Anda di halaman 1dari 74

EFEKTIVITAS ZEOLIT DAN MIKROBA PROBIOTIK

STARBIO TERHADAP PENGURANGAN KADAR


GAS AMONIA PADA FESES TERNAK
AYAM BROILER

SKRIPSI

Oleh

RIZKY RAHMAYANI BR SINAGA


NIM: 151000144

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


EFEKTIVITAS ZEOLIT DAN MIKROBA PROBIOTIK
STARBIO TERHADAP PENGURANGAN KADAR
GAS AMONIA PADA FESES TERNAK
AYAM BROILER

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat

Oleh

RIZKY RAHMAYANI BR SINAGA


NIM: 151000144

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa Skripsi saya yang berjudul

“Efektivitas Zeolit dan Mikroba Probiotik Terhadap Pengurangan Kadar

Gas Amonia Pada Feses Ternak Ayam Broiler” beserta seluruh isinya adalah

benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko

atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak

lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2019

Rizky Rahmayani Br Sinaga

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Usaha peternakan ayam di Indonesia adalah usaha yang belakangan ini sering
dituding sebagai usaha yang mencemari lingkungan dikarenakan banyak pemilik
usaha peternakan di Indonesia kurang memperhatikan masalah lingkungan di
peternakan. Limbah peternakan dapat menimbulkan dampak negatif bagi
peternak. Salah satu dampak negatifnya adalah banyaknya polutan partikel dan
pencemaran udara berupa bau yang tidak enak dan menyengat yang disebabkan
oleh kandungan amonia yang tinggi pada feses ternak.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui efektivitas zeolit dan mikroba probiotik starbio terhadap
pengurangan kadar gas amonia pada feses ternak ayam broiler. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen semu(Quasi Experiment) dengan rancangan
penelitian Pre and Post Test Design. Penambahan zeolit dilakukan dengan kadar
2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan mikroba probiotik starbio dengan kadar 0,5%, 1%,
1,5%, 2%, 2,5% serta dua kali pengulangan. Penelitian ini dilakukan di Balai
Laboratorium Kesehatan Daerah Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengggunaan zeolit dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan mikroba
probiotik starbio 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5% dapat menurunkan kadar amonia
dengan persentase sebesar 65%, 69%, 70%, 72% dan 78%. Nilai awal kadar
amonia yaitu 217,5 mg/l menjadi 76,9 mg/l, 67,6 mg/l, 66,8 mg/l, 62,1 mg/l dan
50,0 mg/l. Konsentrasi zeolit dan mikroba probiotik starbio yang efektif dalam
menurunkan kadar amonia pada penelitian ini yaitu penggunaan zeolit 10% dan
mikroba probiotik starbio 2,5% dapat menurunkan kadar amonia hingga 50 mg/l
tetapi belum dibawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 50 tahun 1996.Sehubungan dengan penelitian tersebut,
penulis menyarankan bagi pemilik peternakan ayam broiler dapat memanfaatkan
zeolit dan mikroba probiotik starbio sebagai alternatif pengolahan kimia untuk
menurunkan kadar amonia agar kadar amonia di peternakan tidak mencemari
lingkungan.

Kata kunci : Polusi Amonia, ayam broiler

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Chicken farming business in Indonesia is a business that lately is often blamed as


a business that pollutes the environment because many livestock business owners
in Indonesia pay less attention to environmental problems at the farm. Livestock
waste can have a negative impact on farmers. One of negative impact is much
particle pollutants and air pollution as bad smell an sting caused by high
ammonia content in poultry feces. The purpose of this study was to determine the
effectiveness of starbio's zeolite and probiotic microbes on reducing ammonia gas
levels in the feces of broiler chickens.This research is a quasi experimental study
with a Pre and Post Test Design. Zeolite addition was carried out with levels of
2%, 4%, 6%, 8%, 10% and probiotic microbial starbio with levels of 0.5%, 1%,
1.5%, 2%, 2.5% and two repetitions. This research was conducted at the Medan
Regional Health Laboratory.The results showed that the use of zeolite with a
concentration of 2%, 4%, 6%, 8%, 10% and probiotic microbial starbio 0.5%,
1%, 1.5%, 2%, 2.5% can reduce ammonia levels with a percentage of 65%, 69%,
70%, 72% and 78%. The initial value of ammonia is 217.5 mg / l to 76.9 mg / l,
67.6 mg / l, 66.8 mg / l, 62.1 mg / l and 50.0 mg /l. Starbio probiotic zeolite and
microbial concentrations that are effective in reducing ammonia levels in this
study are the use of zeolite 10% and starbio probiotic 2.5% can reduce ammonia
levels up to 50 mg / l but not below the quality standards set by the minister of the
Environment Regulation No. 50 of 1996. In connection with these studies, the
authors suggest that broiler chicken owners can use zeolite and starnio probiotic
microbial as an alternative chemical treatment to reduce ammonia levels so that
ammonia levels in farms do not pollute the environment.

Keyword : Ammonia Pollution, broiler chicken

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Efektivitas Zeolit dan Mikroba Probiotik Starbio Terhadap

Pengurangan Kadar Gas Amonia Pada Feses Ternak Ayam Broiler”. Skripsi

ini disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat di Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis

banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S selaku dosen pembimbing yang

telah bersedia memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis mulai

dari persiapan hingga selesainya penulisan ini.

4. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D dan Ir. Indra Chahaya S, M.Si selaku dosen

penguji I dan II.

5. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing dan memberikan arahan selama masa perkuliahan. Universitas

Sumatera Utara

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Ibu Dian Afriyanti selaku staff departemen kesehatan lingkungan yang telah

membantu mempersiapkan segala administrasi di departemen kesehatan

lingkungan.

7. Orang tua yang memberikan doa, ketulusan, dukungan, nasihat serta rasa

sayang yang tak terbatas kepada diri penulis

8. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu, menemani, dan memberi

semangat selama penulisan skripsi

9. Teman-teman yang penulis miliki yaitu Angels Squad, teman PBL, LKP,

UKM Fotografi USU, Peminatan Kesling dan teman stambuk 2015 FKM

USU Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, meskipun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat baik bagi mahasiswa/i FKM USU maupun kalangan lainnya.

Medan, Agustus 2019

Penulis

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
Daftar Istilah xiii
Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Tujuan Umum 7
Tujuan Khusus 7
Manfaat Penelitian 8

Tinjauan Pustaka 9
Pencemaran Lingkungan 9
Penyebab Pencemaran Lingkungan 9
Pencemaran Udara 10
Dampak Eksreta Ayam Terhadap Pencemaran Lingkungan 11
Pemberian Pakan Ayam Broiler 12
Pengertian Amonia 13
Dampak Amonia Terhadap Pencemaran Lingkungan 13
Dampak Amonia Terhadap Kesehatan Manusia 15
Pengertian Zeolit 15
Sifat Zeolit 18
Struktur Zeolit 19
Manfaat Zeolit Pada Peternakan 20
Mikroba Probiotik Starbio 21
Manfaat Mikroba Probiotik Starbio 24
Kerangka Konsep 26

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Metode Penelitian 27
Jenis Penelitian 27
Lokasi dan waktu penelitian 27
Lokasi Penelitian 27
Waktu Penelitian 28
Populasi dan Sampel Penelitian 28
Populasi Penelitian 28
Sampel Penelitian 28
Variabel dan Defenisi Operasional 28
Metode Pengumpulan data 29
Data Primer 29
Data Sekunder 29
Metode Pengukuran 29
Metode Analisis Data 32

Hasil Penelitian 33
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33
Hasil Pemeriksaan Awal Kadar Amonia Pada Feses Ternak 34
Ayam Broiler
Hasil Kadar Amonia Pada Feses Ternak Ayam Broiler Setelah 35
Penambahan Zeolit dan Mikroba Probiotik Starbio
Penurunan Kadar Amonia Setelah Perlakuan 36

Pembahasan 38
Hasil Pemeriksaan Amonia Pada Feses Ternak Ayam Broiler 38
Pengaruh Konsentrasi Zeolit dan Mikroba Probiotik Starbio 39
Terhadap Pengurangan Kadar Amonia Pada Feses Ternak Ayam
Broiler
Pengaruh Zeolit dan Mikroba Probiotik Starbio dalam menurunkan 41
Kadar Amonia pada Feses Ternak Ayam Broiler
Keterbatasan Penelitian 45

Kesimpulan dan Saran 46


Kesimpulan 46
Saran 47

Daftar Pustaka 48
Lampiran 52

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Jumlah Eksreta Murni Pada Beberapa Jenis Unggas 11

2 Batas Aman dan Kematian Akibat Gas yang 14

Merugikan di Kandang Ayam Broiler

3 Efek Paparan Amonia terhadap Manusia 15

4 Kandungan Zeolit Beserta Rumus Kimianya 18

5 Rincian Perlakuan 27

6 Hasil Pengukuran Awal Kadar Amonia Pada Feses 33

Ternak Ayam Broiler

7 Hasil kadar Amonia yang diberi perlakuan zeolit dan 35

mikroba probiotik starbio pada pakan

8 Persentase Penurunan Kadar Amonia Setelah Perlakuan 37

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Pecahan Zeolit 17

2 Zeolit yang sudah dihaluskan 17

3 Kemasan Mikroba Probiotik Starbio 25

4 Suplemen Mikroba Probiotik Starbio 25

5 Kerangka Konsep Penelitian 26

6 Pakan Ayam Tanpa Perlakuan 34

7 Pakan Sudah dicampur dengan Zeolit dan Mikroba 36

8 Grafik Penurunan Amonia pada Feses Ternak 37

Ayam Broiler

9 Kondisi Peternakan Ayam broiler di Desa Bangun Purba 55

10 Kondisi Kandang Sekitar Peternakan 55

11 Kondisi Kandang Sampel 56

12 Pengambilan Sampel 56

13 Pemeriksaan Amonia di Laboratorium 57

14 Pembacaan Amonia Menggunakan Spektrofotometer 57

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Surat Izin Penelitian 52

2 Surat Izin Selesai Penelitian 53

3 Hasil Penelitian 54

4 Dokumentasi 55

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Istilah

NPN (Non Protein Nitrogen) Protein yang tidak diserap

ND (News Castle Deseases) Virus penyakit pada ayam broiler

FCR (Feed Conversion Ratio) Perhitungan banyaknya pakan yang

dihabiskan

KTK Kapasitas Tukar Kation

BAL Bakteri Asam Laktat

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Riwayat Hidup

Penulis bernama Rizky Rahmayani Br Sinaga berumur 21 tahun,

dilahirkan di Bangun Purba pada tanggal 04 Oktober 1997. Penulis beragama

Islam, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alm. Darwin

Sinaga dan Ibu Butet Tarigan.

Pendidikan formal penulis dimulai di TK Kasih Ibu Bangun Purba tahun

2001, Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 101990 Bangun Purba tahun 2003-

2009, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Bangun Purba tahun 2009-

2012, sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bangun Purba tahun 2012-2015,

selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2019

Rizky Rahmayani Br Sinaga

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan

Latar Belakang

Usaha peternakanayam broiler (pedaging) adalah salah satu industri yang

banyak tersebar di berbagai daerah di Indonesia, usaha peternakan ayam broiler

ini dapat meningkat setiap tahunnya dikarenakan banyaknya permintaan daging di

pemasaran. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi,

pendidikan, dan meningkatnya jumlah penduduk serta pendapatan ekonomi

masyarakat. Peternakan ayam broiler juga telah menjadi sebuah industri yang juga

sangat diminati untuk para wirausaha di Indonesia dimana usaha ayam broiler

besar kemungkinan dapat memperoleh keuntungan yang tinggi dan merupakan

suatu bidang usaha yang memiliki prospek yang sangat menjanjikan di Indonesia

sehingga banyak wirausaha berminat untuk membuat usaha peternakan ayam

broiler.

Usaha Peternakan ayam di Indonesia adalah usaha yang belakangan ini

sering dituding sebagai usaha yang mencemari lingkungan dikarenakan banyak

pemilik usaha peternakan di Indonesia kurang memperhatikan masalah

lingkungan di peternakan.Sebagai pengusaha ternak ayam broiler, menjadi

peternak haruslah selalu memperhatikan tatalaksana pemeliharaanya,

perkandangannya maupun penanganan limbahnya sesuai dengan Permentan

No.31 tahun 2014 tentang pedoman budidaya ayam pedaging dan ayam petelur

yang baik agar petemakan ayam broiler tersebut menjadi usaha yang berwawasan

lingkungan dan efisien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Menurut Peraturan Menteri melalui SK Mentan No. 237 tahun 1991 dan

SK Mentan 752 tahun 1994, juga menyatakan bahwa usaha peternakan perlu

dilengkapi dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan di peternakan

pada populasi tertentu.

Usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha industri yang besar

dimana ayam yang dipelihara sampai dengan ratusan ekor dalam satu kandangnya

yang dapat menghasilkan limbah dari kotoran ayam yang dapat mencemari

lingkungan. Apalagi jika peternak kurang memperhatikan kebersihan lingkungan

ayam broiler maka dapat menimbulkan beberapa dampak yang dapat mencemari

lingkungan dan menganggu kesehatan dari emisi kotoran ternak ayam broiler

yaitu bau yang mengandung amonia NH3, Pencemaran lingkungan di kandang

ternak dan juga dapat menyebabkan Perkembangbiakkan vektor akibat dari

penumpukkan kotoran dan sisa pakan di bawah kandang ternak sehingga

berlumpur dan mengeluarkan bau tidak sedap yang diakibatkan dari sisa air

pencucian kandang yang tidak memiliki saluran.

Kotoran ayam broiler merupakan sumber gas beracun, dimana eksreta

ayam broiler yang menumpuk bersama sisa pakan ternak dapat menjadi tempat

perkembangbiakan mikroorganisme dan parasit yang dapat berdampak bagi

pencemaran lingkungan di peternakan dengan salah satu emisi terbesar yang dapat

merugikan peternakan ayam broiler yaitu gas amonia (NH3) (Kamaludin, 2011).

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup 2007 Pencemaran udara adalah

masuknya komponen lain kedalam lingkungan sampai berubahnya suatu tatanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

lingkungan hingga merubah kualitas lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan

manusia dan proses alam.

Amonia merupakan gas alkali dengan iritasi tinggi dan tidak berwarna,

amonia adalah senyawa kaustik yang dapat merusak kesehatan. Amonia dapat

berwujud cair dengan kotoran dalam bentuk NH4OH dan berwujud gas dalam

NH3. Amonia menimbulkan bau tajam yang khas yang dapat mengganggu

permasalahan sosial bagi masyarakat sekitar peternakan dan pekerja, amonia

bersifat toksik pada ayam dan manusia apabila melebihi ambang batas kadar yang

ditoleransi serta dapat meningkatkan kerentanan penyakit .

Kadar yang ditoleransi Baku mutu tingkat kebauan (NH3) pada Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup Nomor 50 tahun 1996 adalah 2 ppm batas maksimal

bau dalam udara yang tidak mengganggu kesehatan manusia serta kenyamanan di

lingkungan. Secara umum kotoran ayam diperoleh dari sisa pakan ayam broiler

yaitu lemak protein karbohidrat dan unsur anorganik lainnya yang tidak

tercerna.Kotoran ayam dapat menimbulkan pencemaran udara yang merupakan

masalah lingkungan di peternakan. Kotoran ayam broiler mengandung gas dari

sisa zat makanan yang diuraikan oleh mikroba perombak protein didalam

pencernaan. Gas tersebut dapat menimbulkan pencemaran udara. Pencemaran

yang terjadi dilingkungan dapat mempengaruhi kualitas di lingkungan sehingga

tidak dapat berfungsi dengan baik sesuai peruntukannya.

Pada setiap pekerja harus mempunyai batas waktu kontak amonia dan

paparan konsentrasi amonia, karena paparan amonia dengan kosentrasi tinggi

sangat berbahaya bagi kesehatan yang dapat menyebabkan kerusakan paru dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

pada paparan yang rendah akan terjadi gangguan paru berupa gangguan restriktif

yang pertanda adanya penyakit paru (encyclopedia) (Arganata,2015). Di Amerika

Serikat pada administrasi keselamatan dan kesehatan pekerjanya batas waktu

paparan gas amonia adalah 15 menit dengan kosentrasi 35 ppm dan 8 jam untuk

25 ppm. Menurut Penelitian Charles dan Hariono,1991 Kadar rendah amonia yang

dapat terdeteksi baunya adalah 5 ppm tetapi seseorang sangat peka terhadap bau

ini.

Rachmawati (2000) menyebutkan bahwa masalah yang sering terjadi pada

peternakan seperti gangguan pada ternak, peternak dan lingkungannya itu

disebabkan oleh gas NH3, H2S dan gas CO2. Beberapa Penelitian menyebutkan

bahwa pengaruh NH3 di peternakan dapat mempengaruhi rataan pertumbuhan dan

mengurangi efisiensi pakan dan menimbulkan beberapa penyakit seperti merusak

saluran pernafasan (Chronic Respiratory Disease) dan meningkatkan virus

ND(New Castle Disease).

Sartono (2001) menyebutkan bahwa pemaparan amonia dalam jangka

waktu yang lama dapat mengakibatkan keracunan amonia pada manusia melalui

inhalasi yaitu iritasi yang terjadi pada saluran pernafasan bagian atas, batuk,

muntah dan selaput lendir hidung dan faring menjadi merah dan apabila kadarnya

terlalu besar dapat menyebabkan edema paru, sesak nafas dan sianosis.

Berdasarkan masalah tersebut, maka diperlukan cara yang mudah dan

sederhana yang dapat digunakan oleh peternak ayam broiler untuk menanggulangi

masalah emisi peternakan dengan mengurangi kadar gas amonia (NH3).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Rachmawati (2000) telah melakukan penelitian upaya pengelolaan

lingkungan usaha peternakan ayam dengan cara meningkatkan efisiensi pakan

pada ternak sehingga megurangi pembentukan sisa protein yang tidak tercerna

yang dapat menimbulkan bau pada kotoran ternak, adapun senyawa yang

digunakan adalah zeolit sebagai tambahan imbuhan pada pakan dan

mikroorganisme seperti probiotik starbio yang juga ditambahkan pada pakan.

Zeolit ditambahkan pada pakan karena merupakan mineral berongga dua

yang dapat menyerap molekul lain. Dan juga bersifat sebagai penukar ion karena

dapat terhidrasi pada temperatur yang tinggi, sebagai penyerap gas dan uap serta

memiliki kapasitas tukar kation (KTK) hingga 200-300 me/100gP(Winarna dan

Sutarta, 2005).Begitu juga suplemen probiotik starbio karena Probiotik starbio

merupakan suplemen pakan dari mikroba hidup menguntungkan yang dapat

menjaga keseimbangan mikroflora didalam usus, mikroba tersebut dapat menekan

mikroba patogen dan mendesaknya keluar dari pencernaan (Fuller, 2002).

Hasil Penelitian Rachmawati (2000) dengan menggunakan zeolit pada

kadar 2%-4% ternyata kurang efekif terhadap pengurangan kadar gas amonia.

Akan tetapi dengan kosentrasi 4% terjadi kecenderunganmenurunnya

pembentukan gas, kemungkinan dengan penggunaan zeolit dengan kosentrasi

tinggi dapat memberikan penurunan pembentukan gas amonia yang besar, tetapi

penggunaan zeolit dengan kosentrasi yang tinggi tidak disarankan karena zeolit

merupakan bahan penyerap yang tidak selektif dikhawatirkan akan menyerap

unsur lain yang dibutuhkan ternak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Hasil Penelitian Zainuddin (1994) suplemen starbio ditambahkan dengan

jumlah 0,025-0,05% pada pakan ayam broiler dan ternyata kadar amonia

dilingkungan kandangnya menurun hingga (4-5ppm) dibandingan dengan

sebelumnya tanpa penambahan starbio (8-10ppm).

Berdasarkan survei awal salah satu pemilik peternakan ayam broiler di

desa Bangun Purba memiliki 3 kandang ayam broiler dengan masing masing

kandang memiliki kapasitas yang berbeda dengan jumlah seluruhnya 13000 ekor

ayam broiler. Ayam broiler tersebut dipelihara dari bibit hingga panen selambat -

lambatnnya sampai umur 40 hari dan secepatnya umur 35 hari. Kotoran ayam di

peternakan ini dibersihkan 3 kali/minggu untuk digunakan sebagai pupuk dilahan

pertanian. Kotoran ayam yang menumpuk sesuai dengan jumlah ayam yang

dipelihara begitu pula kadar amonia yang dihasilkan yang dapat mencemari

lingkungan peternakan apabila tidak ditangani sesuai dengan pedoman budidaya

ternak pada peternakan.

Oleh sebab itu peneliti ingin meneliti dengan penambahan kadar 2

%,4%,6%,8%,10% pada pakan ayam broiler dengan meningkatkan sedikit kadar

zeolit pada penelitian sebelumnya kemudian juga menambahkan mikroba

probiotik starbio sebesar 0,5%,1%,1,5%,2%,2,5% karena dengan kadar starbio

berikut pada penelitian sebelumnya amonia sudah lebih rendah (berkurang) tetapi

tidak mencapai baku mutu. Penelitian akan dilakukan pada kandang ayam yang

berisi 10 ekor sampel ayam broiler.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan bahwa amonia dapat menyebabkan beberapa

dampak yang dapat mencemari lingkungan dan menganggu kesehatan, maka dari

itu peneliti ingin meneliti bagaimana cara mengurangi kadar gas amonia pada

kotoran ternak ayam broiler.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penambahan zeolit dan mikroba probiotik starbio terhadap pengurangan kadar gas

amoniapada feses ternak ayam broiler dengan kosentrasi yang sudah ditentukan.

Tujuan Khusus.

1. Melakukan penambahan zeolit 2 % (10 gram) dan mikroba probiotik

starbio 0,5% (2,5 gram).

2. Melakukan penambahan zeolit 4 % (20 gram) dan mikroba probiotik

starbio 1 % (5 gram).

3. Melakukan penambahan zeolit 6 % (30 gram) dan mikroba probiotik

starbio 1,5% (7,5 gram).

4. Melakukan penambahan zeolit 8 % (40 gram)dan mikroba probiotik

starbio 2 % (10 gram).

5. Melakukan penambahan zeolit 10% (50 gram) dan mikroba probiotik

starbio 2,5% (12,5 gram).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada peternak ayam ras broiler tentang

bahaya amonia yang terdapat pada feses ternak terhadap

kesehatan peternak dan ternak tersebut.

2. Memberikan cara yang efektif untuk mengatasi gas amonia yang

terdapat pada feses ternak.

3. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang bahaya

amonia bagi kesehatan dan manfaat zeolit dan mikroba probiotik

starbio terhadap pengurangan kadarnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tinjauan Pustaka

Pencemaran Lingkungan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12

mengenai Pencemaran Lingkungan adalah pencemaran yang disebabkan oleh

aktivitas manusia dan peristiwa alam (Pandia et al., 1995).

Pencemaran (Polusi) Lingkungan adalah perubahan lingkungan yang

terjadi secara menyeluruh atau hasil sampingan dalam pola penggunaan bahan

kimia dan fisika berbahaya. Atau secara sederhana, pencemaran lingkungan

adalah bila jumlah zat pencemar yang terdapat didalam lingkungan terlalu besar

dan tidak berkembang secara normal, yang mengakibatkan keseimbangan

lingkungan terganggu (Pandia et al., 1995).

Penyebab Pencemaran Lingkungan. Pencemaran lingkungan adalah

adanya limbah yang dibuang kedalam lingkungan sembarangan sehingga daya

dukungnya terlampaui. Limbah adalah dimasukkannya sisa suatu usaha atau

kegiatan manusia, makhluk hidup, dan zat atau energi kedalam lingkungan

pencemaran lingkungan juga merupakan sumber penyebab gangguan kesehatan

pada masyarakat (Mulia, 2005).

Peternakan ayam broiler merupakan penghasil limbah dari hasil kotoran

ayam. Masalah utama yang akan dihadapi dalam beternak ayam broiler yang

dapat mencemari lingkungan sekitar peternakan adalah gas amonia (NH3). Gas

amonia juga dapat mengundang perkembangan vektor lalat sebagai pembawa

penyakit kepada masyarakat yang tinggal disekitaran kandang, akibat dari

penumpukan kotoran ayam broiler kondisi kandang akan lembab. Sumber emisi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

gas amonia (NH3) di udara paling banyak itu terdapat dari manure hewan asal

peternakan hingga 80 sampai 90 % (Heij dan Schneider, 1991).

Berdasarkan hasil tanya jawab dengan pemilik peternakan bahwa

peternakan akan dibersihkan pasca panen, kotoran ayam dikerok 3 kali/minggu

kemudian dikumpulkan dan dimasukkan kedalam karung dan kotoran ayam telah

kering akan dijadikan pupuk. Kegiatan panen ayam berkisar antara 35-40 hari. Hal

ini menyebabkan kotoran ayam tersebut mengalami pembusukan. Pembusukan

kotoran hewan dan pembusukan benda lain yang masuk kedalam air menjadi

bahan pencemar amonia (Sastrawijaya, 1991).

Pencemaran Udara. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup 2007

pencemaran udara adalah masuknya komponen lain kedalam lingkungan sampai

berubahnya suatu tatanan lingkungan hingga merubah kualitas lingkungan yang

disebabkan oleh kegiatan manusia dan proses alam (Mulia, 2005).

Menurut Chambers (1976) dan Masters (1991) Pencemaran udara adalah

bertambahnya bahan fisik dan kimia kedalam lingkungan dengan jumlah tertentu

sehingga dapat memberikan efek terhadap makhluk hidup. Dan masuknya

kontaminan baik secara alami maupun buatan yang dapat mempengaruhi

perubahan atmosfer itu juga disebut pencemaran udara (Parker, 1982).

Pencemaran udara adalah pencemaran yang diakibatkan dari bahan atau

zat asing diudara dengan waktu yang cukup lama dan dapat melebihi batas normal

yang dapat menggangu manusia, hewan dan binatang (Wardhana, 2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Dampak Ekskreta Ayam Terhadap Pencemaran Lingkungan

Ekskreta merupakan sisa hasil metabolisme tubuh yang tidak tercerna

yang berasal dari pakan dan ekskresi tubuh (Ensminger, 1992). Jenis unggas,

bobot badan, cuaca, waktu pengambilan, jenis dan jumlah pakan mempengaruhi

jumlah dan komposisi ekskreta (Muller, 1980; Ensminger, 1992).

Eskreta ayam broiler menjadi sumber pencemaran yang berkaitan dengan

unsur yang ada didalamnya seperti nitrogen dan sulfida. Menumpuknya ekskreta

dapat membentuk gas amonia, nitrat, nitrit dan sulfida akibat dari proses

dekomposisi mikroorganisme. Gas yang dikeluarkan tersebut menyebabkan bau

dan penumpukan kotoran juga dapat menjadi tempat perkembangbiakkan

mikroorganisme dan beberapa vektor terutama lalat. Lalat dapat mencemari

sekitar kandang dan pembawa penyakit pada masyarakat yang tinggal disekitar

kandang ayam broiler. Kandungan dalam gas amonia pada eksreta ayam yang

tinggi disebabkan oleh protein yang berlebih pada pakan ternak yang tidak

tercerna dengan baik sehingga tidak terabsorbsi tetapi dikeluarkan sebagai amonia

(Rohaeni, 2005).

Tabel 1

Jumlah Ekskreta Murni Pada Beberapa Jenis Unggas

Jenis Jumlah Rataan Waktu Jumlah Jumlah Eksreta


Unggas Ternak Bobot Periode Ekskreta (g/ekor/hari/BB)
(ekor) Badan(BB) (hari) (kg)
(kg/ekor)
Ayam 1000 2,0 365 1.091 15
Petelur
Ayam 1000 1,8 63 1.227 11
Broiler
Kalkun 1000 3,6 112 1.964 4,9
Sumber. Ensminger, 1992

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Adapun dalam Peraturan Menteri Pertanian No.31 tahun 2004 bahwa

peternakan harus mewujudkan budi daya ayam pedaging yang sehat dan ramah

lingkungan seperti menjaga kebersihan dan pencucian kandang yang baik serta

sanitasi kondisi kandang sehingga memenuhi syarat higiene. Dan dengan

membuat unit pengelolaan limbah kotoran untuk menghasilkan pupuk organik.

Pemberian Pakan Ayam Broiler

Pemberian pakan pada ayam broiler terdiri dari 2 fase, pertama fase starter

pada umur ayam 1-21 hari dan kedua finisher pada umur lebih dari 21 hari.

Perbedaan dari kedua fase tersebut ialah dari perubahan kandungan protein dan

energi dari pakan starter 21-23% protein dan 3,10 kkal/kg energi sedangkan

finisher 19-20% protein dan 3,26 kkal/kg berikut untuk menambah bobot badan

dan mengurangi stres akibat perubahan pakan (Tamalludin, 2012).

Pemberian pakan pada fase pertama starter dilakukan sedikit demi sedikit

tetapi secara adlibitum yaitu terus menerus dan sesering mungkin karena pada

minggu pertama ini anak ayam masih dalam keadaan belajar dan menyesuaikan

dengan kondisi lingkungannya dikhawatirkan pakan banyak terbuang dan

bercampur dengan kotoran (Fadilah et al., 2007).

Ayam broiler diberi pakan dengan dua fase pertumbuhan yaitu fase starter

0-3 minggu dan finisher 4-6 minggu (Ardana, 2009). Adapun komposisi pakan

pada fase finisher ayam broiler: Jagung 5 kg, bekatul 0,7 kg, sorgum 1 kg,

tepung ikan, 0,3 kg, tepung darah 0,3 kg, tepung gaplek 0,5 kg, kedelai 0,9 kg,

bungkil biji kapuk 0,05 kg, bungkil kelapa 0,5 kg, tepung bulu ayam 0,25 kg,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

tepung daun pepaya 0,25 kg, minyak kelapa 0,1 kg, premix 0,05 kg (Maulana,

2018).

Amonia

Amonia adalah gas dengan titik didih 33,50 oC dan tidak berwarna

(Sutresna, 2008). Cairannya akan menguap hingga 1,37 kJ/g pada titik didihnya.

Gas amonia yang bentuk utamanya adalah NH3 dan di atmosfer merupakan gas

alkaline utama, dan dengan cepat bereaksi dengan SO2 dan NOx di atmosfer

sehingga menjadi amonium (NH4+) yang mengandung aerosol ((NH4)2SO4) dan

nitrat (NH4NO3).

Gas amonia (NH3) dapat terbentuk dari proses pembusukan protein dari

rumah tangga dan industri . Gas amonia berbau busuk dan dapat mengganggu

kesehatan pada pernafasan manusia. Bau limbah peternakan yaitu kotoran hewan

disebabkan dari denaturasi protein oleh bakteri dalam pakan ternak, sehingga

amonia mencemari udara lingkungan peternakan. Amonia juga dapat menurunkan

kualitas air dengan menaikan pH akibat terlarutnya amonia dalam air yang

membentuk amonium hidroksida (Banon C dan Suharto, 2008).

Dampak Amonia Terhadap Pencemaran Lingkungan. Memanajemen

dalam pemeliharaan ayam broiler, lingkungan sekitar kandang terutama dapat

tercemar oleh adanya gas amonia. Amonia terjadi akibat adanya aktivitas

mikroorganisme di dalam yang mengakibatkan bahan limbah nitrogen tidak

terserap (Manin et al., 2010). Amonia juga dapat menimbulkan kepekaan

terhadap faktor penyakit dan menurunkan efisiensi kerja pada peternak serta

menurunkan produksi ternak (Charles dan Haryono, 1991).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Gas amonia merupakan gas utama yang berasal dari kotoran ternak

penyebab bau dan dapat mengganggu disamping gas hidrogen sulfida dan

berbagai senyawa lain yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia, ternak

dan lingkungannya. Gas amonia terbentuk akibat adanya proses yang dilakukan

oleh mikroba. Mikroba menguraikan protein sisa menjadi asam amino yang

berasal dari kotoran ayam. Selanjutnya asam amino mengalami deaminasi dan

menghasilkan gas amonia. Banyaknya gas amonia yang terlepas dari kotoran

ayam itu sangat tergantung mulai dari jenis ternak yang menghasilkan kotoran dan

juga jenis pakan yang diberikan kepada ternak. Pada dasarnya gas amonia dapat

dilepas karna proses dekomposisi yang terjadi pada kotoran ternak dan dapat

ditandai dengan timbulnya bau yang spesifik. Bau yang tercium tergantung dari

jumlah gas amonia yang dihasilkan oleh kotoran tersebut (Yusrini H, 2002).

Berdasarkan Keputusan menteri lingkungan hidup No.50 tahun 1996

bahwa baku mutu bau di udara yang di perbolehkan tidak mengganggu kesehatan

manusia serta kenyamanan pada lingkungan adalah 2 ppm.

Tabel 2

Batas Aman dan Kematian Akibat Gas yang Merugikan di Kandang Ayam Broiler

Jenis Gas Batas Kematian Batas Aman


(%) % ppm
Amonia Diatas 0,05 Dibawah 0,0025 Dibawah 25
Hidrogen Sulfida Diatas 0,05 Dibawah 0,004 Dibawah 40
Karbon Dioksida Diatas 30,00 Dibawah 1 Dibawah 10.000
Metana Diatas 5 Dibawah 5 Dibawah 50.000
Sumber : North dan Bell (1990)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Dampak Amonia Terhadap Kesehatan Manusia. Amonia dalam bentuk

gas diudara sangat lebih ringan. Gejala yang akan ditimbulkan tergantung dari

dosis , jalannya bisa terpapar dan lama pemaparannya (Imelda, 2007) . Pemaparan

amonia dalam jangka waktu yang lama yaitu keracunan amonia juga dapat

menyebabkan berbagai penyakit terutama melalui inhalasi yaitu batuk, muntah,

selaput lendir pada hidung dan faring menjadi merah serta iritasi di saluran

pernafasan bagian atas. Jika kadar amonia tinggi dapat menyebabkan sesak ketika

bernafas, edema paru, dan sianosis ( Sartono, 2001). Kotoran ayam dapat

menimbulkan penyakit snod pada ayam yaitu gangguan pernafasan. Gas amonia

yang tinggi juga akan membuat mata manusia terasa pedas (Fasa, 2012)

Tabel 3

Efek Paparan Amonia terhadap Manusia

Konsentrasi Amonia (ppm) Gejala yang diperlihatkan


5 ppm Mulai terdeteksi
6-20 ppm Iritasi mata
40 ppm/jam Sakit Kepala, mual, hilang nafsu makan
100 ppm/jam Iritasi pada permukaan mukosa
400 ppm/jam Iritasi pada hidung dan tenggorokkan
Sumber : Pauzenga (1991)

Zeolit

Zeolit merupakan terdiri dari unsur utama kation alkali dan alkali tanah

pada persenyawaan alumino silikat, zeolit mempunyai pori-pori yang bisa diisi

molekul air yang berstruktur tiga dimensi. Dikarenakan struktur zeolit yang

berfori, zeolit juga mampu untuk menyaring dan menyerap molekul sehingga bisa

menjadi sebagai penukar ion. Selain itu zeolit juga memiliki sifat hidratasi dan

dehidratasi. Zeolit pada umumnya memiliki susunan kristal yang agak lunak,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

berat jenis dari zeolit ini antara 2-2,4 : berwarna kebiruan, putih dan coklat

(Djadjulie, 1998).

Secara selektif zeolit juga mampu menyerap air dan gas N2, dan sebagai
+
penukar ion pada NH4 dan K+, sehingga dapat mengandung potasium dan

nitrogen sebagai media pengontrol dalam penggunaan pupuk yang dibutuhkan

oleh tanah, zeolit juga dapat sebagai penangkap logam berat dalam air limbah

pada pertanian, pengontrol kelembapan dan pengontrol sifat radioaktif pada tanah

yang tercemar juga sebagai decaking agent untuk pupuk dan makanan (Djadjulie,

1998).

Didalam sifat zeolit sebagai penyerap dan penukar ion, interaksi adanya

adsorbsi molekul sorbat juga diperlukan dalam proses penukara ion. Rongga

zeolit menyerap molekul sorbat sangat tinggi. Dikarenakan zeolit memiliki

struktur yang berfori dan dapat mengakibatkan zeolit berinteraksi dengan kuat

dengan permukaan zeolit yang berongga, muatan kerangka dan kation dapat

meningkatkan interaksi adsorpsi sehingga menghasilkan medan elektrostatik

(Muchtar, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Gambar 1 : Pecahan Zeolit

Gambar 2 : Zeolit yang sudah dihaluskan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Tabel 4

Kandungan Zeolit beserta Rumus Kimianya

Nama Mineral Rumus Kimia Unit sel


Analsim Na16(A116 Si :32O96). 16H2O
Kabasit (Na2,Ca)6(A112 Si24 O72). 40H2O
Klinoptolit (Na4K4)(A18Si40 O96). 24H2O
Erionit (Na,Ca5K) (A 19Si 27O72). 27H2O
Ferrierit (Na2Mg2)(A16Si30O72). 18H2O
Heulandit Ca4(A18Si28O72). 24H2O
Laumonit Ca4(A18 Si16O48). 16H2O
Mordenit Na8(A18Si40O96). 24H2O
Filipsit (Na,K)10(A110Si22O64). 20H2O
Natrolit Na4(A14Si6O20). 4H2O
Sumber : Sukandarrumidi , 1999

Sifat Zeolit. Jumlah zeolit yang melimpah di berbagai daerah di Indonesia

yaitu Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Manfaat penggunaan zeolit di indonesia

secara langsung belum bisa dilakukan, Dikarenakan zeolit indonesia masih

banyak mengandung campuran (impurities) seperti kotoran-kotoran sehingga

perlu dilakukannya pengolahan atau pemisahan terlebih dahulu. Zeolit yang

terdapat dipasaran sudah dibersihkan dan dapat digunakan secara langsung. Zeolit

dalam dasawarsa ini dijadikan sebagai mineral serba guna oleh para peneliti

karena sifat fisika dan kimianya yang unik (Putra, 2007).

Sifat unik dari zeolit tersebut meliputi adsorben dan penyaring molekul,

katalisator dan penukar ion serta dehidrasi. Sifat dehidrasi dari zeolit yaitu apabila

dipanaskan akan melepaskan molekul H2O. Struktur kerangkan pada zeolit

umumnya akan menyusut, tetapi dasarnya tidak dapat berubah secara nyata.

Seolah- olah molekul H2O mempunyai posisi yang spesifik dan dapat dikeluarkan

secara reversibel. Dikarenakan zeolit juga bersifat sebagai adsorben dan penyaring

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

molekul, dan juga memiliki struktur yang berongga, zeolit juga mampu menyerap

molekul dengan jumlah besar pada ukuran lebih kecil atau pada ukuran yang

sesuai dengan ukuran rongganya. Selain itu zeolit juga telah terhidrasi mempunyai

efektivitas adsorbsi tinggi dan adsorben selektif. Pusat-pusat aktif dalam saluran

antar zeolit juga berkemampuan sebagai katalis. Gugus fungsi dari asam tipe

Bronsted dan Lewis juga mempengaruhi terbentuknya pusat-pusat aktif, proses

aktivasi zeolit dan kondisi reaksi merupakan perbandingan kedua jenis asam

(Putra, 2007).

Molekul basa secara kimiawi juga dapat diikat oleh pusat-pusat aktif.

Sedangkan zeolit juga bersifat sebagai penukar ion itu juga karena disebabkan

adanya kation alkali dan alkali tanah. Kation logam juga dapat ditukarkan dengan

logam yang lain didalam rongga dengan jumlah yang sama dan dapat bergerak

bebas. Dalam dasawarsa ini, selain peneliti aplikasi zeolit juga sudah secara luas

dimanfaatkan masyarakat. Contoh dari aplikasinya sebagai berikut terdiri dari

bidang sektor aplikasi penetral keasamaan tanah, peningkat aerasi tanah dan

sumber mineral pupuk dan tanah pada pertanian serta pengontrol pembebasan

amonium, nitrogen dan kalium pupuk. Dan juga zeolit dapat mereduksi penyakit

pada hewan ruminensia, meningkatkan efisiensi pada pakan ternak, pengontrol

kelembapan di kandang dan mengurangi kandungan gas amonia pada kotoran

hewan (Putra, 2007).

Struktur Zeolit. Zeolit mengandung kation alkali dan alkali tanah yang

berupa aluminosilikat yang kerangka tiga dimensinya terhidrasi, secara empiris

rumusnya adalah Mx/n (AlO2) x (SiO2) y. H2O. (Mx/n) merupakan kation gol IA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

dan IIA pada sistem periodik, (n) valensi dari kation logam, (w) bilangan molekul

air /unit cell zeolit,(x dan y) bilangan total tetrahedral/ unit cell dan x/y

perbandingan berkisar 1 sampai dengan 5 (Saragih, 2013).

Mineral zeolit mempunyai berbagai macam struktur. Struktur zeolit

terbentuk dari 4 unit bangun utama yaitu unit bangun simetri polihedra, unit

struktur zeolit, unit bangun primer, dan unit bangun sekunder. Struktur zeolit yang

menjadi pembentuk unit bangun primer adalah tetrahedral TO4. Dalam hal ini

ation pusat berikatan dengan 4 atom oksigen yang menjadi kation Si4+ dan A13+ .

Bangun yang terbentuk dan bergabung adalah tetrahedral TO4 dan kemudian

membentuk cincin tunggal atau cincin ganda yang disebut unit bangun sekunder.

Kemudian unit bangun sekunder membentuk dan bergabung dengan unit bangun

polihedra, selanjutnya dari setiap unit polihedra akan dapat mengandung lebih

dari 24 tetrahedra. Gabungan dari banyak unit bangun sekunder dan unit bangun

polihedra 3 itu dapat membentuk struktur unit (Pusat Teknologi Limbah Radiaktif

Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2013).

Manfaat zeolit pada peternakan ayam. Penggunaan zeolit dalam bidang

peternakan sangat bermanfaat karena zeolit bisa sebagai pengabsorpsi dan

merupakan daya tukar kation yang tinggi. Di Indonesia khususnya pada

peternakan zeolit dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak, perbaikan

lingkungan peternakan, dan penghijauan pada tumbuhan (Pollung, 2005).

Manfaat zeolit pada peternakan secara umum adalah:

1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan protein pada pakan ternak

sehingga pertumbuhan dan produksi meningkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

2. Menurunkan lemak pada hewan ternak kambing, sapi dan lain-lain

3. Mereduksi penyakit pada hewan ruminensia termasuk penyakit

pencernaan akibat dari adanya bahan berbahaya pada pakan ternak

4. Mengontrol kelembapan pada kandang serta gas Amonia yang

terkandung pada kotoran ternak sehingga bau berkurang, kesehatan

lingkungan kandang terjaga.

5. Zeolit dalam penggunaannya mampu sebagai penukar kation dalam

mempercepat pematangan kotoran untuk proses pembuatan pupuk

6. Kemampuan zeolit dalam menyerap kation/anion pada kotoran ayam,

sehingga tidak mudah lepas ketika kotoran ternak digunakan sebagai

pupuk, zeolit dapat mengurangi bau yang timbul dari kotoran ternak.

7. Zeolit dapat menghambat volatilisasi, nitrifikasi, dan pencucian NH4+ .

Sri Rachmawati (2000) melaporkan hasil penelitiannya adalah bahwa

dengan menaburkan zeolit sebanyak 30% pada kotoran secara langsung dapat

mengurangi pembentukan pada gas amonia dan H2S, dan dengan penambahan

zeolit 4% pada pakan ayam ternyata dapat meningkatkan penyerapan protein oleh

ayam sehingga dapat mengurangi bau pada kotoran. Zeolit juga dapat

meningkatkan efisiensi dalam pemberian pakan pada ternak yang menyebabkan

berat badan ternak meningkat (Pollung, 2005).

Mikroba Probiotik Starbio

Mikroba probiotik starbio adalah suplemen yang diberikan sebagai

campuran pada pakan ternak yang terbuat dari kumpulan bibit mikroorganisme

dari lambung sapi dan diolah dengan mencampurkan tanah, daun-daunan, akar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

rumput maupun ranting-ranting yang sudah busuk. Didalam campuran tersebut

terdapat beberapa mikroba khusus yang memiliki fungsi berbeda-beda yaitu,

Klebssiella dan Azozpirillum trasiliensis sebagai pecerna protein, Cellulomonas

Clostridium thermocellulosa sebagai pecerna lemak, serta Agaricus dan coprinus

sebagai pecerna lignin (Lembah, Hijau 2004).

Mikroba probiotik starbio pada umumnya sudah teridentifikasi oleh

beberapa genus Bacillus dan Bakteri Asam Laktat (BAL). Antibiotik bulgarican

yang dihasilkan dari mekanisme kerja probiotik dengan bakteri yang berfungsi

untuk menekan pertumbuhan bakteri pathogenic gram (-). Urid acid menjadi

amonia juga dapat di turunkan dengan adanya enzim urease yang diproduksi dari

tekanan pertumbuhan bakteri pathogenic gram (-). Bacillus yang menghasilkan

asam akan menyebabkan turunnya pH dari pencernaan dan akan menyebabkan

gram tidak berkembang lagi dan mati, ion H+ akan banyak tersedia dalam feses

yang dapat mengikat amonia menjadi amonium (NH4+) sehingga terjadi sedikit

pelepasan amonia pada feses ternak.

Mobley dan Hausinger (1989) juga menyatakan bahwa penurunan pH

feses sangat berperan aktif dalam pelepasan amonia sebab asam akan menurunkan

keseimbangan amonia (NH3) menjadi amonium (NH4+), amonia yang terbentuk

didalam usus halus yang diikat dengan amonium tidak akan menimbulkan bau

karena amonium mudah larut dalam air sehingga tidak menguap.

Mikroba probiotik starbio digunakan sebagai campuran dalam pakan

ternak yang sangat efisiensi dan dapat meningkatkan daya cerna ternak untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

menyerap nutrisi serta mikroba probiotik starbio juga mampu untuk menurunkan

kadar gas amonia pada feses ternak.

Kumpulan bakteri atau koloni bakteri alami pada mikroba probiotik starbio adalah

sebagai berikut :

1. Mikroba Proteolitik

Jenis yang biasa di formulasikan yaitu Nitrosomonas/ Nitrobacter/

Nitrospira/ Nitrosococcus, 6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan

2. Mikroba Lignolitik

Jenis yang biasa di formulasikan yaitu Clavaria dendroidea/ Clitocybe

alexandri /Hypoloma fasciculare, 6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram

bahan

3. Mikroba Nitrogenfiksasi Non Simbiotik

Jenis yang biasa diformulasikan yaitu Azotobacter Spp/ Beyerinkya Spp/

Clostridium pasteurianum. Nostoc Spp/ Anabaena Spp/ Tolypothrix Spp/

Spirillum lipoferum, 4 x 108 satuan pembentuk koloni/gram bahan

4. Mikroba Selulolitik

Jenis yang biasa diformulasikan yaitu Trichodermia polysporeum/

Tricoderma viridae/ Cellulomonas acidula/Bacillus cellulase disolven, 8 x

108 satuan pembentuk koloni/gram bahan

5. Mikroba Lipolitik

Jenis yang biasa diformulasikan yaitu Spirillum liporerum, 5 x 10 satuan

pembentuk koloni/gram bahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Manfaat Mikroba Probiotik Starbio. Adapun manfaat mikroba probiotik

starbio pada peternakan adalah sebagai berikut :

Mengurangi bau pada kotoran ternak. Pakan ternak yang bercampur

dengan starbio akan meningkatkan peyerapan pada pencernaan :

a. Amonia dalam feses ternak akan menurun hingga 50% kontaminasi

lalat akan berkurang dan produksi ternak akan meningkat karna

ternak dalam kondisi sehat dan lingkungan peternakan akan terasa

nyaman

b. Kandungan amonia akan lebih kering

Menurunkan Biaya Pakan (efisiensi dalam pemberian pakan). Mikroba

yang terdapat didalam probiotik starbio akan membantu pencernaan untuk

menyerap pakan lebih banyak sehingga ternak akan tumbuh lebih cepat dan tentu

akan meningkatkan jumlah produksi ternak. Berikut akan menurunkan angka FCR

(Feed Conversion Ratio) sehingga biaya pakan akan lebih murah.

Zat anti bakteri yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang

pathogen atau merugikan di pencernaan bisa dihasilkan dari enzim pada mikroba

probiotik starbio sehingga pemberian starbio pada ternak akan sangat

menguntungkan peternak unggas (Lembah Hijau, 2004).

Hasil Penelitian Zainuddin (1994) suplemen starbio ditambahkan dengan

jumlah 0,025-0,05% pada pakan ayam broiler dan ternyata kadar amonia

dilingkungan kandangnya menurun hingga (4-5ppm) dibandingan dengan

sebelumnya tanpa penambahan starbio (8-10ppm).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Gambar 3 : Kemasan Mikroba Probiotik Starbio

Gambar 4 : Suplemen Mikroba Probiotik Starbio

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang sudah dipaparkan

maka, kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Kotoran Ayam Pakan Ternak Kotoran Ternak


Broiler tanpa Pelet Ayam Ayam Broiler
Perlakuan 100gram/ekor/hari

Pemeriksaan
Laboratorium
setelah perlakuan
Pemeriksaan
Laboratorium
tanpa perlakuan
2x 5 hari = 10 Pengulangan dengan
kadar berbeda setiap hari

Zeolit dengan kadar


2%,4%,6%,8%,10%

Mikroba Probiotik Starbio 0,5%,


1%,1,5%,2%,2,5%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuasi

eksperimen bersifat eksperimen semu dengan teknik observasi dilapangan dan

analisis laboratorium yaitu pengaruh setelah dilakukannya perlakuan

menggunakan kelompok pretest dan posttest, dengan 2 faktor yaitu zeolit dan

mikroba probiotik starbio dengan 10 kali perlakuan, perlakuan dilakukandengan

mencampurkan pada pakan ayam pelet sebanyak 100 gram/ekor/hari, kemudian

pemeriksaan dilakukan pada saat sebelum perlakuan dan setelah perlakuan

selama 5 hari pada kadar yang berbeda. Rancangan ini digunakan hanya untuk

melihat hasil dari eksperimen yang telah dilakukan yaitu untuk mengetahui

pengurangan kadar amonia pada kotoran ternak ayam broiler yang efektif setelah

perlakuan menggunakan zeolit dan mikroba probiotik starbio.

Tabel 5

Rincian Perlakuan
Hari Perlakuan
Pertama zeolit 2% (10 gram) dan probiotik 0,5% (2,5 gram)
Kedua zeolit 4% (20 gram) dan probiotik 1% (5 gram)
Ketiga zeolit 6% (30 gram) dan probiotik 1,5% (7,5 gram)
Keempat zeolit 8% (40 gram) dan probiotik 2% (10 gram)
Kelima zeolit 10% (50 gram) dan probiotik 2,5% (12,5 gram)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan disalah satu peternakan

ayam broiler yang berada di Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Lokasi pengukuran kadar amonia

dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah – Medan.

Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018

- Juli 2019.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi. Populasi Penelitiannya adalah 13000 ekor ayam broiler Pada

Peternakan ayam broiler di Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba.

Sampel Penelitian. Sampel Penelitiannya adalah 10 ekor ayam broiler di

Peternakan ayam broiler Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun purba

Kabupaten Deli Serdang, Pengambilan sampel dilakukan secara purposive

sampling pada umur ayam ke 22-27 hari, Kemudian ayam dimasukan kedalam 1

kandang dan diberi perlakuan selama 5 hari.

Variabel dan Defenisi Operasional

1. Ekskreta ayam broiler adalah kotoran yang dikeluarkan oleh ayam broiler.

2. Penambahan zeolit adalah menambahkan zeolit pada pakan dan kotoran

ternak ayam broiler.

3. Penambahan mikroba probiotik starbio adalah menambahkan mikroba

probiotik pada pakan ternak ayam broiler.

4. Pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan yang dilakukan di

laboratorium untuk mengetahui kadar amonia (NH3) tanpa perlakuan dan

dengan perlakuan.

5. Kadar amonia adalah kandungan amonia(NH3) pada kotoran ternak ayam

broiler tanpa perlakuan dan dengan perlakuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

6. Starter adalah pemberian pakan dengan kandungan protein 21—23% dan

energi 3,10 kkal/kg.

7. Finisher adalah pemberian pakan dengan kandungan protein 19—20% dan

energi 3,26 kkal/ kg.

8. Adlibitum yaitu pemberian pakan secara terus-menerus.

Metode Pengumpulan Data

Data Primer. Diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar amonia dari sampel

kotoran ayam broiler sebelum dan sesudah perlakuan dengan pemberian zeolit dan

mikroba probiotik starbio di Laboratorium Kesehatan Daerah – Medan.

Data Sekunder. Diperoleh dari hasil survei pendahuluan yaitu tanya

jawab dengan pemilikpeternakan ayam broiler di Desa Bangun Purba serta dari

kepustakaan, penelitian-penelitian yang berhubungan dan pengumpulan informasi

dari internet.

Metode Pengukuran

Prosedur Perlakuan. Perlakuan dilakukan pada kandang yang berisi 10

ekor ayam broiler dengan penambahan perlakuan zeolit dan suplemen mikroba

probiotik starbio pada pakan ternak.

Penambahan Zeolit. Dengan menambahkan zeolit yang sudah dihaluskan

sebanyak 2%,4%,6%,8%,10% pada setiap pemberian pada pakan ternak ayam

broiler.

Penambahan Mikroba Probiotik Starbio. Dengan menambahkan mikroba

probiotik starbio dengan kadar 0,5%,1%,1,5%,2%,2,5% starbio pada pemberian

pakan ternak ayam broiler.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Pengambilan Sampel. Dalam pelaksanaannya peneliti membagi dalam

dua kegiatan yaitu tanpa perlakuan dan dengan perlakuan. Peneliti mengambil

sampel sebelum perlakuan dan setelah perlakuan selama 5 hari yang dilakukan

pada satu kandang dengan 10 ekor ayam.

Adapun cara pengambilan sampel sebagai berikut :

1. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel

seperti, plastik klip dan sendok plastik.

2. Mengumpulkan sampel feses ayam broiler yang terdapat dipeternakan

tanpa perlakuan dan dengan perlakuan.

3. Membawa sampel ke Laboratorium dengan tujuan pemeriksaan yang

dikehendaki.

4. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorim Kesehatan daerah – Medan dengan

menggunakan alat Spektrofotometri.

Pengambilan Sampel dilakukan di peternakan ayam broiler di desa

BangunPurba Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Sampel diambil

sebanyak 100 gram menggunakan sendok plastik dan dimasukkan kedalam

kantong plastik berklip untuk menghindari penambahan pencemaran. Kemudian

langsung dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah – Medan.

Instrumen (Alat-alat) yang diperlukan

1. Spektrofotometer

2. Gelas ukur

3. Neraca analitik atau timbangan

4. Pipet tetes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

5. Erlenmeyer

6. Beaker Glass

7. kuvet

Bahan - Bahan Pemeriksaan

1. Feses ayam (Broiler)

2. Garam Rochelle

3. Mercuri chlorida (HgCl,)

4. Kalium iodida (KI)

5. Natrium hidroksida (NaOH)

6. Aquadest

Pereaksi Nessler

1. NaOH 5 N dengan menimbang 40 gram NaOH dilarutkan dalam 200 ml

air

2. 50 gram KI dilarutkan dalam 50 ml air

3. 22 gram HgCl2 dilarutkan dalam 100 ml air

4. Larutan KI dan larutan HgCl= dicampur dan diencerkan sampai 250 ml

dengan air kemudian tambahkan larutan NaOH sedikit demi sedikit

sampai endapan yang terbentuk larut. diamkan satu malam dan Baring

untuk setiap pemakaian

Penangkapan dan analisa amonia

Cara analisa gas amonia dilakukan dengan alat spektrofotometer sebagai

berikut: Pertama- tama kotoran ayam dikumpulkan sebanyak 100 gram

kedalam kantong plastik klip kemudian dimasukkan kedalam beaker glass

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

dan diaduk sampai homogen dengan aquadest 500 ml . Setelah itu kotoran

disaring menggunakan kertas saring dan dimasukkan kedalam erlenmeyer

lalu diukur menggunakan gelas ukur hingga 25 ml kemudian dimasukkan

kedalam erlenmeyer ukuran 50 ml setelah itu tetes garam rochelle

sebanyak 2 tetes dan pereaksi nessler sebanyak 1 ml lalu aduk hingga

berubah warna. Kemudian masukkan kedalam kuvet dan diukur dengan

alat spektrofotometer pada panjang gelombang 425 nm.

Metode Analisis Data

Setelah data hasil Laboratorium dikumpulkan tahap selanjutnya adalah

pengolahan dan analisis data. Data diolah dengan bantuan komputer yang akan

disajikan dalam bentuk tabel dan diagram garis dengan satuan mg/l kemudian

dijelaskan dengan narasi dan dianalisis secara deskriptif . Hasil data dianalisis

secara deskriptif berikut untuk menjelaskan perbandingan pengurangan kadar

amonia pada kotoran ternak ayam broiler tanpa perlakuan dan dengan perlakuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Peternakan ayam broiler adalah Salah satu wirausaha masyarakat yang

dilakukan di Desa Bangun Purba yang merupakan kerjasama mitra dengan PT. X,

Peternakan ini terletak di tengah kebun sawit. Peternakan ini sudah berdiri sejak

tahun 2011 di Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli

Serdang. Jarak dari peternakan ke rumah warga sekitar ±100 m sedangkan tempat

tinggal para peternak berada disekitar kandang. Peternakan ayam broiler tersebut

di pelihara oleh beberapa orang peternak, setiap peternak memelihara 13000 ekor

ayam dengan jumlah 3 kandang/peternak.

Ayam broiler dipeternakan ini dari bibit hingga panen sekitar 40 hari,

Masalah utama dalam memelihara peternakan ayam broiler adalah bau. Bau

berupa paparan gas amonia yang dikeluarkan oleh feses ayam broiler. Bau

tersebut dapat mengundang perkembangbiakkan lalat dan vektor lainnnya. Setelah

pasca panen lalat kemudian terbang hingga kerumah warga yang mengganggu

kenyamanan warga dan dapat menimbulkan penyakit. Setiap panen kandang ayam

tersebut dibersihkan dengan cara di semprot menggunakan detergent untuk

pemeliharaan bibit baru selanjutnya, air yang mengalir sehabis pencucian

dibiarkan begitu saja sampai meresap ke tanah di bawah kandang, sebelum

pembersihan feses ayam di masukan kedalam karung dan di bawa ke lahan

pertanian untuk digunakan sebagai pupuk organik.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Hasil Pemeriksaan Awal Kadar Amonia Pada Feses Ternak Ayam Broiler

Hasil pemeriksaan amonia pada feses ternak ayam broiler di peternakan X

di Desa Bangun Purba dengan parameter amonia (NH3) menunjukkan hasil seperti

yang tertera pada tabel 6 berikut :

Tabel 6

Hasil pengukuran awal kadar amonia pada feses ternak ayam broiler.

No Parameter Baku Mutu Hasil Pengukuran


(ppm) (mg/l)
1 Amonia 2 217,5

Tabel 6 menunjukkan kadar amonia pada feses ternak ayam broiler yang akan

dijadikan acuan sebelum perlakuan menggunakan zeolit dan mikroba probiotik

starbio.

Gambar 6. Pakan ayam tanpa perlakuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Hasil Kadar Amonia Pada Feses Ternak Ayam Broiler Setelah Penambahan

Zeolit dan Mikroba Probiotik Starbio

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penambahan zeolit

dan mikroba probiotik starbio dalam menurunkan kadar amonia pada feses ternak

ayam broiler. Konsentrasi yang diberikan sebagai perlakuan pada penelitian

adalah zeolit 2%, 4%, 6%,8% dan 10% dan mikroba probiotik starbio

0,5%,1%,1,5%,2% dan 2,5% dengan 2 kali pengulangan/hari. Adapun hasil kadar

amonia dari setiap perlakuan adalah sebagai berikut :

Tabel 7

Hasil kadar Amonia yang diberi perlakuan zeolit dan mikroba probiotik starbio

pada pakan.

No Kosentrasi Kadar Amonia Kadar Amonia Baku


Sebelum Setelah Mutu
Perlakuan (mg/l) Perlakuan (mg/l) (ppm)
1 Z 2% dan M 0,5% 217,5 76,9
2 Z 4% dan M 1% 217,5 67,6
3 Z 6% dan M 1,5% 217,5 66,8 2 ppm
4 Z 8% dan M 2% 217,5 62,1
5 Z 10% dan M 2,5% 217,5 50,0

Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan penurunan kadar amonia setelah

perlakuan mengalami peningkatan penurunan pada berbagai konsentrasi. Pada

konsentrasi zeolit 2% dan mikroba probiotik starbio 0,5% nilai kadar amonia yaitu

76,9 mg/l. Pada konsentrasi zeolit 4% dan mikroba probiotik starbio 1% nilai

kadar amonia yaitu 67,6 mg/l. Pada konsentrasi zeolit 6% dan mikroba probiotik

starbio 1,5 % nilai kadar amonia yaitu 66,8 mg/l. Pada konsentrasi zeolit 8% dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

mikroba probiotik starbio 2% nilai kadar amonia yaitu 62,1 mg/l. Pada

konsentrasi zeolit 10% dan mikroba probiotik starbio 2,5% nilai kadar amonia

yaitu 50,0mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa zeolit dan mikroba probiotik starbio

sudah mampu menurunkan kadar amonia walaupun belum mencapai baku mutu.

Gambar 7. Pakan sudah dicampur dengan Zeolit dan Mikroba Probiotik Starbio

Penurunan Kadar Amonia Setelah Perlakuan

Kadar amonia mengalami penurunan setelah perlakuan. Persentase

penurunan dihitung berdasarkan perbandingan kadar sebelum perlakuan terhadap

kadar amonia setelah perlakuan. Adapun kadar amonia setelah perlakuan dan

persentase penurunan dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Tabel 8

Persentase Penurunan Kadar Amonia Setelah Perlakuan

No Kosentrasi Kadar Amonia Kadar Amonia Persentase


Sebelum Setelah Penurunan Kadar
Perlakuan (mg/l) Perlakuan (mg/l) Amonia (%)
1 Z 2% dan M 0,5% 217,5 76,9 65
2 Z 4% dan M 1% 217,5 67,6 69
3 Z 6% dan M 1,5% 217,5 66,8 70
4 Z 8% dan M 2% 217,5 62,1 72
5 Z 10% danM 2,5% 217,5 50,0 78

Hasil perbandingan penurunan kadar amonia dapat dilihat pada grafik

dibawah ini.

217,5

76,9
67,6 66,8 62,1
50

Tanpa A1 A2 A3 A4 A5
perlakuan amonia NH3

Gambar 8. Grafik perbandingan efektivitas penurunan kadar amonia dengan zeolit

dan mikroba probiotik starbio pada feses ternak ayam broiler.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan

Hasil Pemeriksaan Amonia Pada Feses Ternak Ayam Broiler

Peternakan ayam broiler berpotensi untuk mencemari lingkungan dan

kemungkinan menimbulkan udara di sekitar peternakan tidak terasa nyaman,

pernafasan terganggu akibat dari adanya gas bau yang terpapar dari penumpukan

kotoran ternak ayam broiler dan sisa pakan ternak. Hal ini dapat dihindari dengan

melakukan pengelolaan limbah peternakan. Pemeriksaan amonia dilakukan di

Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Medan. Berdasarkan hasil pemeriksaan

kadar amonia pada feses ternak ayam broiler diperoleh nilai amonia sebesar 217,5

mg/l. Hasil tersebut melebihi baku mutu amonia di udara pada keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No.50 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu bau yang

diperbolehkan.

Peternakan ayam broiler di Desa Bangun Purba sudah menangani

limbahnya dengan membersihkannya 3 kali/minggu dan menggunakannya sebagai

pupuk organik dilahan pertanian. Bau amonia dari feses ternak ayam broiler

sebelum dibersihkan akan menumpuk terlebih dahulu dan mencemari udara

dilingkungan peternakan. Dengan kondisi yang seperti itu, maka peternakan ayam

broiler sebagai penghasil amonia yang tinggi akan memiliki potensi

membahayakan peternak, masyarakat sekitar dan ternak ayam jika limbah

dipeternakan tidak ditangani dengan baik.

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan 2 jenis

konsentrasi zeolit yaitu 2%, 4%, 6%, 8% , 10% dan mikroba probiotik starbio

0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5% yang menunjukkan bahwa kadar amonia pada feses

ternak ayam broiler mengalami penurunan dimana penurunan yang efektif dalam

penelitian ini terjadi pada kadar amonia pada konsentrasi zeolit 10% dengan

persentase sebesar 78% dengan nilai amonia yaitu 50,0 mg/l tetapi belum

memenuhi baku mutu amonia yang diperbolehkan. Hal ini menunjukkan bahwa

zeolit dan mikroba probiotik starbio sudah mampu menurunkan kadar amonia

tetapi belum dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 2 ppm. Hal ini

menunjukkan bahwa zeolit dan mikroba probiotik starbio tidak efektif dalam

menurunkan kadar amonia. Kadar amonia dalam feses ternak ayam broiler dapat

berubah- ubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang dapat

mempengaruhi seperti suhu dan kelembapan. Seekor ayam dalam sehari rata-rata

menyumbangkan kotoran 0,15 kg, dengan total nitrogen yang terkandung ±2,94%,

yang dapat menjadi sumber amonia ketika kotoran lambat mengering karena

kelembaban tinggi atau suhu yang lembab di bawah kandang (Rachmawati, 2000).

Pengaruh Konsentrasi Zeolit dan Mikroba Probiotik Starbio Terhadap

Pengurangan Kadar Amonia Pada Feses Ternak Ayam Broiler

Hasil penelitian yang dilakukan mengenai efektivitas zeolit dan mikroba

probiotik starbio dalam menurunkan kadar amonia. Hasil pengukuran amonia

pada feses ternak ayam broiler dengan koagulan zeolit dan mikroba probiotik

starbio sesudah diberi perlakuan dengan mencampurkannya pada pakan

menunjukkan penurunan yang tinggi. Hasil penurunan kadar amonia pada feses

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

ternak ayam broiler dengan konsentrasi zeolit 2% (10 gr) dan mikroba probiotik

starbio 0,5% (2,5 gr), zeolit 4% (20 gr) dan mikroba probiotik starbio 1 % (5 gr),

zeolit 6% (30 gr) dan mikroba probiotik starbio 1,5 % (7,5 gr), zeolit 8% (40 gr)

dan mikroba probiotik starbio 2 % (10 gr), zeolit 10% (50 gr) dan mikroba

probiotik starbio 2,5 % adalah (12,5 gr) yaitu 76,9 mg/l; 67,6 mg/l; 66,8 mg/l;

62,1 mg/l; 50,0 mg/l. Penurunan kadar amonia yang tertinggi yaitu konsentrasi

zeolit 10% (50 gr) dan mikroba probiotik starbio 2,5% (12,5 gr) dengan

persentase penurunan sebesar 78%. Dilihat dari hasil pengukuran, semakin besar

konsentrasi zeolit dan mikroba probiotik starbio maka penurunan kadar amonia

akan semakin besar pula. Sedangkan penurunan kadar amonia yang efektif dalam

penelitian ini yaitu dengan konsentrasi zeolit 10% (50 gr) dan mikroba probiotik

starbio (12,5 gr) dengan persentase penurunan sebesar 78 % dengan nilai 50,0

mg/l.

Apabila disesuaikan dengan KepMen LHK RI No. 50 tahun 1996 tentang

Baku Mutu Bau di udara, diketahui bahwa kelima konsentrasi zeolit dan mikroba

probiotik tersebut dengan perlakuan mencampurkannya pada pakan. Belum

dibawah baku mutu yang ditetapkan. Baku mutu maksimum amonia yang

diperbolehkan yaitu 2 ppm.

Penurunan kadar amonia pada feses ternak ayam broiler dilakukan dengan

penambahan zeolit dan mikroba probiotik starbio. Zeolit yang telah terdehidrasi

merupakan adsorben (penyerap) yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi

yang tinggi dan mikroba probiotik yang sudah teridentifikasi pada umumnya

berupa Bakteri Asam Laktat (BAL) dan beberapa genus Bacillus yang dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

digunakan untuk mengkonversi Urid acid menjadi amonia sehingga dapat

menurunkan amonia.

Hasil uji Laboratorium dengan menggunakan zeolit dan mikroba probiotik

starbio sudah dapat menurunkan kadar amonia tetapi belum dibawah baku mutu

yang ditetapkan. Hal ini menunjukkkan bahwa zeolit dan mikroba probiotik

starbio kurang efektif dalam menurunkan kadar amonia sampai dibawah baku

mutu. namun didapatkan hasil penurunan tertinggi pada hari kelima perlakuan.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh konsentrasi zeolit dan mikroba

probiotik starbio dalam menurunkan kadar amonia pada feses ternak ayam broiler.

Pengaruh Zeolit dan Mikroba Probiotik Starbio dalam Menurunkan Kadar

Amonia Pada Feses Ternak Ayam Broiler

Setelah pengolahan menggunakan zeolit dan mikroba probiotik starbio,

nilai amonia belum memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan, Hal ini

disebabkan karena suhu dan kelembapan sangat berpengaruh terhadap

pembentukan amonia, sehingga mempercepat perkembangbiakkan

mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme di dalam feses yang mengakibatkan

bahan limbah nitrogen tidak terserap. (Manin et al., 2010).

Zeolit dapat berguna sebagai adsorben dan penyaring molekul,

dimungkinkan karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu

menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan

ukuran rongganya. Selain itu kristal kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan

dengan tersedianya pusat-pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat aktif

tersebut terbentuk karena adanya gugus fungsi asam tipe Bronsted maupun Lewis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Perbandingan kedua jenis asam ini tergantung pada proses aktivasi zeolit dan

kondisi reaksi (Putra, 2007).

Mekanisme kerja probiotik dengan bakteri adalah Bacillus menghasilkan

antibiotik (bacteriocin) yaitu bulgarican yang berfungsi menekan pertumbuhan

bakteri pathogenic gram (-). Tertekannya pertumbuhan bakteri gram (-) ini

menjadikan sedikitnya diproduksi enzim urease yang dapat digunakan untuk

mengkonversi Urid acid menjadi amonia sehingga menurunnya amonia (Lembah

hijau, 2004)

Dalam memanajemen pemeliharaan ayam broiler, bau amonia merupakan

masalah yang dapat mencemari lingkungan sekitar kandang. Amonia terjadi

akibat adanya protein yang tidak terserap. Amonia juga dapat menurutkan

produksi ternak yang menimbulkan kepekaan terhadap penyakit serta menurunkan

efesiensi kerja dari pekerja kandang (Charles dan Haryono, 1991).

Paparan amonia sangat berbahaya jika terpapar dengan manusia

sasarannya terutama pada pekerja kandang, banyak gejala yang dapat ditimbulkan

sesuai dengan jalan terpapar dan lama pemaparannya. Paparan amonia mulai

terdeteksi pada manusia mulai kosentrasi 5 ppm, amonia dengan kosentrasi 6-20

ppm dapat menyebabkan iritasi pada mata, amonia dengan kosentrasi 40 ppm/jam

dapat menyebabkan sakit kepala, hilang nafsu makan, dan perut terasa mual

kemudian pada kosentrasi 100 ppm/jam iritasi dapat terjadi pada permukaan

mukosa dan kosentrasi sebesar 400 ppm/jam dapat menimbulkan iritasi pada

hidung dan tenggorokkan. (Pauzenga, 1991).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Sartono (2001) juga menyebutkan bahwa pemaparan amonia dalam jangka

waktu yang lama dapat mengakibatkan keracunan amonia pada manusia melalui

inhalasi yaitu iritasi yang terjadi pada saluran pernafasan bagian atas, batuk,

muntah dan selaput lendir hidung dan faring menjadi merah dan apabila kadarnya

terlalu besar dapat menyebabkan edema paru, sesak nafas dan sianosis.

Adapun syarat pengelolaan peternakan yang tidak menggangu masyarakat

dan kenyamanan lingkungan di peternakan ayam haruslah mengikuti pedoman

budi daya ayam pedaging dan ayam petelur yang baik pada Peraturan Menteri

Pertanian No. 31 tahun 2004. Menurut Peraturan Menteri Pertanian No.31 tahun

2004 bahwa peternakan harus mewujudkan budi daya ayam pedaging yang sehat

dan ramah lingkungan seperti menjaga kebersihan dan pencucian kandang yang

baik serta sanitasi kondisi kandang sehingga memenuhi syarat higiene. Dan juga

dengan membuat unit pengelolaan limbah kotoran untuk menghasilkan pupuk

organik. Peraturan Menteri Pertanian No.31 tahun 2014 juga menyebutkan bahwa

peternakan haruslah memperhatikan prasarana dan sarana, kesehatan hewan,

pelestarian fungsi lingkungan di peternakan.

Pemberian zeolit dan mikroba probiotik starbio untuk menurunkan kadar

amonia dapat diterapkan dengan menggunakan konsentrasi zeolit 10% atau 50 gr

dan mikroba probiotik starbio 2,5% atau 12,5 gr karena lebih efektif untuk

mengurangi kadar amonia yang tinggi pada feses ternak ayam broiler bagi pemilik

peternakan dalam segi biaya. Pertimbangan biayanya sebagai berikut:

Pemberian Pakan = 100 gr/hari/ekor

Pakan 10 ekor ayam broiler = 1 kg/hari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

= Rp. 10.000/kg

Pakan 13.000 ekor ayam broiler = 13.000 : 10 = 1.300

= 1.300 x 1/kg

= 1. 300 kg x Rp. 10.000

= Rp. 13.000.000/hari

Harga Zeolit = Rp. 15000/kg,1 kg=1000 gr

Kebutuhan Zeolit per hari = 50 gr x2 kali sehari

= 100gr/10ekor

= 1000 gr/100 ekor

= 1 kg/100 ekor

= 13.000 ekor/100 ekor

= 130 kg x Rp 15000/kg

= Rp. 1.950.000/hari

Harga Mikroba Probiotik Starbio = Rp. 14.000/kg

Kebutuhan Mikroba Probiotik Starbio per hari = 12,5 gr x 2 kali sehari

= 25 gr/hari/10 ekor

= 2,5 gr/ekor

= 13000 ekor x 2,5 gr

= 32.500 gr/ 1000 gr

= 32,5 kg x Rp. 14.000/kg

= Rp 455.000/ hari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Pakan Ayam broiler 13.000 ekor/hari = Rp.13.000.000/hari

Zeolit 13.000 ekor/hari = Rp. 1.950.000/hari

Mikroba Starbio 13.000 ekor/hari = Rp. 455.000/hari

= Rp. 15. 405.000/ hari

Jika diterapkan maka peternakan ayam broiler dengan ternak berjumlah

13.000 ekor ayam broiler setiap harinya mengeluarkan biaya Rp.15.405.000 dan

untuk sebulan akan memakan biaya sekitar Rp.462.150.000. Cara

mengaplikasikannya yaitu zeolit dihaluskan terlebih dahulu lalu dicampur ke

pakan ternak.

Keterbatasan Penelitian

Dalam Penelitian ini sudah terjadi penurunan kadar gas amonia pada feses

ternak ayam broiler tetapi belum memenuhi syarat baku mutu tingkat bau untuk

manusia dan kenyamanan lingkungan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No. 50 tahun 1996 yaitu 2 ppm. Semakin tinggi perlakuan yang dilakukan maka

semakin tinggi pula kadar gas amonia yang berkurang pada feses ternak ayam

broiler. Dikarenakan zeolit merupakan bahan penyerap yang tidak selektif perlu

diperhatikan bahwa efek penggunaan zeolit yang lebih tinggi dikhawatirkan akan

menyerap nutrisi lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pada ayam. Oleh

karenanya penggunaan zeolit yang terlalu tinggi tidak dianjurkan selain itu juga

perlu diketahui penggunan zeolit relatif tinggi tidak ekonomis pada pengusaha

peternakan ayam broiler. Dan pada pengukuran amonia di Laboratorium, feses

juga harus dibawa dalam keadaan masih basah ke Laboratorium untuk

menghindari pencemaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Kadar amonia pada feses ternak ayam broiler sebelum perlakuan 217,5 mg/l

dan setelah perlakuan di hari kelima 50,0 mg/l. Nilai tersebut masih melebihi

baku mutu yang telah ditetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.

50 Tahun 1996 Tentang bau di udara yang diperbolehkan.

2. Kadar amonia setelah diberi perlakuan terjadi penurunan pada kosentrasi

zeolit 10% (50 gram) dan mikroba probiotik starbio 2,5% (12,5 gram)

menunjukkan kadar sebesar 50,0 mg/l dengan penurunan 78% tetapi juga

belum memenuhi baku mutu amonia.

3. Penurunan kadar amonia pada feses ternak ayam broiler yang efektif dalam

perlakuan ini yaitu penggunan zeolit dengan kosentrasi 10% (50 gram) dan

mikroba probiotik starbio 2,5% (12,5 gram) dengan penurunan sebesar 50.0

mg/l dan persentase sebesar 78 %, semakin tinggi kadar perlakuan semakin

rendah kadar amonia yang dihasilkan.

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Saran

1. Bagi pemilik peternakan ayam broiler dapat menambahkan zeolit dan

mikroba probiotik starbio kedalam pakan ternak untuk mengurangi kadar

amonia yang mencemari lingkungan sekitar peternakan.

2. Penerapan penggunaan zeolit yaitu dengan cara dihaluskan terlebih dahulu

lalu dicampur ke pakan.

3. Bagi pemerintah setempat agar melakukan promosi kesehatan tentang

menjaga lingkungan beternak pada peternakan ayam broiler di Desa

Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Daftar Pustaka

Ardana, Ida Bagus Komang. (2009). Ternak Broiler. Edisi I. Cetakan I.


Denpasar : Swasta Nulus.
Arganata, F.Z. (2015). Status Faal Paru dan Faktor yang Mempengaruhinya pada
Penjual Unggas di Pasar Burung Kupang Surabaya. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Unair: Surabaya.

Banon, C & Suharto Eka, T. (2008). Adsorpsi Amoniak Oleh Adsorben Zeolit
Alam Yang Diaktivasi Dengan Larutan Amonium Nitrat. Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Bengkulu.

Chambers,L.A. (1976). Classification and extent of air pollution problems. In


A.C.Stern (Eds.), Air pollution, 3rd ed, Volume I. New York:Academic
Press.

Charles, RT dan Hariono, B. (1991). Pencemaran Lingkungan oleh Limbah


Peternakan dan Pengelolaannya. Bull. FKH-UGM Vol. X:2.

DEPLH. (1996) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 50 tahun 1996


tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan.

DEPTAN. (1994). Surat Keputusan Menteri Pertanian, SK Mentan


No.752/Kpts/OT.210/10/94,21 Oktober 1994. Departemen Pertanian RI.
Jakarta.
DEPTAN. (1991). Surat Keputusan Menteri Pertanian, SK Mentan No.
237/Kpts/RC.410/1991. Departemen Pertanian RI. Jakarta.
Djadjulie, A. (1998). Pemanfaatan Batu Kapur & Zeolit untuk Pertanian. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral.

Ensminger, M. E. (1992). Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed.


Interstate Publishers, Inc. Danville, Illionis.

Fadillah, R., A. Polana., S. Alam., & E. Parwanto. (2007). Sukses Beternak


Ayam Broiler. Jakarta : Agromedia Pustaka

Fasa, F. (2012). Beternak Ayam Petelur Untuk Pemula. Yogyakarta: Dafa


Publishing,

Fuller, R. (2002). Probiotic what they are and what they do. Htpp://D:/Probiotic.
What they are and what do,html.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Heij, G.J.,T. Schneider. (1991). Studies in Environmental Science 46.


Acidification Research in The Netherlands. Final Report of the Dutch
Priority Programme on Acidification. Elsevier Science Publishing
Company Inc. 655, Avenue of the Americas. New York, NY 10010,
U.S.A.

Imelda, H. (2007). Analisa Dampak Gas Amoniak dan Klorin pada Faal Paru
Pekerja Pabrik Sarung Tangan Karet “X” Medan. Tesis. Universitas
Sumatera Utara.

Kamaludin, E. (2011). Efektifitas Penambahan Zeolit Dalam Ransum Dan Litter


Untuk Menurunkan Kadar Amonia Dan Hidrogen Sulfida Ekskreta Dan
Meningkatkan Kualitas Manur Ayam Broiler.Skripsi. Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.

Lembah Hijau Multifarm. (1995). Pakan Lebih Hemat dengan Starbio. CV.
Lembah Hijau Indonesia. Bogor

Manin F. E., Yusrizal dan Yatno. (2010). Penggunaan Sinbiotik Yang Berasal
Dari Bungkil Inti Sawit Dan Bakteri Asam Laktat Terhadap Performans
Dan Status Kesehatan Ternak Ayam Broiler. Penelitian Hibah Bersaing
Tahun 2010. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi

Masters, G.M. (1991). Introduction to environmental engineering and science.


London: Prentice – Hall Internasional.

Maulana ari. Februari (2018). Cara membuat pakan alami untuk ayam pedaging.
https://ramesia.com/pakan-ayam/. Jakarta

Mobley, D. F., and R. P. Hausinger. (1989). Microbial ureases: singnificance,


regulation, and moleculer characterization. Micbiol. Rev. 53:85- 108.

Muchtar, R. (2005). Penurunan kandungan fosfat dalam air dengan zeolit. J.


Indonesian. Zeolites. 4: 1411-6723.

Mulia, R. M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Muller, Z. O. (1980). Feed Animal Waste: State of Knowledge. Food and


Agriculture Organization of The United Nations, Rome.

Murdiati, T. B, S. Rachmawati, dan E. Juarni. (1995). Zeolit untuk mengurangi


bau dari kotoran ayam. Proc. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner.
(Jilid 2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. hal.991-998.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

North, M. O. & D. D. Bell. (1990). Commercial Chicken Production Manual. 4th


Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold, New York.
Parker, A. L., (1982). Principles of Biochemistry. 131-133, Worth
Publisher Inc., Sparkas Maryland.

Pauzenga. (1991). Animal Production in the 90’s in harmony with nature : a case
study in the netherlands. in: biotechnology in the feed industry (T. P.
Lyons Eds.). Proc. Alltech’s Seventh Annual Symposium. Nicholasville,
Kentucky.

Pandia Setiaty, Amir Husin dan Zuhrina Masyithah. (1995). Kimia Lingkungan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

PERMENTAN.(2014). Peraturan Menteri Pertanian RI No.31 /Permentan/


OT.140/2/2014, Mentan. Jakarta

Pollung H. Siagian. (2005). Penggunaan Zeolit dalam Bidang Peternakan. Jurnal


Zeolit Indonesia Vol 4 (2), hal. 70 -77.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Badan Tenaga Nuklir Nasional. (2013)


Potensi Zeolit Untuk Mengolah Limbah Industri Dan Radioaktif. Jakarta:
KNAPP.

Putra Sinly E. (2007, Desember). Zeolit sebagai Mineral Serba Guna. Diakses
Desember 11, 2018,from
https://www.slideshare.net/DennyPolarisz/zeolit-sebagai-mineral-serba-
guna.htm

Ritz, C. W, B. D. Fairchild, & M. P. Lacy. (2004). Implications of ammonias


production and emissions from commercial poultry facilities: a review.
J. Appl. Poult. Res. 13 : 684- 692.

Rohaeni, E. S. (2005). Dampak pencemaran lingkungan dan upaya mengatasinya.


Poultry Indonesia. Maret 2005. 58-61.

Rachmawati, S. (2000). Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan


Ayam. WARTAZOA Vol.9 (2), hal. 73-80.

Saragih, Fasma Riana. (2013). Pemanfaatan Kembali Zeolit Alam Setelah


Mengalami Proses Regenerasi Sebagai Penyerap Logam Cu
(Tembaga) Dan Zn (Seng) Di Dalam Air Limbah Industri
Pertambangan Emas. Skripsi. FMIPA USU. Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Sartono, (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta : Widya Medika

Sastrawijaya, A.T. (1991). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Setiawan, A.D. (1996). Memanfaatkan Kotoran Ternak. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Sukandarrumidi. (1999). Bahan Galian Industri. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Sutresna, Nana. (2008). Kimia. Jakarta : Grafindo.

Tamalludin, F. (2012). Ayam Broiler 22 hari Panen Lebih Untung. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Wardhana. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Andi

Winarna & E. S. Sutarta. (2005). Perbaikan medium tanam dan pertumbuhan


bibit kelapa sawit melalui aplikasi zeolit. J. Indonesian. Zeolites. 4: 1411-
6723.

Zainuddin, D., K. Diwyanto dan Suharto. (1994). Penggunaan Probiotic starbio


(mikroba starter) dalam ransun ayam pedaging terhadap produktifitas,
nilai ekonomis (IOFC) dan kadar amonia lingkungan kandang pros.
Pertemuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil
Penelitian. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Hal. 159-165.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Lampiran 3. Hasil Penelitian Laboratorium

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Lampiran 4. Dokumentasi

Lampiran Gambar 9. Kondisi Peternakan di Desa Bangun Purba

Lampiran Gambar 10. Kondisi sekitar kandang peternakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Lampiran Gambar 11. Kondisi Kandang sampel

Lampiran Gambar 12. Pengambilan Sampel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Lampiran Gambar 13. Pemeriksaan sampel di laboratorium

Lampiran Gambar 14. Pembacaan amonia menggunakan spektrofotometer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai