2019
Lubis, Nurjannah
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/15080
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS KANDUNGAN RESIDU ANTIBIOTIK PADA
AYAM RAS BROILER SERTA PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK PADA PETERNAK DI
KECAMATAN TAMBUSAI
PROVINSI RIAU
TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh
NURJANNAH LUBIS
NIM : 141000128
SKRIPSI
Oleh
NURJANNAH LUBIS
NIM : 141000128
Residu Antibiotik pada Ayam Ras Broiler serta Penggunaan Antibiotik pada
isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan
atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
Nurjannah Lubis
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstrak
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstract
The use of antibiotics that do not pay attention to the drug's stopping period, will
cause antibiotic residues in animal food products. antibiotic residues in food of
animal origin can threaten public health. The threat is in the form of allergies,
poisoning, failure of treatment due to bacterial resistance and disruption of the
number of microflora in the digestive tract in humans.This research was aims to
recognize how to manage antibiotics, and the actions of farmers and workersto
the use of antibiotics and antibiotic residues in chicken in the farm in Tambusai
District. Penicillin, macrolide, aminoglycoside, and tetracycline antibiotic
residues in chicken were examined by bioassay screening method (screening test).
This type of research was a descriptive survey, the object of research was boiler
chicken meat, thigh and liver parts taken at 28 days. The examination results refer
to SNI 01-6366-2000. Determination of respondents' samples is done by
accidental sampling. The results of the study showed that antibiotic residues in
the 5 samples of uncovered thigh and liver parts contained antibiotic residues.
There is only 1 sample of boiler chicken liver at Rantau Panjang village farm
which positively contains macrolide antibiotic residues with inhibitory zone
diameter of 14.5 mm, meaning the inhibition zone diameter formed exceeds the
maximum residual limit set by SNI 01-6366-2000 which is a maximum of 0, 1 ppm
(inhibition zone diameter <13 mm) so that the liver is not suitable for
consumption. Most of the owners and workers are in the category of bad actions
(62.5%). It is recommended for owners and workers to be more careful with the
use of antibiotics by adhering to the administration dose and downtime for
antibiotic use, which is 5 days before the harvest period.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kata Pengantar
Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT, atas berkat dan
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
namun penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum. Selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
4. Ir. Indra Chahaya S, M.Si., selaku Dosen penguji I yang telah memberikan
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. dr. Surya Dharma, M.P.H., selaku Dosen penguji II yang telah memberikan
6. Prof. Dr. Ir. Evawani Yunita Aritonang, M.Si., selaku Dosen Pembimbing
8. Seluruh dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan ilmu kepada
9. Ibu Eji, selaku Kepala Laboratorium Balai Veteriner Medan yang telah
menyelesaikan penelitian.
10. Bapak Marwan, selaku kepala KTU yang telah memeberikan izin dalam
penelitian.
11. Teristimewa untuk kedua orang tua saya ayahanda Syamsuddin dan ibunda
saya tercinta Nuraini yang telah memberi dukungan, semangat dan doa
kepada penulis selama ini, adik-adik saya, serta seluruh keluarga yang telah
12. Terkhusus buat teman-teman LKP FKM USU di Bappeda (Siti Sarah, Sharah
Nur Fitri Lubis, Vita Zulfani, Musda ) yang tiada hentinya memberikan
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
semangat, dukungan dan doa, yang selalu mendampingi dalam suka duka dan
13. Sahabat-sahabat saya Latifa Hannum, Elidawati Siregar, Putri Henti, Finta
14. Teman-teman PBL FKM USU di desa Simpang Tiga Pekan yaitu bang Aldi,
15. Seluruh anak peminatan dari jururan kesehatan lingkungan yang telah
Dalam penyelesaian skripsi ini, masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kesempurnaan skripsi ini. Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas segala
kesalahan dan kekurangan penulis mohon maaf. Semoga skripsi ini bermanfaat
Nurjannah Lubis
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Isi
Halaman
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 6
Manfaat aplikatif 6
Manfaat teoritis 6
Tinjauan Pustaka 7
Definisi Pangan 7
Bahan pangan hewani 7
Keamanan pangan 9
Bahaya pangan asal ternak yang tercemar 9
Imbuhan Pakan Ayam Broiler 10
Kegunaan bahan tambahan imbuhan pakan 12
Antibiotik 12
Penggolongan Antibiotik 12
Golongan Penisilin 15
Golongan Tetrasiklin 16
Golongan Makrolida 17
Golongan Aminoglikosida 18
Antibiotik yang Digunakan pada Ayam 19
Residu Antibiotik pada Ternak 20
Toksisitas antibiotik 21
Dampak residu antibiotik terhadap kesehatan 22
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengertian Ayam Broiler 23
Faktor Pendukung Terjangkitnya Penyakit 24
Penyakit yang banyak dikenal di peternakan ayam broiler 26
Hygiene Sanitasi Kandang Ternak 28
Pengertian dan Klarifikasi Perilaku 29
Tindakan 30
Landasan Teori 31
Kerangka Konsep 31
Metode Penelitian 32
Jenis Penelitian 32
Lokasi dan Waktu Penelitian 32
Populasi dan Sampel 32
Variabel dan Definisi Operasional 33
Metode Pengumpulan Data 33
Metode Pengukuran 38
Metode Analisis Data 40
Hasil Penelitian 41
Gambaran Lokasi Peternakan Ayam di Kecamatan Tambusai 41
Karakteristik Peternak 42
Antibiotik yang diberikan pada Ayam 42
Tindakan Pemilik dan Peternak 46
Hasil Pemeriksaan Residu Antibiotik pada Daging Ayam Broiler 48
Pembahasan 50
Cara Pemberian Antibiotik pada Ayam Ras Broiler 50
Karakteristik Responden 52
Tindakan Pemilik dan Pekerja di Peternakan Ayam 52
Broiler Terhadap Penggunaan Antibiotik di Kecamatan
Tambusai Tahun 2018
Keberadaan Residu Antibiotik pada Daging Ayam Broiler 53
Daftar Pustaka 61
Daftar Lampiran
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Tabel
No Judul Halaman
4 Karakteristik Aminoglikosida 19
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Landasan Teori 31
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Lampiran
1 Kuisioner 64
5 Dokumentasi Penelitian 70
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Riwayat Hidup
Kayu Kuning pada tanggal 16 Desember 1996. Penulis beragama Islam, anak
pertama dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Syamsuddin Lubis dan Ibu
Nuraini Siregar.
Nurjannah Lubis
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan
Latar Belakang
perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang
dan minuman.
dari adanya residu antibiotik dalam pangan asal ternak, berupa penolakan produk
terutama bila produk tersebut di ekspor ke negara yang konsisten dan serius dalam
mendeteksi keberadaan residu antibiotik pada daging ayam broiler agar aman
dikonsumsi yaitu melalui pengujian secara rutin dan monitoring atau surveilans
populasi ternak unggas secara nasional pada tahun 2016 dibandingkan dengan
populasi pada tahun 2015 mengalami peningkatan, populasi ayam ras pedaging di
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Indonesia saat ini mencapai 1,6 milyar ekor (peningkatan sebesar 6,82%) dari
populasi tahun 2015 sebanyak 1,53 milyar ekor. Sedangkan konsumsi daging
ayam ras per kapita tahun 2016 sebesar 5,110 kg, mengalami peningkatan sebesar
6,52% dari konsumsi tahun 2015 sebesar 4,797 kg. Keberadaan peternakan ayam
pedaging dapat menjadi solusi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan protein
lebih cepat dan memiliki masa panen yang singkat (Septiani et al., 2016).
Ayam pedaging atau yang disebut juga ayam broiler adalah ayam hasil
yang irit, dan siap dipotong pada usia yang relatif muda, yaitu hanya 5-6 minggu
sudah bisa dipanen, dengan berat badan antara 1,2 – 1,9 kg/ekor. ayam pedaging
yang baik yaitu ayam yang sehat, berbulu baik, berkualitas baik, perbandingan
membunuh banyak bibit penyakit, tetapi ada juga yang lemah. Antibiotik yang
diberikan dalam air minum, dicampur dalam pakan, atau injeksi. Antibiotik yang
kuat atau berspektrum luas sebaiknya dipilih sebagai alternatif terakhir (Kaleka,
2015).
mencegah penyakit yang ditimbulkan baik oleh bakteri gram positif maupun
negatif (Castellari & Regueiro 2003). Tetrasiklin yang ditambahkan dalam pakan
tercantum dalam SNI 01- 6366- 2000 yang menetapkan bahwa batas maksimum
residu golongan makrolida pada produk hewan ternak yaitu spiramisin sebesar
0,05 mg/kg pada daging dan 0,05 mg/kg pada telur, eritromisin yaitu sebesar 0,1
didalam daging ayam (Oramahi, dkk., 2004), hasil pengujian residu antibiotika
terhadap 65 sampel hati ayam yang diperoleh dari pasar tradisional di Yogyakarta
tetrasiklin sebesar 26,19%. Selain itu, studi yang dilakukan di Kota Semarang dari
47 sampel yang diambil, yaitu 33 sampel dari pasar tradisional dan 14 sampel dari
pasar modern, terbukti 3 sampel dari pasar tradisional positif mengandung residu
Sampangan) dan 0,366 (Pasar Dammar) yang melebihi Batas Maksimum Residu
dua peternakan di Desa Rantau Panjang dan satu peternakan di Desa Suka Maju
Rantau Panjang memiliki 6000 dan 5000 ekor ayam broiler, masing-masing
golongan tetrasiklin dan golongan makrolida yang dicampurkan pada air minum,
antibiotik diberikan pada ayam yang terserang penyakit CRD dan digunakan
yang berada di Desa Suka Maju juga memiliki 5000 ekor ayam broiler dengan 1
dengan cepat dan waktu panen yang singkat dan antibiotik digunakan untuk
tentang “ Analisis Kandungan Residu Antibiotik pada Ayam Ras Broiler serta
Tahun 2018”.
Perumusan Masalah
Peternakan ayam broiler yang terletak di Desa Rantau Panjang dan Desa
Suka Maju merupakan salah satu peternakan ayam yang ada di Kecamatan
Tambusai. Masing- masing peternakan tersebut memiliki 5000 dan 6000 ekor
pernafasan pada ayam dan untuk meningkatkan berat badan ayam dengan cepat
tersebut. Daging ayam yang mengandung antibiotik tersebut tidaklah aman untuk
residu antibiotik pada daging ayam serta tindakan, terhadap penggunaan residu
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi dua, tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Menganalisis karakteristik peternak ayam ras broiler dari segi umur, jenis
Manfaat Penelitian
manfaat teoritis.
1. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait, dalam hal ini Dinas Peternakan
mengenai keberadaan residu antibiotik yang ada pada ayam ras broiler.
2. Sebagai informasi dan masukan bagi peternak ayam ras broiler tentang
antibiotik pada ayam ras broiler, sehingga masyarakat lebih teliti lagi dalam
selanjutnya.
Definisi Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan / atau pembuatan makanan dan minuman (Indrati dan Gardjito,
2014).
et al, 2006) :
1. Pangan Segar
2. Pangan Olahan
dengan cara ataupun metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan
makanan.
kesehatan.
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
terhadap pemenuhan protein yang sangat diperlukan oleh manusia selama masa
pertumbuhannya.
2. Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat,
asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, di samping itu nilai
mudah dicerna.
4. Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang menyusui
anaknya (mamalia). Air susu merupakan bahan makanan utama bagi makhluk
yang baru lahir, baik bagi hewan maupun manusia (Nugraheni, 2013).
Kualitas bahan pangan asal ternak harus memperhatikan asas Aman, Sehat,
Utuh dan Halal (ASUH). Aman berarti bahan pangan tersebut tidak mengandung
bahan biologik, kimia dan fisik yang dapat menyebabkan penyakit serta
dibutuhkan dan berguna bagi kesehatan serta pertumbuhan tubuh. Utuh berarti
tidak bercampur dengan bagian lain dari hewan dan sesuai dengan deskripsi yang
ada pada label produk. Sedangkan halal berarti bahwa bahan pangan tersebut
berasal dari ternak yang dipotong dan ditangani sesuai dengan syariat agama
status gizi. Hal ini mempengaruhi kesehatan manusia yang pada akhirnya
Toksin yang terdapat dalam bahan pangan, antara lain dalam hasil
tanaman, hasil peternakan dan hasil perairan, seperti zat antinutrisi, alergen,
histamin dan sebagainya. Selama produksi dapat terjadi juga kontaminasi, atau
kemasan seperti migrasi polimer, atau toksin yang muncul karena proses
pemanasan yang berlebihan, atau turunnya nilai gizi dan sebagainya. Selama
distribusi dan penyajian dapat juga terjadi rekontaminasi mikroba patogen atau
Keamanan pangan dipengaruhi oleh segala proses yang terjadi dalam mata
rantai produksi. Kontaminasi dapat terjadi pada setiap proses mulai dari
Bahaya pangan asal ternak yang tercemar. Pangan asal ternak termasuk
ditetapkan.
c. bahan yang dilarang digunakan dalam proses produksi pangan asal ternak,
serta
d. bahan kotor, busuk, tengik, terurai atau mengandung bahan nabati atau
2005). Jika suatu bahan pangan telah tercemar, berarti bahan pangan tersebut
baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang
disusun secara khusus untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.
melalui proses metabolisme pada ternak akan menghasilkan zat-zat gizi yang akan
memenuhikebutuhan pokok dalam membentuk sel dan jaringan tubuh yang rusak,
sebanyak 19 jenis dan dari kelompok non antibiotika terdaftar sebanyak 25 jenis
(Infovet, 1994).
Tabel 1
Daftar Imbuhan Pakan yang diizinkan Beredar di Indonesia
Golongan non antibiotika Golongan antibiotika
(2013), pakan aditif yaitu suatu substansi yang ditambahkan kedalam ransum
dalam jumlah yang relatif sedikit untuk meningkatkan nilai kandungan zat
Antibiotik
nitrofurantoin.
a. Antibiotik Beta-Laktam
bakteri.
b. Basitrasin
stres akibat cuaca atau perlakuan lain seperti vaksinasi atau perpindahan
kandang.
c. Vankomisin
metabolisme folat
a. Sulfonamide
a. Kuinolon
1) Asam nalidiksat
2) Fluorokuinolon
b. Nitrofuran
Golongan Penisilin
Penisilin merupakan antibiotik yang telah lama kita kenal dan sudah lama
melalui ransum dan campuran air minum. Untuk kasus-kasus penyakit individual,
kerap kali penisilin digunakan sebelum oxytetracycline. Oleh karena itu, penisilin
lebih terkenal sebagai obat suntik dari pada perannya di dalam campuran vitamin
dan mineral. Walaupun begitu, ada merek dagang tertentu yang menggunakan
antibiotiknya.
Tabel 2
Antibiotik Golongan Penisilin
Golongan Contoh Aktivitas
Penisilin G dan Penisilin G dan Sangat aktif terhadap kokus Gram-
penisilin V penisilin V positif, tetapi cepat dihidrolisis
oleh penisilinase atau beta-
laktamase, sehingga tidak efektif
terhadap S. aureus.
Penisilin yang metisilin, nafsilin, Merupakan obat pilihan utama
resisten terhadap oksasilin, untuk terapi S. aureus yang
beta-laktamase/ kloksasilin, dan memproduksi penisilinase.
penisilinase dikloksasilin Aktivitas antibiotik kurang poten
terhadap mikroorganisme yang
sensitif
terhadap penisilin G.
Aminopenisilin ampisilin, Selain mempunyai aktivitas
amoksisilin terhadap bakteri Gram-positif, juga
mencakup mikroorganisme Gram-
negatif, seperti Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, dan
Proteus mirabilis. Obat-obat ini
sering diberikan bersama inhibitor
beta- laktamase (asam klavulanat,
sulbaktam, tazobaktam) untuk
mencegah hidrolisis oleh beta-
laktamase yang semakin banyak
ditemukan pada bakteri Gram-
negatif ini.
Karboksipenisilin karbenisilin, Antibiotik untuk Pseudomonas,
tikarsilin Enterobacter, dan Proteus.
Aktivitas antibiotik lebih rendah
dibanding ampisilin terhadap kokus
Gram- positif, dan kurang aktif
dibanding piperasilin dalam
melawan Pseudomonas. Golongan
ini dirusak oleh beta-laktamase.
Ureidopenislin mezlosilin, azlosilin, Aktivitas antibiotik terhadap
dan piperasilin Pseudomonas, Klebsiella, dan
Gram- negatif lainnya. Golongan
ini dirusak oleh beta-laktamase.
Golongan Tetrasiklin
Tabel 3
Beberapa Sifat Tetrasiklin dan Obat-obat Segolongan
Obat Cara Pemberian Waktu Paruh Ikatan Protein
yang Disukai Serum (jam) Serum (%)
Tetrasiklin HCl Oral, i.v. 8 25-60
Klortetrasiklin Oral, i.v. 6 40-70
HCl
Oksitetrasiklin Oral, i.v. 9 20-35
HCl
Demeklosiklin Oral 12 40-90
HCl
Metasiklin HCl Oral 13 75-90
Doksisiklin Oral, i.v. 18 25-90
Minosiklin HCl Oral, i.v. 16 70-75
Golongan Makrolida
atau injeksi. Untuk injeksi, tentu ada kemasan tersendiri. Sementara itu, untuk
Sekitar 37% dosis diabsorpsi, dan semakin menurun dengan adanya makanan.
Obat ini dapat meningkatkan kadar SGOT dan SGPT pada hati.
3. Klaritromisin. Absorpsi per oral 55% dan meningkat jika diberikan bersama
makanan. Obat ini terdistribusi luas sampai ke paru, hati, sel fagosit, dan
jaringan lunak.
4. Roksitromisin
Roksitromisin mempunyai waktu paruh yang lebih panjang dan aktivitas yang
lebih tinggi melawan Haemophilus influenzae. Obat ini diberikan dua kali
sehari.
komposisi, struktur kimia dan mekanisme kerja yang sangat mirip dengan
antibiotik yang mirip eritromisin, namun lebih efektif melawan bakteri gram
Golongan Aminoglikosida
negatif. Obat ini mempunyai indeks terapi sempit, dengan toksisitas serius pada
ginjal dan pendengaran, khususnya pada pasien anak dan usia lanjut. Efek
Tabel 4
Karakteristik Aminoglikosida
Obat Waktu Paruh Kadar Terapeutik Kadar Toksik
(jam) Serum (µg/ml) Serum (µg/ml)
Streptomisin 2-3 25 50
Neomisin 3 5-10 10
Kanamisin 2,0-2,5 8-16 35
Gentamisin 1,2-5,0 4-10 12
Tobramisin 2,0-3,0 4-8 12
Amikasin 0,8-2,8 8-16 35
Netilmisin 2,0-2,5 0,5-10 16
Pada umumnya antibiotik yang saat ini beredar dipasaran broad spectrum
maupun pencernaan pada ayam yang disebabkan oleh agen bacterial. Akan tetapi,
memberikan daya kerja yang lebih optimal. Untuk mengatasi penyakit pernafasan
pada anak ayam dapat digunakan produk antibiotik seperti Doxytin, Erysuprim,
1. Doxytin
Doxycycline HCL 50 g
b. Dosis : 1 gram per 2 liter air minum selama 5-7 hari selama berturut-
turut.
2. Duracol-D
50.000.000 IU
b. Dosis unggas : 1 gram untuk 2 liter air minum selama 5-7 hari
4. Trimeyn
b. Dosis : 1 gram tiap 1-2 liter air minum atau 0,1-0,2 gram tiap kg
5. Tetrachlor
Sodium Sulfate 25 mg
b. Dosis :
henti obat, akan menimbulkan residu antibiotika pada produk pangan hewan
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengawasan residu dalam pangan asal
dan keamanan konsumen. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
Menurut (Ley dan Kleven, 2003), (Glisson, dkk, 2003), (Blackall dan Soriano,
multocida) dengan gejala diare kehijauan, rontok bulu, jengger dan muka bengkak
adanya lendir atau kotoran hidung seperti nanah, muka bengkak, mata berair lalu
lebih lama, dan penyakit menjadi semakin parah, bahkan pada beberapa kasus
manusia dapat memiliki efek samping yang cukup serius, yaitu seperti penekanan
darah merah. Kondisi ini dapat menyebabkan aplastik anemia yang secara
mikroorganisme patogen tertentu. selain itu, residu dari antibiotik akan terbawa
dalam produk-produk unggas seperti daging dan telur yang berbahaya bagi
konsumen.
tersimpan dalam sel atau jaringan. Secara umum dampak negatif residu
1. Bahaya Toksikologi:
perubahan genetik
negara yang konsisten dan serius dalam menerapkan sistem keamanan pangan
(Dewi et al 2014).
Ayam pedaging atau yang disebut juga ayam broiler adalah ayam hasil
yang irit, dan siap dipotong pada usia yang relatif muda, yaitu hanya 5-6 minggu
sudah bisa dipanen, dengan berat badan antara 1,2 – 1,9 kg/ekor. ayam pedaging
yang baik yaitu ayam yang sehat, berbulu baik, berkualitas baik, perbandingan
Jenis ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari
memproduksi daging ayam. Ayam ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-
an, dan telah dikembangkan dengan sangat pesat di setiap negara. di Indonesia,
usaha ternak ayam pedaging juga sudah dapat dijumpai hampir di setiap provinsi.
Pada waktu hewan hidup faktor penentu kualitas daging adalah cara
oleh perdarahan pada waktu hewan dipotong dan kontaminasi mikroba (Murtidjo
2003).
c. bau spesifik daging (tidak ada bau menyengat, tidak berbau amis, tidak
berbau busuk).
Menurut (SNI 01-4258-2010), kandungan gizi yang terdapat dalam setiap 100
Tabel 5
Kandungan Gizi Daging Broiler
Komponen nutrisi Per 100 gram daging
Air 74%
Protein 22%
Kalsium (Ca) 13 mg
Fosfor (P) 190 mg
Zat besi (Fe) 1,5 mg
Vitamin A, C dan E < 1%
sekitar ayam, bahkan ada yang sudah terdapat di dalam tubuh ayam. Bibit
penyakit akan membuat masalah bagi ayam bila terjadi beberapa kondisi berikut
ini :
tata laksana peternakan. Misalnya, bahan litter yang terlalu basah atau sulit
kering, kandang yang bau dan sumpek. Hal ini dapat menyebabkan daya
tahan ayam melemah dan bibit penyakit tumbuh (berkembang biak) lebih dari
2. Perubahan musim
segala masalah di musim hujan ada kaitannya dengan bentuk kandang dan
Kandang yang kotor, bau, peralatan yang kotor, lumutan, kandang berdebu,
dan lain sebagainya merupakan kesempatan bagi penularan penyakit dan bibit
4. Keadaan ayam
Ada penyakit tertentu yang memang diturunkan oleh induknya. Jadi bila
menerima anak ayam atau membeli anak ayam berumur satu hari (DOC)
yang berkualitas baik. Selain itu ada pula bibit ayam yang lemah, untuk
menghadapi hal ini maka usaha pencegahan harus benar-benar dilakukan dan
5. Kualitas ransum
gizi. Di samping itu dapat pula menyebabkan penyakit lain ikut serta
mendampingi penyakit kekurangan unsur gizi ini, akibat dari daya tahan
Indonesia.
menyebabkan morbiditas. Bila penyakit ini telah terjadi maka obat yang dapat
lincomycin. Namun yang terbaik untuk mengobati CRD ini adalah bacitracin
dan tylocin. Obat- obatan itu diberikan melalui suntikan, air minum, atau
pakan.
2. Coryza
broiler dan ayam petelur. Coryza atau pilek ayam bila menyerang kadang kala
diikuti oleh penyakit lainnya antara lain fowl pox, CRD, dan kekurangan
vitamin A.
Penyakit yang disebabkan oleh virus dan hingga kini belum ada obatnya.
ganas dan menyerang banyak bangsa burung, antara lain ayam (baik ayam
negeri maupun ayam kampung), kalkun, dan burung hiasan. Pada ayam
pedaging, selain mengurangi produksi daging ayam akibat ayam mati, juga
4. Penyakit gumboto
Penyakit ini termasuk penyakit yang baru yang dalam bahasa asingnya dikenal
dengan infectious bursal disease (IBD). Penyakit ini disebabkan oleh virus
Penyakit ini biasanya terjadi pada saat ayam berumur 4-5 minggu. Penyakit
yang disebabkan oleh protozoa yang termasuk dalam kelas Coccodia yang
amprolium.
a. Lingkungan kandang harus bersih. Semua rumput yang tinggi dan alang-
alang dibabat. Air parit yang tergenang dialirkan sehingga nyamuk dan
c. Tamu anda tidak perlu masuk ke dalam kandang dan bila harus masuk
sebaiknya tamu disemprot dulu dengan obat antikuman dan pakaian tamu
dengan keadaan kandang serta lingkungan yang bersih, maka kesehatan ternak
maupun lembab.
bangunan yang ekonomis, tahan lama, awet, mudah didapat dan tidak
kenyaman bagi ternak dan pemiliknya; memiliki ventilasi yang cukup untuk
pergantian udara; mudah dibersihkan dan kelihatan bersih; tidak ada gangguan
baik didalam maupun disekitar kandang. Kandang yang akan dibangun harus kuat,
sirkulasi udara yang bebas dan dilengkapi tempat makan dan minum ayam serta
dari luar). Dengan demikian perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan
1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Oleh sebab itu
sebagainya.
2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk
diambil seseorang atau anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan
terwujudnya tindakan perlu faktor lain, antara lain adanya fasilitas atau sarana dan
Landasan Teori
Residu Antibiotik
Gambar 1.Landasanteori
Kerangka Konsep
Karakteristik Peternak
-Umur
-Jenis Kelamin
-Pendidikan
Gambar 2. Kerangkakonsep
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk
ras broiler
Desember 2018.
Peternakan ayamdi Desa Suka Maju memiliki 1 orang pekerja dengan 1 pemilik.
Sampel. Sampel dalam penelitian ini diambil dari 3 peternak ayam yang
ada di Desa Rantau Panjang dan Desa Suka Maju, jumlah sampel keseluruhannya
Medan.
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah 6 ayam ras broiler yang ada di peternakan
peternak ayam dengan menggunakan kuesioner, dan data juga diperoleh dari hasil
1. Ayam pedaging atau yang disebut juga ayam broiler adalah ayam hasil
broiler.
(khasiat) yang tepat dan aman bila diberikan pada ayam ras broiler.
5. Waktu henti adalah kurun waktu dari saat pemberian obat terakhir hingga
6. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung sejak lahir sampai
9. Tindakan adalah sesuatu yang dilakukan responden terhadap ayam ras broiler
kesehatan, tetapi jika hasil pemeriksaan menujukkan hasil “ > 0,1 mg/kg”
Sampel daging ayam yang digunakan pada penelitian ini diambil langsung
umur ayam 28 hari pada saat ayam siap panen. Sampel diambil menggunakan
kedalam kantong plastik dan diberi tanda kemudian diletakkan dalam cooling bag
yang berisi es, selanjutnya disimpan di laboratorium dalam lemari pembeku suhu -
20°C dan akan stabil sampai 8 bulan bila disimpan pada suhu dibawah -75°C.
sebagai berikut :
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Tabung sentrifus
4. Labu ukur
5. Gelas ukur
6. Erlenmeyer
7. Botol timbang
8. Pipet volumetric
9. Pipet graduasi
15. Homogenizer
16. Autoklaf
18. Freezer
20. Incubator
22. pH meter
25. Burner
sebagai berikut :
1. daging ayam
sebagai berikut :
golongan makrolida
5. Media agar Bacillus Cereusyeast extract, beef extract, peptone, bacto agar
dextrose
8. Media agar Kocuria rizophila : yeast extract, beef extract, peptone, bacto
agar, glucose
Pelaksanaan Pengujian
1. Cairkan media agar yang telah dibuat dengan pemanasan, kemudian letakkan
2. Pipet 1 ml biakan kuman uji vegetative atau spora, dan campurkan kedalam
3. Kemudian pipet 8 ml media yang telah mengandung kuman uji atau spora ke
dalam setiap cawan petri sesuai dengan jenis golongan antibiotik yang akan
diuji.
(triplo).
5. Tempatkan cawan petri pada bidang yang datar sampai media membeku.
juga larutan baku pembanding sebagai control positif dan larutan dapar
7. Tempatkan masing- masing cawan petri pada bidang datar dalam ruangan
1. Amati dan ukur diameter daerah hambatan yang terbentuk di sekeliling kertas
cakram atau yang sejenis dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.
2. Kontrol positif harus membentuk daerah hambatan dari tepi kertas cakram
Aspek Pengukuran
ayam tentang residu antibiotik yang diukur melalui wawancara dengan kuesioner.
Variabel tindakan
pertanyaan dengan total skor maksimal adalah 20. Adapun ketentuan pemberian
Analisis univariat
disajikan dalam bentuk tabel, untuk menjelaskan kandungan residu antibiotik pada
Rokan Hulu Provinsi Riau, yang mempunyai luas wilayah ± 1.759,25 km².
Bangun Purba
Desa Suka Maju. Peternakan ayam yang ada di Desa Rantau Panjang tersebut
letaknya jauh dari pemukiman penduduk, kandang ayam (ternak 01) memiliki
lebar 8 meter dan panjang 120 meter untuk ayam yang berjumlah 6000 ekor, dan
untuk (ternak 02) memiliki kandang dengan lebar 7 meter dan panjang 90 meter
untuk ayam yang berjumlah 5000 ekor , sedangkan peternakan ayam yang berada
di Desa Suka Maju, memiliki panjang 80 meter dan lebar 7 meter untuk ayam
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Karakteristik Peternak
Tabel 6
Distribusi Pemilik dan Pekerja Pada Peternakan Ayam Terhadap Pemeliharaan
Ayam Broiler yang Berada di Peternakan Ayam Kecamatan Tambusai
Karakteristik Responden n %
Umur (tahun)
21 – 25 2 25
26 – 30 0 0
31 – 35 3 37,5
36 – 40 2 25
41 – 45 1 12,5
Tingkat Pendidikan
SMP 2 25
SMA 5 62,5
PT 1 12,5
Jenis Kelamin
Laki-laki 5 62,5
Perempuan 3 37,5
responden terbanyak pada usia 31-35 tahun sebanyak 3 orang (37,5%). Untuk
responden terbanyak adalah SMA yaitu sebanyak 5 orang (62,5%), dan untuk
bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari jenis bakteri dan kadar obat
makrolida. Golongan antibiotic ini efektif untuk mengatasi bakteri Gram (+) dan
Tabel 7
Antibiotik yang Diberikan pada Ayam Broiler
Lokasi Desa Nama Antibiotik
Desa Rantau Panjang A.Tetrachlor
(Ternak 01) Komposisi : Tetracycline HCL 50 mg,
Erythromycin 10 mg, Vitamin B1 1 mg,
Vitamin B2 2 mg, Vitamin B6 1 mg,
Vitamin B12 3 mg, Vitamin C 10
mg,Potassium Chloride 50 mg, Sodium
Sulfate 25 mg. Dosis : Umur 4 minggu : sehari
1 kali ½ kapsul, Umur 4-8 minggu : sehari 2
kali ½ kapsul, Umur 8 minggu lebih :
sehari 2 kali 1 kapsul, Obat diminumkan
4-5 hari secara berturut- turut Waktu Henti 3
hari sebelum unggas di sembelih.
B.Doxerin+
Komposisi : Doxycycline Hydrochloride 10%,
Erythromycine thiocyanate 20%. Dosis : 1
gram/ 2 liter air minum (kebutuhan air minum
per hari) setara 100 mg Doxerin plus/kg BB
selama 3-5 hari berturut-turut. Waktu Henti : 5
hari sebelum ternak dipotong.
C.Tycotil
Komposisi : Tylosin tartrate dan Colistin
sulfate.Dosis : 0,1 gram per kg berat badan
atau 1 gram per 2 liter air minum, diberikan
sampai 3-5 hari berturut-turut. Waktu Henti : 5
hari sebelum unggas dipotong.
(Bersambung)
Tabel 7
Antibiotik yang Diberikan pada Ayam Broiler
Lokasi Desa Nama Antibiotik
Desa Rantau Panjang A. Tetrachlor
(Ternak 02) Komposisi : Tetracycline HCL 50 mg,
Erythromycin 10 mg, Vitamin B1 1 mg,
Vitamin B2 2 mg, Vitamin B6 1 mg,
Vitamin B12 3 mg, Vitamin C 10
mg,Potassium Chloride 50 mg, Sodium
Sulfate 25 mg. Dosis : Umur 4 minggu : sehari
1 kali ½ kapsul, Umur 4-8 minggu : sehari 2
kali ½ kapsul, Umur 8 minggu lebih :
sehari 2 kali 1 kapsul, Obat diminumkan
4-5 hari secara berturut- turut Waktu Henti 3
hari sebelum unggas di sembelih.
B. Doxerin+
Komposisi : Doxycycline Hydrochloride 10%,
Erythromycine thiocyanate 20%. Dosis : 1
gram/ 2 liter air minum (kebutuhan air minum
per hari) setara 100 mg Doxerin plus/kg BB
selama 3-5 hari berturut-turut. Waktu Henti : 5
hari sebelum ternak dipotong.
C. Tycotil
Komposisi : Tylosin tartrate dan Colistin
sulfate.Dosis : 0,1 gram per kg berat badan
atau 1 gram per 2 liter air minum, diberikan
sampai 3-5 hari berturut-turut. Waktu Henti : 5
hari sebelum unggas dipotong.
Desa Suka Maju (Ternak A. Doxerin+
03) Komposisi : Doxycycline Hydrochloride 10%,
Erythromycine thiocyanate 20%. Dosis : 1
gram/ 2 liter air minum (kebutuhan air minum
per hari) setara 100 mg Doxerin plus/kg BB
selama 3-5 hari berturut-turut. Waktu Henti : 5
hari sebelum ternak dipotong.
B. Tycotil
Komposisi : Tylosin tartrate dan Colistin
sulfate.Dosis : 0,1 gram per kg berat badan
atau 1 gram per 2 liter air minum, diberikan
sampai 3-5 hari berturut-turut. Waktu Henti : 5
hari sebelum unggas dipotong.
Cara pemberian antibiotik pada ayam yang terdapat pada peternakan ayam
di Desa Rantau Panjang dan Desa Suka Maju, dilihat dari hasil wawancara ke
Tabel 8
Frekuensi (Rentan Waktu), Dosis dan Waktu Henti Pemberian Antibiotik
Pemberian Desa Rantau Desa Rantau Desa Suka Standar
Antibiotik Panjang Panjang Maju penggunaan
(Ternak 01) (Ternak 02) (Ternak 03) antibiotik
Frekuensi 3 kali sehari 2 kali sehari 2 kali sehari 2 kali sehari
pemberian yaitu 3 kali sehari, pelarutan antibiotik ke-1 untuk dikonsumsi pagi
sampai siang hari (pukul 07.00 - 11.00) pelarutan antibiotik ke-2 untuk
dikonsumsi sore hari (pukul 15.00 – 17.00 ) dan pelarutan antibiotik ke-3 untuk
dikonsumsi malam hari (pukul 22.00 – 00.00 ), Desa Rantau Panjang (Ternak 02)
dan Desa Suka Maju (Ternak 03) diketahui memberikan obat antibiotik dengan
pola pemberian yang sama yaitu 2 kali sehari, pelarutan antibiotik ke-1 untuk
dikonsumsi pagi sampai siang hari (pukul 07.00 – 12.00) dan pelarutan antibiotik
ke-2 untuk dikonsumsi siang sampai sore hari (pukul 12.00 – 18.00). Hal ini dapat
sebagai dampak konversi pakan yang baik, waktu yang lebih singkat karena
pertumbuhan ayam yang cepat, dan sehat karena mendapatkan nutrisi yang
yang akan mempengaruhi pemilihan bahan baku dalam rangka menjaga kualitas
dan kuantitas pakan tersebut. Ketiga hal tersebut adalah harga bahan baku pakan,
nutrien bahan baku pakan serta kebutuhan nutrisi ayam broiler (Tamaluddin,
2014).
sampai menjelang ternak dipotong, sedangkan di Desa Suka Maju 3 hari sebelum
masa panen. Dosis dalam pemberian antibiotik peternakan yang berada di Desa
Rantau Panjang (Ternak 01) yaitu Dosis dalam pemberian antibiotik pada ayam
gram / 10 liter air minum, Desa Rantau Panjang (Ternak 02) dan Desa Suka Maju
(Ternak 03) diketahui memberikan dosis yang sama yaitu Dosis dalam pemberian
antibiotik pada ayam mematuhi batas pemberian antibiotik, dengan dosis 5 gram /
dalam ransum atau campuran vitamin-mineral yang biasa anda gunakan terdapat
antibiotik. Antibiotik harus diberikan dengan dosis yang tepat supaya dapat
bekerja dengan efektif dan dapat mengurangi perkembangan bakteri yang resisten.
Tabel 9
Distribusi Tindakan Pemilik dan Pekerja Terhadap Penggunaan Antibiotik Pada
Daging Ayam Broiler di Peternakan Ayam Kecamatan Tambusai
Tindakan Responden Jumlah (orang) Persentase (%)
Adakah pemberian antibiotik adalam
peternakan ayam?
ada 8 100
tidak 0 0
Cara pemberian antibiotik?
dicampurkan pada minum 8 100
disuntikkan 0 0
tidak tahu 0 0
Suntikkan antibiotik diberikan pada
bagian apa ?
dada 0 0
paha 6 75
tidak tahu 2 25
Jika dicampurkan pada minum,
kapan waktu pemberiannya?
setiap 2-3 kali dalam sehari 8 100
saat ayam terkena penyakit 0 0
pernafasan
tidak tahu 0 0
Setiap ayam apakah berbeda daerah
suntikannya?
iya 0 0
tidak 8 100
Pernahkah saudara mendapatkan
penyuluhan sebelumnya ?
iya 2 25
tidak 6 75
(Bersambung)
Tabel 9
Distribusi Tindakan Pemilik dan Pekerja Terhadap Penggunaan Antibiotik Pada
Daging Ayam Broiler di Peternakan Ayam Kecamatan Tambusai
Tindakan Responden Jumlah (orang) Persentase (%)
Adakah dampak buruk setelah
diberikan antibiotik ?
ada 0 0
tidak 8 100
Manfaatnya penggunaan antibiotik ?
bobot ayam cepat bertambah 7 87,5
tidak terkena penyakit 1 12,5
pernafasan
tidak tahu 0 0
Berapa dosis yang diberikan ?
tidak sesuai petunjuk yang 2 25
terdapat pada kemasan
sesuai petunjuk yang terdapat 4 50
pada kemasan
tidak tahu 2 25
Pengalaman beternak ayam broiler ?
1-5 tahun 7 87,5
>5 tahun 1 12,5
mengenai penggunaan antibiotik kurang baik, karena dari hasil; kuesioner pemilik
antibiotik. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pertanyaan seperti pertama kali
selain itu dapat dilihat tentang manfaat dari penggunaan antibiotik 87,5%
juga dapat dilihat dari waktu henti pemberian antibiotik yaitu 75 % responden
aminoglikosida, dan penisilin pada 6 sampel yaitu 3 daging ayamdan 3 hati ayam
yang ada pada peternakan ayam di Kecamatan Tambusai. Sampel diambil pada
saat ayam berumur 28 hari dengan waktu henti pemberian antibiotik 2 hari
sebelum masa panen, dan 3 hari sebelum masa panen. Pemeriksaan dilakukan
dengan metode uji tapis (screening test) secara bioassay. Sampel tersebut dibawa
daging dan hati ayam dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 10
Hasil Pemeriksaan Residu Antibiotik Golongan Penisilin, Tetrasiklin,
Aminoglikosida, dan Makrolida pada Daging dan Hati Ayam Broiler
Residu Antibiotik
Kode Gol. Gol. Gol. Gol. Makrolida
Sampel Penisilin Tetrasiklin Aminoglikosida
Paha 01 Negatif Negatif Negatif Negatif
Paha 02 Negatif Negatif Negatif Negatif
Paha 03 Negatif Negatif Negatif Negatif
Hati 01 Negatif Negatif Negatif Positif
Hati 02 Negatif Negatif Negatif Negatif
Hati 03 Negatif Negatif Negatif Negatif
Berdasarkan tabel 10. dapat dilihat bahwa hasil uji residu antibiotik
daging dan hati ayam broileryang diambil dari 3 peternakan di Desa Rantau
Panjang dan Desa Suka Maju, terdapat 5 sampel yang tidak terdeteksi
mengandung residu antibiotik. Hanya 1 sampel dengan kode hati 01 yang positif
maksimum residu yang ditetapkan SNI 01- 6366- 2000 yaitu maksimum 0,1 ppm
(diameter zona hambat <13 mm) sehingga hati tidak layak untuk di konsumsi.
Pembahasan
(Ternak 01) diketahui memberikan obat antibiotik dengan pola pemberian yaitu 3
kali sehari, pelarutan antibiotik ke-1 untuk dikonsumsi pagi sampai siang hari
(pukul 07.00 - 11.00) pelarutan antibiotik ke-2 untuk dikonsumsi sore hari (pukul
15.00 – 17.00 ) dan pelarutan antibiotik ke-3 untuk dikonsumsi malam hari (pukul
22.00 – 00.00 ), Desa Rantau Panjang (Ternak 02) dan Desa Suka Maju (Ternak
03) diketahui memberikan obat antibiotik dengan pola pemberian yang sama yaitu
2 kali sehari, pelarutan antibiotik ke-1 untuk dikonsumsi pagi sampai siang hari
(pukul 07.00 – 12.00) dan pelarutan antibiotik ke-2 untuk dikonsumsi siang
sampai sore hari (pukul 12.00 – 18.00). Hal ini dapat berpengaruh pada
Panjang (Ternak 01) yaitu Dosis dalam pemberian antibiotik pada ayam tidak
10 liter air minum, Desa Rantau Panjang (Ternak 02) dan Desa Suka Maju
(Ternak 03) diketahui memberikan dosis yang sama yaitu Dosis dalam pemberian
antibiotik pada ayam mematuhi batas pemberian antibiotik, dengan dosis 5 gram /
(subkutan atau intramuskuler). Hanya saja jika diberikan melalui oral sebaiknya
menurunkan daya serap saat berada di usus. Feed supplement yang mengandung
antibiotik, misalnya pemberian antibiotik pada pagi hari hingga sore hari dan
dengan dosis 100-200 mg/gallon air minum, sedangkan untuk pengobatan CRD
dan air sacculitis, hexamitiasis dan bleucomb, sinusitis, dan sinivovitis, tetrasiklin
diberikan dengan dosis 200-400 mg/gallon air minum (subronto, 2001). Dibidang
peternakan, selain untuk tujuan terapetik, antibiotik juga dipakai sebagai imbuhan
Hingga kini masih ada beberapa antibiotik yang diizinkan penggunaannya dalam
Cloramphenicol. Pemberian obat secara umum dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu melalui air minum, melalui pakan, dan melalui suntikan (Fadilah, 2007).
Pada hasil penelitian pada kuesioner diketahui pemberian antibiotic pada ayam
Karakteristik Responden
yaitu sebagian besar berada pada umur responden terbanyak yaitu pada usia 31-
sebanyak 5 orang (62,5%). Dan untuk jenis kelamin, dari 8 responden diperoleh
bahwa jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 5 orang
(62,5%).
dilakukan oleh peneliti dengan 3 orang pemilik dan 5 orang pekerja peternakan
tidak sesuai dengan kebutuhan ayam yaitu pada saat ayam mulai terkena penyakit
bobot ayam dengan cepat sehingga memiliki waktu panen yang singkat yaitu 28
hari. Responden juga tidak mematuhi waktu henti penggunaan antibiotik sehingga
tentang hal itu, responden hanya memikirkan bagaimana menaikkan bobot ayam
dengan cepat dengan waktu panen yang singkat dan dengan biaya yang relatif
murah.
pada daging dan hati ayam yang ada di 3 peternakan ayam yang berada di Desa
Rantau Panjang dan Desa Suka Maju didapatkan hasil bahwa dari 6 sampel
penelitian pada daging ayam dan hati ayam, 5 dari sampel tersebut tidak
broiler disebabkan oleh farmakokinetika obat yaitu perjalanan obat mulai sejak
residu antibiotik pada karkas, organ dan kaki ayam pedaging, dimungkinkan
dan ekskresi.
a. Absorpsi
kemudian di usus hancur menjadi molekul kecil dan menembus dinding usus
halus. Penyerapan obat dari usus ke sirkulasi darah melalui filtrasi, difusi atau
dan sifat fisikokimiawi obat. Disini kecepatan larut partikel obat (dissolution
rate) mempunyai peranan yang penting, semakin halus obat semakin cepat
b. Transpor
Agar transpor obat ke target sasaran tercapai dalam organ tubuh, zat aktif
diolah menjadi suatu bentuk pemberian. Bentuk utama transpor yaitu, secara
sistemis (oral, sublingual, injeksi, inplantasi subkutan dan rektal). Molekul zat
(interstitium) (Adam, 2002). Mekanisme transpor terbagi dua secara pasif dan
aktif, transpor pasif tidak memerlukan energi dan menggunakan cara filtrasi
melalui pori-pori kecil dari 38membran dan difusi zat larut dalam lapisan
lemak dari membran sel. Sedangkan transfor aktif memerlukan energi, tidak
(makromolekul dan ion) pada suatu protein pengangkut spesifik yang berada di
c. Biotransformasi
yang tidak aktif dan bersifat lebih hidrofil agar memudahkan proses ekskresi di
ginjal. Di dalam hati metabolit yang tidak aktif lagi mengalami proses
hati dilakukan oleh enzim mikrosomal dengan reaksi biokimia yakni, reaksi
oksidasi oleh enzim oksidatif cytochrom P 450 dan reaksi reduksi. Kecepatan
faktor genetis dan penggunaan obat lain (Focosi, 2003; Tjay dan Raharja,
2005).
d. Distribusi
cairan ekstra sel) diangkut ke dalam sel (cairan intra sel) organ atau otot
sasaran. Distribusi obat juga dapat terjadi tidak merata akibat gangguan
(rintangan) darah ke otak (cerebro spinal barrier), terikatnya obat pada protein
tetrasiklin dapat melintasi rintangan ini dengan dosis besar, bila diberikan
injeksi intra vena. Sebagian obat di dalam darah diikat secara reversibel pada
protein plasma. Zat bersifat asam terikat pada albumin, zat basa mengikat diri
2004).
e. Eskresi
Organ tubuh yang paling berperan dalam proses eliminasi obat adalah
ginjal, obat dikeluarkan dalam bentuk yang tidak berubah (parent drug) atau
berupa metabolitnya dan hanya sebagian kecil dalam keadaan utuh seperti,
penisilin dan terasiklin. Obat yang diekskresi secara aktif tidak terpengaruh
hampir diekskresi seluruhnya dengan cepat. Selain itu obat dapat dieliminasi
melalui sistem empedu masuk ke dalam usus kecil dan dieliminasi melalui
feces. Eliminasi melalui jalur ini, obat atau metabolitnya masih dapat
1997)
diameter zona hambat 14,5 mm, artinya diameter zona hambat yang terbentuk
melebihi batas maksimum residu yang ditetapkan SNI 01- 6366- 2000 yaitu
maksimum 0,1 ppm (diameter zona hambat <13 mm) sehingga hati tidak layak
penggunaan antibiotik yaitu 5 hari sebelum masa panen, sehingga antibiotik masih
pengobatan dan tambahan pakan ternak saat ini masih banyak dilakukan. Adanya
residu dalam daging ayam disebabkan ayam tersebut telah dipotong sebelum
dicapai waktu henti (withdrawal time) yakni lima hari. Sedangkan tempat
obat atau pakan dengan tambahan antibiotika tetrasiklin. Kadar residu obat yang
melewati batas maksimum tersebut akan menyebabkan produk pangan tidak aman
waktu henti obat dapat dilewati diharapkan residu tidak ditemukan lagi atau telah
berada dibawah batas maksimum residu (BMR) sehingga produk ternak aman
yang digunakan pada manusia tidak boleh digunakan pada ternak, antibiotik yang
digunakan harus aman bagi manusia, hewan, lingkungan, memiliki efikasi yang
bagus dan bermutu baik, khususnya untuk mencegah resistensi bakteri pada
manusia.
Tuntutan konsumen terhadap pangan asal hewan yang sehat, aman dan
terbebas dari residu antibiotik semakin meningkat. Upaya yang dilakukan untuk
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menekan bahaya potensial
jaringan hewan apabila hendak dikonsumsi. Hal ini akan menurunkan konsentrasi
dari beberapa mikroba antara lain penisilin dan tetrasiklin. Beberapa antibiotik
Kesimpulan
adalah SMA yaitu sebanyak 5 orang (62,5%), dan untuk jenis kelamin
2. Hasil pemeriksaan 6 sampel penelitian pada daging ayam dan hati ayam, 5
terdapat 1 sampel hati ayam broiler peternakan Desa Rantau Panjang yang
zona hambat 14,5 mm, artinya diameter zona hambat yang terbentuk
melebihi batas maksimum residu yang ditetapkan SNI 01- 6366- 2000 yaitu
maksimum 0,1 ppm (diameter zona hambat <13 mm) sehingga hati tidak
Saran
dipanen. Sehingga agar tidak ada lagi residu yang tertinggal pada daging
2. Penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan pada pangan asal hewan lainnya
Daftar Pustaka
Fathul, F.S, T.L., & Purwaningsih N. (2013). Pengetahuan pakan dan formulasi
ransum. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Glisson J.R, dkk. (2003). Fowl cholera. in: Disease of Poultry.Saif, Y.M. (Edisi
ke - 11). Iowa: Iowa State Press.
Indrati, R., & Gardjito, M. (2014). Pendidikan konsumsi pangan aspek
pengolahan dan keamanan. Jakarta: Kencana.
Infovet. (1994). Kronologi ketentuan penggunaan feed addictive di Indonesia.
Invofet. Jakarta : Anonim.
Kaleka, N. (2015). Beternak ayam kampung super ayam jawa super tanpa
bau.Yogyakarta: Arcitra.
Mulyantini, NGA. (2011). Produksi ternak unggas. Bogor: IPB Press.
Murtidjo, B.A. (2003). Pemotongan dan penanganan daging ayam. Yogyakarta :
Kanisius.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugraheni, M. (2013). Pengetahuan bahan pangan hewani. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Oramahi, R., Yudhabuntara, D., & Budiharta. S. (2004). Kajian residu antibiotik
pada hati ayam di Kota Yogyakarta Hal 287-291 (Tesis). Sekolah
Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.2406/Menkes/Per/XII/2011.
Tentang pedoman umum penggunaan antibiotik. Jakarta: Anonim.
Rahayu, I. (2009). Prinsip pengobatan. Malang : Universitas Muhammadyah
Malang.
Saparianto, C. & Hidayati, D. (2006). Bahan tambahan pangan. Yogyakarta :
Kanisius.
Seto, S. (2001). Pangan dan gizi ilmu teknologi industri dan perdagangan
internasional. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Shobirin, W., & Nimas M.S., S. (2013). Studi kelayakan ternis dan finansial
dalam perancangan unit pengolahan feed additive ruminansia skala UKM
di kecamatan kandangan Kabupaten Kediri (Skripsi). Laporan Penelitian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Subronto, & Tjahjati. (2001). Pedoman pengobatan pada hewan ternak. Bentang
Pustaka.
KUISIONER PENELITIAN
1. Nama Responden :
2. Umur :...............(tahun)
3. Jenis Kelamin :
4. Kecamatan :
5. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Tamat SD
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan Tinggi
a. dada
b. paha
c. tidak tahu
4. Jika dicampurkan pada minum, kapan waktu pemberiannya ?
a. setiap 2-3 kali dalam sehari
b. saat ayam terkena penyakit pernafasan
c. tidak tahu
5. Setiap ayam apakah berbeda daerah suntikkannya ?
a. iya
b. tidak
6. Pernahkah saudara mendapatkan penyuluhan sebelumnya ?
a. iya
b. tidak
7. Adakah dampak buruk setelah diberikan antibiotik ?
a. ada
b. tidak
8. Manfaatnya penggunaan antibiotik ?
a. bobot ayam cepat bertambah
b. tidak terkena penyakit pernafasan
c. tidak tahu
9. Berapa dosis yang diberikan ?
a. tidak sesuai petunjuk yang terdapat pada kemasan
b. sesuai petunjuk yang terdapat pada kemasan
c. tidak tahu
10. Pengalaman beternak ayam broiler ?
a. 1-5 tahun
b. >5 tahun
Gambar 3. Wawancara dengan pemilik dan pekerja ternak ayam ras broiler