SKRIPSI
Oleh :
RYAN NOERFITRA
1808260131
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
Oleh :
RYAN NOERFITRA
1808260131
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah Subhanahu wa taala karena berkat
rahmatNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu
syarat melakukan penelitian untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Saya menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1) dr. Siti Masliana Siregar, Sp.THT-KL (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
2) dr. Anita Surya, M.Ked(Neu), Sp.S selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.
3) dr.Hapsah Harahap, M.Ked(Paru), Sp. P selaku penguji yang memberikan
banyak masukan dalam skripsi ini.
4) dr. Ery Suhaymi, SH, M.Ked(Surg), Sp.B selaku dosen penguji yang
memberikan banyak masukan dalam skripsi ini.
5) dr. Febrina Dewi Pratiwi Lingga, Sp.KK selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini..
6) Orang tua saya, bapak Davis Naini Abdi S.T dan Ibu Afriati serta keluarga
saya yang selalu memberikan doa, kasih sayang, juga dukungan, baik material
maupun morel.
7) dr. M. Gusti Shahfredi, M. Ked(PD), Sp.PD, dr. Veronika, dr. Kamelia Idami,
dan dr. Nova Rossaly yang telah meluangkan waktu untuk diskusi dan
memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini baik material
maupun morel.
8) Teman-teman saya, Yusnita Nur Sauma, Ridwan Latief Abdullah, Ahmad
Ilfan Affany, Habib Al Rasyid, Harris fattanaya, Ok. Hifzan Razzaqa,
Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu, kritik dan saran demi kesempurnaan tulisan ini sangat saya harapkan.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua
pihak yang telah membantu saya. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis,
Ryan Noerfitra
NPM : 1808260131
Fakultas : Kedokteran
Dibuat di : Medan
Pada tanggal :
Yang Menyatakan
Ryan Noerfitra
PENDAHULUAN
Pada tahun 1882 dimana dokter dan peniliti asal Jerman yang bernama Robert
Koch mengumumkan bahwa telah menemukan bakteri penyebab tuberculosis (TB)
yang kemudian membuka jalan untuk menuju diagnosis dan penyembuhan pada
penyakit ini.1
Di seluruh dunia pada tahun 2017 ditemukan 6,4 juta kasus TB paru baru,
jumlah ini terus mengalami peningkatan sejak tahun 2013 dan empat tahun
sebelumnya dimana hanya terdapat 5,7-5,8 juta kasus baru. Dari 6,4 juta kasus TB
paru yang dilaporkan mewakili 64% dari total perkiraan 10 juta kasus TB paru,
pada tahun 2017 sepuluh negara menyumbang 80% dari 3,6 juta kesenjangan
global. Tiga teratas adalah India (26%), Indonesia (11%) dan Nigeria (9%).2
Menurut kelompok umur, kasus tuberculosis pada tahun 2017 paling banyak
ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu 17,32% diikuti kelompok 45-54
tahun sebesar 17,09% dan kelompok umur 35-44 tahun sebesar 16,43%. Terdapat
73.488 insiden TB (6.5%) yang ada di Sumatera Utara dan baru ditemukan
sebanyak 34.898 orang.3,4
Penyakit TB paru terjadi ketika daya tahan tubuh menurun. Dalam perspektif
epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga
komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat
menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tersebut. Pada sisi penjamu, kerentanan
terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS atau orang dengan status gizi
yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dari terjangkit TB.3
Berdasarkan latar belakang yang sudah dibahas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana karakteristik kejadian TB paru pada orang dewasa
dengan riwayat vaksinasi BCG.
TINJAUAN PUSTAKA
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es) dan hal ini terjadi karena
kuman ini bersifat dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit
kembali dan menjadikan penyakit tuberculosis menjadi aktif lagi. Basil ini
tidak bergerak dan tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul dan
apabila diwarnai sering nampak bermanik atau berbutir-butir. Satu
karakteristik basil tuberkel yang menonjol adalah penampilan yang berlilin,
zat lilin ini berperan dalam terbentuknya fase atau formasi
granuloma/bintil/nodul yang terlihat pada hasil foto rontgen paru-paru
penderita TB.9,10
A. Tuberculosis Primer
1. Sarang yang sudah sembuh, sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan
lagi
3. Sarang yang berada antara aktif dan sembuh, sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan, tetapi mengingat kemungkinan terjadi eksaserbasi
kembali dan sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna juga. 17,18
2. Gejala Khusus
A. Pemeriksaan Darah
C. Pemeriksaan BACTEC
Pemeriksaan standar adalah foto thorax PA. Pada kasus dimana pada
pemeriksaan dahak SPS positif, foto thorax tidak diperlukan lagi. Pada
beberapa kasus dengan hapusan positif perlu dilakukan foto thorax bila14:
• Fibrotik, terutama pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas dan
atau segmen supeior lobus bawah
• Kalsifikasi atau penebalan pleura.14
2.2 Imunisasi
suhu 2 – 8ᵒC dan tidak boleh terkena sinar matahari. Sebelum digunakan
vaksin harus diencerkan terlebih dahulu dan harus dipakai dalam waktu 8
jam.22
Vaksin BCG diberikan pada anak usia < 3 bulan secara intradermal
dengan dosis 0.05 mL pada daerah deltoid kanan. Efek proteksi BCG muncul
8 – 12 minggu setelah penyuntikan dengan efek proteksi yang bervariasi.
Setelah 3 minggu penyuntikan akan muncul efek sampaing berupa ulkus
superfisial. Ulkus pada akhirnya akan meninggalkan parut dan sembuh dalam
2 – 3 bulan. Ulkus yang terbentuk mempunyai ukuran yang bervariasi
bergantung pada dosis yang diberikan.5,17,22
Sel T naif di dalam kelenjar getah bening jika terpapar oleh antigen akan
berdiferensiasi menjadi sel T efektor dan sel memori. Sel T efektor akan
bergerak ketempat terjadinya infeksi dan membunuh antigen. Sedangkan sel
memori akan berada di organ limfoid dan akan berperan jika terjadi pajanan
ulang oleh antigen yang sama.21 Sel B yang terpajan oleh antigen akan
mengalami transformasi proliferasi, diferensiasi menjadi sel plasma yang
akan memproduksi antibodi yangberperan dalam menetralkan toksin antigen.
Sel B selain menjadi sel plasma juga menjadi sel memori yang beredar di
dalam sirkulasi dan jika sel B memori terpapar oleh antigen yang sama akan
terjadi proliferasi dan diferensiasi untuk menghasilkan lebih banyak
antibodi.21 24
Inhalasi Droplet
Nuklei Bakteri
Mycobacterium Gejala
tuberculosis
• Demam
• Batuk Kronis
Faktor Risiko
(Hemoptisis atau tidak)
TB Paru • Keringat Malam
• Penurunan Berat Badan
• Usia
• Jenis Kelamin
• Pendidikan
• Status Gizi Diagnosis TB paru
• Merokok
• Pemeriksaan Darah
• Pemeriksaan Dahak
Mikroskopis
•
TB paru
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode yang digunakan untuk
pengumpulan data secara retrospektif.
Definisi
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Dependen
Status Status Anamnesis • Ya:Sudah
imunisasi Imunisasi BCG dan melihat imunisasi
adalah anak skar BCG BCG
Pemeriksaan • Tidak:
yang telah pada lengan
Nominal
mendapatkan tangan Tidak
fisik
vaksin BCG kanan. imunisasi
pada usia < 3 BCG
bulan.
Independen
Usia Usia Pengisian Kuesioner 0=18-25 Ordinal
penderita TB indentitas Tahun
Paru yang 1=26-35
tercantum Tahun
pada 2=36-45
kuesioner Tahun
3=46-55
Tahun
4=56-64
Tahun
5=65>
Tahun
Jenis kelamin Jenis kelamin Pengisian Kuesioner Jenis Nominal
penderita TB indentitas kelamin
Paru yang 1:laki-laki
tercantum 2:perempuan
pada
kuesioner
Persiapan Proposal
Seminar Proposal
Penelitian
B. Kriteria Eksklusi
• Menderita TB ektra paru
• Menderita HIV (+)
• Menderita DM
1. Editing
2. Coding
Setelah diedit data akan diberi kode sebelum diolah pada program
komputer agar data mudah untuk dianalisis.
3. Entry
Data yang telah diberi kode selanjutnya dimasukkan ke software program
komputer untuk dianalisis.
4. Cleaning
5. Saving
Pada penelitian ini dilakukan uji analisis univariat. Dimana data yang
diperoleh secara univariat untuk mnegetahui distribusi frekuensi dan persentase dari
variabel-variabel yang akan diteliti.
1. Pengambilan Data
2. Melakukan wawancara tentang riwayat vaksin
3. Melihat bekas scar vaksin BCG
4. Menanyakan riwayat terkena TB paru saat umur berapa
Pengolahan data
Analisis data
yang sedikit terjadi berada pada kelompok usia 46-55 dan 56-64 tahun yaitu 2
orang (7,4%).
Iya 18 66,7%
Tidak 9 33,3%
Total 27 100%
Baru 27 100%
Relaps 0 0%
Total 27 100%
Tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 27 responden, seluruh responden adalah pasien
TB Paru Baru sebaanyak 27 responden (100%)
Terkonfirmasi
13 48,2%
Bakteriologi
Total 27 100%
Tabel 4.8 menunjukan bahwa dari 27 responden, tipe diganosis yang paling banyak
adalah terdiagnosis klinis sebanyak 14 responden (51,8%)
4.2 Pembahasan
Usia Produktif merupakan usia dimana seseorang berada pada tahap untuk
untuk bekerja/menghasilkan sesuatu baik untuk diri sendiri maupun orang lain. 75%
penderita TB Paru ditemukan pada usia yang paling produktif secara ekonomi (15-
49 tahun). Pada usia tersebut apabila seseorang menderita TB Paru, maka dapat
mengakibatkan individu tidak produktif lagi bahkan menjadi beban bagi
keluarganya. Diperkirakan seseorang pasien TB dewasa akan kehilangan rata-rata
waktu kerjanya 3-4 bulan sehinggah berdampak pada kehilangan pendapatan
tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Selain merugikan secara ekonomi, TB
Paru juga mengakibatkan dampak buruk lainnya yaitu stigma sosial bahkan
dikucilkan di Masyarakat.12
Berdasarkan hasil penelitian ini jenis kelamin yang paling banyak terkena
TB paru berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21 orang (77,8%). Hal ini sejalan
Berdasarkan data hasil WHO tahun 2003 melaporkan bahwa disebagian besar
dunia, lebih banyak laki-laki daripada perempuan didiagnosis tuberculosis dan dari
hasil data kementerian kesehatan RI 2017 menyatakan bahwa penyakit TB Paru
paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 69%.3
Hasil penelitian yang diperoleh sama dengan hasil data yang diperoleh
Kemenkes RI pada tahun 2017, hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit TB
Paru paling banyak menyerang pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 77,8%
sedangkan jenis kelamin perempuan hanya 22,2% karena laki-laki adalah kepala
keluarga dan harus mencari nafkah sehingga kemungkinan besar menghabiskan
waktunya diluar rumah menyebabkan peluang terkena TB paru lebih besar
dibanding perempuan, selain itu laki-laki lebih banyak yang merokok dan
meminum alkohol dibanding perempuan. Merokok dan meminum alkohol dapat
menurunkan imunitas tubuh sehingga lebih muda terkena penyakit TB paru. Sama
seperti penelitian yang dilakukan Khaerunnisa, dijumpai mayoritas responden
berjenis kelamin laki-laki 65,5%.12
Status gizi yang buruk akan meningkatkan risiko penyakit TB Paru yang
disebabkan menurunnya daya tahan tubuh. Malnutrisi atau gizi kurang memiliki
efek terhadap imunitas seluler. Sehingga, malnutrisi adalah salah satu faktor risiko
penting terjadinya TB karena imunitas seluler adalah kunci pertahanan utama untuk
melawan TB. Individu yang malnutrisi kemungkinan menyebabkan infeksi primer
maupun infeksi sekunder.13
Hasil ini bisa dikaitkan dengan tingginya tingkat perokok di Indonesia yang
menduduki peringkat ketiga perokok terbanyak didunia, sehingga kasus Tb paru
baru masih terus bermunculan.28
Hasil dari penelitian saya menunjukan tipe diagnosis pasien TB Paru lebih
banyak terdiagnosis klinis sebanyak 14 orang (51,8%). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putu Andrika sebanyak 64%.28
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
5.2 Saran
3. Cukup tingginya angka kejadian TB Paru di kota Medan, maka peneliti berharap
tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan edukasi yang sesuai kepada
masyarakat tentang pencegahan TB paru.
DAFTAR PUSTAKA
16. Ibori Y, Pakasi T. Hubungan Status Imunisasi BCG dengan Kejadian Tuberkulosis pada
Anak dengan Riwayat Tuberkulosis dalam Keluarga di Puskesmas Remu Kota Sorong
Tahun 2019. Published online 2019.
17. Rahajoe NN, Nawas A, B Setyanto D, Kaswandani N. Buku TB anak 2016.pdf.
Published online 2016:10-11.
18. Safithri F. Diagnosis TB Dewasa dan Anak Berdasarkan ISTC (International Srandard
for TB Care). Saintika Med. 2017;7(2). doi:10.22219/sm.v7i2.4078
19. Nursalam. TB Paru. J Chem Inf Model. 2016;53(9):1689-1699.
20. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2016.; 2016.
21. Notoatmodjo (2012: 138). Hubungan Pengetahuan Terhadap Kelengkapan Imunisasi. J
Chem Inf Model. 2019;53(9):21-25.
22. St. Geme JW, Rempe KA. Classification of Bacteria.; 2018. doi:10.1016/B978-0-323-
40181-4.00114-6
23. Health Queensland Institution. Vaksinasi BCG. Queensl Heal. 2017;(January):1-4.
24. Covián C, Fernández-fierro A, Retamal-díaz A, Díaz FE, Kalergis AM. Perlindungan
Silang yang Diinduksi BCG dan Pengembangan Kekebalan Terlatih : Implikasi untuk
Desain Vaksin. Front Immunol. 2019;(November):1-14.
25. Pernanda S. Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru pada Anak Balita dI RSUD Panembahan Senopati Bantul. E-Jurnal
Respati. 2013;3(1):1-8.
26. Rahayu S. Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Kejadian TB Paru. Published online
2018. doi:10.31219/osf.io/8kmqw
27. Nonsi R, Ahmad L, Pagala I. Analisis Faktor Risiko Kejadian Tb Paru Bta Positif Pada
Masyarakat Pesisir Di Wilayah Kerja Puskesmas Kadatua Kabupaten Buton Selatan
Tahun 2016. J Ilm Mhs Kesehat Masy Unsyiah. 2016;1(3):183995.
doi:10.37887/jimkesmas
28. Dewi AAIS, Andrika P, Artana IB. Gambaran Karakteristik Pasien Tuberculosis Di
Poliklinik Paru Rsup Sanglah Denpasar. J Med Udayana, Vol 9 No6. 2020;9(1):22-27.
29. Hasqi Sebayang Y. Hubungan Antara Merokok Dengan. Fak Kedokt Univ Sumatera
Utara. Published online 2017.
LAMPIRAN
Assalamualaikum Wr. Wb
Saya yang bernama Ryan Noerfitra, adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, saat ini sedang melaksanakan penelitian dengan judul
“Karakteristik Kejadian TB Paru pada Orang Dewasa Dengan Riwayat Vaksinasi BCG”.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik kejadian TB paru pada orang dewasa dengan
riwayat vaksinasi BCG pada pasien TB paru di puskesmas Teladan.
Penelitian ini dilakukan dengan menganamnesis dan melihat bekas skar pasien.
Saya sangat mengharapkan kesediaan Anda untuk menjadi sampel dalam penelitian.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, semua yang Anda lakukan akan
dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.
Peneliti
Ryan Noerfitra
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No.Telp/Hp :
Menyatakan bersedia menjadi responden kepada :
NPM : 1808260131
Setelah mendapat penjelasan mengenai tujuan penelitian, prosedur penelitian serta risiko
penelitian yang berjudul “Karakteristik Kejadian TB Paru Pada Orang Dewasa Dengan
Riwayat Vaksinasi BCG”. Maka dengan ini saya secara sukarela, penuh kesadaran dan tanpa
paksaan, menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Demikianlah surat perjanjian ini dibuat tanpa paksaan dan apabila kemudian hari saya
mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.
Peneliti Responden
(Ryan Noerfitra ) ( )
KUESIONER
KARAKTERISTIK KEJADIAN TB PARU PADA ORANG DEWASA DENGAN
RIWAYAT VAKSINASI BCG
Lampiran 6. Dokumentasi
Lampiran 8. SPSS
Status Imunisasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Iya 21 77.8 77.8 77.8
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
18-25 6 22.2 22.2 22.2
Jenis Kelamin
Percen Cumulative
Frequency Valid Percent
t Percent
Laki-laki 21 77.8 77.8 77.8
Valid Perempuan 6 22.2 22.2 100.0
Total 27 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid SD 1 3.7 3.7 3.7
SMP 3 11.1 11.1 14.8
SMA 19 70.4 70.4 88.9
D3 1 3.7 3.7 3.7
S1 3 11.1 11.1 100.0
Total 27 100.0 100.0
Status Gizi
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Underweight 15 55.6 55.6 55.6
Normal 7 25.9 25.9 44.4
Valid
Overweight 5 18.5 18.5 100.0
Total 27 100.0 100.0
Merokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Ya 18 66.7 66.7 66.7
Tidak 9 33.3 33.3 100.0
Total 27 100.0 100.0
Tipe Penderita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Baru 27 100 100 100
Relaps 0 0 0 100.0
Total 27 100.0 100.0
Tipe Diagnosis
Frequen Percent Valid Cumulative
cy Percent Percent
Valid Terkonfirmasi 13 48.2 48.2 100
bakteriologi
Terdiagnosis klinis 14 51.8 51.8 100.0
Total 27 100.0 100.0
ABSTRAK
Latar Belakang : Menurut World Health Organization (2015) menyatakan bahwa penyakit
tuberculosis paru saat ini telah menjadi ancaman global, karena hampir sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi. Sebanyak 95% kasus tuberculosis paru dan 98% kematian akibat
tuberculosis paru di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Dalam perspektif
epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga komponen
pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat menjadi faktor risiko
terjadinya penyakit tersebut. Pencegahan dengan imunisasi atau vaksinasi merupakan tindakan
yang mengakibatkan seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik, sehingga mampu
mempertahankan diri terhadap penyakit atau kuman dari luar. Vaksinasi penyakit tuberculosis
adalah vaksinasi Bacillus Calmetta-Guerin (BCG), yang telah diwajibkan di 64 negara dan
direkomendasikan di beberapa negara lainnya. Tujuan : Mengetahui karakteristik kejadian TB
paru pada orang dewasa dengan riwayat vaksinasi BCG. Metode: deskriptif dengan pendekatan
cross sectional, metode pengambilan sampel menggunakan teknik secara retrospektif. Data
penelitian diperoleh dari data primer menggunakan intrumen kuesioner dan pemeriksaan fisik.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan prevalensi Status Imunisasi BCG 77,8%. Karakteristik
pasien TB Paru menunjukan lebih sering terjadi pada usia 36-45, Laki-laki(77,8%),
berpendidikan SMA(70,4%),berstatus gizi underweight (55,6%) dan merokok (66,7%).
Kesimpulan: Dengan prevalensi Imunisasi BCG yang tinggi belum tentu dapat mencegah dari
TB Paru itu sendiri. Tergantung faktor risiko yang dimiliki setiap individu.
Kata kunci: TB Paru, Imunisasi BCG
Berdasarkan hasil penelitian ini jenis sekitar 37,9%. Dimana pada pendidikan
kelamin yang paling banyak terkena TB seperti itu seharusnya mereka tahu tentang
paru berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21 penyakit TB tetapi mereka kemungkinan
orang (77,8%). Hal ini sejalan Berdasarkan tidak menggunkan alat pelindung dengan
data hasil WHO tahun 2003 melaporkan baik yang menandakan faktor pendidikan
bahwa disebagian besar dunia, lebih banyak bukan merupakan faktor risiko yang
laki-laki daripada perempuan didiagnosis dominan meskipun seseorang memiliki
tuberculosis dan dari hasil data kementerian tingkat pendidikan yang tinggi bukan berarti
kesehatan RI 2017 menyatakan bahwa rasa peduli dan pengetahuannya dibidang
penyakit TB Paru paling banyak terjadi kesehatan juga tinggi.12
pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 69%.3
Pendidikan menggambarkan perilaku
Hasil penelitian yang diperoleh sama seseorang dalam hal kesehatan, semakin
dengan hasil data yang diperoleh Kemenkes rendah pendidikannya maka ilmu
RI pada tahun 2017, hasil penelitian pengetahuan di bidang kesehatan semakin
menunjukan bahwa penyakit TB Paru berkurang baik secara langsung maupun
paling banyak menyerang pada jenis tidak langsung dapat mempengaruhi
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 77,8% lingkungan fisik, biologis dan sosial yang
sedangkan jenis kelamin perempuan hanya merugikan kesehatan dan akhirnya
22,2% karena laki-laki adalah kepala mempengaruhi tingginya kasus TB yang
keluarga dan harus mencari nafkah sehingga ada dan keteraturan minum obat. Namun
kemungkinan besar menghabiskan teori lain mengatakan bahwa perilaku
waktunya diluar rumah menyebabkan kesehatan berpengaruh kepada
peluang terkena TB paru lebih besar meningkatnya indikator kesehatan
dibanding perempuan, selain itu laki-laki masyarakat yaitu sebagai hasil akhir
lebih banyak yang merokok dan meminum pendidikan kesehatan.26
alkohol dibanding perempuan. Merokok
Berdasarkan penelitian yang telah saya
dan meminum alkohol dapat menurunkan
lakukan yaitu menunjukan status gizi yang
imunitas tubuh sehingga lebih muda terkena
paling banyak yaitu status gizi underweight
penyakit TB paru. Sama seperti penelitian
sebanyak 15 orang (55,6%). Hasil ini
yang dilakukan Khaerunnisa, dijumpai
ternyata sejalan dengan yang dilakukan oleh
mayoritas responden berjenis kelamin laki-
Prof. Arsunan Arsin dan Feby Patiung
laki 65,5%.12
dimana hasil gizi kurang (55,6%) lebih
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan banyak dari gizi normal (25,9%) dan gizi
menunjukan penyakit TB Paru terjadi paling lebih (18,5%).12
banyak pada subjek yang pendidikan
Status gizi yang buruk akan meningkatkan
terkahirnya SMA yaitu sebanyak 70,4%.
risiko penyakit TB Paru yang disebabkan
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
menurunnya daya tahan tubuh. Malnutrisi
khaerunnisa pendidikan SMA lebih banyak
atau gizi kurang memiliki efek terhadap
imunitas seluler. Sehingga, malnutrisi pasien TB Paru baru lebih banyak yaitu 92,8
adalah salah satu faktor risiko penting %.28
terjadinya TB karena imunitas seluler
Hasil ini bisa dikaitkan dengan tingginya
adalah kunci pertahanan utama untuk
tingkat perokok di Indonesia yang
melawan TB. Individu yang malnutrisi
menduduki peringkat ketiga perokok
kemungkinan menyebabkan infeksi primer
terbanyak didunia, sehingga kasus Tb paru
maupun infeksi sekunder.13
baru masih terus bermunculan.28
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
Hasil dari penelitian saya menunjukan tipe
menunjukan bahwa dari 27 sampel yang
diagnosis pasien TB Paru lebih banyak
menderita penyakit TB Paru yang pernah
terdiagnosis klinis sebanyak 14 orang
merokok yaitu sebanyak 18 orang (66,7%)
(51,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian
dan yang tidak merokok sebanyak 9 orang
yang dilakukan oleh Putu Andrika sebanyak
(33,3%). Hasil ini sejalan dengan penelitian
64%.28
Nurhaliza Rahayu dkk pada tahun 2016
yaitu orang yang merokok memiliki risiko Hal ini dikarenakan pemeriksaan BTA
1.33 kali lebih besar terkena TB Paru sewaktu-pagi-sewaktu negative dan
dibanding orang yang tidak merokok dilakukan pemeriksaan rontgen didapatkan
dengan proporsi 52,5%.27 ciri khas pada poto rontgen TB Paru yaitu
adanya perselubungan dibagian apex paru.
Merokok meningkatkan risiko terjadinya
Kemudian juga dikarenakan pasien TB Paru
TB Paru yang menyebabkan terganggunya
sulit mengeluarkan dahak.10
pembersihan sekresi mukosa, menurunkan
kemampuan fagosit makrofag alveolar dan Melalui temuan bahwa pasien TB dengan
menurunkan respon imun dan atau karakteritik diatas dapat dilakukan
limpofenia CD4+ akibat kandungan nikotin pemeriksaan untuk TB Paru. Hal ini dapat
dalam rokok. Paparan asap rokok yang rutin diaplikasi apabila kedepannya ditemukan
dan disertai polusi lingkungan dapat pasien dengan kasus serupa, sehingga
merusak proses sekresi dari mukosa perburukan prognosis penyakit dapat
tracheobronkial dan merusak fungsi dicegah.
makrofag di alveolar, sehingga organisme
asing seperti bakteri M.tuberculosis bisa
menembus sistem pertahanan tubuh di paru-
paru dengan mudah. 28,29
KESIMPULAN
Penelitian yang saya lakukan menunjukan
semua pasien TB paru semuanya adalah Berdasarkan tujuan dan hasil
pasien dengan status TB Paru baru yaitu penelitian yang telah dilakukan, diperoleh
sebanyak 27 orang (100%). Hal ini sejalan kesimpulan sebagai berikut:
dengan penelitian Putu Andrika dimana 1. Karakteristik kejadian TB Paru
berdasarkan kelompok usia, jenis