Anda di halaman 1dari 64

PROFIL PENDERITA TUMOR PAYUDARA YANG DILAKUKAN

TINDAKAN BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS DI LABORATORIUM


SENTRA DIAGNOSTIK PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JANUARI 2009 – MEI 2011

Oleh :
KARMILA SARI
080100386

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


PROFIL PENDERITA TUMOR PAYUDARA YANG DILAKUKAN
TINDAKAN BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS DI LABORATORIUM
SENTRA DIAGNOSTIK PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JANUARI 2009 – MEI 2011

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperolah Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :
KARMILA SARI
080100386

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Profil Penderita Tumor Payudara yang dilakukan Tindakan Biopsi


Aspirasi Jarum Halus di Laboratorium Sentra Diagnostik Patologi
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Januari
2009 – Mei 2011
Nama : Karmila Sari
NIM : 080100386

Pembimbing Penguji I

(dr. Lidya Imelda Laksmi, Sp.PA) (dr. Vita Camelia, Sp.KJ)


197601102008122002 197804042005012002

Penguji II

(dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG)


197712142008121001

Medan, 19 Desember 2011


Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH)


NIP 19540220 1980111001

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Latar Belakang: Tumor payudara merupakan kelainan payudara yang


sering ditemukan terutama pada wanita. Bahkan pada dekade terakhir ini
keganasan payudara menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat.
Prevalensi tumor payudara dipengaruhi beberapa faktor jenis kelamin, usia, lokasi
masa dan diagnosis tumor payudara. Dengan pemeriksaan biopsi aspirasi jarum
halus kelainan payudara dapat didiagnosis lebih dini sehingga pengobatannya pun
akan memberikan hasil yang lebih baik

Metode: Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penderita


tumor payudara yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus yang
dilakukan dilaboratorium sentra patologi anatomi fakultas kedokteran sumatera
utara selama tahun 2009 dan 2011. Sampel diambil dengan menggunakan rekam
medik. Profil ini mencankup jenis kelamin, usia, lokasi masa, dan diagnosis
tumor payudara. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif
dengan desain retrospektif.

Hasil: Hasil penelitian didapatkan 86 pasien tumor payudara yang


dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus dengan profil pasien terbanyak
yaitu wanita (84 pasien; 97,7 %), kelompok usia 20-29 tahun (29 pasien; 33,7%),
kelompok lokasi masa tumor payudara ( 38 pasien kuadran lateral atas ; 44,2%),
serta diagnosis tumor payudara (31 pasien tumor jinak; 36,0%).

Kesimpulan: Dalam hasil penelitian ini didapatkan bahwa biopsi aspirasi


jarum halus sebagai diagnostik definitif awal tumor payudara.

Kata kunci: Profil, Tumor Payudara, Biopsi Apirasi Jarum Halus.


.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Backround : breast tumor is a common disease affecting women. In the


last decade, the breast malignancy shows tendency to increase. The prevalence of
breast tumors influenced by several factors such as sex, age, location and time of
diagnosis of breast tumors. Breast abnormality can be diagnosed early with fine
neadle aspiration biopsy examination hence the treatment given will have better
outcame .

Methods : The purpose of this study was to determine the profile of breast
tumor patients who performed the action fine needle aspiration biopsy in the
anatomic pathology laboratory center for medical school north Sumatra during
2009 and 2011 Samples were taken with the use of medical colleagues. Assessed
profile are gander, age, location, and diagnosis. This research was conducted
with descriptive research method. The approach used in the design of this study is
cross-sectional retrospective study.

Results: The result showed 86 patients suffering breast tumors patients


who performed the action fine needle aspiration biopsy with the most prevalent
cases are women (84 patients; 97,7 %), age 20-29 years (29 patient; 33,7%),
location mass breast tumor ( 38 patient outer upper quadrant ; 44,2%), and
diagnosis breast tumor (31 patient benign tumors; 36,0%)

Conclusión: In the results of this study it was found that fine-needle


aspiration biopsy as the initial definitive diagnostic breast tumors.

Key Word : profile, Breast Tumors, Fine Neadle Biopsy Aspiration.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Profil Penderita Tumor Payudara yang dilakukan Tindakan
Biopsi Aspirasi Jarum Halus di Laboratorium Sentra Diagnostik Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Januari 2009 – Mei 2011”.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun dalam memperkaya materi Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak, dalam kehormatan ini
ucapan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD KGEH, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr.Lidya Imelda Laksmi, Sp.PA sebagai dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan masukkan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
3. Dosen penguji saya, dosen penguji I dr.Vita Camelia, Sp.KJ dan dosen
penguji II dr.Dudy Aldiansyah, Sp.OG yang telah memeriksa setiap kesalahan
dalam penulisan karya ini, dan memberi masukan agar karya ini menjadi lebih
baik lagi.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan pengajaran kepada penulis selama mengikuti pendidikan
5. Kedua Orang tua Penulis H. Kusnadi dan HJ. Nurhasanah, yang telah
memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan studi saya
termasuk dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
6. Kepada kakak dan abang penulis , Kartika Sari dan Arif Budiman, yang tetap
mendukung saya dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

Universitas Sumatera Utara


7. Kepada sahabat penulis Hiria W. lestari, Novita Ulfah, Yusda Rahayu dan
Novalita Ningtias, Muhammad Ikhsan, Febrin M.G.S., dan Solita Vasya
Siregar begitu banyak bantuan yang diberikan kepada penulis dari awal
hingga akhir penulisan karya tulis ini.
8. Kepada teman-teman sekelompok penulis Rian Afriza dan M. Randy Harry
yang telah membantu memberikan masukan kepada penulis.

9. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan laporan penelitian ini. Kepada semua
pihak tersebut penulis haturkan banyak terima kasih.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat saya tuliskan yang telah memberikan bantuan kepada saya dalam
pengerjaan karya tulis ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu membalas
semua kebaikan yang selama ini di berikan kepada penulis dan melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, 19 Desember 2011


Penulis

(Karmila sari )

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN.…………………………………………........... i
ABSTRAK…………………………………………………………………… ii
ABSRACT…………………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………................... vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………........ 4

2.1 Anatomi Payudara ………………………………………. ... 4


2.2. Tumor Payudara ..................................................................... 5
2.2.1. Definisi.......................................................................... 5
2.2.2. Etiologi dan Faktor Resiko…………………………… 6
2.2.3. Klasifikasi ..................................................................... 7
2.2.3. Diagnosa ...................................................................... 8
2.3. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH) ………………………....... 9
2.3.1 Keuntungan ………………………………………… ……. 10
2.3.2. Keterbatasan …………………... ………………………… 10
2.3.3. Indikasi …………………………….. ……………………. 11
2.3.4. Tehnik ………………………………………………... …. 11
2.3.5 Diagnosis Sitologik Biopsi Apirasi Jarum Halus dan
Nilai klinik …………………………………………... 12
2.3.6 Penilaian sediaan sitologi biopsi aspirasi jarum halus pada
tumor payudara……………………………………….. 13
2.3.6.1.Sitologi Radang dan Lesi Menyerupai Tumor Payudara
……………………………………………………. 13
2.3.6.2. Sitologi Displasia Kistik Payudara……………….. 14
2.3.6.3. Sitologi Tumor Jinak Payudara............................... 15
2.3.6.4. Sitologi Karsinoma……………………………… 18

Universitas Sumatera Utara


BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL….. 24

3.1. Kerangka Konsep Penelitian...................................................... 24


3.2. Definisi Operasional................................................................... 24

BAB 4 METODE PENELITIAN…………………………………………. 26

4.1. Jenis Penelitian............................................................................. 26


4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 26
4.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 26
4.3.1 Populasi…………………………………………………… 26
4.3.2 Sampel…………………………………………………….. 26
4.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 26
4.5. Pengolahan dan Analisis Data...................................................... 27

BAB. 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………… .. 28

5.1. Hasil penelitian………………………………………………….. 28


5.2. Pembahasan…………………………………………………….... 32

BAB. 6 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………. ... 35

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 37

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi histologik Tumor Payudara 7


5.1 Distribusi sampel berdasarkan Jenis kelamin 28
5.2 Distribusi sampel berdasarkan Usia 29
5.3 Distribusi sampel berdasarkan Lokasi masa 29
5.4 Distribusi sampel berdasarkan Diagnosis pasien 29
5.5 Distribusi sampel berdasarkan Gambaran 30
Sitologi BAJAH pada Tumor payudara Jinak

5.6 Distribusi sampel berdasarkan Gambaran 30


Sitologi BAJAH pada Tumor payudara Jinak

5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran 31


Sitologi BAJAH pada Ca mammae

5.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran 31


Sitologi BAJAH pada Displasia kista

5.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran 32


Sitologi BAJAH pada Radang

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 21.1Anatomi payudara 5

Gambar2.2. Teknik biopsi aspirasi jarum halus (BAJH) Tumor Payudara 12

Gambar2.3. Sitologi ulkus disebabkan oleh mastitis kronik Kistik 14


Payudara

Gambar2.4 Sitologi Displasia Kistik Payudara 15

Gambar 2.5 Sitologi Fibroadenoma Payudara 16

Gambar 2.6 Sitologi Tumor philloides jinak dan ganas 17

Gambar 2.7 Sitologi papiloma intraduktus 17

Gambar2.8 Sitologi karsinoma lobuler invasive payudara


19

Gambar2.9 Sitologi karsinoma papiler payudara Sitologi karsinoma sel 20


skuamosa pada payudara
Gambar2.10 Sitologi karsinoma sel skuamosa pada payudara 21

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian 24

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar riwayat hidup peneliti

Lampiran 2 Surat Izin Survey Awal Penelitian

Lampiran 3 Surat izin penelitian

Lampiran 4 Lembar Ethical clearance

Lampiran 5 Surat Keteranagan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 6 Master data

Lampiran 7 Output data

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Latar Belakang: Tumor payudara merupakan kelainan payudara yang


sering ditemukan terutama pada wanita. Bahkan pada dekade terakhir ini
keganasan payudara menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat.
Prevalensi tumor payudara dipengaruhi beberapa faktor jenis kelamin, usia, lokasi
masa dan diagnosis tumor payudara. Dengan pemeriksaan biopsi aspirasi jarum
halus kelainan payudara dapat didiagnosis lebih dini sehingga pengobatannya pun
akan memberikan hasil yang lebih baik

Metode: Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penderita


tumor payudara yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus yang
dilakukan dilaboratorium sentra patologi anatomi fakultas kedokteran sumatera
utara selama tahun 2009 dan 2011. Sampel diambil dengan menggunakan rekam
medik. Profil ini mencankup jenis kelamin, usia, lokasi masa, dan diagnosis
tumor payudara. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif
dengan desain retrospektif.

Hasil: Hasil penelitian didapatkan 86 pasien tumor payudara yang


dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus dengan profil pasien terbanyak
yaitu wanita (84 pasien; 97,7 %), kelompok usia 20-29 tahun (29 pasien; 33,7%),
kelompok lokasi masa tumor payudara ( 38 pasien kuadran lateral atas ; 44,2%),
serta diagnosis tumor payudara (31 pasien tumor jinak; 36,0%).

Kesimpulan: Dalam hasil penelitian ini didapatkan bahwa biopsi aspirasi


jarum halus sebagai diagnostik definitif awal tumor payudara.

Kata kunci: Profil, Tumor Payudara, Biopsi Apirasi Jarum Halus.


.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Backround : breast tumor is a common disease affecting women. In the


last decade, the breast malignancy shows tendency to increase. The prevalence of
breast tumors influenced by several factors such as sex, age, location and time of
diagnosis of breast tumors. Breast abnormality can be diagnosed early with fine
neadle aspiration biopsy examination hence the treatment given will have better
outcame .

Methods : The purpose of this study was to determine the profile of breast
tumor patients who performed the action fine needle aspiration biopsy in the
anatomic pathology laboratory center for medical school north Sumatra during
2009 and 2011 Samples were taken with the use of medical colleagues. Assessed
profile are gander, age, location, and diagnosis. This research was conducted
with descriptive research method. The approach used in the design of this study is
cross-sectional retrospective study.

Results: The result showed 86 patients suffering breast tumors patients


who performed the action fine needle aspiration biopsy with the most prevalent
cases are women (84 patients; 97,7 %), age 20-29 years (29 patient; 33,7%),
location mass breast tumor ( 38 patient outer upper quadrant ; 44,2%), and
diagnosis breast tumor (31 patient benign tumors; 36,0%)

Conclusión: In the results of this study it was found that fine-needle


aspiration biopsy as the initial definitive diagnostic breast tumors.

Key Word : profile, Breast Tumors, Fine Neadle Biopsy Aspiration.

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumor payudara merupakan kelainan payudara yang sering ditemukan
terutama pada wanita. Tumor ada yang bersifat jinak adapula yang ganas. Tumor
ganas inilah yang disebut kanker. Kanker memiliki sifat khas, yaitu terdiri dari
sel-sel ganas yang dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyebaran ini
disebut metastasis dan dapat terjadi melalui pembuluh darah maupun pembuluh
getah bening (Diananda, 2009).
Tumor payudara hampir selalu memberi kesan menakutkan bagi wanita.
Bahkan banyak para pakar sependapat bahwa setiap nodul pada payudara
dianggap sebagai kanker terutama pada wanita golongan risiko tinggi walaupun
kemungkinan tumor jinak tidak dapat diabaikan. Pendapat yang berlebihan ini
dapat dipahami, mengingat insiden kanker payudara tinggi tidak hanya di negara
sedang berkembang tapi juga di negara maju (Tambunan, 1992).
Di Yaman mulai Januari 2006 - Desember 2009 ditemukan sebanyak 635
kasus yang didiagnosis sebagai penyakit tumor payudara. Terdapat kelainan
sebanyak 493 (77.6%) yang merupakan penyakit tumor payudara jinak dan 142
(22.4%) penyakit tumor payudara ganas pada rentang usia 40-49 tahun. Dari 493
penyakit tumor payudara jinak tersebut yang paling sering fibroadenoma 40,5%
dengan rentang usia 20-29 tahun diikuti oleh kelainan fibrokistik 16% dengan
rentang usia 30-39 tahun, kelainan jinak lainnya 10% dengan rentang usia 20-29
tahun dan lesi inflamasi 8% dengan rentang usia 30-39 tahun (Bafaker, 2010).
Sedangkan berdasarkan lokasi tumor payudara yang sering ditemukan pada
daerah lateral atas 50%, diikuti daerah puting susu 17%, diikuti daerah medial atas
15%, diikuti daerah lateral bawah 10%, dan diikuti daerah medial bawah 8%
(Hoskins et, al (2005).
Data dari Jakarta Breast Center , klinik di Jakarta yang mengkhususkan
untuk penanganan keluhan pada payudara, menunjukkan bahwa dari 2.495 pasien

Universitas Sumatera Utara


yang datang pada tahun 2001 sampai 2002, ternyata 79% menderita tumor
payudara jinak dan hanya 14% yang menderita kanker (Diananda, 2009).
Sedangkan di Medan dalam kurun waktu 1 tahun, dari Januari sampai Desember
2006, tercatat sebanyak 27 kasus dengan kanker payudara dan dari 107 kasus
Tumor payudara jinak (Kamarlis, 2009). Pada penelitian di Rumah Sakit Dr. M.
Djamil Padang pada tahun 2000 dilakukan pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi
jarum halus pada 45 penderita tumor payudara dari hasil tersebut didapati 17
kasus tumor jinak (37,8 %), 8 kasus karsinoma payudara (17,8%), penyakit kista
11 kasus (24,5%), 6 kasus radang (13,4%) dan mencurigakan 3 kasus (6,7%)
(Rossa, 2000).
Sitologi biopsi aspirasi jarum halus (SIBAJAH) dipergunakan secara luas
dalam bidang diagnosis berbagai tumor, baik sebagai diagnostik preoperatif
maupun konfirmatif. Martin dan Ellis (1926) dalam Tambunan (1992), pertama
kali mempergunakan biopsi aspirasi sebagai sarana diagnostik berbagai tumor di
Memorial Hospital, New York. Diagnostik secara sitologi dapat memberikan hasil
memuaskan dan mendukung suatu diagnosis serta memberikan hasil yang hampir
sama pemeriksaan secara histopatologi. Sebagai sarana diagnostik, pemeriksaan
teknik biopsi aspirasi mempunyai beberapa nilai tambah yaitu lebih cepat, lebih
sederhana dan lebih murah jika dibandingkan potong beku yang disebut juga
frozen section (Rossa, 2000).
Di Indonesia, biopsi aspirasi jarum halus semakin banyak dikenal dan
dipergunakan untuk diagnosis awal tumor. Biopsi ini dilakukan di berbagai rumah
sakit baik negeri maupun swasta, klinik, serta di Laboratorium Sentra Diagnostik
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Sumatera Utara (Tambunan 1992).
Berdasarkan hal-hal yang dikemukan di atas peneliti ingin mengetahui
profil penderita tumor payudara yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum
halus .

Universitas Sumatera Utara


1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut: bagaimanakah profil penderita tumor payudara
yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus?.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui profil penderita tumor payudara yang dilakukan tindakan
biopsi aspirasi jarum halus di Laboratorium Sentra Diagnostik Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengatahui persentase tumor payudara berdasarkan Gambaran
Sitologi Biopsi Aspirasi jarum Halus di Laboratorium Sentra Diagnostik
Patalogi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .
2. Untuk mengetahui karakteristik pasien tumor payudara berdasarkan Jenis
Kelamin, Usia, Lokasi dan diagnosis tumor payudara.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Dapat memberikan informasi tentang profil penderita tumor payudara
yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus, sehingga dapat
dipergunakan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis awal atau
definitif tumor payudara.
2. Data yang diperoleh juga dapat digunakan sebagai data awal untuk
penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Payudara


Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua
sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.
Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara
wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran,
sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan
lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006).
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan
glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi
kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang
meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki
aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker
maupun penyebaran (metastase) kanker payudara (Haryono dkk, 2011).
Menurut Saymor (2000) setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang
tersusun radier dan berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus
memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke
papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang
disebut areola mamma. Pada areola mamma, terdapat tonjolan-tonjolan halus
yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya.
Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat
yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa
bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau
kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting susu, akan terasa seperti kumpulan biji
yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda.
(Mangunkusumo, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Hoskins et, al (2005) Untuk mempermudah menyatakan letak
suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu :
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
5. Regio puting susu (nipple)

klavikula

Costa Lymph
kedua Nodes

Otot
pectoralis
mayor

Kelenjar areola
mamma

Ampulla payudara

nipple
Gambar 2.1 Anatomi Payudara
ductus

lobulus

Sumber: Rosai, 2002.

2.2. Tumor Payudara


2.2.1. Definisi Tumor Payudara
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang
terjadi secara terus menerus (Kumar dkk, 2007). Dalam klinik, istilah tumor
sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan,
yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau
perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan
disebabkan oleh neoplasma (Sukardja, 2000).

Universitas Sumatera Utara


2.2.2. Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut Rosjidi (2000) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara
belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi,
yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.
Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53,
BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudara.
d. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya tumor payudara.
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
i. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Klasifikasi Tumor Payudara.
Berdasarkan „The World Health Organization‟ (WHO) tahun 2003,
Klasifikasi histologik Tumor Payudara Sebagai Berikut :
Tabel 1. Klasifikasi histologik Tumor Payudara (http://www.Atlas of breast. Com)

Universitas Sumatera Utara


2.2.4. Diagnosis
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis
yang baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan
diagnosis pasti adalah pemeriksaan histopatologi anatomi (Siregar, 2003).
1. Anamnesa meliputi: riwayat timbulnya tumor, adanya faktor resiko untuk
terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda penyebaran tumor.
2. Pemeriksaan fisik dari tumor payudara
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Menurut Djamaloeddin (2005), deteksi dini tumor payudara adalah suatu
usaha untuk menemukan adanya tumor yang belum lama tumbuh, masih
kecil, masih lokal, dan belum menimbulkan kerusakan yang berarti
sehingga masih dapat disembuhkan. Deteksi dini biasanya dilakukan pada
orang-orang yang “kelihatannya sehat”, asimptomatik, atau pada orang
yang beresiko tinggi menderita tumor. Wanita usia 20 tahun ke atas
sebaiknya melakukan SADARI sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah
menstruasi. Pada saat itu, pengaruh hormon ovarium telah hilang sehingga
konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi. Untuk
wanita yang telah menopause, SADARI sebaiknya dilakukan setiap
tanggal 1 setiap bulan agar lebih mudah diingat.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu :
a.Melihat payudara
b.Memijat payudara
c.Meraba payudara
Jika ditemukan benjolan maka yang akan dilakukan:
1) Lokasi tumor
2) Diskripsi tumor

Universitas Sumatera Utara


Menurut Soeprianto (2003) klinis jinak dan ganas memberikan gambaran
sebagai berikut:
klinis jinak memberikan gambaran
a. Bentuk bulat, teratur atau lonjong.
b. Permukaan rata
c. Konsistensi kenyal, lunak
d. Mudah digerakkan terhadap sekitar
e. Tidak nyeri tekan.
Klinis ganas memberikan gambaran
a. Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjol
b. Tepi tidak rata
c. Bentuk tidak teratur
d. Konsistensi keras, padat
e. Batas tidak tegas
f. Sulit digerakkan terhadap jaringan sekitar
g. Kadang nyerti tekan
3. Pemeriksaan penunjang
a. Mammography
b. Ultrasound (USG)
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
d. Biopsi
Terbuka : dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa
pengangkatan seluruh benjolannya (eksisi) atau sebagian saja (insisi).
Tertutup : biopsi aspirasi jarum halus (Djamaloeddin, 2005).

2.3. Biopsi aspirasi jarum halus


Biopsi aspirasi jarum halus merupakan alat diagnostik jaringan dengan
cara memeriksa sejumlah sel dari ekstra tumor atau nodul yang diambil dengan
mempergunkan jarum dan tabung suntik (Tambunan 1992).

Universitas Sumatera Utara


2.3.1. Keuntungan Bajah
Penggunaan biopsi aspirasi dalam diagnosis tumor mempunyai dampak
yang menguntungkan baik ditinjau dari segi manejemen tumor, pelayanan
onkologik rumah sakit maupun bagi pasien (Tambunan 1992).
1. Dampak dalam menejemen tumor
Ditinjau dari segi manejemen tumor, biopsi aspirasi memberi dampak
menguntungkan :
a. Menejemen tumor lebih sederhana.
b. Penggunaan alat canggih lebih selektif.
c. Tindakan biopsi yang tidak menguntungkan dapat dihindari.
d. Alternatif pengobatan dapat dilakukan segera.
2. Dampak terhadap pelayanan rumah sakit
Teknik dan peralatan biopsi aspirasi yang sederhana, murah dan cepat
memberi dampak yang menguntungkan bagi pengelolaan rumah sakit,
terutama rumah sakit pemerintah :
a. Pelayanan onkologik dapat ditingkatkan
b. Biaya operasional rumah sakit menurun
3. Dampak terhadap pasien
Teknik sederhana, murah, cepat dan tidak menimbulkan efek samping
yang berarti, memberi dampak yang menguntungkan sebagai berikut :
a. Biaya pemeriksaan lebih murah
b. Hasil pemeriksaan cepat, rasa cemas dan stres dipersingkat
c. Keinginan pasien konsultasi pada dokter meningkat dan
kesempatan menemukan kanker sedini mungkin lebih luas
d. Pasien mendapat pengobatan segera.
2.3.2. Keterbatasan Bajah
Harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasi terbatas.
a. Luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan.
b. Subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi.
c. Dapat terjadi negatif palsu.
d. Harus ada kerja sama klinisi dengan patologis.

Universitas Sumatera Utara


2.3.3. Indikasi Bajah
Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya
superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh
unpalpable dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan.
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku intra
operatif
c. Diagnosis pertama pada wanita muda (kurang dari 30 tahun) dan wanita
lanjut usia
d. Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e. Penderita yang menolak operasi/anestesi
f. Nodul-nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi.
g. Kasus kanker payudara stadium lanjut yang sudah inoperabel.
h. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian.

2.3.4. Tehnik Biopsi


Teknik biopsi aspirasi mencakup kegiatan mulai dari pendekatan pasien,
mempersiapkan peralatan, mengambil aspirat tumor dan membuat sediaan
(Tambunan, 1992).
a. Persiapan alat
Alat yang dipergunakan terdiri dari tabung suntik plastik ukuran 10 ml,
jarum halus, gagang pemegang tabung suntik, kaca objek dan desinfektan
alkohol atau betadin.
b. Pendekatan pasien
c. Dengan ramah pasien dianamnesis singkat. Wawancara singkat ini dibuat
sedemikian rupa, sehingga pasien tidak takut atau stres dan bersedia
menjalani biopsi aspirasi. Biopsi dilakukan dengan kelembutan hati dan
rasa tanggung jawab terhadap sesama manusia.
d. Pengambilan aspirat tumor
1. Tumor dipegang lembut
2. Jarum diinsersi segera ke dalam tumor.

Universitas Sumatera Utara


3. Piston di dalam tabung suntik ditarik ke arah proksimal; tekanan di
dalam tabung menjadi negatif; jarum manuver mundur-maju. Dengan
cara demikian sejumlah sel massa tumor masuk ke dalam lumen jarum
suntik.
4. Piston dalam tabung dikembalikan pada posisi semula dengan cara
melepaskan pegangan.
5. Aspirat dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, dikeringkan di udara
dan dikirimkan ke laboratorium pusat pemeriksaan kanker.

Gambar 2.2.Teknik biopsi aspirasi jarum halus (BAJH) Tumor Payudara


Sumber: Lestadi,1999.

2.3.5. DIAGNOSIS SITOLOGIK BIOPSI ASPIRASI DAN NILAI KLINIK


Ketepatan diagnostik sitologi biopsi jarum halus (BAJH), apabila
dilakukan oleh ahli sitopatologi akan mendapatkan nilai lebih tinggi,
dibandingkan apabila dilakukan klinisi karena itu disarankan sedapat mungkin
penderita sebaiknya dirujuk ke laboratorium sitologi patologi anatomi untuk
pengambilan sampel bahan pemeriksaan atau paling sedikit sampel diambil oleh
dokter yang sudah biasa melakukan biopsi aspirasi (Lestadi. 1999).
Pada umumnya sensitivitas sitologi aspirasi jarum halus (positif dan
curiga) berkisar antara 77% sampai 98% untuk adanya kanker payudara dan nilai
spesifisitas berkisar antara 97,6% sampai 100% untuk absennya kanker payudara.
Ini memberikan bukti tingginya nilai diagnostik dari sitologi BAJH sebagai cara
diagnosis prabedah tumor payudara (Etta et al, 2002).

Universitas Sumatera Utara


1. Posisif maligna disebut Positif
2. Kelainan jinak disebut Negatif
3. Mencurigakan maligna disebut Suspek
4. Tidak dapat diinterpretasi disebut Inkonklusif
a. Sitologi positif merupakan "mandat" untuk melakukan tindakan
lebih lanjut antara lain survei metastasis, menentukan stadium,
memilih alat diagnostik lain bila diperlukan dan mendiskusikan
pola pengobatan.
b. Sitologi negatif atau kelainan jinak, belum dapat menyingkirkan
adanya kanker; perlu dipikirkan kemungkinan negatif palsu.
Negatif palsu dapat terjadi karena kesalahan teknis, sehingga
sejumlah sel tumor tidak terdapat pada sediaan. Bila terdapat
diskrepensi sitologi dan data klinik, alternatif tindakan terbaik
adalah biopsi bedah; akan tetapi, pada kasus sitologi negatif
dengan spesifikasi kelainan dan cocok dengan gambaran klinik,
maka pola pengobatan dapat ditentukan.
c. Sitologi suspek, mungkin memerlukan pemeriksaan lain sebelum
pengobatan antara lain pemeriksaan potongan beku ataupun
d. sitologi imprint atau kerokan durante operasional (Tambunan &
Lukito, 1992).
2.3.6 Penilaian sediaan sitologi biopsi aspirasi jarum halus pada tumor
payudara
2.3.6.1. Sitologi Radang dan Lesi Menyerupai Tumor Payudara.

1. Peradangan
Peradangan biasanya menimbulkan nyeri spontan dan nyeri tekan di
bagian yang terkena. Contoh peradangan payudara adalah mastitis dan nekrosis
lemak traumatik. Peradangan tersebut dapat terjadi akibat proses infeksi maupun
bukan infeksi. Masitis merupakan kondisi radang akut yang nyeri, biasanya terjadi
pada minggu-minggu pertama setelah persalinan (menyusui) dengan
staphylococcus aureus sebagai penyebab terbanyak. Tempat masuk kuman
biasanya lewat luka pada papila, menyebabkan peradangan supuratif menyebar

Universitas Sumatera Utara


dari duktus kejaringan fibroadiposa di sekitarnya dan cenderung terbatas pada satu
segmen payudara menimbulkan pembengkakan setempat dan eritema (Grace,
2006). Sedangkan nekrosis lemak merupakan kelainan yang ditemukan sebagai
lesi yang berbatas jelas, akibat jaringan parut yang terbentuk maka terdapat daerah
yang konsistensinya padat (Mangunkusumo, 2006).
Gambaran sitologi sel radang umumnya terdiri atas sel lekosit PMN,
banyak sel histiosit bercampur fibrin dan debris seluler. Khususnya fagositosis
sel limfosit dan sel plasma sering ditemukan di dalam sediaan hapus, reaksi
fibroblas ditemukan dalam bentuk lembaran dengan infiltrasi sel radang dan sel
epitel duktus menunjukkan aktivitas dengan memperlihatkan inti-inti yang
membesar dan hiperkromatik, ukuran bervariasi dan mengandung nukleoli nyata
(Sander, 2004).

Gambar 2.3. Sitologi ulkus disebabkan oleh mastitis kronik Kistik Payudara

Sumber: Lestadi, 1999.


2.3.6.2. Sitologi Displasia Kistik Payudara
1. Perubahan Fibrokistik (mammary displasia)
Fibrokistik adalah kelainan akibat dari peningkatan dan distorsi
perubahan siklik payudara yang terjadi secara normal selama daur haid.
Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun
(>50%) (Kumar, 2007). Perubahan fibrokistik dibagi menjadi perubahan
nonproliferatif dan perubahan proliferatif, bermanifestasi dalam beberapa
bentuk yang biasanya melibatkan kombinasi dari 3 respon jaringan dasar,
proliferasi epitel (proliferatif), fibrosis dan pertumbuhan kista (nonproliferatif).
Proliferasi sel-sel epitel menyebabkan adenosis. Pada kasus-kasus lain fibrosis
lebih dominan dan kelainan proliferasi epitel kurang tampak (Berek, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2. galaktokele
galaktokele adalah dilatasi kistik suatu duktus yang tersumbat yang
terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi benigna yang luar
biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang dilapisi oleh epitel
(Kumar et, al, 2007).
3. ginekomasti
Ginekomasti adalah analog laki-laki untuk perubahan fibrokistik pada
perempuan. Penyebabnya ialah pengaruh estrogen yang berlebihan, biasanya
dari kelenjar adrenal (Kumar dkk, 2007).
Gambaran sitologi proliferasi epitel/hiperplasia epitel mempunyai inti biasanya
berbentuk bulat atau oval, membesar dengan ukuran bervariasi dan
hiperkromatik ringan sampai sedang, beberapa kelompok sel menunjukkan inti
pleomorfik berbentuk spindel, berbentuk seperti serabut atau memanjang
(Lestadi,1999).

Gambar 2.4. Sitologi Displasia Kistik Payudar

Sumber: Lestadi, 1999.


2.3.6.3. Sitologi Tumor Jinak Payudara.
1. Fibroadenoma mammae (FAM).
Adalah tumor jinak tersering pada payudara dan umumnya menyerang
para remaja dan wanita dengan usia 30an tahun. Berbatas tegas, konsistensi
padat kenyal, muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah
digerakkan, dan diameter 1-10 cm. Fibroadenoma terdiri dari sel epitel dan
stroma (Britto, 2005). Gambaran sitologi sebagai berikut: sediaan apus
biasanya penuh sel (hiperseluler), sebagian besar sediaan apus mengandung

Universitas Sumatera Utara


sejumlah besar sel-sel epitel yang berbentuk lempengan bahkan menutupi
seluruh lapangan sediaan dibawah mikroskop. Lempengan sel menunjukkan
satu lapisan sel dengan ukuran sel yang bervariasi, tetapi kebanyakan epitel
berlapis dengan susunan kohesi sel yang kompak, menonjol seperti jari tangan
atau bangunan teratur. Inti telanjang, tidak diketahui pasti asalnya mungkin
berasal dari stroma atau sel duktus lapisan luar atau sel mioepitel apabila inti-
inti telanjang tersebut ukurannya kecil, bewarna hitam dan berbentuk spindel
dengan atau tanpa bipolar ( Lestadi, 1999).

Gambar 2.5. Sitologi Fibroadenoma Payudara

Sumber: Lestadi, 1999.

2. Tumor Philloides
Tumor Philloides disebut tumor mirip dengan fibroadenoma dengan
stroma seluler yang bertumbuh dengan cepat. Diperkirakan berasal dari stroma
intralobulus, jarang dari fibroadenoma yang sudah ada (Grace, 2006). Tumor
ini mungkin kecil (diameter 3 hingga 4 cm), stroma tumor ini sangat selular
dan padat, serta memperlihatkan aktivitas mitotik yang tinggi, tetapi sebagian
besar tumbuh hingga berukuran besar/masif sehingga payudara membesar
(Kumar dkk, 2007). Gambaran sitologi sel epitelial yang sama dengan
fibroadenoma, tetapi mengandung sel-sel spindel atipik yang menyerupai
fibrosarkoma. Sel-sel stroma membentuk susunan sel yang terlepas atau
longgar dengan sitoplasma yang banyak. Inti sel stroma adalah besar dan
pleiomorfik dengan nukleoli nyata (Miller, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6. Sitologi Tumor philloides jinak dan ganas
Sumber: Lestadi, 1999.
3. Papiloma Intraduktus
Adalah tumor jinak yang timbul pada wanita usia subur dengan usia
yang sedikit lebih tua daripada yang menderita fibroadenoma dan lebih muda
dari pada yang menderita karsinoma (Kumar, 2007). Gejala klinis berupa
keluarnya sekret serosa atau berdarah dari puting payudara, adanya tumor
subareola kecil, dan retraksi puting payudara (jarang terjadi), tumor ini
biasannya tunggal dengan garis tengah kurang dari 1 cm (Schrock, 2004).
Gambaran sitologi kelompok-kelompok besar sel dengan kohesi yang baik,
sering tersusun dalam pola papiler dengan bentuk memanjang, bulat, linear atau
tidak beraturan. Seringkali sel-sel yang terletak di perifer menunjukkan inti-
inti yang terdesak ke tepi dengan atau tanpa vakuolisasi. Sel-sel yang terletak
di tengah menunjukkan vakuolisasi dalam berbagai ukuran. Pada umumnya
inti-inti berbentuk bulat atau oval dengan kromatin granuler dan uniform
(Lestadi, 1999).

Gambar 2.7. Sitologi papiloma intraduktus


Sumber: Lestadi, 1999

Universitas Sumatera Utara


2.3.6.4. Sitologi Karsinoma
Karsinoma payudara dibagi menjadi karsinoma yang belum menembus
membran basal (noninvasif) dan kanker yang sudah (invasif). Bentuk utama
karsinoma payudara diklasifikasikan sebagai berikut:
A. Noninvasif
1. Karsinoma duktus in situ
2. Karsinoma lobulus in situ

B. Invasif
1. karsinoma duktus invasif
2. karsinoma lobular invasif
3. karsinoma medularis
4. karsinoma koloid
5. karsinoma tubulus.
Dalam menilai keganasan karsinoma dibedakan dua macam kriteria yaitu
kriteria keganasan utama dan kriteria keganasan sekunder. Kriteria keganasan
utama adalah parameter morfologik yang menjadi dasar diagnosis keganasan
definitif sedangkan kriteria keganasan sekunder adalah parameter morfologik
yang apabila ditemukan dapat memberi bantuan yang penting dalam diagnosis dan
bukan dibutuhkan untuk membuktikan keganasan. Adapula tanda-tanda atau pola
gambaran sel yang lain disebut kriteria indirek, dimana ia dapat bermanfaat dalam
membedakan lesi jinak dari lesi ganas (lestadi, 1999).
Menurut Lestadi (1999) Gambaran sitologi karsinoma sebagai berikut :
A. Gambaran keganasan pada sel tunggal
Kriteria utama :
1. Gambaran inti
a. Tipe kromatin
Inti sebagian besar terdiri atas kromatin yang menggumpal kasar atau
granuler kasar atau granuler halus, tersebar didalam inti dengan
nukleoli kecil yang tidak nyata.

Universitas Sumatera Utara


b. Tipe nukleolar
Inti mengandung nukleoli yang nyata mencolok dengan kromatin
granuler yang tersebar longgar.
c. Tipe ground glass
Homogen dengan gambaran ground glass ( kaca susu).
2. Gambaran kromatin
Berupa granuler kasar, menggumpal, granuler atau granuler halus, tetapi
granuler halus jarang dijumpai. Kromatin menggumpal dapat bekembang
menjadi bulat atau bentuk anguler. Distribusi kromatin mungkin rata atau
tidak (Hoskin & Robert, 2005).

Gambar 2.8. Sitologi karsinoma lobuler invasive payudara

Sumber: Lestadi, 1999.


1. Hiperkromasi
Sebagian inti sel yang terpulas lebih gelap secara optimal yang dilihat
dibawah mikroskop cahaya, mengindikasikan meningkatnya kuantitas
DNA, terutama peningkatan substansi basofilik.
2. Batas inti reguler
Ketebalan batas inti atau dinding inti ireguler menunjukkan pengerutan
yang banyak dan penting dalam mendiagnosis keganasan.
3. Bentuk inti dengan pleomorfik
Pleomorfik ditandai khas batas inti yang ireguler yaitu anguler, lobuler,
pipih (rata) dan mengerut seperti daun

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.9. Sitologi karsinoma papiler payudara
Sumber: Lestadi, 1999.
4. Lokasi inti marginal
Inti-inti sel ganas sering terletak eksentrik atau marginal. Khususnya untuk
adenokarsinoma itu merupakan kriteria diagnostik.
5. Multinukleoli ireguler (nukleoli abnormal)
Nukleoli pada umumnya merupakan gambaran yang tidak konsisten dan
tidak dapat dipercaya untuk diagnosis karsinoma. Inti besar mungkin
ditemukan pada sel karsinoma, demikian pula pada setiap sel aktif dan sel
berproliferasi (kehamilan, menyusui).
6. Mitosis reguler
Mitosis adalah parameter yang inkonklusif untuk mendiagnosis keganasan.
Mitosis dapat ditemukan pada penyakit proliferatif jinak dan pada tumor
jinak (fibroadenoma, papiloma), tetapi gambaran mitosis ireguler menjadi
lebih sering pada keganasan dan jarang ditemukan pada tumor jinak.
7. Vakuol sitoplasma bentuk tertentu
Vakuolisasi dalam sitoplasma pada sel karsinoma adalah hal yang biasa.
Khususnya 2 tipe vakuolisasi sitoplasma dinyatakan sebagai tanda
diagnostik untuk karsinoma

Kriteria sekunder

1. Ukuran inti
Sebagai Patokan inti sel karsinoma adalah lebih besar dari pada inti sel

Universitas Sumatera Utara


2. Inti banyak
Multinukleasi jarang ditemukan pada sel-sel karsinoma payudara, kecuali
pada tumor-tumor tipe sel besar atau tipe datia (giant cell), biasanya dapat
dilihat pada karsinoma duktal berdiferensiasi buruk.
3. Struktur sitoplasma dan konfigurasi
a. Jumlah sitoplasma
Pada karsinoma payudara jumlah sitoplasma dapat berbeda banyak
sekali. Ia tidak menunjukkan diagnosis yang bermakna untuk
keganasan, tetapi sitoplasmanya sedikit atau sitoplasma yang hampir
tidak ada.
b. Struktur sitoplasma
Sitoplasma sel ganas sering kali menunjukkan struktur padat, kadang-
kadang dalam kombinasi dengan granulasi eosinofilik longgar dan
berwarna basofilik (Lale et al, 2011).
c. Bentuk sitoplasma
Sitoplasma dari sel-sel yang tersendiri seringkali berbentuk tringuler
dan dapat merupakan gambaran khas dari keganasan.

Gambar 2.10. Sitologi karsinoma sel skuamosa pada payudara

Sumber: Lestadi,1999.

d. Batas sel
Batas sitoplasma yang tajam, tegas, tebal, dan reguler biasanya
ditemukan pada keduanya yaitu pada karsinoma dan sel duktus jinak

Universitas Sumatera Utara


B. Gambaran keganasan pada kelompok sel
Kriteria utama :
1. Kelompok sel tiga dimensi yang kompak, dengan batas sel yang licin.
2. Kumpulan kelompok sel dengan ukuran dan bentuk inti bervariasi.
3. Sel di dalam sel dengan inti hiperkromatik. Satu sel berada di dalam
vakuola sitoplasma dari sel epitelial lain.
4. Susunan sel khusus
a. Susunan sel menyerupai rantai
b. Formasi asiner
c. Formasi roset
Kriteria sekunder
1. Jumlah sel banyak
Biopsi aspirasi jarum halus menghasilkan sediaan apus yang penuh
mengandung sel, lebih jelas pada keganasan dari pada lesi jinak, hal ini
disebabkan oleh hilangnya daya kohesi antar sel pada tumor ganas.
2. Disosiasi sel
Disosiasi sel dan banyak sel epitel dengan sitoplasma triangular sangat
mencurigakan neoplasia ganas, walaupun dalam sediaan apus papiloma,
banyak sel yang tersendiri dengan sitoplasma silindrik dapat ditemukan.
3. Kelompok sel berlapis banyak dengan inti penuh dan saling bertumpuk.
Kelompok sel memperlihatkan gambaran seperti dapat bermanfaat dalam
membantu diagnosis keganasan, apabila tidak ditemukan sel-sel mioepitel
didalam kelompokkan sel-sel tersebut.
4. Lokasi inti ireguler
Sel-sel ganas dapat tersusun secara tidak teratur, menunjukkan inti seperti
papan, saling bertumpuk pada satu sisi atau berlokasi di perifer.

Universitas Sumatera Utara


Kriteria indirek
1. Nekrosis
Jaringan nekrotik biasanya polimorf dan kasar berwarna sianofilik atau
eosinofilik.
2. Mukus ekstraseluler dalam jumlah besar
Jumlah mukus ekstraseluler yang berlebihan seharusnya diperiksa dengan
seksama untuk mencari elemen epitelial yang mencurigakan adanya
karsinoma musinus
3. Tidak ditemukannya sel apokrin metaplastik
4. Tidak ditemukan sel mioepitel
5. Tidak dijumpai sel busah.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penderita
tumor payudara yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus pada tahun
2009-2011. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka
konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
inkonklusif

Data rekam medik Hasil biopsi Suspek


penderita tumor payudara aspirasi jarum
yang yang dilakukan halus Negatif
tindakan biopsi aspirasi
jarum halus Positif

 Jenis kelamin
 Usia
 Lokasi
 Diagnosis


3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional


1. Sitologi adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas atau deskuamasi
dari suatu organ tertentu.
2. Biopsi aspirasi jarum halus adalah alat diagnostik jaringan dengan cara
memeriksa sejumlah sel dari ekstra tumor atau nodul yang diambil dengan
mempergunkan jarum dan tabung suntik .
3. Tumor payudara adalah suatu penyakit yang berbentuk benjolan pada
payudara.

Universitas Sumatera Utara


4. Jenis kelamin adalah perbedaan di antara laki-laki dan perempuan yang
didasarkan pada tipe gamet yang dihasilkan oleh individu dan dikategorikan
sebagai berikut:
1. Laki-laki
2. Perempuan

Skala pengukuran jenis kelamin merupakan skala nominal.


5. Usia adalah jumlah tahun hidup pasien sejak lahir hingga didiagnosis
menderita tumor payudara yang sesuai rekam medis dari Januari 2009 – Mei
2011. Hasil ukur adalah:
a. 20-29 tahun
b. 30-39 tahun
c. 40-49 tahun
d. > 50 tahun
Skala ukur adalah: interval.
6. Lokasi tempat dimana tumor payudara berada. Dinilai dengan cara observasi. .
Hasil observasi adalah:
a. Lateral atas
b. Lateral bawah
c. Medial atas
d. Medial bawah
e. Puting susu
Skala pengukuran : Nominal
7. Diagnosis adalah suatu kelainan yang ditemukan pada penderita tumor
payudara dapat berupa :
a. Karsinoma
b. Tumor Jinak
c. Mencurigakan
d. Displasia kista
e. Radang
Skala pengukuran : Nominal

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan Retrospektif, untuk melihat profil penderita tumor
payudara yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus di laboratorium
Sentra Diagnostik Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara .

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai September 2011 di
laboratorium Sentra Diagnostik Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Tempat tersebut dipilih karena merupakan
laboratorium pusat rujukan dari praktek-praktek dokter pribadi di Sumatera Utara.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah perempuan dan laki-laki penderita
tumor payudara baik yang dicurigai jinak maupun ganas dengan menggunakan
pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus yang diambil dari data pada bulan Januari
2009 – Mei 2011 di laboratorium Sentra Diagnostik Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

4.3.2. Sampel Penelitian


Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan
jumlah populasi (total sampling).

4.4. Teknik Pengumpulan Data


Data yang diambil merupakan data sekunder yaitu seluruh berkas rekam
medik pasien tumor payudara yang terdapat pada bagian rekam medis di

Universitas Sumatera Utara


laboratorium Sentra Diagnostik Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara selama tahun 2009-2011. Pada rekam medis ini
dicatat data yang akan diteliti yaitu: Jenis Kelamin, Usia, Lokasi Tumor, dan
Diagnosis tumor payudara

4.5. Pengolahan dan Analisa Data


Menurut Wahyuni (2008) Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah
berikut :
(1) Editing: untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
(2) Coding: data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan
kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual
sebelum diolah dengan komputer .
(3) Entri : data tersebut dimasukkan ke dalam program komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
(4) Cleaning Data : pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam
komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
(5) Saving : penyimpanan data untuk siap dianalisis
(6) Analisis data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah menggunakan program


komputer yaitu statistical product and service solution (SPSS) kemudian
dianalisis secara diskriptif menggunakan tabel distribusi dan dilakukan
pembahasan data yang diperoleh sesuai dengan pustaka yang ada.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sentra Diagnostik Patologi

Anatomi FK USU Gedung A. Hakim Lantai 1 Jl. Universitas No. 1 Medan

Universitas Sumatera Utara

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Dalam penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 86 penderita penyakit

tumor payudara yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus selama tiga

tahun (tahun 2009 dan 2011) di laboratorium Sentra Diagnostik Patologi Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dari keseluruhan sampel

tersebut, profil sampel yang diamati adalah jenis kelamin, kelompok usia, lokasi

masa , dan diagnosis tumor payudara.

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase(%)

Laki-laki 2 2,3
perempuan 84 97,7
Total 86 100,0

Dari tabel 5.1 terlihat bahwa sampel terbanyak berdasarkan jenis kelamin

adalah perempuan yang berjumlah 84 orang (97,7 %).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan usia

Umur Pasien F Persentase(%)


20-29 29 33,7
30-39 24 27,9
40-49 22 25,6
>50 11 12,8
Total 86 100,0

Dari tabel 5.2. diketahui bahwa dari 86 pasien tumor payudara, sampel

terbanyak terdapat pada usia diatas 20-29 tahun sebanyak 29 orang (33,7%).

Tabel 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Lokasi Masa

Diagnosis Frekuensi Persentase(%)

Lateral Atas 38 44,2


Lateral Bawah 11 12,8
Putting Susu 16 18,6
Medial Atas 14 16,3
Medial Bawah 7 8,1
Total 86 100,0

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa sampel terbanyak berdasarkan lokasi

daerah lateral atas 38 orang (44,2 %).

Tabel 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Diagnosis Pasien

Diagnosis Frekuensi Persentase(%)

Tumor Jinak 31 36,0


Ca Mamae 18 20,9
Displasia Kista 22 25,6
Radang 10 11,8
Mencurigan 5 5,8
Total 86 100,0

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sampel terbanyak berdasarkan
diagnosis tumor adalah tumor jinak 31 orang (36,0%).
Tabel 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran Sitologi BAJAH pada
Tumor payudara Jinak

Diagnosis Frekuensi Persentase(%)

Fibroadenoma 23 26,7
Papiloma Intraduktus 6 7,0
Philoides 2 2,3
Total 31 36,0

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa sampel terbanyak berdasarkan


gambaran sitologi BAJAH didapat fibroadenoma berjumlah 23 orang (26,7%).
Tabel 5.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran Sitologi BAJAH pada
Ca mamae

Diagnosis Frekuensi Persentase(%)

Karsinoma Duktus Invasif 13 15,1


Karsinoma Lobulus Invasif 5 5,8
Total 18 20,9

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sampel terbanyak berdasarkan


gambaran sitologi BAJAH didapat karsinoma duktus invasif berjumlah 13 orang
(15,1%).
Tabel 5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran Sitologi BAJAH pada
Displasia Kista

Diagnosis Frekuensi Persentase (%)

Mammari displasia 15 17,4


Ginekomasti 2 2,3
Galaktokel 5 5,8
Total 22 25,6

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sampel terbanyak berdasarkan
gambaran sitologi BAJAH didapat mammari displasia berjumlah 15 orang
(17,4%).
Tabel 5.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran Sitologi BAJAH pada
Radang

Diagnosis Frekuensi Persentase(%)

Mastitis 8 9,3
Nekrosis lemak 2 2,3
Total 10 11,8

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sampel terbanyak berdasarkan


gambaran sitologi BAJAH didapat mastitis berjumlah 8 orang (9,3%)

5.2. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data penderita tumor
payudara yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus di Laboratorium
Sentra Patologi Anatami Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dari
Januari 2009 hingga Mei 2011.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa penderita dengan jenis
kelamin perempuan sebanyak 84 orang (97,7 %), sedangkan laki-laki dengan
jumlah 2 orang (2,3%). Ini sesuai dengan hasil penelitian di Laboratorium
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
tahun 2004-2005 didapati penderita tumor payudara perempuan sebanyak 94
orang (96,90%) dan laki-laki sebanyak 3 orang (3,10%) dari 97 pasien
(Budiani, 2005), dan juga penelitian dari India terdapat kenaikan jumlah pasien
tumor payudara dalam 3 tahun (2008-2010) sebanyak 98 orang (96,08%) pada
perempuan dan sebanyak 4 orang (3,92%) pada laki-laki dari 102 pasien (sigh,
et,al. 2011). Hal ini sesuai dengan teori Lale, et al (2011) bahwa perempuan
memiliki resiko menderita tumor payudara lebih besar dari pada laki-laki kerena
dipengaruhi faktor hormonal dalam memicu pertumbuhan sel secara genetik.

Universitas Sumatera Utara


Pada penelitian ini didapat usia penderita tumor payudara terbanyak pada
kelompok usia 20-29 tahun yaitu sebanyak 29 orang (33,7%), ini sesuai dengan
penelitian Befaker (2010) menunjukkan bahwa usia penderita tumor payudara
terbanyak pada kelompok usia 20-29 tahun. Hal serupa juga ditunjukkan pada
penelitian Miller, A.C. (2010) Chiedozi (2003), dengan kelompok usia penderita
terbanyak >20 tahun. Menurut kumar (2010) menyatakan bahwa usia >20 tahun
merupakan faktor risiko terbentuknya tumor payudara sehingga dengan
bertambahnya usia maka prevalensi akan meningkat.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa sampel terbanyak berdasarkan
lokasi adalah pada daerah lateral atas berjumlah 38 orang (44,2 %), yang di ikuti
dengan daerah puting susu berjumlah 16 orang (18,6%). Hal ini tidak jauh
berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr.M. Djamil Padang
tahun 2000 dimana terdapat 25 orang (55,6%) dengan tumor payudara didaerah
lateral atas, dan 10 orang (22,2%) di daerah puting susu. Menurut honskin et al,
(2005) diketahui bahwa kudaran lateral atas memang lebih banyak dibandingkan
dengan daerah lateral bawah, puting susu, medial atas dan medial bawah, hal ini
sesuai dengan teori Etta, et al (2002) kuadran lateral atas ini mengandung massa
kelenjar mammae yang lebih banyak sehingga sering menjadi tempat tumor
payudara .
Pada penelitian ini didapati bahwa tumor payudara jinak merupakan
diagnosis yang paling banyak. Terdapat 31 orang (36,0%) pasien dengan tumor
payudara jinak. Ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana tumor payudara
jinak yang paling sering ditemukan sebanyak 64 orang (65,3%) (Kumar, 2010),
dan ini juga sesuai dengan penelitian Singh (2010) yang menunjukkan tumor
payudara jinak paling banyak ditemui 46 orang (45,09 % ) dari 102 pasien, hal ini
sejalan dengan teori bahwa tumor payudara jinak terjadi pada pasien yang
memiliki resiko tinggi berupa menstruasi dini, riwayat keluarga, faktor genetik,
faktor hormonal, usia saat kehamilan pertama dan pemakain kontrasepsi (Rosjidi,
2010).
Dari hasil penelitian berdasarkan gambaran sitologi biopsi aspirasi jarum halus
pada tumor payudara ditemui gambaran yang paling banyak yaitu gambaran

Universitas Sumatera Utara


fibroadenoma pada tumor payudara jinak berjumlah 23 orang (26,7%), kemudian
diikuti mamari displasia pada displasia kista berjumlah 15 orang (17,4%) dari 86
pasien. Hal ini tidak jauh berbeda dengan Penelitian yang dilakukan di
Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakara, didapati gambaran sitologi biopsi aspirasi jarum halus pada tumor
payudara jinak yaitu gambaran fibroadenoma ditemui sebanyak 30 orang
(31,00%), diikuti mamari displasia pada displasia kista berjumlah 21 orang
(21,7%) dari 97 pasien (Budiani, 2005). Sedangkan pada penelitian yang
dilakukan di RS DR. M. Djamil padang menunjukkan 17 orang (37,8%) gambaran
fibroadenoma pada tumor payudara jinak, dan diikuti mamari displasia pada
displasia kista berjumlah 11 orang (24,5%) dari 45 pasien (Rosa, 2000), hal ini
sesuai dengan teori Berek (2005) gambaran fibroadenoma dan mamari displasia
sering menyerang para remaja usia > 20 tahun yang dipengaruhi faktor hormonal
pada siklus menstruasi, dan pada saat kehamilan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien Tumor Payudara yang
dilakukan Tindakan Biopsi Aspirasi Jaraum Halus di Laboratorium Sentra
Diagnostik Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Sumatera Utara tahun 2009
dan 2011 dapat disimpulkan bahwa:
1. Jumlah pasien tumor payudara yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi
jarum halus selama Januari 2009 - Mei 2011 sebanyak 86 pasien.
2. Jenis kelamin yang lebih banyak mengalami tumor payudara yang
dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus adalah wanita, yaitu
sebanyak 84 pasien (97,%).
3. Usia terbanyak yang menderita tumor payudara yang dilakukan tindakan
biopsi aspirasi jaraum halus usia 20-29 tahun, yaitu sebanyak 29 pasien
(33,7%).
4. Lokasi masa terbanyak tumor payudara adalah lokasi lateral atas, yaitu
sebanyak 38 pasien (44,2%).
5. Diagnosis tumor payudara secara biopsi aspirasi jarum halus yaitu tumor
payudara jinak sebanyak 31 pasien (36,6%)

6.2. Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.
Adapun saran tersebut yaitu:
1. Diharapkan dokter yang bertugas di Laboratorium Sentra Diagnostik
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Sumatera Utara untuk melengkapi
data pasien di rekam medis, sehingga pada penelitian selanjutnya tidak
terdapat data yang tidak diketahui.

Universitas Sumatera Utara


2. Diharapkan bagi seluruh wanita pubertas untuk mendeteksi secara dini
dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan jika ditemui
benjolan pada payudara untuk melakukan pemeriksaan penunjang biopsi
aspirasi jarum halus.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Bafaker, S.S. & Banafa, N.S., 2010. Breast Disease in Southern Yemen.
Hadramaunt University.Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
[accessed : 31 April 2011].

Berek, J.S. & Hacker, N.F., 2005. Breast Cancer. In: Berek, J.S., ed. Practical
Gynecologic Oncology. 4th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 627-644.

Budiani, dkk., 2005. Profil lesi jinak dan Ganas pada Sedian Jaringan Tumor
Payudara. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Britto, A.J., 2005. Benjolan Pada Payudara. Dalam: Jaya, D.A., ed. Kisi-Kisi
Menembus Masalah Bedah. Jakarta: EGC.49-51.

Chiedozi, et al., Breast disease in Northern region of Saudi Arabia. Dapertement


of Surgery. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/feed/rss. [accessed :
24 J uni 2011].

Etta. et al., 2002. Fine-Neaddle Aspiration Biopsy of Nonpalpable Breast Lesion


in a Multicenter Clinical Trial: ResultS from the Radiologic Diagnostic
Oncologiy Group v. http://www.fine-neadle-aspiration-lesion. org/content.
[accessed : 10 April 2011]

Diananda, R., 2009. Kanker Payudara. Dalam: Saleh, A.Q., ed. Mengenal Seluk
Beluk Kanker . Jogjakarta: Katahati, 61-74.

Universitas Sumatera Utara


Djamaloeddin., 2005. Kelainan pada Mamma (Payudara). Dalam: Wiknjosastro,
H. A., Saifuddin, dan Trijatmo, R.(eds). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 486-493.

Grace, P.A., Borley, Neil R., 2006. Tumor jinak. Dalam; Safitri, Armalia. ed. At
Glace Ilmu Bedah . Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga, 129-131.

Haryono, S.J., Sukasah, C., Swantari, N., 2011. Payudara . Dalam: Sjamsuhidayat,
R & de jong, wim., Buku Ajar Ilmu Bedah. 3th Edition. Jakarta: EGC, 140-
145.

Hoskins, W. J., Robert. C. Y. et al., 2005. Breast Cancer. In: Principles and
Practice of Gynecologic Oncology. 4th Edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins, 1077-1155.

Kumar, V., Cotran R.S., Robbins S.L., 2007. Sistem Genetelia Perempuan dan
Payudara. Dalam: Hartanto ,H. Darmaniah, Wulandari.(eds). Buku Ajar
Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC. 788-801.

Kumar, Rajendra , 2010., A Clinicopathologic Study of Breast Lump in Bhirahwa,


Asian Pacific Journal of cancer Prevention. 11. 855-857.

Kamarlis, R. K., 2009. Tampilan Imunositokimia HER2/neu pada Biopsi Aspirasi


Jarum Halus Penderita Kanker Payudara. Universitas Sumatra Utara. Medan

Lale, et al., 2011. Challenges to diagnose metaplastic carcinoma of the breast


through cytologic methods: an eight-case series. Available from:
http://www.diagnosticpathology.org/content/6/1/7. [accessed : 13 April 2011]

Lestadi, Julisar., 1999. Sitologi Biopsi Aspirasi Payudara. Dalam; Penuntun


Diagnostik Praktis Sitologi Payudara. Jakarta: Widya Medika. 52-135.

Universitas Sumatera Utara


Mangunkusumo, R. R., 2006. Alat Kelamin Wanita dan Payudara. Dalam;
Hirmawan, Sutisna.(ed). Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta : FK UI. 77-90.

Miller, A.C. 2010. Breast Abscess and Masses University of Pittsburgh medical
center Available from: http://www.emedicine. Medscape.com. [accessed : 31
April 2009].

Notoatmodjo S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Rosa, dkk., 2000. Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus pada Tumor
Payudara di Rumah Sakit Dr.M. Djamil Padang. Universitas Andalas, Padang.

Rosai, Juan., 2002. Anatomi Payudara. Dalam: Ackerman‟s Surgical Pathology.


Valume 1. 9th edition. Mosby.

Rosjidi, Imam, 2010. Epidemiologi kanker pada wanita. Dalam: Sinsin, Lis.,
kanker payudara. Jakarta: Sagung Seto. 123-134.

Sigh, A. et.al., 2010. breast lumps and diagnostic accuracy of fine neadle-
aspiration cytology a hospital pondicherry India. Available from:
http://www.ispub.com. [accessed : 27 Oktober 2011].

Seymor, Schwatz., 2000. Payudara. Dalam: Shires, Tom., ed. Intisari Prinsip-
Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.227-235.

Sander, Mochammad S., 2004. Payudara. Dalam: Sander, Mochammad S. ed.


Atlas berwarna patologi anatomi. Edisi 1. Jakarta : PT.Raja Gravindo Persada
68-75.

Universitas Sumatera Utara


Schrock, T. R., 1995. Kelenjar Payudara. Dalam : Dharma, Adji, (ed.) Hand of
Surgery. Jakarta : EGC 179-189.

Siregar, Budi H., 2003. Perbedaan Komplikasi Tindakan Biopsi Aspirasi Jarum
Halus (BAJH) Dan Biopsi Aspirasi Jarum Besar (BAJB) di Rumah Sakit Dr.
Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro, Semarang.

Snell, R. S., 2006. Extremitas Superior. Dalam : Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 420-422.

Sukardja, I Dewa Gede., 2000. Deteksi Dini Kanker. Dalam : Onkologi Klinik.
Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 175-177.

Soeprianto, Agoes T., 2003. Perbandingan Akurasi Pemeriksaan Biopsi Aspirasi


Jarum Halus (BAJH) Dan Biopsi Aspirasi Jarum Besar (BAJB) di Rumah
Sakit Dr. Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro, Semarang.

Tambunan G.W., Lukito J.S., 1992 . Strategi Deteksi Kanker Payudara Stadium
Awal. Cermin Dunia Kedokteran, 80 : 10-12.

Tambunan, G. W., 1992. Tekhnik Biopsi Aspirasi. Dalam : Wijanto,N., ed.


Penuntun Biopsi Aspirasi Jarum Halus. Jakarta : Hipokrates 17-33.

World Health Organization (WHO)., 2003. Classification of tumors of the breast.


Available from: http://www.Atlas of breast. com. [accessed : 29 April 2011]

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Karmila Sari


Tempat / Tanggal Lahir : Teluk Pinang, 02 Mei 1990
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pasar II Ujung No. 37 Tanjung Sari. Medan
Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar Negeri N0. 016. Simp. Gaung.
Inhil. Riau (1996-2002).
2. Madrasah Tsanawiyah Darul Hikmah. Pekan
Baru. Riau (2002-2005).
3. Sekolah Menengah Atas Babussalam. Pekan
Baru. Riau (2005-2008).
Riwayat Pelatihan : 1. Workshop Sirkumsisi HMI FK USU (2008)
2. Worksop Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO)
Traumatologi dan intubasi (2009)
3. Seminar and Worksop A-CPR (Advance
Cardiopulmonary Resuscytation (2010)

Riwayat Organisasi : 1. HMI Komisariat FK USU 2008-2009


2. Panitia PMB FK USU 2011.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6

Master Data Profil Penderita Tumor Payudara Yang Dilakukan Tindakan Biopsi
Aspirasi Jarum Halus Di Laboratorium Sentra Diagnostik Patologi Anatomi
No RM Nama UMUR UMURK JK LOKASI DIAGNOSA DIAGNOSAK
1 B.111.09 Ny. H 29 1 2 3 2 1
2 B.124.09 Ny.M 27 1 2 1 1 1
3 B.131.09 Ny. R 38 2 2 1 6 3
4 B.121.09 Ny. R 48 3 2 1 4 2
5 B.126.09 Ny. S 52 4 2 1 5 2
6 B.127.09 Ny. S 50 4 2 1 4 2
7 B.135.09 Ny. N 20 1 2 1 1 1
8 B.140.09 Ny. N 55 4 2 1 4 2
9 B.138.09 Ny. M 40 3 2 2 11 5
10 B.133.09 Ny. S 30 2 2 3 2 1
11 B.142.09 Ny. H 41 3 2 2 4 2
12 B.145.09 Ny. Y 48 3 2 1 4 2
13 B.151.09 Ny. A 30 2 2 2 6 3
14 B.147.09 Ny. A 38 2 2 2 6 3
15 B.153.09 Ny. N 42 3 2 4 6 3
16 B.125.09 Ny. I 37 2 2 3 9 4
17 B.129.09 Ny. D 42 3 2 4 5 2
18 B.133.09 Ny. A 22 1 2 4 1 1
19 B.152.09 Ny. L 43 3 2 2 6 3
20 B.171.09 Ny. N 30 2 2 3 9 4
21 B.180.09 Ny. M 39 2 2 1 8 3
22 B.184.09 Ny.A 29 1 2 4 10 4
23 B.175.09 Ny. Y 37 2 2 5 8 3
24 B.176.10 Ny. S 30 2 2 3 2 1
25 B.187.10 Ny. F 23 1 2 1 1 1
26 B.190.10 Ny. R 36 2 1 1 7 3
27 B.194.10 Ny. S 35 2 2 1 6 3
28 B.195.10 Ny. L 41 3 2 2 6 3
29 B.198.10 Ny. R 43 3 2 3 9 4
30 B.201.10 NY. E 27 1 2 2 1 1
31 B.204.10 Ny. S 30 2 2 1 6 3
32 B.206.10 Ny. R 45 3 2 4 4 2
33 B.220.10 Ny. F 28 1 2 4 1 1
34 B.223.10 Ny. S 30 2 2 3 2 1

Universitas Sumatera Utara


35 B.227.10 Ny. S 47 3 2 1 11 5
36 B.230.10 Ny. N 28 1 2 3 9 4
37 B.239.10 Ny. I 46 3 2 1 11 5
38 B.242.10 Ny. I 48 3 2 1 11 5
39 B.248.10 Ny. S 36 2 2 1 8 3
40 B.253.10 Ny. N 28 1 2 1 1 1
41 B.254.10 Ny. M 34 2 2 4 1 1
42 B.257.10 Ny. I 20 1 2 1 6 3
43 B.258.10 Ny. N 48 3 2 1 4 2
44 B.261.10 Ny. H 50 4 2 5 5 2
45 B.264.10 Ny. I 46 3 2 1 11 5
46 B.270.10 Ny. T 41 3 2 1 6 3
47 B.272.10 Ny. A 20 1 2 1 1 1
48 B.275.10 Ny. B 30 2 2 4 1 1
49 B.283.10 Ny. M 36 2 2 5 6 3
50 B.286.10 Ny. M 54 4 2 2 4 2
51 B.292.10 Ny.D 35 2 1 5 7 3
52 B.293.10 Ny. Y 49 3 2 1 4 2
53 B.296.10 Ny. S 40 3 2 3 2 1
54 B.300.10 Ny. H 33 2 2 3 9 4
55 B.308.10 Ny. S 48 3 2 1 5 2
56 B.312.10 Ny. E 35 2 2 1 8 3
57 B.317.10 Ny. Y 29 1 2 1 1 1
58 B.325.10 Ny. A 32 2 2 4 10 4
59 B.330.10 Ny. L 52 4 2 1 4 2
60 B.338.10 Ny. F 20 1 2 4 1 1
61 B.343.10 Ny. S 23 1 2 4 1 1
62 B.349.10 Ny. N 40 3 2 3 9 4
63 B.350.10 Ny. D 22 1 2 2 1 1
64 B.357.10 Ny. M 43 3 2 4 6 3
65 B.361.10 Ny. D 28 1 2 3 2 1
66 B.362.10 Ny. S 54 4 2 1 1 1
67 B.365.10 Ny. D 28 1 2 1 1 1
68 B.373.10 Ny. N 36 2 2 3 9 4
69 B.011.10 Ny. S 55 4 2 2 4 2
70 B.020.11 Ny. F 25 1 2 1 1 1
71 B.021.11 Ny. N 29 1 2 1 6 3
72 B.023.11 Ny. J 27 1 2 3 1 1
73 B.024.11 Ny. F 56 4 2 1 5 2
74 B.033.11 Ny. K 29 1 2 1 3 1
75 B.034.11 Ny. M 33 2 2 1 8 3

Universitas Sumatera Utara


76 B.039.11 Ny. M 37 2 2 3 9 4
77 B.041.11 Ny. S 28 1 2 1 3 1
78 B,042.11 Ny. V 22 1 2 1 1 1
79 B.046.11 Ny. N 20 1 2 5 1 1
80 B.047.11 Ny. E 60 4 2 4 4 2
81 B.052.11 Ny. S 20 1 2 5 1 1
82 B.059.11 Ny. D 52 4 2 5 6 3
93 B.060.11 Ny. J 21 1 2 1 1 1
84 B.063.11 Ny. M 42 3 2 3 4 2
85 B.064 .1 Ny. S 29 1 2 4 6 3
86 B.067.11 Ny. A 20 1 2 2 1 1

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 7

OUT PUT DATA

Frequencies

Statistics

Umur Pasien
N Valid 86
Missing 0

Umur Pasien

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-29 29 33.7 33.7 33.7
30-39 24 27.9 27.9 61.6
40-49 22 25.6 25.6 87.2
>50 11 12.8 12.8 100.0
Total 86 100.0 100.0

Frequencies
Statistics

Jenis Kelamin Pasien


N Valid 86
Missing 0

Je nis Kelamin Pasien

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 2 2.3 2.3 2.3
Perempuan 84 97.7 97.7 100.0
Total 86 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Frequencies
Statistics

Lokasi masa
N Valid 86
Missing 0

Lokasi masa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid lateral atas 38 44.2 44.2 44.2
lateral bawah 11 12.8 12.8 57.0
puting susu 16 18.6 18.6 75.6
medial atas 14 16.3 16.3 91.9
medial bawah 7 8.1 8.1 100.0
Total 86 100.0 100.0

Frequencies
Statistics

Diagnosa pasien
N Valid 86
Missing 0

Diagnosa pasie n

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid fibroadenoma 23 26.7 26.7 26.7
papiloma intraduktus 6 7.0 7.0 33.7
philoides 2 2.3 2.3 36.0
karsinoma duktus invasif 13 15.1 15.1 51.2
karsinoma lobulus invasif 5 5.8 5.8 57.0
mamary dysplasia 15 17.4 17.4 74.4
ginekomasti 2 2.3 2.3 76.7
galaktokel 5 5.8 5.8 82.6
masitis 8 9.3 9.3 91.9
nekrosis lemak 2 2.3 2.3 94.2
curiga 5 5.8 5.8 100.0
Total 86 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Frequencies
Statistics

Diagnosa pasien
N Valid 86
Missing 0

Diagnosa pasie n

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tumor Jinak 31 36.0 36.0 36.0
Ca Mamae 18 20.9 20.9 57.0
Displasia Kista 22 25.6 25.6 82.6
Radang 10 11.6 11.6 94.2
Mencurigakan 5 5.8 5.8 100.0
Total 86 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai