Anda di halaman 1dari 13

Laporan Ekologi Hewan 27 April 2018

Pendidikan Biologi 2015

PERTUMBUHAN POPULASI LALAT BUAH


(Drosophila melanogaster)
Octaviana Ika Setyawati*
K4315045 / Kelas A / Pendidikan Biologi 2015
*) Email: octavianaikas@student.uns.ac.id

Abstrak : Praktikum ini bertujuan untuk mengenal lalat buah (Drosophila melanogaster), membedakan seks lalat
buah dewasa secara morfologi, mempelajari pertumbuhan populasi lalat buah. Praktikum dilakukan pada
hari Jumat, 6 April 2018 di Laboratorium Fistum FKIP Biologi UNS. Prinsip kerja praktikum yaitu
pembuatan medium makanan sebagai medium kultur lalat buah (campuran dari buah pisang, tape ketela,
benzoat), eterisasi dan pengamatan, pengamatan pertumbuhan populasi lalat buah. Pengamatan dilakukan
dengan menghitung jumlah lalat yang hidup dan mati, rasio jenis kelamin lalat. Pengamatan dilakukan
setiap hari, selama 14 hari (6-19 April 2018). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai laju pertumbuhan
instrinsik lalat buah pada botol kultur I adalah rN=28.9, sedangkan pada botol kultur II adalah rN=22.96.
Pertumbuhan populasi lalat buah memiliki model pertumbuhan eksponensial berupa kurva, dipengaruhi
faktor lingkungan seperti ketersediaan makanan, suhu dan cahaya.

Kata Kunci: populasi, pertumbuhan populasi, lalat buah (Drosophila melanogaster).

1. PENDAHULUAN hakikatnya yaitu dengan melihat


keseimbangan antara kelahiran dan
Latar Belakang kematian populasi pada alam tersebut
Populasi memiliki karakterisitik (Grimm, Gruber, & and Henle, 2014).
kelompok (statistical measure) yang tidak Populasi memiliki beberapa karakteristik
dapat diterapkan pada individu. berupa pengukuran statistik yang tidak dapat
Karakteristik dasar populasi yang banyak diterapkan pada individu anggota populasi.
didiskusikan adalah kepadatan (density). Karakteristik dasar populasi adalah besar
Empat parameter populasi yang mengubah populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi
kepadatan populasi adalah natalitas ialah ukuran besar populasi yang
(kelahiran), mortalitas (kematian), imigrasi berhubungan dengan satuan ruang, yang
dan emigrasi (Junek, Vymyslicka, umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai
Hozdecka, & and Hejcmanova, 2015). cacah individu atau biomassa per satuan luas
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari per satuan isi (Kastono, 2005). Kadang kala
waktu ke waktu, biasanya mengikuti dua penting untuk membedakan kerapatan kasar
pola. Beberapa populasi mempertahankan dari kerapatan ekologik (kerapatan spesifik).
ukuran populasi yang relative konstan Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa
sedangkan populasi lain berfluktuasi cukup persatuan ruang total, sedangkan kerapatan
besar. Perbedaan lingkungan yang pokok ekologik adalah cacah individu biomassa
adalah suatu eksperimen yang dirangsang persatuan ruang habitat (Kastono, 2005).
untuk meningkatkan populasi tersebut. Pertumbuhan populasi berarti perubahan
penyelidikan tetang dinamika populasi pada ukuran populasi pada periode waktu
2 Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015

tertentu. Populasi dikatakan mengalami karena mudah dikembangbiakkan dan juga


pertumbuhan apabila laju natalitas lebih mudah didapatkan di alam bebas.
besar daripada laju mortalitas. Kajian Drosophila melanogaster biasanya
mengenai pertumbuhan populasi ini penting ditemukan pada buah-buahan yang sudah
agar dapat menganalisis laju pertumbuhan ranum (Agustina, 2013). Hal ini
populasi, menentukan model pertumbuhan dikarenakan makanan lalat buah adalah
populasi, serta menganalisis faktor-faktor jamur yang tumbuh pada buah. Biasanya
yang mempengaruhi pertumbuhan populasi untuk melakukan pengamatan tentang
tersebut. Menurut Agustina (2013), grafik Drosophila melanogaster dibuat sebuah
yang menggambarkan secara aritmatik laju medium sebagai tempat pemeliharaan
pertumbuhan populasi dN/dt = rN, dikenal Drosophila melanogaster tersebut yang
sebagai kurva bentuk J atau kurva laju dapat memudahkan melakukan pengamatan
pertumbuhan eksponensial. Sedangkan tentang lalat buah khususnya mengenai
menurut Naughton (1973), kurva siklus lalat buah. Karena tanpa suatu
pertumbuhan populasi pada lingkungan medium, setiap fase pada siklus hidup
yang terbatas disebut kurva bentuk S Drosophila melanogaster sulit diamati.
(sigmoid). Kurva sigmoid berbeda dengan Drosophila melanogaster merupakan salah
kurva bentuk J dalam dua hal, yaitu: kurva satu hewan yang sering digunakan sebagai
sigmoid memiliki asimptot atas (kurva tidak model percobaan genetika sejak tahun 1910-
melebihi titik maksimal tertentu), dan kurva an. Drosophila melanogaster berasal dari
ini mendekati asimptot secara perlahan, filum Arthropoda, kelas Insekta, dan Ordo
tidak secara mendadak atau tajam. Kurva Diptera. Spesies ini di Indonesia dikenal
sigmoid disebut juga kurva logistik. sebagai lalat buah yaitu jenis lalat yang
Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat ditemui di sekitar buah-buahan yang
merupakan jenis lalat buah yang dapat sudah mulai membusuk (Santoso, 2011).
ditemukan dibuah-buahan busuk. Lalat buah Selain itu, lalat buah ini termasuk pada sub-
merupakan jenis serangga yang umumnya ordo Cyclophorpha, pengelompokkan lalat
tidak berbahaya dan memakan jamur yang yang pada pupanya terdapat kulit instar 3,
tumbuh pada buah. Spesies ini diketahui dan termasuk dalam seri Acaliptra (imago
sebagai organisme yang paling banyak menetas dan keluar dari bagian interior
digunakan dalam penelitian genetika, pupanya). Lalat buah yang sering ditemukan
fisiologi dan evolusi sejarah kehidupan di Indonesia dan Asia adalah lalat ananasae,
(Aini, 2008). kikawai, malerkotliana, repleta, hypocausta,
Drosophila melanogaster sp. memiliki dan imigran (Yatim, 1996). Metamorfosis
sifat sangat mudah berkembangbiak (hanya pada Drosophila melanogaster termasuk
memerlukan waktu dua minggu untuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur –
menyelesaikan seluruh daur kehidupannya), larva instar I – larva instar II – larva instar
mudah pemeliharaannya, serta memiliki III – pupa – imago (Mulyanti,2005).
banyak variasi fenotipe yang relatif mudah
diamati, sehingga dapat digunakan sebagai Perkembangan dimulai segera
bahan pembelajaran dalam mata kuliah setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari
genetika untuk mempelajari siklus hidup dua periode. Pertama, periode embrionik di
organisme, pengamatan keturunan F1 dan dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada
F2 dan sifat yang diturunkan induk (Aini, saat larva muda menetas dari telur dan ini
2008). terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam.
Dan pada saat seperti ini, larva tidak
Pendahuluan berhenti-berhenti untuk makan. Periode
Drosophila melanogaster merupakan kedua adalah periode setelah menetas dari
objek yang sering digunakan dalam telur dan disebut perkembangan
penelitian Genetika dan ilmu biologi lainnya postembrionik yang dibagi menjadi tiga
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 3

tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase Saat larva Drosophila melanogaster
seksual dengan perkembangan pada sayap). membentuk cangkang pupa, tubuhnya
Formasi lainnya pada perkembangan secara memendek, kutikula menjadi keras dan
seksual terjadi pada saat dewasa (Agustina, berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut
2013). prepupa. Formasi pupa ditandai dengan
Telur Drosophila melanogaster pembentukan kepala, bantalan sayap, dan
berbentuk benda kecil bulat panjang dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa)
biasanya diletakkan di permukaan makanan. menggunakan kutikula pada instar ketiga.
Betina dewasa mulai bertelur pada hari Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan
kedua setelah menjadi lalat dewasa dan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva
meningkat hingga seminggu sampai betina berganti menjadi lalat dewasa.
meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin Struktur dewasa tampak jelas selama
maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. periode pupa pada bagian kecil jaringan
Telur Drosophila melanogaster dilapisi oleh dorman yang sama seperti pada tahap
dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis embrio. Pembatasan jaringan preadult
yang mengelilingi sitoplasma dan suatu (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi
selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian utama dari pupa adalah untuk
luar dan di anteriornya terdapat dua perkembangan luar dari anlagen ke bentuk
tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit dewasa. Siklus ini akan terus terjadi selama
bagian luar yang keras dari telur tersebut perkembangbiakkan lalat buah berlangsung
(Abdi, 2010). (Resosoedarmo, 1990).
Larva Drosophila melanogaster Selain itu, ada faktor lain yang
berwarna putih, bersegmen, berbentuk menyebabkan yang dihasilkan memiliki
seperti cacing, dan menggali dengan mulut selisih yang berbeda, yaitu:
berwarna hitam di dekat kepala. Untuk
pernafasan pada trakea, terdapat sepasang 1. Suhu lingkungan
spirakel yang keduanya berada pada ujung
anterior dan posterior. Saat kutikula tidak Drosophila melanogaster mengalami
lunak lagi, larva muda secara periodik siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal.
berganti kulit untuk mencapai ukuran Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu
dewasa. Kutikula lama dibuang dan sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan
integumen baru diperluas dengan kecepatan mengalami satu putaran siklus secara
makan yang tinggi. Selama periode optimal (Naughton, 1973).
pergantian kulit, larva disebut instar. Instar
pertama adalah larva sesudah menetas 2. Ketersediaan media makanan
sampai pergantian kulit pertama. Dan
Jumlah telur Drosophila melanogaster yang
indikasi instar adalah ukuran larva dan
dikeluarkan akan menurun apabila
jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah
kekurangan makanan. Lalat buah dewasa
pergantian kulit yang kedua, larva (instar
yang kekurangan makanan akan
ketiga) makan hingga siap untuk
menghasilkan larva berukuran kecil. Larva
membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva
ini mampu membentuk pupa berukuran
instar ketiga merayap ke atas permukaan
kecil, namun sering kali gagal berkembang
medium makanan ke tempat yang kering
menjadi individu dewasa. Beberapa dapat
dan berhenti bergerak. Larva yang dewasa
menjadi dewasa yang hanya dapat
ini biasanya merayap naik pada dinding
menghasilkan sedikit telur (Suryo, 1984).
botol atau pada kertas tissue dalam botol.
Dan disini larva akan melekatkan diri pada
tempat kering dengan cairan seperti lem
yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan
kemudian membentuk pupa.
4 Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015

3. Tingkat kepadatan botol jantan dan betina memiliki bentuk morfologi


pemeliharaan yang berbeda.

Botol medium sebaiknya diisi dengan


medium buah yang cukup dan tidak terlalu
padat. Selain itu, lalat buah yang
dikembangbiakan di dalam botol pun
sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup
beberapa pasang saja. Apabila kondisi botol
medium terlalu padat akan menyebabkan
menurunnya produksi telur dan
meningkatnya jumlah kematian pada Drosophila melanogaster
individu dewasa. mempunyai empat stadium metamorfosis,
yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Telur
4. Intensitas cahaya
lalat buah berbentuk bulat panjang,
Drosophila melanogaster lebih berwarna putih. Telur tersebut akan
menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami perkembangan selama kurang
mengalami pertumbuhan yang lambat lebih 24 jam dan menetas menjadi larva
selama berada di tempat yang gelap. (Hartati, 2008). Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster,sejenis melalui tiga tahapan larva, dimana larva
serangga biasa yang umumnya tidak makan, tumbuh, dan larva berganti kulit.
berbahaya dan merupakan pemakan jamur Apabila larva sudah dewasa, kemudian akan
yang tumbuh pada buah. Drosophila keluar dari buah dan memasuki stadium
melanogaster merupakan serangga yang pupa tepat di bawah permukaan tanah.
mudah berkembang biak. Dari satu Setelah itu keluarlah serangga muda (imago)
perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan yang kemudian menjadi dewasa (Campbell,
keturunan, dan generasi yang baru dapat 2003).
dikembangkan setiap dua minggu.
Karasteristik ini menunjukkan lalat buah Kebanyakan penemuan di bidang
organisme yang cocok sekali untuk kajian- genetika didapatkan melalui penelitian
kajian genetik (Campbell, 2002). dengan menggunakan lalat tersebut sebagai
bahan, dikarenakan lalat ini kecil sehingga
Adapun ciri umum dari Drosophila suatu populasi yang besar dapat dipelihara
melanogaster diantaranya, warna tubuh dalam laboratorium, daur hidup sangat
kuning kecoklatan dengan cincin berwarna cepat, tiap 2 minggu dapat dihasilkan satu
hitam di tubuh bagian belakang, berukuran generasi dewasa yang baru, lalat ini sangat
kecil, antara 3-5 mm, urat tepi sayap (costal subur yang betina dapat menghasilkan
vein) mempunyai dua bagian yang ratusan telur yang dibuahi dalam hidupnya
terinteruptus dekat dengan tubuhnya, sungut yang pendek itu (Kimball, 2001).
(arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki
7-12 percabangan, mata majemuk berbentuk Selain itu, Drosophila melanogaster
bulat agak ellips dan berwana merah, dapat menghasilkan 20 hingga 25 generasi
terdapat mata oceli pada bagian atas kepala tiap tahun. Seekor Drosophila melanogaster
dengan ukuran lebih kecil dibanding mata dapat bertelur ribuan kali semasa hidupnya.
majemuk. Kepala berbentuk elips, thorax Organisme dengan jumlah keturunan yang
berbulu-bulu dengan warna dasar putih, besar itu memenuhi persyaratan sebagai
sedangkan abdomen bersegmen lima dan materi percobaan genetika. Drosophila
bergaris hitam, sayap panjang, berwarna melanogaster memiliki kromosom yang
transparan, dan posisi bermula dari thorax ukurannya relatif besar dan jumlahnya
(Ashburner, 1989). Pada dasarnya lalat buah hanya empat pasang. Penanganan kultur
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 5

lalat buah sangat mudah dilakukan dan buah dan memasukkannya ke dalam botol
hanya dengan menggunakan media dengan kultur. Kertas label, digunakan untuk
komposisi dan pembuatan yang dan memberikan label pada botol kultur. Alat
berkembang biak dengan cepat (Susanto, tulis dan kertas HVS, digunakan untuk
2011). Oleh karena itu, praktikum siklus mencatat data hasil pengamatan.
hidup Drosophila melanogaster penting Bahan yang digunakan dalam
dilakukan. praktikum antara lain: Lalat buah
(Drosophila melanogaster) normal jantan
Rumusan Masalah dan betina, digunakan sebagai hewan yang
1. Bagaimanakah cara mengenali lalat akan diamati pertumbuhan populasinya.
buah (Drosophila melanogaster)? Eter, digunakan untuk melakukan
2. Bagaimanakah cara membedakan pembiusan (eterisasi) pada lalat buah.
seks lalat buah dewasa secara Pisang (50 gr), tape ketela (25 gr), benzoat
morphologic? (± 0.5 sendok teh), ketiganya dicampurkan
3. Bagimanakah cara mempelajari menjadi satu sebagai medium kultur lalat
pertumbuhan populasi lalat buah? buah. Air secukupnya, digunakan untuk
Tujuan memasak campuran medium kultur lalat.
1. Mengenal lalat buah (Drosophila Cara kerja dalam praktikum yaitu
melanogaster) pembuatan medium kultur lalat buah
2. Membedakan seks lalat buah dewasa (Drosophila melanogaster), eterisasi dan
secara morphologic. pengamatan, pengamatan pertumbuhan
3. Mempelajari pertumbuhan populasi populasi lalat buah, analisis data hasil
lalat buah. pengamatan, penyusunan laporan.
a. Pembuatan medium makanan
5. METODE PENELITIAN (medium kultur)
1) Menghaluskan 50 gr buah pisang,
Kegiatan Praktikum pertumbuhan kemudian mencampurkan dengan 25 gr
populasi lalat buah (Drosophila tape ketela dan ± 0.5 sendok teh
melanogaster) dilaksanakan pada hari benzoat. Tape ketela digunakan untuk
Jumat, 6 April 2018 di ruang Laboratorium pembuatan medium kultur karena
Fistum Kampus FKIP UNS. Praktikum mengandung khamir yang merupakan
dimulai pada pukul 16.00 WIB dan berakhir makanan lalat buah. Sedangkan benzoat
pada pukul 17.00 WIB. digunakan sebagai pengawet agar
Alat- Alat yang digunakan dalam medium tidak cepat busuk selama
praktikum antara lain: Mortar dan alu, pengamatan berlangsung.
digunakan untuk menghaluskan buah 2) Membuat medium makanan dengan
pisang. Wadah berupa nampan, digunakan tekstur agak padat, karena medium yang
sebagai tempat mencampurkan buah pisang, lembek akan menyulitkan pengamatan
tape ketela dan benzoat. Panci dan kompor, dan penghitungan lalat buah.
digunakan untuk memasak campuran 3) Memasak campuran ketiga bahan
medium kultur lalat. Botol kultur, digunakan tersebut di dalam air yang mendekati
sebagai wadah medium kultur lalat buah. mendidih.
Kertas merang, dipasang dalam posisi 4) Mensterilkan botol kultur, kemudian
berdiri pada medium di dalam botol kultur. memasukkan campuran mediumke
Kertas HVS, digunakan untuk meletakkan dalam botol.
lalat buah yang telah dieterisasi. Alumunium 5) Meletakkan kertas merang dengan
foil, sebagai penutup botol kultur. Kapas, posisi berdiri pada medium dalam botol
digunakan untuk mengambil eter dan kultur.
melakukan eterisasi pada lalat buah. Kuas
halus, digunakan untuk mengambil lalat
6 Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015

6) Menutup botol dengan alumunium foil dalam waktu beberapa detik agar lalat
yang dilubangi kecil di tengahnya agar tidak mati.
udara dapat masuk. 6) Pengamatan sebaiknya menggunakan
b. Eterisasi dan pengamatan kuas halus agar tidak terjadi kerusakan
1) Menyediakan kapas secukupnya, lalu dan kaca pembesar agar pengamatannya
membasahi kapas dengan sedikit eter. lebih teliti.
Jangan terlalu banyak karena lalat akan c. Pengamatan pertumbuhan populasi
mati 1) Lalat yang masih terbius tidak
2) Memeriksa botol kultur dan diperbolehkan untuk diletakkan
memastikan agar tidak ada lalat yang langsung di atas medium karena lalat
berada di dekat mulut botol. Jika ada, akan tenggelam di dalam medium.
tepi botol diketuk secara perlahan agar Caranya dengan menggunakan kertas
lalat tidak jatuh ke media makanan. yang dibuat seperti sendok atau botol
3) Membuka sedikit tutup botol kultur, dimiringkan.
memasukkan kapas kemudian segera 2) Memberikan label pada botol kultur,
menutup kembali agar lalat tidak dengan mencantumkan: nama, jumlah
terbang keluar. jantan, jumlah betina, tanggal.
4) Setelah lalat terbius (30 detik), 3) Menutup botol kultur dengan kertas
mengambil kapas dan menuangkan lalat yang dilubangi kecil-kecil.
di atas kertas HVS. Kemudian 4) Mengamati perkembangan lalat buah
memisahkan lalat yang sudah mati dan dengan cara menghitung jumlah lalat
lalat yang masih hidup. Lalat yang yang hidup dan jumlah lalat yang mati.
sudah mati sayapnya membuka dan Pengamatan dilakukan setiap hari
kaki-kaki mengarah ke samping. Lalat selama 15 hari.
yang mati tidak diikutkan dalam 5) Mencatat data ke dalam tabel
penelitian. pengamatan.
5) Biasanya lalat tetap dalam keadaan 6) Melakukan analisis data (diagram atau
terbius selama 5-10 menit. Bila perlu grafik) dan menyusun laporan.
memperpanjang waktu pengamatan,
dilakukan eterisasi ulang tetapi hanya

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Pengamatan

Tabel 1. Tabel pengamatan Populasi Pertumbuhan Lalat Buah


Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 7

Analisa Kuantitatif

Populasi lalat buah pada botol kultur 1


40
Jumlah lalat buah (ekor)

30
Jumlah lalat buah yang
20 hidup
Jumlah lalat buah yang
10 mati

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Kurva 1. Kurva Populasi lalat buah pada botol kultur 1

Populasi lalat buah pada botol kultur II


30

25
Jumlah lalat buah (ekor)

20
Jumlah lalat buah yang
15 hidup
Jumlah lalat buah yang
10 mati

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Kurva 2. Kurva Populasi lalat buah pada botol kultur 2

Berdasarkan data hasil pengamatan, dilakukan analisis kuantitatif berkaitan dengan laju
pertumbuhan populasi lalat buah pada kedua botol kultur.
1) Laju pertumbuhan populasi pada botol kultur
2) Laju pertumbuhan populasi pada botol kultur II

Hasil pengamatan rasio jenis kelamin lalat buah digambarkan dalam bentuk diagram sebagai
berikut :
8 Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015

Diagram 1. Diagram rasio jens kelamin lalat buah pada botol kultur I

Diagram 2. Diagram rasio jens kelamin lalat buah pada botol kultur II

Rasio jenis kelamin jantan botol kultur I


dan II
15
jumlah lalat buah (ekor)

10
5 jantan pada botol kultur I

0 jantan pada botol kultur II


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

waktu (hari)

Diagram 3. Diagram rasio lalat buah jantan pada botol kultur I & II
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 9

Rasio jenis kelamin betina botol kultur I


dan II
30
jumlah lalat buah (ekor)

20

10 betina pada botol kultur I

0 betina pada botol kultur II


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
waktu (hari)

Diagram 4. Diagram rasio lalat buah betina pada botol kultur I & II

 Peningkatan jumlah
Analisis Data Secara Kualitatif populasi lalat buah lebih
a. Perumbuhan populasi lalat buah banyak terjadi pada botol
Berdasarkan kurva pertumbuhan populasi kultur I, karena pada botol
lalat buah, maka dapat diketahui bahwa : kultur II jumlahnya
1) Pada botol kultur I semakin lama cenderung konstan.
jumlah lalat buah yang hidup  Kemampuan lalat buah
semakin banyak sehingga terjadi dalam bertahan hidup lebih
peningkatan jumlah populasi, botol baik pada botol kultur I,
kultur II semakin lama jumlah lalat karena pada botol kultur I
buah yang hidup maupun mati mengalami penambahan
kontans sehingga jumlah populasi terus-menerus hingga
tetap pada masa akhir. jumlah populasi akhir 34
2) Pada botol kultur I, jumlah ekor.
populasi awal sebanyak 5 ekor Populasi lalat buah mengalami perubahan
lalat. Lalat buah mati dan jumlah dari waktu ke waktu (pertumbuhan
bertambah banyak lalu konstan populasi). Berdasarkan analisis hasil
hingga hari ke-14. Pada botol praktikum, dapat diketahui bahwa
kultur II Lalat buah mati 2 ekor pertumbuhan populasi lalat buah lebih
hingga hari-9. Lalu, mengalami banyak dipengaruhi oleh faktor
penambahan terus menerus hingga lingkungan, antara lain suhu lingkungan,
hari-10 sejumlah 28 ekor. tingkat kepadatan botol kultur dan
3) Pada botol kultur II, jumlah ketersediaan media makanan. Rentang
populasi awal sebanyak 5 ekor hidup Drosophila melanogaster
lalat. Pada awalnya lalat buah mati tergantung pada besarnya pengaruh
dan menurun hingga hari ke-9. lingkungan tempat hidupnya. Kondisi ini
Lalu, lalat hidup dan bertambah meliputi jenis makanan yang tersedia,
hari ke-10 dan konstan bertambah ukuran botol, jumlah lalat dalam botol,
28 ekor hingga hari-14 jumlah tingkat perpindahan makanan dan lalat,
akhir 28 ekor lalat buah. kondisi ekologis dimana lalat tersebut
4) Perbandingan antara botol kultur I tumbuh dan diamati, dan lain sebagainya.
dan II menunjukkan bahwa: Studi tentang Drosophila melanogaster
10 Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015

lebih banyak dipengaruhi oleh faktor makanan). Lalat buah akan menghasilkan
lingkungan (Evans, 1994). keturunan yang tidak baik bila
Jumlah lalat buah akan mempengaruhi ketersediaan makanan kurang, hal ini
kerapatan di dalam botol kultur, dimana berdampak pada telur yang sedikit dan
lalat buah dapat hidup lebih lama apabila larva yang kecil, yang seringkali gagal
tersedia cukup ruang dan medium berkembang menjadi individu dewasa.
makanan yang tidak terlalu padat. Pada Pertumbuhan populasi lalat buah
praktikum ini jumlah awal lalat buah pada mengikuti model pertumbuhan
botol kultur I (5 ekor) dan botol kultur II eksponensial dengan kurva berbentuk J.
(5 ekor). Jumlah lalat buah yang lebih Dalam buku Jendela Iptek Ekologi (2000:
banyak menyebabkan kerapatan di dalam 33), dinyatakan bahwa perubahan
botol kultur menjadi lebih tinggi sehingga populasi jenis ragi yang dibiakkan dalam
lalat hanya dapat bertahan hidup dalam kondisi laboratoris dapat digambarkan
waktu relatif singkat. Menurut Sukmiwati melalui kurva bentuk J yang merupakan
dan Dahlia (2007) dalam Agustina, dkk, kurva khas perkembangan sebagian besar
(2013), pertumbuhan populasi organisme. Dimulai dari titik awal,
menyebabkan peningkatan kerapatan yang populasi berkembang cukup pesat,
berdampak terjadinya persaingan kemudian menjadi lambat, lalu menjadi
antarindividu, baik ruang maupun stabil ketika besar populasi mendekati
makanan, sehingga dengan berjalannya daya dukung. Ketika koloni ragi
waktu, pertumbuhan akan menurun dan berkembang, individu di dalamnya
berhenti tumbuh saat dicapai batas daya menurunkan tingkat reproduksi sebagai
dukung. Menurut Shorrocks (1972) dalam persiapan untuk menghadapi faktor-faktor
Agustina, dkk (2013), pada kondisi seperti menipisnya persediaan makanan
laboratorium banyak dilaporkan bahwa dan menumpuknya kotoran. Efek-efek ini
lalat buah dewasa rata-rata mati dalam 6 meningkat bersamaan dengan
atau 7 hari. meningkatnya populasi.
Faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan populasi lalat buah yaitu b) Jenis kelamin lalat buah
suhu dan makanan. Kondisi ideal suhu Berdasarkan kurva rasio jenis kelamin
yang dimaksud adalah suhu sekitar 25- lalat buah, ada beberapa hal yang dapat
28°C. Suhu di dalam biakan botol dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut.
lebih tinggi dibandingkan suhu  Pada botol kultur I maupun II, lalat
lingkungan sekitar di luar botol, karena buah betina lebih mendominasi
adanya peningkatan panas akibat daripada lalat buah jantan dalam
fermentasi ragi (Aini, 2008). Pada hal jumlah. Kecenderungan yang
praktikum, setelah beberapa hari tumbuh terjadi relatif sama, yaitu jumlah
jamur pada medium makanan. hal ini lalat pada awalnya meningkat,
sesuai dengan pernyataan Aini (2008), kadang turun, lalu meningkat
bahwa medium Drosophila melanogaster kembali.
yang digunakan adalah pisang pada  Pada botol kultur I maupun II,
kondisi ruangan 29°C tetapi empat sampai jumlah populasi awal lalat buah
dengan lima hari ternyata tumbuh jamur jantan yaitu sebanyak 2 ekor. Masa
pada permukaan medium. Menurut perkembangan, lalat buah jantan
Widyaleksono (2012), ketersediaan pada botol kultur I jumlahnya
makanan berdampak pada jumlah telur lebih banyak daripada botol kultur
Drosophila melanogaster yang II. Akan tetapi, ketahanan
dikeluarkan dari induk (serangga dewasa). hidupnya berkurang karena pada
Penurunan telur terjadi apabila media hari ke-3 lalat jantan pada botol
kekurangan nutrisi (kekurangan zat kultur I mati sebanyak 1 ekor
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 11

menjadi total 1 ekor lalat. Lalu


mengalami pertumbuhan sebanyak
12 ekor lalat buah jantan.
Sedangkan lalat jantan pada botol
kultur II konstan sebanyak 3 ekor
lalu mengalami penurunan jumlah
yang hidup pada hari ke-4
sebanyak 1 ekor yang masih hidup,
dan mengalami pertumbuhan hari
ke-10 sebanyak 7ekor total lalat
buah jantan botol kultur II.
 Pada botol kultur I, jumlah Analisis Laju Pertumbuhan Populasi Lalat
populasi awal lalat buah betina buah pada botol II
sebanyak 3 ekor, sedangkan pada
botol kultur II sebanyak 2 ekor.
Dalam perkembangannya, lalat
buah betina pada botol kultur I
lebih meningkat pesat
dibandingkan lalat betina pada
botol kultur II. Namun, lalat betina
pada botol kultur I terdapat 2 ekor
yang mati, yaitu pada hari ke-6.
Sedangkan lalat betina pada botol
kultur II yang masih bertahan
hidup hingga hari ke-14 sebanyak
2 ekor.
 Perbandingan antara botol kultur I
dan II menunjukkan bahwa secara
keseluruhan (baik lalat jantan
maupun betina) perubahan jumlah
lalat pada botol kultur I cenderung
stabil dan lebih banyak sehingga
mampu bertahan hidup, sedangkan
pada botol kultur II cenderung
stabil namun tidak lama untuk
bertahan hidup.

Analisis Laju Pertumbuhan Populasi Lalat


buah pada botol I 7. SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah


dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Lalat buah (Drosophila melanogaster)
merupakan serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna. Siklus hidup
lalat buah meliputi fase telur, larva,
pupa dan dewasa (imago). Ciri-ciri
lalat buah adalah memiliki tubuh
berwarna kuning atau coklat, dan
memiliki mata yang berwarna merah,
12 Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015

tergolong hewan yang habitatnya Integrated Population Models:


kosmopolitan (bisa hidup dimana saja Bias, Accuracy, and Violation of
sesuai dengan habitat). The Assumption of
2. Penggunaan lalat buah dalam Independence. Ecology 91 (1) :
percobaan dikarenakan lalat berukuran 7–14
kecil, mudah didapat dan mudah Agustina, Elita, dkk. (2013). Perkembangan
dipelihara, memiliki siklus hidup Metamorphosis Lalat Buah
sangat pendek, kurang lebih dua (Drosophilla melanogaster) Pada
minggu, hanya memiliki sedikit Media Biakan Alami Sebagai
kromosom (delapan kromosom, terdiri Referensi Pembelajaran pada
dari enam autosom dan dua gonosom) Matakuliah Perkembangan
sehingga mudah dihitung. Hewan. Jurnal Biotik, 1 (1) : 12-
3. Perbedaan jenis kelamin lalat buah 18
secara morphologik: Aini, Nur. (2008). Kajian Awal Kebutuhan
Nutrisi Drosophila melanogaster.
Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Ashburner, Michael. 1989. Drosophila, A
Laboratory Handbook.
Coldspring Harbor Laboratory
4. Pertumbuhan populasi merupakan
Press. USA.
perubahan ukuran populasi pada
Borror.J.D,Triplehorn. 1992.Pengenalan
periode waktu tertentu. Pada
Pengajaran Serangga. Universitas
pertumbuhan populasi Drosophila
Gadjah Mada. Yogyakarta
melanogaster, faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan
Campbell, N.A. 2002. Biologi Jilid I.
populasinya didominasi oleh faktor
Erlangga. Jakarta
lingkungan, yaitu: suhu lingkungan,
ketersediaan media makanan, tingkat
Campbell, N.A. 2003. Biologi. Erlangga.
kepadatan botol pemeliharaan (botol
Jakarta
kultur), dan intensitas cahaya.
Evans, T. A. (1994). Estimating Relative
5. Pertumbuhan populasi pada
Decline in Populations of
Drosophila melanogaster termasuk
Subterranean Termites Due To
pertumbuhan eksponensial.
Baiting. Journal of Economic
8. UCAPAN TERIMAKASIH Entomology , 108.
Grimm, A., Gruber, B., & and Henle, K.
Terima kasih kepada Allah (2014). Reliability of Different
Subhanahuwataala Tuhan Yang Maha Mark Recapture Methods for
Esa, kedua orang tua, dosen pembimbing, Ppulation Size Estimation Tested
teman-teman, dan semua pihak yang Againt Reference Ppulation Sizes
terlibat dalam praktikum dan pembuatan Constructed from Field Data.
laporan. Plos Journal, 9(6), 1-11.
Jendela Iptek Ekologi. (2000). Jakarta:
9. DAFTAR PUSTAKA Balai Pustaka.
Junek, T., Vymyslicka, P. J.,
Abadi, Fitsum., Olivier Gimenez., Raphae Hozdecka, K., & and
L Arlettaz., And Michael Schaub.
Hejcmanova, P. (2015).
(2010). An Assessment of
Laporan Ekologi Hewan – Pendidikan Biologi 2015 13

Applications of Spatial and


Closed Capture-Recapture LAMPIRAN
Models on Known Ppulation 1. 1 lembar laporan sementara
of the Western Derby Eland 2. 1lembar foto dokumentasi
in Senegal. Plos Journal,
3(1), 1-16.
Karyanto, Puguh & Saputra, A. (2017).
Modul Praktikum Ekologi
Hewan. Surakarta: UNS Press.
Kastono. (2005). Pengantar Ekologi.
Yogyakarta: UGM Press.
Mulyanti, F. 2005. Mutagenesis Perlakuan
dengan uji letal Resesif Terpaut
Seks Pada Drosophila
melanogaster. Skripsi Jurusan
Biologi FMIPA UNPAD.
Bandung.
Naughton. (1973). Ekologi Umum edisi Ke
2. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Press.
Resosoedarmo, Soedjiran. (1990).
Pengantar Ekologi. Jakarta: PT
Remaja Rosdakarya.
Santoso, Rachmat Slamet. (2011).
Identifikasi D. Melanogaster
pada Media Biakan Alami dari
Pisang Sepatu, Belimbing dan
Jambu Biji. Jurnal Buana Sains.
11(2): 149-162.
Shorrocks, B. 1972. Drosophila. Ginn &
Company Limited. London.

Suryo. 1984. Genetika. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Susanto,Agus Hery .2011. Genetika.

Graha Ilmu. Yogyakarta.

Widyaleksono, dkk. (2012). Petunjuk


Praktikum Ekologi Umum.
Surabaya: Airlangga University
Press.

Yatim, Wildan.1996. Genetika. Tarsito.

Bandung.

Anda mungkin juga menyukai