Anda di halaman 1dari 19

Laporan

SIKLUS HIDUP DAN ISOLASI REPRODUKSI


Drosophilla sp. YANG TERDAPAT DI PASAR BUAH
TELAGA
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4

Milhan Bantunge
Fadria Anuz
Juliyanti Djafar
Fitrah Mentari Al-angge
Kelas B-Pendidikan Biologi

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman


hayati yang tinggi di dunia. Keanekaragaman hayati meliputi dari kekayaan
keanekaragaman jenis flora dan fauna. Jenis-jenis fauna yang ada di Indonesia
diperkirakan berjumlah sekitar 220.000 jenis, dengan ± 200.000 jenisnya
terdiri dari jenis serangga.. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang
memiliki daya tarik tinggi untuk objek penelitian adalah serangga
khususnya Drosophila. Drosophila merupakan jenis lalat buah yang dapat
ditemukan pada buah-buahan busuk.
Kebun Botani UPI Bandung merupakan salah satu kawasan yang
digunakan sebagai laboratorium alami bagi mahasiswa jurusan Pendidikan
Biologi FPMIPA UPI. Kebun Botani UPI juga ditumbuhi oleh banyak tanaman
yang bisa mendukung keanekaragaman Drosophila jantan. Luas Kebun Botani
UPI yaitu sekitar ± 8000 . Peran penting Kebun Botani UPI menjadikan
Kebun Botani sebagai sumber spesimen dan sarana untuk pengamatan
mahasiswa (Senny, 2012). Komposisi vegetasi tanaman yang terdapat buah-
buahan dapat dijadikan tempat hidup Drosophila dan dapat mendukung siklus
hidupnya karena Drosophila merupakan hama yang merusak buah-buahan di
Indonesia (Widarto, 1996).
Genus Drosophila memiliki penyebaran yang sangat luas. Drosophila
yang tersebar luas di Asia Tenggara, diantarnya adalah Drosophila ananassae,
Drosophila hypocausta, Drosophila immigrans, dan lainnya, sedangkan
Drosophila yang tertangkap di Indonesia adalah jenis kosmopolitan (Wheeler,
1981). Dalam buku “The genetics and biology of Drosophila“ mencatat terdapat
sekitar 120 jenis lalat buah dari famili Drosophilidae sedangkan di Indonesia
tercatat sekitar 600 jenis (Wheeler, 1981). Persebaran Drosophila di Indonesia
tidak merata, diduga persebarannya dipengaruhi oleh letak daerah dan jenis
2
buah musiman yang terdapat dalam suatu daerah selain itu faktor lingkungan
dapat mempengaruhi keanekaragaman Drosophila seperti suhu, kelembaban,
intensitas cahaya, cuaca dan musim (Rizal, 2007). Di beberapa daerah
Indonesia, jenis Drosophila melanogaster jarang ditemukan tetapi dapat
ditemukan di daerah lain tergantung daerahnya dan masih banyak spesies lain
dapat ditemukan di daerah pemukiman. Drosophila yang terdapat di Kota
Bandung sekitar 30 jenis, namun yang umum tertangkap sekitar 10 jenis
dan salah satu diantaranya Drosophila annanase yang hampir selalu tertangkap
apabila menangkap Drosophila disekitar rumah (Iskandar, 1987). Tidak tertutup
kemungkinan Drosophila mengalami penyebaran dan menyebabkan distribusi
yang berbeda disetiap daerah di Kota Bandung termasuk Kebun Botani UPI
Bandung. Drosophila yang digunakan untuk di identifikasi adalah Drosophila
jantan karena Drosophila betina tidak mempunyai ciri khusus dan susah untuk
dibedakan antara spesies Drosophila satu dan yang lainnya. Tidak seperti
Drosophila jantan yang mempunya sex comb. Setiap spesies Drosophila jantan
mempunyai sex comb yang berbeda.
Drosophila memiliki peranan penting, yaitu sebagai organisme yang
banyak digunakan dalam penelitian, terutama penelitian genetika karena
Drosophila ini mudah dipelihara pada medium makanan yang sederhana dan
Drosophila juga mudah didapatkan di alam bebas. Keistimewaan lainnya yang
dimiliki Dorsophila, sehingga dipakai sebagai objek penelitian, yaitu mudah
dipelihara dalam media sederhana, mudah berkembang baik karena siklus hidup
pendek hanya sekitar dua minggu, mempunyai jumlah kromosom besar hanya
berjumlah empat pasang, dan mempunyai tanda- tanda kelamin sekunder yang
mudah dibedakan.
Di sisi lain, populasi Drosophila dari tahun ke tahun juga mengalami
dinamika, sejalan dengan perkembangan suatu daerah. Penelitian mengenai
keanekaragaman Drosophila telah banyak dilakukan (Wheeler, 1981; Iskandar,
1987; Jodion, 2008). Berkaitan dengan dinamika Drosophila, maka untuk
wilayah Kebun Botani UPI Bandung sendiri belum ada penelitian mengenai
3
keanekaragaman Drosophila. Spesies Drosophila apa yang terdapat di Kebun
Botani, perlu diketahui melalui suatu studi. Oleh karena itu, permasalahan
penelitian difokuskan pada hasil tangkapan identifikasi spesies Drosophila di
Kebun Botani UPI Bandung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, rumusan masalah
yang diangkat pada penelitian ini adalah: “Bagaimana keanekaragaman
Drosophila di pasar buah telaga ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi isolasi reproduksi
Drosophila sp. di Pasar Buah Telaga
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
tentang isolasi reproduksi Drosophila sp. di Pasar Buah Telaga .

4
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

Reproduksi merupakan fungsi utama dan tidak dapat dipisahkan dari


semua kehidupan makhluk hidup yang dicapai melalui berbagai macam cara salah
satunya adalah dengan pertemuan anatara gamet jantan dengan gamet betina
(fertilisasi) pada makhluk hidup yang berkembangbiak secara seksual, pertukaran
gen dapat dikurangi atau dicegah dengan mekanisme isolasi reproduksi.
(Dobzbanzsky, dkk. 1977 dalam Basuki 1997).
dalam Suatu mekanisme isolasi reproduksi adalah segala sesuatu yang
secara genetik dikondisikan mencegah atau menghalangi perubahan gen antara
populasi yang melibatkan perubahan yang berupa perubahan lingkungannya,
tingkah laku dan fisiologinya yang dapat mencegah dua spesies membentuk
keturunan yang mampu betahan hidup (Tamarin, 1991 dalam Basuki 1997).
Isolasi reproduksi tiadak hanya ditemukan pada jenis yang sudah jelas
berbeda dalam definitif (semarga dan bukan semarga). Dewasa ini sudah diketahui
bahwa isolasi seksual juga dapat ditemukan pada kelompok X (Strain) yang
tergolong satu jenis dan keadaan semacam ini dijumpai dilingkungan Drosophila
(Corebima, 1992 dalam Munawaroh, 1996)
Isolasi reproduksi dilingkungan hewan itu antara lain berupa perbedaan
tingkah laku kawin pada individu jantan, perbedaan bunyi atau suara, perbedaan
pola warna. Salah satu mekanisme yang paling penting dalam mencegah
perkawinan antar spesies (Interbreeding) adalah isolasi tingksh laku. Individu
jantan dan hampir setiap hewan menunjukan tingkah laku kawin yang merangsang
individu betina dari spesiesnya sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa isolasi
reproduksi meliputi dasar dari reproduksi meliputi dasar dari reproduksi dan
penerimaan tanda-tanda atas stimulus oleh pasangan tertentunya. Jika tanda atau
stimulus tersebut tidak sempurna atau tidak sesuai, individu betina tidak akan
respon dan perkawinannya tidak akan terjadi (Mc. Gath daan Kelly, 1975 dan
Munawaroh, 1996)

5
BAB III

METDOLOGI PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

Waktu : 24 Maret 2019, Pukul 09.00 – 14.00

Tempat : Pasar Buah, Kec. Telaga, Kab. Kota Gorontalo

3.2 ALAT DAN BAHAN

1. Alat
            Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol nescafe,
panci kecil, baskom sedang, blender, pisau, pengaduk, sendok, timbangan/neraca,
hotplate, spons.
2. Bahan
            Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu : lalat buah, gula 
merah 150 gram, pisang ambon 300 gram, , ragi, aquades 30 ml dan tisu.

6
3.3. PROSEDUR KERJA

Kegiatan I. Persilangan Lalat Buah (Drosophila sp)

Persilangan Lalat
Buah

1. Sediakan 2 Botol sebagai wadah untuk melakukan


persilangan yang sudah dibersihkan dan disterilkan

2. Masukan media pertumbuhan lalat buah kedalam botol yang


sudah dibuat

3. Dan masukan lalat buah jantan dan betina sesuai perlakuan


yang sudah ditentukan

7
Kegiatan II. Morfologi Lalat Buah (Drosophila sp)

Morfologi Lalat
Buah

4. Mikroskop disediakan beserta perlengkapannya, kemudian


mikroskop tersebut diatur sampai menemukan titik fokus yang
paling baik

3. Lalat tersebut dibius dengan cara ditutupi dengan kapas yang


telah diberi alkohol padapermukaan botol tempat sediaan lalat
tersebut
2. Kemudian lalat yangsudah dibius tersebut diambil dengan
pingset,lalu lalattersebut diletakkan pada objek  gelas atau kaca
preparat sebelum lalat tersebut bangun karena bius tersebut

1. Amati lalat dengan mikroskop dengan melihat morfologi lalat


buah.

8
Kegiatan III. Pembuatan Medium Lalat Buah (Drosophila sp)

Pembuatan Medium
Lalat Buah

1. Alat dan bahan disiapkan  sebelum dilakukan percobaan

2. Pisang ambon dipotong kecil-kecil  agar cepat dan mudah untuk


dihaluskan

3. Gula merah dihancurkan agar mudah tercampur saat di masak.

4. Timbang bahan-bahan sesuai dengan takarannya pada timbangan


yang disediakan

5. Pisang ambon yang telah di potong kecil-kecil kemudian di


haluskan menggunakan blender

6. Air 30 ml dimasukkan dalam panci lalu di tambahkan agar-agar


14 gr kemudian dimasak sambil diaduk-aduk

7. Setelah beberapa menit, kemudian masukkan gula merah yang


telah di haluskan, aduk sampai merata.

8. Kemudian Masukkan pisang ambon yang telah di haluskan, aduk


hingga merata

9. Setelah di masak, adonan tersebut di masukkan kedalam botol


nescafe yang  telah di sterilkan menggunakan alkohol.

10. Diamkan beberapa saat, setelah sedikit dingin masukkan tisu ke


dalam botol tersebut  yang berfungsi untuk menyerap air dan
ditaburi ragi secukupnya

9
11. Amati pertumbuhan lalat buah Drosophila melanogaster dalam
botol tersebut dan tentukan bagian-bagiannya meliputi :
a. Kepala (Caput)
b. Betis ( Tibia)
c. Perut ( Abdomen)
d. Kaki ( Peda)
e. Sayap  (Pteron)
f. Ruas-ruas pada abdomen

10
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Tabel 1 : Jumlah larva pada setiap perlakuan yang menandakan terjadi atau
tidak terjadinya isolasi reproduksi (Drosophila sp)
Keterangan :
x = Buah Pepaya
y = Buah pisang
No Perlakuan Jumlah Larva Keterangan
1. X (Lalat Buah Jantan) X x 8 Tidak Terjadi
(Lalat buah bertina) (pasar isolasi
buah telaga)
2. Y (lalat buah jantan) X y (lalat 0 Terjadi isolasi
buah betina) (pasar buah telaga
3. X (Lalat buah jantan) X y 4 Tidak terjadi
(Lalat buah betina) (Pasar buah isolasi
telaga))

4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada 3 botol media yang
dibuat, dapat dilihat bahwa yang tidak terjadi isolasi adalah pada persilangan lalat
pada pisang+pisang terdapat 8 jumlah larva dan persilangan lalat pada
pisang+pepaya terdapat 4 jumlah larva. sedangkan lalat pada pepaya+pepaya
terjadi isolasi.
Interaksi antara faktor genetik dan lingkungan akan mengahasilkan
karakteristik individu yang dapat diamati (Ayala, 1984 dalam Basuki, 1997). Hal
tersebut menunjukan bahwa meskipun berasal dari spesies yang sama, spesies
tersebut dapat terdiri atas satu atau lebih populasi yang mungkin disebabkan oleh
perbedaan kondisi geografis tempat hidupnya. Perkawinan yang terjadi anatara
populasi-populasi satu spesies dapat menunjukkan adanya kecenderungan
pemulihan terhadap pasangan kawin (mating partner) yang berasal dari populasi
yang sama (homogami) (King, 1965 dalam Basuki, 1997).

11
Kecenderungan kawin pada makhluk hidup dapat dirumuskan dengan
indeks isolasi yang merupakan perbandingan antara frekuensi perkawinan
homogami dikurangi frekuensi perkawinan heterogami dibagi dengan frekuensi
perkawinan homogami ditambah frekuensi perkawinan heterogami.
Indeks isolasi dapat menentukan hubungan kekerabatan yaitu jika dalam
suatu persilangan diketahui individu jantan memiliki kecenderungan pemilihan
pasangan kawin terhadap individu betina heterogami. Maka kekerabatannya
semakin dekat, sebaliknya, jika diketahui individu betina heterogami, maka
kekerabatannya semakin jauh (Bock, 1978 dalam Munawaroh 1996).
Kecenderungan perkawinan merupakan kecenderungan pemilihan
terhadap pasangan kawin yang terjadi pada proses perkawinan antara populasi
satu dengan populasi yang (Munawaroh, 1996). Faktor yang mempengaruhi
perilaku perkawinan lalat selain daya reseptivitas dari individu betina dan
kematangan organ reproduksi pada individu jantan dan betina.

BAB V
PENUTUP

12
5.1 KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jenis isolasi reproduksi, yaitu
pre-mating dan post-mating, isolasi yang lebih berpengaruh terhadap terjadinya
mutasi dan evolusi adalah isolasi pre-mating. Hal ini disebabkan karena pada saat
pre-mating terdapat spesies baru yang terisoolasi, sehingga terjadinya pekawinan
dilokasi yang baru dan menyebabkan munculnya gen baru serta adanya spesiasi.
Jika suatu individu terisolasi pada suatu daerah, maka individu tersebut akan
menyesuaikan diri hingga terjadinya perubahan genetik.

DAFTAR PUSTAKA

13
Basuki, Supriyana. 1997 Indeks Isolasi Drosophilia Annanasse. Lokal Pare dan
Drosophila Annanasse. Pulau Madura Malang : FMIPA-IKIP Malang.
Bock, IR. 1976. Drosophiladae of Australian I. Drosophila (Insecta: Diptera).
Melbourne: CSIRO
Borror, Donals J, Dkk. 1992. Pengenalan pembelajaran serangga.Yogyakarta
Gdjah Mada University Press.
Munawaroh. 1996. Indeks isolasi pada Drosophila Annanasse lokal dari berbagai
ketinggian tempat : Malang FMIPA-IKIP MALANG

LAMPIRAN

A. Tahap Persiapan Pertama Lalat Buah Drosophila sp.

14
Gambar 1. Mengambil lalat buah pada pisang dan pepaya

B. Tahap Pembuatan Media Pada Lalat Buah Drosophila sp.

15
Gambar 3. Proses pengamatan pada lalat

Gambar 4. Proses pembuatan media

16
Gambar 5. Media pembiakan lalat buah

Gambar 6. Morfologi lalat buah jantan dan betina

17
Gambar 7.Media yang sudah ada lalat buah

Gambar 8. Morfologi larva lalat buah

Tabel Persilangan lalat buah

18
No Persilangan Gambar
1 x (lalat buah jantan) X x
(lalat buah betina) (Pasar
Gelael)

2 y (lalat buah jantan) X y


(lalat buah betina) (Pasar
Gelael)

3 x (lalat buah jantan) X y


(lalat buah betina) (Pasar
Gelael)

19

Anda mungkin juga menyukai