ANALISA MULTIVARIANT
Kelompok 1 kelas C
SEPTEMBER/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LANDASAN TEORI
Beberapa tahun terakhir ini, bentuk sediaan obat dalam bentuk kombinasi dari
beberapa senyawa obat telah banyak ditemui beredar dimasyarakat. Oleh karena itu untuk
analisa kandungan kimia dari masing-masing obat dalam campuran dibutuhkan teknik
yang dapat dilakukan dengan mudah, waktu singkat dan murah. Metode ini disebut
dengan analisis multivarian.
Analisa kadar dari masing-masing komponen dari campuran ini dapat dilakukan
dengan metoda spektrometri ataupun kromatografi tanpa terlebih dahulu harus dilakukan
tahap awal pemurnian masing-masing senyawa tunggal. Metoda analisa ini dikenal
dengan nama metoda analisa simultan (Symultaneous analysis). Beberapa metoda telah
dikembangkan dalam analisa komponen kimia campuran dari beberapa obat antara lain
spektrometri dan kromatografi. Sejauh ini spektrometri UV-Vis merupakan salah satu
teknik instrument pilihan yang digunakan di laboratorium karena alat yang digunakan
cenderung lebih sederhana dan murah. Pada praktikum analisis multivarian ini
diharapkan dapat dikembangkan suatu metode spektrofotometri penentuan simultan dua
komponen yaitu campuran sulfametaksazole dan trimetoprim secara langsung tanpa
pemisahan, meski serapan masing masing komponen saling mempengaruhi.
Trimetoprim mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,1%
C14H10N4O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Trimetoprim adalah suatu
diamino-pirimidin yang bersifat basa lemah dengan pKa 7,3 dan sedikit larut dalam air
dan penghambat dihidrofolat reduktase bakteri poten yang menunjukkan spektrum
antibakteri mirip dengan sulfa. Namun demikian, trimetoprim lebih sering
dikombinasikan dengan sulfametoksazol. Trimetoprim dan sulfametoksazol menghambat
reaksi enzimatik obligat pada dua tahap yang berurutan pada mikroba, sehingga
kombinasi kedua obat kedua obat memberi efek sinergis.
Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang
harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang berkualitas baik
akan menunjang tercapainya efek terapetik yang diharapkan. Prosedur pengujian dan
penetapan kadar pengujian diberikan untuk menetapkan kesesuaian dengan persyaratan
kadar, mutu dan kemurnian yang tertera pada Farmakope (Depkes, 1995).
METODE KERJA
B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
Ditimbang NaOH baku secara saksama sebanyak 8 gram kemudian dimasukkan
dalam gelas piala, kemudian ditambahkan 500ml air suling, diaduk hingga larut.
Tuang larutan kedalam labu ukur 2 Liter dan bilas gelas piala beberapa kali dengan
air suling dan cukupkan volume sampai tanda.
b. Dipipet larutan baku trimetoprim 500 ppm sebanyak 1ml dimasukkan dalam labu
ukur 50 mL dan diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga tanda diperoleh larutan
dengan konsentrasi 10 ppm . Lalu dipipet kembali larutan baku 10 ppm sebanyak
0,8;1,6; 2,4; dan 3,6 ml masing – masing dimasukkan dalam labu ukur 10 mL dan
diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga tanda (diperoleh larutan dengan
konsentrasi 0,8; 1,6; 2,4 dan 3,2 ppm).kemudian diadisi dengan 1,5 ml larutan
trimetoprim baku 100 ppm ppm Lalu diukur serapannya pada λ1 dan
λ1menggunakan NaOH 0,1 N sebagai blangko.
b. Uji Linieritas
Dibuat larutan campuran baku sulfametaksazol dan trimetoprim dengan cara
dengan dipipet 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 ml larutan baku sulfametoksazol 40 ppm,
masing masing dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml . Kemudian di ukur 0,8; 1,6;
2,4 dan 3,2 ml larutan trimetoprim baku 10 ppm dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 ml yang berisi larutan sulfametoksazol baku diatas.Masing-masing
larutan diadisi dengan 1,5 ml larutan trimetoprim baku 15 ppm, kemudian
dicukupkan volumenya dengan NaOH 0,1 N hingga tanda Diperoleh larutan baku
campuran dengan konsentrasi sulfametoksazol 4; 8; 12 dan 16 ppm dan
trimetoprim 0,8; 1,6; 2,4 dan 3,3 ppm kemudian larutan baku campuran tersebut
diukur serapannya pada λ analisis sulfametoksazol dan trimetoprim.
c. Presisi
Ditimbang serbuk tablet setara 25 mg sulfametoksazol, dimasukkan kedalam
gelas piala, ditambahkan NaOH 40 ml diaduk hingga larut. Larutan jernih
disaring ke dalam labu ukur 100 ml, residu + NaOH 0,1 N 30 ml daduk dan
dituangkan . Larutan jernih disaring kembali kedalam labu ukur yang filtrat I,
residu diencerkan kembali dengan NaOH 0,1 N 30 ml dan filtratnya dikumpulkan
dalam labu ukur yang sama kemudian dicukupkan volumenya dengan NaOH
hingga tanda (250 ppm) . Kemudian larutan tersebut (250 ppm) diukur sebanyak
5ml dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml dicukupkan dengan NaOH 0,1 N
hingga tanda (25 ppm).Larutan (25 ppm) di ukur sebanyak 4 ml dimasukkan
kedalam labu ukur 10 ml kemudian di adisi dengan trimetoprim 100 ppm
sebanyak 1,5 ml dan dicukupkan volumenya dengan NaOH hingga tanda
Perlakuan dilakukan sebanyak 6 kali, kemudian diukur serapannya pada λ
analisis.
BAB III
A. HASIL
Data serapan hasil pengukuran serapan pada masing-masing perlakuan diukur pada λ1
dan λ2, dianalisis untuk menentukan :
2. Linieritas, dibuat hubungan konsentrasi dan serapan dan ditentukan nilai kolerasinya
(r)
Hasil Praktikum
1. Hasil penentuan daya serap Sulfametaksazol dan Trimetoprim pada panjang
gelombang analisis (λ1 dan λ2)
Panjang gelombang
Sampel
256nm 287nnm
Sulfametaksazol 0,06488275 0,01486775
Trimetoprim 0,0088250 0,0208455
Serapan
No Sampel Konsentrasi
256 nm 287 nm
1. Sulfametaksazol 4 ppm dengan 0,8 ppm 0,40254 0,39582
2. 8 ppm dengan 1,6 ppm 0,64597 0,45093
Trimetoprim +
3. 12 ppm dengan 2,4 ppm 0,87967 0,49897
4. 16 ppm dengan 3,2 ppm 1,13390 0,56391
adisi (15 ppm)
0.8
Absorbansi
0.6
0.4
0.2
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18
Konsentrasi (ppm)
0.4
Absorbansi
0.3
0.2
0.1
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18
Konsentrasi (ppm)
0.8
Absorbansi
0.6
0.4
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrasi (ppm)
0.4
Absorbansi
0.3
0.2
0.1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrasi (ppm)
4. Data hasil pengukuran analit dalam sampel pada pengujian presisi sampel yang
dianalisis adalah tablet kotrimoxazol dengan komposisi pertablet :
- Sulfametaksazol = 400 mg
- Trimetoprim = 80 mg
25
Jadi jumlah serbuk tablet yang ditimbang ¿ × 0,65888=0,04118.
400
Serapan
No. Berat sampel (g)
256nm 287nm
1. 0,0429 0,75219 0,35644
2. 0,0429 0,74976 0,36401
3. 0,0427 0,76482 0,36804
4. 0,0427 0,75835 0,36531
5. 0,0405 0,72350 0,35648
6. 0,0405 0,72281 0,35276
Distribusi persamaan (3) ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai cs dan ct
1,10863−0,029668 ct
0,75219 = 0,06488275 ( ) + 0,0088250 ct
0,0797505
0,75219 = 0,901937 – 0,024137 ct + 0,0088225 ct
0,75219 = 0,901937 – 0,032959 ct
0,032959 ct = 0,901937 – 0,75219
= 0,149747
0,149747
ct = = 4,5434 ppm
0,032959
b. Nomor sampel 2
Diketahui :
- Berat sampel = 0,0429 g
- Berat rata-rata = 0,65888 g
- Volume larutan = 10 ml
- Faktor pengenceran = 100/5 x 50/4
- A1 = 0,74976
- A2 = 0,36401
Distribusi persamaan (3) ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai cs dan ct
1,11377−0,029668 ct
0,74976 = 0,06488275 ( ) + 0,0088250 ct
0,0797505
0,74976 = 0,906131 – 0,024137 ct + 0,0088225 ct
0,74976 = 0,906131 – 0,032959 ct
0,032959 ct = 0,906131 – 0,74976
= 0,156371
0,156371
ct = = 4,7444 ppm
0,032959
c. Nomor sampel 3
Diketahui :
- Berat sampel = 0,0427 g
- Berat rata-rata = 0,65888 g
- Volume larutan = 10 ml
- Faktor pengenceran = 100/5 x 50/4
- A1 = 0,76482
- A2 = 0,36804
d. Nomor sampel 4
Diketahui :
- Berat sampel = 0,0427 g
- Berat rata-rata = 0,65888 g
- Volume larutan = 10 ml
- Faktor pengenceran = 100/5 x 50/4
- A1 = 0,75835
- A2 = 0,36531
Distribusi persamaan (3) ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai cs dan ct
1,12639−0,029668 ct
0,75835 = 0,06488275 ( ) + 0,0088250 ct
0,0797505
0,75835 = 0,916399 – 0,024137 ct + 0,0088225 ct
0,75835 = 0,916399 – 0,032959 ct
0,032959 ct = 0,916399 – 0,75835
= 0,158049
0,158049
ct = = 4,7953 ppm
0,032959
e. Nomor sampel 5
Diketahui :
- Berat sampel = 0,0405 g
- Berat rata-rata = 0,65888 g
- Volume larutan = 10 ml
- Faktor pengenceran = 100/5 x 50/4
- A1 = 0,72350
- A2 = 0,35648
Distribusi persamaan (3) ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai cs dan ct
1,07998−0,029668 ct
0,72350 = 0,06488275 ( ) + 0,0088250 ct
0,0797505
0,72350 = 0,878641 – 0,024137 ct + 0,0088225 ct
0,72350 = 0,878641– 0,032959 ct
0,032959 ct = 0,878641– 0,72350
= 0,155141
0,155141
ct = = 3,707 ppm
0,032959
f. Nomor sampel 6
Diketahui :
- Berat sampel = 0,0405 g
- Berat rata-rata = 0,65888 g
- Volume larutan = 10 ml
- Faktor pengenceran = 100/5 x 50/4
- A1 = 0,72281
- A2 = 0,35276
Distribusi persamaan (3) ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai cs dan ct
1,07557−0,029668 ct
0,72281 = 0,06488275 ( ) + 0,0088250 ct
0,0797505
0,72281 = 0,875053 – 0,024137 ct + 0,0088225 ct
0,72281 = 0,875053 – 0,032959 ct
0,032959 ct = 0,875053 – 0,72281
= 0,152243
0,152243
ct = = 4,619 ppm
0,032959
Trimetoprim yang ditambahkan 15 ppm, dengan demikian kandungan
trimethoprim dalam sampel tidak dapat terdeteksi
1,07557−0,029668(4,619)
cs = =11,893 ppm
0,0797505
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan Analisa multivariant pada sampel yang
mengandung lebih dari satu zat aktif, analisa kuantitatif multivariant ini bertujuan untuk
mengetahui kadar campuran zat aktif yang terkandung dalam suatu tablet. Pada
praktikum analisa multivariant ini dilakukan pada sampel yang mengandung
sulfametoksazol dan Trimetoprim. Penentuan kadar campuran sulfametoksazol dan
Trimetoprim dalam penelitian ini dilakukan dengan mengukur serapan secara simultan
dengan spektrofotometer UV-Vis tanpa pemisahan.
Kombinasi bahan aktif dalam sediaan obat dapat menimbulkan masalah dalam
analisis kuantitatif untuk kontrol kualitas sediaan. Masalah ini disebabkan oleh senyawa
yang terkandung mempunyai sifat fisika kimia yang hampir sama. Atau profil kurva
serapan masing masing komponen saling tumpang tindih pada daerah tertentu sehingga
serapan yang diperoleh merupakan jumlah dari serapan masing- masing komponen
tersebut. Pelarut yang digunakan telah ditentukan pada Farmakope edisi III yaitu NaOH
0,1 N.
Langkah pertama yaitu melakukan Penetapan panjang gelombang analisis. Tahap
ini untuk menentukan dua panjang gelombang (λ1 dan λ2) yang akan digunakan pada
pengukuran serapan sulfametoksazol dan trimetoprim maupun campurannya. Panjang
gelombang yang dipilih adalah panjang gelombang yang menghasilkan serapan
maksimum dari masing-masing komponen dan masing-masing digunakan sebagai
panjang gelombang analisis. Berdasarkan hasil pengukuran spektrum serapan larutan
sulfametoksazol baku dan trimetoprim baku tertera pada tabel 1 menunjukkan bahwa
serapan tertinggi sulfametoksazol terukur pada panjang gelombang 256nm dan
trimetoprim terukur pada panjang gelombang 287 nm. Untuk selanjutnya kedua panjang
gelombang tersebut digunakan sebagai panjang gelombang analisis, yaitu λ1 = 256 nm
dan λ2 = 287 nm.
Selanjutnya dilakukan Penetapan daya serap Sulfametoksazol dan Trimetoprim
pada panjang gelombang analisis. Berdasarkan hasil penentuan daya serap
Sulfametoksazol dan Trimetoprim pada masing-masing panjang gelombang analisis
λ1dan λ2, diperoleh harga daya serap Sulfametoksazol pada 256 nm dan 287 nm
0,06488275 dan 0,01486775 dan untuk Trimetoprim pada 256 nm dan 287 nm adalah
0,0088250 dan 0,0208455 maka selanjutnya dirumuskan persamaan simultan untuk
penentuan konsentrasi analit yaitu :
Pada pengujian kali ini dilakukan metode adisi baku pembanding Trimetoprim
dengan konsentrasi 15 ppm terhadap setiap larutan yang akan diukur. Dikarenakan
berdasarkan komposisi keduanya dalam sampel yang dianalisis (5 :1) yaitu 400 mg
sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim, hal ini menyulitkan pengukuran serapan kedua
komponen secara simultan dikarenakan kandungan dari trimetoprim yang lebih kecil dari
sulfametoksazol dan daya serap yang dihasilkan juga lebih kecil dari sulfametoksazol.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Analisa kuantitatif multivariant ini bertujuan untuk mengetahui kadar campuran zat
aktif yang terkandung dalam suatu tablet.
Praktikum analisis multivarian ini dapat menentukan simultan dua komponen yaitu
campuran sulfametaksazole dan trimetoprim secara langsung tanpa pemisahan, meski
serapan masing masing komponen saling mempengaruhi.
Hasil pengukuran spektrum serapan larutan sulfametoksazol baku dan trimetoprim
baku menunjukkan bahwa serapan tertinggi sulfametoksazol terukur pada panjang
gelombang 256nm dan trimetoprim terukur pada panjang gelombang 287 nm.
Hasil penentuan daya serap Sulfametoksazol dan Trimetoprim pada masing-masing
panjang gelombang analisis λ1dan λ2, diperoleh harga daya serap Sulfametoksazol
pada 256 nm dan 287 nm 0,06488275 dan 0,01486775 dan untuk Trimetoprim pada
256 nm dan 287 nm adalah 0,0088250 dan 0,0208455
Uji Validasi Metode dilakukan dengan 2 pengujian yaitu uji linearitas dan uji presisi
Pada uji linearitas menunjukkan hasil uji yang linear karena nilai korelasi linear ( r )
yang didapat lebih besar dari 0,99
Pada uji presisi dikatakan bahwa kadar sampel tidak sesuai dengan persyaratan
karena nilai kadar berada di luar rentang nilai kadar syarat sehingga perlu dilakukan
uji akurasi untuk memvalidasi hasil analisis menggunakan metode ini.
DAFTAR PUSTAKA
Miller, J.C. and Miller, J.N., 2005, Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 5 th
Edition, Pearson Education Limited, Edinburgh Gate, England.
Septiani, Aiva. 2015. “Penetapan Kadar Sulfametoksazol dan Trimetoprim dalam Campuran
Tablet Kotrimoxazol Secara Simultan dengan Metode Spektrofotometri Uv”. Skripsi.
Farmasi. Politeknik Kesehatan Makassar.
Shamsa, Fazel. 2006. Determination of Sulfamethoxazole and Trimethoprim in Pharmaceuticals
by Visible and UV Spectrophotometry. Diakses pada tanggal 23 September 2020 pada
https://www.researchgate.net/publication/26619930_Determination_of_Sulfamethoxazole
_and_Trimethoprim_in_Pharmaceuticals_by_Visible_and_UV_Spectrophotometry