SKRIPSI
Oleh:
NIM. 185090201111033
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 185090201111033
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 185090201111033
Mengetahui: Menyetujui:
Ketua Minat Teknologi Hasil Ternak Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Imam Thohari, MP., IPM Prof. Dr. Ir. Lilik Eka Radiati, MS.,
ASEAN Eng IPU
NIP. 19590211 198601 1 002 NIP. 19590823 198609 2 001
Tanggal: Tanggal:
Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Peternakan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian beserta skripsi dengan judul ―Pengaruh Lama Aging
Terhadap Kualitas Fisikokimia Kefir Susu Kambing dan Aktivitas Antimikroba: Recovery
Kontaminat Escherichia coli‖Penelitian ini merupakan bagian dari proyek Pendanaan Riset
Kolabolari Indonesia.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan
ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada:
1. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., IPU selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Dr.Khothibul umam al awwaly , S.Pt.,M.Si selaku Ketua Jurusan
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya dan Dr. Herly evanuarini ,
S.Pt., MPselaku Ketua Program Studi Peternakan beserta staff dan jajarannya
2. Prof. Dr. Ir. Lilik Eka Radiati, MS.,IPU selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran serta motivasi yang membangun dan sangat bermanfaat
bagi Penulis.
3. Semua karyawan laboran di laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya yang telah membantu dalam proses penelitian.
4. Ibu Prihatin, selaku orang tua dan keluarga dan Teman-teman seperjuangan yang telah
membantu dan memotivasi penulis dalam menyusun laporan hasil penelitian, Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Semoga
laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.
Malang, 17 Oktober 2023
ii
PENGARUH LAMA AGING TERHADAP KUALITAS KEFIR SUSU KAMBING
DITINJAU DARI pH, VISKOSITAS, PROTEIN TERLARUT DAN AKTIVITAS
ANTIMIKROBA: RECOVERY KONTAMINAT ESCHERICHIA COLI
RINGKASAN
Kefir merupakan minuman probiotik yang berasal dari produk susu fermentasi
melalui aktivitas bakteri asam laktat dan khamir. Bakteri asam laktat yang terkandung dalam
kefir digunakan sebagai agen antimikroba untuk menghambat tumbuhnya bakteri patogen
khususnya Escherichia coli yang dapat menkontaminasi susu selama masa penyimpanan.
Perlakuan aging merupakan upaya untuk mempertahankan bakteri asam laktat (BAL) melalui
peningkatan komponen bioaktif yang berperan sebagai antimikroba dan antioksidan serta
dapat dijadikan faktor penentu yang menyebabkan perubahan kimia, sensorik, dan
mikrobiologi pada kefir. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh lama aging
terhadap kualitas kefir susu kambing ditinjau dari pH, viskositas, protein terlarut dan aktivitas
antimikroba oleh bakteri Escherichia coli.
Penelitian ini dilakukan mulai 22 Juni 2022 hingga 1 Agustus 2022 yang dilakukan di
Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Materi
dalam penelitian ini yaitu kefir susu kambing yang telah diproduksi dari industri rumah kefir.
Metode yang digunakan pada penelitian ini iadalah metode percobaan dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan. Perlakuan pada kefir susu
kambing meliputi lama penyimpanan kefir yakni, 0 minggu, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu,
dan 4 minggu pada suhu refrigerator. Data akan dianalisis menggunakan Kruskal Wallis Test,
apabila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan Mann Whitney berdasarkan uji
normalitas dan homogenitas
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan lama aging kefir berpengaruh
sangat nyata (P<0,05) terhadap pH dengan nilai pH paling rendah terdapat pada perlakuan P4:
3,81. Perlakuan lama aging tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas anti mikroba (P>0,05).
Perlakuan lama aging juga tidak berpengaruh nyata terhadap nilai viskositas (P>0,05)..
Perlakuan lama aging juga tidak berpengaruh nyata terhadap protein terlarut (P>0,05).
iii
DAFTAR ISI
iv
4.2 Pengaruh Lama Aging terhadap pH ............................................................. 20
4.3 Pengaruh Lama Aging Terhadap Viskositas .................................................... 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 23
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 23
5.2 Saran ............................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
LAMPIRAN ......................................................................................................... 29
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
2
DAFTAR SIMBOL DAN ISTILAH
% : Persentase
˚C : Derajat Celcius
g : Gram
± : Kurang lebih
pH : Potential hydrogen
dkk : dan kawan kawan
et al : et alia
ANOVA : Analysis of Variance
RAL : Rancangan acak lengkap
BAL : Bakteri asam laktat
b/b : berat per berat
mg : miligram
kg : kilogram
CFU/ml : Colony forming units per mili
APM/ml : Angka paling mungkin per mili
WHC : Water holding capacity
Sig : Signifikan
Asymp.Sig : Asymtotic significance
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu makanan dengan nilai gizi cukup tinggi adalah susu. Berdasarkan BPOM
(2011), yang menyatakan bahwa makanan fungsional memiliki satu atau lebih komponen
makanan dengan fungsi fisiologis tambahan melebihi fungsi dasarnya. Salah satunya adalah
susu kambing, susu kambing memiliki warna khas lebih putih, gumpalan lemak susu yang
relatif kecil yang membuatnya lebih mudah dicerna, dan kadar mineral yang tinggi termasuk
kalsium dan fosfor serta kompleks vitamin A, E, dan B sehingga nilai gizi susu kambing
dapat ditingkatkan untuk memenuhi kriteria pangan fungsional. Aristya, Legowo, dan Al-
Baarri, (2013). Namun faktanya, susu merupakan salah satu substrat yang baik untuk media
perkembangan bakteri, sehingga dapat berpotensi untuk terkontaminasi bakteri patogen
apabila tidak memiliki standar kebersihan dan penanganan yang tepat. Hal tersebut yang
menjadikan susu adalah bahan organik yang mudah rusak (perishable food).
Bakteri patogen yang dapat mengontaminasi susu adalah golongan bakteri Coliform.
Bakteri Coliform dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Coliform fecal dan coliform non-fecal,
Coliform fecal adalah bakteri Coliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah
panas lainnya, sedangkan Coliform non-fecal adalah bakteri Coliform yang ditemukan pada
hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati. Bakteri ini mampu menimbulkan penyakit
pada tiap jaringan tubuh manusia. Escherichia coli termasuk kedalam bakteri coliform fecal
yang berasal dari feses sapi dan berpotensi mengkontaminasi susu melalui proses pemerahan
yang tidak steril, upaya pre-treatment pada susu dapat dilakukan untuk meminimalisir
adanya kerusakan akibat kontaminasi Escherichia coli serta untuk memperpanjang masa
simpan yaitu dengan proses fermentasi, salah satunya adalah kefir.
Kefir adalah jenis susu fermentasi yang juga mengandung mikroba alami. Terdapat
banyak kultur bakteri asam laktat yang terkandung pada kefir dan berfungsi sebagai probiotik
dalam sistem pencernaan. Penelitian menunjukkan bahwa bakteri asam laktat dapat
bermanfaat bagi kesehatan pencernaan atau memiliki efek positif lainnya pada kesehatan
hewan atau manusia (Anandharaj dan Sivasankari, 2014). Efek menguntungkan lain yang
dilaporkan yang dapat dilakukan oleh BAL isolat kefir antara lain memberi perlindungan
terhadap infeksi bakteri patogen melalui senyawa antimikroba yang dihasilkan (Slattery et
al., 2019). Senyawa antimikroba ini akan menyebabkan penurunan pH hingga di bawah
kisaran pH pertumbuhan bakteri dimana asam-asam ini dalam bentuk tidak terdisosiasi dapat
berdifusi secara cepat dalam sel bakteri patogen. Adanya aktivitas antimikroba oleh BAL
tersebut membuat terhambatnya pertumbuhan bakteri patogen.
Aging merupakan salah satu pendekatan yang kerap dilakukan dalam penanganan
kualitas kefir dengan melalui peningkatan komponen bioaktif sehingga terjadi peningkatan
antioksidan dalam kefir melalui proses fermentasi pada suhu dingin, untuk memastikan bahwa
keasaman relatif konsisten dan bahwa komponen antimikroba dalam kefir dapat
dipertahankan, maka penyimpanan pada suhu beku tidak dapat dihindari untuk menghentikan
bakteri asam laktat dari fermentasi lebih lanjut. Karakteristik fisikokimia kefir susu kambing
adalah contoh variabel yang dapat mengindikasikan kualitas suatu produk olahan. Oleh
karena itu, proses aging selama pembuatan kefir akan merombak senyawa yang ada dalam
4
kefir, dan akan mempengaruhi aktivitas antimikroba, pH, viskositas, dan kadar protein terlarut
kefir. Penelitian (Mal, 2013) menyatakan bahwa kualitas kefir berdasarkan pH, protein,
viskositas yang disimpan pada refrigerator dengan suhu 4˚C selama 28 minggu masih layak
untuk dikonsumsi, namun pada penelitian tersebut tidak dilakukan analisis terhadap aktivitas
antimikroba. Oleh karena itu, penelitian pada pengaruh lama aging terhadap pH, viskositas,
protein terlarut dan aktivitas antimikroba diperlukan sebagai beberapa faktor yang sangat
mungkin mempengaruhi palatabilitas kefir dengan perlakuan aging yang sudah pernah
dilakukan sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul pengaruh
lama aging terhadap kualitas kefir susu kambing ditinjau dari pH, viskositas, protein terlarut,
dan aktivitas antimikroba: recovery kontaminat Escherichia coli.
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama aging kefir terhadap
kualitas kefir ditinjau dari nilai pH, viskositas, protein terlarut dan aktivitas
antimikroba dari kefir susu kambing terhadap bakteri patogen yaitu Eschericia coli .
1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan informasi alternatif mengenai pengaruh aging terhadap kualitas
fisikokimia yang ditinjau dari pH, viskositas, protein terlarut dan aktivitas
antimikroba: Recovery kontaminat Escherichia coli
2. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya terkait faktor
yang mempengaruhi kualitas kefir khususnya perlakuan aging
5
pertumbuhan Escherichia coli sehingga dapat memperpanjang lama aging susu.
Kefir merupakan produk susu fermentasi yang diproduksi dengan menggunakan
mikroba alami yang disebut biji kefir atau kefir grain. Biji kefir mengandung bakteri
Lactobacillus lactis dan Lactobacillus kefirgranum yang berperan dalam pembentukan asam
(diasetil) serta senyawa antimikroba. Aktivitas bakteri asam laktat dipengaruhi oleh lama
aging di tempat penyimpanan (refrigerator). Lama aging mempengaruhi kandungan laktosa
yang ada di dalam kefir, enzim laktase akan memfermentasi laktosa dan menyebabkan jumlah
asam laktat semakin meningkat, semakin tinggi suhu dan lama aging kefir maka
menghasilkan pH kefir yang rendah. Aging pada suhu refrigerator merupakan upaya yang
dilakukan pada kefir untuk memperlambat aktivitas fermentasi berlanjut oleh mikroba. Maka,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama aging terhadap pH, viskositas,
protein terlarut dan kemampuan BAL dalam menghambat aktivitas dan pertumbuhan
Eschericia coli sebagai bakteri patogen.
1.6 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
H0 : Perbedaan lama aging tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas
antimikroba, pH, viskositas, dan protein terlarut
H1 : Perbedaan lama aging memberikan pengaruh terhadap aktivitas antimikroba,
pH, viskositas, dan protein terlarut
6
Susu merupakan hasil sekresi
dari mamalia dan termasuk
kedalam produk perishable food
Fermentasi Aging
Kefir mengandung:
Kefir 1. BAL(Streptococcus, genus
Lactobacilli, dll)
2. Ragi(Khamir)/yeastPenghasil
CO2, gas As. arang, alkohol
Mampu menghambat
Senyawa Anti Mikroba dari BAL
pertumbuhan bakteri Diasetil
patogen melalui H2O2(Hidrogen Peroksida)
senyawa BAL yang Reuterin
dihasilkan (Prayoga, Bakteriosin
et al., 2021) Asam Organik
Lama aging diduga dapat berpengaruh terhadap kualitas fisikokimia dan mampu
menghambat pertumbuhan Escherichia coli pada kefir. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana kualitas pH, viskositas, protein terlarut & aktivitas
anti mikroba pada lama aging yang berbeda
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Tabel 1. Standar Nasional Indonesia untuk Kefir
Zat Gizi Persyaratan Satuan
Keadaan :
Penampakan Cair -
Bau Normal/khas -
Rasa Asam/khas -
Homogenitas Homogen -
Lemak (b/b) Min 0,6 maks 0,5 %
Padatan susu tanpa lemak
Min 3,0 %
(b/b)
Protein (b/b) Min 1,0 %
Abu (b/b) Maks 1,0 %
Keasaman tertitrasi (asam
0,2-0,9 %
laktat) (b/b)
Cemaran logam
Timbal (Pb)
mg/kg
Merkuri (Hg)
Cemaran Arsen (As) mg/kg
Maks 0,02
Cemaran mikroba mg/kg
Maks 0,03
Bakteri coliform Maks 0,1
Salmonella sp/25 ml
Listeria Maks 10
monocytogenes/25 ml Negatif
APM/ml
Negatif
-
9
Kefir mengandung asam laktat 0,8-1%, alkohol 0,5%-2,5%, CO2, kelompok vitamin
B, dan rasio diacetyl-acetaldehyde 3,1. Susunan dan kandungan nutrisi Kefir adalah sebagai
berikut: lemak 1,5%, protein 3,5%, laktosa 4,5%, pH 4,6, air 89,5%, dan abu 0,6%.
Komponen kefir dan susunan kimia bervariasi tergantung pada jenis bakteri starter yang
digunakan, suhu, berapa lama fermentasi berlangsung, dan bahan baku yang digunakan. Kefir
dibuat menggunakan bahan dasar dari susu tinggi lemak, sedangkan kefir yang terbuat dari
susu skim memiliki kandungan lemak yang lebih rendah. Kandungan laktosa yang tinggi dari
bahan baku, jenis mikroba starter, dan lamanya fermentasi semuanya memiliki dampak yang
signifikan terhadap jumlah asam laktat dan alkohol dalam kefir (Usmiati, 2007; Putri, 2019).
Komposisi yang dapat digunakan sebagai standar untuk kefir disebutkan dalam
standar Codex untuk susu fermentasi (CODEX STAN 243-2003), yaitu kandungan lemak
(b/b) kurang dari 10%, protein (b/b) minimal 2,7%, total asam laktat (b/b) minimal 0,6%, total
bakteri minimal 107 cfu/gram, dan ragi minimal 104 cfu/gram. Jenis stater mikroba, suhu,
dan lama fermentasi, serta bahan baku yang digunakan dapat berdampak pada komponen dan
kandungan kimia kefir Sudono et al (2014). Mikroba dalam kefir berasal dari biji kefir atau
susu yang digunakan untuk memfermentasinya Marsh et al (2013). Bakteri asam laktat
mendominasi di antara mikroba yang ditemukan dalam kefir, selain itu terdapat khamir dan
bakteri asam asetat Magalhes et al (2011). Saat ini, Lactobacillus, Lactococcus,
Streptococcus, dan Leuconostoc adalah sumber genus bakteri asam laktat yang sering
ditemukan dalam kefir. Spesies Lactobacillus kefiranofaciens, L. kefiri, L. delbrueckii, L.
helveticus, L. casei, L. brevis, Lactococcus lactis, Streptococcus thermophilus, dan
Leuconostoc mesenteroides membentuk antara 37% dan 90% dari total komunitas mikroba
yang ada dalam kefir serta dalam biji kefir (Marsh et al., 2013).
10
menghilangkan bahan-bahan yang tidak diinginkan (racun, mikroba berbahaya, dll.) (Behera,
Bal, Das, Panda, Mohanty, 2018 ; Rifano, 2022)
Saat membuat kefir, susu difermentasi dengan penambahan starter dalam bentuk biji-
bijian kefir yang dibuat dari biji kefir. Bakteri dalam biji kefir mulai beroperasi segera setelah
biji kefir ditambahkan ke susu dan susu dibiarkan berfermentasi. Berbagai Lactobacteria
dimulai dengan memakan laktosa dalam susu dalam biji kefir sebelum mengubah gula susu
menjadi asam laktat. Laktosa juga diubah oleh ragi yang ditemukan dalam biji kefir, yang
memecahnya menjadi karbon dioksida dan etanol. Selain itu, ada kemungkinan bakteri asam
asetat ada dan berfungsi untuk menciptakan asam. Prado, Blandón et al (2015). Selama proses
fermentasi kefir, bakteri asam laktat homolactic dan heterolactic digunakan untuk
meningkatkan rasa kefir Bourrie et al (2016). Proses fermentasi homolactic menghasilkan
konversi laktosa menjadi asam piruvat, yang kemudian diubah menjadi asam laktat dengan
bantuan NADH. Fermentasi heterolactic ditandai oleh terbentuknya produk tambahan seperti
CO2, etanol atau asam asetat. Saat membuat kefir, bakteri asam laktat berkontribusi pada rasa
dan aromanya yang khas dengan memproduksi bahan kimia volatil dan non-volatil dari asam
laktat, asam asetat, etanol, dan CO2. Bintsis (2018).
Masa inkubasi kefir selama 24 jam, fermentasi biasanya berlangsung 10 hingga 40
jam pada suhu 8 hingga 25 °C dalam wadah yang tertutup sebagian Rosa et al (2017). Periode
fermentasi yang relatif singkat akan menghasilkan kefir dengan tekstur encer dan manis,
sedangkan periode fermentasi yang lebih lama akan menghasilkan kefir dengan tekstur yang
lebih kental, rasa yang lebih asam, dan kandungan alkohol yang lebih tinggi. Adanya faktor
waktu dalam fermentasi juga dapat mempengaruhi tekstur kefir yang dihasilkan. Setelah
proses fermentasi, biji kefir dipisahkan menggunakan filter untuk membuat kefir yang siap
dikonsumsi. Kefir dapat disimpan di cold storage (6 hingga 10 °C), dan kualitasnya akan baik
selama 24 minggu. Putri (2020).
11
daripada bakteri gram positif. Ummamie, et al (2017). Aktivitas antimikroba
Escherichia coli diuji menggunakan media selektif MHA (Mueller Hinton Agar).
MHA merupakan media yang baik dalam pemeriksaan uji sensitivitas bakteri baik
aerob maupun aerob fakultatif. Sulmiyati, et al (2019)
Bakteri patogen Escherichia coli , dapat bertahan hidup pada suhu rendah 7°C
dan suhu tinggi 44°C, namun akan tumbuh paling baik pada suhu 35°C hingga 37°C
dan dalam kisaran pH 4,4 hingga 8,5. Penyimpanan dalam refrigerator dapat
mengakibatkan bakteri Escherichia berkembang secara perlahan. Setidaknya 0,95
nilai aktivitas air lebh resisten terhadap asam. (Suardana, 1991 ; Sari 2015)
Antimikroba yang disebut bakteriosin digunakan untuk membuat mikroba tidak aktif.
Bakteriosin yang dibuat oleh bakteri asam laktat pada suhu tinggi dapat digunakan
untuk mengendalikan bakteri patogen. Nopitasari dkk (2021)
Menjadikan BAL sebagai bahan pangan fungsional yang banyak dikonsumsi oleh
penduduk, seperti yogurt, minuman jus buah fermentasi, dan lainnya, merupakan salah satu
cara memanfaatkannya dalam mencegah pertumbuhan bakteri patogen Rizal, et al (2016).
Adanya mekanisme penghambatan dikarenakan bakteri asam laktat yang memproduksi
senyawa antimikroba. Bakteri ini dapat menghasilkan asam organik (asam laktat, asetat, dan
propionat), bakteriosin, hidrogen peroksida, diacetyl, dan protein bakterisida sebagai zat
antimikroba. Saranraj et al (2013)Metode yang banyak digunakan untuk mengobati masalah
pencernaan adalah penggunaan susu fermentasi dan produk yang sebanding. Media yang tepat
untuk mikroba probiotik adalah susu fermentasi. Karena bakteri probiotik memiliki kualitas
antimikroba, mereka dapat menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya dalam sistem
pencernaan. Bakteri asam laktat dari genus Lactobacillus dan Bifidobacterium adalah bakteri
yang sering dimanfaatkan sebagai bakteri probiotik. Hutasuhut dkk (2021) Probiotik kefir
dapat membantu sebagai tindakan pencegahan terhadap beberapa infeksi Escherichia.
Menurut studi bahwa penggunaan probiotik dapat meningkatkan flora usus dan bersaing
dengan bakteri patogen lainnya untuk mencegah pembentukan bakteri berbahaya, termasuk
untuk bakteri patogen seperti Escherichia coli. Syafrina dkk (2020). Tabel 2.2 mencantumkan
beberapa zat antimikroba yang dibuat oleh BAL untuk menekan bakteri patogen.
12
Tabel 2. Senyawa antimikroba dari BAL dan Mekanisme Kerjanya
Lactobacillus plantarum
Asam Organik Meningkatkan pH Bifidobacterium longum,
lingkungan dan mencegah
kolonisasi bakteri patogen Bifidobacterium bifidum, dan
Lactobacillus plantarum
13
2.3 Lama Aging Kefir
Tujuan penyimpanan kefir pada suhu dingin adalah untuk menghentikan pengasaman
lebih lanjut atau postacidification yang disebabkan oleh aktivitas bakteri asam laktat saat
pendinginan. Mal(2013) Perubahan kualitas mikrobiologis, fisikokimia, dan sensorik kefir
akan terjadi dengan penyimpanan pada suhu rendah dimana dalam hal ini menunjukkan
bahwa kefir adalah minuman yang kompleks, seperti yang terlihat oleh perubahan karakter
yang terjadi selama penyimpanan. Ini karena setiap butir kefir mengandung jenis mikroba
yang unik dan menghasilkan satu set metabolit yang unik. Rohmah dan Estiasih (2013).
Upaya untuk menjaga kualitas kefir perlu diperhatikan melalui faktor-faktor seperti waktu
penyimpanan dan suhu harus diperhitungkan. Penurunan pH dan peningkatan jumlah asam
laktat yang dihasilkan BAL selama proses fermentasi menyebabkan ragi menghasilkan etanol.
Suhu, lama penyimpanan, starter, dan keadaan fermentasi yang ideal akan berdampak pada
kualitas fisikokimia dan sensorik kefir Kakisu et al (2011).
Kefir mengalami perubahan biokimia saat di aging, dan suhu penyimpanan memiliki
dampak signifikan pada terjadinya reaksi biokimia ini. Mikroba kefir mengalami perubahan
dalam aktivitas metabolisme yang menjadi lebih lambat pada suhu dingin daripada pada suhu
kamar dan akan lisis pada suhu beku. Setyawardhani, dkk (2017). Lama aging mempengaruhi
kandungan laktosa yang ada di dalam kefir, enzim laktase akan memfermentasi laktosa dan
menyebabkan jumlah asam laktat semakin meningkat, semakin tinggi suhu dan lama aging
kefir maka menghasilkan pH kefir yang rendah. Aging pada suhu refrigerator merupakan
upaya yang dilakukan pada kefir untuk memperlambat aktivitas fermentasi berlanjut oleh
mikroba, dengan menggunakan suhu 4-8˚C maka upaya ini dinilai mampu mencegah
penurunan pH selama penyimpanan. Safitri, Setyawardhani, dan Sumarmono (2020).
Perlakuan aging pada suhu dingin dimaksudkan untuk meningkatkan komponen bioaktif
sehingga antioksidan pada kefir turut meningkat Suwondo (2020)
2.4 Nilai pH
pH adalah ukuran keasaman yang digunakan untuk menggambarkan seberapa asam
atau basa suatu zat. Konsentrasi biji kefir yang digunakan dapat menentukan nilai pH.
Semakin banyak biji kefir yang digunakan maka semakin rendah nilai pH dalam kefir karena
biji kefir menghasilkan sejumlah besar bakteri asam laktat, pH kefir menurun sebagai akibat
dari aktivitas bakteri asam laktat. Triana, dkk (2022). Aktivitas mikroba dalam biji kefir
menyebabkan karbohidrat susu, terutama laktosa, diubah menjadi asam laktat. Semakin lama
susu disimpan, semakin banyak asam laktat yang diproduksi, yang menyebabkan pH turun.
Rohmah F (2018) Streptococcus lactis yang merupakan bakteri paling umum dalam
kontaminasi susu segar, dapat menghasilkan asam laktat. Namun, keasaman yang dihasilkan
bakteri ini akan mencegahnya tumbuh lebih jauh. Akibatnya, bakteri akan menjadi tidak aktif
dan kemudian mengembangkan bakteri tipe Lactobacillus, yang lebih toleran terhadap asam
daripada Streptococcus. Sampai titik tertentu, Lactobacillus akan menghasilkan lebih banyak
asam, yang dapat menghambat pertumbuhannya karena pada keasaman tinggi, Lactobacillus
akan binasa dan ragi yang lebih toleran terhadap asam akan berkembang sebagai gantinya.
Zaini (2016)
14
2.5 Nilai Viskositas
Menurut (Hardani, 2022) viskositas berkaitan erat dengan kekentalan suatu zat,
viskositas dapat didefinisikan sebagai ukuran ketahanan cairan terhadap aliran. Kecepatan
aliran berkurang dengan meningkatnya ketebalan zat dan sebaliknya. Simbol untuk viskositas,
(baca: eta), menunjukkan koefisien viskositas. Ns/m2=Pa adalah satuan sistem internasional
(SI) untuk viskositas (consequential pascal). Setyawardani, dkk (2017) bahwa faktor–faktor
yang mempengaruhi viskositas pada curd kefir dihasilkan oleh BAL dalam fermentasi
menyebabkan viskositas meningkat. Viskositas kefir juga dipengaruhi oleh pertumbuhan
starter yang digunakan, jika mengandung bakteri yang menghasilkan eksopolisakarida dengan
berat molekul besar yang akan menghasilkan susu fermentasi dengan viskositas tinggi.
Semakin besar viskositas kefir maka semakin baik kualitas kefir, karena semakin besar
viskositas kefir maka semakin banyak total padatan yang terdapat dalam kefir. Besar
viskositas dapat dipakai sebagai indeks jumlah zat padat yang terdapat dalam zat cair.Menurut
(Setyawardani dkk, 2020) viskositas produk fermentasi dipengaruhi oleh lemak susu.
Gumpalan lemak dalam jaringan protein meningkatkan WHC dan menyebabkan viskositas
lebih stabil. Menurunnya pH akan mengaktifkan interaksi antara lemak dan kasein yang dapat
meningkatkan viskositas.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain kefir susu kambing yang diperoleh dari rumah kefir
dengan penyimpanan 0, 1, 2, 3, 4 minggu, bakteri Eschericia coli, Nutrient Broth. Media
spesifik MHA , aquadestilata dan larutan buffer 4 dan 7.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan yakni pot film, erlenmeyer, rak tabung reaksi, tabung reaksi,
pipet, cawan petri, beaker glass, kertas whatman, pembakar bunsen, hot plate, inkubator, pH
meter, autoklaf, mikropipet, erlenmeyer, kertas aluminium foil, timbangan analitik, laminar
flow cabinet, brookfield viscometer, sentrifuge, spektrofotometer (nano drop)
16
menggunakan cutton bud. Kemudian dibuat lubang sumur pada media yang telah mengeras
dengan menggunakan disposable tip berdiameter 16 mm sebanyak 4 sumur di setiap petri
dish. Sebanyak 50µl sampel kefir dimasukkan kedalam lubang sumur pada media uji.
Kemudian petri dish yang telah berisi sampel dan bakteri uji didiamkan selama 3 jam pada
suhu 4˚C, selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam. Aktivitas anti
mikroba ditandai dengan munculnya zona bening atau zona hambat di sekeliling sumur.
Diameter zona penghambatan diukur dengan menggunakan jangka sorong/penggaris.
Diameternya diukur sebanyak tiga kali ulangan di tempat yang berbeda dan hasilnya dirata-
ratakan. Prosedur uji aktivitas antimikroba dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.4.2 Pengujian pH
Pengujian nilai pH dilakukan dengan menggunakan pH meter elektronik yang telah
dikalibrasikan terlebih dahulu pada larutan buffer 4 dan 7. Selanjutnya, sebanyak 20 ml
masing-masing sampel kefir yang akan diukur dituang kedalam beaker glass. Kemudian
dicelupkan elektroda kedalam beaker glass yang telah terisi sampel kefir selanjutnya dicatat
angka yang tertera pada pH meter tersebut. Prosedur uji pH dapat dilihat pada Lampiran 2.
17
3.5 Prosedur penelitian
Inkubasi suhu
Kefir susu Kambing
±27˚ selama 24
jam
Penyimpanan
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik kefir susu kambing yang meliputi aktivitas antimikroba, pH, viskositas,
dan protein terlarut yang diberi perlakuan aging disajikan pada Tabel 4.1. Terdapat perbedaan
pada pH dan aktivitas antimikroba. pH tertinggi terjadi pada minggu 0 dan yang terendah
adalah minggu 4, aktivitas antimikroba cenderung berfluktuasi selama penyimpanan,
viskositas kefir meningkat seiring dengan penurunan pH, sedangkan protein terlarut tetap
stabil sampai akhir waktu penyimpanan.
Tabel 3. Tabel hasil uji pengaruh lama aging terhadap kualitas fisikokimia kefir susu
kambing ditinjau dari pH, viskositas, protein terlartu dan aktivitas antimikroba: recovery
kontaminat Escherichia coli
Parameter (Rata-rata±SD)
Perlakuan
Antimikroba pH Viskositas Protein Terlarut
b
P0 3,75±0,5 4,04±0,0206 161,1± 0,503 4,13±0,250
b
P1 2,5±0,577 4,03±0,025 154,55±7,94 4,03±0,583
c
P2 3±0,816 3,97±0,01 161,5±23,17 3,99±0,069
d
P3 2,25±1,5 3,84±0,015 161,85±57,02 4,07±0,023
a
P4 2,75±0,5 3,81±0,017 176,85±19,9 4,13±0,025
Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05)
19
diketahui bahwa asam laktat dan asam asetat yang dihasilkan memiliki aktivitas tinggi dalam
menghambat bakteri patogen, penelitian oleh Mirdalisa (2016) menunjukkan bahwa
penghambatan bakteri patogen akibat aktivitas bakteri asam laktat dipengaruhi oleh lamanya
penyimpanan. Akibatnya, hal tersebut mempengaruhi senyawa organik yang dihasilkan
selama fermentasi susu.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika lama aging kefir meningkat, area zona
penghambatan akan menyusut. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa seiring berjalannya
waktu, kapasitas bakteri asam laktat untuk menghasilkan asam organik yang bertindak
sebagai antimikroba untuk bakteri patogen, seperti Escherichia coli akan berkurang.
Akibatnya, semakin lama bakteri asam laktat disimpan, semakin sedikit nutrisi yang tersedia
untuk mencegah pertumbuhan bakteri patogen. Hal ini didukung (Cherrington, et al. 1991;
Yosephi,2019) bahwa aktivitas antimikroba dari asam organik pada kefir berkontribusi dalam
mengganggu metabolisme seluler serta penurunan aktivitas biologis sebagai hasil dari
perubahan nilai pH lingkungan.
Terdapat perbedaan pada diameter zona hambat kefir pada lama penyimpanan 0
hingga 4 minggu. Diameter zona hambat kefir susu kambing dengan lama aging yang berbeda
dikategorikan dengan ketentuan daerah hambatan yang lemah dimana paling tinggi hanya
3,75 mm. Menurut Iqbal (2007), diameter zona penghambatan 5 mm atau kurang tergolong
lemah dalam menghambat bakteri patogen, diameter 5-10 mm tergolong berada dalam
menghambat bakteri patogen, diameter 10-20 mm tergolong kuat dalam menghambat bakteri
patogen, dan diameter 20 mm atau lebih tergolong sangat kuat dalam menghambat bakteri
patogen. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa senyawa bakteri asam laktat
dari kefir susu kambing selama 4 minggu aging dikatakan masih lemah dalam menghambat
Escherichia coli .
20
dengan baik selama penyimpanan. Penurunan nilai pH juga konsisten dengan pendapat Safitri
A. T (2020), yang mengklaim bahwa aktivitas bakteri asam laktat mulai menurun karena
beberapa bakteri asam laktat tidak dapat bertahan hidup pada pH rendah atau dalam
lingkungan asam. Namun, dalam keadaan ini, konsisten dengan aktivitas ragi yang masih
berlangsung, karena ragi dapat bertahan hidup di lingkungan yang asam. Keadaan pH yang
ditampilkan oleh kefir susu kambing selama lama aging 4 minggu dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor meliputi asal usul susu, senyawa gizi susu (protein, peptida, laktosa,
oligosakarida, dan mikronutrien), suhu, dan lama waktu inkubasi. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan Azizkhani, et al (2020) bahwa rerata pH kefir susu kambing telah mengalami
penurunan khususnya pada akhir lama aging. Dilaporkan bahwa rerata pH kefir susu kambing
pada lama simpan 20 minggu mencapai 3,65±0,07. Hasil tersebut dinilai lebih rendah
daripada pH kefir pada lama simpan 20 minggu yang ditampilkan di penelitian ini yaitu
3,8475±0,015.
21
itu, polisakarida ekstraseluler yang diproduksi oleh bakteri asam laktat berkontribusi pada
tekstur produk susu fermentasi.
Penggumpalan protein oleh asam yang diproduksi selama fermentasi adalah proses
lain di mana bakteri asam laktat juga terlibat. Rahayu et al. (2020) menjelaskan bahwa jumlah
bakteri asam laktat yang meningkat akibat lama aging yang berbeda akan menghasilkan
exopolysaccminggude exocellular texturising agent dan berinteraksi dengan protein susu
dalam rangka meningkatkan viskositas kefir susu kambing, sedangkan aktivitas proteolitik
dalam proses fermentasi dapat menurunkan viskositas melalui mekanisme degradasi struktur
protein.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan lama aging kefir berpengaruh
sangat nyata (P<0,05) terhadap pH dengan nilai pH paling rendah terdapat pada perlakuan P4:
3,81 sehingga berdampak pada peningkatan nilai viskositas kefir selama 4 minggu aging,
namun tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas antimikroba (P>0,05) kefir dengan lama
aging 4 minggu dapat dikatakan masih lemah dalam menghambat Escherichia coli. Lama
aging juga tidak berpengaruh nyata terhadap protein terlarut (P>0,05).
5.2 Saran
Penggunaan disposable tip dalam pengujian aktivitas antimikroba sebaiknya harus
sesuai standart untuk meminimalisir pecahnya media padat saat pembuatan sumur. Perlu
adanya penelitian lebih lanjut khususnya untuk protein terlarut kefir dengan menggunakan
alat nano drop spektrofotometer
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Dianti , EP., Anjani, G., Afifah, DN., Rustanti, N., Panunggal, B. 2018. Nutrition Quality and
Microbiology of Goat Milk Kefir Fortified with Vitamin B12 and Vitamin D3 during
Storage. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 116. 1-6
Farnworth ER. Kefir a complex probiotic. Food Science and Technology Bulletin: Functional
Foods. 2005;2(1):1–17
Fernandes, R. (2009). Microbiology handbook: Dairy products. Cambridge: UK: Royal.
González-Orozco, B. D., García-Cano, I., & al, e. (2022). Invited review: Milk kefir
microbiota—Direct and indirect antimicrobial effects. Journal of Dairy Science
105(5), 3703–3715.
Hadijah, T., Sanuddin, M., & Andriani, M. (2021). Uji Aktivitas Senyawa Dibutiltimah (Iv)
Nbenzilmetilditiokarbamat Terhadap Bakteri Escherichia Coli Dan Bakteri
Staphylococcus Aureus. Jurnal Dunia Farmasi, 166-175.
Hardani. 2022. Buku Ajar Farmasi Fisika. Yogyakarta. Penerbit Samudra Biru (Anggota
IKAPI)
Hutasuhut, L. Y., Hanum, Z., & Yurliasni. (2021). Efektivitas Fermentasi Susu Kambing
Menggunakan Bakteri Lactobacillus rhamnosus dengan Penambahan Jus Buah Bit
(Beta vulgaris L.) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Patogen Usus. JURNAL
ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN.6(4), 429-435.
Iqbal, M 2007. Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) Penghasil Antimikroba.
(http:/mochammadiqbal.wordpress.com.[2 Mei 2008].
Jaya, Firman.2019. Ilmu, Teknologi Dan Manfaat Kefir. Malang. UB Press
25
Mulia, Sari. 2015. Uji Bakteriologis dan Resistensi Antibiotik Terhadap Bakteri Escherichia
coli dan Shigella sp pada Makanan Gado-Gado di Kantin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.SKRIPSI.
Mumpuni, Ocka Febrian., Maulana, Reza Achmad., Ayustaningwarno, Fitriyono., Panunggal,
Binar., Anjani, Gemala. Pengaruh Waktu Fortifikasi Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Dan Vitamin D3 (Kalsiferol) Terhadap Mutu Gizi Kefir Susu Kambing. Journal of
Nutrition College, Volume 9, Nomor 2: 147-153
Negara, J. K., & dkk. (2021). Penambahan Sari Kurma sebagai Substrat Antimikroba pada
Minuman Whey Fermentasi. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan.
09 (1), 36-41.
Ningsih, Ritna., Rizqiati, Heni., Nurwantoro. Total Padatan Terlarut, Viskositas, Total Asam,
Kadar Alkohol, Dan Mutu Hedonik Water Kefir Semangka Dengan Lama Fermentasi
Yang Berbeda. Jurnal Teknologi Pangan 3(2) 325-331
Nopitasari, W., Anggraini, M., & Advinda, L. (2021). Pengendalian Cemaran Mikroba Pada
Susu. Prosiding Seminar Nasional Biologi. 1(2), (hal. 907-918). Padang.
Nurdin, Z., 2014. Kajian Karakteristik Yogurt Dengan Berbagai Jenis Susu Selama
Penyimpanan Beku. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala.
Nurubay, B. N., Saloko, S., & Ariyana, M. D. (2021). Pengaruh Konsentrasi Puree Pisang
Bile (Musa PARADISIACA) Terhadap Sifat Mikrobiologi, Kimia Dan Sensoris Kefir
Susu Kambing. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas.25(2), 215-224.
Ouwehand, A. C., & Salminen, S. J. (1998). The Health Effects Of Cultured Milk Products
With Viable And Non-Viable Bacteria. International Dairy Journal, 8(9), 749–758.
Https://Doi.Org/10.1016/S0958-6946(98)00114-9
Pradana, I. P., Dewi, S. S., & Wilson, W. (2018). Aktivitas Kefir dan Isolat Bakteri Asam
Laktat dari Kefir dalam Menghambat Pertumbuhan Salmonellatyphi. Prosiding
Seminar Nasional Mahasiswa Unimus. Vol 1, 170-177.
Prado, M.R., Blandón, L.M., Vandenberghe, L.P., Rodrigues, C., Castro, G.R., Thomaz-
Soccol, V. and Soccol, C.R.2015. Milk kefir:composition, microbialcultures biological
activities, and related products
Pratama, D., Wulansari, P. D., & Frasiska, N. (2021). Ph, Kadar Fenolat Total, Dan Aktivitas
Antioksidan Kefir Susu Kambing Yang Ditambahkan Seduhan Kopi Robusta (Skr).
Bulletin of Applied Animal Research. 3(1), 1-6.
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Purnomo, Danu., Apridamayanti, Pratiwi., Sari, Rafika.2020. Potensi antibakteri dari susu
fermentasi dengan starter Lactobacillus casei terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Jurnal Cerebellum;6(2):31-35
Puspita, I.R., 2011. Penapisan Antimikroba Yang Dihasilkan Oleh Bakteri Asam Laktat Dari
Produk Bekasam Ikan Seluang (Rasbora Argyrotaenia). Skripsi.
DepartemenTeknologi Hasil Perairan Fkultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian
Bogor.
26
Putri, Y.D., Setiani, N.A. and Waryya, S. 2020. The Effect of Temperature, incubation and
storagetime on lactic acid content, pH and viscosity of goat milk kefir. Current
Research on Biosciences and Biotechnology.2(1):101-104
Rahayu, Gita Riski., Maulana, Reza Achmad., Ayustaningwarno, Fitriyono., Anjani, Binar
Panunggal, Gemala. Analisis Mikrobiologi Dan Mutu Gizi Kefir Susu Kambing
Berdasarkan Waktu Fortifikasi Vitamin B12. Journal Of Nutrition College, Volume 9,
Nomor 3215-221
Rizal S, Erna M, Nurainy F, Dan Tambunan AR, 2016. Karakteristik Probiotik Minuman
Fermentasi Laktat Sari Buah Nanas Dengan Variasi Jenis Bakteri Asam Laktat. Jurnal
Kimia Terapan Indonesia; 18(1): 63-71.
Rohmah F., D. E. (2018). Perubahan Karakteristik Kefir Selama Penyimpanan: Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 6(3), 30-36.
Rohmah, F., & Estiasih, T. (2013). Perubahan Karakteristik Kefir Selama Penyimpanan :
Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri.6(3) , 30-36.
Rosa, D.D., Dias, M.M.,Grześkowiak, L.M., Reis, S.A.,Conceição, L.L. and Maria do Carmo,
G.P. 2017. Milk kefir: nutritional, microbiological and health benefits.
Nutritionresearch reviews, 30(1):82-96.
Safitri, A., Setyawardani, T., & Sumarmono, J. (2020). Pengaruh Lama Penyimpanan
Berbeda Pada Suhu Dingin (4-8ᵒC) Terhadap Nilai pH, Viskositas dan Warna Kefir
Susu Sapi. Journal of Animal Science and Technology 2(2), 167-176.
Saranraj P, Naidu MA, Dan Sivasakthivelan P, 2013. Lactic Acid Bacteria And Its
Antimicrobial Properties: A Review. International Journal Of Pharmaceutical &
Biological Archives; 4(6): 1124-1133.
Sari, V. M., Widyaswara, G., & Pramonodjati, F. (2021). Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli . Journal of
Health Research.4(2), 47 - 58.
Setyawardani, Triana., Sumarmono, Juni, Dkk. 2017. Kualitas Kimia, Fisik Dan Sensori Kefir
Susu Kambing Yang Disimpan Pada Suhu Dan Lama Penyimpanan Berbeda. Buletin
Peternakan. 41 (3): 298-306
Setyawardani, T., J. Sumarmono, and K. Widayaka. 2020. Physical And Microstructural
Characteristics Of Kefir Made Of Milk And Colostrum. Bulletin Of Animal Science
44(1): 43-49.
Slattery, C., Paul, D.C., and Paul, W.O.2019. Analysis of Health Benefits Conferred by
Lactobacillus Species from Kefir. JournalNutrisi. 11(6): 1252.
Suardana dan Swarcita. Higiene Makanan Denpasar.2019: Udayana University Press.
Soeparno. 2021. Properti Dan Teknologi Produk Susu. Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press
Suciati, Fitri., Safitri, Laras Sirly. 2021 Pangan Fungsional Berbasis Susu Dan Produk
Turunannya. Journal Of Surimi (Sustainable Research In Management Of
Agroindustry).1(1):13-19
Sulmiyati., Said, Nursaidah., et al.2019. Assessment of the antibacterial activity of goat milk
kefir on Escherichia coli ATCC 8739 and Salmonella enteric subsp. enterica serovar
typhimurium ATCC 14028 using a well diffusion method. IOP Conf. Series: Earth and
Environmental Science.1-8/
27
Susanto, Edi. 2019. Peptida Bioaktif Sebagai Antioksidan Eksplorasi Pada Ceker Ayam.
Deepublish Publiser
Suwondo, K.H.P. 2020. Pengaruh Lama Aging Pada Suhu Refrigerator Terhadap Kandungan
Peptida, Lemak, Alkohol dan Aktivitas Antioksidan Kefir Susu Kambing Susu
Kambing (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Syafrina, Qonita., Rasyid, Roslaili., Linosefa.2020. Perbedaan Daya Hambat Kefir Susu
Kambing Dengan Kefir Susu Sapi Terhadap Escherichia Colisecara In Vitrojurnal
Ilmu Kesehatan Indonesia
Syukur,S & Purwati E., 2013. Bioteknologi Probiotik. C.V Andi Offset: Yogyakarta.
Triana, A. N., Setyawardanidan, T., & Sumarmono, J. (2022). Pengaruh Jenis Susupada pH,
Total Asam dan Warna Kefir TradisionalThe Effect of Milk Type on pH, Total Acid
and Color of Traditional Kefir. Journal Of Animal Science And Technology. 4(1), 15-
25.
Ummamie, L. dkk. 2017. Isolasi dan Identifikasi Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
pada Keumamah di Pasar Tradisional Lamboro, Aceh Besar, 1(3), pp. 574–583.
Available at: http://jim.unsyiah.ac.id/FKH/article/view/4073. diakses tanggal 25
Desember 2018
Yosephi, V. (2019). Studi Aktivitas Antibakteri Dan Antioksidan Kefir Wortel Menggunakan
Alat Inuvine Selama Penyimpanan Dingin. Skripsi, 1-21.
Zaini, Ziana Octa Faridah. 2016. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Niai Ph, Total Asam,
Jumlah Mikroba, Protein Dan Kadar Alkohol Kefir Susu Kacang Kedelai (Glycine
Max (L) Merill
28
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur penelitian
Peremajaan Bakteri Uji (Hadijah, Sanuddin, & Andriani, 2021)
1. Disiapkan alat dan bahan yang meliputi LAF, gloves, micropipet, kawat ose, bunsen,
tabung reaksi, kasa dan kapas sebagai penutup, inkubator
2. Proses peremajaan bakteri sepenuhnya dilakukan pada LAF (Laminar Air Flow)
3. Diambil bakteri Escherichia coli sebanyak 100µl dari biakan murninya menggunakan
kawat ose
4. Diinokulasikan bakteri Escherichia coli sebanyak 100µl ke dalam tabung reaksi berisi
9 ml Nutrient Both (NB)
5. Diinkubasi dengan suhu 37˚C selama 24 jam
Pembuatan Media
1. Diambil bakteri uji Eschericia coli yang telah diinkubasi dengan menggunakan cutton
bud
2. Dioleskan bakteri uji secara aseptis pada media yang telah padat
3. Dibuat lubang sumur pada media yang telah memadat dengan menggunakan
disposable tip berdiameter 16 mm sebanyak 4 sumur di setiap petri dish
4. Dimasukkan sampel kefir sebanyak 50µl kedalam lubang sumur pada media uji dan
didinginkan pada suhu 4˚C selama 3 jam
5. Diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam, kemudian diamati zona hambat di
sekeliling sumur
6. Zona hambat yang terbentuk diukur menggunakan penggaris/jangka sorong
7. Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung (diameter besar-diameter kecil)
29
Pengujian pH (Pratama, Wulansari, & Frasiska, 2021)
5. Dimasukkan masing-masing sampel kefir susu kambing dan dibaca angka yang tertera
6. Angka yang terbaca pada pH meter dicatat sebagai pH sampel setelah keadaan
konstan
Pengujian Viskositas (Nurubay, Baiq Nisrina, dkk., 2021)
30
LAMPIRAN
Perlakuan Sig
Aktivitas Antimikroba P0 .001
P1 .024
P2 .683
P3 .224
P4 .001
Perlakuan Sig
Aktivitas Antimikroba Based on Mean .016
Based on Median .047
Based on Median and
.057
with adjusted df
Based on trimmed mean 017
31
Test Statisticsa,b
Aktivitas antimikroba
Kruskal-Wallis H 6,257
Df 4
Asymp.Sig 0,181
Tabel kruskal wallis untuk variabel aktivitas antimikroba menunjukkan hasil 0,181
(Asymp.Sig>0,05) yang berarti lama aging tidak berbeda nyata terhadap aktivitas
antimikroba yang dihasilkan.
Perlakuan pH
P4 3,81±0,017a
P3 3,84±0,015d
P2 3,97±0,01c
P1 4,03±0,025b
P0 4,04±0,0206b
Perlakuan Sig
pH P0 .572
P1 .972
P2 .001
P3 .224
P4 .850
Berdasarkan tabel uji normalitas menunjukkan bahwa variabel untuk pH kefir dengan
perlakuan lama aging memiliki data yang tidak berdistribusi normal (Sig<0,05)
32
2. Hasil Uji Homogenitas pH
Perlakuan Sig
pH Based on Mean .474
Based on Median .449
Based on Median and
.457
with adjusted df
Based on trimmed mean .468
Test Statisticsa,b
pH
Kruskal-Wallis H 17.541
Df 4
Asymp. Sig. .002
c. Kruskal Wallis Test
d. Grouping Variabel: Minggu
Tabel kruskal wallis untuk variabel pH kefir dengan perlakuan lama aging
menunjukkan hasil 0,02 (Asymp.Sig<0,05) yang berarti lama aging berpengaruh nyata
terhadap pH. Sehingga, dapat diuji lanjutan dengan metode Mann-Whitney.
4. Mann-Whitney Test
Rank
Minggu N Mean Rank Sum of Ranks
pH 0 4 5,38 21,50
1 4 3,63 14,50
Total 8
33
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U 4,500
Wilcoxon W 14,500
Z -1,023
Asymp.Sig. (2-tailed) ,306
Exact Sig. [ ] ,343b
pH pada minggu 0 dan minggu 1 memiliki hasil yang tidak berbeda nyata karena hasil
Asym.sig yaitu 0,036 yang dimana (Asym.Sig>0,05)
Mann-Whitney Test
Rank
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 10,000
Z -2,381
Asymp.Sig. (2-tailed) ,017
Exact Sig. [ ] ,029b
pH pada minggu 0 berbeda nyata dengan minggu 2 karena hasil Asym.sig yaitu 0,017
yang dimana (Asym.Sig<0,05)
Mann-Whitney Test
Rank
34
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 10,000
Z -2,337
Asymp.Sig. (2-tailed) ,019
Exact Sig. [ ] ,029b
pH pada minggu 0 berbeda nyata dengan minggu 3 karena hasil Asym.sig yaitu 0,019
yang dimana (Asym.Sig<0,05)
Mann-Whitney
Rank
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 10,000
Z -2,337
Asymp.Sig. (2-tailed) ,019
Exact Sig. [ ,029b
]
pH pada minggu 0 berbeda nyata dengan minggu 4 karena hasil Asym.sig yaitu 0,019
yang dimana (Asym.Sig<0,05)
Mann-Whitney
Rank
Minggu N Mean Rank Sum of Ranks
pH 1 4 6,50 26,00
2 4 2,50 10,00
Total 8
35
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 10,000
Z -2,366
Asymp.Sig. (2-tailed) ,018
Exact Sig. [ ,029b
]
pH pada minggu 1 berbeda nyata dengan minggu 2 karena hasil Asym.sig yaitu 0,018
yang dimana (Asym.Sig<0,05)
Mann-Whitney
Rank
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 10,000
Z -2,323
Asymp.Sig. (2-tailed) ,020
Exact Sig. [ ,029b
]
pH pada minggu 1 berbeda nyata dengan minggu 3 karena hasil Asym.sig yaitu 0,020
yang dimana (Asym.Sig<0,05)
Mann-Whitney
Rank
36
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 10,000
Z -2,309
Asymp.Sig. (2-tailed) ,021
Exact Sig. [ ,029b
]
pH pada minggu 1 berbeda nyata dengan minggu 4 karena hasil Asym.sig yaitu 0,021
yang dimana (Asym.Sig<0,05)
Mann-Whitney
Rank
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 10,000
Z -2,381
Asymp.Sig. (2-tailed) ,017
Exact Sig. [ ,029b
]
pH pada minggu 2 berbeda nyata dengan minggu 3 karena hasil Asym.sig yaitu 0,017
yang dimana (Asym.Sig<0,05)
Mann-Whitney
Rank
37
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 10,000
Z -2,366
Asymp.Sig. (2-tailed) ,018
Exact Sig. [ ,029b
]
pH pada minggu 2 berbeda nyata dengan minggu 4 karena hasil Asym.sig yaitu 0,018
yang dimana (Asym.Sig<0,05)
Mann-Whitney
Rank
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U ,500
Wilcoxon W 10,500
Z -2,191
Asymp.Sig. (2-tailed) ,028
Exact Sig. [ ,029b
]
pH pada minggu 3 berbeda nyata dengan minggu 4 karena hasil Asym.sig yaitu 0,028
yang dimana (Asym.Sig<0,05)
38
Lampiran 4. Hasil Uji Viskositas Kefir Susu Kambing
Perlakuan Viskositas
P0 161,1± 0,503
P1 154,55±7,94
P2 161,5±23,17
P3 161,85±57,02
P4 176,85±19,90
Perlakuan Sig
Viskositas P0 ,406
P1 ,294
P2 ,522
P3 ,035
P4 ,064
Berdasarkan tabel uji normalitas menunjukkan bahwa variabel untuk viskositas kefir
dengan perlakuan lama aging memiliki data yang tidak berdistribusi normal (Sig<0,05)
Rank’s
Perlakuan Sig
Viskositas Based on Mean ,014
Based on Median ,487
Based on Median and
,535
with adjusted df
Based on trimmed mean ,030
39
Test Statisticsa,b
Viskositas
Kruskal-Wallis H 3.331
df 4
Perlakuan Sig
Protein Terlarut P0 ,538
P1 ,369
P2 ,274
P3 ,238
P4 ,885
Berdasarkan tabel uji normalitas menunjukkan bahwa variabel untuk protein terlarut kefir
dengan perlakuan lama aging memiliki data yang berdistribusi normal (Sig>0,05)
Perlakuan Sig
Protein Terlarut Based on Mean ,000
Based on Median ,000
Based on Median and
,002
with adjusted df
Based on trimmed mean ,000
40
Berdasarkan tabel uji homogenitas menunjukkan bahwa variabel aktivitas antimikroba
kefir memiliki data yang tidak homogen (Sig<0,05). Meskipun protein terlarut memiliki data
yang normal namun data homogenitas menunjukkan hasil yang tidak homogen maka
dilanjutkan menggunakan metode kruskal wallis.
Rank’s
Minggu N Mean Rank
Protein Terlarut 0 4 12,25
1 4 10,25
2 4 5,50
3 4 10,00
4 4 14,50
Total 20
Test Statisticsa,b
Protein Terlarut
Kruskal-Wallis H 5,075
df 4
41
Lampiran. Dokumentasi
42
43