Anda di halaman 1dari 45

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS

(Zea mays L. var. saccharata) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK


ORGANIK CAIR (POC) PAITAN (Tithonia diversifolia) DAN
BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.)

INDAH MUTIARA FADHILLAH

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M/1442
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea
mays L. var. saccharata) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK
CAIR (POC) PAITAN (Tithonia diversifolia) DAN BANDOTAN (Ageratum
conyzoides L.)

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

INDAH MUTIARA FADHILLAH


11170950000041

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/1442 H
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays
L. var. saccharata) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR
(POC) PAITAN (Tithonia diversifolia) DAN BANDOTAN (Ageratum
conyzoides L.)

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

INDAH MUTIARA FADHILLAH


11170950000041

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Dasumiati, M.Si. Ir. Sigit Sudjatmiko, MSc. Ph.D


NIP. 197309231999032002 NIP. 196001281986031003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

ii
PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays L.
var. saccharata) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Paitan (Tithonia
diversifolia) dan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)” yang ditulis oleh Indah
Mutiara Fadhillah, NIM 11170950000041 telah diuji dan dinyatakan LULUS
dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 Mei 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi
Biologi.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud Ir. Etyn Yunita, M.Si.
NIP. 196904042005012005 NIP. 197006282014112002

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Dasumiati, M.Si. Ir. Sigit Sudjatmiko, MSc. Ph.D


NIP. 197309231999032002 NIP. 196001281986031003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Biologi

iii
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH


BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, April 2021

Indah Mutiara Fadhillah


11170950000041

iv
ABSTRAK
Indah Mutiara Fadhillah. Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis
(Zea mays L. var. saccharata) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair (POC)
Paitan (Tithonia diversifolia) dan Bandotan (Ageratum conyzoides L.). Fakultas
Sains dan Teknologi. 2021. Dibimbing oleh Dr.Dasumiati, M.Si dan Ir. Sigit
Sudjatmiko, MSc. Ph.D.

Jagung manis merupakan salah satu varietas tanaman jagung yang sangat diminati.
Jagung manis membutuhkan banyak unsur hara untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
selama pertumbuhannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dosis optimum
pada POC paitan dan bandotan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi jagung manis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 5 perlakuan, yaitu 750 mL P1 (POC tanpa paitan dan bandotan), 750
mL P2 (POC paitan dan bandotan), 1500 mL P3 (POC paitan dan bandotan), 2250
mL P4 (POC paitan dan bandotan), 7,6 g P5 (pupuk anorganik). Hasil pengukuran
dianalisis dengan uji ANOVA menggunakan aplikasi SPSS 22. Tanaman ini
ditanam di lahan pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Pemberian
POC paitan dan bandotan berpengaruh (P<0,05) terhadap tinggi tanaman, diameter
batang, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot tongkol, dan cenderung
berpengaruh (P<0,1) terhadapbobot tongkol per petak . Parameter jumlah daun
tidak dipengaruhi oleh pemberian POC paitan dan bandotan. Tanaman yang diberi
POC paitan dan bandotan memiliki rata-rata tertinggi sedangkan perlakuan POC
tanpa paitan dan bandotan memiliki rata-rata terendah pada semua parameter
(tinggi tanaman, diameter batang, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot
tongkol, dan bobot tongkol per petak). Konsentrasi optimum yang dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung manis adalah 2250 mL.

Kata kunci: Bandotan, Jagung Manis, Paitan, Pupuk Organik Cair (POC)

v
ABSTRACT
Indah Mutiara Fadhillah. Growth and Production Response of Sweet Corn
(Zea mays L. var. Saccharata) to Paitan (Tithonia diversifolia) and Bandotan
(Ageratum conyzoides L.) Liquid Organic Fertilizer. Faculty of Science and
Technology. 2021. Supervised by Dr.Dasumiati, M.Si and Ir. Sigit Sudjatmiko,
MSc. Ph.D.

Sweet corn is one of the most popular corn plant varieties. Sweet corn requires a lot
of nutrients to meet the nutritional needs during its growth. The use of Liquid
Organic Fertilizer (LOF) paitan and bandotan can increase the growth and
production of sweet corn. The purpose of this study to determine the optimum dose
of LOF paitan and bandotan to increase the growth and production of sweet corn.
This study used a Randomized Block Design (RBD) with 5 treatments, namely 750
mL P1 (LOF without paitan and bandotan), 750 mL P2 (LOF paitan and bandotan),
1500 mL P3 (LOF paitan and bandotan), 2250 mL P4 (LOF paitan and bandotan),
7.6 g P5 (inorganic fertilizer). The measurement results were analyzed ANOVA
test using the SPSS 22. This plant is grown on agricultural land, Faculty of
Agriculture, Bengkulu University. Giving LOF paitan and bandotan effect (P<0.05)
on plant height, stem diameter, corncob length, corncob diameter, corncob weight,
and tends to be influential (P<0,1) on corncob weight per plot. The leaf number
parameter was not influenced by the LOF paitan and bandotan. Plants treated with
LOF paitan and bandotan had the highest average whereas LOF without paitan dan
bandotan treatment had the lowest average in all parameters (plant height, stem
diameter, corncob length, corncob diameter, corncob weight, and corncob weight
per plot). The optimum concentration that can increase the growth and production
of sweet corn is 2250 mL.

Keywords: Bandotan, Liquid Organic Fertilizer (LOF), Paitan, Sweet Corn.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung
Manis (Zea mays L. var. saccharata) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair
(POC) Paitan (Tithonia diversifolia) dan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)”
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dari banyak pihak yang terlibat
dalam penulisan skripsi ini. Penulis berterima kasih kepada:
1. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Priyanti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Dasumiati, M.Si selaku Dosen sebagai Dosen Pembimbing I serta Ir. Sigit
Sudjatmiko, MSc. Ph.D selaku Dosen Universitas Bengkulu dan sebagai
Dosen Pembimbing II.
4. Narti Fitriana, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Biologi Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Junaidi, M.Si. dan Ardian Khairiah, M.Si. selaku Dosen Penguji Seminar
Proposal dan Hasil Penelitian.
6. Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud dan Ir. Etyn Yunita, M.Si.
selaku Dosen Penguji Sidang Skripsi.
7. Ibu, Ayah, serta semua pihak yang terlibat membantu penulis dalam
penyusunan skripsi.
8. Dia Novita Sari, S.P. M.Si., Eny Rolenti Togatorop, S.P. M.Si., dan Mbak
Tari yang selalu membantu penulis selama penelitian.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
penulis. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan semuanya
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, April 2021
Penulis

vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................2


1.1. Latar Belakang .........................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.3. Hipotesis ..................................................................................................4
1.4. Tujuan ......................................................................................................4
1.5. Manfaat ....................................................................................................4
1.6. Kerangka Berpikir ...................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6


2.1. Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. var. saccharata) ..........................6
2.2. Pupuk Organik Cair (POC) .....................................................................7
2.3. Tanaman Paitan (Tithonia diversifolia) ..................................................9
2.4. Tanaman Bandotan (Ageratum conyzoides L.) ......................................10

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................11


3.1. Waktu dan Tempat.................................................................................11
3.2. Alat dan Bahan ......................................................................................11
3.3. Rancangan Penelitian ............................................................................11
3.4. Cara Kerja ..............................................................................................12
3.4.1. Pembuatan Vermikompos .................................................................12
3.4.2. Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) ............................................12
3.4.3. Pesiapan Lahan Tanam .....................................................................12
3.4.4. Penanaman Benih Jagung Manis ......................................................12
3.4.5. Pengaplikasian POC pada Jagung Manis ..........................................13
3.4.6. Panen .................................................................................................13
3.5. Parameter Pengamatan ..........................................................................13
3.6. Analisis Data .........................................................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................15


4.1. Kondisi Umum Penelitian .....................................................................15
4.2. Pengaruh POC Paitan dan Bandotan terhadap Tinggi Tanaman Jagung
Manis .....................................................................................................16
4.3. Pengaruh POC Paitan dan Bandotan terhadap Diameter Batang Jagung
Manis .....................................................................................................17

viii
4.4. Pengaruh POC Paitan dan Bandotan terhadap Jumlah Daun Jagung
Manis .....................................................................................................18
4.5. Pengaruh POC Paitan dan Bandotan terhadap Produksi Jagung Manis per
Tongkol..................................................................................................19
4.6. Pengaruh POC Paitan dan Bandotan terhadap Bobot Tongkol Jagung
Manis per Petak .....................................................................................21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................23


4.7. Kesimpulan ............................................................................................23
4.8. Saran ......................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................24


LAMPIRAN ...........................................................................................................27

ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perlakuan pemberian POC pada tanaman jagung manis. ....................... 11
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman jagung manis terhadap pemberian POC paitan
dan bandotan ........................................................................................... 16
Tabel 3. Rata-rata diameter batang jagung manis terhadap pemberian POC paitan
dan bandotan .......................................................................................... 18
Tabel 4. Rata-rata ukuran tongkol jagung manis terhadap pemberian POC paitan
dan bandotan ........................................................................................... 20
Tabel 5. Rata-rata bobot tongkol jagung manis per petak terhadap pemberian POC
paitan dan bandotan ................................................................................ 21

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Pertumbuhan Jagung Manis (Zea mays L.
var. saccharata) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Paitan
(Tithonia diversifolia) dan Bandotan (Ageratum conyzoides L.). ........ 5
Gambar 2. Tanaman Paitan ( Tithonia diversifolia) ............................................... 9
Gambar 3. Tanaman Bandotan (Ageratum conyzoides L.) ................................... 10
Gambar 4. Pembumbunan tanah pada tanaman jagung manis .............................. 16
Gambar 5. Akumulasi jumlah daun jagung manis pada perlakuan POC paitan dan
bandotan serta pupuk anorganik ......................................................... 19
Gambar 6. Hasil produksi jagung manis pada setiap perlakuan. .......................... 32
Gambar 7. Produksi tongkol jagung pemberian POC paitan dan bandotan perlakuan
P4 dan P5............................................................................................ 33
Gambar 8. Produksi tongkol jagung pemberian POC paitan dan bandotan
perlakuan P1 dan P2 .......................................................................... 33

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Denah percobaan ........................................................................... 27
Lampiran 2. Perhitungan kebutuhan pupuk anorganik pada setiap tanaman ........ 27
Lampiran 3. Kondisi iklim harian di lokasi penelitian dan sekitarnya dalam rentang
bulan november 2020 sampai maret 2021.......................................... 27
Lampiran 4.Hasil analisis kandungan NPK tanah pada awal dan akhir penelitian30
Lampiran 5. Rekapitulasi hasil uji one way anova pengaruh pemberian POC paitan
dan bandotan terhadap tinggi tanaman jagung manis ........................ 30
Lampiran 6. Rekapitulasi hasil uji one way anova pengaruh pemberian POC paitan
dan bandotan terhadap diameter batang jagung manis....................... 31
Lampiran 7. Rekapitulasi hasil uji one way anova pengaruh pemberian POC paitan
dan bandotan terhadap jumlah daun jagung manis ............................ 31
Lampiran 8. Rekapitulasi hasil uji one way anova pengaruh pemberian POC paitan
dan bandotan terhadap produksi tanaman jagung manis per tongkol 32
Lampiran 9.Rekapitulasi hasil uji one way anova pengaruh pemberian POC paitan
dan bandotan terhadap produksi bobot tongkol jagung manis per petak.
............................................................................................................ 32
Lampiran 10. Hasil produksi jagung manis terhadap pemberian POC paitan dan
bandotan ............................................................................................. 32

xii
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jagung manis (Zea mays L. var. saccharata) merupakan salah satu varietas
tanaman jagung yang sangat diminati oleh masyarakat karena memiliki nilai gizi
yang tinggi. Jagung manis banyak mengandung protein nabati, karbohidrat, dan
beta karoten (provitamin A) (Ananda & Faridah, 2020). Kandungan gizi olahan
jagung manis yang direbus per 100 gr adalah 30,3 g karbohidrat, 5,0 g protein, 0,7
g lemak, 142 kal energi, 5 mg kalsium, 24,3 mg kalium, 105 mg fosfor, 53,2 g air,
145 mcg beta karoten, 0,15 mg thiamin, dan 0,7 mg mg (Kemenkes-RI, 2018).
Jagung manis memerlukan unsur hara yang cukup banyak selama proses
pertumbuhannya. Menurut Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh
(BKPPP) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 2009)tanaman jagung
membutuhkan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam
jumlah yang banyak. Unsur hara didapatkan dari pemberian pupuk pada tanaman
jagung. Pemberian pupuk organik ataupun an-organik bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman karena hara dari dalam tanah saja tidak
dapat mencukupi kebutuhan hara tanaman jagung. Pemilihan jenis pupuk harus
diperhatikan agar jagung dapat diproduksi secara massal dengan kualitas yang baik.
Pupuk organik cair (POC) adalah salah satu jenis pupuk yang didegradasi
oleh mikroorganisme dari limbah pertanian saat proses fermentasi
(Phibunwatthanawong & Riddech, 2019). POC mengandung unsur hara yang dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman, selain itu penggunaan POC tidak merusak
tanah dan lebih mudah diserap tanah dibandingkan dengan pupuk padat. Pemberian
kombinasi pupuk organik padat dan POC dapat meningkatkan porositas tanah,
bobot tanah, permeabilitas tanah, dan pertumbuhan tanaman (Anastasia et al.,

2014; Lawenga et al., 2015). Menurut Ainiya et al. (2019), penggunaan POC pada
tanaman jagung manis dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung
manis.
Tanaman paitan dan bandotan merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh
dan mudah dijumpai di sepanjang jalan menuju lahan penelitian. Pemanfaatan
3

tanaman paitan dan bandotan masih jarang diketahui padahal tanaman ini memiliki
kandungan yang bagus sebagai pupuk organik cair. Tanaman paitan memiliki
kandungan 3,50-4,00% N, 0,35-0,38% P, 3,50-4,10% K, 0,59% Ca, dan 0,27% Mg
(Lestari, 2016). Pemberian kompos paitan pada POC dapat meningkatan jumlah
sulur, jumlah cabang, jumlah daun, luas daun, berat basah dan berat kering pada
tanaman mint (Pangestu & Tyasmoro, 2019). Tanaman bandotan mengandung
metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, terpena, kromen, kromon,
benzofuran, kumarin, minyak atsiri, sterol dan tanin (Kamboj & Saluja, 2008).
Ekstrak daun bandotan dapat menurunkan perkecambahan dan pertumbuhan serta
meningkatkan persentase kerusakan pada anakan gulma P. conjugatum, s enyawa
tersebut bersifat alelokimia yang dapat dijadikan bioherbisida pada POC (Isda et
al., 2013). Hasil analisis kandungan daun bandotan yang dilakukan Fakultas
Pertanian Universitas Borneo Tarakan tahun 2017 diperoleh kandungan N-total
sebesar 0,17%, kandungan P2O5 sebesar 31,660 mg/100g dan K2O sebesar
22,715mg/100g (Murtilaksono et al., 2020).
Tingginya kandungan unsur hara yang terdapat pada tanaman paitan dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung manis serta unsur hara dan
kandungan alelopati pada bandotan dapat dijadikan bioherbisida pada komposisi
POC. Hasil penelitian Muktamar et al. (2016) menyimpulkan penggunaan POC
paitan dan bandotan pada jagung manis dengan konsentrasi 100 ppm sebanyak 600
mL mampu meningkatkan 21,4% kadar N dan 30,1% serapan N pada jagung manis
namun hasil penelitian Fahrurrozi et al. (2015) mengatakan bahwa penggunaan
POC paitan dan bandotan dengan konsentrasi 0, 25, 50, 75, dan 100 ppm sebanyak
1000 mL tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman wortel.
Kebaruan dari penelitin ini adalah menganalisis pengaruh POC paitan dan bandotan
terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis pada konsentrasi 100 ppm
dengan dosis sebanyak 750 mL, 1500 mL, dan 2250 mL. Penggunaan POC paitan
dan bandotan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung
manis serta mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang dapat merusak struktur
tanah dan mengurangi aktivitas biologi tanah (Hartatik et al., 2015).
4

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana respon pertumbuhan dan produksi jagung manis terhadap
pemberian pupuk organik cair (POC) paitan dan bandotan?
2. Berapa dosis pupuk organik cair (POC) paitan dan bandotan yang optimal
untuk pertumbuhan dan produlsi jagung manis ?

1.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
1. Respon pertumbuhan dan produksi jagung manis meningkat terhadap
pemberian pupuk organik cair (POC) paitan dan bandotan.
2. Terdapat dosis pupuk organik cair (POC) paitan dan bandotan yang optimal
untuk pertumbuhan dan produlsi jagung manis

1.4. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis respon pertumbuhan dan produksi jagung manis terhadap
pemberian pupuk organik cair (POC) paitan dan bandotan.
2. Menganalisis dosis pupuk organik cair (POC) paitan dan bandotan yang
optimal unutk pertumbuhan jagung manis.

1.5. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa
data-data pengaruh pemberian pupuk organik cair (POC) paitan dan bandotan
terhadap pertumbuhan jagung manis. Penelitian ini perlu dilakukan untuk
memberikan informasi kepada petani dan masyarakat mengenai cara penggunaaan
pupuk organik cair (POC) terhadap pertumbuhan jagung manis sehingga dapat
mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
5

1.6. Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir yang menjadi landasan dilakukannya penelitian ini adalah
sebagai berikut (Gambar 1).

Tanaman paitan dan


Jagung manis
Tanaman jagung bandotan banyak
merupakan salah
membutuhkan unsur mengandung unsur
satu varietas
hara dalam jumlah hara yang dapat
tanaman jagung
yang banyak dijadikan sebagai
yang sangat diminati
POC

Didapatkan
perlakuan yang Pemberian POC
Pertumbuhan dan optimal untuk dilakukan secara
produksi jagung meningkatkan berkala dengan
manis meningkat respon pertumbuhan perlakuan yang
dan produksi jagung berbeda
manis

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Pertumbuhan Jagung Manis (Zea mays L.


var. saccharata) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Paitan
(Tithonia diversifolia) dan Bandotan (Ageratum conyzoides L.).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. var. saccharata)


Jagung manis merupakan spesies dari famili Poaceae Barnhart yang banyak
diminati oleh masyarakat sebagai bahan makanan olahan (Riwandi et al., 2014).
Jagung manis memiliki kadar gula yang lebih tinggi dari tipe jagung yang lain.
Jagung manis dikenal dengan sebutan sweet corn.
Tanaman jagung manis memiliki sistem perakaran serabut dengan 3 jenis akar
yaitu, akar adventif yang berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara, akar seminal
yang berfungsi untuk membantu penyerapan unsur hara, dan akar udara yang
berfungsi untuk menyangga tanaman. Perkembangan akar jagung manis
bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaaan air
tanah dan pemupukan. Pemupukan dengan berbagai konsentrasi memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tajuk tanaman jagung manis
(Moelyohadi, 2015).
Batang tanaman jagung manis beruas-ruas dan tidak bercabang. Rata-rata
tinggi tanaman jagung manis yaitu 203,72 cm pada umur 49 hari setelah tanam
(HST) (Mahdiannor, 2014). Batang tanaman jagung manis terbungkus pelepah
daun yang berselang-seling dari setiap buku. Ruas batang bagian atas berbentuk
silindris dan ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas
batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina.
Tanaman jagung manis memiliki daun berwarna hijau yang berbentuk pita
dengan ujung meruncing. Rata-rata jumlah daun terbanyak yaitu 12,88 helai pada
umur 49 HST (Mahdiannor, 2014). Daun jagung manis terdiri atas kelopak daun,
lidah daun, dan helai daun yang memanjang dengan ujung meruncing. Tinggi dan
jumlah daun tanaman jagung manis beragam tergantung dengan varietas dan pupuk
yang digunakan.
Jagung manis memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam
satu tanaman (monoecious). Bunga jantan terletak di pucuk tanaman, sedangkan
bunga betina terletak pada pertengahan batang. Bunga jagung manis akan
berkembang menjadi tongkol jagung yang tumbuh di antara batang dan pelepah

6
7

daun. Satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif. Biji jagung
manis terletak pada tongkol yang tersusun memanjang. Biji-biji jagung manis
tersimpan dan menempel erat di dalam tongkol, sedangkan pada buah jagung manis
terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus (klobot).
Tanaman jagung manis dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun
dataran tinggi dengan intensitas cahaya yang cukup. Jagung manis dapat tumbuh
pada kondisi sebagai berikut, ketinggian 0 – 1300 m di atas permukaan laut, suhu
230C – 270C, curah hujan antara 200–300 mm/bulan atau 800 – 1200 mm/tahun,
dan pH tanah berkisar antara 5,6 – 6,2 (Riwandi et al., 2014). Pertumbuhan
tanaman jagung manis tidak bergantung pada musim tetapi pada ketersediaan air
dan zat hara pada tanah. Hal ini dikarenakan tanaman jagung manis membutuhkan
unsur hara seperti nitrogen (N), posfor (P), dan kalium (K) dalam jumlah yang
banyak (Fahmi et al., 2010)

2.2. Pupuk Organik Cair (POC)


Pupuk organik cair (POC) adalah pupuk organik yang mengadung unsur hara
dalam bentuk larutan sehingga mudah diserap tanaman. POC dapat digunakan
dengan cara disiramkan ke tanaman ataupun disemprotkan pada daun atau batang
tanaman. POC diproduksi dengan proses fermentasi sederhana menggunakan bahan
organik sebagai substrat karbon. Mikroorganisme pada POC memiliki peran
penting dalam degradasi substrat selama proses fermentasi sehingga menghasilkan
zat pengatur tumbuh seperti auksin, sitokinin dan asam organik
(Phibunwatthanawong & Riddech, 2019). Bahan organik yang dapat digunakan
sebagai komposisi POC adalah vermikompos, urin sapi, EM4, tanah, dan limbah
dedaunan. Kombinasi tanah dan limbah dedaunan pada POC dapat memenuhi
kebutuhan hara dan meningkatkan pertumbuhan sayuran (Fahrurrozi et al., 2015).
Vermikompos adalah pupuk organik yang dihasilkan dari fermentasi kotoran
cacing yang telah terfermentasi sehingga mampu menjadi penyumbang sumber
nutrisi bagi POC. Vermikompos mengandung sumber karbon (C), nitrogen (N),
fosfor (P),kalium (K), dan enzim urease yang yang berperan penting sebagai katalis
hidrolisis urea menjadi amoniak dan asam karbamat (Hazra et al., 2018). Menurut
Raphael & Velmourougane (2011), vermikompos dari campuran ampas kopi dan
8

cacing tanah (Eudrilus eugeniae) mengandung 14,67% C-organik, 1,66% N, 0,41%


P, 0,70% K, 0,52% Ca, 0,31% Mg dan pH 7,2. Menurut Tejada et al. (2010),
vermikompos dari kotoran ternak dan tumbuhan hijau dapat memperbaiki sifat
biologis tanah karena memiliki biomassa karbon mikroba yang tinggi, aktivitas
dehidrogenase, aktivitas urease, dan aktivitas fosfatase.
Urin sapi merupakan salah satu limbah cair dari peternakan sapi yang dapat
digunakan untuk pembuatan pupuk organik cair. Cairan urin sapi memiliki
kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran padatnya sehingga
berpotensi menghasilkan pupuk organik yang baik untuk pertumbuhan tanaman
(Sari et al., 2017). Menurut Rosniawaty.s et al. (2015), urin sapi yang telah
difermentasi mengandung 0,74% C-Organik, 1,79% N total, 0,005% P2O5, dan
1,68% K2O. Pemberian urin sapi yang difermentasi dapat meningkatkan hasil
pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, volume akar
dan bobot tanaman sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
Menurut Rizki et al. (2014), semakin tinggi konsentrasi urin sapi yang diberikan
maka semakin meningkat hasil pertumbuhan tanaman.
EM-4 merupakan bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan
pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. EM-4 berperan sebagai bioaktivator
dengan membantu mempercepat proses pembuatan POC, meningkatkan kualitas
POC, memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik, serta menyuplai
unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Nur et al., 2016). EM-4 mengandung 90%
bakteri Lactobacillus sp., bakteri fotosintetik, Streptomyces sp, jamur pengurai
selulosa dan ragi (Farida Ali et al., 2018). Mikroorganisme yang terkandung di
dalam EM-4 dapat memecah senyawa polimer, seperti karbohidrat, lemak, dan
protein menjadi senyawa monomernya untuk mempercepat proses pengomposan
(Megawati, 2014)
9

2.3. Tanaman Paitan (Tithonia diversifolia)


Tanaman paitan atau bunga bulan adalah tumbuhan yang berbentuk seperti
bunga matahari (Gambar 2). Paitan termasuk famili Asteraceae, dapat tumbuh baik
pada tanah yang kurang subur pada ketinggian 550-1950 mdpl dengan suhu berkisar
15–31C dengan curah hujan 100-2000 mm. Tanaman ini berakar tunggang dan
berwarna putih. Tanaman paitan merupakan tumbuhan perdu dengan tinggi ±5 m,
batang tegak, berkayu, dan berwarna hijau. Daun tunggal berseling dengan panjang
26-32 cm, lebar 15-25 cm, ujung dan pangkal runcing, pertulangan menyirip, dan
berwarna hijau. Tanaman paitan memiliki jenis bunga majemuk yang muncul di
ujung ranting dengan kelopak berbentuk tabung, putik melengkung, dan berwarna
kuning.

Gambar 2. Tanaman Paitan ( Tithonia diversifolia) (Wanzala et al., 2016)

Tanaman paitan jarang dibudidayakan karena masih dianggap sebagai


tanaman gulma. Menurut Lestari (2016), biomassa paitan mengandung 3,50-4,00%
N, 0,35-0,38% P, 3,50-4,10% K, 0,59% Ca, dan 0,27% Mg sehingga paitan
berpotensi sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik untuk meningkatkan
kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Menurut Pangestu & Tyasmoro
(2019), campuran POC dan tanaman paitan berpengaruh terhadap peningkatan
jumlah sulur, jumlah cabang, jumlah daun, luas daun, berat basah dan berat kering
pada tanaman mint. Menurut Aryani et al. (2019), tanaman paitan dapat
meningkatkan jumlah cabang, warna daun, polong bernas/tanaman, bobot polong
bernas/petak, dan bobot biji/petak pada kacang tanah.
10

2.4. Tanaman Bandotan (Ageratum conyzoides L.)


Tanaman Bandotan (Ageratum conyzoides L.) merupakan tumbuhan liar dari
famili Asteraceae yang mudah ditemukan di Indonesia (Gambar 3). Bandotan
memiliki pertumbuhan sangat cepat dan dapat hidup pada berbagai tipe tanah.
Bandotan memiliki sistem perakaran tunggang yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Akar keluar dari pangkal batang berwarna coklat keputih-putihan. Bandotan dapat
tumbuh mencampai 1 meter. Batang tanaman ini memiliki bentuk silindris,
bercabang, dan berwarna hijau. Batang dan daun ditutup oleh bulu halus berwarna
putih dan panjang daunnya mencampai 7.5 cm. Bandotan memiliki bunga
berukuran kecil, berwarna putih keunguan dengan diameter 5-8 mm. Buahnya
mudah tersebar sedangkan bijinya ringan dan mudah terhembus angin.

Gambar 3. Tanaman Bandotan (Ageratum conyzoides L.) (Silalahi, 2019)

Bandotan berpotensi sebagai bioherbisida karena mengandung metabolit


sekunder seperti flavonoid, alkaloid, terpena, kromen, kromon, benzofuran,
kumarin, minyak atsiri, sterol dan tanin (Kamboj & Saluja, 2008). Kandungan
tersebut dapat merusak benang-benang spindel pada tahap metafase sehingga
pertumbuhan gulma P. conjugatum terhambat. Menurut Isda et al. (2013), ekstrak
daun bandotan berpengaruh nyata menurunkan perkecambahan dan pertumbuhan
serta meningkatkan persentase kerusakan pada anakan gulma P. conjugatum.
Tanaman bandotan juga mengandung 0,17 % N-total, 31,660 mg/100g P2O5 s, dan
22,715 mg/100 K2O (Murtilaksono et al., 2020)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada14 November 2020 hingga 22 Februari 2021.
Penelitian dilaksanakan di Lahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Bengkulu, Desa Air Duku, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong,
Provinsi Bengkulu pada garis bujur antara 102o 36 '54.96 "BT dan 102o 36' 56.82"
BT dan garis lintang antara 3o 27 '34.26 "S dan 3o 27' 37.02" S di ketinggian 1054
mdpl.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, bambu, plastik
bening, meteran, gunting, ember, klip, kertas, timbangan, kamera, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 250 benih jagung manis varietas
G4xG7, 200 L air, 500 gr pupuk anorganik (N, P, dan K), 10 kg paitan, 10 kg
bandotan, 4 kg tanah, 40 kg vermikompos, 40 L urin sapi, dan 40 mL Effective
Microorganisms-4 (EM-4). Komposisi unsur hara yang terkandung dalam POC
paitan dan bandotan pH 7,41 adalah 24,17 g/L C, 24,57 g/L N, 15,95 g/L P, 7,45g/L
K, 0,27 g/L Ca, 0,26 g/L Mg, dan 3,26 g/L Zn.

3.3. Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5
perlakuan (Tabel 1). Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali.
Tabel 1. Perlakuan pemberian POC pada tanaman jagung manis.
Jumlah dosis yang diberikan pada tanaman
Perlakuan 0 14 21 28 35 42 49 56 Total dosis
HST HST HST HST HST HST HST HST
P1 - 25 50 75 100 150 150 200 750 mL
P2 - 25 50 75 100 150 150 200 750 mL
P3 - 50 100 150 200 250 350 400 1500 mL
P4 - 100 150 250 350 450 450 500 2250 mL
1,9 g urea 3,8 g urea
1,9 g
P5 1,9 g SP-36 - - - - - - 1,9 g SP-36
urea
1,9 g KCl 1,9 g KCl
Keterangan : P1 (POC tanpa paitan dan bandotan); P2, P3, dan P4 (POC paitan dan
bandotan); P5 (Pupuk anorganik)

11
12

3.4. Cara Kerja


3.4.1. Pembuatan Vermikompos
Pembuatan vermikompos menggunakan metode Muktamar et al. (2017),
yaitu dibuat dari kotoran sapi perah segar dicampur dengan cacing tanah
(Lumbricus rubellus). Feses segar sebanyak 250 kg dicampur dengan limbah
organik pertanian dan 5 kg cacing tanah kemudian dimasukkan ke dalam blok
semen berukuran 4 x 4 x 2 m3. Campuran diinkubasi selama 8 minggu dan disimpan
pada kondisi yang lembab dengan penyiraman jika diperlukan. Setelah inkubasi,
vermikompos diayak dengan pengayak 2 mm dan vermikompos siap diaplikasikan.
Cacing tanah yang tersaring didalam ayakan dimasukkan kembali ke dalam blok
semen untuk diproduksi vermikompos berikutnya. Vermikompos yang digunakan
mengandung 255,5 g/kg C-organik, 21,5 g/kg total nitrogen, 2,4 g/kg fosfor, dan
5,5 g/kg kalium (Muktamar et al., 2017).
3.4.2. Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)
Bahan hijauan (10 kg paitan dan 10 kg bandotan) dipotong-potong hingga
mencapai ukuran ±3 cm lalu dimasukan ke dalam gentong berukuran 200 L. Setelah
itu, dimasukan 4 kg tanah, 40 kg vermikompos, 40 L urin sapi, dan 40 mL Effective
Microorganisms-4 (EM-4). Kemudian, ditambahkan air sampai memenuhi volume
gentong. Setelah itu, gentong ditutup rapat dan setiap minggu POC diaduk sampai
minggu ke-4 sehingga diperoleh POC paitan dan bandotan.
3.4.3. Pesiapan Lahan Tanam
Lahan dibersihkan dari gulma dan dicangkul sedalam 15-20 cm agar tanahnya
gembur dan rata. Setelah itu, dibuat kelompok atau blok sesuai perlakuan dan
ulangan dengan jarak 100 cm. Setiap perlakuan diposisikan pada 1 baris dan diulang
sebanyak 5 kali sehingga didapat 25 satuan percobaan. Setiap baris berukuran 75
cm x 250 cm dan dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 25 cm x 75 cm (Lampiran
1).
3.4.4. Penanaman Benih Jagung Manis
Penanaman dilakukan dengan cara meletakkan 2 biji jagung manis pada setiap
lubang tanam. Terdapat 10 lubang tanam di setiap baris tanam. Jarak antar lubang
tanam adalah 25 cm. Setelah tanaman berumur 7 HST, dilakukan penyortiran
13

dengan menyisahkan masing-masing 1 tanaman setiap lubang tanam. Jika ada biji
yang tidak tumbuh maka dilakukan penyisipan tanaman dari perlakuan yang sama.
3.4.5. Pengaplikasian POC pada Jagung Manis
Pengaplikasian atau pemberian POC dilakukan secara berkala pada saat
tanaman berumur 14, 21, 28, 35, 42, 49 dan 56 HST. Pengaplikasian POC dilakukan
dengan cara menyiramkan POC ke bagian pangkal batang tanaman. Jumlah total
POC yang diaplikasikan ke setiap tanaman pada masing-masing perlakuan
sebanyak 750 mL P1, 750 mL P2, 1500 mL P3, dan 2250 mL P4 (Tabel 1). Khusus
P5 diberikan pupuk anorganik yang terdiri atas 3,8 g urea, 1,9 g SP-36, dan 1,9 g
KCL saat tanaman berumur 0 HST dan14 HST (Lampiran 2)
3.4.6. Panen
Jagung manis dipanen pada umur 100 HST ketika rambut jagung telah kering,
bulir terisi penuh dan warna klobot masih hijau.

3.5. Parameter Pengamatan


Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman sampel pada setiap baris tanam
sehingga total tanaman yang diamati berjumlah 125 tanaman. Penentuan tanaman
sampel dilakukan secara acak. Parameter pengamatan pada penelitian ini, yaitu:
1. Tinggi Tanaman, dihitung dimulai dari pangkal batang sampai daun yang
tertinggi setelah diluruskan. Pengukuran tinggi tanaman ini dimulai sejak
tanaman berumur 14 HST sampai 77 HST dengan interval 1 minggu sekali
sampai jagung manis siap panen.
2. Diameter Batang, pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 14 HST
sampai 77 HST dengan menggunakan jangka sorong setiap 1 minggu sekali.
3. Jumlah Daun, dihitung pada saat tanaman berumur 14 HST sampai 77 HST
dengan interval 1 minggu sekali, daun yang dihitung adalah daun yang membuka
sempurna.
4. Panjang Tongkol per Sampel, pengukuran dilakukan setelah panen saat umur
100 HST dengan cara mengukur panjang tongkol jagung manis dengan
penggaris. Pengukuran panjang tongkol dimulai dari pangkal tongkol sampai
ujung tongkol
14

5. Bobot Tongkol per Sampel, pengukuran dilakukan setelah panen saat umur 100
HST dengan cara menimbang tongkol jagung per tanaman sampel.
6. Diameter Tongkol per Sampel, pengukuran dilakukan setelah panen saat umur
100 HST dengan menggunakan jangka sorong.
7. Bobot Tongkol per Petak, pengukuran dilakukan setelah panen saat umur 100
HST dengan cara menimbang tongkol jagung per petak atau blok.

3.6. Analisis Data


Data pertumbuhan jagung manis yang bersifat kuantitatif dilakukan analisis
sidik ragam (ANOVA). Hasil sidik ragam yang berbeda (P<0,05 atau P<0,1)
dilakukan uji lanjutan dengan Uji Duncan's Multiple Range Test (DMRT) untuk
mengetahui perlakuan yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Analisis
data ini menggunakan aplikasi SPSS 22.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Penelitian


Benih jagung manis yang digunakan pada penelitian ini, yaitu genotipe Caps
15 x Caps 22 atau G4xG7. Galur murni G4 berasal dari varietas sweet boy
sedangkan G7 berasal dari varietas bimmo. Kedua varietas tersebut diselfing secara
berulang dan diseleksi sampai diperoleh hibrida G4xG7. Umur berbunga jantan
G4xG7 pada 60 HST sedangkan bunga betina pada umur 62 HST. G4xG7 dipanen
pada umur 82 HST. Produktivitas G4xG7 sebanyak 9,92 Ton/Ha.
Kondisi iklim selama penelitian memiliki suhu harian rata-rata 23,91°C,
kelembaban harian rata-rata 86,71%, dan curah hujan harian rata-rata 13,31 mm
(Lampiran 3). Kondisi tersebut merupakan kondisi minimum untuk pertumbuhan
tanaman jagung manis. Lokasi penelitian pada ketinggian 1504 mdpl dengan
kondisi suhu yang relatif rendah dan kelembaban yang tinggi mengakibatkan umur
panen jagung manis lebih lama daripada jagung manis yang ditanam di dataran
rendah. Jagung manis pada penelitian ini memasuki fase generatif pada umur 77
HST dan dipanen pada umur 100 HST sedangkan menurut penelitian Laksono et
al. (2018), penanaman jagung manis di dataran rendah dengan ketinggian 50 mdpl
sudah memasuki fase generatif pada umur 42 HST. Menurut Riwandi et al.(2014),
kondisi iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman jagung manis adalah
suhu 23°C – 27°C, curah hujan antara 200 - 300 mm per bulan selain itu tanaman
yang ditanam di dataran tinggi atau daerah yang bertemperatur dingin umur panen
lebih panjang karena tanaman jagung merespon dengan akumulasi jumlah panas
yang diterima selama pertumbuhannya untuk menentukan fase perkembangan
tanaman. Pembumbunan tanah setinggi 10 cm juga dilakukan untuk mengatasi
tanaman jagung manis rebah dan menghambat pertumbuhan gulma (Gambar 4.).
Pemberian POC paitan dan bandotan pada tanaman berpengaruh terhadap
pertumbuhan gulma karena selama 100 hari penanaman, pertumbuhan jagung
manis tidak dihambat oleh gulma dan peneliti hanya 1 kali melakukan
pembumbunan tanah pada saat umur 14 HST. Selain itu, pemberian POC paitan dan
bandotan juga meningkatkan kandungan unsur hara pada lahan penelitian sebanyak

15
16

0,17% N, 4.78 ppm P, dan 0,06 me/10 K (Lampiran 4). Selain faktor lingkungan,
kendala berupa serangan hawar daun juga dihadapi pada penelitian ini dan diatasi
dengan penyemprotan pestisida organik. Penyemprotan dilakukan pada pagi dan
sore selama 3 hari guna meminamlisir penguapan kandungan pestisida jika
disemprot pada siang hari.

Gambar 4. Pembumbunan tanah pada tanaman jagung manis (Dokumentasi


pribadi, 2020)

4.2. Pengaruh POC Paitan dan Bandotan terhadap Tinggi Tanaman Jagung
Manis
Pemberian POC paitan dan bandotan berpengaruh (P<0,05) terhadap tinggi
tanaman jagung manis pada umur 56 HST, 63 HST, 70 HST, dan 77 HST (lampiran
5). Rata-rata tinggi tanaman umur 56 HST sampai 77 HST pada perlakuan P4 tidak
berbeda nyata dengan perlakuan P5 akan tetapi berbeda nyata pada perlakuan P1
(Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman jagung manis terhadap pemberian POC paitan
dan bandotan pada umur 49 HST, 56 HST, 63 HST, 70 HST, dan 77 HST
49 HST 56 HST 63 HST 70 HST 77 HST
Perlakuan
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
b b c c
P1 61,52 80,32 91,96 104,6 113,68c
P2 69,72ab 85,84ab 98,16bc 108,96bc 118,2bc
P3 71,48ab 88,48ab 101,36abc 111,76abc 121,56bc
P4 81,28a 101,6a 114,2ab 124,64ab 134,16ab
P5 82,64a 104,48a 117,08a 127,72a 139,52a
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
perlakuan tersebut berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5
17

%. P1 (POC tanpa paitan dan bandotan); P2, P3, dan P4 (POC paitan
dan bandotan); P5 (Pupuk anorganik).

Perlakuan P4 cenderung memberikan nilai rata-rata tertinggi pada tinggi


tanaman dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sedangkan perlakuan P1
memberikan nilai rata-rata terendah. Mahdiannoor et al. (2016) juga menemukan
pengaruh pemberian POC dengan berbagai dosis terhadap tinggi tanaman jagung
manis. Peningkatan tinggi tanaman jagung manis pada perlakuan P4 disebabkan
oleh sistem perakaran yang sudah berkembang dan aktif menyerap unsur hara yang
terkandung dalam POC paitan dan bandotan. Pertumbuhan tinggi tanaman
dipengaruhi oleh unsur hara N, P, K yang diserap oleh tanaman. Hasil Penelitian
(Atmaja, 2017), disimpulkan bahwa pupuk yang mengandung N, P, K membantu
tanaman dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatifnya. Senyawa nitrogen
digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi
protein, membentuk senyawa klorofil, asam nukleat, dan enzim. Oleh karena itu,
nitrogen sangat dibutuhkan tanaman pada pertumbuhan vegetatif seperti
pembentukan tunas atau perkembangan batang. Kurangnya nitrogen menyebabkan
aktifitas pembelahan sel dan pembesaran sel menjadi terhambat sehingga
menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Unsur hara P dan K yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhan vegetatif tidak sebanyak unsur hara N. Unsur hara P
dapat memperbaiki pertumbuhan akar tanaman dan menstimulasi kerapatan akar.
Sedangkan unsur hara K dapat memperbaiki transportasi asimilat dan mengatur
buka tutupnya stomata.

4.3. Pengaruh POC Paitan dan Bandotan terhadap Diameter Batang Jagung
Manis
Pemberian pupuk organik cair paitan dan bandotan berpengaruh (P<0,05)
terhadap diameter batang jagung manis pada umur 63 HST, 70 HST, dan 77 HST
(Lampiran 6). Menurut Sari et al. (2017), bahwa pemberian POC urin sapi
berpengaruh terhadap diameter batang karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.).
Rata-rata diameter batang jagung manis umur 63 HST sampai 77 HST pada
perlakuan P4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P5 akan tetapi berbeda nyata
pada perlakuan P1 (Tabel 3). Perlakuan P4 cenderung memberikan nilai rata-rata
tertinggi pada diameter batang sedangkan perlakuan P1 memberikan nilai rata-rata
18

terendah. Rendahnya rata-rata diameter batang pada perlakuan P1 disebabkan


karena kurangnya unsur hara pada kandungan P1 sehingga tanaman yang dihasilkan
pada perlakuan P1 lebih kecil dibandingkan tanaman pada perlakuan P4 maupun
P5.
Tabel 3. Rata-rata diameter batang jagung manis terhadap pemberian POC paitan
dan bandotan pada umur 49 HST, 56 HST, 63 HST, 70 HST, dan 77 HST.
49 HST 56 HST 63 HST 70 HST 77 HST
Perlakuan
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
P1 1,0752a 1,343b 1,6142b 1,7456b 1,8952b
P2 1,184a 1,405b 1,6552b 1,793b 1,8982b
a ab b b
P3 1,236 1,4346 1,6144 1,717 1,84b
P4 1,3888a 1,6226ab 1,952a 2,0648a 2,2112a
a a a a
P5 1,4488 1,7424 1,9108 2,0726 2,2212a
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
perlakuan tersebut berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf
5 %. P1 (POC tanpa paitan dan bandotan); P2, P3, dan P4 (POC
paitan dan bandotan); P5 (Pupuk anorganik)

Penambahan paitan dan bandotan pada komposisi POC yang diaplikasikan


pada tanaman jagung sangat mempengaruhi pertumbuhan diameter batang jagung
manis. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatknya diameter batang jagung
manis pada setiap perlakuan yang diberikan. Selain itu, dosis POC paitan dan
bandotan yang digunakan pada perlakuan P4 sudah mampu bersaing dengan
penggunaan pupuk anorganik (perlakuan P5). Semakin banyak dosis POC paitan
dan bandotan pada setiap perlakuan yang digunakan, samakin besar diameter
batang jagung manis yang dihasilkan. Pembesaran diameter batang dipengaruhi
oleh unsur hara nitrogen karena nitrogen berperan aktif dalam meningkatkan laju
pertumbuhan (Ainiya et al., 2019). Besarnya kandungan unsur hara tergantung
dengan jenis pupuk yang digunakan. Pupuk organik yang diaplikasikan pada
tanaman dibutuhkan dalam jumlah banyak agar bisa menghasilkan tanaman yang
sebanding dengan pupuk anorganik.

4.4. Pengaruh POC Paitan dan Bandotan terhadap Jumlah Daun Jagung
Manis
Pemberian POC paitan dan bandotan pada tanaman jagung manis tidak
berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman jagung manis (Lampiran 7). Hasil
penelitian Rosniawaty.s et al. (2015) juga menunjukan bahwa pemberian POC
19

campuran urin sapi dan urin kelinci pada pembibitan kakao (Theobroma cacao L.)
tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun.
Semua perlakuan mengalami peningkatan jumlah daun yang sama namun
dapat dilihat bahwa perlakuan P4 dan P5 menunjukan kecenderungan hasil yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Gambar 7). Hasil yang tidak
signifikan pada jumlah daun jagung manis dapat disebabkan oleh unsur hara yang
diserap tanaman dialihkan pada pertumbuhan organ lain seperti tinggi dan diameter
batang jagung manis serta pengaruh genetik tanaman lebih dominan apabila
dibandingkan dengan pengaruh perlakuan yang diberikan.
11
10 P1 P2 P3 P4 P5
9
8
Jumlah daun

7
6
5
4
3
2
1
0
14 21 28 35 42 49 56 63 70 77
HST
Gambar 5. Akumulasi jumlah daun jagung manis pada perlakuan POC paitan dan
bandotan serta pupuk anorganik

4.5. Pengaruh POC Paitan dan Bandotan terhadap Produksi Jagung Manis
per Tongkol
Pemberian POC paitan dan bandotan berpengaruh (P<0,05) terhadap bobot,
panjang dan diameter tongkol jagung manis (Lampiran 8). Rata-rata ukuran tongkol
jagung manis pada perlakuan P4 tidak berbeda nyata dengan P5 namun berbeda
nyata dengan perlakuan P1 (Tabel 4). Perlakuan P4 memberikan hasil rata-rata
panjang dan diameter tongkol tertinggi sedangkan perlakuan P1 memberikan hasil
rata-rata panjang dan diameter tongkol terendah. Rata-rata bobot tongkol jagung
manis pada perlakuan P5 memberikan hasil rata-rata tertinggi namun tidak berbeda
20

dengan perlakuan P4 dibandingkan dengan perlakuan P1 yang memiliki rata-rata


terendah. Hasil penelitian Purba & Hariyono (2020) juga menyimpulkan bahwa
perlakuan pemberian POC Nasa berpengaruh nyata pada parameter panjang
tongkol, bobot tongkol, dan diameter tongkol jagung manis.
Tabel 4. Rata-rata ukuran tongkol jagung manis terhadap pemberian POC paitan
dan bandotan
Panjang tongkol Diameter tongkol Bobot tongkol
Perlakuan
(cm) (cm) (g)
P1 20,66b 3,014c 66,32c
P2 21,72b 3,71bc 111,44bc
P3 22,09b 3,7448bc 109,64bc
P4 27,76a 4,724ab 171,72ab
a a
P5 25,06 4,485 212,96a
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
perlakuan tersebut berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf
5 %. P1 (POC tanpa paitan dan bandotan); P2, P3, dan P4 (POC
paitan dan bandotan); P5 (Pupuk anorganik).

Penambahan panjang dan diameter tongkol jagung manis terjadi karena unsur
hara yang terkandung dalam POC paitan dan bandotan mencukupi kebutuhan
tanaman selama fase generatif. Perlakuan P4 merupakan pemberian dosis tertinggi
POC paitan dan bandotan pada tanaman sehingga unsur hara yang diserap akan
lebih banyak dibandingkan dosis pada perlakuan lain. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Mahdiannoor et al. (2016), bahwa POC dengan kandungan unsur hara P
dan K yang tinggi dapat mengoptimalkan pembentukan tongkol jagung manis.
Unsur hara P berperan dalam pembentukan ATP sebagai energi bagi pertumbuhan
sehingga pembentukan asimilat dan pengangkutan ke tempat penyimpanan dapat
berjalan dengan baik. Unsur hara K membantu proses pembentukan dan
penyimpanan karbohidrat, sehingga tanaman yang menghasilkan karbohidrat dalam
jumlah tinggi mempunyai kebutuhan kalium yang tinggi pula. Hal ini yang
menyebabkan tanaman jagung manis pada perlakuan P4 dan P5 menghasilkan
tongkol yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Pembentukan bobot tongkol pada perlakuan P4 dan P5 memberikan ukuran
tongkol yang besar sedangkan perlakuan P1 dan P2 memberikan ukuran bobot
tongkol yang kecil (Lampiran 10). Bobot tongkol tanaman jagung sangat
dipengaruhi oleh faktor genetik, seperti bentuk daun, jumlah daun dan panjang atau
lebar daun yang akan mempengaruhi proses fotosintesis tanaman. Fotosintesis akan
21

meningkat apabila penyerapan energi sinar matahari berlangsung dengan maksimal,


sehingga produksi biji dalam jagung juga akan meningkat. Selain itu, unsur hara
yang diserap oleh tanaman juga mempengaruhi hasil produksi tanaman jagung
manis. Penggunaan pupuk organik cair dapat meningkatkan ketersediaan dan
serapan unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam jumlah besar,
sehingga pemberian POC paitan dan bandotan dengan dosis tertinggi (perlakuan
P4) pada tanaman dapat meningkatkan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif
maupun fase generatifnya.

4.6. Pengaruh POC Paitan dan Bandotan terhadap Bobot Tongkol Jagung
Manis per Petak
Pemberian pupuk organik cair paitan dan bandotan tidak berpengaruh
terhadap bobot tongkol jagung manis per petak (P<0,05) namun memiliki
kecenderung berpengaruh pada taraf 10% (P<0,1) (Lampiran 9). Besar tongkol
yang dihasilkan pada setiap perlakuan terlihat sangat berbeda (Lampiran 10). Rata-
rata bobot tongkol jagung manis per petak pada perlakuan P4 tidak berbeda nyata
dengan perlakuan P5 namun berbeda nyata dengan perlakuan P1 (Tabel 5).
Tanaman jagung manis pada perlakuan P4 memiliki rata-rata bobot tongkol per
petak tertinggi dihasilkan oleh perlakuan P4 sedangkan perlakuan P1 memiliki
bobot tongkol per petak nilai rata-rata terendah dibandingkan dengan perlakuan
yang lain.
Tabel 5. Rata-rata bobot tongkol jagung manis per petak terhadap pemberian POC
paitan dan bandotan
Bobot tongkol per petak
Perlakuan
(g)
P1 489,8b
P2 823,8ab
P3 629,4b
P4 1198,4a
P5 955,2ab
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
perlakuan tersebut berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf
10 %. P1 (POC tanpa paitan dan bandotan); P2, P3, dan P4 (POC
paitan dan bandotan); P5 (Pupuk anorganik)
22

Tingginya produktivitas tanaman jagung manis pada perlakuan P4


menandakan bahwa dosis POC paitan dan bandotan yang digunakan pada perlakuan
P4 merupakan dosis yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
manis. Pemberian perlakuan P1 memberikan angka yang terendah, hal ini
menandakan bahwa penambahan paitan dan bandotan pada POC sangat
berpengaruh dalam menyuplai unsur hara yang diserap oleh tanaman. Tingginya
nilai bobot tongkol per petak pada perlakuan P4 dibanding perlakuan P5 (pupuk
anorganik) diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang dapat
merusak tanaman dan lingkungan jika digunakan dalam waktu lama.
Besarnya produksi bobot tongkol jagung per petak dipengaruhi oleh unsur
hara yang terkandung di dalam tanah dan pupuk yang diberikan. Meningkatnya
produktivitas jagung manis berbanding lurus dengan meningkatnya unsur hara yang
terkandung di dalam tanah. Pemberian POC paitan dan bandotan pada tanaman
selama 77 HST dapat meningkatkan kandungan unsur hara pada lahan penelitian
sebanyak 0,17% N, 4.78 ppm P, dan 0,06 me/10 K (Lampiran 4). Faktor lain yang
menentukan pertumbuhan dan hasil produksi jagung manis, yaitu penggunaan
varietas unggul untuk mencapai produksi yang tinggi. Penggunaan varietas unggul
memiliki nilai produksi yang baik dan ketahanan terhadap hama atau penyakit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa
perlakuan pemberian pupuk organik cair (POC) paitan dan bandotan pada tanaman
jagung manis memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter
batang, panjang tongkol, bobot tongkol, diameter tongkol, dan bobot tongkol per
petak. Dosis yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung
manis didapatkan sebanyak 2250 mL sehingga diharapkan penggunaan pupuk
anorganik dapat dikurangi.

4.8. Saran
Penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut mengenai pemanfaatan pupuk
organik cair (POC) paitan dan bandotan pada tanaman jagung manis menggunakan
variasi dosis yang lebih banyak sehingga bisa didapatkan hasil yang lebih optimal.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ainiya, M., Fadil, M., & Despita, R. (2019). Peningkatan pertumbuhan dan hasil
jagung manis dengan pemanfaatan trichokompos dan POC daun lamtoro.
Agrotechnology Research Journal, 3(2), 69–74. https://doi.org/10.20961/
agrotechresj.v3i2.31910
Ananda, A. C., & Faridah, A. (2020). Uji organoleptik dodo jagung (Organoleptic
test for corn dodol). Jurnal Pendidikan Tata Boga Dan Teknologi, 1(2), 1–6.
https://doi.org/10.2403/80sr16.00
Anastasia, I., Izatti, M., & Suedy, S. W. A. (2014). Pengaruh Pemberian Kombinasi
Pupuk Organik Padat Dan Organik Cair Terhadap Porositas Tanah Dan
Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amarantus Tricolor L.). Jurnal Biologi, 3(2),
1–10.
Aryani, D., Nurjannah, U., & Hasanudin, H. (2019). Pemanfaatan biomassa gulma
paitan (Tithonia diversifolia)(Hemsley) A.Gray sebagai pupuk kompos dalam
meningkatkan hasil kacang tanah. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia,
21(2), 115–120. https://doi.org/10.31186/jipi.21.2.115-120
Atmaja, I. S. W. (2017). Pengaruh uji minus one test pada pertumbuhan vegetatif
tanaman mentimun. Jurnal Logika, 19(1), 63–68.
Fahmi, A., Syamsudin, Utami, S. N. H., & Radjagukguk, B. (2010). Pengaruh
interaksi nitrogen dan fosfor terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea
mays L) pada tanah regosol dan latosol. Berita Biologi, 10(3), 297–304.
Fahrurrozi, Muktamar, Z., Setyowati, N., Sudjatmiko, S., & Chozin, M. (2015).
Evaluation of tithonia-enriched liquid organic fertilizer for organic carrot
production. Journal of Agricultural Technology, 11(8), 1705–1712.
https://doi.org/10.31219/osf.io/uzskn
Farida Ali, Devy Putri Utami, & Nur Aida Komala. (2018). Pengaruh penambahan
EM4 dan larutan gula pada pembuatan pupuk kompos dari limbah industri
crumb rubber. Jurnal Teknik Kimia, 24(2), 47–55.
https://doi.org/10.36706/jtk.v24i2.431
Hartatik, W., Husnain, & Balai, L. R. W. (2015). Peranan pupuk organik dalam
peningkatan produktivitas tanah dan tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan,
9(2), 107–120. https://doi.org/10.2018/jsdl.v9i2.6600
Hazra, F., Dianisa, N., & Widyastuti, R. (2018). Kualitas dan produksi
vermikompos menggunakan cacing african night crawler ( Eudrilus eugeniae
) quality and production of vermicompost using african night crawler worms
(Eudrilus eugeniae). Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan, 20(2), 77–81.
Isda, M. N., Fatonah, S., & Fitri, R. (2013). Potensi ekstrak daun gulma babadotan
(Ageratum conyzoides L.) terhadap perkecambahan dan pertumbuhan
Paspalum conjugatum Berg. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 6(2), 120–125.
https://doi.org/10.15408/kauniyah.v6i2.2752
Junialdi, R., Zein, A., & Anhar, A. (2019). Pengaruh pemberian bokhasi Bandotan
(Ageratum conyzoides L.) terhadap pertumbuhan dan mutu gizi tomat
(Lycopersium esculentum Mill.). UNES Journal of Scientech Research (JSR),
4(1), 8–26.
Kamboj, A., & Saluja, A. K. (2008). Ageratum conyzoides L.: review on its
phytochemical and pharmacological profile. International Journal of Green

24
25

Pharmacy, 2(2), 59 – 68. https: //doi.org/ http: //dx.doi.org /10.22377 /


ijgp.v2i2.29/ptr.2709
Kemenkes-RI. (2018). Data komposisi pangan indonesia. Kementerian Kesehatan
RI; Kementerian Pertanian Republik Indonesia. https://www.panganku.org/id-
ID/view diakses pada 26 Agustus 2020 pukul 12:11 WIB.
Laksono, R. A., Saputro, N. W., & Syafi’i, M. (2018). Respon pertumbuhan dan
hasil beberapa varietas jagung manis (Zea mays Saccharata sturt. L) akibat
takaran bokashi pada sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di
kabupaten Karawang. Kultivasi, 17(1), 608–616. https: //doi.org/10.24198/
kultivasi.v17i1.16079
Lawenga, F. F., Hasanah, U., & Widjajanto, D. (2015). Pengaruh pemberian pupuk
organik terhadap sifat fisika tanah dan hasil tanaman tomat. Agrotekbis, 3(5),
564–570.
Lestari, S. A. D. (2016). Pemanfaatan paitan (Tithonia diversifolia) sebagai pupuk
organik pada tanaman kedelai. Iptek Tanaman Pangan, 11(1), 49–56.
http://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/05-iptek11012016SriAyu.pdf
Mahdiannoor, Istiqomah, N., & Syarifuddin. (2016). Aplikasi pupuk organik cair
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Ziraa’Ah, 41(1), 1–
10. http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/ziraah/article/view/314
Mahdiannor. (2014). Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays L.
Var. Saccharata) dengan pemberian pupuk hayati pada lahan rawa lebak.
Ziraa’Ah Majalah Ilmiah Pertanian, 39(3), 105–113.
Megawati, M. (2014). Pengaruh penambahan EM4 (effective microorganism-4)
pada pembuatan biogas dari eceng gondok dan rumen sapi. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan, 3(2), 1–11. https://doi.org/10.15294/jbat.v3i2.3696
Moelyohadi, Y. (2015). Respon pertumbuhan akar dan tajuk beberpa genoitf jagung
(Zea mays.L) pada kondisi suplah hara rendah dengan metode kultur air.
KLOROFIL, 10(1), 36–42.
Muktamar, Z., Setyowati, N., Sudjatmiko, S., & Chozin, M. (2016). Selected
macronutrients uptake by sweet corn under different rates liquid organic
fertilizer in closed agriculture system. International Journal on Advanced
Science, Engineering and Information Technology, 6(2), 258–261.
Muktamar, Z., Sudjatmiko, S., Chozin, M., Setyowati, N., & Fahrurrozi. (2017).
Sweet corn performance and its major nutrient uptake following application of
vermicompost supplemented with liquid organic fertilizer. International
Journal on Advanced Science, Engineering and Information Technology, 7(2),
602–608. https://doi.org/10.18517/ijaseit.7.2.1112
Murtilaksono, A., Rika, & Hendrawan. (2020). Pengaruh Pupuk Organik Cair
Babadotan (Ageratum conyzoides) terhadap pertumbuhan vegetatif akar
hanjeli (Coix lacrima Jobi). Agriprima : Journal of Applied Agricultural
Sciences, 4(2), 164–170. https://doi.org/10.25047/agriprima.v4i2.378
Nur, T., Noor, A. R., & Elma, M. (2016). Pembuatan pupuk organik cair dari
sampah organik rumah tangga dengan penambahan bioaktivator EM4
(effective microorganism). Konversi, 5(2), 5–12.
https://media.neliti.com/media/publications/107634-ID-none.pdf
Pangestu, P., & Tyasmoro, S. Y. (2019). Pengaruh pemberian pupuk organik cair
dan kompos paitan (Thitonia diversifolia (Hemsl.) Gray) terhadap
pertumbuhan tanaman mint (Mentha arvensis L.). Jurnal Produksi Tanaman,
26

7(6), 1115–1120.
Pertanian, B. K. P. P. dan B. P. T. (2009). Budidaya Tanaman Jagung. In Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh (BKPPP) dan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/modul/27-Brosur
Jagung1.pdf
Phibunwatthanawong, T., & Riddech, N. (2019). Liquid organic fertilizer
production for growing vegetables under hydroponic condition. International
Journal of Recycling of Organic Waste in Agriculture, 8(4), 369–380.
https://doi.org/10.1007/s40093-019-0257-7
Purba, S. P., & Hariyono, D. (2020). Pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk
organik cair terhadap tertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea
mays saccharata Sturt). 8(6), 619–625.
Raphael, K., & Velmourougane, K. (2011). Chemical and microbiological changes
during vermicomposting of coffee pulp using exotic (Eudrilus eugeniae) and
native earthworm (Perionyx ceylanesis) species. Biodegradation, 22(3), 497–
507. https://doi.org/10.1007/s10532-010-9422-4
Riwandi, Handajaningsih, M., & Hasanudin. (2014). Teknik budidaya jagung
dengan sistem organik di lahan marjinal (1st ed.). UNIB Press.
http://repository.unib.ac.id/7703/1/Full Buku Teknik Budidaya Jagung di
Lahan Marjinal dengan Sistem Organik_Riwandi dkk.pdf
Rizki, K., Rasyad, A., & Murniati. (2014). Pengaruh pemberian urin sapi yang
difermentasi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau (
Brassica rafa ). Jom Fapert, 1(2).
Rosniawaty.s, R.sudirja, & H.Afrianto. (2015). Pemanfaatan urin kelinci dan urin
sapi sebagai alternatif pupuk organik cairpada pembibitan kakao ( Theobroma
cacao L .) Utilizing of rabbit and cow urine as organic fertilizer liqiud
alternative on cocoa ( Theobroma cacao L .) seedling. Jurnal Kultivasi, 14(1),
32–36.
Sari, V. N., Same, M., & Parapasan, Y. (2017). Pengaruh konsentrasi dan lama
fermentasi urin sapi sebagai pupuk cair pada pertumbuhan bibit karet (Hevea
brasiliensis Muell. Arg.). Jurnal Agro Industri Perkebunan, 5(1), 57.
https://doi.org/10.25181/aip.v5i1.651
Silalahi, M. (2019). Ageratum Conyzoides L. (pemanfaatan sebagai obat dan
bioaktivitasnya). Jurnal Dinamika Pendidikan, 11(3), 197. https://
doi.org/10.33541/jdp.v11i3.891
Tejada, M., Gómez, I., Hernández, T., & García, C. (2010). Utilization of
vermicomposts in soil restoration: effects on soil biological properties. Soil
Science Society of America Journal, 74(2), 525–532.
https://doi.org/10.2136/sssaj2009.0260
Wanzala, W., Osundwa, E. M., Alwala, J., & Gakuubi, M. M. (2016). Chemical
composition of essential oil of Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray from the
Southern slopes of Mount Elgon in Western Kenya. Indian Journal of
Ethnophytopharmaceuticals, 2(2), 72–83.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah percobaan Ulangan 1 U


P4 • • • • • • • • • •
P5 • • • • • • • • • •
75 cm
P3 • • • • • • • • • •
P1 • • • • • • • • • •
P2 • • • • • • • • • •

25 cm 100 cm
Ulangan 2
P5 • • • • • • • • • •
P2 • • • • • • • • • •
P1 • • • • • • • • • •
P3 • • • • • • • • • •
P4 • • • • • • • • • •

Lampiran 2. Perhitungan kebutuhan pupuk anorganik pada setiap tanaman


1) Luas baris Dosis pupuk untuk 1 Dosis pupuk untuk
= 2,5 m x 0,75 m = 1,875 m2 baris: 1 tanaman:

2) Dosis Urea (200 kg/ha) = 20g/m2 x 1,875 m2 3,75 g ≈ 3,8 g


= 200 kg/ha = 20g/m2 = 37,5 g ≈ 38 g

3) Dosis SP36 (100 kg/ha) = 10g/m2 x 1,875 m2 1, 875 g ≈ 1,9 g


=100 kg/ha = 10g/m2 = 18,75 g ≈ 19 g

4) Dosis KCL (100 kg/ha) = 10g/m2 x 1,875 m2 1,875 g ≈ 1,9 g


=100 kg/ha = 10g/m2 = 18,75 g ≈ 19 g

Lampiran 3. Kondisi iklim harian di lokasi penelitian dan sekitarnya dalam


rentang bulan november 2020 sampai maret 2021

ID WMO : 96257 Lintang : -3.55000


Nama Stasiun :Stasiun Geofisika Bujur : 102.58900
Kepahiang Elevasi : 517
Lamanya penyinaran
Suhu Kelembaban Curah hujan
Tanggal matahari
(oC) (%) (mm)
(Jam)
1/11/2020 23.5 86 22.6 3.3
02-11-2020 24.1 87 0.8 0.5

27
28

03-11-2020 23.1 90 69.2 5


04-11-2020 24.8 86 3 0
05-11-2020 24.5 86 0.4 6
06-11-2020 24.4 85 - 0
07-11-2020 23.9 87 - 1.7
08-11-2020 23.9 88 0 2.2
09-11-2020 23.9 84 11.6 0.4
10-11-2020 23.6 90 65.4 3.5
11-11-2020 23.9 81 2.6 -
12-11-2020 25.4 81 0 6.1
13-11-2020 25.7 83 - 6.5
14-11-2020 24.1 93 - 5.7
15-11-2020 26 84 2.6 1.3
16-11-2020 25.7 87 2.1 6.5
17-11-2020 23.9 94 4 3.5
18-11-2020 25.4 86 7 1.5
19-11-2020 25.2 84 21 6.5
20-11-2020 24.4 92 3.3 5.6
21-11-2020 23.9 93 5 3.4
22-11-2020 23.9 92 41 1
23-11-2020 23.4 93 31.8 0.2
24-11-2020 23 88 16.6 0.2
25-11-2020 23.6 90 46.2 4.5
26-11-2020 23.8 90 17 1.2
27-11-2020 24.6 85 7.4 2.1
28-11-2020 21.3 96 10 3.1
29-11-2020 23.6 85 36.2 0
30-11-2020 23.8 89 24.2 1
1/12/2020 23.8 85 3.1 1.9
02-12-2020 23.8 86 2 5.5
03-12-2020 25.9 84 18 6
04-12-2020 23.3 76 - 2.7
05-12-2020 23.9 86 - 6.5
06-12-2020 23.9 86 12.5 0
07-12-2020 23.7 88 6 1.3
08-12-2020 24.2 87 9.7 0.5
09-12-2020 21.8 98 28 5
10-12-2020 22.4 94 72.5 0.5
11-12-2020 23.1 86 8.3 0.1
12-12-2020 23.8 82 0.5 2
13-12-2020 23.4 87 5.8 1.6
14-12-2020 23 90 1.1 1.8
15-12-2020 24.3 83 11.1 3.4
16-12-2020 23 92 2.8 5.4
29

17-12-2020 23.6 85 5.8 0.8


18-12-2020 23 90 7.8 2.6
19-12-2020 22.2 90 6.2 1.5
20-12-2020 24.2 81 14.5 0
21-12-2020 24.6 82 - 6.2
22-12-2020 24.5 84 - 6.3
23-12-2020 24.5 84 - 6.1
24-12-2020 23.1 90 14.3 6.4
25-12-2020 24.7 81 4.4 1.2
26-12-2020 23.5 89 - 5.1
27-12-2020 23.3 90 6.3 3.1
28-12-2020 24.5 86 6.3 6.2
29-12-2020 24.2 86 21.2 3.3
30-12-2020 24.5 83 4.5 3
31-12-2020 23.1 90 26.3 4.5
01-01-2021 24.6 79 2.7 0.2
02-01-2021 24.5 85 - 6.5
03-01-2021 23 90 12.9 5
04-01-2021 24 86 13 1.1
05-01-2021 24.9 86 - 2.6
06-01-2021 23.7 88 9 3.6
07-01-2021 24.3 85 5.8 1.1
08-01-2021 23.9 90 8 0.5
09-01-2021 23 89 37.3 2.2
10-01-2021 24.8 86 0.2 0
11-01-2021 24.9 87 0 1
12-01-2021 23.5 92 5.6 3.1
13-01-2021 23 92 0.6 0.3
14-01-2021 23.1 92 0.8 0
15-01-2021 24.6 82 - 0.2
16-01-2021 24 83 12.8 4.7
17-01-2021 22.8 88 - 4.7
18-01-2021 23.1 90 1 0
19-01-2021 23.8 86 11.4 1.5
20-01-2021 23.3 88 0 5.8
21-01-2021 25.1 83 25.4 3.6
22-01-2021 24.3 78 - 6.4
23-01-2021 24 78 - 6.3
24-01-2021 23.7 90 0.2 6.7
25-01-2021 22.9 88 0.1 0.1
26-01-2021 22.5 92 39.4 3.2
27-01-2021 22.8 86 46 -
28-01-2021 22.7 88 26 3
29-01-2021 23.6 90 28.1 0
30

30-01-2021 22.6 93 34.4 0


31-01-2021 23.3 90 34.9 2.1
01-02-2021 23.6 88 0.4 3.5
02-02-2021 24.1 88 7.7 3
03-02-2021 22.3 97 21.7 3.3
04-02-2021 24.2 84 49 1.7
05-02-2021 25 80 7.7 2.7
06-02-2021 25 81 - 6.8
07-02-2021 24.1 82 - 5.6
08-02-2021 25.5 75 - 4.4
09-02-2021 24.2 84 - 6.5
10-02-2021 22.8 92 3.4 0
11-02-2021 23.9 83 43.5 2.8
12-02-2021 24.8 83 - 6.9
13-02-2021 24.7 87 0.3 2.1
14-02-2021 24.3 90 0 0.7
15-02-2021 24.1 88 5 0
16-02-2021 24.5 89 0.4 4.5
17-02-2021 23.9 89 10 2
18-02-2021 23.8 88 7.5 3
19-02-2021 23.7 86 6 1.6
20-02-2021 23.6 87 2.3 3
21-02-2021 24.1 86 0.1 0.7
22-02-2021 24.6 87 - 7
Rata-rata 23.91 86.71 13.43 3.03
Sumber: Pusat database BMKG, 2021

Lampiran 4.Hasil analisis kandungan NPK tanah pada awal dan akhir penelitian
N P K
Kode Lab Kode Sampel
(%) (ppm) (me/10)
180 Awal 0, 21 5, 46 0, 29
181 Akhir 0, 38 10, 24 0, 35
Sumber: Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Bengkulu, 2021

Lampiran 5. Rekapitulasi hasil uji one way anova pengaruh pemberian POC paitan
dan bandotan terhadap tinggi tanaman jagung manis
SK DB JK KT F hitung sig
14 HST 4 17,134 4,28 0,677 0,617
21 HST 4 31,502 7,876 0,624 0,652
28 HST 4 65,828 16,457 0,473 0,755
35 HST 4 308,554 77,138 1,157 0,366
42 HST 4 746,342 186,585 1,322 0,304
49 HST 4 1.529,046 382,262 2,364 0,097
31

Lanjutan
56 HST 4 2.172,826 543,206 3,171 0,043*
63 HST 4 2.298,198 574,55 3,387 0,035*
70 HST 4 2.042,154 510,538 3,056 0,048*
77 HST 4 2.400,266 600,066 4,109 0,018*
Keterangan: *Berpengaruh nyata pada uji F dengan taraf kepercayaan 5%

Lampiran 6. Rekapitulasi hasil uji one way anova pengaruh pemberian POC paitan
dan bandotan terhadap diameter batang jagung manis
SK DB JK KT F hitung sig
14 HST 4 0,36 0,009 1,545 0,237
21 HST 4 0,022 0,006 0,75 0,572
28 HST 4 0,049 0,012 0,932 0,47
35 HST 4 0,114 0,029 1,204 0,347
42 HST 4 0,237 0,059 0,995 0,439
49 HST 4 0,463 0,116 1,463 0,26
56 HST 4 0,556 0,139 2,692 0,069
63 HST 4 0,562 0,141 4,984 0,008*
70 HST 4 0,617 0,154 5,138 0,007*
77 HST 4 0,698 0,175 4,472 0,013*
Keterangan: *Berpengaruh nyata pada uji F dengan taraf kepercayaan 5%

Lampiran 7. Rekapitulasi hasil uji one way anova pengaruh pemberian POC paitan
dan bandotan terhadap jumlah daun jagung manis
SK DB JK KT F hitung sig
14 HST 4 0,938 0,234 1,623 0,217
21 HST 4 1,846 0,462 1,993 0,144
28 HST 4 0,896 0,224 0,765 0,564
35 HST 4 1,418 0,354 1,34 0,298
42 HST 4 1,462 0,366 1,119 0,382
49 HST 4 1,434 0,358 0,729 0,585
56 HST 4 2,25 0,562 1,1 0,39
63 HST 4 2,55 0,638 1,003 0,435
70 HST 4 3,19 0,798 1,04 0,417
77 HST 4 2,826 0,706 0,989 0,442
Keterangan: *Berpengaruh nyata pada uji F dengan taraf kepercayaan 5%
32

Lampiran 8. Rekapitulasi hasil uji one way anova pengaruh pemberian POC paitan
dan bandotan terhadap produksi tanaman jagung manis per tongkol

SK DB JK KT F hitung sig
PT 4 168,972 42,243 10,313 0,000*
BT 4 66.697,802 16.674,45 4,418 0,014*
DT 4 9.303 2.326 5.218 0.007*
Keterangan: *Berpengaruh nyata pada uji F dengan taraf kepercayaan 5%. PT (
Panjang tongkol); BT (Bobot tongkol); DT (Diameter tongkol)

Lampiran 9.Rekapitulasi hasil uji one way anova pengaruh pemberian POC paitan
dan bandotan terhadap produksi bobot tongkol jagung manis per petak.
SK DB JK KT F hitung sig
Bobot tongkol 4 1534190,64 383547,66 2.483 0,085
Keterangan: *Berpengaruh nyata pada uji F dengan taraf kepercayaan 10%

Lampiran 10. Hasil produksi jagung manis terhadap pemberian POC paitan dan
bandotan

Gambar 6.Hasil produksi jagung manis pada setiap perlakuan. A (perlakuan 1 ulangan 1); B
(perlakuan 1 ulangan 2); C (perlakuan 1 ulangan 3); D (perlakuan1 ulangan 4); E
(perlakuan 1 ulangan 5); F (perlakuan 2 ulangan 1); G (perlakuan 2 ulangan 2); H
(perlakuan 2 ulangan 3); I (perlakuan 2 ulangan 4); J (perlakuan 2 ulangan 5); K (perlakuan
3 ulangan 1); L (perlakuan 3 ulangan 2); M (perlakuan 3 ulangan 3); N (perlakuan 3
ulangan 4); O (perlakuan 3 ulangan 5); P (perlakuan 4 ulangan 1); Q (perlakuan 4 ulangan
2); R (perlakuan 4 ulangan 3); S (perlakuan 4 ulangan 4); T (perlakuan 4 ulangan 5); U
(perlakuan 5 ulangan 1); V (perlakuan 5 ulangan 2); W (perlakuan 5 ulangan 3); X
(perlakuan 5 ulangan 4); Y (perlakuan 5 ulangan 5). (Dokumentasi pribadi, 2021)
33

Gambar 7. Produksi tongkol jagung pemberian Gambar 8. Produksi tongkol jagung pemberian
POC paitan dan bandotan perlakuan POC paitan dan bandotan perlakuan
P1 dan P2 (Dokumentasi pribadi, P4 dan P5 (Dokumentasi pribadi,
2021) 2021)

Anda mungkin juga menyukai