Anda di halaman 1dari 102

EKPRESI m-RNA MAMMAGLOBIN PADA DARAH

PENDERITA KANKER PAYUDARA DENGAN METASTASE


DI KOTAMADYA MEDAN

TESIS

OLEH

SURJADI RIMBUN
087008004/BM

PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


EKPRESI m-RNA MAMMAGLOBIN PADA DARAH
PENDERITA KANKER PAYUDARA DENGAN METASTASE
DI KOTAMADYA MEDAN

TESIS

Diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh


Gelar Magister Biomedik
Dalam Program Studi Magister Ilmu Biomedik
Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

SURJADI RIMBUN
087008004/BM

PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


Judul Penelitian : Ekspresi mRNA mammaglobin pada darah penderita

kanker payudara dengan metastase di Kotamadya Medan

Nama Mahasiswa : Surjadi Rimbun

Nomor Pokok : 087008004/BM

Program Studi : Studi Biomedik

Menyetujui

Komisi Pembimbing

dr. Yahwardiah Siregar Ph.D


Ketua

dr. Emir T. Pasaribu SpB-Onk


Anggota

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Kedokteran USU

(dr. Yawardiah S. Ph.D) (Prof.dr. Gontar A. Siregar SpPD-KGEH)

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada

Tanggal : Maret 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D

Anggota : 1. dr. Emir T. Pasaribu, Sp.B.Onk (K)

2. Prof. dr. Azmi S.Kar, Sp.PD. KHOM

3. dr. Sry Suryani Widjaja, M.Kes

Universitas Sumatera Utara


Abstrak
Kanker payudara adalah salah satu masalah utama pada wanita di seluruh dunia.
Meskipun reseksi kuratif jelas, penyebaran metatasis selanjutnya menjadi masalah
klinis utama pada sekitar 30% dari semua pasien kanker payudara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai keandalan klinis m-RNA
mammaglobin sebagai penanda sirkulasi sel kanker pada pasien kanker payudara dan
untuk mempelajari relevansi ekspresinya dalam darah. Untuk menentukan baik
potensi dan batas-batas penanda untuk tujuan diagnostik, darah yang positif dianalisa
dalam kaitannya dengan karakteristik klinis dan patologis.

Penelitian ini dilakukan terhadap 29 pasien kanker payudara yang dibagi menjadi
dua kelompok yaitu 13 pasien kanker payudara dengan metastase dan 16 pasien
kanker payudara tanpa metastase. 28 pasien kanker payudara adalah jenis karsinoma
duktal invasif dengan 1 pasien berjenis karsinoma lobular invasif adalah. Pasien
kanker payudara telah direklasifikasi sesuai dengan kelas histologis ke kelas I (5
pasien), kelas II (4 pasien) dan kelas III (13 pasien). Semua individu dalam studi ini
menjadi sasaran deteksi MAG m-RNA dalam sirkulasi sel tumor dalam darah perifer
menggunakan tehnik RT-PCR.

Hasil positif untuk mammaglobin dalam sampel darah terlihat pada 38%(5/13)
pasien dengan metastasis tetapi tidak pada pasien non metatstatik. Ekspresi m-RNA
mammaglobin berkorelasi dengan tumor metastatik (P = 0,011).MAG berlebih pada
jaringan payudara secara signifikan positif pada tumor grade rendah (I dan II)
dibandingkan yang grade tinggi (III).

Mammaglobin adalah penanda tumor spesifik kanker payudara yang dapat


memprediksi prognosis kanker payudara dan hasil penelitian kami menunjukkan
bahwa penanda bisa sebagai pemeriksaan yang kurang-invasif dalam mendeteksi
kanker payudara metastase.

Kata kunci: kanker payudara, mRNA mammaglobin, darah perifer, RT-PCR

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Breast cancer is a major problem among females all over the world. Despite
apparent curative resection, subsequent development of metastatic spread presents a
major clinical problem in about 30% of all breast cancer patients.
The aim of this study was to investigate the clinical reliability of mammaglobin
m-RNA (MAG m-RNA) as a marker of circulating cancer cells in breast cancer
patients and to study the relevance of its expression in blood. To define better the
potential and limits of the marker for diagnostic purposes, blood positivity was
analyzed in relation to clinical and pathological characteristics.
This study was conducted on 29 breast cancer patients divided into two groups,
13 breast cancer patients with metastase and 16 patients with non metastase. Most of
the breast cancer patients were of the invasive ductal carcinoma type and 28 of them
had associated areas of intraductal carcinoma with 1 was invasive lobular carcinoma
type. Breast cancer patients were reclassified according to the histologic grade into
grade I (5 patients),grade II (4 patients) and grade III (13 patients). All individuals
included in this study were subjected to detection of MAG m-RNA in circulating
tumor cells in peripheral blood using RT-PCR technique.
Positivity for mammaglobin in blood samples was observed in 38% of patients
with metastatic but not in the non metatstatic patients. The presence of mammaglobin
was correlated with metastatic tumor (P = 0.011).
MAG overexpression in breast tissue was significantly positive in low grade tumors (I
and II) than in high grade ones (III).
MAG is a promising specific tumor marker of breast cancer that could predict the
prognosis of breast cancer and Our results indicate that the marker could represent a
potentially useful noninvasive tool to detect metatstatic breast cancer.

Key words: breast cancer, mRNA mammaglobin , peripheral blood, RT-PCR

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan kasih karuniaNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc(CTM), Sp.A(K). serta seluruh jajaran terkait, atas kesempatan dan fasilitas di

Universitas Sumatera Utara yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan program magister Biomedik di Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A.

Siregar, Sp.PD, KGEH, dan Ketua Program Studi Biomedik, dr. Yahwardiah Siregar,

Ph.D, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan program Magister Biomedik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya

sampaikan kepada dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D, selaku pembimbing utama yang

dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan semangat dan

saran-saran yang sangat bermanfaat mulai dari persiapan penelitian hingga penulisan

tesis ini.

Universitas Sumatera Utara


Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dr. Emir T. Pasaribu

Sp.B Onk(K), selaku anggota komisi pembimbing, atas bimbingan, masukan, dan

saran-sarannya yang sangat berharga dalam penelitian dan penulisan tesis ini.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada dr. Arlinda Sari Wahyuni, Mkes, yang

telah memberikan bimbingan statistik dalam menyelesaikan tesis ini. Juga kepada

para dosen di program magister Biomedik yang telah membimbing saya selama

mengikuti program S2.

Kepada Dr. Gino Tann, Ph.D, saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

atas dorongan, semangat dan bimbingan yang sangat bermanfaat sehingga

memberikan inspirasi untuk menggali lebih dalam tentang semua aspek yang

berkaitan dengan penelitian ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan rasa hormat yang

sebesar-besarnya kepada Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Muralim Rimbun dan Ibu

Holly Martok, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan dorongan

selama saya menjalani pendidikan di Program Magister S2 Biomedik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Kepada istri tercinta, dr. Rita Kusuma, penulis menyampaikan terima kasih yang

tak terhingga atas segala pengertian dan pengorbanannya dalam penulisan tesis ini

hingga selesai. Terima kasih juga kepada anak-anakku tercinta Tania, Dimitri, untuk

segala pengertian dan pengorbanannya dalam mendukung cita-cita penulis.

Universitas Sumatera Utara


Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada segenap staf Laboratorium

Klinik Terpadu FK USU Medan, dan semua pihak lainnya yang tidak disebutkan satu

persatu di sini, yang telah banyak membantu serta mendukung penelitian dan

penulisan tesis ini hingga selesai.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua budi baik yang telah diberikan.

Medan, Maret 2013

Penulis

Surjadi Rimbun

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 April 1966 di Medan. Menikah dengan dr. Rita

Kusuma, dan mempunyai anak: Tania dan Dimitri. Menyelesaikan pendidikan

kedokteran di Universitas Methodist Indonesia pada tahun 1992 dan lulus Ujian

Negara di Universitas Sumatera Utara, Medan pada tahun 1993. Menjalankan masa

bakti sebagai dokter Pegawai Tidak Tetap di Kabupaten Deli Serdang pada tahun

1994 – 1997. Menjalankan praktek pribadi sejak tahun 1997 – hingga sekarang.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................i
ABSTRACT.............................................................................................................ii
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR TABEL..................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah....................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................3
1.3.1. Tujuan umum..........................................................................................3
1.3.2. Tujuan khusus.........................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................................4

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN


2.1. Gambaran umum Kanker Payudara............................................................5
2.1.1. Epidemiologi Kanker Payudara..................................................................5
2.1.2. Faktor-faktor resiko Kanker Payudara........................................................7
2.1.2. a Riwayat keluarga.....................................................................................8
b Kanker pada payudara lain......................................................................8
c. Penyakit yang sebelumnya jinak.............................................................9
d. Umur........................................................................................................9
e. Riwayat menstruasi dan status menopausa.............................................9
f. Riwayat reproduksi dan menyusui........................................................10
g. Hormon Eksogen...................................................................................10
h. Faktor resiko akibat gaya hidup............................................................11
i. Paparan radiasi pengion........................................................................12
2.1.3. Dasar genetika kejadian kanker payudara.................................................13
2.1.3.a. Mutasi gen pada kanker payudara familial..........................................13
a.1. BRCA1 dan BRCA2............................................................................13
a.2. Gen p53................................................................................................14
a.3. ATM.....................................................................................................17

Universitas Sumatera Utara


a.4. Gen PTEN............................................................................................17
2.1.4. Klasifikasi kanker payudara.....................................................................17
2.1.4.a. Histopatologi jenis kanker payudara....................................................17
2.1.4.b. Klasifikasi TNM...................................................................................18
2.1.5. Staging Kanker payudara.........................................................................19
2.1.6. Diagnosa kanker payudara.......................................................................20
2.1.6.a. Diagnosa klinis....................................................................................21
a.1. Riwayat medis.....................................................................................21
a.2. Pemeriksaan fisik.................................................................................22
2.1.6.b. Diagnosa secara radiologis..................................................................23
2.1.6.c. Aspirasi Jarum halus...........................................................................24
2.1.6.d. Biopsi..................................................................................................24
2.1.6.e. Diagnosa Laboratorium.......................................................................24
2.1.7. Program penapisan (Skrining).................................................................26
2.2. Penanda Tumor pada Kanker Payudara..................................................26
2.2.1. Definisi....................................................................................................26
2.2.2. Kepentingan klinis...................................................................................26
2.2.3. Klasifikasi................................................................................................27
2.2.3.a. Penanda konvensional.........................................................................27
a.1. CEA.....................................................................................................28
a.2. CA 15-3...............................................................................................28
2.2.3.b. Penanda diagnostik..............................................................................29
2.2.3.c. Penanda prognosis...............................................................................29
2.2.3.d. Penanda prediktif.................................................................................30
d.1. Penanda predisposisi...........................................................................31
d.2. Prediksi respons...................................................................................31
2.3. Mammaglobin........................................................................................32
2.3.1. Gen mammaglobin.................................................................................33
2.3.2. Kimia protein mammaglobin.................................................................33
2.3.3. Kegunaan klinis......................................................................................34
2.3.3.a. Marker kanker payudara.....................................................................34
a.1. Spesifitas mammaglobin....................................................................35
a.2. Sensitivitas mammaglobin.................................................................37
2.3.4. Mammaglobin dengan marker payudara lain.........................................41
2.3.5. Metode Assay.........................................................................................42
2.3.5.a. Pewarnaan IHC.......................................................................................42
2.3.5.b. RT-PCR..................................................................................................42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian........................................................................................45


3.2. Tempat Penelitian....................................................................................45
3.3. Waktu Penelitian.....................................................................................45

Universitas Sumatera Utara


3.4. Populasi Penelitian..................................................................................46
3.5. Sampel Penelitian....................................................................................46
3.6. Variabel Penelitian..................................................................................47
3.7. Kerangka konsep.....................................................................................48
3.8. Definisi Operasional................................................................................49
3.9. Rancangan Penelitian..............................................................................50
3.10. Pelaksanaan Penelitian............................................................................51

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian.......................................................................................57


4.2 Analisa Hasil Penelitian..........................................................................61

BAB V PEMBAHASAN.....................................................................................64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan............................................................................................67
6.2 Saran.......................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................69

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Gambar anatomi payudara..................................................................................5

2. Gambar kanker payudara....................................................................................7

3. Gambar kerangka Apoptosis.............................................................................16

4. Gambar gen Mammaglobin..............................................................................32

5. Gambar mesin PCR..........................................................................................44

6. Gambar kerangka konsep.................................................................................48

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Tabel gen yang terlibat pada kanker payudara...........................................8

2. Tabel sistem TNM pada staging Kanker..................................................20

3. Tabel daftar Tumor Marker......................................................................25

4. Tabel bahan dan alat isolasi m-RNA.......................................................51

5. Tabel komposis sintesis cDNA................................................................53

6. Tabel bahan dan alat isolasi gen cDNA...................................................54

7. Tabel komposisi dan reaksi cDNA..........................................................54

8. Tabel karakteristik subjek penelitian........................................................58

9. Tabel gambaran hasil rontgen dan USG..................................................58

10. Tabel Histopatologi sampel......................................................................59

11. Tabel Uji Chi Square................................................................................60

12. Tabel Hasil uji Fisher...............................................................................60

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Lembar penjelasan mengenai penelitian.................................................76

2. Lembar inform consent............................................................................77

3. Lembar kuesioner....................................................................................78

4. Lembar data klinis dan histopatologi penderita......................................80

5. Persetujuan komisi etik...........................................................................81

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

AJCC : American Joint Committee on Cancer Staging System


ASCO : American Society of Clinical Oncology
ATM : Ataxia Telangiectasia Mutation
BM : Bone Marrow
BRCA1 : BReast Cancer gene 1
BRCA2 : BReast Cancer gene 2
CA 15-3 : Carbohydrate Antigen 15-3
CEA : Carcino Embryonic Antigen
CK-19 : CytoKeratin 19
CT-Scan : Computed Tomography Scan
cDNA : Complementary Deoxyribo Nucl Acid
DNA : Deoxyribonucleic Acid
EDTA : Ethylene Diamine Tetra acetic Acid
EGTM : European Group on Tumor Markers
ER : Estrogen Receptor
FNA : Fine Needle Aspiration
G1 : Gap 1(Cell Cycle)
h-Mam : human Mammaglobin
HER2 : Human Epidermal growth factor Receptor 2
IHC : Immuno Histo Chemistry
IL : InterLeukin
IUAC : International Union Against Cancer
MRI : Magnetic Resonance Imaging
P-53 : tumor Protein 53
PB : Peripheral Blood
PTEN : Phosphatase and tensin homolog
PUFA : Poly Unsaturated Fatty Acid
RNA : Ribonucleic Acid
RT-PCR : Reverse Trancriptase Polymerase Chain Reaction
SLN : Sentinel Lymph Node
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
TAQ DNA : Terminus AQuatus Deoxyribo Nucleic
Acid uPA : Urokinase Plasminogen Activator
USG : Ultra Sono Graphy

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian yang tinggi pada

wanita di seluruh dunia (Canda et al., 2004). Insidensi kanker payudara cukup

meningkat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Walau angka

kematiannya meningkat tidak sepesat insidennya, yang dikarenakan adanya upaya

deteksi dini dan kemajuan pengobatan namun metastase ke organ lain merupakan hal

yang menjadi masalah sangat serius (Notani, 2001).

Insiden kanker payudara pada wanita di seluruh dunia mencapai angka 23%

(1,38juta kasus) dari semua kasus baru kanker dan 14% dari seluruh kematian akibat

kanker pada tahun 2008. Dimana separuh dari kasus kanker payudara dan 60%

kematian diestimasi terjadi di negara-negara berkembang (Jemal et al.,2011)

Di Indonesia sendiri, angka kesakitan kanker pernah dilaporkan oleh Didid

Tjindarbumi tahun 2002, antara tahun 1988 sampai tahun 1991, angka kesakitan

kanker payudara (18%) menduduki peringkat 2 setelah kanker leher rahim (29%)

Oakley K.L. and Going J.J, 1995 menyebutkan bahwa pemeriksaan histopatologi

merupakan metode terpercaya dalam mendiagnosa lesi pada payudara, namun hal ini

sangat bergantung kepada cara pengambilan sampel dan kemampuan pembacaan

hasil oleh ahli patologinya. Karenanya, kesahihan hasil pemeriksaan masih subjektif

Universitas Sumatera Utara


bergantung pada orang-perorang. Oleh karena itu diperlukan upaya yang

berkesinambungan untuk memperoleh biomarker yang lebih spesifik.

Identifikasi biomarker yang sensitif dan spesifik dari sel kanker payudara dalam

sirkulasi dan penentuan stadium berperan penting dalam manajemen terapi. Sampai

saat ini, beberapa macam tumor marker telah diteliti untuk mendeteksi sel kanker

payudara akibat banyaknya kasus metastase, tetapi banyak yang tidak spesifik karena

terekspresi pada kanker selain payudara. Karenanya, nilai diagnostiknya menjadi

terbatas (El-Sharkawy et al., 2007) Perkembangan alat pemeriksaan yang lebih

spesifik dan sensitif diharapkan akan dapat mendeteksi residu sel tumor yang

mungkin bermetastase dan untuk mengevaluasi hasil pengobatan (Bitisik et al.,2010)

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendeteksi keberadaan residu sel kanker,

antara lain dengan memanfaatkan Reverse transcriptase PCR dengan bahan dasar

epitel sel kanker payudara (CytoKeratin 19/CK-19, Cytokeratin 20/CK-20) dan juga

pemakaian marker khusus seperti Maspin. Namun pada penelitiannya, gen-gen ini

sangat rendah kadarnya pada darah tepi sehingga hasil transkripsinya sangat

diragukan (Cerveira et al.,2004)

Gen Human Mammaglobin (hMAM) ditemukan tahun 1996, merupakan anggota

uteroglobin. Dikenal sebagai mammaglobin-A, yakni glikoprotein yang mengandung

93 asam amino polipeptida. Fungsi selulernya tidak jelas diketahui. Namun

menariknya, ekspresinya hanya terbatas dalam epitel payudara. Hal yang paling

menarik dari gen ini adalah pemeriksaannnya cukup dengan menggunakan darah tepi

Universitas Sumatera Utara


sehingga menjadikannya pemeriksaan yang kurang invasif bila dibandingkan dengan

pemeriksaan jaringan/biopsi (Bernstein et al, 2005)

Mammaglobin mRNA ada pada level yang tinggi dalam sel tumor payudara bila

dibandingkan dengan jaringan payudara yang bukan maligna (Raynor et al., 2002).

Deteksi hMAM dengan menggunakan RT-PCR diharapkan akan menjadi

pemeriksaan yang spesifik untuk mengidentifikasi sel maligna dalam sirkulasi darah

penderita kanker payudara dan akan menjadi target untuk mendiagnosa metastase

kanker payudara. Karenanya, akan dapat diharapkan akan menjadi marker kanker

payudara di masa mendatang (Ronchella et al., 2005)

1.2. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana gambaran ekspresi h-Mam di

dalam darah penderita kanker payudara di kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum adalah

Untuk mendeteksi keberadaan h-Mam-RNA dengan PCR pada penderita baru

kanker payudara di kota Medan sebagai alat bantu diagnostik untuk mendeteksi

metastase kanker payudara.

Universitas Sumatera Utara


1.3.2. Tujuan khusus adalah :

a. Untuk mengetahui gambaran ekspresi h-Mammaglobin pada populasi penelitian.

b. Untuk mengetahui frekuensi stadium penderita pada populasi penelitian.

c. Untuk mengetahui hubungan antara ekspresi h-Mammaglobin dengan

stadium kanker payudara pada populasi penelitian.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk:

- Menambah wawasan bidang kesehatan untuk diagnostik, prognostik dan

prediktif serta penatalaksanaan terapi bagi penderita kanker payudara

- Memberi kemudahan bagi penderita dan dunia medis mengingat pemeriksaan

dengan menggunakan darah tepi, diperkirakan akan dapat menggantikan

pemeriksaan biopsi.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran umum Kanker Payudara

2.1.1. Epidemiologi Kanker payudara

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum pada

wanita dan merupakan penyebab kematian no 2 setelah kanker paru-paru (Canda et

al., 2004 dan Jemal et al., 2007).

Gambar 1, Anatomi payudara

Universitas Sumatera Utara


Kejadian tahunan kanker payudara di seluruh dunia diperkirakan mencapai angka

satu juta kasus dengan sekitar 200,000 kasus di Amerika Serikat (27% dari semua

kanker pada wanita) dan sekitar 320,000 kasus di Eropa (31% dari semua kanker

pada wanita) (Stewart et al., 2004).

Di Amerika Serikat, kanker payudara masih merupakan jenis kanker yang paling

sering pada wanita, dengan sekitar 212,600 kasus baru didiagnosa setiap tahunnya

dan mengakibatkan kematian sebesar 15% dari semua kematian akibat kanker.

Sebagian besar kematian ini sebagai akibat dari metastase (Cristofanilli et al., 2005

dan Smigal et al., 2006).

Pada tahun 2007, diperkirakan ada 178.480 kasus baru kanker payudara invasif

terdiagnosis pada wanita. Jumlah kanker payudara baru pada tahun 2007 ini lebih

rendah dari perkiraan untuk tahun 2005. Hal ini mungkin disebabkan karena

penggunaan metode perhitungan yang baru, adanya alat estimasi baru yang lebih

akurat dan juga penurunan tingkat kejadian kanker payudara (American Cancer

Society, 2008).

Di Indonesia, kasus kanker payudara dilaporkan oleh Didid Tjindarbumi, 2002

menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim, dimana angka kesakitan

berkisar 18%.

Universitas Sumatera Utara


Kanker payudara pada pria jarang terjadi, adapun jumlah kasusnya hanya 1% dari

semua kanker pada pria dan kurang dari 1% dari semua kasus kanker payudara yang

terdiagnosa. Etiologi kanker payudara laki-laki tidak jelas, diperkirakan tingkat

hormonal mungkin memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini

(Giordano, 2005).

2.1.2. Faktor-faktor resiko Kanker Payudara

Etiologi kanker payudara tidak diketahui secara jelas meskipun sejumlah faktor

resiko telah diidentifikasikan akan mempengaruhi perkembangan kanker payudara.

Faktor-faktor ini termasuk riwayat keluarga penderita kanker payudara, predisposisi

genetik, status menopause, riwayat menstruasi dan riwayat reproduksi (American

Cancer Society, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2, Kanker Payudara.

2.1.2.a. Riwayat Keluarga:

Adanya riwayat keluarga merupakan faktor resiko yang paling penting dalam

perkembangan kanker payudara. Keturunan dari penderita kanker payudara

memiliki resiko peningkatan penyakit ini. Resiko ini meningkat sejalan dengan usia

saat terkena. Selain itu, ada kecenderungan individu keturunan tingkat pertama

akan beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan keturunan tingkat dua (Loman et al.,

2003).

Universitas Sumatera Utara


2.1.2.b. Kanker pada payudara Lain:

Armstrong et al. (2000) mengemukakan bahwa faktor resiko utama untuk

terkena kanker payudara primer adalah adanya riwayat pribadi kanker sebelumnya

pada payudara sisi yang lain. Namun, kanker kedua ternyata juga bisa muncul pada

payudara yang sama. Kebanyakan kanker payudara bisa timbul kembali dalam lima

tahun pertama setelah pengobatan. Pasien dengan tumor primer yang berdiameter

kurang dari 1 cm dan nodul aksila negatif mempunyai tingkat kekambuhan yang

rendah.

2.1.2.c - Penyakit Payudara yang sebelumnya jinak:

Universitas Sumatera Utara


Wanita dengan tumor jinak payudara mempunyai peningkatan resiko terkena

kanker payudara. Resiko ini bervariasi sesuai dengan gambaran subkategori

histologis seperti proliferatif atipik yang mungkin merupakan pencetus dari kanker

payudara (Terry and Rohan, 2002).

2.1.2.d. Umur:

Dewasa ini, wanita Amerika memiliki resiko terkena kanker payudara sebesar

12,3% (1 dari 8 wanita) selama kehidupannya. Sementara pada tahun 1970-an,

resiko seumur hidup terdiagnosa menderita kanker payudara adalah 1 dari 11

wanita. Peningkatan ini terjadi karena harapan hidup yang lebih lama, serta

penggunaan terapi sulih hormone (HRT-Hormon Replacement Therapy) jangka

panjang dan meningkatnya prevalensi obesitas (American Cancer Society, 2008).

2.1.2.e Riwayat Menstruasi dan Status Menopause :

Insiden kanker payudara meningkat sejalan dengan bertambahnya usia wanita,

tetapi lebih umum terjadi pada wanita pascamenopause (Miksicek et al., 2002).

Menopause yang tertunda akan mengakibatkan jumlah siklus ovulasi lebih panjang,

yang meningkatkan resiko kanker payudara. Pada sisi lainnya, pembedahan yang

mencetuskan menopause (ovariektomi atau histerektomi) sebelum usia 35 tahun

ternyata menurunkan resiko kanker payudara (Ursin et al., 2005).

2.1.2.f Riwayat Reproduksi dan Menyusui:

Universitas Sumatera Utara


Meningkatnya usia menarche, usia yang muda pada kelahiran anak pertama dan

jumlah paritas yang tinggi mempunyai kaitan yang erat dengan penurunan resiko

kanker payudara pada populasi umum (Tryggvadottir et al, 2003). Wanita yang

menyusukan bayi selama 12 bulan atau lebih akan berkurang resiko terkena kanker

payudara. Namun, wanita yang melahirkan tetapi tidak menyusukan bayinya

mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena kanker payudara. Peningkatan resiko

juga terjadi pada wanita yang belum pernah hamil (Wrensch et al., 2003).

2.1.2.g - Hormon Eksogen:

Estrogen eksogen, baik dalam bentuk kontrasepsi oral kombinasi (COC-

Combined Oral Contraception) atau terapi sulih hormon (HRT), juga mengakibatkan

peningkatan resiko kanker payudara, namun hal ini tergantung pada durasi paparan

dan apakah estrogen digunakan tunggal atau dalam bentuk kombinasi dengan

progesteron (Antoine et al., 2004). Sebuah studi meta-analisis menunjukkan bahwa

pasca penggunaan COC selama 10 tahun, ditemukan adanya peningkatan resiko

sebesar 24% terkena kanker payudara (Connor dan Stuenkel, 2001).

2.1.2.h Faktor Resiko akibat gaya hidup:

h.1 Konsumsi Alkohol :

Pöschl dan Seitz (2004) mengemukakan bahwa alkohol dapat bertindak secara

tidak langsung melalui metabolitnya yaitu asetaldehida utama, suatu karsinogen

Universitas Sumatera Utara


yang dapat bertindak sebagai bahan mutagen, dan atau sendiri merupakan

promotor tumor, menyebabkan peningkatan aktivasi prokarsinogen.

h.2. Obesitas:

Peningkatan resiko terkena kanker payudara pada wanita dengan obesitas

diakibatkan oleh jumlah estrogen endogen yang lebih tinggi, sebab jaringan adiposa

merupakan sumber yang penting dari estrogen (McTiernan et al, 2003).

h.3. Kebiasaan diet:

Konsumsi tinggi lemak terutama lemak jenuh dikaitkan dengan peningkatan

resiko kanker payudara. Sementara jenis tertentu dari asam lemak tak jenuh ganda

(PUFA), omega-3 PUFA, tampaknya menjadi pelindung (Elahi et al., 2004)

Di sisi lain, konsumsi buah dan sayuran yang merupakan sumber bahan yang kaya

antioksidan alami, terbukti menurunkan resiko kanker secara umum, dan kanker

payudara pada khususnya. Efek protektif dilaporkan lebih menonjol pada wanita

pasca menopause (American Cancer Society, 2008).

h.4. Kurangnya aktivitas fisik:

Aktivitas fisik yang dilakukan mulai masa remaja sampai dewasa (12 - 50 tahun)

menurunkan angka kesakitan kanker payudara sebesar 27%. Aktivitas fisik dapat

Universitas Sumatera Utara


mengurangi resiko dengan cara menunda berlangsungnya menarche dan

memodifikasi kadar hormon secara biologis (Lee et al., 2001).

h.5. Penggunaan dan paparan Tembakau:

Yang terkait dengan tembakau adalah bahan karsinogeniknya (misalnya,

hidrokarbon aromatik polisiklik dan amina aromatik), memberikan hubungan yang

positif antara merokok dan resiko terkena kanker payudara (American Cancer

Society, 2008).

2.1.2.i Paparan Radiasi Pengion:

Di antara korban bom atom dan wanita yang terkena radiasi pengion sebagai

bagian dari pengobatan mereka, mempunyai peningkatan resiko terkena kanker

payudara bila usia muda telah terkena paparan (Frazier et al, 2003). Hal ini

disebabkan setelah usia menopause tercapai, maka terjadi penurunan proliferasi

jaringan, dimana sel yang rusak, gagal berkembang menjadi sel kanker setelah

terkena paparan. Sebaliknya, ketika seorang gadis usia muda terkena radiasi, ia

masih memiliki siklus menstruasi selama beberapa dekade, sehingga lebih mungkin

terjangkit semua jenis kanker termasuk kanker payudara

2.1.3. Dasar Genetika Kejadian Kanker Payudara dan Progresivitasnya:

Universitas Sumatera Utara


Karena kanker payudara adalah kanker yang paling sering didiagnosis pada

wanita dengan sekitar 7% dari kanker payudara diyakini berkaitan erat dengan

faktor keturunan, maka pengetahuan tentang kontrol genetik pertumbuhan sel

adalah penting, tidak hanya untuk memahami evolusi tumor tetapi juga untuk

diagnosis yang tepat, pengobatan, pemantauan, dan untuk pencegahannya (Ergul

and Sazci. 2000).

2.1.3.a – Mutasi gen pada Kanker Payudara familial.

Penelitian klinis agregasi kanker payudara familial mengidentifikasikan

setidaknya ada lima sindroma genetik dengan pola dominan autosomal yang

berkaitan dengan kanker payudara. Sindrom ini masing-masing memiliki kaitan

mutasi genetik yang muncul secara konsisten . Gen-gen yang terlibat termasuk gen

BRCA1 dan BRCA2 (sindroma kanker payudara - ovarium 1 dan 2), p53 (Sindroma Li-

Fraumeni) , gen ATM (mutasi ataksia telangiectasia), dan PTEN (penyakit Cowden’s)

(Ergul and Sazci., 2000 dan Axilbund et al., 2011).

a.1. BRCA1 dan BRCA2:

Sebuah analisis yang diterbitkan pada tahun 1990 memperlihatkan bahwa ada

gen pada kromosom 17 yang mengakibatkan kanker payudara dalam sebuah

keluarga dengan beberapa yang melibatkan payudara dan ovarium. Pemetaan

genetik selanjutnya dan studi kloning molekuler mengidentifikasikan adanya gen

Universitas Sumatera Utara


(Kanker Payudara) BRCA1 pada tahun 1994. Identifikasi gen BRCA2 yaitu gen kanker

payudara lainnya ada pada kromosom 13, dilaporkan sekitar 1 tahun kemudian.

(Brekelmans et al., 2001 dan Egul and Sazci., 2000).

Meskipun mutasi pada gen BRCAl dan BRCA2 telah dikaitkan dengan tingginya

insiden kanker payudara, fungsi yang tepat dari protein ini belum sepenuhnya

diketahui. Ada data yang mendukung pendapat bahwa fosforilasi protein (ATM)

akan mengaktifkan protein BRCAl sebagai respon atas kerusakan DNA. Selanjutnya,

BRCA1 mengalami fosforilasi membentuk kompleks dengan BRCA2 dan RAD 51,

mengaktifkan perbaikan DNA oleh rekombinasi homolog (Grebenchtchikov et al.,

2004).

Oleh karena itu asosiasi protein BRCAl dan BRCA2 dengan Rad 51 akan

mengontrol integritas genomik dan stabilitas ,karena Rad 51 diperlukan untuk

rekombinasi mitosis meiosis dan perbaikan kerusakan untaian ganda DNA (de la

hoya et al., 2006).

a.2. gen p53:

Gen P53 (protein 53kDa), terletak di kromosom 17 pada regio p13.1,

mengkodekan faktor transkripsi p53, yang merupakan regulator kunci dari pos

pemeriksaan Gl dari siklus sel (De Jong et al., 2002) .

Universitas Sumatera Utara


Kerusakan DNA, mengaktifkan p53, yang mengatur regulasi berbagai gen target

yang terlibat di dalam:

(I) Kontrol siklus sel: Biasanya dengan kerusakan atau stres pada DNA, p53

berakumulasi, mengtransaktivasi gen yang mengkode inhibitor p21 cyclin

dependent kinase, sehingga merangsang terjadi penghentian siklus sel.

(II) Perbaikan DNA: keberhasilan perbaikan DNA akan memungkinkan sel untuk

terus berfungsi secara normal.

(III) Apoptosis: Sel yang gagal memperbaiki kerusakan DNAnya akan mengalami

apoptosis.

Pada kanker payudara, mutasi p53 berkaitan erat dengan penyakit yang lebih

agresif dan memperburuk kelangsungan hidup secara keseluruhan, namun,

frekuensi ini lebih rendah pada kanker payudara dibandingkan tumor padat lainnya

(Gasco et al., 2002).

Pada kasus yang jarang, mutasi pada p53 menyebabkan kanker payudara yang

didiagnosa pada wanita sebelum usia 35 tahun. Bentuk kanker payudara familial ini

dikaitkan dengan sindrom Li-Fraumeni, yang selain terkena kanker payudara, juga

memiliki kaitan dengan kanker yang lain, seperti sarkoma jaringan lunak, tumor

otak, osteosarkoma, leukemia, dan karsinoma adrenokortikal. Tumor ini sering

Universitas Sumatera Utara


multipel dan onset awalnya, terjadi pada masa kecil (De Jong et al., 2002 dan

Collado et al. 2004).

Gambar Apoptosis dari: http://www.genome.jp/keggbin/show_pathway?


scale=0.82&query=&map=hsa04210&scale=1.0& show_description=show&multi_query=

Universitas Sumatera Utara


a.3 Gen telangiectasia Ataksia (ATM) bermutasi:

Ataksia telangiectasia (AT) adalah gangguan resesif autosomal yang ditandai

dengan ataksia cerebellar, telangiektasis, cacat imunitas, dan adanya kecenderungan

untuk keganasan. Gen ATM mengkode protein yang terlibat dalam kontrol siklus sel

dan perbaikan DNA namun gen tunggal pada 11q dapat menyebabkan penyakit

(Ergul and Sazci., 2000 dan Axilbund et al., 2011).

a.4. Gen PTEN :

Mutasi pada gen PTEN(fosfatase dan homologi TENsin) bertanggung jawab

menyebabkan penyakit Cowden, yang di samping kanker payudara tampak adanya

beberapa hamartomas di kulit dan saluran pencernaan. Gen PTEN, terletak pada

kromosom 10Q, mengkode protein tirosin fosfatase dengan homologi tensin. Mutasi

somatik pada gen PTEN jarang terjadi pada kanker payudara (Ergul and Sazci., 2000

dan Axilbund et al., 2011)

2.1.4. Klasifikasi kanker payudara:

Kanker payudara dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenis histopatologi dan

menurut sistem staging TNM.

Universitas Sumatera Utara


2.1.4.a - Histopatologi Jenis Kanker Payudara

WHO classification of Carcinoma of the

breast

1. NonInvasive
Carcinoma Ductal
Carcinoma in situ Lobular
Carcinoma in situ
2. Invasive Carcinoma
Invasive ductal carcinoma
Invasive lobular carcinoma
Mucinous carcinoma
Medullary carcinoma
Papillary carcinoma
Tubular carcinoma
Adenoid cyst carcinoma
Secretory (juvenile) carcinoma
Apocrine carcinoma
Carcinoma with metaplasia
Inflamatory carcinoma
Other (specify)
3.1. Paget’s Disease of the Nipple
(Wood W.C. et al., 2005)

2.1.4.b Klasifikasi TNM :

Tumor-node-metastasis (TNM) adalah sistem yang dikembangkan oleh Pierre

Denoix pada tahun 1942 dan mewakili upaya untuk mengklasifikasikan kanker

Universitas Sumatera Utara


berdasarkan atribut morfologi utama tumor ganas yang dianggap mempengaruhi

prognosis penyakit: ukuran tumor primer (T), keberadaan dan tingkat keterlibatan

kelenjar getah bening regional (N), serta adanya metastasis jauh (M). International

Union Against Cancer (IUAC) menyajikan klasifikasi klinis kanker payudara

berdasarkan sistem TNM pada tahun 1958, dan American Joint Committee on

Cancer (AJCC) menerbitkan sebuah sistem staging kanker payudara berdasarkan

TNM dalam manual stadium kanker pertama mereka pada tahun 1977. Dan sejak

saat itu, revisi reguler telah dilakukan untuk memperlihatkan kemajuan besar dalam

diagnosis dan pengobatan. Dalam revisi tahun 1987, perbedaan antara versi AJCC

dan IUAC dari sistem TNM dihapuskan (Singletary and Connolly, 2006).

2.1.5. Staging Kanker Payudara:

Staging atau stadium kanker payudara bergantung pada kriteria klinis dan

patologis dimana hal ini berguna dalam pengobatan dan prognosis penyakit. Metode

staging yang digunakan saat ini tergantung pada sistem TNM.

Karena sistem TNM merupakan penggabungan dari AJCC dan IUAC (Singletary

and Connoly., 2006), maka tidak ada lagi perbedaan di antara keduanya.

TNM Staging System for Breast Cancer (American Joint Committee on Cancer
Staging System, 2003)

Universitas Sumatera Utara


2.1.6. Diagnosa Kanker Payudara

Diagnosa kanker payudara didasarkan pada interpretasi atas informasi dari

jaringan histologis. Diagnosis dapat dibantu dari sejarah medis, pemeriksaan fisik,

Universitas Sumatera Utara


mamografi, ultrasonografi, pemeriksaan sitologi dan sejumlah teknik lainnya, tetapi

hasil dari masing-masing akhirnya memerlukan konfirmasi dengan pemeriksaan

histologis jaringan yang relevan (Margolese et al., 2003).

2.1.6.a. Diagnosa Klinis:

a.1. Riwayat medis:

Sebagian besar keluhan tentang payudara bukan terkait kanker. Kondisi jinak

jauh lebih sering dari kondisi ganas, tetapi tanda-tanda dan gejala kanker tidak unik

sehingga sukar dibedakan dengan kondisi jinak. Untuk alasan ini, setiap gejala yang

berkaitan dengan payudara meningkatkan kemungkinan akan adanya kanker

(Margolese., 2003).

Riwayat medis meliputi evaluasi keluhan yang terkait dengan payudara, ini

meliputi:

a. Gejala pada lesi primer:

• Massa pada payudara termasuk durasi, perubahan ukuran, dan sensasi nyeri.

• Puting / areola yang berdarah.

• Ulkus atau kemerahan pada kulit payudara.

b. Data informatif lainnya

Universitas Sumatera Utara


• Informasi tentang masalah payudara sebelumnya, aspirasi ataupun biopsy

payudara.

• Jika pasien telah mengalami histerektomi, alasan untuk operasi dan apakah

ovarium telah diangkat.

• Riwayat terapi sulih hormon dan kontrasepsi oral saat ini atau sebelumnya.

• Riwayat reproduksi, usia menarche dan menopause serta tanggal periode

menstruasi terakhir.

• Riwayat keluarga yang cermat sangat penting, terutama mengenai payudara dan

kanker ovarium, ini berkaitan dengan sindrom genetik kanker keluarga yang

mempengaruhi kanker payudara. (Margolese et al., 2003)

a.2. Pemeriksaan fisik:

Pemeriksaan fisik payudara meliputi inspeksi dan palpasi payudara dan dinding

dada serta kelenjar getah bening aksila supraklavikula. Ini harus dilakukan secara

sistemik dan profesional dengan lingkungan yang nyaman dan santai serta menjamin

privasi pasien. Pada wanita premenopause yang terbaik diperiksa adalah satu

minggu setelah onset haid terakhir mereka, yaitu ketika kekenyalan dan

pembengkakan payudara paling minimal (Winchester., 1992).

Universitas Sumatera Utara


Tanda-tanda fisik pada pasien dengan kanker payudara dapat mencakup satu

atau beberapa hal berikut:

a.2.1. Massa payudara:

Terdeteksi adanya massa payudara adalah keluhan yang paling umum yang

membuat wanita mencari nasihat medis. Kuadran luar atas payudara adalah tempat

lesi kanker yang paling sering. Kekenyalan massa, ketidakteraturan, perlekatannya

pada kulit, dan edema atau retraksi dari kulit di atasnya mengarah pada keganasan

(Raina et al., 2005).

a.2.2. Discharge pada puting:

Discharge puting spontan, baik dari satu payudara saja, dan terbatas pada satu

saluran meningkatkan kemungkinan kanker. Discharge akibat kanker biasanya

mengandung darah. Perubahan puting terkait dengan kanker berupa retraksi,

infiltrasi langsung, atau penyakit Paget. Penyakit Paget pada puting susu terjadi

karena sel-sel ganas yang menyerang epidermis puting. (Margolese et al., 2003).

a.2.3. Perubahan kulit:

Retraksi kulit diakibatkan pemendekan ligamen Cooper karena diinfiltrasi oleh

kanker. Lesi kulit lainnya termasuk ulserasi kulit dan edema (peau d'orange) yang

Universitas Sumatera Utara


mungkin disertai dengan kemerahan. Juga nodul satelit dermal menandakan

penyebaran ke kulit (Margolese et al., 2003).

2.1.6.b. Diagnosa secara radiologis:

b.1. Mammografi:

b.2. USG (sonografi):

b.3. Magnetic Resonance Imaging (MRI):

2.1.6.c. Aspirasi Jarum Halus:

Aspirasi jarum halus (FNA) dilakukan untuk membedakan kista dengan tumor
padat dan untuk memperoleh spesimen sitologi. Jika cairan yang diperoleh, maka
kista dievakuasi total. Hilangnya massa yang teraba secara keseluruhan tanpa
perdarahan (haemocult-negatif) merupakan indikasi dari kista sederhana (Giard and
Herman, 1992).

2.1.6.d. Biopsi:

Biopsi dapat berupa

-. Biopsi kulit:

-. Biopsi inti:

-. Biopsi inti dipandu USG:

-. Biopsi bedah terbuka:

2.1.6.e - Diagnosis Laboratorium:

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosa kanker payudara

biasanya diklasifikasikan sebagai berikut:

e.1. Pemeriksaan laboratorium umum:

Ini digunakan untuk mengetahui kondisi umum pasien. Pemeriksaan ini

termasuk hitung darah lengkap, laju endap darah, fungsi ginjal dan fungsi hati, asam

urat, dan penanda tulang seperti kalsium, fosfor dan fosfatase alkali (Margolese et

al., 2003).

e.2. Tumor marker payudara (Harris et al.,2007)

Tabel berikut memuat tumor marker yang lazim diperiksa untuk membantu

menegakkan diagnosa pada sangkaan suatu kanker payudara:

Tumor Marker kanker payudara Kegunaan klinis

1. CA 15-3 dan CA 27.29 - Skrining, diagnosa


dan staging awal
penyakit
- Pemantauan setelah terapi
primer.
- Pemantauan rekurensi kanker
payudara
2. CEA - Skrining, diagnose dan
staging awal penyakit
-Tidak untuk pemantauan setelah
terapi primer
3. ER/ PR - Pemantauan reseptor endokrin
ER/ PR penderita kanker
payudara yang diperkiraan
berfaedah bila mendapat terapi

Universitas Sumatera Utara


endokrin.
4. HER2/Neu - Pemantauan ekspresi dari setiap
kasus tumor invasif,
penentu perlu tidaknya
terapi dengan anti
HER2/Neu.
- Perkiraan prognosa
5. P-53 - Marker yang tidak spesifik
untuk kanker payudara

6. uPA dan UPA-1 Diperiksa dari jaringan


payudara Level rendah
menggambarkan kemungkinan
kecil untuk rekurens
Kemoterapi tidak efektif
pada level tinggi

2.1.7. Program penapisan (Skrining):

Karena kanker payudara adalah kanker yang menyebabkan kematian yang tinggi

pada wanita di negara-negara di seluruh dunia, maka program skrining telah

diperkenalkan untuk memfasilitasi temuan kasus di kalangan wanita tanpa gejala

terutama yang teridentifikasi dengan faktor risiko(Elmore et a.l, 2002. Dan Smigal et

al., 2006).

Tujuan dari skrining kanker payudara adalah deteksi dini keganasan pada tahap

yang diharapkan dapat menurunkan angka kematian (Autier, 2002).

2.2. PENANDA TUMOR KANKER PAYUDARA

2.2.1. Definisi:

Universitas Sumatera Utara


Tumor marker adalah suatu zat yang dapat dideteksi dalam jumlah yang lebih

tinggi pada urin, darah atau jaringan dari pasien penderita kanker. Zat ini dapat

berupa protein, enzim, bahan biokimia atau antigen (Henry and Hayes, 2006).

2.2.2. Kepentingan klinis:

Tumor marker dapat dihasilkan baik oleh kanker sendiri atau oleh tubuh sebagai

respon terhadap kanker. Secara umum, kadar penanda tumor lebih rendah pada

tahap awal penyakit (tapi masih lebih tinggi dari normal) dan meningkat pada

penyakit tahap lanjut. Selanjutnya, titernya turun sebagai respon terhadap

pengobatan dan meningkat kembali ketika kanker berkembang (Henry and Hayes,

2006).

Namun, Perkins et al. (2003) menyatakan bahwa penanda tumor tidak cukup

spesifik untuk digunakan sendiri dalam mendiagnosa kanker. Kadar penanda tumor

dapat meningkat pada orang dengan penyakit jinak, selain itu mereka tidak

meningkat pada setiap orang dengan kanker, terutama mereka dengan stadium

awal penyakit.

2.2.3. Klasifikasi:

Sejumlah besar penanda ada pada kanker payudara .Penanda ini dapat

diklasifikasikan ke dalam penanda konvensional, penanda diagnostik, skrining dan

penanda prognostik:

Universitas Sumatera Utara


2.2.3.a. Penanda Konvensional:

Ada beberapa penanda tumor berbasis serum untuk kanker payudara, seperti CA

15-3, CA 27-29, CEA, dan CA 19-9, namun penanda konvensional ini tidak sensitif

dan tidak spesifik. Selain itu, mereka tidak dapat digunakan sebagai faktor

prognostik independen. Penanda yang paling banyak digunakan adalah CA 15-3 dan

CEA (Duffy, 2006).

a.1. Carcinoembryonic Antigen (CEA):

Antigen Karsino Embrionik diidentifikasi pada tahun 1965 oleh Gold dan

Freedman, sebagai antigen pertama manusia yang terkait dengan penyakit kanker,

dan merupakan salah satu penanda tumor yang paling banyak digunakan sampai

saat ini. Awalnya dianggap spesifik untuk kanker usus besar tetapi penelitian

berikutnya membuktikan keragaman fungsinya. Dihasilkan oleh jaringan kanker

payudara yang kemudian disekresikan ke dalam darah dan cairan tubuh. Ditemukan

juga bahwa CEA konsentrasi tinggi preoperatif, berhubungan dengan prognosa yang

buruk pada kanker payudara (Duffy, 2006).

a.2. Karbohidrat antigen (CA 15-3):

CA 15-3 bernilai rendah untuk deteksi dini kanker payudara karena

sensitivitasnya rendah (33%), dengan demikian tidak dapat digunakan untuk tujuan

skrining (Guadagni et al., 2001). Meskipun aplikasi utama CA 15-3 adalah untuk

Universitas Sumatera Utara


memantau dan mendeteksi kekambuhan pada pasien yang didiagnosa dengan

kanker payudara, namun American Society of Clinical Oncology (ASCO) tidak

membenarkan penggunaan rutin CA 15-3 pada pasien yang sebelumnya terdiagnosis

asimtomatik karena kurangnya kepekaan dan efektivitas rendah CA 15-3 untuk

deteksi dini kekambuhan (30% dari pasien dengan penyakit berulang ternyata

levelnya tidak meningkat, sementara 8% tanpa kekambuhan terdeteksi ada) (Duffy,

2006)

CA 15-3 ternyata juga terdeteksi pada pasien dengan kanker saluran

pencernaan, kanker paru-paru, kanker ovarium, kanker serviks, kanker prostat dan

kanker pankreas. Oleh karena itu, CA 15-3 tidak cukup spesifik sebagai penanda

untuk mendeteksi kasus kanker payudara (Jones, 1999).

2.2.3.b. Penanda Diagnostik:

O'Brien (2002) mengemukakan bahwa penanda baru seperti mammaglobin, telah

memberikan harapan sebagai penanda tambahan kanker payudara primer dan juga

digunakan untuk mendeteksi metastase tersembunyi. Sensitivitasnya mencapai 86%.

Deteksi dini sel-sel kanker payudara yang beredar dalam sirkulasi dengan metode

morfologi telah ditingkatkan menjadi metode sensitif berbasis PCR (Bae et al.,2000).

Lacroix (2006) melaporkan bahwa deteksi sel tumor dalam sirkulasi

menggunakan kombinasi penanda epigenetik mungkin tidak hanya meningkatkan

Universitas Sumatera Utara


wawasan tentang perilaku biologis dari tumor primer individu, tetapi juga dapat

memberikan informasi prognostik yang berharga yang dapat dengan mudah

dipantau sepanjang perjalanan penyakit. Penanda epigenetik, seperti sekuens

metilasi DNA, akan memungkinkan deteksi kanker payudara tanpa bantuan

mammografi.

2.2.3.c. Penanda prognosis:

Penanda prognosis menunjukkan kemungkinan hasil seperti kekambuhan tumor

atau kelangsungan hidup pasien, terlepas dari pengobatan yang diterima pasien

(Ross et al., 2003.).

Duffy (2006) menyatakan bahwa fitur kunci dari penanda prognostik yang

berguna secara klinis termasuk kemudahan dan keandalan pemeriksaan; konfirmasi

bahwa jenis perawatan yang digunakan tidak mempengaruhi makna prognostiknya;

dan bahwa penanda menyediakan informasi hasil penyakit yang independen dari

status faktor klasik lainnya.

Gen HER-2 diamplifikasi atau diekspresikan sebesar 20-30% dari semua kanker

payudara invasif. Amplifikasi atau ekspresi berlebihan umumnya dikaitkan dengan

prognose yang buruk (Ross et al., 2003).

Penanda lain yang digunakan untuk menentukan prognosis pada kanker

payudara adalah reseptor estrogen (ER). Meskipun penggunaan utama dari ER

Universitas Sumatera Utara


adalah untuk melihat respon hormon pada kanker payudara, namun pasien dengan

ER positif cenderung memiliki prognosis yang lebih baik daripada ER-negatif pasien,

setidaknya untuk 5-6 tahun pertama setelah diagnosis awal (Duffy, 2006).

Pasien dengan nodul negatif pada aksila dan dengan UPA dan PAI-1 level rendah,

memiliki probabilitas rendah terkena penyakit berulang dan dengan demikian akan

dapat mengurangi biaya kemoterapi tambahan. (Harbeck et al., 2002).

2.2.3.d. Penanda prediktif:

Sebuah penanda prediktif dapat didefinisikan sebagai faktor yang menunjukkan

sensitivitas atau resistensi terhadap pengobatan tertentu. Ada dua jenis penanda

prediktif: Penanda yang memprediksi kemungkinan bahwa kanker payudara akan

berkembang pada wanita yang saat ini bebas penyakit (penanda predisposisi); dan

penanda yang dapat memprediksi apakah suatu kasus baru atau kasus kekambuhan

dapat merespon terapi tunggal atau kombinasi (Ross et al, 2003 dan Duffy., 2005).

d.1. Penanda predisposisi:

Peto (2002) menyatakan bahwa kanker payudara familial meliputi sekitar 25%

dari semua kasus penyakit pada wanita yang berusia kurang dari 30 tahun. Kelainan

genetik baik BRCA 1 atau BRCA2 tampaknya mengakibatkan sekitar 90-95% dari

kasus kanker payudara keluarga dengan sisanya disebabkan oleh lain, terutama gen

supresor tumor.

Universitas Sumatera Utara


d.2. Prediksi respon terhadap terapi:

Status HER-2/neu pada kanker payudara yang baru didiagnosa dapat berfungsi

baik sebagai faktor prognostik yang berdiri sendiri dan sebagai faktor prediktif untuk

respons terhadap terapi trastuzumab (Ross et al., 2003). Antibodi monoklonal yang

diarahkan terhadap HER-2. Ketika diberikan dengan kemoterapi untuk kanker

payudara lanjut yang HER-2-positif, menunjukkan untuk peningkatan maupun

kelangsungan hidup secara keseluruhan (25,1 vs 20,3 bulan, p = 0,046) dibandingkan

dengan kemoterapi saja (Slamon et al., 2001).

Menurut pedoman Eropa (EGTM) dan Amerika (ASCO), pemeriksaan ER harus

dilakukan pada semua pasien dengan kanker payudara (Molina et al, 2005). PR harus

diperiksa bersama dengan ER, karena pasien yang memiliki kedua reseptor lebih

mungkin menerima manfaat dari terapi hormon dibandingkan mereka yang memiliki

ER tapi kurang PR. Juga penemuan modulator respon estrogen dan aromatase

inhibitor, telah menambahkan strategi baru untuk mengevaluasi tumor pada terapi.

2.3. Mammaglobin

Gen mammaglobin manusia (h-MAM) mengkode sekresi protein mammaglobin-

A, yang berkaitan dengan kanker payudara manusia. Selain itu, ekspresinya juga

hanya terbatas pada epitel payudara. Mammaglobin hanya dikonservasi pada

Universitas Sumatera Utara


manusia dan simpanse dan tidak ada pada genom mamalia lain (Watson et al.,

1998).

buah gen baru


yang

.3.1. Gen Mammaglobin manusia:

Watson dan Fleming tahun 1996, mengidentifikasikan

hanya terdapat dalam jaringan payudara. Gen ini, yang dikenal sebagai

mammaglobin (MG), mengkodekan protein dengan 93 asam amino dan massa

molekul seberat 10.5kDa (Watson and Fleming, 1996).

Gen h-MAM dipetakan pada kromosom 11q12.3-q13.1; kromosom yang

berkaitan dengan kanker payudara dan mengkode glikoprotein 10,5 kDa. Gen h-

Universitas Sumatera Utara


MAM terdiri dari tiga ekson (119 bp, 188 bp dan 199 bp) dan dua intron (603 bp dan

1888 bp) (Watson et al., 1998 dan Cerveira et al. 2004).

Gen h-MAM menampilkan dua karakteristik yang menunjukkan bahwa

ekspresinya relevan dengan biologi kanker payudara. Pertama, analisa Nothern blot

dan analisa RT-PCR menunjukkan bahwa ekspresi gen h-MAM terbatas pada kelenjar

air susu. Kedua, kadar mRNA mammaglobin yang tinggi hanya muncul pada sel

tumor payudara (Watson et al., 1998. dan Raynor et al., 2002) .

2.3.2. Kimia dari Protein Mammaglobin:

Mammaglobin-A berukuran sangat kecil, terglikosilasi tinggi,dan secara aktif

mensekresi 10,5 kDa glikoprotein. Mammaglobin-A memiliki 93-asam amino urutan

polipeptida dan dengan 19 asam amino hidrofobik urutan sinyal peptida (Span et al,

2004).

Mammaglobin-A adalah anggota dari keluarga protein sekretori epitel, dikenal

dengan nama uteroglobin, terletak pada kromosom 11q12.2 (Span et al., 2004). Ada

dua fungsi utama uteroglobin dan sekretoglobin lain yang paling sering dipelajari.

Fungsi pertama adalah pengikatan ligan, karena mereka dapat mengikat steroid dan

fibronektin. Fungsi kedua adalah sifat anti-inflamasi, yang mana kurangnya

uteroglobin dikaitkan dengan peningkatan ekspresi sitokin inflamasi seperti

interleukin-4 (IL-4) dan IL-13 (Sjödin, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Mammaglobin-A alamiah membentuk suatu heterodimer dengan lipophilin-B

(anggota keluarga uteroglobin yang diekspresikan dalam jaringan payudara dan

jaringan lain), yang dikenal sebagai kompleks protein mammaglobin (mammaglobin

/ lipophilin-B) dalam suatu ikatan kovalen, dan dimerisasi ini sangat penting untuk

stabilisasi protein mammaglobin-A. Lipophilin-B mRNA diekspresikan dalam 70%

tumor payudara dan menunjukkan korelasi kuat dengan profil ekspresi mRNA dari

mammaglobin (Carter et al., 2003).

2.3.3. Kegunaan klinis:

2.3.3.a. Mammaglobin-A sebagai Marker untuk Kanker Payudara:

Ekspresi Mammaglobin-A merupakan penanda sensitif dan spesifik untuk sel-sel

epitel payudara neoplastik dan memberikan bukti yang cukup menjanjikan sebagai

penanda molekuler untuk deteksi dini, staging, prognosis, dan/atau pemantauan

kekambuhan kanker payudara(El-Sharkawy et al., 2007; Bernstein et al., 2005; Silva

et al., 2002).

Ekspresi Mammaglobin merupakan faktor prognostik independen yang kuat

untuk kekambuhan atau bebasnya pasien dari kanker payudara primer. (Núñez-Villar

et al., 2003 dan Span et al., 2004).

a.1. Spesifisitas dari Mammaglobin:

Universitas Sumatera Utara


a.1.a Ekspresi spesifik pada Payudara:

Ekspresi gen Mammaglobin tidak terdeteksi pada jaringan epitel rahim, prostat,

kolon, paru maupun ovarium. Selain dari kelenjar susu pada payudara, mRNA

mammaglobin tidak dapat dideteksi dalam jaringan non neoplastik lainnya. Hasil ini

menunjukkan potensi penggunaan ekspresi gen mammaglobin sebagai penanda

yang sangat spesifik untuk kanker payudara (Bernstein et al., 2005).

Pada tumor payudara primer, peningkatan ekspresi mammaglobin bertepatan

dengan kejadian metaplasia. Dalam jaringan payudara jinak dengan epitel apokrin

metaplastik, immunoreaktivitas mammaglobin tampak di dalam epitel maupun

dalam cairan kista apokrin. Kekhususan pola-pola pewarnaan imunohistokimia (IHC)

yang positif didokumentasikan oleh sinyal yang berasal dari spesimen identik yang

diinkubasi dengan serum kelinci praimun atau antiserum prainkubasi

antimammaglobin (Watson et al., 1999 and Gillanders, 2005).

Ada beberapa penelitian yang menggunakan mammaglobin untuk mendeteksi

sel-sel metastase tumor payudara dalam darah, kelenjar getah bening, sumsum

tulang (Zehentner et al., 2004) dan paru-paru (Koga et al., 2004). Penelitian-

penelitian ini menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk penggunaan mammaglobin

sebagai penanda molekul untuk sel kanker payudara. Ekspresi Mammaglobin yang

terbatas pada jaringan payudara menghasilkan ide tentang strategi pengobatan

Universitas Sumatera Utara


kanker payudara berbasis mammaglobin, misalnya dengan menargetkan tumor

kanker payudara dengan antibodi mammaglobin, imunoterapi dengan target

mammaglobin dan terapi vector gen dengan mammaglobin sebagai promotor

ekspresi Bax, yang akan membantu apoptosis sel tumor payudara (Sjödin, 2005).

a.1.b. Kontrol ekspresi pada subyek sehat dan payudara non-kanker:

Penanda molekuler selain h-MAM, terekspresi pada sel-sel normal dalam darah

tepi (Peripheral Blood/PB) atau sumsum tulang (Bone Marrow/BM) subyek sehat,

dan pada pasien dengan keganasan hematologi. Tidak seperti h-MAM, mereka

tampaknya tidak cukup spesifik untuk digunakan untuk mendeteksi sel-sel kanker

payudara bekas (Corradini et al., 2001).

Transkripsi h-MAM tidak dapat dideteksi dalam sampel PB dari 180 orang wanita

sehat, sehingga, ia tidak memiliki hasil positif palsu (spesifisitas 100%) dalam

kelompok tersebut. Selain itu, transkripsi h-MAM menunjukkan spesifisitas 97%

pada pasien dengan keganasan lain di luar kanker payudara. 3% positif palsu yang

tersisa di miliki keganasan limfoid (Leukemia limphobalstik akut, limfoma sel mantel

dan karsinoma timus (Grunewald et al., 2000; Silva et al., 2002; Cerveira et al., 2004;

dan Zehentner et al., 2004.).

a.2. Sensitivitas mammaglobin:

a.2.a. Ekspresi mammaglobin pada kanker payudara primer:

Universitas Sumatera Utara


Menggunakan metode pewarnaan IHC, Watson et al. (1999) menunjukkan bahwa

80% dari karsinoma sel duktal memperlihatkan pewarnaan yang kuat pada protein

mammaglobin. Menariknya, hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa pewarnaan

dapat membedakan mana tumor yang berdiferensiasi baik (78%), berdifensiasi

sedang (67%), dan berdiferensiasi buruk(63%).

Menggunakan RT-PCR assay, Corradini et al. (2001) mempelajari ekspresi HER-2

dan h-MAM dari tiga puluh spesimen bedah yang diperoleh dari kasus yang

didiagnosa secara histologi merupakan kanker payudara primer. Ekspresi penanda

yang ada, berkisar 63% untuk HER-2 dan 97% untuk h-MAM, hal mana menunjukkan

sensitivitas superior dari h-MAM atas penanda lainnya.

a.2.b. mRNA Mammaglobin dalam darah perifer pasien kanker payudara:

Insiden terdeteksinya transkripsi mRNA h-MAM sampel darah tepi pasien kanker

payudara dipelajari oleh Zach et al. (1999). Hasil positif dicatat dalam 28% pasien

pada saat diagnosis, 49% pasien dengan penyakit metastase, dan 6% dari pasien

yang terbebas penyakit setelah kemoterapi jangka panjang untuk stadium I hingga

III.

Grunewald et al. (2000) menunjukkan bahwa ekspresi h-MAM berkorelasi secara

signifikan dengan status nodul, peningkatan serum CA15-3, dan terjadinya

metastase jauh pada saat diagnosis. Sementara ekspresi penanda lainnya seperti

Universitas Sumatera Utara


HER-2 dan CK-19 tidak berkorelasi dengan salah satu fitur klinis atau patologi kanker

payudara ini. Dalam konteks spesifisitas diagnostik, transkripsi h-MAM tidak tampak

pada sampel darah relawan sehat atau pasien dengan keganasan hematologi.

Sebaliknya, HER-2 dan CK-19 yang diperiksa dengan nested RT-PCR memperlihatkan

hasil positif palsu yang tinggi. Transkripsi HER-2 dan CK-19 terdeteksi pada 25% dan

10% masing-masing pada pasien dengan keganasan hematologi serta CK-19

ditemukan dari 39% sukarelawan yang sehat.

Penelitian lebih lanjut juga dilakukan oleh Zehentner et al. (2004). Menggunakan

real time RT-PCR, mRNA mammaglobin terdeteksi pada 61% sampel darah perifer

(PB) dari pasien yang secara histologis terbukti kanker payudara. Deteksi

Mammaglobin tidak berkorelasi dengan usia, paritas, atau status menopause

penderita kanker payudara yang diperiksa.

a.2.c. Sirkulasi protein Mammaglobin dalam serum pasien kanker payudara:

Zehentner et al. (2004) mencatat bahwa protein mammaglobin yang beredar

terdeteksi pada 54/142 sampel serum wanita dengan kanker payudara dengan

spesifisitas 97% pada kontrol sehat.

a.2.d. Ekspresi mammaglobin pada kelenjar getah bening dari pasien kanker

payudara:

Universitas Sumatera Utara


Mammaglobin, suatu penanda spesifik mRNA jaringan, terdeteksi lebih dari 60%

kelenjar getah bening pasien dengan kanker payudara metastatik, tapi tidak pada

kelenjar getah bening normal dari pasien non-kanker (Watson et al., 1999).

Hasil biopsi sentinel kelenjar getah bening (SLN) sangat prediktif menunjukkan

keterlibatan kelenjar getah bening aksila pada kanker payudara. Analisa SLN saat

operasi dapat mengurangi biaya dan komplikasi, namun, metode histopatologi yang

ada kurang standar dan menunjukkan kurangnya sensitivitas. Metode molekuler

yang cepat dapat meningkatkan diagnose metastase SLN intraoperatif (Backus et al.,

2005).

Backus et al. (2005) mengidentifikasi tujuh penanda untuk mendeteksi metastase

kanker payudara. Hasilnya dipakai untuk mengidentifikasi metastase klinis dalam

kelenjar getah bening dengan menggunakan analisa RT-PCR pada SLN dari 254

pasien kanker payudara. Kombinasi optimal dua gen, mammaglobin dan cytokeratin

19, terdeteksi secara klinis bermetastase dalam pemeriksaan pada SLN payudara

dengan sensitivitas 90% dan spesifisitas 94%. Mereka menyarankan pemeriksaan

molekuler intraoperatif menggunakan penanda tersebut yang memiliki potensi

secara signifikan mengurangi kebutuhan operasi kedua untuk pasien yang menjalani

pembedahan SLN.

a.2.e. Ekspresi Mammaglobin dalam sumsum tulang pasien kanker payudara:

Universitas Sumatera Utara


mRNA Mammaglobin terdeteksi pada 64% dari aspirasi sumsum tulang dari

pasien kanker payudara dengan metastase (Corradini et al., 2001 dan Silva et al,

2002). Ekspresi menggunakan RT-PCR untuk penanda kanker payudara dari aspirasi

sumsum tulang(BM) berkisar dari 0% untuk CEA dan 63% untuk CK-19. Tidak seperti

h-MAM, penanda lainnya menunjukkan hasil positif palsu yang tinggi (Mikhitarian et

al., 2008).

a.2.f. Ekspresi Mammaglobin pada efusi serosa:

Passebosc-Faure et al. (2005) mengevaluasi panel penanda molekuler untuk

deteksi sel kanker pada efusi serosa dan untuk menentukan nilai mereka sebagai

penunjang transkripsi RT-PCR pada pemeriksaan sitologi. Pada RT-PCR sebanyak 114

pasien dengan efusi serosa yang berasal dari 71 pasien dengan tumor dan 43 pasien

dengan penyakit jinak dinilai ekspresi antigen Carcinoembryonic (CEA), sel epitel

molekul adhesi (Ep-CAM), E-kaderin (CDH1), mammaglobin B, musin 1 (MUC1)

isoform MUC1/REP, MUC1 / Y dan MUC1 / Z, calretinin (CALB2), dan gen tumor

Wilms. CEA dan mammaglobin secara khusus terekspresi pada keganasan epitel, dan

mammaglobin terutama terekspresi pada efusi dari payudara karsinoma (spesifitas

97,3%).

Universitas Sumatera Utara


Mereka menyimpulkan bahwa analisa RT-PCR dari CEA, Ep-CAM, dan

mammaglobin-B pada efusi serosa bisa menjadi tambahan yang bermanfaat untuk

sitologi diagnosa keganasan (Passebosc-Faure et al., 2005).

2.3.4. Mammaglobin dalam Perbandingan dengan Penanda Kanker Payudara yang

digunakan saat ini:

Mammaglobin menjadi penanda yang sangat menjanjikan untuk aplikasi

pengelolaan kanker payudara. Sangat spesifik untuk jaringan epitel payudara,

sementara penanda lain menunjukkan ekspresi dalam jaringan selain payudara

(Corradini et al., 2001).

Overekspresi HER-2 juga ditemukan dalam keganasan yang lain selain payudara,

seperti karsinoma ovarium(25-30%), adenokarsinoma duktus pankreas (24%),

karsinoma sel skuamosa kepala dan leher(24%), adenokarsinoma lambung (15,2%),

dan karsinoma kolorektal (3%) (Hellstrom et al., 2001).

Namun demikian, penanda di luar mammaglobin diekspresikan secara positif

palsu dalam kontrol negatif; karenanya, penggunaannya sebagai penanda untuk

kanker payudara masih dipertanyakan, dimana saat ini sangat dibutuhkan penanda

khusus payudara untuk aplikasi klinis (Corradini et al., 2001). Mengingat sensitivitas

diagnostik, mammaglobin tampaknya juga menjadi penanda yang cukup

menjanjikan untuk aplikasi klinis.

Universitas Sumatera Utara


2.3.5. Metode Assay:

2.3.5.a. Pewarnaan pada imunohistokimia (IHC):

Analisis imunohistokimia rutin dilakukan melalui sisntesa peptida yang sesuai

dengan peptida 16-residu (EVFMQLIYDSSLCDLF) pada urutan protein terminal C

mammaglobin yang berkonjugasi pada karier(Carrier) yang kemudian disuntikkan ke

kelinci untuk menghasilkan antibodi antimammaglobin pada kelinci poliklonal.

Reagen ini digunakan dalam survei besar tumor payudara primer dari berbagai kelas

dan jenis histologi. Kekhususan dari antibodi yang dihasilkan dikonfirmasi dengan

analisis Western blot dari beberapa cell-line tumor payudara manusia dan kanker

payudara primer manusia yang diperiksa sebelumnya untuk ekspresi mRNA

mammaglobin(Watson et al, 1999 dan Gillanders, 2005).

Pola pewarnaan mammaglobin dominan tersebar dalam sel tumor dan

sitoplasma, meskipun beberapa sel menunjukkan pewarnaan lokal yang intens

berdekatan dengan nukleus. Dalam jaringan payudara nonneoplastik, sel-sel epitel

positif terlihat jarang dan tersebar dalam lobulus asinus tipe I dan tipe II dan dalam

sel-sel kolumnar dari duktus terminal (Watson et al, 1999 dan Gillanders, 2005).

2.3.5.b. RT-PCR:

Cerveira et al. pada tahun 2004 mengevaluasi sensitivitas teknik RT-PCR standar

(sintesis cDNA oleh primer acak diikuti amplifikasi dengan nested-PCR tunggal)

Universitas Sumatera Utara


dengan pendekatan yang lebih lugas: satu langkah RT-PCR(Sintesis cDNA dengan

primer spesifik MGB –I dan PCR tunggal dalam reaksi yang sama, diikuti oleh nested-

PCR dengan primer MG3 dan MG4 dalam tabung reaksi dingin yang sama sepanjang

waktu untuk mencegah amplifikasi non-spesifik). Semua kasus yang dipelajari dalam

rangkap dua, dengan analisa simultan dari kontrol negatif (donor darah), kontrol

positif (jaringan payudara) dan kontrol air. Primer untuk nested-PCR dan PCR tunggal

berasal dari sekwens dengan nomor akses Genbank U3314710 dan dirancang

membatasi rentang ekson-ekson untuk mencegah amplifikasi DNA genomik.

Untuk memeriksa integritas setiap sampel mRNA dan cDNA, dilakukan amplifikasi

gen kontrol beta-2-mikroglobulin (B2M; Genbank nomor akses NM004048) satu

putaran tunggal PCR dengan kondisi yang identik untuk primer spesifik MGB-I

(Cerveira et al., 2004).

Kemampuan deteksi metastase tersembunyi oleh RT-PCR sangat sensitif, yakni

mampu mendeteksi sedikitnya satu salinan RNA untuk dikopi menjadi gen yang

diekspresikan sampai 1.000 kopi / sel. Penggunaan kuantitatif real-time-PCR

berdasarkan ambang batas pada sampel klinis, mengakibatkan ekspresi signifikan

tingkat klinis RNA sehingga hasil positif palsu menjadi minimal (Backus et al., 2005).

Kuantitasi h-MAM mRNA berhasil dicapai dengan realtime RT-PCR kuantitatif,

berdasarkan aktivitas 5'-nuklease polimerase TAQ-DNA. Teknik ini memungkinkan

Universitas Sumatera Utara


kuantitasi otomatis dari amplifikasi produk.. Nilai m-RNA yang diukur, dibandingkan

dengan nilai dari h-MAM yang mengekspresikan kurva standar cDNA yang diperoleh

dari cell-line EFM-192 yang spefifik terhadap adenokarsinoma payudara (Zehentner

et al., 2004 and Backus et al., 2005 ).

TaqMan probe dirancang untuk annealing regio internal dari produk PCR, dan

mereka mengandung pewarna reporter berpendar yang letaknya berdekatan

dengan pewarna quencher. Ketika probe TaqMan berpendar pada panjang

gelombang yang tepat, pewarna reporter teraktivasi, sehingga, fluoresensi ini

ditangkap oleh quencher sepanjang probe utuh. Quenching ini disebabkan energi

resonansi transfer fluoresensi (FRET), di mana energi fluoresensi dari fluorophore

ditransfer ke quencher. Namun, ketika polimerase TAQ-DNA dengan aktivitas

5'exonuklease yang menyentuh probe, pewarna reporter dilepaskan dari quencher

dan dapat mulai berpendar. Deteksi akumulasi produk PCR dipantau oleh

peningkatan fluoresensi. Yang penting, pembelahan probe hanya terjadi jika probe

dihibridisasi pada target, yang memungkinkan amplifikasi hanya terjadi bila ada yang

terdeteksi(Sjödin, 2005). Gambar 5, Mesin PCR

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

desain cross sectional.

3.2. Tempat Penelitian

Pengisian kuesioner oleh subjek penelitian, pengambilan data hasil pemeriksaan

imaging (foto rontgen, USG dan hasil lainnya),pengambilan darah tepi, tanda tangan

informed consent dilakukan di Rumah Sakit Pirngadi dan praktek dokter swasta.

Pemeriksaan ekspresi mRNA Mammaglobin dengan metode PCR (Polymerase Chain

Reaction) dilakukan di Laboratorium Terpadu FK USU.

3.3. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan November 2012 hingga Maret 2013.

Universitas Sumatera Utara


3.4 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah wanita yang terdiagnosa kanker payudara dengan

metastase dan non metastase yang berkunjung ke praktek dokter yang menangani

terapi kanker dan RS Pirngadi. Subjek mendapatkan informasi tentang penelitian ini

serta bersedia menjadi subjek penelitian.

3.5. Sampel Penelitian

Penentuan sampel dengan menggunakan tehnik consecutive sampling. Subjek

harus memenuhi persyaratan kriteria inklusi dan eksklusi yang diperoleh dengan

metode wawancara, hasil pemeriksaan klinis dan imaging, hasil histopatogi serta

pengisian kuesioner (Lembar wawancara)

Kriteria inklusi:

 Wanita penderita baru kanker payudara dengan metastase yang belum

menjalani kemoterapi berdasarkan riwayat klinis, histopatologi dan hasil

imaging seperti foto X-Ray, USG, CT Scan.

 Wanita penderita non metastase yang belum maupun sudah menjalani

kemoterapi

 Menandatangani informed consent.

Kriteria eksklusi:

 Wanita bekas penderita kanker payudara yang telah selesai menjalani terapi.

Universitas Sumatera Utara


Besar sampel:

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus

n :

n = 27,31822 digenapkan menjadi 28

sampel Keterangan :

Zα = nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu =

1,96 P = proporsi kategori variable yang diteliti = 80% (0,8)

Q = 1 – P = 1-0,8 = 0,2

d = presisi 15% (0,15)

3.6. Variabel Penelitian

3.5.1. Variabel bebas, yaitu ekspresi dan non ekspresi mRNA mammaglobin.

3.5.2. Variabel tergantung, yaitu kanker payudara metastase dan non metastase.

3.7. Kerangka Konsep (terlampir di halaman berikut)

Universitas Sumatera Utara


3.7. Kerangka Konsep

Pemeriksaan Laboratorium/ Histopatologi


fisik Tumor Marker

Diagnosa
Kelainan
Genetika Eksp
mR
Stadium I-
III (Non mamma
Faktor metastase pos
Lingkungan Wanita penderita
Kanker Payudara
Hormon,
Menarche Eksp
mR
1. Stadium
IV mamma
Usia, (Metastas
neg
Menopause
Komplikasi

Perdarahan Infeksi Metastase Kematian

Keterangan : Bagian yang ditel iti


Variabel bebas : Ekspresi mRNA mammaglobin

Variabel terikat : Stadium kanker payudara

Universitas Sumatera Utara


DEFINISI OPERASIONAL

N Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


o Ukur

1 Stadium Stadium Pemeriksaan fisik Membaca hasil Stadium I- Nominal


I-III dan penunjang pada rekam III
Non
yang (CT Scan, medis
Metastase
ditetapka Mammografi, X-
n sesuai Ray, USG, MRI,
dengan Mikroskop)
data pada
rekam
medis

2 Stadium IV Stadium Pemeriksaan fisik Membaca hasil Stadium IV Nominal


(Metastase) IV yang dan penunjang pada rekam
ditetapka (CT Scan, medis
n sesuai Mammografi, X-
data pada Ray, USG, MRI)
rekam
medis

3 Gen mRNA Alat untuk isolasi Ekspresi m- Band yang Nominal


Mammaglobi spesifik mRNA & PCR RNA terbaca
n hanya cDNA Mammaglobin pada
terdapat pada
pada 402 bp
Elektroforesis
jaringan
payudara

Universitas Sumatera Utara


3.9. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional study. Semua kegiatan penelitian termasuk lembaran informed consent

(Persetujuan Setelah Penjelasan) terlebih dahulu telah melalui persetujuan Majelis

Komite Etik Penelitian (Ethical Clearance).

Populasi sampel diambil secara consecutive sampling dengan target populasi

wanita penderita kanker payudara dengan usia mulai dari 30 tahun sampai 70 tahun di

kota Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Setiap subjek telah

dijelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan, serta tujuan, prosedur, manfaat

dan risiko sebagai subjek dalam penelitian (perasaan tidak nyaman sewaktu

pengambilan darah) (Lampiran 1). Semua subjek yang setuju ikut serta dalam

penelitian, kemudian menandatangani informed consent, yaitu persetujuan secara

tertulis sebagai subjek dalam penelitian (Lampiran 2). Lalu dilakukan pengumpulan

data dengan cara pengisian kuesioner (Lampiran 3), Juga dilakukan pengumpulan

hasil pemeriksaan Histopatologi, Imaging seperti foto Rontgen, USG, CT-Scan, MRI

ataupun PET CT bila ada (Lampiran 4).

Darah vena sebanyak 3 ml diambil dengan spuit dari area fossa cubiti. Sampel

darah dimasukkan kedalam tabung yang berisi EDTA sebagai anti pembekuan, lalu

disimpan dan dilengkapi dengan label identitas masing-masing peserta pada suhu -

20˚C hingga hari uji dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


Dari data yang diperoleh, dipilih yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,

Pada hari uji, sampel yang memenuhi kriteria seperti yang telah ditentukan, diperiksa

ekspresi mRNA Mammaglobin dengan menggunakan mesin PCR.

Semua data dikumpulkan, dikelompokkan dan dilakukan analisa statistik

menggunakan menggunakan software SPSS dengan uji Chi Square dan bila tidak

terpenuhi, akan dilakukan uji Fisher sebagai alternatif. Kemaknaan yang dinilai

adalah bila p<0,05. Dinilai apakah ekspresi mRNA Mammaglobin mampu

membedakan kelompok metastase dan non-metastase.

3.10. Pelaksanaan Penelitian

Dari data histopatologi dan hasil imaging (X foto rontgen, USG maupun CT

Scan, MRI dan lainnya), yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh

sebanyak 29 subjek , dibagi menjadi dua kelompok : yaitu yang metastase sebanyak

13 orang dan yang non metastase sebanyak 16 orang.

3.10.1. Prosedur pemeriksaan Ekspresi mRNA Mammaglobin :

3.10.1.1. Isolasi RNA

Menggunakan reagent Instagene Matrix dari BioRad, dengan protokol sebagai

berikut :

Alat dan Bahan yang perlu disiapkan :

Universitas Sumatera Utara


Alat Bahan
Sentrifugasi Nuclease free water
Vortex Microtube 1,5 mL
Mikropipet ukuran berbagai ukuran Tips berbagai ukuran
Cara Kerja :

Step Pertama

Disiapkan tabung Microtube 1,5 mL

Dimasukkan 100 uL darah kemudian tambahkan 350 uL Lysis Solution dari Norgen

Lalu diVortex selama 15 detik untuk melarutkan darah

Selanjutnya ditambahkan 200 uL Etanol 96% ke dalam Lisat

Lisat yang telah tercampur lalu diVortex kembali selama 10

detik. Step kedua

Dari tabung Microtube diatas, diambil 600 uL Lisat dan dimasukkan ke dalam tabung

Columm

Kemudian disentrifugasi selama 1 menit agar semua cairan Lisat melewati saringan

pada tabung Columm

Dilakukan pemeriksaan ulangan untuk melihat bila masih ada cairan Lisat tersisa,

sentrifugasi kembali sampai cairan lewat semua, kemudian buang cairan yang

tertampung dari tabung kolektor.

Universitas Sumatera Utara


Step ke tiga

Dimasukkan 400 uL Wash Solution ke dalam tabung Columm di step 2

Lalu sentrifugasi selama 1 menit dan cairan dalam tabung kolektor

dibuang.

Ditambahkan 400 uL Wash Solution sekali lagi dan sentrifugasi selama 1 menit

Lalu semua cairan yang tersisa dalam tabung kolektor dibuang dan disentrifugasi

selama 2 menit lagi sampai tabung Columm benar benar kering.

Step ke empat

Tabung Columm selanjutnya ditempatkan pada tabung Elution

Kemudian ditambahkan 50 uL Elution Solution ke tabung Columm tadi.

Lalu sentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 2000 Rpm, dengan kecepatan

13.000 Rpm selama 1 menit.

Sentrifugasi dilakukan berulang sampai Elution Solution lewat semua yang tampak

sebagai cairan di dasar tabung sebagai RNA.

RNA siap di pakai, boleh disimpan pada suhu – 20 C

3.10.1.2. Pembuatan cDNA total dengan RT-PCR

Menggunakan reagent iScript cDNA synthase dari BioRad. Adapun protokol

pengerjaan sebagai berikut :

a. Semua komponen untuk reaksi cDNA dimasukkan pada tabung mikro

steril/ tube PCR seperti tabel 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1. Komposisi sintesis cDNA

Komponen Percontoh (sampel)


RNA total (20 ng) 10 uL
iScript reaction mix 4 uL
iScript reverse transcriptaseenzyme 1 uL
Nuclease-free water 5 uL
Volume total 20 uL

b. Kemudian tube PCR tersebut dimasukkan ke dalam mesin PCR dan mengikuti

profil PCR sebagai berikut : 250C selama 5 menit, dilanjutkan pada suhu 420C

selama 30 menit dan 850C selama 5 menit.

Catatan : jika sudah dilakukan isolasi RNA, maka harus dilanjutkan hingga cDNA

synthesis.

3.10.1.3. Isolasi Gen spesifik dari cDNA total:

Menggunakan reagents IQ Supermix dari BioRad. Adapun protokol pengerjaan

sebagai berikut ini :

Tabel 2, Alat dan Bahan yang perlu disiapkan :

Alat Bahan
PCR Nuclease free water
Mikropipet ukuran 1-10 uL PCR tube
Mikropipet ukuran 10 -100 uL Tips berbagai ukuran
Mikropipet ukuran 100-1000 uL primer

Universitas Sumatera Utara


Cara Kerja :

a. Semua komponen pada tabel 3 untuk reaksi cDNA spesifik dicampur dalam
tabung mikro steril/ tube PCR
b. Primer yang dipergunakan adalah :

Primer forward 5’-CAG CGG CTT CCT TGA TCC TTG-3’


Primer Reverse 5’-ATA AGA AAG AGA AGG TGT GG-3’(Grunewald., 2000)

Tabel 3. Komposisi Reaksi PCR spesifik


Komponen reaksi Konsentrasi Awal Konsentrasi Akhir Volume
Nuclease free water 14,8
PCR Buffer 10x 1x 2
dNTP mix 10 µM 0,5 µM 0,4
MgCl2 2x 1x 0,6
Primer F (10uM) 10 uM 0,25 uM 0,5
Primer R (10 uM) 10 uM 0,25 uM 0,5
cDNA/Plasmid template 1
iTag DNA Polymerase 5 U/uL 1 Unit 0,2
Volume total 20 µL

Tube PCR tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin PCR

Adapun Profil PCR yang sebelumnya sudah dilakukan optimasi adalah:

1. 95,0 C selama 3 menit


2. 95,0 C selama 10 detik
3. Gradient 57,0 C selama 30 detik
4. 72,0 C selama 30 detik
5. Kembali ke step 2 sebanyak 35 X
6. 72,0 C selama 7 menit

Universitas Sumatera Utara


3.10.1.4. Elektroforesis

Sampel DNA hasil amplifikasi diambil sebanyak 5 μl dan dicampurkan masing-

masing dengan 2 μl loading buffer. Campuran ini selanjutnya dimasukkan ke dalam

sumur-sumur gel agarose. Untuk mengamati kehadiran larik (band) DNA, dilakukan

pewarnaan menggunakan GelRed dari Biotium.

Pada elektroforesis ini, digunakan Certified PCR Low Melt Agarose dari BioRad.

Hal ini dikarenakan agarose ini memiliki kemampuan pemisahan yang tinggi dan

menghasilkan resolusi yang sangat baik dari fragmen dengan ukuran rendah < 1000

bp.

Hasil elektroforesis dibandingkan dengan ukuran ladder sehingga diperoleh

ukuran kasar dari gen yang sudah diperoleh. Adanya kehadiran larik (band) dari

cDNA spesifik dan memiliki ukuran yang sesuai dengan gen yang diinginkan

menunjukan adanya kehadiran gen tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

terhadap wanita penderita kanker payudara dengan dan tanpa metastase di Kotamadya

Medan yang mendapat penjelasan tentang tujuan, prosedur, risiko dan manfaat

penelitian. Penelitian ini dimulai dari bulan November 2012 sampai Maret 2013.

Subjek terdiagnosa kanker payudara diambil dari RS. Pirngadi dan praktek dokter/

onkologis (Medikal-Onko, Bedah-Onko maupun Hemato-Onko) sebanyak 29 orang

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek yang berpartisipasi juga telah

menandatangani inform consent (Persetujuan setelah penjelasan) dan penelitian ini

telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan USU

(Lampiran 2).

Tabel 4.1 Karakteristik umum subjek penelitian

Karakteristik sampel

Jumlah kasus 29 wanita


Rerata Umur 51,5 tahun (34-69 tahun)
Kasus Metastase 13 kasus
Kasus Non Metastase 16 kasus
Dengan H-Mam + 5 kasus
Dengan H-Mam - 24 kasus

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 Karakteristik subjek penelitian

Nama Umur Metast Non Meta H-Mam + H-Mam - histopatologi Xphoto USG
1. N 47 ya tidak tidak ya invasif/ poordiff Nodul & efusi paru
2. HW 56 ya tidak tidak ya invasif/ undiff nodul pada paru
3. V 34 ya tidak tidak ya invasif/ poordiff osteoporosis
4. R 57 ya tidak ya tidak invasif/ welldiff Nodul-efusi duplex
5. A 47 ya tidak tidak ya invasif/ poordiff nodul hepar
6. I 54 tidak ya tidak ya invasif/ undiff
7. Id 55 tidak ya tidak ya invasif/ poordiff
8. I G 43 tidak ya tidak ya invasif duktal
9. A 52 tidak ya tidak ya invasif duktal
10. A 51 tidak ya tidak ya invasif /poordiff
11. Idh 50 tidak ya tidak ya invasif/welldiff
12. S S 69 tidak ya tidak ya invasif/moderate
13. L C 67 tidak ya tidak ya invasif duktal
14. Ym 54 tidak ya tidak ya invasif duktal
15. Y 57 tidak ya tidak ya invasif/welldiff
16. J 44 tidak ya tidak ya invasif /poordiff
17. Rm 49 tidak ya tidak ya invasif/ poordiff
18. L 42 tidak ya tidak ya invasif duktal
19. KH 40 tidak ya tidak ya invasif/moderatel
20. C S 44 tidak ya tidak ya invasif duktal
21. Ch 41 ya tidak tidak ya invasif/ undiff nodul hepar
22. P 40 ya tidak tidak ya invasif/ undiff nodulhepar
23. Ls 47 ya tidak ya tidak invasif/ moderat nodul paru+effusi
24. Pus 40 ya tidak tidak ya invasif/ poordiff nodul ke2 paru
25. D 38 ya tidak ya tidak invasif/ welldiff Osteoporosis vertebra
26. Ag 56 ya tidak ya tidak invasif/ welldiff Effusi & nodul paru nodul hepar
27. M 39 ya tidak tidak ya invasif/ undiff nodul hepar
28. Af 51 ya tidak ya tidak invasif/ moderat nodul paru
29. L F 52 tidak ya tidak ya lobular invasif

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1 Hasil Elektroforesis Mammaglobin (sampel 1-14)

1000 BP

600 BP

H-mam 402 BP

X C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Keterangan
X : Ladder
C : kontrol negatif
1-5 ; Sampel metastase
6-14 ; Sampel non-metastase
Hasil Elektroforesis Mammaglobin (sampel 15-29)

1000 BP

600 BP

H-
mam

X 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 3

Universitas Sumatera Utara


Keterangan.

X : Ladder
16-21 ; Sampel non-
metastase 22-28 ; Sampel
metastase
29 ; Sampel non-metastase
30 ; Sampel Actin

Dari table 4.1, terlihat usia populasi penelitian rata-rata berusia 51,5 Tahun

dengan usia termuda 34 Tahun dan tertua 69 Tahun. Kasus kanker payudara yang

mengalami metastase meliputi 13 orang dan non metastase sebanyak 16 orang.

Dari tabel 4.2, sampel no 1-5 dan 21-28 adalah subjek dengan metastase. Dari

sampel yang metastase ini, sampel no 4, 23, 25, 26 dan 28 menunjukkan gambaran

Mammaglobin +(positif). Sementara itu, 16 sampel lainnya adalah sampel non

metastase.

Dari tabel 4.2 terlihat juga bahwa sampel dengan Mammaglobin positif

mempunyai gambaran histopatologi Duktal karsinoma yang well differentiated dan

moderate differentiated. Dari ke 5 sampel dengan Mammaglobin positif, 4 sampel

dengan gambaran nodul paru dan effusi pleura, 1 sampel dengan gambaran tulang

vertebra osteoporosis. Sampel no 26 mengalami metastase pada paru dan hati, ini

terlihat dari adanya gambaran nodul pada USG abdomen selain foto rontgen paru.

Dari gambar 4.1 hasil pada gel elektroforosis menunjukkan ekspresi H-mam

(402 bp) tampak pada sampel no 4, 23, 25, 26 dan 28. Ke 5 sampel yang

menunjukkan ekspresi H-mammaglobin positif berasal dari sampel dengan riwayat

Universitas Sumatera Utara


metastase, sementara 24 sampel yang tidak berekspresi, berasal dari sampel yang

metastase dan non-metastase.

Dari sampel yang diperiksa, penderita kanker payudara metastase sebanyak 13

orang, belum mendapatkan terapi sistemik (kemoterapi). Sementara itu, sebanyak 10

dari 16 penderita kanker yang non metastase telah menjalani terapi pembedahan dan

terapi sistemik

Tabel 4.3 Gambaran Rontgen, USG pada populasi dengan metastase

Hasil Rontgen/ USG (n=13)

Nodul multipel lapangan paru 7 kasus


Effusi paru 3 kasus
Tulang-tulang osteoporotik 2 kasus
Nodul multipel di hati 5 kasus

Dari tabel 4.3 didapatkan dari 13 kasus yang mengalami metastase, ada 7 kasus

dengan gambaran multiple nodul pada kedua lapangan paru. Diantara kasus dengan

nodul diparu-paru didapatkan 3 kasus yang mengalami effusi pleura.

4.2. ANALISA HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan diuji secara statistik

dimana ada 2 variabel yang menjadi bahan penelitian ini yaitu:

Variabel bebas : Ekspresi mammaglobin yang positif dan negatif

Variabel terikat : Kanker dengan dan tanpa metastase

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4 Uji Chi Square

Metastase

tidak ya Total

Hmam tidak Count 16 8 24

Expected Count 13.2 10.8 24.0

ya Count 0 5 5

Expected Count 2.8 2.2 5.0

Total Count 16 13 29

Expected Count 16.0 13.0 29.0

Karena pada tabel 4.4 didapatkan nilai ekspetasi < 5 yakni pada kolom c (2,8) dan

d(2,2) maka tidak memenuhi kriteria untuk diuji dengan Chi Square, karenanya uji

statistik yang tepat adalah dengan uji Fisher.

Tabel 4.5 Tabel hasil uji Chi Square

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.436a 1 .006


Continuity Correction b
4.985 1 .026
Likelihood Ratio 9.339 1 .002
Fisher's Exact Test
.011 .011
N of Valid Cases 29

Universitas Sumatera Utara


a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,24.

b. Computed only for a 2x2 table

Dari hasil output dengan menggunakan SPSS pada tabel 4.5 dihasilkan angka

signifikansi sebesar 0,011. Karena nilai 0,011< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H-

mammaglobin bisa merupakan faktor pembuktian metastase kanker payudara pada

subjek yang diteliti.

Ada hal yang menarik dijumpai pada hasil penelitian ini , yaitu adanya band-band

tambahan selain 402bp.

Deskripsi dari band-band tersebut adalah sebagai berikut:

 1000bp 4 sampel

 Antara 400-1000bp beberapa band

 Antara 100-400bp beberapa band

Band band yang tampak tersebut masih belum dapat dijelaskan

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

Hasil penelitian terhadap populasi sampel wanita penderita kanker payudara

dengan dan tanpa metastase didapatkan adanya ekspresi mRNA H-mammaglobin

pada populasi dengan metastase, sementara tidak ada satupun penderita tanpa

metastase yang mengekspresikan mRNA H-mammaglobin.

Gen mammaglobin pertama sekali diidentifikasikan oleh Watson dan Fleming

tahun 1996, gen ini hanya terekspresi pada kelenjar air susu dan kadar mRNA yang

tinggi hanya muncul pada sel tumor payudara (Watson et al., 1996 dan Raynor et al.,

2002)

Dari penelitian El-Sharkawy 2007; Bernstein 2005 dan Silva 2002, didapatkan

Ekspresi mammaglobin dapat merupakan penanda sensitif dan spesifik untuk sel

epitel payudara neoplastik.

Sementara itu penelitian oleh Nunez-Villar 2003 dan Span 2004 menggambarkan

ekspresi mammaglobin pada penderita kanker payudara merupakan faktor prognostik

independen yang kuat atas kekambuhan maupun bebasnya pasien dari kanker

payudara primer.

Transkripsi H-mammaglobin tidak terdeteksi pada sampel wanita sehat, hal ini

dikemukakan oleh Grunwald 2000; Silva 2002; Cerveira 2004 dan Zehentner 2004.

Zach 1999 mendeteksi transkripsi h-mammaglobin pada sampel darah tepi pasien

kanker payudara. Lanjutan penelitian dengan sampel darah tepi dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara


Zehentner 2004. Selain dari darah tepi, ekspresi mammaglobin juga terdeteksi pada

kelenjar getah bening, sumsum tulang bahkan di paru-paru (Koga et al., 2004).

Roncella pada tahun 2006 mendapatkan ekspresi Mammaglobin pada penderita

kanker payudara dengan gambaran Histopatologi grade I-II, sementara penderita

dengan III tidak mengekspresikannya. Corradini tahun 2001 mengemukakan tentang

spesifitas mammaglobin pada kanker payudara, penelitiannya dengan menggunakan

penanda kanker payudara lain memperlihatkan bahwa penanda lain ternyata

terekspresi juga pada kanker lainnya. Seperti ekspresi HER2 ternyata juga ditemukan

pada karsinoma ovarium, adenokarsinoma duktus pankreas, adenokarsinoma lambung

dan karsinoma kolorektal (Hellstrom et al., 2001).

Sementara itu Silva 2001 menggunakan RT-PCR untuk memeriksa ekspresi

mRNA Mammaglobin dan mendapatkan yang paling sensitif bila dibandingkan

dengan tehnik pemeriksaan lain seperti pewarnaan IHC. Karena itu, pemeriksaan

ekspresi mRNA H-mammaglobin dengan menggunakan metode PCR menjadikannya

suatu standar yang diterima hasilnya disemua pusat riset.

Hasil penelitian ini didapatkan adanya ekspresi mRNA Mammaglobin positif

pada 5 dari 13 sampel penderita dengan metastase, yang setelah diuji secara statistik,

diperoleh nilai p= 0,01 hal mana memberikan arti adanya signifikansi karena p<0,05.

Artinya ekspresi mRNA Mammaglobin bisa sebagai faktor pembuktian adanya

metastase. Namun bila dilihat dari persentasenya yang 5/13(38%), hasil penelitian ini

belum cukup memuaskan mengingat peneliti mengharapkan hasil keseluruhan sampel

Universitas Sumatera Utara


metastase akan mengekspresikan mRNA Mammaglobin. Bila dilihat dari

karakteristik histopatologi jaringan kanker payudara sampel, maka terlihat bahwa

yang tidak positif adalah sampel yang secara histopatologi memberikan gambaran

Karsinoma yang undifferentiated ataupun poorlydifferentiated yang oleh peneliti

Roncella( 2006) didapatkan hasil yang mirip.

Kehadiran band-band (larik) selain 402bp belum dapat dijelaskan sepenuhnya

bagaimana hal ini dapat terjadi. Penelitian oleh Grunewald tahun 2000 yang menjadi

dasar penelitian ini memperlihatkan bahwa Grunewald menggunakan Inner Primer di

367bp untuk mendapatkan hasil band yang lebih tegas dan jelas.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian “ekspresi mRNA mammaglobin pada darah

penderita kanker payudara dengan metastase di Kotamadya Medan” dengan analisa

statistik dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa:

1. Mammaglobin terekspresi secara signifikan pada hasil penelitian ini dengan

p=0,011< 0,05

2. Pada wanita penderita kanker payudara tanpa metastase, mammaglobin tidak

terekspresi sama sekali.

3. Diagnosa metastase didasarkan atas gambaran/ hasil pemeriksaan dengan

menggunakan rontgen maupun USG (Ultra Sonografi)

4. Hasil Histopatologi penderita yang dominan adalah karsinoma duktal invasif

sebanyak 28 kasus dengan pembagian : 8 kasus karsinoma poorly

differentiated, 5 kasus karsinoma undifferentiated, 4 kasus karsinoma

moderate differentiated dan 5 kasus dengan karsinoma weel differentiated,

serta 6 kasus dengan laporan duktal invasif saja. Sementara hanya 1 kasus

karsinoma lobular invasif.

5. Ada band-band lain selain 402 bp yang belum dapat dijelaskan

Universitas Sumatera Utara


6.2 Saran

1. Diusulkan untuk melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan inner

Primer untuk mendapatkan gambaran band/larik yang lebih tegas/ jelas.

2. Diadakan penelitian lanjutan pada band-band lain yang muncul pada hasil

elektroforesis, untuk mengetahui apakah ada gen-gen lain terdeteksi selain

mammaglobin.

3. Mengembangkan penelitian berbasis sampel menggunakan darah tepi, yang

kurang invasif untuk membantu penegakan diagnosa maupun prediksi ada

atau tidaknya metastase.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society (2010): Breast Cancer Facts and Figures 2009-2010.
http://www.cancer.org/acs/groups/content/@nho/documents/document
/f861009final90809pdf.pdf

Antoine, C., Leibens, F., Carly, B., Pastijn, A. and Rozenberg, S. (2004):
Influence of HRT on prognostic factors for breast cancer: a systematic review after
the women's health initiative trial. Hum. Reprod., 19: 741-56.

Armstrong, K., Eisen, A., and Weber, B. (2000): Assessing the risk of breast
cancer. New Engl. J. Med., 342: 564-71.

Autier, P. (2002): A breast cancer screening program operating in a liberal health


care system: the Luxembourg Mammography Program, 1992-1997. Int. J. Cancer, 97:
828-32.

Axilbund, J.E., Gross, A.L., Visvanathan, K. ( 2011): Chapter 5 in Early diagnosis


and treatment of cancer Series: Breast Cancer. Jacobs L. and Finlayson C.A (Ed)
Saunders Elsevier: pp 71-88.

Backus, J., Laughlin, T., Wang, Y., Belly, R., Robert, W., Baden, J., Min, C. J.,
Mannie, A., Tafra, L., Atkins, D. and Verbanac, K.M. (2005): Identification and
characterization of optimal gene expression markers for detection of breast cancer
metastasis. Journal of Molecular Diagnostics, 7:327–336.

Bae J.W., Choi K.H., Kim H.G., Park S.H. (2000): The detection of circulating
breast cancer cells in peripheral blood by Reverse Transcriptase-Polymerase Chain
Reaction. J. Korean Med Sci, 15: 194-8.

Bernstein J.L., Godbold J.H., Raptis G., Watson M.A., Levinson B., Aaronson
S.A., Fleming T.P.(2005): Identification of Mammaglobin as a Novel Serum Marker
for Breast Cancer. Clin Cancer Res, 11:6528-6535

Bitisik, O., Saip, P., Saglam, S., Derin, D. And Dalay, N. (2009): Mammaglobin
and maspin transcripts in blood may reflect disease progression and the effect of
therapy in breast cancer. Genetics and Molecular Research 9(1): 97-106

Brekelmans, C.T., Seynaeve C., Bartels, C.C., Verhoog, L.C., Van Den, O.A.,
Obdeijn, I.M. and Klijin, J.G. (2001): Effectiveness of breast cancer surveillance in

Universitas Sumatera Utara


BRCA 1/2 gene mutation carriers and women with high familial risk. J. Clin. Oncol.,
19: 924-30.

Canda, M.S., Gury, M., Erbayraktar, R.S., Acar, F. and Canda, T. (2004):
Association of invasive breast Carcinoma and Glioblastoma multiforme: a case
report with histological and immunohistochemical features. Turk. J. Med. Sci., 34:
131-135.

Carter, D., Dillon, D.C., Reynolds, L.D., Retter, M.W., Fanger , G., Molesh,
D.A., Sleath, P.R., McNeill, P.D., Vedvick, T.S., Reed, S.G., Persing, D.H. and
Houghton, R.L.( 2003): Serum antibodies to lipophilin-B detected in late stage breast
cancer patients. Clin. Cancer Res., 9:749-754.

Cerveira, N., Torres, L., Rocha, P., Bizarro, S., Pereira, D., Abreu, J., Teixeira,
M.R. and Castedo, S. (2004): Highly sensitive detection of the MGB1 transcript
(mammaglobin) in the peripheral blood of breast cancer patients. Int. J. Cancer, 108:
592–595.

Collado, M., Landt, O., Barragán, E., Lass, U., Cervera, J., Sanz, M. A. And
Bolufer, P. (2004): Locked nucleic acid-enhanced detection of 1100delC*CHEK2
germ-line mutation in Spanish patients with hematologic malignancies. Clin. Chem.,
50: 2201 - 2204.

Connor, E. and Stuenkel, C.A. (2001): Hormone replacement therapy (HRT)-risks


and benefits. Int. J. Epidemiol., 30: 423-6.

Corradini, P., Voena, C., Astolfi, M., Dell´Oro, S., Pilotti, S., Arrigoni, G., Bregni,
M., Pileri, A. and Gianni, A.M. (2001): Maspin and mammaglobin genes are specific
markers for RT-PCR detection of minimal residual disease in patients with breast
cancer. Ann. Oncol., 12: 1693–1698.

Cristofanilli, M., Hayes, D.F., Budd, G. T., Ellis, M.J., Stopeck, A., Reuben, J.M.,
Doyle, G.V., Matera, J., Allard, W.J., Miller, M. C., Fritsche, H.A., Hortobagyi, G.N.
and Terstappen, L.W.M.M. (2005): Circulating Tumor Cells: A novel prognostic
factor for newly diagnosed metastatic breast cancer. Journal of Clinical Oncology,
23(7): 1420-1430.

De Jong, M.M., Nolte, I. M., te Meerman, G.J., Van Der Graaf, W.T.,
Oosterwikjk, J.C., Kleibeuker, J.H., Schaapveld M. and De Vries E. G. (2002): Genes
other than BRCA1 and BRCA2 involved in breast cancer susceptibility, J. Med.
Genet., 39: 225-42.

Universitas Sumatera Utara


De la Hoya, M., Gutiérrez-Enríquez, S., Velasco, E., Osorio, A., de Abajo, A.S.,
Vega, A., Salazar, R., Esteban, E., Llort, G., Gonzalez-Sarmiento, R., Carracedo, A.,
Benítez, J., Miner, C., Díez, O., Díaz-Rubio, E. and Caldes, T. (2006): Genomic
Rearrangements at the BRCA1 Locus in Spanish families with breast ovarian cancer .
Clin. Chem., 52: 1480-1485

Duffy, M.J. (2005): Predictive markers in breast and other cancers. Clin. Chem.,
51: 494–503.

Duffy, M.J. (2006): Serum tumor markers in breast cancer: Are they of clinical
value? Clin. Chem., 52: 345-51.

Elahi, M., Norat, T., Goudable, J. and Riboli, E. (2004):Biomarkers of dietary fat
intake and the risk of breast cancer: A meta-analysis. Int. J. Cancer, 111: 584-91.

Elmore, J.G., Miglioretti, D.L. and Carney, P.A. (2005): Does practice make
perfect when interpreting mammography? part II. J. Natl. Cancer Inst., 95:250-2.

El-Sharkawy S.L., El-Aal W.S.A., El-Shaer M.A.M., Abbas N.F., Youssef, M.F.
(2007): Mammaglobin: A novel tumor marker for breast cancer,Turkish Journal of
Cancer 37 (3) : 89-97.
Ergul E. and Sazci A.(2001): Molecular Genetics of Breast Cancer. Turk J Med
Sci 31: 1-14

Frazier, A.L., Ryan, C.T., Rockett, H., Willett, W.C. and Colditz, G.A. (2003):
Adolescent diet and risk of breast cancer. Breast Cancer Res., 5: R59-R64.

Gasco, M., Shami, S. and Crook, T. (2002): The p53 pathway in breast cancer.
Breast Cancer Res., 4: 70-76.

Giard, R.W.M. and Hermans, J. (1992): The value of aspiration cytology of the
breast. Cancer, 69: 2104-2110.

Gillanders, W.E. (2005): Clinical translation of a Mammaglobin-A DNA vaccine


for Breast Cancer Therapy. Ph.D. Thesis, Washington University School of
Medicine.

Giordano, S.H. (2005): A review of the diagnosis and management of male breast
cancer. Oncologist, 10: 471-9.

Grebenchtchikov, N., Brinkman, A., van Broekhoven, S. P.J., de Jong, D., Geurts-
Moespot, A. , Span, P. N., Peters, H. A., Portengen, H. , Foekens, J.A., Sweep, C.G.J.

Universitas Sumatera Utara


(Fred) and Dorssers, L.C.J. (2004): Development of an ELISA for measurement of
BCAR1 protein in human breast cancer tissue . Clinical Chemistry, 50:1356-1363.

Grünewald, K., Haun, M., Urbanek ,M., Fliegl, M., Mueller-Holzner, E.,
Gunsilius, E., Dünser, M., Marth, C. and Gastl, G. (2000): Mammaglobin gene
expression: a superior marker of breast cancer cells in peripheral blood in
comparison to epidermal-growth-factor and cytokeratin-19. Lab. Invest., 80: 1071–
1077.

Guadagni, F., Ferroni, P., Carlini, S., Mariotti, S., Spila, A., Aloe, S., D
´Alessandro, R., Carone, M.D., Cicchetti, A., Riccoiotti, A., Venturo, I., Perri, P.,
Filippo, F. D., Cognetti, F., Botti, C. and Roselli, M. (2001): A reevaluation of
carcinoembryonic antigen (CEA) as a serum marker for breast cancer. Clin. Cancer
Res., 7: 1257- 2362.

Harbeck, N., Kates, R.E., Look, M.P., Gelder, M.M., Klijn, J.G.M. and Kruger, A.
(2002): Enhanced benefit from adjuvant chemotherapy in breast cancer patients
classified high-risk according to urokinase-type plasminogen activator (uPA) and
plasminogen activator inhibitor type 1 (N = 3424). Cancer Res., 62: 4617–4622.

Harris L., Fritsche H., Mennel R., Norton L., Ravdin P., Taube S., Somerfield
M.R., Hayes D.F.,and Bast Jr R.C.(2007): American Society of Clinical Oncology
2007 Update of Recommendations for the Use of Tumor Marker in Breast Cancer. J.
of Clin. Onc. 25(33): 5287-5312.

Hellström, L., Goodman, G., Pullman, J., Yang, Y. and Hellström, K. E. (2001):
Overepreesion oh HER-2 in ovarian carcinoma. Cancer Research, 61: 2420-2423

Henry, N.L. and Hayes, D.F. (2006): Uses and abuses of tumor markers in
the diagnosis monitoring and treatment of primary and metastatic breast cancer.
Oncologist, 11(6)541-52.

Jemal, A.; Siegel, R.; Ward, E.; Murray, T.; Xu, J. And Thun, M. J. (2007):
Cancer statistics, 2007. CA Cancer J. Clin., 57:43-66.

Jones G. (1999): CA 15-3. SydPath. gjones@stvincents.com.au

Koga, T., Horio, Y., Mitsudomi, T., Takahashi, T. and Yatabe, Y. (2004):
Identification of MGB1 as a marker in the differential diagnosis of lung tumors in
patients with a history of breast cancer by analysis of publicly available SAGE data.
J. Mol. Diagn, 6(2): 90-95.

Universitas Sumatera Utara


Lacroix M.(2006): Significance, detection and markers disseminated breast
cancer cells. Endocrine-Related Cancer, 13: 1033–1067.

Lee I.M., Cook N.R., Rexrode K.M. and Buring J.E. (2001): Lifetime physical
activity and risk of breast cancer. British Journal of Cancer., 85(7), 962–965

Loman, N., Bladström, A. Johannsson, O., Borg, A. And Olsson, H. (2003):


Cancer incidence in relatives of a population- based set of cases of early- onset
breast cancer with a known BRCA1 and BRCA2 mutation status. Breast Cancer Res.,
5: R175- R186.

Margolese R.G., Fisher B., Hortobagyi G.N. and Bloomer W.D.(2003): Chapter
118 Neoplasms of the Breast: Cancer Medicine, 6th Edition"

McTieranan, A., Rajan, K.B., Tworoger, S.S., Irwin, M., Bernstein, L.,
Baumgartner, R., Gilliland, F., Stanczyk, F.Z., Yasui, Y. and Ballard-Barbash, R.
(2003): Adiposity and sex hormones in postmenopausal breast cancer survivors.
Journal of Clinical Oncology, 21: 1961-6.

Mikhitarian, K., Martin, R.H., Ruppel, M. B., W.E. Gillanders, W.E., Hoda, R.,
Schutte, D.H., Callahan, K., Mitas, M. and Cole, D.J. (2008): Detection of
mammaglobin mRNA in peripheral blood is associated with high grade breast
cancer: Interim results of a prospective cohort study. BMC. Cancer, 8:55.

Miksicek, R.J., Myal, Y., Watson, P.H., Walker, C., Murpohy,L.C. and Leygue, E.
(2002): Identification of a novel breast-and salivary gland-specific, Mucin-like gene
strongly expressed in normal and tumor human mammary epithelium. Cancer Res.,
62: 2736-2740.

Molina, R., Barak, V., van Dalen, A., Duffy, M.J., Einarsson, R. and Gion, M.
(2005): Tumor markers in breast cancer: European Group of Tumor Markers
(EGTM) recommendations. Tumor Biol., 26: 281–293.

Notani, P.N.(2001): Global variation in cancer incidence and mortality. Current


science, Vol. 81, No. 5

Núñez-Villar, M.J., Martinez-Arribas, F., Pollan, M., Lucas, A.R., Sánchez, J.,
Tejerina, A. and Schneider, J. (2003): Elevated mammaglobin (h-MAM) expression in
breast cancer is associated with clinical and biological features defining a less
aggressive tumor phenotype. Breast Cancer Res.,5(3): R65-70.

Universitas Sumatera Utara


Oakley, K.L., Going, J.J. (1995): Specimen slice radiography of cancer in breast
conserving excisions. J.Clin. Pathol 48:1028-30

O'Brien, N., Maguire, T.M., O'Donovan, N., Lynch, N., Hill, A. D.K., McDermott,
E., O’Higgins, N. and Duffy, M.J.(2002): Mammaglobin A: a promising marker for
breast cancer. Clin. Chem., 48(8): 1362-1364.

Passebosc-Faure, K., Li, G., Lambert, C., Cottier, M., Gentil-Perret, A.,
Fournel, P.; Pérol, M. and Genin, C. (2005): Evaluation of a panel of molecular
markers for the diagnosis of malignant serous effusions. Clin. Cancer Res.,11(19).

Perkins G.L., Slater E.D., Sanders G.K., Prichard J.G.(2007): Serum Tumor
Markers. American Family Physician, 68 (6): 1075-82.

Peto, J. (2002): Breast cnacer susceptibility: A new look at an old model.,Cancer


Cell, 1: 411-2.

Poschl, G. and Seitz, H.K. (2004): Alcohol and cancer. Alcohol, 39: 155-65.

Raina, V., Bhutani, M., Bedi, R., Sharma, A., Deo, S.V., Shukla, N.K., Mohanti,
B.K. and Rat, G.K. (2005): Clinical features and prognostic factors of early breast
cancer at a major cancer center in North India. Indian J. Cancer, 42: 40-5.

Raynor, M., Stephenson, S.A., Walsh, D.C.A., Pittman, K.B. and Dobrovic, A.
(2002): Optimization of the RTPCR detection of immunomagnetically enriched
carcinoma cells. Cancer, 2:14-21.

Roncella, S., Ferro, P., Bacigalupo, B., Pronzato, P., Tognoni, A., Falco, E., et al
(2005): Human mammoglobin m-RNA is a reliable molecular marker for detecting
occult breast cancer cells in peripheral blood. J. Exp. Clin. Cancer Res., 24.2

Roncella, S., Ferro, P., Bacigalupo,B., Dessanti, P., Giannico A., Gorji, N., et al
(2006): Relationship between Human Mammaglobin mRNA Expression in Breast
Cancer Tissue and Clinico-Pathology features of the Tumor. J. Exp. Clin. Cancer
Res., 25.1

Ross, J.S., Fletcher, J.A., Linette, G.P., Clark, E., Ayers, M. And Symmans, W.F.
(2003): The HER-2/neu and protein in breast cancer 2003: biomarker and target of
therapy. Oncologist, 8: 307–325.

Universitas Sumatera Utara


Silva, A.L., Tome, M.J., Correia, A.E., and Passos-Coelho, J.L. (2002): Human
mammaglobin RT-PCR assay for detection of occult breast cancer cells in
hematopoietic products. Ann. Oncol., 13: 442–429.

Singletary, S.E., Greene, F.L., Sobin, L.H. (2003): Classification of


Isolated Tumor Cells Clarification of the 6th Edition of the American Joint on
Cancer Staging Manual. American Cancer Society.

Singletary, S. E. and Connolly, J.L. (2006): Breast Cancer Staging: Working with
the sixth edition of the AJCC Cancer Staging Manual. CA Cancer J. Clin., 56:37-47.

Sjödin, A. (2005): Human Secretoglobins in Normal and Neoplastic Cells and


Tissues. Medical dissertation, University of Umeå, Sweden.

Slamon, D.J., Leyland-Jones, B., Shak, S., Fuchs, H., Paton, V. and Bajamonde,
A. (2001): Use of chemotherapy plus a monoclonal antibody against HER- 2 for
metastatic breast cancer that overexpress HER-2. N. Engl. J. Med., 344:783–92.

Smigal, C., Jemal, A., Ward, E., Cokkinides, V., Smith, R., Howe, H. L. And
Thun, M. (2006): Trends in breast cancer by race and ethnicity: Update 2006. CA
Cancer J.Clin., 56:168-183.

Span, P.N., Waanders, E., Manders, P., Heuvel, J., Foekens, J.A., Waston, M.A.
and Sweep, F. (2004): Mammaglobin is associated with low-grade, steroid receptor-
positive breast tumors from postmenopausal patients, and has independent
prognostic value for relapse free survival time. J. Clin. Oncol., 22(4): 691-698.

Stewart, S.L., King, J.B., Thompson, T.D., Friedman, C and Wingo, P.A. (2004) :
Cancer mortality surveillance United States, 1990-2000. Morbidity and mortality
WeeklyReport, 53: 1-108.

Terry, P.D. and Rohan, T.E. (2002): Cigarette smoking and the risk of breast
cancer in women. Cancer Epidem., 11: 953-971.

Tjindarbumi D and Mangunkusumo R.(2002): Cancer in Indonesia, Present and


Future. Jpn J. Clin. Oncol; 32(Supplement 1)S17-S21

Tryggevadottir, L., Olafsdottir, E.J., Gudlaugsdottir, S., Jonasson, J.G. and


Tulinius, H. (2003): BRCA2 mutation carriers, reproductive factors and breast
cancer risk. BreastCancer Res., 5: R121-R128.

Universitas Sumatera Utara


Ursin, G., Bernstein, L., Lord, S., Karim, J.R., Deapen, D., Press, M.F., Daling,
J.R., Norman, S.A., Liff, J.M. and Marchbanks, P.A. (2005): Reproductive factors
and subtypes of breast cancer defined by hormone receptor and histology. Br. J.
Cancer, 93: 364-71.

Watson, M.A. and Fleming, T.P. (1996): Mammaglobin, a mammary-specific


member of the uteroglobin gene family, is overexpressed in human breast cancer.
Cancer Res., 56(4): 860-865.

Watson, M.A., Darrow, C., Zimonjic, D.B., Popescu, N.C. and Fleming, T.P.
(1998): Structure and transcriptional regulation of the human mammaglobin gene, a
breast cancer associated member of the uteroglobin gene family localized to
chromosome 11q13. Oncogene, 16(6): 817-824.

Watson, M.A., Dintzis, S., Darrow, C.M., Voss, L.E., Pipersio, J., Jensen, R. and
Fleming, T.P. (1999): Mammaglobin expression in primary, metastatic, and occult
breast cancer. Cancer Res., 59(13): 3028-3031.

Winchester D.P. (1992): Physical Examination of the Breast. Cancer Supplement,


Volume 69, No. 7

Wood, W.C., Muss, H.B., Solin, L.J., Olopade, O.I. (2005): Malignant Tumors of
the breast Cancer. In: Principles and Practice of Oncology.7th Ed, V.T. DeVita, S.
Hellman, S.A. Rosenberg(Eds). Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, pp:
1415-77

Woodward, W.A., Strom, E.A., Tucker, S.L., McNeese, M.D., Perkins, G.H.,
Schechter, N.R., Singletary, S.E., Theriault, R.L., Hortobagyi, G.N., Hunt, K.K. and
Thomas A. Buchholz (2003): Changes in the 2003 American Joint Committee on
Cancer Staging for Breast Cancer Dramatically Affect Stage-Specific Survival.
Journal of Clinical Oncology, 21 (17): 3244-3248

Wrensch, M.,Chew, T., Farren, G., Barlow, J., Belli, F., Clarke, C., Erdmann,
C.A., Lee, M., Moghadassi, M., Peskin-Mentzer, R., Quesenberry Jr, C.P., Souders-
Mason, V., Spence, L., Suzuki, M. and Gould, M. (2003): Risk factors for breast
cancer in a population with high incidence rates. Breast Cancer Research, 5 (4)

Zach, O., Kasparu, H., Krieger, O., Hehenwarter, W., Girschikofsky, M. and Lutz,
D. (1999): Detection of circulating mammary carcinoma cells in the peripheral blood
of breast cancer patients via a nested reverse transcriptase polymerase chain
reaction assay for mammaglobin mRNA. J. Clin. Oncol., 17: 2015–2019.

Universitas Sumatera Utara


Zehentner, B. K., Persing, D. H., Deme, A., Toure, P., Hawes, S. E., Brooks, L.,
Feng, Q., Hayes, D. C., Critichlow, C. W., Houghton, R. L.and Kiviatet, N. B.
(2004): Mammaglobin as a Novel Breast Cancer Biomarker: Multigene Reverse
Transcription-PCR Assay and Sandwich ELISA. Clinical Chemistry, 2069–2076.

Zhang, S.M., Manson, J.E., Rexrode, K.M., Cook, N.R., Buring, J.E. and Lee, I.M.
(2007): Use of oral conjugated estrogen alone and risk of breast cancer. Am. J.
Epidemiol.,165(5):524-529.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1.
PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN:
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Selamat pagi/siang Ibu/Saudari sekalian
Nama saya dr. Surjadi Rimbun dan akan melakukan penelitian dengan judul:
Ekspresi m-RNA mammaglobin pada wanita penderitaa kanker payudara
dengan metastase di Kotamadya medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Ekspresi m-RNA mammaglobin. Dengan diketahuinya ekspresi m-RNA
mammaglobin maka diharapkan akan dapat menambah modalitas terapi terhadap
kanker payudara.
Jika Ibu/Saudari bersedia mengikuti penelitian ini maka akan dilakukan pemeriksaan
terhadap Ibu/Saudari dengan cara melakukan wawancara, pengambilan darah vena
daerah cubiti/ siku untuk diperiksa di laboratorium.Kami sangat mengharapkan keikut
sertaan Ibu/Saudari dalam penelitian ini, karena selain bermanfaat untuk diri sendiri,
juga bermanfaat untuk orang lain.
Selama penelitian ini, Ibu/Saudari tidak dibebankan biaya apapun. Semua
data/keterangan dari Ibu/Saudari bersifat rahasia, tidak diketahui orang lain. Apabila
keberatan, Ibu/Saudari bebas untuk menolak mengikuti penelitian ini, tanpa khawatir
akan mengurangi pelayanan yang kami berikan.
Jika sudah mengerti dan bersedia mengikuti penelitian ini maka Ibu/saudari dapat
mengisi lembar persetujuan. Pemeriksaan yang akan dilakukan diatas pada lazimnya
tidak akan menimbulkan hal yang berbahaya bagi Ibu/Saudari sekalian, Namun bila
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh perlakuan penelitian ini,
maka Ibu/Saudari dapat menghubungi saya.
Nama : dr. Surjadi Rimbun
Alamat kantor : Jl. Krakatau 57-C Medan (telp-HP 0616614923-0811632515)
Demikian penjelasan ini saya sampaikan, kiranya hasil dari penelitian ini bermanfaat
bagi kita semua.

Medan, Oktober 2012......


Peneliti,

(dr. Surjadi Rimbun)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2.

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah


ini: Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
No.Telp./ HP :

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai


penelitian yang berjudul Ekspresi m-RNA mammaglobin pada wanita penderita Kanker
payudara dengan metastase di Kotamadya Medan, dan setelah mengetahui dan menyadari
sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia
dengan sukarela menjadi subjek penelitian tersebut dan patuh akan ketentuan-ketentuan yang
dibuat peneliti. Jika sewaktu-waktu ingin berhenti, saya berhak untuk tidak melanjutkan
mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Yang menyatakan Saksi

( ) ( )

Peneliti

(Dr. Surjadi Rimbun)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3.
Kuesioner subjek

DATA SUBJEK INISIAL SUBJEK : ░░░░░░░░


Nama : ...................................................................... Jenis kelamin :
P
Umur : ....... tahun ; Tanggal lahir : ..........................
Pekerjaan : ………………………………………………..
Alamat : .........................................................................
Telp. : ............................ HP : ..................................
Tempat/ tgl : Medan,/ .............. ..........................................
1. Apakah Ibu/saudari sekarang ini sedang menderita penyakit kanker
payudara?
□ YA  TIDAK

2. Jika YA,apakah Ibu/saudari sedang dalam masa pengobatan kanker


payudara?
□ YA  TIDAK
Jika YA, apa jenis pengobatan yang sedang berjalan sekarang?
□ Operasi
□ Radiasi
□ Kemoterapi

3. Jika TIDAK, apakah Ibu/saudari sudah selesai menjalani terapi lebih dari
5 tahun?
□ YA  TIDAK

4. Jika TIDAK, apakah ini kanker yang kambuh kembali menurut dokter
yang merawat Ibu/ saudari?
□ YA  TIDAK

5. Apakah Ibu/saudari selama masa pengobatan, rutin menjalani


pemeriksaan darah?
□YA  TIDAK
Jika YA, pemeriksaan darah rutin apa yang pernah atau sedang dijalani?
……………………………………………………………………………………
…..................................................................................................................
.........................................................................................................................

6. Apakah dokter yang merawat pernah memberitahukan keadaan


penyakit kanker payudara Ibu/ saudari?

Universitas Sumatera Utara


□ YA  TIDAK

7. Jika YA, apakah Ibu/ saudari tahu tentang stadium penyakit


kanker payudara?
□ YA  TIDAK

8. Apakah juga Ibu/ saudari tahu tentang stadium penyakit kanker payudara
yang sedang/ pernah diderita?
□ YA  TIDAK

9. Stadium penyakit kanker payudara adalah : (beri tanda  pada bagian


yang dirasa benar, jawaban boleh lebih dari satu)
□ Stadium dini adalah bila kanker hanya mengenai salah satu payudara
□ Stadium dini adalah bila kanker masih dapat diobati
□ Stadium terdiri dari I sampai IV
□ Stadium lanjut adalah bila kanker telah menyebar ke organ lain (metastase)
□ Stadium lanjut sama dengan stadium IV

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4.
Data Klinis dan histopatologi serta hasil imaging penderita kanker payudara

DATA SUBJEK INISIAL SUBJEK : ░░░░░░░░


Nama :........................................................................Jenis kelamin : P
Umur : ....…. tahun ; Tanggal lahir : ...................... ….
Pekerjaan : ………………………………………………...
Alamat : ......................................................................... .
Telp. : ............................ HP : ............................... ....
Tempat/ tgl : Medan,/ ...................................................... ....
No. Med Rekod : ..........................................................................

1. Diagnosa klinis :
……………………………………………………......

2. Hasil Histopatologi
:………………………………………………………….

3. Hasil Foto X-Ray


:………………………………………………………….

4. Hasil USG
:………………………………………………………….

5. Hasil CT-Scan
:…………………………………………………………..

6. Hasil MRI/PET CT
:…………………………………………………………..

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai