2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3975
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR CAMPURAN METFORMIN DAN
GLIBENKLAMID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
METODE PANJANG GELOMBANG BERGANDA
SKRIPSI
OLEH:
RONA DISINTA HUTAGALUNG
NIM 131501087
SKRIPSI
OLEH:
RONA DISINTA HUTAGALUNG
NIM 131501087
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi. Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt.,
dan Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan, arahan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Ibu
Dr. Aminah Dalimunthe, S.Si, M.Si., Apt., sebagai pembimbing akademik dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang tercinta,
Halomoan Hutagalung A.md., abang Pdt. Refindo Hutagalung S.Th., abang Andri
Hutagalung, dan adik Ristauli Hutagalung serta seluruh keluarga besar saya yang
selalu menyemangati, dan telah memberikan dukungan terbesar, doa, serta materil
iv
Universitas Sumatera Utara
Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
seangkatan Reguler 2013 yang telah banyak memberikan saran, dukungan, dan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
vi
Universitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR CAMPURAN METFORMIN DAN
GLIBENKLAMID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
METODE PANJANG GELOMBANG BERGANDA
ABSTRAK
Banyak obat yang terdapat di pasaran dalam kombinasi dua atau lebih zat
aktif, seperti obat antidiabetes. Oleh karena itu muncul kesulitan untuk
menganalisis kadar masing-masing senyawa dalam campuran yang spektrumnya
tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar yang saling tumpang tindih.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar campuran metformin dan
glibenklamid pada sediaan tablet secara spektrofotometri ultraviolet dengan
metode panjang gelombang berganda.
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel secara purposif.
Penetapan kadar metformin dan glibenklamid secara spektrofotometri ultraviolet
dengan metode panjang gelombang berganda, dilakukan dengan beberapa tahapan
yaitu menentukan spektrum serapan, menentukan lima titik panjang gelombang
analisis, menentukan nilai serapan (a), kemudian menghitung kadar dengan
menggunakan operasi matriks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar metformin dan glibenclamid
pada tablet G® dalam pelarut metanol adalah sebesar (104,655 ± 0,4377) %
untuk metformin dan (100,256 ± 0,9069) % untuk glibenklamid, serta memiliki
akurasi yang baik yaitu metformin berada pada rentang (104,65 – 105,09) % dan
glibenklamid berada pada rentang (100,256 – 101,16) % dan juga memiliki
presisi yang baik dengan koefisien variasi (%KV) sebesar 0,2628 % dan 0,3641
% masing-masing untuk metformin dan glibenklamid.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar campuran metformin dan
glibenklamid pada sediaan tablet memenuhi persyaratan sesuai dengan
persyaratan umum yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi V (2014).
vii
Universitas Sumatera Utara
DETERMINATION OF MIXTURE
METFORMINE AND GLIBENCLAMIDE IN TABLET
BY ULTRAVIOLET SPECTROPHOTOMETRY WITH
MULTIWAVELENGTH METHOD
ABSTRACT
Many medicines that were found on the market are the combination of
one or more active substance, such as antidiabetic. Therefore difficulty appears for
analayzing level of each component in mixture that its spectrum is hidden in big
spectrum form that overlap each other. This research was aimed to determine
mixture level of metformine and glibenclamide in tablet by ultraviolet
spectrophotometry with multiwavelength method.
This research was done by taking sample on purposive. Determine amount
of metformine and glibenclamide by ultraviolet spectrophotometry with
multiwavelength method, it has done by some steps such as deciding absorption
spectrum, wavelengths specified five-point analysis, the value of the absorption
type (a). then calculate levels using matrix operations.
The results of research shown that the level mixture of metformine in
tablet G® in methanol solvent that were analyzed are (104.655 ± 0.4377) % and
glibenclamide are (100.256 ± 0.9069) % and this method has good accuracy for
metformine, it shown by its range between (104.65 – 105.09)% and glibenclamide
are between (100.256 – 101.16) % and also has a good precision with coefficient
of variation (%CV) is 0.2628 % and glibenclamide is 0.3641%.
The result showed that amount of metformine and glibenclamide in tablet
was fulfilled common requirement of Indonesia Pharmacopoeia V edition (2014).
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ix
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Pengertian Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel 8
2.4.3 Linieritas........................................................... 16
2.4.4 Rentang............................................................. 16
x
Universitas Sumatera Utara
3.6.6 Pembuatan Larutan Standar Glibenklamid .... 19
xi
Universitas Sumatera Utara
5.1 Kesimpulan ................................................................. 44
LAMPIRAN .......................................................................................... 47
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.15 Data hasil uji akurasil hasil matriks metfomin dan glibenklamid
pada tablet G® ……………………………………………………………………………… 42
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
Gambar Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
17 Spektrum serapan baku campuran pengulangan 1 ...... 66
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun
sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif
pemulihan terhadap suatu penyakit pada manusia maupun hewan. Zat aktif
tersebut dapat dipergunakan sebagai obat terlebih dahulu harus dibuat dalam
bentuk sediaan seperti pil, tablet, kapsul, sirup, suspensi, supositoria, dan salep
(Jas, 2007). Saat ini, sangat banyak beredar produk obat yang mengandung
kombinasi dua atau lebih bahan aktif. Kombinasi dimaksudkan agar obat dapat
biguanid. Metformin bekerja dengan cara mengurangi produksi glukosa oleh hati
Glibenklamid bekerja dengan cara merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel
K channel pada membran sel-sel sehingga terjadi sekresi insulin. Metformin dan
tipe 2 yang tidak bisa dikontrol dengan single terapi, diet dan olahraga (Suherman,
2012).
yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang
berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapi yang diharapkan. Salah
1
Universitas Sumatera Utara
satu persyaratan kadar seperti yang tercantum dalam Farmakope Indonesia atau
buku standar lainnya (Ditjen POM R. I., 1979). Menurut Farmokope Indonesia
Edisi V tahun 2014, persyaratan kadar untuk tablet metformin dan glibenklamid
yaitu mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
komponen itu. Metode ini memerlukan alat dan biaya operasional yang relatif
mahal serta waktu analisis yang relatif lama. Mengingat hal itu, maka diperlukan
metode analisis alternatif yang memerlukan alat dan biaya operasional yang
murah, serta lebih mudah dalam pelaksanaanya, namun dapat memberikan hasil
dengan akurasi dan presisi yang baik (Kementerian Kesehatan R. I., 2014).
metformin dan glibenklamid pada sediaan tablet dapat ditetapkan dengan KLT
densitometry secara simultan dengan fase gerak metanol, air dan asam asetat
gelombang berganda adalah salah satu metoda yang titik serapan dari campuran
obat dapat ditetapkan secara bersama-sama tanpa harus dipisahkan dan dengan
2
Universitas Sumatera Utara
waktu yang singkat dengan alat dan biaya yang relatif lebih murah (Andrianto,
2009).
1.3 Hipotesis
tahun 2014
3
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui akurasi dan presisi yang baik pada campuran metformin
berganda
tablet.
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rumus struktur :
dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
berbau, higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam aseton
Pada tahun 1959, zat ini adalah derivat-dimetil dari kelompok biguanida yang
5
Universitas Sumatera Utara
glukosa dalam hati serta menurunkan kolesterol- LDL dan trigliserida.Lagipula
antara lain anorekxia, terutama pada dosis diatas 1,5 g/hari (Tan dan Rahardja,
2007).
Dosis: 3 dd 500 mg atau 2 dd 850 mg d.c. Bila perlu setelah 1-2 minggu
6
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Glibenklamid
Rumus Struktur :
dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
Kelarutan : Agak sukar larut dalam metilen klorida, sukar larut dalam
kali lebih kuat daripada tolbutamida. Seringkali ampuh dimana obat-obat lain
tidak efektif (lagi). Risiko 'hipo' juga lebih besar dan lebih sering terjadi. Pola
kerjanya berlainan dengan sulfonilurea yang lain, yaitu dengan single-dose pagi
7
Universitas Sumatera Utara
hari mampu menstimulir sekresi insulin pada setiap pemasukan glukosa (sewaktu
makan). Dengan demikian selama 24 jam tercapai regulasi gula darah optimal
8
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Komponen spektrofotometri
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
2.5.
Sumber Monokromator Sel Detektor Meter atau
pencatat
Penyerap
menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.
terlibat dalan ikatan antara atom-atom pembentuk molekul (Gandjar dan Rohman,
9
Universitas Sumatera Utara
Jika suatu berkas radiasi dikenakanpada larutan sampel maka intensitas
sinar radiasi yang diteruskan dapat diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh
dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada zat penyerap lainnya. Serapan
jika radiasi yang mengenai larutan sampel memiliki energi yang sama dengan
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk
terjadinya transisi electron (Gandjar dan Rohman, 2007). Elektron yang energinya
tertinggi dalam molekul, berada dalam tingkat energi elektron dasar, terdapat
dengan tingkat energi eksitasi yang relatif rendah. Elektron yangterlibat pada
penyerapan sinarultraviolet dan sinar tampak ini ada tiga, yaitu elektron sigma,
elektron phi, dan elektron bukan ikatan (non bonding electron) (Gandjar dan
Rohman, 2007).
terjadi di antara tingkat-tingkat energi di dalam suatu molekul ada empat yaitu:
10
Universitas Sumatera Utara
1. Transisi δ→δ*
Energi yang diperlukan untuk transisi ini besarnya sesuai dengan energi
sinar yang frekuensinya terletak di antara ultraviolet vakum (kurang dari 180 nm).
Jenis transisi ini terjadi pada daerah ultraviolet vakum sehingga kurang begitu
ikatan sigma π* anti ikatan phi n elektron non ikatan πikatan phi δ ikatan sigma.
2. Transisi n→δ*
Jenis transisi ini terjadi pada senyawa organik jenuh yang mengandung
atom-atom yang memiliki elektron bukan ikatan (elektron n). Energi yang
diperlukan untuk transisi jenis ini lebih kecil dibandingkan transisi δ→δ*
sehingga sinar yang diserap pun mempunyai panjang gelombang lebih panjang,
yakni sekitar 150-250 nm. Kebanyakan transisi ini terjadi pada panjang
mempunyai gugus fungsional yang tidak jenuh sehingga ikatan rangkap dalam
gugus tersebut memberikan orbital phi yang diperlukan. Jenis transisi ini
merupakan transisi yang paling cocok untuk analisis dengan panjang gelombang
200-700 nm, dan panjang gelombang ini secara teknis dapat diaplikasikan pada
spektrofotometer ultraviolet-visibel.
larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan
11
Universitas Sumatera Utara
Hukum Lambert-Beer umumnya dikenal dengan persamaan sebagai
berikut:
(Munson, 1984).
yang relatif sempit hanya dapat menghasilkan sedikit sekali puncak absorpsi.
menjadi berguna setelah sampel itu diolah sedemikian rupa sehingga pengukuran
dapat ditafsirkan secara tak-kembar arti. Tetapi, dalam banyak hal tak perlu bahwa
tiap komponen individu dari suatu sampel yang kompleks dipencilkan satu dari
12
Universitas Sumatera Utara
yang lainnya. Misalnya dalam spektrofotometri kadang-kadang mungkin untuk
mengukur lebih dari satu konstituen dalam suatu larutan tunggal. Andaikan suatu
situasi bergantung pada spectra serapan X dan Y (Day dan Underwood, 1986).
a. Kemungkinan I
tidak tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan. X dan Y
b. Kemungkinan II
13
Universitas Sumatera Utara
Terjadi tumpang tindih satu cara dari Gambar 2.6 dimana Y tidak
pada λ1, kemudian absorban yang disumbangkan oleh larutan X pada λ2 dihitung
imi dikurangkan dari absorban terukur larutan pada λ2 sehingga akan diperoleh
c. Kemungkinan III
gelombang berganda.
14
Universitas Sumatera Utara
Panjang gelombang dipilih berdasarkan spektrum tersebut mulai
Beer yaitu 0,2-0,8. Penentuan panjang gelombang dengan memilih lima panjang
gelombang secara variabel bebas. Pada metode ini tidak diperlukan proses
pemisahan komponen zat aktif karena kadar komponen kedua zat dapat ditetapkan
Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah
dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang
absah dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy)
dan presisi (precission) yang baik. Validasi adalah suatu tindakan penilaian
batas deteksi, batas kuantitasi, kelinieran, dan rentang (Gandjar dan Rohman,
2007).
2.4.1 Akurasi
hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Rentang nilai % akurasi analit yang
Rentang ini bersifat fleksibel tergantung dari analit yang diperiksa, jumlah
15
Universitas Sumatera Utara
matriks dari serapan komponen obat dan serapan campuran komponnen
(Andrianto, 2009).
2.4.2 Presisi
diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda
signifikan secara statistik. Presisi bisa dinyatakan dalam koefisien variasi (KV)
dan dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila KV < 2% (Gandjar dan
Rohman, 2007).
2.4.3 Linearitas
yang menghubungkan antara konsentrasi (X) dengan serapan (Y). Linearitas dapat
intersep, dan koefisien korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2007; Watson, 2005).
2.4.4 Rentang
suatu prosedur dapat divalidasi lewat pembuktian bahwa prosedur analitik tersebut
mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima ketika
16
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
campuran dua zat aktif, yaitu metformin dan glibenklamid pada sediaan tablet.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2017 di
3.3 Alat
yang dilengkapi dengan software UV-Probe 2.42, kuvet 1 cm, alat-alat gelas
(Oberoi), lumpang dan alu, neraca analitik (Boeco Germany) serta alat-alat
lainnya yang diperlukan dalam penyiapan sampel. Beberapa alat yang digunakan
3.4 Bahan
17
Universitas Sumatera Utara
yang sama dengan yang diteliti (Sudjana, 2005). Pengambilan sampel ditentukan
tanpa membandingkan sampel antara satu tempat dengan tempat yang lain, karena
glibenklamid 1,25 mg. Gambar sediaan dan daftar spesifikasi sediaan tablet dapat
dalam labu tentukur 50 mL, dicukupkan volume dengan pelarut metanol p.a
sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 1006 µg/mL
(LIB I), kemudian dipipet 5 mL dari LIB I ke dalam labu tentukur 100 mL dan
dicukupkan dengan pelarut metanol p.a sampai garis tanda 50,3 µg/mL(LIB II).
Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 50.
labu tentukur 25 mL, dicukupkan volume dengan pelarut metanol p.a hingga garis
tanda tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 1008µg/mL (LIB I),
kemudian dipipet 2,5 mL dari LIB I ke dalam labu tentukur 25 mL dan ditambah
100,8µg/mL (LIB II). Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran
4 halaman 51.
18
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Pembuatan spektrum serapan maksimum Metformin
Dipipet 0,8 mL larutan induk baku (LIB II) metformin dimasukkan kedalam
pelarut metanol sampai garis tanda dengan konsentrasi 8,7 µg/mL, kemudian
Dipipet masing-masing 0,4; 0,6; 0,8; 1; 1,1 mL dari LIB II kedalam labu
spektrum serapannya. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran
4 halaman 52.
Dipipet masing-masing 0,5; 0,7; 0,9; 1,1; 1,3 mL LIB II kedalam labu ukur
sampai garis tanda untuk mendapatkan larutan glibenklamid konsentrasi 4,7; 6,7;
8,7; 10,7; 12,7 µg/mL secara berturut-turut. Dari larutan-larutan tersebut dibuat
halaman 53.
19
Universitas Sumatera Utara
3.6.7 Penentuan Serapan Larutan Standar
Larutan standar metformin dengan konsentrasi 2,0 μg/ml; 3,0 μg/ml; 4,0
μg/ml; 5,0 μg/ml; dan 6,0 μg/ml dan larutan standar glibenklamid dengan
konsentrasi 4,7 μg/ml; 6,7 μg/ml; 8,7μg/ml; 10,7 μg/ml; dan 12,7 μg/ml yang
pengukuran.
y = ax + b
Keterangan:
y = harga serapan (A)
x = konsentrasi
a = koefisien regresi yang menunjukkan nilai serapan
b = konstanta
glibenklamid dengan konsentrasi 8,7 μg/ml, kemudian kedua larutan ini diukur
pembacaan spektrum ini dilakukan pada rentang panjang gelombang 220-260 nm,
karena pada rentang panjang gelombang ini metformin dan glibenklamid tumpang
20
Universitas Sumatera Utara
serapan komponen mulai memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan
serapan. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 54.
pelarut metanol sampai garis tanda. Kemudian di pipet sebanyak 0,4 mL dari
labu tentukur 10 mL, dicukupkan dengan pelarut metanol sampai garis tanda.
Kemudian dari larutan tersebut dipipet1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur
10 mL,dilarutkan dengan pelarut metanol sampai garis tanda. Diukur serapan pada
panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada
ditimbang ke dalam labu tentukur 50 mL, dilarutkan dengan pelarut metanol p.a
21
Universitas Sumatera Utara
mL yang didalamnya terdapat 0,1 mL filtrat, lalu dicukupkan dengan pelarut
metanol p.a sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan yang mengandung
serapan pada panjang gelombang yang telah ditentukan. Bagan alir prosedur
baku), sejumlah sampel yang dianalisis ditambah analit dengan kadar yang
diperlukan dari kadar analit yang diperkirakan, dicampur dan dianalisis kembali.
Keterangan:
Ca = konsentrasi perolehan sampel setelah penambahan baku
Cb = konsentrasi baku yang ditambahkan
Cc = konsentrasi teoritis sampel sebelum penambahan baku
dasar serapan campuran (Ac) dan serapantiap komponen pada multi panjang
persamaan matriks:
22
Universitas Sumatera Utara
3.6.12 Analisis Hasil
a. UjiAkurasi
b.Uji Presisi
of variation (CV). Jika KV lebih kecil dari 2% maka dinilai mempunyai presisi
t hitung =
statistik dapat dilihat pada Lampiran 13 hal 78. Menurut Sudjana (2005), dasar
penolakan data jika t hitung ≥ t tabel dan t hitung ≤ -t table, untuk mencari kadar
23
Universitas Sumatera Utara
μ = ± t(1-1/2α)dk x
Keterangan :
μ = Interval kepercayaan
X = Kadar rata-rata sampel
X = Kadar sampel
t = Harga ttabel sesuai dengan dk = n-1
α = Tingkat kepercayaaan
dk = Derajat kebebasan (dk = n-1)
SD = Standar deviasi
n = Jumlah pengulangan
24
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
0,50000
0,40000
0,30000
Abs.
0,20000
0,10000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
25
Universitas Sumatera Utara
0,50000
0,40000
0,30000
Abs.
0,20000
0,10000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
dapat dilihat pada Gambar 4.3; 4.4, sedangkan spectrum tumpang tindih serapan
0,70000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
26
Universitas Sumatera Utara
0,70000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
dan glibenklamid saling tumpang tindih dan serapan pada panjang gelombang
27
Universitas Sumatera Utara
dalam campurannya. Berbeda dengan spektrofotometri metode panjang
zat dalam campuran zat tersebut dengan zat lainnya, dengan syarat masing-masing
(Andrianto, 2009).
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
Dari Gambar 4.6 dapat dilihat bahan spektrum tumpang tindih serapan
µg/ml dan glibenklamid konsentrasi 8,7 µg/ml. Pembacaan spektrum serapan ini
dilakukan pada rentang panjang gelombang 220-260 nm, karena pada rentang
dipilih lima panjang gelombang analisis metformin dan glibenklamid adalah 225
nm, 229,4 nm, 236,6 nm, 233 nm dan 243 nm. Spektrum panjang gelombang
28
Universitas Sumatera Utara
0,70000
0,60000 236,6
229,4
233
225
243
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
akan digunakan. Lima panjang gelombang yang digunakan adalah 225 nm, pada
potong kedua yaitu pada panjang gelombang 255 nm tidak dipilih dikarenakan
memberikan serapan.
konstribusi serapan suatu senyawa terhadap serapan dari campuran senyawa pada
29
Universitas Sumatera Utara
Penentuan harga serapan ini dilakukan dengan mengukurserapan masing-
masing larutan baku metformin dan glibenklamid pada panjang gelombang 225
nm; 229,4 nm; 233 nm; 236,6 nm; dan 243 nm. Data perhitungan serapan
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan II
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
Tabel 4.3 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan III
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
31
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan IV
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
( 225 nm 229,4 nm 233 nm 236,6 nm 243 nm
32
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Data perhitungan nilai serapan (a) metformin pengulangan VI
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
33
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Data perhitungan nilai serapan (a) glibenklamid pengulangan II
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
Tabel 4.9 Data perhitungan nilai serapan (a) glibenklamid pengulangan III
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
34
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Data perhitungan nilai serapan (a) Glibenklamid pengulangan IV
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Data perhitungan nilai serapan (a) Glibenklamid pengulangan VI
C 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆
Nilai serapan (a) yang dipakai adalah nilai serapan dari metformin dan
pengulangan V lebih besar dari nilai r tabel. Ini berarti bahwa persamaan tersebut
mempunyai linearitas yang baik, karena nilai r hitung mendekati 1. Dasar lain
dalam memilih nilai serapan yang akan digunakan dapat dilihat dari nilai a dari
menunjukkan bahwa hasil penelitian ini dapat dipercaya, walaupun nilai a pada
36
Universitas Sumatera Utara
terkecil. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah melihat nilai r nya. Nilai r
diterima bila lebih besar dari r tabel, dan nilai r yang mendekati 1
untuk metformin dan glibenklamid adalah nilai serapan pada duplikat kelima,
400 nm. Spektrum yang diperoleh digunakan untuk melihat apakah spektrum
larutan baku campuran tersebut sama dengan spektrum tablet G®. Perhitungan
kadar teoritis baku campuran metformin dan glibenklamid dapat dilihat pada
dan sesudah penambahan baku dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
37
Universitas Sumatera Utara
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
glibenklamid sulit untuk dianalisis.Untuk mengatasi hal ini maka perlu dilakukan
adisi dengan baku pembanding sebanyak 4,32mL dari larutan induk baku II
setelah itu pengukuran dapat dilakukan. Larutan sampel dibuat sebanyak 6 kali
pengulangan, dengan tujuan agar data yang diperoleh lebih akurat. Kemudian
larutan tersebut diukur serapannya pada kelima panjang gelombang yaitu 225 nm;
sebagai berikut:
38
Universitas Sumatera Utara
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
gabungan dari 2 senyawa dalam satu larutan, sehingga tidak dapat diperoleh
39
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13. Data konsentrasi, kadar dan koefisien variasi (% KV) metformin dan
glibenklamid dalam sediaan tablet G®
Metformin Glibenklamid
Konsentr Konsentr Kadar Konsentrasi Konsen Kadar
No. asi asi akurasi perolehan trasi akurasi
Sampel perolehan Teoritis hasil matriks Teoritis hasil
matriks (µg/ml) matriks (µg/ml) (µg/ml matriks
(µg/ml) (%) (%)
1 4,0054 100,99% 0,02 100,24%
2 4,0183 104,46% 0,02 100,63%
3 4,0247 104,51% 0,02 103,84%
4 4,0248 104,59% 0,02 99,90%
5 4,0377 99,40% 0,02 97,61%
6 3,9924 105,06% 0,02 98,24%
Rerata dari akurasi hasil 103,16% Rerata dari akurasi 100,07%
hasil matriks
matriks
% KV 0,2628% %KV 0,3641%
(2014) yaitu untuk sediaan tablet yang mengandung metformin dan glibenklamid
tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada
etiket.
metformin dan glibenklamid memiliki akurasi yang baik karena berada pada
40
Universitas Sumatera Utara
rentang 90%-110% dan juga memiliki presisi yang baik karena %KV metformin
dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 75. Perhitungan kadar akurasi dari hasil
matriks metformin dan glibenklamid dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 77.
(%KV) metformin dan glibenklamid dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 85.
Rujukan
λ yang Metformin pada 237 nm 225 nm; 229,4 nm; 233 nm;
digunakan Glibenklamid pada 300 nm. 236,6 nm dan 245 nm
41
Universitas Sumatera Utara
4.9 Hasil Uji Validasi
Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah
dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang
absah dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy)
Perhitungan uji akurasi dari hasil matriks pada sediaan tablet G® dapat
dilihat pada Lampiran 13 halaman 77. Data hasil uji akurasi dari hasil matriks
Metformin dan Glibenklamid dengan pada tablet G® dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Data hasil uji akurasil hasil matriks metfomin dan glibenklamid pada
tablet G®
1 100,99% 100,24%
2 104,46% 100,63%
3 104,51% 103,84%
4 104,59% 99,90%
5 99,40% 97,61%
6 105,06% 98,24%
akurasi dari hasil matriks yang diperoleh sangat dekat dengan nilai sebenarnya
dan telah memenuhi syarat akurasi untuk validasi prosedur analisis karena rata-
rata berada di antara rentang 90% − 110% (Kementerian Kesehatan R. I., 2014).
42
Universitas Sumatera Utara
Persen perolehan kembali metformin dan glibenklamid masing-masing 103,16%
dan 100,07%.
43
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
baik karena berada di rentang 90-110% dan presisi yang baik dengan
%KV <2%
5.2 Saran
dengan metode lain, misalnya metode Mean Centering of Ratio Spectra (MCR).
44
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, R., Pitasari, F. dan Rusdi. (2015). Development and Validation of TLC
dentiometry Method for simultaneous Determination of Metformin HCl
and Glibenclamide in Tablets Dosage Form. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research, 2015, 7(9S):159-164.
Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan IV.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Halaman 31-33.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-135.
Jas, A. (2004). Perihal Obat dengan Berbagai Bentuk Sediaannya. Medan: USU
Press. Halaman 2-3.
Kementerian Kesehatan R. I. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 554, 998 dan 1001.
Moffat, A. C., Osselton, M. D., dan Widdop, B. (2011). Clarke’s Analysis of Drug
And Poisons. Fourth Edition. London: Pharmaceutical Press. Electronic
version. Halaman 686, 1565.
45
Universitas Sumatera Utara
Munson, J. W. (1984). Pharmaceutical Analysis - Part B. Modern Methods.
Penerjemah: Harjana dan Soemadi (1991). Analisis Farmasi: Metode
Modern. Parwa B. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 334-
338.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Halaman 93, 168.
Tan, H. T., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Kasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Cetakan Pertama. Jakarta: Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia. Halaman 312,317, dan 318.
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Gambar tablet
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Daftar spesifikasi sampel pada tablet Glucovance
1. Tablet Glucovance
Glibenklamid……….1,25 mg
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar alat-alat
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan Alir Prosedur Penelitian
Baku Metformin
Dipipet 5ml
Dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml
Dipipet 0,75ml
Metformin = 236,6 nm
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
2. Pembuatan Larutan Induk Baku dan Serapan Maksimum Glibenklamid
Baku Glibenklamid
Dipipet 2,5 ml
Dimasukkan kedalam labu tentukur 25ml
Dipipet 0,87ml
Glibenklamid (8,7µg/ml)
Glibenklamid = 229,4 nm
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
3. Pembuatan Spektrum Serapan Metformin
8 μg/ml
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
4. Pembuatan Spektrum Serapan Glibenklamid
8 μg/ml
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
5. Penentuan Panjang Gelombang Analisis Metformin dan Glibenklamid
ditumpang tindihkan
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
Metformin 10 mg Glibenklamid 10 mg
Dimasukkan ke dalam
Dimasukkan ke dalam
labu tentukur 10 mL
labu tentukur 10 mL
Dilarutkan dan
Dilarutkan dan
dicukupkan dengan
dicukupkan dengan
pelarut metanol p.a
pelarut metanol p.a
Larutan8 μg/ml
Metformin Larutan8 Glibenklamid
μg/ml
1000 µg/mL 1000 µg/mL
8 μg/ml 8 μg/ml
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
20 Tablet
Serbuk
dihitung
Kadar
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Perhitungan kadar teoritis dari campuran baku Metformin dan
Glibenklamid
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 42,4 = 10 x C3
X = 4,24µg/mL (kadar akhir)
KadarGlibenklamid:
V1 x C1 = V2 x C2
0,87 x 1060 = 10 x C2
X = 92,22µg/mL (kadar awal)
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 92,22 = 10 x C3
X = 9,22µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 42 = 10 x C3
X = 4,2µg/mL (kadar akhir)
Kadar glibenklamid:
V1 x C1 = V2 x C2
0,87 x 1050 = 10 x C2
X = 91,35µg/mL (kadar awal)
V2 x C2=V3 x C3
1 x 91,35 = 10 x C3
X = 9,135µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 41,6 = 10 x C3
X = 4,16µg/mL (kadar akhir)
Kadar glibenklamid:
V1 x C1 = V2 x C2
0,87 x 1040 = 10 x C2
X = 90,48µg/mL (kadar awal)
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 90,48 = 10 x C3
X = 9,048µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 41,2 = 10 x C3
X = 4,12µg/mL (kadar akhir)
Kadar glibenklamid:
V1 x C1 = V2 x C2
0,87 x 1030 = 10 x C2
X = 89,61µg/mL (kadar awal)
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 89,61 = 10 x C3
X = 8,961µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
V1 x C1 = V2 x C2
0,87 x 1020 = 10 x C2
X = 88,74µg/mL (kadar awal)
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 88,74 = 10 x C3
X = 8,874µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL
V2 x C2 = V3 x C3
1 x 87,87 = 10 x C3
X = 8,787µg/mL (kadar akhir)
Keterangan:
V = mL
C = µg/mL
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Spektrum serapan Metformin dengan konsentrasi 2,0-6,0 μg/mL
yang dibuat sebanyak 6 kali pengulangan
0,70000
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (lanjutan)
0,70000
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (lanjutan)
0,70000
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Spektrum serapan Glibenklamid konsentrasi 4,7-12,7 μg/mL yang
di buat sebanyak 6 kali pengulangan
0,70000
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (lanjutan)
0,70000
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (lanjutan)
0,70000
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
0,60000
0,40000
Abs.
0,20000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Spektrum Serapan Baku Campuran Metformin dan Glibenklamid
yang di buat Sebanyak 6 kali
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Spektrum serapan Metformin dan Glibenklamid dalam Sampel
Tablet G® yang di buat sebanyak 6 kali pengulangan
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
Gambar 25. Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dalam Sampel Tablet
G® pengulangan 3
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
Gambar 26. Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dalam Sampel Tablet
G® pengulangan 4
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
Gambar 27. Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dalam Sampel Tablet
G® pengulangan 5
1,50000
1,00000
Abs.
0,50000
0,00000
220,00 250,00 300,00 350,00 400,00
nm .
Gambar 28. Spektrum serapan metformin dan glibenklamid dalam Sampel Tablet
G® pengulangan 6
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Data penimbangan dan serapan dari Tablet G®
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Contoh perhitungan kadar teoritis dari Metformin dan
Glibenklamid dalam tablet G
= 61,817 mg
Secara teoritis, didalam 61,817 mg serbuk yang ditimbang terdapat kesetaraan
Berat serbuk yang ditimbang adalah 61,817 mg, maka berat setara metformin
sebenarnya adalah :
Dilarutkan dengan metanol p.a dengan kuantitatif dalam labu tentukur 50ml
49,98 mg
Konsentrasi metformin = 1000µg = 999,6ppm
50ml
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
0,2499 mg
Konsentrasi glibenklamid = x 1000µg = 4,998 ppm
50 ml
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Data Perhitungan Kadar Perolehan Operasi Matriks Metformin
dan Glibenklamid Pada Tablet G®
Pengulangan 1
( ) -
( ) X
( )
( ) ( )
( )
( )=( )
Pengulangan 2
( ) -
( ) X
( )
( ) ( )
( )
( )=( )
Pengulangan 3
( ) -
( ) X
( )
( ) ( )
( )
( )=( )
Pengulangan 4
( ) -
( ) X
( )
( ) ( )
( )
( )=( )
Pengulangan 5
( ) -
( ) X
( )
( ) ( )
( )
( )=( )
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. (lanjutan)
Pengulangan 6
( ) -
( ) X
( )
( ) ( )
( )
( )=( )
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Perhitungan Kadar Akurasi dari Perolehan Matriks Metformin
dan Glibenklamid
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Perhitungan Statistik Kadar Metformin dan Glibenklamid pada
Tablet G®
1. Kadar Metformin
(X)
No. Kadar Akurasi
dari hasil X- (X - )2
matriks (%)
∑( )
SD =√ =√ =√ = 2,3490
-
Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = n-1 = 6-1 = 5
Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk
= (1 – 0,025); 5
= 0,975; 5
= 2.5706
Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ -t tabel.
-
t hitung = | ⁄√
|
-
ft hitung 1 = | ⁄√
| =| | = 2,1584 (diterima)
√
-
t hitung 2 = | ⁄√
| =| | = 1,3555 (diterima)
√
-
t hitung 3 = | ⁄√
| =| | = 1,4077 (diterima)
√
78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
-
t hitung 4 = | ⁄√
| =| | = 1,4911 (diterima)
√
-
t hitung 5 = | ⁄√
| =| | = 3,9207 (ditolak)
√
-
t hitung 6 = | ⁄√
| =| | = 1,9812 (diterima)
√
Data 5 ditolak karena nilai t hitung≥ ttabel dan t hitung ≤-t tabel , maka data yang dipakai
(X)
No.
Kadar Akurasi dari X- (X - )2
hasil matriks (%)
∑( )
SD = √ √ = 1,6583
Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = 5-1 = 4
= (1 – 0,025); 4
= 0,975; 4
= 2,77645
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
-
t hitung = | ⁄√
|
-
t hitung 1 = | ⁄√
|=| | = 3,9536 (ditolak)
√
-
t hitung 2 = | ⁄√
| =| | = 0,7254 (diterima)
√
-
t hitung 3 = | ⁄√
| =| | = 0,7928 (diterima)
√
-
t hitung 4 = | ⁄√
| =| | = 0,9007 (diterima)
√
-
t hitung 6 = | ⁄√
| =| | = 1,5345 (diterima)
√
Data 1 ditolak karena nilai t hitung≥ ttabel dan t hitung ≤-t tabel , maka data yang dipakai
(X)
No.
Kadar Akurasi dari X- (X - )2
hasil matriks (%)
∑( )
SD = √ √ = 0,2751
Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = 4-1 = 3
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
= (1 – 0,025); 3
= 0,975; 3
= 3,18245
-
t hitung = | ⁄√
|
-
t hitung 2 = | ⁄√
| =| | = 1,4176 (diterima)
√
-
t hitung 3 = | ⁄√
| =| | = 1,0541 (diterima)
-
t hitung 4 = | ⁄√
| =| | = 0,4725 (diterima)
√
-
t hitung 6 = | ⁄√
| =| | = 2,9443 (diterima)
√
μ = ( ̅ ± ttabelx )%
√
= (104,655± 3,18245 x )%
√4
= (104,655 ± 0,4377) %
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
2. Kadar Glibenklamid
(X)
No. Kadar Akurasi
dari hasil X- (X - )2
matriks (%)
∑( )
SD =√ =√ = 0,8925
Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = n-1 = 6-1 = 5
= (1 – 0,025); 5
= 0,975; 5
= 2.5706
-
t hitung = | ⁄√
|
-
t hitung 1 = | ⁄√
| =| | = 0,4666 (diterima)
√
-
t hitung 2 = | ⁄√
| =| | = 1,5371 (diterima)
√
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
-
t hitung 3 = | ⁄√
| =| | = 10,3486 (ditolak)
√
-
t hitung 4 = | ⁄√
| =| | = 1,4666 (diterima)
√
-
t hitung 5 = | ⁄√
| =| | = 6,7526 (ditolak)
√
-
t hitung 6 = | ⁄√
| =| | = 5,0233 (ditolak)
√
Data 3,5 dan 6 ditolak karena nilai t hitung ≥ t tabel dan t hitung ≤-t tabel , maka data
(X)
No.
Kadar Akurasi dari X- (X - )2
hasil matriks (%)
∑( )
SD =√ =√ = 0,3651
Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = n-1 = 3-1 = 2
Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk
= (1 – 0,025); 2
= 0,975; 2
= 4,30265
Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ -t tabel.
-
t hitung = | ⁄√
|
83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
-
t hitung 1 = | ⁄√
| =| | = 0,0759 (diterima)
√
-
t hitung 2 = | ⁄√
| =| | = 1,7750 (diterima)
√
-
t hitung 3 = | ⁄√
| =| | = 1,6896 (diterima)
√
μ = ( ̅ ± ttabelx )%
√
= (100,256± 4,30265 x )%
√3
= (100,256 ± 0,9069) %
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Perhitungan %KV (Koefisien Variasi) Metformin dan
Glibenklamid pada Tablet G®
S
% KV = X
x 100%
0,2751
%KV Metformin = X 100% = 0,2628 %
104,655
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Sertifikat Pengujuan Glibenklamid
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Daftar Nilai Distribusi t
87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Tabel Distribusi r
88
Universitas Sumatera Utara