Oleh :
Yuliastuti Monicasari
H0714159
Oleh :
i
Yuliastuti Monicasari
H0714159
Telah disetujui
Pembimbing Utama :
Pembimbing Pendamping :
Mengetahui,
Komisi Sarjana
Program Studi Agroteknologi
Ketua,
1
2
3
4
dapat mengurangi masalah kulit benih keras. Perendaman benih dalam air yang
dapat mengurangi masalah kulit benih keras, menghilangkan inhibitor,
melunakkan benih, dan mempercepat waktu perkecambahan. Skarifikasi dengan
asam yang dapat mengurangi masalah kulit benih keras atau kulit benih yang
impermeabel. Stratifikasi dingin digunakan pada benih yang mempunyai sifat
after ripening.
Teknik skarifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan perendaman.
Tujuan dari teknik ini adalah untuk melunakkan endokarp dan membuang zat
penghambat. Hasil yang baik harus dipertimbangkan mengenai perbandingan
benih dengan larutan perendaman, suhu dan lama perendaman (Susanti 2010 ).
Perlakuan perendaman dalam air mengalir berfungsi untuk mencuci zat-
zat yang menghambat perkecambahan dan dapat melunakkan kulit benih.
Perendaman dapat merangsang penyerapan lebih cepat. Perendaman
mengatasi dormansi fisik. Ada resiko benih akan mati jika dibiarkan dalam air
sampai seluruh benih menjadi permeabel (Schmidt 2000).
B. Fitosan
Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan
hara (nutrien) yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan
dapat merubah proses fisiologi tanaman. Zat pengatur tumbuh dalam tanaman
terdiri dari 5 (lima) kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etylen, dan inhibitor
5
dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologi
(Abidin1994).
Zat pengatur tumbuh bermanfaat dalam pengembangan tanaman
(Suprapto 2004). Senyawa sintetik mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa
dengan hormon tanaman. Senyawa sintetik ini dikenal dengan nama zat
pengatur tumbuh tanaman (ZPT) atau plant growth regulator. Zat pengatur
tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah
dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan
dan perkembangan tanaman (Widyastuti dan Tjokrokusumo 2006)
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian zpt adalah faktor
lingkungan yaitu suhu, kelembaban, curah hujan, cuaca, dan cahaya. Kondisi
lingkungan pemberian ZPT jika sesuai dengan kebutuhan tanaman akan segera
diserap tanaman (Satyavathi et al. 2004). Pagi hari suhu lingkungan masih
seimbang dengan suhu tubuh tanaman sehingga penguapan air masih terkontrol.
Sore hari suhu lingkungan naik sedangkan suhu tanaman masih rendah
(Khadijah dan Hairunnas 2016).
Bahan yang digunakan yaitu benih sawo ( M. zapota L.), fitosan, aquades
dan media tanam berupa tanah, kompos dan pasir (1:1:1). Alat yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu polybag, label, spidol permanen, sprayer, cangkul,
ember, tempat perendaman benih, bulp, erlenmeyer, stopwatch, penggaris, alat
tulis, gelas ukur.
C. Perancangan Penelitian
6
7
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Bahan Tanam
Persiapan bahan tanam meliputi media tanam dan benih sawo. Media
tanam yang digunakan adalah tanah, kompos dan pasir.
2. Pembuatan Media dan Perendaman Biji Sawo
Pembuatan media dilakukan dengan mencampur tanah, kompos dan
pasir dengan perbandingan masing-masing 1:1:1. Perendaman biji sawo
dilakukan sesuai taraf perlakuan yaitu 0 jam pada Minggu 19 April 2017 pukul
10.00 WIB, 12 jam pada Sabtu 18 April 2017 pukul 22.00 WIB, 24 jam pada
Sabtu 18 April 2017 pukul 10.00 WIB, 36 jam pada Jumat 17 April 2017 pukul
22.00 WIB.
3. Penanaman Biji Sawo
Penanaman biji sawo ditanam di polybag ukuran 20 cm x 10,5 cm pada
media dan menyesuaikan layout rancangan percobaan yang sudah dibuat.
4. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan dilakukan setiap hari selama 12 MST dengan menyiram
tanaman dan menghilangkan gulma.
5. Pengamatan
Pengamatan penelitian i dengan mengamati pertumbuhan sawo
( M. zapotaL. ) sesuai pengamatan peubah setiap satu minggu sekali selama
12 MST.
8
E. Pengamatan Peubah
1. Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali selama
12 MST diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman.
2. Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap satu minggu sekali selama 12
MST dengan menghitung jumlah daun total yang membuka sempurna pada
setiap tanaman.
3. Warna Daun
Pengamatan warna daun dilakukan setiap satu minggu sekali selama 12
MST dengan menggunakan colour chart dan aplikasi.
4. Hari Muncul Tunas
Pengamatan saat muncul tunas dilakukan setiap satu minggu sekali
selama 12 MST dengan mencatat hari munculnya tunas sawo.
5. Jumlah Tunas
Pengamatan jumlah tunas dilakukan setiap satu minggu sekali selama 12
MST dengan menghitung jumlah tunas masing-masing tanaman.
F. Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan uji F dengan taraf 5%, jika
berpengaruh nyata kemudian dilanjutkan uji DMRT.
9
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Kajian Konsentrasi Dan Waktu Penyemprotan Fitosan Terhadap Pertumbuhan Bibit Sawo
(M. zapota L.)
Juli Agustus Waktu
Maret April Mei Juni (minggu
No Kegiatan
)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan bahan tanam 2
2. Pembuatan media dan
1
perendaman biji sawo
3. Penanaman biji sawo 1
4. Pemeliharaan tanaman 12
5. Pengamatan tinggi tanaman 12
V. RENCANA ANGGARAN
10
12
LAMPIRAN 1
B T
S
K3T3(3) K3T4(3) K4T1(1) K1T4(3) K1T2(2) K2T4(2) K1T3(3) K4T2(2)
K1T1(3) K2T1(3) K4T1(3) K2T2(1) K3T3(1) K4T3(3) K1T4(1) K3T2(3)
K4T3(1) K3T1(1) K1T3(1) K4T4(2) K1T2(1) K4T4(3) K3T1(3) K3T4(1)
K3T2(1) K1T4(2) K2T3(2) K1T2(3) K2T1(2) K2T4(3) K1T1(2) K4T2(3)
K2T3(3) K3T2(2) K3T1(2) K2T4(1) K3T3(2) K4T3(2) K3T4(2) K2T1(1)
K2T3(1) K4T4(1) K2T2(2) K1T3(2) K4T2(1) K4T1(2) K1T1(1) K2T2(3)
Gambar 1. Lay-Out Percobaan Penelitian Kajian Waktu Perendaman Dan Kadar
Fitosan terhadap Pertumbuhan Bibit Sawo (M. Zapota L.)
13
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z 1994. Dasar-dasar pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh.
Bandung: Angkasa Bandung.
Afifah E 2015. Pemberian ekstrak air buah sawo (Manilkara zapota L.)
menurunkan kadar glukosa darah tikus (Rattus norvegicus) diabetes
mellitus. J Gizi dan Dietetik Indonesia 3 (3) : 180 - 186.
Ashari S 1995. Hortikultura aspek budaya. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
[BATAN] Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2015. Pemanfaatan fitosan di bidang
pertanian. http://www.batan.go.id/ diakses pada Sabtu, 15 Maret 2017
pukul 20.00 WIB.
Boonlertnirun S, Suvannasara R, Promsomboon P, et al. 2012. Chitosan in
combination with chemical fertilizer on agronomic traits and some
physiological responses relating to yield potential of rice (Oryza sativa L.).
Research J Biol Sci. 7 (1) : 64 - 68.
Bornet A, Teissedre PL. 2008. Chitosan, chitin-glucan and chitin effects on
minerals (iron, lead,cadmium) and organic (ochratoxin A) contaminants in
wines. J of Eur. Food Res. Technol. 226(1): 681–689.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi buah-buahan di Indonesia 2015.
http://www.bps.go.id/ diakses pada Sabtu, 15 Maret 2017 pukul 20.00
WIB.
Cho MH, No HK, Prinyawiwatkul W. 2008. Chitosan treatments affect growth and
selected quality of sunflower sprouts. J Food Sci 73(1) 70-77.
Darwis D, Puspitasari T, Iramani D, Sri Susilowati D S, Pangerteni 2013.
Reparation of low molecular weight chitosan by radiation and its
application for plant growth promoter. J of National Nuclear Energy
Agency, Centre for Application of Isotopes and Radiation Technology 1
(10) : 86-96.
Guan YJ, Hu J, Wang XJ, Shao CX. 2009. Seed priming with chitosan improves
miaze germination and seedling growth in relation to physiological
changes under low temperature stress. J of Zhejiang Univ. Sci. B. 10(1):
427–433.
Hartman H. T. and D. E. Kester 1983. Plant propagation principles and practices.
Prentice Hall, Inc. Englewood. New Jersey. 456 p.
Khadijah H 2016. Waktu penyemprotan dan konsentrasi pupuk daun terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kentang (Solanum tuberosum L.). J
Ilmiah Research Sains 2(3): 69-83.
Kusmiyati ED, Trisnowati S, Ambarwati E 2014. Kajian budidaya dan
produktivitas sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) di dusun Pasutan,
Bogoran dan Pepe, Desa Trirenggo, Bantul, Yogyakarta. J Vegetalika
1(3): 66-78.
Lakshminarayana S, Rivera MAM 1979. Proximate characteristics and
composition of sapodilla fruits grown in Mexico. Proc. Fla. State Hort.
Soc. 2 (3) 92 : 303-305.
14