Anda di halaman 1dari 4

LANDASAN TEORI

Beberapa tahun terakhir ini, bentuk sediaan obat dalam bentuk kombinasi dari beberapa
senyawa obat telah banyak ditemui beredar dimasyarakat. Oleh karena itu untuk analisa
kandungan kimia dari masing-masing obat dalam campuran dibutuhkan teknik yang dapat
dilakukan dengan mudah, waktu singkat dan murah. Metode ini disebut dengan analisis
multivarian.

Analisa kadar dari masing-masing komponen dari campuran ini dapat dilakukan dengan
metoda spektrometri ataupun kromatografi tanpa terlebih dahulu harus dilakukan tahap awal
pemurnian masing-masing senyawa tunggal. Metoda analisa ini dikenal dengan nama metoda
analisa simultan (Symultaneous analysis). Beberapa metoda telah dikembangkan dalam
analisa komponen kimia campuran dari beberapa obat antara lain spektrometri dan
kromatografi. Sejauh ini spektrometri UV-Vis merupakan salah satu teknik instrument
pilihan yang digunakan di laboratorium karena alat yang digunakan cenderung lebih
sederhana dan murah. Pada praktikum analisis multivarian ini diharapkan dapat
dikembangkan suatu metode spektrofotometri penentuan simultan dua komponen yaitu
campuran sulfametaksazole dan trimetoprim secara langsung tanpa pemisahan, meski serapan
masing masing komponen saling mempengaruhi.

Obat golongan sulfonamida digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi disebabkan


oleh bakteri. Kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim, yang lebih dikenal sebagai
kotrimoksazol merupakan bentuk kombinasi obat yang sering ditemukan dalam bentuk
sediaan farmasi. Obat ini bekerja sebagai antibakteri yang digunakan secara luas pada infeksi
saluran kencing, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Dua obat yang dikombinasikan
ini dilaporkan lebih efektif sebagai antibakteri karena bekerja secara sinergis (Shamsa and
Amani, 2006).

Sulfametoksazol mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101,1%
C10H11N4O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Sulfonamida adalah anti
mikroba yang digunakan secara sistemis maupun topical untuk beberapa penyakit infeksi.
Sebelum ditemukan antibiotik sulfoniamida merupakan kemoterapi yang utama, tetapi
kemudian penggunaannya terdesak oleh antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan
preparat kombinasi trimetoprim dan sulfa meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida.
Selain sebagai kemoterapi derivate sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti
diabetik oral (ADO). Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif
dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para
Amino Benzoic Acid). Mekanisme kerja dari Sulfanilamida berdasarkan antagonism saingan
(kompetitif). Bakteri membutuhkan PABA (p-amino benzoicacid) untuk membentuk asam
folat (THFA). Asam folat digunakan untuk sintesis purin dan DNA/RNA. Sulfonamid
menyaingi PABA dengan menghambat atau mengikat enzim dihidropteroat sintase (DHPS)
sehingga menghambat pembentukan asam folat. Sulfonamida menyebabkan bakteri keliru
menggunakannya sebagai pembentuk asam folat. Sintesis asam folat, purin, dan DNA/RNA
gagal sehingga pertumbuhan bakteri terhambat.

Trimetoprim mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,1%
C14H10N4O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Trimetoprim adalah suatu
diamino-pirimidin yang bersifat basa lemah dengan pKa 7,3 dan sedikit larut dalam air dan
penghambat dihidrofolat reduktase bakteri poten yang menunjukkan spektrum antibakteri
mirip dengan sulfa. Namun demikian, trimetoprim lebih sering dikombinasikan dengan
sulfametoksazol. Trimetoprim dan sulfametoksazol menghambat reaksi enzimatik obligat
pada dua tahap yang berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi kedua obat kedua obat
memberi efek sinergis.

Penemuan sediaan kombinasi ini merupakan kemajuan penting dalam usaha


meningkatkan efektivitas klinik antimikroba. Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama
kotrimoksazol. Kotrimoksazol umumnya tersedia dalam tablet yang mengandung 400mg
sulfametoksazol dan 80mg trimetoprim (400/80mg). Juga ada tablet kekuatan ganda (forte)
800/160mg. Untuk anak tersedia versi sirop yang mengandung 200/40mg per 5ml, serta tablet
100/20mg.

Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus
dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang berkualitas baik akan
menunjang tercapainya efek terapetik yang diharapkan. Prosedur pengujian dan penetapan
kadar pengujian diberikan untuk menetapkan kesesuaian dengan persyaratan kadar, mutu dan
kemurnian yang tertera pada Farmakope (Depkes, 1995).

Metode persamaan simultan dilakukan dengan mengukur 2 atau lebih panjang


gelombang yang mana masing masing komponen tidak akan mengganggu. Kromofor yang
berbeda-beda dari tiap komponen akan mempunyai kekuatan absorbsi cahaya yang berbeda
pula pada satu daerah panjang gelombang. Pengukuran dilakukan pada masing-masing
larutan pada tiap panjang gelombang (menurut banyaknya komponen), sehingga diperoleh
persamaan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi pada panjang gelombang tersebut.
Oleh karena itu untuk aplikasi metode ini maka perlu dilakukan validasi metode tersebut,
sehingga hasil analisis yang didapatkan dapat dipertanggung jawabkan.
DAPUS
Septiani, Aiva. 2015. “Penetapan Kadar Sulfametoksazol dan Trimetoprim
dalam Campuran Tablet Kotrimoxazol Secara Simultan dengan Metode Spektrofotometri
Uv”. Skripsi. Farmasi. Politeknik Kesehatan Makassar.

Shamsa, Fazel. 2006. Determination of Sulfamethoxazole and


Trimethoprim in Pharmaceuticals by Visible and UV Spectrophotometry.
Diakses pada tanggal 23 September 2020 pada
https://www.researchgate.net/publication/26619930_Determination_of_Sulfame
thoxazole_and_Trimethoprim_in_Pharmaceuticals_by_Visible_and_UV_Spectr
ophotometry

Anda mungkin juga menyukai