Anda di halaman 1dari 25

TUGAS PRAKTIKUM ANALISA INSTRUMEN

ANALISA MULTIVARIANT

Mata Kuliah Praktikum Analisa Instrumen

Dosen : Apt. Dr. Supandi, M. Si.

Kelompok 1 kelas C

Ade Nurhikmah (11171020000003)

Rahmah Dinda Purnama (11171020000060)

Winda Trya Wulandari (11181020000032)

Mutiara Arumningtyas (11181020000036)

Nurul Lailatul Jannah (11181020000044)

Zulfah Minasari (11181020000047)

Putri Alifia Agustina (11181020000048)

Dinah Aqilah Rahmah (11181020000054)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SEPTEMBER/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LANDASAN TEORI

Beberapa tahun terakhir ini, bentuk sediaan obat dalam bentuk kombinasi dari
beberapa senyawa obat telah banyak ditemui beredar dimasyarakat. Oleh karena itu untuk
analisa kandungan kimia dari masing-masing obat dalam campuran dibutuhkan teknik
yang dapat dilakukan dengan mudah, waktu singkat dan murah. Metode ini disebut
dengan analisis multivarian.

Analisa kadar dari masing-masing komponen dari campuran ini dapat dilakukan
dengan metoda spektrometri ataupun kromatografi tanpa terlebih dahulu harus dilakukan
tahap awal pemurnian masing-masing senyawa tunggal. Metoda analisa ini dikenal
dengan nama metoda analisa simultan (Symultaneous analysis). Beberapa metoda telah
dikembangkan dalam analisa komponen kimia campuran dari beberapa obat antara lain
spektrometri dan kromatografi. Sejauh ini spektrometri UV-Vis merupakan salah satu
teknik instrument pilihan yang digunakan di laboratorium karena alat yang digunakan
cenderung lebih sederhana dan murah. Pada praktikum analisis multivarian ini
diharapkan dapat dikembangkan suatu metode spektrofotometri penentuan simultan dua
komponen yaitu campuran sulfametaksazole dan trimetoprim secara langsung tanpa
pemisahan, meski serapan masing masing komponen saling mempengaruhi.

Obat golongan sulfonamida digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi


disebabkan oleh bakteri. Kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim, yang lebih dikenal
sebagai kotrimoksazol merupakan bentuk kombinasi obat yang sering ditemukan dalam
bentuk sediaan farmasi. Obat ini bekerja sebagai antibakteri yang digunakan secara luas
pada infeksi saluran kencing, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Dua obat yang
dikombinasikan ini dilaporkan lebih efektif sebagai antibakteri karena bekerja secara
sinergis (Shamsa and Amani, 2006).
Sulfametoksazol mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101,1%
C10H11N4O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Sulfonamida adalah anti
mikroba yang digunakan secara sistemis maupun topical untuk beberapa penyakit infeksi.
Sebelum ditemukan antibiotik sulfoniamida merupakan kemoterapi yang utama, tetapi
kemudian penggunaannya terdesak oleh antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan
preparat kombinasi trimetoprim dan sulfa meningkatkan kembali penggunaan
sulfonamida. Selain sebagai kemoterapi derivate sulfonamida juga berguna sebagai
diuretik dan anti diabetik oral (ADO). Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak
bakteri gram positif dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan
antara PABA (Para Amino Benzoic Acid). Mekanisme kerja dari Sulfanilamida
berdasarkan antagonism saingan (kompetitif). Bakteri membutuhkan PABA (p-amino
benzoicacid) untuk membentuk asam folat (THFA). Asam folat digunakan untuk sintesis
purin dan DNA/RNA. Sulfonamid menyaingi PABA dengan menghambat atau mengikat
enzim dihidropteroat sintase (DHPS) sehingga menghambat pembentukan asam folat.
Sulfonamida menyebabkan bakteri keliru menggunakannya sebagai pembentuk asam
folat. Sintesis asam folat, purin, dan DNA/RNA gagal sehingga pertumbuhan bakteri
terhambat.

Trimetoprim mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,1%
C14H10N4O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Trimetoprim adalah suatu
diamino-pirimidin yang bersifat basa lemah dengan pKa 7,3 dan sedikit larut dalam air
dan penghambat dihidrofolat reduktase bakteri poten yang menunjukkan spektrum
antibakteri mirip dengan sulfa. Namun demikian, trimetoprim lebih sering
dikombinasikan dengan sulfametoksazol. Trimetoprim dan sulfametoksazol menghambat
reaksi enzimatik obligat pada dua tahap yang berurutan pada mikroba, sehingga
kombinasi kedua obat kedua obat memberi efek sinergis.

Penemuan sediaan kombinasi ini merupakan kemajuan penting dalam usaha


meningkatkan efektivitas klinik antimikroba. Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama
kotrimoksazol. Kotrimoksazol umumnya tersedia dalam tablet yang mengandung 400mg
sulfametoksazol dan 80mg trimetoprim (400/80mg). Juga ada tablet kekuatan ganda
(forte) 800/160mg. Untuk anak tersedia versi sirop yang mengandung 200/40mg per 5ml,
serta tablet 100/20mg.

Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang
harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang berkualitas baik
akan menunjang tercapainya efek terapetik yang diharapkan. Prosedur pengujian dan
penetapan kadar pengujian diberikan untuk menetapkan kesesuaian dengan persyaratan
kadar, mutu dan kemurnian yang tertera pada Farmakope (Depkes, 1995).

Metode persamaan simultan dilakukan dengan mengukur 2 atau lebih panjang


gelombang yang mana masing masing komponen tidak akan mengganggu. Kromofor
yang berbeda-beda dari tiap komponen akan mempunyai kekuatan absorbsi cahaya yang
berbeda pula pada satu daerah panjang gelombang. Pengukuran dilakukan pada masing-
masing larutan pada tiap panjang gelombang (menurut banyaknya komponen), sehingga
diperoleh persamaan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi pada panjang
gelombang tersebut. Oleh karena itu untuk aplikasi metode ini maka perlu dilakukan
validasi metode tersebut, sehingga hasil analisis yang didapatkan dapat dipertanggung
jawabkan.
BAB II

METODE KERJA

A. ALAT DAN BAHAN


 Alat

1. Gelas ukur 5. Spektrofotometri UV-VIS


2. Gelas piala Agilent
3. labu ukur 6. Neraca analitik.
4. mikroburet
 Bahan
1. Aquadest
2. Natrium Hidroksida
3. Baku Sulfametaksazol
4. Baku Trimetoprim
5. Sediaan tablet Kotrimoxazol adult (400mg/ 80mg).

B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
Ditimbang NaOH baku secara saksama sebanyak 8 gram kemudian dimasukkan
dalam gelas piala, kemudian ditambahkan 500ml air suling, diaduk hingga larut.
Tuang larutan kedalam labu ukur 2 Liter dan bilas gelas piala beberapa kali dengan
air suling dan cukupkan volume sampai tanda.

2. Pembuatan Larutan Baku


a. Larutan sulfametaksazol baku
Ditimbang sufametoksazol baku secara saksama sebanyak 50mg, dimasukkan
kedalam labu ukur 100 mL, di tambah NaOH 0,1 N hingga tanda (500 ppm). Lalu
dipipet 10 mL ke dalam labu ukur 100mL dan ditambah NaOH hingga tanda
(50ppm).

b. Larutan trimethoprim Baku


Ditimbang trimetoprim baku secara saksama sebanyak 50mg, dimasukkan
kedalam labu ukur 100 mL, di tambah NaOH 0,1 N hingga tanda (500 ppm). Lalu
dipipet 10 mL ke dalam labu ukur 100mL dan ditambah NaOH hingga tanda
(50ppm).

3. Penetapan Panjang Gelombang Analisis


Tahap ini untuk menentukan dua panjang gelombang (λ1dan λ2 ) yang akan
digunakan pada pengukuran serapan sulfametaksazol dan trimetoprim maupun
campurannya.
a. Larutan Tunggal Sulfametaksazol
Sebanyak 5,0 mL larutan sulfametoksazol baku (50ppm), diencerkan volumenya
dengan NaOH 0,1 N hingga 25 ml (10ppm). Dan dibuat spektrum serapan normal
yang serapannya dikukur pada panjang gelombang 200-400nm.

b. Larutan Tunggal Trmetoprim


Sebanyak 1,0 mL larutan trimetoprim baku (50ppm), diencerkan volumenya
dengan NaOH 0,1 N hingga 25 ml (2ppm) Dan dibuat spektrum serapan normal
yang serapannya dikukur pada panjang gelombang 200-400nm.

c. Larutan Campuran Sulfametaksazol dan Trimetoptim


Sebanyak 5,0 ml larutan sulfametoksazol baku (50 ppm) , dimasukkan kedalam
labu ukur 25 ml. Kemudian diukur 1,0 ml larutan trimetoprim baku (50 ppm),
dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml yang berisi larutan sulfametoksazol tersebut
diatas . Campuran larutan diencerkan dengan larutan NaOH 0,1 N hingga tanda
(campuran larutan sulfametokszol 10 ppm dan trimetoprim 2 ppm), dan dibuat
spektrum serapan normal.
4. Penetapan Daya Serap Sulfametaksazol dan Trimetoprim
a. Dipipet larutan baku sulfametoksazol 500 ppm sebanyak 2ml dimasukkan dalam
labu ukur 25 mL dan diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga tanda diperoleh
larutan dengan konsentrasi 40 ppm . Lalu dipipet kembali larutan baku 40 ppm
sebanyak 1.0;2,0; 3,0; dan 4,0 ml masing – masing dimasukkan dalam labu ukur
10 mL dan diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga tanda (diperoleh larutan
dengan konsentrasi 4; 8; 12 dan 16 ppm). Lalu diukur serapannya pada λ1 dan
λ1menggunakan NaOH 0,1 N sebagai blangko.

b. Dipipet larutan baku trimetoprim 500 ppm sebanyak 1ml dimasukkan dalam labu
ukur 50 mL dan diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga tanda diperoleh larutan
dengan konsentrasi 10 ppm . Lalu dipipet kembali larutan baku 10 ppm sebanyak
0,8;1,6; 2,4; dan 3,6 ml masing – masing dimasukkan dalam labu ukur 10 mL dan
diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga tanda (diperoleh larutan dengan
konsentrasi 0,8; 1,6; 2,4 dan 3,2 ppm).kemudian diadisi dengan 1,5 ml larutan
trimetoprim baku 100 ppm ppm Lalu diukur serapannya pada λ1 dan
λ1menggunakan NaOH 0,1 N sebagai blangko.

5. Uji Validasi Metode


a. Penyiapan Sampel
Ditimbang 20 tablet kotrimoxazol , lalu dihitung rata – ratanya kemudian tablet
diserbukkan.

b. Uji Linieritas
Dibuat larutan campuran baku sulfametaksazol dan trimetoprim dengan cara
dengan dipipet 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 ml larutan baku sulfametoksazol 40 ppm,
masing masing dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml . Kemudian di ukur 0,8; 1,6;
2,4 dan 3,2 ml larutan trimetoprim baku 10 ppm dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 ml yang berisi larutan sulfametoksazol baku diatas.Masing-masing
larutan diadisi dengan 1,5 ml larutan trimetoprim baku 15 ppm, kemudian
dicukupkan volumenya dengan NaOH 0,1 N hingga tanda Diperoleh larutan baku
campuran dengan konsentrasi sulfametoksazol 4; 8; 12 dan 16 ppm dan
trimetoprim 0,8; 1,6; 2,4 dan 3,3 ppm kemudian larutan baku campuran tersebut
diukur serapannya pada λ analisis sulfametoksazol dan trimetoprim.

c. Presisi
Ditimbang serbuk tablet setara 25 mg sulfametoksazol, dimasukkan kedalam
gelas piala, ditambahkan NaOH 40 ml diaduk hingga larut. Larutan jernih
disaring ke dalam labu ukur 100 ml, residu + NaOH 0,1 N 30 ml daduk dan
dituangkan . Larutan jernih disaring kembali kedalam labu ukur yang filtrat I,
residu diencerkan kembali dengan NaOH 0,1 N 30 ml dan filtratnya dikumpulkan
dalam labu ukur yang sama kemudian dicukupkan volumenya dengan NaOH
hingga tanda (250 ppm) . Kemudian larutan tersebut (250 ppm) diukur sebanyak
5ml dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml dicukupkan dengan NaOH 0,1 N
hingga tanda (25 ppm).Larutan (25 ppm) di ukur sebanyak 4 ml dimasukkan
kedalam labu ukur 10 ml kemudian di adisi dengan trimetoprim 100 ppm
sebanyak 1,5 ml dan dicukupkan volumenya dengan NaOH hingga tanda
Perlakuan dilakukan sebanyak 6 kali, kemudian diukur serapannya pada λ
analisis.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Data serapan hasil pengukuran serapan pada masing-masing perlakuan diukur pada λ1
dan λ2, dianalisis untuk menentukan :

1. Kadar Sulfametaksazol dan Trimetoprim menggunakan persamaan dibawah ini


A1 = ax1 .b .cx + ay1 . b .cy (persamaan 1)
A2 = ax2 .b .cx + ay2 . b .cy (persamaan 2)
Keterangan :
A1 dan A2 = Serapan total dari campuran sulfametaksazol dan Trimetoprim dalam
sampel pada λ1 dan λ2
ax1 dan ax2 = daya serap Sulfametaksazol pada λ1 dan λ2
ay1 dan ay2 = daya serap trimetoprim pada λ1 dan λ2
cx = konsentrasi sulfametaksazol (µg/ml)
cy = konsentrasi trimetoprim (µg/ ml)
b = tebal larutan (1cm)

2. Linieritas, dibuat hubungan konsentrasi dan serapan dan ditentukan nilai kolerasinya
(r)

3. Presisi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


a. Hasil analisis adalah X1,X2,X3…..Xn, maka simpangan bakunya adalah
X −X
∑ n−1

b. Simpang baku relative atau kovisien Variasi KV adalah


SD
KV = X 100 % ( KV yang baik yaitu < 2% ).
X

Hasil Praktikum
1. Hasil penentuan daya serap Sulfametaksazol dan Trimetoprim pada panjang
gelombang analisis (λ1 dan λ2)

Panjang gelombang
Sampel
256nm 287nnm
Sulfametaksazol 0,06488275 0,01486775
Trimetoprim 0,0088250 0,0208455

Berdasarkan tabel diatas maka dilakukan metode adisi baku trimethoprim


terhadap setiap larutan yang akan diukur. Dari penetapan daya serap kedua analit,
dirumuskan persamaan simultan untuk penentuan konsentrasi analit sebagai berikut :
A1 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct
A2 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct
Keterangan :
- A1 dan A2 = serapan total dari kedua campuran sulfa dan trimethoprim
dalam sampel pada panjang gelombang 256nm dan 287nm
- Cs = konsentrasi Sulfametaksazol
- Ct = Konsentrasi Trimetoprim

2. Data uji linieritas campuran Sulfametakzol dan Trimetropim baku :

Serapan
No Sampel Konsentrasi
256 nm 287 nm
1. Sulfametaksazol 4 ppm dengan 0,8 ppm 0,40254 0,39582
2. 8 ppm dengan 1,6 ppm 0,64597 0,45093
Trimetoprim +
3. 12 ppm dengan 2,4 ppm 0,87967 0,49897
4. 16 ppm dengan 3,2 ppm 1,13390 0,56391
adisi (15 ppm)

3. Kurva Linearitas masing-masing serapan :

Kurva Sulfametaksazol baku pada panjang gelombang 256 nm


1.2
f(x) = 0.06 x + 0.16
1 R² = 1

0.8
Absorbansi

0.6

0.4

0.2

0
2 4 6 8 10 12 14 16 18
Konsentrasi (ppm)

Didapatkan persamaan regresi linier : y=0,1586+0,0607 x dengan R2 =0,9997


Kurva Sulfametaksazol baku pada panjang gelombang 287 nm
0.6

f(x) = 0.01 x + 0.34


0.5 R² = 1

0.4
Absorbansi

0.3

0.2

0.1

0
2 4 6 8 10 12 14 16 18
Konsentrasi (ppm)

Didapatkan persamaan regresi linier : y=0,0138 x +0,3393 dengan R2=0,9965

Kurva Trimetoprim baku pada panjang gelombang 256 nm


1.2
f(x) = 0.3 x + 0.16
1 R² = 1

0.8
Absorbansi

0.6

0.4

0.2

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrasi (ppm)

Didapatkan persamaan regresi linier : y=0,3035 x +0,1586 dengan R2=0,9997


Kurva Trimetoprim baku pada panjang gelombang 287 nm
0.6

f(x) = 0.07 x + 0.34


0.5 R² = 1

0.4
Absorbansi

0.3

0.2

0.1

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrasi (ppm)

Didapatkan persamaan regresi linier : y=0,069+0,3393 dengan R 2=0,9965

4. Data hasil pengukuran analit dalam sampel pada pengujian presisi sampel yang
dianalisis adalah tablet kotrimoxazol dengan komposisi pertablet :
- Sulfametaksazol = 400 mg
- Trimetoprim = 80 mg

Berat 10 sampe tablet = 6,5888 g

Berat rata-rata/tablet = 0,65888 g

Untuk penetapan kadar, ditimbang serbuk tablet setara 25mg sulfametaksazol.

25
Jadi jumlah serbuk tablet yang ditimbang ¿ × 0,65888=0,04118.
400

5. Data hasil pengukuran serapan sampel pada panjang gelombang analisis

Serapan
No. Berat sampel (g)
256nm 287nm
1. 0,0429 0,75219 0,35644
2. 0,0429 0,74976 0,36401
3. 0,0427 0,76482 0,36804
4. 0,0427 0,75835 0,36531
5. 0,0405 0,72350 0,35648
6. 0,0405 0,72281 0,35276

6. Perhitungan kadar pada penentuan presisi


a. Nomor sampel 1
Diketahui :
- Berat sampel = 0,0429 g
- Berat rata-rata = 0,65888 g
- Volume larutan = 10 ml
- Faktor pengenceran = 100/5 x 50/4
- A1 = 0,75219
- A2 = 0,35644

Kadar dihitung dengan rumus :

Pada λ1 (256nm) A1 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct


Pada λ2 (287nm) A2 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct

0,75219 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct (1)


0,35644 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct (2)
1,10863 = 0,0797505 cs + 0,029668 ct

0,029668 ct = 1,10863 – 0,0797505 cs


1,10863−0,029668 ct
cs = (3)
0,0797505

Distribusi persamaan (3) ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai cs dan ct
1,10863−0,029668 ct
0,75219 = 0,06488275 ( ) + 0,0088250 ct
0,0797505
0,75219 = 0,901937 – 0,024137 ct + 0,0088225 ct
0,75219 = 0,901937 – 0,032959 ct
0,032959 ct = 0,901937 – 0,75219
= 0,149747
0,149747
ct = = 4,5434 ppm
0,032959

Trimetoprim yang ditambahkan 15 ppm, dengan demikian kandungan


trimethoprim dalam sampel tidak dapat terdeteksi
1,10863−0,029668( 4,5434)
cs = =12,211 ppm
0,0797505

b. Nomor sampel 2
Diketahui :
- Berat sampel = 0,0429 g
- Berat rata-rata = 0,65888 g
- Volume larutan = 10 ml
- Faktor pengenceran = 100/5 x 50/4
- A1 = 0,74976
- A2 = 0,36401

Kadar dihitung dengan rumus :

Pada λ1 (256nm) A1 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct


Pada λ2 (287nm) A2 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct

0,74976 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct (1)


0,36401 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct (2)
1,11377 = 0,0797505 cs + 0,029668 ct

0,029668 ct = 1,1377 – 0,0797505 cs


1,11377−0,029668 ct
cs = (3)
0,0797505

Distribusi persamaan (3) ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai cs dan ct
1,11377−0,029668 ct
0,74976 = 0,06488275 ( ) + 0,0088250 ct
0,0797505
0,74976 = 0,906131 – 0,024137 ct + 0,0088225 ct
0,74976 = 0,906131 – 0,032959 ct
0,032959 ct = 0,906131 – 0,74976
= 0,156371
0,156371
ct = = 4,7444 ppm
0,032959

Trimetoprim yang ditambahkan 15 ppm, dengan demikian kandungan


trimethoprim dalam sampel tidak dapat terdeteksi
1,11377−0,029668(4,744 )
cs = =12,200 ppm
0,0797505

c. Nomor sampel 3
Diketahui :
- Berat sampel = 0,0427 g
- Berat rata-rata = 0,65888 g
- Volume larutan = 10 ml
- Faktor pengenceran = 100/5 x 50/4
- A1 = 0,76482
- A2 = 0,36804

Kadar dihitung dengan rumus :

Pada λ1 (256nm) A1 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct


Pada λ2 (287nm) A2 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct

0,76482 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct (1)


0,36804 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct (2)
1,13286 = 0,0797505 cs + 0,029668 ct

0,029668 ct = 1,13286 – 0,0797505 cs


1,13286−0,029668 ct
cs = (3)
0,0797505
Distribusi persamaan (3) ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai cs dan ct
1,13286−0,029668 ct
0,76482 = 0,06488275 ( ) + 0,0088250 ct
0,0797505
0,76482 = 0,921662 – 0,024137 ct + 0,0088225 ct
0,76482 = 0,921662 – 0,032959 ct
0,032959 ct = 0,921662 – 0,76482
= 0,156842
0,156842
ct = = 4,7587 ppm
0,032959

Trimetoprim yang ditambahkan 15 ppm, dengan demikian kandungan


trimethoprim dalam sampel tidak dapat terdeteksi
1,13286−0,029668(4,7587)
cs = =12,434 ppm
0,0797505

d. Nomor sampel 4
Diketahui :
- Berat sampel = 0,0427 g
- Berat rata-rata = 0,65888 g
- Volume larutan = 10 ml
- Faktor pengenceran = 100/5 x 50/4
- A1 = 0,75835
- A2 = 0,36531

Kadar dihitung dengan rumus :

Pada λ1 (256nm) A1 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct


Pada λ2 (287nm) A2 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct

0,75835 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct (1)


0,36804 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct (2)
1,12639 = 0,0797505 cs + 0,029668 ct

0,029668 ct = 1,12639– 0,0797505 cs


1,12639−0,029668 ct
cs = (3)
0,0797505

Distribusi persamaan (3) ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai cs dan ct
1,12639−0,029668 ct
0,75835 = 0,06488275 ( ) + 0,0088250 ct
0,0797505
0,75835 = 0,916399 – 0,024137 ct + 0,0088225 ct
0,75835 = 0,916399 – 0,032959 ct
0,032959 ct = 0,916399 – 0,75835
= 0,158049
0,158049
ct = = 4,7953 ppm
0,032959

Trimetoprim yang ditambahkan 15 ppm, dengan demikian kandungan


trimethoprim dalam sampel tidak dapat terdeteksi
1,12639−0,029668( 4,7953)
cs = =12,34 ppm
0,0797505

e. Nomor sampel 5
Diketahui :
- Berat sampel = 0,0405 g
- Berat rata-rata = 0,65888 g
- Volume larutan = 10 ml
- Faktor pengenceran = 100/5 x 50/4
- A1 = 0,72350
- A2 = 0,35648

Kadar dihitung dengan rumus :

Pada λ1 (256nm) A1 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct


Pada λ2 (287nm) A2 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct

0,72350 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct (1)


0,35648 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct (2)
1,07998 = 0,0797505 cs + 0,029668 ct

0,029668 ct = 1,07998 – 0,0797505 cs


1,07998−0,029668 ct
cs = (3)
0,0797505

Distribusi persamaan (3) ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai cs dan ct
1,07998−0,029668 ct
0,72350 = 0,06488275 ( ) + 0,0088250 ct
0,0797505
0,72350 = 0,878641 – 0,024137 ct + 0,0088225 ct
0,72350 = 0,878641– 0,032959 ct
0,032959 ct = 0,878641– 0,72350
= 0,155141
0,155141
ct = = 3,707 ppm
0,032959

Trimetoprim yang ditambahkan 15 ppm, dengan demikian kandungan


trimethoprim dalam sampel tidak dapat terdeteksi
1,07998−0,029668(3,707)
cs = =12,1629 ppm
0,0797505

f. Nomor sampel 6
Diketahui :
- Berat sampel = 0,0405 g
- Berat rata-rata = 0,65888 g
- Volume larutan = 10 ml
- Faktor pengenceran = 100/5 x 50/4
- A1 = 0,72281
- A2 = 0,35276

Kadar dihitung dengan rumus :

Pada λ1 (256nm) A1 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct


Pada λ2 (287nm) A2 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct

0,72281 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct (1)


0,35276 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct (2)
1,07557 = 0,0797505 cs + 0,029668 ct

0,029668 ct = 1,07557– 0,0797505 cs


1,07557−0,029668 ct
cs = (3)
0,0797505

Distribusi persamaan (3) ke dalam persamaan (1) untuk mendapatkan nilai cs dan ct
1,07557−0,029668 ct
0,72281 = 0,06488275 ( ) + 0,0088250 ct
0,0797505
0,72281 = 0,875053 – 0,024137 ct + 0,0088225 ct
0,72281 = 0,875053 – 0,032959 ct
0,032959 ct = 0,875053 – 0,72281
= 0,152243
0,152243
ct = = 4,619 ppm
0,032959
Trimetoprim yang ditambahkan 15 ppm, dengan demikian kandungan
trimethoprim dalam sampel tidak dapat terdeteksi
1,07557−0,029668(4,619)
cs = =11,893 ppm
0,0797505

B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan Analisa multivariant pada sampel yang
mengandung lebih dari satu zat aktif, analisa kuantitatif multivariant ini bertujuan untuk
mengetahui kadar campuran zat aktif yang terkandung dalam suatu tablet. Pada
praktikum analisa multivariant ini dilakukan pada sampel yang mengandung
sulfametoksazol dan Trimetoprim. Penentuan kadar campuran sulfametoksazol dan
Trimetoprim  dalam penelitian ini dilakukan dengan mengukur serapan secara simultan
dengan spektrofotometer UV-Vis tanpa pemisahan.
Kombinasi bahan aktif dalam sediaan obat dapat menimbulkan masalah dalam
analisis kuantitatif untuk kontrol kualitas sediaan. Masalah ini disebabkan oleh senyawa
yang terkandung mempunyai sifat fisika kimia yang hampir sama. Atau  profil kurva
serapan masing masing komponen saling tumpang tindih pada daerah tertentu sehingga
serapan yang diperoleh merupakan jumlah dari serapan masing- masing komponen
tersebut. Pelarut yang digunakan telah ditentukan pada Farmakope edisi III yaitu NaOH
0,1 N.
Langkah pertama yaitu melakukan Penetapan panjang gelombang analisis. Tahap
ini untuk menentukan dua panjang gelombang (λ1 dan λ2) yang akan digunakan pada
pengukuran serapan sulfametoksazol dan trimetoprim maupun campurannya. Panjang
gelombang yang dipilih adalah panjang gelombang yang menghasilkan serapan
maksimum dari masing-masing komponen dan masing-masing digunakan sebagai
panjang gelombang analisis. Berdasarkan hasil pengukuran spektrum serapan larutan
sulfametoksazol baku dan trimetoprim baku tertera pada tabel 1 menunjukkan bahwa
serapan tertinggi sulfametoksazol terukur pada panjang gelombang 256nm dan
trimetoprim terukur pada panjang gelombang 287 nm. Untuk selanjutnya kedua panjang
gelombang tersebut digunakan sebagai panjang gelombang analisis, yaitu λ1 = 256 nm
dan λ2 = 287 nm.
Selanjutnya dilakukan Penetapan daya serap Sulfametoksazol dan Trimetoprim
pada panjang gelombang analisis. Berdasarkan hasil penentuan daya serap
Sulfametoksazol dan Trimetoprim pada masing-masing panjang gelombang analisis
λ1dan λ2, diperoleh harga daya serap Sulfametoksazol pada 256 nm dan 287 nm
0,06488275 dan 0,01486775 dan untuk Trimetoprim pada 256 nm dan 287 nm adalah
0,0088250 dan 0,0208455 maka selanjutnya dirumuskan persamaan simultan untuk
penentuan konsentrasi analit yaitu :

A1 = 0,06488275 cs + 0,0088250 ct  (persamaan 1) 


A2 = 0,01486775 cs + 0,0208455 ct (persamaan 2)
Dimana A1 dan A2 adalah serapan total dari campuran sulfametoksazol dan
trimetoprim dalam sampel pada λ1 dan λ2; cs adalah konsentrasi sulfametoksazol dan ct
adalah konsentrasi trimethoprim.

Pada pengujian kali ini dilakukan metode adisi baku pembanding Trimetoprim
dengan konsentrasi 15 ppm terhadap setiap larutan yang akan diukur. Dikarenakan
berdasarkan komposisi keduanya dalam sampel yang dianalisis (5 :1) yaitu 400 mg
sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim, hal ini menyulitkan pengukuran serapan kedua
komponen secara simultan dikarenakan kandungan dari trimetoprim yang lebih kecil dari
sulfametoksazol dan daya serap yang dihasilkan juga lebih kecil dari sulfametoksazol.

Uji Validasi Metode


a. Uji Linieritas
Hasil uji linearitas menunjukkan hasil uji yang linear dikarenakan memenuhi
kriteria, dimana kriteria yang dapat diterima yaitu jika nilai korelasi linear ( r ) yang
didapat lebih besar dari 0,99 (Miller dan Miller, 2005)
b. Uji Presisi
Untuk menentukan kadar sulfametoksazol dan trimetoprim dalam sampel tablet,
dilakukan uji presisi. Dibandingkan sulfametoksazol, daya serap trimetoprim dalam
sampel lebih kecil sehingga tidak terdeteksi dan hasil yang disajikan hanya nilai kadar
dari sulfametoksazol. Kadar rata-rata dari sulfametoksazol dalam sampel tablet adalah
305,17 mg/tablet.
Pada Farmakope Indonesia edisi 5 dinyatakan bahwa, “Tablet Sulfametoksazol
dan Trimetoprim mengandung Sulfametoksazol dan Trimetoprim tidak kurang dari
93,0% dan tidak lebih dari 107,0 % dan jumlah yang tertera pada etiket”. Kadar yang
tercantum dalam etiket adalah 400 mg/tablet, sedangkan persentase kadar uji terhadap
kadar di etiket adalah 76,29%. Dapat dikatakan bahwa kadar sampel tidak sesuai
dengan persyaratan karena nilai kadar berada di luar rentang nilai kadar syarat
sehingga perlu dilakukan uji akurasi untuk memvalidasi hasil analisis menggunakan
metode ini. 
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Analisa kuantitatif multivariant ini bertujuan untuk mengetahui kadar campuran zat
aktif yang terkandung dalam suatu tablet.
 Praktikum analisis multivarian ini dapat menentukan simultan dua komponen yaitu
campuran sulfametaksazole dan trimetoprim secara langsung tanpa pemisahan, meski
serapan masing masing komponen saling mempengaruhi.
 Hasil pengukuran spektrum serapan larutan sulfametoksazol baku dan trimetoprim
baku menunjukkan bahwa serapan tertinggi sulfametoksazol terukur pada panjang
gelombang 256nm dan trimetoprim terukur pada panjang gelombang 287 nm.
 Hasil penentuan daya serap Sulfametoksazol dan Trimetoprim pada masing-masing
panjang gelombang analisis λ1dan λ2, diperoleh harga daya serap Sulfametoksazol
pada 256 nm dan 287 nm 0,06488275 dan 0,01486775 dan untuk Trimetoprim pada
256 nm dan 287 nm adalah 0,0088250 dan 0,0208455
 Uji Validasi Metode dilakukan dengan 2 pengujian yaitu uji linearitas dan uji presisi
 Pada uji linearitas menunjukkan hasil uji yang linear karena nilai korelasi linear ( r )
yang didapat lebih besar dari 0,99
 Pada uji presisi dikatakan bahwa kadar sampel tidak sesuai dengan persyaratan
karena nilai kadar berada di luar rentang nilai kadar syarat sehingga perlu dilakukan
uji akurasi untuk memvalidasi hasil analisis menggunakan metode ini. 

DAFTAR PUSTAKA

Miller, J.C. and Miller, J.N., 2005, Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 5 th
Edition, Pearson Education Limited, Edinburgh Gate, England.
Septiani, Aiva. 2015. “Penetapan Kadar Sulfametoksazol dan Trimetoprim dalam Campuran
Tablet Kotrimoxazol Secara Simultan dengan Metode Spektrofotometri Uv”. Skripsi.
Farmasi. Politeknik Kesehatan Makassar.
Shamsa, Fazel. 2006. Determination of Sulfamethoxazole and Trimethoprim in Pharmaceuticals
by Visible and UV Spectrophotometry. Diakses pada tanggal 23 September 2020 pada
https://www.researchgate.net/publication/26619930_Determination_of_Sulfamethoxazole
_and_Trimethoprim_in_Pharmaceuticals_by_Visible_and_UV_Spectrophotometry

Anda mungkin juga menyukai