Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

PERCOBAAN 4

LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)

NAMA : SITI ROFIQOH ATHIYYAH

NIM : H041201078

HARI/TANGGAL : JUMAT/ 9 APRIL 2021

KELOMPOK : V (LIMA)

ASISTEN : JESIKA BANGKARAN

LABORATORIUM GENETIKA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kehadiran serangga memang memberi beberapa manfaata bagi manusia, tidak

sedikit yang merugikan manusia. Salah satu keusakan yang ditimbulkan yaitu

kerusakan pada buah-buahan dan sayuran. Salah satu penyebab kerusakan pada

tanaman buah-buahan adalah lalat buah (Drosophila Melanogaster). Larva dari

hama ini merusak daging buah yang menyebabkan buah menjadi busuk dan

berguguran (Santoso, 2011). Adanya rangkai kelamin mula-mula ditemukan pada

tahun 1901 oleh morgan yang memulai penelitiannya. Ia menggunakan lalat

Drosophila melanogaster dengan memperhatikan warna matanya. Lalat yang

normal matanya berwarna merah, tetapi di antara sekian banyaknya lalat bermata

merah tersebut, ia menemukan lalat jantan yang mempunyai mata berwarna putih.

Karena berbeda dari lalat normal, maka lalat yang bermata putih itu ia sebut mutan

(Menyimpang dari yang normal) (Suryo, 2016).

Selama empat dekade terakhir, Drosophila telah menjadi dominan model yang

digunakan untuk memahami bagaimana gen mengarahkan perkembangan suatu

embrio dari satu sel menjadi organisme multiseluler dewasa. Christiane Nüsslein-

Volhard, Eric Wieschaus, dan Ed Lewis telah mendefinisikan seberapa penting

pengembangan lalat, sejak itu terbukti penting untuk semua perkembangan hewan,

termasuk manusia. Meskipun bentuk akhir lalat dan manusia sangat berbeda,

banyak proses rekayasa yang mendasarinya telah dilestarikan melalui evolusi

(Jennings, 2011). Berdasarkan hal tersebut, percobaan ini dilakukan dengan

mengamati bentuk morfologi pada lalat buah Drosophila melanogaster.


I.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Mengetahui morfologi lalat buah Drosophilla melanogaster

2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam siklus hidup lalat buah.

I.3. Waktu Dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 9 April 2021 pukul 14.00-

16.00. Praktikum ini dilaksanakan jarak jauh, di rumah masing-masing praktikan,

karena pandemi Covid-19.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Lalat buah Drosophila melanogaster

Morgan dan Castel pada tahun 1900, untuk pertama kali memperkenalkan

Drosophila melanogaster sebagai sumber pembelajaran genetika pada organisme

diploid. Bahkan penggunaan Drosophila menjadi jalan pembuka penelitian ecolusi

dan spesiasi seperti yang telah dilakukan oleh Sturtevant dan Dobzhansky di

laboratoium T.H. Morgan selama tahun 1930-1940 (Suparman dkk., 2018).

Beberapa alasan mengapa Drosophila melanogaster sebagai objek penelitian antara

lain mudah diperoleh, dapat dibiakkan dengan mudah dan perawatannya tidak sulit,

biaya pemeliharaannya murah, mempunyai siklus hidup yang pendek, sehingga

sifat yang muncul pada keturunannya dapat diamati, perkembang biakannya yang

tergolong cepat, jumlah keturunannya banyak, jumlah kromosom tidak banyak (4

pasang), mutan mudah diamati dan dibedakan dan pada sel kelenjar ludah larvanya

terdapat kromosom raksasa (giant choromosom) (Firdauzi, 2014).

Lalat buah (Drosophila melanogaster) diketahui telah mengalami banyak

mutasi yang menghasilkan variasi genotip intraspesifik yang disebut strain.

Beberapa jenis mutasi pada D. melanogaster yang terlihat dari fenotipnya adalah

mutasi warna mata, bentuk mata, bentuk sayap, dan warna tubuh sehingga dikenal

berbagai strain dari D. melanogaster antara lain w (white), se (sepia), eym

(eyemissing), cu (curled), tx (taxi), dp (dumpy), dan vg (vestigial) (Taufika dkk.,

2020) 573. Drosophila melanogaster yang memiliki elemen P mempunyai

mekanisme untuk mengatur pergerakannya. Akibatnya, elemen P pada turunan ini

bergerak bebas dan menimbulkan abnormalitas genetik yang disebut dengan P-M
hybrid disgenesis. Hal ini mengakibatkan mutasi dalam frekuensi yang tinggi,

sekaligus terjadinya pemutusan61 kromosom, segregasi kromosom, dan dampak

yang lebih fatal adalah kesalahan perkembangan gonad. Kondisi ini dapat

menyebabkan sterilitas (Nusantari, 2015).

II.2. Morfologi Drosophila melanogaster

Drosophilla melanogaster dengan tipe normal memiliki karakteristik yaitu,

mata majemuk berwarna merah berbentuk bulat agak ellips dan mata tunggal (oceli)

pada bagian atas kepalanya dengan ukuran relatif lebih kecil dibanding mata

majemuk. Warna tubuhnya kuning kecokelatan dengan cincin berwarna hitam di

tubuh bagian belakang. Drosophilla melanogaster berukuran antara 3-5 mm.

memiliki sayap yang cukup panjang dan transparan, Posisi sayapnya bermula dari

thorak, vena tepi sayap (costal vein) memiliki dua bagian yang terinterupsi dekat

dengan tubuhnya. aristanya pada umumnya berbentuk rambut dan memiliki 7-12

percabangan. Crossvein posterior umumnya berbentuk lurus, tidak melengkung.

Thoraknya memiliki bristle, baik panjang dan pendek, sedangkan abdomen

bersegmen lima dan bergaris hitam (Hotimah dkk., 2017).

Morfologi Drosophila melanogaster jantan dan betina memiliki perbedaan.

Pada jantan, ukuran tubuhnya lebih kecil jika dibandingkan dengan lalat buah

betina. Lalat buah jantan memiliki 3 ruas pada bagian abdomennya dan ujungnya

tumpul. Sedangkan pada betina, memiliki 6 ruas abdomen dan ujungnya agak

lancip. Drosophila jantang memiliki sisir kelamin, sedangkan betinanya tidak.

Drosophila melanogaster merupakan hewan yang bersayap dan berukuran kecil

(Suparman dkk., 2018).

II.3. Siklus Hidup Drosophila melanogaster


Lalat buah dapat berkembang biak dengan mudah. Satu perkawinan

menghasilkan ratusan anak dan generasi baru dapat dihasilkan setiap dua minggu.

Laboratorium Morgan mulai menggunakan organisme yang sangat cocok untuk

penelitian genetik ini pada tahun 1907 dan tempat tersebut segera dijuluki 'kamar

lalat (Campbell, 2010).

Sebagai serangga holometabolous, Drosophila melanogaster mengalami

beberapa kali perubahan tubuh yang drastismrencana sepanjang hidupnya.

Berkembang dari telur (embrio), menjadi larva, lalu pupa, dan akhirnya dewasa.

Selain itu, perkembangan hewan ini merupakan hasil koordinasi yang erat antara

sinyal-sinyal dari hormon, (pada primis ecdysone dan hormon prothoracicotropic),

nutrisi (amino asam) dan insulin Drosophila seperti peptida (Dilps) yang bekerja

bersama untuk memungkinkan pertumbuhan fisiologis yang tepat dari hewan

(Allocca et all, 2018).

Lalat betina yang subur dapat bertelur ratusan telur dan embriogenesis

Drosophila berlangsung sekitar 24 jam. Selama waktu tersebut, seluruh tubuh larva

ditetapkan meskipun ekspresi sejumlah gen kritis, dimulai dengan beberapa protein

yang ditranskripsi dari mRNA yang diturunkan dari induk disimpan di tempat

tertentu dalam embrio seperti bicoid dan punggung. Setelah menyelesaikan

perkembangan embrio, larva instar pertama menetas dari telur dan mulai makan.

Pada tahap ini perlu bagi larva untuk mengkonsumsi makanan tidak hanya untuk

pertumbuhan, tetapi juga untuk diubah menjadi tempat penyimpanan lemak dan

gula dalam lemak tubuh, yang akan digunakan untuk menopang larva melalui

metamorfosis (Allocca et all, 2018).

Saat larva tumbuh, mereka melepaskan kerangka luar mereka melalui proses

yang disebut molting itu dikendalikan oleh serangkaian peristiwa konsekuensial


yang disesuaikan dengan baik yang melibatkan hormon ecdysone, remaja dan

hormon prothroacicotropic (PTTH) yang mengontrol pertumbuhan hewan. Dengan

setiap pergantian kulit, larva akan memasuki tahap instar baru, berkembang melalui

tiga instar sebelum ganti kulit terakhir untuk membentuk pupa. Setiap tahapan instar

diatur oleh level PTTH yang naik untuk mengontrol pelepasan ecdysone yang

memungkinkan larva tumbuh. Saat kadar ecdysone turun lagi, hormon lain,

Hormon eclosion (EH) memulai berganti kulit lagi, di mana larva melepaskan

kerangka luarnya dan memasuki tahap instar baru. Pada akhir tahap instar ketiga,

larva mulai berkeliaran menemukan tempat untuk menjadi kepompong, dan secara

tepat disebut sebagai "larva pengembara". Seperti yang terjadi pada lalat dewasa

lainnya, setelah mencapai ukuran maksimla, lalat tidak lagi mengalami

pertumbuhan ukuran tubuh (Allocca et all, 2018).

II.4. Faktor-Faktor Pertumbuhan Drosophila melanogaster

Metamorfosis lalat buah tergantung pada faktor lingkungan seperti suhu,

kelembaban dan faktor makanan yang tersedia. Ketersediaan Sumber makanan

sangat berpengaruh terhadap perkembangan populasi serangga (Agustina., dkk

2013). Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan serangga. Pertama,

faktor dalam atau faktor internal, yang meliputi kemampuan berkembang biak,

perbandingan jenis kelamin, sifat mempertahankan diri dan siklus hidup. Faktor

kedua yaitu, faktor luar atau faktor eksternal yang meliputi suhu, kelembaban,

cahaya, pakan atau nutrisi serta predator (Wahyuni, 2014).

II.5. Pautan Seks

Pautan gen, terjadi karena gen berada pada satu kromosom yang sama. Apabila

dua gen pada kromosom sama dan letaknya berjauhan maka dapat terjadi pindah
silang saat meiosis. Jika kedua gen itu berdekatan maka sulit terjadi pindah silang

sehingga tidak menghasilkan tipe rekombinan. Adanya pautan merupakan salah

satu sebab tidak sesuainya hasil persilangan dengan Hukum Mendel. Hal ini sesuatu

yang wajar karena hukum Mendel terjadinya pada kromosom yang berbeda bukan

pada kromosom yang sama (Nusantari, 2013).

Gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama dan cenderung diwariskan

bersama-sama dalam persilangan genetik disebut sebagai gen-gen tertaut (linked

genes). (Perhatikan perbedaan antara istilah gen tertaut seks,yang mengacu kepada

gen pada kromosom seks, dan gen-gen tertaut, yang mengacu kepada dua atau lebih

gen-gen pada kromosom yang sama dan cenderung diwariskan bersama-sama).

Ketika ahli genetika mengikuti gen-gen tertaut dalam percobaan persilangan, hasil-

hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan oleh hukum Mendel

tentang pemilahan bebas. Gen yang terletak pada kromosom seks mana pun disebut

gen tertaut seks (sex-linked gene), walaupun pada manusia istilah itu dahulu

digunakan secara spesifik untuk gen pada kromosom X (Campbell., 2010).

II.5.1. Pautan Seks Drosophila melanogaster

Adanya pautan kelamin pertama kali ditemukan oleh T.H Morgan dan C.B

Bridger pada tahun 1910. Temuan ini diperoleh saat mempelajari penyimpangan

dari hasil (keadan) yang diharapkan. T. H Morgan memiliki suatu strain Drosophila

melanogaster yang bermata putih dan ternyata strain tersebut sudah tergolong galur

murni. Namun demikian jika strain bermata putih disilangkan dengan strain

berwarna merah, ternyata turunan yang muncul tidak sesuai dengan yang Adanya

pautan kelamin pertama kali ditemukan oleh T.H Morgan dan C.B Bridger pada

tahun 1910. Temuan ini diperoleh saat mempelajari penyimpangan dari hasil
(keadan) yang diharapkan. T. H Morgan memiliki suatu strain Drosophila

melanogaster yang bermata putih dan ternyata strain tersebut sudah tergolong galur

murni. Namun demikian jika strain bermata putih disilangkan dengan strain

berwarna merah, ternyata turunan yang muncul tidak sesuai dengan yang

seharusnya berdasarkan kebakaan Mendel (Natsir, 2013).

Sampai sekarang pada lalat Drosophila telah diketahui terdapat 5000 gen,

sedangkan lalat ini hanya mempunyai 8 (atau 4 pasang) kromosom saja. Kondisi

dimana dalam satu kromosom yang sama terdapat dua atau lebih gen inilah yang

disebut tautan atau berangkai (linkage). Pada proses meiosis I, saat kromosom

bermigrasi ke kutub yang berlawanan, gen-gen yang terletak pada kromosom yang

sama akan berpautan dan bergerak bersama-sama ke arah kutub yang sama pula.

Pautan antarlokus ini terjadi akibat lokus gen-gen terletak pada satu kromosom dan

berjarak dekat antara satu dengan yang lainnya. Jumlah pautan ini sesuai dengan

jumlah pasangan kromosom dan panjangnya kromosom. Gen gen yang berhimpit

dan berdekatan lokusnya cenderung berpautan. Pautan ini disebut sebagai

Penyimpangan terhadap Hukum Perpaduan Bebas dapat disebabkan karena

keterpautan antar lokus. Hal ini berarti segregasi alel pada suatu lokus berpengaruh

terhadap segregasi alel pada lokus yang lain (Nusantari, 2015).

II.6. Kromosom Istimewa

Kromosom politen berkembang dari kromosom inti diploid melalui duplikasi

berturut-turut dari setiap elemen kromosom (kromatid) tanpa pemisahannya.

Kromatid yang baru terbentuk tetap terkait secara memanjang dan bersama-sama

membentuk struktur seperti kabel, yang disebut kromosom politen. Dalam

Drosophila melanogaster, mereka 70-110 kali lebih panjang dari kromosom


metafase yang khas. Tingkat lilitan DNA dan protein terkait bervariasi di sepanjang

sumbu linier setiap kromatid, sehingga mengarah pada variasi konsentrasi dan

pemadatan kromatin. Daerah dengan kandungan DNA tinggi dikenal sebagai

kromomer. Dalam setiap kromosom polten, kromomer homolog sejajar persis di

samping satu sama lain sehingga mereka bergabung membentuk pita transversal.

Pita dipisahkan satu sama lain oleh fragmen interchromomeric dari kromosom

(interbands) (Zykova et all., 2018).

Kromosom Drosophila politen telah berfungsi sebagai model kromosom

interfase eukariotik terbaik yang tersedia. Mereka menonjol karena pola pita mereka

yang dibentuk oleh garis melintang gelap garis-garis (disebut pita), yang meliputi

bongkahan besar kromatin bahan. Pita ini bergantian dengan garis halus berwarna

lebih terang yang memiliki bahan lebih sedikit dan dikemas lebih longgar. Struktur

transparan cahaya seperti itu antar pita dikenal sebagai interbands. Organisasi

genetik dari band dan interbands didefinisikan sebagai pola yang mengatur posisi

gen dan fitur genetik secara relatif elemen struktural kromosom, sebagian besar

masih sulit dipahami. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa meskipun Drosophila

tersedia genom, metode untuk bahkan kira-kira memetakan band / interband batas

pada peta fisik masih kurang (Zhimulev et all., 2014).


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu toples, karet gelang, plastik

bening, mikroskop, pingset, dan objek glas.

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu 1 buah tomat dan alkohol.

III.2 Cara Kerja

Cara kerja dari percobaan ini yaitu:

1. Siapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Masukkan 1 buah tomat kedalam toples.

3. Tutup toples menggunakan plastik bening lalu diikat menggunakan karet

gelang dan dilobangkan pada bagian tutupnya tempat masuknya lalat buah.

4. Ditunggu beberapa hari agar lalat buah terkumpul.

5. Lalat buah yang sudah terkumpul dibius menggunakan alkohol agar muda

untuk diliat dibawa mikroskop.

6. Ambil lalat buah yang yang telah dibius tadi didalam toples menggunakan

pingset lalu diletakkan diatas objek glas.

7. Selanjutnya objek glas diletakkan di mikroskop.

8. Amati morfologi yang terlihat dari lalat buah yang telah didapat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Berikut adalah hasil pengamatan terhadap morfologi lalat buah:

Gambar 1. Drosophila melanogaster saat dilihat di bawah mikroskop

Gambar 2. Drosophila melanogaster betina dan jantan

IV.2 Pembahasan

Pada percobaan ini, dilakukan pengamatan terhadap bentuk morfologi dari lalat

buah Drosophila melanogaster. Percobaan ini dilakukan dengan mengamati bentuk

dan ciri yang dimiliki Drosophila melanogaster di bawah mikroskop. Drosophila


menalogaster termasuk filum arthropoda, karena memiliki tubuh yang beruas-ruas.

Terdapat tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan badan belakang/perut

(abdomen) Secara umum, morfologi Drosophila melanogaster normal, yaitu,

memiliki mata majemuk yang berwarna merah dan berbentuk bulat, serta mata

tunggal di bagian atas kepalanya dengan ukuran yang relatif lebih kecil. Drosophila

Warna tubuhnya kuning kecoklatan dan bagian tubuh belakangnya terdapat cincin

berwarna gelap. Ukuran tubuh dari Drosophila melanogaster berkisar antara 3-5

mm. memiliki dua sayap yang transparan dengan ukuran yang cukup panjang dan

posisinya dimulai dari torak. Pada umumnya, aristanya berbentuk rambut dengan

7-12 percabangan. Serta, crossvein posterior yang dimiliki umumnya berbentuk

lurus,

Pada percobaan ini, diamati pula morfologi Drosophila melanogaster jantan

dan betina. Sekilas, keduanya memang tampak mirip. Namun, apabila diamati lebih

detail lagi, terdapat perbedaan yang membedakan antara jantan dan betina.

Berdasarkan percobaan ini, diketahui beberapa perbedaannya, yaitu ukuran tubuh

lalat buah Drosophila melanogaster betina lebih besar dibandingkan dengan ukuran

tubuh yang jantan. Drosophila melanogaster betina memiliki 6 ruas pada

abdomennya, dengan ujung abdomen yang agak lancip. Lancipnya ujung abdomen

betina tersebut karena adanya ovipositor (alat untuk bertelur pada serangga betina).

Ujung abdomen yang runcing juga digunakan untuk menusuk buah-buahan den

menyalurkannya ke telur. Sedangkan pada jantan, memiliki 3 ruas abdomen dengan

ujung abdomennya yang tumpul dan segmen terakhirnya berwarn ahitam. Pada lalat

jantan, Ekstremitas (kaki) depannya terdapat sisir kelamin atau sex comb,

sedangkan pada betina tidak memilikinya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

1. Morfologi lalat buah drosophila melanogaster yaitu, matanya berwarna

merah, dengan warna agak coklat dan sayap yang transparan. drosophila

betina dan jantan berbeda, beberapa hal yang membedakannya yaitu pada

jantan, terdapat sisir kelamin pada lengannya, sedangkan betina tidak.

Ukuran tubuh betina lebih besar dan mempunyai ujung abdomen yang agak

lancip, sedangkan pada jantan ujung abdomennya tumpul.

2. siklus hidup drosophila secara garis besar ada empat tahap yaitu tahap

embrio atau telur, kemudian memasuki tahap larva, lalu pupa dan

berkembang menjadi lalat drosopjila melanogaster dewasa.

V.2 Saran

V.2.1 Saran untuk Laboratorium

Laboratorium sebaiknya dijaga kebersihan dan keamanannya agar praktikan

dapat melakukan percobaan dengan baik

V.2.2 Saran untuk Asisten

Penjelasan yang diberikan asisten sangat jelas, asisten sudah memberikan

pemahaman dengan baik. Sebaiknya dipertahankan bahkan ditingkatkan

V.2.3 Saran untuk Praktikum

Praktikum sebaiknya dilakukan secara offline agar praktikan dapat lebih paham

dan bisa mengerjakan langsung percobaan.


Daftar Pustaka

Agustina, E., Mahdi, N., dan Herdanawati, 2013, Perkembangan Metamorphosis


Lalat Buah (Drosophilla melanogaster) Pada Media Biakan Alami Sebagai
Referensi Pembelajaran Pada Matakuliah Perkembangan Hewan, Jurnal
Biotik, 1(1): 12-18.

Allocca, M., Zola, S., and Bellosta, P., 2018, The Fruit Fly, Drosophila
melanogaster: The Making of a Model (Part I), INTECH, London.

Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A.,
Minorsky, P. V., & Jackson, R. B. (2010). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
diterjemahkan oleh Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.

Firdauzi, N. S., 2014, Rasio Perbandingan F1 Dan F2 Pada Persilangan Starin N X


B, Dan Strain N X Tx Serta Resiproknya, Jurnal Biology Science &
Education, 3(2): 197-204.

Hotimah, H., Purwatiningsih, dan Senjarini, K., 2017, Deskripsi Morfologi


Drosophilla melanogaster Normal (Diptera:Drosophilidae), Strain Sepia
dan Plum, Jurnal ILMU DASAR, 18(1): 55-60.

Jennings, B. H., 2011, Drosophila – a versatile model in biology & medicine,


Materilstoday, 14(5): 190-195.

Natsir, N. A., 2013, Fenomena Pautan Kelamin Pada Persilangan Drosophila


Melanogaster Strain N♂ X W♀ Dan N♂ X B♀ Beserta Resiproknya, Jurnal
Biology Science & Education, 2(2): 159-169.

Nusantari, E., 2015, Genetika, Deepublish, Yogyakarta.

Santoso, R. S., 2011, Identifikasi D. melanogaster Pada Media Biakan Alami


Dari Pisang Sepatu, Belimbing dan Jambu Biji, Buana Sains, 11(2): 149-
162.

Suparman, Roini, C., dan Saban, J., 2018, Indeks Isolasi Sexual Antara Lalat
Buah (Drosophila Melanogaster (Meigen)) Dari Moya, Pulau Ternate
Dan Gurabunga, Pulau Tidore, Jurnal Ilmiah MIPA, 3(1): 41-48.

Suryo., 2016, Genetika Manusia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Taufika, R., Nugroho, S. A., dan Nuraisyah, A., 2020, Perbedaan Strain Dan
Umur Betina Terhadap Jumlah Keturunan Lalat Buah (Drosophila
melanogaster Meigen), Jurnal Tambora, 4(1): 50-56.

Wahyuni, E. S., 2014, Pertumbuhan Lalat Buah (Drosopilla sp.) Pada Berbagai
Media Dan Sumbangannya Pada Pembelajaran Biologi Di Sma, Jurnal
Visi, Ilmu Pendidikan, 12(1): 1-5.
Zhimukev, I. F., Zykova, T. Y., Goncharov, F. P., Khoroshko, V. A., Demakova,
O. V., Semeshin, V. F., Pokholkova, G. V., Boldyreva, L. V., Demidova, D.
S., Babenko, V. N., Demakov, S. A., and Belyaeva, E, S., 2014, Genetic
Organization of Interphase Chromosome Bands and Interbands in
Drosophila melanogaster, PLOS ONE, 9(7): 1-16.

Zykova, T. Y., Levitsky, V. G., Belyaeva, E. S., and Zhimulev, I. F., 2018,
Polytene Chromosomes – A Portrait of Functional Organization of
the Drosophila Genome, Curr Genomics, 19(3): 179-191.

Anda mungkin juga menyukai