DINA WULANDARI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DINA WULANDARI
11160950000042
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DINA WULANDARI
11160950000042
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Menyetujui,
Mengetahui,
Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. Dr. Priyanti, M.Si.
NIP. 196904042005012005 NIP. 197505262000122001
PERNYATAAN
Dina Wulandari
11160950000042
ABSTRAK
Budidaya ikan dewa (Tor soro) belum dapat dilakukan secara optimal karena
pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan akan meningkat bila diberi pakan yang
berkualitas dengan cara meningkatkan kecernaan pakan melalui penambahan
enzim protease pada pakannya. Enzim papain termasuk enzim protease yang dapat
menghidrolisis protein menjadi asam amino agar mudah diserap oleh usus.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efek enzim papain dan menentukan dosis
optimal terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan dewa. Penelitian dilakukan
dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Ikan yang digunakan benih Tor soro
berumur 2 bulan berasal dari Cijeruk dengan padat tebar 20 ekor/akuarium.
Perlakuan yang diberikan yaitu penambahan dosis enzim papain berbeda pada
pakan (0%, 1%, 2%, 3% dan 4%). Data yang diamati meliputi laju pertumbuhan
spesifik (SGR), bobot mutlak (WG), Rasio koversi pakan (FCR), efisiensi pakan
(EP), retensi protein (RP), kelulushidupan (SR) dan semua parameter di uji
ANOVA searah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim papain
dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
SGR, BM, FCR, EP, dan RP namun tidak berbeda nyata terhadap SR. Dosis
optimal enzim papain sebesar 2% pada pakan buatan mampu meningkatkan
pertumbuhan benih ikan dewa (T. soro) dan pemberian enzim papain yang lebih
efisien.
i
ABSTRACT
Dina Wulandari. The Growth Performance of Masheer Fish (Tor soro) with
the Addition of Papain Enzymes in Artificial Feed. Undergraduate Thesis.
Department of Biology. Faculty of Science and Technology. State Islamic
University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2021. Advised by Mulyasari and
Etyn Yunita.
Dewa fish (Tor soro) has not been able to be cultivated optimally due to slow
growth and low survival rate. Growth will increase if the artificial feed is of good
quality that increases the digestive process due to the protease enzyme addition. In
order to be easily absorbed by the intestine, papain enzyme, one of protease
enzymes, hydrolyzes protein into acid amine. This study was designed to
determine the effect of papain enzymes and optimal dose of Dewa fish growth and
survival rate. The experiment was conducted by using completely randomized
design (CRD) consisting of five treatments and three repeats. The samples were 2-
month-old Tor soro seed farmed from Cijeruk and reared in the aquarium with
stocking density of each aquarium was 20 individuals. The treatment combined
five types of feed with the addition of enzymes in feed at a dose of 0%, 1%, 2%,
3%and 4%. The data analyzed in this research consist of SGR, WG, FCR, EP,RP,
SR and variables analyzed by One Way Anova. The result showed that artificial
feed with addition of papain enzyme was significantly different on SGR, WG,
FCR, EP, RP and was not significantly different on SR. In conclusion, Feeding
treatment with the addition of papain enzyme at a dose of 2% can increase the
number of Dewa fish growth and efficiency of papain enzyme.
ii
KATA PENGANTAR
iii
telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menyelesaikan dan
membantu riset tugas akhir di sana.
10. Ir. Imam Taufik, M.Si., selaku Pembina lapangan yang telah membantu dan
memberikan arahan selama penelitian.
11. Teknisi lapangan BRPBATPP yang telah membantu selama penelitian.
12. Kedua orangtua dan keluarga yang memberikan materil dan moril,
mendukung, menyemangati, menghibur penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi.
13. Aisyah, Iffi dan semua pihak yang telah menemani, membantu dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
v
4.7. Kualitas Air ............................................................................................30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................32
5.1. Kesimpulan ............................................................................................32
5.2. Saran .......................................................................................................32
LAMPIRAN ...........................................................................................................38
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Menurut Poliana & Mac (2007) enzim protease diperlukan oleh semua
makhluk hidup karena bersifat esensial dalam metabolisme protein. Enzim
protease dapat diperoleh dari bahan hayati maupun nabati. Enzim papain
merupakan enzim protease yang dapat diperoleh dari getah tanaman pepaya
(Carica papaya). Enzim papain memiliki aktivitas proteolitik yang luas terhadap
protein, ikatan pendek peptida, ester asam amino, dan gugus amida terutama yang
melibatkan asam amino dasar seperti arginin, lysin, dan fenilalanin. Enzim papain
memiliki peran penting dalam hidrolisis protein menjadi asam amino yang dapat
dengan mudah diserap oleh usus. Sehingga enzim papain berperan penting dalam
berbagai proses biologis (Amri & Mamboya, 2012).
Aplikasi papain dalam pakan ikan telah diteliti sebelumnya seperti pada
benih ikan kuereling (Tor tambra) dilakukan oleh Muchlisin et al., (2016) dengan
dosis enzim papain yang optimum yaitu 2,75% mampu meningkatkan derajat
kelulusan hidup, laju pertumbuhan dan retensi protein. Penelitian ikan nila hitam
(Oreochromis niloticus) dilakukan oleh Irawati dan Rachmawati (2015) dengan
penambahan dosis enzim papain yang optimum yaitu 2,25% mampu
meningkatkan pertumbuhan, protein efisiensi rasio, dan efisiensi pemanfaatan
pakan dan penelitian yang dilakukan Amalia et al., (2013) dengan pemberian
dosis enzim papain 2,25% dapat meningkatkan kelulusan hidup dan pertumbuhan
benih ikan lele dumbo.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
penambahan enzim papain mampu meningkatkan efesiensi pakan dan
menghasilkan pengaruh positif terhadap pertumbuhan benih. Pada stadia benih
inilah dimana ikan mengalami laju pertumbuhan yang tinggi dan mengenai
informasi dosis yang tepat untuk benih ikan dewa belum ada. Karena itu,
penelitian penambahan enzim papain pada pakan perlu dilakukan untuk
meningkatkan kecernaan protein dan mengetahui dosis enzim papain yang tepat
untuk pertumbuhan benih ikan dewa (Tor soro).
3
Pakan buatan
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
induk. Telur ikan Tor soro akan menetas selama 6 – 7 hari. Semula ikan Tor soro
tersebar luas di perairan wilayah Sumatera, Kalimantan dan Jawa, namun saat ini
sudah sulit dijumpai karena terdesak oleh ikan introduksi. Telah ditegaskan juga
bahwa ikan Tor soro termasuk kategori ikan yang terancam punah disebabkan
oleh penangkapan yang berlebihan, pencemaran air dan penggundulan hutan
(Haryono et al., 2010).
Padat penebaran dalam pembesaran benih ikan sangat perlu diperhatikan
karena laju pertumbuhan tertinggi pada ikan terjadi pada stadia benih. Artinya,
stadia benih merupakan salah satu faktor penentu hasil dari budidaya ikan. Untuk
menghasilkan laju pertumbuhan yang tinggi, benih ikan memerlukan kondisi
lingkungan yang nyaman karena benih ikan memiliki kepekaan yang besar
terhadap perubahan fisika, kimia, dan biologi perairan (Rahardjo, 2011).
METODE PENELITIAN
10
11
nitrate reducing reagent, dan untuk uji ammonia yaitu menggunakan bahan
ammonia nitrogen 1 dan 2. Untuk sampling ikan menggunakan stabilizer agar
ikan pingsan sementara selama proses penimbangan bobot ikan awal dan akhir.
diambil dan ditimbang agar mendapat bobot yang seragam dan yang dibutuhkan
untuk analisis proksimat. Uji yang dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi
pada benih ikan awal meliputi uji protein, lemak, kadar air. Analisis proksimat
akhir dilaksanakan setelah ikan-ikan menjalani pemeliharaan selama 40 hari
dengan berbagai perlakuan agar dapat mengukur dan menghitung nilai retensi
protein selama pemeliharaan.
dalam oven pengering pada suhu 105°C selama 1 jam, di dinginkan dahulu ke
dalam desikator dan timbang lagi. Untuk uji kadar abu cawan porselin disterilisasi
dahulu dengan cara dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105°C selama 60
menit, Angkat cawan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit,
kemudian ditimbang berat awal cawan porselin, lalu sampel ditimbang sebanyak
0,5 - 1 g, dan dimasukkan ke dalam cawan porselin. Cawan porselin yang berisi
sampel dimasukkan ke dalam tungku pengabuan (furnace) pada suhu 600°C
selama 4 jam, setelah selesai diangkat cawan porselin, dimasukkan dalam
desikator selama 30 menit, yang terakhir ditimbang cawan yang sudah diabukan.
Pengujian kadar serat kasar dengan cara sampel sebanyak 0,5 g ditimbang
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu ditambahkan 50 ml H2SO4
1,25%. Erlenmeyer yang berisi bahan tersebut dipanaskan selama 30 menit
kemudian didinginkan dan ditambah lagi 50 ml NaOH 5% dipanaskan selama 30
menit. Kertas saring dipanaskan dan ditimbang, dipasang pada corong Buchner
dan dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat proses penyaringan.
Larutan dan bahan yang dipanaskan tersebut dituangkan ke dalam corong
Buchner, kemudian dibilas berturut-turut dengan 50 mL air panas, 50 mL H2SO4
1,25%, 50 mL air panas, dan 25 mL aceton. Disiapkan cawan porselen yang sudah
dipanaskan pada suhu 105°C selama 1 jam, dan kertas saring dimasukan ke dalam
cawan, dipanaskan pada suhu 105°C selama 1 jam, dinginkan di desikator dan
ditimbang lagi. Terakhir dipanaskan pada tanur dengan suhu 600°C selama 1 jam
hingga berwarna putih, kemudian didinginkan dan ditimbang.
Keterangan:
SGR : Laju pertumbuhan spesifik.
W0 : Rata-rata bobot ikan pada awal pemeliharaan (g)
Wt : Rata-rata bobot ikan pada akhir pemeliharaan (g)
t : Waktu pemeliharaan (hari)
Wg = Wt – Wo
Keterangan:
Wg = pertambahan berat selama penelitian (g).
Wt = berat ikan pada akhir penelitian (g).
Wo = berat ikan pada awal penelitian (g).
F
FCR =
Wg
1
EP = × 100%
𝐹𝐶𝑅
17
Keterangan:
FCR : Rasio konversi pakan,
F : Total input pakan (g),
Wg : Kenaikan berat badan selama penelitian (g),
EP : Efisiensi Pakan.
Pu
RP = × 100%
Pc
Keterangan :
RP = Retensi Protein
Pu = Bobot Protein yang disimpan dalam tubuh (g)
Pc = Bobot Protein yang dikonsumsi oleh ikan (g)
𝑁𝑡
SR = × 100%
𝑁0
Keterangan :
SR : Survival rate atau derajat kelulusan hidup (%)
Nt : Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
N0 : Jumlah ikan yang hidup pada awal pemeliharaan (ekor)
2.5
2,01 ± 0,19a
1.5
0.5
0
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis Papain
Gambar 4. Nilai laju pertumbuhan spesifik benih ikan dewa setiap dosis papain
19
20
Hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi pakan (Gambar 7.) dan nilai rasio konversi
pakan (Gambar 6.).
Nilai laju pertumbuhan spesifik tertinggi (Gambar 4.) terjadi pada perlakuan
E sebesar 2,63±0,00%/hari dan nilai terendah pada perlakuan A (dosis 0%)
sebesar 2,01±0,19%/hari. Dosis yang paling baik untuk efisiensi enzim papain
pada penelitian ini yaitu perlakuan C sebesar 2,48 ± 0,2%/hari menunjukkan
bahwa pakan buatan yang ditambah dengan enzim papain dosis sebesar 2% bisa
meningkatkan pertumbuhan. Pertumbuhan ikan dewa menjadi lebih cepat karena
diduga faktor aktivitas protease dari enzim papain yang dapat menghidrolisis
protein dalam pakan menjadi senyawa lebih sederhana seperti peptide rantai
pendek dan asam amino sehingga mudah diserap dan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan ikan. Ikan pada perlakuan C dapat mencerna pakan dengan baik
untuk pertumbuhanya dan lebih efisien terhadap penggunaan enzim dibandingkan
dengan perlakuan lain. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Irawati &
Rachmawati (2015) pakan yang dapat tercerna dengan baik maka akan
menghasilkan energi untuk memenuhi segala aktivitas dan pemeliharaan tubuh
yang terjadi melalui proses metabolism, apabila terdapat kelebihan energi dapat
dimanfaatkan bagi pertumbuhan.
Nilai laju pertumbuhan spesifik tertinggi pada penelitian ini adalah
2,63±0,0%/hari. Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian
Muchlisin et al., (2016) pada ikan Tor tambra yaitu sebesar 2,19 ± 0,01%/hari dan
bila dibandingkan pada jenis ikan lain pun memberikan efek yang sama terhadap
pertumbuhan seperti penelitian Ananda et al., (2015) pada ikan patin yaitu sebesar
2,37±0,15%/hari. Hasil tersebut dikarenakan enzim papain yang digunakan pada
penelitian ini dan penelitian sebelumnya berbeda. Nilai yang tertinggi pada
penelitian Tor tambra menggunakan enzim papain sebesar 2,75% dan penelitian
ikan patin dengan dosis enzim papain 0,75% sedangkan pada penelitian ini enzim
papain yang digunakan untuk nilai tertinggi yaitu 4% kedalam pakan.
Pertumbuhan terjadi juga berkaitan dengan umur ikan, ketika umur ikan masih
muda atau pada masa stadia benih merupakan stadia dimana kurva dengan laju
pertumbuhan tertinggi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Umar, Salam, & Omar
(2012) bahwa benih ikan dapat mengalami pertumbuhan yang relatif cepat
21
8.00
6,40 ± 0,44b
7.00 5,40 ± 1,14ab
5,90±0,23ab 5,50 ± 0,32ab
6.00
5,00 ± 0,4a
Bobot Mutlak (g)
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis Papain
Gambar 5. Nilai bobot mutlak benih ikan dewa setiap dosis papain
Hasil analisis ragam parameter bobot mutlak menunjukkan bahwa
penambahan enzim papain pada pakan buatan memberikan pengaruh nyata
(P<0,05) terhadap bobot mutlak ikan dewa. Dilanjutkan oleh uji wilayah ganda
Duncan menunjukan perbedaan nyata pada perlakuan E terhadap perlakuan A,
sedangkan perlakuan E tidak terjadi perbedaan yang nyata pada perlakuan B, C,
D. Menurut Arief, Manan, & Pradana (2016) enzim papain yang ditambahkan
pada pakan ikan akan menambahkan kandungan asam amino yang nantinya dapat
dimanfaatkan oleh ikan untuk kebutuhan pertumbuhan serta fisiologis. Sejalan
dengan pendapat Hasan, (2000) menyatakan bahwa semakin banyak enzim yang
ditambahkan ke dalam pakan, maka protein yang dihasilkan akan menjadi lebih
banyak yang terhidrolisis menjadi asam amino, sehingga daya cerna ikan terhadap
22
pakan akan meningkat dan mempercepat proses pencernaan sehingga nutrien yang
tersedia cukup untuk pertumbuhan dan keberlangsungan hidup ikan.
Perlakuan E merupakan nilai bobot mutlak tertinggi yaitu 6,40±0,44 g dan
terendah pada perlakuan A sebesar 5,00±0,4 g. Pada perlakuan E dengan
penambahan enzim papain sebesar 4% pada pakan buatan merupakan dosis yang
tertinggi untuk menghidrolisis protein yang terkandung dalam pakan buatan
menjadi asam amino agar lebih mudah untuk diserap dan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan bobot ikan serta efesien terhadap penggunaan enzim. Hasil ini sesuai
dengan nilai laju pertumbuhan spesifik, bahwa pada perlakuan E merupakan nilai
tertinggi untuk pertumbuhan pada ikan dewa selama pemeliharaan 40 hari. Hal ini
diduga pada dosis 4% merupakan derajat hidrolisis tercepat sehingga berpengaruh
pada protein pakan yang terhidrolisis lebih baik menjadi bentuk sederhana yaitu
asam amino (Putra et al., 2020). Namun perlakuan E ini tidak berbeda nyata
dengan perlakuan B, C, D. Sejalan dengan pendapat Harahap et al., (2019)
sebelum terjadinya pertumbuhan, kebutuhan protein digunakan untuk
pemeliharaan tubuh dan harus terpenuhi terlebih dahulu. Saat ikan mengalami
pertumbuhan menandakan protein untuk aktivitas dan pemeliharaan tubuh sudah
terpenuhi. Sehingga kelebihan protein tersebut dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhan (Nawir et al., 2015).
Nilai bobot mutlak tertinggi pada penelitian ini adalah 6,40±0,44 g.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian Muchlisin et
al., (2016) pada ikan Tor tambra yaitu sebesar 1,97 ± 0,15g dan penelitian
Maulidin et al., (2016) pada ikan gabus yaitu sebesar 3,24±0,18 g. Namun lebih
rendah dari penelitian Putra et al., (2020) pada ikan kerapu macan sebesar
19,97±2,81. Perbedaan pertumbuhan bobot pada ikan karena dipengaruhi
beberapa faktor. Menurut Hidayat et al., (2013) pertumbuhan dipengaruhi dua
faktor yaitu faktor luar dan dalam. Faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan
biologi perairan, dan faktor dari dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan
terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan (terutama pada
protein pakan). Secara umum, kebutuhan protein pada ikan menurun dengan
meningkatnya ukuran dan umur ikan (National Research Council, 2011).
23
1,08 ± 0,10a
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis papain
Gambar 6. Nilai rasio konversi pakan benih ikan dewa setiap dosis papain
Rasio konversi pakan pada ikan dewa selama 40 hari pemeliharaan pada
(Gambar 6.) perlakuan A memiliki nilai tertinggi sebesar 1,38±0,16 dan nilai
terendah terjadi pada perlakuan E sebesar 1,08±0,10. Pada perlakuan E didapatkan
nilai terendah dan terbail dengan pemberian dosis enzim papain sebanyak 4%.
Namun, nilai FCR yang optimum yaitu pada perlakuan C (dosis 2%) sebesar 1,17
24
93,19 ± 6,3c
100.00
85,72 ± 3,2bc
Efisiensi Pakan (%)
90.00
77,70 ± 6.2ab
72,75 ± 5,8a 74,16 ± 5,2a
80.00
70.00
60.00
50.00
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis papain
Gambar 7. Nilai efisiensi pakan benih ikan dewa setiap dosis papain
Nilai efisiensi pakan tertinggi selama 40 hari pemeliharaan terdapat pada
perlakuan E sebesar 93,19±6,38% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan A
sebesar 72,75±5,80%. Nilai optimum yaitu pada perlakuan C dengan penambahan
enzim papain dosis 2% pada pakan buatan, menunjukkan bahwa efisiensi terhadap
enzim papain dan juga pakan yang dikonsumsi memiliki kualitas yang baik,
26
sehingga dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara efisien. Hal ini sesuai dengan
pendapat Taqwdasbriliani et al., (2013) efisiensi pakan yang semakin tinggi dan
baik dalam pemanfaatan pakan oleh ikan berarti semakin baik mutu pada pakan
tersebut dan berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, pakan yang tidak ditambah
papain atau pada perlakuan dosis papain 0%, tidak adanya enzim proteolitik yang
dapat membantu pemecahan protein menjadi lebih sederhana pada pakan,
sehingga energi dalam pakan tidak semuanya dapat terserap dan diedarkan ke
seluruh tubuh ikan. Hal ini diperkuat oleh Haslaniza et al. (2010) menyatakan
bahwa semakin meningkatnya konsentrasi enzim proteolitik dalam proses
hidrolisis dapat menyebabkan peningkatan kandungan nitrogen terlarut dalam
hidrolisat protein ikan dan dapat mempercepat pertumbuhan ikan tersebut.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan enzim papain pada
pakan buatan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai efisiensi pakan
pada ikan dewa. Dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan menunjukan
bahwa terdapat perbedaan nyata pada perlakuan E terhadap perlakuan A, B, dan
D, sedangkan pada perlakuan E tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C. Hal ini
diduga bahwa kebutuhan papain pada dosis 4% (maksimum) dan dosis 2%
(optimum) mampu meningkatkan kecernaan pakan dibandingkan dengan
perlakuan A (0%), B (1%), dan D (4%). Hasil ini sesuai dengan pendapat Gunadi
et al., (2010) bahwa salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai
tingkat efisiensi pakan yang diberikan kepada ikan adalah kecernaan pakan,
dengan maksud semakin besar nilai kecernaan pada suatu pakan maka semakin
banyak nutrien pakan yang dimanfaatkan ikan tersebut. Tingkat reaksi berbanding
lurus dengan konsentrasi enzim. Meningkatnya tingkat reaksi seiring dengan
peningkatan konsentrasi enzim, karena sisi akif enzim terdapat lebih banyak yang
tersedia dan reaksi akan terus berlanjut hingga kompleks – enzim substrat tidak
ada lagi yang dapat terbentuk (Ravindran, 2013).
Nilai efisiensi pakan optimum pada penelitian ini adalah 85,72±3,2%.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian Muchlisin et al.,
(2016) pada ikan keureling yaitu sebesar 53,44 ± 2,05% dan penelitian Amalia et
al., 2013) pada ikan lele dumbo yaitu sebesar 62,83±3,48% tetapi lebih rendah
dari penelitian Rachmawati et al., (2015) pada ikan lele sangkuriang yaitu sebesar
27
135,33±19,25%. Hal ini diduga karena penggunaan jenis ikan yang berbeda,
sehingga fungsi fisiologis seperti usus mungkin sudah berfungsi dengan baik dan
kandungan endoenzim dari ikan telah tersedia (Tengjaroenkul et al., 2002).
Nilai efisiensi pakan (Gambar 7.) dan nilai rasio konversi pakan (Gambar
6.) pada benih ikan dewa (Tor soro) di penelitian ini memperlihatkan hasil yang
berbanding terbalik namun berarti baik. Menurut Muchlisin et al., (2016) apabila
tingginya nilai efisiensi pakan dan rendahnya rasio konversi pakan menunjukkan
bahwa penerapan enzim papain yang ditambah ke dalam pakan berhasil
meningkatkan pemanfaatan pakan untuk budidaya ikan.
22,50 ± 2,4a
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis papain
Gambar 8. Nilai retensi protein benih ikan dewa setiap dosis papain
Retensi protein pada ikan dewa selama 40 hari pemeliharaan memiliki
nilai tertinggi pada perlakuan E sebesar 30,9±3,4% dan nilai terendah pada
perlakuan A sebesar 22,5±2,4%. Nilai retensi protein pada perlakuan C
menunjukkan bahwa penambahan enzim papain dengan dosis 2% pada pakan
28
buatan merupakan nilai yang optimum untuk meretensi protein dari pakan
menjadi protein dalam tubuh ikan dewa sehingga meningkatkan pertumbuhan dan
penggunaan enzim papain yang lebih efisien. Enzim dari luar tubuh ikan atau
enzim eksogen dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan, sehingga mengurangi
ekskresi nutrisi ke lingkungan dan pada akhirnya terentensi kedalam tubuh untuk
meningkatkan pertumbuhan pada ikan (Khati et al., 2015).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan enzim papain pada
pakan buatan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap retensi protein pada
ikan dewa. Dilanjutkan uji wilayah ganda Duncan menunjukkan bahwa tidak
adanya perbedaan nyata pada perlakuan C terhadap perlakuan B, D dan E namun
berbeda nyata terhadap perlakuan A. Hal ini diduga karena ikan dewa yang diberi
pakan dengan tambahan enzim papain yang optimum dan mampu mengubah
protein dalam pakan menjadi protein untuk disimpan di dalam tubuh,
dibandingkan dengan ikan dewa yang diberi pakan tanpa penambahan enzim
papain. Nilai retensi protein tertinggi dalam penelitian ini berbanding lurus
dengan nilai laju pertumbuhan spesifik, bobot mutlak, dan tingkat efisiensi pakan.
Kandungan protein yang optimal di dalam pakan akan menghasilkan pertumbuhan
yang maksimal bagi hewan (ikan) yang mengkonsumsinya. Pakan yang
dikonsumsi ikan dalam jumlah banyak dan penggunaan pakan secara efisien maka
akan semakin banyak protein yang teretensi kedalam tubuh, dan dapat
meningkatkan pertumbuhan (Subandiyono et al., 2017). Menurut Nur (2011)
salah satu aspek yang berperan penting dalam kelangsungan usaha budidaya
adalah dari pakan. Protein pada pakan sebagai sumber energi utama bagi ikan.
Nilai retensi protein meningkat seiring dengan peningkatan kadar protein
dalam pakan, retensi protein juga terjadi pada ikan jenis lain yaitu penelitian ikan
gabus oleh Maulidin et al., (2016) dengan penambahan enzim papain sebanyak
3% dapat meningkatkan kualitas daging pada ikan gabus. Nilai retensi protein
optimum pada penelitian ini adalah 27,40 ± 1,4%. Penelitian ini menunjukkan
hasil yang tidak berbeda jauh dari penelitian ikan gabus oleh Maulidin et al.,
(2016) yaitu sebesar 30,72±0,45% pada dosis enzim papain 3%. Namun pada
penelitian ikan labeo oleh Khati et al., (2015) mendapat hasil yang optimum
sebesar 26,98%. Nilai retensi protein tinggi karena kecernaan protein yang tinggi,
29
mungkin karena kehadiran enzim papain (kelompok enzim protease) dengan dosis
yang sesuai pada masing-masing jenis ikan, hal ini menyebabkan hidrolisis
protein menjadi asam amino dapat terjadi secara optimal (Muchlisin et al., 2016).
4.6. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup merupakan jumlah ikan yang bertahan hingga akhir
penelitian dengan berbagai perlakuan yang dilakukan. Nilai kelangsungan hidup
pada penelitian benih ikan dewa menunjukkan hasil yang signifikan (Gambar 9.).
100
93,00 ± 2,5a 93,00 ± 2,5a
92,00±2,5a 92,00 ± 2,5a
Kelangsungan Hidup (%)
90,00 ± 0,0a
90
80
70
A (0%) B (1%) C (2%) D (3%) E (4%)
Dosis papain
Gambar 9. Nilai kelangsungan hidup benih ikan dewa setiap dosis papain
Hasil analisis ragam parameter kelangsungan hidup pada ikan dewa selama
40 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa penambahan enzim papain pada pakan
buatan tidak berpengaruh nyata (P<0,05) antar perlakuan pada pakan yang
ditambahkan dengan enzim papain dan dengan pakan yang tidak ditambahkan
dengan enzim papain pada kelangsungan hidup ikan dewa. Kelangsungan hidup
dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri dari umurndan
kemampuan ikanndalam menyesuaikanndiri dengan lingkungannya. Faktor
abiotik antara lain ketersediaannmakanan dan kualitasmmedia hidup atau kualitas
air (Siregar & Adelina, 2012). Sejalan dengan pendapat Panggabean et al., (2016)
kualitas air faktor utama menentukan presentase kelulusan hidup ikannbudidaya
karena air merupakanmmedia utama bagi kehidupanmikan.
Nilai kelangsungan hidup tertinggi pada penelitian ini adalah 93,33±2,36%.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian Amalia et al.,
30
(2013) pada ikan lele Dumbo yaitu sebesar 91,67±7,64% dan penelitian
Subandiyono et al., (2017) pada ikan gurame yaitu sebesar 83,33±5,77% tapi
menunjukkan hasil yang lebih rendah dari penelitian (Sari, Subandiyono, &
Hastuti, 2013) pada ikan nila Larasati yaitu sebesar 95,00±4,30%, penelitian
Taqwdasbriliani et al., (2013) pada ikan kerapu macan yaitu sebesar 100,0±0,0%
dan penelitian Maulidin et al., (2016) yaitu sebesar 100,0±0,0%. Untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan
digunakan pakan yang mempunyai nutrisi yang baik. Tingkat kelangsungan hidup
ikan dipengaruhi oleh manajemennbudidaya yang baikaantara lain padat tebar,
kualitas pakan, parasite atauppenyakit dankkualitas air (Arief et al., 2011).
Suhu (°C) 25,1 – 26,7 25,2 – 26,5 25,1 – 26-5 25,3 – 26,7 25,2 – 26,6
pH 6,86 – 7,65 6,99 – 7,85 6,98 – 7,85 6,84 – 7,73 6,62 – 7,82
DO 6,71 – 7,62 6,98 – 7,57 6,25 – 7,61 5,71 – 7,10 6,86 – 7,53
Nitrit 0,01 – 0,02 0,01 – 0,04 0,01 – 0,05 0,01 – 0,1 0,01 – 0,02
(ppm)
Nitrat 0,03 – 0,85 0,15 – 1,65 0,07 – 1,55 0,05 – 1,24 0,04 – 0,88
(ppm)
Amonia 0,0007-0,01 0,003-0,006 0,003-0,01 0,003-0,07 0,001-0,004
(ppm)
Secara umum nilai kualitas air (Tabel 3.) yang didapatkan masih dalam batas
normal untuk proses pertumbuhan dan sintasan pada ikan genus Tor (Subagja &
Radona, 2017; Radona, et al., 2016; Radona et al., 2015). Namun hasil pada
perlakuan D (dosis 3%) terlihat sedikit berbeda pada ammonia dan nitrit yang
31
diatas batas normal. Nilai kualitas air untuk budidaya ikan air tawar menurut Baku
Mutu PP No. 82 Tahun 2001 yaitu amonia yang baik untuk budidaya ikan adalah
kurang dari 0,02 mg/L dan nitrit yang baik yaitu kurang dari 0,06 mg/L. Perlakuan
D dengan hasil yang melebihi baku mutu tersebut hanya saat pengecekan 10 hari
kedua, setelah itu dalam batas normal lagi. Hal ini diduga karena feses yang
berlebih dalam kurun waktu 10 hari dari perlakuan lain sehingga terjadi perubahan
fisik dan kimia pada perairan dan mengubah kualitas air. Ikan memiliki beberapa
mekanisme untuk mentoleransi kelebihan amonia dan mengurangi toksisitas
amonia termasuk ekskresinya (Cheng et al., 2015). Menurut (Juliyanti, Salamah,
& Muliani, 2016) kadar amoniak (NH3) yang terdapat dalam perairan umumya
adalah hasil metabolisme ikan berupa kotoran padat (feses) dan terlarut (urin).
Papain tersendiri merupakan enzim pemacu pertumbuhan yang ramah lingkungan
dan tidak mengalami penurunan kualitas efek pada lingkungan akuatik. Dengan
demikian dapat digunakan dalam aquafeed untuk meningkatkan kecernaan nutrisi
sebagai tambahan meningkatkan status kesehatan budidaya perairan organisme
(Khati et al., 2015).
Berdasarkan hasil analisis dari berbagai parameter seperti laju pertumbuhan
spesifik, bobot mutlak, rasio konversi pakan, efisiensi pakan, dan retensi protein
maka dosis 2% penambahan papain pada pakan merupakan dosis yang optimum
untuk pertumbuhan dan penggunaan enzim papain yang lebih efisien. Dosis 2%
ini menghasilkan perbedaan nyata dengan nilai kontrol tetapi tidak berbeda
dengan nilai maksimum (dosis 4%) dan bila dilihat dari grafik dosis ini telah
berpengaruh terhadap pertumbuhan yang meningkat dan juga lebih efisien secara
ekonomis untuk budidaya.
32
BAB V
5.1. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini bahwa enzim papain mampu meningkatkan
pertumbuhan benih ikan dewa (Tor soro). Dosis yang optimum pada penelitian ini
adalah dosis penambahan enzim papain sebanyak 2% ke dalam pakan.
5.2. Saran
Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan parameter lain
yakni daya cerna, retensi lemak dan retensi energi guna menunjang informasi
pengaruh penambahan enzim papain pada pakan terhadap ikan dewa.
33
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, T., Rachmawati, D., & Samidjan, I. (2015). Pengaruh papain pada pakan
buatan terhadap pertumbuhan ikan patin (Pangasius hypopthalmus). Journal
of Aquaculture Management and Technology, 4(1), 47–53. Retrieved from
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt
Arief, M., Manan, A., & Pradana, C. A. (2016). Penambahan papain pada pakan
komersial terhadap laju pertumbuhan, rasio konversi pakan dan
kelulushidupan ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan, 8(2), 67. https://doi.org/10.20473/jipk.v8i2.11179
Arief, M., Pertiwi, D. K., & Cahyoko, Y. (2011). Pengaruh pemberian pakan
buatan, pakan alami, dan kombinasinya terhadap pertumbuhan, rasio
konservasi pakan dan tingkat kelulushidupan ikan sidat (Anguilla bicolor).
Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 3(1), 61–66.
Asih, S., & Setijaningsih, L. (2011). Keberhasilan pembenihan ikan lokal Torsoro
(Tor soro) koleksi dari Sumatera Utara ( Aek Sirambe , Tarutung dan
Bahorok) sebagai upaya konservasi ikan lokal. Prosiding Forum Nasional
Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 1–7.
Cheng, C.-H., Yang, F.-F., Ling, R.-Z., Liao, S.-A., Miao, Y.-T., Ye, C.-X., &
Wang, A.-L. (2015). Effects of ammonia exposure on apoptosis, oxidative
stress and immune response in pufferfish (Takifugu obscurus). Aquatic
Toxicology, 164, 61–71. https://doi.org/10.1145/3132847.3132886
Crab, R., Avnimelech, Y., Defoirdt, T., Bossier, P., & Verstraete, W. (2007).
Nitrogen removal techniques in aquaculture for a sustainable production.
Aquaculture, 270(1–4), 1–14.
https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2007.05.006
Farastuti, E. R., Sudrajat, A. O., & Gustiano, R. (2014). Induksi ovulasi dan
pemijahan ikan soro (Tor soro) menggunakan kombinasi hormon. Limnotek,
21(1), 87–94.
Gunadi, B., Febrianti, R., & Lamanto. (2010). Keragaan Kecernaan Pakan
Tenggelam dan Terapung untuk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
dengan dan tanpa Aerasi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 7.
Harahap, A. F., Rostika, R., Untung, M., Agung, K., & Padjadjaran, U. (2019).
Pemanfaatan Simplisia Pepaya Pada Ikan Rucah untuk Pakan Kerapu
Cantang ( Epinephelus Fuscoguttatus-Lanceolatus ) di Keramba Jaring
Apung Pesisir Pangandaran. X(2), 56–64.
Haryono, Agus H.T, Jojo S., Asih S., G. W. (2010). Teknik Budidaya Ikan
Tambra. Bogor: LIPI.
Hidayat, D., Dwi Sasanti, A., & . Y. (2013). Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan
Dan Efisiensi Pakan Ikan Gabus (Channa Striata) Yang Diberi Pakan
Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea Sp). Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia, 1(2), 161–172.
Irawati, D., & Rachmawati, D. (2015). Performa Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Melalui Penambahan Enzim Papain
dalam Pakan Buatan. 4, 1–9.
Juliyanti, V., Salamah, & Muliani. (2016). Pengaruh penggunaan probiotik pada
media pemeliharaan terhadap benih maskoki (Carassius auratus) pada umur
yang berbeda. Acta Aquatica, 3(2), 66–74.
Khati, A., Danish, M., S Mehta, K., & Pandey, N. N. (2015). Estimation of
growth parameters in fingerlings of Labeo rohita (Hamilton, 1822) fed with
exogenous nutrizyme in Tarai region of Uttarakhand, India. African Journal
of Agricultural Research, 10(30), 3000–3007.
https://doi.org/10.5897/ajar2015.9729
Miskiyah, Usmiati, S., & Mulyorini. (2011). Pengaruh enzim proteolitik dengan
bakteri asam laktat probiotik terhadap karakteristik dadih susu sapi. Jitv,
16(4), 304–311.
Muchlisin, Zainal A., Batubara, A. S., Siti-Azizah, M. N., Adlim, M., Hendri, A.,
Fadli, N., … Sugianto, S. (2015). Feeding habit and length weight
relationship of keureling fish, Tor tambra Valenciennes, 1842 (Cyprinidae)
from the western region of Aceh Province, Indonesia. Biodiversitas, 16(1),
89–94. https://doi.org/10.13057/biodiv/d160112
Muchlisin, Zainal Abidin, Afrido, F., Murda, T., Fadli, N., Muhammadar, A. A.,
Jalil, Z., & Yulvizar, C. (2016). The Effectiveness of Experimental Diet with
Varying Levels of Papain on The Growth Performance, Survival Rate and
Feed Utilization of Keureling Fish (Tor tambra). Biosaintifika: Journal of
Biology & Biology Education, 8(2), 172.
https://doi.org/10.15294/biosaintifika.v8i2.5777
Nawir, F., Utomo, N. B. P., & Budiardi, T. (2015). Pertumbuhan ikan sidat yang
diberi kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda The growth of eel
fed with different protein level and protein-energy ratio. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 14(2), 128–134.
Panggabean, T. K., Sasanti, Ade, D., & Yulisman. (2016). Kualitas Air,
Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, Dan Efisiensi Pakan Ikan Nila Yang
Diberi Pupuk Hayati Cair Pada Air Media Pemeliharaan. Jurnal Akuakultur
Rawa Indonesia, 4(1), 67–79.
Poliana, J., & Mac, C. (2007). Industrial enzymes: structure, function, and
applications. Dordrecht: Springer.
Putra, W. K. A., Suhaili, S., & Yulianto, T. (2020). Efisiensi dan Rasio Konversi
Pakan Ikan dengan berbagai Dosis Papain pada Kerapu Cantang (E.
fuscoguttatus >< E. lanceolatus). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah
36
Radona, D., Subagja, J., & Arifin, O. Z. (2015). Performa reproduksi induk dan
pertumbuhan benih ikan tor hasil persilangan (Tor soro dan Tor douronensis)
secara Respirokal. Jurnal Riset Akuakultur, 10(3), 335–343.
Radona, D., Subagja, J., Kusmini, I. I., & Gustiano, R. (2016). Nilai Heterosis dan
Peranan Induk Pada Karakter Pertumbuhan Hasil Persilangan Interspesifik
Tor soro dan Tor douronensis. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati, 15(2), 107–206.
Retrieved from https://www.neliti.com/id/publications/67918/nilai-heterosis-
dan-peranan-induk-pada-karakter-pertumbuhan-hasil-persilangan-
in%0Ahttps://media.neliti.com/media/publications/67918-ID-none.pdf
Sanjayasari, D., & Kasprijo. (2010). Estimasi Nisbah Protein-Energi Pakan Ikan
Senggaringan (Mystus nigriceps) Dasar Nutrisi Untuk Keberhasilan
Domestikasi. 2, 89–97.
Sari, winda A. P., Subandiyono, & Hastuti, S. (2013). Pemberian Enzim Papain
Untuk Meningkatkan Pemanfaatan Protein Pakan Dan Pertumbuhan Benih
Ikan Nila Larasati (Oreochromis niloticus Var.). Journal of Aquaculture
Management and Technology, 2(1), 1–12.
Sikder, M. T., Yasuda, M., Yustiawati, Syawal, S. M., Saito, T., Tanaka, S., &
Kurasaki, M. (2012). Comparative Assessment on Water Quality in the
Major Rivers of Dhaka and West Java. International Journal of
Environmental Protection, 2(4), 8–13. Retrieved from www.ij-ep.org
Subagja, J., & Radona, D. (2017). Produktivitas Pascalarva Ikan Semah Tor
douronensis (Valenciennes, 1842) Pada Lingkungan Ex Situ dengan Padat
Tebar Berbeda. Jurnal Riset Akuakultur, 12(1), 41–48.
https://doi.org/10.15578/jra.12.1.2017.41-48
Subagja, J., Sulhi, M., Asih, S., & Haryono, H. (2009). Aspek Ekologi Ikan
Kancera (Tor Soro) Kuningan Dan Pematangan Gonad Melalui Implantasi
Hormon Gonadotropin (HCG). Jurnal Biologi Indonesia, 5(3), 259–267.
https://doi.org/10.14203/jbi.v5i3.3181
Subandiyono, Mareta, R. E., & Hastuti, S. (2017). Pengaruh Enzim Papain dan
Probiotik dalam Pakan Terhadap Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan
Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Sains Akuakultur
Tropis Departemen Akuakultur, 1, 21–30.
Sulmartiwi, L., & Suprapto, H. (2012). Fisiologi Hewan Air. Buku Ajar.
Susanto, H., Taqwa, F. H., & Yulisman. (2014). Pengaruh Lama Waktu Pingsan
Saat Pengangkutan Dengan Sistem Kering Terhadap Kelulusan Hidup Benih
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Urnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(2),
202–214.
Taqwdasbriliani, E. B., Hutabarat, J., Arini, E., Studi, P., Perairan, B., Perikanan,
J., … Soedarto Tembalang-Semarang, J. (2013). The effect of combination
papain enzyme and bromelain enzyme on the feed utilization and growth rate
of the grouper (Epinephelus fuscogutattus). Journal of Aquaculture
Management and Technology, 2(3), 76–85. Retrieved from http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
Umar, M. T., Salam, R., & Omar, S. B. A. (2012). Kajian pertumbuhan ikan
bonti-bonti (Paratherina striata Aurich, 1935) di Danau Towuti, Sulawesi
Selatan. Seminar Nasional Ikan, 1–9.
Wardhani. (2011). Optimasi Komposisi Bahan Pakan pada Ikan Air Tawar
menggunakan metode multi-objective genetic algorithm. Dalam Seminar
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, 2011(Snati), pp.112-117.
LAMPIRAN
38
39
Lampiran 4. Hasil uji proksimat benih ikan dewa sebelum diberi perlakuan
Lampiran 5. Hasil uji proksimat benih ikan dewa setelah diberi perlakuan
Sampel Ulangan
Kering 105°C
Kadar Air (%)
Protein (%) Lemak (%)
1x 80.23 58.53 28.34
Ikan Dewa 2x 58.75 28.11
Perlakuan A
3x 58.34 28.01
1x 79.78 59.89 30.13
Ikan Dewa 2x 59.54 30.75
Perlakuan B
3x 59.47 30.31
1x 80.11 58.34 27.49
Ikan Dewa 2x 58.61 27.86
Perlakuan C
3x 58.79 28.11
1x 80.01 58.34 28.45
Ikan Dewa 2x 58.97 28.09
Perlakuan D
3x 59.04 28.53
1x 79.56 58.56 28.32
Ikan Dewa 2x 59.11 28.79
Perlakuan E
3x 58.82 28.34
42
2. Plotting
ikan dewa
3. Pengecekan
kualitas air
4. Pemanenan
5, Pengujian
proksimat