Anda di halaman 1dari 106

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2018

Penetapan Kadar Campuran Metformin


dan Glibenklamid Dalam Sediaan Tablet
Secara Spektrofotometri Ultraviolet
Metode Panjang Gelombang Berganda

Hutagalung, Rona Disinta

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3975
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR CAMPURAN METFORMIN DAN
GLIBENKLAMID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
METODE PANJANG GELOMBANG BERGANDA

SKRIPSI

OLEH:
RONA DISINTA HUTAGALUNG
NIM 131501087

PROGRAM SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PENETAPAN KADAR CAMPURAN METFORMIN DAN
GLIBENKLAMID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
METODE PANJANG GELOMBANG BERGANDA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
RONA DISINTA HUTAGALUNG
NIM 131501087

PROGRAM SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,

anugerah dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

hingga akhirnya menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Penetapan

Kadar Campuran Metformin dan Glibenklamid dalam Sediaan Tablet secara

Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi. Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah

membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt.,

dan Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan, arahan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Ibu

Dr. Aminah Dalimunthe, S.Si, M.Si., Apt., sebagai pembimbing akademik dan

seluruh staf pengajar Fakultas Farmasi.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang tercinta,

Gunung Doli Hutagalung (Alm), Ibunda Ramianna Simanjuntak, abang Hotma

Halomoan Hutagalung A.md., abang Pdt. Refindo Hutagalung S.Th., abang Andri

Hutagalung, dan adik Ristauli Hutagalung serta seluruh keluarga besar saya yang

selalu menyemangati, dan telah memberikan dukungan terbesar, doa, serta materil

selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

iv
Universitas Sumatera Utara
Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada teman-teman seperjuangan di Laboratorium Penelitian, serta teman-teman

seangkatan Reguler 2013 yang telah banyak memberikan saran, dukungan, dan

doa selama penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh

sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik dan

saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2018


Penulis,

Rona Disinta Hutagalung


NIM 131501087

v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Rona Disinta Hutagalung
Nomor Induk Mahasiswa : 131501087
Program Studi : S1- Reguler
Judul Skripsi : Penetapan Kadar Campuran Metformin dan
Glibenklamid dalam Sediaan Tablet secara
Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode
Panjang Gelombang Berganda
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam skripsi
ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia mendapat
sanksi apapun oleh Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara,
dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, 11 Maret 2018


Yang membuat pernyataan

Rona Disinta Hutagalung


NIM 131501087

vi
Universitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR CAMPURAN METFORMIN DAN
GLIBENKLAMID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
METODE PANJANG GELOMBANG BERGANDA

ABSTRAK

Banyak obat yang terdapat di pasaran dalam kombinasi dua atau lebih zat
aktif, seperti obat antidiabetes. Oleh karena itu muncul kesulitan untuk
menganalisis kadar masing-masing senyawa dalam campuran yang spektrumnya
tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar yang saling tumpang tindih.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar campuran metformin dan
glibenklamid pada sediaan tablet secara spektrofotometri ultraviolet dengan
metode panjang gelombang berganda.
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel secara purposif.
Penetapan kadar metformin dan glibenklamid secara spektrofotometri ultraviolet
dengan metode panjang gelombang berganda, dilakukan dengan beberapa tahapan
yaitu menentukan spektrum serapan, menentukan lima titik panjang gelombang
analisis, menentukan nilai serapan (a), kemudian menghitung kadar dengan
menggunakan operasi matriks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar metformin dan glibenclamid
pada tablet G® dalam pelarut metanol adalah sebesar (104,655 ± 0,4377) %
untuk metformin dan (100,256 ± 0,9069) % untuk glibenklamid, serta memiliki
akurasi yang baik yaitu metformin berada pada rentang (104,65 – 105,09) % dan
glibenklamid berada pada rentang (100,256 – 101,16) % dan juga memiliki
presisi yang baik dengan koefisien variasi (%KV) sebesar 0,2628 % dan 0,3641
% masing-masing untuk metformin dan glibenklamid.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar campuran metformin dan
glibenklamid pada sediaan tablet memenuhi persyaratan sesuai dengan
persyaratan umum yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi V (2014).

Kata kunci: Metformin, Glibenklamid, Tablet, Spektrofotometri Ultraviolet,


Panjang Gelombang Berganda

vii
Universitas Sumatera Utara
DETERMINATION OF MIXTURE
METFORMINE AND GLIBENCLAMIDE IN TABLET
BY ULTRAVIOLET SPECTROPHOTOMETRY WITH
MULTIWAVELENGTH METHOD

ABSTRACT

Many medicines that were found on the market are the combination of
one or more active substance, such as antidiabetic. Therefore difficulty appears for
analayzing level of each component in mixture that its spectrum is hidden in big
spectrum form that overlap each other. This research was aimed to determine
mixture level of metformine and glibenclamide in tablet by ultraviolet
spectrophotometry with multiwavelength method.
This research was done by taking sample on purposive. Determine amount
of metformine and glibenclamide by ultraviolet spectrophotometry with
multiwavelength method, it has done by some steps such as deciding absorption
spectrum, wavelengths specified five-point analysis, the value of the absorption
type (a). then calculate levels using matrix operations.
The results of research shown that the level mixture of metformine in
tablet G® in methanol solvent that were analyzed are (104.655 ± 0.4377) % and
glibenclamide are (100.256 ± 0.9069) % and this method has good accuracy for
metformine, it shown by its range between (104.65 – 105.09)% and glibenclamide
are between (100.256 – 101.16) % and also has a good precision with coefficient
of variation (%CV) is 0.2628 % and glibenclamide is 0.3641%.
The result showed that amount of metformine and glibenclamide in tablet
was fulfilled common requirement of Indonesia Pharmacopoeia V edition (2014).

Keywords: Metformine, Glibenclamide, Tablet, Spectrophotometery Ultraviolet,


multiwavelength

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ........................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................. vii

ABSTRACT ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN ........................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................ 3

1.3 Hipotesis Penelitian ......................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian............................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 5

2.1 Uraian Bahan .................................................................... 5

2.1.1 Metformin HCl .................................................. 5

2.1.2 Glibenklamid ..................................................... 7

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (Uv-vis) .............. 8

ix
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Pengertian Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel 8

2.2.2 Komponen Spektrofotometri.............................. 8

2.2.3 Proses Penyerapan Radiasi Pada


Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel…………. 9

2.2.4 Hukum Lambert-Beer ........................................ 11

2.2.5 Kegunaan Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel 12

2.3 Analisis Multikomponen .............................................. 12

2.4 Validasi Metode Analisis............................................... 15

2.4.1 Akurasi .............................................................. 15

2.4.2 Presisi ................................................................ 16

2.4.3 Linieritas........................................................... 16

2.4.4 Rentang............................................................. 16

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 17

3.1 Jenis Penelitian ............................................................. 17

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian....................................... 17

3.3 Alat ............................................................................... 17

3.4 Bahan ............................................................................ 17

3.5 Pengambilan Sampel .................................................... 17

3.6 Prosedur Penelitian ....................................................... 18


3.6.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Metformin ..... 18

3.6.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Glibenklamid . 18

3.6.3 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum


Metformin…………………………………….. 19

3.6.4 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum


Glibenklamid ..................................................... 19

3.6.5 Pembuatan Larutan Standar Metformin ............. 19

x
Universitas Sumatera Utara
3.6.6 Pembuatan Larutan Standar Glibenklamid .... 19

3.6.7 Pembuatan Serapan Larutan Standar ............. 20

3.6.8 Penentuan Panjang Gelombang Analisis dari


Tumpang Tindih spektrum ............................. 20

3.6.9 Penentuan Spektrum Serapan Campuran


Baku Metformin dan Glibenklamid ................ 21

3.6.10 Penentuan Kadar Metformin dan


Glibenklamid dalam Tablet............................. 21

3.6.11 Penentuan Kadar Metformin dan


Glibenklamid dalam Campuran ...................... 22

3.6.12 Analisis Hasil .................................................. 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 25

4.1 Spektrum Serapan Maksimum Metformin dan


Glibenklamid…………………………………………. 25

4.2 Spektrum Serapan dalam berbagai Konsentrasi ............ 26

4.3 Penentuan Panjang Gelombang Analisis .................... 28

4.4 Hasil Penentuan Nilai Serapan pada 5 Panjang


Gelombang .................................................................... 29

4.5 Hasil Spektrum Serapan Campuran Baku Metformin


dan Glibenklamid .......................................................... 37

4.6 Hasil Perbandingan Sebelum dan Sesudah Adisi .......... 37

4.7 Hasil Penentuan Kadar Metformin dan Glibenklamid


Tablet Pada Sediaan ..................................................... 38

4.8 Perbandingan Hasil Penelitian Penetapan Kadar


Metformin dan Glibenklamid ........................................ 41

4.9 Hasil Uji Validasi .......................................................... 42

4.9.1 Hasil Uji Akurasi................................................... 42

4.9.2 Hasil Uji Presisi .................................................... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 44

xi
Universitas Sumatera Utara
5.1 Kesimpulan ................................................................. 44

5.2 Saran ........................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 45

LAMPIRAN .......................................................................................... 47

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan I ....... 30

4.2 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan II ... 31

4.3 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan III .. 31

4.4 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan IV .. 32

4.5 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan V ... 32

4.6 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan V ... 33

4.7 Data perhitungan nilai serapan (a) glibenklamid pengulangan I 33

4.8 Data perhitungan nilai serapan (a) glibenklamid pengulangan II 34

4.9 Data perhitungan nilai serapan (a) glibenklamid pengulangan III 34

4.10 Data perhitungan nilai serapan (a) glibenklamid pengulangan IV 35

4.11 Data perhitungan nilai serapan (a) glibenklamid pengulangan V 35

4.12 Data perhitungan nilai serapan (a) glibenklamid pengulangan VI 36

4.13 Data Konsentrasi, Kadar dan Koefisien Variasi Metformin dan


Glibenklamid dalam tablet G® dengan analisis ........................... 40

4.14 Perbandingan Penelitian Penentuan Kadar metformin dan


glibenklamid ................................................................................. 41

4.15 Data hasil uji akurasil hasil matriks metfomin dan glibenklamid
pada tablet G® ……………………………………………………………………………… 42

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Metformin .................................................................. 5

2.2 Spektrum Metformin Hidroklorida .......................................... 6

2.3 Struktur Glibenklamid.............................................................. 7

2.4 Spektrum Glibenklamid ........................................................... 8

2.5 Spektrum absorbansi senyawa X dan Y ................................... 13

2.6 Spektrum absorbansi senyawa X dan Y, spektrum X


Bertumpang tindih pada spektrum Y ....................................... 13

2.7 Spektrum absorbansi senyawa X dan Y saling tumpang tindih 14

4.1 Spektrum serapan maksimum metformin konsentrasi 4 μg/mL 25

4.2 Spektrum serapan maksimum glibenklamid konsentrasi 8,7


μg/mL…………………………………………………………
. 26
4.3 Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2 μg/mL -
6 μg/mL…………………………………………… ................ 26

4.4 Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi 4,7


μg/mL – 12,7 μg/mL…………………………………… ........ 27

4.5 Tumpang tindih spektrum serapan maksimun metformin


Konsentrasi 4 µg/ml dan glibenklamid 8,7
µg/ml……………………………………................................. 27

4.6 Spektrum tumpang tindih serapan maksimun metformin 4


μg/mL dan glibenklamid 8,7 μg/mL ....................................... 28

4.7 Lima titikpanjang gelombang analisis yang digunakan ........... 29

4.8 Spektrum Campuran Sebelum Metode Adisi Standar ............. 37

4.9 Spektrum Campuran Sesudah Metode Adisi Standar .............. 38

4.10 Spektrum Serapan Tablet G® ................................................... 39

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN

Gambar Halaman

1 Sampel Tablet G®........................................................ 47

2 Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800) ............. 49

3 Neraca analitik (Boeco) .............................................. 49

4 Sonikator (Branson 1510) .......................................... 49

5 Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-


6,0 μg/mL pengulangan 1 .......................................... 60

6 Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-


6,0 μg/mL pengulangan 2 .......................................... 60

7 Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-


6,0 μg/mL pengulangan 3 .......................................... 61

8 Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-


6,0μg/mL pengulangan 4 ........................................... 61

9 Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-


6,0 μg/mL pengulangan 5 .......................................... 62

10 Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-


6,0 μg/mL pengulangan 6 .......................................... 62

11 Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi


4,7-12,7 μg/mL pengulangan 1 .................................. 63

12 Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi


4,7-12,7 μg/mL pengulangan 2 .................................. 63

13 Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi


4,7-12,7 μg/mL pengulangan 3 .................................. 64

14 Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi


4,7-12,7 μg/mL pengulangan 4 .................................. 64

15 Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi


4,7-12,7 μg/mL pengulangan 5 .................................. 65

16 Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi


4,7-12,7 μg/mL pengulangan 6 .................................. 65

xv
Universitas Sumatera Utara
17 Spektrum serapan baku campuran pengulangan 1 ...... 66

18 Spektrum serapan baku campuran pengulangan 2 ...... 66

19 Spektrum serapan baku campuran pengulangan 3 ..... 67

20 Spektrum serapan baku campuran pengulangan 4 ..... 67

21 Spektrum serapan baku campuran pengulangan 5 ..... 68

22 Spektrum serapan baku campuran pengulangan 6 ..... 68

23 Spektrum serapan metformin dan glibenklamid


dalam Sampel Tablet G® pengulangan 1.…………... 69

24 Spektrum serapan metformin dan glibenklamid


dalam Sampel Tablet G® pengulangan 2…………… 69

25 Spektrum serapan metformin dan glibenklamid


dalam Sampel Tablet G® pengulangan 3…………… 70

26 Spektrum serapan metformin dan glibenklamid


dalam Sampel Tablet G® pengulangan 4…………… 70

27 Spektrum serapan metformin dan glibenklamid


dalam Sampel Tablet G® pengulangan 5…………… 71

28 Spektrum serapan metformin dan glibenklamid


dalam Sampel Tablet G® pengulangan 6…………… 71

xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Gambar Sampel Tablet G® ……………………………… 47

2 Komposisi Tablet G® ........................................................ 48

3 Gambar Alat ...................................................................... 49

4 Bagan Alir Prosedur Penelitian ....................................... 56

5 Perhitungan Kadar Teoritis dari Campuran Baku


Metformin dan Glibenklamid ............................................ 57

6 Spektrum serapan Metformin dengan konsentrasi 2,0-6,0


μg/mL yang dibuat sebanyak 6 kali pengulangan ............. 60

7 Spektrum serapan Glibenklamid dengan konsentrasi 4,7-


12,7 μg/mL yang dibuat sebanyak 6 kali pengulangan .... 63

8 Spektrum Serapan Baku Campuran Metformin dan


Glibenklamid yang di buat Sebanyak 6 kali pengulangan 66

9 Spektrum serapan Metformin dan Glibenklamid dalam


Sampel Tablet G® di buat sebanyak 6 kali pengulangan ... 69

10 Data Penimbangan dan Serapan dari Tablet G® ............... 72

11 Contoh Perhitungan Kadar Teoritis dari Metformin dan


Glibenklamid dalam Tablet G® ......................................... 73

12 Data Perhitungan Kadar Perolehan Operasi Matriks


Metformin dan Glibenklamid pada tablet G® ................... 75

13 Perhitungan Kadar Akurasi dari Perolehan Matriks


Metformin dan Glibenklamid ............................................ 77

14 Perhitungan Statistik Kadar MetforminDan Glibenklamid


Pada Sediaan Tablet G ®.................................................... 78

15 Perhitungan % KV (Koefisien Variasi) Metformin dan


Glibenklamid pada Tablet ................................................. 85
16 Sertifikat Pengujian Glibenklamid .................................... 86

17 Daftar Nilai Distribusi T .................................................. 87

18 Daftar Nilai Distribusi r ................................................... 88

xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun

sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif

(pencegahan), diagnosa (mengetahui penyakit), terapi (pengobatan), dan

pemulihan terhadap suatu penyakit pada manusia maupun hewan. Zat aktif

tersebut dapat dipergunakan sebagai obat terlebih dahulu harus dibuat dalam

bentuk sediaan seperti pil, tablet, kapsul, sirup, suspensi, supositoria, dan salep

(Jas, 2007). Saat ini, sangat banyak beredar produk obat yang mengandung

kombinasi dua atau lebih bahan aktif. Kombinasi dimaksudkan agar obat dapat

lebih efektif mencapai sasaran terapi (Febriani, 2016).

Metformin adalah obat antidiabetes tipe 2 yang termasuk golongan

biguanid. Metformin bekerja dengan cara mengurangi produksi glukosa oleh hati

dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot terhadap insulin. Sedangkan,

Glibenklamid bekerja dengan cara merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel

langerhans pankreas rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP- sensitive

K channel pada membran sel-sel sehingga terjadi sekresi insulin. Metformin dan

Glibenklamid merupakan kombinasi yang cocok untuk penderita Diabetes Miletus

tipe 2 yang tidak bisa dikontrol dengan single terapi, diet dan olahraga (Suherman,

2012).

Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan

yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang

berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapi yang diharapkan. Salah

1
Universitas Sumatera Utara
satu persyaratan kadar seperti yang tercantum dalam Farmakope Indonesia atau

buku standar lainnya (Ditjen POM R. I., 1979). Menurut Farmokope Indonesia

Edisi V tahun 2014, persyaratan kadar untuk tablet metformin dan glibenklamid

yaitu mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari

jumlah yang tertera pada etiket.

Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 merekomendasikan penggunaan

kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk menetapkan kadar kedua

komponen itu. Metode ini memerlukan alat dan biaya operasional yang relatif

mahal serta waktu analisis yang relatif lama. Mengingat hal itu, maka diperlukan

metode analisis alternatif yang memerlukan alat dan biaya operasional yang

murah, serta lebih mudah dalam pelaksanaanya, namun dapat memberikan hasil

dengan akurasi dan presisi yang baik (Kementerian Kesehatan R. I., 2014).

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan penetapan kadar campuran

metformin dan glibenklamid pada sediaan tablet dapat ditetapkan dengan KLT

densitometry secara simultan dengan fase gerak metanol, air dan asam asetat

glasial (6:4:0,25) (Andayani, dkk., 2015). Metode spektrofotometri secara panjang

gelombang berganda adalah salah satu metoda yang titik serapan dari campuran

obat ditentukan pengukuran pada berbagai panjang gelombang yang kurva

serapannya telah ditumpang tindihkan (Zainuddin, 1999).

Metode spektrofotometri ultraviolet (UV) digunakan untuk menganalisis

senyawa tunggal, dengan adanya modifikasi metode spektrofotometri ultraviolet

ini maka dapat digunakan untuk analisis multikomponen dalam rangka

pengawasan mutu dengan memodifikasi tersebut maka penetapan kadar campuran

obat dapat ditetapkan secara bersama-sama tanpa harus dipisahkan dan dengan

2
Universitas Sumatera Utara
waktu yang singkat dengan alat dan biaya yang relatif lebih murah (Andrianto,

2009).

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini akan dilakukan penetapan

kadar campuran metformin dan glibenklamid pada sediaan tablet secara

spektrofotometri ultraviolet dengan metode panjang gelombang berganda.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah kadar metformin dan glibenklamid dalam sediaan tablet memenuhi

persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014?

b. Campuran metformin dan glibenklamid yang ditetapkan kadarnya secara

panjang gelombang berganda mempunyai akurasi dan presisi yang baik?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

a. Kadar metformin dan glibenklamid dalam sediaan tablet memenuhi

persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014

b. Campuran metformin dan glibenklamid yang ditetapkan kadarnya secara

panjang gelombang berganda mempunyai akurasi dan presisi yang baik

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui Kadar metformin dan glibenklamid dalam sediaan tablet

memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi V

tahun 2014

3
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui akurasi dan presisi yang baik pada campuran metformin

dan glibenklamid yang ditetapkan kadarnya secara panjang gelombang

berganda

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bahwa kadar

campuran metformin dan glibenklamid dapat ditentukan dengan metode

spektrofotometri ultraviolet secara panjang gelombang berganda dalam sediaan

tablet.

4
Universitas Sumatera Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bahan

2.1.1 Metformin HCL

Menurut Kementerian Kesehatan R. I., (2014), uraian tentang metformin

adalah sebagai berikut :

Rumus struktur :

Gambar 2.1 Rumus Bangun Metformin

Nama Kimia : N,N-dimetilimidodikarbonimidik diamida

Rumus Molekul : C4H11N5.HCl

Berat Molekul : 165,6

Kandungan : Mengandung metformin HCL, C4H11N5.HCL tidak kurang

dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang

tertera pada etiket.

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau atau hampir tidak

berbau, higroskopik.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam aseton

dan dalam metil klorida, sukar larut dalam etanol.

Pada tahun 1959, zat ini adalah derivat-dimetil dari kelompok biguanida yang

berkhasiat memperbaiki sensitivitas-insulin, terutama menghambat pembentukan

5
Universitas Sumatera Utara
glukosa dalam hati serta menurunkan kolesterol- LDL dan trigliserida.Lagipula

berdaya menekan nafsu makan dan berbeda dengan sulfonilurea- tidak

meningkatkan berat badan. Oleh karenanya terutama digunakan pada pasien

(sangat gemuk) (Tan dan Rahardja, 2007).

Efek sampingnya agak sering terjadi berupa gangguan lambung-usus,

antara lain anorekxia, terutama pada dosis diatas 1,5 g/hari (Tan dan Rahardja,

2007).

Dosis: 3 dd 500 mg atau 2 dd 850 mg d.c. Bila perlu setelah 1-2 minggu

perlahan-lahan dinaikkan sampai maksimal 3 dd 1 gr (Tan dan Rahardja, 2007).

Menurut Moffat, dkk., (2011), metformin hidroklorida dalam metanol,

memiliki panjang gelombang maksimum sebesar 236 nm (A11 = 1163b)

Gambar 2.2 Spektrum Metformin Hidroklorida

6
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Glibenklamid

Menurut Kementerian Kesehatan R. I., (2014), uraian tentang metformin

adalah sebagai berikut :

Rumus Struktur :

Gambar 2.3 Struktur Glibenklamid

Nama Kimia : 1-[4-{2-(5-kloro-2-metoksibenzamido) etil} benzen

sulfonil] 3-sikloheksilurea [10238-21-8]

Rumus Molekul : C23H28CIN3O5S

Berat Molekul : 494

Kandungan : Mengandung glibenklamid C23H28CIN3O5S tidak kurang

dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang

tertera pada etiket.

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam metilen klorida, sukar larut dalam

etanol, praktis tidak larut dalam air.

Pada Tahun 1969, derivat-klormetoksi ini adalah obat pertama dari

antidiabetika generasi ke-2 dengan khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira 100

kali lebih kuat daripada tolbutamida. Seringkali ampuh dimana obat-obat lain

tidak efektif (lagi). Risiko 'hipo' juga lebih besar dan lebih sering terjadi. Pola

kerjanya berlainan dengan sulfonilurea yang lain, yaitu dengan single-dose pagi

7
Universitas Sumatera Utara
hari mampu menstimulir sekresi insulin pada setiap pemasukan glukosa (sewaktu

makan). Dengan demikian selama 24 jam tercapai regulasi gula darah optimal

yang mirip pada normal.Dosis: Permulaan 1 dd 2,5-5mg, bila perlu dinaikkan

setiap minggu sampai maksimal 2 dd 10 mg (Tan dan Rahardja, 2007).

Menurut Moffat, dkk., (2011), glibenklamid dalam metanol, memiliki

panjang gelombang maksimum 229 nm.

Gambar 2.4 Spektrum Glibenklamid

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis)

2.2.1 Pengertian spektrofotometri ultraviolet-visibel

Spekrofotometri ultraviolet-visibel merupakan salah satu teknik analisis

spektrofotometri yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar

ultraviolet dan sinar tampak dengan memakai instrumen spektrofotometer

(Gandjar dan Rohman, 2007). Spektrofotometer digunakan untuk mengukur

energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau

diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1985).

8
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Komponen spektrofotometri

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer

dafotometer.Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang

gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang

ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Khopkar, 1985).

Diagram spektrofotometer ultraviolet-visibel dapat dilihat pada Gambar

2.5.
Sumber Monokromator Sel Detektor Meter atau
pencatat
Penyerap

a. Sumber tenaga radiasi : sumber radiasi ultraviolet yang banyak digunakan

adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium. Sedangkan untuk sumber

radiasi visible digunakan lampu tungsten (Sastrohamidjojo,1985).

b. Monokromator : digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang

monokromatis (Khophar, 1985)

c. Sel absorpsi : pada pengukuran didaerah visible kuvet kaca dapat

digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah ultraviolet kita harus

menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

Umumnya tebal kuvetnya adalah 10mm. Sel yang biasa digunakan

berbentuk persegi (Khopkar, 1985).

d. Detektor : peranan detektor adalah memberikan respon terhadap cahaya

pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 1985).

2.2.3 Proses penyerapan radiasi pada spektrofotometer ultraviolet-visibel

Radiasi di daerah ultraviolet-visibel diserap melalui eksitasi elektron yang

terlibat dalan ikatan antara atom-atom pembentuk molekul (Gandjar dan Rohman,

2007; Watson, 2005).

9
Universitas Sumatera Utara
Jika suatu berkas radiasi dikenakanpada larutan sampel maka intensitas

sinar radiasi yang diteruskan dapat diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh

cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan

dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada zat penyerap lainnya. Serapan

jika radiasi yang mengenai larutan sampel memiliki energi yang sama dengan

energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan perubahan energi. Kekuatan radiasi

juga mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan pemantulan

cahaya, akan tetapi penurunan hal ini sangatkecildibandingkan dengan proses

penyerapan (Gandjar dan Rohman, 2007).

Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk

terjadinya transisi electron (Gandjar dan Rohman, 2007). Elektron yang energinya

tertinggi dalam molekul, berada dalam tingkat energi elektron dasar, terdapat

dalam orbital δ, π, atau n, masing-masing mempunyai keadaan tereksitasi sesuai

dengan energi elektron terendah (Satiadarma, dkk., 2004).

Penyerapan sinarultraviolet dan sinar tampak dibatasi oleh sejumlah gugus

fungsional (yang disebut dengan kromofor) yang mengandung elektron valensi

dengan tingkat energi eksitasi yang relatif rendah. Elektron yangterlibat pada

penyerapan sinarultraviolet dan sinar tampak ini ada tiga, yaitu elektron sigma,

elektron phi, dan elektron bukan ikatan (non bonding electron) (Gandjar dan

Rohman, 2007).

Menurut (Gandjar dan Rohman, 2007), transisi-transisi elektronik yang

terjadi di antara tingkat-tingkat energi di dalam suatu molekul ada empat yaitu:

10
Universitas Sumatera Utara
1. Transisi δ→δ*

Energi yang diperlukan untuk transisi ini besarnya sesuai dengan energi

sinar yang frekuensinya terletak di antara ultraviolet vakum (kurang dari 180 nm).

Jenis transisi ini terjadi pada daerah ultraviolet vakum sehingga kurang begitu

bermanfaat untuk analisis dengan cara spektrofotometri ultraviolet-visibel δ* anti

ikatan sigma π* anti ikatan phi n elektron non ikatan πikatan phi δ ikatan sigma.

2. Transisi n→δ*

Jenis transisi ini terjadi pada senyawa organik jenuh yang mengandung

atom-atom yang memiliki elektron bukan ikatan (elektron n). Energi yang

diperlukan untuk transisi jenis ini lebih kecil dibandingkan transisi δ→δ*

sehingga sinar yang diserap pun mempunyai panjang gelombang lebih panjang,

yakni sekitar 150-250 nm. Kebanyakan transisi ini terjadi pada panjang

gelombang kurang dari 200 nm.

3. Transisi n→π* dan transisi π→π*

Untuk memungkinkan terjadinya transisi ini, maka molekul organik harus

mempunyai gugus fungsional yang tidak jenuh sehingga ikatan rangkap dalam

gugus tersebut memberikan orbital phi yang diperlukan. Jenis transisi ini

merupakan transisi yang paling cocok untuk analisis dengan panjang gelombang

200-700 nm, dan panjang gelombang ini secara teknis dapat diaplikasikan pada

spektrofotometer ultraviolet-visibel.

2.2.4 Hukum Lambert-Beer

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh

larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan

(Gandjar dan Rohman, 2007).

11
Universitas Sumatera Utara
Hukum Lambert-Beer umumnya dikenal dengan persamaan sebagai

berikut:

A = a.b.c (g/liter) atau


A = ε.b.c (mol/liter) atau
A = A11.b.c (g/100 ml)
Keterangan: A = absorbansi
c = konsentrasi
a = absorptivitas
b = tebal kuvet (cm)
ε = absorptivitas molar
A11 = absorptivitas spesifik

2.2.5 Kegunaan spektrofotometri ultraviolet-visibel

Metode spektrofotometri memiliki beberapa keuntungan antara lain

kepekaan yang tinggi, ketelitian yang baik, mudah dilakukan, cepat

pengerjaannya, dan dapat digunakan untuk menentukan senyawa campuran

(Munson, 1984).

Data spektrum ultraviolet-visibel secara tersendiri dapat digunakan untuk

identifikasi kualitatif obat, tetapi sangat terbataskarena rentang daerah radiasi

yang relatif sempit hanya dapat menghasilkan sedikit sekali puncak absorpsi.

Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet-visibel adalah dalam analisis

kuantitatif. Apabila dalam alur radiasi spektrofotometer terdapat senyawa yang

mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai

detektor (Satiadarma, dkk., 2004; Gandjar dan Rohman, 2007).

2.3 Analisis Multikomponen

Sebuah spektrofotometri tidak dapat menganalisis suatu sampel. Alat itu

menjadi berguna setelah sampel itu diolah sedemikian rupa sehingga pengukuran

dapat ditafsirkan secara tak-kembar arti. Tetapi, dalam banyak hal tak perlu bahwa

tiap komponen individu dari suatu sampel yang kompleks dipencilkan satu dari

12
Universitas Sumatera Utara
yang lainnya. Misalnya dalam spektrofotometri kadang-kadang mungkin untuk

mengukur lebih dari satu konstituen dalam suatu larutan tunggal. Andaikan suatu

larutan mengandung dua konstituen yang menyerap, X dan Y. Rumit tidaknya

situasi bergantung pada spectra serapan X dan Y (Day dan Underwood, 1986).

Menurut Day dan Underwood (1986), terdapat beberapa kemungkinan

yang terjadi pada spektrum absorban dua komponen sebagai berikut:

a. Kemungkinan I

Gambar 2.5 Spektrum absorban senyawa X dan Y

Pada Gambar 2.5 diatas menunjukkan terjadi kemungkinan Spektrum

tidak tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan. X dan Y

semata-mata diukur masing-masing pada panjang gelombang λ 1 dan λ 2.

b. Kemungkinan II

Gambar 2.6 Spektrum absorban senyawa X dan Y, spektrum X bertumpang


tindih pada spektrum Y

13
Universitas Sumatera Utara
Terjadi tumpang tindih satu cara dari Gambar 2.6 dimana Y tidak

mengganggu pengukuran X pada λ1, tetapi X memang menyerap cukup banyak

bersama-sama Y pada λ2. Konsentrasi X ditetapkan langsung dari absorban larutan

pada λ1, kemudian absorban yang disumbangkan oleh larutan X pada λ2 dihitung

dari absortivitas molar X pada λ2 yang telah diketahui sebelumnya. Sumbangan

imi dikurangkan dari absorban terukur larutan pada λ2 sehingga akan diperoleh

absorban yang disebabkan oleh Y, kemudian konsentrasi Y dapat diukur dengan

cara yang umum.

c. Kemungkinan III

Gambar 2.7 Spektrum absorban senyawa X dan Y saling tumpang tindih

Pada Gambar 2.7 spektrum X dan Y saling tumpang tindih secara

keseluruhan.Pada absorbansi maksimum dari komponen X pada λ1, komponen Y

memiliki absorbansi tersendiri. Begitu juga komponen Y pada λ2 ,komponen X

memiliki absorbansi sendiri.

Menurut Andrianto (2009) pada penetapan kadar campuran

multikomponen sulit dilakukan, sehingga untuk mengatasi hal itu diperkenalkan

analisis multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda

melalui perhitungan matriks dengan metode pengamatan beberapa panjang

gelombang berganda.

14
Universitas Sumatera Utara
Panjang gelombang dipilih berdasarkan spektrum tersebut mulai

memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan serapan, dimana

konsentrasi larutan yang dipakai serapannnya memenuhi hukum Lambert dan

Beer yaitu 0,2-0,8. Penentuan panjang gelombang dengan memilih lima panjang

gelombang secara variabel bebas. Pada metode ini tidak diperlukan proses

pemisahan komponen zat aktif karena kadar komponen kedua zat dapat ditetapkan

secara bersama-sama (Andrianto, 2009).

2.4 Validasi Metode Analisis

Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah

dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang

absah dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy)

dan presisi (precission) yang baik. Validasi adalah suatu tindakan penilaian

terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk

membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk

penggunaannya (Harmita, 2004).

Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi,

batas deteksi, batas kuantitasi, kelinieran, dan rentang (Gandjar dan Rohman,

2007).

2.4.1 Akurasi

Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan

hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Rentang nilai % akurasi analit yang

dapat diterima adalah 90%-110% (Kementerian Kesehatan R. I., 2014).

Rentang ini bersifat fleksibel tergantung dari analit yang diperiksa, jumlah

sampel, dan kondisi laboratorium.Akurasi bisa juga dilakukan dengan perhitungan

15
Universitas Sumatera Utara
matriks dari serapan komponen obat dan serapan campuran komponnen

(Andrianto, 2009).

2.4.2 Presisi

Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya

diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda

signifikan secara statistik. Presisi bisa dinyatakan dalam koefisien variasi (KV)

dan dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila KV < 2% (Gandjar dan

Rohman, 2007).

2.4.3 Linearitas

Linearitas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi

yang menghubungkan antara konsentrasi (X) dengan serapan (Y). Linearitas dapat

diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-

beda.Data yang diperoleh selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope),

intersep, dan koefisien korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2007; Watson, 2005).

Suatu koefisien korelasi -1≤ r ≤ 1 dianggap menunjukkan linearitas. Persamaan

suatu garis lurus menghasilkan Y = aX + b (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.4.4 Rentang

Rentang adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu

metode analitik menunjukkan akurasi, presisi dan linieritas yang cukup.Rentang

suatu prosedur dapat divalidasi lewat pembuktian bahwa prosedur analitik tersebut

mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima ketika

digunakan untuk menganalisis sampel (Ermer dan Mcb. Miller, 2005).

16
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental, dilakukan secara

spektrofotometri dengan metode panjang gelombang berganda yang merupakan

pengembangan dari metode spektrofotometri multikomponen terhadap analisa

campuran dua zat aktif, yaitu metformin dan glibenklamid pada sediaan tablet.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2017 di

Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.3 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer

Ultraviolet-Visible (Shimadzu 1800) serta seperangkat Personal Computer (PC)

yang dilengkapi dengan software UV-Probe 2.42, kuvet 1 cm, alat-alat gelas

(Oberoi), lumpang dan alu, neraca analitik (Boeco Germany) serta alat-alat

lainnya yang diperlukan dalam penyiapan sampel. Beberapa alat yang digunakan

dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 49.

3.4 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah baku Metformin HCl (Dexa Medica)

dan Glibenklamid (Indofarma), metanol pa.

3.5 Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu ditentukan

atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil mempunyai karakteristik

17
Universitas Sumatera Utara
yang sama dengan yang diteliti (Sudjana, 2005). Pengambilan sampel ditentukan

tanpa membandingkan sampel antara satu tempat dengan tempat yang lain, karena

pengambilan sampel dianggap homogen. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tablet Glucovance mengandung Metformin 250 mg dan

glibenklamid 1,25 mg. Gambar sediaan dan daftar spesifikasi sediaan tablet dapat

dilihat pada Lampiran 1 dan 2 halaman 47 dan 48.

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Metformin

Ditimbang dengan seksama 50,3 mg baku metformin, dimasukkan ke

dalam labu tentukur 50 mL, dicukupkan volume dengan pelarut metanol p.a

sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 1006 µg/mL

(LIB I), kemudian dipipet 5 mL dari LIB I ke dalam labu tentukur 100 mL dan

dicukupkan dengan pelarut metanol p.a sampai garis tanda 50,3 µg/mL(LIB II).

Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 50.

3.6.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Glibenklamida

Ditimbangdengan seksama 25,2 mg glibenklamid, dimasukkan ke dalam

labu tentukur 25 mL, dicukupkan volume dengan pelarut metanol p.a hingga garis

tanda tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 1008µg/mL (LIB I),

kemudian dipipet 2,5 mL dari LIB I ke dalam labu tentukur 25 mL dan ditambah

pelarut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi

100,8µg/mL (LIB II). Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran

4 halaman 51.

18
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Pembuatan spektrum serapan maksimum Metformin

Dipipet 0,8 mL larutan induk baku (LIB II) metformin dimasukkan kedalam

labu ukur 10 mL, kemudian dicukupkan volumenya menggunakan pelarut

metanol sampai garis tanda dengan konsentrasi 4 µg/mL, kemudian diukur

serapannya panjang gelombang 200-400 nm.

3.6.4 Pembuatan spektrum serapan maksimum glibenklamid

Dipipet 0,9 mL larutan induk baku (LIB II) glibenklamid dimasukkan

kedalam labu ukur 10 mL, kemudian dicukupkan volumenya menggunakan

pelarut metanol sampai garis tanda dengan konsentrasi 8,7 µg/mL, kemudian

diukur serapannya panjang gelombang 200-400 nm.

3.6.5. Pembuatan Larutan Standar Metformin

Dipipet masing-masing 0,4; 0,6; 0,8; 1; 1,1 mL dari LIB II kedalam labu

ukur 10 mL, kemudian dicukupkan volumenya dengan menggunakan pelarut

methanol sampai garis tanda untuk mendapatkan larutan metformin konsentrasi 2;

3; 4; 5; 6 µg/mL secara berturut-turut. Dari larutan-larutan tersebut dibuat

spektrum serapannya. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran

4 halaman 52.

3.6.6Pembuatan Larutan Standar Glibenklamid

Dipipet masing-masing 0,5; 0,7; 0,9; 1,1; 1,3 mL LIB II kedalam labu ukur

10 mL, kemudian dicukupkan volumenya dengan menggunakan pelarut metanol

sampai garis tanda untuk mendapatkan larutan glibenklamid konsentrasi 4,7; 6,7;

8,7; 10,7; 12,7 µg/mL secara berturut-turut. Dari larutan-larutan tersebut dibuat

spektrum serapannya.Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4

halaman 53.

19
Universitas Sumatera Utara
3.6.7 Penentuan Serapan Larutan Standar

Larutan standar metformin dengan konsentrasi 2,0 μg/ml; 3,0 μg/ml; 4,0

μg/ml; 5,0 μg/ml; dan 6,0 μg/ml dan larutan standar glibenklamid dengan

konsentrasi 4,7 μg/ml; 6,7 μg/ml; 8,7μg/ml; 10,7 μg/ml; dan 12,7 μg/ml yang

masing-masing telah dibuat enam kali pengulangan, diukur serapannya pada

panjang gelombang 200-400 nm. Nilai serapankedua senyawa ditentukan dengan

menggunakan persamaan regresi yang dioperasikan pada data konsentrasi dan

absorbansi masing-masing komponen pada setiap panjang gelombang

pengukuran.

Dari persamaan regresi yang diperoleh:

y = ax + b

Keterangan:
y = harga serapan (A)
x = konsentrasi
a = koefisien regresi yang menunjukkan nilai serapan
b = konstanta

3.6.8 Penentuan panjang gelombang analisis dari tumpang-tindih spektrum

Dibuat larutan metformin dengan konsentrasi 4,0 μg/ml dan larutan

glibenklamid dengan konsentrasi 8,7 μg/ml, kemudian kedua larutan ini diukur

serapannya masing-masing pada panjang gelombang 200-400 nm. Selanjutnya,

spektrum serapan dari masing-masing komponen ditumpang tindihkan,

pembacaan spektrum ini dilakukan pada rentang panjang gelombang 220-260 nm,

karena pada rentang panjang gelombang ini metformin dan glibenklamid tumpang

tindih secara keseluruhan. Kemudian dipilih 5 titik sebagai panjang gelombang

yang akan digunakan, pemilihan panjang gelombang diambil dari spektrum

20
Universitas Sumatera Utara
serapan komponen mulai memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan

serapan. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 54.

3.6.9 Penentuan spektrum serapan campuran baku metformin dan


glibenklamid
Ditimbang masing-masing 10 mg metformin BPFI dan glibenklamid BPFI,

masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL, dilarutkan dengan

pelarut metanol sampai garis tanda. Kemudian di pipet sebanyak 0,4 mL dari

larutan metformin (konsentrasi 1000 μg/mL) dan 0,87 mL dari larutan

glibenklamid(konsentrasi 1000 μg/mL). Kedua larutan dicampurkan ke dalam

labu tentukur 10 mL, dicukupkan dengan pelarut metanol sampai garis tanda.

Kemudian dari larutan tersebut dipipet1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur

10 mL,dilarutkan dengan pelarut metanol sampai garis tanda. Diukur serapan pada

panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada

Lampiran 4 halaman 55.

3.6.10 Penentuan kadar metformin dan glibenklamid dalam tablet

Ditimbang 20 tablet, kemudian digerus dalam lumpang sampai halus dan

homogen. Ditimbang seksama sejumlah serbuk setara 50 mg metformin

(penimbangan dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan) dan dihitung kesetaraan

Glibenklamid yang terkandung didalamnya. Dimasukkan serbuk yang telah

ditimbang ke dalam labu tentukur 50 mL, dilarutkan dengan pelarut metanol p.a

dan dihomogenkan dengan sonikator selama 15 menit, dicukupkan sampai garis

tanda. Larutan tersebut disaring, lebih kurang 10 mL filtrat pertama dibuang,

filtrat selanjutnya ditampung. Kemudian dipipet sebanyak 0,1 mL dimasukkan ke

dalam labu tentukur 25 mL. Kemudian ditambahkan 4,3 mL larutan baku

glibenklamid (konsentrasi 50,3 µg/mL), di masukkan ke dalam labu tentukur 25

21
Universitas Sumatera Utara
mL yang didalamnya terdapat 0,1 mL filtrat, lalu dicukupkan dengan pelarut

metanol p.a sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan yang mengandung

metformin konsentrasi 3,9948 µg/mL dan glibenklamid 8,6801 µg/mL. Diukur

serapan pada panjang gelombang yang telah ditentukan. Bagan alir prosedur

penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 56.

Menurut Harmita (2004), dalam metode adisi standar (penambahan bahan

baku), sejumlah sampel yang dianalisis ditambah analit dengan kadar yang

diperlukan dari kadar analit yang diperkirakan, dicampur dan dianalisis kembali.

Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya.

% Kadar sampel = x 100 %

Keterangan:
Ca = konsentrasi perolehan sampel setelah penambahan baku
Cb = konsentrasi baku yang ditambahkan
Cc = konsentrasi teoritis sampel sebelum penambahan baku

3.6.11 Perhitungan kadar Metformin dan Glibenklamid dalam campuran

Perhitungan kadar masing-masing komponen dalam campuran dilakukan atas

dasar serapan campuran (Ac) dan serapantiap komponen pada multi panjang

gelombang yang telah diketahui dari hasil pengukuran dengan menggunakan

persamaan matriks:

[c] = [[a] x [a1]]-1 x [a] x Ac]

Keterangan : [c] = konsentrasi komponen dari campuran


[a] = matriks serapansenyawa penyusun campuran
[a1] = transpose matriks serapan senyawa penyusun campuran
[[a] x[a1]]-1 = invers matriks dikalitranspose matriks serapan senyawa
penyusun campuran
[Ac] = matriks nilai serapan sampel

22
Universitas Sumatera Utara
3.6.12 Analisis Hasil

Analisis hasil dilakukan untuk mengetahui validitas metode yang

digunakan dalam penelitian, berikut parameter yang diukur:

a. UjiAkurasi

Nilai akurasi dihitung dari hasil matriks kadar yang diperoleh

dibandingkan dengan kadar teoritis dikalikan % kadar sertifikat analisis. Akurasi

dikatakan baik jika berada dalam rentang 90,0-110,0% (Andrianto, 2009).

Akurasi dari hasil matriks diperoleh dengan rumus:

Akurasi dari hasil matriks = x % kadar sertifikat analisis

b.Uji Presisi

Penentuan presisi berdasarkan nilai koefisian variasi (KV) atau Coefficient

of variation (CV). Jika KV lebih kecil dari 2% maka dinilai mempunyai presisi

yang baik (Andrianto, 2009).

Koefisien variasi diperoleh dengan rumus: KV = x 100%

c. Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik

Analisis data secara statistik menggunakan uji t. Untuk mengetahui apakah

data diterima atau ditolak digunakan rumus seperti di bawah ini :

t hitung =

Data perhitungan kadar metformin dan glibenklamid secara analisis

statistik dapat dilihat pada Lampiran 13 hal 78. Menurut Sudjana (2005), dasar

penolakan data jika t hitung ≥ t tabel dan t hitung ≤ -t table, untuk mencari kadar

sebenarnya dengan taraf kepercayaan 99% dengan derajat kebebasan dk =

n-1, digunakan rumus :

23
Universitas Sumatera Utara
μ = ± t(1-1/2α)dk x
Keterangan :
μ = Interval kepercayaan
X = Kadar rata-rata sampel
X = Kadar sampel
t = Harga ttabel sesuai dengan dk = n-1
α = Tingkat kepercayaaan
dk = Derajat kebebasan (dk = n-1)
SD = Standar deviasi
n = Jumlah pengulangan

24
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Spektrum Serapan Maksimum Metformin dan Glibenklamid

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh panjang gelombang maksimum

metformin pada 236,6 nm dan glibenklamid pada 229,4 nm.

Spektrum serapan maksimum meformin konsentrasi 4,0 μg/mL dan

glibenklamid konsentrasi 8,7 μg/mL masing-masing dapat dilihat pada Gambar

4.1 dan 4.2.

0,50000

0,40000

0,30000
Abs.

0,20000

0,10000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 4.1 Spektrum serapan maksimum metformin konsentrasi 4,0 μg/mL

25
Universitas Sumatera Utara
0,50000

0,40000

0,30000
Abs.

0,20000

0,10000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 4.2 Spektrum serapan maksimum glibenklamid konsentrasi 8,7 μg/mL

4.2 Spektrum Serapan dalam Berbagai Konsentrasi

Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dari berbagai konsentrasi

dapat dilihat pada Gambar 4.3; 4.4, sedangkan spectrum tumpang tindih serapan

metformin dan glibenklamid dapat dilahat pada Gambar 4.5.

0,70000

Konsentrasi 2,0 µg/mL


0,60000

Konsentrasi 3,0 µg/mL

Konsentrasi 4,0 µg/mL


0,40000
Abs.

Konsentrasi 5,0 µg/mL

Konsentrasi 6,0 µg/mL


0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 4.3 Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-6,0 μg/mL

26
Universitas Sumatera Utara
0,70000

Konsentrasi 4,7 µg/mL


0,60000

Konsentrasi 6.7 µg/mL

Konsentrasi 8.7 µg/mL


0,40000
Abs.

Konsentrasi 10.7 µg/mL

Konsentrasi 12.7 µg/mL


0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 4.4 Spektrum Serapan Glibenklamid dengan Konsentrasi 4,7-12,7µg/mL


0,70000

0,60000 Metformin 4,0 µg/mL

Glibenklamid 8,7 µg/mL

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 4.5 Tumpang Tindih Spektrum Serapan Metformin Konsentrasi 4,0


µg/mL dan Glibenklamid 8,7 µg/mL
Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dengan berbagai

konsentrasi dalam pelarut metanol menunjukkan bahwa konsentrasi tidak

mengubah bentuk spektrum dari masing-masing zat, sehingga bisa dikatakan

penggunaan pelarut metanol stabil terhadap metformin maupun glibenklamid.

Metode spektrofotometri biasa tidak dapat dilakukan untuk menetapkan

kadar metformin dan glibenklamid dalam campuran karena spektrum metformin

dan glibenklamid saling tumpang tindih dan serapan pada panjang gelombang

dalam spektrum campuran tidak menggambarkan besar konsentrasi zat tersebut

27
Universitas Sumatera Utara
dalam campurannya. Berbeda dengan spektrofotometri metode panjang

gelombang berganda, metode ini memungkinkan untuk menetapkan kadar suatu

zat dalam campuran zat tersebut dengan zat lainnya, dengan syarat masing-masing

komponen masih memiliki serapan pada panjang gelombang yang ditentukan

(Andrianto, 2009).

4.3 Penentuan Panjang Gelombang Analisis


0,70000

0,60000 Metformin 4,0 µg/mL

Glibenklamid 8,7 µg/mL

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 4.6 Spektrum tumpang tindih serapan maksimum metformin


konsentrasi 4,0 µg/mL dan glibenkamid konsentrasi 8,7 µg/mL

Dari Gambar 4.6 dapat dilihat bahan spektrum tumpang tindih serapan

dibuat dengan menggabungan kedua serapan dari metformin konsentrasi 4,0

µg/ml dan glibenklamid konsentrasi 8,7 µg/ml. Pembacaan spektrum serapan ini

dilakukan pada rentang panjang gelombang 220-260 nm, karena pada rentang

panjang gelombang ini metformin dan glibenklamid tumpang tindih secara

keseluruhan.Penentuan dilakukan dengan menggabungkan 2 spektrum, kemudian

dipilih lima panjang gelombang analisis metformin dan glibenklamid adalah 225

nm, 229,4 nm, 236,6 nm, 233 nm dan 243 nm. Spektrum panjang gelombang

analisis dapat dilihat pada Gambar 4.7.

28
Universitas Sumatera Utara
0,70000

0,60000 236,6

229,4
233
225
243

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 4.7 Lima panjang gelombang analisis yang digunakan

Berdasarkan Gambar 4.7 maka diperoleh lima panjang gelombang yang

akan digunakan. Lima panjang gelombang yang digunakan adalah 225 nm, pada

panjang gelombang ini metformin maupun glibenklamid mulai memberikan

serapan.Pada panjang gelombang 229,4 merupakan serapan maksimum

glibenklamid. Pada panjang gelombang 233 merupakan titik perpotongan

metformin dan glibenklamid. Pada panjang gelombang 236,6 karena merupakan

panjang gelombang maksimum metformin. Pada panjang gelombang 243 nm baik

metformin maupun glibenklamid serapannya mulai menurun, sedangkan titik

potong kedua yaitu pada panjang gelombang 255 nm tidak dipilih dikarenakan

pada titik tersebut baik metformin maupun glibenklamid hampir tidak

memberikan serapan.

4.4 Hasil Penentuan Serapanpada Lima Panjang Gelombang

Harga serapan merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar

konstribusi serapan suatu senyawa terhadap serapan dari campuran senyawa pada

panjang gelombang (Andrianto, 2009).

29
Universitas Sumatera Utara
Penentuan harga serapan ini dilakukan dengan mengukurserapan masing-

masing larutan baku metformin dan glibenklamid pada panjang gelombang 225

nm; 229,4 nm; 233 nm; 236,6 nm; dan 243 nm. Data perhitungan serapan

metformin dan glibenklamid dapat dilihat pada Tabel 1-12:

Tabel 4.1 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan I

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆

( 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

2 0,1064 0,1404 0,1688 0,1834 0,1495

3 0,2022 0,2645 0,3162 0,3424 0,2802

4 0,2684 0,3586 0,4326 0,4706 0,3844

5 0,3067 0,4125 0,4987 0,5446 0,4459

6 0,3648 0,4913 0,5929 0,6455 0,5237

a= 0,062 a= 0,084 a= 0,101 a= 0,110 a= 0,090

r= 0,9941 r= 0,9951 r= 0,9953 r= 0,9955 r= 0,9952

30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan II

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆

225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

2 0,2240 0,2531 0,2750 0,2810 0,2273

3 0,2503 0,3009 0,3405 0,3566 0,2891

4 0,2903 0,3593 0,4120 0,4350 0,3499

5 0,3450 0,4270 0,4907 0,5189 0,4193

6 0,4117 0,5132 0,5932 0,6298 0,5067

a= 0,063 a= 0,080 a= 0,094 a= 0,100 a= 0,080

r= 0,9721 r= 0,9838 r= 0,9885 r= 0,9915 r= 0,9911

Tabel 4.3 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan III

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆

( 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

4,7 0,2072 0,2285 0,2430 0,2446 0,1991

6,7 0,2637 0,2989 0,3245 0,3300 0,2667

8,7 0,3499 0,3962 0,4297 0,4373 0,3515

10,7 0,4155 0,4816 0,5308 0,5471 0,4433

12,7 0,4854 0,5720 0,6379 0,6620 0,5372

a= 0,079 a= 0,093 a= 0,104 a= 0,109 a= 0,087

r= 0,9950 r= 0,9977 r= 0,9988 r= 0,9999 r= 0,9990

31
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan IV

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆

( ) 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

2 0,1779 0,1992 0,2152 0,2200 0,1797

3 0,2272 0,2586 0,2869 0,2985 0,2436

4 0,2744 0,3243 0,3675 0,3882 0,3175

5 0,3270 0,3925 0,4478 0,4742 0,3875

6 0,3842 0,4657 0,5335 0,5659 0,4611

a= 0,060 a= 0,075 a= 0,087 a= 0,092 a= 0,075

r= 0,9906 r= 0,9947 r= 0,9972 r= 0,9983 r= 0,9985

Tabel 4.5 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan V

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
( 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,00000 0,0000

2 0,1268 0,1834 0,2278 0,24738 0,1936

3 0,1904 0,2600 0,3140 0,34029 0,2742

4 0,2118 0,3167 0,4017 0,44580 0,3586\

5 0,2788 0,4054 0,5092 0,56339 0,4579

6 0,3338 0,4877 0,6142 0,67867 0,5494

a= 0,062 a= 0,084 a= 0,101 a= 0,110 a=0,075

r= 0,9995 r= 0,9981 r= 0,9990 r= 0,9993 r= 0,9996

32
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan VI

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆

( 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

2 0,0892 0,1616 0,2221 0,2581 0,2215

3 0,1237 0,2177 0,2936 0,3380 0,2803

4 0,1877 0,3015 0,3938 0,4471 0,3697

5 0,2355 0,3623 0,4664 0,5262 0,4379

6 0,3341 0,4815 0,3623 0,6684 0,5475

a= 0,053 a= 0,077 a= 0,096 a= 0,107 a= 0,087

r= 0,9861 r= 0,9960 r= 0,9970 r= 0,9967 r= 0,9961

Tabel 4.7 Data perhitungan nilai serapan (a) Glibenklamid pengulangan I

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆

( ) 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

4,7 0,2290 0,2278 0,2101 0,1775 0,1140

6,7 0,3253 0,3498 0,3455 0,3455 0,2128

8,7 0,4309 0,4377 0,4067 0,4067 0,2087

10,7 0,5141 0,5327 0,4973 0,4973 0,2473

12,7 0,6262 0,6499 0,6077 0,6077 0,2575

a= 0,048 a= 0,050 a= 0,047 a= 0,039 a= 0,023

r= 0,9997 r= 0,9993 r= 0,9976 r= 0,9931 r= 0,9798

33
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Data perhitungan nilai serapan (a) glibenklamid pengulangan II

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆

( 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

4,7 0,2403 0,2479 0,23178 0,1963 0,1209

6,7 0,3019 0,3182 0,2976 0,2456 0,1366

8,7 0,4351 0,4441 0,4133 0,3501 0,2206

10,7 0,5453 0,5636 0,5239 0,4345 0,2522

12,7 0,6001 0,6231 0,5817 0,4851 0,2901

a= 0,048 a=0,050 a=0,046 a= 0,039 a= 0,023

r= 0,9963 r=0,9973 r= 0,9975 r= 0,9972 r= 0,9923

Tabel 4.9 Data perhitungan nilai serapan (a) glibenklamid pengulangan III

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆

( 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

4,7 0,2355 0,2401 0,2273 0,1951 0,1263

6,7 0,3370 0,3415 0,3171 0,2666 0,1629

8,7 0,4221 0,4321 0,4021 0,3347 0,1980

10,7 0,5296 0,5567 0,5189 0,4238 0,2336

12,7 0,6042 0,6165 0,5979 0,5387 0,3820

a= 0,047 a= 0,049 a= 0,047 a= 0,041 a= 0,026

r= 0,9992 r= 0,9983 r= 0,9993 r= 0,9971 r= 0,9654

34
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Data perhitungan nilai serapan (a) Glibenklamid pengulangan IV

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆

( 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

4,7 0,2193 0,2238 0,2076 0,1743 0,1073

6,7 0,3056 0,3192 0,2989 0,2513 0,1503

8,7 0,4040 0,4223 0,3954 0,3326 0,2006

10,7 0,5143 0,5310 0,4983 0,4199 0,2591

12,7 0,6323 0,6630 0,6235 0,4983 0,3161

a= 0,049 a= 0,051 a= 0,048 a= 0,040 a= 0,024

r= 0,9984 r= 0,9980 r= 0,9978 r= 0,9979 r= 0,9979

Tabel 4.11 Data perhitungan nilai serapan (a) Glibenklamid pengulangan V

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆

( 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

4,7 0,2385 0,2448 0,2290 0,1927 0,1199

6,7 0,3290 0,3420 0,3220 0,2713 0,1661

8,7 0,4416 0,4483 0,4180 0,3521 0,2207

10,7 0,5146 0,5351 0,5036 0,4259 0,2664

12,7 0,6384 0,6669 0,6281 0,5291 0,3219

a= 0,052 a= 0,051 a= 0,041 a= 0,048 a= 0,020

r= 0,9991 r= 0,9992 r= 0,9992 r= 0,9993 r= 0,9997

35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Data perhitungan nilai serapan (a) Glibenklamid pengulangan VI

C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆

( 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm

0,0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

4,7 0,2290 0,2278 0,2101 0, 1775 0,1140

6,7 0,3243 0,3373 0,3261 0, 2882 0,1943

8,7 0,4169 0,4510 0,4299 0, 3600 0,2054

10,7 0,5318 0,5422 0,5147 0, 4492 0,3013

12,7 0,6323 0,6630 0,6235 0, 5238 0,3161

a=0,104 a=0,109 a=0,103 a=0,087 a=0,054

r=0,9994 r=0,9996 r=0,9994 r=0,9986 r=0,9884

Nilai serapan (a) yang dipakai adalah nilai serapan dari metformin dan

glibenklamid pada pengulangan V. Pemilihan nilai serapan (a) dapat ditentukan

berdasarkan harga r hitung. Nilai r hitung dibandingkan dengan nilai r tabel

dengan taraf kepercayaan 95% dengan df 4 yaitu 0,8114. Berdasarkan data

tersebut terlihat bahwa nilai r hitung metformin dan glibenklamid pada

pengulangan V lebih besar dari nilai r tabel. Ini berarti bahwa persamaan tersebut

mempunyai linearitas yang baik, karena nilai r hitung mendekati 1. Dasar lain

dalam memilih nilai serapan yang akan digunakan dapat dilihat dari nilai a dari

persamaan, nilai a ini menggambarkan noise atau pengganggu. Dalam suatu

penelitian harga noise yang diterima adalah semakin mendekati 0, karena

menunjukkan bahwa hasil penelitian ini dapat dipercaya, walaupun nilai a pada

pengulangan V baik metformin maupun glibenklamid bukanlah nilai a yang

36
Universitas Sumatera Utara
terkecil. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah melihat nilai r nya. Nilai r

diterima bila lebih besar dari r tabel, dan nilai r yang mendekati 1

Berdasarkan pada penilaian tersebut maka nilai serapan yang digunakan

untuk metformin dan glibenklamid adalah nilai serapan pada duplikat kelima,

didukung dengan nilai r yang baik

4.5 Hasil Spektrum Serapan Campuran Baku Metformin dan Glibenklamid


Larutan baku campuran yang telah dipreparasi sebanyak enam kali

pengulangan kemudian masing-masing diukur pada panjang gelombang 220–

400 nm. Spektrum yang diperoleh digunakan untuk melihat apakah spektrum

larutan baku campuran tersebut sama dengan spektrum tablet G®. Perhitungan

kadar teoritis baku campuran metformin dan glibenklamid dapat dilihat pada

Lampiran 5 halaman 57.

4.6 Hasil Perbandingan Spektrum Serapan Campuran Metformin dan


Glibenklamid Sebelum Penambahan Baku dan Sesudah Penambahan
Baku
Spektrum campuran metfromin dan glibenlamid sebelum penammbahan bau

dan sesudah penambahan baku dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9
1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 4.8 Spektrum Serapan Campuran Metformin dan Glibenklamid


(Sebelum metode adisi standar)

37
Universitas Sumatera Utara
1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 4.9 Spektrum Serapan Campuran Metformin dan Glibenklamid


(Sesudah metode adisi standar)

4.7 Hasil Penentuan Kadar Metformin dan Glibenklamid pada Sediaan


Tablet

Sediaan yang mengandung metformin dan glibenklamid di pasaran

mengandung metformin 250 mg dan glibenklamid 1,25 mg. Karena

perbandingannya yang begitu besar yakni 1:200 mengakibatkan kadar

glibenklamid sulit untuk dianalisis.Untuk mengatasi hal ini maka perlu dilakukan

adisi dengan baku pembanding sebanyak 4,32mL dari larutan induk baku II

setelah itu pengukuran dapat dilakukan. Larutan sampel dibuat sebanyak 6 kali

pengulangan, dengan tujuan agar data yang diperoleh lebih akurat. Kemudian

larutan tersebut diukur serapannya pada kelima panjang gelombang yaitu 225 nm;

229,4 nm; 233 nm; 236,6 nm dan 243 nm.

Dari hasil pengukuran spektrum serapan sampel campuran diperoleh spektrum

sebagai berikut:

38
Universitas Sumatera Utara
1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 4.10 Spektrum Serapan Tablet G®


Dari bentuk spektrum campuran metformin dan glibenklamid berbeda dengan

bentuk spektrum tumpang tindih, karena spektrum campuran merupakan

gabungan dari 2 senyawa dalam satu larutan, sehingga tidak dapat diperoleh

bentuk spektrum yang sama dengan bentuk spektrum tumpang tindih.

Data serapan larutan sampel campuran metformin dan glibenklamid yang

didapat, digunakan untuk mengukur kadar masing-masing campuran, dengan cara

memasukkan data yang tersedia pada perhitungan matriks. % Koefisien variasinya

dan dapat dilihat pada Tabel 4.13 dibawah ini.

39
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13. Data konsentrasi, kadar dan koefisien variasi (% KV) metformin dan
glibenklamid dalam sediaan tablet G®

Metformin Glibenklamid
Konsentr Konsentr Kadar Konsentrasi Konsen Kadar
No. asi asi akurasi perolehan trasi akurasi
Sampel perolehan Teoritis hasil matriks Teoritis hasil
matriks (µg/ml) matriks (µg/ml) (µg/ml matriks
(µg/ml) (%) (%)
1 4,0054 100,99% 0,02 100,24%
2 4,0183 104,46% 0,02 100,63%
3 4,0247 104,51% 0,02 103,84%
4 4,0248 104,59% 0,02 99,90%
5 4,0377 99,40% 0,02 97,61%
6 3,9924 105,06% 0,02 98,24%
Rerata dari akurasi hasil 103,16% Rerata dari akurasi 100,07%
hasil matriks
matriks
% KV 0,2628% %KV 0,3641%

Berdasarkan Tabel 4.13 diatas, kadar metformin dan glibenklamid dalam

sediaan tablet G® memenuhi persyaratan menurut Farmakope Indonesia Edisi V

(2014) yaitu untuk sediaan tablet yang mengandung metformin dan glibenklamid

tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada

etiket.

Diperoleh rentang kadar akurasi dari hasil matriks untuk masing-masing

metformin dan glibenklamid adalah 104,655%-105,092% dan 100,566%-

101,162%. Koefisien variasi (%KV) untuk masing-masing metformin dan

glibenklamid adalah 0,2628% dan 0,3641%. Nilai rentang kadar akurasi

metformin dan glibenklamid memiliki akurasi yang baik karena berada pada

40
Universitas Sumatera Utara
rentang 90%-110% dan juga memiliki presisi yang baik karena %KV metformin

dan glibenklamid termasuk <2%.

Perhitungan kadar metformin dan glibenklamid dengan operasi matriks

dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 75. Perhitungan kadar akurasi dari hasil

matriks metformin dan glibenklamid dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 77.

Perhitungan statistik kadarmetformin dan glibenklamid padasediaan tablet

G®dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 78. Perhitungan koefisien variasi

(%KV) metformin dan glibenklamid dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 85.

4.8 Perbandingan Hasil Penelitian Penetapan Kadar Metformin dan


Glibenklamid

Hasil Perbandingan penelitian Penetapan Kadar Metformin dan

Glibenklamid dapat dilihat pada Tabel 4.14

Tabel 4.14 Perbandingan Penelitian Penetapan Kadar Metformin dan Glibenklamid

Rujukan

Regina(2015) Rona (2017)

Metode KLT Densitometri Panjang gelombang berganda

Metanol, air, dan asam asetat


Pelarut glasial (6:4:0,25) (fase Metanol p.a
gerak)

λ yang Metformin pada 237 nm 225 nm; 229,4 nm; 233 nm;
digunakan Glibenklamid pada 300 nm. 236,6 nm dan 245 nm

Kadar (88,43 - 104,54)% (104,65 – 105,09) %


Metformin

Kadar (97,22–102,88)% (100,256 – 101,16) %


Glibenklamid

41
Universitas Sumatera Utara
4.9 Hasil Uji Validasi

Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah

dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang

absah dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy)

dan presisi (precission) yang baik (Gandjar dan Rohman, 2007).

4.9.1 Hasil Uji Akurasi

Perhitungan uji akurasi dari hasil matriks pada sediaan tablet G® dapat

dilihat pada Lampiran 13 halaman 77. Data hasil uji akurasi dari hasil matriks

Metformin dan Glibenklamid dengan pada tablet G® dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Data hasil uji akurasil hasil matriks metfomin dan glibenklamid pada
tablet G®

Akurasi hasil matriks (%)


Pengulangan
Metformin Glibenklamid

1 100,99% 100,24%

2 104,46% 100,63%

3 104,51% 103,84%

4 104,59% 99,90%

5 99,40% 97,61%

6 105,06% 98,24%

Rata-rata 103,16% 100,07%

Berdasarkan Tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata persen

akurasi dari hasil matriks yang diperoleh sangat dekat dengan nilai sebenarnya

dan telah memenuhi syarat akurasi untuk validasi prosedur analisis karena rata-

rata berada di antara rentang 90% − 110% (Kementerian Kesehatan R. I., 2014).

42
Universitas Sumatera Utara
Persen perolehan kembali metformin dan glibenklamid masing-masing 103,16%

dan 100,07%.

4.9.2 Hasil Uji Presisi

Berdasarkan data perhitungan terhadap kadar metformin dan glibenklamid,

diperoleh koefisien variasi metformin adalah 0,2628% dan glibenklamid adalah

0,3641%. Koefisien variasi yang diperoleh pada metformin dan glibenklamid

telah memenuhi syarat presisi yaitu ≤ 2% (Gandjar dan Rohman, 2007).

Perhitungan koefisien variasi (KV) metformin dan glibenklamid masing – masing

dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 85.

43
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

a. Kadar Metformin dan Glibenklamid dalam campuran sediaan tablet yang

ditentukan dengan metode spektrofotometri ultraviolet secara panjang

gelombang berganda memenuhi persyaratan kadar sediaan tablet menurut

Farmakope Indonesia Edisi V yaitu (104,655±0,4377)% untuk Metformin

dan (100,256±0,9059)% untuk Glibenklamid.

b. Penetapan kadar campuran metformin dan glibenklamid yang ditetapkan

kadarnya secara panjang gelombang berganda mempunyai akurasi yang

baik karena berada di rentang 90-110% dan presisi yang baik dengan

%KV <2%

5.2 Saran

Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut pada penetapan kadar

campuran metformin dan glibenklamida secara spektrofotometri ultraviolet

dengan metode lain, misalnya metode Mean Centering of Ratio Spectra (MCR).

44
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, R., Pitasari, F. dan Rusdi. (2015). Development and Validation of TLC
dentiometry Method for simultaneous Determination of Metformin HCl
and Glibenclamide in Tablets Dosage Form. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research, 2015, 7(9S):159-164.

Andrianto, Y. C. (2009). Validasi Metode Penetapan Kadar Campuran


Parasetamol Dan Ibuprofen Secara Spektrofotometri UV dengan Aplikasi
Panjang Gelombang Berganda. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma. Halaman 2, 23-26

Day, R. A., dan Underwood, A. L. (1998). Quantitative Analysis. Sixtth Edition.


Penerjemah: Sopyan, I. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 383, 399-404.

Ditjen POM R. I. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 8.
Emmer, J., dan McB. Miller, J. H. (2005). Method Validation in Pharmaceutical
Analysis, A Guide to Best Practice. Weinhem: Wiley-Vch Verlag GmbH
& Co. KGaA. Halaman 201-202 dan 210.

Febriani, C. (2016). Aplikasi Metode Spektrofotometri Secara Panjang


Gelombang Berganda Terhadap Penetapan Kadar Teofilin dan Efedrin
Hidroklorida dalam Sediaan Tablet. Skripsi. Medan : Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Halaman 2.

Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan IV.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Halaman 31-33.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-135.

Jas, A. (2004). Perihal Obat dengan Berbagai Bentuk Sediaannya. Medan: USU
Press. Halaman 2-3.
Kementerian Kesehatan R. I. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 554, 998 dan 1001.

Khopkar, S. M. (1985). Basic Concepts of Analytical Chemistry. Penerjemah:


Saptorahardjo, A. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
Universitas Indonesia. Halaman 215-217.

Moffat, A. C., Osselton, M. D., dan Widdop, B. (2011). Clarke’s Analysis of Drug
And Poisons. Fourth Edition. London: Pharmaceutical Press. Electronic
version. Halaman 686, 1565.

45
Universitas Sumatera Utara
Munson, J. W. (1984). Pharmaceutical Analysis - Part B. Modern Methods.
Penerjemah: Harjana dan Soemadi (1991). Analisis Farmasi: Metode
Modern. Parwa B. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 334-
338.

Sastrohamidjojo, H. (1985). Spektroskopi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit


Liberty. Halaman 39-40.

Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono, D. H., Kartasasmita, R. E. (2004). Asas


Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga
University Press. Halaman 46-47, 49, 92.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Halaman 93, 168.

Suherman, S. K. (2012). Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam: Gunawan, S. G.


(2012). Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI. Halaman 490-492.

Tan, H. T., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Kasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Cetakan Pertama. Jakarta: Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia. Halaman 312,317, dan 318.

Watson, D. G. (2005). Pharmaceutical Analisis: a Textbook for Pharmacy


Students and Pharmaceutical Chemists. Edisi kedua. Penerjemah: Syarief,
W. R. (2009). Analisis Farmasi: Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi
dan Praktisi Kimia Farmasi. Edisi Kedua. Jakarta: EGC. Halaman 126.

Zainuddin, M. (1999). Aplikasi Metoda Panjang Gelombang Berganda Pada


Analisis Multikomponen Secara Spektrofotometri Terhadap Campuran
Fenilbutazon dan Metampiron. Majalah Farmasi Indonesia 10 (4), 217-
223(1999). Surabaya: Universitas Airlangga. Halaman 218.

46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Gambar tablet

Gambar 1. Tablet Glucovance

47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Daftar spesifikasi sampel pada tablet Glucovance
1. Tablet Glucovance

Nama produk : Glucovance

Nomor Registrasi : DK11301600117A1

Tanggal kadaluarsa : 01 Oktober 2018

Komposisi : Metformin …………250 mg

Glibenklamid……….1,25 mg

48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar alat-alat

Gambar 2. Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800)

Gambar 3. Neraca analitik (Boeco)

Gambar 4. Sonikator (Branson 1510)

49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan Alir Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Larutan Induk Baku dan Serapan Maksimum

Baku Metformin

Ditimbang seksama 50,3 mg

Dimasukkan kedalam labu tentukur 100ml

Dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut metanol p.a


sampai garis tanda

LIB Metformin (1006µg/ml)

Dipipet 5ml
Dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

Dicukupkan dengan pelarut yang sama sampai batas tanda

LIB Metformin (50,3 µg/ml)

Dipipet 0,75ml

Dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml

Metformin (3,77 µg/ml)

Diukur serapan pada gelombang 200-400mm

Panjang gelombang maksimum (λ)

Metformin = 236,6 nm

50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
2. Pembuatan Larutan Induk Baku dan Serapan Maksimum Glibenklamid

Baku Glibenklamid

Ditimbang seksama 25,2 mg

Dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml

Dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut metanol p.a


sampai garis tanda

LIB Glibenklamid (1008µg/ml)

Dipipet 2,5 ml
Dimasukkan kedalam labu tentukur 25ml

Dicukupkan dengan pelarut yang sama sampai batas tanda

LIB Glibenklamid (100,8µg/ml)

Dipipet 0,87ml

Dimasukkan kedalam labu tentukur 10ml

Glibenklamid (8,7µg/ml)

Diukur serapan pada gelombang 200-400 nm

Panjang gelombang maksimum (λ)

Glibenklamid = 229,4 nm

51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
3. Pembuatan Spektrum Serapan Metformin

LIB II Metformin100 μg/mL

dipipet masing-masing sebanyak 0,4 mL;0,6


mL; 0,8 mL; 1 mL dan 1,1 mL

dimasukkan masing-masing kedalam labu


tentukur 10 mL

dicukupkan dengan pelarut metanol p.a

dicukupkan dengan pelarut metformin p.a


Larutan Standar Metformin
(2µg/mL;3µg/mL; 4µg/mL;
5µg/mL dan 6µg/mL)

diukur serapan maksimum pada panjang


gelombang 200 - 400 nm

Spektrum Serapan Metformin

8 μg/ml

52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
4. Pembuatan Spektrum Serapan Glibenklamid

LIB II Glibenklamid 100 μg/mL

dipipet masing-masing sebanyak 0,47 mL;


0,67 mL; 0,87 mL; 1,1 mL dan 1,3 mL

dimasukkan masing-masing kedalam labu


tentukur 10 mL

dicukupkan dengan pelarut metanol p.a

Larutan Standar Glibenklamid


(4,7µg/mL; 6,7µg/mL; 8,7µg/mL;
10,7µg/mL dan 12,7 µg/mL)

diukur serapan maksimum pada panjang


gelombang 200 - 400 nm

Spektrum Serapan Glibenklamid

8 μg/ml

53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
5. Penentuan Panjang Gelombang Analisis Metformin dan Glibenklamid

Metformin 4 μg/mL Glibenklamid 8,7 μg/mL

diukur serapan dari masing-masing


metformin dan glibenklamid panjang
8 μg/ml 8 μg/ml
gelombang 200 - 400 nm

ditumpang tindihkan

ditentukan 5 panjang panjang gelombang


analisis

diambil panjang gelombang pada


spektrum serapan yang mulai memberikan
serapan sampai hampir tidak memberikan ,
dipilih secara variabel bebas serapan.

225 nm 229,4 nm 236,6 nm 233 nm 243 nm

54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)

6. Pembuatan Larutan Baku Campuran Metformin dan Glibenklamid

Metformin 10 mg Glibenklamid 10 mg

Dimasukkan ke dalam
Dimasukkan ke dalam
labu tentukur 10 mL
labu tentukur 10 mL
Dilarutkan dan
Dilarutkan dan
dicukupkan dengan
dicukupkan dengan
pelarut metanol p.a
pelarut metanol p.a
Larutan8 μg/ml
Metformin Larutan8 Glibenklamid
μg/ml
1000 µg/mL 1000 µg/mL

Diambil 0,4 mL Diambil 0,87 mL


mL

8 μg/ml 8 μg/ml

Kedua larutan dicampurkan ke dalam labu tentukur 10 mL dicukupkan dengan


pelarut metanol p.a

Diambil dari larutan tersebut 1 mL dimasukkan ke dalam labu tentuukur 10 mL


dicukupkan dengan pelarut

Larutan diukur pada panjang gelombang 200-400 nm

Lakukan pengulangan sebanyak 6 kali

55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)

7. Penentuan Kadar Sediaan Tablet

20 Tablet

Ditimbang (berat 20 tablet = 6181,7 mg)


Digerus dengan lumpang sampai halus dan homogen

Serbuk

Ditimbang setara 50 mg Metformin (penimbangan


dilakukan sebanyak 6 kali Pengulangan
Dihitung kesetaraan Glibenklamid yang terkandung
didalamnya
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50ml
Dilarutkan dalam metanol p.a
Dihomogenkan dengan sonikator selama 15 menit
Dikocok sampai homogen
Disaring larutan tersebut
Dibuang ± 10ml filtrat pertama dan ditampung filtrat
selanjutnya
Dipipet sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan kedalam labu
tentukur 25 ml
Dipipet 4,3 larutan baku Glibenklamid konsentrasi 50,2
µg/ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml
(Metode Adisi Standar)
Dicukupkan dengan pelarut yang sama sampai garis tanda
Diukur pada panjang gelombang 200-400 mm.
Serbuk

dihitung

Kadar

56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Perhitungan kadar teoritis dari campuran baku Metformin dan
Glibenklamid

Pengulangan 1 (penimbangan metformin dan glibenklamid masing-masing 10,6


mg)
Kadar metformin:
V1 x C1 = V2 x C2
0,4 x 1060 = 10 x C2
X = 42,4µg/mL (kadar awal)

V2 x C2 = V3 x C3
1 x 42,4 = 10 x C3
X = 4,24µg/mL (kadar akhir)
KadarGlibenklamid:
V1 x C1 = V2 x C2
0,87 x 1060 = 10 x C2
X = 92,22µg/mL (kadar awal)

V2 x C2 = V3 x C3
1 x 92,22 = 10 x C3
X = 9,22µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL

Pengulangan 2 (penimbangan metformin dan glibenklamid masing-masing 10,5


mg)
Kadar metfomin:
V1 x C1 = V2 x C2
0,4 x 1050 = 10 x C2
X = 42µg/mL (kadar awal)

V2 x C2 = V3 x C3
1 x 42 = 10 x C3
X = 4,2µg/mL (kadar akhir)
Kadar glibenklamid:
V1 x C1 = V2 x C2
0,87 x 1050 = 10 x C2
X = 91,35µg/mL (kadar awal)
V2 x C2=V3 x C3
1 x 91,35 = 10 x C3
X = 9,135µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL

57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)

Pengulangan 3 (penimbangan metformin dan glibenklamid masing-masing 10,4


mg)
Kadar metformin:
V1 x C1 = V2 x C2
0,4 x 1040 = 10 x C2
X = 41,6µg/mL (kadar awal)

V2 x C2 = V3 x C3
1 x 41,6 = 10 x C3
X = 4,16µg/mL (kadar akhir)
Kadar glibenklamid:
V1 x C1 = V2 x C2
0,87 x 1040 = 10 x C2
X = 90,48µg/mL (kadar awal)

V2 x C2 = V3 x C3
1 x 90,48 = 10 x C3
X = 9,048µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL

Pengulangan 4 (penimbangan metformin dan glibenklamid masing-masing 10,3


mg)
Kadar metformin:
V1 x C1 = V2 x C2
0,4 x 1030 = 10 x C2
X = 41,2µg/mL (kadar awal)

V2 x C2 = V3 x C3
1 x 41,2 = 10 x C3
X = 4,12µg/mL (kadar akhir)
Kadar glibenklamid:
V1 x C1 = V2 x C2
0,87 x 1030 = 10 x C2
X = 89,61µg/mL (kadar awal)
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 89,61 = 10 x C3
X = 8,961µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL

58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)

Pengulangan 5 (penimbangan metformin dan glibenklamid masing-masing 10,2


mg)
Kadar metformin:
V1 x C1 = V2 x C2
0,4 x 1020 = 10 x C2
X = 40,08µg/mL (kadar awal)
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 40,08 = 10 x C3
X = 4,008µg/mL (kadar akhir)
Kadar glibenklamid:

V1 x C1 = V2 x C2
0,87 x 1020 = 10 x C2
X = 88,74µg/mL (kadar awal)
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 88,74 = 10 x C3
X = 8,874µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL

Pengulangan 6 (penimbangan metformin dan glibenklamid masing-masing 10,1


mg)
Kadar metformin:
V1 x C1 = V2 x C2
0,4 x 1010 = 10 x C2
X = 40,4µg/mL (kadar awal)
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 40,4 = 10 x C3
X = 4,04µg/mL (kadar akhir)
Kadar glibenklamid:
V1 x C1 = V2 x C2
0,87 x 1010 = 10 x C2
X = 87,87µg/mL (kadar awal)

V2 x C2 = V3 x C3
1 x 87,87 = 10 x C3
X = 8,787µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL

59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Spektrum serapan Metformin dengan konsentrasi 2,0-6,0 μg/mL
yang dibuat sebanyak 6 kali pengulangan
0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 5. Spektrum serapan metformn dengan konsentrasi 2,0-6,0 μg/mL


pengulangan 1
0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 6. Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-6,0 μg/mL


pengulangan 2

60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (lanjutan)

0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 7. Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-6,0 μg/mL


pengulangan 3
0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 8. Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-6,0 μg/mL


pengulangan 4

61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (lanjutan)

0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 9. Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-6,0 μg/mL


pengulangan 5
0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 10. Spektrum serapan metformin dengan konsentrasi 2,0-6,0 μg/mL


pengulangan 6

62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Spektrum serapan Glibenklamid konsentrasi 4,7-12,7 μg/mL yang
di buat sebanyak 6 kali pengulangan
0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 11. Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi 4,7-12,7 μg/mL


pengulangan 1
0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 12. Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi 4,7-12,7 μg/mL


pengulangan 2

63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (lanjutan)

0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 13. Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi 4,7-12,7 μg/mL


pengulangan 3
0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 14. Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi 4,7-12,7 μg/mL


pengulangan 4

64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (lanjutan)

0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 15 . Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi 4,7-12,7 μg/mL


pengulangan 5
0,70000

0,60000

0,40000
Abs.

0,20000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 16 . Spektrum serapan glibenklamid dengan konsentrasi 4,7-12,7 μg/mL


pengulangan 6

65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Spektrum Serapan Baku Campuran Metformin dan Glibenklamid
yang di buat Sebanyak 6 kali
1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 17. Spektrum serapan baku campuran pengulangan 1

1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 18. Spektrum serapan baku campuran pengulangan 2

66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 19. Spektrum serapan baku campuran pengulangan 3

1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 20. Spektrum serapan baku campuran pengulangan 4

67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)

1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 21. Spektrum serapan baku campuran pengulangan 5

1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 22. Spektrum serapan baku campuran pengulangan 6

68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Spektrum serapan Metformin dan Glibenklamid dalam Sampel
Tablet G® yang di buat sebanyak 6 kali pengulangan
1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 23. Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dalam Sampel


Tablet G® pengulangan 1

1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 24. Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dalam Sampel


Tablet G® pengulangan 2

69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)

1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 25. Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dalam Sampel Tablet
G® pengulangan 3

1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 26. Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dalam Sampel Tablet
G® pengulangan 4

70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)

1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 27. Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dalam Sampel Tablet
G® pengulangan 5

1,50000

1,00000
Abs.

0,50000

0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .

Gambar 28. Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dalam Sampel Tablet
G® pengulangan 6

71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Data penimbangan dan serapan dari Tablet G®

Pengulangan Berat Panjang Gelombang


(mg) 225 nm 229,4 nm 236,6 nm 233 nm 243 nm
1 61,9 0,66481 0,83312 0,78121 0,84622 0,47213
2 62,1 0,67020 0,84675 0,78811 0,87313 0,48543
3 62,2 0,67441 0,84311 0,79167 0,87254 0,48634
4 62,4 0,67541 0,84231 0,79177 0,87304 0,48721
5 62,2 0,68112 0,81169 0,75701 0,84899 0,49775
6 61,7 0,67751 0,83893 0,78225 0,87343 0,49464

72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Contoh perhitungan kadar teoritis dari Metformin dan
Glibenklamid dalam tablet G

Komposisi tablet G = Metformin 250 mg


Glibenklamid 1,25 mg

Berat 20 tablet = 6181,7 mg


Ditimbang sampel setara dengan 50 mg, maka dapat dihitung berat serbuk.
Berat setara metformin
Berat serbuk yang tablet G = 20 tablet 250mg berat 20 tablet
50 mg
= 5000 mg 6181,7 mg

= 61,817 mg
Secara teoritis, didalam 61,817 mg serbuk yang ditimbang terdapat kesetaraan

metformin 250 mg dan glibenklamid 1,25 mg.

Berat serbuk yang ditimbang adalah 61,817 mg, maka berat setara metformin

sebenarnya adalah :

Berat setara metformin


Berat serbuk yang tablet G = berat 20 tablet
20 tablet 250mg
Berat setara metformin
61,817 mg = 6181,7 mg
5000 mg

Berat setara metformin = 49,98 mg

Berat setara Glibenklamid


Berat serbuk yang tablet G = berat 20 tablet
20 tablet 1,25mg
Berat setara Glibenklamid
61,817 mg = 6181,7 mg
20 tablet 1,25mg

Berat setara glibenklamid = 0,2499 mg

Dilarutkan dengan metanol p.a dengan kuantitatif dalam labu tentukur 50ml

sampai garis tanda.

49,98 mg
Konsentrasi metformin = 1000µg = 999,6ppm
50ml

73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
0,2499 mg
Konsentrasi glibenklamid = x 1000µg = 4,998 ppm
50 ml

Kemudian larutan dipipet sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan ke dalam labu 25 ml


dan dicukupkan dengan metanol p.a sampai garis tanda, sehingga didapat
konsentrasi akhir metformin dan glibenklamid dalam labu tentukur 25 ml adalah
999,8µg/ml 0,1 ml
Konsentrasi metformin dalam sampel = 25ml
= 3,999 ppm
4,998µg/ml 0,1 ml
Konsentrasi glibenklamid dalam sampel = 25ml
= 0,0199 ppm
Konsentrasi glibenklamid yang akan diadisikan (Metode Adisi Standar)
Konsentrasi glibenklamid = 8,7 µg/ml - 0,0199 µg/ml
= 8,6801 µg/ml

Volume larutan glibenklamid (50,2 µg/ml) yang dipipet untuk mengadisi:


V1.C1 = V2.C2
V1.50,2 µg/ml = 25 ml x 8,6801 µg/ml
V1 = 25 ml x 8,6801 µg/ml
V1 = 4,32 ml
Konsentrasi larutan baku glibenklamid dalam volume yang dipipet
V1.C1 = V2.C2
4,32 ml.50,2 µg/ml = 25 ml x C2
C2 = 8,6745 µg/ml

Konsentrasi larutan Glibenklamid yang diukur = 0,0199 µg/ml + 8,6745 µg/ml


= 8,7844 µg/ml

74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Data Perhitungan Kadar Perolehan Operasi Matriks Metformin
dan Glibenklamid Pada Tablet G®

Pengulangan 1

( ) -
( ) X
( )

( ) ( )
( )

( )=( )

Pengulangan 2

( ) -
( ) X
( )

( ) ( )
( )

( )=( )

Pengulangan 3

( ) -
( ) X
( )

( ) ( )
( )

( )=( )

Pengulangan 4

( ) -
( ) X
( )

( ) ( )
( )

( )=( )

Pengulangan 5

( ) -
( ) X
( )

( ) ( )
( )

( )=( )

75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. (lanjutan)

Pengulangan 6

( ) -
( ) X
( )

( ) ( )
( )
( )=( )

76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Perhitungan Kadar Akurasi dari Perolehan Matriks Metformin
dan Glibenklamid

Pengulangan 1 Metformin = x 99,27% = 100,99%

Glibenklamid = x 99% = 100,24%

Pengulangan 2 Metformin = x 99,27% = 104,46%

Glibenklamid = x 99% = 100,63%

Pengulangan 3 Metformin = x 99,27% = 104,51%

Glibenklamid = x 99% = 103,84%

Pengulangan 4 Metformin = x 99,27% = 104,59%

Glibenklamid = x 99% = 99,90%

Pengulangan 5 Metformin = x 99,27% = 99,40%

Glibenklamid = x 99% = 97,61%

Pengulangan 6 Metformin = x 99% = 105,06%

Glibenklamid = x 99% = 98,24%

Rata-rata akurasi dari perhitungan matriks metformin = 103,16%

Rata-rata akurasi dari perhitungan matriks glibenklamid = 100,07%

77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Perhitungan Statistik Kadar Metformin dan Glibenklamid pada
Tablet G®

1. Kadar Metformin

(X)
No. Kadar Akurasi
dari hasil X- (X - )2
matriks (%)

1. 100,99% -2,07 4,2849


2. 104,46% 1,3 1,69
3. 104,51% 1,35 1,8225
4. 104,59% 1,43 2,0449
5. 99,40% -3,76 14,137
6. 105,06% 1,9 3,61
= 103,16 (X - )2= 27,5893

∑( )
SD =√ =√ =√ = 2,3490
-

Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = n-1 = 6-1 = 5
Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk
= (1 – 0,025); 5
= 0,975; 5
= 2.5706
Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ -t tabel.

-
t hitung = | ⁄√
|

-
ft hitung 1 = | ⁄√
| =| | = 2,1584 (diterima)

-
t hitung 2 = | ⁄√
| =| | = 1,3555 (diterima)

-
t hitung 3 = | ⁄√
| =| | = 1,4077 (diterima)

78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

-
t hitung 4 = | ⁄√
| =| | = 1,4911 (diterima)

-
t hitung 5 = | ⁄√
| =| | = 3,9207 (ditolak)

-
t hitung 6 = | ⁄√
| =| | = 1,9812 (diterima)

Data 5 ditolak karena nilai t hitung≥ ttabel dan t hitung ≤-t tabel , maka data yang dipakai

adalah data 1, 2, 3, 4, dan 6.

(X)
No.
Kadar Akurasi dari X- (X - )2
hasil matriks (%)

1. 100,99% -2,932 8,5966


2. 104,46% 0,538 0,2894
3. 104,51% 0,588 0,3457
4. 104,59% 0,668 0,4733
6. 105,06% 1,138 1,2950
= 103,922 (X - )2 = 11

∑( )
SD = √ √ = 1,6583

Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = 5-1 = 4

Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk

= (1 – 0,025); 4

= 0,975; 4

= 2,77645

Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ -t tabel.

79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

-
t hitung = | ⁄√
|

-
t hitung 1 = | ⁄√
|=| | = 3,9536 (ditolak)

-
t hitung 2 = | ⁄√
| =| | = 0,7254 (diterima)

-
t hitung 3 = | ⁄√
| =| | = 0,7928 (diterima)

-
t hitung 4 = | ⁄√
| =| | = 0,9007 (diterima)

-
t hitung 6 = | ⁄√
| =| | = 1,5345 (diterima)

Data 1 ditolak karena nilai t hitung≥ ttabel dan t hitung ≤-t tabel , maka data yang dipakai

adalah data 2, 3, 4, dan 6.

(X)
No.
Kadar Akurasi dari X- (X - )2
hasil matriks (%)

2. 104,46% -0,195 0,0380


3. 104,51% -0,145 0,0210
4. 104,59% -0,065 0,0042
6. 105,06% 0,405 0,1640
= 104,655 (X - )2 = 0,2272

∑( )
SD = √ √ = 0,2751

Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = 4-1 = 3

80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk

= (1 – 0,025); 3

= 0,975; 3

= 3,18245

Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ -t tabel.

-
t hitung = | ⁄√
|

-
t hitung 2 = | ⁄√
| =| | = 1,4176 (diterima)

-
t hitung 3 = | ⁄√
| =| | = 1,0541 (diterima)

-
t hitung 4 = | ⁄√
| =| | = 0,4725 (diterima)

-
t hitung 6 = | ⁄√
| =| | = 2,9443 (diterima)

Semua data diterima, maka kadar metformin sebenarnya adalah:

μ = ( ̅ ± ttabelx )%

= (104,655± 3,18245 x )%
√4

= (104,655 ± 0,4377) %

81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

2. Kadar Glibenklamid

(X)
No. Kadar Akurasi
dari hasil X- (X - )2
matriks (%)

1. 100,24% 0,17 0,0289


2. 100,63% 0,56 0,3136
3. 103,84% 3,77 14,129
4. 99,90% -0,17 0,0289
5. 97,61% -2,46 6,0516
6. 98,24% -1,83 3,3489
= 100,07 (X - )2= 3,9834

∑( )
SD =√ =√ = 0,8925

Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = n-1 = 6-1 = 5

Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk

= (1 – 0,025); 5

= 0,975; 5

= 2.5706

Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ -t tabel.

-
t hitung = | ⁄√
|

-
t hitung 1 = | ⁄√
| =| | = 0,4666 (diterima)

-
t hitung 2 = | ⁄√
| =| | = 1,5371 (diterima)

82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

-
t hitung 3 = | ⁄√
| =| | = 10,3486 (ditolak)

-
t hitung 4 = | ⁄√
| =| | = 1,4666 (diterima)

-
t hitung 5 = | ⁄√
| =| | = 6,7526 (ditolak)

-
t hitung 6 = | ⁄√
| =| | = 5,0233 (ditolak)

Data 3,5 dan 6 ditolak karena nilai t hitung ≥ t tabel dan t hitung ≤-t tabel , maka data

yang dipakai adalah data 1, 2, dan 4.

(X)
No.
Kadar Akurasi dari X- (X - )2
hasil matriks (%)

1. 100,24% -0,016 0,0002


2. 100,63% 0,374 0,1398
4. 99,90% -0,356 0,1267
= 100,256 (X - )2 = 0,2667

∑( )
SD =√ =√ = 0,3651

Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = n-1 = 3-1 = 2
Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk
= (1 – 0,025); 2
= 0,975; 2
= 4,30265
Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ -t tabel.
-
t hitung = | ⁄√
|

83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

-
t hitung 1 = | ⁄√
| =| | = 0,0759 (diterima)

-
t hitung 2 = | ⁄√
| =| | = 1,7750 (diterima)

-
t hitung 3 = | ⁄√
| =| | = 1,6896 (diterima)

Semua data diterima, maka kadar glibenklamid sebenarnya adalah:

μ = ( ̅ ± ttabelx )%

= (100,256± 4,30265 x )%
√3

= (100,256 ± 0,9069) %

84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Perhitungan %KV (Koefisien Variasi) Metformin dan
Glibenklamid pada Tablet G®

S
% KV = X
x 100%

0,2751
%KV Metformin = X 100% = 0,2628 %
104,655

%KV Glibenklamid = X 100% = 0,3641 %


100,256

85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Sertifikat Pengujuan Glibenklamid

86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Daftar Nilai Distribusi t

87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Tabel Distribusi r

88
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai