PENDAHULUAN
1. Latar belakang
1
2
2. Rumusan Masalah
a. Apa saja gejala yang ditimbulkan apabila kacang tunggak
(Vigna unguiculata L.) terkena serangan hama Chrysodeixis chalcites?
b. Apa saja upaya pengendalian yang dilakukan untuk mencegah tanaman
kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) terserang hama
Chrysodeixis chalcites?
c. Bagaimana langkah yang diambil apabila tingkat populasi hama
Chrysodeiods chalsites sudah tinggi terhadap tanaman kacang tunggak
(Vigna unguiculata L.) ?
3. Tujuan
a. Melakukan pendugaan serangan hama Chrysodeixis chalcites terhadap
tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) sedini mungkin.
b. Mengendalikan budidaya kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) agar
terhindar dari serangan hama Chrysodeixis chalcites.
4. Manfaat
a. Mengetahui hama Chrysodeixis chalcites yang menyerang tanaman kacang
tunggak (Vigna unguiculata L.)
b. Mengetahui cara melakukan teknik pengendalian hama
Chrysodeixis chalcites yang menyerang tanaman kacang tunggak
(Vigna unguiculata L.)
c. Mendapatkan hasil yang optimal dalam produksi maupun keuntungan
ekonomis.
3
BAB II
ISI
3
4
daun, dan batang oleh serangan hama dengan membentuk tunas baru atau daun
baru. Tanaman yang sehat kehilangan hasilnya akan lebih rendah dibanding
tanaman yang menderita penyakit fisiologis.
Pelestarian dan pendayagunaan musuh alami yang digunakan pada
kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) yaitu dengan menggunakan musuh
alami. Musuh alami yang terdiri dari parasitoid, predator dan patogen, mampu
mengendalikan lebih dari 90% populasi serangga hama sehingga populasinya
tidak merugikan. Prinsip PHT menggunakan musuh alami dilestarikan dan
didayagunakan sebagai pengendali hama. Informasi mengenai musuh alami
hama kumbang daun dan penggulung daun belum dilaporkan. Musuh alami
ulat jengkal terdiri atas beberapa jenis parasit, yakni Copidosomopsis
(Hymenoptera, Encytidae) dan Apenteles (Hymenoptera, Bramnidae). Menurut
Andow (2003) usaha memanfaatkan musuh alami pada pertanaman kedelai
dapat dilakukan, antara lain dengan membiakkan secara masal musuh alami
yang efektif kemudian melepaskannya secara periodik dalam jumlah besar
(inundasi) di lapangan. Di samping itu, karena berbagai predator dan parasitoid
stadium dewasa membutuhkan pakan tambahan berupa nektar, tepung sari, dan
embun madu, maka tanaman yang memproduksi bahan tersebut sebaiknya
ditanam di sekitar pertanaman kedelai.
Pemantauan Chrysodeixis chalcites dilakukan secara rutin pada kacang
tunggak (Vigna unguiculata L.). Masalah hama Chrysodeixis chalcites timbul
karena kombinasi faktor-faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan
populasinya. Pemantauan terhadap tanaman perlu dilakukan untuk mengetahui
keadaan ekosistem yang selalu berubah dan berkembang. Perkembangan
populasi hama dan penyakit, peranan musuh alami, iklim dan lingkungan juga
dilakukan pemantauan agar identifikasi dan pendugaan bisa akurat. Hasil
pemantauan digunakan sebagai dasar tindakan pengendalian hama dan disebut
dengan analisis ekosistem.
Tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) dari dari musim ke
musim tidak selalu terserang oleh hama Chrysodeixis chalcites. Tanaman yang
tidak terserang merupakan indikasi bahwa alam dapat mempertahankan
6
Antibiosis ada lah efek-efek buruk dan merusak kehidupan serangga hama
yang diakibatkan karena makan varietas tanaman sebagai inangnya. Sedang
toleran adalah tanaman inang yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh
atau sembuh kembali dari kerusakan oleh hama dan masih memberikan hasil
yang dapat diterima.
Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam perlu pengetahuan
tentang cara hama merusak tanaman dan siklus hidup hama dengan seksama.
Meurut Harnoto (2001) Cara pengendalian hama dengan teknik bercocok
tanam dapat berupa pergiliran tanaman bukan inang, tertib tanam atau
mengatur waktu tanam dan penggunaan mulsa. Pergiliran tanaman bukan inang
hama bertujuan untuk memutus siklus hama, sehingga hama tidak dapat
berkembang biak secara terus menerus. Tertib tanam menyebabkan hama tidak
dapat berkembang biak secara berkesinambungan, sebab masa peka tanaman
terhadap suatujenisserangga hama cukup pendek. Keseragaman waktu tanam
dalam areal yang luas menjadikan daerah sebaran hama menjadi luas, sehingga
populasi serangga menjadi rendah dan kerusak an yang ditimbulkan juga
rendah.
Pengendalian cara mekanik dan fisik dilakukan dengan pengambilan
kelompok telur ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites) yang masih berkelompok.
Pengendalian hama dengan cara mekanik/fisik sangat mudah di lakukan dan
murah serta aman bagilingkungan. Prinsip pengendalian cara ini adalah dengan
menghilangkan sumber infestasi hama, namun penerapannya perlu
pengetahuan bioekologi hama agar pengendalian mekanik lebih efektif.
Pengendalian biologis merupakan komponen pengendalian hama dengan
memanfaatkan musuh alami. Baccillus thuringiensis efektif untuk
mengendalikan jenis hama ulat, Nu clear Polihydrosis Virus cukup efektif
mengendalikan hama ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites) dan ulat buah
Helicoverpa armigera. Hama lalat kacang Ophiomyia phaseoli dapat terparasit
oleh Eurytoma poloni, dan Cynipid. Telur hama pengisap polong
Nezara viridula, Riptortus linearis dapat diparasit oleh Ooencyrtus malayensis
dan telur Spodoptera litura dapat diparasit oleh Telenomus spodopterae.
8
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah Hama Chrysodeixis
chalsites pada kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) yaitu :
a. Chrydeixis chalcites memilki ciri tubuh berwarna hijau, terdapat garis
berwarna lebih muda pada sisi sampingnya, panjang tubuh
Chrysodeixis chalcites sekitar 2 cm serta berjalan dengan melompat atau
melengkungkan tubuhnya.
b. Gejala serangan Chrydeixis chalcites pada kacang tunggak (Vigna
unguiculata L.) yaitu daun yang berlubang, bercak-bercak putih pada daun,
daun hanya tersisa tulang-tulang daun dan tanaman gundul.
c. Pengendalian Hama Terpadu pengendalian hama menitikberatkan pada
kesehatan tanaman, keberadaan populasi hama dan musuh alami serta
pemilihan komponen pengendalian hama yang tepat.
d. Pestisida diaplikasikan berdasarkan pemantauan ambang kendali serta
dikombinasikan dengan komponen pengendalian hama yanglainnya.
2. Saran
Saran yang dapat diambil pada makalah Hama Chrysodeixis chalsites
pada kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) yaitu dalam melakukan kegiatan
pengendalian hama tanaman hendaknya memiliki dasar pengetahuan untuk
menjaga keseimbangan ekologi dan berkelanjutan.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Andow DA and Kiritani K. 2003. The economic injury level and the control
threshold. J Pesticide Information Japan. 4(3) : 3-9.
Arifin M. 2009. Peranan musuh alami ulat grayak (Spodoptera litura F.) pada
berbagai kondisi lingkungan pertanaman kedelai. J Pertanian 2(1) : 45-
55.
Endo S, Sutrisno IM, Samudra A, Nugraha J, Soejitno, and Okada T. 2006.
Insecticide susceptibility of Spodoptera litura F. collected from three
locations in lndonesia. Seminar at BORIF, 24 June 1988. 18 p.
Harnoto. 2001. Pengaruh beberapa formulasi insektisida terhadap biologi Plusia
chalcites Esper. IPB : Thesis FPS.
Hery S. 2006. Kajian antibiosis pada tanaman kedelai terhadap Spodoptera litura
dan Orgyia sp. J Penelitian Palawija. 1(2): 58-63.
Noch LP, Rahayu A, Wahyu A, and Mochida O. 2003. Bionomi ulat grayak
Spodoptera litura (Fabricius) (Lep., Noctuidae) sebagai salah satu hama
kacang-kacangan. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Okada T, Tengkano W, and Djuwarso T. 2002. An outiine on soybean pests in
Indonesia in faunistic aspects. J Agronomy 3(2) : 17-23.
Singh SR, Jackai LE, Dos S and Adalla CB.2001. Insectpest ofcowpea. In Insect
Pest of Tropical Food Legumes. Ed. Singh, p. 43-89.
Suharsono. 2006. Kajian antibiosis pada tanaman kedelai terhadap Spodoptera
litura dan Orgyia sp. J Penelitian Palawija. 1(2): 58-63.
Tengkano W and Sutarno T. 2002. Influence of leaf attact at generative stage on
yield of Orba soybean variety. J Penelitian Pertanian. 2(3) : 51-3.