Anda di halaman 1dari 55

PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH

IKAN DEWA (Tor soro) MELALUI PENAMBAHAN


ENZIM PAPAIN PADA PAKAN BUATAN

DINA WULANDARI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M / 1443 H
PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH
IKAN DEWA (Tor soro) MELALUI PENAMBAHAN ENZIM PAPAIN
PADA PAKAN BUATAN

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DINA WULANDARI
11160950000042

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M / 1443 H
PENINGKATAN PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH
IKAN DEWA (Tor soro) MELALUI PENAMBAHAN ENZIM PAPAIN
PADA PAKAN BUATAN

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DINA WULANDARI
11160950000042

Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Mulyasari, M.Si. Etyn Yunita, M.Si.


NIP. 19720322200032005 NIP. 197006282014112002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Priyanti, M.Si.


NIP. 197505262000122001
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Peningkatan Performa Pertumbuhan Benih Ikan Dewa (Tor
soro) Melalui Penambahan Enzim Papain Pada Pakan Buatan” yang ditulis
oleh Dina Wulandari, NIM 11160950000042 telah diuji dan dinyatakan LULUS
dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Februari 2021. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S1) Program Studi Biologi.

Menyetujui,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Priyanti, M.Si. Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si.


NIP. 197505262000122001 NIP.197203222002122002

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Mulyasari, M.Si. Etyn Yunita, M.Si.


NIP. 19720322200032005 NIP. 197006282014112002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Progam Studi Biologi,

Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. Dr. Priyanti, M.Si.
NIP. 196904042005012005 NIP. 197505262000122001
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH


BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Februari 2021

Dina Wulandari
11160950000042
ABSTRAK

Dina Wulandari. Peningkatan Performa Pertumbuhan Benih Ikan Dewa


(Tor soro) Melalui Penambahan Enzim Papain Pada Pakan Buatan. Skripsi.
Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2021. Dibimbing oleh Mulyasari dan
Etyn Yunita.

Budidaya ikan dewa (Tor soro) belum dapat dilakukan secara optimal karena
pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan akan meningkat bila diberi pakan yang
berkualitas dengan cara meningkatkan kecernaan pakan melalui penambahan
enzim protease pada pakannya. Enzim papain termasuk enzim protease yang dapat
menghidrolisis protein menjadi asam amino agar mudah diserap oleh usus.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efek enzim papain dan menentukan dosis
optimal terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan dewa. Penelitian dilakukan
dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Ikan yang digunakan benih Tor soro
berumur 2 bulan berasal dari Cijeruk dengan padat tebar 20 ekor/akuarium.
Perlakuan yang diberikan yaitu penambahan dosis enzim papain berbeda pada
pakan (0%, 1%, 2%, 3% dan 4%). Data yang diamati meliputi laju pertumbuhan
spesifik (SGR), bobot mutlak (WG), Rasio koversi pakan (FCR), efisiensi pakan
(EP), retensi protein (RP), kelulushidupan (SR) dan semua parameter di uji
ANOVA searah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim papain
dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
SGR, BM, FCR, EP, dan RP namun tidak berbeda nyata terhadap SR. Dosis
optimal enzim papain sebesar 2% pada pakan buatan mampu meningkatkan
pertumbuhan benih ikan dewa (T. soro) dan pemberian enzim papain yang lebih
efisien.

Kata kunci: Enzim papain; Ikan dewa; Pertumbuhan

i
ABSTRACT

Dina Wulandari. The Growth Performance of Masheer Fish (Tor soro) with
the Addition of Papain Enzymes in Artificial Feed. Undergraduate Thesis.
Department of Biology. Faculty of Science and Technology. State Islamic
University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2021. Advised by Mulyasari and
Etyn Yunita.

Dewa fish (Tor soro) has not been able to be cultivated optimally due to slow
growth and low survival rate. Growth will increase if the artificial feed is of good
quality that increases the digestive process due to the protease enzyme addition. In
order to be easily absorbed by the intestine, papain enzyme, one of protease
enzymes, hydrolyzes protein into acid amine. This study was designed to
determine the effect of papain enzymes and optimal dose of Dewa fish growth and
survival rate. The experiment was conducted by using completely randomized
design (CRD) consisting of five treatments and three repeats. The samples were 2-
month-old Tor soro seed farmed from Cijeruk and reared in the aquarium with
stocking density of each aquarium was 20 individuals. The treatment combined
five types of feed with the addition of enzymes in feed at a dose of 0%, 1%, 2%,
3%and 4%. The data analyzed in this research consist of SGR, WG, FCR, EP,RP,
SR and variables analyzed by One Way Anova. The result showed that artificial
feed with addition of papain enzyme was significantly different on SGR, WG,
FCR, EP, RP and was not significantly different on SR. In conclusion, Feeding
treatment with the addition of papain enzyme at a dose of 2% can increase the
number of Dewa fish growth and efficiency of papain enzyme.

Key words: Growth; Masheer fish; Papain enzyme

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim. Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat


Allah Azza wa jalla, atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan
Performa Pertumbuhan Benih Ikan Dewa (Tor soro) Melalui Penambahan
Enzim Papain Pada Pakan Buatan” dengan baik.
Penyelesaian tulisan ini tentu tidak luput dari masukan dan bantuan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih
atas segala bantuan, bimbingan dan dukungan kepada seluruh pihak yang terlibat.
Dengan rasa hormat Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.
3. Dr. Priyanti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta penguji I sidang skripsi yang
telah memberikan saran dan masukan yang membangun kepada Penulis.
4. Narti Fitriana, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Biologi Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta penguji II seminar
proposal dan hasil yang telah memberikan saran dan masukan yang
membangun kepada Penulis.
5. Dr. Mulyasari, M.Si. selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan,
masukan, nasihat dan saran yang membangun kepada Penulis.
6. Etyn Yunita, M.Si. selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan,
masukan, nasihat dan saran yang membangun kepada Penulis.
7. Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si. selaku penguji II sidang skripsi yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun kepada Penulis.
8. Dr. Fahma Wijayanti, M.Si. selaku penguji I seminar proposal dan hasil yang
telah memberikan saran dan masukan yang membangun kepada Penulis.
9. Eri Setiadi, M.Sc. selaku kepala Balai Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Lingkungan dan Toksikologi Perikanan Budidaya Ikan Tawar yang

iii
telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menyelesaikan dan
membantu riset tugas akhir di sana.
10. Ir. Imam Taufik, M.Si., selaku Pembina lapangan yang telah membantu dan
memberikan arahan selama penelitian.
11. Teknisi lapangan BRPBATPP yang telah membantu selama penelitian.
12. Kedua orangtua dan keluarga yang memberikan materil dan moril,
mendukung, menyemangati, menghibur penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi.
13. Aisyah, Iffi dan semua pihak yang telah menemani, membantu dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.

Jakarta, Februari 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1


1.1. Latar Belakang .........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................3
1.3. Hipotesis Penelitian..................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian .....................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................3
1.6. Kerangka Berpikir ....................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5


2.1. Ikan Tor soro ............................................................................................5
2.2. Pakan Ikan ................................................................................................6
2.3. Enzim Papain ...........................................................................................7
2.4. Pertumbuhan Ikan ....................................................................................8
2.5. Kualitas Air ..............................................................................................8

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................10


3.1. Waktu dan Tempat .................................................................................10
3.2. Alat dan Bahan .......................................................................................10
3.3. Rancangan Penelitian .............................................................................11
3.4. Cara Kerja ..............................................................................................11
3.5. Parameter Pengamatan ...........................................................................15
3.6. Analisis Data ..........................................................................................18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................19


4.1. Laju Pertumbuhan Spesifik ....................................................................19
4.2. Bobot Mutlak .........................................................................................21
4.3. Rasio Konversi Pakan ............................................................................23
4.4. Efisiensi Pakan .......................................................................................25
4.5. Retensi Protein .......................................................................................27

v
4.7. Kualitas Air ............................................................................................30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................32
5.1. Kesimpulan ............................................................................................32
5.2. Saran .......................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................33

LAMPIRAN ...........................................................................................................38

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian ................................................................. 4


Gambar 2. Morfologi ikan Tor soro........................................................................ 5
Gambar 3. Tata letak akuarium selama penelitian ................................................ 11
Gambar 4. Nilai laju pertumbuhan spesifik benih ikan dewa setiap dosis papain 19
Gambar 5. Nilai bobot mutlak benih ikan dewa setiap dosis papain .................... 21
Gambar 6. Nilai rasio konversi pakan benih ikan dewa setiap dosis papain ........ 23
Gambar 7. Nilai efisiensi pakan benih ikan dewa setiap dosis papain.................. 25
Gambar 8. Nilai retensi protein benih ikan dewa setiap dosis papain .................. 27
Gambar 9. Nilai kelangsungan hidup benih ikan dewa setiap dosis papain ......... 29

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Performa pertumbuhan benih ikan dewa .......................................... 38


Lampiran 2. Perhitungan pencampuran enzim dengan pakan semua perlakuan .. 39
Lampiran 3. Hasil uji pendahuluan kadar protein terlarut .................................... 40
Lampiran 4. Hasil uji proksimat benih ikan dewa sebelum diberi perlakuan ....... 41
Lampiran 5. Hasil uji proksimat benih ikan dewa setelah diberi perlakuan ........ 41
Lampiran 6. Kegiatan selama penelitian ............................................................... 42

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan dewa (Tor soro) adalah ikan teleostei, famili Cyprinidae dalam genus
Tor. Ikan dewa merupakan ikan lokal Indonesia yang memiliki nilai ekonomis
(Rp 700.000/ekor/kg) (Muchlisin et al., 2015), dengan daerah persebaran meliputi
perairan Sumatera, Kalimantan, dan Jawa (Subagja, Sulhi, Asih, & Haryono,
2009).
Populasi ikan dewa telah mengalami penurunan yang disebabkan antara lain
antropogenik seperti alih fungsi lahan (perumahan, infrastruktur, dan industri),
pencemaran air, penangkapan secara berlebihan dan adanya pemanfaatan untuk
upacara adat dibeberapa daerah di Indonesia (Sikder et al., 2012). Beberapa alasan
ini menjadi pertimbangan dilakukannya budidaya ikan tersebut. Budidaya ikan
Tor soro telah berhasil dilakukan seperti pada induk yaitu pemijahan buatan
(Farastuti et al., 2014), persilangan (Radona et al., 2015) dan teknologi
pembenihan (Asih & Setijaningsih, 2011). Namun kendala utama dalam budidaya
ikan dewa yaitu pertumbuhannya yang lambat, membutuhkan waktu sekitar empat
tahun dari larva hingga mencapai induk (Radona et al., 2015). Pertumbuhan
lambat ini salah satunya disebabkan oleh karena ketersediaan pakan buatan yang
belum sesuai seperti komposisi dan tingkat kecernaan.
Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan pertumbuhan
ikan. Pertumbuhan akan meningkat apabila diberikan pakan mengandung nutrisi
yang sesuai dengan kebutuhan ikan (Sanjayasari & Kasprijo, 2010). Pakan yang
berkualitas berhubungan dengan kandungan nutrien dan tingkat kecernaan pada
pakan. Kecernaan adalah zat-zat makanan dari konsumsi pakan yang tidak
diekskresikan ke dalam feses, melainkan zat makanan yang dapat dimanfaatkan
oleh tubuh ikan. Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan memberikan arti
seberapa besar bahan pakan itu mengandung zat-zat makanan dalam bentuk yang
dapat dicernakan ke dalam saluran pencernaan. Untuk itu, perlu dilakukan
peningkatan kecernaan pakan salah satunya dapat menggunakan enzim
pencernaan seperti enzim protease.

1
2

Menurut Poliana & Mac (2007) enzim protease diperlukan oleh semua
makhluk hidup karena bersifat esensial dalam metabolisme protein. Enzim
protease dapat diperoleh dari bahan hayati maupun nabati. Enzim papain
merupakan enzim protease yang dapat diperoleh dari getah tanaman pepaya
(Carica papaya). Enzim papain memiliki aktivitas proteolitik yang luas terhadap
protein, ikatan pendek peptida, ester asam amino, dan gugus amida terutama yang
melibatkan asam amino dasar seperti arginin, lysin, dan fenilalanin. Enzim papain
memiliki peran penting dalam hidrolisis protein menjadi asam amino yang dapat
dengan mudah diserap oleh usus. Sehingga enzim papain berperan penting dalam
berbagai proses biologis (Amri & Mamboya, 2012).
Aplikasi papain dalam pakan ikan telah diteliti sebelumnya seperti pada
benih ikan kuereling (Tor tambra) dilakukan oleh Muchlisin et al., (2016) dengan
dosis enzim papain yang optimum yaitu 2,75% mampu meningkatkan derajat
kelulusan hidup, laju pertumbuhan dan retensi protein. Penelitian ikan nila hitam
(Oreochromis niloticus) dilakukan oleh Irawati dan Rachmawati (2015) dengan
penambahan dosis enzim papain yang optimum yaitu 2,25% mampu
meningkatkan pertumbuhan, protein efisiensi rasio, dan efisiensi pemanfaatan
pakan dan penelitian yang dilakukan Amalia et al., (2013) dengan pemberian
dosis enzim papain 2,25% dapat meningkatkan kelulusan hidup dan pertumbuhan
benih ikan lele dumbo.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
penambahan enzim papain mampu meningkatkan efesiensi pakan dan
menghasilkan pengaruh positif terhadap pertumbuhan benih. Pada stadia benih
inilah dimana ikan mengalami laju pertumbuhan yang tinggi dan mengenai
informasi dosis yang tepat untuk benih ikan dewa belum ada. Karena itu,
penelitian penambahan enzim papain pada pakan perlu dilakukan untuk
meningkatkan kecernaan protein dan mengetahui dosis enzim papain yang tepat
untuk pertumbuhan benih ikan dewa (Tor soro).
3

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah enzim papain dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan benih
Tor soro?
2. Berapakah dosis enzim papain yang optimal untuk meningkatkan
pertumbuhan benih Tor soro?

1.3. Hipotesis Penelitian


Enzim papain dengan dosis (1%, 2%, 3%, 4%) dalam pakan dapat meningkatkan
pertumbuhan pada benih ikan dewa (Tor soro).

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui efek enzim papain dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan
benih ikan dewa.
2. Menentukan dosis enzim papain yang optimal dalam pakan buatan untuk
pertumbuhan benih ikan dewa.

1.5. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
mahasiswa dan pembudidaya ikan mengenai penambahan enzim papain yang
optimal dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan dewa.
4

1.6. Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir pada penelitian ini diskemakan pada Gambar 1.

Budidaya ikan dewa

Pertumbuhan dan sintasan rendah

Pakan buatan

Penambahan enzim papain pada pakan


dengan dosis (0% , 1%, 2%, 3%, 4%)

Meningkatkan kecernaan pakan dan


pertumbuhan
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian peningkatan performa pertumbuhan
benih ikan dewa (Tor soro) melalui penambahan enzim papain pada
pakan buatan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Tor soro


Ikan dewa (Tor soro) termasuk kelompok ikan ekonomis penting dari suku
Cyprinidae yang masih berkerabat dekat dengan ikan tambra (Tor tambroides).
Ikan dewa dikeramatkan oleh sebagian kelompok masyarakat, diantaranya di
wilayah Kabupaten Kuningan yang terletak di lereng Gunung Ciremai. Lokasi
yang dikeramatkan tersebar pada beberapa tempat wisata atau kolam pemandian
yaitu Cibulan, Cigugur, Waduk Darma, Pasawahan, dan Gandasoli (Subagja et al.,
2009).

Gambar 2. Morfologi ikan Tor soro


(Sumber: dok. pribadi teknisi BRPBATPP)
Menurut Haryono et al., (2010) ikan dapat di klasifikasikan ke dalam
filum Chordata, kelas Teleostei, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae, genus
Tor dan spesies Tor soro Valenciennes, 1842. Ikan Tor soro memiliki tubuh pipih
memanjang, moncong agak meruncing, mulut tebal letaknya inferior atau
subinferior, bibir bawah tidak terputus dengan ada tidaknya cuping, warna tubuh
keperakan pada ikan muda dan berangsur-angsur berubah menjadi kuning
kehijauan pada ikan dewasa. Terdapat perbedaan pada ikan dewa jantan dan
betina. Ikan dewa betina dan jantan dapat dibedakan berdasarkan pada beberapa
karakteristik, antara lain dari bentuk badan, warna sisik, tutup insang dan papilla.
Ikan Tor soro betina dapat menghasilkan telur sebanyak 1.655 – 4.687 butir/kg

5
6

induk. Telur ikan Tor soro akan menetas selama 6 – 7 hari. Semula ikan Tor soro
tersebar luas di perairan wilayah Sumatera, Kalimantan dan Jawa, namun saat ini
sudah sulit dijumpai karena terdesak oleh ikan introduksi. Telah ditegaskan juga
bahwa ikan Tor soro termasuk kategori ikan yang terancam punah disebabkan
oleh penangkapan yang berlebihan, pencemaran air dan penggundulan hutan
(Haryono et al., 2010).
Padat penebaran dalam pembesaran benih ikan sangat perlu diperhatikan
karena laju pertumbuhan tertinggi pada ikan terjadi pada stadia benih. Artinya,
stadia benih merupakan salah satu faktor penentu hasil dari budidaya ikan. Untuk
menghasilkan laju pertumbuhan yang tinggi, benih ikan memerlukan kondisi
lingkungan yang nyaman karena benih ikan memiliki kepekaan yang besar
terhadap perubahan fisika, kimia, dan biologi perairan (Rahardjo, 2011).

2.2. Pakan Ikan


Frekuensi pemberian pakan pada waktu yang tepat berkaitan dengan berapa
kali pakan diberikan dalam satu hari pada organisme budidaya. Ukuran tubuh
ikan, stadia, suhu air, ketersediaan pakan, laju pengosongan lambung, aktifitas dan
kesehatan tubuh ikan merupakan sejumlah faktor yang mempengaruhi konsumsi
pada pakan ikan. Menurut Wardhani (2011) bahwa tidak hanya melibatkan
kriteria nilai gizi dan efisiensi biaya saja namun dalam pemilihan pakan bagi ikan
air tawar perlu mempertimbangkan kriteria lain seperti kecernaan, kandungan
racun, dan ketersediaanya.
Pakan buatan merupakan pakan buatan manusia yang dapat diramu sendiri
menjadi bentuk khusus sebagaimana yang diinginkan, dimana terdiri dari bahan-
bahan alami seperti bahan nabati dan hewani atau dari beberapa macam bahan lain
dan kandungan gizinya dapat diatur sendiri. Fungsi utama dari pakan sendiri yaitu
untuk menunjang aktifitas metabolisme, pemeliharaan tubuh, mengganti jaringan
tubuh yang rusak, pertumbuhan bobot dan panjang dan perkembangan reproduksi.
Kandungan gizi pada pakan komersil memiliki kadar protein yang berbeda
umumnya berkisar antara 18-45% per kg. Pada stadia larva dan benih
membutuhkan kandungan protein yang tinggi, yaitu ≥ 38% (Mahyuddin, 2008).
Menurut Murtidjo (2001) pakan yang memiliki nutrisi pokok seperti
protein, lemak, dan karbohidrat yang terpenuhi merupakan salah satu faktor utama
7

penentuan keberhasilan suatu budidaya perikanan. Faktor lainnya yaitu benih


yang berkualitas, pengelolaan dan pencegahan penyakit pada ikan, pencemaran
air, pertumbuhan yang baik, reproduksi dan pemeliharaan tubuhnya. Namun zat-
zat nutrisi yang dikandung oleh setiap makanan baik komersil ataupun racikan
sendiri berbeda-beda dan tergantung pada stadia ikan (larva, benih, dan
pembesaran) dan jenis (karnivora, herbivora, dan omnivora) yang berbeda-beda
pula kebutuhan nutrisinya.

2.3. Enzim Papain


Enzim papain ialah enzim proteolitik, diperoleh dari getah tanaman pepaya
(Carica papaya). Pada umumnya getah papaya tersebar banyak di batang, buah,
dan daun. Enzim papain memiliki toleransi kisaran pH yang luas dan berada
dalam kisaran 3.0-9.0 (Amri & Mamboya, 2012). Papain komersil biasanya dijual
dalam bentuk serbuk putih kekuningan dan harus disimpan dibawah temperatur
4°C. Enzim papain dibandingkan proteolitik yang lain memiliki kelebihan yaitu
lebih tahan terhadap proses suhu, mempunyai kisaran pH yang luas dan lebih
murni dibandingkan bromelin, serta stabil pada suhu 40 - 60°C (Somanjaya,
2013).
Fungsi dari enzim papain atau enzim proteolitik adalah untuk mengkatalisis
pemecahan ikatan peptida, polipeptida dan protein dengan menggunakan reaksi
hidrolisis menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana seperti peptida rantai
pendek dan asam amino. Klasifikasi proteolitik pada mulanya didasarkan pada
enzim-enzim alamiah misalnya papain. fisin, dan bromelin yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, tripsin dari pankreas, serta pepsin dan renin dari lambung
(Miskiyah, Usmiati, & Mulyorini, 2011). Enzim papain disebut juga enzim
proteolitik atau bisa disebut proteinase atau protease, merupakan kelompok enzim
yang mampu memecah rantai panjang molekul protein menjadi molekul-molekul
yang lebih kecil disebut peptida (peptides) dan bahkan sampai menjadi
komponen-komponen terkecil penyusun protein yang disebut asam amino. Dalam
proses hidrolisis kimia dan pemecahan ikatan peptida menggunakan enzim
merupakan proses hidrolisis biokimia, reaksi hidrolisis peptida akan menghasilkan
produk reaksi yang berupa satu molekul dengan gugus karboksil dan molekul
lainnya memiliki gugus amina (Amri & Mamboya, 2012).
8

2.4. Pertumbuhan Ikan


Pertambahan ukuran bobot maupun ukuran panjang tubuh ikan dalam suatu
periode disebut dengan pertumbuhan. Pertumbuhan disebabkan oleh perubahan
jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis dan pembesaran sel sehingga terjadi
pertambahan sel, urat daging, dan tulang yang merupakan bagian terbesar dalam
tubuh ikan yang menyebabkan pertambahan bobot ikan. Pertumbuhan terdapat
dua macam yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan
mutlak adalah penambahan bobot atau panjang ikan pada saat umur tertentu
dengan dihitungnya perubahan bobot akhir pemeliharaan yang dikurangi dengan
bobot awal pemeliharaan, sedangkan pertumbuhan relative adalah perbedaan
antara ukuran pada akhirninterval dengan ukuran pada awal interval dibagi
dengan ukuran padanawal interval (Effendie, 2002).
Terjadinya pertumbuhan memiliki beberapa faktor yaitu suhu dan makanan.
Menurut (Effendi, 2003), pakan yang mengandung nutrisi yang baik
mempengaruhi potensi tumbuh suatu individu, sedangkan suhu mempengaruhi
proses kehidupan ikan yang meliputi pernafasan, reproduksi dan pertumbuhan.
Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan. Hal
ini berkaitan dengan fungsi dari protein yaitu sebagai sumber energi utama untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan yang rusak, oleh sebab itu protein dalam
pakan selalu dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai dibutuhkan oleh ikan (Gusrina,
2008). Kekurangan pakan akan memperlambat laju pertumbuhan ikan, sedangkan
pakan yang berlebihan didalam suatu perairan akan mempengaruhi pencemaran
air sehingga menyebabkan ikan stress dan menjadi lemah serta nafsu makan akan
menurun (Khairuman, 2002).
Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari suatu proses metabolisme
pakan yang diakhiri dengan penyusunan unsur-unsur tubuh. Tidak semua pakan
yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi
dari pakan digunakan ikan untuk pemeliharaan tubuh. Sisanya digunakan untuk
aktivitas sehari-hari, pertumbuhan, dan reproduksi (Fujaya, 2008).

2.5. Kualitas Air


Kualitas air merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
kegiatan budidaya. Biota budidaya tumbuh optimal pada kualitas air yang sesuai
9

dengan kebutuhannya. Sebagai tempat hidup ikan, kualitas perairan dipengaruhi


oleh faktor fisika dan kimia didalam perairan yang meliputi suhu, DO, pH,
Ammonia, Nitrit dan Nitrat.
Suhu berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Perubahan
suhu yang tinggi dapat mematikan biota budidaya karena terjadi perubahan daya
angkut darah (Kordi & Ghufron, 2009). Menurut Susanto et al., (2014) Suhu
yang ideal untuk tempat hidup Cyprinidae adalah terletak pada kisaran antara 20-
25 °C, dan pertumbuhan akan menurun apabila suhu rendah di bawah 13°C.
Pertumbuhan akan menurun dengan cepat dan akan berhenti makan pada suhu di
bawah 5°C (Narantaka, 2012). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh
yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk
untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. pertumbuhan benih ikan
budidaya akan optimal pada kisaran pH 7-8 (Kordi & Ghufron, 2009).
Air yang mengandung ammonia berasal dari limbah sisa pakan dan dari sisa
metabolisme yang dikeluarkan tubuh ikan. Adanya amonia dalam perairan, selain
menyebabkan toksisitas tinggi, konsentrasi amonia juga membahayakan bagi ikan
(Effendi, 2003). Pengaruh langsung dari kadar amonia tinggi yang belum
mematikan adalah rusaknya jaringan insang, yaitu lempeng insang membengkak
sehingga fungsinya sebagai alat pernafasan akan terganggu (Rully, 2011). Nitrit
dan nitrat ada di dalam air sebagai hasil dari oksidasi. Nitrit merupakan sidasi dari
amonia dengan bantuan bakteri Nitrisomona, hal ini ditegaskan oleh (Effendi,
2003) bahwa nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit
diperairan alami sekitar ˂0,2 ppm. Sedangkan Nitrat hasil dari oksidasi nitrit
dengan bantuan bakteri nitrobacter. Keduanya selalu ada dalam konsentrasi yang
rendah karena tidak stabil akibat proses oksidasi dan sangat tergantung pada
keberadaan bahan yang dioksidasi dan bakteri. Kedua bakteri tersebut akan
optimal melakukan proses nitrifikasi pada pH 7,0-7,3.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2020 bertempat di
Instalasi Penelitian dan Pengembangan Teknologi Lingkungan dan Toksikologi
Perikanan Budidaya Air Tawar, Cibalagung, Bogor dan Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Tawar, Sempur, Bogor

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain akuarium untuk
pemeliharaan ikan berukuran 60 × 40 × 50 cm (p x l x t) sebanyak 15 buah yang
dilengkapi aerator. Untuk mengukur berat ikan digunakan timbangan digital
dengan ketelitian 0,01 g, dan mengukur panjang ikan menggunakan millimeter
block dan penggaris. Parameter kualitas air diukur dengan DO meter, pH meter,
termometer, botol sampling air, erlenmeyer 250 ml, pipet 10 ml, dan bulb. Untuk
analisis proksimat digunakan blender, mortar, sudip, saringan, alumunium foil,
cawan petri, desikator, oven, timbangan analitik, alat destruksi, alat destilasi, alat
titrasi digital, peralatan gelas labu destruksi 250 ml, gelas ukur 50 ml, kertas
saring, alat soxyec, cup aumunium, thimbles, holder (cup dan thimbles), desikator,
kapas bebas lemak, alat penjepit, cawan porselin, tungku pengabuan, corong
Buchner, satu set alat pompa vakum, kertas saring bebas abu, tanur listrik,
spektrofotometer. Untuk analisis kualitas air menggunakan botol sampel air,
tabung erlenmeyer 250ml, pipet 5 ml, pipet 10 ml, bulb, corong, saringan kertas.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih ikan Tor soro
dan enzim papain yang dijual dipasaran. Dosis enzim papain pada pakan ikan
yang digunakan disesuaikan dengan perlakuan. Untuk analisis proksimat
digunakan bahan selenium mixture, indicator bromcressor geen, larutan asam
borat, larutan HCl 0,2 N, NaOH jenuh 40%, H2SO4, petroleum benzene, aseton,
dan akuades panas. Untuk analisis kualitas air nitrit menggunakan bahan
Sulfanilamida, NED dihydrochloride (Naphthyl ethylene diamine
dihydrochloride), untuk uji nitrat menggunakan bahan mixed acid reagent, dan

10
11

nitrate reducing reagent, dan untuk uji ammonia yaitu menggunakan bahan
ammonia nitrogen 1 dan 2. Untuk sampling ikan menggunakan stabilizer agar
ikan pingsan sementara selama proses penimbangan bobot ikan awal dan akhir.

3.3. Rancangan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen, menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan dan masing-masing 3 kali
ulangan. Penempatan tempat uji dilakukan secara undian acak. Perlakuan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Perlakuan A : Tanpa penambahan komposisi enzim papain dalam pakan.
Perlakuan B : Penambahan komposisi enzim papain 1% dalam pakan
Perlakuan C : Penambahan komposisi enzim papain 2% dalam pakan.
Perlakuan D : Penambahan komposisi enzim papain 3% dalam pakan.
Perlakuan E : Penambahan komposisi enzim papain 4% dalam pakan.

Gambar 3. Tata letak akuarium selama penelitian

3.4. Cara Kerja


3.4.1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Wadah yang digunakan adalah akuarium yang diisi air sebanyak 40 L
selama masa pemeliharaan. Sebelumnya akuarium dibersihkan menggunakan
klorin yang sudah diencerkan, dibilas lalu dikeringkan selama satu minggu.
Masing-masing akuarium dilengkapi aerator untuk menyuplai oksigen.
12

3.4.2. Ikan Uji


Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan dewa
berumur 2 bulan, dibutuhkan total ikan sebanyak 450 ikan, 300 ekor untuk
pemeliharaan dan 150 ekor untuk analisis proksimat awal. Kepadatan 20 ekor per
akuarium, ukuran panjang berkisar antara 2-2,8 cm dan bobot 0,1-0,2 g per ekor
berasal dari hasil pemijahan terkontrol di Instalasi Plasma Nutfah, Cijeruk, Bogor.

3.4.3. Pakan Uji


Pakan yang digunakan yaitu pakan komersil PF500. Pakan dengan sesuai
dosis perlakuan di analisis proksimat terlebih dahulu agar mengetahui kandungan
nutrisi didalamnya. Frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari pada pukul
08.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Kandungan nutrisi pakan uji meliputi kadar air,
kadar protein, lemak, abu, serat kasar, dan BETN yang digunakan selama
pemeliharaan (Tabel 1.).
Tabel 1. Kandungan nutrisi pakan uji yang digunakan dalam penelitian
Kering 105°C
Contoh Kadar Air Protein Lemak Abu Serat Kasar BETN
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Pakan A 8,56 40,21 5,78 11,09 2,61 40,31
8,47 40,15 5,34 10,89 2,34 41,28
8,39 40,38 5,49 11,21 2,47 40,45
Rata-rata 8,47 40,22 5.53 11.06 2,47 40,68
Pakan B 9,04 40,78 5,56 11,34 2,09 40,23
8,79 40,42 5,69 11,29 2,14 40,46
8,83 40,89 5,49 11,19 2,23 40,20
Rata-rata 8,88 40,69 5,58 11,27 2,15 40,29
Pakan C 9,12 39,97 5,21 11,54 2,02 41,26
9,09 40,07 5,45 11,12 2,19 41,17
9,32 40,13 5,19 10,92 2,31 41,45
Rata-rata 9,17 40,05 5,28 11,19 2,17 41,29
Pakan D 8,46 40,65 5,63 11,43 2,78 39,51
8,78 40,12 5,76 11,29 2,53 40,30
8,73 40,42 5,87 11,75 2,49 39,47
Rata-rata 8,65 40,39 5,75 11,49 2,60 39,76
Pakan E 8,65 40,32 5,11 11,54 2,67 40,36
8,89 40,70 5,41 11,23 2,48 40,18
9,01 40,11 5,60 11,07 2,74 40,48
Rata-rata 8,85 40,73 5,37 11,28 2,63 40,34
Keterangan : BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
13

3.4.4. Pemberian Enzim Papain pada Pakan Ikan Tor soro


Penambahan enzim papain pada pakan ikan menggunakan metode tuang.
Diawali dengan melarutkan enzim sesuai dosis perlakuan menggunakan akuades
10 mL, setelah itu divorteks hingga homogen. Pemakaian larutan enzim dituang
sedikit demi sedikit hingga merata ke pakan lalu dibiarkan 3 jam dan dikering
anginkan, setelah itu diberikan pada ikan secara ad satiation atau sekenyangnya.
Sisa pakan yang belum diberikan kepada ikan dimasukkan kembali ke dalam
kulkas agar terhindar dari jamur.

3.4.5. Pelaksanaan Penelitian


Benih ikan dewa diambil dari Balai Plasma Nutfah, Cijeruk, Bogor ke
tempat pemeliharaan di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Lingkungan dan Toksikologi Perikanan Budidaya Ikan Tawar, Cibalagung,
Bogor. Awal mula bak air penampungan diisi air garam bersama benih ikan agar
bila ada kutu air pada sisik benih ikan bisa hilang, dan direndam selama 10 menit.
Lalu ikan di karantina selama 7 hari di air yang telah tercampur oleh obat
antibiotik elbayu untuk menghindarkan benih ikan dari serangan bakteri
Aeromonas dan bakteri penyakit lainnya serta untuk recovery tubuh ikan selama
perjalanan. Penebaran benih ikan dewa dilakukan pada pagi hari yang sudah
terseleksi terlebih dahulu agar mendapatkan bobot yang seragam. Pemeliharaan
ikan dewa dilakukan selama 40 hari.
Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah PF500. Pelet yang
digunakan untuk penelitian awal mula pada setiap perlakuan diracik 50 g yang
diberi enzim berbeda sesuai perlakuan (Lampiran 2.). Pakan yang diberikan pada
ikan secara ad satiation atau sekenyangnya, sisa pakan diakhir penelitian
ditimbang dan dicatat untuk perhitungan parameter rasio konversi pakan, efisiensi
pakan, dan retensi protein. Parameter kualitas air, dilakukan sampling air setiap 10
hari sekali dan diukur suhu, pH, DO, nitrit, nitrat, ammonia. Pergantian air baru
sebanyak 40% dilakukan setiap 8 hari sekali, dan juga dilakukan penyiponan
setelah 4 hari pergantian air.
Analisis proksimat pada benih ikan dewa dilakukan sebelum dan sesudah
pemeliharaan dilaksanakan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,
Sempur, Bogor. Sebelum proses pemeliharaan berlangsung, sekitar 150 ekor ikan
14

diambil dan ditimbang agar mendapat bobot yang seragam dan yang dibutuhkan
untuk analisis proksimat. Uji yang dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi
pada benih ikan awal meliputi uji protein, lemak, kadar air. Analisis proksimat
akhir dilaksanakan setelah ikan-ikan menjalani pemeliharaan selama 40 hari
dengan berbagai perlakuan agar dapat mengukur dan menghitung nilai retensi
protein selama pemeliharaan.

3.4.6. Analisis Proksimat


Prosedur kerja analisis proksimat pada penelitian ini menggunakan metode
SNI 2891-01-1992. Tahapan pertama untuk analisis proksimat yaitu preparasi
sampel. Untuk preparasi sampel pakan digunakan mortar untuk menumbuk hingga
halus sampai seperti tepung. Berbeda dengan preparasi sampel ikan yang masih
hidup, dengan cara dimatikan ke dalam freezer beberapa menit, lalu di cuci di air
mengalir dan di keringkan bagian luar tubuh ikan menggunakan tissue agar tidak
mempengaruhi kadar air. Selanjutnya pengujian kadar air, ditimbang sampel yang
sudah di preparasi sebanyak 5 – 10 g. Sampel dimasukkan ke dalam cawan petri
yang sudah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Keringkan pada oven suhu
105°C selama 4 jam untuk sampel kering dan 24 jam pada suhu 65°C untuk
sampel basah, didiinginkan dalam desikator, dan timbang kembali. Pengujian
kadar protein yaitu ditimbang 0,2 g sampel lalu dimasukan ke dalam kertas saring
dan dilipat, masukkan ke dalam labu kjeldahl. Selanjutnya ditambahkan 5 g
selenium dan 10 mL H2SO4, di panaskan di atas pemanas listrik (TecatorTM
digestor auto) atau api pembakar sampai mendidih hingga larutan menjadi jemih
kehijau-hijauan sekitar 90 menit, lalu dimasukkan ke dalam alat penyuling
(KjeltecTM 2100), ditambah 50 mL NaOH 40%, disuling selama 5 menit, sebagai
penampung gunakan 25 mL larutan asam borat 4% yang sudah ditambahkan 3
tetes indikator Bromcressol green, dibilas ujung pendingin dengan air suling,
terakhir dititrasi dengan larutan HCI 0,2 N.
Uji kadar lemak yaitu sampel ditimbang 0,5 – 1 g, dimasukkan ke dalam
thimbles, thimbles disumbat dengan kapas, lalu dimasukkan ke dalam alat soxtec
yang telah dihubungkan dengan cup alumunium yang telah dikeringkan dan telah
diketahui bobotnya, diekstrak dengan petroleum benzene atau pelarut lemak
lainnya selama 75 menit, disuling petroleum benzene dan keringkan ekstrak lemak
15

dalam oven pengering pada suhu 105°C selama 1 jam, di dinginkan dahulu ke
dalam desikator dan timbang lagi. Untuk uji kadar abu cawan porselin disterilisasi
dahulu dengan cara dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105°C selama 60
menit, Angkat cawan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit,
kemudian ditimbang berat awal cawan porselin, lalu sampel ditimbang sebanyak
0,5 - 1 g, dan dimasukkan ke dalam cawan porselin. Cawan porselin yang berisi
sampel dimasukkan ke dalam tungku pengabuan (furnace) pada suhu 600°C
selama 4 jam, setelah selesai diangkat cawan porselin, dimasukkan dalam
desikator selama 30 menit, yang terakhir ditimbang cawan yang sudah diabukan.
Pengujian kadar serat kasar dengan cara sampel sebanyak 0,5 g ditimbang
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu ditambahkan 50 ml H2SO4
1,25%. Erlenmeyer yang berisi bahan tersebut dipanaskan selama 30 menit
kemudian didinginkan dan ditambah lagi 50 ml NaOH 5% dipanaskan selama 30
menit. Kertas saring dipanaskan dan ditimbang, dipasang pada corong Buchner
dan dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat proses penyaringan.
Larutan dan bahan yang dipanaskan tersebut dituangkan ke dalam corong
Buchner, kemudian dibilas berturut-turut dengan 50 mL air panas, 50 mL H2SO4
1,25%, 50 mL air panas, dan 25 mL aceton. Disiapkan cawan porselen yang sudah
dipanaskan pada suhu 105°C selama 1 jam, dan kertas saring dimasukan ke dalam
cawan, dipanaskan pada suhu 105°C selama 1 jam, dinginkan di desikator dan
ditimbang lagi. Terakhir dipanaskan pada tanur dengan suhu 600°C selama 1 jam
hingga berwarna putih, kemudian didinginkan dan ditimbang.

3.5. Parameter Pengamatan


3.5.1. Laju Pertumbuhan Spesifik
Specifik Growth Rate (SGR) atau laju pertumbuhan spesifik merupakan
perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan perubahan
waktu. Rumus untuk menghitungjlaju pertumbuhan spesifik menurut (Muchlisin
et al., 2016):
𝐿𝑛 𝑊𝑡 − 𝐿𝑛 𝑊0
SGR = × 100%
𝑡
16

Keterangan:
SGR : Laju pertumbuhan spesifik.
W0 : Rata-rata bobot ikan pada awal pemeliharaan (g)
Wt : Rata-rata bobot ikan pada akhir pemeliharaan (g)
t : Waktu pemeliharaan (hari)

3.5.2. Pertumbuhan Bobot Ikan Mutlak


Parameter pertumbuhan yang diamati bobot (g). Bobot tubuh dihitung
menurut (Muchlisin et al., 2016) :

Wg = Wt – Wo

Keterangan:
Wg = pertambahan berat selama penelitian (g).
Wt = berat ikan pada akhir penelitian (g).
Wo = berat ikan pada awal penelitian (g).

3.5.3. Rasio Konversi Pakan dan Efisiensi Pakan


Feed Convertion Ratio (FCR) adalah perbandingan antara berat pakan yang
diberikan dengan berat total (biomass) yang dihasilkan saat dilakukan sampling.
Tujuannya untuk mengetahui keberhasilan pemberian pakan terhadap
pertumbuhan ikan. Efisiensi Pakan (EP) adalah pemberian pakan dengan jumlah
yang sedikit namun bisa terserap tubuh secara maksimal. Semakin kecil nilai
FCR (mendekati 1) berarti semakin baik manajemenlpakan yang diberikan.
Sedangkan untuk EP berlaku kebalikannya yaitu semakinmtinggi nilai EP
(mendekati 100%) berarti semakin efisien pemberian pakan yang dilakukan.
Rumus untuk menghitung rasio konversi pakan menurut (Muchlisin et al., 2016):

F
FCR =
Wg

Rumus untuk menghitung efisiensi pakan menurut (Muchlisin et al., 2016)

1
EP = × 100%
𝐹𝐶𝑅
17

Keterangan:
FCR : Rasio konversi pakan,
F : Total input pakan (g),
Wg : Kenaikan berat badan selama penelitian (g),
EP : Efisiensi Pakan.

3.5.4. Retensi Protein


Retensi protein adalah sejumlah protein yang berasal dari pakan yang
terkonversi menjadi protein yang tersimpan ke dalam tubuh ikan. Rumus untuk
menghitung retensi protein menurut (Setiawati, 2008) :

Pu
RP = × 100%
Pc
Keterangan :
RP = Retensi Protein
Pu = Bobot Protein yang disimpan dalam tubuh (g)
Pc = Bobot Protein yang dikonsumsi oleh ikan (g)

3.5.5. Kelulusan Hidup


Survival Rate (SR) atau derajat kelulusan hidup merupakan banyaknya
ikan yang mampu bertahan selama masa penelitian. Rumus untuk menghitung
derajat kelulusan hidup menurut (Muchlisin et al., 2016) :

𝑁𝑡
SR = × 100%
𝑁0

Keterangan :
SR : Survival rate atau derajat kelulusan hidup (%)
Nt : Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
N0 : Jumlah ikan yang hidup pada awal pemeliharaan (ekor)

3.5.6. Parameter Pendukung


Parameter pendukung yang diamati adalah kualitas air, meliputi suhu, pH,
Dissolved Oxygen (DO), nitrit, nitrat, ammonia.
18

3.6. Analisis Data


Semua data kecuali parameter pendukung diuji dengan sidik ragam
(ANOVA) pada selang kepercayaan 95% dilanjutkan uji lanjut Duncan jika
ditemukan pengaruh nyata dengan menggunakan software SPSS versi 20. Data
kualitas air dianalisis secara deskriptif, hanya disajikan dalam bentuk tabel.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Laju Pertumbuhan Spesifik


Spesific Growth Rate (SGR) ialah persentase pertumbuhan harian yang
berupa perubahan bobot, tubuh ikan dalam beberapa waktu yang telah ditentukan.
Nilai SGR ikan dewa diperoleh hasil yang signifikan (Gambar 4.)
3
2,48 ± 0,2bc 2,63 ± 0,00c
2,28 ± 0,17b 2,37 ± 0,04bc
Laju Pertumbuhan Spesifik (%)

2.5
2,01 ± 0,19a

1.5

0.5

0
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis Papain

Gambar 4. Nilai laju pertumbuhan spesifik benih ikan dewa setiap dosis papain

Pemeliharaan benih ikan dewa selama 40 hari menunjukan hasil analisis


ragam bahwa pakan buatan yang ditambah enzim papain memberikan pengaruh
nyata (P<0,05) terhadap SGR pada ikan dewa. Dilanjutkan uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT) memperlihatkan bahwa perlakuan A berbeda nyata terhadap
perlakuan B, C, D dan E, tetapi perlakuan E (nilai maksimum) tidak berbeda nyata
terhadap perlakuan C dan D. Pada perlakuan C, D, dan E diduga bahwa dosis
papain yang berbeda masih dapat menghasilkan deposisi protein dalam tubuh
yang sama, sehingga pertumbuhan yang dihasilkan sama. Sesuai pendapat
Amalia et al., (2013) pakan yang ditambahkan enzim papain dapat meningkatkan
deposisi senyawa protein dari pakan ke dalam tubuh untuk pertumbuhan ikan.
Pada perlakuan E ikan lebih efisien dalam memanfaatkan pakan yang diberikan.

19
20

Hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi pakan (Gambar 7.) dan nilai rasio konversi
pakan (Gambar 6.).
Nilai laju pertumbuhan spesifik tertinggi (Gambar 4.) terjadi pada perlakuan
E sebesar 2,63±0,00%/hari dan nilai terendah pada perlakuan A (dosis 0%)
sebesar 2,01±0,19%/hari. Dosis yang paling baik untuk efisiensi enzim papain
pada penelitian ini yaitu perlakuan C sebesar 2,48 ± 0,2%/hari menunjukkan
bahwa pakan buatan yang ditambah dengan enzim papain dosis sebesar 2% bisa
meningkatkan pertumbuhan. Pertumbuhan ikan dewa menjadi lebih cepat karena
diduga faktor aktivitas protease dari enzim papain yang dapat menghidrolisis
protein dalam pakan menjadi senyawa lebih sederhana seperti peptide rantai
pendek dan asam amino sehingga mudah diserap dan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan ikan. Ikan pada perlakuan C dapat mencerna pakan dengan baik
untuk pertumbuhanya dan lebih efisien terhadap penggunaan enzim dibandingkan
dengan perlakuan lain. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Irawati &
Rachmawati (2015) pakan yang dapat tercerna dengan baik maka akan
menghasilkan energi untuk memenuhi segala aktivitas dan pemeliharaan tubuh
yang terjadi melalui proses metabolism, apabila terdapat kelebihan energi dapat
dimanfaatkan bagi pertumbuhan.
Nilai laju pertumbuhan spesifik tertinggi pada penelitian ini adalah
2,63±0,0%/hari. Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian
Muchlisin et al., (2016) pada ikan Tor tambra yaitu sebesar 2,19 ± 0,01%/hari dan
bila dibandingkan pada jenis ikan lain pun memberikan efek yang sama terhadap
pertumbuhan seperti penelitian Ananda et al., (2015) pada ikan patin yaitu sebesar
2,37±0,15%/hari. Hasil tersebut dikarenakan enzim papain yang digunakan pada
penelitian ini dan penelitian sebelumnya berbeda. Nilai yang tertinggi pada
penelitian Tor tambra menggunakan enzim papain sebesar 2,75% dan penelitian
ikan patin dengan dosis enzim papain 0,75% sedangkan pada penelitian ini enzim
papain yang digunakan untuk nilai tertinggi yaitu 4% kedalam pakan.
Pertumbuhan terjadi juga berkaitan dengan umur ikan, ketika umur ikan masih
muda atau pada masa stadia benih merupakan stadia dimana kurva dengan laju
pertumbuhan tertinggi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Umar, Salam, & Omar
(2012) bahwa benih ikan dapat mengalami pertumbuhan yang relatif cepat
21

sedangkan untuk ikan dewasa tetap mengalami pertumbuhan namun berjalan


lambat, sebab makanan yang termakan oleh ikan dewasa lebih banyak digunakan
untuk reproduksi, metabolisme, dan pemeliharaan tubuh daripada pertumbuhan.

4.2. Bobot Mutlak


Pertumbuhan bobot mutlak ialah perubahan bobot biomassa ikan selama
masa pemeliharaan, atau selisih bobot biomassa akhir dengan bobot biomassa
awal. Nilai bobot mutlak pada penelitian benih ikan dewa menunjukkan hasil
yang signifikan (Gambar 5.).

8.00
6,40 ± 0,44b
7.00 5,40 ± 1,14ab
5,90±0,23ab 5,50 ± 0,32ab
6.00
5,00 ± 0,4a
Bobot Mutlak (g)

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis Papain

Gambar 5. Nilai bobot mutlak benih ikan dewa setiap dosis papain
Hasil analisis ragam parameter bobot mutlak menunjukkan bahwa
penambahan enzim papain pada pakan buatan memberikan pengaruh nyata
(P<0,05) terhadap bobot mutlak ikan dewa. Dilanjutkan oleh uji wilayah ganda
Duncan menunjukan perbedaan nyata pada perlakuan E terhadap perlakuan A,
sedangkan perlakuan E tidak terjadi perbedaan yang nyata pada perlakuan B, C,
D. Menurut Arief, Manan, & Pradana (2016) enzim papain yang ditambahkan
pada pakan ikan akan menambahkan kandungan asam amino yang nantinya dapat
dimanfaatkan oleh ikan untuk kebutuhan pertumbuhan serta fisiologis. Sejalan
dengan pendapat Hasan, (2000) menyatakan bahwa semakin banyak enzim yang
ditambahkan ke dalam pakan, maka protein yang dihasilkan akan menjadi lebih
banyak yang terhidrolisis menjadi asam amino, sehingga daya cerna ikan terhadap
22

pakan akan meningkat dan mempercepat proses pencernaan sehingga nutrien yang
tersedia cukup untuk pertumbuhan dan keberlangsungan hidup ikan.
Perlakuan E merupakan nilai bobot mutlak tertinggi yaitu 6,40±0,44 g dan
terendah pada perlakuan A sebesar 5,00±0,4 g. Pada perlakuan E dengan
penambahan enzim papain sebesar 4% pada pakan buatan merupakan dosis yang
tertinggi untuk menghidrolisis protein yang terkandung dalam pakan buatan
menjadi asam amino agar lebih mudah untuk diserap dan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan bobot ikan serta efesien terhadap penggunaan enzim. Hasil ini sesuai
dengan nilai laju pertumbuhan spesifik, bahwa pada perlakuan E merupakan nilai
tertinggi untuk pertumbuhan pada ikan dewa selama pemeliharaan 40 hari. Hal ini
diduga pada dosis 4% merupakan derajat hidrolisis tercepat sehingga berpengaruh
pada protein pakan yang terhidrolisis lebih baik menjadi bentuk sederhana yaitu
asam amino (Putra et al., 2020). Namun perlakuan E ini tidak berbeda nyata
dengan perlakuan B, C, D. Sejalan dengan pendapat Harahap et al., (2019)
sebelum terjadinya pertumbuhan, kebutuhan protein digunakan untuk
pemeliharaan tubuh dan harus terpenuhi terlebih dahulu. Saat ikan mengalami
pertumbuhan menandakan protein untuk aktivitas dan pemeliharaan tubuh sudah
terpenuhi. Sehingga kelebihan protein tersebut dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhan (Nawir et al., 2015).
Nilai bobot mutlak tertinggi pada penelitian ini adalah 6,40±0,44 g.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian Muchlisin et
al., (2016) pada ikan Tor tambra yaitu sebesar 1,97 ± 0,15g dan penelitian
Maulidin et al., (2016) pada ikan gabus yaitu sebesar 3,24±0,18 g. Namun lebih
rendah dari penelitian Putra et al., (2020) pada ikan kerapu macan sebesar
19,97±2,81. Perbedaan pertumbuhan bobot pada ikan karena dipengaruhi
beberapa faktor. Menurut Hidayat et al., (2013) pertumbuhan dipengaruhi dua
faktor yaitu faktor luar dan dalam. Faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan
biologi perairan, dan faktor dari dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan
terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan (terutama pada
protein pakan). Secara umum, kebutuhan protein pada ikan menurun dengan
meningkatnya ukuran dan umur ikan (National Research Council, 2011).
23

Ikan sangat memanfaatkan protein pada pakan untuk menghasilkan energi.


Berbeda dengan hewan darat yang sebagian besar menggunakan karbohidrat dan
lipid untuk menghasilkan energi, sehingga kebutuhan protein pada ikan mencapai
dua hingga tiga kali lipat dibandingkan hewan lainnya (Crab et al., 2007). Hal ini
menyebabkan dengan adanya penambahan enzim papain di dalam pakan yang
dapat mempercepat penyerapan asam amino sehingga protein sebagai sumber
utama pada ikan bisa terserap tubuh secara maksimal dan menghasilkan
pertumbuhan.

4.3. Rasio Konversi Pakan


Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan ialah perbandingan
antara pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat ikan yang terjadi selama
penelitian. Semakin rendah nilai FCR atau yang mendekati 1 merupakan nilai
yang terbaik. Pada penelitian benih ikan dewa menunjukkan nilai FCR yang
signifikan (Gambar 6.).
1.8
1.6 1,38 ± 0,16c 1,36 ± 0,3c 1,3 ± 0,15bc
1.4
1,17 ± 0,06ab
Rasio Konversi Pakan

1,08 ± 0,10a
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis papain

Gambar 6. Nilai rasio konversi pakan benih ikan dewa setiap dosis papain
Rasio konversi pakan pada ikan dewa selama 40 hari pemeliharaan pada
(Gambar 6.) perlakuan A memiliki nilai tertinggi sebesar 1,38±0,16 dan nilai
terendah terjadi pada perlakuan E sebesar 1,08±0,10. Pada perlakuan E didapatkan
nilai terendah dan terbail dengan pemberian dosis enzim papain sebanyak 4%.
Namun, nilai FCR yang optimum yaitu pada perlakuan C (dosis 2%) sebesar 1,17
24

± 0,06. Perlakuan C bila dianalisis tidak berbeda nyata dengan perlakuan E,


dengan penggunaan enzim papain yang lebih sedikit namun menghasilkan
pertumbuhan yang hampir sama sehingga lebih ekonomis untuk keberlangsungan
budidaya. Nilai rasio konversi pakan yang semakin kecil maka pakan yang
diberikan cukup baik dan sesuai untuk menunjang pertumbuhan ikan, begitu juga
sebaliknya (Sulmartiwi & Suprapto, 2012). Papain tidak hanya membantu dalam
proses penyerapan tetapi juga dapat menambahkan kadar nutrisi dalam pakan,
oleh karena itu hasil FCR terbaik ini diduga dengan adanya penambahan enzim
papain pada pakan yang membuat pakan lebih berkualitas (Putra et al., 2020).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan enzim papain pada
pakan buatan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai rasio konversi
pakan ikan dewa. Dilanjutkan uji wilayah ganda Duncan menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan nyata pada perlakuan E terhadap perlakuan A, B dan D,
sedangkan pada perlakuan E tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C. Perlakuan
C (dosis 2%) merupakan dosis optimum karena dengan dosis yang lebih rendah
dari perlakuan E (dosis 4%) namun memberikan pengaruh nyata terhadap kontrol
(dosis 0%) dan lebih efisien dalam penggunaan enzim papain. Rasio konversi
pakan yang tinggi pada perlakuan A, B, dan D disebabkan oleh pakan yang relatif
kurang dimanfaatkan oleh ikan dewa sehingga nutrisi yang terdapat dalam pakan
tersebut tidak dapat terserap maksimal oleh tubuh ikan dewa dan terbuang melalui
feses sehingga laju pertumbuhan yang diperoleh ikan relatif lebih rendah
dibandingkan dengan perlakuan C dan E. Sejalan dengan Arief et al., (2011)
terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi tingginya rasio konversi pakan
yaitu kualitas pakan yang kurang baik seperti pakan yang mudah hancur ataupun
bau pakan yang tidak merangsang. Hal ini akan menyebabkan ikan tidak tertarik
untuk memakan pakan tersebut. Namun, pada penelitian benih ikan dewa (Tor
soro) masalah seperti ini sangat diminimalisir karena sebelum penelitian sudah uji
pendahuluan terhadap pakan.
Hasil dari nilai konversi pakan optimum pada penelitian ini adalah 1,17±0,06.
Bila dibandingkan dengan penelitian ikan labeo oleh (Khati, Danish, S Mehta, &
Pandey, 2015) dengan nilai FCR terbaik yaitu 2,05 dan penelitian ikan sidat oleh
(Arief et al., 2016) nilai FCR terbaik yaitu 2,27 ± 0,08, penelitian ini jauh lebih
25

rendah dan terbaik. Penyebabnya mungkin karena peningkatan metabolisme pada


ikan yang berbeda dan diberi pakan tambahan papain dengan dosis berbeda pula
yang pada akhirnya menghasilkan FCR yang lebih baik. Penambahan enzim
papain atau enzim protease inilah yang dapat menghidrolisis protein menjadi
peptida pendek dalam makanan, yang merupakan faktor kunci untuk
meningkatkan daya cerna protein dan penyerapan cepat, sehingga nilai rasio
konversi pakan yang rendah dan membantu meningkatkan faktor pertumbuhan
(Khati et al., 2015).

4.4. Efisiensi Pakan


Efisiensi pakan adalah pemanfaatan pakan yang diberikan dapat digunakan
dengan baik untuk pertumbuhan, atau secara ringkas bisa disebut pakan yang
dimakan sedikit, namun dapat terserap tubuhnsecara maksimal. Nilai efisiensi
pakan pada penelitian benih ikan dewa menunjukkan hasil yang signifikan
(Gambar 7.).
110.00

93,19 ± 6,3c
100.00

85,72 ± 3,2bc
Efisiensi Pakan (%)

90.00
77,70 ± 6.2ab
72,75 ± 5,8a 74,16 ± 5,2a
80.00

70.00

60.00

50.00
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis papain

Gambar 7. Nilai efisiensi pakan benih ikan dewa setiap dosis papain
Nilai efisiensi pakan tertinggi selama 40 hari pemeliharaan terdapat pada
perlakuan E sebesar 93,19±6,38% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan A
sebesar 72,75±5,80%. Nilai optimum yaitu pada perlakuan C dengan penambahan
enzim papain dosis 2% pada pakan buatan, menunjukkan bahwa efisiensi terhadap
enzim papain dan juga pakan yang dikonsumsi memiliki kualitas yang baik,
26

sehingga dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara efisien. Hal ini sesuai dengan
pendapat Taqwdasbriliani et al., (2013) efisiensi pakan yang semakin tinggi dan
baik dalam pemanfaatan pakan oleh ikan berarti semakin baik mutu pada pakan
tersebut dan berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, pakan yang tidak ditambah
papain atau pada perlakuan dosis papain 0%, tidak adanya enzim proteolitik yang
dapat membantu pemecahan protein menjadi lebih sederhana pada pakan,
sehingga energi dalam pakan tidak semuanya dapat terserap dan diedarkan ke
seluruh tubuh ikan. Hal ini diperkuat oleh Haslaniza et al. (2010) menyatakan
bahwa semakin meningkatnya konsentrasi enzim proteolitik dalam proses
hidrolisis dapat menyebabkan peningkatan kandungan nitrogen terlarut dalam
hidrolisat protein ikan dan dapat mempercepat pertumbuhan ikan tersebut.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan enzim papain pada
pakan buatan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai efisiensi pakan
pada ikan dewa. Dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan menunjukan
bahwa terdapat perbedaan nyata pada perlakuan E terhadap perlakuan A, B, dan
D, sedangkan pada perlakuan E tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C. Hal ini
diduga bahwa kebutuhan papain pada dosis 4% (maksimum) dan dosis 2%
(optimum) mampu meningkatkan kecernaan pakan dibandingkan dengan
perlakuan A (0%), B (1%), dan D (4%). Hasil ini sesuai dengan pendapat Gunadi
et al., (2010) bahwa salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai
tingkat efisiensi pakan yang diberikan kepada ikan adalah kecernaan pakan,
dengan maksud semakin besar nilai kecernaan pada suatu pakan maka semakin
banyak nutrien pakan yang dimanfaatkan ikan tersebut. Tingkat reaksi berbanding
lurus dengan konsentrasi enzim. Meningkatnya tingkat reaksi seiring dengan
peningkatan konsentrasi enzim, karena sisi akif enzim terdapat lebih banyak yang
tersedia dan reaksi akan terus berlanjut hingga kompleks – enzim substrat tidak
ada lagi yang dapat terbentuk (Ravindran, 2013).
Nilai efisiensi pakan optimum pada penelitian ini adalah 85,72±3,2%.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian Muchlisin et al.,
(2016) pada ikan keureling yaitu sebesar 53,44 ± 2,05% dan penelitian Amalia et
al., 2013) pada ikan lele dumbo yaitu sebesar 62,83±3,48% tetapi lebih rendah
dari penelitian Rachmawati et al., (2015) pada ikan lele sangkuriang yaitu sebesar
27

135,33±19,25%. Hal ini diduga karena penggunaan jenis ikan yang berbeda,
sehingga fungsi fisiologis seperti usus mungkin sudah berfungsi dengan baik dan
kandungan endoenzim dari ikan telah tersedia (Tengjaroenkul et al., 2002).
Nilai efisiensi pakan (Gambar 7.) dan nilai rasio konversi pakan (Gambar
6.) pada benih ikan dewa (Tor soro) di penelitian ini memperlihatkan hasil yang
berbanding terbalik namun berarti baik. Menurut Muchlisin et al., (2016) apabila
tingginya nilai efisiensi pakan dan rendahnya rasio konversi pakan menunjukkan
bahwa penerapan enzim papain yang ditambah ke dalam pakan berhasil
meningkatkan pemanfaatan pakan untuk budidaya ikan.

4.5. Retensi Protein


Retensi protein adalah banyaknya protein dari pakan yang tersimpan
menjadi protein jaringan tubuh ikan selama proses pemeliharaan. Nilai retensi
protein menunjukan persentase bobot protein yang disimpan oleh tubuh. Nilai
retensi protein pada penelitian benih ikan dewa menunjukkan hasil yang
signifikan (Gambar 8.).
40.0
30,90 ± 3,4b
35.0
27,40 ± 1,4b
30.0 25,20 ± 4,0ab
24,60 ± 2,6ab
Retensi Protein (%)

22,50 ± 2,4a
25.0

20.0

15.0

10.0

5.0

0.0
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis papain

Gambar 8. Nilai retensi protein benih ikan dewa setiap dosis papain
Retensi protein pada ikan dewa selama 40 hari pemeliharaan memiliki
nilai tertinggi pada perlakuan E sebesar 30,9±3,4% dan nilai terendah pada
perlakuan A sebesar 22,5±2,4%. Nilai retensi protein pada perlakuan C
menunjukkan bahwa penambahan enzim papain dengan dosis 2% pada pakan
28

buatan merupakan nilai yang optimum untuk meretensi protein dari pakan
menjadi protein dalam tubuh ikan dewa sehingga meningkatkan pertumbuhan dan
penggunaan enzim papain yang lebih efisien. Enzim dari luar tubuh ikan atau
enzim eksogen dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan, sehingga mengurangi
ekskresi nutrisi ke lingkungan dan pada akhirnya terentensi kedalam tubuh untuk
meningkatkan pertumbuhan pada ikan (Khati et al., 2015).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan enzim papain pada
pakan buatan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap retensi protein pada
ikan dewa. Dilanjutkan uji wilayah ganda Duncan menunjukkan bahwa tidak
adanya perbedaan nyata pada perlakuan C terhadap perlakuan B, D dan E namun
berbeda nyata terhadap perlakuan A. Hal ini diduga karena ikan dewa yang diberi
pakan dengan tambahan enzim papain yang optimum dan mampu mengubah
protein dalam pakan menjadi protein untuk disimpan di dalam tubuh,
dibandingkan dengan ikan dewa yang diberi pakan tanpa penambahan enzim
papain. Nilai retensi protein tertinggi dalam penelitian ini berbanding lurus
dengan nilai laju pertumbuhan spesifik, bobot mutlak, dan tingkat efisiensi pakan.
Kandungan protein yang optimal di dalam pakan akan menghasilkan pertumbuhan
yang maksimal bagi hewan (ikan) yang mengkonsumsinya. Pakan yang
dikonsumsi ikan dalam jumlah banyak dan penggunaan pakan secara efisien maka
akan semakin banyak protein yang teretensi kedalam tubuh, dan dapat
meningkatkan pertumbuhan (Subandiyono et al., 2017). Menurut Nur (2011)
salah satu aspek yang berperan penting dalam kelangsungan usaha budidaya
adalah dari pakan. Protein pada pakan sebagai sumber energi utama bagi ikan.
Nilai retensi protein meningkat seiring dengan peningkatan kadar protein
dalam pakan, retensi protein juga terjadi pada ikan jenis lain yaitu penelitian ikan
gabus oleh Maulidin et al., (2016) dengan penambahan enzim papain sebanyak
3% dapat meningkatkan kualitas daging pada ikan gabus. Nilai retensi protein
optimum pada penelitian ini adalah 27,40 ± 1,4%. Penelitian ini menunjukkan
hasil yang tidak berbeda jauh dari penelitian ikan gabus oleh Maulidin et al.,
(2016) yaitu sebesar 30,72±0,45% pada dosis enzim papain 3%. Namun pada
penelitian ikan labeo oleh Khati et al., (2015) mendapat hasil yang optimum
sebesar 26,98%. Nilai retensi protein tinggi karena kecernaan protein yang tinggi,
29

mungkin karena kehadiran enzim papain (kelompok enzim protease) dengan dosis
yang sesuai pada masing-masing jenis ikan, hal ini menyebabkan hidrolisis
protein menjadi asam amino dapat terjadi secara optimal (Muchlisin et al., 2016).
4.6. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup merupakan jumlah ikan yang bertahan hingga akhir
penelitian dengan berbagai perlakuan yang dilakukan. Nilai kelangsungan hidup
pada penelitian benih ikan dewa menunjukkan hasil yang signifikan (Gambar 9.).
100
93,00 ± 2,5a 93,00 ± 2,5a
92,00±2,5a 92,00 ± 2,5a
Kelangsungan Hidup (%)

90,00 ± 0,0a
90

80

70
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis papain

Gambar 9. Nilai kelangsungan hidup benih ikan dewa setiap dosis papain
Hasil analisis ragam parameter kelangsungan hidup pada ikan dewa selama
40 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa penambahan enzim papain pada pakan
buatan tidak berpengaruh nyata (P<0,05) antar perlakuan pada pakan yang
ditambahkan dengan enzim papain dan dengan pakan yang tidak ditambahkan
dengan enzim papain pada kelangsungan hidup ikan dewa. Kelangsungan hidup
dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri dari umurndan
kemampuan ikanndalam menyesuaikanndiri dengan lingkungannya. Faktor
abiotik antara lain ketersediaannmakanan dan kualitasmmedia hidup atau kualitas
air (Siregar & Adelina, 2012). Sejalan dengan pendapat Panggabean et al., (2016)
kualitas air faktor utama menentukan presentase kelulusan hidup ikannbudidaya
karena air merupakanmmedia utama bagi kehidupanmikan.
Nilai kelangsungan hidup tertinggi pada penelitian ini adalah 93,33±2,36%.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian Amalia et al.,
30

(2013) pada ikan lele Dumbo yaitu sebesar 91,67±7,64% dan penelitian
Subandiyono et al., (2017) pada ikan gurame yaitu sebesar 83,33±5,77% tapi
menunjukkan hasil yang lebih rendah dari penelitian (Sari, Subandiyono, &
Hastuti, 2013) pada ikan nila Larasati yaitu sebesar 95,00±4,30%, penelitian
Taqwdasbriliani et al., (2013) pada ikan kerapu macan yaitu sebesar 100,0±0,0%
dan penelitian Maulidin et al., (2016) yaitu sebesar 100,0±0,0%. Untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan
digunakan pakan yang mempunyai nutrisi yang baik. Tingkat kelangsungan hidup
ikan dipengaruhi oleh manajemennbudidaya yang baikaantara lain padat tebar,
kualitas pakan, parasite atauppenyakit dankkualitas air (Arief et al., 2011).

4.7. Kualitas Air


Pengukuran kondisi perairan dilakukan untuk menunjang kegiatan karena
lingkungan mempengaruhi keberhasilan dalam proses budidaya. Hasil pengukuran
kualitas air selama kegiatan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kisaran parameter kualitas air pada benih ikan dewa (Tor soro) selama
40 hari pemeliharaan.
Dosis enzim papain
Parameter
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)

Suhu (°C) 25,1 – 26,7 25,2 – 26,5 25,1 – 26-5 25,3 – 26,7 25,2 – 26,6

pH 6,86 – 7,65 6,99 – 7,85 6,98 – 7,85 6,84 – 7,73 6,62 – 7,82

DO 6,71 – 7,62 6,98 – 7,57 6,25 – 7,61 5,71 – 7,10 6,86 – 7,53

Nitrit 0,01 – 0,02 0,01 – 0,04 0,01 – 0,05 0,01 – 0,1 0,01 – 0,02
(ppm)
Nitrat 0,03 – 0,85 0,15 – 1,65 0,07 – 1,55 0,05 – 1,24 0,04 – 0,88
(ppm)
Amonia 0,0007-0,01 0,003-0,006 0,003-0,01 0,003-0,07 0,001-0,004
(ppm)
Secara umum nilai kualitas air (Tabel 3.) yang didapatkan masih dalam batas
normal untuk proses pertumbuhan dan sintasan pada ikan genus Tor (Subagja &
Radona, 2017; Radona, et al., 2016; Radona et al., 2015). Namun hasil pada
perlakuan D (dosis 3%) terlihat sedikit berbeda pada ammonia dan nitrit yang
31

diatas batas normal. Nilai kualitas air untuk budidaya ikan air tawar menurut Baku
Mutu PP No. 82 Tahun 2001 yaitu amonia yang baik untuk budidaya ikan adalah
kurang dari 0,02 mg/L dan nitrit yang baik yaitu kurang dari 0,06 mg/L. Perlakuan
D dengan hasil yang melebihi baku mutu tersebut hanya saat pengecekan 10 hari
kedua, setelah itu dalam batas normal lagi. Hal ini diduga karena feses yang
berlebih dalam kurun waktu 10 hari dari perlakuan lain sehingga terjadi perubahan
fisik dan kimia pada perairan dan mengubah kualitas air. Ikan memiliki beberapa
mekanisme untuk mentoleransi kelebihan amonia dan mengurangi toksisitas
amonia termasuk ekskresinya (Cheng et al., 2015). Menurut (Juliyanti, Salamah,
& Muliani, 2016) kadar amoniak (NH3) yang terdapat dalam perairan umumya
adalah hasil metabolisme ikan berupa kotoran padat (feses) dan terlarut (urin).
Papain tersendiri merupakan enzim pemacu pertumbuhan yang ramah lingkungan
dan tidak mengalami penurunan kualitas efek pada lingkungan akuatik. Dengan
demikian dapat digunakan dalam aquafeed untuk meningkatkan kecernaan nutrisi
sebagai tambahan meningkatkan status kesehatan budidaya perairan organisme
(Khati et al., 2015).
Berdasarkan hasil analisis dari berbagai parameter seperti laju pertumbuhan
spesifik, bobot mutlak, rasio konversi pakan, efisiensi pakan, dan retensi protein
maka dosis 2% penambahan papain pada pakan merupakan dosis yang optimum
untuk pertumbuhan dan penggunaan enzim papain yang lebih efisien. Dosis 2%
ini menghasilkan perbedaan nyata dengan nilai kontrol tetapi tidak berbeda
dengan nilai maksimum (dosis 4%) dan bila dilihat dari grafik dosis ini telah
berpengaruh terhadap pertumbuhan yang meningkat dan juga lebih efisien secara
ekonomis untuk budidaya.
32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini bahwa enzim papain mampu meningkatkan
pertumbuhan benih ikan dewa (Tor soro). Dosis yang optimum pada penelitian ini
adalah dosis penambahan enzim papain sebanyak 2% ke dalam pakan.

5.2. Saran
Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan parameter lain
yakni daya cerna, retensi lemak dan retensi energi guna menunjang informasi
pengaruh penambahan enzim papain pada pakan terhadap ikan dewa.
33

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R., Subandiyono, & Endang, A. (2013). Pengaruh penggunaan papain


terhadap tingkat pemanfaatan protein pakan dan pertumbuhan lele dumbo
(Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology,
2(1), 136–143.

Amri, E., & Mamboya, F. (2012). Papain, a plant enzyme of biological


importance: A review. American Journal of Biochemistry and Biotechnology,
8(2), 99–104. https://doi.org/10.3844/ajbbsp.2012.99.104

Ananda, T., Rachmawati, D., & Samidjan, I. (2015). Pengaruh papain pada pakan
buatan terhadap pertumbuhan ikan patin (Pangasius hypopthalmus). Journal
of Aquaculture Management and Technology, 4(1), 47–53. Retrieved from
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt

Arief, M., Manan, A., & Pradana, C. A. (2016). Penambahan papain pada pakan
komersial terhadap laju pertumbuhan, rasio konversi pakan dan
kelulushidupan ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan, 8(2), 67. https://doi.org/10.20473/jipk.v8i2.11179

Arief, M., Pertiwi, D. K., & Cahyoko, Y. (2011). Pengaruh pemberian pakan
buatan, pakan alami, dan kombinasinya terhadap pertumbuhan, rasio
konservasi pakan dan tingkat kelulushidupan ikan sidat (Anguilla bicolor).
Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 3(1), 61–66.

Asih, S., & Setijaningsih, L. (2011). Keberhasilan pembenihan ikan lokal Torsoro
(Tor soro) koleksi dari Sumatera Utara ( Aek Sirambe , Tarutung dan
Bahorok) sebagai upaya konservasi ikan lokal. Prosiding Forum Nasional
Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 1–7.

Cheng, C.-H., Yang, F.-F., Ling, R.-Z., Liao, S.-A., Miao, Y.-T., Ye, C.-X., &
Wang, A.-L. (2015). Effects of ammonia exposure on apoptosis, oxidative
stress and immune response in pufferfish (Takifugu obscurus). Aquatic
Toxicology, 164, 61–71. https://doi.org/10.1145/3132847.3132886

Crab, R., Avnimelech, Y., Defoirdt, T., Bossier, P., & Verstraete, W. (2007).
Nitrogen removal techniques in aquaculture for a sustainable production.
Aquaculture, 270(1–4), 1–14.
https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2007.05.006

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Effendie, M. I. (2002). Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka


Nusatama Press.
34

Farastuti, E. R., Sudrajat, A. O., & Gustiano, R. (2014). Induksi ovulasi dan
pemijahan ikan soro (Tor soro) menggunakan kombinasi hormon. Limnotek,
21(1), 87–94.

Fujaya. (2008). Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta:


PT Asdi Mahasatya.

Gunadi, B., Febrianti, R., & Lamanto. (2010). Keragaan Kecernaan Pakan
Tenggelam dan Terapung untuk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
dengan dan tanpa Aerasi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 7.

Gusrina. (2008). Budidaya Ikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Harahap, A. F., Rostika, R., Untung, M., Agung, K., & Padjadjaran, U. (2019).
Pemanfaatan Simplisia Pepaya Pada Ikan Rucah untuk Pakan Kerapu
Cantang ( Epinephelus Fuscoguttatus-Lanceolatus ) di Keramba Jaring
Apung Pesisir Pangandaran. X(2), 56–64.

Haryono, Agus H.T, Jojo S., Asih S., G. W. (2010). Teknik Budidaya Ikan
Tambra. Bogor: LIPI.

Hasan, O. D. . (2000). Pengaruh Pemberian Enzim Papain dalam Pakan Buatan


Terhadap Pemanfaatan Protein dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurame
(Osphronemus gourami Lac.). Institut Pertanian Bogor.

Hidayat, D., Dwi Sasanti, A., & . Y. (2013). Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan
Dan Efisiensi Pakan Ikan Gabus (Channa Striata) Yang Diberi Pakan
Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea Sp). Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia, 1(2), 161–172.

Irawati, D., & Rachmawati, D. (2015). Performa Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Melalui Penambahan Enzim Papain
dalam Pakan Buatan. 4, 1–9.

Juliyanti, V., Salamah, & Muliani. (2016). Pengaruh penggunaan probiotik pada
media pemeliharaan terhadap benih maskoki (Carassius auratus) pada umur
yang berbeda. Acta Aquatica, 3(2), 66–74.

Khairuman. (2002). Budidaya Patin Super. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Khati, A., Danish, M., S Mehta, K., & Pandey, N. N. (2015). Estimation of
growth parameters in fingerlings of Labeo rohita (Hamilton, 1822) fed with
exogenous nutrizyme in Tarai region of Uttarakhand, India. African Journal
of Agricultural Research, 10(30), 3000–3007.
https://doi.org/10.5897/ajar2015.9729

Kordi, M., & Ghufron, H. . (2009). Budidaya Perairan (Kedua). Bandung: PT


Citra Aditya Bakti.

Mahyuddin. (2008). Budidaya Ikan Tawes secara intensif. Jakarta: Gromedis.


35

Maulidin, R., Zainal, A. M., & Muhammadar, A. A. (2016). Pertumbuhan dan


Pemanfaatan Pakan Ikan Gabus (Channa Striata) Pada Konsentrasi Enzim
Papain Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan
Unsyiah, 1(3), 280–290.

Miskiyah, Usmiati, S., & Mulyorini. (2011). Pengaruh enzim proteolitik dengan
bakteri asam laktat probiotik terhadap karakteristik dadih susu sapi. Jitv,
16(4), 304–311.

Muchlisin, Zainal A., Batubara, A. S., Siti-Azizah, M. N., Adlim, M., Hendri, A.,
Fadli, N., … Sugianto, S. (2015). Feeding habit and length weight
relationship of keureling fish, Tor tambra Valenciennes, 1842 (Cyprinidae)
from the western region of Aceh Province, Indonesia. Biodiversitas, 16(1),
89–94. https://doi.org/10.13057/biodiv/d160112

Muchlisin, Zainal Abidin, Afrido, F., Murda, T., Fadli, N., Muhammadar, A. A.,
Jalil, Z., & Yulvizar, C. (2016). The Effectiveness of Experimental Diet with
Varying Levels of Papain on The Growth Performance, Survival Rate and
Feed Utilization of Keureling Fish (Tor tambra). Biosaintifika: Journal of
Biology & Biology Education, 8(2), 172.
https://doi.org/10.15294/biosaintifika.v8i2.5777

Murtidjo. (2001). Usaha Pembenihan dan pemberantasan ikan tawes. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Narantaka, A. M. . (2012). Pembenihan Ikan Mas. Yogyakarta: Javalitera.

Nawir, F., Utomo, N. B. P., & Budiardi, T. (2015). Pertumbuhan ikan sidat yang
diberi kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda The growth of eel
fed with different protein level and protein-energy ratio. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 14(2), 128–134.

NRC, [National Research Council]. (2011). Nutrient requirement of fish and


shrimp. Washington DC: National Academic Press.

Nur, A. (2011). Manajemen Pemeliharaan Udang Vannamei. In Balai Besar


Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Jakarta: Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya.

Panggabean, T. K., Sasanti, Ade, D., & Yulisman. (2016). Kualitas Air,
Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, Dan Efisiensi Pakan Ikan Nila Yang
Diberi Pupuk Hayati Cair Pada Air Media Pemeliharaan. Jurnal Akuakultur
Rawa Indonesia, 4(1), 67–79.

Poliana, J., & Mac, C. (2007). Industrial enzymes: structure, function, and
applications. Dordrecht: Springer.

Putra, W. K. A., Suhaili, S., & Yulianto, T. (2020). Efisiensi dan Rasio Konversi
Pakan Ikan dengan berbagai Dosis Papain pada Kerapu Cantang (E.
fuscoguttatus >< E. lanceolatus). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah
36

Mada, 22(1), 19. https://doi.org/10.22146/jfs.55524

Rachmawati, D., Khodijah, D., & Pinandoyo. (2015). Performa Pertumbuhan


Benih Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Melalui Penambahan
Enzim Papain dalam Pakan Buatan. Journal of Aquaculture Management
and Technology, 4, 35–43.

Radona, D., Subagja, J., & Arifin, O. Z. (2015). Performa reproduksi induk dan
pertumbuhan benih ikan tor hasil persilangan (Tor soro dan Tor douronensis)
secara Respirokal. Jurnal Riset Akuakultur, 10(3), 335–343.

Radona, D., Subagja, J., Kusmini, I. I., & Gustiano, R. (2016). Nilai Heterosis dan
Peranan Induk Pada Karakter Pertumbuhan Hasil Persilangan Interspesifik
Tor soro dan Tor douronensis. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati, 15(2), 107–206.
Retrieved from https://www.neliti.com/id/publications/67918/nilai-heterosis-
dan-peranan-induk-pada-karakter-pertumbuhan-hasil-persilangan-
in%0Ahttps://media.neliti.com/media/publications/67918-ID-none.pdf

Rahardjo. (2011). Ikhtiologi. Bandung: Lubuk Agung.

Ravindran, V. (2013). Feed Enzymes: The Science, Practice, and Metabolic


Realities. Poultry Science Association., 22, 628–636.

Rully, R. (2011). Penentuan Waktu Retensi Sistem Akuaponik untuk Mereduksi


Limbah Budidaya Ikan Nila Merah (Cyprinus sp). Institut Pertanian Bogor.

Sanjayasari, D., & Kasprijo. (2010). Estimasi Nisbah Protein-Energi Pakan Ikan
Senggaringan (Mystus nigriceps) Dasar Nutrisi Untuk Keberhasilan
Domestikasi. 2, 89–97.

Sari, winda A. P., Subandiyono, & Hastuti, S. (2013). Pemberian Enzim Papain
Untuk Meningkatkan Pemanfaatan Protein Pakan Dan Pertumbuhan Benih
Ikan Nila Larasati (Oreochromis niloticus Var.). Journal of Aquaculture
Management and Technology, 2(1), 1–12.

Setiawati, M., & Suprayudi, R. S. dan M. A. (2008). Pengaruh perbedaan kadar


protein dan rasio energi protein pakan terhadap kinerja pertumbuhan
fingerlings ikan mas (Cyprinus carpio). Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2),
171–178. Retrieved from http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id%0A171

Sikder, M. T., Yasuda, M., Yustiawati, Syawal, S. M., Saito, T., Tanaka, S., &
Kurasaki, M. (2012). Comparative Assessment on Water Quality in the
Major Rivers of Dhaka and West Java. International Journal of
Environmental Protection, 2(4), 8–13. Retrieved from www.ij-ep.org

Siregar, Y. I., & Adelina, A. (2012). Pengaruh Vitamin C terhadap Peningkatan


Hemoglobin (Hb) Darah dan Kelulushidupan Benih Ikan Kerapu Bebek
(Cromileptes altivelis). Jurnal Natur Indonesia, 12(1), 75.
https://doi.org/10.31258/jnat.12.1.75-81
37

Somanjaya, R. (2013). Pengaruh enzim papain terhadap keempukan daging.


Jurnal Ilmu Pertanian Dan Peternakan, 1(2), 100–108.

Subagja, J., & Radona, D. (2017). Produktivitas Pascalarva Ikan Semah Tor
douronensis (Valenciennes, 1842) Pada Lingkungan Ex Situ dengan Padat
Tebar Berbeda. Jurnal Riset Akuakultur, 12(1), 41–48.
https://doi.org/10.15578/jra.12.1.2017.41-48

Subagja, J., Sulhi, M., Asih, S., & Haryono, H. (2009). Aspek Ekologi Ikan
Kancera (Tor Soro) Kuningan Dan Pematangan Gonad Melalui Implantasi
Hormon Gonadotropin (HCG). Jurnal Biologi Indonesia, 5(3), 259–267.
https://doi.org/10.14203/jbi.v5i3.3181

Subandiyono, Mareta, R. E., & Hastuti, S. (2017). Pengaruh Enzim Papain dan
Probiotik dalam Pakan Terhadap Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan
Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Sains Akuakultur
Tropis Departemen Akuakultur, 1, 21–30.

Sulmartiwi, L., & Suprapto, H. (2012). Fisiologi Hewan Air. Buku Ajar.

Susanto, H., Taqwa, F. H., & Yulisman. (2014). Pengaruh Lama Waktu Pingsan
Saat Pengangkutan Dengan Sistem Kering Terhadap Kelulusan Hidup Benih
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Urnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(2),
202–214.

Taqwdasbriliani, E. B., Hutabarat, J., Arini, E., Studi, P., Perairan, B., Perikanan,
J., … Soedarto Tembalang-Semarang, J. (2013). The effect of combination
papain enzyme and bromelain enzyme on the feed utilization and growth rate
of the grouper (Epinephelus fuscogutattus). Journal of Aquaculture
Management and Technology, 2(3), 76–85. Retrieved from http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jfpik

Tengjaroenkul, B., Smith, B. J., Smith, S. A., & Chatreewongsin, U. (2002).


Ontogenic Development of the Intestinal Enzymes of Cultured Nile tilapia,
Oreochromis niloticus L. Aquaculture, 221, 241–251.

Umar, M. T., Salam, R., & Omar, S. B. A. (2012). Kajian pertumbuhan ikan
bonti-bonti (Paratherina striata Aurich, 1935) di Danau Towuti, Sulawesi
Selatan. Seminar Nasional Ikan, 1–9.

Wardhani. (2011). Optimasi Komposisi Bahan Pakan pada Ikan Air Tawar
menggunakan metode multi-objective genetic algorithm. Dalam Seminar
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, 2011(Snati), pp.112-117.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Performa pertumbuhan benih ikan dewa


Ikan dewa sebelum pemeliharaan

Ikan dewa setelah diberi perlakuan selama 40 hari


A. Dosis 0% B. Dosis 2% E. Dosis 4%

38
39

Lampiran 2. Perhitungan pencampuran enzim dengan pakan semua perlakuan

Berat pakan yang dibuat = 50 gam


Perlakuan Perhitungan Papain yang digunakan untuk 50g pakan (g)
A (0%) 0 0g
x 50 g
100
B (1%) 1 0,5 g
x 50 g
100
C (2%) 2 1g
x 50 g
100
D (3%) 3 1,5 g
x 50 g
100
E (4%) 4 2g
x 50 g
100

Catatan: Perhitungan diatas untuk menunjang kebutuhan pakan dalam penelitian


ini. Namun, penggunaan pakan pada penelitian ini selama 40 hari pemeliharaan
kurang dari 50 gram, sehingga pakan yang tersisa dihitung kembali untuk
memudahkan perhitungan parameter retensi protein.
40

Lampiran 3. Hasil uji pendahuluan kadar protein terlarut


Absorbansi 595nm
Jam ke- / Konsentrasi
Blanko Standar Sampel
Ulangan (mg/mL)
1x 0
2x 0
3x 0
0.00 0.019
0.02 2.405
0.04 2.482
0.06 2.476
0.08 2.481
0.10 2.453
0 / 1x 0.323
0 / 2x 0.309
0 / 3x 0.397
3 / 1x 0.564
3 / 2x 0.724
3 / 3x 0.525
6 / 1x 0.213
6 / 2x 0.278
6 / 3x 0.218
41

Lampiran 4. Hasil uji proksimat benih ikan dewa sebelum diberi perlakuan

Ulangan Kering 105°C


Sampel Kadar
Air (%) Protein Lemak Abu Serat Kasar BETN
(%) (%) (%) (%) (%)
Ikan 1x
80.55 59.59 19.33 7.00 0.37 13.71
Dewa
Ikan 2x
80.14 59.70 19.17 7.20 0.35 13.58
Dewa

Lampiran 5. Hasil uji proksimat benih ikan dewa setelah diberi perlakuan

Sampel Ulangan
Kering 105°C
Kadar Air (%)
Protein (%) Lemak (%)
1x 80.23 58.53 28.34
Ikan Dewa 2x 58.75 28.11
Perlakuan A
3x 58.34 28.01
1x 79.78 59.89 30.13
Ikan Dewa 2x 59.54 30.75
Perlakuan B
3x 59.47 30.31
1x 80.11 58.34 27.49
Ikan Dewa 2x 58.61 27.86
Perlakuan C
3x 58.79 28.11
1x 80.01 58.34 28.45
Ikan Dewa 2x 58.97 28.09
Perlakuan D
3x 59.04 28.53
1x 79.56 58.56 28.32
Ikan Dewa 2x 59.11 28.79
Perlakuan E
3x 58.82 28.34
42

Lampiran 6. Kegiatan selama penelitian

No. Kegiatan Gambar


1. Peracikan
pakan

2. Plotting
ikan dewa

3. Pengecekan
kualitas air

4. Pemanenan

5, Pengujian
proksimat

Anda mungkin juga menyukai