Anda di halaman 1dari 22

KASUS FARMAKOTERAPI

KELOMPOK 8

Nur Astuty Purnamasari 111610200000


Handaryni 11171020000028
Muzaik Zuhuuriyah Kamas 11171020000037
Tifany Putri Sahara 11171020000049
Nadhia Putri Karimah 11171020000050
Retno Tri Rahayu 11171020000094
KASUS 4
Tn AJ, 31 thn (BB 50 kg, TB 155 cm) mengeluh sesak nafas terutama saat batuk selama kurang lebih 3
hari, nyeri pada dada terutama dada kanan, dahak (+), demam (+). Dokter mendiagnosa TBC paru,
pleurapnemonia, efusi pleura kanan.
Obat yang diberikan :
- Ambroxol 30 mg, 3x1
- Prednison 3x1
- Ceftriaxone injeksi 2 x 2 g

Diskusikan :

1. Analisa penggunaan obat tersebut (DRP nya) berdasarkan klasifikasi PCNE

2. Buatlah rekomendasi pengobatan pada pasien tersebut


Deskripsi Penyakit

01 02
Terapi
- Patofisiologi - Tujuan Terapi
- Manifestasi Klinis - Pendekatan Umum
- Evaluasi Terapi

03 04
PCNE Solusi
- Klasifikasi obat - Rekomendasi obat
- DRP berdasarkan klasifikasi PCNE - Terapi Non Farmakologi
DESKRIPSI PENYAKIT
PATOFIOLOGI
TBC PARU PLEURAPNEUNOMIA EFUSI PLEURA KANAN
- Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan - Mikroorganisme mencapai saluran pernafasan Efusi pleura kanan merupakan akumulasi cairan
oleh Mycobacterium tuberculosis. bawah melalui tuga rute: dapat melalui inhalasi abnormal pada pleura bagian kanan yang
- Infeksi primer diinisiai oleh omplantasi sebagai partikel aerosol, dapat melalui aliran disebabkan oleh karena pembentukan cairan pleura
organisme di alveolar melalui droplet nuclei darah dari tempat imfeksi di luar paru, atau lebih cepat dari proses absorpsinya.
yang sangat kecil (1-5 nm) untuk menghindari aspirasi dari isi orofagial. Infeksi virus pada
sel epithelial siliari dari saluran pernapasan paru menekan aktivitas pengeluaran bakteri
atas. Bila terimplantasi M. tuberculosis melalui dengan cara memperlemah fungsi makrofag
saluran napas, mikroorganisme akan alveol dan pembersihan oleh sel mukisiliari,
membelah diri dan dicerna oleh makrofag sehingga menyebabkan tahapan infeksi bakteri
pulmoner, dimana pembelahan diri akan terus sekunder.
berlangsung, walaupun lebih pelan. Nekrosis - Penyebab utama pneumonia adalah S.
jaringan dan klasifikasi pada daerah yang pneumonia atau M. neumoniae.
terinfeksi dan nodus limfe regional dapat - Pneumonia yang diperoleh di RS : Baksil G
terjadi, menghasilkan pembentukan radiodense dan S. aureus
area menjadi kompleks Ghon. - Aspirasi isi lambung atau orofangial: aerob
- Makofag yang teraktivasi dalam jumlah besar
akan mengelilingi daerah yang ditumbuh M.
tuberculosis yang padat sebagai bagian dari
imunitas yang dimediasi oleh sel
MANIFESTASI
KLINIK TBC PARU PLEURAPNEUMONIA EFUSI PLEURA KANAN
Ciri dan Simptom Ciri dan Simptom Ciri dan Simptom
- Pasien biasanya mengalami penurunan - Nyeri dada saat menarik dan membuang napas
- Demam yang meningkat tajam, batuk - Batuk
berat badan, lemas, batuk, demam, dan - Demam
keringat malam produktif sputum berwarna atau - Sesak napas
- Hemofisis Frank Pemeriksaan Radiologis
berdarah, nyeri dada, takikardia takipnea
- Foto toraks : foto toraks postero anterior posisi
Pemeriksaan Fisik - Radiografi khas tegak maka akan dijumpai gambaran sudut
Seuara khas pada perkusi dada, bunyi dada, - kostofrenikus yang tumpul baik dilihat dari
Laboratorium: leukositosis terutama sel depan maupun dari samping. (Roberts JR et al,
dan peningkatan suara yang bergetar lebih
sering diamati pada auskulasi Poly Morfho Nuclear, O2 arteri rendah 2014)
- USG Toraks
- CT scan toraks : digunakan untuk menilai
Pemeriksaan Laboratorium penebalan pleura, ketidakteraturan, dan massa
Peningkatan pada perhitungan sel darah yang mengarah keganasan dan penyakit –
putih dengan dominasi limfosit penyakit lain yang menyebabkan efusi pleura
eksudatif. CT scan toraks juga berguna dalam
Radiografi dada mengidentifikasi patologi mediastinum dan
- Infiltrasi nodus pada daerah apical di dalam membedakan ascites dari efusi pleura
subpulmonik yang terlokalisir. (Roberts JR et
lobus bagian atas dari bagian superior al, 2014)
dari lobus paling bawah - Torakoskopi
- Kavitasi yang menunjukkannkadar - Biopsi pleura
udara-air sebagai tanda perkembangan
infeksi
KATEGORI PENYAKIT TB

KATEGORI-1
- Pasien baru TB paru BTA positif
- Pasien TB paru BTA negative foto toraks positif
- Pasien TB ekstra paru

KATEGORI-2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
- Pasiem kambuh
- Pasien gagal
- Pasien dengan pengobatan terputus
TERAPI
TBC PARU PLEURAPNEUMONIA EFUSI PLEURA KANAN
- Kategori 1 diobati dengan INH, Tujuan Terapi Terapi
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol - Eradikasi pathogen dan penyembuhan - Torakosentesis : diagnosis dan
selama 2 bulan (fase intensif) setiap hari klinis mengurangi gejala yang ditimbulkan
dan selanjutnya 4 bulan (fase lanjutan) - Menurunkan morbiditas akibat efusi pleura tersebut.
dengan INH dan rifampisin 3 kali dalam Pendekatan Umum - Pemasangan selang dada : dapat
seminggu (2HRZE/4H3R3 - Tetapkan: fungsi pernafasan, tanda- dilakukan pada pasien dengan efusi
- Kategori 2 diobati dengan INH, tanda sakit sistemik: dehidrasi, sepsis -> pleura ataupun pneumotoraks dengan
rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan koleps ukuran moderat sampai large, pasien
streptomisin selama 2 bulan setiap hari - Terapi suportif: oksigen, cairan dengan riwayat aspirasi cairan pleura
dan selanjutnya dengan INH. Rifampisin pengganti bronkodilator, fisioterapi berulang, efusi pleura yang berulang,
dan etambutol selama 5 bulan seminggu dada, nutrisi, pengendalian demam pada pasien yang dilakukan bedah
3 kali (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) - Antibiotik empiric dengan antibiotic toraks, pasien dengan pneumotoraks
Jika setelah 2 bulan BTA masih spectrum lebar. Bila kultur diketahui, yang berhubungan dengan trauma,
positif, fase intensif ditambah 1 bulan sempitkan spectrum. Antibiotik aerosol hemotoraks, kilotoraks, empiema, atau
sebagai sisipan (HRZE) belum terbukti pada keadaan lain
- Pencegahan dengan vaksin terhadap S.
pneumonia dan H. influenzae
Obat yang diberikan :

- Ambroxol 30 mg, 3x1

- Prednison 3 x 1

- Ceftriaxone injeksi 2 x

PCNE 2g
AMBROKSOL
 Agen sekretolitik yang digunakan dalam pengobatan penyakit pernapasan yang

berhubungan dengan lendir kental atau berlebihan. [Pubchem]

 Ekspektoran

Agen yang meningkatkan ekskresi lendir. Agen mukolitik, yaitu obat yang mencairkan sekresi
lendir, juga termasuk di sini. [DrugBank]

 Bahan aktif Mucosolvan, Lasolvan atau Mucoangin.

 Merangsang sintesis dan pelepasan surfaktan oleh pneumosit tipe II. Surfaktan

bertindak sebagai faktor anti-lem dengan mengurangi adhesi lendir ke dinding


bronkial, dalam meningkatkan transportasi dan dalam memberikan perlindungan
terhadap infeksi dan zat-zat yang mengiritasi.
Nama Obat Indikasi Farmakokinetik Dosis Waktu Paruh Interaksi Obat

Ekspektoran
Ambroxol Sebagai sekretolitik A : Cepat dan Hampir Dewasa: dosis harian 7-12 Jam Pemberian bersamaan
pada gangguan saluran Sempurna 30 mg (satu tablet dengan antibiotik
nafas akut dan kronis D:- Ambroxol) hingga 120 (amoksisilin
khususnya pada M:- mg (4 tablet Ambroxol) sefuroksim,
eksaserbasi bronkitis E:- diminum dalam 2 eritromisin,
kronis dan bronkitis hingga 3 dosis terbagi doksisiklin)
asmatik dan asma menyebabkan
bronkial Anak-anak hingga 2 peningkatan
tahun: sirup Ambroxol penerimaan antibiotik
setengah sendok teh kedalam jaringan paru-
dua kali sehari paru

Anak-anak 2 - 5 tahun:
sirup Ambroxol
setengah sendok teh 3
kali sehari

Anak-anak di atas 5
tahun: Satu sendok teh
sirup Ambroxol 2-3
kali sehari
PCNE

 P2.1 : kejadian yang tidak diinginkan (non-alergi)

 C.3.5 : tidak ada monitoring terapi obat

 C5.1 : Waktu penggunaan dan/atau interval dosis yang tidak tepat

 I0.0 : tidak ada intervensi


NAMA OBAT KODE KETERANGAN

Masalah / keluhan tidak jelas. Klarifikasi lebih lanjut


P1.3
diperlukan

Tidak ada indikasi untuk obat tersebut, karena butuh


C1.3 pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui bahwa
pasien mengalami COPD
Prednisone
I1.0 Tidak ada intervensi

A1.1 Intervensi diterima dan diimplemetasikan sepenuhnya

02.1 Masalah terselesaikan sebagian


Waktu
Nama obat Indikasi Farmakokinetik Dosis Interaksi obat
paruh

Kortikosteroid
Prednison Terapi A : Mudah terserap di saluran 30 mg 2 kali sehari selama 5 2-3 jam Penggunaan prednison bersama
eksaserbasi cerna. hari, bila perlu dapat dengan saluretik atau laksatif dapat
akut COPD M: Prednison sepenuhnya diperpanjang sampai 7 hari meningkatkan ekskresi Kalium.
diubah menjadi prednisolon dengan dosis yang lebih rendah Pemberian prednison bersamaan
metabolit aktif oleh dengan obat antiinflamasi non
dehidrogenase 11- steroid (OAINS) dapat
hidroksisteroid. Kemudian meningkatkan risiko perdarahan
dimetabolisme lebih lanjut gastrointestinal. Penggunaan
terutama di hati. bersama dengan atropin dan
E: Di urin antikolinergik dapat meningkatkan
tekanan intraokular. Penyerapan
prednison menurun bila diberikan
bersama antasida yang mengandung
Aluminium dan Magnesium.
CEFTRIAXONE

Berdasarkan buku farmakologi Katzung (2014), ceftriaxone merupakan antibiotik


olongan sefalosporin generasi ketiga yang memiliki aktivitas terhadap bakteri gram
negatif yang lebih luas, dan sebagian obat generasi ketiga ini dapat menembus sawar
darah otak dan biasa ditujukan untuk pengobatan menigitis, termasuk meningitis akibat
pneumokokus, meningokokus, H. Influinzae, dan batang gram-negatif enterik yang
rentan.
PCNE
Kategori Keterangan

Cefriaxone P1 Treatment penyebab penyakit dengan indikasi obat kurang tepat

C1.3 Tidak ada indikasi untuk obat

I0.1 Tidak ada intervensi

I3.1 Obat diganti menjadi OAT

A1.1 Intervensi diterima dan diimplemetasikan sepenuhnya

O1 Masalah terselesaikan sepenuhnya


Farmakok
inetik &
Waktu
Nama Obat Indikasi farmakodi Dosis Interaksi Obat
Paruh
namik

Ceftriaxone Infeksi yang disebabkan Menembus Disuntikkan 1x24 jam 7-8 jam Aminoglikosida,
oleh patogen yang cairan dan 15-50 mg/kg/hari. Dosis antikoagulan
sensitif terhadap jaringan 1 g sehari unuk infeksi kumarin,
ceftriaxone dalam tubuh serius, 2 g setiap 2 jam probenecid,
kondisi sepsis, dengan untuk meningitis. vaksin tifoid oral.
meningitis, infeksi baik.
abdomen peritonitis,
infeksi kandung empedu,
dan saluran pencernaan,
infeksi tulang, persediaan
dan jaringan lunak,
pencegahan infeksi
prabedah; infeksi ginjal
dan saluran kemih;
infeksi saluran
pernapasan, terutama
pneumonia, infeksi THT,
infeksi kelamin.
DRUG RELATED PROBLEM (DRP)
OBAT
POIN DRP KETERANGAN DAN TATALAKSANA
RASIONAL
Nama Pasien : Tn AJ
Usia : 31 tahun
Tepat Pasien - Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Terdapat obat yang diberikan tidak mempunyai indikasi untuk pasien. Obat
Obat Tanpa tersebut adalah prednison. Prednison merupakan obat untuk pasien COPD,
Indikasi sedangkan berdasarkan diagnosis dokter dan gejala yang dialami pasien tidak
menyatakan bahwa pasien tersebut menderita COPD
Tepat Indikasi Terdapat indikasi yang tidak ada obatnya. Pasien tersebut didiagnosa TB paru,
namun tidak ada obat yang diberikan untuk diagnosis tersebut. berdasarkan
Indikasi Tanpa riwayatnya, pasien tersebut menderita TB kategori 1 dikarenakan sebelumnya
Obat pasien tersebut tidak mempunya riwayat penyakit TB. Sedangkan untuk efusi
pleura kanan, terapinya cukup dengan terapi TB dan pneumonia dikarenakan
kedua penyakit itu yang dapat menyebabkan efusi pleura kanan tersebut.
OBAT RASIONAL POIN DRP KETERANGAN DAN TATALAKSANA

Tepat Obat Salah Pemilihan Obat Terdapat salah pemilihan obat yaitu prednisone, dikarenakan prednisone
digunakan untuk penyakit COPD.
Duplikasi Tidak ada duplikasi obat

Tepat Dosis Dosis ceftriaxone terlalu besar, cukup dengan dosis 1 g/hari dalam dosis
Dosis terlalu tinggi tunggal. Dosis 2-4 g/hari dosis tunggal digunakan untuk penyakit infeksi
berat seperti meningitis.
Dosis prednisone yang diberikan terlalu rendah, sseharusnya 30 mg 2 kali
Dosis terlalu rendah
sehari
Tepat Rute Penggunaan Salah pemilihan rute Rute penggunaan yang dipilih sudah tepat
sediaan

Informasi Efek Samping Adanya efek samping Ceftriaxon dan Ambroxol (mirip) : Diare dan colitis yang disebabkan oleh
mayor antibiotic, mual dan muntah. Rasa tidak enak pada saluran cerna, sakit
kepala, reaksi alergi berupa ruam, pruritus, urtikaria, serum sickness,
demam dan atralgia, serum sickness, demam dan atralgia, anafilaksis, dll.
Prednison : demam, myalgia, atralgia, dan malaise. Komplikasi :
gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia, mudah mendapat infeksi,
miopati dll.

Informasi Interaksi Obat Ada interaksi mayor Dari obat yang diberikan tidak terdapat interaksi yang terjadi antarobat
obat
SOLUSI
 REKOMENDASI PENGOBATAN
 TERAPI NON FARMAKOLOGI
REKOMENDASI PENGOBATAN
Nama Obat Dosis Kegunaan
Isoniazid 150 mg; 150 mg
Digunakan untuk pengobatan TBC dengan 2HRZE/4H3R3 yaitu selama 2
Rifampisin 75 mg; 150 mg bulan (fase intensif) mengonsumsi INH, rifampisin, pirazinamid, dan
Pirazinamid 400 mg etambutol (150/75/400/275) setiap hari dan dilanjutkan dengan 3 bulan (fase
lanjutan) dengan INH dan rifampisin (150/150) 3 kali dalam seminggu
Etambutol 275 mg
Ceftriakson 1-2 g dosis Untuk pengobatan pneumonia pada pasien dapat diatasi dengan ceftriakson
total/hari 1-2 g dosis total/hari
Ibuprofen 3-4 x 200-400 Untuk mengatasi demam pada pasien dapat diberikan antipiretik berupa
mg/hari ibuprofen 2-4 x 200-400 mg/hari
Ambroxol 2-3 x 30 mg/hari Untuk mengencerkan mukus pada pasien maka dapat diberikan mukolitik
berupa ambroxol

Iso Farter (2008)


Goodman and Gilman (2010)
TERAPI NON FARMAKOLOGI
 Pemberian konseling
 Olahraga rutin
 Perbanyak istirahat
 Diet tinggi kalori dan protein
 Motivasi dan konseling pada pasien TB dan anggota keluarga mengenai penyakit dan perlunya pengobatan
teratur sampai selesai
DAFTAR PUSTAKA

Bahar. 2001. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Tuberkulosis. Departemen Kesehatan: Jakarta.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V., 2015, Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition-
Chapter 19, The McGraw-Hill Companies, Inc, United States.
Goodman and Gilman. 2010. Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: EGC
Katzung, Bertram G. 2013. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta. EGC.
Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J., 2014, Farmakologi Dasar & Klinik, Vol.2, Edisi 12, Editor Bahasa
Indonesia Ricky Soeharsono et al., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Khomsah, 2007. Cara Penularan Penyakit TBC. http://www.infopenyakit.com. Diakses tanggal 10 Oktober 2019.
Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2013. ISO Farmakoterapi Buku 1. Jakarta: Penerbit PT. ISFI Penerbitan.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Ambroxol diakses pada 10/10/2019 pukul 20.00 WIB
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0/37-mukolitik diakses pada 10/10/2019 pukul 20.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai