eksrak etanol dari dau kelor (Moringa oleifera Lam)
B. Flavonoid
tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan dan dalam berbagai konsentrasi.
terkonjugasi dengan senyawa gula. Lebih dari 4000 jenis flavonoid telah
buah,dan daun (de Groot & Rauen, 1998). Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid
(yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam berbagai bentuk struktur.
Semua flavonoid mengandung 15 atom karbon dalam inti dasar yang tersusun
dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh
satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Agar
mudah, cincin diberi tanda A, B, dan C,atom karbon dinomori menurut sistem
penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C, serta angka
2. Kandungan flavonoid
bervariasi dari 50 mg sampai 1 g per hari dengan 2 jenis flavonoid terbesar berupa
radikal peroksil, dan alkoksil (Huguet, et al., 1990; Sichel, et al.,1991). Senyawa
flavonoid ini memiliki afinitas yang sangat kuat terhadap ion Fe (Fe diketahui
3. Jenis flavonoid
3.1. Flavon. Flavon lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan
kerangka dasar : Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7 –
Beberapa contoh senyawa ini adalah apigenin, luteolin, dan tangeritin. Semua
senyawa ini memiliki peran hampir sama yaitu sebagai antioksidan, atau
penangkap radikal bebas. Selain itu senyawa ini juga dapat digunakan sebagai
peningkat daya tahan tubuh karena memiliki sifat memperkuat diding sel sehingga
9
tubuh dapat lebih bertahan ari serangan agen penyebab penyakit (Mahmoud et al,
2001).
3.2. Flavonol. Senyawa jenis ini paling banyak terdapat di alam daripada
quarcetin yang terdapat di buah apel sebagai antioksidan dan antiaging. Selain itu
ada juga senyawa myricetin yang terdapat di anggur dan sayuran senyawa ini juga
3.3. Flavonon. Jenis flavonoid ini mirip dengan jenis flavonoid flavon
tetapi pada flavanol tidak memiliki ikatan rangkap pada cincin C. Bebepara
senyawa yang termasuk kedalam jenis ini adalah hespertin yang terdapat pada
buah jeruk yang diperoleh dalam bnetuk glikosidanya, senyawa ini merupakan
suatu aglikon. Senyawa ini juga memiliki efek sebagai antioksidan dan
3.4. Flavononol. Sama halnya dengan flavonoid flavanone, jenis ini mirip
dengan flavonol tetapi dengan struktur dasar flavan yang tidak memiliki ikatan
sangat sedikit, dan sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi
warna. Beberapa isoflavon berwarna biru muda bila dilihat dibawah sinar
penangkap radikal bebas penyebab kanker karena berkaitan dengan struktur dan
gugus OH pada atom C3 ataupun C5 yang berdekatan dengan gugus C=O pada
biru yang terdapat pada seluruh tumbuhan kecuali fungi. Struktur antosianin yaitu
satu atau dua unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan silosa. Jika
monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan pada posisi 3
3.7. Auron dan khalkon. Auron berupa pigmen kuning yang terdapat
pada bunga tertentu dan Bryofita. Auron ditandai dengan adanya struktur 2-
ditandai oleh adanya 3 rantai karbon dengan gugus keton dan a,p tidak jenuh
4. Kelarutan
itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat
larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila dibiarkan dalam larutan basa, dan di
samping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai
maka umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH),
11
Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada
flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan
demikian campuran pelarut yang disebut di atas dengan air merupakan pelarut
yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti
isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih
mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Doloksaribu, 2009).
yang akan menyerap sinar panjang gelompang visibel (Azizah et al. 2014).
dalam ekstrak dinyatakan sebagai Quercetin Equivalent (%) dari persamaan kurva
dilarutkan dalam etanol 80%. Selanjutnya dibuat seri konsentrasi 2,6; 3,2; 4,4;
6,8; 11,6 µg/ml. kemudian seri konsentrasi larutan standar tadi ditambah dengan
etanol 95% hingga 1 ml dan ditambhakan 0,1 ml alumunium klorida 10% dan 0,1
regresi linier antara kadar quercetin (X) dengan absorbansi (Y). Ekstrak etanol 1
2002).
ekstrak dinyatakan sebagai Rutin Equivalent (%) dari persamaan kurva baku rutin.
Rutin 0,1 % methanol dibuat seri konsentrasi 20, 30, 45, 65, 90 µg/ml. Kemudian
seri konsentrasi larutan standar tadi ditambah dengan aquabidest hingga 2 ml dan
ditambahkan 0,15 ml NaNO2 5%, didiamkan selama 6 menit. Lalu 0,15 ml AlCl3
2 ml NaOH 4% dan aquabidest hingga volume akhir 5,0 ml dalam labu takar.
blangko. Persamaan kurva baku diperoleh dari linier antara kadar rutin (X) dengan
C. Metode Ekstraksi
Salah satu cara yang sering dilakukan untuk mengisolasi flavonoid yang
terkandung dari bagian tanaman adalah dengan cara maserasi. Maserasi istilah
aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam). Cara ini merupakan
salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat dengan cara
13
(pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu
tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian. Maserasi adalah
salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal
dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak
dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Afifah,
2012).
D. Spektrofotometri UV-Vis
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)
analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
1. Prinsip kerja
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel
yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat
cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang
menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh
sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung
dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara
kuantitatif.
larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan
tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali
karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu di sekitar panjang gelombang
15
maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-
digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan cahaya yang
oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan
putih apat lebih terseleksi, caranya sederhana, dapat menganalisa larutan dengan
pH lautan, suhu dan adanya zat penggangu dan kebersihan dari kuvet, Hanya
dapat dipakai pada daerah ultraviolet yang panjang gelombangnya >185 nm,
(Underwood et al 1996).
16
E. Landasan Teori
tanaman tropis yang sudah tumbuh dan berkembang di daerah tropis seperti
Indonesia. Tanaman kelor sering disebut “miracle tree” dikarenakan semua bagian
tumbuhan kelor sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Mulai dari daun,
kulit batang, biji hingga akarnya (Jonni, 2008). Menurut Divi et al, 2012, ekstrak
(2013), flavonoid menjadi salah satu golongan senyawa yang ditetapkan kadarnya
daun kelor dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dilarutkan dalam 1-2 mL etanol
20% dengan bantuan pemanasan, lalu ditambah logam Magnesium dan 4-5 tetes
HCL pekat. Adanya flavonoid bebas ditunjukkan dengan warna merah atau jingga
(Reaksi Sianidin/Shibata)
berwarna yang akan menyerap sinar panjang gelompang visibel (Azizah et al.
2014).
F. Hipotesis
Pertama, kadar flavonoid total dalam serbuk daun kelor (Moringa oleifera
METODE PENELITIAN
Jawa Tengah. Sampel yang digunakan adalah daun kelor yang diambil dari
tanaman kelor (Moringa Oleifera Lam) dengan spesifikasi daun yang segar
berwarna hijau.
B. Variabel Penelitian
flavonoid dan komponen penyusun dalam flavonoid dari tanaman daun kelor
variabel yaitu variabel bebas, variabel terkendali dan variabel tergantung. Variabel
tergantung, sehingga perlu ditetapkan kualifikasinya agar hasil yang diperleh tidak
tersebar dan dapat diulang oleh peneliti secara cepat. Variabel dalam penelitian ini
18
19
adalah titik pusat permasalahan yang merupakan pilihan dalam penelitian ini.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur daun kelor, sedangkan variabel
terkendali dalam penelitian ini adalah cara penetapan kadar flavonoid tanaman
ekstrak. Variabel tergantung dalam penelitian ini kadar flavonoid total serbuk
Pertama, daun kelor (Moringa Oleifera Lam) adalah daun dari tanaman
Kedua, daun segar adalah daun tanaman kelor yang berwarna hijau dan
segar.
Ketiga, ekstrak daun kelor adalah ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi
luas diberbagai tanaman dengan aktivitas yang sangat beragam dan sering kali
dengan AlCl3 dan kalium asetat. Kadar flavonoid total yang didapat dipengaruhi
C. Teknik Sampling
Sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil secara acak dari
1. Bahan
kelor (Moringa Oleifera Lam) daun kelor yang diambil dari daerah Kartasura,
1.2. Bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan adalah Etanol 96%,
Natrium Hidroksida (NaOH), AlCl3 10%, Aquadest, Baku standart kuersetin, HCl
pekat, HCl 20%, n-butanol, Asam asetat (CH3COOH), Kalium asetat, pereaksi
2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat maserasi,
vial, cawan porselin, tabung reaksi, beaker glass, pipet tetes, gelas ukur, pipet
volume, kertas saring, kain flannel, tisu, timbangan, karet gelang, botol selai,
E. Jalannya Penelitian
1. Determinasi tanaman
2. Pengumpulan bahan
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah yang diambil dalam keadaan segar
secara acak. Daun kemudian dicuci bersih dengan air mengalir untuk
kering dengan suhu 50ºC supaya kadar yang terkandung pada daun tidak hilang,
40. Serbuk simplisia yang tertinggal pada ayakan digiling kembali sampai bisa
Sebanyak 200 gram serbuk daun kelor direndam dalam 2000 mL etanol
96% selama 24 jam dan disaring lagi menggunakan kertas saring. Kemudian
22
gram dimasukkan ke dalam labu destilasi dan ditambahkan pelarut sampai serbuk
memiliki titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak bercampur dengan air
sehingga memudahkan dalam penetapan kadar air. Pemanasan dihentikan bila air
pada penampung tidak menetes lagi (kurang lebih 1 jam), kemudian diukur kadar
airnya dengan melihat volume pada skala alat tersebut dan dihitung % air dari
6. Identifikasi flavonoid
lalu ditambah logam Magnesium dan 4-5 tetes HCL pekat. Adanya flavonoid
gelombang maksimum standar baku kuersetin berada ada panjang gelombang 424
dengan membaca serapan larutan kuersetin pada konsentrasi 100 ppm pada
panjang gelombang 424 nm setelah direaksikan dengan AlCl3 tiap 1 menit selama
1 jam. Absorbansi yang stabil menandakan bahwa pada waktu tersebut terjadi
reaksi stabil antara kuersetin dengan pereaksi AlCl3. Waktu pengukuran dihitung
dari larutan kuersetin dengan pereaksi AlCl3 pada penelitian ini terjadi pada menit
60 ppm;70 ppm; 80 ppm; 90 ppm; 100 ppm dibuat dengan cara memipet 0,5 mL,
0,6 mL, 0,7 mL, 0,8 mL, 0,9 mL, 1 mL dari larutan baku kuersetin 1000 ppm
batas.
24
(recovery) analit yang ditambahkan. Uji akurasi dilihat dari bahan kontrol dan
dihitung sebagai persen recovery (% R), sehingga diperoleh metode yang akurat.
∑( )
SD =√ .………………………………..(3)
∑
ẋ = ………………………………..(4)
keterangan :
SD = Standar Deviasi
ẋ = Nilai rata-rata
n = Ulangan
relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) 2% atau kurang. Kriteria ini sangat
fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa jumlah sampel dan
7.7. LOD dan LOQ. LOD atau Limit of Detection adalah parameter
untuk penentuan kadar sampel dengan kadar yang terkecil akan tetapi masih
memberikan tanggap detektor yang berbeda dengan pembanding. LOQ atau Limit
25
of Quantitation adalah kadar terkecil dari suatu sampel yang dapat dianalisis.
LOD = ……………………………………………(5)
LOQ = ……………………………………………(6)
ditimbang dan dimasukkan dalam beaker glas, ditambahkan dengan etanol p.a,
7.9. Penentapan kadar flavonoid total serbuk dan ekstrak daun kelor.
diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar dan diukur absorbansinya pada
F. Skema Penelitian
Ekstrak Pekat
A. Hasil Penelitian
1. Determinasi
kebenaran sampel tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.) berkaitan dengan ciri-
ciri morfologis yang ada pada tanaman kelor. Berdasarkan hasil determinasi yang
Surakarta dapat dinyatakan bahwa sampel yang digunakan dalam penelian ini
2. Pembuatan serbuk
Pada penelitian ini daun kelor yang digunakan diperoleh dari Sukoharjo.
Tahap pertama mengumpulkan daun kelor, mencuci daun kelor dengan air
mengalir dan dikeringkan dengan oven pada suhu kurang dari 50˚C, setelah daun
dengan ayakan.
27
28
15,19%. Hal tersebut diperoleh dari berat akhir dibagi berat awal di kali 100%.
3. Pembuatan ekstrak
massa komponen zat yang terlarut ke dalam pelarut sehingga terjadi perpindahan
pada lapisan antar muka dan berdifusi masuk ke dalam pelarut (Harborne, 1987).
Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol 96% sebagai pelarut
air dan methanol. Senyawa kimia yang mampu disari dengan etanol lebih banyak
daripada penyari methanol dan air (Azizah dan Salamah, 2013). Untuk
merupakan metode penyarian zat berkhasiat atau zat aktif dari bagian tanaman
karena metode ini lebih sederhana, mudah dan tanpa pemanasan. Karena jika
Penentuan rendemen ini berfungsi untuk mengetahui kadar sekunder yang terbawa
gram dimasukkan ke dalam labu destilasi dan ditambahkan pelarut sampai serbuk
memiliki titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak bercampur dengan air
sehingga memudahkan dalam penetapan kadar air. Pemanasan dihentikan bila air
pada penampung tidak menetes lagi (kurang lebih 1 jam), kemudian diukur kadar
airnya dengan melihat volume pada skala alat tersebut dan dihitung % air dari
tersebut diperoleh dari jumlah air yang terdestilasi (ml) dibagi jumlah sampel
5. Identifikasi flavonoid
1-2 mL etanol 20% dengan bantuan pemanasan, lalu ditambah logam Magnesium
dan 4-5 tetes HCL pekat. Adanya flavonoid bebas ditunjukkan dengan warna
satandar flavonoid kuersetin dilakukan pada daerah visibel yaitu pada panjang
gelombang 400 – 600 nm. Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
penelitian ini adalah 441 nm yang memiliki serapan absorbansi sebesar 0,799.
mulai stabil sehingga dapat diketahui kapan waktu yang tepat untuk dilakukan
pembacaan absorbansi sampel. Waktu yang stabil yaitu pada menit ke 54 sampai
menit ke 56. Pada penelitian ini operating time flavonoid kuersetin stabil setiap
flavonoid kuersetin.
31
1.0000
0.9000
0.8000
0.7000
Absorbansi 0.6000
0.5000
0.4000 Absorbansi
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
Waktu (menit)
flavonoid golongan flavonol yang mempunyai gugus keton pada C-4 dan
memiliki gugus hidroksil pada atom C-3 atau C-5 yangbertetangga dari flavon dan
maksimum dilakukan running dari panjang gelombang 400 – 600 nm. Hasil
konsentrasi 40 ppm. 50 ppm, 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, 90 ppm, dan 100 ppm.
Digunakan deret konsentrasi karena metode yang dipakai dalam menetukan kadar
adalah metode yang menggunakan persamaan kurva baku, untuk membuat kurva
0.9
0.8
0.7
Absorbansi
0.6
0.5
0.4
0.3 y = -0,03168 + 0,0085 X
r = 0,9922
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
konsentrasi yang digunakan makan semakin tinggi pula absorban yang diperoleh.
Hasil baku kuersetin yang diperoleh diplotkan antara kadar dan absorbansinya,
mendekati 1.
4. Presisi
Presisi dikatakan baik bila memberikan simpangan baku realtif (RSD) atau
koefisien variasi (CV) 2% atau kurang dari 2% (Riyanto, 2014). Hasil perhitungan
1 0,622 76,771
2 0,623 76,889
3 0,623 76,889
5 0,621 76,654
6 0,62 76,536
7 0,622 76,771
5. Akurasi
amalisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen
101,17%. Persen perolehan kembali ini dapat diterima karena memenuhi syarat
akurasi yaitu pada rata - rata persen perolehan kembali 80-120% (Harmita, 2004).
Hal ini menunjukkan bahwa uji perolehan kembali untuk penetapan kadar
34
flavonoid kuersetin pada daun kelor dengan berbagai cara tersebut memiliki
akurasi yang baik. Data perhitungan recovery terdapat pada tabel berikut.
60 73,2478 99,37
60 73,0129 99,05
60 72,7780 98,73
70 76,8886 101,33
70 76,7711 101,17
80 86,5190 99,77
80 86,7539 100,04
80 86,7539 100,04
yang masih dapat dideteksi. LOD (limit of detection) merupakan batas uji yang
secara spesifik menyatakan apakah analit di atas atau di bawah nilai tertentu
(Ganjar & Rahman, 2007). Batas kuantifikasi atau LOQ merupakan konsentrasi
analit terenfdah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi
yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (Ganjar &
rahman, 2007). Pada penelitian ini batas deteksi flavonoid kuersetin diperoleh
adalah 8,6034 ppm dan batas kuantitasi flavonoid kuersetin yang diperoleh adalah
26,0709 ppm. Percobaan ini diperoleh nilai LOD dan LOQ yang memenuhi syarat
35
karena konsentrasi larutan standar lebih besar dari nilai LOQ. Data perhitungan
Y1
(X) ppm Y (Y-Y1)2 SD LOD LOQ
(a+b.x)
∑ =0,003449392857
akar, daun, dan kulit luar batang. Flavonoid merupakan senyawa alam yang
berpotensi sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas yang berperan
flavonoid total yang terkandung pada serbuk daun kelor. Analisis flavonoid
serapan kuat pada daerah spectrum sinar ultraviolet dan spectrum sinar tampak
(Harborne, 1987)
besar kadar flavonoid total yang terkandung pada serbuk daun kelor. Analisis
pita serapan kuat pada daerah spectrum sinar ultraviolet dan speltrum sinar
larutan blanko sebagai control yang berfungsi sebagai pemblank (mengkali nol-
panjang gelombang pada daerah visible (tampak) (Chang et al, 2002). Perlakuan
sempurna, sehingga intensitas warna yang dihasilkan lebih maksimal (Azizah dan
Faramayuda, 2014).
sebesar 2,8%. Pada serbuk tidak melalui proses ekstraksi sehingga kandungan
Tabel 8. Data Penetapan Kadar Flavonoid total dari famili Moringaceae dari review jurnal
Metode
Metode
No Peneliti Tanaman penetapan Instrumen Hasil
ekstraksi
kadar
1 Annisa Daun kelor Maserasi Chang kromatogr Ekstrak etanol 70%
Fatmawa afi lapis daun kelor
ti et al tipis mengandung kadar
(2019) densitomet flavonoid total
rik (TLC- sebesar 0,45 gram /
Densitome 100 gram ekstrak
tri). dengan persentase
0,45%
2 Boonyad Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 70%
ist ometri daun kelor
Vongsak UV-Vis mengandung kadar
et al flavonoid total
(2013) sebesar 6,20 g IQE
/ 100 g
3 Dhigna Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak air daun
Luthfiya ometri kelor mengandung
ni Citra UV-Vis kadar flavonoid
Pradana total sebesar 7,79
dan mg/g
Aprilla
Ayu
Wulanda
ri (2019)
4 Evi Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
Sulastri ometri daun kelor
et al UV-Vis mengandung kadar
(2018) flavonoid total
sebesar 9,6 ± 0,5
mg / 100 mg QE
5 Faridah Biji kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak metanol biji
Ghafar et ometri kelor mengandung
al (2017) UV-Vis kadar flavonoid
total sebesar 99,72
(mg QE / g berat
ekstrak)
6 Haeria et Kulit Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
al (2017) batang ometri kulit batang kelor
kelor UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
sebesar 20,17 mg
QE/g
7 Plant Daun kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 80%
tissue ometri daun kelor
culture UV-Vis mengandung kadar
and flavonoid total
Biotechn sebesar 0,34%
ology
Lab,
Departm
39
ent of
Botany
Govt
(2012)
8 Sari R. Daun kelor Refluks Chang Spektrofot Ekstrak etanol 80%
Djahilap ometri daun kelor
e et al UV-Vis mengandung kadar
(2017) flavonoid total
sebesar 8,3323
mg/100g
9 Susanty Daun kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
et al ometri daun kelor
(2019) UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
sebesar 98,308
mg/kg
10 Tinta et Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 70%
al ometri daun kelor
UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
(1,97 ± 1,07)%
tanaman paling popular di Asia Selatan. Itu dikenal sebagai pohon ajaib karena
setiap bagian tanaman termasuk akar, daun, bunga polong, dan biji yang
mengandung nilai gizi tinggi dan manfaat obat-obatan. Pada review jurnal
pertama Ekstrak etanol daun kelor dibuat dengan metode maserasi yaitu dengan
cara menimbang serbuk simplisia kering daun kelor dan direndam menggunakan
methanol, dilakukan scan panjang gelombang dan pembacaan serapan luas area
untuk penetapan kadar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70%
daun kelor mengandung kadar flavonoid total sebesar 0,45% (Annisa Fatmawati
et al, 2019). Dari review jurnal kedua flavonoid total dianalisis menggunakan
40
metode kolorimetri aluminium klorida. Ekstrak dari daun kelor kering disiapkan
oleh metode maserasi dengan etanol 70%. Sampel 500 L dicampur dengan 500 L
larutan aluminium klorida 2%. Campuran dibiarkan berdiri pada suhu kamar
flavonoid total sebesar 6,20 g IQE / 100 g (Boonyadist Vongsak et el, 2013). Dari
review jurnal ketiga metode ekstraksi daun kelor yang digunakan adalah maserasi,
karena metode ini lebih sederhana, mudah dan tanpa pemanasan. Pelarut yang
UV-Vis pada panjang gelombang 436 nm. Ekstrak air daun kelor mengandung
kadar flavonoid total sebesar 7,79 mg/g (Dhigna Luthfiyani Citra Pradana dan
Aprilia Ayu Wulandari, 2019). Dari review junal keempat daun kelor diekstraksi
dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dan diuapkan dengan rotary
oleifera mengandung kadar flavonoid total sebesar 9,6 ± 0,5 mg/ 100 mg QE (Evi
Sulastri et al, 2019). Dari review jurnal kelima proses ekstraksi biji kelor
ekstrak kasar (1 mg) diencerkan dengan air (4 mL) dalam 10 mL labu ukur.
labu dan diikuti oleh 1,0 M NaOH (2 mL). air (2,4 mL) saat itu ditambahkan ke
labu dan dicampur dengan baik Absorbansi dibaca pada 533 nm menggunakan
flavonoid total sebesar 99,72 (mg QE/ g berat ekstrak) (Faridah Ghafar et al,
2017). Dari review jurnal keenam kulit batang kelor yang telah dikeringkan,
kuantitatif untuk menentukan kadar flavonoid total pada ekstrak kulit batang kelor
digunakan kuersetin sebagai larutan standar. Dari hasil penelitian ini diperoleh
kadar flavonoid total ekstrak etanol kulit bantang kelor (Moringa oleifera L)
sebesar 20,17 mg QE/g (Haeria et al, 2017). Dari review jurnal ketujuh bagian
tanaman kelor daun diekstraksi dengan metode soxhlet secara terpisah dengan
etanol 80%. Isolat diidentifikasi TLC (pelat dilapisi silica gel G). Pelat
spektrofotometri UV-Vis. Ekstrak etanol 80% pada daun kelor mengandung kadar
flavonoid total sebesar 0,34% (Plant tissue culture and Biotechnology Lab,
Department of Botany Govt, 2012). Dari review jurnal kedelapan ekstraksi daun
kelor menggunakan metode refluks. Pelarut yang digunakan adalah etanol 80%.
Vis. Dari hasil penelitian diketahui sampel ekstrak etanol daun kelor mengandung
flavonoid sebesar 8,3323 mg/ 100g (Sari R. Djahilape et al, 2017). Dari review
jurnal kesembilan serbuk daun kelor diekstraksi dengan etanol 96% menggunakan
42
UV-Vis pada panjang gelombang 415 nm. Kandungan flavonoid total ditentukan
dengan menggunakan standar kurva rutin (10-100 mg/mL). Hasil ekstrak etanol
96% daun kelor mengandung kadar flavonoid total sebesar 98,308 mg/kg (Susaty
et al, 2019). Dari review jurnal kesepuluh serbuk daun kelor dimaserasi dengan
kadar flavonoid total sebesar (1,97 ± 1,07)% (Tinta Julianawati et al, 2020).
Dari keseluruhan review jurnal penetapan kadar flavonoid total dari famili
A. Kesimpulan
daun kelor dan ekstrak dari family Moringaceae secara spektrofotometri Uv-Vis
1. Kadar flavonoid total dalam serbuk daun kelor (Moringa Oleifera Lam)
sebesar 0,14%.
sebesar 0,45%; 6,20 g IQE/ 100g; 7,79 mg/ g; 9,6 ± 0,5 mg/ 100 mg QE; 99,72
(mg QE/ g berat ekstrak); 20,17 mg QE/ g; 0,34%; 8,3323 mg/ 100 g; 98,308
B. Saran
43
44
DAFTAR PUSTAKA
Fructose Fed Insulin Resistant And Stz Induced Diabetic Wistar Rats: A
Research 5(1).
Fahey, J. W. 2005. Moringa oleifera: A review of the Medical Evidance for Its
Goyal BR, Agrawal BB, Goyal RK, and Mehta AA. 2007. Phyto-pharmacology of
353.
2019).
oleifera) dalam sediaan dand and bdy cream. Skripsi Fakultas Sains dan
Jonni MS, Sitorus M, Katharina dan Nelly. 2008. Cegah Malnutrisi dengan Kelor.
Simbolan, J.M. dan Katharina, N. 2007. Cegah Malnutrisi dengan kelor. Kanisius.
Yogyakarta.
Indica Linn) dengan variasi pelarut dan uji toksisitas menggunakan brine
Worotikan DE. 2011. Efek Buah Lemon Cui (Citrus microcarpo) Terhadap
Kerusakan Lipida Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Dan Ikan Cakalang
L
A
M
P
I
R
A
N
48
Lampiran 1. Determinasi
49
1. Randemen simplisia
Rendemen (%) =
= 15,19 %
2. Randemen ekstrak
Rendemen (%) =
= 26,05%
55
Data penimbangan
Ditimbang serbuk kelor 20,003 gram dimasukkan ke dalam labu destilasi dan
Diperoleh kadar airnya dengan melihat volume pada skala alat adalah 1 mL
( )
% kadar air = ( )
=
56
= 1000 mg / L
= 1000 ppm
Data penimbangan
Koreksi kadar =
= 1044 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1044 = 10 x 100
V1 = 0,957 mL
2. Konsentrasi 90 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1044 = 10 x 90
V1 = 0,862 mL
Memipet 0,9 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar
3. Konsentrasi 80 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1044 = 10 x 80
V1 = 0,766 mL
Memipet 0,8 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar
4. Konsentrasi 70 ppm
58
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1044 = 10 x 70
V1 = 0,670 mL
Memipet 0,7 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar
5. Konsentrasi 60 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1044 = 10 x 60
V1 = 0,57 mL
Memipet 0,6 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar
6. Konsentrasi 50 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1044 = 10 x 50
V1 = 0,47 mL
Memipet 0,5 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar
7. Konsentrasi 40 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
59
V1 x 1044 = 10 x 40
V1 = 0,38 mL
Memipet 0,4 mL larutan baku 1000 ppm dimasukkan kedalam labu takar
Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
40 0,337
50 0,396
60 0,502
70 0,591
80 0,658
90 0,814
100 0,836
65
Larutan 1
Larutan 2
Larutan 3
66
Larutan 4
Larutan 5
Larutan 6
Larutan 7
67
= 8,603
LOQ =
( )
= 26,0709
69
Konsentrasi Absorbansi
73,712 ppm (a) 0,592
73,712 ppm (b) 0,590
73,712 ppm (c) 0,588
75,880 ppm (a) 0,621
75,880 ppm (b) 0,623
75,880 ppm (c) 0,622
86,720 ppm (a) 0,705
86,720 ppm (b) 0,707
86,720 ppm (c) 0,707
Larutan 73,712 ppm (a)
Perhitungan Akurasi
Akurasi = x 100%
= 99,37 %
= 99,05 %
= 98,73 %
= 101,02 %
= 101,33 %
= 101,17 %
72
= 99,77 %
= 100,04 %
= 100,04 %
73
1. Menimbang serbuk daun kelor sebanyak 0,5 gram dalam labu takar 10 mL
ABS = 0,568
Pengenceran 20 x
Y=A+BX
X =
= 70,5505 mg/L
( )
Kadar =
( )
= 2,80% b/b
ABS = 0,570
Pengenceran 20 x
Y=A+BX
X =
= 70,7858 mg/L
( )
Kadar =
( )
= 2,81 % b/b
ABS = 0,571
Pengenceran 20 x
Y=A+BX
X =
= 70,9035 mg/L
( )
Kadar =
( )
= 2,81 % b/b
75
review jurnal
Metode
Metode
No Peneliti Tanaman penetapan Instrumen Hasil
ekstraksi
kadar
1 Annisa Daun kelor Maserasi Chang kromatogr Ekstrak etanol 70%
Fatmawa afi lapis daun kelor
ti et al tipis mengandung kadar
(2019) densitomet flavonoid total
rik (TLC- sebesar 0,45 gram /
Densitome 100 gram ekstrak
tri). dengan persentase
0,45%
2 Boonyad Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 70%
ist ometri daun kelor
Vongsak UV-Vis mengandung kadar
et al flavonoid total
(2013) sebesar 6,20 g IQE
/ 100 g
3 Dhigna Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak air daun
Luthfiya ometri kelor mengandung
ni Citra UV-Vis kadar flavonoid
Pradana total sebesar 7,79
dan mg/g
Aprilla
Ayu
Wulanda
ri (2019)
4 Evi Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
Sulastri ometri daun kelor
et al UV-Vis mengandung kadar
(2018) flavonoid total
sebesar 9,6 ± 0,5
mg / 100 mg QE
5 Faridah Biji kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak metanol biji
Ghafar et ometri kelor mengandung
al (2017) UV-Vis kadar flavonoid
total sebesar 99,72
(mg QE / g berat
ekstrak)
6 Haeria et Kulit Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
al (2017) batang ometri kulit batang kelor
kelor UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
sebesar 20,17 mg
QE/g
7 Plant Daun kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 80%
tissue ometri daun kelor
culture UV-Vis mengandung kadar
and flavonoid total
Biotechn sebesar 0,34%
ology
76
Lab,
Departm
ent of
Botany
Govt
(2012)
8 Sari R. Daun kelor Refluks Chang Spektrofot Ekstrak etanol 80%
Djahilap ometri daun kelor
e et al UV-Vis mengandung kadar
(2017) flavonoid total
sebesar 8,3323
mg/100g
9 Susanty Daun kelor Sokletasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 96%
et al ometri daun kelor
(2019) UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
sebesar 98,308
mg/kg
10 Tinta et Daun kelor Maserasi Chang Spektrofot Ekstrak etanol 70%
al ometri daun kelor
UV-Vis mengandung kadar
flavonoid total
(1,97 ± 1,07)%