Anda di halaman 1dari 17

i

PERBAIKAN VARIETAS BIBIT SAWO (MANILKARA ZAPOTA) DENGAN


PEMBERIAN FITOSAN

Usulan Penelitian untuk Skripsi


Diajukan kepada :
Program Studi Agroteknologi

Oleh :
Yuliastuti Monicasari
H0714159

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
ii

JUNI 2017PERBAIKAN VARIETAS BIBIT SAWO (MANILKARA ZAPOTA)


DENGAN PEMBEIAN FITOSAN

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Oleh :
i
Yuliastuti Monicasari
H0714159

Telah disetujui
Pembimbing Utama :

Dr. Ir. Endang Yuniastuti M.Si. Tanggal :


NIP. 197006091994022001

Pembimbing Pendamping :

Prof. Dr. Ir. Nandariyah M.S. Tanggal :


NIP. 19560221986011001

Surakarta, Juni 2017

Mengetahui,
Komisi Sarjana
Program Studi Agroteknologi
Ketua,

Dr. Ir. Parjanto, M.P.


I. NIP. 196203231988031001PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sawo (Manilkara zapota) juga dikenal dengan nama sapodilla (Inggris)


merupakan tanaman buah yang berasal dari Amerika Tengah
(Lakshminarayana & Rivera 1979). Sawo menyebar di daerah tropik termasuk
ii
Indonesia (Sunarjono 2013). Produksi sawo di Indonesia yaitu 122.813 ton tahun
2010, 118.138 ton tahun 2011, 135.332 ton tahun 2012, 127.690 ton tahun 2013,
138.209 ton tahun 2014, 134.647 ton tahun 2015 (BPS 2015).
Masyarakat di Indonesia mengembangbiakkan sawo dengan menanam
benihnya serta menggunakan teknik perbanyakan secara vegetatif. Pertumbuhan
sawo menggunakan benih lebih lama berkecambah karena sawo memiliki kulit
benih yang bersifat keras sehingga sulit ditembus air dan udara. Menurut Ashari
(1995) Biji sawo sulit berkecambah karena halangan fisik dari kulit bijinya.
Kondisi seperti ini mengganggu dalam proses penyediaan bibit untuk
penanaman dan dalam pengujian benih. Menurut Verheij dan Coronel (1992) Biji
sawo merupakan biji yang sulit berkecambah, memerlukan waktu 30 hari untuk
berkecambah setelah biji dipanen tanpa adanya suatu perlakuan.
Pertumbuhan bibit sawo dari biji dianggap lambat dan lebih lama
menghasilkan (Prameswari et al. 2014). Salah satu upaya mengatasi
perbanyakan sawo karena benih lama berkecambah yaitu pengaplikasian
fitosan. Menurut BATAN (2015) Fitosan berasal dari pemanfaatan limbah kulit
udang yang diproses dengan radiasi sinar gamma dan berkas elektron menjadi
oligochitosan. Fitosan bermanfaat sebagai vaksin tanaman dan Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) sawo. Fitosan mampu mempercepat pertumbuhan tanaman,
hasil panen tinggi dan umur tanam lebih pendek. Fitosan mampu mencegah dan
mengobati tanaman dari penyakit karena virus, jamur dan bakteri. Menurut
Darwis et.al (2013) Kitosan dengan berat molekul rendah disebut fitosan
disiapkan degan melakukan penyinaran kitosan menggunakan iradiasi sinar
gamma.
Perbanyakan sawo menggunakan benih perlu perlakuan khusus sebelum
ditanam untuk mematahkan dormansi kulit biji sawo. Aplikasi fitosan pada benih
sawo digunakan sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT), vaksin dan membantu
mempercepat pertumbuhan. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengkaji
konsentrasi fitosan dan waktu perendaman benih pada fitosan yang optimal

1
2

terhadap pertumbuhan bibit sawo untuk meningkatkan produktifitas sawo di


Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa konsentrasi fitosan yang optimal terhadap pertumbuhan bibit sawo?
2. Berapa waktu perendaman benih pada fitosan yang optimal untuk
pertumbuhan bibit sawo?
3. Bagaimana interaksi antara konsentrasi fitosan dengan waktu perendaman
benih pada fitosan terhadap pertumbuhan bibit sawo?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini antara lain untuk :
a Mengetahui konsentrasi fitosan yang optimal untuk pertumbuhan bibit
sawo.
b Mengetahui waktu perendaman benih pada fitosan terhadap untuk
pertumbuhan bibit sawo.
c Mengkaji interaksi antara perlakuan konsentrasi fitosan dan waktu
perendaman benih pada fitosan terhadap pertumbuhan bibit sawo.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Manfaat bagi ilmu pengetahuan yaitu bertambahnya informasi
mengenai perbaikan varietas bibit sawo dengan pemberian fitosan.
b. Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat yaitu memiliki acuan dalam
menggunakan fitosan pada benih sawo sehingga masyarakat dapat
memanfaatkannya secara maksimal.
c. Bagi Penulis
Manfaat penelitian bagi penulis yaitu menambah wawasan
mengenai perbaikan varietas bibit sawo (M. zapota L.) dengan pemberian
fitosan dan mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Sawo ( M. zapota L. )
Sawo dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Magnoliopsida
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Ebenales
Family : Sapotaceae
Genus : Achras Atau Manilkara
Spesies : Manilkara zapota L.
(Sentana 2010).
Sawo tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Tipe tanah yang
dikehendaki adalah lempung berpasir yang mengandung banyak bahan organik
dengan pH 5,5-7. Curah hujan yang sesuai yaitu 1500 -2500 mm/tahun. Sawo
tahan terhadap iklim kering dengan lima bulan musim kemarau
(Sunarjono 2013). Sawo dibudidayakan optimal pada daerah beriklim basah
sampai kering (Kusmiyati et al. 2014). Buah sawo yang matang banyak
mengandung lemak, gula, garam fosfat, vitamin B1, dan vitamin C yang di
antaranya mengandung antioksidan yang berkhasiat untuk penderita diabetes
mellitus (Afifah 2015).
Pengembangan populasi sawo terkendala oleh faktor alami yang bersifat
menghambat regenerasi populasi seperti sifat pertumbuhan yang lambat dan
terjadinya dormansi kulit benih. Proses perkecambahan sawo baru dimulai pada
umur 2,5 minggu sampai 5 minggu setelah penaburan (Hardiyanto 2008). Salah
satu faktor penting dalam proses perkecambahan adalah oksigen. Perlakuan
skarifikasi pada benih yang impermeabel terhadap oksigen dapat memudahkan
masuknya oksigen ke dalam embrio sehingga proses perkecambahan segera
terjadi. Teknik deoperkulasi dapat mempercepat proses penyerapan air oleh
embrio untuk mengaktifkan enzim-enzim dalam proses perkecambahan
(Dennis 1995) dalam Rofik dan Murniati (2008).
Menurut Hartman dan Kester (1983) Perlakuan sebelum perkecambahan
mampu menstimulir perkecambahan diantaranya skarifikasi mekanik,
perendaman benih, skarifikasi dengan asam, stratifikasi dingin, perendaman
dengan larutan potassium nitrat dan pengaturan cahaya. Skarifikasi mekanik

3
4

dapat mengurangi masalah kulit benih keras. Perendaman benih dalam air yang
dapat mengurangi masalah kulit benih keras, menghilangkan inhibitor,
melunakkan benih, dan mempercepat waktu perkecambahan. Skarifikasi dengan
asam yang dapat mengurangi masalah kulit benih keras atau kulit benih yang
impermeabel. Stratifikasi dingin digunakan pada benih yang mempunyai sifat
after ripening.
Teknik skarifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan perendaman.
Tujuan dari teknik ini adalah untuk melunakkan endokarp dan membuang zat
penghambat. Hasil yang baik harus dipertimbangkan mengenai perbandingan
benih dengan larutan perendaman, suhu dan lama perendaman (Susanti 2010 ).
Perlakuan perendaman dalam air mengalir berfungsi untuk mencuci zat-
zat yang menghambat perkecambahan dan dapat melunakkan kulit benih.
Perendaman dapat merangsang penyerapan lebih cepat. Perendaman
mengatasi dormansi fisik. Ada resiko benih akan mati jika dibiarkan dalam air
sampai seluruh benih menjadi permeabel (Schmidt 2000).

B. Fitosan

Fitosan mampu mencegah dan mengobati  tanaman dari penyakit


karena virus, jamur dan bakteri (vaksin dan antibiotik) zat pengatur tumbuh
tanaman. Fitosan dimanfaatkan sebagai pupuk, mempercepat pertumbuhan dan
dapat menyembuhkan tanaman dari penyakit. Fitosan mampu mempercepat
tumbuh tanaman, hasil panen tinggi dan umur tanam menjadi lebih pendek
(BATAN 2015). Chitosan merangsang pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Perawatan benih dengan chitosan meningkatkan perkecambahan,
meningkatkan kemunculan bibit, dan mempercepat pertumbuhan tanaman lebih
lanjut (Cho 2008). Hasil penelitian menunjukkan pada bahwa kitosan mampu
memberikan imun pada bunga matahari (Helianthus annuus L.) (Nandeeshkumar
et al. 2008) meningkatkan produktivitas pada tomat (Lycopersicum esculentum
Mill.), mentimun (Cucumis sativus L.) (Shehata et al. 2012) dan padi (Oryza
sativa L.) (Boonlertnirun et al. 2012).
C. Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan
hara (nutrien) yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan
dapat merubah proses fisiologi tanaman. Zat pengatur tumbuh dalam tanaman
terdiri dari 5 (lima) kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etylen, dan inhibitor
5

dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologi
(Abidin1994).
Zat pengatur tumbuh bermanfaat dalam pengembangan tanaman
(Suprapto 2004). Senyawa sintetik mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa
dengan hormon tanaman. Senyawa sintetik ini dikenal dengan nama zat
pengatur tumbuh tanaman (ZPT) atau plant growth regulator. Zat pengatur
tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah
dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan
dan perkembangan tanaman (Widyastuti dan Tjokrokusumo 2006)
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian zpt adalah faktor
lingkungan yaitu suhu, kelembaban, curah hujan, cuaca, dan cahaya. Kondisi
lingkungan pemberian ZPT jika sesuai dengan kebutuhan tanaman akan segera
diserap tanaman (Satyavathi et al. 2004). Pagi hari suhu lingkungan masih
seimbang dengan suhu tubuh tanaman sehingga penguapan air masih terkontrol.
Sore hari suhu lingkungan naik sedangkan suhu tanaman masih rendah
(Khadijah dan Hairunnas 2016).

III. METODE PENELITIAN


6

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Maret 2017 sampai Agustus 2017 di Rumah


Kaca A Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu benih sawo ( M. zapota L.), fitosan, aquades
dan media tanam berupa tanah, kompos dan pasir (1:1:1). Alat yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu polybag, label, spidol permanen, sprayer, cangkul,
ember, tempat perendaman benih, bulp, erlenmeyer, stopwatch, penggaris, alat
tulis, gelas ukur.

C. Perancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu percobaan dua faktorial dalam Rancangan


Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama adalah konsentrasi fitosan yang terdiri dari
empat taraf yaitu ml/L, 2 ml/L, 4 ml/L, 6 ml/L. Faktor kedua adalah waktu
perendaman fitosan yang terdiri empat taraf yaitu 0 jam, 12 jam, 24 jam,36 jam.
Perlakuan kedua faktor diperoleh 16 kombinasi dan dilakukan pengulangan 3
kali.
a. Faktor pertama adalah konsentrasi fitosan
1) K1 = konsentrasi fitosan 0 ml/L
2) K2 = konsentrasi fitosan 2 ml/L
3) K3 = konsentrasi fitosan 4 ml/L
4) K4 = konsentrasi fitosan 6 ml/L
b. Faktor kedua adalah waktu perendaman fitosan
1) T1 = 0 jam
2) T2 = 12 jam
3) T3 = 24 jam
4) T4 = 36 jam
Kedua faktor diatas diperolah 16 kombinasi perlakuan. Masing-masing
perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 48 satuan
percobaan.
K1T1 = Konsentrasi fitosan 0 ml/L + 0 jam
K1T2 = Konsentrasi fitosan 0 ml/L + 12 jam
K1T3 = Konsentrasi fitosan 0 ml/L + 24 jam
K1T4 = Konsentrasi fitosan 0 ml/L + 36 jam

6
7

K2T1 = Konsentrasi fitosan 2 ml/L + 0 jam


K2T2 = Konsentrasi fitosan 2 ml/L + 12 jam
K2T3 = Konsentrasi fitosan 2 ml/L + 24 jam
K2T4 = Konsentrasi fitosan 2 ml/L + 36 jam
K3T1 = Konsentrasi fitosan 4 ml/L + 0 jam
K3T2 = Konsentrasi fitosan 4 ml/L + 12 jam
K3T3 = Konsentrasi fitosan 4 ml/L + 24 jam
K3T4 = Konsentrasi fitosan 4 ml/L + 36 jam
K4T1 = Konsentrasi fitosan 6 ml/L + 0 jam
K4T2 = Konsentrasi fitosan 6 ml/L + 12 jam
K4T3 = Konsentrasi fitosan 6 ml/L + 24 jam
K4T4 = Konsentrasi fitosan 6 ml/L + 36 jam

D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Bahan Tanam
Persiapan bahan tanam meliputi media tanam dan benih sawo. Media
tanam yang digunakan adalah tanah, kompos dan pasir.
2. Pembuatan Media dan Perendaman Biji Sawo
Pembuatan media dilakukan dengan mencampur tanah, kompos dan
pasir dengan perbandingan masing-masing 1:1:1. Perendaman biji sawo
dilakukan sesuai taraf perlakuan yaitu 0 jam pada Minggu 19 April 2017 pukul
10.00 WIB, 12 jam pada Sabtu 18 April 2017 pukul 22.00 WIB, 24 jam pada
Sabtu 18 April 2017 pukul 10.00 WIB, 36 jam pada Jumat 17 April 2017 pukul
22.00 WIB.
3. Penanaman Biji Sawo
Penanaman biji sawo ditanam di polybag ukuran 20 cm x 10,5 cm pada
media dan menyesuaikan layout rancangan percobaan yang sudah dibuat.
4. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan dilakukan setiap hari selama 12 MST dengan menyiram
tanaman dan menghilangkan gulma.
5. Pengamatan
Pengamatan penelitian i dengan mengamati pertumbuhan sawo
( M. zapotaL. ) sesuai pengamatan peubah setiap satu minggu sekali selama
12 MST.
8

E. Pengamatan Peubah
1. Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali selama
12 MST diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman.
2. Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap satu minggu sekali selama 12
MST dengan menghitung jumlah daun total yang membuka sempurna pada
setiap tanaman.
3. Warna Daun
Pengamatan warna daun dilakukan setiap satu minggu sekali selama 12
MST dengan menggunakan colour chart dan aplikasi.
4. Hari Muncul Tunas
Pengamatan saat muncul tunas dilakukan setiap satu minggu sekali
selama 12 MST dengan mencatat hari munculnya tunas sawo.
5. Jumlah Tunas
Pengamatan jumlah tunas dilakukan setiap satu minggu sekali selama 12
MST dengan menghitung jumlah tunas masing-masing tanaman.

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan uji F dengan taraf 5%, jika
berpengaruh nyata kemudian dilanjutkan uji DMRT.
9

IV. JADWAL KEGIATAN

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Kajian Konsentrasi Dan Waktu Penyemprotan Fitosan Terhadap Pertumbuhan Bibit Sawo
(M. zapota L.)
Juli Agustus Waktu
Maret April Mei Juni (minggu
No Kegiatan
)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan bahan tanam 2
2. Pembuatan media dan
1
perendaman biji sawo
3. Penanaman biji sawo 1
4. Pemeliharaan tanaman 12
5. Pengamatan tinggi tanaman 12

6. Pengamatan jumlah daun 12


8. Pengamatan Hari Muncul tunas 12
9. Pengatan Jumlah tunas 12
10. Pengamatan Warna Daun 12
11. Analisis data 1
12. Penyusunan Skripsi
13. Seminar Hasil Penelitian
14. Ujian Akhir
10
11

V. RENCANA ANGGARAN

Tabel 2. Rencana Anggaran Penelitian Penelitian Kajian Konsentrasi dan Waktu


9
Penyemprotan Fitosan terhadap Pertumbuhan Bibit Sawo
(M. zapota L.)
No JenisPengeluaran Biaya (Rp)
.
1. Bahan
Rp 300.000,00
a. Tanah
Rp 175.000,00
b. Kompos
Rp 165.000,00
c. Pasir
Rp 40.000,00
d. Benih sawo
Rp 75.000,00
e. Fitosan
Rp 24.000,00
f. Aquades
2. Peralatan
a. sprayer Rp 40.000,00
b. Polybag Rp 120.000,00
c. Alat tulis Rp 30.000,00
d. Label Rp 10.000,00
e. Spidol Rp 12.000,00
f. Transportasi Rp 50.000,00
Total Pengeluaran Rp 1.041.000,00

10
12

LAMPIRAN 1

Lay-Out Rancangan Percobaan

B T

S
K3T3(3) K3T4(3) K4T1(1) K1T4(3) K1T2(2) K2T4(2) K1T3(3) K4T2(2)
K1T1(3) K2T1(3) K4T1(3) K2T2(1) K3T3(1) K4T3(3) K1T4(1) K3T2(3)
K4T3(1) K3T1(1) K1T3(1) K4T4(2) K1T2(1) K4T4(3) K3T1(3) K3T4(1)
K3T2(1) K1T4(2) K2T3(2) K1T2(3) K2T1(2) K2T4(3) K1T1(2) K4T2(3)
K2T3(3) K3T2(2) K3T1(2) K2T4(1) K3T3(2) K4T3(2) K3T4(2) K2T1(1)
K2T3(1) K4T4(1) K2T2(2) K1T3(2) K4T2(1) K4T1(2) K1T1(1) K2T2(3)
Gambar 1. Lay-Out Percobaan Penelitian Kajian Waktu Perendaman Dan Kadar
Fitosan terhadap Pertumbuhan Bibit Sawo (M. Zapota L.)
13

DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z 1994. Dasar-dasar pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh.
Bandung: Angkasa Bandung.
Afifah E 2015. Pemberian ekstrak air buah sawo (Manilkara zapota L.)
menurunkan kadar glukosa darah tikus (Rattus norvegicus) diabetes
mellitus. J Gizi dan Dietetik Indonesia 3 (3) : 180 - 186.
Ashari S 1995. Hortikultura aspek budaya. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
[BATAN] Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2015. Pemanfaatan fitosan di bidang
pertanian. http://www.batan.go.id/ diakses pada Sabtu, 15 Maret 2017
pukul 20.00 WIB.
Boonlertnirun S, Suvannasara R, Promsomboon P, et al. 2012. Chitosan in
combination with chemical fertilizer on agronomic traits and some
physiological responses relating to yield potential of rice (Oryza sativa L.).
Research J Biol Sci. 7 (1) : 64 - 68.
Bornet A, Teissedre PL. 2008. Chitosan, chitin-glucan and chitin effects on
minerals (iron, lead,cadmium) and organic (ochratoxin A) contaminants in
wines. J of Eur. Food Res. Technol. 226(1): 681–689.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi buah-buahan di Indonesia 2015.
http://www.bps.go.id/ diakses pada Sabtu, 15 Maret 2017 pukul 20.00
WIB.
Cho MH, No HK, Prinyawiwatkul W. 2008. Chitosan treatments affect growth and
selected quality of sunflower sprouts. J Food Sci 73(1) 70-77.
Darwis D, Puspitasari T, Iramani D, Sri Susilowati D S, Pangerteni 2013.
Reparation of low molecular weight chitosan by radiation and its
application for plant growth promoter. J of National Nuclear Energy
Agency, Centre for Application of Isotopes and Radiation Technology 1
(10) : 86-96.
Guan YJ, Hu J, Wang XJ, Shao CX. 2009. Seed priming with chitosan improves
miaze germination and seedling growth in relation to physiological
changes under low temperature stress. J of Zhejiang Univ. Sci. B. 10(1):
427–433.
Hartman H. T. and D. E. Kester 1983. Plant propagation principles and practices.
Prentice Hall, Inc. Englewood. New Jersey. 456 p.
Khadijah H 2016. Waktu penyemprotan dan konsentrasi pupuk daun terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kentang (Solanum tuberosum L.). J
Ilmiah Research Sains 2(3): 69-83.
Kusmiyati ED, Trisnowati S, Ambarwati E 2014. Kajian budidaya dan
produktivitas sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) di dusun Pasutan,
Bogoran dan Pepe, Desa Trirenggo, Bantul, Yogyakarta. J Vegetalika
1(3): 66-78.
Lakshminarayana S, Rivera MAM 1979. Proximate characteristics and
composition of sapodilla fruits grown in Mexico. Proc. Fla. State Hort.
Soc. 2 (3) 92 : 303-305.
14

Nandeeshkumar P, Sudisha J, Ramachandra KK, et al 2008. Chitosan induced


recictance to downy mildew in sunflower caused by plasmopara halstedii.
Physiol Mol Plant Pathol. 27:188-194.
Prameswari ZK, Trisnowati S, Waluyo S 2014. Pengaruh macam media dan zat
pengatur tumbuh terhadap keberhasilan cangkok sawo (Manilkara zapota
(L.) van Royen) pada musim penghujan. Vegetalika 3(4): 107-118.
Ravi KMNV. 2000. A review of chitin and chitosan applications. J React. Funct.
Polym. 46(1):1–27.
Rofik A. dan Murniati E 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi benih dan media
perkecambahan untuk meningkatkan viabilitas benih aren (Arenga
pinnata). J Buletin Agronomi 36 (1) : 33 - 40.
Satyavathi VV, Jauhar PP, Elias EM et al 2004. Effects of growth regulators on in
vitro plant regeneration in durum wheat. Crop Sci. 44 (5) : 1839 - 1846.
Schmidt L 2000. Pedoman penanganan benih tanaman hutan tropis dan sub
tropis. Jakarta : Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Dept.
Kehutanan.
Sen SK, Mandal P. 2016. Solid matrix priming with chitosan enhances seed
germination and seedling invigoration in mung bean under salinity stress.
J of Central European Agriculture. 17(3) : 749-762. DOI:
10.5513/JCEA01/17.3.1773.
Sentana Aso 2010. Health secret of kiwifruit. Jakarta : PT Elex Mia Komputindo.
Si Q, Ma Y, Zang D. 2016. The causes of dormancy and the changes of
endogenous hormone content in cephalotaxus sinensis seeds. J
Agricultural Sciences. 7(1) : 834-849. DOI: 10.4236/as.2016.712076
Sharp RG. 2013. A review of the applications of chitin and its derivatives in
agriculture to modify plant-microbial interactions and improve crop yields.
J Agronomy 3(1) 757–793.
Shehata SA, Fawzy ZF, El-Ramady HR 2012. Response of cucumber plants to
foliar application of chitosan and yeast under Screenhouse conditions.
Aust J Basic and Appl Sci. 6 (1) : 63 - 71.
Sunarjono Hendro 2013. Jenis tanaman buah. Jakarta : Penebar Swadaya
Susanti M, Murniati E dan Suita E 2010. Pengaruh media tanam dan perlakuan
pra perkecambahan terhadap perkecambahan benih panggal buaya
(Zanthoxylum rhetsa) J Pertanian. 1 (1) : 25 - 27.
Tamada M, Taguchi M, Hashim KB et al. 2014. FNCA Guidelines : On Chitosan
PGP application for rice, chilli and other crops. Japan : Japan Atomic
Energy Agency.
Trzeinska MA, Bogusiewiez A, Szkop M, Drozdowski S. 2015. Effect of chitosan
on disease control and growth of scots pine (Pinus sylvestris L.) in a
forest nursery. J Forest 6(1): 3165-3176. DOI: 10.3390/f6093165.
Verheij EWM, Coronel RE 1992. Plant rsources of southeast asia. Bogor :
Prosea.
15

Widyastuti N dan Tjorokusumo D 2006. Peranan beberapa zat pengatur tumbuh


(zpt) tanaman pada kultur in vitro. J Sain dan Teknologi BPPT 3 (5) : 8 10.
Zeng D, Luo X, Tu R. 2012. Application of bioactive coatings based on chitosan
for soybean seed protection. J of Carbohydrate Chemistry. 2012(1): 1-6.
DOI: 10.1155/2012/104565.

Anda mungkin juga menyukai