SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Menyetujui
Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kelimpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis diberikan kemudahan
dalam menyusun hasil penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana sains pada Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian berjudul
“Sampah Mikroplastik Pada Saluran Pencernaan Ikan Kerapu Genus
Epinephelus di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu”.
Penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak atas segala
bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun
hasil penelitian ini. Ucapan terimakasih terutama ditujukan kepada:
1. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin
pelaksanaan penelitian.
2. Dr. Priyanti, M.Si dan Narti Fitriana, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu adiministrasi untuk penelitian
dan skripsi.
3. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud selaku pembimbing 1 yang
telah membimbing saya dalam menyusun skripsi.
4. Mardiansyah, M.Si selaku pembimbing 2 yang telah membimbing saya
dalam menyusun skripsi.
5. Orang tua penulis yang telah memberikan izin, dukungan materi dan moril,
serta mendoakan sampai saat ini.
6. Keluarga Besar MBC Nudibranch Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mengarahkan penulis dalam penjurusan
bidang biologi kelautan khususnya dalam peminatan terhadap ikan karang
sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.
vi
7. Teman-teman Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 yang telah memberikan banyak
dukungan moril kepada penulis.
8. Nindya Octora Saragih yang telah membantu dalam berjalannya penelitian
ini, dan memberikan dukungan moril terhadap penulis.
Demikian hasil penelitian ini disusun, semoga bermanfaat bagi para
pembaca dalam menambah ilmu dan pengetahuan.
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................4
1.5. Kerangka Berfikir ....................................................................................5
x
4.5. Bioaccumulation Factor (BAF) Mikroplastik .......................................30
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................41
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian .................................................................5
Gambar 2. Susunan polimer plastik ........................................................................7
Gambar 3. Marine Debris .......................................................................................8
Gambar 4. Contoh jenis ikan kerapu genus Epinephelus ......................................13
Gambar 5. Peta lokasi penelitian ...........................................................................15
Gambar 6. Grafik jumlah tiap jenis mikroplastik pada saluran pencernaan empat
jenis ikan kerapu genus Epinephelus ..................................................23
Gambar 7. Diagram persentase jumlah tiap jenis mikroplastik pada saluran
pencernaan ikan kerapu genus Epinephelus ........................................24
Gambar 8. Mikroplastik yang ditemukan di saluran pencernaan ikan kerapu genus
Epinephelus .........................................................................................25
Gambar 9. Regresi liner antara jumlah mikroplastik dengan panjang total ikan
kerapu genus Epinephelus ...................................................................27
Gambar 10. Grafik Jumlah Rata-Rata Mikroplastik pada Sedimen di 3 lokasi .....29
Gambar 11. Grafik nilai BAF pada masing-masing individu ikan kerapu genus
Epinephelus .........................................................................................30
Gambar 12. Grafik rata-rata nilai BAF pada masing-masing jenis ikan kerapu
genus Epinephelus ...............................................................................32
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jumlah mikroplastik pada pencernaan ikan kerapu .................................20
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan penelitian.......................................................41
Lampiran 2. Data individu ikan kerapu..................................................................42
Lampiran 3. Hasil regresi linier antara ukuran tubuh dengan jumlah mikroplastik
ikan kerapu genus Epinephelus.........................................................44
Lampiran 4. Data mikroplastik sedimen ................................................................46
Lampiran 5. Hasil One Sample T-test jumlah rata-rata mikroplastik di sedimen ..46
Lampiran 6. Perhitungan nilai BAF .......................................................................47
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Laut Habitat
Sampah
Plastik Sedimen
Makroplastik Bioakumulasi
Predator
Sampah Mikroplastik pada
Saluran Pencernaan Ikan
Kerapu Genus Epinephelus di Biomagnifikasi
Pulau Pramuka, Kepulauan
Seribu
Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian. (--- : batasan penelitian)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Plastik
Plastik secara sederhana didefinisikan sebagai material polimer yang dapat
dicetak atau dietruksi menjadi bentuk yang diinginkan dan yang mengeras setelah
didinginkan atau pelarutnya diuapkan (Oxtoby et al., 2003). Plastik yang umum
digunakan saat ini merupakan polimer sintetik dari bahan baku minyak yang
terbatas jumlahnya dan tidak dapat diperbaharui (Gambar 2). Syarief et al., (1989)
membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu,
yaitu:
1. Termoplastik: merupakan jenis plastik yang dapat meleleh pada suhu tertentu,
melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik
(reversibel) kepada sifat aslinya. Proses pemanasan akan membuat plastik ini
kembali mengeras bila didinginkan. Jenis plastik thermoplast antara lain: PE,
PP, PS, ABS, SAN, nylon, PET, BPT, Polyacetal (POM), PC dan lain-lain.
2. Termoset: tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Plastik
thermoset adalah plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak
dapat dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga
dimensi. Jenis plastik ini tidak dapat dilunakkan kembali, setelah proses
pengerasan. Proses pemanasan yang tinggi akan membentuk arang dan terurai
pada jenis plastik ini. Jenis-jenis plastik termoset antara lain: PU (Poly
Urethene), UF (Urea Formaldehyde), MF (Melamine Formaldehyde),
polyester, epoksi dan lain-lain.
Ada berbagai macam jenis platik. Plastik yang digunakan untuk membuat
botol air mineral tentu berbeda dengan plastik untuk membuat mangkuk, sedotan,
kursi, dan pipa. Untuk mengetahui jenis plastik yang digunakan sebagai material
dasar sebuah produk kita bisa melihat pada symbol yang dicetak pada plastik.
Simbol ini berupa sebuah angka (dari 1-7) dalam rangkaian tanda panah yang
membentuk segitiga, biasanya dicetak dibagian bawah benda plastik. Setiap
6
7
keanekaragaman hayati (Gall & Thompson, 2015). Marine debris secara estetika
merugikan, bahaya bagi pelayaran komersial dan kapal penangkap ikan, dapat
memfasilitasi transportasi kontaminan organik dan anorganik dan berbahaya bagi
organisme laut dan berpotensi juga manusia (GESAMP, 2015). Tiga perempat
dari Marine debris adalah plastik, yang mencemari habitat dari kutub ke ekuator
dan dari garis pantai ke laut dalam (Lippiat, et al., 2013). Marine debris merusak
ekonomi, satwa liar, dan lingkungan sehingga dibutuhkan kesepakatan universal
untuk mengatasinya (NOAA, 2016).
A B
َ ْت أ َ ي ْ دِ ي ال ن َّ ا س ِ ل ِ ي ُ ذِ ي ق َ ه ُ ْم ب َ ع
َ ض ا ل َّ ذِ ي
ع ِم ل ُ وا ْ َ ظ َ ه َ َر ا ل ْ ف َ سَ ا دُ ف ِ ي ا ل ْ ب َ ِّر َو ا ل ْ ب َ ْح ر ِ ب ِ َم ا كَ سَ ب
) 14 ( ل َ ع َ ل َّ ه ُ ْم ي َ ْر ِج ع ُ و َن
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
12
Rusaknya lingkungan akibat mikroplastik yang terjadi oleh ulah manusia telah
tersurat pada ayat diatas. Pencemaran mikroplastik di lingkungan bertentangan
dengan ajaran islam yang mengajarkan untuk selalu menjaga lingkungan, karena
lingkungan merupakan penunjang kehidupan semua makhluk hidup. Dalam Al-
Qur’an dijelaskan bagaimana manusia harus menjaga lingkungan pada surat Al-
A’raf ayat 56:
ٌ َّللا ِ ق َ ر ِ ي
ب ِم َن َّ ت ْ ِ اْل َ ْر ض ِ ب َ ع ْ دَ إ
َ ص ََل ِح ه َ ا َو ا دْ عُ و ه ُ َخ ْو ف ً ا َو ط َ َم ع ً ا ۚ إ ِ َّن َر ْح َم ْ س دُوا ف ِ يِ ْ َو ََل ت ُ ف
ِ ا ل ْ ُم ْح
س ن ِ ي َن
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT menegaskan kepada umat manusia
agar tidak membuat kerusakan di muka bumi salah satunya dengan menjaga
lingkungan. Segala hal yang diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi harus
dipergunakan dengan sebagaimana mestinya dan penuh tanggung jawab.
2.5. Ikan Kerapu
Kerapu atau Grouper adalah ikan dari famili Serranidae dengan subfamili
Epinephelinae (Tabel 2). Ikan kerapu terdapat 159 spesies di dunia, 49 spesies di
Asia Tenggara dan terdapat 39 spesies di Indonesia. Ikan kerapu tersebar di
wilayah perairan laut tropis dan subtropis dunia (Allen et al., 2003). Sebagian
besar ikan kerapu hidup berasosiasi dengan terumbu karang di daerah dangkal,
dan beberapa tinggal di kawasan estuaria dan berbatu, berpasir dan berlumpur.
Juvenile ikan kerapu banyak ditemukan diwilayah padang lamun dan perairan laut
dangkal dekat dengan tumbuhan mangrove sebagai tempat perlindungan
(FishBase, 2019). Klasifikasi ikan kerapu yaitu, Kingdom : Animalia; Filum :
Chordata; Kelas : Actinopterygii; Ordo : Perciformes; Famili : Serranidae;
Subfamili : Epinephelinae; Genus : Epinephelus.
13
A B
sendiri. Proses tersebut berjalan sangat kompleks, dimulai dari jatuhnya hujan
yang menghasilkan energi kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi.
Begitu tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding bersama aliran, sebagian
akan tertinggal di atas tanah sedangkan bagian lainnya masuk ke sungai terbawa
aliran menjadi angkutan sedimen (Soewarno, 1991). Kecepatan sedimentasi
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik itu sendiri, dan kandungan mineral
yang tinggi dapat mempercepat proses sedimentasi (Emerson & Hedges, 2008).
2.7. Bioaccumulation Factor
Bioaccumulation merupakan proses dimana kandungan bahan kimia diserap
oleh organisme dari lingkungan sekitar seperti melalui sistem pernafasan dan
permukaan kulit, serta termasuk makanan. Bioaccumulation merupakan hasil
bersih dari tingkat penyerapan bahan kimia kedalam organisme seperti, bahan
kimia di permukaan organ pernapasan (misalkan insang pada ikan), eliminasi
bahan kimia termasuk pertukaran gas di pernapasan, pembuangan sisa
pencernaan, biotransforasi metabolik senyawa induk, dan sistem pertumbuhan.
Tingkat Bioaccumulation dinyatakan dalam Bioaccumulation Factor (BAF)
(Arnot & Gobas, 2006).
Proses serapan dan eliminasi bahan kimia yang bersaingan akan
menghasilkan bioakumulasi yang direpresentasikan secara matematis dengan
model dua kompartemen, dimana organisme sebagai kompartemen tunggal
dimana bahan kimia sebagai campuran homogenitas. BAF dapat dihitung sebagai
rasio dari konsentrasi bahan kimia di organisme dan bahan kimia di lingkungan
sekitar ataupun makanan, dengan persamaan rumus:
15
16
glass, pipet tetes, cawan petri, oven, kamera, dan mikroskop cahaya. Bahan yang
digunakan untuk penelitian ini adalah Aquadest, HNO3 68%, H2O2 6-10 %,
larutan garam jenuh, alkohol 96%, sedimen, dan ikan kerapu yang didapatkan.
3.3. Prosedur Penelitian
Prosedur kerja dilakukan dengan 3 tahapan pada masing-masing sampel
yaitu, (1) Pengambilan sampel ikan kerapu genus Epinephelus dan sedimen; (2)
Preparasi dan isolasi sampel mikroplastik pada isi saluran pencernaan ikan kerapu
genus Epinephelus dan sedimen; (3) Pengamatan sampel mikroplastik hasil
preparasi dan isolasi dari sampel isi salauran pencernaan ikan kerapu genus
Epinephelus dan sedimen.
3.3.1. Pengambilan Sampel
3.3.1.1.Ikan Kerapu
Tahap pertama pengambilan sampel ikan kerapu perlu dilakukan survey
lokasi untuk mengetahui dimana sampel ikan kerapu didapatkan. Penentuan titik
lokasi pengambilan sampel ikan kerapu di ambil dengan metode purposive
sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian
dan keberadaan sampel. Lokasi penangkapan ikan ikerapu diperoleh dari
informasi yang diberikan masyarakat melalui wawancara. Sampel ikan kerapu
genus Epinephelus berasal hasil tangkapan nelayan ataupun warga sekitar Pulau
Pramuka. Selain itu, sampel diperoleh dengan menangkap di 3 titik yaitu di
Dermaga Pulau Pramuka, Gosong Pulau Pramuka, dan Wilayah Timur Pulau
Pramuka menggunakan SCUBA diving dan speargun di kedalaman 5-20 m.
Sampel ikan diambil dalam kurun waktu 4 bulan yaitu, bulan Oktober 2019-
Januari 2020. Sampel ikan kerapu yang didapatkan diidentifikasi berdasarkan
Allen et al. (2003) dan website FishBase. Identifikasi ikan berdasarkan bentuk
tubuh, warna dasar tubuh, ciri-ciri tanda spesifik seperti garis dan spot, serta
anatomi ikan. Panjang total (TL) ikan kerapu kemudian diukur dengan
menggunakan penggaris dari mulai moncong ikan sampai ujung ekor, untuk
dianalisis menggunakan regresi linier dengan jumlah mikroplastik pada saluran
pencernaan. Sampel ikan kerapu disimpan didalam cooling box yang sudah berisi
es dengan kisaran suhu 10-20 °C agar sampel tetap segar untuk proses preparasi.
17
3.3.1.2.Sedimen
Titik sedimen diambil berada di dasar perairan sampel ikan kerapu di
dapatkan yaitu di Dermaga Pulau Pramuka, Gosong Pulau Pramuka, dan Wilayah
Timur Pulau Pramuka. Sampel diambil pada 2 kedalaman yaitu 5 dan 10 m, dan
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali pada masing-masing wilayah yang sudah
ditentukan. Sedimen diambil secara SCUBA Diving dan snorkeling dengan sekop
kemudian dimasukkan kedalam plastik sampel. Sampel sedimen diambil sebanyak
1 kg pada tiap titik ikan kerapu didapatkan dan dimasukkan ke dalam plastik
sampel (Hildago-Ruz et al., 2012). Sampel sedimen yang telah diambil kemudian
disimpan untuk proses preparasi dan pengamatan di laboratorium.
3.3.2. Preparasi Sampel
3.3.2.1.Ikan Kerapu
Sampel ikan kerapu yang diperoleh dari lokasi penelitian dibedah untuk
diambil organ pencernaan dengan menggunakan alat bedah. Pembedahan dimulai
dengan menggunting dari anus hingga ke bagian anterior sampai pada bukaan
insang. Organ pencernaan ikan diambil dari bagian lambung hingga usus dan
dipisahkan dari bagian lain yang tidak diperlukan. Organ pencernaan ikan kerapu
yang telah diambil kemudian dipisahkan isinya dan kemudian ditimbang dengan
timbangan digital.
Preparasi sampel berdasarkan Lusher et al., (2016) menggunakan larutan
HNO3 untuk menghancurkan bahan organik yang terkandung pada sampel.
Preparasi sampel dibagi menjadi 3 tahap yaitu: (a) peleburan bahan organik; (b)
isolasi mikroplastik; (c) pengamatan visual mikroplastik. Peleburan bahan organik
menggunakan larutan HNO3 dengan konsentrasi 68%, dan kemudian dimasukkan
ke dalam gelas beaker bersama dengan isi pencernaan ikan kerapu dengan
perbandingan 1 gram sampel dengan 5 ml larutan HNO3. Campuran larutan HNO3
dengan isi pencernaan ikan kerapu dipanaskan pada suhu 60 °C dengan hotplate
di dalam lemari asam selama 10 menit. Isolasi mikroplastik dilakukan dengan
penambahan larutan garam jenuh dengan perbandingan 1:1 dengan larutan HNO3.
Campuran dipanaskan kembali selama 10 menit dengan suhu 60 °C. Campuran di
diamkan selama 24 jam dan kemudian dipisahkan bagian permukaannya untuk
18
Data mikroplastik pada saluran pencernaan ikan kerapu dan pada sedimen
dianalisis menggunakan Bioaccumulation Factor (BAF) (Arnot & Gobas, 2006).
Analisis BAF digunakan untuk mengestimasi serapan mikroplastik pada sedimen
ke saluran pencernaan ikan kerapu genus Epinephelus. Berikut rumus perhitungan
BAF:
20
21
dan E. fuscoguttatus memiliki jumlah mikroplastik yang tidak jauh berbeda yaitu
sejumlah masing-masing dengan rata-rata 67 dan 70 partikel per individu.
Perbedaan jumlah mikroplastik diduga oleh perbedaan tipe habitat
ditemukannya keempat jenis ikan kerapu genus Epinephelus pada penelitian ini.
Jenis ikan kerapu E. areolatus dan E. sexfasciatus dapat ditemukan rentang
kedalaman yang lebih luas dibandingkan dengan E. ongus dan E. fuscoguttatus
yang lebih sempit dan hanya pada wilayah terumbu karang. Ikan predator seperti
ikan kerapu mudah terkontaminasi oleh mikroplastik terutama dari prilaku
memangsanya. Mangsa dari ikan kerapu di habitatnya kebanyakan adalah benthic
invertebrates, memungkinkan kontaminasi mikroplastik dari sedimen yang secara
langsung tertelan bersamaan dengan mangsanya (Lusher et al, 2017).
Kondisi habitat pada lokasi penelitian mengindikasikan terdapat banyak
mikroplastik, karena ditemukan banyaknya sampah plastik di dasar perairan
terutama di wilayah Dermaga Pulau Pramuka. Lokasi Timur Pulau Pramuka juga
demikian, dan ditambah dengan adanya pembangunan Dermaga baru yang akan
membuat mikroplastik dengan mudah ditemukan akibat proses pembangunan.
Kondisi habitat ikan kerapu di Gosong Pulau Pramuka lebih terjaga dengan baik
dibandingkan dengan kedua lokasi lain karena lokasi yang berjauhan dengan
pemukiman penduduk. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Assuyuti et
al., (2018), Sampah di Pulau Pramuka didominasi oleh sampah plastik pada
kedalaman 3 dan 10 m. Korelasi antara kelimpahan mikroplastik dengan
kepadatan populasi yang memiliki aktivitas manusia menunjukkan hasil positif
dan sudah dilakukan di berbagai lokasi (Browne et al., 2011).
Benthic inverterbrates merupakan mangsa bagi ikan predator seperti ikan
kerapu yang terdampak langsung oleh kontaminasi mikroplastik pada dasar
perairan. Alat-alat pancing seperti jaring dasar, pukat, serta berbagai macam tali
dasar merupakan potensi yang besar sebagai sumber dari mikroplastik. Berbagai
macam alat pancing yang sebagian besar berasal dari bahan polyamide,
polyethylene, dan polyprophylene akan terdegradasi menjadi mikroplastik dan
sebagian besar mengendap pada dasar lautan (Lusher et al, 2017). Benthic
inverterbrates seperti mollusca dan crustaceae akan mudah terkontaminasi
23
langsung oleh mikroplastik, baik organisme filter feeder yaitu kerang ataupun
tiram (Sussarellu, et al, 2016; Avio et al, 2015), dan deposit feeder yaitu kepiting
(Watts et al, 2014), udang, lobster, dan teripang (Graham & Thompson, 2009).
1.2. Jenis Mikroplastik di Saluran Pencernaan Ikan Kerapu
Jenis mikroplastik yang temukan pada penelitian ini yaitu mikroplastik jenis
fiber, pellet, dan fragmen. Jenis mikroplastik seperti filamen dan film dimasukkan
kedalam kategori jenis mikroplastik fiber. Total jumlah mikroplastik yang
ditemukan pada penelitian ini sebanyak 1648 partikel, dengan jumlah partikel
mikroplastik jenis sebanyak fiber 990, partikel jenis pellet sebanyak 88, dan
partikel jenis fragmen sebanyak 570. Jumlah jenis mikroplastik di saluran
pencernaan pada keempat jenis ikan kerapu genus Epinephelus ditampilkan dalam
bentuk grafik pada Gambar 6.
Gambar 6. Jumlah tiap jenis mikroplastik pada saluran pencernaan empat jenis
ikan kerapu genus Epinephelus.
Mikroplastik jenis fiber mendominasi disetiap individu ikan kerapu genus
Epinephelus keempat spesies yang didapatkan pada penelitian ini. Individu nomor
1 pada jenis E. areolatus memiliki jumlah mikroplastik jenis fiber terbanyak yaitu
77 partikel, sedangkan yang terendah yaitu pada jenis E. ongus inividu nomor 1
sebanyak 32 partikel. Mikroplastik jenis pellet paling sedikit ditemukan
dibandingkan dengan mikroplastik jenis fiber dan fragmen. Mikroplastik jenis
24
pellet ini tidak ditemukan pada beberapa individu ikan yaitu pada individu nomor
1, 2, dan 3 pada jenis E. ongus dan individu nomor 1, 2, dan 4 pada jenis E.
fuscoguttatus. Mikroplastik jenis fragmen mengkontaminasi setiap individu ikan
kerapu genus Epinephelus yang ditemukan, namun jumlahnya tidak mendominasi
seperti mikroplastik jenis fiber. persentase jumlah jenis mikroplastik di saluran
pencernaan ikan kerapu genus Epinephelus di tampilkan dalam diagram pada
Gambar 7.
35% Fragmen
60%
Pellet
5% Fiber
Gambar 7. Persentase jumlah tiap jenis mikroplastik pada saluran pencernaan ikan
kerapu genus Epinephelus.
Jenis mikroplastik dengan persentase jumlah total paling banyak ditemukan
pada saluran pencernaan ikan kerapu genus Epinephelus dari 4 jenis yang
didapatkan, didominasi oleh mikroplastik jenis fiber sebanyak 60%. Mikroplastik
jenis fragmen menempati posisi kedua terbanyak dengan 35%, dan mikroplastik
jenis pellet menempati posisi terakhir terbanyak yaitu sebanyak 5%. Jenis-jenis
mikroplastik ini ditemukan berada pada rentang ukuran 20-1000 μm (Gambar 8).
Mikroplastik jenis fiber paling panyak ditemukan pada tiap individu ikan
kerapu yang didapatkan. Hal ini diduga disebabkan oleh perilaku ikan yang
sebagian besar hidupnya dihabiskan di dasar suatu perairan laut. Keempat jenis
ikan kerapu yang yang didapatkan pada penelitian ini memiliki habitat yang
berbeda tergantung pada jenis sedimen yang disukai oleh masing-masing jenis
ikan (FAO species catalogue, 1993). Berdasarkan penelitian sebelumnya, jenis
mikroplastik fiber mendominasi pada ikan kerapu (Epinephelus sp.) di
25
itu, mikroplastik jenis fiber mendominasi didalam saluran pencernaan ikan kerapu
genus Epinephelus pada penelitian ini.
Mikroplastik jenis fragmen banyak berasal dari bahan polyprophylene, dan
polyethylene seperti botol plastik, pembungkus makanan, dan berbagai peralatan
yang terbuat dari plastik. Mikroplastik jenis fragmen merupakan hasil degradasi
plastik yang berukuran besar dan memiliki berbagai macam bentuk seperti bentuk
yang tajam meruncing, membulat dengan permukaan yang lembut, ataupun
dengan permukaan yang kasar (GESAMP, 2015). Mikroplastik jenis fragmen ini
memiliki berbagai macam densitas yang membuatnya mengapung di perairan
ataupun tenggelam di dasar perairan, sehingga mikroplastik ini dapat
mengkontaminasi berbagai macam biota baik yang bergerak bebas ataupun yang
berada di dasar perairan. Mikroplastik jenis fragmen dapat dengan mudah
mengkontaminasi ikan planktivorous yang menganggap mikroplastik jenis
fragmen adalah makanannya (Critchell & Hoogenboom, 2018). Mikroplastik jenis
fragmen ini diduga mengkontaminasi ikan kerapu genus Epinephelus melalui
mangsanya yang bersifat planktivorous.
Mikroplastik jenis pellet sebanyak 5% ditemukan pada saluran pencernaan
keempat jenis ikan kerapu genus Epinephelus pada penelitian ini. Mikroplastik
jenis pellet berasal dari material mentah industri plastik yang akan diolah melalui
proses percetakan material (Mugilarasan et al, 2015). Selain itu, mikroplastik jenis
pellet berasal dari degradasi plastik dengan sifat yang keras seperti
polyprophylene (GESAMP, 2015). Mikroplastik jenis pellet memiliki densitas
yang tinggi sehingga tenggelam menyatu dengan sedimen. Mikroplastik jenis
pellet ditemukan didalam saluran pencernaan ikan kerapu dapat disebabkan
tertelan secara langsung saat memangsa ataupun secara tidak langsung melalui
makanannya yang terkontaminasi mikroplastik jenis pellet. Mikroplastik jenis
pellet tidak banyak ditemukan pada saluran pencernaan ikan kerapu keempat jenis
yang didapatkan. Hal ini disebabkan banyaknya mikroplastik jenis pellet tersapu
kearah pantai, dilaporkan bahwa mikroplastik jenis pellet ini dapat ditemukan
diseluruh pantai di dunia (Holmes et al, 2012; Zhang et al, 2015).
27
Hasil regresi linier ini menunjukan bahwa panjang tubuh ikan tidak
berpengaruh terhadap jumlah mikroplastik yang ditemukan pada tiap individu.
Hasil ini sama seperti penelitian sebelumnya oleh Bessa et al (2018), dimana tidak
ada pengaruh antara jumlah mikroplastik dengan panjang ataupun berat ikan
komersial di estuari sungai Mondego, Portugal. Hal ini masih tidak dapat
dipastikan kenapa tidak ada hubungan antara ukuran tubuh ikan dengan jumlah
mikroplastik yang ditemukan. Ikan kerapu pada penelitian ini tidak didapatkan
berdasarkan ukuran, melainkan didapatkan secara acak karena sulit untuk mencari
yang ukuran yang sama di lokasi penelitian. Oleh karena itu, jumlah mikroplastik
di saluran pencernaan ikan kerapu didapatkan jumlah yang acak pada tiap individu
yang ukurannya berbeda.
Habitat dan perilaku ikan yang berbeda tiap jenisnya diduga menjadi salah
satu faktor banyaknya mikroplastik didalam tubuh ikan kerapu genus Epinephelus
pada penelitian ini. Serapan mikroplastik pada ikan terjadi akibat perilaku makan
yang normal, serta sifat cemaran sampah plastik yang menyebar membuat
mikroplastik dapat ditemukan pada lingkungan dan pencernaan ikan. Mikroplastik
yang memiliki ukuran <1 mm dapat dengan mudah masuk ke pencernaan ikan,
karena ikan kerapu sendiri memiliki bukaan mulut yang lebar (Possatto et al.,
2011). Oleh karena itu, jumlah mikroplastik tidak dapat dipengaruhi oleh ukuran
melainkan habitat dan juga perilaku pada masing-masing individu ikan kerapu.
1.4. Mikroplastik Sedimen
Hasil pengamatan jumlah mikroplastik pada sedimen di ketiga lokasi
penelitian disajikan dengan grafik pada Gambar 10. Jumlah mikroplastik rata-rata
terbanyak ditemukan pada lokasi penelitian Dermaga Pulau Pramuka sebanyak 43
partikel/g dan paling sedikit pada lokasi penelitian Gosong Pulau Pramuka
sebanyak 28,5 partikel/g. Hasil perhitungan dengan analisis menggunakan One
Sample T-test jumlah rata-rata mikroplastik pada lokasi yang berbeda dengan nilai
kepercayaan 95% (0,05), didapatkan hasil nilai signifikasi 0,57 (alpha>0,05).
Hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan jumlah mikroplastik
pada sedimen di ketiga lokasi penelitian yaitu Gosong Pulau Pramuka, Dermaga
Pulau Pramuka, dan Timur Pulau Pramuka.
29
50
30
25
20
15
10
5
28,5 43 35
0
Gosong Dermaga Timur
Pulau
Pramuka
1,00
Bioaccumulation Factor
1,07
0,95 0,93
0,80 0,88
0,60
0,60 0,57 BAF
0,40 0,54
0,49 0,51
0,45 0,46 0,47
0,43 0,42
0,39 0,37 0,40 0,38
0,20 0,32 0,29 Rata-
Rata
0,00
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
E. sexfasciatus E. ongus E. areolatus E. fuscoguttatus
Spesies dan Individu
Gambar 11. Nilai BCF pada masing-masing individu ikan kerapu genus
Epinephelus
31
0,8
Rata-Rata Nilai BAF pada Masing-
0,7
Masing Jenis Ikan Kerapu
0,6
0,68
0,5
0,55
0,4 0,51
0,45
0,3
0,2
0,1
0
E. sexfasciatus E. ongus E. areolatus E. fuscoguttatus
Spesies Ikan
Gambar 12. Grafik rata-rata nilai BAF pada masing-masing jenis ikan kerapu
genus Epinephelus
Ikan kerapu jenis E. areolatus memiliki jumlah rata-rata nilai BAF yang
rendah dibanding dengan jenis yang lain yaitu sebesar 0,45, padahal jumlah
mikroplastik di saluran pencernaan ikan jenis ini lebih banyak dibanding ikan
kerapu yang didapatkan pada penelitian ini. Nilai rata-rata BAF yang rendah
disebabkan oleh jumlah mikroplastik pada sedimen di lokasi didapatkannya ikan
ini lebih besar dibandingkan dengan jumlah mikroplastik pada saluran pencernaan
ikan. E. areolatus ditemukan di Dermaga Pulau Pramuka dan di Timur Pulau
Pramuka yang memiliki jumlah rata-rata mikroplastik yang tinggi sebesar masing-
masing 43 partikel/g dan 35 partikel/g (Gambar 10). Nilai rata-rata BAF yang
rendah dari keempat spesies ikan kerapu genus Epinephelus yang ditemukan
menandakan belum adanya biokonsentrasi yang tinggi di lokasi penelitian, yaitu
di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Jumlah rata-rata mikroplastik yang ditemukan di saluran pencernaan ikan
kerapu genus Epinephelus tertinggi pada jenis E. areolatus sebanyak 109,8
partikel/individu, dan terendah pada jenis E. ongus 60 partikel/individu. Jenis
mikroplastik di saluran pencernaan ikan kerapu genus Epinephelus yang
ditemukan sebanyak 3 jenis yaitu, fiber, fragmen, dan pellet. Panjang tubuh ikan
kerapu genus Epinephelus tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah mikroplastik
pada saluran pencernaan. Jumlah rata-rata mikropastik di sedimen tertinggi pada
lokasi Dermaga Pulau Pramuka, dan terendah di Gosong Pulau Pramuka. Nilai
rata-rata BAF keseluruhan sebesar 0,54 menunjukkan bahwa serapan mikroplastik
rendah, dikarenakan nilai tersebut dibawah 1.
5.2. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap mikroplastik pada beberapa
ikan lain, sehingga dapat mengetahui jenis ikan konsumsi lain yang
terkontaminasi mikroplastik. Perlu adanya analisa mikroplastik pada organ selain
saluran pencernaan ikan untuk mengetahui seberapa jauh mikroplastik
mengkontaminasi suatu organisme.
33
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G., Steene, R., Humann, P., & Deloach, N. (2003). Reef fish identification
Tropical Pacific. Florida: New World Publications, Inc.
Al-Lihaibi, S., Al-Mehmadi, A., Alarif, W. M., Bawakid, N. O., Kallenborn, R.,
& Ali, A. M. (2019). Microplastics in sediments and fish from the Red Sea
coast at Jeddah (Saudi Arabia). Environmental Chemistry, 16, 641-650.
Andrady, A. L. (2003). Plastic and the environment. Hoboken, New Jersey: John
Wiley & Sons, Inc.
Arnot, J. A., & Gobaz, F. (2006). A review of bioconcentration factor (BCF) and
bioaccumulation factor (BAF) assessments for organic chemical in aquatic
organisms. Environmental Reviews. 14, 257-297.
Arthur, C., Baker, J., & Bamford, H., (eds). (2009). Proceedings of the
international reseach workshop on the occurrence, effects, and fate of
microplastic marine debris. National Oceanic and Atmospheric
Administration Technical Memorandum.NOS-OR&R-30.
Assuyuti, Y. M., Zikrillah, R. Z., Tanzil, M. A., Banata, A., & Utami, P. (2018).
Distribusi dan jenis sampah laut serta hubungannya terhadap ekosistem
terumbu karang Pulau Pramuka, Panggang, dan Kotok Besar di Kepulauan
Seribu Jakarta. Majalah ilmiah biologi biosfera: A scientific journal, 35(2),
91-102.
Avio, C. G.,Gorbi, S., Milan, M., Benedetti, M., Fattorini, D., d'Errico, G.,
Pauletto, M., Bargelloni, L., & Regoli, F. (2015). Pollutants bioavailability
and toxycological risk from microplastics to marine mussels. Environmental
Pollutions, 198, 211-222.
34
35
Bergmann, M., Gutow, L. and, & Klages, M. (2015). Marine anthropogenic litter.
Germany: SpringerOpen.
Bessa, F., Barria, P., Neto, J. M., Frias, J., Otero, V., Sobral, P., & Marques, J. C.
(2018). Occurrence of miroplastics in commercial fish from a natural
estuarine environment. Marine Pollution Bulletin, 128, 575-584.
Besseling, E., Foekema, E. M., van den Heuvel-Greve, M. J., & Koelmans, A. A.
(2017). The effects of microplastic on the uptake of chemicals by the
lugworm Arenicola marina (L.) under environmentally relevant exposure
conditions. Environmental Science Technology, 51, 8795-8804.
Browne, M. A., Dissanayake, A., Galloway, T. S., Lowe, D. M., & Thompson R.
C. (2008). Ingested microscopic plastic translocates to the circulatory
system of the mussel, Mytilus edulis (L.). Environment Science Technology,
42, 5026-5031.
Browne, M. A., Crump, P., Niven, S. J., Teuten, E., Tonkin, A., Galloway, T. S.,
& Thompson, R, C. (2011). Accumulation of microplastic on shrolines
worldwide: sources and sinks. Environmental Science Technology, 45(21),
9175-9179.
Carpenter, E. J., Anderson, S. J., Harvey, R. G., Miklas, H. P., & Peck, B. B.
(1972). Polyestyrene spherules in coastal waters. Science 178, 749-750.
Carpenter, E. J., & Smith K. L. (1972). Plastic on the sargasso surface. Science
175, 1240-1241.
Cole, M., Lindeque, P., Halsband, C., & Galloway, T. S. (2011). Microplastics as
contaminants in the marine environment: a review. Marine Pollution
Bulletin, 62, 2588-2597.
de Sá, L. C., Oliveira, M., Ribeiro, F., Rocha, T. L., & Futter, M. N. (2015).
Studies of the effects of microplastics on aquatik organisms: what do we
know and where should we focus our efforts in the future?. Science of the
Total Environment, 645, 1029-1039.
36
Emerson, S., & Hedges J. (2008). Chemical oceanography ang the marine
carbon cycle. Cambridge: Cambridge University Press.
FAO Species Catalogue. (1993). Vol. 16. Groupers of the world (Family
Serranidae, Subfamily Epinephelinae). An annotated and illustrated
catalogue of the grouper, rockcod, hind, coral grouper, and lyretail species
known to date. Rome: Food and Agriculture Organization.
Frias, J., Nash, R., Pagter, E., & O'Connor, I. (2018). Standardised protocol for
monitoring microplastics in sediments. JPI Oceans BASEMAN Project.
Gall, S. C., & Thompson, R. C. (2015). The impact of debris on marine life.
Marine Pollution Bulletin, 92, 170-179.
Galloway, T. S., Cole, M., & Lewis, C. (2017). Interactions of microplastic debris
throughout the marine ecosystem. Nature Ecology & Evolution, 1(5),0116.
Goncharov, A., Rej., R., Negoita, S., Schymura, M., Santiago-Rivera, A., Morse,
G., the Akwesasne Task Force on the Environment, Carpenter, D. O.
(2009). Lower serum testosterone associated with elevated Polychlorinated
Biphenyl concentrations in native American men. Environmental Health
Perspectives, 117, 9.
Gray, J. S., & Elliot, M. (2009). Ecology of marine sediments: from science to
management. New York: Oxford University Press.
Hantoro, I., Löhr, A., Van Belleghem, F. G. A. J., Widianarko, B., Ragas, Ad. M.
J. (2019). Microplastics in coastal areas and seafood: implications for food
safety. Food Additives & Contaminants: Part A, 36, 674-711.
37
Harper, P. C., & Fowler, J. A. (1987). Plastic pellets in New Zealand storm-killed
prions (Pachyptila spp.) 1958-1977. Nortonis, 34, 65-70.
Hildago-Ruz, V., Gutow, L., Thompson, R. C., & Thiel, M. (2012). Microplastics
in the marine environment: a review of the methods used for identification
and quantification. Environmental Science & Technology, 46, 3060-3075.
Holmes, L. A., Turner, A., & Thompson, R. C. (2012). Adsorption of metal trace
to plastic resin pellets in the marine environment. Environmental Pollution,
160, 42-48.
Jambeck, J. R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T. R., Perryman, M., Andrady, A.,
& Law, K. L. (2015). Plastic waste inputs fron land into the ocean.
Sciencemag. 347(6223).
Karbalaei, S., Golieskardi, A., Hazilawati, Abdulwahid, S., Hanachi, P., Walker,
T. R., & Karami, A. (2019). Abudance and characteristics of microplastics
in commercial marine fish from Malaysia. Marine Pollution Bulletin, 148,
5-15.
Koelmans, A., Gouin, T., Thompson, R. C., & Arthur C. (2014). Plastics in the
marine environment: ET&C perspectives. Environmental Toxycology and
Chemistry, 33(1): 5-10.
38
Lippiatt, S., Opfer, S., & Arthur, C. (2013). Marine debris monitoring and
assessment. NOAA Technical Memorandum, (NOS-OR&R-46), 88.
Lusher, A. L., Welden, N. A., Sobral, P., & Cole, M. (2016). Sampling, isolating
and identifying microplastics ingested by fish and invertebrates. Analitycal
Methods, 9, 1346-1360.
Pettipas, S., Bernier, M., & Walker, T. R. (2016). A Canadian policy framework
to mitigate plastic marine pollution. Marine Policy, 68, 117-122.
Possatto, F. E., Barletta, M., Costa, M.F., Ivar do Sul, J. A., & Dantas, D. V.
(2011). Plastic debris ingestion by marine catfish: An unexpected fisheries
impact. Marine Pollution Bulletin, 62,1098-1102.
Rochelle, P. A., Cragg, B. A., Fry, J. C., Parkes, R. J., & Weightman, A. J. (1994).
Effect of sample handling on estimation of bacterial diversity in marine
sediments by 16S rRNA gene sequence analysis. FEMS Microbiol Ecol, 15,
215-226.
39
Rochman, C. M., Hoh, E., Kurobe, T., & Teh, S. J. (2013). Ingested plastic
transfers hazardous chemicals to fish and induces hepatic stress. Scientific
reports, 3:3263.
Ryan, P. G., & Moloney, C. J. (1990). Plastic and other artifacts on South African
beaches: temporal trends in abundance and composition. South African
Journal of Science, 86, 450-452.
Ryan, P. G., Moore, C. J., van Franeker, J. A., & Moloney, C. L. (2009).
Monitoring the abundance of plastic debris in the environment.
Philosophical Transaction of The Royal Society Biological Science B, 364,
1999-2012.
Sussarellu, R., Suquet, M., Thomas, Y., Lambert, C., Fabioux, C., Pernt, M. E. J.,
Le Göic, N., Quillien, V., Mingant, C., Epelboin, Y., & Corporeau, C.
(2016). Oyster reproduction is affected by exposure to polystyrene
microplastics. PNAS, 113(9), 2430-2435.
Syarief. R., Santausa, S., & Isyana. (1989). Teknologi pengemasan pangan.
Bogor: PAU Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
Thompson, R. C., Moore, C. J., vom Saal, F., & Swan, S. H. (2009). Review
plastics, the environment and human health: Current consensus and future
trends. Philosophical Transaction of The Royal Society Biological Science
B, 364, 2153-2166.
Thompson, R. C., Swan, S. H., Moore, C. J., & vom Saal, F. (2009). Our plastic
age. Philosophical Transaction of The Royal Society Biological Science B,
364, 1973-1976.
Tourinho, P. S., Ivar do Sul, J. A., & Fillman, G. (2009). Is marine debris
ingestion still a problem for the coastal marine biota of southern Brazil?.
Marine Pollution Bulletin, 60, 396-401.
Watts, A. J., Lewis, C., Goodhead, R. M., Beckett, S. J., Moger, J., Tyler, C. R., &
Galloway, T. S. (2014). Uptake and retention of microplastics by the shore
crabs Carcinus maenas. Environmental Science Technology, 49(24), 14597-
14604.
Wright, S. L., Thompson, R. C., & Galloway, T. S. (2013). The physical impacts
of microplastic on marine organisms: a review. Environmental Pollution,
178, 483-492.
Zhang, K., Gong, W., Lv, J., Xiong, X., & Wu, C. (2015). Accumulation of
floating microplastics behind the Three Gorges Dam. Environmental
Pollution, 204, 117-123
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan penelitian
(A) (B)
(C) (D)
(E) (F)
(G) (H)
Keterangan:
(A) Saluran pencernaan ikan kerapu
(B) Memancing ikan kerapu dengan teknik speargun
(C) Pengambilan sedimen di lokasi penelitian
(D) E. ongus
(E) E. areolatus
(F) E. fuscoguttatus
(G) E. sexfasciatus
(H) Mikroplastik jenis fragmen berbentuk silindris yang ditemukan (400×)
41
42
Berat Isi
Indi Kedala Ukura
Jenis Lokasi Waktu Pencernaan
vidu man (m) n (cm)
(g)
22-
1 Dermaga 15 Okt- 21,5 5,2
20
22-
2 Dermaga 20 Okt- 23,5 6,6
20
22-
Epinephelus
3 Dermaga 20 Okt- 23,2 2,4
sexfasciatus
20
22-
4 Timur 15 Okt- 25,7 5,5
20
22-
5 Timur 15 Okt- 25,3 4,6
20
Gosong
06-
1 Pulau 15 18,8 3,1
Jan-20
Pramuka
Gosong
06-
2 Pulau 10 31,2 2,2
Jan-20
Pramuka
Epinephelus 06-
3 Dermaga 10 23,6 4,3
ongus Jan-20
19-
4 Dermaga 15 Agust- 32,4 5,0
20
19-
5 Dermaga 10 Agust- 25,7 3,7
20
24-
1 Dermaga 2 Okt- 28,9 7,6
20
24-
2 Dermaga 4 Okt- 28,5 6,3
Epinephelus 20
areolatus 24-
3 Dermaga 5 Okt- 25,3 5,6
20
24-
4 Dermaga 5 Okt- 26,9 4,8
20
43
24-
5 Timur 10 Okt- 23,8 5,5
20
Gosong
06-
1 Pulau 8 28,7 3,4
Jan-20
Pramuka
Gosong
06-
2 Pulau 12 32,6 2,5
Jan-20
Pramuka
Epinephelus 06-
3 Timur 10 51,8 5,1
fuscoguttatus Jan-20
Gosong 19-
4 Pulau 10 Agust- 30,5 2,4
Pramuka 20
20-
5 Timur 10 Agust- 32,7 3,7
20
44
Lampiran 3. Hasil Regresi Linier antara ukuran tubuh dengan jumlah mikroplastik
ikan kerapu genus Epinephelus
The regression equation is
Jumlah mikroplastik = 89,12 - 0,2399 Ukuran
Model Summary
S R-sq R-sq(adj)
24,5969 0,46% 0,00%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 1 50,7 50,671 0,08 0,776
Error 18 10890,1 605,007
Total 19 10940,8
45
46
Total
Rata-Rata Standar
Lokasi Kedalaman Mikroplastik
(partikel/g) Deviasi
(partikel/g)
Gosong Pulau 5 27
28,5 2,12
Pramuka 10 30
5 45
Dermaga 43 2,83
10 41
5 31
Timur 35 5,66
10 39
Variable 1
Mean 34,33333333
Variance 89,33333333
Observations 3
Pearson Correlation 0,788470204
Hypothesized Mean
Difference 0
df 2
t Stat -0,6704784
P(T<=t) one-tail 0,285803479
t Critical one-tail 2,91998558
47