Anda di halaman 1dari 89

PEMBUATAN TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN

METODE CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN


MALTODEKSTRIN SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

t untuk memperolehgelar Sarjanniversitas Sumatera Utar


OLEH:
MUSLICHA DWI JAYANTI
NIM 121524164

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
PEMBUATAN TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN
METODE CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN
MALTODEKSTRIN SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

t untuk memperolehgelar Sarjanniversitas Sumatera Utar


OLEH:
MUSLICHA DWI JAYANTI
NIM 121524164

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
PENGESAHAN SKRIPSI
PEMBUATAN TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN
METODE CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN
MALTODEKSTRIN SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR
tuk memperolehgelar SarjaFarmasi pada Fakultas Farmasi
OLEH:
MUSLICHA DWI JAYANTI
NIM 121524164

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 23 Mei 2015

DisetujuiOleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.
NIP195011171980022001 NIP 195111021977102001

Pembimbing II, Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.


NIP195011171980022001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.


NIP196106191991031001 NIP 195406081983031005

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.


NIP 195107031977102001

Medan, Juni 2015


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
a. n. Dekan
Wakil Dekan I

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.


NIP 195807101986012001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

ini.Tidak lupa pula shalawat beriring salam untuk Rasulullah Muhammad SAW

sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi dengan judul “Pembuatan Tablet

Kalsium Laktat Dengan Metode Cetak Langsung Menggunakan Maltodekstrin

Sebagai Bahan Penghancur” disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc.,Apt.

selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si, Apt. selaku dosen

pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-

saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Julia

Reveny,M.Si.,Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi USU Medan, yang

telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Ibu

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Bapak Drs. Agusmal Dalimunte., M.S.,

Apt., dan Ibu Djendakita Purba, M.Si., Apt. selaku dosen pengujiyang telah

memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Bapak/Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik selama

perkuliahan dan Bapak Drs. Rasmadin Muchtar, M.S., Apt. selaku penasehat

akdemik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus tiada terhingga kepada

AyahandaMastur dan Ibunda Warni yang telah memberikan cinta dan kasih

iv
sayang yang tidak ternilai dengan apapun, motivasi serta doa yang tulus yang

tidak pernah berhenti. Saudaraku tersayang Kakak Dian atas pengorbanan dan

waktunya, Kakak Fit, Try dan Uuth serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan

dan memberikan semangat.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada asisten lab.

Teknologi Sediaan Farmasi II atas saran-saran yang diberikan, Didis, ka Aida,

Infita, ka Sita, ka Tika dan keluarga besar kos 84 AB atas dukungan, bantuan dan

semangat yang luar biasa, serta teman-teman ekstensi farmasi angkatan 2012.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan,

oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik

dan saran yang membangun pada skripsi ini.Akhirnya, penulis berharap semoga

skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015


Penulis

Muslicha Dwi Jayanti


NIM 121524164

v
PEMBUATAN TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN METODE
CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN MALTODEKSTRIN
SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR

ABSTRAK

Latar belakang:Maltodekstrin merupakan salah satu turunan pati yang dihasilkan


dari hidrolisis parsial oleh enzim �-amilase. Maltodekstrin dalam lingkungan
berair akan menyerap air dan melarut.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah maltodekstrin
dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet yang dibuat dengan
metode cetak langsung dan pengaruhnya terhadaptablet kalsium laktat.
Metode: Tablet kalsium laktat diformulasi menggunakan maltodekstrin dalam 5
formula dengan konsentrasi bervariasi yaitu 2% (F2), 4% (F3), 6% (F4), 8% (F5)
dan 10% (F6), yang kemudian dicetak langsung. Sebagai pembanding digunakan
primojel 4% (F1). Uji yang dilakukan yaitu uji preformulasi meliputi indeks tap,
waktu alir dan sudut diam; dan evaluasi tablet meliputi uji kekerasan, uji waktu
hancur, uji friabilitas, penetapan kadar, uji keragaman bobot dan uji disolusi.
Hasil: Hasil uji yang dilakukan baik uji preformulasi maupun evaluasi terhadap
tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Uji waktu hancur
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi maltodekstrin waktu
hancur semakin lama dan pada konsentrasi rendah (F2-F3) waktu hancur lebih
cepat dibandingkan dengan pembanding (F1). Hasil uji waktu hancur tablet yaitu
F6 10,89 menit, F5 5,55 menit, F1 3,52 menit, F4 2,2 menit, F3 1,99 menit, dan
F2 1,84 menit. Hasil uji disolusi masing-masing formula pada menit ke-45 lebih
dari 80%, yaitu F1 sebesar 93,98 ± 1,33%, F2 sebesar 97,11 ± 5,26%, F3 sebesar
97,87 ± 5,41%, F4 sebesar 86,47 ± 0,92%, F5 sebesar 91,74 ± 1,75%, dan F6
sebesar 84,76 ± 0,28%.
Kesimpulan: Maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada
tablet kalsium laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung dengan
konsentrasi kurang dari 6%. Penggunaan maltodekstrin tidak mempengaruhi sifat
fisik sediaan dan tetap memenuhi syarat disolusi kalsium laktat.

Kata kunci: Maltodekstrin, disintegran, kalsium laktat, cetak langsung

vi
PREPARATION OF CALCIUM LACTATE TABLET
USING MALTODEXTRIN AS A DISINTEGRANT
BY DIRECT COMPRESSION METHOD

ABSTRACT

Background: Maltodextrin is a starch derivative resulting from partial hydrolysis


by the enzyme α-amylase. Maltodextrin when in an aqueous environment will
absorb water and quickly dissolves.
Purpose:The purpose of this study was to determine whether the maltodextrin
could be used as a disintegrant in tablet made by direct compression method and
the effects on calcium lactate tablets.
Method:Calcium lactate tablet was formulated using maltodextrin with various
concentrations of 2% (F2), 4% (F3), 6% (F4), 8% (F5), and 10% (F6), which is
subsequently be compressed. As a comparison used primojel 4% (F1). Test
conducted that preformulasi test includes an index tap, flowing time and angle of
repose; and evaluation of tablets include hardness, disintegration time test,
friability test, determination of the active substance, the diversity of weights and
dissolution test.
Results: The results of tests well preformulations test and evaluation of the tablet
meets the specified requirements. Disintegration time test showed that with
increasing concentration of maltodextrin disintegration time of tablet is getting
longer and at low concentrations (F2-F3) disintegration time of tablet faster than
the comparator (F1). The disintegration time test results is F2 1.84 minutes, F3
1.99 minutes,F4 2.2 minutes, F5 5.55 minutes and F6 10.89 minutes. The
dissolution test each formula in the 45th minute more than 80%, ie F1 at 93.98 ±
1.33%, F2 at 97.11 ± 5.26%, F3 at 97.87 ± 5.41%, F4 at 86.47 ± 0.92%, F5 at
91.74 ± 1.75%, and F6 at 84.76 ± 0.28%.
Conclutions: Maltodextrin couldbe used as a disintegrant of tablet calcium lactate
made by direct compression method with a concentration of less than 6%. The
use of maltodextrin didnot affect the physical properties of the preparation and
still qualify dissolution of calcium lactate.

Keywold: maltodextrin, disintegrant, calcium lactate, direct compression

vii
DAFTAR ISI
Halaman

JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii

PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................. vi

ABSTRACT ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................... 3

1.3. Hipotesis ................................................................................ 3

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................... 3

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4

2.1 Tablet ....................................................................................... 4

2.1.1 Komposisi tablet ........................................................... 4

2.1.2 Penggolongan tablet ..................................................... 7

2.1.3 Evaluasi tablet .............................................................. 10

2.1.4 Tablet kempa langsung ................................................. 12

viii
2.2 Maltodekstrin ......................................................................... 13

2.3 Kalsium Laktat ...................................................................... 15

2.3.1 Kalsium ......................................................................... 15

2.3.2 Tinjauan umum ............................................................. 16

2.3.3 Tablet kalsium laktat .................................................... 17

2.4 Disolusi .................................................................................. 18

2.5 Titrasi Kompleksometri ......................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 21

3.1.Bahan-bahan ........................................................................... 21

3.2. Alat-alat ................................................................................. 21

3.3. Prosedur Penelitian ................................................................ 21

3.3.1 Pembuatan tablet kalsium laktat ................................... 21

3.3.2 Uji preformulasi tablet .................................................. 22

3.3.2.1 Sudut diam ....................................................... 22

3.3.2.2 Penetapan waktu alir ........................................ 23

3.3.2.3 Indeks tap ......................................................... 23

3.3.3 Pembuatan pereaksi ...................................................... 23

3.3.3.1 Larutan dinatrium edetat 0,05 N ....................... 23

3.3.3.2 IndikatorEriochrom black T(EBT).................... 24

3.3.3.3 Bufer amonia pH 10 ......................................... 24

3.3.4 Evaluasi tablet .............................................................. 24

3.3.4.1 Penetapan kadar tablet kalsium laktat .............. 24

3.3.4.2 Keragaman bobot ............................................. 25

3.3.4.3 Penetapan waktu hancur ................................... 25

ix
3.3.4.4 Uji kekerasan tablet .......................................... 26

3.3.4.5 Uji friabilitas .................................................... 26

3.3.4.6 Uji disolusi ....................................................... 26

3.3.5 Analisis data secara statistik .................................... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 29

4.1. Hasil Uji Preformulasi Massa Serbuk ................................... 29

4.1.1 Indeks tap ...................................................................... 29

4.1.2 Waktu alir ..................................................................... 30

4.1.3 Sudut diam .................................................................... 31

4.2 Hasil Uji Evaluasi Tablet ....................................................... 32

4.2.1 Penetapan kadar ............................................................. 33

4.2.2 Keragaman bobot .......................................................... 34

4.2.3 Kekerasan tablet ........................................................... 35

4.2.4 Waktu hancur ................................................................ 36

4.2.5 Friabilitas ...................................................................... 37

4.2.6 Disolusi tablet ............................................................... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 43

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 43

5.2 Saran ...................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 44

LAMPIRAN ............................................................................................ 47

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jenis dan golongan tablet ....................................................... 7

Tabel 3.1 Formula tablet kalsium laktat ................................................. 22

Tabel 3.2 Kriteria penerimaan uji disolusi tablet ................................... 27

Tabel 4.1 Hasil uji preformulasi massa granul ...................................... 29

Tabel 4.2 Hasil evaluasi tablet kalsium laktat ........................................ 32

Tabel 4.3 Hasil persen kumulatif rata-rata uji disolusi tablet ................ 39

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Rumus struktur maltodekstrin ........................................... 14

Gambar 2.2 Rumus struktur kalsium laktat .......................................... 16

Gambar 2.3 Bagan proses disolusi hingga respons klinis suatu zat
aktif dari sediaan tablet atau kaplet.................................... 18

Gambar 2.4 Rumus struktur EDTA ...................................................... 20

Gambar 4.1 Diagram batang hasil penentuan indeks tap massa


serbuk tiap formula ........................................................... 30

Gambar 4.2 Diagram batang hasil uji waktu alir massa serbuk tiap
formula ............................................................................... 31

Gambar 4.3 Diagram batang hasil uji sudut diam massa serbuk
tiap formula ....................................................................... 31

Gambar 4.4 Diagram hasil penetapan kadar tablet kalsium laktat ....... 33

Gambar 4.5 Diagram hasil uji keragaman bobot tablet kalsium laktat . 34

Gambar 4.6 Diagram hasil uji kekerasan tablet kalsium laktat ............ 36

Gambar 4.7 Diagram hasil uji waktu hancur tablet kalsium laktat ....... 37

Gambar 4.8 Diagram hasil uji friabilitas tablet kalsium laktat ............. 37

Gambar 4.9 Grafik profil disolusi tablet kalsium laktat ....................... 40

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. Sertifikat analisis maltodekstrin ...................................... 47

Lampiran 2. Sertifikat analisis kalsium laktat ..................................... 48

Lampiran 3. Gambar alat yang digunakan ........................................... 49

Lampiran 4. Gambar bahan yang digunakan ...................................... 51

Lampiran 5. Gambar tablet kalsium laktat .......................................... 52

Lampiran 6. Gambar penentuan titik akhir titrasi ............................... 53

Lampiran 7. Contoh perhitungan pembuatan tablet kalsium laktat ..... 54

Lampiran 8. Data hasil uji preformulasi .............................................. 55

Lampiran 9. Data hasil uji sifat fisik tablet kalsium laktat ................. 57

Lampiran 10. Perhitungan pembakuan dinatrium edetat ....................... 59

Lampiran 11. Contoh perhitungan penetapan kadar tablet kalsium


laktat ................................................................................ 60

Lampiran 12. Data hasil penetapan kadar tablet kalsium laktat ............ 64

Lampiran 13. Contoh perhitungan uji keragaman bobot tablet kalsium


laktat ................................................................................ 66

Lampiran 14. Data hasil uji keragaman bobot tablet kalsium laktat ...... 69

Lampiran 15. Contoh perhitungan uji disolusi tablet kalsium laktat .... 71

Lampiran 16. Contoh hasil uji disolusi tablet kalsium laktat ................ 72

Lampiran 17. Tabel distribusi t ............................................................. 74

xiii
PEMBUATAN TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN METODE
CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN MALTODEKSTRIN
SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR

ABSTRAK

Latar belakang:Maltodekstrin merupakan salah satu turunan pati yang dihasilkan


dari hidrolisis parsial oleh enzim �-amilase. Maltodekstrin dalam lingkungan
berair akan menyerap air dan melarut.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah maltodekstrin
dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet yang dibuat dengan
metode cetak langsung dan pengaruhnya terhadaptablet kalsium laktat.
Metode: Tablet kalsium laktat diformulasi menggunakan maltodekstrin dalam 5
formula dengan konsentrasi bervariasi yaitu 2% (F2), 4% (F3), 6% (F4), 8% (F5)
dan 10% (F6), yang kemudian dicetak langsung. Sebagai pembanding digunakan
primojel 4% (F1). Uji yang dilakukan yaitu uji preformulasi meliputi indeks tap,
waktu alir dan sudut diam; dan evaluasi tablet meliputi uji kekerasan, uji waktu
hancur, uji friabilitas, penetapan kadar, uji keragaman bobot dan uji disolusi.
Hasil: Hasil uji yang dilakukan baik uji preformulasi maupun evaluasi terhadap
tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Uji waktu hancur
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi maltodekstrin waktu
hancur semakin lama dan pada konsentrasi rendah (F2-F3) waktu hancur lebih
cepat dibandingkan dengan pembanding (F1). Hasil uji waktu hancur tablet yaitu
F6 10,89 menit, F5 5,55 menit, F1 3,52 menit, F4 2,2 menit, F3 1,99 menit, dan
F2 1,84 menit. Hasil uji disolusi masing-masing formula pada menit ke-45 lebih
dari 80%, yaitu F1 sebesar 93,98 ± 1,33%, F2 sebesar 97,11 ± 5,26%, F3 sebesar
97,87 ± 5,41%, F4 sebesar 86,47 ± 0,92%, F5 sebesar 91,74 ± 1,75%, dan F6
sebesar 84,76 ± 0,28%.
Kesimpulan: Maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada
tablet kalsium laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung dengan
konsentrasi kurang dari 6%. Penggunaan maltodekstrin tidak mempengaruhi sifat
fisik sediaan dan tetap memenuhi syarat disolusi kalsium laktat.

Kata kunci: Maltodekstrin, disintegran, kalsium laktat, cetak langsung

vi
PREPARATION OF CALCIUM LACTATE TABLET
USING MALTODEXTRIN AS A DISINTEGRANT
BY DIRECT COMPRESSION METHOD

ABSTRACT

Background: Maltodextrin is a starch derivative resulting from partial hydrolysis


by the enzyme α-amylase. Maltodextrin when in an aqueous environment will
absorb water and quickly dissolves.
Purpose:The purpose of this study was to determine whether the maltodextrin
could be used as a disintegrant in tablet made by direct compression method and
the effects on calcium lactate tablets.
Method:Calcium lactate tablet was formulated using maltodextrin with various
concentrations of 2% (F2), 4% (F3), 6% (F4), 8% (F5), and 10% (F6), which is
subsequently be compressed. As a comparison used primojel 4% (F1). Test
conducted that preformulasi test includes an index tap, flowing time and angle of
repose; and evaluation of tablets include hardness, disintegration time test,
friability test, determination of the active substance, the diversity of weights and
dissolution test.
Results: The results of tests well preformulations test and evaluation of the tablet
meets the specified requirements. Disintegration time test showed that with
increasing concentration of maltodextrin disintegration time of tablet is getting
longer and at low concentrations (F2-F3) disintegration time of tablet faster than
the comparator (F1). The disintegration time test results is F2 1.84 minutes, F3
1.99 minutes,F4 2.2 minutes, F5 5.55 minutes and F6 10.89 minutes. The
dissolution test each formula in the 45th minute more than 80%, ie F1 at 93.98 ±
1.33%, F2 at 97.11 ± 5.26%, F3 at 97.87 ± 5.41%, F4 at 86.47 ± 0.92%, F5 at
91.74 ± 1.75%, and F6 at 84.76 ± 0.28%.
Conclutions: Maltodextrin couldbe used as a disintegrant of tablet calcium lactate
made by direct compression method with a concentration of less than 6%. The
use of maltodextrin didnot affect the physical properties of the preparation and
still qualify dissolution of calcium lactate.

Keywold: maltodextrin, disintegrant, calcium lactate, direct compression

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih

zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan

tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan

sifat antilekat), dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin

tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010). Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling

banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam

formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak,

dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis

dibanding sediaan yang lain (Lachman, dkk., 1994).

Hampir semua tablet memerlukan penambahan komponen atau eksipien

untuk berbagai tujuan dengan zat aktif dalam formulasi. Hal ini untuk

memperoleh sifat fisik, kimia, mekanik agar memenuhi persyaratan resmi

(Farmakope) dan persyaratan industri yang dapat diterima serta untuk membantu

dan memudahkan pembuatannya. Dalam formulasi tablet pada umumnya dapat

ditambahkan zat pengisi, pengikat, disintegran, lubrikan, glidan, zat warna dan

sebagainya, agar memenuhi fungsi farmasetik (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Maltodekstrin adalah polimer glukosa dengan panjang rantai berkisar 5-10

unit glukosa per molekulnya. Maltodekstrin merupakan salah satu turunan pati

yang dihasilkan dari hidrolisis parsial oleh enzim �-amilase yang memiliki nilai

Dextrose Equivalent (DE) kurang dari 20. DE menyatakan jumlah total gula

pereduksi hasil hidrolisis pati. Maltodekstrin memiliki kelarutan yang lebih tinggi

1
mampu membentuk film, memiliki higroskopis rendah, mampu sebagai pembantu

pendispersi, mampu menghambat kristalisasi dan memiliki daya ikat kuat

(Kennedy, dkk., 1995). Maltodekstrin digunakan dalam formulasi tablet sebagai

pengikat dan pengisi, sebagai penyalut pada tablet salut film, juga meningkatkan

viskositas dan mencegah kristalisasi pada sediaan sirup, sebagai sumber

karbohidrat dalam suplemen gizi oral (Rowe, dkk., 2009).

Maltodekstrin memiliki penggunaan yang lebih banyak dalam industri

pangan, bahkan farmasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Anwar, dkk.,

(2004), menyatakan bahwa maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan pengisi,

pengikat dan penghancur dalam tablet yang diproses cara cetak langsung, dan

Menurut Miyazato, dkk., (2010), Maltodekstrin dapat meningkatkan absorpsi

kalsium. Peningkatan absorpsi mineral memiliki korelasi positif dengan adanya

asetat dan asam propionat. Asetat dan asam propionat yang diproduksi oleh

maltodekstrin terlibat dalam peningkatan absorpsi mineral, asetat dan asam

propionat yang masuk kedalam rektum dilaporkan meningkatkan absorpsi kalsium

(Miyazato, dkk., 2010).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memformulasi tablet

yang dibuat dengan metode cetak langsung menggunakan maltodekstrin sebagai

bahan penghancur tablet yang dibuat dengan metode cetak langsung,sebagai

model obat digunakan kalsium laktat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet yang

dibuat secara cetak langsung dan pengaruh variasi maltodekstrin terhadap tablet

yang dihasilkan.

2
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan permasalahan adalah

sebagai berikut:

1. Apakah maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur tablet

kalsium laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung?

2. Apakah ada pengaruh variasi penggunaan maltodekstrin sebagai bahan

penghancur tablet kalsium laktat terhadap disolusi tablet kalsium laktat?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian adalah:

1. Maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur tablet kalsium

laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung.

2. Ada pengaruh variasi penggunaan maltodekstrin yang digunakan sebagai

bahan penghancur terhadap disolusi tablet kalsium laktat.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kegunaan maltodekstrin sebagai bahan penghancur

tablet kalsium laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung.

2. Untuk mengetahui pengaruh variasi penggunaan maltodekstrin sebagai

bahan penghancur pada tablet kalsium laktat yang dibuat dengan metode

cetak langsung.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa

maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada sediaan tablet

kalsium laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), tablet adalah sediaan padat

yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sediaan tablet

memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bentuk sediaan farmasi yang

lain. Tablet merupakan suatu sediaan utuh dan praktis diberikan secara oral

dengan dosis yang tetap dan variasi minimal.Tablet merupakan bentuk sediaan

oral dengan biaya produksi paling murah, juga paling ringan dan paling

kompak.Tablet terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan.Bahan tambahan dapat

dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama bahan tambahan yang

mempengaruhi karakter kompresibilitas tablet, termasuk didalamnya adalah

pengisi, pengikat, lubrikan, antiadheren dan glidan. Kedua bahan tambahan yang

mempengaruhi biofarmasi, stabilitas fisika dan kimia, termasuk didalamnya

penghancur, zat pewarna, perasa dan pemanis (Lachman, dkk., 1994).

2.1.1 Komposisi tablet

Tablet umumnya disamping zat aktif, juga mengandung zat pengisi,

zatpengikat, zat penghancur dan zat pelicin. Untuk tablet tertentu zat pewarna,

zatperasa, dan bahan-bahan lainnya dapat ditambahkan jika diperlukan.

Komposisiumum dari tablet adalah:

1. Zat berkhasiat/ zat aktif

Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam keadaan murni,

tetapiharus dikombinasikan terlebih dahulu dengan zat-zat yang bukan obat

4
yangmempunyai fungsi khusus agar dapat dibentuk menjadi sediaan tablet

(Anief,1994).

2. Zat pengisi

Zat pengisi adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu

formulasitablet bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sehingga

sesuaidengan persyaratan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet,

danmeningkatkan mutu sediaan tablet. Zat pengisi yang biasa digunakan

adalahpati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa,

2010).

3. Zat pengikat

Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan

dapatdibentuk menjadi granul sehingga dapat dikempa atau dicetak (Anief,

1994).Ada dua golongan bahan pengikat yaitu bahan gula atau zat polimerik.

Bahan polimerik terdiri atas dua kelas yaitu (1) polimer alam seperti pati, atau

gom mencakup akasia, tragakan dan gelatin; dan (2) polimer sintetis seperti

polivinilpirolidon, metilselulosa, etilselulosa, dan hidroksipropilselulosa (Siregar

dan Wikarsa, 2010)

4. Zat penghancur (disintegran)

Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya tablet

ketikaberkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah

absorbsi(Lachman, dkk, 1994). Disintegran idealnya menyebabkan tablet hancur,

tidak saja menjadi granul yang dikempa, tetapi juga menjadi partikel serbuk yang

berasal dari granul. Mekanisme kerja zat disintegran sebagai penghancur tablet

pada umumnya terdiri atas tiga teori klasik, antara lain:

5
1. Disintegran membentuk lorong-lorong kecil di seluruh matriks yang

memungkinkan air ditarik ke dalam struktur dengan kerja kapiler sehingga

menyebabkan tablet menjadi pecah. Contoh: pati, Avicel, Ac-Di-Sol, alginat,

dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2. Konsep yang populer berkaitan dengan pengembangan,air merembes kedalam

tablet melalui celah antar partikel atau jembatan hidrofil yang terbentuk.

Dengan adanya air maka bahan penghancur akan mengembang dimulai dari

bagian lokal lalu meluas keseluruh bagian tablet. Akibat pengembangan

bahan penghancur menyebabkan tablet pecah dan hancur (Voight,

1995).Contoh: Primojel, Explotab, Ac-Di-Sol, gom, povidon, Isolca Floc, dan

lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

3. Reaksi kimia pelepasan gas yang menghancurkan struktur tablet, digunakan

terutama jika diperlukan disintegrasi ekstra cepat atau suatu formulasi segera

larut (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Mekanisme umum yang paling luas diterima untuk zat disintegran tablet

adalah pengembangan karena hampir semua disintegran dapat mengembang pada

tingkat tertentu. Dalam hal ini, disintegran berfungsi menarik air ke dalam tablet

kemudian mengembang dan menyebabkan tablet pecah secara terpisah-pisah.

Jenis zat disintegran yang biasa digunakan antara lain: pati alam, Sodium starch

glycollate (primojel, explotab), pati pragelatinisasi, Ac-Di-Sol, alginat, dan lain-

lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

5. Zat pelicin

Zat pelicin adalah zat tambahan yang digunakan dalam formulasi

sediaantablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalam

6
lubangkempa dan untuk mencegah tablet melekat pada dinding lubang kempa. Zat

pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat, kalsium

stearat,natrium stearat, polietilen glikol, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.1.2 Penggolongan tablet

Tablet digolongkan berdasarkan cara pemberian atau fungsinya, sistem

penyampaian obat yang disesuaikan dengan cara pemberiaan tersebut, dan benruk

serta metode pembuatannya. Susunan macam-macam penggolongan tablet dengan

penggolongan utama berdasarkan cara pemberiannya atau fungsinya dapat dilihat

pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis dan golongan tablet

No Golongan Jenis
1. Tablet oral untuk dimakan a. Tablet kempa atau tablet kempa standar
b. Tablet multikempa atau tablet kempa lapis
ganda
c. Tablet aksi diperlama atau tablet salut
enterik
d. Talet salut gula
e. Tablet salut lapis tipis
f. Tablet kunyah
2. Tablet yang digunakan dalam g. Tablet bukal
rongga mulut h. Tablet sublingual
i. Troche atau Lozenges
j. Dental cones
3. Tablet yang diberikan k. Tablet implantasi
dengan rute lain l. Tablet vaginal
4. Tablet yang dipergunakan m. Tablet effervescen
untuk membuat larutan n. Tablet dispensing
o. Tablet hipodermik
p. Tablet triturat

a. Tablet kempa atau tablet kempa standar, yaitu tablet oral tidak bersalut yang

dibuat dengan pengempaan dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau

7
dalam kombinasi dengan eksipien. Metode umum yang digunakan dengan

granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung.

b. Tablet multikempa atau tablet kempa lapis ganda, adalah tablet yang dibuat

dengan lebih dari satu siklus kempa tunggal. Ada dua kelompok tablet ini

yaitu: tablet berlapis dan tablet yang disalut dengan pengempaan.

c. Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik, bentuk sediaan ini

dimaksudkan untuk melepaskan obat setelah beberapa waktu tunda atau

setelah tablet telah melewati satu bagian dari GIT ke yang lain. Tablet salut

enterik adalah tablet kempa konvensional disalut dengan suatu zat seperti

selak atau suatu senyawa selulosa, yang tidak terdisolusi dalam lambung

(suasana asam), tetapi terlarut dalam saluran usus (suasana basa).

d. Talet salut gula, adalah tablet kempa konvensional yang disalut dengan

beberapa lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna. Tujuan

utamanya adalah untuk menghasilkan tablet yang elegan, mengkilap, mudah

untuk ditelan, secara luas digunakan dalam pembuatan multivitamin dan

kombinasi multivitamin mineral.

e. Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional disalut dengan film

tipis polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi warna yang

terdisintegrasi segera dalam saluran cerna.

f. Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah dulu sebelum ditelan.

Tablet kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang mempunyai

rasa dan aroma yang menyenangkan.

g. Tablet bukal, tablet berukuran kecil, datar, dan dimaksudkan untuk tertahan di

antara pipi dan gigi. Obat yang digunakan melalui rute ini memiliki aksi

8
sistemik cepat. Tablet ini dirancang untuk tidak hancur namun perlahan-lahan

larut.

h. Tablet sublingual, sama seperti tablet bukal hanya saja penggunaannya di

bawah lidah.

i. Troche atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga mulut untuk

memberikan efek lokal di mulut dan tenggorokan. Umumnya digunakan

untuk mengobati sakit tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu.

Dapat berisi obat bius lokal, antiseptik, agen antibakteri, astringent dan

antitusif.

j. Dental cones, Cone gigi, tablet yang dirancang untuk ditempatkan pada

socket kosong yang ada setelah pencabutan gigi. Tujuan utamanya adalah

untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam socket atau mengurangi

perdarahan.

k. Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk

implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah

memberikan efek zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan sampai satu

tahun.

l. Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk terdisolusi lambat dan pelepasan

obatnya dalam rongga vagina. Tablet lebar atau berbentuk buah pir,

digunakan untuk antibakteri, antiseptik dan mengobati infeksi vagina

m. Tablet effervescen, Tablet efervesen, tablet yang dirancang untuk

menghasilkan larutan dengan cepat melalui pelepasan karbon dioksida. Bila

tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam

9
dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan

menghasilkan CO2 serta air.

n. Tablet dispensing, adalah tablet kempa yang biasanya digunakan oleh

apoteker dalam meracik bentuk sediaan solid dan cairan.

o. Tablet hipodermik, adalah tablet kempa yang dibuat dari bahan yang mudah

larut atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya untuk membuat

sediaan injeksi hipodemik segar yang akan diinjeksikan.

p. Tablet triturat, adalah tablet kempa yang fungsinya sama dengan tablet

dispensing, berbentuk kecil umumnya silindris, digunakan untuk

menyediakan zat aktif yang tepat dalam peracikan obat. Biasanya

mengandung zat aktif yang sangat toksik atau sangat berkhasiat keras

(Lachman, dkk., 1994; Sahoo, 2007; Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.1.3 Evaluasi tablet

a. Uji keseragaman sediaan

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), keseragaman sediaan

dapat ditetapkan dengan salah satu dari 2metode yaitu:

i. Keragaman bobot, Pengujian keragaman bobot dilakukan jika tablet yang diuji

mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau

lebih dari bobot satuan sediaan.

ii. Keseragaman kandungan, Pengujian keseragaman kandungan dilakukan jika

jumlah zat aktif kurang dari 50 mg per tablet atau kurang dari 50% dari bobot

satuan sediaan (Ditjen POM 1995).

b. Uji kekerasan tablet

Pada umumnya tabletharus cukup keras dan tahan pecah waktudikemas,

10
dikirim dan waktu penyimpanan tetapi tablet juga harus cukuplunak untuk hancur

dan melarut dengan sempurna begitu digunakan ataudapat dipatahkan dengan jari

bila tablet perlu dibagi dalampemakaiannya. Tablet diukur kekuatannya dalam kg,

pound atau dalamsatuan lainnya. Alat yang digunakan sebagai pengukur

kekerasan tablet biasanya adalah hardness tester (Ansel, 1989).

Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam

melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet

selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai

sebagai ukuran dari tekanan pengempakan. Kekerasan tablet biasanya 4 – 8 kg,

tablet dengan kekerasan kurang dari 4 kg akan didapatkan tablet yang cenderung

rapuh, tapi bila kekerasan tablet lebih besar dari 8 kg akan didapatkan tablet yang

cenderung keras (Parrott, 1971).

c. Uji keregasan tablet

Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alatfriabilator.

Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, tablet dijatuhkan setinggi 6 inci pada

setiap putaran, dijalankan sebanyak 100putaran. Tablet ditimbang sebelum dan

sesudah diputar, kehilangan beratyang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,8%

sampai 1% (Voight, 1995)

d. Uji waktu hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadipartikel-

partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi. Ujiwaktu hancur

dilakukan dengan menggunakan alat uji waktu hancur.Masing-masing sediaan

tablet mempunyai prosedur uji waktu hancur danpersyaratan tertentu. Uji waktu

hancur tidak dilakukan jika pada etiketdinyatakan tablet kunyah, tablet isap, tablet

11
dengan pelepasan zat aktifbertahap dalam jangka waktu tertentu (Siregar dan

Wikarsa, 2010).Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut yaitu 5 – 30 menit dan

untuk tablet bersalut yaitu 1 – 2 jam (Sahoo, 2007).

e. Uji disolusi

Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaandalam

medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secaraoral dalam bentuk

padat seperti tablet.Uji ini dimaksudkan untukmengetahui banyaknya zat aktif

yang terabsorbsi dan memberikan efekterapi di dalam tubuh (Ansel, 1989).

f. Uji penetapan kadar zat berkhasiat

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalamtablet

harus dipantau pada setiap tablet atau batch (Lachman, dkk, 1994).Dalam

penetapan kadar zat berkhasiat pada sediaan tablet biasanyamenggunakan 20

tablet yang kemudian dihitung, ditimbang dankemudian diserbukkan. Sejumlah

serbuk tablet yang digunakan dalampenetapan mewakili seluruh tablet maka,

harus ditimbang seksama.Kadar zat berkhasiat tertera pada masing-masing

monografi, baikpersyaratan maupun cara penetapannya (Ditjen POM, 1995).

2.1.4 Tablet kempa langsung

Istilah kempa langsung telah lama digunakan untuk memperkenalkan

pengempaan senyawa kristalin tunggal (biasanya garam anorganik dengan

struktur kristal kubik seperti natrium klorida, natrium bromida, atau kalium

bromida) menjadi suatu padatan tanpa penambahan zat-zat lain. Hanya sedikit

bahan kimia yang mempunyai sifat alir, kohesi, dan lubrikasi di bawah tekanan

untuk membuat padatan seperti ini (Siregar dan Wikarsa, 2010). Sekarang istilah

kempa langsung digunakan untuk menyatakan proses ketika tablet dikempa

12
langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk

pengisi, disintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam ke dalam

lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh. Tidak ada prosedur

praperlakuan granulasi basah atau kering yang diperlukan pada campuran serbuk

(Siregar dan Wikarsa, 2010).

Kempa langsung merupakan metode pilihan dalam manufaktur tablet

apabila proses itu dapat digunakan untuk memproduksi produk jadi bermutu

tinggi. Kempa langsung merupakan metode pembuatan tablet yang paling tepat

karena metode ini menggunakan penanganan bahan-bahan paling sedikit dan tidak

melibatkan tahap pengeringan. Oleh karena itu, metode ini paling efisien energi,

paling cepat, dan paling ekonomis untuk memproduksi tablet (Siregar dan

Wikarsa, 2010). Metode kempa langsung meliputi penekanan tablet secara

langsung dari bahan bubuk tanpa memodifikasi sifat fisik bahan. Metode ini dapat

diaplikasikan untuk bahan kimia berbentuk kristal yang memiliki karakteristik

ketermampatan dan sifat alir yang baik seperti: garam kalium, natrium klorida,

amonium klorida dan lain-lain (Sahoo, 2007). Bahan yang sensitif terhadap

kelembaban dan panas, yang tidak cocok menggunakan granulasi basah, juga

dapat menggunakan kempa langsung. Dibandingkan dengan granulasi basah,

metode ini tidak mengharuskan pemilihan eksipien yang sangat kritis karena

bahan baku yang menunjukkan kompresibilitas dan sifat alir yang baik dapat

memberikan keberhasilan metode ini (Harbir, 2012).

2.2 Maltodekstrin

Maltodekstrin merupakan polimer dari sakarida, nutritive dan tidak manis,

dan terdiri dari unit glukosa yang sebagian besar terikat melalui ikatan α-1,4-

13
glikosidik. Maltodekstrin dapat dibuat dengan dua cara yaitu hidrolisis enzimatik

dan hidrolisis asam (Gohel, dkk., 2013). Maltodekstrin diproduksi dengan

memasak pati, yang biasa disebut hidrolisis pati. Selama proses hidrolisis, enzim

dan asam akan memecah pati lebih lanjut (Marianski dan Marianski, 2011).

Hidrolisis amilum dengan asam mineral encer akan menghasilkan

molekul-molekul glukosa. Namun, bila amilum dihirolisis dengan enzim, bukan

glukosa yang diperoleh, tetapi maltosa.Hidrolisis amilum oleh pengaruh enzim

amilase menjadi molekul-molekul maltosa tidak berjalan spontan, tetapi bertahap

dengan hasil antara berupa dekstrin (Sumardjo, 2009).

USP32-NF27 mendeskripsikan maltodekstrin sebagai campuran sakarida

nutritive dari polimer yang terdiri dari unit D-glukosa, dengan nilai dextrose

equivalent (DE) kurang dari 20.Nilai DE adalah ukuran besarnya polimer pati

yang terhidrolisis dan dapat didefinisikan sebagai kekuatan mereduksi zat yang

dinyatakan dalam gram D-glukosa per 100 g bahan kering. Unit D-glukosa

sebagian besar dihubungkan oleh ikatan α-1,4 tetapi ada bagian bercabang yang

dihubungkan oleh ikatan α-1,6 (Rowe, dkk., 2009).

Gambar 2.1 Rumus struktur maltodekstrin (Rowe, dkk., 2009)

14
Maltodekstrin digunakan pada formulasi tablet sebagai pengikat dan

pengisi pada cetak langsung dan granulasi basah atau proses aglomerasi.

Maltodekstrin tidak memiliki efek buruk pada laju disolusi formulasi tablet dan

kapsul, magnesium stearat 0,5-1,0% dapat digunakan sebagai lubrikan.

Maltodekstrin juga dapat digunakan pada pembuatan tablet salut film pada proses

penyalutan (Rowe, dkk., 2009).

2.3 Kalsium Laktat

2.3.1 Kalsium

Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam tubuh. Jumlah kalsium di

dalam tubuh berkisar 1,5-2%. Fungsi utama kalsium adalah mengisi kepadatan

(densitas) tulang (Wirakusumah, 2000).Sebagianbesarkalsium

terkonsentrasidijaringankerasyaitutulang rawandangigi,sisanya

terdapatdalamcairantubuhdanjaringanlunak.Didalam cairanekstraselulerdan

intraselulerkalsium memegangperananpentingdalam

mengaturfungsisel,sepertiuntuk transmisisaraf,kontraksiotot,penggumpalan darah,

danmenjaga permeabilitasmembran sel (Winarno, 1997).

Kalsium ditemukan kira-kira dalam proporsi yang sama dalam cairan

intraseluler dan cairan ekstraseluler. Kalsium membantu aktivitas saraf dan otot

normal.Kalsium meningkatkan kontraksi otot jantung (miokardium).Kation ini

juga mempertahankan permeabilitas selular normal dan membantu pembekuan

darah dengan mengubah protrombin menjadi trombin.Selain itu, kalsium juga

diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi (Kee dan Hayes, 1996). Menurut

Suhardjo dan Kusharto (2000), kalsium memegang peranan penting pada berbagai

proses fisiologik dan biokemik di dalam tubuh, seperti pada pembekuan darah,

15
eksitabilitas syaraf otot, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel,

mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi hormon.

Variasi kebutuhan tubuh akan kalsium lebih bergantung pada laju

perkembangan tulang ketimbang kebutuhan metabolik. Kebutuhan maksimal

terjadi selama puncak masa pertumbuhan cepat pada remaja, maka asupan

kalsium sangat vital pada saat ini untuk menjamin mineralisasi tulang yang

adekuat (Barasi, 2007).

2.3.2 Tinjauan umum

Gambar 2.2 Rumus struktur kalsium laktat (Rowe, dkk., 2009)

Nama Kimia :KalsiumLaktat Hidrat

Sinonim :KalsiumLaktat Pentahidrat

KalsiumLaktat anhidrat

Rumus Molekul : C6H10CaO6.5H2O

Berat Molekul :KalsiumLaktat Pentahidrat (BM 308,30)

KalsiumLaktat Anhidrat (BM 218,22)

Pemerian :Serbukataugranulputih;praktistidakberbau;bentuk

pentahidratmengembang padasuhu120oCmenjadibentuk

anhidrat.

Kelarutan :Kalsium LaktatPentahidrat larut dalam air; praktis tidaklarut

dalametanol.

16
Syarat Kadar :KalsiumLaktatmengandungtidakkurangdari98,0%

dantidaklebihdari101,0%C6H10CaO6, dihitung terhadap

zatyang telah dikeringkan (Ditjen POM, 1979).

2.3.3 Tablet kalsium laktat

TabletKalsium LaktatmengandungKalsiumLaktat,C6H10CaO6.5H2O,

tidakkurang dari94,0%dantidaklebihdari106,0%darijumlahyang terterapada etiket

(Ditjen POM, 1995). Kalsium laktat digunakan untuk mencegah dan mengobati

defisiensi kalsium. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati kondisi yang

disebabkan oleh kadar kalsium rendah seperti osteoporosis, osteomalacia,

hipoparatiroidisme, dan penyakit otot tertentu (tetani laten). Obat ini juga dapat

digunakan pada pasien tertentu untuk memastikan mereka mendapatkan cukup

kalsium, misalnya wanita hamil, menyusui atau menopause (Anonim, 2010).

Dosis kalsium laktat yaitu:

1. Dosis dewasa untuk hipokalsemia: 325-650 mg, 2-3 kali sehari sebelum

makan.

2. Dosis dewasa untuk hipoparatiroidisme: 325 mg, 3 kali sehari sebelum makan.

3. Dosis dewasa untuk osteomalacia: 325-650 mg, 2-3 kali sehari sebelum makan.

4. Dosis dewasa untuk pseudohipoparatiroidisme: 325 mg, 3 kali sehari sebelum

makan.

5. Dosis dewasa untuk osteoporosis: 325-650 mg, 3 kali sehari sebelum makan.

6. Dosis pediatrik untuk hipokalsemia: neonatal, 400-500 mg/kgBB/hari dalam

dosis terbagi setiap 4-6 jam; bayi, 400-500 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi

setiap 4-6 jam; dan anak-anak 45-65 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis

(Anonim, 2010).

17
Kontra indikasi: gangguan fungsi ginjal atau riwayat batu saluran kemih.

Efek samping: hiperkalsemia dapat menyebabkan iritasi lambung, sembelit

(konstipasi), bradikardia, malas, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, haus, dan

poliuria. Interaksi obat: mengurangi absorpsi tetrasiklin karena resorpsi tetrasiklin

dihambat akibat terbentuknya kompleks dengan kalsium, serta dapat

menambah sekresi gastrin dan asam lambung. Peringatan dan perhatian: hati-hati

pada gangguan ginjal, riwayat batu saluran kemih (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.4 Disolusi

Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk

menghasilkan suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses

suatu solid melarut (Siregar dan Wikarsa, 2010). Menurut Ansel (1989), proses

melarutnya suatu obat disebut disolusi. Bentuk sediaan farmasetik padat dan

bentuk sediaan sistem terdispersi solid dalam cairan setelah dikonsumsi kepada

seseorang akan terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi dalam media

biologis, diikuti dengan absorpsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan

akhirnya menunjukkan respons klinis (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Gambar 2.3 Bagan proses disolusi hingga respons klinis suatu zat aktif dari
sediaan tablet atau kaplet

18
Metode uji disolusi untuk menetapkan laju disolusi zat aktif dari

sediaannya yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia edisi IV, yakni metode

basket dan metode dayung.

Metode basket menunjukkan suatu upaya membatasi posisi bentuk sediaan

untuk memberikan kemungkinan maksimum suatu antarpermukaan solid-cairan

yang tetap.Metode ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu kecenderungan zat

bergerak menyumbat basket, sangat peka terhadap zat terlarut dalam media

disolusi, kecepatan aliran yang kurang memadai ketika partikel meninggalkan

basket dan mengapung dalam media.Metode basket disebut juga metode Alat 1

(Siregar dan Wikarsa, 2010).

Metode dayung pada dasarnya terdiri atas batang dan daun pengaduk yang

merupakan dayung berputar dengan dimensi tertentu sesuai dengan radius bagian

dalam labu dengan dasar bundar.Metode ini mengatasi banyak keterbatasan

basket, metode ini sangat baik untuk sistem otomatis.Metode dayung disebut juga

metode Alat 2 (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.5 Titrasi Kompleksometri

Titrimetrik adalah salah satu divisi besar dalam kimia analitik.Perhitungan

yang tercakup di dalamnya didasarkan pada hubungan stoikiometrik dan reaksi

kimia sederhana (Day dan Underwood, 2006). Dalam analisis titrimetri dengan

mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku

(standar) yang kadar (konsentrasi)-nya telah diketahui secara teliti dan reaksinya

berlangsung kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2010). Salah satu tipe reaksi kimia

yang berlaku sebagai dasar penelitian titrimetrik melibatkan pembentukan

19
kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi (Day dan

Underwood, 2006).

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan garam-

garam logam.Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering

digunakan.Struktur EDTA ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2.4 Rumus struktur EDTA (Rowe, dkk., 2009)

EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan semua logam

kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam-logam alkali tanah

seperti kalsium dan magnesium membentuk kompleks yang tidak stabil dengan

EDTA pada pH rendah, karenanya titrasi logam-logam ini dengan EDTA

dilakukan pada larutan buffer amonia pH 10 (Gandjar dan Rohman, 2010).

Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator

zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan

titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna dengan sejumlah kecil logam.

Pada saat titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks

indikator-logam akan pecah dan menghasilkan warna yang berbeda. Indikator

yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara lain: hitam eriokrom

(Eriochrom Black T, Mordant Black II, Solochrom Black I), mureksid, jingga

pirokatekol, jingga xilenol, asam kalkon karbonat, kalmagit, dan biru hidroksi

naftol (Gandjar dan Rohman, 2010).

20
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang meliputi

formulasi sediaan dan evaluasi terhadap tablet kalsium laktat yang dihasilkan.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi II

FakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara.

3.1 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: kalsium laktat

(Chermipan Corporation Co., Ltd), maltodekstrin DE 15-20 (Qinhuangdao Lihua

Starch), primojel, avicel PH 102 (Gujarat Microwax PVT., Ltd), talkum, Mg.

stearat, akuades, Eriocrom black T (Merck), natrium klorida (Merck), amonia

klorida (Merck), amonium hidroksida (Merck),dinatrium edetat (Merck), dan zink

sulfat (Merck).

3.2Alat-alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas, mortir dan

stamper, mesin pencetak tablet (Erweka), Disintegration Tester (Copley),

Dissolution Tester (Veego), Hardness Tester (Copley), Friabilator (Copley), dan

alat laboratorium lainnya.

3.3Prosedur Penelitian

3.3.1 Pembuatan tablet kalsium laktat

Tablet kalsium laktat dibuat menggunakan metode cetak langsung, dengan

bobot tablet 650 mg dan diameter 13 mm. Adapun cara pembuatannya yaitu

ditimbang semua bahan yang diperlukan, kemudian bahan baku kalsium laktat

21
dimasukkan ke dalam mortir lalu ditambahkan bahan pengisi, bahan pengembang

dan bahan pelicin sedikit demi sedikit sampai habis dan dihomogenkan.

Dilakukan uji preformulasi dan massa dicetak menjadi tablet. Formula tablet

kalsium laktat dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan contoh perhitungan pembuatan

tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 54.

Tabel 3.1 Formula Tablet Kalsium Laktat

Jumlah (mg)
Komposisi
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Kalsium laktat 500 500 500 500 500 500
Maltodekstrin - 13 26 39 52 65
Primojel 26 - - - - -
Mg. Stearat 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
Talk 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
Avicel PH102 111 124 111 98 85 72
Bobot tablet 650 650 650 650 650 650

Keterangan:
F1 : Formula tablet kalsium laktat dengan primojel 4%
F2 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 2%
F3 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 4%
F4 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 6%
F5 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 8%
F6 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 10%

3.3.2 Uji preformulasi tablet

3.3.2.1 Sudut Diam

Sudut diat ditentukan dengan rumus:

2h
tg θ = D

θ = arc tg θ

Keterangan: θ = sudut diam


h = tinggi kerucut (cm)
D = diameter (cm)

Syarat: 20° < � < 40°(Cartensen, 1977).

22
Granul kering dituang perlahan lewat corong, sementara bagian bawah

corong ditutup.Selanjutnya penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir ke

luar.Diukur tinggi dan jari-jari kerucut yang terbentuk, kemudian ditentukan sudut

diamnya (Lachman, dkk, 1994).

3.3.2.2 Penetapan waktu alir

Penetapan laju alir dilakukan dengan menggunakan corong.Seratus gram

granul dimasukkan ke dalam corong yang telah dirangkai, permukaannya

diratakan.Penutup bawah corong dibuka dan secara serentak stopwatch

dihidupkan.Stopwatch dihentikan jika seluruh granul tepat habis melewati corong

dan dicatat waktu alirnya.Syarat: talir < 10 detik (Cartensen, 1977).

3.3.2.3 Indeks Tap

Kedalam gelas ukur 100 ml, dimasukkan sejumlah granul hingga 100 ml.

Ditap dengan alat yang dimodifikasi sampai konstan. Setelah hentakan,

volumenya dihitung dengan rumus:

V0 − Vtap
I= × 100%
V0

Keterangan: I = indeks tap


V0 = volume awal granul
Vtap = volume tapping granul

Syarat : � ≤ 20% (Lachman, dkk., 1994).

3.3.3 Pembuatan pereaksi

3.3.3.1 Larutan dinatrium edetat 0,05N

Timbang sebanyak 18,61 gram dinatrium edetat, kemudian larutkan dalam

sejumlah akuades. Encerkan dengan akuades sampai 1000 ml (Ditjen POM,

1979).

23
Pembakuan dinatrium edetat, ditimbang seksama ± 250 mg kristal zink

sulfat dan dilarutkan dengan 25 ml akuades dalam erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml

buffer amonia pH 10 dan 50 mg indikator EBT. Titrasi dengan larutan dinatrium

edetat 0,05 N sampai titik akhir titrasi berwarna biru.

3.3.3.2 Indikator eriochrom black T (EBT)

Campurkan 10 mg Eriochrom black T dan 1 gram NaCl, digerus sampai

homogen (Ditjen POM 1979).

3.3.3.3 Buffer ammonia pH 10

Larutkan 5,4 gram amonia klorida dalam 70 ml amonium hidroksida 5 M

dan encerkan dengan air hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.4Evaluasi tablet

3.3.4.1 Penetapan kadar tablet kalsium laktat

Timbang seksama 20 tablet kalsium laktat, digerus halus hingga homogen.

Timbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 200 mg kalsium laktat.

Masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 25 ml akuades lalu kocok

hingga semua serbuk larut. Tambahkan 5 ml buffer amonia pH 10 dan 50 mg

indikator EBT. Kocok larutan hingga homogen. Titrasi dengan larutan dinatrium

edetat 0,05 N sambil dikocok sampai titik akhir titrasi berwarna biru.

V × N × 15,42 × BR
Kadar kalsium laktat =
NS × BS × BK

Keterangan: V = Volume dinatrium edetat yang terpakai


N = Normalitas dinatrium edetat
BR = Bobot rata-rata tablet kalsium laktat
NS = Normalitas standar
BS = Bobot serbuk
BK = Bobot zat berkhasiat

24
1 ml dinatrium edetat 0,05 N setara dengan 15,42 mg C6H10CaO6.5H2O.

Syarat, tablet kalsium laktat mengandung kalsium laktat, tidak kurang dari

94,0% dan tidak lebih dari 106,0% dari yang tertera pada etiket (Ditjen POM,

1995).

3.3.4.2 Keragaman bobot

Timbang seksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Dari

hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing

monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan

anggapan zat aktif terdistribusi homogen.Kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi, persyaratan keragaman bobot dipenuhi jika jumlah zat aktif

dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara

keragaman bobot terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada

etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0% (Ditjen

POM, 1995).

3.3.4.3 Penetapan waktu hancur

Dimasukkan 6 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu

masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat. Digunakan air bersuhu

37° ± 2℃ sebagai media. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada lagi tablet yang

tertinggal pada kawat kasa. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila tidak

hancur ulangi dengan 12 tablet, syarat dipenuhi jika dari 18 tablet tidak lebih dari

2 tablet yang tidak hancur (Ditjen POM 1995).Syarat, kecuali dinyatakan lain

dalam monografi waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan tablet tidak

kurang dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut (Ditjen POM, 1979).

25
3.3.4.4 Uji kekerasan tablet

Satu tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit

dengan memutar skrup pengatur hingga tanda lampu ’stop’ menyala, lalu ditekan

tombol sampai tablet pecah, pada saat tablet pecah angka yang ditunjukkan jarum

pada skala dibaca. Kekerasan tablet adalah angka yang ditunjukkan jarum pada

skala. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet.

Syarat: Kekerasan tablet antara 4-8 kg (Parrot, 1970).

3.3.4.5 Uji friabilitas

Sebanyak 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang (W1),

kemudian kerapuhannya diuji di dalam alat uji friabilitas dengan putaran 25 rpm

selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu.Bobot akhir

ditimbang (W2).

W1 − W2
Friabilitas tablet = × 100%
W1

Keterangan : W1 = berat awal tablet


W2 = berat akhir tablet

Persyaratan: kehilangan berat tablet ≤ 0,8% (Voight, 1995).

3.3.4.6 Uji disolusi

Uji disolusi dilakukan menggunakan alat Disolution tester dengan alat tipe

I (tipe keranjang), medium disolusi yang digunakan yaitu 500 ml akuades dan

perputaran 100 rpm (Ditjen POM, 1995).

Dimasukkan 500 ml media disolusi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan

media disolusi hingga suhu 37° ± 0,5℃ dan angkat termometer. Masukkan 1

tablet ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan yang

diuji dan segera jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tertera dalam

26
monografi. Dalam interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah

pertengahan antara permukaan media disolusi dan bagian atas basket atau dayung,

tidak kurang dari 1cm dari bagian dalam wadah.Lakukan penetapan seperti yang

tertera dalam masing-masing monografi.

Toleransi kalsium laktat yang terlarut yaitu dalam waktu 45 menit harus

larut tidak kurang dari 75% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket, persyaratan

yang dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dalam sediaan yang diuji sesuai

dengan tabel penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai 3 tahap kecuali bila hasil

pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Kriteria penerimaan dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel3.2 Kriteria Penerimaan Uji Disolusi Tablet

Tahap Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan


S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%

Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) adalah sama


S2 6 dengan atau lebih besar dari Q+5% dan tidak
satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15%

Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah


sama dengan atau lebih besar dari Q-15% dan
S3 12
tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q-
25%
(Ditjen POM, 1995)

3.3.5 Analisis data secara statistik

Kadar zat aktif sebenarnya yang terkandung dalam sampel dapat diketahui

menggunakan uji distribusi t. Data diterima atau ditolak dihitung dengan

menggunakan metode standar deviasi. Menurut Gandjar dan Rohman (2010),

standar deviasi dapat dihitung dengan rumus:

27
∑(X − �
X)2
SD = �
n−1
Keterangan:
SD = standar deviasi
X = kadar sampel
� = kadar rata-rata sampel
X
n = jumlah perlakuan

Untuk mencari t hitung digunakan rumus di bawah ini, dengan dasar

penolakan data adalah-t tabel> t hitung> t tabel dan dasar penerimaan -t tabel< t hitung< t

tabel.

(x − x�)
t hitung =
SD/√n

Keterangan:
x = kadar sampel
x� = kadar rata-rata sampel
SD = standar deviasi
n = jumlah perlakuan

Menurut Sudjana (2005), untuk menghitung kadar zat aktif dengan tingkat

kepercayaan 99%, α = 0,01; dk = n – 1, dapat digunakan rumus:

Kadar sebenarnya: µ = x� ± (tα/2) × SD⁄√n

Keterangan:
x� = kadar rata-rata sampel
SD = standar deviasi
dk = derajat kebebasan (dk = n-1)
α = interval kepercayaan
n = jumlah pengulangan

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Preformulasi Massa Serbuk

Uji preformulasi merupakan pengujian terhadap massa serbuk yang akan

dicetak. Pemeriksaan yang umumnya dilakukan meliputi indeks tap, waktu alir

dan sudut diam. Pengujian ini dilakukan agar dapat diketahui apakah massa

serbuk tersebut memenuhi syarat untuk dicetak menjadi tablet.

Tabel 4.1 Hasil uji preformulasi massagranul

Uji preformulasi
Formula Indeks tap Waktu alir Sudut diam
(%) (detik) (°)
F1 1,60 ± 2,29 4,66 ± 0,06 24,55 ± 3,97
F2 0,67 ± 1,32 4,40 ± 0,03 22,68 ± 3,01
F3 0,93 ± 1,32 4,20 ± 0,03 22,76 ± 2,77
F4 1,07 ± 1,32 4,40 ± 0,03 23,08 ± 0,61
F5 0,67 ± 1,32 4,41 ± 0,06 23,20 ± 2,12
F6 0,67 ± 1,32 4,16 ± 0,06 24,12 ±3 ,11
Syarat
< 20% < 10 detik 20°< θ < 40°

Keterangan:
F1 : Formula tablet kalsium laktat dengan primojel 4%
F2 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 2%
F3 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 4%
F4 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 6%
F5 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 8%
F6 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 10%

4.1.1Indeks tap

Hasil penentuan indeks tap dari semua massa serbuk seperti yang tertera

pada tabel 4.1, berkisar antara 0,67% dan 1,60%. Hal ini menunjukkan bahwa

semua massa serbuk memiliki sifat alir yang baik. Menurut Lachman dkk, serbuk

dikatakan memiliki sifat alir baik jika indeks tapnya kurang dari 20%. Indeks tap

menunjukkan penurunan volume sejumlah serbuk akibat hentakan dan getaran.

29
Besar kecilnya indeks kompresibilitas dipengaruhi oleh bentuk granul, kerapatan

dan ukuran granul (Lachman, dkk., 1994).Pengujian indeks tap memiliki peran

yang sangat penting dalam hal daya tahan granul terhadap daya kompresi yang

diberikan oleh alat pencetak tablet. Semakin rendah presentase indeks tap

menunjukkan kualitas yang lebih baik dari sifat fisikmassaserbuk yang akan

diformulasikan ke dalam bentuk tablet.Indeks tap formula 1 lebih tinggi karena

kerapatan massa serbuk meningkat akibat getaran dan hentakan, hal ini

disebabkan oleh jenis bahan tambahan yang digunakan dan distribusi ukuran

partikel pada massa serbuk yang akan dicetak. Contoh perhitungan dapat dilihat

pada Lampiran 8 halaman 55.

Indeks tap
2 1,6
Indeks tap (%)

1,5
0,93 1,07
1 0,67 0,67 0,67
0,5
0
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula tablet kalsium laktat

Gambar 4.1 Diagram batang hasil penentuan indeks tap massaserbuk tiap
formula

4.1.2 Waktu alir

Hasil pengamatan terhadap waktu alir massa serbuk yang dapat dilihat

pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.2, menunjukkan waktu alir yang beragam yaitu

berkisar antara 4,36 detik sampai 4,66 detik. Walaupun demikian waktu alir tiap

formula masih memenuhi syarat yaitu < 10 detik (Cartensen, 1977). Menurut

30
Siregar dan Wikarsa (2010), dalam pencetakan tablet kecepatan aliran serbuk

menentukan bobot tablet dan keseragaman kandungan tablet yang dikehendaki.

Serbuk/granul harus dapat mengalir dengan baik ke dalam ruang cetak agar bobot

tablet yang dihasilkan tidak terlalu bervariasi. Data waktu alir dapat dilihat pada

Lampiran 8 halaman 56.

Waktu alir
4,66 4,4 4,2 4,4 4,41 4,16
5
Waktu alir (detik)

4
3
2
1
0
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula tablet kalsium laktat

Gambar 4.2 Diagram batang hasil uji waktu alir massaserbuk tiap formula

4.1.3 Sudut diam

Sudut diam adalah sudut permukaan bebas dari tumpukkan serbuk dengan

bidang horizontal.Metode sudut diam merupakan metode tidak langsung untuk

mengukur kemampuan alir serbuk karena hubungannya dengan kohesi antar

partikel (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Sudut diam
30 24,55 22,68 22,76 23,08 23,2 24,12
sudut diam (°)

25
20
15
10
5
0
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula tablet kalsium laktat

Gambar 4.3 Diagram batang hasil uji sudut diam massaserbuk tiap formula

31
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sudut diam dari variasi konsentrasi

maltodekstrin semakin meningkat dari F2-F6, yaitu 22,68° - 24,12°. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin yang digunakan

maka sifat kohesif massa serbuk meningkat. Menurut Siregar dan Wikarsa (2010),

sudut diam yang besar menunjukkan kalau serbuknya bersifat kohesif. Walau

demikian sudut diam massa serbuk dari variasi konsentrasi maltodekstrin dan

formula pembanding masih memenuhi persyaratan sudut diam yang optimal.

Sudut diam serbuk/granul yang baik adalah antara 20°- 40º.Contoh perhitungan

waktu alir dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 56.

4.2 Hasil Uji Evaluasi Tablet

Tablet kalsium laktat yang dihasilkan berbentuk bulat pipih, putih dengan

permukaan yang rata. Bentuk tablet yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 5

halaman 52.

Tabel 4.2 Hasil evaluasi tablet kalsiumlaktat

Jenis Evaluasi Tablet


F Kekerasan Waktu Friabilitas Penetapan Keragaman bobot
(Kg) Hancur(menit) (%) kadar(%) Kadar (%) SBR (%)
F1 5,24 ± 0,72 3,51 ± 0,60 0,38 97,48 ± 0,62 97,48 ± 1,17 0,15
F2 7,37 ± 0,42 1,84 ± 1,97 0,32 97,39 ± 0,85 97,39 ± 0,99 0,12
F3 5,55 ± 0,65 1,99 ± 0,38 0,32 96,03 ± 1,31 96,03 ± 0,83 0,03
F4 6,47 ± 0,53 2,20 ± 1,38 0,55 96,06 ± 0,69 96,06 ± 0,73 0,13
F5 7,42 ± 0,44 5,55 ± 6,28 0,32 97,51 ± 0,55 97,49 ± 1,60 0,19
F6 7,58 ± 0,47 10,89 ± 0,79 0,46 98,15 ± 0,56 98,15 ± 1,04 0,10
Syarat 4 – 8 Kg ≤ 30 menit ≤ 0,8% 94 – 106% 85 – 115% < 6%

Keterangan:
F1 : Formula tablet kalsium laktat dengan primojel 4%
F2 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 2%
F3 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 4%
F4 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 6%
F5 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 8%
F6 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 10%

32
Setelah tablet dicetak dilakukan evaluasi terhadap tablet kalsium laktat

yang meliputi: kekerasan, waktu hancur, friabilitas, penetapan kadar, keragaman

bobot dan uji disolusi. Hasil evaluasi tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Tabel

4.2 dan hasil uji disolusi pada Tabel 4.3.

4.2.1 Penetapan kadar

Penetapan kadar tablet kalsium laktat ditentukan dengan metode titrasi

kompleksometri menggunakan dinatrium edetat sebagai larutan standar (larutan

pentiter) dan sebagai indikator digunakan eriokrom black T, titik akhir titrasi

ditandai dengan berubahnya warna larutan uji menjadi biru, perubahan warna

larutan uji dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 53. Diagram batang hasil

penentuan kadar tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Penetapan kadar

99,00 98,15
98,00 97,48 97,39 97,51
Kadar (%)

97,00 96,03 96,06


96,00
95,00
94,00
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula tablet kalsium laktat

Gambar 4.4Diagram hasil penetapan kadartablet kalsium laktat

Hasil penetapan kadar kalsium laktat dalam tablet pada masing-masing

formula seperti pada Gambar 4.4, dapat dilihat untuk formula 1 yaitu sebesar

97,48 ± 0,62%; formula 2 sebesar 97,39 ± 0,85%; formula 3 sebesar 96,03 ±

1,31%; formula 4 sebesar 96,06 ± 0,69%; formula 5 sebesar 97,51 ± 0,55%; dan

formula 6 sebesar 98,15 ± 0,56%. Kadar yang diperoleh memenuhi persyaratan

33
kadar yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi IV yaitu tablet kalsium laktat

mengandung kalsium laktat tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0%

dari jumlah yang tertera pada etiket. Contoh perhitungan penetapan kadar kalsium

laktat dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 60.

4.2.2 Keragaman bobot

Keragaman bobot merupakan salah satu metode yang digunakan untuk

menetapkan keseragaman sediaan. Keragaman bobot dapat diterapkan pada tablet

yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih, yang merupakan 50% atau lebih dari

bobot satuan sediaan (Siregar dan Wikarsa, 2010).Hasil uji keragaman bobot

dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Keragaman bobot
99 98,15
Konsentrasi (%)

98 97,48 97,39 97,48


97 96,03 96,06
96
95
94
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula tablet kalsium laktat

Gambar 4.5 Diagram hasil uji keragaman bobot tablet kalsium laktat

Hasil penentuan keragaman bobot kalsium laktat dalam tablet untuk

formula 1 sebesar 97,48 ± 1,17%; formula 2 sebesar 97,39 ± 0,99%; formula 3

sebesar 96,03 ± 0,83%; formula 4 sebesar 96,06 ± 0,73%; formula 5 sebesar

97,49± 1,60%; formula 6 sebesar 98,15 ± 1,04%. Dari hasil tersebut dapat dilihat

bahwa terdapat perbedaankadar zat aktif dalam tiap formula, hal ini dikarenakan

rata-rata bobot tablet yang dihasilkan berbeda sehingga menyebabkan perbedaan

34
kadar zat aktif. Bobot tablet yang dicetak ditentukan oleh banyaknya granul di

dalam ruang cetak dan distribusi ukuran granul sebelum pencetakkan. Karena itu

walaupun volume didalam diesama banyak, perbedaan proporsi partikel besar dan

kecil dapat mempengaruhi berat dari isi masing-masing die, sehingga selisih

sedikit saja dari biasanya dapat mengakibatkan variasi berat (Lachman, dkk.,

1994).Walaupun demikian hasil uji keragaman bobot memenuhi persyaratan

Farmakope Indonesia edisi IV yaitu keragaman bobot terletak antara 85% - 115%

dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif (SBR) kurang dari atau

sama dengan 6,0%. Nilai SBR masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel

3.2 halaman 15, dimana nilai SBR masing-masing formula berkisar antara 0,12-

0,17%. Contoh perhitungan keragaman bobot dapat dilihat pada lampiran 13

halaman 66 dan data hasil uji keragaman bobot dapat dilihat pada Lampiran 14

halaman 69.

4.2.3Kekerasan tablet

Evaluasi kekerasan tablet dilakukan untuk mengetahui kekuatan tablet,

tablet harus mempunyai kekuatan agar dapat bertahan terhadap berbagai

guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengemasan dan pendistribusian serta

perlakuan berlebihan dari konsumen (Lachman, dkk., 1994). Diagram batang hasil

uji evaluasi kekerasan tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Nilai kekerasan tablet pada masing-masing formula seperti yang terdapat

pada Tabel 4.2, dan Gambar 4.6 di atas, menunjukkan angka yang bervariasi yaitu

pada tablet formula 1 adalah 5,24 kg; formula 2 sebesar 7,37 kg; formula 3

sebesar 5,55 kg; formula 4 sebesar 6,47 kg; formula 5 sebesar 7,42 kg dan

formula 6 sebesar 7,58 kg. Walaupun hasil uji kekerasan tablet pada tiap formula

35
bervariasi tapi semua masih memenuhi syarat kekerasan tablet yaitu 4-8 kg

(Parrot, 1970). Data hasil uji kekerasan tablet dapat dilihat pada lampiran 9

halaman 57.

Uji kekerasan tablet


7,37 7,42 7,58
8 6,47
5,55
Kekerasan tablet

6 5,24
4
(kg)

2
0
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula tablet kalsium laktat

Gambar 4.6 Diagram hasil uji kekerasan tablet kalsium laktat

4.2.4 Waktu hancur

Waktu hancur diharapkan dapat memberikan gambaran mudah tidaknya

tablet terdisintegrasi. Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk

diabsorbsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan

obatnya ke dalam cairan tubuh, daya hancur tablet memungkinkan partikel obat

menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh (Ansel, 1989).

Hasil uji waktu hancur seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 dan Gambar

4.7, menunjukkan waktu yang dibutuhkan tablet kalsium laktat untuk hancur

paling lama pada tablet formula 6 dan paling cepat tablet formula 2. Waktu hancur

tablet pada formula 1 yaitu 3,51 menit; formula 2 selama 1,84 menit; formula 3

selama 1,99 menit; formula 4 selama 2,20 menit; formula 5 selama 5,55 menit;

dan formula 6 selama 10,89 menit. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa waktu

hancur paling lambat yaitu tablet F6 yang dibuat menggunakan maltodekstrin

36
10%, hal ini karena ketika berada dalam lingkungan yang penuh air, maltodekstrin

membentuk lapisan gel pada sekitar tablet sehingga menghalangi penetrasi air ke

dalam tablet (Gonnissen,dkk., 2008). Waktu hancur tablet F3 dan F4 lebih cepat

dibandingkan waktu hancur tablet F1 (tablet pembanding).Walaupun demikian

hasil uji waktu hancur tiap formula masih memenuhi syarat yaitu kurang dari 30

menit (Ditjen POM, 1979).Data hasil uji waktu hancur dapat dilihat pada

Lampiran 9 halaman 58.

Uji waktu hancur


15
10,89
10
Menit

5,55
5 3,52
1,84 1,99 2,2
0
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula tablet kalsium laktat

Gambar 4.7 Diagramhasil uji waktu hancur tablet kalsium laktat

4.2.5 Friabilitas

Berikut dapat dilihat diagram hasil uji friabilitas tablet kalsium laktat.

Uji friabilitas
0,38
0,4 0,32 0,32 0,314 0,317 0,306
0,3
Friabitas
(%)

0,2
0,1
0
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula tablet kalsium laktat

Gambar 4.8 Diagramhasil uji friabilitas tablet kalsium laktat

37
Kekerasan tablet bukanlah indikator yang absolut dari kekuatan tablet,

karena pada beberapa formulasi, bila dikempa menjadi tablet sangat keras,

cenderung akan terjadi cap pada pergesekan, sehingga menghilangkan bagian

atas, karena itu cara lain untuk mengukur kekuatan tablet, yaitu friabilitas. Tablet

yang mudah menjadi bubuk dan pecah-pecah pada penanganannya akan

kehilangan nilai estetika serta konsumen enggan menerimanya, juga dapat

menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet (Lachman, 1994).

Nilai friabilitas yang besar menunjukkan tablet yang rapuh. Hasil evaluasi

friabilitas tablet kalsium laktat yaitu: pada formula 1 sebesar 0,38%; formula 2

sebesar 0,321%; formula 3 sebesar 0,323%; formula 4 sebesar 0,314%; formula 5

sebesar 0,317% dan formula 6 sebesar 0,0,306%.Hasil evaluasi friabilitas tablet

≤ 0
dari semua formula memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yaitu ,8%

(Voight, 1995). Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 56.

4.2.6 Disolusi tablet

Uji disolusi tablet kalsium laktat dilakukan dengan alat disolusi tipe 1 atau

metode keranjang/basket, medium yang digunakan untuk disolusi adalah akuades

sebanyak 500 ml sesuai dengan yang tertera pada FI edisi IV (Ditjen POM, 1995).

Uji disolusi dilakukan dengan pengaturan temperatur dan kecepatan putar

pengaduk yang dipertahankan selalu konstan, yaitu temperatur dikendalikan pada

suhu 37°±0,5°C dan kecepatan putaran 100 rpm. Hal ini dilakukan karena bila

terjadi kenaikan suhu selain dapat meningkatkan konsentrasi juga meningkatkan

energi kinetika molekul obat yang besar kaitannya dengan difusi, sehingga

berpengaruh pada peningkatan kecepatan kelarutan obat (Shargel, 1988).

Toleransi kalsium laktat yang terlarut yaitu dalam waktu 45 menit harus larut

38
tidak kurang dari 75% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM,

1995). Persen kumulatif rata-rata hasil uji disolusi tablet kalsium laktat dapat

dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3Tabel hasil persen kumulatif rata-rata uji disolusi tablet

Waktu Persen kumulatif (%)


(menit) F1 F2 F3 F4 F5 F6
0 0 0 0 0 0 0
63,09 67,89 70,45 47,85 51,80 25,07
5
± 4,75 ± 5,41 ± 5,46 ± 5,45 ± 5,39 ± 0,00
69,44 76,59 82,25 59,83 60,68 36,76
10
± 5,63 ± 5,93 ± 2,91 ± 0,57 ± 5,54 ± 5,33
82,39 87,67 90,03 69,08 75,66 65,70
20
± 4,77 ± 5,89 ± 5,32 ± 0,66 ± 4,26 ± 0,27
93,66 95,42 97,46 85,03 90,69 81,36
30
± 1,55 ± 3,06 ± 1,44 ± 0,82 ± 1,12 ± 0,27
97,83 98,57 99,00 98,43 98,44 96,61
45
± 1,61 ± 1,71 ± 1,79 ± 0,95 ± 2,34 ± 4,13
101,46 101,14 100,95 100,08 99,55 100,95
60
± 2,16 ± 2,96 ± 2,59 ± 2,27 ± 1,15 ± 2,68

Keterangan:
F1 : Formula tablet kalsium laktat dengan primojel 4%
F2 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 2%
F3 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 4%
F4 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 6%
F5 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 8%
F6 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 10%

Pada Tabel 4.3, dapat dilihat kadar zat terlarut tablet kalsium laktat pada

menit ke-45 semua tablet dari masing-masing formula memenuhi syarat seperti

yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu pada formula 1 persen

kumulatif yang diperoleh sebesar 97,83%; formula 2 sebesar 98,57%; formula

399,00%; formula 4 sebesar 98,43%; formula 5 sebesar 98,44%; dan formula 6

sebesar 96,61%. Contoh perhitungan uji disolusi dapat dilihat pada Lampiran 15

halaman 71.

39
Grafik hasil persen kumulatif rata-rata disolusi tablet dari berbagai

formula tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Gambar 4.9 Sebagai berikut:

Profil laju disolusi


120

100
Persen kumulatif

80
F1

60 F2
F3
40 F4
F5
20 F6

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Waktu (menit)

Gambar 4.9 Grafik profil disolusi tablet kalsium laktat

Pada grafik profil disolusi tablet kalsium laktat yang dapat dilihat pada

Gambar 4.9, menunjukkan bahwa kecepatan disolusi tablet kalsium laktat yang

menggunakan maltodekstrin dengan konsentrasi yang tinggi yaitu formula 5 dan

formula 6 lebih lambat dibandingkan dengan tablet kalsium laktat formula

lainnya. Hal ini dikarenakan konsentrasi maltodekstrin yang digunakan pada

formula 5 dan formula 6 lebih besar dibandingkan dengan formula lainnya dan

karena sifat maltodekstrin yang membentuk lapisan gel di sekitar tablet ketika

berada dalam lingkungan yang penuh air, sehingga menghalangi penetrasi air ke

dalam tablet dan menyebabkan terlarutnya zat aktif lebih lambat (Gonnissen,dkk.,

2008), dan saat pengembangan terjadi dengan cepat sehingga menutupi pori-pori

tablet sebelum tablet kemudian hancur dan larut yang berakibat terhalangnya

40
disolusi obat ke dalam pelarut.Sehingga semakin besar konsentrasi maltodekstrin

yang digunakan pada formulasi maka disolusi awal zat aktif lebih kecil.Walau

demikian, pelepasan zat aktif pada masing-masing formula telah memenuhi syarat

yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu pada menit ke-45 zat aktif

yang terlepas tidak kurang dari 80% (Ditjen POM, 1995).

Hasil uji pada masing-masing formula baik uji preformulasi yang meliputi

indeks tap, waktu alir dan sudut diam; maupun uji evaluasi tablet yang meliputi

uji waktu hancur, uji kekerasan tablet dan uji friabilitas, uji keragaman bobot,

penetapan kadar dan uji disolusi, menunjukkan hasil yang beragam tetapi masih

memenuhi ketetapan yang ada di literatur. Sebagai indikator untuk melihat

kemampuan maltodekstrin sebagai bahan penghancur yaitu uji waktu hancur

tablet.Hasil uji waktu hancur menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi

maltodekstrin yang digunakan, waktu hancur sediaan tablet semakin

meningkat.Selain bahan penghancur, waktu hancur tablet dapat dipengaruhi oleh

sifat fisik bahan aktif yaitu kelarutannya dalam air, pengaruh bahan pengisi,

pengaruh bahan pengikat dan pengaruh lubrikan. Tetapi, kecepatan waktu hancur

tablet pada konsentrasi 2 – 6% lebih cepat dibandingkan dengan tablet

pembanding yang menggunakan primojel 4%.

Komposisi formula dalam penelitian ini yaitu kalsium laktat sebagai bahan

aktif bersifat hidrofilik dengan konsentrasi 76,9%; avicel sebagai bahan

pengisi/pengikat 11-19% dan maltodekstrin bersifat hidrofilik sebagai bahan

penghancur dengan konsentrasi 2-10% dari bobot tablet. Berdasarkan komposisi

formula tersebut, waktu hancur tablet kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahan

aktif juga avicel. Karena sifat hidrofilik kalsium laktat dan konsentrasinya yang

41
besar sehingga waktu hancur tablet didominasi oleh kalsium laktat. Maltodekstrin

yang diharapkan sebagai penghancur tablet menunjukkan sifat sebagai pengikat,

dimana dengan meningkatnya konsentrasi maltodekstrin dalam formula diikuti

dengan berkurangnya konsentrasi avicel menunjukkan waktu hancur tablet

semakin panjang. Menurut Rowe dkk., (2009); Maltodekstrin pada umumnya

digunakan sebagai pengikat tablet pada konsentrasi kurang dari 3-10% dan Avicel

dengan konsentrasi 5-15% sebagai disintegran dan 20-90% sebagai

pengisi/pengikat tablet.

42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data hasil pengujian menunjukkan bahwa maltodekstrin dapat

digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet kalsium laktat yang dibuat

dengan metode cetak langsung, dan pada konsentrasi dibawah 6% memiliki waktu

hancur yang lebih cepat dari primojel. Penggunaan maltodekstrin tidak

mempengaruhi sifat fisik sediaan.Variasi konsentrasi maltodekstrin yang

digunakan pada formulasi sediaan menyebabkan perbedaan kecepatan disolusi

kalsium laktat namun hasil uji disolusi kalsium laktat tetap memenuhi syarat.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya membuat sediaan obat dengan

teknik mikroenkapsulasi menggunakan maltodekstrin sebagai bahan penyalut.

43
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2010). Calcium Lactate. Cernel Multum, Inc. Diambil dari:


http://www.drugs.com/drug-interactions/calcium-lactate.html. Diakses
tanggal 10 April 2015.

Anief, M. (1994).Farmasetika. Yogyakarta: UGM-Press. Halaman 107-109.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta:
UI-Press. Halaman 244-247.

Anwar, E., Joshita, D., Yanuar, A., dan Bahtiar, A. (2004).Pemanfaatan


Maltodekstrin Pati Terigu sebagai Eksipien dalam Formula Sediaan Tablet
dan Niosom.Majalah Ilmu Farmasi.I(1): 34-46.

Barasi, M.E. (2007). At a Galance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman
52.

Cartensen, J.T. (1977). Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms.


NewYork:John WileyandSons.AWiley IntersciencePublication.Halaman
133-135,209-214, 216-218,342.

Day, R.A., dan Underwood, A.L. (2006). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga. Halaman 46, 193-194.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Halaman 665.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Halaman 165, 999, 1084-1085.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2010). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Belajar. Halaman 17, 23, 120, 150.

Gohel, V., Gang, D., dan Maisuria, V. (2013). Industrial Enzyme Applications in
Biorefineries for Starchy Materials dalam Advances in Enzyme
Biotechnology. Editor Pratyoosh Shukla dan Brett I. Pletschke. India:
Springer. Halaman 164-165.

Gonnissen, Y., Remon, J.P., dan Vervaet, C. (2008). Effect of Maltodextrin and
Superdisintegrant in Direcly Compressible Powder Mixtures Prepared Via
Co-Spray Drying. Eur. J. Pharm. And Biopharm.68(2): 277-282.

Harbir, K. (2012). Processing Technologies for Pharmaceutical Tablets: A


Review.International Research Journal of Pharmacy.3(7): 20-23.

44
Kee, J.L., dan Hayes, E.R. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 164-165.

Kennedy, J.F.,Knill, C.J., danTaylor, D.W. (1995). Maltodextrins.In Kearsley,


M.W.J. Dan S.Z. Dziedzic (Eds).Handbook of Starch Hydrolysis Products
and Their Derivatives.Heidelberg: Springer Science & Business Media.
Halaman 65-66.

Lachman, L., Liebermann, H.A., dan J.I. Kanig. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Halaman 651-654, 657-
660, 706-718.

Marianski, S., dan Marianski, A. (2011).Making Healthy Sausages. United States


of America: Bookmagic, LLC.

Miyazato, S., Nakagawa, C., Kishimoto, Y., Tagami, H., dan Hara, H.
(2010).Promotive Effects of Resistant Maltodextrin on Apparent
Absorption of Calcium, Magnesium, Iron and Zinc in Rats.Europe Journal
Nutrition.1(49): 165-171.

Parrott, E.L. (1971). Pharmaceutical Technology: Fundamental Pharmaceutics.


Minneapolis: Burgess Pub. Co. Halaman 81-83.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press. Halaman 92-93,
242-243, 418-420.

Sahoo, P.K. (2007). Pharmaceutical Technology: Tablets. New Delhi: Delhi


Institute of Pharmaceutical Sciences and Research. Diambil dari:
http://nsdl.niscair.res.in/jspui/bitstream/123456789/315/1/Tablet%20Tech
nology%20Edited.pdf.Diakses pada tanggal 18 Maret 2014. Halaman 2-5,
7-8.

Shargel, L.Y. (1988). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan,ed 2.


Diterjemahkan oleh Siti SjamsiahFasich. Surabaya: Airlangga University
Press. Halaman 95-106.

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet:


Dasar-Dasar Praktis. Jakarta: EGC. Halaman 2, 54, 85-86, 235, 243, 252,
602, 604.

Sudjana.(2005). Metode Statistika Edisi Keempat. Bandung: Tarsito. Halaman


227.

Suhardjo., dan Kusharto, C.M. (2000). Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius. Halaman 73-74.

45
Sumardjo, D. (2009). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Halaman 228.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Edisi VI. Jakarta: PT
ElexMedia Komputindo. Halaman 871-872.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceuticsl
Excipients,Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press. Halaman 92-93,
242-244, 418-420.

Voigt,R.,(1995).BukuPelajaranTeknologiFarmasi. EdisiKelima.Yogyakarta:
GadjahMada UniversityPress.Halaman200,221-222.

Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Halaman 153-154.

Wirakusumah, E.S. (2000). Buah dan Sayur untuk Terapi. Jakarta: Penebar
Swadaya. Halaman 18.

46
Lampiran 1. Sertifikat analisis maltodekstrin

47
Lampiran 2. Sertifikat analisis kalsium laktat

48
Lampiran 3.Gambar alat yang digunakan

Alat pencetak tablet Alat uji waktu alir dan sudut diam

Alat uji kekerasan tablet Alat uji keregasan tablet

49
Lampiran 3 (Lanjutan)

Alat uji disolusi tablet

Alat uji waktu hancur tablet

pH meter

50
Lampiran 4. Gambar bahan yang digunakan

Maltodekstrin

Lampiran 5.Gambar tablet kalsium laktat

51
F1 F2

F3 F4

F5 F6

52
Lampiran 6.Gambar penentuan titik akhir titrasi

Gambar Larutan uji sebelum


dititrasi

Gambar Larutan uji setelah


dititrasi

53
Lampiran 7.Contohperhitungan pembuatan tablet kalsium laktat

Sebagai contoh diambil tablet kalsium laktat dengan konsentrasi maltodekstrin

2% (Formula 2).

Dibuat formula untuk 100 tablet dengan bobot tablet 650 mg dan berdiameter 13

mm, menggunakan metode cetak langsung.

R/ Kalsium laktat 500 mg

Maltodekstrin 2%

Mg. stearat 1%

Talk 1%

Avicel PH 102 q.s.

Perhitungan formula

Bobot 100 tablet = 100 × 650 mg = 65000 mg

Bobot Ca. laktat dalam 100 tablet = 100 × 500 mg = 50000 mg

Bobot maltodekstrin = 2% × 65000 mg = 1300 mg

Bobot Mg. stearat = 1% × 65000 mg = 650 mg

Bobot talk = 1% × 65000 mg = 650 mg

Bobot avicel PH 102 = 65000 mg - (50000+1300+650+650) mg

= 65000 mg - 52600 g

= 12400 mg

Perhitungan pembuatan tablet kalsium laktat untuk formula lainnya dihitung

dengan cara yang sama

54
Lampiran 8. Data hasil uji preformulasi

a. Indeks tap

V0−V1
Rumus: I= V0
× 100%

Keterangan: Vo = Volume awal sebelum hentakkan


V1 = Volume akhir setelah hentakkan
Syarat : I = < 20%
25−24,5
Contoh : I(F1 − 1) = 25
× 100% = 2%

Rata-rata I
Fomula V0 Vtap I (%)
(%)
F1 25 24,5 2 1,60 ± 2,29
25 24,7 1,2
25 24,6 1,6
F2 25 24,8 0,8 0,67 ± 1,32
25 24,8 0,8
25 24,9 0,4
F3 25 24,7 1,2 0,93 ± 1,32
25 24,8 0,8
25 24,8 0,8
F4 25 24,8 0,8 1,07 ± 1,32
25 24,7 1,2
25 24,7 1,2
F5 25 24,8 0,8 0,67 ± 1,32
25 24,8 0,8
25 24,9 0,4
F6 25 24,9 0,4 0,67 ± 1,32
25 24,8 0,8
25 24,8 0,8

b. Sudut diam

Rumus : Tan θ = 2h�d

Keterangan: θ = Sudut diam


h = tinggi kerucut (cm)
d = diameter (cm)
Syarat : 20°< θ < 40°

55
Lampiran 8 (Lanjutan)

Contoh : Tg θ (F1-1) = 2 × 2,7�11,4 = 0,4737

θ = 25,3469°

Rata-rata θ
h (cm) d (cm) tan θ θ (°)
Fomula (°)
2,7 11,4 0,4737 25,3469
F1 2,6 11,6 0,4483 24,1467 24,55 ± 3,97
2,6 11,6 0,4483 24,1467
2,3 11 0,4182 22,6947
F2 2,4 11,2 0,4286 23,2000 22,68 ± 3,01
2,3 11,3 0,4071 22,1512
2,4 11,6 0,4138 22,4798
F3 2,5 11,6 0,4310 23,3160 22,76 ± 2,77
2,4 11,6 0,4138 22,4798
2,4 11,2 0,4286 23,2000
F4 2,4 11,3 0,4248 23,0158 23,08 ± 0,61
2,4 11,3 0,4248 23,0158
2,4 11 0,4364 23,5765
F5 2,4 11,2 0,4286 23,2000 23,20 ± 2,12
2,4 11,4 0,4211 22,8360
2,6 11,4 0,4561 24,5177
F6 2,5 11,5 0,4348 23,4994 24,12 ± 3,11
2,6 11,5 0,4522 24,3325

c. Waktu alir

Waktu alir (detik)


Data
F1 F2 F3 F4 F5 F6
1 4,66 4,40 4,20 4,40 4,41 4,16
2 4,65 4,39 4,21 4,40 4,40 4,17
3 4,67 4,40 4,20 4,41 4,42 4,15
4,66 4,40 4,20 4,40 4,41 4,16
Rata-rata
± 0,06 ± 0,03 ± 0,03 ± 0,03 ± 0,06 ±0,06

56
Lampiran 9. Data hasil uji sifat fisik tablet

a. Uji Friabilitas Tablet Kalsium Laktat

a−b
Friabilitas = × 100%
a

Keterangan: a = Bobot 20 tablet awal


b = Bobot 20 tablet akhir

Contoh : F1-1 = 13,06 − 13,01�13,06 × 100% = 0,3828%

Bobot 20 tablet (g)


Formula Friabilitas (%)
Awal (a) Akhir (b)
F1 13,06 13,01 0,3828
F2 12,45 12,41 0,3213
F3 12,35 12,31 0,3239
F4 12,72 12,68 0,3145
F5 12,62 12,58 0,3170
F6 13,05 13,01 0,3065

b. Uji Kekerasan Tablet Kalsium Laktat

Kekerasan tablet (Kg)


Data
F1 F2 F3 F4 F5 F6
1. 5,47 7,00 5,39 6,78 7,17 7,63
2. 5,34 7,59 5,98 6,37 7,34 7,42
3. 5,33 7,54 6,11 6,90 7,31 7,93
4. 4,46 7,41 5,11 6,42 7,61 7,21
5. 5,74 7,11 5,34 6,02 7,21 7,87
6. 5,08 7,59 5,40 6,35 7,86 7,40
5,2367 7,3733 5,5550 6,4733 7,4167 7,5767
Rata-rata
±0,72 ±0,42 ±0,65 ±0,53 ±0,44 ±0,47

57
Lampiran 9 (Lanjutan)

c. Data Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Kalsium Laktat

Waktu hancur (menit)


Data
F1 F2 F3 F4 F5 F6
1. 2,9667 0,6667 1,8167 1,3667 2,5000 10,4667
2. 3,1667 0,8333 1,8167 1,4167 2,5000 10,4667
3. 3,6833 0,9000 1,8167 1,7500 3,6833 10,6667
4. 3,6833 2,5000 2,0167 2,5000 3,7667 10,7500
5. 3,7500 2,6667 2,0833 2,6667 10,3333 11,4667
6. 3,8667 3,5000 2,4000 3,5000 10,5167 11,5167
3,5194 1,8444 1,9917 2,2000 5,5500 10,8889
Rata-rata
±0,60 ±1,97 ±0,38 ±1,38 ±6,28 ±0,79

d. Ukuran tablet

Ukuran tablet (mm)


Formula
Diameter Tebal tablet
F1 14 3,9
F2 14 4
F3 14 3,7
F4 14 4
F5 14 4
F6 14 4,1

58
Lampiran 10.Perhitungan pembakuan dinatrium edetat

Data pembakuan dinatrium edetat

No Bobot zink sulfat Volume dinatrium edetat


(mg) (ml)
1. 224,4 14,8
2. 224,7 15,7
3. 223,8 15,6

Rumus:

Bobot zink sulfat (mg)


Normalitas dinatrium edetat =
Vol. dinatrium edetat (ml) × BE zink sulfat

BE zink sulfat = 287,54

Perhitungan:

224,4
N1 = = 0,0527 N
14,8 × 287,54

224,7
N1 = = 0,0498 N
15,7 × 287,54

223,8
N1 = = 0,0499 N
15,6 × 287,54

0,0527 + 0,0498 + 0,0499


Normalitas rata − rata = = 0,0508 N
3

Jadi, normalitas dinatrium edetat yang digunakaan sebagai larutan pentiter yaitu
0,0508N

59
Lampiran 11. Contoh perhitungan penetapan kadar tablet kalsium laktat

Sebagai contoh diambil tablet kalsium laktat dengan konsentrasi maltodekstrin

2% (Formula 2).

Bobot 20 tablet kalsium laktat = 12,7957 g = 12795,7 mg

12795 ,7 mg
Bobot rata-rata tablet kalsium laktat = = 639,785 mg
20

Bobot kalsium laktat dalam 20 tablet = 20 × 500 mg = 10000 mg

200 mg
Bobot setara 200 mg kalsium laktat = ×12795,7 mg = 255,914 mg
10000 mg

Dilakukan sebanyak 6 kali perlakuan

a. Pengujian 1

Bobot sampel = 255,8 mg

Volume titrasi = 12,5 ml

V × N × 15,42 × BR
Kadar Ca. laktat =
NS × BS × BK

1 ml Na2EDTA 0,05 N setara dengan 15,42 C6H10CaO6.5H2O.

Ket: V = Volumedinatrium edetat yang terpakai


N = Normalitas dinatrium edetat
BR = Bobot rata-rata tablet kalsium laktat
NS = Normalitas standar
BS = Bobot serbuk
BK = Bobot zat berkhasiat

12,5×0,0508 ×15,42×639,785
Kadar = × 100%
0,05×255,8×500

= 97,9606%
b. Pengujian 2

Bobot sampel = 256,1 mg

Volume titrasi = 12,35 ml

60
Lampiran 11 (Lanjutan)

12,35×0,0508 ×15,42×639,785
Kadar = × 100%
0,05×256,1×500

= 96,6717%

c. Pengujian 3

Bobot sampel = 256,4 mg

Voleme titrasi = 12,5 ml

12,5×0,0508 ×15,42×639,785
Kadar = ×100%
0,05×256,4×500

= 97,7314%

d. Pengujian 4

Bobot sampel = 255,9 mg

Voleme titrasi = 12,4 ml

12,4×0,0508 ×15,42×639,785
Kadar = ×100%
0,05×255,9×500

= 97,1390%

e. Pengujian 5

Bobot sampel = 256,2 mg

Voleme titrasi = 12,5 ml

12,5×0,0508 ×15,42×639,785
Kadar = ×100%
0,05×256,2×500

= 97,8077%

f. Pengujian 6

Bobot sampel = 256,2 mg

Voleme titrasi = 12,4 ml

61
Lampiran 11 (Lanjutan)

12,4×0,0508 ×15,42×639,785
Kadar = ×100%
0,05×256,2×500

= 97,0252%

No Kadar (%) X X-X� (X - �


X)2
1. 97,9606 0,5714 0,3265
2. 96,6717 -0,7175 0,5149
3. 97,7314 0,3421 0,1170
4. 97,1390 -0,2503 0,0627
5. 97,8077 0,4184 0,1751
6. 97,0252 -0,3640 0,1325
∑X= 584,3356
� ∑ = 1,3286
X = 97,3893

∑(x − x�)2 1,3287


SD = � =� = 0,5155
n−1 6−1

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; dk = n-1; diperoleh nilai

ttabel = α/2; dk = 4,0321; data diterima jika –ttabel< thitung< ttabel,

�)
(xi −X
thitung = � SD �

√n

0,5714
thitung 1 = �0,5155 � = 2,7150 (data diterima)

√6

−0,7175
thitung 2 = �0,5155 � = -3,4096 (data diterima)

√6

0,3421
thitung 3 = �0,5155 � = 1,6257 (data diterima)

√6

−0,2503
thitung 4 = �0,5155 � = -1,1894 (data diterima)

√6

62
Lampiran 11 (Lanjutan)

0,4184
thitung 5 = �0,5155 � = 1,9882 (data diterima)

√6

−0,3640
thitung 6 = �0,5155 � = -1,7299 (data diterima)

√6

Karena -ttabel <thitung< ttabel, maka semua data tersebut diterima, kadar kalsium

laktat sebenarnya (µ) dalam tablet F2:

µ =�
X ± (tα/2, dk × SD/√n)

= 97,3893 ± (4,0321 × 0,5155/√6)%

= 97,3893 ± 0,8485%

Dengan cara yang sama di hitung kadar tablet pada formula yang lainnya.

63
Lampiran 12. Data hasil penetapan kadar tablet kalsium laktat

Bobot N
Bobot zat Bobot N
rata- dinatrium V kadar
Formula berkhasiat serbuk dinatrium Rata-rata SD t hitung µ
rata edetat titrasi (%)
(mg) (mg) edetat
(mg) standar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 14
626,255 500 251,4 0,05 0,0508 12,40 96,7867 97,4818 0,3785 -4,4981 0,6231
626,255 500 250,6 0,05 0,0508 12,45 97,4872 0,0351
626,255 500 250,9 0,05 0,0508 12,50 97,7617 1,8113
F1
626,255 500 250,8 0,05 0,0508 12,50 97,8007 2,0636
626,255 500 250,9 0,05 0,0508 12,45 97,3706 -0,7193
626,255 500 251,1 0,05 0,0508 12,50 97,6838 1,3074
639,785 500 255,8 0,05 0,0508 12,50 97,9606 97,3893 0,5155 2,7150 0,8485
639,785 500 256,1 0,05 0,0508 12,35 96,6717 -3,4096
639,785 500 256,4 0,05 0,0508 12,50 97,7314 1,6257
F2
639,785 500 255,9 0,05 0,0508 12,40 97,1390 -1.1894
639,785 500 256,2 0,05 0,0508 12,50 97,8077 1,9882
639,785 500 256,2 0,05 0,0508 12,40 97,0252 -1,7299
615,930 500 246,5 0,05 0,0508 12,10 94,7344 96,0328 0,7973 -3,9888 1,3125
615,930 500 246,9 0,05 0,0508 12,30 96,1443 0,3425
F3 615,930 500 246,6 0,05 0,0508 12,30 96,2612 0,7018
615,930 500 246,8 0,05 0,0508 12,40 96,9652 2,8645

64
Lampiran 12(Lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 14
615,930 500 246,8 0,05 0,0508 12,35 96,5742 1,6634
615,930 500 246,5 0,05 0,0508 12,20 95,5174 -1,5835
641,360 500 256,2 0,05 0,0508 12,20 95,6953 96,0625 0,4167 -2,1581 0,6860
641,360 500 256,2 0,05 0,0508 12,30 96,4797 2,4524
641,360 500 256,3 0,05 0,0508 12,20 95,6580 -2,3775
F4
641,360 500 256,2 0,05 0,0508 12,20 95,6953 -2,1581
641,360 500 256,4 0,05 0,0508 12,30 96,4044 2,0101
641,360 500 256,3 0,05 0,0508 12,30 96,4421 2,2312
634,805 500 253,9 0,05 0,0508 12,50 97,9255 97,5145 0,3342 3,0118 0,5502
634,805 500 254,0 0,05 0,0508 12,45 97,4954 -0,1404
634,805 500 253,9 0,05 0,0508 12,45 97,5338 0,1411
F5
634,805 500 253,9 0,05 0,0508 12,40 97,1421 -2,7297
634,805 500 253,9 0,05 0,0508 12,40 97,1421 -2,7297
634,805 500 254,1 0,05 0,0508 12,50 97,8484 2,4469
653,915 500 261,6 0,05 0,0508 12,55 98,2959 98,1467 0,3407 1,0730 0,5608
653,915 500 261,6 0,05 0,0508 12,60 98,6875 3,8889
653,915 500 261,9 0,05 0,0508 12,50 97,7921 -2,5492
F6
653,915 500 261,6 0,05 0,0508 12,50 97,9043 -1,7429
653,915 500 261,6 0,05 0,0508 12,55 98,2959 1,0730
653,915 500 261,6 0,05 0,0508 12,50 97,9043 -1,7429

65
Lampiran 13.Contoh perhitungan uji keragaman bobot tablet kalsium laktat

Sebagai contoh diambil tablet kalsium laktat dengan konsentrasi maltodekstrin

2% (Formula 2).

Ditimbang masing-masing bobot 10 tablet:

1 640 mg 6. 650 mg

2 640 mg 7. 630 mg

3 640 mg 8. 630 mg

4 640 mg 9. 640 mg

5 640 mg 10. 630 mg

Bobot 10 tablet = 6380 mg

6380 mg
Bobot rata-rata = = 638,0 mg
10

Kadar kalsium laktat = 97,3893% ± 0,5155

Bobot rata-rata kalsium laktat dalam tablet = 97,3893% × 500 mg

= 486,9465 mg

Contoh perhitungan kadar kalsium laktat keragaman bobot:

Bobot tablet
a. Kadar tablet 1 = × Kadar kalsium laktat
Bobot rata −rata

640 mg
= × 97,3893%
638,0 mg

= 97,6946%

Bobot kalsium laktat = 97,6946% × 500 mg

= 488,4729 mg

486,9465 mg −488,4729 mg
% penyimpangan = × 100%
486,9465 mg

= 0,3135%

66
Lampiran 13 (Lanjutan)

b. Kadar tablet 2 = 97,6946%

Bobot kalsium laktat = 488,4729 mg

% penyimpangan = 0,3135%

c. Kadar tablet 3 = 97,6946%

Bobot kalsium laktat = 488,4729 mg

% penyimpangan = 0,3135%

d. Kadar tablet 4 = 97,6946%

Bobot kalsium laktat = 488,4729 mg

% penyimpangan = 0,3135%

e. Kadar tablet 5 = 97,6946%

Bobot kalsium laktat = 488,4729 mg

% penyimpangan = 0,3135%

f. Kadar tablet 6 = 99,2211%

Bobot kalsium laktat = 496,1053 mg

% penyimpangan = 1,8809%

g. Kadar tablet 7 = 99,7649%

Bobot kalsium laktat = 498,8245 mg

% penyimpangan = 1,2540%

h. Kadar tablet 8 = 96,1681%

Bobot kalsium laktat = 480,8405 mg

% penyimpangan = 1,2539%

67
Lampiran 13 (Lanjutan)

i. Kadar tablet 9 = 97,6946%

Bobot kalsium laktat = 488,4729 mg

% penyimpangan = 0,3135%

j. Kadar tablet 10 = 96,1681%

Bobot kalsium laktat = 480,8405 mg

% penyimpangan = 1,2540%

Selisih berat
Bobot kalsium
terhadap rata-
Tablet laktat dalam
rata (%) x − x� (x − x�)2
tablet (mg)
X
1. 488,4729 0,31 -0,44 0,1936
2. 488,4729 0,31 -0,44 0,1936
3. 488,4729 0,31 -0,44 0,1936
4. 488,4729 0,31 -0,44 0,1936
5. 488,4729 0,31 -0,44 0,1936
6. 496,1053 1,88 1,33 1,2769
7. 480,8405 1,25 0,5 0,25
8. 480,8405 1,25 0,5 0,25
9. 488,4729 0,31 -0,44 0,1936
10. 480,8405 1,25 0,5 0,25
Jumlah 4869,4642 7,49 3,1885
Rata-rata 486,95 0,75

∑(x−x� )2 3,1885
SD =� =� = 0,5952
n−1 10−1

0,5952
RSD = × 100% = 0,1222%
486,95

Keragaman bobot formula yang lain dihitung dengan cara yang sama.

68
Lampiran 14.Data hasil uji keragaman bobot tablet kalsium laktat

Selisih
Bobot berat
Bobot Kadar per
F kalsium terhadap SD RSD
tablet (mg) tablet (%)
laktat (mg) rata-rata
(%)
F1 630 97,3273 486,6364 0,1585 0,74 0,15
640 98,8722 494,3608 1,4263
630 97,3273 486,6364 0,1585
640 98,8722 494,3608 1,4263
630 97,3273 486,6364 0,1585
640 98,8722 494,3608 1,4263
620 95,7824 478,9121 1,7433
630 97,3273 486,6364 0,1585
620 95,7824 478,9121 1,7433
630 97,3273 486,6364 0,1585
Rata-rata 631 97,4818 487,4089 0,8558
F2 640 97,6946 488,4729 0,3135 0,59 0,12
640 97,6946 488,4729 0,3135
640 97,6946 488,4729 0,3135
640 97,6946 488,4729 0,3135
640 97,6946 488,4729 0,3135
650 99,2211 496,1053 1,8809
630 96,1681 480,8405 1,2539
630 96,1681 480,8405 1,2539
640 97,6946 488,4729 0,3135
630 96,1681 480,8405 1,2540
Rata-rata 638 97,3893 486,9464 0,7524
F3 620 96,6564 484,2819 0,6494 0,16 0,03
620 96,6564 484,2819 0,6494
620 96,6564 484,2819 0,6494
610 95,0974 475,4871 0,9740
620 96,6564 484,2819 0,6494
620 96,6564 484,2819 0,6494
610 95,0974 475,4871 0,9740
610 95,0974 475,4871 0,9740
620 96,6564 484,2819 0,6494
610 95,0974 475,4871 0,9740
Rata-rata 616 96, 0328 480,1640 0,7792

69
Lampiran 14 (Lanjutan)

F4 640 96,0625 480,3123 0 0,66 0,14


640 96,0625 480,3123 0
640 96,0625 480,3123 0
640 96,0625 480,3123 1,5625
630 94,5615 472,8074 0
640 96,0625 480,3123 0
640 96,0625 480,3123 0
640 96,0625 480,3123 0
640 96,0625 480,3123 0
650 97,5634 487,8172 1,5625
Rata-rata 640 96,0625 480,3123 0,3125
F5 640 96,3107 481,5533 1,2346 0,92 0,19
640 96,3107 481,5533 1,2346
670 100,8252 504,1261 3,3951
650 97,8155 489,0775 0,0308
660 99,3204 496,6018 1,8519
650 97,8155 489,0775 0,0308
650 97,8155 489,0775 0,0308
640 96,3107 481,5533 1,2346
640 96,3107 481,5533 1,2346
640 96,3107 481,5533 1,2346
Rata-rata 648 97,4897 487,4486 1,1424
F6 650 97,6958 488,4788 0,4594 0,50 0,10
650 97,6958 488,4788 0,4594
650 97,6958 488,4788 0,4594
640 96,1927 480,9637 1,9908
650 97,6958 488,4788 0,4594
660 99,1988 495,9938 1,0720
660 99,1988 495,9938 1,0720
660 99,1988 495,9938 1,0720
660 99,1988 495,9938 1,0720
650 97,6958 488,4788 0,4594
Rata-rata 653 98,1467 490,7333 0,8576

70
Lampiran 15.Contoh perhitungan uji disolusi tablet kalsium laktat

Sebagai contoh diambil tablet kalsium laktat dengan konsentrasi maltodekstrin

2% (Formula 2).

Tablet Ca. laktat F2

Pengujian 1

- Bobot tablet = 640 mg

- Kadar kalsium laktat teoritis =640�650 × 500mg = 492,3077 mg

- Contoh pada t = 5 menit

1 Volume titrasi = 0,5 ml

0,5 �� ×0,0508�×15,42��
2 Kadar dalam 25 ml =
0,05�

= 7,8334 mg

3 Kadar Dalam 500 ml = 500 ml�25ml × 7,8334mg

= 156,668 mg

4 Faktor penambahan (FP) = 0

5 Kadar kalsium laktat terlepas = Kadar dalam 500ml + FP

= 156,668 mg + 0

= 156,668 mg

Kadar terlepas
6 Persen kumulatif = × 100%
Kadar teoritis

156,668 mg
= × 100%
492,3077 mg

= 31,82%

Hasil uji disolusi pengujian 2 sampai pengujian 6 dan pada formula lainnya

dihitung dengan cara yang sama.

71
Lampiran 16.Contoh hasil uji disolusi tablet kalsium laktat

Formula 2

Kadar
Bobot Kadar Vol. Kadar Kadar Persen
Waktu dalam
tablet teoritis Titrasi dalam 25 FP terlepas kumulatif
(menit) 500 ml
(mg) (mg) (ml) ml (mg) (mg) (%)
(mg)

640 0 492,3077 0 0 0 0 0 0

5 1,1 17,2334 344,6678 0 344,6678 70,0107

10 1,2 18,8001 376,0013 17,2334 393,2347 79,8758

20 1,3 20,3667 407,3347 36,0335 443,3682 90,0592

30 1,3 20,3667 407,3347 56,4002 463,7349 94,1962

45 1,3 20,3667 407,3347 76,7669 484,1016 98,3331

60 1,25 19,5834 391,6680 97,1337 488,8017 99,2878

640 0 492,3077 0 0 0 0 0 0

5 1,1 17,2334 344,6678 0 344,6678 70,0107

10 1,2 18,8001 376,0013 17,2334 393,2347 79,8758

20 1,3 20,3667 407,3347 36,0335 443,3682 90,0592

30 1,35 21,1501 423,0014 56,4002 479,4016 97,3785

45 1,3 20,3667 407,3347 77,5503 484,885 98,4923

60 1,3 20,3667 407,3347 97,9170 505,2517 102,6293

640 0 492,3077 0 0 0 0 0 0

5 1 15,6667 313,3344 0 313,3344 63,6461

10 1,1 17,2334 344,6678 15,6667 360,3346 73,1930

20 1,2 18,8001 376,0013 32,9001 408,9014 83,0581

30 1,35 21,1501 423,0014 51,7002 474,7016 96,4238

45 1,3 20,3667 407,3347 72,8502 480,185 97,5376

60 1,3 20,3667 407,3347 93,2170 500,5517 101,6746

72
Lampiran 16(Lanjutan)

Bobot Kadar Vol. Kadar Kadar Kadar Persen


Waktu
tablet teoritis Titrasi dalam 25 dalam 500 FP terlepas kumulatif
(menit)
(mg) (mg) (ml) ml (mg) ml (mg) (mg) (%)

640 0 492,3077 0 0 0 0 0 0

1,1 17,2334 344,6678 0 344,6678 70,0107


5
1,2 18,8001 376,0013 17,2334 393,2347 79,8758
10
1,3 20,3667 407,3347 36,0335 443,3682 90,0592
20
1,35 21,1501 423,0014 56,4002 479,4016 97,3785
30
1,3 20,3667 407,3347 77,5503 484,885 98,4923
45
1,3 20,3667 407,3347 97,9170 505,2517 102,6293
60
640 0 492,3077 0 0 0 0 0 0

1 15,6667 313,3344 0 313,3344 63,6461


5
1,1 17,2334 344,6678 15,6667 360,3346 73,1930
10
1,2 18,8001 376,0013 32,9001 408,9014 83,0581
20
1,3 20,3667 407,3347 51,7002 459,0349 93,2415
30
1,35 21,1501 423,0014 72,0669 495,0684 100,5608
45
1,25 19,5834 391,6680 93,2170 484,885 98,4923
60
640 0 492,3077 0 0 0 0 0 0

1,1 17,2334 344,6678 0 344,6678 70,0107


5
1,1 17,2334 344,6678 17,2334 361,9012 73,5112
10
1,3 20,3667 407,3347 34,4668 441,8015 89,7409
20
1,3 20,3667 407,3347 54,8335 462,1682 93,8779
30
1,3 20,3667 407,3347 75,2003 482,535 98,0149
45
1,3 20,3667 407,3347 95,5670 502,9017 102,1519
60

73
Lampiran 17.Tabel distribusi t

74

Anda mungkin juga menyukai