PENDAHULUAN
1
4. Bagaimana garis besar ruang lingkup ajaran Islam dalam mengatur urusan
dunia dan akhirat?
5. Bagaimana eksistensi agama Islam dan agama/kepercayaan lain?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Islam memiliki dua sisi pengertian, yaitu sisi kebahasaan dan keistilahan.
Dalam segi kebahasaan (etimologi) islam berasal dari bahasa Arab, yaitu salima
yang memiliki arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima kemudian
menjadi bentul aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Sama
halnya dengan pendapat tersebut, sumberlain mengatakan bahwa Islam berasal
dari bahasa Arab, terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal
kata itu dibentuk kata aslama itulah yang menjadi kata Islam yang mengandung
arti memelihara diri, tunduk, patuh, dan taat. Pengertian peribahasa tersebut,
menunjukan bahwa kata Islam dekat dengan arti kata agama yang berarti
menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Senada dengan
itu, Nurcholis Madjid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada Tuhan merupakan
hakikat dari pengertian Islam. Sikap ini tidak saja merupakan ajaran Tuhan
kepada hamba-Nya, tetapi ia diajarkan oleh-Nya dengan disangkutkan kepada
alam manusia itu sendiri. Dengan kata lain ia diajarkan sebagai pemenuhan alam
manusia, sehingga pertumbuhan dan perwujudannyapada manusia selalu bersifat
dari dalam, tidak tumbuh, serta tidak dipaksa dari luar, karena cara tersebut
membuat Islam tidak otentik, karena dapat menghilangkan dimensinya yang
paling mendasar dan mendalam, yaitu kemurnian dan keikhlasan.
3
cocok dengan agama Islam. Menurut Nasruddin Razak, istilah tersebut bukan
hanya tidak tepat, akan tetapi secara prinsipil salah karena peristilahan itu
mengandung arti bahwa Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap
Muhammad. Sebagaimana perkataan agama Budha, yang memiliki arti agama
yang dibangun oleh Sidharta Gautama sang Budha, atau paham yang berasal dari
Sidharta Gautama. Analog nama dengan agama-agama lainnya tidaklah mungkin
bagi Islam.
Dengan demikian, secara istilah Islam adalah nama dari suatu agama yang
berasal dari Allah SWT. Namanya yang tercirikhas serta berbeda dengan agama-
agama yang lainnya. Kata Islam tidak memiliki hubungan dengan nama manusia
ataupun dari suatu negeri. Kata Islam itu telah diberikan oleh Allah SWT sendiri
Kedua, misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari peran
Islam dalam menangani berbagai problematika agama, sosial, ekonomi, politik,
hukum, pendidikan, kebudayaan, dan lainnya. Islam menurut H.A.R. Gibb bukan
hanya keyakinan saja, akan tetapi sebagai sintem kehidupan yang multi
dimensional. Dalam berbagai problematika di dunia, misalnya bencana alam
seperti tanah longsor, banjir dan sebagainya. Berdasarkan keadaan dunia yang
seperti itu Nabi Muhammad sebagai utusan allah membawa ajaran Islam yang di
dalamnya bukan hnaya mengandung ajaran tentang akidah atau hubungan
manusia dengan tuhan saja, melainkan juga hubungan manusia dan alam semesta.
Ketiga, misi Islam dapat pula dilihat dari misi ajaran yang dibawa dan
dipraktikan oleh Nabi Muhammad SAW. Di dalam Alquran dengan tegas
menyatakan:
4
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (Al-Ambiya’,21:107).
Dapat dilihat dari praktik Nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya, beliau
dalah orang yang sangat penyayang kepada umatnya dan kepada manusia pada
umumnya. Banyak riwayat yang menceritakan kasih sayang Nabi Muhammad
SAW, baik terhadap kawan maupun lawan. Sifat tersebut bukanlah sama sekai
merupakan kelemahan, atau sifat pengecut, melainkan justeru di dalamnya
terdapat kebuatan yang besar hingga Nabi Muhammd SAW dijuluki oleh raymond
Lerouge sebagai promotor revolusi sosial dan revolusi Internasional yang
pertama. Beliau meletakkan dasar-dasar suatu negara yang disiarkan ke seluruh
dunia, dan semata-mata hanya menjalankan hukum keadilan dan belas kasih serta
mengkhotbahkan persamaan antara seluruh manusia beserta kewajiban untuk
saling menolong dan persaudaraan sedunia.
Kelima, misi ajaran Islam dapat pula dilihat dari peran yang dimainkannya
dalam sejarah. Sebagaimana tercatat dalam sejarah bahwa Islam di abad klasik
(Abad 7 sd 13 Masehi) tealh tampil sebagai pengawal sejarah umat manusia
menuu kehidupan yang tettib, aman, damai, sejahtera, maju dalam bidang ilmu
pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban. Khusus dalam bidang ilmu
pengetahuan Islam telah ahli dalam bidang kedokteran, kimia, fisika, astronomi,
filsafat, botani, farmakologi, dan lainnya, disamping ilmu agama Islam. Ilmu
pengetahuan Islam tersebut kemudian mempengaruhi kemajuan Eropa dam Barat.
Keenam, misi ajaran Islam dapat pula dilihat dari praktik hubungan Islam
dengan penganut agama lain, sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW di
Madinah. Fakta sejarah menyatakan bahwa masalah yang pertama dilakukan nabi
Muhammad di madinah adalah menjalin hubungan yang harmonis dan kokoh
denagn seluruh komponen masyarakat yang ada di Madinah melalui apa yang da
dalam sejarah dikenal sebagai Mitsaq al-Madinah atau Piagam Jakarta. Piagam itu
menegaskan pentingnya mewujudkan persaudaraan, persatuan, dan kerja sama
5
dalam kehidupan sesama antaragolongan guna mencapai tujuan bersama
sebagaimana diajarkan dalam Alquran. Keenam misi itulah yang mendasari
seluruh bangunan ajaran Islam dalam berbagai bidang.
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dengan akal dan hawa
nafsunya, sangat rawan akan penyimpangan dari jalan yang seharusnya. Hal itu
bisa terjadi jika akal dan hawa nafsunya tidak berjalan sejalan dengan porsi yang
tepat. Oleh karenanya, islam sangat memperhatikan perlindungan terhadap setiap
individu, melalui perlindungan dalam berbagai aspek kehidupan. Perlindungan itu
direalisasikan dengan adanya tujuan agama islam yaitu maqashid syari’ah.
Maqashid al-syari’ah yang terdiri dari dua kata yakni maqoshid dan Syari’ah.
Maqashid merupakan jamak dari fiil qasada yang mempunyai arti mendatangkan
sesuatu, tuntutan dan kesengajaan. Syari’ah menurut bahasa berarti jalan menuju
sumber air. Sumber air yang dimaksud adalah islam itu sendiri, maqashid al-
syari’ah adalah tujuan islam memuat kesejahterakan, kedamaian, dan kebahagiaan
pada kehidupan umat manusia. Adapun maqashid al-syari’ah dibagi menjadi 5,
diantaranya adalah:
1. Memelihara Agama
Memelihara agama adalah tujuan pertama dalam hukum islam,
karena agama merupakan pedoman hidup bagi manusia. Dalam agama,
semua aspek kehidupan diatur, mulai dari masalah tauhid, akidah, akhlak,
dan fiqih yang di dalamnya termasuk syariat berhubungan dengan Tuhan,
sesama manusia, dan alam.
Hukum islam manjaga hak dan kebebasan. Kebebasan yang
pertama adalah kebebasan berkeyakinan dan beribadah. Setiap pemeluk
agama bebas memilih agama dan keyakinan yang dianutnya, tanpa adanya
paksaan untuk meninggalkan atau tekanan untuk berpindah agama sesuai
dalam firman Allah SWT
6
menghargai agama yang dianut masing-masing individu. Dan ternyata hal
ini telah sejak lama diatur dalam agama islam, yang dikenal sebagai
habluminannas. Islam sangat menjaga toleransi dengan pemeluk agama
lain, seperti yang telah dicontohkan nabi Muhammad SAW. Beliau
berlaku baik, menghormati, menjenguk para ahlulkitab (Yahudi dan
Nasrani) ketika sedang sakit dan sebagainya.
2. Memelihara Jiwa
Agama tidak akan bisa tegak, jika tidak ada jiwa-jiwa yang
menegakkannya. Oleh karena itu memelihara jiwa harus dilakukan. Untuk
menjaga dan memuliakan jiwa-jiwa ini, Allah Azza wa Jalla berfirman :
Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai
orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (Al-Baqarah[2]:179)
Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla menjadikan qishash sebagai
salah satu sebab kelestarian kehidupan, padahal qishash itu merupakan
kematian. Karena, dengan keberadaan hukum qishash, maka para pelaku
kriminal menjadi jera, kehidupan pun menjadi aman. Jadi, qishash
merupakan salah satu sebab terwujudnya kehidupan yang damai, tenang,
dan dalam naungan hidayah.
Allah SWT sangat membenci perbuatan keji, seperti membunuh
dan bunuh diri. Hal ini disebabkan karena membunuh berarti
menghancurkan sifat (keadaan) dan mencabut ruh manusia. Padahal Allah
sajalah Sang Pemberi Kehidupan, dan Dia sajalah yang mematikannya.
Orang yang membunuh dirinya sendiri divonis akan kekal dn di kekalkan
di neraka, karena manusia tidak dapat menciptakan sendiri maka mengapa
dia membunuh dirinya sendiri. Allah-lah yang menciptakan, dan ruh serta
hidup manusia adalah milik-Nya.
Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya,
maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah. (QS An-Nisa ayat 30)
7
Allah dan Rasul-Nya mengancam para pelaku bunuh diri yang
membunuh dirinya, mempercepat hidupnya, dan menghilangkan nyawa
dengan berbagai siksaan di akhirat, pada hari dimana semua makhluk
hidup berdiri menghadap Tuhan semesta alam. Dia menjadi orang yang
dilaknat dan dijauhkan dari rahmat Allah, dan surga adalah haram baginya,
dia di kekalkan di neraka, dan siksaannya adalah dengan menggunakan
sesuatu yang di gunakan untuk membunuh dirinya dan menghilangkan
nyawanya.
3. Memelihara Akal
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sempurna
yang pada dasarnya memiliki hati, nafsu, dan akal. Perbedaan manusia
dengan makhluk lainnya yaitu disebabkan manusia memiliki kelebihan
dengan diberi akal untuk berfikir, sehingga mampu membedakan mana
yang hak dan yang batil. Akal merupakan sumber pengetahuan, sinar
hidayah, cahaya mata hati, dan media kebahagiaan manusia didunia dan di
akhirat. Tanpa akal manusia tidak berhak menjadi seorang kholifah
dimuka bumi dan tidak berhak mendapatkan kemuliaan yang bisa
mengangkatnya menuju barisan malaikat. Allah berfirman,
8
pembebanan dan siksaan atau sanksi untuknya. Dari sinilah, berfikir
merupakan kewajiban Islami bagi seluruh umat manusia. Allah SWT
berfirman
Islam meyakini bahwa semua harta di dunia ini adalah milik Allah
SWT, manusia hanya berhak untuk memanfaatkannya saja. Meskipun
demikian Islam juga mengakui hak pribadi seseorang. Oleh karena
manusia itu manusia sangat tamak kepada harta benda, sehingga mau
mengusahakannya dengan jalan apapun, maka Islam mengatur supaya
jangan sampai terjadi bentrokan antara satu sama lain. Untuk ini Islam
mensyariatkan peraturan-peraturan mengenai muamalah seperti jual beli,
sewa-menyewa, gadai menggadai, dan sebagainya, serta melarang
penipuan, riba dan mewajibkan kepada orang yang merusak barang orang
lain untuk membayarnya, harta yang dirusak oleh anak-anak yang di
bawah tanggungannya, bahkan yang dirusak oleh binatang peliharaannya
sekalipun.
9
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.(QS. Al-Kahfi (18):46)
10
5. Memelihara keturunan
11
dalam Hadist Riwayat Muslim, “Wahai para pemuda, barangsiapa di
antara kalian yang mampu menikah, maka hendaklah menikah, karena itu
akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa
yang tidak mampu, hendaknya berpuasa karena itu adalah pemutus
syahwatnya”.
1. Aqidah
Aqidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid, adalah beberapa
perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun
dengan keragu-raguan. Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat
diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang
didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati, dan ditolak
segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Dengan demikian akidah Islam adalah kepercayaan dan keyakinan
terhadap Allah sebagai Rabb dan Ilah serta beriman dengan nama-nama-
Nya dan segala sifat-sifat-Nya juga beriman dengan adanya malaikat,
kitab-kitab, para Rasul, hari akhirat dan beriman dengan takdir Allah entah
itu baik maupun buruk juga segala apa yang datang dari Allah. Akidah
dalam Islam disebut Iman, ia bukan hanya berarti percaya melainkan
keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat.
Akidah sebagai fundamen utama ajaran Islam bersumber pada al-
Quran dan Sunnah karena dalam hal yang berkaitan dengan keyakinan
tidak seluruhnya dapat ditemukan oleh kemampuan yang dimiliki oleh
manusia.. Akidah berarti pula janji karena janji merupakan ikatan
kesepakatan antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Pengertian
akidah menurut al-Quran adalah keimanan kepada Allah SWT yakni
mengakui kemujudan-Nya. Dengan demikian akidah Islam adalah
kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah sebagai Rabb dan Ilah serta
beriman dengan nama-nama-Nya dan segala sifat-sifat-Nya juga beriman
12
dengan adanya malaikat, kitab-kitab, para Rasul, hari akhirat dan beriman
dengan takdir Allah entah itu baik maupun buruk juga segala apa yang
datang dari Allah. Akidah dalam Islam disebut Iman, ia bukan hanya
berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim
untuk berbuat. Akidah sebagai fundamen utama ajaran Islam bersumber
pada al-Quran dan Sunnah karena dalam hal yang berkaitan dengan
keyakinan tidak seluruhnya dapat ditemukan oleh kemampuan yang
dimiliki oleh manusia.
2. Syariah
Syariah (berarti jalan besar) dalam makna generik adalah
keseluruhan ajaran Islam itu sendiri. Dalam pengertian teknis-ilmiah
syariah mencakup aspek hukum dari ajaran Islam, yang lebih berorientasi
pada aspek lahir (esetoris). Namum demikian karena Islam merupakan
ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa dilepaskan dari aqidah
sebagai fondasi dan akhlaq yang menjiwai dan tujuan dari syariah itu
sendiri. Syariah memberikan kepastian hukum yang penting bagi
pengembangan diri manusia dan pembentukan dan pengembangan
masyarakat yang berperadaban (masyarakat madani).
Syariah meliputi 2 bagian utama :
Syariah Islam secara mendalam dan mendetil dibahas dalam ilmu fiqih.
Dalam menjalankan syariah Islam, beberapa yang perlu menjadi pegangan
seperti; Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunah, menjauhi bid'ah
(perkara yang diada-adakan). Syariah Islam telah memberi aturan yang
13
jelas apa yang halal dan haram, maka, tinggalkan yang subhat (meragukan)
dan ikuti yang wajib, jauhi yang harap, terhadap yang didiamkan jangan
bertele-tele. Syariah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan manusia,
dan menghendaki kemudahan. Sehingga terhadap kekeliruan yang tidak
disengaja & kelupaan diampuni Allah, amal dilakukan sesuai kemampuan.
Hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi perpecahan dalam
syariah, Syariah harus ditegakkan dengan upaya sungguh-sungguh (jihad)
dan amar ma'ruf nahi munkar.
3. Akhlak
Secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang
baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal
dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga
pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad
Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri
seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Kata akhlak diartikan sebagai
suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara
berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau
hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika
timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan
dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan
yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk
berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah
pencerminan dari akhlak. Ruang lingkup dalam akhlak terdiri dari :
Akhlak pribadi
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka
hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri,
karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal
kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari
jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri,
dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja
manusia mempunyai perbuatan.
Akhlak berkeluarga
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat.
Kewajiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang
tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna,
dengan ajaran –ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan
kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk
mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk
14
memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan
kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk
berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga
diri, kehormatan dan kemuliaan. Seorang anak haruslah mencintai kedua
orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk
engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh,
dan mendidik, menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar
engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat,
berbahagia dunia dan akhirat.
Akhlak bermasyarakat
Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah
jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari
kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang
tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah
dan ibumu, yaitu cinta dan hormat
pada tetangga. Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari
pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul
didalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang
sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu
manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain,
tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan
saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat.
Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-
tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan
yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
Akhlak bernegara
Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang
berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan
tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan
penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah
seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.
Akhlak beragama
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya,
karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek
kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal
dengan sesama makhluk Tuhan.
15
Kedua sumber itulah yang juga menjadi sumber akhlak Islamiyyah.
Prinsip-prinsip dan khaidah ilmu akhlak Islam semuanya didasarkan
kepada wahyu yang bersifat mutlak dan tepat neraca timbangannya.
Akhlak juga dapa kita rumuskan sebagai satu sifat atau sikap
kepribadian yang melahirkan tingkah laku perbuatan manusia dalam usaha
membentuk kehidupan yang sempurna berdasarkan kepada prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan oleh Allah.
Dengan kata lain, akhlak ialah suatu sistem yang menilai perbuatan lahir
dan batin manusia baik secara individu, berkelompok dan bermasyarakat
dalam interaksi hidup antara manusia baik secara individu, kelompok dan
masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan Allah, manusia
sesama manusia, manusia dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin dan
juga dengan alam sekitar.
Kِ هKِ لK ُسKرKُ KوKَ K ِهKِ بKُ تK ُكK َوK ِهKِ تK َكKِ اَل ئK َمKوKَ Kِ هَّللK اKِ بKنKَ K َمK آKٌّK لK ُكKنK وKُ نK ِمKؤKْ K ُمK ْلK اK َوK ِهKِّK بK َرKنKْ K ِمK ِهK ْيKَ لKِ إK َلK ِزK ْنKُ أK اK َمKِ بK ُلK وK ُسKَّرKلK اKنKَ K َمKآ
Kِ هKِ لK ُسK ُرKنKْ K ِمK ٍدKحKَ Kَ أKنKَ K ْيKَ بKق ُ KِّK رKَ فKُاَل ن
Artinya : Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya.
K اKًنK يK ِدK اَل َمK ْسKِ إْلK اK ُمK ُكKَ لKت Kُ K ْمK َمK ْتKَ أK َوK ْمK ُكKَنK يK ِدK ْمK ُكKَ لKت
Kِ K َرK َوK يKِ تK َمK ْعKِ نK ْمK ُكK ْيKَ لK َعKت
Kُ K يKض Kُ K ْلK َمK ْكKَ أK َمKوKْ Kَ يK ْلKا
16
Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Kelima, posisi Islam diantara agama-agama lainnya dapat dilihat dari dua
sifat yang dimiliki,yaitu akomodatif dan persuasif. Islam berupaya mengakomodir
ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna dan semangat baru di
dalamnya. Contohnya berkurban,sebelum datangnya Islam adanya kebiasaan
melakukan kurban persembahan kepada para dewa dan arwah leluhur untuk
memperoleh keberkahan. Kebiasaan berkurban ini diteruskan oleh Islam dengan
mengganti benda yang dikurbankan menjadi hewan ternak. Tujuan kurban
diarahkan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur kepada Tuhan atas segala
karunia yang diberikan-Nya,sedangkan daging kurban dibagikan kepada orang-
orang yang membutuhkan. Dengan kurban maka terciptalah tujuan agama,yaitu
menjalin hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia lainnya.
Selanjutnya ciri Islam terhadap agama lainnya adalah persuasif,yaitu satu segi
Islam melihat adanya hal-hal yant idak disetujui dan harus dihilangkan ,namun
dari segi yang lain Islam menupayakan agar proses menghilangkan tradisi yang
demikian itu tidak menimbulkan gejolak sosial yang merugikan. Upaya tersebut
dilakukan dengan cara persuasif dan bertahap.
17
Dalam agama Hindu,terdapat ajaran pengendalian tentang kesenangan. Ajaran ini
menganggap bahwa keinginan terhadap kesenangan merupakan hal yang bersifat
alamiah,sesuai dengan kodrat manusia. Kepada orang yang menginginkan
kesenagan,ajaran Hindu mengatakan : silakan,hal itu tidak jelek. Kesenangan
adalah salah satu dari empat tujuan yang sah dalam hidup kita. Ajaran tentang
pengendalian diri dari memperturutkan hawa nafsu yang berakibat pada terjadinya
tindakan kejahatan ini dapat pula dijumpai pada agama Budha. Dalam ajaran
Budha ini terdapat sejumlah ajaran etis tentang larangan membunuh,larangan
mencuri,berdusta,memperturutkan hawa nafsu dan meminum minuman yang
memabukkan. Ajaran tentang pengendalian diri dapat pula dijumpai dalam ajaran
Yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa. Di dalam agama Yahudi ini terdapat
sepuluh perintah Tuhan. Selanjutnya dalam agama Kristen dijumpai pula ajaran
tentang berbuat baik yang bertolak pada pengendalian diri. Dalam Kitab
Perjanjian Lama,terdapat kata-kata yang sering diulang-ulang oleh Yesus,yang
berbunyi “Cintailah sesama manusia seperti anda mencintai diri anda sendiri.
Lakukanlah terhadap orang lain apa yang anda ingin lakukan terhadap diri anda
sendiri. Datanglah kepada-Ku,kamu semua yang letih dan berbeban berat dan aku
akan menyegarkan kamu”.”Carilah kebenaran maka kebenaran itu akan
memerdekakan kamu.” Selanjutnya ia mengatakan kita diajarkan bagi mereka
yang mengutuk kita. Dunia mengajarkan agar sahabat kitalah yang harus kita
cintai dan musuhlah yang harus kita benci. Di dala agama Islam,ajaran tentang
pengendalian hawa nafsu keduniaan yang diikuti oleh keharusan melakukan
perbuatan yang baik bagi kemanusiaan dalam mahluk lainnya dapat dijumpai pula
dalam ajaran Islam yang bersumberkan pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Al-
Qur’an mengingatkan kepada penganutnya agar jangan memperturutkan hawa
nafsu,karena mereka yang mengikuti hawa nafsunya akan mudah terjerumus ke
dalam kehidupan yang menyengsarakan. Posisi agama Islam di antara agama-
agama lain selain mengoreksi dan membenarkan juga melanjutkan sambil
memberikan makna baru dan tambahan-tambahan sesuai dengan kebutuhan
zaman.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
20