Anda di halaman 1dari 64

TINGKAT PENGETAHUAN WARGA LINGKUNGAN 14

KELURAHAN PETISAH TENGAH TENTANG PENTINGNYA


AUTOPSI FORENSIK

Oleh :
PUTRI AINI DAULAY
070100349

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

TINGKAT PENGETAHUAN WARGA LINGKUNGAN 14

Universitas Sumatera Utara


KELURAHAN PETISAH TENGAH TENTANG PENTINGNYA
AUTOPSI FORENSIK

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
PUTRI AINI DAULAY
NIM : 070100349

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

LEMBAR PENGESAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN WARGA LINGKUNGAN 14 KELURAHAN

Universitas Sumatera Utara


PETISAH TENGAH TENTANG PENTINGNYA AUTOPSI FORENSIK

Nama : PUTRI AINI DAULAY


NIM : 070100349

Pembimbing Penguji 1

(dr. Mistar Ritonga, Sp.f) (dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes)


NIP. 19520408 198903 1 001 NIP: 19731015 200112 2 002

Penguji 2

(dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes)


NIP: 19700819 199903 2 001

Medan, 11 Desember 2010


Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH)


NIP 19540220 198011 1 001
ABSTRAK

Autopsi mempunyai peran penting dalam pengembangan ilmu dan praktek kedokteran, namun
angka dilakukannya autopsi telah menurun di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir.
Kendala yang sering dihadapi di lapangan oleh penyidik dalam mengungkap
penyebab kematian korban yakni masyarakat sering tidak mengizinkan untuk
dilakukan autopsi, oleh karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya autopsi forensik itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga
lingkungan 14 kelurahan petisah tengah tentang pentingnya autopsi forensik serta
faktor penghambatnya.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk
Deskriptif Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah warga lingkungan
14 kelurahan Petisah Tengah sejumlah 79 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner. Data yang diperoleh diolah menggunakan program SPSS 17.
Berdasarkan pengolahan kuesioner responden, didapati hasil tingkat
pengetahuan dari 79 responden yakni 70 (88,6%) responden berpengetahuan baik
dan 9 (11,4%) responden berpengetahuan sedang. Tidak dijumpai responden
dengan hasil tingkat pengetahuan yang kurang.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa tingkat pengetahuan warga
lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik
adalah baik. Faktor yang dapat menjadi penghambat untuk dilakukannya autopsi
forensik adalah kurangnya pengetahuan warga mengenai adanya sanksi hukum
terhadap orang yang menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik.

Kata kunci : Pengetahuan, Autopsi Forensik, Warga

ABSTRACTION

Autopsy have important role in development of medical practice and science,


but number do the autopsy have been decline in the world in a few last decade.
Constraint which often faced in field by investigator in expressing cause of death
of victim namely public often don't permit to be done by autopsy, along of the
minim of knowledge of public concerning the important of forensic autopsy itself.
This research aim to know level of knowledge of citizen of area of 14 subdistrict

Universitas Sumatera Utara


of middle petisah concerning the important of forensic autopsy and also the
resistor factor.
This research is research of survey where design research in form of
descriptive cross sectional. Population in this research is citizen of area of 14
subdistrict of Middle Petisah a number of 79 people. Technique in sampling apply
simple random sampling. Instrument which applied is questionaire. Data which
obtained apply by SPSS 17 program.
Based on processing of responder questionaire, discovered by result of level
of knowledge out of 79 responder namely 70 ( 88,6%) good knowledgeable
responder and 9 ( 11,4%) knowledgeable responder is medium. Is not met by
responder with result of level of knowledge which less.
This research conclusion is that level of knowledge of citizen of area of 14
sub-district of Middle Petisah concerning the important of forensic autopsy is
good. The resistor factor that found concerning forensic autopsy is less citizen’s
knowledge about legal sanctions for whom impede concerning forensic autopsy.

Keyword : knowledge, Forensic Autopsy, Citizen

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.
Dalam penulisan Hasil karya tulis ilmiah ini, saya telah banyak mendapat
bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. dr. Mistar Ritonga, Sp. F selaku dosen pembimbing saya yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam penyelesaian hasil
karya tulis ilmiah ini.
2. dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes dan dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes
selaku dosen penguji saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pemikirannya dalam menguji hasil karya tulis ilmiah ini.

Universitas Sumatera Utara


3. dr. Sarma N. Lumbanraja, Sp. OG, sebagai dosen pembimbing akademik
dan seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang telah mendidik dan membimbing saya.
4. Rasa cinta dan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan
kepada kedua orang tua saya, ayahanda Drs.H.Amrun Daulay, MM dan
ibunda Hj.Nurmaini Siregar atas doa, perhatian, dan dukungan yang tak
putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.
5. Bapak/Ibu dosen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan panduan, tanggapan,
dan saran kepada saya sehingga hasil penelitian ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh teman-teman stambuk 2007 yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.

Medan, 1 Mei 2010


Penuli
s
Putri Aini Daulay
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................... iii
ABSTRAK.................................................................................................. iv
ABSTRACK............................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................... vi
DAFTAR ISI.......... ................................................................................... vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1. Latar Belakang....................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah.................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian................................................................... 3

Universitas Sumatera Utara


1.4. Manfaat penelitian................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 4

2.1. Pengetahuan........................................................................... 4
2.1.1 Defenisi...................................................................... 4
2.1.2. Proses Pengetahuan.................................................... 4
2.1.3. Tingkat Pengetahuan.................................................. 5
2.2. Autopsi Forensik.................................................................... 6
2.2.1 Defenisi...................................................................... 6
2.2.2. Jenis Autopsi berdasarkan tujuan............................... 7
2.2.3. Teknik Autopsi Forensik............................................ 8
2.2.4. Faktor-faktor penghambat autopsi forensik................ 8
2.3. Visum Et Repertum................................................................ 8
2.3.1 Defenisi....................................................................... 8
2.3.2. Peranan dan fungsi visum et repertum........................ 8
2.3.3 Jenis dan bentuk visum et repertum............................ 9
2.3.4 Dasar Hukum.............................................................. 9

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL..... 13

3.1. Kerangka Konsep Penelitian.................................................... 13


3.2. Defenisi Operasional................................................................ 13

BAB 4 METODE PENELITIAN............................................................. 15

4.1. Jenis Penelitian........................................................................ 15


4.2. Waktu dan Tempat Penelitian................................................. 15
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian.............................................. 15

Universitas Sumatera Utara


4.3.1. Populasi penelitian........................................................ 15
4.3.2. Sampel penelitian.......................................................... 16
4.4. Pertimbangan Etik................................................................... 16
4.5. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 17
4.6. Pengolahan dan Analisa Data.................................................. 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... 19

5.1. Hasil Penelitian........................................................................ 19


5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................... 19
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden............................... 20
5.1.3. Pengetahuan................................................................... 21
5.2. Pembahasan.............................................................................. 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 27

6.1. Kesimpulan.............................................................................. 27
6.2. Saran......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 28

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di 20
Lingkungan 14 Kelurahan Petisah Tengah
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 21
Mengenai Definisi Autopsi Forensik
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan 21
Responden Mengenai Tujuan Autopsi Forensik
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan 21
Responden Mengenai Autopsi Forensik Dapat
Membantu Penegakan Hukum
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan 22
Responden Mengenai Autopsi Forensik
Dapat Membantu Menentukan Sifat Kematian
Korban Wajar atau Tidak Wajar
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan 22
Responden Mengenai Autopsi Forensik
Dapat Membantu Penyidik (polisi)
Mengidentifikasi Identitas Seseorang yang
Identitasnya Tidak Diketahui Baik dalam
Kasus Pidana maupun Perdata
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 23
Mengenai Autopsi Forensik Dapat Membantu
Pengguna Asuransi dalam Menguatkan Bukti
atas Suatu Keadaan yang Telah Terjadi
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 23
Mengenai Definisi Visum Et Repertum
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 23
Mengenai Visum Et Repertum adalah Salah Satu
Alat Bukti Sah yang Turut Berperan dalam
Proses Pembuktian Suatu Perkara Pidana
Terhadap Kesehatan dan Jiwa Manusia
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 24
Mengenai Penyidik (polisi) yang Berwenang
Meminta Visum Et Repertum
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 24

Universitas Sumatera Utara


Mengenai Pasal 222 KUHP Menjelaskan Sanksi
Hukum Terhadap Orang yang Menghalang-
halangi Dilakukannya Autopsi Forensik

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian 13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Lampiran 2 KUESIONER


Lampiran 3 LEMBAR PENJELASAN Lampiran 4 INFORMED
CONSENT Lampiran 5 UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS
Lampiran 6 FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN Lampiran
7 FREKUENSI PENGETAHUAN Lampiran 8 SURAT IZIN
PENELITIAN Lampiran 9 ETHICAL CLEARANCE Lampiran 10
DATA INDUK

ABSTRAK

Autopsi mempunyai peran penting dalam pengembangan ilmu dan praktek kedokteran, namun
angka dilakukannya autopsi telah menurun di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir.
Kendala yang sering dihadapi di lapangan oleh penyidik dalam mengungkap
penyebab kematian korban yakni masyarakat sering tidak mengizinkan untuk
dilakukan autopsi, oleh karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya autopsi forensik itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga
lingkungan 14 kelurahan petisah tengah tentang pentingnya autopsi forensik serta
faktor penghambatnya.
Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk

Universitas Sumatera Utara


Deskriptif Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah warga lingkungan
14 kelurahan Petisah Tengah sejumlah 79 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner. Data yang diperoleh diolah menggunakan program SPSS 17.
Berdasarkan pengolahan kuesioner responden, didapati hasil tingkat
pengetahuan dari 79 responden yakni 70 (88,6%) responden berpengetahuan baik
dan 9 (11,4%) responden berpengetahuan sedang. Tidak dijumpai responden
dengan hasil tingkat pengetahuan yang kurang.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa tingkat pengetahuan warga
lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik
adalah baik. Faktor yang dapat menjadi penghambat untuk dilakukannya autopsi
forensik adalah kurangnya pengetahuan warga mengenai adanya sanksi hukum
terhadap orang yang menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik.

Kata kunci : Pengetahuan, Autopsi Forensik, Warga

ABSTRACTION

Autopsy have important role in development of medical practice and science,


but number do the autopsy have been decline in the world in a few last decade.
Constraint which often faced in field by investigator in expressing cause of death
of victim namely public often don't permit to be done by autopsy, along of the
minim of knowledge of public concerning the important of forensic autopsy itself.
This research aim to know level of knowledge of citizen of area of 14 subdistrict

Universitas Sumatera Utara


of middle petisah concerning the important of forensic autopsy and also the
resistor factor.
This research is research of survey where design research in form of
descriptive cross sectional. Population in this research is citizen of area of 14
subdistrict of Middle Petisah a number of 79 people. Technique in sampling apply
simple random sampling. Instrument which applied is questionaire. Data which
obtained apply by SPSS 17 program.
Based on processing of responder questionaire, discovered by result of level
of knowledge out of 79 responder namely 70 ( 88,6%) good knowledgeable
responder and 9 ( 11,4%) knowledgeable responder is medium. Is not met by
responder with result of level of knowledge which less.
This research conclusion is that level of knowledge of citizen of area of 14
sub-district of Middle Petisah concerning the important of forensic autopsy is
good. The resistor factor that found concerning forensic autopsy is less citizen’s
knowledge about legal sanctions for whom impede concerning forensic autopsy.

Keyword : knowledge, Forensic Autopsy, Citizen

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Autopsi mempunyai peran penting dalam pengembangan ilmu dan praktek


kedokteran, namun angka dilakukannya autopsi telah menurun di seluruh dunia
dalam beberapa dekade terakhir. Tingkat dilakukannya autopsi di Amerika Serikat
adalah 41,1% pada tahun 1964, 34,9% pada tahun 1972, dan 21,7% pada tahun
1975. Pada 1981 tingkat autopsi 15,7% dan pada tahun 2003 turun menjadi 11% ,
Di Inggris dan Wales , tingkat dilakukannya autopsi turun dari 8,9% pada tahun
1966 menjadi 1,7% di 1991, penurunan serupa telah dilaporkan di Kanada,
Perancis, Cina, dan Zambia (Oluwasola, 2009).
Tingkat autopsi di Amerika Serikat telah jatuh secara drastis dalam 50
tahun terakhir. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap penurunan ini. Agar
dokter dan keluarga dapat menerima manfaat maksimal dari autopsi maka
dibutuhkan: perubahan metode dalam memperoleh persetujuan, perubahan

Universitas Sumatera Utara


prosedur untuk dilakukannya autopsi, komunikasi yang baik antara klinisi dan
keluarga dan mendidik baik profesional medis dan warga masyarakat tentang nilai
dari autopsi (Mcphee, 1996).
Tingkat Autopsi di Cina telah jatuh dalam beberapa tahun terakhir. Sikap
publik telah menjadi faktor penting terjadinya penurunan. Sikap terhadap autopsi
disurvei dari 400 subjek yang berada di 27 propinsi di Cina. Tingkat respon adalah
71%. Lebih dari setengah anggota menanggapi autopsi menguntungkan. Namun
persepsi mereka tentang autopsi cukup adekuat dan merugikan, dimana kurangnya
informasi yang lengkap. Dua alasan yang paling sering menjadi penyebab tidak
diizinkannya autopsi adalah kurangnya kesadaran terhadap praktek autopsi dan
kecemasan dari cacat tubuh setelah autopsi dilakukan. Disarankan bahwa cara
yang paling tepat untuk mengubah persepsi publik akan autopsi adalah melalui
pendidikan (Zheng, 1998).
Autopsi yang dilakukan pada orang yang dicintai membawa sebuah
serangan emosi kepada anggota keluarga. Alasan utama penurunan autopsi ialah
keluarga yang takut, kekhawatiran bahwa prosedur ini akan menunda pengaturan
pemakaman, keberatan agama, kurangnya pengetahuan tentang prosedur, dan
perasaan bahwa almarhum sudah cukup menderita. Biaya, kurangnya hubungan
baik dengan dokter, stres sekitar waktu kematian, dan kurangnya konsensus
dengan anggota keluarga lainnya akan prosedur juga telah dilaporkan sebagai
penghalang untuk mendapatkan izin dari keluarga terdekat untuk autopsi. Hal-hal
terkait alasan penurunan autopsi dapat diatasi dengan cara mendidik keluarga
(Souder, 2003).
Nigeria memiliki setidaknya 250 kelompok etnis yang berbeda, Negara ini
terdiri dari sekitar 50% Muslim, Kristen 40%, dan 10% agama tradisional Afrika.
Dalam studi ini, orang yang beragama Kristen lebih mungkin untuk mengatakan
bahwa mereka bersedia untuk menyetujui autopsi pada diri mereka sendiri
dibandingkan dengan umat Islam. Keberatan keagamaan untuk autopsi adalah
ortodoksi dalam Islam, sebagian karena almarhum harus dikubur dalam waktu 24
jam dari kematian sebagai tanda menghormati. Jenjang pendidikan juga dikaitkan
dengan meningkatnya penerimaan autopsi. Pendidikan dapat memodernisasi

Universitas Sumatera Utara


pengaruh agama terhadap sikap untuk autopsi seperti yang terlihat dalam proporsi
yang lebih tinggi dari dokter muslim yang bersedia untuk menyetujui autopsi pada
diri mereka sendiri dibandingkan dengan keluarga Muslim dari pasien meninggal
(Oluwasola, 2009).
Kerabat dengan lebih dari 12 tahun pendidikan, 4 kali lebih mungkin untuk
memberikan persetujuan untuk autopsi pada diri mereka sendiri dibandingkan
dengan orang-orang dengan 7 sampai 12 tahun pendidikan, sedangkan mereka
dengan 6 tahun pendidikan atau kurang, 20 kali lebih kecil kemungkinannya
memberikan persetujuan tersebut dibandingkan dengan kerabat dengan 7 sampai
12 tahun pendidikan. Sebagian besar (82%) dari kerabat yang menyatakan
keengganan untuk menyetujui autopsi adalah Muslim, dan Kristen sekitar 6 kali
lebih mungkin untuk menyetujui autopsi pada diri mereka sendiri daripada
Muslim (Oluwasola, 2009).
Kendala yang sering dihadapi di lapangan oleh penyidik dalam
mengungkap penyebab kematian korban yakni masyarakat sering tidak
mengizinkan untuk dilakukan autopsi, oleh karena minimnya pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya autopsi forensik itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan
Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan
Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik pada Juli 2010. 1.3.2. Tujuan
Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dilakukannya autopsi forensik oleh
warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah.

Universitas Sumatera Utara


1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Menjadi masukan bagi pelaku penyuluhan, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), pekerja medis dibawah naungan Departemen
Kesehatan RI ataupun swasta tentang pentingnya autopsi forensik itu
sendiri.
2. Meningkatkan pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan Petisah
Tengah tentang pentingnya autopsi forensik.
3. Mengetahui pentingnya autopsi forensik untuk penegakan hukum.
4. Meningkatkan edukasi tentang pentingnya autopsi forensik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1. Definisi
. Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Proses Pengetahuan


Suatu perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil penelitian Rogers
(1974) dalam Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut menjadi
proses yang berurutan, yakni:
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

Universitas Sumatera Utara


2. Interest (merasa tertarik), dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau
objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.3. Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat,
yakni (Notoatmodjo, 2003):
1. Tahu (Know)
tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yan telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tandatanda kekurangan kalori dan
protein pada anak balita.
2. Memahami (Comprehension) memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi. 3.
Aplikasi (Application)
aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

Universitas Sumatera Utara


sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan
rumus statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle)
dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat
dilihat dari pengunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya,
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang
telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi
dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di
suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan
sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Autopsi Forensik

2.2.1. Definisi
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi
pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan
proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas
penemuanpenemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari
hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab
kematian (Mansjoer, 2000).
2.2.2. Jenis autopsi berdasarkan tujuan
1. Autopsi Klinik
Dilakukan terhadapat mayat seseorang yan diduga terjadi akibat suatu
penyakit. Tujuannya untuk menentukan penyebab kematian yang pasti,
menganalisis kesesuaian antara diagnosis klinis dan diagnosis postmortem,
patogenesis penyakit, dan sebagainya. Untuk autopsi ini mutlak diperlukan
izin keluarga terdekat mayat tersebut. Sebaiknya autopsi klinik dilakukan
secara lengkap, namun dalam keadaan amat memaksa dapat juga
dilakukan autopsi parsial atau needle necropsy terhadap organ tertentu
meskipun pada kedua keadaan tersebut kesimpulannya sangat tidak akurat
(Mansjoer, 2000).
2. Autopsi Forensik/Medikolegal
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat
suatu sebab tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan,
maupun bunuh diri. Tujuan pemeriksaan autopsi forensik adalah untuk:
1. Membantu penentuan identitas mayat
2. Menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan
saat kematian
3. Mengumpulkan dan memeriksa benda bukti untuk penentuan
identitas benda penyebab dan pelaku kejahatan
4. Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta
dalam bentuk visum et repertum

Universitas Sumatera Utara


Autopsi forensik harus dilakukan sedini mungkin, lengkap, oleh dokter
sendiri, dan seteliti mungkin (Mansjoer, 2000).
3. Autopsi anatomi
Dilakukan terhadap mayat korban meninggal akibat penyakit, oleh
mahasiswa kedokteran dalam rangka belajar mengenai anatomi manusia.
Untuk autopsi ini diperlukan izin dari korban (sebelum meninggal) atau
keluarganya. Dalam keadaan darurat, jika dalam 2 x 24 jam seorang
jenazah tidak ada keluarganya maka tubuhnya dapat dimanfaatkan untuk
autopsi anatomi (Mansjoer, 2000).
2.2.3 Teknik Autopsi Forensik
1. Pemeriksaan Luar
2. Pemeriksaan dalam (Pembedahan mayat) (Mansjoer, 2000).

2.2.4. Faktor-faktor penghambat autopsi forensik


1. Masalah administratif
2. Hasil/laporan autopsi yang membutuhkan waktu
3. Keluarga yang takut akan mutilasi
4. Penundaan penguburan
5. Ketidaksetujuan pasien sebelum meninggal untuk di autopsi
6. Agama
7. Etnik
8. Tingkat pengetahuan (Oluwasola, 2009).

2.3. Visum Et Repertum

2.3.1. Definisi
Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap
manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh
manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk
kepentingan peradilan (Budiyanto, 1994).

Universitas Sumatera Utara


2.3.2. Peranan dan fungsi visum et repertum
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana
tertulis dalam pasal 184 KUHAP. Visum et repertum turut berperan dalam proses
pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et
repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang
tertuang di dalam bagian Pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai
pengganti benda bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat
dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian
Kesimpulan (Budiyanto, 1994).
Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu
kedokteran dengan ilmu hukum, sehingga dengan membaca Visum et Repertum,
dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang dan para
praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang
menyangkut tubuh/jiwa manusia. Apabila visum et repertum belum dapat
menjernihkan duduknya persoalan di sidang Pengadilan, maka hakim dapat
meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum
dalam KUHAP, yang memberi kemungkinan dilakukannya pemeriksaan atau
penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari
terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan (ps 180
KUHAP) (Budiyanto, 1994).

2.3.3 Jenis dan bentuk visum et repertum


Dengan konsep visum et repertum di atas, dikenal beberapa jenis visum et
repertum, yaitu (Budiyanto, 1994):
1. visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan)
2. visum et repertum kejahatan susila
3. visum et repertum jenasah
4. visum et repertum psikiatrik.

Universitas Sumatera Utara


2.3.4. Dasar hukum
Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur pekerjaan dokter
dalam membantu peradilan (Budiyanto, 1994) :
Pasal-pasal KUHAP yang mengatur tentang produk dokter yang sepadan
dengan visum et repertum adalah pasal 186 dan 187, yang berbunyi :
1. Pasal 186 keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di
sidang
pengadilan.

2. Pasal 187
surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta
secara resmi dari padanya.

Keduanya termasuk ke dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
dalam KUHAP Pasal 184, Alat bukti yang sah adalah :
1. Keterangan saksi;
2. Keterangan ahli;
3. Surat;
4. Petunjuk;
5. Keterangan terdakwa;
Dari pasal-pasal di atas tampak bahwa yang dimaksud dengan keterangan ahli
maupun surat (butir c) dalam KUHAP adalah visum et repertum.

1. Pasal 133 KUHAP


1.1 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
1.3 Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter pada rumah sakit harus diperlakukan baik dengan penuh
penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yg
memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada
ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

2. Pasal 134 KUHAP


2.1 Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan
pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik
wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.
2.2 Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tersebut.
2.3 Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan,
penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

3. Pasal 179 KUHAP


3.1 Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan.
3.2 Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi
mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan
bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan
keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Universitas Sumatera Utara


Pasal KUHP 222:
yang menyatakan barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-
halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat forensik, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah (Budiyanto, 1994).

Ciri Fatwa Kedokteran (Majelis Ulama Indonesia) :


Di samping soal teknis metodologi, terbukti pula bahwa Ulama Indonesia
dalam merumuskan dan menetapkan fatwa terikat oleh beberapa faktor.
Pada umumnya setiap fatwa atas satu isu terikat oleh beberapa faktor atau
ciri, salah satunya yaitu berkaitan dengan lebih mementingkan kebutuhan
orang hidup daripada kehormatan orang mati. Fatwa tentang bolehnya
donor organ, transplantasi organ manusia, bedah mayat untuk pendidikan
dan pengadilan, dan autopsi terkait dengan faktor ini (Zuhroni, 2008).

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Tingkat

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan Autopsi Forensik

Warga

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui warga mengenai autopsi


forensik. Meliputi definisi, tujuan, manfaat, prosedur, serta dasar hukum
autopsi forensik.

2. Autopsi Forensik adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap mayat


seseorang yang diduga meninggal akibat suatu sebab tidak wajar seperti
pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun bunuh diri. Mengetahui sifat
kematian yang wajar atau tidak wajar serta apakah ada hubungannya
dengan tindak pidana atau tidak merupakan manfaat yang didapat apabila
dilakukan autopsi forensik.

3. Alat ukur dalam penelitian adalah kuesioner dengan 10 pertanyaan yaitu


10 pertanyaan untuk pengetahuan.
4. Cara ukurnya yaitu kuesioner yang memiliki makna skor 3 untuk
pertanyaan yang dijawab benar, skor 2 untuk pertanyaan yang dijawab
salah, skor 1 untuk pertanyaan yang dijawab tidak tahu. Dikategorikan
menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Baik : jika total nilai yang diperoleh > 75 %


2. Sedang : jika total nilai yang diperoleh 40 – 75 %
3. Kurang : jika total nilai yang diperoleh < 40

Universitas Sumatera Utara


5. Hasil ukur dalam penelitian ini adalah jumlah total skor dari pertanyaan
yang diberikan.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk


Deskriptif Cross Sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga
lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Lingkungan 14 kelurahan Petisah tengah. Waktu


pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2010.

4.3. Populasi dan sampel penelitian

4.3.1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal di


lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah yaitu ada 359 kepala keluarga, yang
berdasarkan kriteria ekslusi dan inklusi sebagai berikut.

1. Kriteria inklusi :

1.1 Laki-laki atau Perempuan

Universitas Sumatera Utara


1.2 Bersedia menjadi responden 1.3 Dapat membaca dan menulis

2. Kriteria ekslusi :
2.1 Umur kurang dari 18 tahun
2.2 Responden dalam keadaan tidak sehat ( jiwa dan raga )
2.3 Bukan warga Lingkungan 14 Kelurahan Petisah Tengah
4.3.2. Sampel penelitian

Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan


menggunakan simple random sampling, yaitu pengambilan sampel anggota
populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada.

Untuk mementukan besar sampel minimal yang diperlukan digunakan rumus


berikut (Notoatmodjo, 2005):

n = N

{ 1+ N (d²) }

dimana :

n = besar sampel N = jumlah

populasi (359)

d = derajat kemaknaan 10% (0,1) Dapat

diperhitungkan sebagai berikut :

n = 359

{ 1+ 359 (0,1²) }

= 79

Universitas Sumatera Utara


4.4. Pertimbangan etik

Karena peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka


sebagai manusia harus dilindungi dengan memperlihatkan prinsip-prinsip dalam
pertimbangan etik yaitu: responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia
bersedia untuk menjadi subjek atau tidak tanpa sanksi apapun, dalam hal ini
peneliti juga harus memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci
serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden,
responden juga harus diperlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah
penelitian, serta responden juga tidak boleh dideskriminasi jika menolak untuk
tidak melanjutkan menjadi subjek penelitian. Responden juga mempunyai hak
untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu
adanya anonimity (tanpa nama) dan confidentiality.

4.5. Uji Validitas dan Reabilitas


Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas
dan reabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji
Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunkana program Statistic Package for
Social Science (SPSS) 17.0.
Uji validitas dan reabilitas ini dilakukan dengan melibatkan 10 sampel yang
memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian tetapi dilakukan pada
wilayah yang berbeda dengan sampel penelitian. Hasil uji validitas dan reabilitas
dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Variabel Nomor Total Status Alpha Status


Pertanyaan Pearson
Corelation
Pengetahuan 1 0,669 Valid 0,783 Reliabel
2 0,695 Valid Reliabel
3 0,956 Valid Reliabel
4 0,887 Valid Reliabel

Universitas Sumatera Utara


5 0,846 Valid Reliabel
6 0,759 Valid Reliabel
7 0,843 Valid Reliabel
8 0,689 Valid Reliabel
9 0,838 Valid Reliabel
10 0,897 Valid Reliabel
4.5. Teknik pengumpulan data

Ada beberapa prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data yaitu:


pertama permohonan izin kepada Kepala Kelurahan Petisah Tengah dan Kepala
Lingkungan 14. Setelah peneliti memperoleh data dari Kelurahan Petisah Tengah
dan Kepala Lingkungan, kemudian peneliti membuat gulungan pada kertas kecil,
tertuliskan nama jalan dan nomor rumah untuk setiap kertas. Dengan cara
mengundi peneliti mengambil gulungan kertas tersebut, sehingga nomor-nomor
yang tertera pada gulungan kertas itulah yang menjadi sampel penelitian.

Peneliti juga melakukan pendekatan kepada calon responden dan


menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian. Peneliti menanyakan kesediaan
responden untuk menjadi subjek dalam penelitian. Setelah itu peneliti
membagikan kuesioner pada responden dan menunggu sampai responden selesai
mengisi kuesioner (kira-kira kurang dari 10 menit). Lalu peneliti mengecek
kelengkapan kuesioner yang diberikan apakah sudah diisi dengan lengkap oleh
responden. Bila semua data yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan,
selanjutnya peneliti akan menganalisa data. Kuesioner yang akan diberikan
kepada responden akan melewati uji validasi dan uji realibilitas terlebih dahulu.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Dalam uji validitas peneliti akan menggunakan teknik
korelasi Product moment yang rumusnya sebagai berikut :

N (Σ X Y) - (Σ X Σ Y)a

Universitas Sumatera Utara


R=

√ { N Σ X2 – (Σ X)2 } {N Σ Y 2 - (Σ Y) 2 }
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana
hasil pengukuran tersebut tetap konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama. Menggunakan uji Cronbach ( Cronbach Alpha)
dengan rumus sebagai berikut :

k. r
α=
1 + ( k – 1). R

4.6. Pengolahan dan Analisa data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa
tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan
identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah
diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu
pada kuisioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa,
tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuisioner kedalam program
komputer dengan menggunakan program SPSS versi 17,0 tahap keempat adalah
melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk
mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Medan merupakan daerah tingkat II yang berstatus kotamadya yang


merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara. Medan adalah pintu gerbang wilayah
Indonesia bagian barat dan juga sebagai gerbang masuknya wisatawan baik asing
maupun domestik. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 Km2) atau
3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan
dengan kota/kabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil
dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak
pada 3°30’ – 3043’ lintang utara dan 980 35’ – 98044’ bujur timur.
Secara administratif, wilayah Medan berbatasan dengan kabupaten Deli
Serdang di sebelah barat, selatan dan timur, sedangkan di bagian Utara berbatasan
dengan Selat Malaka, yang merupakan salah satu jalur lintas terpadat di dunia.
Jumlah penduduk kota Medan setiap tahunnya selalu bertambah, tahun 2005
jumlah penduduk kota Medan sebesar 2.036.018 jiwa dengan jumlah wanita lebih
banyak yaitu 1.010.174 sedangkan jumlah lelaki 995.968 jiwa. Jumlah ini
merupakan jumlah penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap mencapai
500.000 jiwa. Selanjutnya dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni
lebih kurang 1.377.751 jiwa usia produktif (15-59 tahun). Selanjutnya dari tingkat
pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Petisah, kelurahan Petisah Tengah
dimana terdapat Tapal batas kelurahan dan lingkungan di Kelurahan petisah
tengah. Tapal batas mencakup :

1. sebelah utara berbatas dengan kelurahan Sekip

Universitas Sumatera Utara


2. sebelah selatan berbatas dengan kelurahan Mandaras Hulu
3. sebelah barat berbatas dengan kelurahan Sei Sikambing – D

4. sebelah timur berbatas dengan kelurahan Kesawan

Terdapat 17 Lingkungan di kelurahan petisah tengah, penelitian dilakukan di


lingkungan 14 yang mencakup daerah jalan dewa ruci, bima sakti, dazam raya,
nibung raya, iskandar muda, sultan agung, baja raya, biduk nomor ganjil, serta
orion baru. Kependudukan di Kelurahan petisah tengah sendiri pada tahun 2010
bulan Maret berjumlah 15.323 jiwa. Terdiri dari 7.429 jiwa berjenis kelamin
lakilaki, dan 7.894 jiwa berjenis kelamin perempuan dengan jumlah kepala
keluarga sebesar 3.369. Jumlah penduduk di lingkungan 14 sejumlah 359 orang.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik responden

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di


Lingkungan 14 Kelurahan Petisah Tengah

Karakteristik Frekuensi Persentase


Umur
18-36 49 62,0
37-65 30 38,0
Jenis Kelamin
Laki-laki 42 53,2
Perempuan 37 46,8
Pendidikan
SD 7 8,9
SMP 8 10,1 48,1
SMA 38 32,9
SARJANA 26
Agama
Islam 49 62,0
Kristen 30 38,0
Jumlah 79 100
Dari tabel Deskripsi Karakteristik responden diatas diketahui bahwa terdapat 62%
responden yang berusia 18-36 tahun, dan 38% berusia 37-65 tahun. Untuk
karakteristik jenis kelamin diketahui 53,2% berjenis kelamin laki-laki, dan 46,8%

Universitas Sumatera Utara


berjenis kelamin perempuan. Untuk karakteristik pendidikan terakhir responden
diketahui bahwa terdapat 8,9% dengan pendidikan terakhir SD, 10,1% SMP,
48,1% SMA, dan 32,9% SARJANA. Untuk karakteristik agama diketahui bahwa
terdapat 62% beragama Islam, dan 38% beragama Kristen.

5.1.3. Pengetahuan

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden


Mengenai Definisi Autopsi Forensik
Definisi Autopsi Forensik Frekuensi Presentase (%)
Benar 73 92,4
Salah Tidak 4 5,1
tahu 2 2,5
Jumlah 79 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai definisi
autopsi forensik sebesar 92,4% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 7,6%.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden


Mengenai Tujuan Autopsi Forensik
Tujuan Autopsi Forensik Frekuensi Presentase (%)
Benar 66 83.5
Salah Tidak 10 3 12,7 3,8
tahu
Jumlah 79 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai tujuan
autopsi forensik sebesar 83,5% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 16,5%.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden


Mengenai Autopsi Forensik Dapat Membantu Penegakan Hukum
Autopsi Forensik Frekuensi Presentase (%)
Membantu Penegakan Hukum

Benar 60 75,9
Salah Tidak 11 8 13,9
tahu 10,2

Universitas Sumatera Utara


Jumlah 79 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai autopsi
forensik dapat membantu penegakan hukum sebesar 75,9% , dan pengetahuan
yang kurang sebesar 24,1%.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai


Autopsi Forensik Dapat Membantu Menentukan Sifat
Kematian Korban Wajar atau Tidak Wajar
Autopsi Forensik Frekuensi Presentase (%)
Membantu Menentukan
Sifat Kematian Korban
Wajar atau Tidak Wajar
Benar 70 88,6
Salah Tidak 5 6,3
tahu 4 5,1
Jumlah 79 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai autopsi
forensik dapat membantu menentukan sifat kematian korban wajar atau tidak
wajar sebesar 88,6% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 11,4%.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden


Mengenai Autopsi Forensik Dapat Membantu Penyidik (polisi)
Mengidentifikasi Identitas Seseorang yang Identitasnya Tidak Diketahui
Baik dalam Kasus Pidana maupun Perdata
Autopsi Forensik Frekuensi Presentase (%)
Membantu Penyidik
(polisi) Mengidentifikasi
Identitas yang Tidak
Diketahui Baik Pidana
maupun Perdata.
Benar 52 65,8
Salah Tidak 13 16,5
tahu 14 17,7
Jumlah 79 100

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai autopsi
forensik dapat membantu penyidik (polisi) mengidentifikasi identitas yang tidak
diketahui baik dalam kasus pidana maupun perdata.sebesar 65,8%, dan

pengetahuan yang kurang sebesar 34,2%.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai


Autopsi Forensik Dapat Membantu Pengguna Asuransi dalam
Menguatkan Bukti atas Suatu Keadaan yang Telah Terjadi

Autopsi Forensik Dapat Frekuensi Presentase (%)


Membantu Pengguna
Asuransi dalam Menguatkan
Bukti atas Suatu Keadaan
yang Telah Terjadi
Benar 54 68,4
Salah Tidak 10 12,7
tahu 15 19,0
Jumlah 79 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai autopsi
forensik dapat membantu pengguna asuransi dalam menguatkan bukti atas suatu
keadaan yang telah terjadi sebesar 68,4% , dan pengetahuan yang kurang sebesar
31,7%.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden


Mengenai Definisi Visum Et Repertum

Definisi Visum Et Repertum Frekuensi Presentase (%)


Benar 64 81,0
Salah Tidak 9 11,4 7,6
tahu 6
Jumlah 79 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai definisi
visum et repertum sebesar 81,0% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 19,0%.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Visum
Et Repertum adalah Salah Satu Alat Bukti Sah yang Turut Berperan dalam
Proses Pembuktian Suatu Perkara Pidana Terhadap Kesehatan dan Jiwa
Manusia

Visum Et Repertum adalah Frekuensi Presentase (%)


Salah Satu Alat Bukti Sah yang
Turut Berperan dalam
Proses Pembuktian Suatu
Perkara Pidana Terhadap
Kesehatan dan Jiwa
Manusia
Benar 67 84,8
Salah Tidak 6 7,6
tahu 6 7,6
Jumlah 79 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai visum et
repertum adalah salah satu alat bukti sah yang turut berperan dalam proses
pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia sebesar
84,8% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 15,2%.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden


Mengenai Penyidik (polisi) yang Berwenang Meminta Visum Et Repertum

Penyidik (polisi) yang Frekuensi Presentase (%)


Berwenang Meminta Visum Et
Repertum
Benar 58 73,4
Salah Tidak 15 6 19,0 7,6
tahu
Jumlah 79 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai penyidik
(polisi) yang berwenang meminta visum et repertum sebesar 73,4% , dan
pengetahuan yang kurang sebesar 26,6%.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Pasal 222
KUHP Menjelaskan Sanksi Hukum Terhadap Orang yang
Menghalang-halangi Dilakukannya Autopsi Forensik

Pasal 222 KUHP


Menjelaskan Sanksi Hukum
Terhadap Orang yang Frekuensi Presentase (%)
Menghalanghalangi
Dilakukannya
Autopsi Forensik
Benar 27 34,2
Salah Tidak 3 3,8
tahu 49 62,0
Jumlah 79 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai Pasal 222
KUHP menjelaskan sanksi hukum terhadap orang yang menghalang-
halangi dilakukannya autopsi forensik sebesar 34,2% , dan pengetahuan yang
kurang sebesar 65,8%.

5.2. Pembahasan

Dalam penelitian ini didapati hasil tingkat pengetahuan dari 79 responden


yakni 70 (88,6%) responden berpengetahuan baik dan 9 (11,4%) responden
berpengetahuan sedang. Tidak dijumpai responden dengan hasil tingkat
pengetahuan yang kurang.

Pendidikan dapat menjadi salah satu faktor penghambat yang dapat menjadi
alasan tidak diizinkannya dilakukan autopsi forensik. Dari hasil penelitian tingkat
pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan petisah tengah tentang pentingnya
autopsi forensik ini, tidak didapati pengetahuan yang kurang mengenai pentingnya
autopsi forensik yang mana hasil ini telah membuktikan pengetahuan yang cukup
memadai apabila responden akan dihadapkan dengan autopsi forensik.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan penelitian terdahulu, didapati hasil penelitian pengetahuan
tentang autopsi. Namun hanya 56 (42%) responden yang mempunyai pengetahuan
yang memuaskan tentang autopsi. Hampir semua (94,6%) responden yang mampu
menjelaskan tentang autopsi merupakan mereka yang telah menjalani 7 sampai 12
tahun pendidikan. Terdapat asosiasi dari level pendidikan yang secara statistik
bersifat signifikan (Oluwasola, 2009). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian,
dimana jumlah responden dominan merupakan yang telah menjalani 12 tahun
pendidikan (SMA).

Salah satu faktor yang dapat menjadi penghambat dilakukan autopsi forensik
adalah kurangnya pengetahuan warga mengenai adanya sanksi hukum terhadap
orang yang menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik.

Seseorang dengan latar belakang tingkat pendidikan yang tinggi pada


umumnya akan memilih suatu keputusan dengan cermat dan teliti. Namun dengan
pengetahuan yang baik bukan berarti dapat diprediksi sikap serta tindakan yang
akan dilakukan, dimana seseorang dengan pengetahuan yang baik dapat memilih
keputusan yang positif ataupun sebaliknya. Namun, dengan pengetahuan yang
memadai diharapkan dapat membantu seseorang dalam memahami tujuan serta
manfaat, sehuingga kemungkinan seseorang tersebut menyetujui serta
mengizinkan dilakukannya autopsi forensik menjadi lebih besar.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:

1. Tingkat pengetahuan warga lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah


tentang pentingnya autopsi forensik adalah baik.

2. Faktor yang dapat menjadi penghambat dilakukan autopsi forensik adalah


kurangnya pengetahuan warga mengenai adanya sanksi hukum terhadap
orang yang menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik

6.2. SARAN
1. Peningkatan program-program sosialisasi kepada masyarakat tentang
pentingnya autopsi forensik oleh pemerintah agar tidak terjadinya
penurunan tingkat dilakukannya autopsi forensik.

2. Peningkatan kerjasama, komunikasi serta hubungan yang baik antara


dokter, pasien, keluarga pasien, serta penyidik dalam menjalankan hak
dan kewajibannya masing-masing demi penegakan hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Amri., 1995. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Medan: Ramadhan.


Budiyanto, et al., 1994. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FKUI.

Universitas Sumatera Utara


Idries, M. Abdul., 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Mansjoer, et al., 2000. Kapita Selekta kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: EGC.
Mcphee, SJ. 1996. Maximizing the benefits of autopsy for clinicians and families.
What needs to be done, University of California. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8718899 [accesed 12 Maret 2010].
Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Oluwasola, OA. 2009. The autopsy: knowledge, attitude, and perceptions of
doctors and relatives of the deceased, University of Ibadan. Available from:
http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3725/is_200901/ai_n31425353/pg_6 ?
tag=content;col1 [accesed 28 Maret 2010].
Sastroasmoro, S. & Ismael, Sofyan., 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Souder, E., 2004. Autopsy 101, New York Geriatric Nursing. Available from:
http://www.medscape.com/viewarticle/466795 [accesed 12 April 2010].
Sudjana., 1992. Metoda Statistika. Edisi-5. Bandung: Tarsito.
Sugiyono., 2002. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabetha.
Wahyuni, A.,2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication.
Zheng, WQ. 1998. Public attitudes towards the autopsy in China, Second Military
Medical University. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9643484 [accesed 10 April 2010].

Zuhroni. 2008. Fatwa Ulama Indonesia Terhadap Isu-isu Kedokteran


Kontemporer, Universitas Yarsi. Available from:
http://www.ptiq.ac.id/index.php?option=com_content&task
=view&id=40&itemid=34 [accesed 25 Mei 2010].

Lampiran 1

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

N :
a
m
a

T :
e
m
p
at
/
ta
n
g
g
al
la
hi
r
A :
g
a
m
a

A :
la
m
at

Universitas Sumatera Utara


N :
o
m
or
T
el
e
p
o
n
O :
ra
n
g
T
u
a

R :
i
w
a
y
at
P
e
n
di
di
k
a
n

Universitas Sumatera Utara


Thn 1994 - 1995
2. Sekolah Dasar Kemala Bhayangkari I, Medan
Thn. 1995 - 2001
3. Sekolah Menengah Pertama Harapan I, Medan
Thn. 2001 – 2004
4. Sekolah Menengah Atas Bakti Mulya 400,
Jakarta
Thn 2004 – 2007
Riwayat Organisasi : 1. Panitia berbuka puasa bersama PHBI
Thn. 2007
2. Anggota Basket Ball Putri FK USU
Thn. 2007
3. Anggota SCORA FK USU
Thn. 2007 - 2009
4. Anggota Pemerintahan Mahasiswa
Thn. 2008 – 2009
5. Panitia Porseni
Thn. 2008 dan 2009
6. Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru FK USU
Thn. 2009 dan 2010

Lampiran 2

KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN WARGA LINGKUNGAN


14 KELURAHAN PETISAH TENGAH TENTANG PENTINGNYA
AUTOPSI FORENSIK

Universitas Sumatera Utara


Nama : Umur : tahun
Jenis Kelamin :
Agama : Suku :
Alamat :
Pendidikan : Pekerjaan :

A. Pengetahuan

1. Autopsi forensik (bedah mayat) adalah pemeriksaan terhadap tubuh


mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun
dalam.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

2. Salah satu tujuan autopsi forensik adalah untuk menentukan sebab


kematian apakah ada hubungan dengan tindak pidana atau tidak.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

3. Autopsi forensik dapat membantu penegakan hukum.


a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

4. Autopsi forensik dapat membantu menentukan sifat kematian korban


wajar atau tidak wajar.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

5. Autopsi forensik dapat membantu penyidik (polisi) mengidentifikasi


identitas seseorang yang identitasnya tidak diketahui baik dalam kasus
pidana maupun perdata.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

Universitas Sumatera Utara


6. Autopsi forensik dapat membantu pengguna asuransi dalam
menguatkan bukti atas suatu keadaan yang telah terjadi.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

7. Visum et repertum merupakan keterangan yang dibuat oleh dokter


mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup
ataupun mati.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

8. Visum et repertum adalah salah satu alat bukti sah yang turut berperan
dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan
jiwa manusia.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

9. Yang berwenang meminta visum et repertum adalah penyidik (polisi).


a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

10. Pasal 222 KUHP menjelaskan sanksi hukum terhadap orang yang
menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Assalamualaikum Wr Wb/Salam Sejahtera

Universitas Sumatera Utara


Dengan Hormat,
Nama Saya Putri Aini Daulay, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di
Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang
berjudul “Tingkat Pengetahuan Warga Lingkungan 14 Kelurahan Petisah Tengah
Tentang Pentingnya Autopsi Forensik”.

Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan


terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit
dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan
tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat
antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian (Mansjoer,
2000).

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah. Visum et repertum turut
berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan
jiwa manusia. Visum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil
pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian Pemberitaan, yang karenanya
dapat dianggap sebagai pengganti benda bukti. Visum et repertum juga memuat
keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang
tertuang di dalam bagian Kesimpulan (Budiyanto, 1994).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga


lingkungan 14 kelurahan Petisah Tengah tentang pentingnya autopsi forensik.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk dapat menjadi masukan bagi
pelaku penyuluhan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pekerja medis dibawah
naungan Departemen Kesehatan RI ataupun swasta tentang pentingnya autopsi
forensik itu sendiri serta meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan edukasi
tentang pentingnya autopsi forensik.

Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada bapak/ibu/sdra/sdri


mengenai:
a. Data demografi seperti nama, umur, agama, suku, alamat, pendidikan,
pekerjaan.
b. Pengetahuan tentang pentingnya autopsi forensik.

Wawancara akan kami lakukan sekitar 15 menit. Petugas wawancara adalah


mahasiswa/i Fakultas Kedokteran USU bersama peneliti.

Partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data


yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan
penelitian. Untuk penelitian ini Bapak/Ibu/Sdra/Sdri tidak akan dikenakan biaya
apapun. Bila Bapak/Ibu/Sdra/Sdri membutukan penjelasan, maka dapat
menghubungi Saya:

Universitas Sumatera Utara


Nama : Putri Aini Daulay
Alamat : Jl. Baja Raya No.11 Medan No.
HP : 08126095628

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri yang telah ikut


berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam
penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan


Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami
persiapkan.

Medan,......................2010
Peneliti

(.........................................)
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Universitas Sumatera Utara


Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian ”Tingkat
Pengetahuan Warga Lingkungan 14 Kelurahan Petisah Tengah Tentang
Pentingnya Autopsi Forensik”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa
paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, .................2010

( ) Lampiran 5

Universitas Sumatera Utara


Uji Validitas dan Realibilitas

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7

p1 Pearson Correlation 1 .296 .654** .584** .416 .597** .567**

Sig. (2-tailed) .205 .002 .007 .068 .005 .009

N 20 20 20 20 20 20 20
**
p2 Pearson Correlation .296 1 .690 .489* .533* .165 .588**

Sig. (2-tailed) .205 .001 .029 .015 .486 .006

N 20 20 20 20 20 20 20

p3 Pearson Correlation .654** .690** 1 .877** .699** .753** .835**

Sig. (2-tailed) .002 .001 .000 .001 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20

p4 Pearson Correlation .584** .489* .877** 1 .734** .816** .715**

Sig. (2-tailed) .007 .029 .000 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20

p5 Pearson Correlation .416 .533* .699** .734** 1 .608** .654**

Sig. (2-tailed) .068 .015 .001 .000 .004 .002

N 20 20 20 20 20 20 20

p6 Pearson Correlation .597** .165 .753** .816** .608** 1 .533*

Sig. (2-tailed) .005 .486 .000 .000 .004 .015

N 20 20 20 20 20 20 20
** ** ** ** **
p7 Pearson Correlation .567 .588 .835 .715 .654 .533* 1

Sig. (2-tailed) .009 .006 .000 .000 .002 .015

N 20 20 20 20 20 20 20
**
p8 Pearson Correlation .404 .553* .535* .424 .718 .311 .539*

Sig. (2-tailed) .077 .011 .015 .063 .000 .182 .014

N 20 20 20 20 20 20 20

Universitas Sumatera Utara


p9 Pearson Correlation .484* .816** .845** .699** .653** .607**
.618**

Sig. (2-tailed) .031 .000 .000 .001 .002 .005


.004

N 20 20 20 20 20 20 20

p10 Pearson Correlation .473* .523* .835** .792** .808** .718**


.745**

Sig. (2-tailed) .035 .018 .000 .000 .000 .000


.000

N 20 20 20 20 20 20 20

Ptot Pearson Correlation .669** .695** .956** .887** .846** .759**


.843**

Sig. (2-tailed) .001 .001 .000 .000 .000 .000


.000

N 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.783 11

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 49 62,0 62,0 62,0


18-36

37-65 30 38,0 38,0 100.0

Total 79 100.0 100.0

Jenis Kelamin Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 42 53.2 53.2 53.2


laki-laki

Perempuan 37 46.8 46.8 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pendidikan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 7 8.9 8.9 8.9

SMP 8 10.1 10.1 19.0

SMA 38 48.1 48.1 67.1

SARJANA 26 32.9 32.9 100.0

Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Agama Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ISLAM 49 62.0 62.0 62.0

KRISTEN 30 38.0 38.0 100.0

Total 79 100.0 100.0

Lampiran 7

FREKUENSI PENGETAHUAN

Pertanyaan 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2 2.5 2.5 2.5


TIDAK TAHU

SALAH 4 5.1 5.1 7.6

BENAR 73 92.4 92.4 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 3.8 3.8 3.8


TIDAK TAHU

SALAH 10 12.7 12.7 16.5

BENAR 66 83.5 83.5 100.0

Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan 3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 8 10.1 10.1 10.1


TIDAK TAHU

SALAH 11 13.9 13.9 24.1

BENAR 60 75.9 75.9 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 4 5.1 5.1 5.1


TIDAK TAHU

SALAH 5 6.3 6.3 11.4

BENAR 70 88.6 88.6 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 14 17.7 17.7 17.7


TIDAK TAHU

SALAH 13 16.5 16.5 34.2

BENAR 52 65.8 65.8 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK TAHU 15 19.0 19.0 19.0

SALAH 10 12.7 12.7 31.6

BENAR 54 68.4 68.4 100.0

Universitas Sumatera Utara


Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK TAHU 6 7.6 7.6 7.6

SALAH 9 11.4 11.4 19.0

BENAR 64 81.0 81.0 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6 7.6 7.6 7.6


TIDAK TAHU

SALAH 6 7.6 7.6 15.2

BENAR 67 84.8 84.8 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6 7.6 7.6 7.6


TIDAK TAHU

SALAH 15 19.0 19.0 26.6

BENAR 58 73.4 73.4 100.0

Total 79 100.0 100.0

Pertanyaan 10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Universitas Sumatera Utara


Valid 49 62.0 62.0 62.0
TIDAK TAHU

SALAH 3 3.8 3.8 65.8

BENAR 27 34.2 34.2 100.0

Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8

SURAT IZIN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9

ETHICAL CLEARANCE

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10

DATA INDUK

Universitas Sumatera Utara


BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
AMIR SAL laki-laki 38 ISLAM JAWA SMA BENAR BENAR

ROLENSON laki-laki 51 KRISTEN BATAK SD SALAH BENAR TIDAK BENAR BENAR BENAR TIDAK BENAR SALAH
TAHU TAHU

FERDINAN BATAK BENAR BENAR


laki-laki 38 KRISTEN SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
BONAR PA BATAK BENAR BENAR BENAR SALAH TIDAK
laki-laki 45 KRISTEN SMA BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR
TAHU
DAVID CH BATAK BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK
laki-laki 40 KRISTEN SMA BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR
BENAR TAHU
CHARLES
laki-laki 51 KRISTEN BATAK SMA BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
BENAR
TAHU TAHU TAHU TAHU TIDAK
EDDY A
MELAYU BENAR BENAR SALAH TAHU
laki-laki 47 ISLAM SARJANA BENAR BENAR TIDAK BENAR BENAR SALAH
TIDAK
ANGGIAT TAHU
BATAK SALAH BENAR TIDAK TAHU
laki-laki 32 KRISTEN SMA BENAR BENAR TIDAK TIDAK BENAR BENAR
TAHU TIDAK
EFENDI H TAHU TAHU
MANDAILI TIDAK BENAR BENAR TAHU
laki-laki 40 KRISTEN SMP SALAH SALAH BENAR BENAR TIDAK SALAH
TAHU TIDAK
ROBERT N TAHU
BATAK BENAR BENAR BENAR TAHU
TIDAK
laki-laki 40 KRISTEN SMA BENAR TIDAK BENAR BENAR BENAR
BENAR
SRI KURN TAHU
TAHU
MANDAILI BENAR BENAR BENAR
BENAR
perempuan 26 ISLAM SARJANA BENAR TIDAK BENAR BENAR BENAR TIDAK
IRMA YAN
TAHU TAHU
IDRIS PO BENAR
perempuan 33 ISLAM MANDAILI SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR

BATAK BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK BENAR BENAR BENAR BENAR
LISA TIDAK
laki-laki 43 ISLAM SMA
TAHU TAHU
BENAR
MITA perempuan 31 ISLAM JAWA SMA TIDAK BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK
BATAK
TAHU TIDAK TAHU

SABARIA BENAR SALAH BENAR TAHU


perempuan 25 ISLAM SMP TIDAK BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR
IRZA UMA TAHU SALAH

perempuan 42 ISLAM MANDAILI SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
ASMAWANI BENAR BENAR BENAR BENAR
MELAYU BENAR
laki-laki 24 ISLAM SMP BENAR SALAH TIDAK BENAR SALAH
TIDAK TIDAK SALAH TIDAK
TAHU TAHU TAHU TAHU
NILAAZMI

perempuan 44 ISLAM MELAYU SD BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK
TAHU TAHU

perempuan 24 ISLAM MELAYU SD BENAR SALAH SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR

Universitas Sumatera Utara


BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
PATMAWAT perempuan 18 ISLAM MELAYU SD BENAR SALAH SALAH TIDAK BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR TIDAK

TAHU TAHU

Universitas Sumatera Utara


BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
SABARIA perempuan 19 ISLAM MELAYU SD TIDAK BENAR
TAHU

Universitas Sumatera Utara


BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
GEBY ANT perempuan 21 ISLAM JAWA SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR

RAHMI ACEH BENAR BENAR BENAR TIDAK


perempuan 31 ISLAM SMA BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH
TAHU

YAN INDR BENAR


laki-laki 25 ISLAM SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
BATAK BENAR BENAR BENAR TIDAK TIDAK

NURINA TAHU TAHU


perempuan 56 ISLAM SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK
JAWA BENAR BENAR TIDAK BENAR TAHU TIDAK

TODUNG TAHU TAHU


laki-laki 29 KRISTEN SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK
BATAK BENAR BENAR BENAR SALAH TIDAK
TAHU
SYAHPUTR TAHU
laki-laki 49 KRISTEN BATAK SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK SALAH BENAR BENAR BENAR TIDAK
AXEL IVA TAHU TAHU
laki-laki 24 KRISTEN SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK BENAR BENAR BENAR BENAR
SYLVIA T BATAK

FAIZA SO perempuan 21 ISLAM BATAK SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR TAHU BENAR BENAR BENAR BENAR
BENAR
perempuan 52 ISLAM SMA BENAR BENAR BENAR TIDAK BENAR
TYRA BATAK SALAH SALAH TIDAK BENAR TAHU TIDAK
TAHU BENAR TAHU
perempuan 36 ISLAM SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
ELLA RHI MANDAILI BENAR BENAR BENAR TIDAK

KAMAL KH BENAR TAHU


perempuan 19 ISLAM SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
TAMIL BENAR BENAR BENAR BENAR

VITRIA A laki-laki 27 ISLAM JAWA SARJANA BENAR SALAH TIDAK TIDAK BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR

JUAN TAHU TAHU BENAR


perempuan 29 ISLAM SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
PETRUS ARAB

LAURENT laki-laki 31 KRISTEN JAWA SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR

BENAR
laki-laki 34 KRISTEN BATAK SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
JANUARI BENAR
BATAK SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH TIDAK
perempuan 26 KRISTEN BENAR BENAR BENAR
STEVE W BENAR TAHU

laki-laki 48 ISLAM MANDAILI SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
CHRISTIN BENAR BENAR BENAR
WESTERN SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR
laki-laki 32 ISLAM TIDAK BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK
ISTIA AS
TAHU TAHU

perempuan 20 KRISTEN BATAK SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
KEISHYA perempuan 21 ISLAM JAWA SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
TIDAK
JAWA
TAHU perempuan 21 ISLAM SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK BENAR BENAR BENAR TIDAK
TAHU TAHU
SARAH perempuan 19 KRISTEN BATAK SMA BENAR TIDAK

Universitas Sumatera Utara


BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
TAHU

MEGA perempuan 32 ISLAM ACEH SARJANA BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK
TAHU

DINI perempuan 56 ISLAM BATAK SMA BENAR BENAR TIDAK BENAR BENAR TIDAK BENAR BENAR SALAH TIDAK
TAHU TAHU TAHU

BAYU SOG laki-laki 30 ISLAM MANDAILI SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR
TAHU

LINA perempuan 21 ISLAM MELAYU SMP BENAR TIDAK TIDAK BENAR SALAH BENAR SALAH BENAR TIDAK TIDAK
TAHU TAHU TAHU TAHU

NOVALISA BATAK BENAR SALAH TIDAK


perempuan 26 KRISTEN SMA BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR
TAHU

MICHAEL
laki-laki 47 KRISTEN TIONGHOA SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR TIDAK
TAHU

ANGGI SI BENAR
perempuan 26 ISLAM MANDAILI SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR TIDAK
TAHU
SALAH SALAH
NURMAINI BENAR
perempuan 56 ISLAM MANDAILI SMA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
AMRUN DA BENAR
laki-laki 64 ISLAM MANDAILI SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
DAHLIA D BENAR
perempuan 58 ISLAM MANDAILI SMA BENAR SALAH SALAH TIDAK TIDAK BENAR BENAR SALAH BENAR
TAHU TAHU
ADELIA A TIDAK
perempuan 19 ISLAM MANDAILI SMA SALAH BENAR SALAH BENAR TIDAK TAHU BENAR BENAR SALAH TIDAK
TAHU TAHU
ALFI SYA BENAR
laki-laki 23 ISLAM MANDAILI SMA BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR TIDAK
TAHU
AQILA AZ SALAH

perempuan 19 ISLAM MANDAILI SD BENAR BENAR SALAH SALAH TIDAK BENAR SALAH
SALAH TIDAK
MISWAR N BENAR TAHU
TAHU
MANDAILI BENAR BENAR
laki-laki 45 ISLAM SARJANA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
SALAH TIDAK
ROBIAH D BENAR
TAHU
MANDAILI BENAR BENAR
perempuan 37 ISLAM SMA BENAR BENAR BENAR TIDAK BENAR
TIDAK TIDAK
ROLANDO BENAR TAHU
TAHU TAHU
TIONGHOA BENAR SALAH
laki-laki 45 KRISTEN SMA BENAR BENAR TIDAK BENAR BENAR BENAR TIDAK
MARKUS S BENAR
TAHU TAHU

laki-laki 23 KRISTEN BATAK SD BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR TIDAK TIDAK
MEI MEI perempuan 31 KRISTEN TIONGHOA SMA BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH SALAH TIDAK
TAHU TAHU
TAHU

Universitas Sumatera Utara


BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai