2017
Yusuf, M.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2498
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR HASIL UJI DISOLUSI TABLET
PARASETAMOL MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
TUGAS AKHIR
Oleh:
M.YUSUF
142410012
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
M.YUSUF
142410012
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
M.YUSUF
142410012
Disetujui Oleh:
Pembimbing,
Disahkan Oleh:
Dekan,
iii
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
menyelesaikan tugas akhir ini, sholawat beriring salam kepada Rasulullah SAW.
disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis
besarnya kepada keduaa orang tua penulis yaitu ayahanda tercinta Supianto, dan
ibunda tercinta Siti Hindun, dan adik tersayang Siti Humayrah yang telah
segenap doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
penulis tidak dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya. Untuk
1. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., sebagai Dosen Penasehat
Akademik yang telah memberikan nasehat dan arahan kepada penulis
setiap semester.
4. Ibu Henny Sri Wahyuni, S.Farm., Apt., sebagai Dosen pembimbing Tugas
akhir yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
Medan.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
atas semua ilmu, didikan dan bimbingannya kepada penulis selama di
ini.
8. Teman-teman saya dalam grup “one big family” yang telah memberikan
ii
dalam penyusunan tugas akhir ini. Maka dari itu penulis berharap adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun agar menyempurnakan tugas akhir ini.
Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca dan khusus nya bagi penulis
Penulis,
M.Yusuf
NIM 142410012
iii
Nama : M.Yusuf
dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar Ahli Madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah menyebutkan atau mencantumkan sumbernya di
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas
akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi
tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
M.Yusuf
NIM 142410012
iv
vi
3.3.4. Analisis larutan standar dan hasil disolusi sampel tablet parasetamol
secara spektrofotometri UV.......................................................... 15
vii
viii
Tabel Halaman
ix
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
xi
PENDAHULUAN
sangat populer. Parasetamol dapat tersedia dalam berbagai macam sediaan seperti
tablet, kapsul, tetes, eliksir, suspensi, dan supositoria. Parasetamol pada umumnya
diberikan dalam bentuk tablet yang mengandung 500 mg bahan aktif (Sudjadi dan
Rohman, 2008).
Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan
tablet adalah uji disolusi, uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
IV apabila dalam waktu 30 menit tablet parasetamol larut tidak kurang dari Q +
5% = 85% ; Q = 80% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).
lain dapat digunakan untuk analisis zat dalam jumlah kecil, pengerjaan mudah,
Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk melakukan penetapan kadar zat
spektrofotometri ultraviolet.
1.2 Tujuan
Untuk menentukan apakah kadar zat terlarut dari hasil uji disolusi tiap
satuan tablet parasetamol telah memenuhi syarat sesuai dengan yang tertera pada
1.3 Manfaat
hasil uji tablet parasetamol generik produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
TINJAUAN PUSTAKA
VII/71 mendefinisikan bahwa obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan serta memperindah badan atau
- Obat baku ialah bahan obat berupa substansi yang memenuhi syarat syarat
- Obat jadi ialah obat dalam keadaan tunggal ataupun campuran dalam
suppositoria, atau bentuk lain dan mempunyai nama teknik sesuai dengan
- Obat paten ialah berupa obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas
1995).
- Obat asli ialah obat yang didapat langsung dari bahan bahan alamiah
- Obat baru ialah obat yang terdiri dari satu atau campuran beberapa bahan-
obat sebagai baian yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat (antara
lain zat pengisi, pelarut, vehikulum) atau komponen lain yang belum
Joenoes, 1995).
Obat generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama
resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International
berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari
monografi sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat
Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah dengan
nama generik yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Harga
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) RI. Obat generik esensial
adalah obat generik terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah, dari segi kualitas obat generik
memiliki mutu atau khasiat yang sama dengan obat yang bermerek dagang (obat
paten).
2.3 Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode
oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat
pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang
penggunaannya dengan cara sublingual, bukal, atau melalui vagina, tidak boleh
mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral
(Ansel, 1989).
Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet dibuat
dengan mencetak, tetapi secara singkat dapat dikatakan bahwa tablet yang dibuat
secara kompresi menggunakan mesin yang mampu menekan bahan bentuk serbuk
atau granul dengan menggunakan berbagai bentuk punch atau ukuran dan die.
Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari berbagai kapasitas dipilih sesuai
dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta produksi rata-rata yang
bahan tablet yang telah terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan sampai
1. Tablet kompresi
Yaitu tablet kompresi dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk
tablet dan ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya diberi tambahan sejumlah
tabletnya.
diabsorpsi.
d) Antirekat pelincir atau zat pelincir yaitu zat yang meningkatkan aliran
berkilat
e) Bahan tambahan lain seperti zat warna dan zat pemberi rasa (Ansel,
1989).
dari satu kali tekanan. Tablet berlapis dibuaat dengan cara memasukkan satu
campuran obat kedalam cetakan dan ditekan, demikian pula campuran obat
sebagai lapisan berikutnya dimasukkan kedalam cetakan yang sama dan ditekan
lagi, untuk membentuk dua atau tiga lapisan tergantung pada jumlah obat yang
Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga
tidak, lapisan ini larut dalam air cepat terurai begitu ditelan (Ansel, 1989).
Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak
larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet. Biasanya lapisan
ini bewarna, kelebihannya dari penyalutan dengan gula adalah lebih tahan lama,
lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikit untuk penggunaanya. Selaput ini
karena diwaktu itu hanya cokelat yang dipakai untuk menyalut dan mewarnai
tablet. Sekarang ini cokelat telah digantikan oleh bahan-bahan pewarna lain
seperti oksida besi yang dipakai sebagai warna tiruan cokelat (Ansel, 1989).
Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relatif
tidak larut dalam asam lambung, tetapi larut dalam usus halus.
7. Tablet effervescent
Yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam
effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur
berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam kantung pipi atau
9. Tablet kunyah
dibiarkan melarut dalam mulut, menghasilkan dasar seperti krim dari mannitol
Rumus bangun :
Sinonim : Parasetamol
Asetaminofen
Kandungan : Tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan rapat dan tidak tembus cahaya
dengan fenasetin. Efek samping golongan ini serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sedang, dan dapat menurunkan suhu
tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Efek samping dari
Uji Disolusi didefenisikan sebagai proses suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses zat padat
melarut. Secara prinsip, proses ini dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dan
3. Bejana dari gelas, atau bahan lain yang inert dan transparan dengan
volume 1000 ml, bertutup sesuai dengan di tengah-tengahnya ada tempat untuk
menempelkan pengaduk dan ada lubang tempat masuk pada 3 tempat, dua untuk
4. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi
bejana dan biarkan mencapai temperatur 37°C±0,5°C. Kemudian satu tablet atau
satu kapsul yang diuji dicelupkan ke dalam bejana atau ditempatkan dalam
10
monografi. Pada waktu-waktu tertentu contoh dari mesin diambil untuk analisis
kimia dari bagian obat yang terlarut. Tablet atau kapsul harus memenuhi
Menurut Depkes RI (1995), ada dua metode alat uji disolusi sesuai dengan yang
Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca, suatu motor, suatu batang
logam yang digerakkan oleh motor dan wadah disolusi (keranjang) berbentuk
silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm-175 mm, diameter 98
mm−106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam berada pada posisi
sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu
vertikal wadah dan berputar dengan halus dan tanpa goyangan. Sebuah tablet
diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yang diikatkan pada bagian
bawah batang logam yang digerakkan oleh motor yang kecepatannya dapat diatur.
Wadah dicelupkan sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga dapat
mempertahankan suhu dalam wadah pada 37°C ±0,5°C selama pengujian dan
Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri
dari daun dan batang logam sebagai pengaduk. Daun melewati diameter batang
sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi dengan jarak
11
2.6 Spektrofotometri UV
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya
tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit
daerah yang lebar dan sedikit informasi yang bisa didapatkan dari spektrum ini,
tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar
ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan visible berada
2.6.2 Instrumen
a. Sumber cahaya
12
350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk
daerah visible (pada panjang gelombang antara 350-900 nm) (Gandjar dan
Rohman, 2007).
b. Monokromator
sampel sebagai scan instrumen melewati spektrum (Gandjar dan Rohman, 2007).
c. Optik-optik
Dapat didesain untuk memecah sumber sinar, sehingga sumber sinar melewati 2
beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam suatu kompartemen untuk
13
METODOLOGI PERCOBAAN
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan Jalan Raya Tanjung Morawa Km. 9
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat disolusi (tipe
3.2.2 Bahan
3.3 Prosedur
14
Ditimbang seksama 55,55 mg baku parasetamol, masukkan dalam labu ukur 100
Ditimbang bobot tablet satu persatu sebanyak 6 tablet, dicatat bobotnya. Diisi
tabung disolusi dengan media (buffer fosfat) masing-masing sebanyak 900 ml.
(kontrol dengan termometer bila perlu). Setelah suhu sesuai, dimasukkan tablet
yang telah ditimbang kedalam masing-masing tabung (satu tablet per tabung).
Ditekan tombol “ON” pada alat, diatur waktu dengan menggunakan timer selama
tabung disolusi dengan menggunakan spuit 100 ml (posisi alat dayung masih
beaker glass).
3.3.4 Analisis larutan standar dan hasil disolusi sampel tablet parasetamol
secara spektrofotometri UV
Dipipet 1 ml larutan standar kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml,
ditambahkan buffer fosfat pH 5,8 sampai garis tanda kemudian dikocok hingga
15
100 ml, ditambahkan buffer fosfat pH 5,8 sampai garis tanda kemudian dikocok
16
Dimana :
Dimana :
Kadar = x x x x Kst
Dimana :
17
ultraviolet ini diukur pada panjang gelombang yaitu 243 nm. Hasil spektrum dapat
Ga
Menurut Ditjen POM (1995), penetapan kadar parasetamol dilakukan pada λ 243
Indonesia Edisi IV memerlukan baku pembanding (larutan standar). Hal ini untuk
spesimen uji dan zat pembanding. Penetapan kadar baku pembanding harus
disiapkan dan dilakukan pengamatannya dengan cara yang praktis sama dengan
18
Konsentrasi
NO Absorbansi Kadar zat
Berat Standar (mg) standard
Standar terlarut (%)
(mg/ml)
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa standar tablet parasetamol 55,55 mg dengan
menggunakan buffer posfat pH 5,8. Setelah itu dipipet 5 ml hasil uji disolusi dari
tabung disolusi ke dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dengan buffer posfat
sampai garis tanda. Setelah itu larutan sampel diuji spektrofotometri ultraviolet.
19
Sampel tablet parasetamol diukur pada λ 243 nm, sama seperti pada
standar. Hasil penetapan kadar sampel tablet parasetamol dapat dilihat pada tabel
2.
Konsentrasi
NO Absorbansi Kadar zat
Berat Sampel (mg) sampel (mg/ml)
sampel terlarut (%)
1 555,9 0,35681 97,406
0,0061
2 601,9 0,33550 91,284
0,0066
3 606,1 0,34994 94,553
0,0067
4 604,2 0,34970 94,786
0,0067
5 603,3 0,35573 96,564
0,0067
6 605,7 0,35620 96,308
0,0067
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 6 sampel hasil uji disolusi tablet
20
yaitu tidak kurang dari Q + 5% = 85% ; Q = 80% dari jumlah yang tertera pada
masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut
dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Pengujian dilanjutkan
sampai tiga tahap, Pada tahap 1 (S1), 6 tablet diuji. Bila pada tahap ini tidak
memenuhi syarat, maka akan dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap 2 (S2).
Pada tahap ini 6 tablet tambahan diuji lagi. Bila tetap tidak memenuhi syarat,
maka pengujian dilanjutkan lagi ke tahap 3 (S3). Pada tahap ini 12 tablet
21
5.1 Kesimpulan
Kadar zat terlarut dari hasil uji disolusi tiap satuan tablet parasetamol
produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yaitu tablet 1 = 97,406%,
Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tiap unit tidak kurang dari Q + 5% = 85%,
dimana Q = 80%.
5.2 Saran
22
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta Hal. 648-651.
Gandjar & Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.
261-262.
Siregar., C., dan Wikarsa. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar
Praktis. Jakarta: EGC. Hal. 17.
Zaman, Nanizar., dan Joenoes. (1995). Ars Prescribendi Resep Yang Rasional
Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 27.
23
Dimana :
x = 0,0055 mg/ml
24
Dimana :
25
Kadar = x x x x Kst
Dimana :
Kadar 1 = x x x x Kst
= x x x x100.269% = 97.406%
Kadar 2 = x x x x Kst
= x x x x 100.269% = 91.284%
Kadar 3 = x x x x Kst
= x x x x100.269% = 94.553%
Kadar 4 = x x x x Kst
= x x x x 100.269% = 94.786%
Kadar 5 = x x x x Kst
26
Kadar 6 = x x x x Kst
= x x x x100.269% = 96.308%
27
28